keputusan menteri perhubungan republik...

36
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KM 44 TAHUN 2020 TENTANG PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM RUTE, TATA CARA BERLALU LINTAS, DAN DAERAH LABUH KAPAL SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA DI ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN SAMUDERA BATULICIN DAN ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN STAGEN KOTABARU SERTA JALUR PERLINTASAN SELAT LAUT MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan dalam Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian, Menteri Perhubungan wajib menetapkan alur-pelayaran, sistem rute, tata cara berlalu lintas, dan daerah labuh kapal sesuai dengan kepentingannya; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Menteri Perhubungan tentang Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya di Alur- Pelayaran Masuk Pelabuhan Samudera Batulicin dan Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Stagen Kotabaru Serta Jalur Perlintasan Selat Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849);

Upload: others

Post on 01-Nov-2020

32 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_44_TAHUN...173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA Maritime Bouyage System for Region-A

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR KM 44 TAHUN 2020

TENTANG

PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM RUTE, TATA CARA BERLALU

LINTAS, DAN DAERAH LABUH KAPAL SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA

DI ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN SAMUDERA BATULICIN DAN

ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN STAGEN KOTABARU

SERTA JALUR PERLINTASAN SELAT LAUT

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan dalam Pasal 8 Peraturan

Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian,

Menteri Perhubungan wajib menetapkan alur-pelayaran,

sistem rute, tata cara berlalu lintas, dan daerah labuh

kapal sesuai dengan kepentingannya;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan

Menteri Perhubungan tentang Penetapan Alur-Pelayaran,

Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah

Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya di Alur-

Pelayaran Masuk Pelabuhan Samudera Batulicin dan

Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Stagen Kotabaru Serta

Jalur Perlintasan Selat Laut;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4849);

Page 2: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_44_TAHUN...173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA Maritime Bouyage System for Region-A

-2 -

2. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang

Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5070) sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun

2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah

Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015

Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5731);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

Kenavigasian (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5093);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang

Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2010 Nomor 26, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5108) sebagaimana

telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22

Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan

Pemerintah Nomor 20 tahun 2010 tentang Angkutan di

Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5208);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang

Perlindungan Lingkungan Maritim (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 27, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5109);

6. Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1979 tentang

Pengesahan Peraturan Internasional Tentang

Pencegahan Tubrukan di Laut Collision Regulation

Tahun 1972 (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1979 Nomor 53);

7. Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 tentang

Pengesahan ’’International Convention for The Safety of

Life at Sea, 1974”, sebagai hasil Konferensi Internasional

tentang Keselamatan Jiwa di Laut 1974, yang telah

Page 3: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_44_TAHUN...173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA Maritime Bouyage System for Region-A

-3-

ditandatangani oleh Pemerintah Republik Indonesia, di

London, pada tanggal 1 November 1974, yang

merupakan pengganti ”International Convention for The

Safety of Life at Sea 1960”, sebagaimana terlampir

dalam Keputusan Presiden ini (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 65);

8. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang

Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 75);

9. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2019 tentang

Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 203);

10. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor

173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA

Maritime Bouyage System for Region-A dalam Tatanan

Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran di Indonesia;

11. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 30 Tahun

2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Distrik

Navigasi;

12. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 25 Tahun

2011 tentang Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran;

13. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 26 Tahun

2011 tentang Telekomunikasi-Pelayaran;

14. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 36 Tahun

2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor

Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 629)

sebagaimana beberapa kali diubah terakhir dengan

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 76 Tahun

2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri

Perhubungan Nomor PM 36 Tahun 2012 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran dan

Otoritas Pelabuhan (Berita Negara Republik Indonesia

Tahun 2018 Nomor 1183);

Page 4: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_44_TAHUN...173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA Maritime Bouyage System for Region-A

-4-

15. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun

2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 311)

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri

Perhubungan Nomor PM 146 Tahun 2016 tentang

Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor

PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan

Laut (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016

Nomor 1867);

16. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 57 Tahun

2015 tentang Pemanduan dan Penundaan Kapal (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 390);

17. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 129 Tahun

2016 tentang Alur-Pelayaran di Laut dan Bangunan

dan/atau Instalasi di Perairan (Berita Negara Republik

Indonesia Tahun 2016 Nomor 1573);

18. Peraturan Menteri Perhubugan Nomor PM 122 Tahun

2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2018 Nomor 1844);

19. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 125 Tahun

2018 tentang Pengerukan dan Reklamasi (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1740);

Memperhatikan : Surat Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor

UM.006/216/DJPL/2020 tanggal 9 Januari 2020 perihal

Penyampaian Rancangan Keputusan Menteri Perhubungan

tentang Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara

Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan

Kepentingannya di Alur-Pelayaran Pelabuhan Batang,

Pelabuhan Tegal, Pelabuhan Ahmad Yani Ternate, Pelabuhan

Tulehu, Pelabuhan Tanjung Pinang, Pelabuhan Batulicin-

Stagen, Pelabuhan Kotabaru, dan Pelabuhan Badas;

Page 5: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_44_TAHUN...173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA Maritime Bouyage System for Region-A

- 5 -

Menetapkan

PERTAMA

KEDUA

KETIGA

MEMUTUSKAN:

: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG

PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM RUTE, TATA CARA

BERLALU LINTAS, DAN DAERAH LABUH KAPAL SESUAI

DENGAN KEPENTINGANNYA DI ALUR-PELAYARAN MASUK

PELABUHAN SAMUDERA BATULICIN DAN ALUR-

PELAYARAN MASUK PELABUHAN STAGEN KOTABARU

SERTA JALUR PERLINTASAN SELAT LAUT.

: Menetapkan Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Samudera

Batulicin dan Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Stagen

Kotabaru serta Jalur Perlintasan Selat Laut serta Sarana

Bantu Navigasi-Pelayaran dibatasi oleh titik koordinat

geografis sebagaimana tercantum dalam

Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Keputusan Menteri ini.

: Menetapkan Sistem Rute di Alur-Pelayaran Masuk

Pelabuhan Samudera Batulicin dan Alur-Pelayaran Masuk

Pelabuhan Stagen Kotabaru serta Jalur Perlintasan Selat

Laut sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri

ini.

