kerangka acuan isi

Download Kerangka Acuan Isi

If you can't read please download the document

Upload: aghnia-qinthari

Post on 17-Nov-2015

48 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

amdal

TRANSCRIPT

  • KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN

    (KA-ANDAL)

    TERMINAL TERPADU GEDEBAGE

    PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

    FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

    INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

    2015

    Oleh:

    Ahmad Mulyasir 15311029

    Aghnia Qinthari 15311049

    Faldi Ahmad 15311051

    Annisa Athifah 15311053

    Fadya Syifa 15311055

    Desi Wulandhari 15311057

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Bandung merupakan salah satu pusat kota metropolitan yang ada di Indonesia yang

    mengalami perkembangan sangat pesat. Perkembangan tersebut diikuti dengan pertumbuhan

    penduduk, perkembangan kota dan bertambahnya aktivitas kota. Pada sisi lain, perkembangan

    kota ini ternyata hanya terjadi pada Bandung bagian Barat saja. Kondisi ini mengakibatkan

    meningkatnya kesenjangan antar wilayah terutama dengan Bandung Bagian Timur. Di sisi lain,

    beban Bandung Bagian Barat semakin berlebih dan mengakibatkan penataan kota kurang

    terpelihara baik (RTRW kota Bandung, 2004). Atas dasar tesebut, pemerintah kota Bandung

    merencanakan pengembangan pusat primer kedua di Gedebage. Pengembangan Pusat Primer

    Gedebage adalah salah satu prioritas kebijakan pengembangan Pemerintah Kota Bandung yang

    dituangkan dalam RTRW Kota Bandung 2004-2013. Pengembangan Kawasan Gedebage harus

    juga diiringi dengan suatu moda transportasi massal yang dapat memudahkan akses warga

    dalam melakukan aktivitas ekonomi di Gedebage. Saat ini warga kota Bandung dilayani oleh

    dua terminal utama yaitu terminal bus Cicaheum yang melayani kedatangan dari arah timur

    Kota Bandung dan Terminal bus Leuwi Panjang yang melayani kedatangan dari arah Barat

    Kota Bandung.Lokasi terminal yang ada di pusat perkotaan ternyata menimbulkan kemacetan,

    idealnya terminal bus antar kota dan provinsi berada agak jauh dari pusat kota untuk

    menghindari kepadatan. Oleh karena itu pembangunan terminal terpadu di Kawasan Gedebage

    merupakan solusi untuk mengatasi kesenjangan di Bandung Timur dan untuk mengurangi

    beban lalu lintas di Bandung Barat. Hal tersebut mengingat Gedebage memiliki luas 2.809 ha,

    baru termanfaatkan sebanyak 41.74%. Rencana pengembangan terminal terpadu Gedebage

    telah ditetapkan didalam SK Walikota Bandung No. 593/Kep.298-Bag Huk /2001, tanggal 12

    juni 2001 yang terletak di Kelurahan Cisaranten Kidul, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung.

    Penetapan rencana ini pun merupakan amanat PERDA No.2 tahun 2004 tentang Rencana Tata

    Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandung 2013.

    Rencana kegiatan pembangunan terminal terpadu Gedebage diperkirakan dapat

    menimbulkan perubahan yang mendasar terhadap lingkungan hidup seperti pencemaran udara

    yang berasal dari emisi kendaraan, kebisingan, limbah dari aktivitas domestik,operasional dan

    pemeliharaan kendaraan, sehingga sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-

  • undangan yang berlaku khususnya PERMENLH NO. 15 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana

    Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak

    Lingkungan Hidup, kegiatan pembangunan terminal terpadu Gedebage ini wajib dilengkapi

    dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ( AMDAL).

    Adapun pendekatan studi AMDAL terminal terpadu Gedebage yang sesuai PP 27 tahun

    2012 adalah Pendekatan studi kawasan dimana pemrakarsa merencanakan untuk melakukan

    lebih dari 1 (satu) Usaha dan/atau Kegiatan yang perencanaan dan pengelolaannya saling

    terkait, terletak dalam satu kesatuan zona rencana pengembangan kawasan, yang

    pengelolaannya dilakukan oleh pengelola kawasan.

    1.2 Maksud dan Tujuan Rencana Kegiatan

    Mengembangkan kawasan Gedebage melalui pembangunan terminal terpadu

    Mengurangi beban Lalu lintas di Bandung Barat

    Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penyediaan terminal terpadu

    Gedebage

    Meratakan kesenjangan sosial dan pusat kegiatan di Bandung Barat dan Timur

    Pemerataan beban wilayah Bandung Barat dan Timur

    Menyediakan sarana transportasi yang aman dan nyaman.

    Memperkecil kemacetan kendaraan yang diakibatkan oleh penggunaan kendaraan

    bermotor milik pribadi yang sudah berlebihan.

    Melayani keberangkatan dan kepergian penumpang antar regional, kota dan provinsi

    1.3 Pelaksanaan Studi

    a. Pemrakarsa dan Penanggung Jawab

    Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas suatu rencana

    usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan.

    Nama Perusahaan : PT. Wija Podomoro

    Alamat : Jln. Jaluran No. 63 Bandung

    Telepon : 022-15311053

    b. Pelaksana Studi Amdal

    Susunan pelaksana studi Amdal adalah sebagai berikut:

  • 1. Tim Penyusun Amdal

    Tim penyusun Amdal terdiri atas:

    Ketua Tim : Ahmad Mulyasir, ST, MT.

    Anggota Tim : Fadya Syifa Hani, ST, MT.

    Aghnia Qintari Nabilah, ST, MT.

    Desi Wulan Dhari, SE, M.Si.

    2. Tenaga Ahli

    Adapun teanga ahli untuk menyiapkan, mengkaji, dan menjalankan proyek ini

    disusun dengan para ahli pada bidang masing-masing dan bekerja sinergis satu sama

    lain untuk membentuk proyek yang baik secara menyeluruh pada tiap aspeknya. Tenaga

    ahli dalam pembangunan terminal terpadu Gedebage terdiri dari:

    Ahli sosiologi

    Ahli yang berperan dalam mempelajari serta memberikan informasi ke pelaksana

    proyek mengenai dampak yang ditimbulkan proyek terhadap masyarakat dan

    kegiatan yang berada di sekitar wilayah proyek

    Nama: Annisa Athifah, SH, S.Sos.

    Ahli hukum

    Untuk membantu masalah perizinan dan segala bentuk permasalahan hukum yang

    dapat terjadi selama proses perencanaan dan pelaksanaan proyek

    Nama: Annisa Athifah, SH, S.Sos.

    Ahli geodesi

    Ahli yang berperan dalam menganalisis kontur tanah yang berada di sekitar wilayah

    proyek

    Nama: Ahmad Mulyasir, ST, MT.

    Ahli mekanika tanah

    Ahli dalam mengenali struktur tanah wilayah proyek serta memberikan

    pertimbangan beban, baik dari bangunan hingga ke volume kendaraan, yang sesuai

    dengan sifat tanah

    Nama: Ahmad Mulyasir, ST, MT.

    Ahli konstruksi sipil

    Ahli yang berperan dalam pembangunan konstruksi gedung stasiun dan bangunan

    pendukung sesuai analisis faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembangunan

    tersebut

  • Nama: Ahmad Mulyasir, ST.MT.

    Ahli transportasi

    Ahli yang berperan dalam penataan dan perencanaan sistem transportasi serta

    menganalisis dampak terhadap transportasi lain akibat pembangunan proyek ini

    Nama: Faldi Ahmad Nugraha, ST. MT.

    Ahli manajemen

    Ahli yang berperan dalam mengatur sistem manajerial keselurahan proyek dari awal

    hingga akhir

    Nama: Desi Wulan Dhari, SE, M.Si.

    Ahli lingkungan

    Ahli yang berperan dalam menganalisis dampak hipotetik lingkungan akibat

    berlangsungnya proyek

    Nama: Fadya Syifa Hani, ST, MT.

    Ahli arsitektur

    Ahli yang berperan dalam mendesain suatu bangunan yang memiliki estetika tinggi

    Nama: Aghnia Qintari Nabilah, ST, MT.

    Ahli Biologi

    Ahli yang berperan dalam menganalisis dampak lingkungan terhadap biodiversitas

    flora dan fauna.

    Nama: Fadya Syifa Hani, ST, MT.

    3. Asisten Penyusun Amdal

    Asisten penyusun Amdal yaitu orang yang dapat menjadi asisten penyusun amdal

    adalah setiap orang yang telah mengikuti dan lulus pelatihan penyusunan amdal di

    LPK yang telah teregistrasi/terakreditasi di KLH, antara lain:

    Faldi Ahmad Nugraha, ST, MT.

    Annisa Athifah, SH, S.Sos.

  • BAB 2

    PELINGKUPAN

    2.1. Deskripsi Rencana Kegiatan

    2.1.1. Lokasi Kegiatan

    Terminal Terpadu Gedebage akan didirikan di Kelurahan Rancanumpang, Kecamatan

    Gedebage, Kota Bandung diatas tanah seluas 15 ha. Batas-batas lokasi kegiatan adalah sebagai

    berikut :

    o Sebelah utara : Jalan Soekarno Hatta

    o Sebelah barat : Jalan Gedebage

    o Sebelah selatan : Tol Padaleunyi

    o Sebelah timur : Jalan Cimencrang

    2.1.2. Uraian Kegiatan

    Kegiatan ini merupakan proyek pengembangan terminal baru di kawasan Bandung.

    Terminal Terpadu Gedebage menjadi pertimbangan lokasi pembangunan terminal karena baru

    sebesar 41,74% yang digunakan di kawasan tersebut. Terminal Terpadu Gedebage merupakan

    terminal provinsi sehingga bus yang keluar-masuk adalah bus antar kota. Dikatakan terpadu

    dikarenakan terminal ini akan diintegrasikan dengan Tol Padaleunyi sebagai akses jalannya.

    Adapun fasilitas terminal yang terdiri dari dua lantai antara lain:

    - Lantai 1

    Area yang melayani kegiatan kendaraan di dalam terminal yang meliputi area

    kedatangan, area keberangkatan, parkir kendaraan pribadi, umum dan penunjang

    (seperti toilet umum), serta ruang tunggu penumpang di area keberangkatan.

    - Lantai 2

    Area yang melayani jalur sirkulasi yang menghubungkan antara area parkir kendaraan

    pribadi, area kedatangan dan keberangkatan, serta pusat perbelanjaan.

    Mengenai kebutuhan listrik, Terminal Terpadu Gedebage akan mengonsumsi listrik

    sebagai berikut:

    1. Areal terminal (meliputi toilet umum) : 15000 KVA

    2. Pusat perbelanjaan : 15000 KVA

    Total : 30000 KVA

  • Mengenai pengelolaan limbah, air buangan (grey water) yang dihasilkan dari Terminal

    Terpadu Gedebage akan dibuang langsung ke Sungai Cinambo dan air buangan black water

    akan dialirkan ke IPAL Kota Bandung. diolah di kawasan kondominium yang memiliki

    bangunan pengolah air buangan terpadu. Sedangkan limbah B3 yang dihasilkan dari tumpahan

    minyak atau oli bekas akan dikelola oleh PT. PPLI.

