kerangka acuan isi
DESCRIPTION
amdalTRANSCRIPT
-
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
(KA-ANDAL)
TERMINAL TERPADU GEDEBAGE
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2015
Oleh:
Ahmad Mulyasir 15311029
Aghnia Qinthari 15311049
Faldi Ahmad 15311051
Annisa Athifah 15311053
Fadya Syifa 15311055
Desi Wulandhari 15311057
-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bandung merupakan salah satu pusat kota metropolitan yang ada di Indonesia yang
mengalami perkembangan sangat pesat. Perkembangan tersebut diikuti dengan pertumbuhan
penduduk, perkembangan kota dan bertambahnya aktivitas kota. Pada sisi lain, perkembangan
kota ini ternyata hanya terjadi pada Bandung bagian Barat saja. Kondisi ini mengakibatkan
meningkatnya kesenjangan antar wilayah terutama dengan Bandung Bagian Timur. Di sisi lain,
beban Bandung Bagian Barat semakin berlebih dan mengakibatkan penataan kota kurang
terpelihara baik (RTRW kota Bandung, 2004). Atas dasar tesebut, pemerintah kota Bandung
merencanakan pengembangan pusat primer kedua di Gedebage. Pengembangan Pusat Primer
Gedebage adalah salah satu prioritas kebijakan pengembangan Pemerintah Kota Bandung yang
dituangkan dalam RTRW Kota Bandung 2004-2013. Pengembangan Kawasan Gedebage harus
juga diiringi dengan suatu moda transportasi massal yang dapat memudahkan akses warga
dalam melakukan aktivitas ekonomi di Gedebage. Saat ini warga kota Bandung dilayani oleh
dua terminal utama yaitu terminal bus Cicaheum yang melayani kedatangan dari arah timur
Kota Bandung dan Terminal bus Leuwi Panjang yang melayani kedatangan dari arah Barat
Kota Bandung.Lokasi terminal yang ada di pusat perkotaan ternyata menimbulkan kemacetan,
idealnya terminal bus antar kota dan provinsi berada agak jauh dari pusat kota untuk
menghindari kepadatan. Oleh karena itu pembangunan terminal terpadu di Kawasan Gedebage
merupakan solusi untuk mengatasi kesenjangan di Bandung Timur dan untuk mengurangi
beban lalu lintas di Bandung Barat. Hal tersebut mengingat Gedebage memiliki luas 2.809 ha,
baru termanfaatkan sebanyak 41.74%. Rencana pengembangan terminal terpadu Gedebage
telah ditetapkan didalam SK Walikota Bandung No. 593/Kep.298-Bag Huk /2001, tanggal 12
juni 2001 yang terletak di Kelurahan Cisaranten Kidul, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung.
Penetapan rencana ini pun merupakan amanat PERDA No.2 tahun 2004 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandung 2013.
Rencana kegiatan pembangunan terminal terpadu Gedebage diperkirakan dapat
menimbulkan perubahan yang mendasar terhadap lingkungan hidup seperti pencemaran udara
yang berasal dari emisi kendaraan, kebisingan, limbah dari aktivitas domestik,operasional dan
pemeliharaan kendaraan, sehingga sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-
-
undangan yang berlaku khususnya PERMENLH NO. 15 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana
Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup, kegiatan pembangunan terminal terpadu Gedebage ini wajib dilengkapi
dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ( AMDAL).
Adapun pendekatan studi AMDAL terminal terpadu Gedebage yang sesuai PP 27 tahun
2012 adalah Pendekatan studi kawasan dimana pemrakarsa merencanakan untuk melakukan
lebih dari 1 (satu) Usaha dan/atau Kegiatan yang perencanaan dan pengelolaannya saling
terkait, terletak dalam satu kesatuan zona rencana pengembangan kawasan, yang
pengelolaannya dilakukan oleh pengelola kawasan.
1.2 Maksud dan Tujuan Rencana Kegiatan
Mengembangkan kawasan Gedebage melalui pembangunan terminal terpadu
Mengurangi beban Lalu lintas di Bandung Barat
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penyediaan terminal terpadu
Gedebage
Meratakan kesenjangan sosial dan pusat kegiatan di Bandung Barat dan Timur
Pemerataan beban wilayah Bandung Barat dan Timur
Menyediakan sarana transportasi yang aman dan nyaman.
Memperkecil kemacetan kendaraan yang diakibatkan oleh penggunaan kendaraan
bermotor milik pribadi yang sudah berlebihan.
Melayani keberangkatan dan kepergian penumpang antar regional, kota dan provinsi
1.3 Pelaksanaan Studi
a. Pemrakarsa dan Penanggung Jawab
Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas suatu rencana
usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan.
Nama Perusahaan : PT. Wija Podomoro
Alamat : Jln. Jaluran No. 63 Bandung
Telepon : 022-15311053
b. Pelaksana Studi Amdal
Susunan pelaksana studi Amdal adalah sebagai berikut:
-
1. Tim Penyusun Amdal
Tim penyusun Amdal terdiri atas:
Ketua Tim : Ahmad Mulyasir, ST, MT.
Anggota Tim : Fadya Syifa Hani, ST, MT.
Aghnia Qintari Nabilah, ST, MT.
Desi Wulan Dhari, SE, M.Si.
2. Tenaga Ahli
Adapun teanga ahli untuk menyiapkan, mengkaji, dan menjalankan proyek ini
disusun dengan para ahli pada bidang masing-masing dan bekerja sinergis satu sama
lain untuk membentuk proyek yang baik secara menyeluruh pada tiap aspeknya. Tenaga
ahli dalam pembangunan terminal terpadu Gedebage terdiri dari:
Ahli sosiologi
Ahli yang berperan dalam mempelajari serta memberikan informasi ke pelaksana
proyek mengenai dampak yang ditimbulkan proyek terhadap masyarakat dan
kegiatan yang berada di sekitar wilayah proyek
Nama: Annisa Athifah, SH, S.Sos.
Ahli hukum
Untuk membantu masalah perizinan dan segala bentuk permasalahan hukum yang
dapat terjadi selama proses perencanaan dan pelaksanaan proyek
Nama: Annisa Athifah, SH, S.Sos.
Ahli geodesi
Ahli yang berperan dalam menganalisis kontur tanah yang berada di sekitar wilayah
proyek
Nama: Ahmad Mulyasir, ST, MT.
Ahli mekanika tanah
Ahli dalam mengenali struktur tanah wilayah proyek serta memberikan
pertimbangan beban, baik dari bangunan hingga ke volume kendaraan, yang sesuai
dengan sifat tanah
Nama: Ahmad Mulyasir, ST, MT.
Ahli konstruksi sipil
Ahli yang berperan dalam pembangunan konstruksi gedung stasiun dan bangunan
pendukung sesuai analisis faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembangunan
tersebut
-
Nama: Ahmad Mulyasir, ST.MT.
Ahli transportasi
Ahli yang berperan dalam penataan dan perencanaan sistem transportasi serta
menganalisis dampak terhadap transportasi lain akibat pembangunan proyek ini
Nama: Faldi Ahmad Nugraha, ST. MT.
Ahli manajemen
Ahli yang berperan dalam mengatur sistem manajerial keselurahan proyek dari awal
hingga akhir
Nama: Desi Wulan Dhari, SE, M.Si.
Ahli lingkungan
Ahli yang berperan dalam menganalisis dampak hipotetik lingkungan akibat
berlangsungnya proyek
Nama: Fadya Syifa Hani, ST, MT.
Ahli arsitektur
Ahli yang berperan dalam mendesain suatu bangunan yang memiliki estetika tinggi
Nama: Aghnia Qintari Nabilah, ST, MT.
Ahli Biologi
Ahli yang berperan dalam menganalisis dampak lingkungan terhadap biodiversitas
flora dan fauna.
Nama: Fadya Syifa Hani, ST, MT.
3. Asisten Penyusun Amdal
Asisten penyusun Amdal yaitu orang yang dapat menjadi asisten penyusun amdal
adalah setiap orang yang telah mengikuti dan lulus pelatihan penyusunan amdal di
LPK yang telah teregistrasi/terakreditasi di KLH, antara lain:
Faldi Ahmad Nugraha, ST, MT.
Annisa Athifah, SH, S.Sos.
-
BAB 2
PELINGKUPAN
2.1. Deskripsi Rencana Kegiatan
2.1.1. Lokasi Kegiatan
Terminal Terpadu Gedebage akan didirikan di Kelurahan Rancanumpang, Kecamatan
Gedebage, Kota Bandung diatas tanah seluas 15 ha. Batas-batas lokasi kegiatan adalah sebagai
berikut :
o Sebelah utara : Jalan Soekarno Hatta
o Sebelah barat : Jalan Gedebage
o Sebelah selatan : Tol Padaleunyi
o Sebelah timur : Jalan Cimencrang
2.1.2. Uraian Kegiatan
Kegiatan ini merupakan proyek pengembangan terminal baru di kawasan Bandung.
Terminal Terpadu Gedebage menjadi pertimbangan lokasi pembangunan terminal karena baru
sebesar 41,74% yang digunakan di kawasan tersebut. Terminal Terpadu Gedebage merupakan
terminal provinsi sehingga bus yang keluar-masuk adalah bus antar kota. Dikatakan terpadu
dikarenakan terminal ini akan diintegrasikan dengan Tol Padaleunyi sebagai akses jalannya.
Adapun fasilitas terminal yang terdiri dari dua lantai antara lain:
- Lantai 1
Area yang melayani kegiatan kendaraan di dalam terminal yang meliputi area
kedatangan, area keberangkatan, parkir kendaraan pribadi, umum dan penunjang
(seperti toilet umum), serta ruang tunggu penumpang di area keberangkatan.
- Lantai 2
Area yang melayani jalur sirkulasi yang menghubungkan antara area parkir kendaraan
pribadi, area kedatangan dan keberangkatan, serta pusat perbelanjaan.
Mengenai kebutuhan listrik, Terminal Terpadu Gedebage akan mengonsumsi listrik
sebagai berikut:
1. Areal terminal (meliputi toilet umum) : 15000 KVA
2. Pusat perbelanjaan : 15000 KVA
Total : 30000 KVA
-
Mengenai pengelolaan limbah, air buangan (grey water) yang dihasilkan dari Terminal
Terpadu Gedebage akan dibuang langsung ke Sungai Cinambo dan air buangan black water
akan dialirkan ke IPAL Kota Bandung. diolah di kawasan kondominium yang memiliki
bangunan pengolah air buangan terpadu. Sedangkan limbah B3 yang dihasilkan dari tumpahan
minyak atau oli bekas akan dikelola oleh PT. PPLI.