: Menetapkan Tata Cara Berlalu Lintas di Alur-Pelayaran

Masuk Pelabuhan Samudera Batulicin dan Alur-Pelayaran

Masuk Pelabuhan Stagen Kotabaru serta Jalur Perlintasan

Selat Laut sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri

ini.

Page 6: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_44_TAHUN...173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA Maritime Bouyage System for Region-A

-6-

KEEMPAT : Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata Cara Berlalu Lintas di

Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Samudera Batulicin dan

Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Stagen Kotabaru serta

Jalur Perlintasan Selat Laut sebagaimana dimaksud dalam

Diktum KETIGA di atur dengan Standar Operasional dan

Prosedur (SOP) yang ditetapkan oleh Kepala Kantor

Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas III Kotabaru-

Batulicin.

KELIMA : Menetapkan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan

Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan

Samudera Batulicin dan Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan

Stagen Kotabaru serta Jalur Perlintasan Selat Laut

sebagaimana tercantum dalam lampiran IV yang merupakan

bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini.

KEENAM : Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Samudera Batulicin dan

Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Stagen Kotabaru serta

Jalur Perlintasan Selat Laut serta Sarana Bantu Navigasi-

Pelayaran sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA

serta Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya

sebagaimana dimaksud dalam Diktum KELIMA wajib dimuat

dalam Peta Laut Indonesia Edisi Terbaru Nomor 122 dan 129

Buku Petunjuk Pelayaran sebagaimana tercantum dalam

Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Keputusan Menteri ini.

KETUJUH : Pengawasan terhadap keselamatan dan keamanan pelayaran

di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Stagen Kotabaru serta

Jalur Perlintasan Selat Laut dilaksanakan oleh Kantor

Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas III Kotabaru-

Batulicin dan melaporkan hasil pengawasannya kepada

Direktur Jenderal Perhubungan Laut.

Page 7: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_44_TAHUN...173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA Maritime Bouyage System for Region-A

-7-

KEDELAPAN : Pengawasan terhadap penataan dan penyelenggaraan Alur-

Pelayaran Masuk Pelabuhan Samudera Batulicin dan Alur-

Pelayaran Masuk Pelabuhan Stagen Kotabaru serta Jalur

Perlintasan Selat Laut dilaksanakan oleh Distrik Navigasi

Kelas I Banjarmasin dan melaporkan hasil pengawasannya

kepada Direktur Jenderal Perhubungan Laut.

KESEMBILAN : Pemeliharaan Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Samudera

Batulicin dan Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Stagen

Kotabaru serta Jalur Perlintasan Selat Laut dilaksanakan

oleh Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas

III Kotabaru-Batulicin secara berkala atau sewaktu-waktu

apabila diperlukan.

KESEPULUH : Laporan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud dalam

Diktum KETUJUH dan Diktum KEDELAPAN digunakan

sebagai bahan evaluasi Direktur Jenderal Perhubungan Laut

untuk setiap perubahan terhadap Penetapan Alur-Pelayaran,

Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh

Kapal sesuai dengan kepentingannya di Alur-Pelayaran

Masuk Pelabuhan Masuk Pelabuhan Samudera Batulicin

dan Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Stagen Kotabaru serta

Jalur Perlintasan Selat Laut.

KESEBELAS : Perubahan terhadap Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute,

Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai

Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan

Samudera Batulicin dan Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan

Stagen Kotabaru serta Jalur Perlintasan Selat Laut

sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESEPULUH

diinformasikan melalui penerbitan Maklumat Pelayaran

(MAPEL) serta disiarkan melalui Berita Pelaut Indonesia

(Notice to Marines).

Page 8: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_44_TAHUN...173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA Maritime Bouyage System for Region-A

- 8 -

KEDUABELAS :

KETIGABELAS

Setiap perubahan Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute,

Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai

Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan

Samudera Batulicin dan Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan

Stagen Kotabaru serta Jalur Perlintasan Selat Laut

sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESEBELAS

ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut dan

dievaluasi paling sedikit 1 (satu) kali dalam jangka waktu

paling lama 5 (lima) Tahun akan dilakukan penyesuaian

untuk mengetahui kesesuaian terhadap Keputusan Menteri

ini.

: Direktur Jenderal Perhubungan Laut melaksanakan

pembinaan dan pengawasan teknis terhadap pelaksanaan

Keputusan Menteri ini.

Page 9: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_44_TAHUN...173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA Maritime Bouyage System for Region-A

- 9 -

KEEMPATBELAS: Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal

ditetapkan.

Salinan Keputusan ini disampaikan kepada:

1. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi;

2. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;

3. Menteri Dalam Negeri;

4. Menteri Kelautan dan Perikanan;

5. Menteri Badan Usaha Milik Negara;

6. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia;

7. Kepala Staf TNI Angkatan Laut;

8. Gubernur Nusa Tenggara Barat;

9. Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, dan Direktur Jenderal

Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan;

10. Bupati Kotabaru;

11. Bupati Tanah Bumbu;

12. Kepala Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut;

13. Kepala Distrik Navigasi Kelas I Banjarmasin;

14. Kepala Kantor Kesyabandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas III Kotabaru-

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 11 Februari 2020

MENTERI PERHUBUNGAN

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BUDI KARYA SUMADI

Batulicin.