    2.1.3. Rencana Kegiatan

    Kegiatan pembangunan Terminal Terpadu Gedebage secara garis besar dapat dipilah

    dalam tahapan kegiatan yang meliputi tahap pra konstruksi, tahap konstruksi, dan tahap

    operasi, dan tahap pasca-operasi.

    2.2. Deskripsi Rona Lingkungan Hidup

    Rona lingkungan hidup menggambarkan komponen-komponen lingkungan hidup yang

    berpotensi terkena dampak dari rencana usaha dan/atau kegiatan di wilayah studi rencana usaha

    dan/atau kegiatan. Rona lingkungan awal juga merupakan langkah awal pada studi AMDAL.

    Faktor-faktor yang dipertimbangkan adalah fisik, kimia, biologi, budaya, sosial-ekonomi, dan

    masyarakat.

    Tidak semua rona lingkungan awal perlu dicari datanya, hanya yang berhubungan dengan

    proyek yang akan dicari datanya. Pengumpulan data dapat berupa data primer dan sekunder

    dengan mempertimbangkan waktu, tenaga dan biaya. Tujuan dari rona awal sendiri adalah

    untuk Mengidentifikasi faktor lingkungan penting, membuat suatu daftar tentang perubahan

    lingkungan kritis, prediksi dan penilaian. Rona lingkungan yang dibahas mencakup komponen-

    komponen lingkungan hidup yang berkaitan dengan, atau berpotensi terkena dampak penting

    dan uraian usaha dan/atau kegiatan yang ada di sekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan.

    Adapun komponen-komponen lingkungan hidup yang berkaitan dengan, atau berpotensi

    terkena dampak pentingmeliputi komponen geo-fisik-kimia, biologi, sosio-ekonomi-budaya,

    dan komponen kesehatan masyarakat.

  • 2.2.1 Lokasi Proyek dan Akses Masuk

    Lokasi proyek berada di 656'13.9 LS 10741'28.7 BT, tepatnya di Jalan Rancanumpang.

    Bagian utara dibatasi oleh Jalan Soekarno Hatta, bagian selatan dibatasi oleh Jalan Tol

    Padaleunyi, bagian barat dibatasi oleh Jalan Gedebage, dan bagian timur dibatasi oleh Jalan

    Cimencrang.. Akses jalan untuk proyek yang akan berlangsung melibatkan Jalan Tol

    Padaleunyi dengan pertimbangan lokasinya paling dekat dengan proyek ditunjukkan pada

    Gambar 2.1. Akses masuk proyek melewati Jalan Tol Padaleunyi menuju Jalan Gedebage

    dirancang supaya tidak mengganggu lalu lintas jalan arteri yaitu Jalan Soekarno Hatta dan

    permukiman penduduk yang berada di sekitar Jalan Gedebage.

    Gambar 2.1 Akses Masuk Proyek

    2.2.2 Data Lingkungan Fisik

    Data lingkungan fisik terdiri dari data iklim, kualitas udara dan kebisingan, kualitas air

    permukaan, topografi, kemiringan, dan struktur tanah.

    1. Iklim

    Curah hujan wilayah Gedebage ditunjukkan pada Tabel 2.1.

  • Tabel 2.1 Curah Hujan Wilayah Gedebage

    Bulan Hujan Kelembaban

    (%)

    Penyinaran Matahari

    (%) mm hari

    Januari 18.3 27.7 82.3 41.7

    Februari 18.2 28.4 80.4 55

    Maret 18 28.6 81.9 52.8

    April 17.9 28.8 83 55.6

    Mei 17.5 28.6 80.4 59.5

    Juni 17.5 28.6 78.5 62.6

    Juli 16.2 28.3 76.6 68.2

    Agustus 16.1 28.6 72.6 74

    September 16.9 28.9 76.1 57.5

    Oktober 17 29.3 73.9 62.4

    November 17.8 28.9 80.4 48.6

    Desember 17.8 28.4 81.6 49

    Sumber: Kompilasi Data Rencana Detail Tata Ruang Kota, Meteorologi dan Geofisika (2006)

    Iklim yang terbentuk di Wilayah Gedebage tidak jauh berbeda dengan iklim wilayah

    lainnya yang berada di Kota Bandung. Iklim Kota Bandung dipengaruhi oleh pegunungan di

    sekitarnya sehingga cuaca yang terbentuk sejuk dan lembab. Temperatur rata-rata yaitu 23,40C

    dan mencapai suhu tertinggi pada bulan september yaitu 30,90C. Sedangkan rata-rata curah

    hujan di Kota Bandung pada tahun 2012 adalah 209,23 mm dengan jumlah hari hujan rata-rata

    18 hari per bulan. Iklim Kota Bandung ditunjukkan pada Tabel 2.2.

    Tabel 2.2 Iklim Kota Bandung

    Tekanan Udara 923.1 mb

    Kelembaban Nisbi 76%

    Temperatur 23.4 C

    Curah Hujan 209.23 mm

    Hari Hujan 18 hari

    Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Bandung

    Arah dan kecepatan angin yang berhembus di daerah Gedebage akan mempengaruhi

    penyebaran debu yang dihasilkan oleh pembangunan terminal terpadu Gedebage. Arah angin

    dominan bertiup dari arah Barat menuju ke Timur Laut, dengan kecepatan angin berkisar antara

    0,2 1,5 m/s. Kecepatan angin tertera pada Gambar 2.2.

  • Gambar 2.2 Arah Kecapatan Angin

    2. Kualitas Udara dan Kebisingan

    Kualitas udara ditentukan oleh tingkat pencemaran udara, semakin tinggi tingkat

    pencemaran semakin rendah kualitas udara tersebut dan sebaliknya semakin rendah

    tingkat pencemaran udara semakin tinggi kualitas udara tersebut. Zat-zat pencemar

    udara dapat dikelompokkan menjadi parameter gas parameter partikulat/debu, dan

    parameter kebisingan. Kualitas udara untuk masing-masing parameter berdasarkan

    perhitungan laju pertumbuhan penduduk dan Badan Pengendalian Lingkungan

    Hidup kota Bandung tahun 2006 untuk parameter gas tertera pada Gambar 2.3

    sampai 2.7 dan parameter partikulat/debu tertera pada Gambar 2.8 dan 2.9. Titik

    pengukuran parameter kualitas udara dan kebisingan terdapat pada Gambar 2.1.

    Pengambilan sampel dilakukan di empat titik yaitu Jalan Hasan (1), Komplek

    Panyileukan (2), Komplek Griya Cempaka Arum (3), dan Komplek Adipura.

    Lokasi dipilih berdasarkan pertimbangan arah angin dan banyaknya reseptor di

    lokasi. Adapun metode analisis parameter kualitas udara terdapat pada Tabel 2.3.

    Tabel 2.3 Metode Pengujian Parameter Kualitas Udara

    Parameter Metode Analisis Peralatan

    SO2 Pararosanilin Spektrofotometer

    CO NDIR NDIR Analyzer

    NO2 Saltzman Spektrofotometer

  • Parameter Metode Analisis Peralatan

    O3 Chemiluminescent Spektrofotometer

    HC Flame Ionization Gas Chromatografi

    SPM Gravimetric Hi-Vol

    Pb Gravimetric Hi-Vol

    Gambar 2.3 Parameter Kualitas Udara CO

    Gambar 2.4 Parameter Kualitas Udara SO2

    0

    5000

    10000

    15000

    20000

    25000

    30000

    35000

    2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

    BML

    Jalan Hasan (1)

    Komplek Panyileukan(2)

    Komplek GriyaCempaka Arum(3)

    Komplek Adipura (4)

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    600

    700

    800

    900

    1000

    2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

    BML

    Jalan Hasan (1)

    Komplek Panyileukan(2)

    Komplek GriyaCempaka Arum(3)

    Komplek Adipura (4)

  • Gambar 2.5 Parameter Kualitas Udara HC

    Gambar 2.6 Parameter Kualitas Udara NO2

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    140

    160

    180

    2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

    BML

    Jalan Hasan (1)

    Komplek Panyileukan(2)

    Komplek GriyaCempaka Arum(3)

    Komplek Adipura (4)

    330

    340

    350

    360

    370

    380

    390

    400

    410

    2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

    BML

    Jalan Hasan (1)

    Komplek Panyileukan(2)

    Komplek GriyaCempaka Arum(3)

    Komplek Adipura (4)

  • Gambar 2.7 Parameter Kualitas Udara O3

    Gambar 2.8 Parameter Kualitas Partikulat Pb

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

    BML

    Jalan Hasan (1)

    Komplek Panyileukan(2)

    Komplek GriyaCempaka Arum(3)

    Komplek Adipura (4)

    0

    0.5

    1

    1.5

    2

    2.5

    2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

    Baku Mutu

    Jalan Hasan (1)

    Komplek Panyileukan(2)

    Komplek GriyaCempaka Arum(3)

    Komplek Adipura (4)

  • Gambar 2.9 Parameter Kualitas Partikulat SPM

    Faktor lain yang perlu diperhatikan untuk memperoleh kenyamanan dan kesehatan

    penghuni perumahan adalah tingkat kebisingan. Data hasil pengukuran tingkat

    kebisingan tertera pada Gambar 2.10.

    Gambar 2.10 Tingkat Kebisingan

    Sumber: BPLH Kota Bandung (2006)

    Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam

    tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia

    dan kenyamanan lingkungan. Sumber kebisingan di sekitar lokasi rencana

    pembangunan terminal berasal dari kendaraan yang lalu lalang seperti sepeda

    motor, angkot, sedan, truk, pick up, bus, pembangunan gedung dan rel, dan banyak

    kegiatan lainnya.

    125

    130

    135

    140

    145

    150

    155

    2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

    Baku Mutu

    Jalan Hasan (1)

    Komplek Panyileukan(2)

    Komplek GriyaCempaka Arum(3)

    Komplek Adipura (4)

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

    Baku Mutu

    Jalan Hasan (1)

    KomplekPanyileukan (2)

    Komplek GriyaCempaka Arum(3)

    Komplek Adipura (4)

  • 3. Kualitas Air Permukaan

    Hidrologi air permukaan yang terdapat di Wilayah Gedebage terbagi atas air tanah

    dangkal (bebas) dan air tanah dalam. Air tanah dangkal (bebas) berupa sumur

    pantek dan sumur gali, dimana ketersediaan dan kualitas airnya relatif baik, karena

    dapat diperoleh pada kedalaman kurang dari 5 10 meter dari permukaan.

    Sedangkan kondisi air tanah dalam secara umum mengikuti pola air tanah cekungan

    Bandung secara keseluruhan, yakni arah aliran air bertekanan ke selatan dengan

    kedalaman akuifer terbagi dalam 3 kelompok, yaitu :

    Kurang dari 40 m.

    Antara 40 150 m.

    Lebih dari 150 m.