2.1.3. Rencana Kegiatan
Kegiatan pembangunan Terminal Terpadu Gedebage secara garis besar dapat dipilah
dalam tahapan kegiatan yang meliputi tahap pra konstruksi, tahap konstruksi, dan tahap
operasi, dan tahap pasca-operasi.
2.2. Deskripsi Rona Lingkungan Hidup
Rona lingkungan hidup menggambarkan komponen-komponen lingkungan hidup yang
berpotensi terkena dampak dari rencana usaha dan/atau kegiatan di wilayah studi rencana usaha
dan/atau kegiatan. Rona lingkungan awal juga merupakan langkah awal pada studi AMDAL.
Faktor-faktor yang dipertimbangkan adalah fisik, kimia, biologi, budaya, sosial-ekonomi, dan
masyarakat.
Tidak semua rona lingkungan awal perlu dicari datanya, hanya yang berhubungan dengan
proyek yang akan dicari datanya. Pengumpulan data dapat berupa data primer dan sekunder
dengan mempertimbangkan waktu, tenaga dan biaya. Tujuan dari rona awal sendiri adalah
untuk Mengidentifikasi faktor lingkungan penting, membuat suatu daftar tentang perubahan
lingkungan kritis, prediksi dan penilaian. Rona lingkungan yang dibahas mencakup komponen-
komponen lingkungan hidup yang berkaitan dengan, atau berpotensi terkena dampak penting
dan uraian usaha dan/atau kegiatan yang ada di sekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan.
Adapun komponen-komponen lingkungan hidup yang berkaitan dengan, atau berpotensi
terkena dampak pentingmeliputi komponen geo-fisik-kimia, biologi, sosio-ekonomi-budaya,
dan komponen kesehatan masyarakat.
-
2.2.1 Lokasi Proyek dan Akses Masuk
Lokasi proyek berada di 656'13.9 LS 10741'28.7 BT, tepatnya di Jalan Rancanumpang.
Bagian utara dibatasi oleh Jalan Soekarno Hatta, bagian selatan dibatasi oleh Jalan Tol
Padaleunyi, bagian barat dibatasi oleh Jalan Gedebage, dan bagian timur dibatasi oleh Jalan
Cimencrang.. Akses jalan untuk proyek yang akan berlangsung melibatkan Jalan Tol
Padaleunyi dengan pertimbangan lokasinya paling dekat dengan proyek ditunjukkan pada
Gambar 2.1. Akses masuk proyek melewati Jalan Tol Padaleunyi menuju Jalan Gedebage
dirancang supaya tidak mengganggu lalu lintas jalan arteri yaitu Jalan Soekarno Hatta dan
permukiman penduduk yang berada di sekitar Jalan Gedebage.
Gambar 2.1 Akses Masuk Proyek
2.2.2 Data Lingkungan Fisik
Data lingkungan fisik terdiri dari data iklim, kualitas udara dan kebisingan, kualitas air
permukaan, topografi, kemiringan, dan struktur tanah.
1. Iklim
Curah hujan wilayah Gedebage ditunjukkan pada Tabel 2.1.
-
Tabel 2.1 Curah Hujan Wilayah Gedebage
Bulan Hujan Kelembaban
(%)
Penyinaran Matahari
(%) mm hari
Januari 18.3 27.7 82.3 41.7
Februari 18.2 28.4 80.4 55
Maret 18 28.6 81.9 52.8
April 17.9 28.8 83 55.6
Mei 17.5 28.6 80.4 59.5
Juni 17.5 28.6 78.5 62.6
Juli 16.2 28.3 76.6 68.2
Agustus 16.1 28.6 72.6 74
September 16.9 28.9 76.1 57.5
Oktober 17 29.3 73.9 62.4
November 17.8 28.9 80.4 48.6
Desember 17.8 28.4 81.6 49
Sumber: Kompilasi Data Rencana Detail Tata Ruang Kota, Meteorologi dan Geofisika (2006)
Iklim yang terbentuk di Wilayah Gedebage tidak jauh berbeda dengan iklim wilayah
lainnya yang berada di Kota Bandung. Iklim Kota Bandung dipengaruhi oleh pegunungan di
sekitarnya sehingga cuaca yang terbentuk sejuk dan lembab. Temperatur rata-rata yaitu 23,40C
dan mencapai suhu tertinggi pada bulan september yaitu 30,90C. Sedangkan rata-rata curah
hujan di Kota Bandung pada tahun 2012 adalah 209,23 mm dengan jumlah hari hujan rata-rata
18 hari per bulan. Iklim Kota Bandung ditunjukkan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Iklim Kota Bandung
Tekanan Udara 923.1 mb
Kelembaban Nisbi 76%
Temperatur 23.4 C
Curah Hujan 209.23 mm
Hari Hujan 18 hari
Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Bandung
Arah dan kecepatan angin yang berhembus di daerah Gedebage akan mempengaruhi
penyebaran debu yang dihasilkan oleh pembangunan terminal terpadu Gedebage. Arah angin
dominan bertiup dari arah Barat menuju ke Timur Laut, dengan kecepatan angin berkisar antara
0,2 1,5 m/s. Kecepatan angin tertera pada Gambar 2.2.
-
Gambar 2.2 Arah Kecapatan Angin
2. Kualitas Udara dan Kebisingan
Kualitas udara ditentukan oleh tingkat pencemaran udara, semakin tinggi tingkat
pencemaran semakin rendah kualitas udara tersebut dan sebaliknya semakin rendah
tingkat pencemaran udara semakin tinggi kualitas udara tersebut. Zat-zat pencemar
udara dapat dikelompokkan menjadi parameter gas parameter partikulat/debu, dan
parameter kebisingan. Kualitas udara untuk masing-masing parameter berdasarkan
perhitungan laju pertumbuhan penduduk dan Badan Pengendalian Lingkungan
Hidup kota Bandung tahun 2006 untuk parameter gas tertera pada Gambar 2.3
sampai 2.7 dan parameter partikulat/debu tertera pada Gambar 2.8 dan 2.9. Titik
pengukuran parameter kualitas udara dan kebisingan terdapat pada Gambar 2.1.
Pengambilan sampel dilakukan di empat titik yaitu Jalan Hasan (1), Komplek
Panyileukan (2), Komplek Griya Cempaka Arum (3), dan Komplek Adipura.
Lokasi dipilih berdasarkan pertimbangan arah angin dan banyaknya reseptor di
lokasi. Adapun metode analisis parameter kualitas udara terdapat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Metode Pengujian Parameter Kualitas Udara
Parameter Metode Analisis Peralatan
SO2 Pararosanilin Spektrofotometer
CO NDIR NDIR Analyzer
NO2 Saltzman Spektrofotometer
-
Parameter Metode Analisis Peralatan
O3 Chemiluminescent Spektrofotometer
HC Flame Ionization Gas Chromatografi
SPM Gravimetric Hi-Vol
Pb Gravimetric Hi-Vol
Gambar 2.3 Parameter Kualitas Udara CO
Gambar 2.4 Parameter Kualitas Udara SO2
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
BML
Jalan Hasan (1)
Komplek Panyileukan(2)
Komplek GriyaCempaka Arum(3)
Komplek Adipura (4)
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
BML
Jalan Hasan (1)
Komplek Panyileukan(2)
Komplek GriyaCempaka Arum(3)
Komplek Adipura (4)
-
Gambar 2.5 Parameter Kualitas Udara HC
Gambar 2.6 Parameter Kualitas Udara NO2
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
BML
Jalan Hasan (1)
Komplek Panyileukan(2)
Komplek GriyaCempaka Arum(3)
Komplek Adipura (4)
330
340
350
360
370
380
390
400
410
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
BML
Jalan Hasan (1)
Komplek Panyileukan(2)
Komplek GriyaCempaka Arum(3)
Komplek Adipura (4)
-
Gambar 2.7 Parameter Kualitas Udara O3
Gambar 2.8 Parameter Kualitas Partikulat Pb
0
50
100
150
200
250
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
BML
Jalan Hasan (1)
Komplek Panyileukan(2)
Komplek GriyaCempaka Arum(3)
Komplek Adipura (4)
0
0.5
1
1.5
2
2.5
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Baku Mutu
Jalan Hasan (1)
Komplek Panyileukan(2)
Komplek GriyaCempaka Arum(3)
Komplek Adipura (4)
-
Gambar 2.9 Parameter Kualitas Partikulat SPM
Faktor lain yang perlu diperhatikan untuk memperoleh kenyamanan dan kesehatan
penghuni perumahan adalah tingkat kebisingan. Data hasil pengukuran tingkat
kebisingan tertera pada Gambar 2.10.
Gambar 2.10 Tingkat Kebisingan
Sumber: BPLH Kota Bandung (2006)
Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam
tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia
dan kenyamanan lingkungan. Sumber kebisingan di sekitar lokasi rencana
pembangunan terminal berasal dari kendaraan yang lalu lalang seperti sepeda
motor, angkot, sedan, truk, pick up, bus, pembangunan gedung dan rel, dan banyak
kegiatan lainnya.
125
130
135
140
145
150
155
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Baku Mutu
Jalan Hasan (1)
Komplek Panyileukan(2)
Komplek GriyaCempaka Arum(3)
Komplek Adipura (4)
0
10
20
30
40
50
60
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Baku Mutu
Jalan Hasan (1)
KomplekPanyileukan (2)
Komplek GriyaCempaka Arum(3)
Komplek Adipura (4)
-
3. Kualitas Air Permukaan
Hidrologi air permukaan yang terdapat di Wilayah Gedebage terbagi atas air tanah
dangkal (bebas) dan air tanah dalam. Air tanah dangkal (bebas) berupa sumur
pantek dan sumur gali, dimana ketersediaan dan kualitas airnya relatif baik, karena
dapat diperoleh pada kedalaman kurang dari 5 10 meter dari permukaan.
Sedangkan kondisi air tanah dalam secara umum mengikuti pola air tanah cekungan
Bandung secara keseluruhan, yakni arah aliran air bertekanan ke selatan dengan
kedalaman akuifer terbagi dalam 3 kelompok, yaitu :
Kurang dari 40 m.
Antara 40 150 m.
Lebih dari 150 m.