Page 10: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_44_TAHUN...173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA Maritime Bouyage System for Region-A

- 10-

Lampiran I

Keputusan Menteri Perhubungan

Republik Indonesia tentang Penetapan

Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara

Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal

Sesuai dengan Kepentingannya di Alur-

Pelayaran Masuk Pelabuhan Samudera

Batulicin dan Alur-Pelayaran Masuk

Pelabuhan Stagen Kotabaru serta Jalur

Perlintasan Selat Laut

Nomor : KM 44 TAHUN 2020

Tanggal : 11 Februari 2020

ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN SAMUDERA BATULICIN

DAN ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN STAGEN KOTABARU

SERTA JALUR PERLINTASAN SELAT LAUT

DAN SARANA BANTU NAVIGASI-PELAYARAN

1. Titik Koordinat Batas Alur-Pelayaran Pelabuhan Samudera Batulicin

Koordinat Batas Kiri

No Lintang Bujur

IA 03° 40’ 42.711" LS 115° 57' 26.653" BT

2A 03° 30' 59.165" LS 116° 01' 17.872" BT

3A 03° 28’ 41.145" LS 116° 01' 17.347" BT

4A 03° 26’ 23.204" LS 116° 00' 44.240" BT

Koordinat Batas Kanan

No Lintang BUJUR

IB 03° 40’ 45.363" LS 115° 57’ 33.347" BT

2B 03° 31' 00.506" LS 116° 01' 25.077" BT

3B 03° 28’ 40.280" LS 116° 01' 24.544" BT

4B 03° 26’ 21.528" LS 116° 00' 51.253" BT

Page 11: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_44_TAHUN...173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA Maritime Bouyage System for Region-A

-11 -

2. Titik Koordinat Garis Haluan Masuk Pelabuhan Samudera Batulicin

No KodeKoordinat Arah Haluan

Lintang Bujur Masuk Keluar

1 GH.l 03° 40' 44.037" LS 115° 57’ 30.000" BT21

Derajat

201

Derajat

2 GH.2 03° 30' 59.845" LS 116° 01' 21.483" BT359

Derajat

201

Derajat

3 GH.3 03° 28' 40.724" LS 116° 01' 20.953" BT346

Derajat

179

Derajat

4 GH.4 03° 26' 22.364" LS 116° 00' 47.741” BT346

Derajat

166

Derajat

3. Titik Koordinat Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Stagen Kotabaru

Koordinat Batas Kiri

No Lintang Bujur

IA 03° 12’ 27.082" LS 116° 19' 58.771" BT

2A 03° 12’ 43.808" LS 116° 18' 45.593" BT

3A 03° 11' 40.613" LS 116° 16' 33.349" BT

4A 03° 11' 53.364" LS 116° 15' 11.229" BT

5A 03° 16’ 52.201" LS 116° 09' 06.583" BT

6A 03° 17' 33.255" LS 116° 06’ 48.746" BT

Koordinat Batas Kanan

No Lintang BUJUR

IB 03° 12' 20.063" LS 115° 19' 57.166" BT

2B 03° 12' 36.230" LS 116° 18' 46.434" BT

3B 03° 11’ 33.772" LS 116° 16' 35.732" BT

4B 03° 11' 47.683" LS 116° 15' 06.762" BT

5B 03° 16' 46.269" LS 116° 09' 03.106" BT

6B 03° 17' 27.751" LS 116° 06' 43.881" BT

Page 12: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_44_TAHUN...173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA Maritime Bouyage System for Region-A

- 12 -

4. Titik Koordinat Garis Haluan Masuk Pelabuhan Stagen Kotabaru

No KodeKoordinat Garis Haluan

Lintang Bujur Masuk Keluar

1 GH.l 03° 12' 23.572" LS 116° 19' 57.968" BT257

Derajat

77

Derajat

2 GH.2 03° 12' 40.019" LS 116° 18' 46.014” BT295

Derajat

77

Derajat

3 GH.3 03° 11' 37.193" LS 116° 16' 34.540" BT261

Derajat

115

Derajat

4 GH.4 03° 11' 50.488" LS 116° 15' 09.018" BT230

Derajat

81

Derajat

5 GH.5 03° 16' 49.298" LS 116° 09’ 04.750" BT253

Derajat

50

Derajat

5. Titik Koordinat Jalur Perlintasan Selat Laut :

No Lintang Bujur Lokasi Haluan

A 03° 28' 18.997" LS 116° 01' 19.438" BTSelatan P.

Swangi

oo

B 03° 26' 43.216" LS 116° 02' 40.172" BTP. Anak

Swangi02°

C 03° 26' 29.123" LS 116° 02’ 40.802" BTP. Anak

Swangi36°

D 03° 26’ 11.882" LS 116° 02' 53.642" BTP. Anak

Swangi344°

E 03° 25' 42.940" LS 116° 02' 45.602" BTUtara P.

Swangi

o00CM

F 03° 20' 00.228" LS 116° 05' 54.428" BT Gs. Payung 19°

G 03° 17' 30.611" LS 116° 06’ 46.313" BT Tarjun 199°

Page 13: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_44_TAHUN...173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA Maritime Bouyage System for Region-A

- 13-

6. Titik Koordinat Garis Haluan Jalur Perlintasan

No KodePosisi Koordinat Garis haluan

Lintang Bujur Selatan Utara

1 GH.l 3° 28' 18.997" LS 116° 1’ 19.438" BToo

320°

2 GH.23° 26' 43.216" LS 116° 2' 40.172" BT 2° 320°

3 GH.33° 28’ 18.997" LS 116° 2' 40.802" BT 36° 182°

4 GH.4 3° 26' 11.882" LS 116° 2' 53.642" BT 344° 216°

5 GH.5 3° 25’ 42.940" LS 116° 2’ 45.602" BT to 00 o 164°

6 GH.6 3° 20' 0.228" LS 116° 5' 54.428" BT 19° 208°

7 GH.73° 17' 28.161" LS 116° 6’ 46.865" BT

19°199°

7. Titik Koordinat Pracaution Area 1

No Lintang Bujur Nama Lokasi

1

2

3

4

03° 27' 29,262" LS

03° 26' 57,722" LS

03° 26' 56,026" LS

03° 27' 27,566" LS

116° 01’ 0,093" BT

116° 00' 52,524" BT

116° 00’ 59,522" BT

116° 01' 7.091" BT

Di Alur-Pelayaran

Batulicin

8. Titik Koordinat Pracaution Area 2

No Lintang Bujur Nama Lokasi

1 03° 28’ 14,762" LS 116° 01' 18.420" BT

2 03° 27’ 55,297" LS 116° 01' 35,303" BT Di Alur-Pelayaran

3 03° 27’ 59,402" LS 116° 01' 40,329" BT Pelabuhan Selatan

4 03° 28' 19,195" LS 116° 01' 23,621" BT Pulau Swangi

Page 14: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_44_TAHUN...173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA Maritime Bouyage System for Region-A