    Bentuk akuifer berupa pasir tufa setempat dengan debit air antara 2 liter/detik

    hingga 10 liter/detik dan kualitas umumnya sedang. Pada kawasan perencanaan

    terdapat beberapa sungai yang melaluinya diantaranya: Sungai Cipamokolan,

    Sungai Cidurian, Sungai Cikapundung, dan Sungai Cikapundung Kolot. Sungai-

    sungai ini umumnya kering pada musim kemarau, namun pada musim hujan pada

    beberapa sungai sering terjadi banjir. Kualitas air sungai ditunjukkan pada Tabel

    2.4. Pengambilan sampel dilakukan di dua titik Sungai Cinambo dengan

    pertimbangan sungai tersebut melewati proyek. Titik pertama berada di bagian hulu

    dimana terdapat kawasan industri tekstil dan bangunan. Titik kedua berada di hilir

    yang merupakan perumahan penduduk. Penentuan titik ini berpengaruh terhadap

    kualitas air yang dihasilkan.

    Tabel 2.4 Data Kualitas Air Sungai

    Parameter Satuan Kualitas

    Titik (1)

    Kualitas

    Titik (2)

    Baku Mutu

    Lingkungan

    Kelas III

    FISIKA

    Temperatur C 22.6 25 Deviasi 3

    Zat terlarut mg/l 224 442 1000

    Zat

    tersuspensi mg/l 40 336 400

    KIMIA

    Amoniak

    Total

    mg/l

    NH3-N 0.025 0.68 -

    Detergen ug/l 90 40 200

    Fenol ug/l 2 1 1

  • Sumber: BPLH Kota Bandung (2006)

    4. Topografi Lahan

    Wilayah Gedebage terdiri dari 3 kecamatan yaitu Kecamatan Buahbatu, Kecamatan

    Rancasari dan Kecamatan Gedebage. Masing-masing kecamatan memiliki topografi

    masing-masing. Secara topografi Kecamatan Buahbatu berada di 700 meter diatas

    permukaan laut. Kecamatan Buahbatu terletak di bagian selatan Kota Bandung yang

    berbatasan langsung dengan Kabupaten Bandung. Kecamatan Buahbatu memiliki

    fungsi yaitu pemukiman. Secara topografi Kecamatan Rancasari berada di 700

    meter diatas permukaan laut. Sedangkan Kecamatan Gedebage berada di dataran

    rendah dengan ketinggian tanah 627 meter diatas permukaan laut.

    5. Kemiringan Tanah

    Kemiringan lahan sebagai bentuk alami permukaan tanah, merupakan salah satu

    faktor dalam penentuan kemampuan tanah untuk menampung kegiatan-kegiatan di

    atasnya. Kemiringan lahan antara 2 5 % merupakan kemiringan yang sangat

    dominan di lokasi wilayah perencanaan, dimana kondisi semacam ini merupakan

    kendala bagi saluran drainase kota. Untuk itu perlu penanganan khusus bagi

    Wilayah Gedebage yang rawan terhadap banjir terutama pada saat musim hujan.

    Fosfat Total ug/l PO4-

    P 0.05 0.05 1

    BOD mg/l 16.78 14.21 6

    COD mg/l 102.11 56.43 50

    Minyak-

    lemak ug/l 1000 1000 1000

    Nitrat mg/l

    NO3-N 1.11 1.07 20

    Nitrit mg/l

    NO2-N 0.05 0.05 0.06

    DO mg/l O2 2.66 3.03 3

    Ph - 7.35 7.4 6-9

    Air raksa mg/l Hg 0.0002 0.0002 0.002

    Sianida mg/l 0.01 0.01 0.02

    Khlorin mg/l 0.02 0.02 0.03

    Sulfida mg/l 0.17 0.013 0.002

    BIOLOGI

    Koli tinja Jml./100

    ml 7000 3000 2000

    Koli total Jml./100

    ml 11000 5000 10000

  • 6. Struktur Tanah

    Kawasan Gedebage terletak pada daerah dengan kondisi tanah berupa lapisan tanah

    lunak sangat tebal dan terletak pada cekungan danau purba Bandung yang

    mempengaruhi besarnya respon gempa dipermukaan tanah. Berdasarkan SNI-03-

    1726-2002 dan Uniform Building Code, tanah di kawasan Gedebage

    diklasifikasikan dalam kelas SE (tanah lunak) dan SF (tanah khusus) sehingga

    memerlukan evaluasi respons gempa lokal. Adapun sebaran batuan dan tanah di

    wilayah perencanaan terdiri dari: lempung lanauan, lapisan gambut, lapisan pasir

    dan lempung berpasir. Sedangkan Jenis tanah di wilayah ini berupa tanah alluvial

    sehingga membutuhkan kontruksi yang spesifik dan khusus untuk bangunan berat

    dan tinggi.

    2.2.3 Ekologi

    1. Keanekaragaman Fauna

    Berbagai spesies kelompok fauna yang dapat ditemui di kawasan Gedebage adalah

    sebagai berikut Bubalus bubalis (kerbau) dari taksa mamalia. Taksa insekta

    terdapat Dissosteira carolina (belalang, Neurothenis sp. (capung) dan Gryllus

    asimilis (jangkrik). Taksa amfibi Fejervarya cancrivora (katak sawah) dan dari

    taksa pisces terdapat Monopterus albus (belut). Selain itu terdapat hewan yang

    dilindungi yaitu burung kuntul kerbau (Bubulcus ibis) dan burung blekok (Ardeola

    speciosa).

    2. Keanekaragaman Flora

    Keaneka ragaman pembentuk tipe vegetasi Kota Gedebage berupa ekosistem sawah,

    baik teresterial maupun air. Berikut diantaranya kelompok flora teresterial Oryza

    sativa (padi), Zea mays (jagung), Bambusa glaucescens (bambu pagar) dan

    Imperata cylindrica (ilalang). Sedangkan yang termasuk ke dalam kelompok biota

    air adalah Ipomoea aquatic (kangkung) dan Eichornia crassipas (eceng gondok).

  • 2.2.4 Demografi

    1. Jumlah Penduduk

    Kecamatan Gedebage terdiri dari empat kelurahan yaitu Cimincrang, Cisaranten

    Kidul, Rancanumpang, dan Rancabolang. Total jumlah penduduk Kecamatan

    Gedebage ialah 26940 jiwa dengan rincian 13628 laki-laki dan 13312 perempuan.

    Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin tertera di Gambar 2.11.

    Gambar 2.11 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

    Sumber: Badan Pusat Statistik (2014)

    2. Tata Guna Lahan

    Total luas wilayah Gedebage adalah 2809,39 Ha. Penggunaan lahan dikawasan ini di

    dominasi oleh persawahan seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Fungsi lainnya adalah

    perdagangan, industri, perumahan terencana maupun tidak terencana dan perkantoran

    pemerintah. Fungsi sarana dan prasarana yang dikembangkan yaitu permukiman,

    industri, jasa dan perkantoran serta pusat pengembangan ekspor-impor.

    3. Ekonomi

    Berdasarkan tata guna lahan, pemanfaatan lahan Bandung Timur didominasi oleh

    permukiman dan ruang terbuka berupa persawahan dan tegalan. Kegiatan perdagangan

    dan jasa atau industri hanya sedikit sekali jumlahnya tidak melebihi 10% dari total

    keseluruhan lahan. Indikasi pola pemanfaatan ruang tersebut adalah belum optimalnya

    sektor industri, perdagangan, dan jasa. Pada umumnya, peranan industri sangat besar

    3329

    2226

    6502

    1571

    3175

    2081

    6545

    1511

    0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000

    Rancabolang

    Rancanumpang

    Cisaranten Kidul

    Cimincrang

    Laki-laki

    Perempuan

  • dalam hal meningkatkan perekonomian wilayah, salah satunya adalah melalui kas

    daerah dan penciptaan lapangan kerja.

    Aktivitas perekonomian yang terdapat di wilayah Gedebage terdiri dari sarana

    perdagangan, indutri, dan jasa pemerintahan/swasta. Lokasi industri bagi wilayah

    Gedebage berpusat di sekitar Jalan Gedebage terutama di Jalan Gedebage bagian utara

    karena daerah itu merupakan daerah strategis untuk pengiriman dan pengangkutan

    barang serta dekat dengan akses Jalan Soekarno Hatta dan Terminal Peti Kemas.

    Sebagian industri yang berada di wilayah ini adalah industri besar seperti industri tekstil

    dan industri bahan bangunan sedangkan industri rumah tangga berupa industri

    kerajinan.

    4. Transportasi

    Wilayah Gedebage diapit dua jalan arteri yaitu jalan tol Padalarang-Cileunyi dan jalan

    Sukarno Hatta yang menyebabkan lokasi wilayah relatif strategis. Wilayah Gedebage

    memiliki jaringan jalan khususnya jalur regional sepanjang jalan Soekarno-Hatta, jalan

    Terusan Kiaracondong, Terusan Buahbatu yang berpotensi untuk pengembangan

    kawasan dengan skala regional, jalan Margacinta jalan Ciwastra dan jalan Gedebage

    yang berfungsi sebagai jalan kolektor dan berpotensi untuk dikembangkan guna

    menopang pengembangan pusat primer Gedebage. Di kelurahan Cisaranten Kidul

    terdapat terminal peti kemas Gedebage dan rencana pembangunan sarana olah raga. Hal

    ini berdampak positif pada wilayah Gedebage antara lain terhadap naiknya nilai tanah,

    nilai komersial kawasan yang tinggi dan mudahnya aksesibilitas keluar dan masuk

    wilayah, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi pengembangan wilayah Gedebage

    secara menyeluruh. Di lokasi proyek terdapat permukiman penduduk sehingga akses

    jalan akses proyek cukup ramai. Jumlah kendaraan yang melintasi jalan akses proyek

    terdapat pada Tabel 2.5. Sampel kendaraan diukur pada saat pagi, siang, dan sore

    dengan pertimbangan di waktu tersebut penduduk sekitar memiliki mobilitas yang

    tinggi.

  • Tabel 2.5 Jumlah Kendaraan

    Jenis Kendaraan Waktu Jumlah Kendaraan

    Mobil

    06.30-07.00 39

    12.00-12.30 14

    16.30-17.00 31

    Motor

    07.00-07.30 53

    12.00-12.30 34

    16.30-17.00 48

    5. Konsumsi Air

    Terminal Terpadu Gedebage yang akan dibangun membutuhkan pasokan air bersih.

    Terminal ini nantinya akan mempengaruhi tingkat konsumsi air masyarakat. Tingkat

    konsumsi air masyarakat sangat berhubungan dengan jumlah penduduk. Kebutuhan

    akan air masyarakat biasanya diperuntukkan untuk kebutuhan sehari-hari pada

    sambungan rumah dan fasilitas-fasilitas umum kota. Berikut adalah tabel kebutuhan air

    masyarakat Gedebage pada tahun 2011. Seperti ditunjukkan pada Tabel 2.6, kebutuhan

    air bersih untuk fasilitas umum dan rekreasi adalah sebesar 332180 l/s.