Bentuk akuifer berupa pasir tufa setempat dengan debit air antara 2 liter/detik
hingga 10 liter/detik dan kualitas umumnya sedang. Pada kawasan perencanaan
terdapat beberapa sungai yang melaluinya diantaranya: Sungai Cipamokolan,
Sungai Cidurian, Sungai Cikapundung, dan Sungai Cikapundung Kolot. Sungai-
sungai ini umumnya kering pada musim kemarau, namun pada musim hujan pada
beberapa sungai sering terjadi banjir. Kualitas air sungai ditunjukkan pada Tabel
2.4. Pengambilan sampel dilakukan di dua titik Sungai Cinambo dengan
pertimbangan sungai tersebut melewati proyek. Titik pertama berada di bagian hulu
dimana terdapat kawasan industri tekstil dan bangunan. Titik kedua berada di hilir
yang merupakan perumahan penduduk. Penentuan titik ini berpengaruh terhadap
kualitas air yang dihasilkan.
Tabel 2.4 Data Kualitas Air Sungai
Parameter Satuan Kualitas
Titik (1)
Kualitas
Titik (2)
Baku Mutu
Lingkungan
Kelas III
FISIKA
Temperatur C 22.6 25 Deviasi 3
Zat terlarut mg/l 224 442 1000
Zat
tersuspensi mg/l 40 336 400
KIMIA
Amoniak
Total
mg/l
NH3-N 0.025 0.68 -
Detergen ug/l 90 40 200
Fenol ug/l 2 1 1
-
Sumber: BPLH Kota Bandung (2006)
4. Topografi Lahan
Wilayah Gedebage terdiri dari 3 kecamatan yaitu Kecamatan Buahbatu, Kecamatan
Rancasari dan Kecamatan Gedebage. Masing-masing kecamatan memiliki topografi
masing-masing. Secara topografi Kecamatan Buahbatu berada di 700 meter diatas
permukaan laut. Kecamatan Buahbatu terletak di bagian selatan Kota Bandung yang
berbatasan langsung dengan Kabupaten Bandung. Kecamatan Buahbatu memiliki
fungsi yaitu pemukiman. Secara topografi Kecamatan Rancasari berada di 700
meter diatas permukaan laut. Sedangkan Kecamatan Gedebage berada di dataran
rendah dengan ketinggian tanah 627 meter diatas permukaan laut.
5. Kemiringan Tanah
Kemiringan lahan sebagai bentuk alami permukaan tanah, merupakan salah satu
faktor dalam penentuan kemampuan tanah untuk menampung kegiatan-kegiatan di
atasnya. Kemiringan lahan antara 2 5 % merupakan kemiringan yang sangat
dominan di lokasi wilayah perencanaan, dimana kondisi semacam ini merupakan
kendala bagi saluran drainase kota. Untuk itu perlu penanganan khusus bagi
Wilayah Gedebage yang rawan terhadap banjir terutama pada saat musim hujan.
Fosfat Total ug/l PO4-
P 0.05 0.05 1
BOD mg/l 16.78 14.21 6
COD mg/l 102.11 56.43 50
Minyak-
lemak ug/l 1000 1000 1000
Nitrat mg/l
NO3-N 1.11 1.07 20
Nitrit mg/l
NO2-N 0.05 0.05 0.06
DO mg/l O2 2.66 3.03 3
Ph - 7.35 7.4 6-9
Air raksa mg/l Hg 0.0002 0.0002 0.002
Sianida mg/l 0.01 0.01 0.02
Khlorin mg/l 0.02 0.02 0.03
Sulfida mg/l 0.17 0.013 0.002
BIOLOGI
Koli tinja Jml./100
ml 7000 3000 2000
Koli total Jml./100
ml 11000 5000 10000
-
6. Struktur Tanah
Kawasan Gedebage terletak pada daerah dengan kondisi tanah berupa lapisan tanah
lunak sangat tebal dan terletak pada cekungan danau purba Bandung yang
mempengaruhi besarnya respon gempa dipermukaan tanah. Berdasarkan SNI-03-
1726-2002 dan Uniform Building Code, tanah di kawasan Gedebage
diklasifikasikan dalam kelas SE (tanah lunak) dan SF (tanah khusus) sehingga
memerlukan evaluasi respons gempa lokal. Adapun sebaran batuan dan tanah di
wilayah perencanaan terdiri dari: lempung lanauan, lapisan gambut, lapisan pasir
dan lempung berpasir. Sedangkan Jenis tanah di wilayah ini berupa tanah alluvial
sehingga membutuhkan kontruksi yang spesifik dan khusus untuk bangunan berat
dan tinggi.
2.2.3 Ekologi
1. Keanekaragaman Fauna
Berbagai spesies kelompok fauna yang dapat ditemui di kawasan Gedebage adalah
sebagai berikut Bubalus bubalis (kerbau) dari taksa mamalia. Taksa insekta
terdapat Dissosteira carolina (belalang, Neurothenis sp. (capung) dan Gryllus
asimilis (jangkrik). Taksa amfibi Fejervarya cancrivora (katak sawah) dan dari
taksa pisces terdapat Monopterus albus (belut). Selain itu terdapat hewan yang
dilindungi yaitu burung kuntul kerbau (Bubulcus ibis) dan burung blekok (Ardeola
speciosa).
2. Keanekaragaman Flora
Keaneka ragaman pembentuk tipe vegetasi Kota Gedebage berupa ekosistem sawah,
baik teresterial maupun air. Berikut diantaranya kelompok flora teresterial Oryza
sativa (padi), Zea mays (jagung), Bambusa glaucescens (bambu pagar) dan
Imperata cylindrica (ilalang). Sedangkan yang termasuk ke dalam kelompok biota
air adalah Ipomoea aquatic (kangkung) dan Eichornia crassipas (eceng gondok).
-
2.2.4 Demografi
1. Jumlah Penduduk
Kecamatan Gedebage terdiri dari empat kelurahan yaitu Cimincrang, Cisaranten
Kidul, Rancanumpang, dan Rancabolang. Total jumlah penduduk Kecamatan
Gedebage ialah 26940 jiwa dengan rincian 13628 laki-laki dan 13312 perempuan.
Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin tertera di Gambar 2.11.
Gambar 2.11 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber: Badan Pusat Statistik (2014)
2. Tata Guna Lahan
Total luas wilayah Gedebage adalah 2809,39 Ha. Penggunaan lahan dikawasan ini di
dominasi oleh persawahan seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Fungsi lainnya adalah
perdagangan, industri, perumahan terencana maupun tidak terencana dan perkantoran
pemerintah. Fungsi sarana dan prasarana yang dikembangkan yaitu permukiman,
industri, jasa dan perkantoran serta pusat pengembangan ekspor-impor.
3. Ekonomi
Berdasarkan tata guna lahan, pemanfaatan lahan Bandung Timur didominasi oleh
permukiman dan ruang terbuka berupa persawahan dan tegalan. Kegiatan perdagangan
dan jasa atau industri hanya sedikit sekali jumlahnya tidak melebihi 10% dari total
keseluruhan lahan. Indikasi pola pemanfaatan ruang tersebut adalah belum optimalnya
sektor industri, perdagangan, dan jasa. Pada umumnya, peranan industri sangat besar
3329
2226
6502
1571
3175
2081
6545
1511
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000
Rancabolang
Rancanumpang
Cisaranten Kidul
Cimincrang
Laki-laki
Perempuan
-
dalam hal meningkatkan perekonomian wilayah, salah satunya adalah melalui kas
daerah dan penciptaan lapangan kerja.
Aktivitas perekonomian yang terdapat di wilayah Gedebage terdiri dari sarana
perdagangan, indutri, dan jasa pemerintahan/swasta. Lokasi industri bagi wilayah
Gedebage berpusat di sekitar Jalan Gedebage terutama di Jalan Gedebage bagian utara
karena daerah itu merupakan daerah strategis untuk pengiriman dan pengangkutan
barang serta dekat dengan akses Jalan Soekarno Hatta dan Terminal Peti Kemas.
Sebagian industri yang berada di wilayah ini adalah industri besar seperti industri tekstil
dan industri bahan bangunan sedangkan industri rumah tangga berupa industri
kerajinan.
4. Transportasi
Wilayah Gedebage diapit dua jalan arteri yaitu jalan tol Padalarang-Cileunyi dan jalan
Sukarno Hatta yang menyebabkan lokasi wilayah relatif strategis. Wilayah Gedebage
memiliki jaringan jalan khususnya jalur regional sepanjang jalan Soekarno-Hatta, jalan
Terusan Kiaracondong, Terusan Buahbatu yang berpotensi untuk pengembangan
kawasan dengan skala regional, jalan Margacinta jalan Ciwastra dan jalan Gedebage
yang berfungsi sebagai jalan kolektor dan berpotensi untuk dikembangkan guna
menopang pengembangan pusat primer Gedebage. Di kelurahan Cisaranten Kidul
terdapat terminal peti kemas Gedebage dan rencana pembangunan sarana olah raga. Hal
ini berdampak positif pada wilayah Gedebage antara lain terhadap naiknya nilai tanah,
nilai komersial kawasan yang tinggi dan mudahnya aksesibilitas keluar dan masuk
wilayah, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi pengembangan wilayah Gedebage
secara menyeluruh. Di lokasi proyek terdapat permukiman penduduk sehingga akses
jalan akses proyek cukup ramai. Jumlah kendaraan yang melintasi jalan akses proyek
terdapat pada Tabel 2.5. Sampel kendaraan diukur pada saat pagi, siang, dan sore
dengan pertimbangan di waktu tersebut penduduk sekitar memiliki mobilitas yang
tinggi.
-
Tabel 2.5 Jumlah Kendaraan
Jenis Kendaraan Waktu Jumlah Kendaraan
Mobil
06.30-07.00 39
12.00-12.30 14
16.30-17.00 31
Motor
07.00-07.30 53
12.00-12.30 34
16.30-17.00 48
5. Konsumsi Air
Terminal Terpadu Gedebage yang akan dibangun membutuhkan pasokan air bersih.
Terminal ini nantinya akan mempengaruhi tingkat konsumsi air masyarakat. Tingkat
konsumsi air masyarakat sangat berhubungan dengan jumlah penduduk. Kebutuhan
akan air masyarakat biasanya diperuntukkan untuk kebutuhan sehari-hari pada
sambungan rumah dan fasilitas-fasilitas umum kota. Berikut adalah tabel kebutuhan air
masyarakat Gedebage pada tahun 2011. Seperti ditunjukkan pada Tabel 2.6, kebutuhan
air bersih untuk fasilitas umum dan rekreasi adalah sebesar 332180 l/s.