- 14 -

9. Titik Koordinat Pracaution Area 3

No Lintang Bujur Nama Lokasi

1

2

3

4

03° 28' 14,762" LS

03° 27' 55,297" LS

03° 27' 59,402" LS

03° 28' 19,195" LS

116° 01' 18.420" BT

116° 01' 35,303" BT

116° 01' 40,329" BT

116° 01’ 23,621" BT

Di Alur-Pelayaran

Stagen

10. Titik Koordinat Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran Eksisting (Sesuai DSI) di

Alur-Pelayaran Selat Laut

DSI Nama Jenis Lintang Bujur

4460

(K. 1432)

Tanjung

PetangMenara Suar

03° 36’

31.010" LS

115° 58'

01.840" BT

4580

(K. 1436)

Gunung

BelingkarMenara Suar

03° 13'

45.160" LS

116° 14'

04.940" BT

4560Tanjung

Pemancingan

Pelampung

Suar Hijau

03° 12'

00,000" LS

116° 18'

42,000" BT

4600Tanjung

Kemuning

Pelampung

Suar Merah

03° 11'

52,000" LS

116° 15'

20,000" BT

4468

(K. 1433)

Gosong

Keramat

Rambu Suar

Putih

03° 32'

21.960" LS

116° 00'

22.260" BT

4470

(K. 1434)

Pulau

Suwangi

Rambu Suar

Putih

03° 27'

01.000" LS

116° 01'

52.000" BT

4471

(K. 1435)

Tanjung

Batulicin

Rambu Suar

Putih

03° 26'

56.140" LS

116° 00'

24.110" BT

4470,2Pulau

Tampakan

Rambu Suar

Merah

03° 22’

47.230" LS

116° 04'

05.720" BT

4590

(K. 1438)

Tanjung

Pemancingan

Rambu Suar

Putih

03° 13'

07.510" LS

116° 16'

48.700" BT

4470,3Pelabuhan

Kotabaru

Rambu Suar

Putih

03° 17'

33.210" LS

116° 08’

43.600" BT

Page 15: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_44_TAHUN...173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA Maritime Bouyage System for Region-A

- 15-

11. Titik Koordinat Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran Milik TUKS Eksisting

(Sesuai DSI) di Alur-Pelayaran Selat Laut

a. Lokasi di Alur-Pelayaran TUKS PT. Indocement Tunggal Perkasa, Tbk.

DSI Nama Jenis Lintang Bujur

— No. 1

Pelampung

Suar

Hijau

03° 17' 23.180" LS 116° 06’ 58.300" BT

— No.2

Pelampung

Suar

Merah

03° 17’ 29.400" LS 116° 06’ 58.500" BT

— No.3

Pelampung

Suar

Hijau

03° 17’ 20.860" LS 116° 06' 50.470" BT

— No.4

Pelampung

Suar

Merah

03° 17’ 22.400" LS 116° 06’ 40.700" BT

— No.5

Pelampung

Suar

Hijau

03° 17’ 14.300" LS 116° 06’ 41.630" BT

— No.6

Pelampung

Suar

Merah

03° 17’ 14.200" LS 116° 06’ 32.900" BT

— No.7

Pelampung

Suar

Hijau

03° 17’ 06.390" LS 116° 06’ 39.270" BT

b. Lokasi di Alur-Pelayaran TUKS PT. SMART, Tbk.

DSI Nama Jenis Lintang Bujur

4492 No. 1Pelampung

Suar Hijau03° 16' 54.800" LS 116° 07’ 37.900" BT

4492,1 No.2

Pelampung

Suar

Merah

03° 17’ 02.500" LS 116° 07’ 18.100" BT

4492,2 No.3

Pelampung

Suar

Hijau

03° 16' 48.800" LS 116° 07’ 29.700" BT

Page 16: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_44_TAHUN...173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA Maritime Bouyage System for Region-A

- 16-

4492,3 No.4

Pelampung

Suar

Merah

03° 16' 53.400" LS 116° 07' 04.800" BT

4492,4 No.5

Pelampung

Suar

Hijau

03° 16' 31.000" LS 116° 07’ 17.000" BT

c. Lokasi di Alur-Pelayaran TUKS PT. Arutmin.

DSI Nama Jenis Lintang Bujur

4550 MPMTPelampung

Suar MPMT

03° 16' 20.590"

LS

116° 22' 43.520"

BT

4591 PelabuhanRambu Suar

Pelabuhan

03° 12' 40.670"

LS

116° 17' 10.550"

BT

4592 No.2Pelampung

Suar Merah

03° 13' 32.750"

LS

116° 18' 50.200"

BT

4593 Ramsu Rambu Suar03° 13' 30.000"

LS

116° 16' 54.000"

BT

4594 Ramsu Rambu Suar03° 13' 36.000"

LS

116° 16' 55.000"

BT

4595 No. 1Pelampung

Suar Hijau

03° 13' 20.240"

LS

116° 19' 00.160"

BT

d. Lokasi di Alur-Pelayaran TUKS PT. Golden Hope

DSI NAMA JENIS LINTANG BUJUR

4496,1 PelabuhanRambu Suar

Pelabuhan

03° 15'

59.080" LS

116° 11’

14.250" BT

4496,2 Dolphin 1Rambu Suar

Kuning

03° 15'

55.540" LS

116° 11'

05.820" BT

4496,3 Dolphin 2Rambu Suar

Kuning

03° 15’

50.240" LS

116° 11'

12.130" BT

4496,4 Dolphin 3Rambu Suar

Kuning Kuning

03° 16'

03.170" LS

116° 11'

04.080" BT

Page 17: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_44_TAHUN...173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA Maritime Bouyage System for Region-A

- 17-

e. Alur-Pelayaran TUKS PT. Singa Line

DSI Nama Jenis Lintang Bujur

4472 PelabuhanRambu Suar

Pelabuhan

03° 27’

45.490" LS

116° 00'

