keputusan menteri perhubungan republik...
TRANSCRIPT
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR KM 44 TAHUN 2020
TENTANG
PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM RUTE, TATA CARA BERLALU
LINTAS, DAN DAERAH LABUH KAPAL SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA
DI ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN SAMUDERA BATULICIN DAN
ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN STAGEN KOTABARU
SERTA JALUR PERLINTASAN SELAT LAUT
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan dalam Pasal 8 Peraturan
Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian,
Menteri Perhubungan wajib menetapkan alur-pelayaran,
sistem rute, tata cara berlalu lintas, dan daerah labuh
kapal sesuai dengan kepentingannya;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan
Menteri Perhubungan tentang Penetapan Alur-Pelayaran,
Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah
Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya di Alur-
Pelayaran Masuk Pelabuhan Samudera Batulicin dan
Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Stagen Kotabaru Serta
Jalur Perlintasan Selat Laut;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4849);
-2 -
2. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang
Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5070) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun
2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5731);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang
Kenavigasian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5093);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang
Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 26, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5108) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22
Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 20 tahun 2010 tentang Angkutan di
Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5208);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang
Perlindungan Lingkungan Maritim (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 27, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5109);
6. Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1979 tentang
Pengesahan Peraturan Internasional Tentang
Pencegahan Tubrukan di Laut Collision Regulation
Tahun 1972 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1979 Nomor 53);
7. Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 tentang
Pengesahan ’’International Convention for The Safety of
Life at Sea, 1974”, sebagai hasil Konferensi Internasional
tentang Keselamatan Jiwa di Laut 1974, yang telah
-3-
ditandatangani oleh Pemerintah Republik Indonesia, di
London, pada tanggal 1 November 1974, yang
merupakan pengganti ”International Convention for The
Safety of Life at Sea 1960”, sebagaimana terlampir
dalam Keputusan Presiden ini (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 65);
8. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang
Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 75);
9. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2019 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 203);
10. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor
173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA
Maritime Bouyage System for Region-A dalam Tatanan
Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran di Indonesia;
11. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 30 Tahun
2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Distrik
Navigasi;
12. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 25 Tahun
2011 tentang Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran;
13. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 26 Tahun
2011 tentang Telekomunikasi-Pelayaran;
14. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 36 Tahun
2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 629)
sebagaimana beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 76 Tahun
2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 36 Tahun 2012 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran dan
Otoritas Pelabuhan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 1183);
-4-
15. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun
2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 311)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 146 Tahun 2016 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor
PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan
Laut (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 1867);
16. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 57 Tahun
2015 tentang Pemanduan dan Penundaan Kapal (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 390);
17. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 129 Tahun
2016 tentang Alur-Pelayaran di Laut dan Bangunan
dan/atau Instalasi di Perairan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 1573);
18. Peraturan Menteri Perhubugan Nomor PM 122 Tahun
2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 1844);
19. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 125 Tahun
2018 tentang Pengerukan dan Reklamasi (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1740);
Memperhatikan : Surat Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor
UM.006/216/DJPL/2020 tanggal 9 Januari 2020 perihal
Penyampaian Rancangan Keputusan Menteri Perhubungan
tentang Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara
Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan
Kepentingannya di Alur-Pelayaran Pelabuhan Batang,
Pelabuhan Tegal, Pelabuhan Ahmad Yani Ternate, Pelabuhan
Tulehu, Pelabuhan Tanjung Pinang, Pelabuhan Batulicin-
Stagen, Pelabuhan Kotabaru, dan Pelabuhan Badas;
- 5 -
Menetapkan
PERTAMA
KEDUA
KETIGA
MEMUTUSKAN:
: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG
PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM RUTE, TATA CARA
BERLALU LINTAS, DAN DAERAH LABUH KAPAL SESUAI
DENGAN KEPENTINGANNYA DI ALUR-PELAYARAN MASUK
PELABUHAN SAMUDERA BATULICIN DAN ALUR-
PELAYARAN MASUK PELABUHAN STAGEN KOTABARU
SERTA JALUR PERLINTASAN SELAT LAUT.