Tabel 2.6 Kebutuhan Air Bersih tahun 2011
Sumber: Karlinda (2014)
6. Tingkat Pendidikan
Uraian mengenai penduduk menurut tingkat pendidikan berkaitan erat dengan kualitas
dari penduduk dan potensi pemenuhan lapangan pekerjaan yang ada. Penilaian terhadap
kesejahteraan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilakukan berdasarkan
asumsi bahwa makin tinggi tingkat pendidikan makin tinggi pula tingkat
Sambungan umum (l/detik) 7775153.01
Hidran Umum (l/detik) 1318740
Fasilkitas Pendidikan (l/detik) 1276800
Fasilitas Peribadatan (l/detik) 1360500
Fasilitas Kesehatan (l/detik) 515400
Fasilitas Perdagangan dan Jasa
(l/detik) 411420
Fasilitas Umum dan Rekreasi
(l/detik) 332180
Fasilitas Olahraga (l/detik) 105000
Kegiatan Industri (l/detik) 2386900
Hidran Kebakaran (l/detik) 1548209.3
Tata Kota (l/detik) 774104.651
TOTAL (l/detik) 17804407
-
kesejahteraannya. Gambar 2.12 menunjukkan tingkat pendidikan masyarakat
Gedebage tahun 2014.
Gambar 2.12 Tingkat Pendidikan Penduduk Gedebage
Sumber: Badan Pusat Statistik (2014)
7. Jenis Pekerjaan
Mata pencaharian masayarakat Gedebage berdasarkan Badan Pusat Statistik (2014)
paling dominan adalah sebagai pegawai swasta. Hal ini berkaitan dengan banyaknya
industri di wilayah tersebut. Rincian mata pencaharian masyarakat Gedebage tertera
pada Gambar 2.13.
Gambar 2.13 Mata Pencaharian Penduduk Gedebage
Sumber: Badan Pusat Statisik (2014)
4182
4409
4014
4506
4455
1670
1874
0 1000 2000 3000 4000 5000
Tidak sekolah
Belum tamat SD
SD/MI/Sederajat
SMP/MTS/Sederajat
SMA/MA/Sederajat
SMK/Sederajat
Diploma I/II
Dipoma III/Sarjana muda
Diploma IV/S1
1603
1386
3891
1543
1422
7634
1368
846
5427
0 2000 4000 6000 8000 10000
PNS
ABRI/POLRI
Pegawai Swasta
Petani
Pedagang
Pelajar
Mahasiswa
Pensiunan
Lainnya
-
8. Kesehatan
Jenis sarana kesehatan yang terdapat di Wilayah Gedebage adalah Rumah Sakit,
Poliklinik, Puskesmas, Pos Kesehatan/Pos Yandu, Dokter, Bidan, Mantrim Kesehatan,
Apotik dan lainnya. Rincian sarana kesehatan di wilayah Gedebage tertera pada
Gambar 2.14.
Gambar 2.14 Sarana Kesehatan di Gedebage
Sumber: Badan Pusat Statistik (2014)
9. Agama
Secara umum sarana peribadatan yang ada di wilayah Gedebage adalah Mesjid,
Langgar, Gereja, sedangkan tidak terdapat Pura, Vihara dan Kuil. Adapun agama yang
dominan dianut adalah Islam seperti ditunjukkan pada Gambar 2.15.
Gambar 2.15 Agama yang Dianut Penduduk Gedebage
Sumber: Badan Pusat Statisik (2014)
2
45
6
7
1
3
0 10 20 30 40 50
Rumah Sakit
Puskesmas
Posyandu
Praktik Dokter
Praktik Bidan
Poliklinik
Apotek
27389
685
121
43
36
0 10000 20000 30000
Islam
Protestan
Katholik
Hindu
Budha
Lainnya
-
10. Usia
Dilihat dari struktur usianya, penduduk wilayah Gedebage didominasi oleh penduduk
usia muda, dimana penduduk usia balita jumlahnya mencapai 11.449 jiwa (9,98%).
Penduduk usia kerja, yaitu antara usia 10 14 tahun sampai 50 54 tahun mencapai
jumlah 95.492 jiwa atau sebesar 83,20%. Sedangkan penduduk yang bukan usia kerja
berjumlah 33.571 jiwa. Dari data ini diperoleh angka/jumlah ketergantungan di wilayah
perencanaan adalah sebesar 29,25%. Dengan demikian komposisi penduduk antara usia
kerja dan non usia kerja cukup seimbang.
2.2.3 Karakteristik Sarana dan Prasarana Kota
Unsur-unsur yang tergolong dalam utilitas umum dan prasarana sanitasi lingkungan
dapat diuraikan sebagai berikut :
- Utilitas umum yang meliputi pelayanan air bersih, jaringan listrik serta jaringan
telepon dan gas.
- Prasarana sanitasi lingkungan meliputi drainase, pengelolaan pembuangan
sampah dan pengelolaan air limbah.
Berikut akan dibahas mengenai beberapa utilitas yang berkaitan dengan lingkungan.
a. Air bersih
Air bersih merupakan kebutuhan pokok bagi suatu lingkungan perumahan, oleh sebab
itu kawasan perumahan harus mendapat distribusi air bersih yang cukup. Jenis sumber
air yang ditemui di Wilayah Gedebage umumnya menggunakan sumur pompa dan
sumur terbuka, sebagian telah memanfaatkan jaringan air bersih dari Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM).
b. Drainase
Sistem drainase merupakan prasarana sanitasi lingkungan yang harus dipenuhi pada
setiap lingkungan perumahan maupun perkotaan yang berfungsi untuk mengeringkan
air hujan dan harus mempunyai kapasitas tampung yang cukup agar suatu lingkungan
terbebas dari genangan banjir. Di beberapa tempat di wilayah perencanaan sering
terkena banjir akibat kondisi wilayah berada di bawah ketinggian jalan terutama jalan
arteri dan regional (Jl. Raya Soekarno-Hatta dan Jl. Tol Padalarang Cileunyi), saluran
-
drainase yang belum sempurna maupun saluran yang tersumbat oleh sampah atau
buangan limbah industri.
c. Pengelolaan Air Limbah
Pengelolaan air limbah merupakan komponen yang sangat penting bagi suatu
lingkungan perumahan, yang mana pengelolaan air limbah mempunyai fungsi utama
sebagai saluran yang membuang limbah air kotor ke tempat pembuangan akhir. Sistem
pembuangan air limbah di wilayah perencanaan masih menggunakan selokan dan
sebagian menggunakan septik tank, namun cenderung menggunakan sungai sebagai
pembuangan air limbah terutama dari rumah tanggga dan industriindustri. Pada
umumnya industri di wilayah perencanaan belum mempunyai tempat pengolahan air
limbah, sehingga dialirkan ke sungai-sungai yang ada di wilayah Gedebage.
d. Sarana Pendidikan
Pada gambar di bawah ini fasilitas yang paling banyak adalah fasilitas untuk TK dan
RA sedangkan penduduk dengan rentang diatas 15 tahun sangatlah banyak. Fasilitas
untuk SD hingga SMA yang ada jumlahnya kurang memadai untuk jumlah penduduk
wilayah Gedebage. Jika terjadi perkembangan penduduk maka fasilitas sekolah pun
akan meningkat jumlahnya terutama tingkat pendidikan SD hingga SMA. Sarana
pendidikan di wilayah Gedebage terdapat pada Gambar 2.16.
Gambar 2.16 Sarana Pendidikan di Wilayah Gedebage
Sumber: Badan Pusat Statisik (2014)
3
15
13
55
186
0
0 50 100 150 200
Perguruan Tinggi
SMA, MA, SMK
SMP, MTs
SD, MI
TK, RA
Taman Bacaan
-
e. Sarana Kesehatan
Berdasarkan Gambar 2.14 terlihat bahwa fasilitas kesehatan yang paling banyak
adalah posyandu, sedangkan fasilitas kesehatan yang jumlahnya sangat sedikit adalah
balai pengobatan dan puskesmas. Jika penduduk berkembang pesat maka diperkirakan
orang yang akan jatuh sakit pun akan semakin banyak, untuk itu diperlukan peningkatan
fasilitas kesehatan di Wilayah Gedebage.
f. Sarana Peribadatan
Berdasarkan Gambar 2.17 terlihat bahwa fasilitas Peribadatan yang paling banyak
adalah masjid, hal ini sesuai dengan mayoritas agama di wilayah Gedebage adalah
agama Islam. Tetapi, untuk pura dan vihara tidak ada sama sekali.
Gambar 2.17 Sarana Peribadatan di Wilayah Gedebage
Sumber: Badan Pusat Statistik (2014)
g. Sarana Umum dan Rekreasi
Berdasarkan Gambar 2.18 terlihat bahwa sarana umum dan rekreasi sangatlah kurang.
Berdasarkan RTRW Kota Bandung , Wilayah Gedebage akan dijadikan pusat kota
kedua setelah Alun-alun. Dengan dijadikannya Gedebage sebagai pusat kota kedua
maka sarana umum dan rekreasi akan meningkat pula. Kondisi sebelum menjadi pusat
kota, wilayah Gedebage sangatlah minim sarana umum dan rekreasi.
36
31
6
3
0
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Masjid
Langgar
Mushola
Gereja
Vihara
Pura
-
Gambar 2.18 Sarana Umum dan Rekreasi di Wilayah Gedebage
(Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014)
2.3. Hasil Pelibatan Masyarakat
Proses pembuatan dokumen AMDAL terdiri dari beberapa tahapan. Kesempatan
partisipasi masyarakat dalam membuat dokumen tersebut dapat dilibatkan melalui tahap
pelingkupan, penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL, serta keputusan kelayakan atas ANDAL,
RKL, dan RPL.
Pelibatan masyarakat dimulai dari pemrakarsa mengajak diskusi dan menyelenggarakan
pertemuan dengan para tokoh masyarakat setempat. Diskusi awal dibahas mengenai rencana
kegiatan proyek serta kegiatan studi AMDAL. Pemrakarsa juga mengumumkan mengenai
kegiatan proyek ini melalu surat kabar dan kantor pemerintah setempat. Adapun hasil
keefektifannya pengumuman ini dapat dilihat dari hasil kuesioner yang disebar ke masyarakat
mengenai pengetahuan dan persetujuan tentang proyek. Dari 10 responden, 90% masyarakat
menyatakan mengetahui akan diadakannya proyek Terminal Terpadu Gedebage dan 80%
masyarakat menyatakan setuju dibangunnya Terminal Terpadu Gedebage.