43.330" BT

f. Alur-Pelayaran TUKS PT. Dua Samudera Perkasa

DSI Nama Jenis Lintang Bujur

4475,1 PelabuhanRambu Suar

Pelabuhan

03° 19’

12.700" LS

116° 03’

58.300" BT

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BUDI KARYA SUMADI

.sesuai dengan aslinya

iO HUKUM,

BUI HERPRIARSONO

Page 18: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_44_TAHUN...173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA Maritime Bouyage System for Region-A

- 18-

Lampiran II

Keputusan Menteri Perhubungan

tentang Penetapan Alur-Pelayaran,

Sistem Rute, Tata Cara Berlalu

Lintas, dan Daerah Labuh Kapal

Sesuai Dengan Kepentingannya di

Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan

Samudera Batulicin dan Alur-

Pelayaran Masuk Pelabuhan

Stagen Kotabaru serta Jalur

Perlintasan Selat Laut

Nomor : KM 44 TAHUN 2020

Tanggal : 11 Februari 2020

SISTEM RUTE ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN SAMUDERA

BATULICIN DAN ALUR-PELAYARAN STAGEN

SERTA JALUR PERLINTASAN SELAT LAUT

Sistem Rute yang ditetapkan di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Samudera

Batulicin dan Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Stagen Kotabaru serta Jalur

Perlintasan Selat Laut dari bouy MPMT sampai dengan Pintu Masuk

diberlakukan rute dua arah (two ways routes). Kondisi kedalaman, lebar, dan

panjang Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Samudera Batulicin dan Alur-

Pelayaran Masuk Stagen Kotabaru serta Jalur Perlintasan Selat Laut yaitu:

1. Sistem Rute di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Samudera Batulicin dan

Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Stagen Kotabaru serta Jalur Perlintasan

Selat Laut adalah rute dua arah (two way route) .2. Kondisi Kedalaman dan Panjang Alur-Pelayaran

Kondisi Kedalaman dan Panjang Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan

Samudera Batulicin dan Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Stagen Kotabaru

serta Jalur Perlintasan Selat Laut dengan Kedalaman Eksisting 4-17 m

(empat sampai dengan tujuh belas meter) LWS dan Panjang Alur-Pelayaran

Masuk Pelabuhan Samudera Batulicin 15,36 NM (lima belas koma tiga

puluh enam Nautical Miles) dan Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Stagen

Kotabaru 15,21 NM (lima belas koma dua puluh satu Nautical Miles)

Page 19: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_44_TAHUN...173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA Maritime Bouyage System for Region-A

- 19-

serta Jalur Perlintasan Selatan Selat Laut 12,49 NM (dua belas koma empat

puluh sembilan Nautical Miles) panjang keseluruhan 43,06 NM (empat

puluh tiga koma nol enam Nautical Miles) dan Lebar Alur-Pelayaran 200 m

(dua ratus meter);

3. Jumlah Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran di Alur-Pelayaran Masuk

Pelabuhan Samudera Batulicin dan Alur-Pelayaran Stagen Kotabaru serta

Jalur Perlintasan Selat Laut sebanyak 36 (tiga puluh enam) unit.

MENTERI PERHUBUNGAN

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BUDI KARYA SUMADI

Page 20: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_44_TAHUN...173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA Maritime Bouyage System for Region-A

- 20 -

Lampiran III

Keputusan Menteri Perhubungan

tentang Penetapan Alur-Pelayaran,

Sistem Rute, Tata Cara Berlalu

Lintas, dan Daerah Labuh Kapal

Sesuai Dengan Kepentingannya di

Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan

Samudera Batulicin dan Alur-

Pelayaran Masuk Pelabuhan

Stagen Kotabaru serta Jalur

Perlintasan Selat Laut

Nomor : KM 44 TAHUN 2020

Tanggal : 11 Februari 2020

TATA CARA BERLALU LINTAS DI ALUR-PELAYARAN

MASUK PELABUHAN SAMUDERA BATULICIN DAN ALUR-PELAYARAN MASUK

PELABUHAN STAGEN KOTABARU SERTA JALUR PERLINTASAN SELAT LAUT

Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan menekan angka kecelakaan kapal

maka perlu di atur tata cara berlalu lintas di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan

Samudera Batulicin dan Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Stagen Kotabaru

serta Jalur Perlintasan Selat Laut sebagai berikut:

1. Pemanduan

a. setiap kapal berukuran tonase kotor GT 500 (lima ratus Gross Tonnage)

atau lebih yang berlayar di perairan wajib pandu wajib menggunakan

pelayanan jasa pemanduan kapal;

b. mesin penggerak utama dan alat navigasi harus dalam kondisi baik dan

normal untuk olah gerak kapal;

c. mengibarkan bendera “G“ pada siang hari dan menyalakan lampu putih

merah pada malam hari apabila kapal sedang menunggu petugas pandu;

d. mengibarkan bendera “H“ pada siang hari dan menyalakan lampu putih

merah pada malam hari apabila petugas pandu diatas kapal; dan

e. mengibarkan bendera “Q“ pada siang hari dan menyalakan lampu putih

merah pada malam hari bagi kapal yang baru tiba dari luar negeri,

Page 21: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_44_TAHUN...173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA Maritime Bouyage System for Region-A

-21 -

petugas pandu hanya diperbolehkan naik ke kapal untuk membawa

kapal apabila kapal telah dinyatakan bebas dari penyakit menular oleh

petugas karantina kesehatan (free practique) dan bendera kuning telah

diturunkan.

2. Komunikasi

a. Pemilik/operator kapal atau Nakhoda wajib memberitahukan rencana

kedatangan kapalnya kepada Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas

Pelabuhan Kelas III Kotabaru-Batulicin dengan mengirimkan telegram

radio Nakhoda (master cable) dengan tembusan kepada perusahaan

angkutan laut atau agen umum dalam waktu paling lama 48 (empat

puluh delapan) jam sebelum kapal tiba di pelabuhan;

b. setiap kapal yang memasuki dan keluar Alur-Pelayaran wajib melapor

kepada Stasiun VTS Batulicin melalui channel 67 dan channel 68;

c. komunikasi dengan kapal sebelum petugas pandu di atas kapal

dilakukan Nakhoda harus memberikan keterangan kepada petugas

pandu antara lain, kondisi, sifat, cara, data, karakteristik dan lain-lain

yang berkaitan dengan kemampuan olah gerak kapal.