: Menetapkan Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Samudera
Batulicin dan Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Stagen
Kotabaru serta Jalur Perlintasan Selat Laut serta Sarana
Bantu Navigasi-Pelayaran dibatasi oleh titik koordinat
geografis sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan Menteri ini.
: Menetapkan Sistem Rute di Alur-Pelayaran Masuk
Pelabuhan Samudera Batulicin dan Alur-Pelayaran Masuk
Pelabuhan Stagen Kotabaru serta Jalur Perlintasan Selat
Laut sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri
ini.
: Menetapkan Tata Cara Berlalu Lintas di Alur-Pelayaran
Masuk Pelabuhan Samudera Batulicin dan Alur-Pelayaran
Masuk Pelabuhan Stagen Kotabaru serta Jalur Perlintasan
Selat Laut sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri
ini.
-6-
KEEMPAT : Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata Cara Berlalu Lintas di
Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Samudera Batulicin dan
Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Stagen Kotabaru serta
Jalur Perlintasan Selat Laut sebagaimana dimaksud dalam
Diktum KETIGA di atur dengan Standar Operasional dan
Prosedur (SOP) yang ditetapkan oleh Kepala Kantor
Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas III Kotabaru-
Batulicin.
KELIMA : Menetapkan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan
Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan
Samudera Batulicin dan Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan
Stagen Kotabaru serta Jalur Perlintasan Selat Laut
sebagaimana tercantum dalam lampiran IV yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini.
KEENAM : Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Samudera Batulicin dan
Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Stagen Kotabaru serta
Jalur Perlintasan Selat Laut serta Sarana Bantu Navigasi-
Pelayaran sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA
serta Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya
sebagaimana dimaksud dalam Diktum KELIMA wajib dimuat
dalam Peta Laut Indonesia Edisi Terbaru Nomor 122 dan 129
Buku Petunjuk Pelayaran sebagaimana tercantum dalam
Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan Menteri ini.
KETUJUH : Pengawasan terhadap keselamatan dan keamanan pelayaran
di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Stagen Kotabaru serta
Jalur Perlintasan Selat Laut dilaksanakan oleh Kantor
Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas III Kotabaru-
Batulicin dan melaporkan hasil pengawasannya kepada
Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
-7-
KEDELAPAN : Pengawasan terhadap penataan dan penyelenggaraan Alur-
Pelayaran Masuk Pelabuhan Samudera Batulicin dan Alur-
Pelayaran Masuk Pelabuhan Stagen Kotabaru serta Jalur
Perlintasan Selat Laut dilaksanakan oleh Distrik Navigasi
Kelas I Banjarmasin dan melaporkan hasil pengawasannya
kepada Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
KESEMBILAN : Pemeliharaan Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Samudera
Batulicin dan Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Stagen
Kotabaru serta Jalur Perlintasan Selat Laut dilaksanakan
oleh Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas
III Kotabaru-Batulicin secara berkala atau sewaktu-waktu
apabila diperlukan.
KESEPULUH : Laporan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud dalam
Diktum KETUJUH dan Diktum KEDELAPAN digunakan
sebagai bahan evaluasi Direktur Jenderal Perhubungan Laut
untuk setiap perubahan terhadap Penetapan Alur-Pelayaran,
Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh
Kapal sesuai dengan kepentingannya di Alur-Pelayaran
Masuk Pelabuhan Masuk Pelabuhan Samudera Batulicin
dan Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Stagen Kotabaru serta
Jalur Perlintasan Selat Laut.
KESEBELAS : Perubahan terhadap Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute,
Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai
Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan
Samudera Batulicin dan Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan
Stagen Kotabaru serta Jalur Perlintasan Selat Laut
sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESEPULUH
diinformasikan melalui penerbitan Maklumat Pelayaran
(MAPEL) serta disiarkan melalui Berita Pelaut Indonesia
(Notice to Marines).
- 8 -
KEDUABELAS :
KETIGABELAS
Setiap perubahan Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute,
Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai
Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan
Samudera Batulicin dan Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan
Stagen Kotabaru serta Jalur Perlintasan Selat Laut
sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESEBELAS
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut dan
dievaluasi paling sedikit 1 (satu) kali dalam jangka waktu
paling lama 5 (lima) Tahun akan dilakukan penyesuaian
untuk mengetahui kesesuaian terhadap Keputusan Menteri
ini.