Adapun pendapat dan tanggapan yang diberikan masyarakat melalui konsultasi dan
partisipasi tokoh masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Dengan adanya pembangunan Terminal Terpadu Gedebage dapat menurunkan mata
pencaharian warga disebabkan ekosistem sawah rusak.
2. Lalu lintas menjadi padat sejak masa konstruksi Terminal terpadu Gedebage.
0
4
4
5
0
0
0
0
0 1 2 3 4 5 6
Kantor Pos
Kantor Polisi
Penginapan
Kolam renang
Gedung Bioskop
Gedung Serbaguna
Balai Serbaguna
Balai Warga
-
Sedangkan saran yang diberikan masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Melibatkan masyarakat sekitar dalam perekrutan tenaga kerja proyek
2. Membuat akses jalan khusus untuk lalu lintas proyek
2.4. Dampak Penting Hipotetik
Dalam perumusan dampak penting hipotetik perlu dilakukan dengan menggunakan
serangkaian proses sebagai berikut:
- Identifikasi dampak potential
- Evaluasi dampak potensial, klasifikasi dan prioritas dampah penting hipotetik
2.4.1. Identifikasi Dampak Potensial
Kegiatan pelingkupan pada tahap ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi segenap
dampak lingkungan (primer atau sekunder) yang secara potensial akan timbul akibat adanya
kegiatan Terminal Terpadu Gedebage.
Identifikasi dampak potensial diperoleh melalui serangkaian aktifitas yaitu pemahaman
mengenai komponen-komponen kegiatan, pengamatan lapangan dan hasil konsultasi serta
diskusi dengan para pakar, dan masyarakat yang berkepentingan terutama mereka yang tinggal
di wilayah tapak proyek.
Metode identifikasi dampak potensial dilakukan dengan menggunakan Metode Alir
memalui hubungan sebab akibat antara bentuk kegiatan dengan komponen lingungan. Selain
itu, untuk generalisasi digunakan juga Metode Matrik melalui interaksi antara komponen
kegiatan dan komponen lingkungan yang terkena dampak pada setiap tahapan kegiatan, mulai
dari tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi, dan pasca operasi Terminal Terpadu Gedebage.
a) Tahap Pra Konstruksi
Pada tahap pra konstruksi, kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak
potential terhadap komponen lingkungan adalah:
1. Survey lapangan
Dari kegiatan survey lapangan ini diperkirakan akan menimbulkan beberapa dampak
isu sosial berupa keresahan masyarakat (gangguan kamtibmas) dan keresahan/persepsi
masyarakat
2. Pembebasan lahan
Kegiatan pembebasan lahan ini diperkirakan menimbulkan beberapa dampak
diantaranya:
-
Kesesuaian ganti rugi lahan, kegiatan ini dapat menimbulkan dampak
keresahan/persepsi dari pemilik lahan.
Perubahan kepemilikan lahan (alih fungsi lahan), kegiatan ini dapat menimbulkan
dampak pada kondisi ekonomi masyarakat sekitar yaitu berupa perubahan mata
pencaharian dan pekerjaan masyarakat setempat. Dari adanya peralihan mata
pencaharian penduduk sekitar akan mengakibatkan tingkat pendapatan penduduk
sekitar.
Secara keseluruhan dampak yang ditimbulakan dari kegiatan pra-konstruksi ini dapat
dilihat pada bagan alir berikut.
Gambar 2.19. Bagan alir identifikasi dampak pembangunan Terminal Terpadu
Gedebage tahap pra-konstruksi
b) Tahap Konstruksi
Pada tahap konstruksi, kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak
potential terhadap komponen-komponen lingkungan adalah:
1. Pengosongan lahan
Pada tahap ini dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
Pembersihan/pengosongan lahan
Dampak yang mungkin terjadi dengan adanya kegiatan pembersihan lahan adalah
rusaknya ekosistem di sekitar lokasi proyek, yaitu persawahan. Hal ini mengakibatkan
Tahap Pra Konstruksi
Sigi lapangan Pembebasan lahan
Isu sosial
Keresahan/persepsi
masyarakat
Kesesuaian ganti rugi Perubahan kepemilikan lahan
Keresahan/persepsi
pemilik lahan
Perubahan mata
pencaharian
-
flora dan fauna di lokasi tersebut mengalami penurunan baik jumlah maupun
keanekaragaman.
Penggalian dan penimbunan tanah untuk keperluan penyiapan lokasi bangunan
Dampak yang mungkin terjadi dengan adanya kegiatan ini adalah peningkatan debu dan
partikulat sehingga mengakibatkan menurunnya kualitas udara. Akibat turunnya kualitas
udara ini, adalah gangguan kesehatan pada flora dan fauna serta masyarakat sekitar pun
dapat terjadi.
Perataan lahan secara parsial
Seperti halnya di atas, dampak potensial yang terjadi akibat adanya kegiatan ini adalah
peningkatan debu dan partikulat sehingga mengakibatkan menurunnya kualitas udara.
Akibat turunnya kualitas udara ini, gangguan kesehatan pada flora dan fauna serta
masyarakat sekitar pun dapat terjadi.
Penyiapan tapak untuk pembangunan
Pada kegiatan penyiapan tapak untuk pembangunan, dampak yang mungkin terjadi
adalah timbulnya keresahan masyarakat karena pada tahap ini masyarakat mulai sadar
bahwa adanya proyek pembangunan yang sudah pasti yang kemungkinan besar dapat
mempengaruhi kehidupan mereka.
2. Mobilisasi alat berat dan material
Dampak yang ditimbulkan dengan adanya kegiatan ini adalah peningkatan getaran dan
kebisingan akibat keluar masuknya alat berat dan kendaraan yang membawa material
bangunan. Akibat adanya getaran ini, kerusakan prasarana jalan dapat terjadi. Selain itu
peningkatan bising juga dapat ditimbulkan karena alasan tersebut. Dampak lain yang
ditimbulkan dengan adanya kegiatan ini adalah gangguan lalu lintas dan kerusakan pada
ekosistem sawah sekitar proyek.
3. Pembangunan terminal terpadu
Dampak yang terjadi akibat pembangunan terminal terpadu merupakan dampak yang
paling banyak dan besar pada tahap konstruksi proyek. Hal ini dikarenakan pada kegiatan
ini, terjadi peningkatan debu dan partikulat yang mengakibatkan penurunan kualitas udara
dan peningkatan kebisingan. Penurunan kualitas udara ini akan menyebabkan gangguan
pada flora dan fauna serta kesehatan masyarakat sekitar.
-
Meningkatnya jumlah limpasan air hujan juga ditimbulkan karena lahan yang tadinya
terbuka sekarang dibangun bangunan-bangunan yang tidak dapat menyerap air hujan. Selain
itu, peningkatan getaran dan kebisingan juga jelas akan terjadi akibat adanya pembangunan
ini.
c) Tahap Operasi
Pada tahap operasi, kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak potential
terhadap komponen lingkungan adalah:
1. Mobilisasi bus dan angkutan umum
Dampak yang mungkin dapat terjadi dengan adanya kegiatan mobilisiasi bus dan
angkutan umum adalah penyebaran emisi gas dari knalpot kendaraan tersebut. Adanya
penyebaran emisi gas ini dapat berpengaruh pada kualitas udara di sekitar lokasi Terminal
Terpadu Gedebage dan berujung pada penurunan kualitas udara. Penurunan kualitas udara
juga akan berpengaruh pada kondisi flora dan fauna di sekitar lokasi. Untuk fauna seperti
burung akan kemungkinan menjauh dari lokasi sedangkan untuk flora diprediksi akan
menambah beban dalam pengaturan sirkulasi udara secara alami. Tidak hanya flora dan
fauna, manusia akan terganggu kondisi kesehatannya dengan adanya penurunan kualitas
udara dan bisa memicu timbulnya penyakit pada manusia seperti sesak napas atau yang lebih
parah. Hal ini tentunya menimbulkan keresahan dan ketidaknyamanan masyarakat di lokasi.
Selain penyebaran emisi, dampak lainnya pada kegitan ini adalah dari bunyi klakson
bus dan transportasi umum lainnya di lokasi. Bunyi klakson ini akan memicu peningkatan
kebisingan di lokasi Terminal Terpadu Gedebage. Kebisingan ini akan kengurangi
kenyamanan masyarakat di lokasi terutama para penumpang.
Aktifitas mobilisasi bus dan angkutan umum ini jika tidak dikelola dengan baik juga
akan berdampak pada terganggunya aktivitas lalu lintas di sekitar kawasan. Kesemerawutan
tempat parkir mobil juga mungkin terjadi bahkan lebih parahnya lagi bisa memungkinkan
terjadinya kerusakan prasarana jalan.
2. Naik turun penumpang
Kegiatan naik turun penumpang haruslah diperhatikan oleh pihak pengelola.
Kemungkinan dampak buruk yang terjadi adalah gangguan lalu lintas karena kurangnya
pemahaman para penumpang mengenai jalur mobilisasi penumpang yang baik di lokasi.
Selain itu kegiatan ini tentunya tidak lepas dengan keramaian sehingga memuka peluang
-
bagi para pedagang asongan khususnya untuk memanfaatnya. Walaupun hal ini menjadi
keuntungan bagi para pedagang tetapi kurang baik bagi kenyamanan para penumpang.
3. Administrasi penumpang
Pada kegiatan administrasi penumpang yang mungkin menimbulkan dampak adalah
pada antrian pembelian karcis. Jika tidak dilakukan pengelolaan dengan baik akan
menimbulkan ketidaknyamanan penumpang. Selain itu ada kemungkinan sperti ruang
tunggu penumpang yang penuh akan menimbulkan keresahan dan ketidaknyamanan
penumpang juga.
4. Pengerahan Tenaga Kerja
Adanya kegiatan baru di lokasi terminal akan mengundang bagi masyarakat sekitar
ataupun masyarakat luar daerah untuk berkesempatan meraih keuntungan secara ekonomi.
Masyarakat dapat berkesempatan bekerja sebagi petugas terminal dan juga memicu kegiatan
perdagangan di sekitar lokasi karena tingkat keramaian pada terminal yang tinggi.
Namun adanya kegiatan perdagangan juga memungkinkan terjadinya gangguan lalu
lintas dan perusakan prasarana jalan jika tidak dikelola dan ditertibkan secara baik.
Ditambah lagi sistem berdagang yang lebih aktif seperti pedagang asongan akan memicu
ketidaknyamanan dari para penumpang.