3. Proses Kapal Masuk

a. Dalam Kondisi Normal

1) setelah posisi berada di ambang luar arah kan haluan kapal mengarah ke Pelampung Suar MPMT;

2) kecepatan kapal di sekitar pelampung suar pengenal disarankan

dengan maneuvering speed sampai kapal pandu dapat merapat di

kapal untuk menaikkan petugas pandu;

3) setiap kapal berada di Pelampung Suar MPMT dan kapal memasuki

Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Samudera Batulicin dan Alur-

Pelayaran Stagen Kotabaru serta Jalur Perlintasan Selat Laut kapal

disarankan berlayar mengikuti ketentuan koridor Alur-Pelayaran dan

arah garis haluan yang ditetapkan pada Lampiran I serta Peta Alur-

Pelayaran Masuk Pelabuhan Samudera Batulicin dan Alur-Pelayaran

Stagen Kotabaru serta Jalur Perlintasan Selat Laut;

Page 22: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_44_TAHUN...173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA Maritime Bouyage System for Region-A

-22 -

4) setiap kapal harus senantiasa bergerak dengan kecepatan aman

sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat dan berhasil guna

untuk menghindari tubrukan dan dapat diberhentikan dalam suatu

jarak yang sesuai dengan keadaan dan suasana yang ada;

5) setiap tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan, apabila

keadaan mengizinkan harus tegas dilakukan dalam waktu yang cukup

lapang dan benar-benar memperhatikan persyaratan kepelautan yang

baik;

6) apabila kondisi dermaga sedang penuh atau Nakhoda memutuskan

untuk berlabuh terlebih dahulu, maka kapal dapat berlabuh di daerah

labuh kapal yang sudah disediakan; dan

7) apabila proses administrasi kelengkapan dokumen selesai dan sudah

tersedia posisi tambat untuk kapal di dermaga, maka petugas pandu

akan menginformasikan ke kapal bahwa petugas pandu akan naik dan

memandu kapal hingga tambat di pelabuhan.

b. Dalam Kondisi Angin di Atas Normal/Kabut/Hujan Lebat/Gelombang

TinggiI1) kecepatan kapal di sekitar pelampung suar pengenal disarankan

menggunakan maneuvering speed; dan

2) untuk memasuki alur-pelayaran dalam kondisi kabut/hujan lebat,

kapal mempergunakan sarana navigasi visual elektronik

(radar/GPS/Al S), dan peralatan navigasi lainnya secara baik dan tepat

guna.

4. Proses Kapal Keluar

a. petugas pandu melaporkan kepada Syahbandar dan / atau VTS Batulicin

channel 67 dan channel 68 mengenai draft kapal dan jam kapal mulai

dipandu keluar;

b. meminta informasi ke VTS Batulicin mengenai pergerakan kapal yang

keluar/masuk Alur-Pelabuhan Samudera Batulicin dan Alur-Pelayaran

Stagen Kotabaru serta Jalur Perlintasan Selat Laut;

c. arahkan haluan menuju bagian tengah alur dan berlayar menuju outer

buoy, dan

d. sesampainya di titik naik turun petugas pandu [pilot boarding ground),

petugas pandu turun dan dijemput oleh kapal pandu.

Page 23: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_44_TAHUN...173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA Maritime Bouyage System for Region-A

- 23 -

5. Tindakan Menghindari Tubrukan

a. Pengaturan tindakan untuk menghindari tubrukan meliputi:

1) setiap tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan apabila

keadaan mengizinkan harus tegas dilakukan dalam waktu yang cukup

lapang dan benar-benar memperhatikan persyaratan kepelautan yang

baik;

2) setiap perubahan haluan dan/atau kecepatan untuk menghindari

tubrukan apabila keadaan mengizinkan harus cukup besar sehingga

segera menjadi jelas bagi kapal lain yang sedang mengamati dengan

penglihatan atau dengan radar serangkaian perubahan kecil dari

haluan dan/atau kecepatan hendaknya dihindari;

3) apabila ada ruang gerak yang cukup perubahan haluan saja mungkin

merupakan tindakan yang paling berhasil guna untuk menghindari

situasi saling mendekati terlalu rapat dengan ketentuan bahwa

perubahan itu dilakukan dalam waktu yang cukup dini bersungguh-

sungguh dan tidak mengakibatkan terjadinya situasi saling mendekati

terlalu rapat;

4) tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan dengan kapal

lain harus sedemikian rupa sehingga menghasilkan pelewatan dengan

jarak yang aman dan hasil tindakan tersebut harus dikaji dengan

seksama sampai kapal yang lain itu pada akhirnya terlewati dan bebas

samasekali; dan

5) apabila diperlukan untuk menghindari tubrukan atau memberikan

waktu yang lebih banyak untuk menilai keadaan kapal harus

mengurangi kecepatannya atau menghilangkan kecepatannya sama

sekali dengan memberhentikan atau menjalankan mundur sarana

penggeraknya.

Page 24: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_44_TAHUN...173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA Maritime Bouyage System for Region-A

- 24 -

b. Pengaturan Tata Cara Berlalu Lintas Kapal Layar meliputi:

1) apabila 2 (dua) kapal sedang saling mendekat sedemikian rupa

sehingga akan mengakibatkan bahaya tubrukan salah satu dari kedua

kapal itu harus menghindari kapal yang lain sebagai berikut:

a) apabila masing-masing mendapat angin di lambung yang berlainan,

maka kapal yang mendapat angin di lambung kiri harus

menghindari kapal yang lain;

b) apabila kedua-duanya mendapat angin di lambung yang kanan,

maka kapal yang ada di atas angin harus menghindari kapal yang

ada di bawah angin; dan

c) apabila kapal mendapat angin di lambung kiri melihat sebuah kapal

di atas angin dan tidak dapat menentukan dengan pasti apakah

kapal lain itu mendapat angin di lambung kiri atau kanan, maka

kapal itu harus menghindari kapal lain itu.