    Tabel 2.6 Kebutuhan Air Bersih tahun 2011

    Sumber: Karlinda (2014)

    6. Tingkat Pendidikan

    Uraian mengenai penduduk menurut tingkat pendidikan berkaitan erat dengan kualitas

    dari penduduk dan potensi pemenuhan lapangan pekerjaan yang ada. Penilaian terhadap

    kesejahteraan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilakukan berdasarkan

    asumsi bahwa makin tinggi tingkat pendidikan makin tinggi pula tingkat

    Sambungan umum (l/detik) 7775153.01

    Hidran Umum (l/detik) 1318740

    Fasilkitas Pendidikan (l/detik) 1276800

    Fasilitas Peribadatan (l/detik) 1360500

    Fasilitas Kesehatan (l/detik) 515400

    Fasilitas Perdagangan dan Jasa

    (l/detik) 411420

    Fasilitas Umum dan Rekreasi

    (l/detik) 332180

    Fasilitas Olahraga (l/detik) 105000

    Kegiatan Industri (l/detik) 2386900

    Hidran Kebakaran (l/detik) 1548209.3

    Tata Kota (l/detik) 774104.651

    TOTAL (l/detik) 17804407

  • kesejahteraannya. Gambar 2.12 menunjukkan tingkat pendidikan masyarakat

    Gedebage tahun 2014.

    Gambar 2.12 Tingkat Pendidikan Penduduk Gedebage

    Sumber: Badan Pusat Statistik (2014)

    7. Jenis Pekerjaan

    Mata pencaharian masayarakat Gedebage berdasarkan Badan Pusat Statistik (2014)

    paling dominan adalah sebagai pegawai swasta. Hal ini berkaitan dengan banyaknya

    industri di wilayah tersebut. Rincian mata pencaharian masyarakat Gedebage tertera

    pada Gambar 2.13.

    Gambar 2.13 Mata Pencaharian Penduduk Gedebage

    Sumber: Badan Pusat Statisik (2014)

    4182

    4409

    4014

    4506

    4455

    1670

    1874

    0 1000 2000 3000 4000 5000

    Tidak sekolah

    Belum tamat SD

    SD/MI/Sederajat

    SMP/MTS/Sederajat

    SMA/MA/Sederajat

    SMK/Sederajat

    Diploma I/II

    Dipoma III/Sarjana muda

    Diploma IV/S1

    1603

    1386

    3891

    1543

    1422

    7634

    1368

    846

    5427

    0 2000 4000 6000 8000 10000

    PNS

    ABRI/POLRI

    Pegawai Swasta

    Petani

    Pedagang

    Pelajar

    Mahasiswa

    Pensiunan

    Lainnya

  • 8. Kesehatan

    Jenis sarana kesehatan yang terdapat di Wilayah Gedebage adalah Rumah Sakit,

    Poliklinik, Puskesmas, Pos Kesehatan/Pos Yandu, Dokter, Bidan, Mantrim Kesehatan,

    Apotik dan lainnya. Rincian sarana kesehatan di wilayah Gedebage tertera pada

    Gambar 2.14.

    Gambar 2.14 Sarana Kesehatan di Gedebage

    Sumber: Badan Pusat Statistik (2014)

    9. Agama

    Secara umum sarana peribadatan yang ada di wilayah Gedebage adalah Mesjid,

    Langgar, Gereja, sedangkan tidak terdapat Pura, Vihara dan Kuil. Adapun agama yang

    dominan dianut adalah Islam seperti ditunjukkan pada Gambar 2.15.

    Gambar 2.15 Agama yang Dianut Penduduk Gedebage

    Sumber: Badan Pusat Statisik (2014)

    2

    45

    6

    7

    1

    3

    0 10 20 30 40 50

    Rumah Sakit

    Puskesmas

    Posyandu

    Praktik Dokter

    Praktik Bidan

    Poliklinik

    Apotek

    27389

    685

    121

    43

    36

    0 10000 20000 30000

    Islam

    Protestan

    Katholik

    Hindu

    Budha

    Lainnya

  • 10. Usia

    Dilihat dari struktur usianya, penduduk wilayah Gedebage didominasi oleh penduduk

    usia muda, dimana penduduk usia balita jumlahnya mencapai 11.449 jiwa (9,98%).

    Penduduk usia kerja, yaitu antara usia 10 14 tahun sampai 50 54 tahun mencapai

    jumlah 95.492 jiwa atau sebesar 83,20%. Sedangkan penduduk yang bukan usia kerja

    berjumlah 33.571 jiwa. Dari data ini diperoleh angka/jumlah ketergantungan di wilayah

    perencanaan adalah sebesar 29,25%. Dengan demikian komposisi penduduk antara usia

    kerja dan non usia kerja cukup seimbang.

    2.2.3 Karakteristik Sarana dan Prasarana Kota

    Unsur-unsur yang tergolong dalam utilitas umum dan prasarana sanitasi lingkungan

    dapat diuraikan sebagai berikut :

    - Utilitas umum yang meliputi pelayanan air bersih, jaringan listrik serta jaringan

    telepon dan gas.

    - Prasarana sanitasi lingkungan meliputi drainase, pengelolaan pembuangan

    sampah dan pengelolaan air limbah.

    Berikut akan dibahas mengenai beberapa utilitas yang berkaitan dengan lingkungan.

    a. Air bersih

    Air bersih merupakan kebutuhan pokok bagi suatu lingkungan perumahan, oleh sebab

    itu kawasan perumahan harus mendapat distribusi air bersih yang cukup. Jenis sumber

    air yang ditemui di Wilayah Gedebage umumnya menggunakan sumur pompa dan

    sumur terbuka, sebagian telah memanfaatkan jaringan air bersih dari Perusahaan Daerah

    Air Minum (PDAM).

    b. Drainase

    Sistem drainase merupakan prasarana sanitasi lingkungan yang harus dipenuhi pada

    setiap lingkungan perumahan maupun perkotaan yang berfungsi untuk mengeringkan

    air hujan dan harus mempunyai kapasitas tampung yang cukup agar suatu lingkungan

    terbebas dari genangan banjir. Di beberapa tempat di wilayah perencanaan sering

    terkena banjir akibat kondisi wilayah berada di bawah ketinggian jalan terutama jalan

    arteri dan regional (Jl. Raya Soekarno-Hatta dan Jl. Tol Padalarang Cileunyi), saluran

  • drainase yang belum sempurna maupun saluran yang tersumbat oleh sampah atau

    buangan limbah industri.

    c. Pengelolaan Air Limbah

    Pengelolaan air limbah merupakan komponen yang sangat penting bagi suatu

    lingkungan perumahan, yang mana pengelolaan air limbah mempunyai fungsi utama

    sebagai saluran yang membuang limbah air kotor ke tempat pembuangan akhir. Sistem

    pembuangan air limbah di wilayah perencanaan masih menggunakan selokan dan

    sebagian menggunakan septik tank, namun cenderung menggunakan sungai sebagai

    pembuangan air limbah terutama dari rumah tanggga dan industriindustri. Pada

    umumnya industri di wilayah perencanaan belum mempunyai tempat pengolahan air

    limbah, sehingga dialirkan ke sungai-sungai yang ada di wilayah Gedebage.

    d. Sarana Pendidikan

    Pada gambar di bawah ini fasilitas yang paling banyak adalah fasilitas untuk TK dan

    RA sedangkan penduduk dengan rentang diatas 15 tahun sangatlah banyak. Fasilitas

    untuk SD hingga SMA yang ada jumlahnya kurang memadai untuk jumlah penduduk

    wilayah Gedebage. Jika terjadi perkembangan penduduk maka fasilitas sekolah pun

    akan meningkat jumlahnya terutama tingkat pendidikan SD hingga SMA. Sarana

    pendidikan di wilayah Gedebage terdapat pada Gambar 2.16.

    Gambar 2.16 Sarana Pendidikan di Wilayah Gedebage

    Sumber: Badan Pusat Statisik (2014)

    3

    15

    13

    55

    186

    0

    0 50 100 150 200

    Perguruan Tinggi

    SMA, MA, SMK

    SMP, MTs

    SD, MI

    TK, RA

    Taman Bacaan

  • e. Sarana Kesehatan

    Berdasarkan Gambar 2.14 terlihat bahwa fasilitas kesehatan yang paling banyak

    adalah posyandu, sedangkan fasilitas kesehatan yang jumlahnya sangat sedikit adalah

    balai pengobatan dan puskesmas. Jika penduduk berkembang pesat maka diperkirakan

    orang yang akan jatuh sakit pun akan semakin banyak, untuk itu diperlukan peningkatan

    fasilitas kesehatan di Wilayah Gedebage.

    f. Sarana Peribadatan

    Berdasarkan Gambar 2.17 terlihat bahwa fasilitas Peribadatan yang paling banyak

    adalah masjid, hal ini sesuai dengan mayoritas agama di wilayah Gedebage adalah

    agama Islam. Tetapi, untuk pura dan vihara tidak ada sama sekali.

    Gambar 2.17 Sarana Peribadatan di Wilayah Gedebage

    Sumber: Badan Pusat Statistik (2014)

    g. Sarana Umum dan Rekreasi

    Berdasarkan Gambar 2.18 terlihat bahwa sarana umum dan rekreasi sangatlah kurang.

    Berdasarkan RTRW Kota Bandung , Wilayah Gedebage akan dijadikan pusat kota

    kedua setelah Alun-alun. Dengan dijadikannya Gedebage sebagai pusat kota kedua

    maka sarana umum dan rekreasi akan meningkat pula. Kondisi sebelum menjadi pusat

    kota, wilayah Gedebage sangatlah minim sarana umum dan rekreasi.

    36

    31

    6

    3

    0

    0

    0 5 10 15 20 25 30 35 40

    Masjid

    Langgar

    Mushola

    Gereja

    Vihara

    Pura

  • Gambar 2.18 Sarana Umum dan Rekreasi di Wilayah Gedebage

    (Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014)

    2.3. Hasil Pelibatan Masyarakat

    Proses pembuatan dokumen AMDAL terdiri dari beberapa tahapan. Kesempatan

    partisipasi masyarakat dalam membuat dokumen tersebut dapat dilibatkan melalui tahap

    pelingkupan, penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL, serta keputusan kelayakan atas ANDAL,

    RKL, dan RPL.

    Pelibatan masyarakat dimulai dari pemrakarsa mengajak diskusi dan menyelenggarakan

    pertemuan dengan para tokoh masyarakat setempat. Diskusi awal dibahas mengenai rencana

    kegiatan proyek serta kegiatan studi AMDAL. Pemrakarsa juga mengumumkan mengenai

    kegiatan proyek ini melalu surat kabar dan kantor pemerintah setempat. Adapun hasil

    keefektifannya pengumuman ini dapat dilihat dari hasil kuesioner yang disebar ke masyarakat

    mengenai pengetahuan dan persetujuan tentang proyek. Dari 10 responden, 90% masyarakat

    menyatakan mengetahui akan diadakannya proyek Terminal Terpadu Gedebage dan 80%

    masyarakat menyatakan setuju dibangunnya Terminal Terpadu Gedebage.