5. Pengelolaan persampahan dan fasilitas air bersih
Pengelolaan persampah dan fasilitas air bersih haruslah dilakukan dengan baik. Jika
tidak tentunya akan berdampak bagi aktifitas di terminal terutama menyangkut kenyamanan
masyarakat di lokasi. Ketersedian air bersih untuk sanitasi yang sering terganggu, sampah
yang menumpuk merupakan contoh pengelolaan yang buruk yang mungkin terjadi.
Secara keseluruhan identifikasi dampak dari kegiatan operasi dapat dilihat di bagan alir
pada Gambar 2.2 di bawah.
d) Tahan Pasca Operasi
Pada tahap Pasca Operasi, kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak
potential terhadap komponen lingkungan adalah:
1. Pengerahan Tenaga Kerja
Dalam proses pembongkaran terminal akan dilakukan perekrutan tenaga kerja yang
melibatkan warga sekitar yang dapat memicu peningkatan taraf hidup dan produktifitas
masyarakat sekitar. Tersedianya lapangan kerja dapat juga meningkatan aktivitas
-
ekonomi di sekitar terminal seperti perdagangan yang dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat.
2. Pembongkaran dan perapihan lokasi kegiatan
Proses pembongkaran dan perapihan lokasi pasca operasi terminal akan menimbulkan
kebisingan dari proses penghancuran bangunan. Adapun proses pembongkaran dapat
meningkatkan jumlah debu atau partikulat yang terbang ke udara. Hal ini juga akan
menimbulkan keresahan masyarakat akibat ketidaknyamanan masyarakat dalam
beraktivitas di sekitar terminal.
3. Demobilisasi alat berat dan material
Pada proses demobilisasi alat berat dan material akan menimbulkan penurunan kualitas
udara dan peningkatan kebisingan yang membuat gangguan kenyamanan masyarakat.
Proses pengangkutan ini juga dapat menyebabkan kerusakan sarana dan prasarana
seperti jalan apabila tidak dilakukan penertiban dengan baik. Selain itu, transportasi
material dari pembongkaran terminal menyebabkan kemacetan lalu lintas.
4. Pelepasan Tenaga kerja
Ketika terminal telah selesai beroperasi, para pekerja dan warga sekitar yang memiliki
kesempatan bekerja dalam proses pembongkaran dan perapihan terminal akan
kehilangan pekerjaannya. Hal ini akan menimbulkan keresahan pada masyarakat,
karena penurunan kesempatan bekerja pada masyarakat akan berdampak pada
penurunan pendapatan ekonomi mereka. Selain itu warga yang melakukan usaha
disekitar terminal seperti berdagang akan kehilangan tempat usaha mereka dan mencari
daerah lain yang berpotensi dalam meningkatkan pendapatan mereka.
Secara keseluruhan identifikasi dampak dari kegiatan pasca operasi dapat dilihat di
bagan alir pada Gambar 2.22 di bawah.
-
Gambar 2.20. Bagan alir identifikasi dampak pembangunan Terminal Terpadu Gedebage tahap operasi
-
Gambar 2.21. Bagan alir identifikasi dampak pembangunan Terminal Terpadu Gedebage tahap operasi
Tahap Operasi
Pengelolaan Persampahan
dan Fasilitas Air Bersih
Pengerahan
Tenaga Kerja
Administrasi
Penumpang
Naik Trun
Penumpang
Mobilisasi dan
Bus dan
Angkutan Umum
Tenaga Kerja
Resmi
Pedagang
kaki lima
dan
asongan
Penumpukan
sampah
Air Bersih
Terganggu Emisi Gas
Knalpot
Kendaraan
Bunyi
Klakson
Kendaraan
Kebisingan Antrian
Penumpang
Penuh
Gangguan
Lalu Lintas
Penurunan
Kualitas Udara
Rusaknya
Fasilitas
Jalan
Peningkatan
ekonomi
Gangguan
Kesehatan
Manusia
Gangguan
Flora dan
Fauna Ketidaknyamanan
Masyarakat
-
Gambar 2.22. Bagan alir identifikasi dampak pembangunan Terminal Terpadu Gedebage tahap pasca operasi
Pasca Operasi
Pengerahan Tenaga Kerja Pembongkaran dan Perapihan
Lokasi Kegiatan
Demobilisasi Alat berat dan
material
Pelepasan Tenaga Kerja
Perekrutan Tenaga kerja
Peningkatan Pendapatan warga
Kebisingan Peningkatan Jumlah Debu
dan Partikulat
Ketidaknyamanan
Masyarakat
Kebisingan Kerusakan
Sarana
Prasarana
Penurunan
Kualitas
Udara
Kemacetan
Lalu Lintas
Penurunan
Pendapatan
Masyarakat
Keresahan
Masyarakat
-
Tabel 2.7. Identifikasi Dampak Potensial Pembangunan Terminal Terpadu Gedebage
No
Komponen Lingkungan
Tahap Pra
Konstruksi
Tahap
Konstruksi Tahap Operasi
Tahap Pasca Operasi
Sig
i la
pa
ng
an
(Is
u
sosi
al)
Pem
beb
asa
n l
ah
an
(kes
esu
aia
n g
an
ti r
ug
i)
Pen
go
son
ga
n L
ah
an
Mo
bil
isa
si A
lat
Ber
at
da
n M
ate
ria
l
Pem
ban
gu
nan
Ter
min
al
Ter
pad
u
Mo
boli
sasi
bu
s d
an
An
gk
uta
n U
mu
m
Na
ik T
uru
n P
enu
mp
an
g
Keg
iata
n A
dm
inis
tra
si
Pen
um
pa
ng
Pel
ua
ng
Usa
ha
Lo
ka
lPen
ger
ah
an
Ten
aga
Ker
ja
Pen
gel
ola
an
per
sam
pa
ha
n
da
n l
imb
ah
Pen
ger
ah
an
Ten
aga
Ker
ja
Pem
bon
gk
ara
n d
an
Per
ap
ihan
Lok
asi
Dem
ob
ilis
asi
Ala
t B
era
t
da
n M
ate
ria
l
Pel
epa
san
Ten
aga
Ker
ja
I Fisik-Kimia
1 Penurunan kualitas udara
2 Peningkatan kebisingan
3 Peningkatan limpasan air hujan
4 Penurunan kualitas air
5 Kerusakan sawah/tanah
6 Gangguan lalu lintas
7 Kerusakan prasarana jalan
8 Peningkatan getaran
II Biologi
1 Flora
2 Fauna
3 Biota air
III Sosian Ekonomi Budaya
1 Keresahan masyarakat
2 Keresahan pemilik lahan
3 Penurunan pendapatan
4 Peningkatan aktifitas ekonomi local
IV Kesehatan
1 Gangguan kesehatan masyarakat
2 Gangguan kenyamanan masyarakat
Komponen Kegiatan
-
2.4.2. Evaluasi Dampak Potensial dan Klasifikasi Dampak Penting Hipotetik
Pada langkah ini, evaluasi dampak potensial dan pemusatan dampak penting ditempuh
sekaligus mengingat eratnya kaitan kedua proses pelingkupan tersebut. Evaluasi dampak
potensial bertujuan untuk menghilangkan atau meniadakan dampak yang dipandang tidak
terlalu relevan atau tidak penting sehingga diperoleh seperangkat dampak penting hipotetik.
Untuk klasifikasi dan prioritas yang dimaksud untuk mengorganisasi dampak penting
hipotetik yang terkait dengan rencana kegiatan ke dalam beberapa kelompok (Peraturan
Menteri Negara Lingkungan, 2006).
Evaluasi dampak potensial serta pemusatan dampak penting hipotetik disusun
berdasarkan hasil diskusi dengan para pakar dan institusi terkait serta saran dan masukan
melalui wawancaradengan masyarakat.
a) Tahap Pra Konstruksi
Evaluasi dampak potensial beberapa kegiatan pada tahap pra konstruksi adalah sebagai
berikut:
1. Survey lapangan
Dari kegiatan survey lapangan ini diperkirakan akan menimbulkan beberapa dampak
isu sosial berupa keresahan masyarakat (gangguan kamtibmas) dan
keresahan/persepsi masyarakat. Keresahan masyarakat ini desebabkan karena adanya
isu pembangunan proyek. Hal ini dapat ditanggulangi dengan mengadakan sosialisasi
tentang akan diadakannya proyek kepada masyarakat dan pengumuman di media
massa.
2. Pembebasan lahan
Kegiatan pembebasan lahan ini diperkirakan menimbulkan beberapa dampak
diantaranya:
Kesesuaian ganti rugi lahan, kegiatan ini dapat menimbulkan dampak
keresahan/persepsi dari pemilik lahan. Adanya keresahan pemilik lahan
disebabkan karena kekhawatiran warga mengenai ganti rugi lahan miliknya oleh
pihak pemilik proyek. Namun keresahan ini dapat ditanggulangi dengan adanya
penggantian kesesuaian ganti rugi sehingga lahan dapat berpindah kepemilikan
kepada pihak pemilik proyek.
Perubahan kepemilikan lahan (alih fungsi lahan), kegiatan ini dapat menimbulkan
dampak pada kondisi ekonomi masyarakat sekitar yaitu berupa perubahan mata
pencaharian dan pekerjaan masyarakat setempat. Sebelum diadakan pembebasan
-
lahan, mata pencaharian warga sekitar adalah dengan bertani di sawah. Setelah
sawah tersebut dibebaskan maka warga memperoleh ganti rugi lahan yang dapat
digunakan sebagai modal untuk membuka atau mencari mata pencaharian baru.
Dari adanya peralihan mata pencaharian penduduk sekitar akan mengakibatkan
tingkat pendapatan penduduk sekitar. .
Sehingga dapat disimpulkan tidak ada dampak penting hipotetik dari kegiatan pra
konstruksi pembangunan Terminal Gedebage Kota Bandung.
3. Tahap Konstruksi
Evaluasi dampak potensial beberapa kegiatan pada tahap konstruksi adalah sebagai
berikut:
1. Pengosongan Lahan
Dari kegiatan pengosongan lahan ini dapat menimbulkan dampak kerusakan
ekosistem karena disebabkan oleh penggalian dan perataan tanah. Hal ini
mengakibatkan rusaknya sawah di sekitar lokasi proyek sehingga dapat menurunkan
jenis (keanekaragaman) dan jumlah flora dan fauna di lingkungan tersebut. Selain itu,
kegiatan ini juga dapat menimbulkan dampak menurunnya kualitas udara. Penurunan
kualitas udara ini disebabkan karena peningkatan debu dan partikulat akibat kegiatan
pengosongan lahan. Hal ini selain dapat menggangu flora dan fauna juga kesehatan
masyarakat sekitar. Dampak lain yang dapat ditimbulkan dari kegiatan ini adalah
keresahan masyarakat. Keresahan masyaraat ini dapat timbul saat dimulai
pembangunannya tapak. Hal ini menandakan proyek akan segera dimulai.