: Direktur Jenderal Perhubungan Laut melaksanakan
pembinaan dan pengawasan teknis terhadap pelaksanaan
Keputusan Menteri ini.
- 9 -
KEEMPATBELAS: Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.
Salinan Keputusan ini disampaikan kepada:
1. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi;
2. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;
3. Menteri Dalam Negeri;
4. Menteri Kelautan dan Perikanan;
5. Menteri Badan Usaha Milik Negara;
6. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia;
7. Kepala Staf TNI Angkatan Laut;
8. Gubernur Nusa Tenggara Barat;
9. Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, dan Direktur Jenderal
Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan;
10. Bupati Kotabaru;
11. Bupati Tanah Bumbu;
12. Kepala Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut;
13. Kepala Distrik Navigasi Kelas I Banjarmasin;
14. Kepala Kantor Kesyabandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas III Kotabaru-
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 11 Februari 2020
MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
BUDI KARYA SUMADI
Batulicin.
- 10-
Lampiran I
Keputusan Menteri Perhubungan
Republik Indonesia tentang Penetapan
Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara
Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal
Sesuai dengan Kepentingannya di Alur-
Pelayaran Masuk Pelabuhan Samudera
Batulicin dan Alur-Pelayaran Masuk
Pelabuhan Stagen Kotabaru serta Jalur
Perlintasan Selat Laut
Nomor : KM 44 TAHUN 2020
Tanggal : 11 Februari 2020
ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN SAMUDERA BATULICIN
DAN ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN STAGEN KOTABARU
SERTA JALUR PERLINTASAN SELAT LAUT
DAN SARANA BANTU NAVIGASI-PELAYARAN
1. Titik Koordinat Batas Alur-Pelayaran Pelabuhan Samudera Batulicin
Koordinat Batas Kiri
No Lintang Bujur
IA 03° 40’ 42.711" LS 115° 57' 26.653" BT
2A 03° 30' 59.165" LS 116° 01' 17.872" BT
3A 03° 28’ 41.145" LS 116° 01' 17.347" BT
4A 03° 26’ 23.204" LS 116° 00' 44.240" BT
Koordinat Batas Kanan
No Lintang BUJUR
IB 03° 40’ 45.363" LS 115° 57’ 33.347" BT
2B 03° 31' 00.506" LS 116° 01' 25.077" BT
3B 03° 28’ 40.280" LS 116° 01' 24.544" BT
4B 03° 26’ 21.528" LS 116° 00' 51.253" BT
-11 -
2. Titik Koordinat Garis Haluan Masuk Pelabuhan Samudera Batulicin
No KodeKoordinat Arah Haluan
Lintang Bujur Masuk Keluar
1 GH.l 03° 40' 44.037" LS 115° 57’ 30.000" BT21
Derajat
201
Derajat
2 GH.2 03° 30' 59.845" LS 116° 01' 21.483" BT359
Derajat
201
Derajat
3 GH.3 03° 28' 40.724" LS 116° 01' 20.953" BT346
Derajat
179
Derajat
4 GH.4 03° 26' 22.364" LS 116° 00' 47.741” BT346
Derajat
166
Derajat
3. Titik Koordinat Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Stagen Kotabaru
Koordinat Batas Kiri
No Lintang Bujur
IA 03° 12’ 27.082" LS 116° 19' 58.771" BT
2A 03° 12’ 43.808" LS 116° 18' 45.593" BT
3A 03° 11' 40.613" LS 116° 16' 33.349" BT
4A 03° 11' 53.364" LS 116° 15' 11.229" BT
5A 03° 16’ 52.201" LS 116° 09' 06.583" BT
6A 03° 17' 33.255" LS 116° 06’ 48.746" BT
Koordinat Batas Kanan
No Lintang BUJUR
IB 03° 12' 20.063" LS 115° 19' 57.166" BT
2B 03° 12' 36.230" LS 116° 18' 46.434" BT
3B 03° 11’ 33.772" LS 116° 16' 35.732" BT
4B 03° 11' 47.683" LS 116° 15' 06.762" BT
5B 03° 16' 46.269" LS 116° 09' 03.106" BT
6B 03° 17' 27.751" LS 116° 06' 43.881" BT
- 12 -
4. Titik Koordinat Garis Haluan Masuk Pelabuhan Stagen Kotabaru
No KodeKoordinat Garis Haluan
Lintang Bujur Masuk Keluar
1 GH.l 03° 12' 23.572" LS 116° 19' 57.968" BT257
Derajat
77
Derajat
2 GH.2 03° 12' 40.019" LS 116° 18' 46.014” BT295
Derajat
77
Derajat
3 GH.3 03° 11' 37.193" LS 116° 16' 34.540" BT261
Derajat
115
Derajat
4 GH.4 03° 11' 50.488" LS 116° 15' 09.018" BT230
Derajat
81
Derajat
5 GH.5 03° 16' 49.298" LS 116° 09’ 04.750" BT253
Derajat
50
Derajat
5. Titik Koordinat Jalur Perlintasan Selat Laut :
No Lintang Bujur Lokasi Haluan
A 03° 28' 18.997" LS 116° 01' 19.438" BTSelatan P.