    Adapun pendapat dan tanggapan yang diberikan masyarakat melalui konsultasi dan

    partisipasi tokoh masyarakat adalah sebagai berikut:

    1. Dengan adanya pembangunan Terminal Terpadu Gedebage dapat menurunkan mata

    pencaharian warga disebabkan ekosistem sawah rusak.

    2. Lalu lintas menjadi padat sejak masa konstruksi Terminal terpadu Gedebage.

    0

    4

    4

    5

    0

    0

    0

    0

    0 1 2 3 4 5 6

    Kantor Pos

    Kantor Polisi

    Penginapan

    Kolam renang

    Gedung Bioskop

    Gedung Serbaguna

    Balai Serbaguna

    Balai Warga

  • Sedangkan saran yang diberikan masyarakat adalah sebagai berikut:

    1. Melibatkan masyarakat sekitar dalam perekrutan tenaga kerja proyek

    2. Membuat akses jalan khusus untuk lalu lintas proyek

    2.4. Dampak Penting Hipotetik

    Dalam perumusan dampak penting hipotetik perlu dilakukan dengan menggunakan

    serangkaian proses sebagai berikut:

    - Identifikasi dampak potential

    - Evaluasi dampak potensial, klasifikasi dan prioritas dampah penting hipotetik

    2.4.1. Identifikasi Dampak Potensial

    Kegiatan pelingkupan pada tahap ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi segenap

    dampak lingkungan (primer atau sekunder) yang secara potensial akan timbul akibat adanya

    kegiatan Terminal Terpadu Gedebage.

    Identifikasi dampak potensial diperoleh melalui serangkaian aktifitas yaitu pemahaman

    mengenai komponen-komponen kegiatan, pengamatan lapangan dan hasil konsultasi serta

    diskusi dengan para pakar, dan masyarakat yang berkepentingan terutama mereka yang tinggal

    di wilayah tapak proyek.

    Metode identifikasi dampak potensial dilakukan dengan menggunakan Metode Alir

    memalui hubungan sebab akibat antara bentuk kegiatan dengan komponen lingungan. Selain

    itu, untuk generalisasi digunakan juga Metode Matrik melalui interaksi antara komponen

    kegiatan dan komponen lingkungan yang terkena dampak pada setiap tahapan kegiatan, mulai

    dari tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi, dan pasca operasi Terminal Terpadu Gedebage.

    a) Tahap Pra Konstruksi

    Pada tahap pra konstruksi, kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak

    potential terhadap komponen lingkungan adalah:

    1. Survey lapangan

    Dari kegiatan survey lapangan ini diperkirakan akan menimbulkan beberapa dampak

    isu sosial berupa keresahan masyarakat (gangguan kamtibmas) dan keresahan/persepsi

    masyarakat

    2. Pembebasan lahan

    Kegiatan pembebasan lahan ini diperkirakan menimbulkan beberapa dampak

    diantaranya:

  • Kesesuaian ganti rugi lahan, kegiatan ini dapat menimbulkan dampak

    keresahan/persepsi dari pemilik lahan.

    Perubahan kepemilikan lahan (alih fungsi lahan), kegiatan ini dapat menimbulkan

    dampak pada kondisi ekonomi masyarakat sekitar yaitu berupa perubahan mata

    pencaharian dan pekerjaan masyarakat setempat. Dari adanya peralihan mata

    pencaharian penduduk sekitar akan mengakibatkan tingkat pendapatan penduduk

    sekitar.

    Secara keseluruhan dampak yang ditimbulakan dari kegiatan pra-konstruksi ini dapat

    dilihat pada bagan alir berikut.

    Gambar 2.19. Bagan alir identifikasi dampak pembangunan Terminal Terpadu

    Gedebage tahap pra-konstruksi

    b) Tahap Konstruksi

    Pada tahap konstruksi, kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak

    potential terhadap komponen-komponen lingkungan adalah:

    1. Pengosongan lahan

    Pada tahap ini dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

    Pembersihan/pengosongan lahan

    Dampak yang mungkin terjadi dengan adanya kegiatan pembersihan lahan adalah

    rusaknya ekosistem di sekitar lokasi proyek, yaitu persawahan. Hal ini mengakibatkan

    Tahap Pra Konstruksi

    Sigi lapangan Pembebasan lahan

    Isu sosial

    Keresahan/persepsi

    masyarakat

    Kesesuaian ganti rugi Perubahan kepemilikan lahan

    Keresahan/persepsi

    pemilik lahan

    Perubahan mata

    pencaharian

  • flora dan fauna di lokasi tersebut mengalami penurunan baik jumlah maupun

    keanekaragaman.

    Penggalian dan penimbunan tanah untuk keperluan penyiapan lokasi bangunan

    Dampak yang mungkin terjadi dengan adanya kegiatan ini adalah peningkatan debu dan

    partikulat sehingga mengakibatkan menurunnya kualitas udara. Akibat turunnya kualitas

    udara ini, adalah gangguan kesehatan pada flora dan fauna serta masyarakat sekitar pun

    dapat terjadi.

    Perataan lahan secara parsial

    Seperti halnya di atas, dampak potensial yang terjadi akibat adanya kegiatan ini adalah

    peningkatan debu dan partikulat sehingga mengakibatkan menurunnya kualitas udara.

    Akibat turunnya kualitas udara ini, gangguan kesehatan pada flora dan fauna serta

    masyarakat sekitar pun dapat terjadi.

    Penyiapan tapak untuk pembangunan

    Pada kegiatan penyiapan tapak untuk pembangunan, dampak yang mungkin terjadi

    adalah timbulnya keresahan masyarakat karena pada tahap ini masyarakat mulai sadar

    bahwa adanya proyek pembangunan yang sudah pasti yang kemungkinan besar dapat

    mempengaruhi kehidupan mereka.

    2. Mobilisasi alat berat dan material

    Dampak yang ditimbulkan dengan adanya kegiatan ini adalah peningkatan getaran dan

    kebisingan akibat keluar masuknya alat berat dan kendaraan yang membawa material

    bangunan. Akibat adanya getaran ini, kerusakan prasarana jalan dapat terjadi. Selain itu

    peningkatan bising juga dapat ditimbulkan karena alasan tersebut. Dampak lain yang

    ditimbulkan dengan adanya kegiatan ini adalah gangguan lalu lintas dan kerusakan pada

    ekosistem sawah sekitar proyek.

    3. Pembangunan terminal terpadu

    Dampak yang terjadi akibat pembangunan terminal terpadu merupakan dampak yang

    paling banyak dan besar pada tahap konstruksi proyek. Hal ini dikarenakan pada kegiatan

    ini, terjadi peningkatan debu dan partikulat yang mengakibatkan penurunan kualitas udara

    dan peningkatan kebisingan. Penurunan kualitas udara ini akan menyebabkan gangguan

    pada flora dan fauna serta kesehatan masyarakat sekitar.

  • Meningkatnya jumlah limpasan air hujan juga ditimbulkan karena lahan yang tadinya

    terbuka sekarang dibangun bangunan-bangunan yang tidak dapat menyerap air hujan. Selain

    itu, peningkatan getaran dan kebisingan juga jelas akan terjadi akibat adanya pembangunan

    ini.

    c) Tahap Operasi

    Pada tahap operasi, kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak potential

    terhadap komponen lingkungan adalah:

    1. Mobilisasi bus dan angkutan umum

    Dampak yang mungkin dapat terjadi dengan adanya kegiatan mobilisiasi bus dan

    angkutan umum adalah penyebaran emisi gas dari knalpot kendaraan tersebut. Adanya

    penyebaran emisi gas ini dapat berpengaruh pada kualitas udara di sekitar lokasi Terminal

    Terpadu Gedebage dan berujung pada penurunan kualitas udara. Penurunan kualitas udara

    juga akan berpengaruh pada kondisi flora dan fauna di sekitar lokasi. Untuk fauna seperti

    burung akan kemungkinan menjauh dari lokasi sedangkan untuk flora diprediksi akan

    menambah beban dalam pengaturan sirkulasi udara secara alami. Tidak hanya flora dan

    fauna, manusia akan terganggu kondisi kesehatannya dengan adanya penurunan kualitas

    udara dan bisa memicu timbulnya penyakit pada manusia seperti sesak napas atau yang lebih

    parah. Hal ini tentunya menimbulkan keresahan dan ketidaknyamanan masyarakat di lokasi.

    Selain penyebaran emisi, dampak lainnya pada kegitan ini adalah dari bunyi klakson

    bus dan transportasi umum lainnya di lokasi. Bunyi klakson ini akan memicu peningkatan

    kebisingan di lokasi Terminal Terpadu Gedebage. Kebisingan ini akan kengurangi

    kenyamanan masyarakat di lokasi terutama para penumpang.

    Aktifitas mobilisasi bus dan angkutan umum ini jika tidak dikelola dengan baik juga

    akan berdampak pada terganggunya aktivitas lalu lintas di sekitar kawasan. Kesemerawutan

    tempat parkir mobil juga mungkin terjadi bahkan lebih parahnya lagi bisa memungkinkan

    terjadinya kerusakan prasarana jalan.

    2. Naik turun penumpang

    Kegiatan naik turun penumpang haruslah diperhatikan oleh pihak pengelola.

    Kemungkinan dampak buruk yang terjadi adalah gangguan lalu lintas karena kurangnya

    pemahaman para penumpang mengenai jalur mobilisasi penumpang yang baik di lokasi.

    Selain itu kegiatan ini tentunya tidak lepas dengan keramaian sehingga memuka peluang

  • bagi para pedagang asongan khususnya untuk memanfaatnya. Walaupun hal ini menjadi

    keuntungan bagi para pedagang tetapi kurang baik bagi kenyamanan para penumpang.

    3. Administrasi penumpang

    Pada kegiatan administrasi penumpang yang mungkin menimbulkan dampak adalah

    pada antrian pembelian karcis. Jika tidak dilakukan pengelolaan dengan baik akan

    menimbulkan ketidaknyamanan penumpang. Selain itu ada kemungkinan sperti ruang

    tunggu penumpang yang penuh akan menimbulkan keresahan dan ketidaknyamanan

    penumpang juga.

    4. Pengerahan Tenaga Kerja

    Adanya kegiatan baru di lokasi terminal akan mengundang bagi masyarakat sekitar

    ataupun masyarakat luar daerah untuk berkesempatan meraih keuntungan secara ekonomi.

    Masyarakat dapat berkesempatan bekerja sebagi petugas terminal dan juga memicu kegiatan

    perdagangan di sekitar lokasi karena tingkat keramaian pada terminal yang tinggi.

    Namun adanya kegiatan perdagangan juga memungkinkan terjadinya gangguan lalu

    lintas dan perusakan prasarana jalan jika tidak dikelola dan ditertibkan secara baik.

    Ditambah lagi sistem berdagang yang lebih aktif seperti pedagang asongan akan memicu

    ketidaknyamanan dari para penumpang.