2) untuk memenuhi aturan ini sisi atas angin harus dianggap sisi yang

berlawanan dengan sisi tempat layar utama berada atau bagi kapal

dengan layar segi empat yaitu sisi yang berlawanan dengan sisi tempat

layar membujur itu berada.

c. Pengaturan Penyusulan meliputi:

1) setiap kapal yang sedang menyusul kapal lain harus menghindari

kapal lain yang sedang disusul;

2) kapal harus dianggap menyusul apabila sedang mendekati kapal lain

dari arah yang lebih besar daripada 22,5° (dua puluh dua koma lima

derajat) dibelakang arah melintang yaitu dalam suatu kedudukan

sedemikian sehingga terhadap kapal yang sedang disusul itu pada

malam hari kapal hanya dapat melihat penerangan buritan, tetapi

tidak satupun dari penerangan-penerangan lambungnya;

3) apabila kapal dalam keadaan ragu-ragu apakah sedang menyusul

kapal lain atau tidak, maka kapal itu harus beranggapan bahwa

sedang menyusul kapal tersebut; dan

4) setiap perubahan baringan antara kedua kapal yang terjadi kemudian

tidak akan mengakibatkan kapal yang sedang memotong dalam

pengertian aturan-aturan ini atau membebaskannya dari kewajiban

untuk menghindari kapal yang sedang disusul itu sampai kapal

tersebut dilewati dan bebas sama sekali.

Page 25: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_44_TAHUN...173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA Maritime Bouyage System for Region-A

-25-

d. Pengaturan Tata Cara Berlalu Lintas Kapal Dalam Situasi Berhadap-

hadapan, meliputi:

1) apabila 2 (dua) kapal tenaga sedang bertemu dengan haluan

berlawanan atau hampir berlawanan sehingga akan mengakibatkan

bahaya tubrukan, maka masing-masing harus mengubah haluannya

ke kanan sehingga masing-masing akan berpapasan di lambung

kirinya;

2) keadaan sebagaimana dimaksud dalam angka 1) harus dianggap ada

apabila kapal melihat kapal lain tepat atau hampir di depan dan pada

malam hari kapal itu dapat melihat penerangan tiang kapal lain

tersebut terletak segaris atau hampir segaris dan/atau kedua

penerangan lambung serta pada siang hari kapal itu mengamati gatra

(aspek) yang sesuai mengenai kapal lain tersebut; dan

3) apabila kapal dalam keadaan ragu-ragu atas terdapatnya keadaan

sebagaimana dimaksud dalam angka 1), maka kapal harus

beranggapan bahwa situasi itu ada dan bertindak sesuai angka 1) dan

angka 2).

e. Dalam pengaturan tata cara berlalu lintas kapal dalam situasi

memotong apabila 2 (dua) kapal tenaga sedang berlayar dengan haluan

saling memotong sehingga akan mengakibatkan bahaya tubrukan,

maka kapal yang mendekati kapal lain di sisi kanannya harus

menghindar, dan apabila keadaan mengijinkan harus dengan cara

memotong didepan kapal lain tersebut. Dalam pengaturan tata cara

tindakan kapal menghindari, maka setiap kapal yang diwajibkan

menghindari kapal lain dan sedapat mungkin melakukan tindakan

secara dini dan tegas untuk tetap bebas sama sekali.

f. Dalam pengaturan tanggung jawab antar kapal meliputi:

1) kapal bermesin yang sedang berlayar harus menghindari:

a) kapal yang tidak terkendalikan;

b) kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas;

c) kapal yang sedang menangkap ikan; dan

d) kapal layar.

Page 26: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_44_TAHUN...173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA Maritime Bouyage System for Region-A

- 26-

2) kapal layar yang sedang berlayar harus menghindari:

a) kapal yang tidak terkendalikan;

b) kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas; dan

c) kapal yang sedang menangkap ikan.

3) kapal yang sedang menangkap ikan sedapat mungkin harus

menghindari:

a) kapal yang tidak terkendalikan; dan

b) kapal yang olah geraknya terbatas.

4) setiap kapal, kecuali kapal yang tidak dapat dikendalikan atau kapal

yang kemampuan olah geraknya terbatas, apabila keadaan

mengijinkan harus menghindarkan dirinya merintangi jalan aman

sebuah kapal yang terkendala oleh saratnya; dan

5) kapal yang terkendala oleh saratnya sebagaimana dimaksud dalam

angka 4) harus berlayar dengan kewaspadaan khusus dengan benar-

benar memperhatikan keadannya yang khusus itu.

6. Larangan

a. kapal dilarang memasuki alur-pelayaran dengan under keel cleareance

(UKC) kurang dari 10 % (sepuluh persen) dari draft, kecuali atas izin

Syahbandar;

b. kapal penangkapikan dilarang menangkap ikan di alur-pelayaran;

c. kapal dilarang masuk perairan wajib pandu tanpa mendapat pemanduan

dari petugas pandu;

d. petugas pandu dilarang meninggalkan kapal yang dipandu dalam kondisi

dan situasi:

1) kapal kandas;

2) kapal tubrukan;

3) kerusakan mesin / kemudi; dan/atau

4) keadaan lain yang mengganggu lalulintas kapal.

Page 27: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_44_TAHUN...173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA Maritime Bouyage System for Region-A

-27-

e. larangan kapal untuk menyusul kapal lain pada ukuran LOA tertentu

sesuai dengan ketentuan sistem rute;

f. kapal yang sandar/ tender dengan kapal lain yang sedang sandar di

dermaga umum/khusus hanya diijinkan 1 (satu) kapal saja yang

sandar/tender di kapal yang sedang sandar di dermaga atas

pertimbangan keselamatan kapal yang akan berolah gerak

keluar/ masuk; dan

g. kapal berlabuh jangkar di area yang tidak ditetapkan dalam Keputusan

ini; dan

h. membuang sampah, limbah, dan bahan lain dari pengoperasian kapal.