Swangi
oo
B 03° 26' 43.216" LS 116° 02' 40.172" BTP. Anak
Swangi02°
C 03° 26' 29.123" LS 116° 02’ 40.802" BTP. Anak
Swangi36°
D 03° 26’ 11.882" LS 116° 02' 53.642" BTP. Anak
Swangi344°
E 03° 25' 42.940" LS 116° 02' 45.602" BTUtara P.
Swangi
o00CM
F 03° 20' 00.228" LS 116° 05' 54.428" BT Gs. Payung 19°
G 03° 17' 30.611" LS 116° 06’ 46.313" BT Tarjun 199°
- 13-
6. Titik Koordinat Garis Haluan Jalur Perlintasan
No KodePosisi Koordinat Garis haluan
Lintang Bujur Selatan Utara
1 GH.l 3° 28' 18.997" LS 116° 1’ 19.438" BToo
320°
2 GH.23° 26' 43.216" LS 116° 2' 40.172" BT 2° 320°
3 GH.33° 28’ 18.997" LS 116° 2' 40.802" BT 36° 182°
4 GH.4 3° 26' 11.882" LS 116° 2' 53.642" BT 344° 216°
5 GH.5 3° 25’ 42.940" LS 116° 2’ 45.602" BT to 00 o 164°
6 GH.6 3° 20' 0.228" LS 116° 5' 54.428" BT 19° 208°
7 GH.73° 17' 28.161" LS 116° 6’ 46.865" BT
19°199°
7. Titik Koordinat Pracaution Area 1
No Lintang Bujur Nama Lokasi
1
2
3
4
03° 27' 29,262" LS
03° 26' 57,722" LS
03° 26' 56,026" LS
03° 27' 27,566" LS
116° 01’ 0,093" BT
116° 00' 52,524" BT
116° 00’ 59,522" BT
116° 01' 7.091" BT
Di Alur-Pelayaran
Batulicin
8. Titik Koordinat Pracaution Area 2
No Lintang Bujur Nama Lokasi
1 03° 28’ 14,762" LS 116° 01' 18.420" BT
2 03° 27’ 55,297" LS 116° 01' 35,303" BT Di Alur-Pelayaran
3 03° 27’ 59,402" LS 116° 01' 40,329" BT Pelabuhan Selatan
4 03° 28' 19,195" LS 116° 01' 23,621" BT Pulau Swangi
- 14 -
9. Titik Koordinat Pracaution Area 3
No Lintang Bujur Nama Lokasi
1
2
3
4
03° 28' 14,762" LS
03° 27' 55,297" LS
03° 27' 59,402" LS
03° 28' 19,195" LS
116° 01' 18.420" BT
116° 01' 35,303" BT
116° 01' 40,329" BT
116° 01’ 23,621" BT
Di Alur-Pelayaran
Stagen
10. Titik Koordinat Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran Eksisting (Sesuai DSI) di
Alur-Pelayaran Selat Laut
DSI Nama Jenis Lintang Bujur
4460
(K. 1432)
Tanjung
PetangMenara Suar
03° 36’
31.010" LS
115° 58'
01.840" BT
4580
(K. 1436)
Gunung
BelingkarMenara Suar