    5. Pengelolaan persampahan dan fasilitas air bersih

    Pengelolaan persampah dan fasilitas air bersih haruslah dilakukan dengan baik. Jika

    tidak tentunya akan berdampak bagi aktifitas di terminal terutama menyangkut kenyamanan

    masyarakat di lokasi. Ketersedian air bersih untuk sanitasi yang sering terganggu, sampah

    yang menumpuk merupakan contoh pengelolaan yang buruk yang mungkin terjadi.

    Secara keseluruhan identifikasi dampak dari kegiatan operasi dapat dilihat di bagan alir

    pada Gambar 2.2 di bawah.

    d) Tahan Pasca Operasi

    Pada tahap Pasca Operasi, kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak

    potential terhadap komponen lingkungan adalah:

    1. Pengerahan Tenaga Kerja

    Dalam proses pembongkaran terminal akan dilakukan perekrutan tenaga kerja yang

    melibatkan warga sekitar yang dapat memicu peningkatan taraf hidup dan produktifitas

    masyarakat sekitar. Tersedianya lapangan kerja dapat juga meningkatan aktivitas

  • ekonomi di sekitar terminal seperti perdagangan yang dapat meningkatkan pendapatan

    masyarakat.

    2. Pembongkaran dan perapihan lokasi kegiatan

    Proses pembongkaran dan perapihan lokasi pasca operasi terminal akan menimbulkan

    kebisingan dari proses penghancuran bangunan. Adapun proses pembongkaran dapat

    meningkatkan jumlah debu atau partikulat yang terbang ke udara. Hal ini juga akan

    menimbulkan keresahan masyarakat akibat ketidaknyamanan masyarakat dalam

    beraktivitas di sekitar terminal.

    3. Demobilisasi alat berat dan material

    Pada proses demobilisasi alat berat dan material akan menimbulkan penurunan kualitas

    udara dan peningkatan kebisingan yang membuat gangguan kenyamanan masyarakat.

    Proses pengangkutan ini juga dapat menyebabkan kerusakan sarana dan prasarana

    seperti jalan apabila tidak dilakukan penertiban dengan baik. Selain itu, transportasi

    material dari pembongkaran terminal menyebabkan kemacetan lalu lintas.

    4. Pelepasan Tenaga kerja

    Ketika terminal telah selesai beroperasi, para pekerja dan warga sekitar yang memiliki

    kesempatan bekerja dalam proses pembongkaran dan perapihan terminal akan

    kehilangan pekerjaannya. Hal ini akan menimbulkan keresahan pada masyarakat,

    karena penurunan kesempatan bekerja pada masyarakat akan berdampak pada

    penurunan pendapatan ekonomi mereka. Selain itu warga yang melakukan usaha

    disekitar terminal seperti berdagang akan kehilangan tempat usaha mereka dan mencari

    daerah lain yang berpotensi dalam meningkatkan pendapatan mereka.

    Secara keseluruhan identifikasi dampak dari kegiatan pasca operasi dapat dilihat di

    bagan alir pada Gambar 2.22 di bawah.

  • Gambar 2.20. Bagan alir identifikasi dampak pembangunan Terminal Terpadu Gedebage tahap operasi

  • Gambar 2.21. Bagan alir identifikasi dampak pembangunan Terminal Terpadu Gedebage tahap operasi

    Tahap Operasi

    Pengelolaan Persampahan

    dan Fasilitas Air Bersih

    Pengerahan

    Tenaga Kerja

    Administrasi

    Penumpang

    Naik Trun

    Penumpang

    Mobilisasi dan

    Bus dan

    Angkutan Umum

    Tenaga Kerja

    Resmi

    Pedagang

    kaki lima

    dan

    asongan

    Penumpukan

    sampah

    Air Bersih

    Terganggu Emisi Gas

    Knalpot

    Kendaraan

    Bunyi

    Klakson

    Kendaraan

    Kebisingan Antrian

    Penumpang

    Penuh

    Gangguan

    Lalu Lintas

    Penurunan

    Kualitas Udara

    Rusaknya

    Fasilitas

    Jalan

    Peningkatan

    ekonomi

    Gangguan

    Kesehatan

    Manusia

    Gangguan

    Flora dan

    Fauna Ketidaknyamanan

    Masyarakat

  • Gambar 2.22. Bagan alir identifikasi dampak pembangunan Terminal Terpadu Gedebage tahap pasca operasi

    Pasca Operasi

    Pengerahan Tenaga Kerja Pembongkaran dan Perapihan

    Lokasi Kegiatan

    Demobilisasi Alat berat dan

    material

    Pelepasan Tenaga Kerja

    Perekrutan Tenaga kerja

    Peningkatan Pendapatan warga

    Kebisingan Peningkatan Jumlah Debu

    dan Partikulat

    Ketidaknyamanan

    Masyarakat

    Kebisingan Kerusakan

    Sarana

    Prasarana

    Penurunan

    Kualitas

    Udara

    Kemacetan

    Lalu Lintas

    Penurunan

    Pendapatan

    Masyarakat

    Keresahan

    Masyarakat

  • Tabel 2.7. Identifikasi Dampak Potensial Pembangunan Terminal Terpadu Gedebage

    No

    Komponen Lingkungan

    Tahap Pra

    Konstruksi

    Tahap

    Konstruksi Tahap Operasi

    Tahap Pasca Operasi

    Sig

    i la

    pa

    ng

    an

    (Is

    u

    sosi

    al)

    Pem

    beb

    asa

    n l

    ah

    an

    (kes

    esu

    aia

    n g

    an

    ti r

    ug

    i)

    Pen

    go

    son

    ga

    n L

    ah

    an

    Mo

    bil

    isa

    si A

    lat

    Ber

    at

    da

    n M

    ate

    ria

    l

    Pem

    ban

    gu

    nan

    Ter

    min

    al

    Ter

    pad

    u

    Mo

    boli

    sasi

    bu

    s d

    an

    An

    gk

    uta

    n U

    mu

    m

    Na

    ik T

    uru

    n P

    enu

    mp

    an

    g

    Keg

    iata

    n A

    dm

    inis

    tra

    si

    Pen

    um

    pa

    ng

    Pel

    ua

    ng

    Usa

    ha

    Lo

    ka

    lPen

    ger

    ah

    an

    Ten

    aga

    Ker

    ja

    Pen

    gel

    ola

    an

    per

    sam

    pa

    ha

    n

    da

    n l

    imb

    ah

    Pen

    ger

    ah

    an

    Ten

    aga

    Ker

    ja

    Pem

    bon

    gk

    ara

    n d

    an

    Per

    ap

    ihan

    Lok

    asi

    Dem

    ob

    ilis

    asi

    Ala

    t B

    era

    t

    da

    n M

    ate

    ria

    l

    Pel

    epa

    san

    Ten

    aga

    Ker

    ja

    I Fisik-Kimia

    1 Penurunan kualitas udara

    2 Peningkatan kebisingan

    3 Peningkatan limpasan air hujan

    4 Penurunan kualitas air

    5 Kerusakan sawah/tanah

    6 Gangguan lalu lintas

    7 Kerusakan prasarana jalan

    8 Peningkatan getaran

    II Biologi

    1 Flora

    2 Fauna

    3 Biota air

    III Sosian Ekonomi Budaya

    1 Keresahan masyarakat

    2 Keresahan pemilik lahan

    3 Penurunan pendapatan

    4 Peningkatan aktifitas ekonomi local

    IV Kesehatan

    1 Gangguan kesehatan masyarakat

    2 Gangguan kenyamanan masyarakat

    Komponen Kegiatan

  • 2.4.2. Evaluasi Dampak Potensial dan Klasifikasi Dampak Penting Hipotetik

    Pada langkah ini, evaluasi dampak potensial dan pemusatan dampak penting ditempuh

    sekaligus mengingat eratnya kaitan kedua proses pelingkupan tersebut. Evaluasi dampak

    potensial bertujuan untuk menghilangkan atau meniadakan dampak yang dipandang tidak

    terlalu relevan atau tidak penting sehingga diperoleh seperangkat dampak penting hipotetik.

    Untuk klasifikasi dan prioritas yang dimaksud untuk mengorganisasi dampak penting

    hipotetik yang terkait dengan rencana kegiatan ke dalam beberapa kelompok (Peraturan

    Menteri Negara Lingkungan, 2006).

    Evaluasi dampak potensial serta pemusatan dampak penting hipotetik disusun

    berdasarkan hasil diskusi dengan para pakar dan institusi terkait serta saran dan masukan

    melalui wawancaradengan masyarakat.

    a) Tahap Pra Konstruksi

    Evaluasi dampak potensial beberapa kegiatan pada tahap pra konstruksi adalah sebagai

    berikut:

    1. Survey lapangan

    Dari kegiatan survey lapangan ini diperkirakan akan menimbulkan beberapa dampak

    isu sosial berupa keresahan masyarakat (gangguan kamtibmas) dan

    keresahan/persepsi masyarakat. Keresahan masyarakat ini desebabkan karena adanya

    isu pembangunan proyek. Hal ini dapat ditanggulangi dengan mengadakan sosialisasi

    tentang akan diadakannya proyek kepada masyarakat dan pengumuman di media

    massa.

    2. Pembebasan lahan

    Kegiatan pembebasan lahan ini diperkirakan menimbulkan beberapa dampak

    diantaranya:

    Kesesuaian ganti rugi lahan, kegiatan ini dapat menimbulkan dampak

    keresahan/persepsi dari pemilik lahan. Adanya keresahan pemilik lahan

    disebabkan karena kekhawatiran warga mengenai ganti rugi lahan miliknya oleh

    pihak pemilik proyek. Namun keresahan ini dapat ditanggulangi dengan adanya

    penggantian kesesuaian ganti rugi sehingga lahan dapat berpindah kepemilikan

    kepada pihak pemilik proyek.

    Perubahan kepemilikan lahan (alih fungsi lahan), kegiatan ini dapat menimbulkan

    dampak pada kondisi ekonomi masyarakat sekitar yaitu berupa perubahan mata

    pencaharian dan pekerjaan masyarakat setempat. Sebelum diadakan pembebasan

  • lahan, mata pencaharian warga sekitar adalah dengan bertani di sawah. Setelah

    sawah tersebut dibebaskan maka warga memperoleh ganti rugi lahan yang dapat

    digunakan sebagai modal untuk membuka atau mencari mata pencaharian baru.

    Dari adanya peralihan mata pencaharian penduduk sekitar akan mengakibatkan

    tingkat pendapatan penduduk sekitar. .

    Sehingga dapat disimpulkan tidak ada dampak penting hipotetik dari kegiatan pra

    konstruksi pembangunan Terminal Gedebage Kota Bandung.