2. Mobilisasi Alat Berat dan Material
Mobilisasi alat berat dan material yang akan digunakan pada tahap konstruksi ini
dapat menimbulkan gangguaan lalu lintas. Akibat adanya keluar masuk kendaraan
lalu lintas di sekitar proyek dapat terganggu apabila tidak ada SOP yang mengatur
mengenai akses ini. Kegiatan ini juga menimbulkan dampak terhadap peningkatan
getaran dan kebisingan di wilayah sekitar proyek. Getaran yang ditimbulkan akibat
keluar masuknya proyek dapat mengakibatkan rusaknya eksosistem sekitar.
Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktivitas ini dapat menggangu kehidupan
masyarakat sekitar.
-
3. Pembangunan Terminal
Adanya pembangunan Terminal Terpadu Gedebage dapat mempengaruhi kualitas
lingkungan sekitar, diantaranya:
- Meningkatnya limpasan air hujan. Meningkatnya limpasan air hujan dikarenakan
ruang yang tadinya terbuka sekarang dibangun terminal sehingga limpasan air
hujan meningkat.
- Penurunan kualitas udara. Penurunan kualitas udara ini disebabkan karena
peningkatan debu dan partikulat akibat kegiatan pengosongan lahan. Hal ini selain
dapat menggangu flora dan fauna juga kesehatan masyarakat sekitar.
- Peningkatan getaran. Getaran yang ditimbulkan dari kegiatan ini dikarenakan
aktivitas dari pembangunan proyek pembangunan. Hal ini dapat mengganggu
aktivitas warga sekitar proyek bahkan kalau getarannya melebihi baku mutu
properti di sekitar proyek dapat rusak, misalnya rumah warga.
- Peningkatan kebisingan. Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktivitas
pembangunan ini dapat menggangu kehidupan masyarakat sekitar.
Sehingga dampak penting hipotetik yang dihasilkan dari evaluasi beberapa dampak potensial
pada proses konstruksi di Terminal Terpadu Gedebage adalah sebagai berikut:
Kerusakan ekosistem dan penurunan kualitas udara di daerah proyek dan sekitar proyek
pada saat pengosongan lahan.
Penurunan kualitas udara apda saat proses pembangunan Terminal Terpadu Gedebage
4. Tahap Operasi
Evaluasi dampak potensial beberapa kegiatan pada tahap pra konstruksi adalah sebagai
berikut:
1. Mobilisasi Bus dan Angkutan Umum
Kegiatan ini dapat menimbulkan dampak penurunan kualitas udara. Penyebaran emisi
gas dari knalpot kenadaraan dapat berpengaruh pada kualitas udara di sekitar lokasi
Terminal Terpadu Gedebage dan berujung pada penurunan kualitas udara. Penurunan
kualitas udara juga akan berpengaruh pada kondisi flora dan fauna di sekitar lokasi.
Selain itu juga akan berpengaruh pada kesehatan manusia. Dampak lain yang dapat
ditimbulkan adalah kebisingan seperti bunyi klakson yang dapat memicu peningkatan
kebisingan di lokasi Terminal Terpadu Gedebage. Gangguan lalu lintas juga dapat
-
ditimbulkan deri kegiatan ini. Aktifitas mobilisasi bus dan angkutan umum ini jika
tidak dikelola dengan baik juga akan berdampak pada terganggunya aktivitas lalu
lintas
2. Naik Turun Penumpang
Kegiatan ini dapat menimbulkan dampak berupa gangguan lalu lintas. Gangguan lalu
lintas ini terjadi karena kurangnya pemahaman para penumpang mengenai jalur
mobilisasi penumpang yang baik di lokasi.
3. Administrasi Penumpang
Adanya kegiatan administrasi penumpang dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi
penumpang itu sendiri, seperti Antrian pembelian karcis yang tidak terkelola dengan
baik.
4. Pengerahan Tenaga Kerja
Pengerahan tenaga kerja dapat menimbulkan dampak terhadap rusaknya fasilitas
jalan. Pengaturan pedagang yang beroperasi di kawasan terpadu yang kurang baik
mengenai perannya untuk menjaga lingkungan akan memicu rusaknya fasilitas tempat
mereka berjualan. Pengaturan posisi pedagang yang beroperasi di kawasan terpadu
akan memicu gangguan lalu lintas. Akan tetapi, dampak positif dari kegiatan ini
adalah meningkatnya pendapatan masyarakat sekitar sehingga dapat meningkatkan
peluang usaha bagi penduduk lokal maupun dari luar. Namun harus dikelola dengan
baik jangan sampai terjadi keresahan masyarakat lokal akan tidak dapat peluang
pekerjaan.
5. Pengelolaan Fasilitas Persampahan dan Fasilitas Air Bersih
Pengelolaan sampah yang tidak teratur sehingga memungkin terjadinya penumpukan
sampah yang pada akhirnya akan menyebabkan keresahan pada masyarakat
masyarakat sekitar terutama penumpang. Dan pengelolaan fasilitas air yang tidak baik
bisa memungkinkan terjadinya kebutuhan air yang tidak tercukupi sehingga
menimbulkan ketidaknyamanan bagi masyarakat terutama penumpang.
Sehingga dampak penting hipotetik yang dihasilkan dari evaluasi beberapa dampak
potensial pada proses operasi di Terminal Terpadu Gedebage adalah sebagai berikut.
-
Penurunan kualitas udara akibat emisi kendaraan di Terminal Terpadu Gedebage.
Terjadinya Gangguan lalu lintas jika pengelolaan mobilisasi kendaraan, mobilisasi
penumpang dan pedagang kaki lima dan asongan di lokasi Terminal Terpadu Gedebage
tidak baik.
Ketidakpuasan penduduk lokal jika peluang kerja dan peluang usaha tidak didapatkan.
Ketidaknyamanan penumpang terjadi jika meningkatnya tingkat kebisingan, buruknya
pengelolaan administrasi, pengelolaan persampahan dan fasilitas umum di Terminal
Terpadu Gedebage.
5. Tahap Pasca Operasi
Evaluasi dampak potensial beberapa kegiatan pada tahap pasca operasi adalah sebagai
berikut:
1. Pengarahan Teanaga Kerja
Dengan tersedianya lahan pekerjaan yang baru diprediksi akan menambah
pendapatan ekonomi masyarakat sekitar. Dengan begitu akan terjadi perubahan nilai
sehingga masyarakat akan cenderung menuju masyarakat menengah keatas atau
masyarakat yang lebih mapan.
2. Pembongkaran dan Perapihan Lokasi Kegiatan
Kegiatan ini dapat menimbulkan dampak terhadap kebisingan dan peningkatan
jumlah debu serta partikulat. Kebisingan merupakan bunyi yang tidak diinginkan dari
usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Partikulat dan debu dalam
jumlah yang banyak akan membahayakan kesehatan manusia. Partikulat yang terhirup
dalam jumlah dan konsentrasi yang banyak akan memberikan dampak yaitu dapat
mengakibatkan gangguan bronkhitis, gangguan emphysema dan penyakit
kardiovaskuler.
3. Demobilisasi Alat Berat dan Material
Adanya demobilisasi alat berat dan material dapat menimbulkan dampak terhadap
kualitas lingkungan sekitar, diantaranya:
- Penurunan kualitas udara. Kegiatan mobilisasi peralatan dan material dapat
menyebababkan adanya lalu lalang kendaraan-kendaraan berat di lokasi proyek
-
untuk pengangkutan material yang mengeluarkan emisi kendaraan dalam jumlah
banyak sehingga dapat menurunkan kualitas udara ambient dilokasi.
- Kemacetan lalu lintas. Kemacetan lalu lintas mengakibatkan emisi yang
dikeluarkan kendaraan di sekitar lokasi semakin besar dalam waktu
tertentu.Kendaraan besar banyak menghasilkan asap dari buangan knalpotnya,
buangan yang dihasilkan banyak mengandung gas CO, CO2, NO2, SO2,, dan gas-
gas lainnya. Banyaknya kendaraan yang berlalu lalang akan memberikan dampak
yang buruk baik kondisi udara di daerah tersebut. Kandungan gas SO2 ,NO2,
CO2, dan CO dapat berakibat buruk bagi kesehatan terutama pernapasan, paparan
serta konsentrasi dalam jumlah tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada paru-
paru, lemas, dan kematian.
- Kerusakan sarana dan prasarana. Pengangkutan alat dan material hasil
pembongkaran akan memberikan beban yang lebih besar terhadap kendaraan
pengangkut yang apabila melebihi kapasitasnya dapat merusak jalan disekitar
lokasi.
- Meningkatnya kebisingan. Kebisingan merupakan bunyi yang tidak diinginkan
dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Dengan
naikknya tingkat kebisingan kemungkinan akan menaikkan tingkat stress
masyarakat, sehingga akan berakibat menurunnya produktivitas masyarakat dalam
bekerja dan bersosialisasi.
4. Pelepasan Tenaga Kerja
Pelepasan Tenaga kerja menyebabkan warga kehilangan pekerjaannya,sehingga akan
menurunkan pendapatan ekonomi warga dan menimbulkan warga mencari pekerjaan
lain untuk menambah penghasilan
Sehingga dampak penting hipotetik yang dihasilkan dari evaluasi beberapa dampak
potensial pada pasca operasi di Terminal Terpadu Gedebage adalah sebagai berikut:
Keresahan masyarakat akibat masa operasi terminal sudah selesai sehingga
masyarakat kehilangan kesempatan kerja dan melakukan usaha di sekitar terminal
sehingga pendapatan menurun
-
Kebisingan yang bersumber dari demobilisasi alat berat dan material serta
penghancuran bangunan di terminal
Penurunan Kualitas udara yang bersumber dari emisi yang dikeluarkan pengangkut
alat berat dan material serta debu dan partikulat yang dihasilkan dari proses
pembongkaran bangunan di terminal
Kemacetan Lalu lintas yang diakibatkan oleh demobilisasi alat berat dan material dari
proses pembongkaran
2.5. Batas Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian
Penentuan lingkup wilayah studi harus disesuaikan dengan karakteristik suatu kegiatan
proyek, berupa besarnya dampak yang akan terjadi dan jangkauan penyebarannya. Lingkup
wilayah studi sangat ditentukan oleh batas proyek, administratif, ekologi, dan sosial.