03° 13'
45.160" LS
116° 14'
04.940" BT
4560Tanjung
Pemancingan
Pelampung
Suar Hijau
03° 12'
00,000" LS
116° 18'
42,000" BT
4600Tanjung
Kemuning
Pelampung
Suar Merah
03° 11'
52,000" LS
116° 15'
20,000" BT
4468
(K. 1433)
Gosong
Keramat
Rambu Suar
Putih
03° 32'
21.960" LS
116° 00'
22.260" BT
4470
(K. 1434)
Pulau
Suwangi
Rambu Suar
Putih
03° 27'
01.000" LS
116° 01'
52.000" BT
4471
(K. 1435)
Tanjung
Batulicin
Rambu Suar
Putih
03° 26'
56.140" LS
116° 00'
24.110" BT
4470,2Pulau
Tampakan
Rambu Suar
Merah
03° 22’
47.230" LS
116° 04'
05.720" BT
4590
(K. 1438)
Tanjung
Pemancingan
Rambu Suar
Putih
03° 13'
07.510" LS
116° 16'
48.700" BT
4470,3Pelabuhan
Kotabaru
Rambu Suar
Putih
03° 17'
33.210" LS
116° 08’
43.600" BT
- 15-
11. Titik Koordinat Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran Milik TUKS Eksisting
(Sesuai DSI) di Alur-Pelayaran Selat Laut
a. Lokasi di Alur-Pelayaran TUKS PT. Indocement Tunggal Perkasa, Tbk.
DSI Nama Jenis Lintang Bujur
— No. 1
Pelampung
Suar
Hijau
03° 17' 23.180" LS 116° 06’ 58.300" BT
— No.2
Pelampung
Suar
Merah
03° 17’ 29.400" LS 116° 06’ 58.500" BT
— No.3
Pelampung
Suar
Hijau
03° 17’ 20.860" LS 116° 06' 50.470" BT
— No.4
Pelampung
Suar
Merah
03° 17’ 22.400" LS 116° 06’ 40.700" BT
— No.5
Pelampung
Suar
Hijau
03° 17’ 14.300" LS 116° 06’ 41.630" BT
— No.6
Pelampung
Suar
Merah
03° 17’ 14.200" LS 116° 06’ 32.900" BT
— No.7
Pelampung
Suar
Hijau
03° 17’ 06.390" LS 116° 06’ 39.270" BT
b. Lokasi di Alur-Pelayaran TUKS PT. SMART, Tbk.
DSI Nama Jenis Lintang Bujur
4492 No. 1Pelampung
Suar Hijau03° 16' 54.800" LS 116° 07’ 37.900" BT
4492,1 No.2
Pelampung
Suar
Merah
03° 17’ 02.500" LS 116° 07’ 18.100" BT
4492,2 No.3
Pelampung
Suar
Hijau
03° 16' 48.800" LS 116° 07’ 29.700" BT
- 16-
4492,3 No.4
Pelampung
Suar
Merah
03° 16' 53.400" LS 116° 07' 04.800" BT
4492,4 No.5
Pelampung
Suar
Hijau
03° 16' 31.000" LS 116° 07’ 17.000" BT
c. Lokasi di Alur-Pelayaran TUKS PT. Arutmin.