    3. Tahap Konstruksi

    Evaluasi dampak potensial beberapa kegiatan pada tahap konstruksi adalah sebagai

    berikut:

    1. Pengosongan Lahan

    Dari kegiatan pengosongan lahan ini dapat menimbulkan dampak kerusakan

    ekosistem karena disebabkan oleh penggalian dan perataan tanah. Hal ini

    mengakibatkan rusaknya sawah di sekitar lokasi proyek sehingga dapat menurunkan

    jenis (keanekaragaman) dan jumlah flora dan fauna di lingkungan tersebut. Selain itu,

    kegiatan ini juga dapat menimbulkan dampak menurunnya kualitas udara. Penurunan

    kualitas udara ini disebabkan karena peningkatan debu dan partikulat akibat kegiatan

    pengosongan lahan. Hal ini selain dapat menggangu flora dan fauna juga kesehatan

    masyarakat sekitar. Dampak lain yang dapat ditimbulkan dari kegiatan ini adalah

    keresahan masyarakat. Keresahan masyaraat ini dapat timbul saat dimulai

    pembangunannya tapak. Hal ini menandakan proyek akan segera dimulai.

    2. Mobilisasi Alat Berat dan Material

    Mobilisasi alat berat dan material yang akan digunakan pada tahap konstruksi ini

    dapat menimbulkan gangguaan lalu lintas. Akibat adanya keluar masuk kendaraan

    lalu lintas di sekitar proyek dapat terganggu apabila tidak ada SOP yang mengatur

    mengenai akses ini. Kegiatan ini juga menimbulkan dampak terhadap peningkatan

    getaran dan kebisingan di wilayah sekitar proyek. Getaran yang ditimbulkan akibat

    keluar masuknya proyek dapat mengakibatkan rusaknya eksosistem sekitar.

    Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktivitas ini dapat menggangu kehidupan

    masyarakat sekitar.

  • 3. Pembangunan Terminal

    Adanya pembangunan Terminal Terpadu Gedebage dapat mempengaruhi kualitas

    lingkungan sekitar, diantaranya:

    - Meningkatnya limpasan air hujan. Meningkatnya limpasan air hujan dikarenakan

    ruang yang tadinya terbuka sekarang dibangun terminal sehingga limpasan air

    hujan meningkat.

    - Penurunan kualitas udara. Penurunan kualitas udara ini disebabkan karena

    peningkatan debu dan partikulat akibat kegiatan pengosongan lahan. Hal ini selain

    dapat menggangu flora dan fauna juga kesehatan masyarakat sekitar.

    - Peningkatan getaran. Getaran yang ditimbulkan dari kegiatan ini dikarenakan

    aktivitas dari pembangunan proyek pembangunan. Hal ini dapat mengganggu

    aktivitas warga sekitar proyek bahkan kalau getarannya melebihi baku mutu

    properti di sekitar proyek dapat rusak, misalnya rumah warga.

    - Peningkatan kebisingan. Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktivitas

    pembangunan ini dapat menggangu kehidupan masyarakat sekitar.

    Sehingga dampak penting hipotetik yang dihasilkan dari evaluasi beberapa dampak potensial

    pada proses konstruksi di Terminal Terpadu Gedebage adalah sebagai berikut:

    Kerusakan ekosistem dan penurunan kualitas udara di daerah proyek dan sekitar proyek

    pada saat pengosongan lahan.

    Penurunan kualitas udara apda saat proses pembangunan Terminal Terpadu Gedebage

    4. Tahap Operasi

    Evaluasi dampak potensial beberapa kegiatan pada tahap pra konstruksi adalah sebagai

    berikut:

    1. Mobilisasi Bus dan Angkutan Umum

    Kegiatan ini dapat menimbulkan dampak penurunan kualitas udara. Penyebaran emisi

    gas dari knalpot kenadaraan dapat berpengaruh pada kualitas udara di sekitar lokasi

    Terminal Terpadu Gedebage dan berujung pada penurunan kualitas udara. Penurunan

    kualitas udara juga akan berpengaruh pada kondisi flora dan fauna di sekitar lokasi.

    Selain itu juga akan berpengaruh pada kesehatan manusia. Dampak lain yang dapat

    ditimbulkan adalah kebisingan seperti bunyi klakson yang dapat memicu peningkatan

    kebisingan di lokasi Terminal Terpadu Gedebage. Gangguan lalu lintas juga dapat

  • ditimbulkan deri kegiatan ini. Aktifitas mobilisasi bus dan angkutan umum ini jika

    tidak dikelola dengan baik juga akan berdampak pada terganggunya aktivitas lalu

    lintas

    2. Naik Turun Penumpang

    Kegiatan ini dapat menimbulkan dampak berupa gangguan lalu lintas. Gangguan lalu

    lintas ini terjadi karena kurangnya pemahaman para penumpang mengenai jalur

    mobilisasi penumpang yang baik di lokasi.

    3. Administrasi Penumpang

    Adanya kegiatan administrasi penumpang dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi

    penumpang itu sendiri, seperti Antrian pembelian karcis yang tidak terkelola dengan

    baik.

    4. Pengerahan Tenaga Kerja

    Pengerahan tenaga kerja dapat menimbulkan dampak terhadap rusaknya fasilitas

    jalan. Pengaturan pedagang yang beroperasi di kawasan terpadu yang kurang baik

    mengenai perannya untuk menjaga lingkungan akan memicu rusaknya fasilitas tempat

    mereka berjualan. Pengaturan posisi pedagang yang beroperasi di kawasan terpadu

    akan memicu gangguan lalu lintas. Akan tetapi, dampak positif dari kegiatan ini

    adalah meningkatnya pendapatan masyarakat sekitar sehingga dapat meningkatkan

    peluang usaha bagi penduduk lokal maupun dari luar. Namun harus dikelola dengan

    baik jangan sampai terjadi keresahan masyarakat lokal akan tidak dapat peluang

    pekerjaan.

    5. Pengelolaan Fasilitas Persampahan dan Fasilitas Air Bersih

    Pengelolaan sampah yang tidak teratur sehingga memungkin terjadinya penumpukan

    sampah yang pada akhirnya akan menyebabkan keresahan pada masyarakat

    masyarakat sekitar terutama penumpang. Dan pengelolaan fasilitas air yang tidak baik

    bisa memungkinkan terjadinya kebutuhan air yang tidak tercukupi sehingga

    menimbulkan ketidaknyamanan bagi masyarakat terutama penumpang.

    Sehingga dampak penting hipotetik yang dihasilkan dari evaluasi beberapa dampak

    potensial pada proses operasi di Terminal Terpadu Gedebage adalah sebagai berikut.

  • Penurunan kualitas udara akibat emisi kendaraan di Terminal Terpadu Gedebage.

    Terjadinya Gangguan lalu lintas jika pengelolaan mobilisasi kendaraan, mobilisasi

    penumpang dan pedagang kaki lima dan asongan di lokasi Terminal Terpadu Gedebage

    tidak baik.

    Ketidakpuasan penduduk lokal jika peluang kerja dan peluang usaha tidak didapatkan.

    Ketidaknyamanan penumpang terjadi jika meningkatnya tingkat kebisingan, buruknya

    pengelolaan administrasi, pengelolaan persampahan dan fasilitas umum di Terminal

    Terpadu Gedebage.

    5. Tahap Pasca Operasi

    Evaluasi dampak potensial beberapa kegiatan pada tahap pasca operasi adalah sebagai

    berikut:

    1. Pengarahan Teanaga Kerja

    Dengan tersedianya lahan pekerjaan yang baru diprediksi akan menambah

    pendapatan ekonomi masyarakat sekitar. Dengan begitu akan terjadi perubahan nilai

    sehingga masyarakat akan cenderung menuju masyarakat menengah keatas atau

    masyarakat yang lebih mapan.

    2. Pembongkaran dan Perapihan Lokasi Kegiatan

    Kegiatan ini dapat menimbulkan dampak terhadap kebisingan dan peningkatan

    jumlah debu serta partikulat. Kebisingan merupakan bunyi yang tidak diinginkan dari

    usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan

    gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Partikulat dan debu dalam

    jumlah yang banyak akan membahayakan kesehatan manusia. Partikulat yang terhirup

    dalam jumlah dan konsentrasi yang banyak akan memberikan dampak yaitu dapat

    mengakibatkan gangguan bronkhitis, gangguan emphysema dan penyakit

    kardiovaskuler.

    3. Demobilisasi Alat Berat dan Material

    Adanya demobilisasi alat berat dan material dapat menimbulkan dampak terhadap

    kualitas lingkungan sekitar, diantaranya:

    - Penurunan kualitas udara. Kegiatan mobilisasi peralatan dan material dapat

    menyebababkan adanya lalu lalang kendaraan-kendaraan berat di lokasi proyek

  • untuk pengangkutan material yang mengeluarkan emisi kendaraan dalam jumlah

    banyak sehingga dapat menurunkan kualitas udara ambient dilokasi.

    - Kemacetan lalu lintas. Kemacetan lalu lintas mengakibatkan emisi yang

    dikeluarkan kendaraan di sekitar lokasi semakin besar dalam waktu

    tertentu.Kendaraan besar banyak menghasilkan asap dari buangan knalpotnya,

    buangan yang dihasilkan banyak mengandung gas CO, CO2, NO2, SO2,, dan gas-

    gas lainnya. Banyaknya kendaraan yang berlalu lalang akan memberikan dampak

    yang buruk baik kondisi udara di daerah tersebut. Kandungan gas SO2 ,NO2,

    CO2, dan CO dapat berakibat buruk bagi kesehatan terutama pernapasan, paparan

    serta konsentrasi dalam jumlah tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada paru-

    paru, lemas, dan kematian.

    - Kerusakan sarana dan prasarana. Pengangkutan alat dan material hasil

    pembongkaran akan memberikan beban yang lebih besar terhadap kendaraan

    pengangkut yang apabila melebihi kapasitasnya dapat merusak jalan disekitar

    lokasi.

    - Meningkatnya kebisingan. Kebisingan merupakan bunyi yang tidak diinginkan

    dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat

    menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Dengan

    naikknya tingkat kebisingan kemungkinan akan menaikkan tingkat stress

    masyarakat, sehingga akan berakibat menurunnya produktivitas masyarakat dalam

    bekerja dan bersosialisasi.

    4. Pelepasan Tenaga Kerja

    Pelepasan Tenaga kerja menyebabkan warga kehilangan pekerjaannya,sehingga akan

    menurunkan pendapatan ekonomi warga dan menimbulkan warga mencari pekerjaan

    lain untuk menambah penghasilan

    Sehingga dampak penting hipotetik yang dihasilkan dari evaluasi beberapa dampak

    potensial pada pasca operasi di Terminal Terpadu Gedebage adalah sebagai berikut:

    Keresahan masyarakat akibat masa operasi terminal sudah selesai sehingga

    masyarakat kehilangan kesempatan kerja dan melakukan usaha di sekitar terminal

    sehingga pendapatan menurun

  • Kebisingan yang bersumber dari demobilisasi alat berat dan material serta

    penghancuran bangunan di terminal

    Penurunan Kualitas udara yang bersumber dari emisi yang dikeluarkan pengangkut

    alat berat dan material serta debu dan partikulat yang dihasilkan dari proses

    pembongkaran bangunan di terminal

    Kemacetan Lalu lintas yang diakibatkan oleh demobilisasi alat berat dan material dari

    proses pembongkaran

    2.5. Batas Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian

    Penentuan lingkup wilayah studi harus disesuaikan dengan karakteristik suatu kegiatan

    proyek, berupa besarnya dampak yang akan terjadi dan jangkauan penyebarannya. Lingkup

    wilayah studi sangat ditentukan oleh batas proyek, administratif, ekologi, dan sosial.