2.5.1 Batas Wilayah Studi
2.5.1.1 Batas Proyek
Batas proyek meliputi batas lokasi kegiatan Terminal Terpadu Gedebage dengan luas total 15
Ha, yang meliputi batas antara lain:
Utara berbatasan dengan Jalan Soekarno Hatta
Selatan berbatasan dengan Tol Padaleunyi
Barat berbatasan dengan Jalan Gedebage
Timur berbatasan dengan Jalan Cimencrang
Gambar 2.23. berikut adalah peta batas proyek.
-
Gambar 2.23. Peta Batas Proyek
2.5.1.2. Batas Administratif
Batas administrasi wilayah studi adalah ruang dimana masyarakat secara leluasa melakukan
kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya meliputi lingkup sosial ekonomi dan sosial budaya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di dalam ruang tersebut. Batas ini
ditentukan dengan berdasarkan nilai administratif yang membawahi lokasi proyek, batas
administratif yaitu Kecematan Gedebage. Berikut adalah peta batas administrative Terminal
Terpadu Gedebage.
Gambar 2.24. Peta Batas Administratif
-
2.5.1.3. Batas Ekologi
Batas ekologi adalah ruang persebaran dampak dari rencana kegiatan menurut media
transportasi limbah (air dan udara). Dampak terhadap berbagai komponen lingkungan yang
akan timbul akibat berbagai aktivitas pembangunan proyek terminal ini secara ekologi akan
berlangsung di dalam daerah pengaliran Sungai Cinambo (untuk air) dan udara di sekitar
Kecamatan Gedebage. Berikut adalah peta batas ekologi Terminal Terpadu Gedebage.
Gambar 2.25 Peta Batas Ekologi
2.5.1.4. Batas Sosial
Batas sosial adalah ruang disekitar kegiatan TPA yang merupakan tempat berlangsungnya
berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai budaya tertentu yang sudah
mapan, yang diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar. Yang menjadi batas sosial
adalah permukiman penduduk yang berhubungan langsung dengan proyek terminal yaitu
permukiman di kawasan Kecamatan Gedebage. Berikut adalah peta batas sosial Terminal
Terpadu Gedebage.
-
Gambar 2.26. Peta Batas Sosial
2.5.1.5. Batas Wilayah Studi
Dari batas-batas yang telah dipaparkan di atas sebelumnya, berikut adalah rangkuman batas
wilayah studi AMDAL Terminal Terpadu Gedebage.
Gambar 2.27. Peta Batas Wilayah Studi
-
2.5.2. Batas Waktu Kajian
Dalam proses pembuatan dokumen AMDAL dibutuhkan batas waktu mengingat kegiatan
operasi harus segera dijalankan. Berikut adalah batasan waktu dari tiap tahap kegiatan
proyek.
Tabel 2.8. Batas Waktu Kajian AMDAL
Kegiatan Tahapan Waktu Kajian
Survey Lapangan Pra
Konstruksi
1 bulan, diharapkan survey
lapangan sudah mencakup
pengukuran luas tanah dan
harga tanah.
Pembebasan Lahan 2 bulan, mengingat
perizinan serta negosiasi
kepada warga cukup sulit.
Pengosongan Lahan
Konstruksi
2 bulan, termasuk
penggalian lahan,
pembersihan lahan, serta
pemasangan tapak.
Mobilisasi Alat Berat dan Material 1 tahun (bersamaan dengan
pembangunan terminal)
Pembangunan Terminal 1 tahun
Mobilisasi Bus dan Angkutan Umum
Operasi
50 tahun (umur terminal)
Naik Turun Penumpang 50 tahun (umur terminal)
Administrasi Penumpang 50 tahun (umur terminal)
Pengerahan Tenaga Kerja 50 tahun(umur terminal)
-
Pengelolaan Fasilitas Persampahan dan Fasilitas Air
Bersih
50 tahun (umur terminal
sehingga perawatan
dilakukan secara berkala
selama durasi ini)
Pengerahan Tenaga Kerja
Pasca
Operasi
1 bulan, termasuk
perekrutan tenaga kerja
Pembongkaran dan Perapihan Lokasi Kegiatan 6 bulan
Demobilisasi Alat Berat dan Material 3 bulan
Pelepasan Tenaga Kerja 1 bulan, meliputi
pemberhentian tenaga kerja
-
BAB 3
METODOLOGI
Dalam penyusunan dokumen Analisis Dampak Lingkungan, ditentukan metode-metode
untuk mengkaji prakiraan dampak dari usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan. Dari
prakiraan tersebut, diperoleh informasi tentang sebaran dan besaran dampak yang dihasilkan
pada komponen-komponen lingkungan dan sosial yang terpengaruh. Metode studi yang
digunakan dalam memprediksi prakiraan ini, antara lain:
3.1. Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Metode pengumpulan data, yang dibedakan atas sumber data yang dianalisis yaitu:
primer dan sekunder. Data primer merupakan data hasil pengukuran sendiri sedangkan data
sekunder berasal dari lembaga atau pustaka luar yang relevan dengan bidang studi.
Pengambilan data primer diantaranya:
1. Melalui observasi, yaitu pengamatan langsung untuk mengetahui kondisi eksisting di
lapangan, terutama mengetahui hal-hal yang tidak tercantum dalam data sekunder
yang didapat; dan
2. Wawancara kepada masyarakat sekitar yang diperkirakan terkena dampak dengan
fokus pertanyaan mengenai perencanaan serta operasional proyek yang akan
diberlangsungkan.
Untuk data sekunder diambil dari sumber-sumber berikut:
1. BPS; berupa data demografi wilayah perencanaan proyek, yang meliputi antara lain:
jumlah penduduk beserta jenis kelamin, rentang usia, agama, mata pencaharian, serta
tingkat pendidikan dan sarana-prasarana yang tersedia (sarana umum dan rekreasi,
sarana kesehatan, sarana peribadatan, dan tata ruang wilayah)
2. BPLH; berupa data yang mencakup aspek biogeofisik dan kimia dari wilayah
perencanaan proyek. Data yang tercakup antara lain: kualitas air, kualitas udara,
struktur tanah, data mengenai iklim, data kebisingan, dan topografi lahan.
3. Jurnal Penelitian; berisikan data penunjang lainnya yang tidak dapat ditemui dari BPS
dan BPLH, seperti: flora dan fauna, konsumsi air, dan kondisi prasarana jalan raya,
drainase, air bersih, serta pengelolaan air limbah.
-
Metode analisis data, yaitu interpretasi dari data yang diperoleh. Dari lingkup
biogeofisik dan kimia, digunakan uji laboratorium untuk mengetahui kandungan parameter-
parameter yang diukur pada lokasi perencanaan. Pada segi dampak secara sosial, digunakan
metode kuantitatif dan kualitatif sehingga bentuk data berupa angka diterjemahkan dalam
bentuk kata-kata sesuai standar yang ditetapkan. Bentuk interpretasi data yang dilakukan dari
hasil pengumpulan data yang diperoleh adalah melalui tampilan grafik trendline dari masing-
masing parameter yang terukur. Trendline ini ditujukan untuk melihat bagaimana perubahan
kondisi setiap parameter dari suatu tahun pengukuran ke tahun pengukuran berikutnya.
3.2. Metode Prakiraan Dampak Penting
Metode prakiraan dampak penting untuk memprakirakan besaran dan sifat dampak
penting untuk masing-masing dampak penting hipotetik. Metode yang digunakan dalam
memprakirakan besaran dampak, antara lain: metode perhitungan matematis (modeling) yaitu
proyeksi sebaran dampak seperti jumlah penduduk dan sebaran pencemar, metode simulasi
visual dan peta berupa penggambaran dari data yang diperoleh, penilaian ahli sebagai acuan
suatu aspek dari perencanaan yang dirincikan oleh tenaga ahli aspek tersebut, dan metode
analogi dengan menggunakan studi-studi terdahulu yang relevan dengan problema yang
dihadapi dari perencanaan yang akan dilakukan.
3.3. Metode Evaluasi Dampak Lingkungan
Tahap evaluasi terhadap dampak besar dan penting dilakukan dengan menggunakan
metode-metode berikut :
1. Metode Matriks
Dengan bentuk matriks maka dapat ditentukan hubungan antara kegiatan proyek dengan
komponen-komponen lingkungan di sekitar lokasi, atau dapat diketahui penyebab-
penyebab terjadinya dampak penting tersebut.
2. Diagram alir
Penggunaan diagram alir berfungsi untuk menunjukkan aliran dampak yang diakibatkan
dari suatu aktivitas proyek.
-
DAFTAR PUSTAKA
Keterlibatan Masyarakat dalam AMDAL,2010, Kementrian Lingkungan Hidup dan The
World Bank
PERTAMINA Konsep Laporan Akhir, 2006, Kerangka ANDAL Pembangunan Terminal
Transit di Depot Bau-Bau, Sulawesi Tenggara Unit Pemasaran VII Makassar
PERTAMINA Laporan Akhir, 21009, Kerangka Acuan ANDAL Pembangunan Proyek
Lapangan uap dan Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi Karaha Bodas Kabupaten garut dan
Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat
[Online]https://www.academia.edu/5461273/Bab_3_Jadi Diakses pada 8 Februari 2015
[Online]https://www.dropbox.com/s/j2riawcjxhz3yuu/167438855-Rencana-Induk-Kawasan-
Gedebage.pdf?dl=0 Diakses pada 8 Februari 2015
[Online]http://bandung.go.id/images/Perda_RTRW_2011-
2031/Lampiran_Perda_RTRW_Kota_Bandung.pdf Diakses pada 8 Maret 2015
https://www.academia.edu/5461273/Bab_3_Jadihttps://www.dropbox.com/s/j2riawcjxhz3yuu/167438855-Rencana-Induk-Kawasan-Gedebage.pdf?dl=0https://www.dropbox.com/s/j2riawcjxhz3yuu/167438855-Rencana-Induk-Kawasan-Gedebage.pdf?dl=0http://bandung.go.id/images/Perda_RTRW_2011-2031/Lampiran_Perda_RTRW_Kota_Bandung.pdfhttp://bandung.go.id/images/Perda_RTRW_2011-2031/Lampiran_Perda_RTRW_Kota_Bandung.pdf