MENTERI PERHUBUNGAN

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BUDI KARYA SUMADI

Page 28: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_44_TAHUN...173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA Maritime Bouyage System for Region-A

-28-

Lampiran IV

Keputusan Menteri Perhubungan

tentang Penetapan Alur-Pelayaran,

Sistem Rute, Tata Cara Berlalu

Lintas, dan Daerah Labuh Kapal

Sesuai Dengan Kepentingannya di

Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan

Samudera Batulicin dan Alur-

Pelayaran Masuk Pelabuhan

Stagen Kotabaru serta Jalur

Perlintasan Selat Laut

Nomor : KM 44 TAHUN 2020

Tanggal : 11 Februari 2020

DAERAH LABUH KAPAL SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA DI ALUR-PELAYARAN

MASUK PELABUHAN SAMUDERA BATULICIN DAN ALUR-PELAYARAN MASUK

PELABUHAN STAGEN KOTABARU SERTA JALUR PERLINTASAN SELAT LAUT

1. ZONA AREA KAPAL CARGO BRAVO III DI PELABUHAN BATULICIN

No Lintang Bujur Luas Kedalaman

A 03° 25' 32.400" LS 116° 00' 53.162" BT

B 03° 25' 33.853" LS 116° 01' 01.336" BT 15.64 Ha 16-13 MLWS

C 03° 25’ 53.151" LS 116° 00' 57.378" BT

D 03° 25’ 51.035" LS 116° 00' 49.266" BT

2. AREA KAPAL CARGO BRAVO I DI PELABUHAN STAGEN KOTABARU

No Lintang Bujur Luas KedalamanA 03° 13' 06.009" LS 116° 13' 04.698" BT

58.3 Ha 4.3 - 7.8 M LWSB 03° 13' 16.923" LS 116° 13' 13.607" BT

C 03° 13' 44.344" LS 116° 12’ 40.225" BTD 03° 13' 33.217" LS 116° 12' 31.085" BT

Page 29: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_44_TAHUN...173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA Maritime Bouyage System for Region-A

- 29 -

3. Titik Koordinat Area Labuh Jangkar Kapal Cargo,Bravo II(Stagen Kotabaru)

No Lintang Bujur Luas Kedalaman

A 03° 15' 49,737" LS 116° 09' 50,650" BT

B 03° 15' 58,083" LS 116° 09' 57,506" BT 51.6 8,0 - 9,0 M LWS

C 03° 16' 30,074" LS 116° 09' 18,560" BT Ha

D 03° 16' 21,728" LS 116° 09’ 11,705" BT

4. Titik Koordinat Area Labuh Jangkar Kapal Tanker BBM, Alfa I (Stagen

Kotabaru)

No Lintang Bujur Luas Kedalaman

A 03° 12' 04,344" LS 116° 14' 08,279" BT

162.5

Ha

6,2 - 12,4 M

LWS

B 03° 12' 21,064" LS 116° 14’ 21,954" BT

C 03° 13' 12,401" LS 116° 13’ 19,085" BT

D 03° 12' 56,049" LS 116° 13' 05,710" BT

5. Titik Koordinat Area Labuh Jangkar Kapal Tanker CPO, Alfa II (Stagen

Kotabaru)

No Lintang Bujur Luas Kedalaman

A 03° 15’ 17,109" LS 116° 10' 27,487" BT

B 03° 15’ 28,240" LS 116° 10' 36,623" BT 54 Ha 7.0 - 8.9 M LWS

C 03° 15’ 53,365" LS 116° 10' 06,014" BT

D 03° 15' 42,234" LS 116° 09' 56,878" BT

6. Titik Koordinat STS A (Stagen Kotabaru)

No Lintang Bujur Luas Kedalaman

A 03° 09' 37.772" LS 116° 24' 47.541" BT

B 03° 10' 47.941" LS 116° 25' 03.676" BT 1107 Ha 16 - 20 M LWS

C 03° 11' 24.244" LS 116° 22' 25.796" BT

D 03° 10' 13.722" LS 116° 22' 09.813" BT

Page 30: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_44_TAHUN...173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA Maritime Bouyage System for Region-A

- 30 -

7. Titik Koordinat STS B (Stagen Kotabaru)

No Lintang Bujur Luas Kedalaman

A 03° 11' 24.268" LS 116° 25' 12.370" BT

1107

Ha

19.8 - 23.5 M

LWS

B 03° 12' 34.436" LS 116° 25' 28.505" BT

C 03° 13' 10.739" LS 116° 22' 50.621" BT

D 03° 12' 00.218" LS 116° 22' 34.637" BT

MENTERI PERHUBUNGAN

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BUDI KARYA SUMADI

.sesuai dengan aslinya

lO HUKUM,

BUI HERPRIARSONO

Page 31: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_44_TAHUN...173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA Maritime Bouyage System for Region-A

-31 -

Lampiran V

Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia tentang

Penetapan Alur-Pelayaran,

Sistem Rute, Tata Cara Berlalu

Lintas, dan Daerah Labuh Kapal

Sesuai dengan Kepentingannya

di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Samudera Batulicin

dan Alur-Pelayaran Masuk

Pelabuhan Stagen Kotabaru serta

Jalur Perlintasan Selat Laut

Nomor : KM 44 TAHUN 2020

Tanggal : 11 Februari 2020

1. PETA ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN SAMUDERA BATULICIN

Page 32: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_44_TAHUN...173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA Maritime Bouyage System for Region-A

- 32 -

2. PETA ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN STAGEN KOTABARU

Page 33: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_44_TAHUN...173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA Maritime Bouyage System for Region-A

33

3. JALUR PERLINTASAN SELAT LAUT

Page 34: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_44_TAHUN...173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA Maritime Bouyage System for Region-A

34

4. ZONA AREA LABUH KAPAL

Page 35: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_44_TAHUN...173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA Maritime Bouyage System for Region-A

35

Page 36: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK ...jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2020/KM_44_TAHUN...173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA Maritime Bouyage System for Region-A

36

5. ZONA AREA STS

MENTERI PERHUBUNGAN

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BUDI KARYA SUMADI

t