    2.5.1 Batas Wilayah Studi

    2.5.1.1 Batas Proyek

    Batas proyek meliputi batas lokasi kegiatan Terminal Terpadu Gedebage dengan luas total 15

    Ha, yang meliputi batas antara lain:

    Utara berbatasan dengan Jalan Soekarno Hatta

    Selatan berbatasan dengan Tol Padaleunyi

    Barat berbatasan dengan Jalan Gedebage

    Timur berbatasan dengan Jalan Cimencrang

    Gambar 2.23. berikut adalah peta batas proyek.

  • Gambar 2.23. Peta Batas Proyek

    2.5.1.2. Batas Administratif

    Batas administrasi wilayah studi adalah ruang dimana masyarakat secara leluasa melakukan

    kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya meliputi lingkup sosial ekonomi dan sosial budaya

    sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di dalam ruang tersebut. Batas ini

    ditentukan dengan berdasarkan nilai administratif yang membawahi lokasi proyek, batas

    administratif yaitu Kecematan Gedebage. Berikut adalah peta batas administrative Terminal

    Terpadu Gedebage.

    Gambar 2.24. Peta Batas Administratif

  • 2.5.1.3. Batas Ekologi

    Batas ekologi adalah ruang persebaran dampak dari rencana kegiatan menurut media

    transportasi limbah (air dan udara). Dampak terhadap berbagai komponen lingkungan yang

    akan timbul akibat berbagai aktivitas pembangunan proyek terminal ini secara ekologi akan

    berlangsung di dalam daerah pengaliran Sungai Cinambo (untuk air) dan udara di sekitar

    Kecamatan Gedebage. Berikut adalah peta batas ekologi Terminal Terpadu Gedebage.

    Gambar 2.25 Peta Batas Ekologi

    2.5.1.4. Batas Sosial

    Batas sosial adalah ruang disekitar kegiatan TPA yang merupakan tempat berlangsungnya

    berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai budaya tertentu yang sudah

    mapan, yang diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar. Yang menjadi batas sosial

    adalah permukiman penduduk yang berhubungan langsung dengan proyek terminal yaitu

    permukiman di kawasan Kecamatan Gedebage. Berikut adalah peta batas sosial Terminal

    Terpadu Gedebage.

  • Gambar 2.26. Peta Batas Sosial

    2.5.1.5. Batas Wilayah Studi

    Dari batas-batas yang telah dipaparkan di atas sebelumnya, berikut adalah rangkuman batas

    wilayah studi AMDAL Terminal Terpadu Gedebage.

    Gambar 2.27. Peta Batas Wilayah Studi

  • 2.5.2. Batas Waktu Kajian

    Dalam proses pembuatan dokumen AMDAL dibutuhkan batas waktu mengingat kegiatan

    operasi harus segera dijalankan. Berikut adalah batasan waktu dari tiap tahap kegiatan

    proyek.

    Tabel 2.8. Batas Waktu Kajian AMDAL

    Kegiatan Tahapan Waktu Kajian

    Survey Lapangan Pra

    Konstruksi

    1 bulan, diharapkan survey

    lapangan sudah mencakup

    pengukuran luas tanah dan

    harga tanah.

    Pembebasan Lahan 2 bulan, mengingat

    perizinan serta negosiasi

    kepada warga cukup sulit.

    Pengosongan Lahan

    Konstruksi

    2 bulan, termasuk

    penggalian lahan,

    pembersihan lahan, serta

    pemasangan tapak.

    Mobilisasi Alat Berat dan Material 1 tahun (bersamaan dengan

    pembangunan terminal)

    Pembangunan Terminal 1 tahun

    Mobilisasi Bus dan Angkutan Umum

    Operasi

    50 tahun (umur terminal)

    Naik Turun Penumpang 50 tahun (umur terminal)

    Administrasi Penumpang 50 tahun (umur terminal)

    Pengerahan Tenaga Kerja 50 tahun(umur terminal)

  • Pengelolaan Fasilitas Persampahan dan Fasilitas Air

    Bersih

    50 tahun (umur terminal

    sehingga perawatan

    dilakukan secara berkala

    selama durasi ini)

    Pengerahan Tenaga Kerja

    Pasca

    Operasi

    1 bulan, termasuk

    perekrutan tenaga kerja

    Pembongkaran dan Perapihan Lokasi Kegiatan 6 bulan

    Demobilisasi Alat Berat dan Material 3 bulan

    Pelepasan Tenaga Kerja 1 bulan, meliputi

    pemberhentian tenaga kerja

  • BAB 3

    METODOLOGI

    Dalam penyusunan dokumen Analisis Dampak Lingkungan, ditentukan metode-metode

    untuk mengkaji prakiraan dampak dari usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan. Dari

    prakiraan tersebut, diperoleh informasi tentang sebaran dan besaran dampak yang dihasilkan

    pada komponen-komponen lingkungan dan sosial yang terpengaruh. Metode studi yang

    digunakan dalam memprediksi prakiraan ini, antara lain:

    3.1. Metode Pengumpulan dan Analisis Data

    Metode pengumpulan data, yang dibedakan atas sumber data yang dianalisis yaitu:

    primer dan sekunder. Data primer merupakan data hasil pengukuran sendiri sedangkan data

    sekunder berasal dari lembaga atau pustaka luar yang relevan dengan bidang studi.

    Pengambilan data primer diantaranya:

    1. Melalui observasi, yaitu pengamatan langsung untuk mengetahui kondisi eksisting di

    lapangan, terutama mengetahui hal-hal yang tidak tercantum dalam data sekunder

    yang didapat; dan

    2. Wawancara kepada masyarakat sekitar yang diperkirakan terkena dampak dengan

    fokus pertanyaan mengenai perencanaan serta operasional proyek yang akan

    diberlangsungkan.

    Untuk data sekunder diambil dari sumber-sumber berikut:

    1. BPS; berupa data demografi wilayah perencanaan proyek, yang meliputi antara lain:

    jumlah penduduk beserta jenis kelamin, rentang usia, agama, mata pencaharian, serta

    tingkat pendidikan dan sarana-prasarana yang tersedia (sarana umum dan rekreasi,

    sarana kesehatan, sarana peribadatan, dan tata ruang wilayah)

    2. BPLH; berupa data yang mencakup aspek biogeofisik dan kimia dari wilayah

    perencanaan proyek. Data yang tercakup antara lain: kualitas air, kualitas udara,

    struktur tanah, data mengenai iklim, data kebisingan, dan topografi lahan.

    3. Jurnal Penelitian; berisikan data penunjang lainnya yang tidak dapat ditemui dari BPS

    dan BPLH, seperti: flora dan fauna, konsumsi air, dan kondisi prasarana jalan raya,

    drainase, air bersih, serta pengelolaan air limbah.

  • Metode analisis data, yaitu interpretasi dari data yang diperoleh. Dari lingkup

    biogeofisik dan kimia, digunakan uji laboratorium untuk mengetahui kandungan parameter-

    parameter yang diukur pada lokasi perencanaan. Pada segi dampak secara sosial, digunakan

    metode kuantitatif dan kualitatif sehingga bentuk data berupa angka diterjemahkan dalam

    bentuk kata-kata sesuai standar yang ditetapkan. Bentuk interpretasi data yang dilakukan dari

    hasil pengumpulan data yang diperoleh adalah melalui tampilan grafik trendline dari masing-

    masing parameter yang terukur. Trendline ini ditujukan untuk melihat bagaimana perubahan

    kondisi setiap parameter dari suatu tahun pengukuran ke tahun pengukuran berikutnya.

    3.2. Metode Prakiraan Dampak Penting

    Metode prakiraan dampak penting untuk memprakirakan besaran dan sifat dampak

    penting untuk masing-masing dampak penting hipotetik. Metode yang digunakan dalam

    memprakirakan besaran dampak, antara lain: metode perhitungan matematis (modeling) yaitu

    proyeksi sebaran dampak seperti jumlah penduduk dan sebaran pencemar, metode simulasi

    visual dan peta berupa penggambaran dari data yang diperoleh, penilaian ahli sebagai acuan

    suatu aspek dari perencanaan yang dirincikan oleh tenaga ahli aspek tersebut, dan metode

    analogi dengan menggunakan studi-studi terdahulu yang relevan dengan problema yang

    dihadapi dari perencanaan yang akan dilakukan.

    3.3. Metode Evaluasi Dampak Lingkungan

    Tahap evaluasi terhadap dampak besar dan penting dilakukan dengan menggunakan

    metode-metode berikut :

    1. Metode Matriks

    Dengan bentuk matriks maka dapat ditentukan hubungan antara kegiatan proyek dengan

    komponen-komponen lingkungan di sekitar lokasi, atau dapat diketahui penyebab-

    penyebab terjadinya dampak penting tersebut.

    2. Diagram alir

    Penggunaan diagram alir berfungsi untuk menunjukkan aliran dampak yang diakibatkan

    dari suatu aktivitas proyek.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Keterlibatan Masyarakat dalam AMDAL,2010, Kementrian Lingkungan Hidup dan The

    World Bank

    PERTAMINA Konsep Laporan Akhir, 2006, Kerangka ANDAL Pembangunan Terminal

    Transit di Depot Bau-Bau, Sulawesi Tenggara Unit Pemasaran VII Makassar

    PERTAMINA Laporan Akhir, 21009, Kerangka Acuan ANDAL Pembangunan Proyek

    Lapangan uap dan Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi Karaha Bodas Kabupaten garut dan

    Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat

    [Online]https://www.academia.edu/5461273/Bab_3_Jadi Diakses pada 8 Februari 2015

    [Online]https://www.dropbox.com/s/j2riawcjxhz3yuu/167438855-Rencana-Induk-Kawasan-

    Gedebage.pdf?dl=0 Diakses pada 8 Februari 2015

    [Online]http://bandung.go.id/images/Perda_RTRW_2011-

    2031/Lampiran_Perda_RTRW_Kota_Bandung.pdf Diakses pada 8 Maret 2015

    https://www.academia.edu/5461273/Bab_3_Jadihttps://www.dropbox.com/s/j2riawcjxhz3yuu/167438855-Rencana-Induk-Kawasan-Gedebage.pdf?dl=0https://www.dropbox.com/s/j2riawcjxhz3yuu/167438855-Rencana-Induk-Kawasan-Gedebage.pdf?dl=0http://bandung.go.id/images/Perda_RTRW_2011-2031/Lampiran_Perda_RTRW_Kota_Bandung.pdfhttp://bandung.go.id/images/Perda_RTRW_2011-2031/Lampiran_Perda_RTRW_Kota_Bandung.pdf