DSI Nama Jenis Lintang Bujur
4550 MPMTPelampung
Suar MPMT
03° 16' 20.590"
LS
116° 22' 43.520"
BT
4591 PelabuhanRambu Suar
Pelabuhan
03° 12' 40.670"
LS
116° 17' 10.550"
BT
4592 No.2Pelampung
Suar Merah
03° 13' 32.750"
LS
116° 18' 50.200"
BT
4593 Ramsu Rambu Suar03° 13' 30.000"
LS
116° 16' 54.000"
BT
4594 Ramsu Rambu Suar03° 13' 36.000"
LS
116° 16' 55.000"
BT
4595 No. 1Pelampung
Suar Hijau
03° 13' 20.240"
LS
116° 19' 00.160"
BT
d. Lokasi di Alur-Pelayaran TUKS PT. Golden Hope
DSI NAMA JENIS LINTANG BUJUR
4496,1 PelabuhanRambu Suar
Pelabuhan
03° 15'
59.080" LS
116° 11’
14.250" BT
4496,2 Dolphin 1Rambu Suar
Kuning
03° 15'
55.540" LS
116° 11'
05.820" BT
4496,3 Dolphin 2Rambu Suar
Kuning
03° 15’
50.240" LS
116° 11'
12.130" BT
4496,4 Dolphin 3Rambu Suar
Kuning Kuning
03° 16'
03.170" LS
116° 11'
04.080" BT
- 17-
e. Alur-Pelayaran TUKS PT. Singa Line
DSI Nama Jenis Lintang Bujur
4472 PelabuhanRambu Suar
Pelabuhan
03° 27’
45.490" LS
116° 00'
43.330" BT
f. Alur-Pelayaran TUKS PT. Dua Samudera Perkasa
DSI Nama Jenis Lintang Bujur
4475,1 PelabuhanRambu Suar
Pelabuhan
03° 19’
12.700" LS
116° 03’
58.300" BT
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
BUDI KARYA SUMADI
.sesuai dengan aslinya
iO HUKUM,
BUI HERPRIARSONO
- 18-
Lampiran II
Keputusan Menteri Perhubungan
tentang Penetapan Alur-Pelayaran,
Sistem Rute, Tata Cara Berlalu
Lintas, dan Daerah Labuh Kapal
Sesuai Dengan Kepentingannya di
Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan
Samudera Batulicin dan Alur-
Pelayaran Masuk Pelabuhan
Stagen Kotabaru serta Jalur
Perlintasan Selat Laut
Nomor : KM 44 TAHUN 2020
Tanggal : 11 Februari 2020
SISTEM RUTE ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN SAMUDERA
BATULICIN DAN ALUR-PELAYARAN STAGEN
SERTA JALUR PERLINTASAN SELAT LAUT
Sistem Rute yang ditetapkan di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Samudera
Batulicin dan Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Stagen Kotabaru serta Jalur
Perlintasan Selat Laut dari bouy MPMT sampai dengan Pintu Masuk
diberlakukan rute dua arah (two ways routes). Kondisi kedalaman, lebar, dan
panjang Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Samudera Batulicin dan Alur-
Pelayaran Masuk Stagen Kotabaru serta Jalur Perlintasan Selat Laut yaitu:
1. Sistem Rute di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Samudera Batulicin dan
Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Stagen Kotabaru serta Jalur Perlintasan
Selat Laut adalah rute dua arah (two way route) .2. Kondisi Kedalaman dan Panjang Alur-Pelayaran
Kondisi Kedalaman dan Panjang Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan
Samudera Batulicin dan Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Stagen Kotabaru
serta Jalur Perlintasan Selat Laut dengan Kedalaman Eksisting 4-17 m
(empat sampai dengan tujuh belas meter) LWS dan Panjang Alur-Pelayaran
Masuk Pelabuhan Samudera Batulicin 15,36 NM (lima belas koma tiga
puluh enam Nautical Miles) dan Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Stagen
Kotabaru 15,21 NM (lima belas koma dua puluh satu Nautical Miles)
- 19-
serta Jalur Perlintasan Selatan Selat Laut 12,49 NM (dua belas koma empat
puluh sembilan Nautical Miles) panjang keseluruhan 43,06 NM (empat
puluh tiga koma nol enam Nautical Miles) dan Lebar Alur-Pelayaran 200 m
(dua ratus meter);
3. Jumlah Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran di Alur-Pelayaran Masuk
Pelabuhan Samudera Batulicin dan Alur-Pelayaran Stagen Kotabaru serta
Jalur Perlintasan Selat Laut sebanyak 36 (tiga puluh enam) unit.
MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
BUDI KARYA SUMADI
- 20 -
Lampiran III
Keputusan Menteri Perhubungan
tentang Penetapan Alur-Pelayaran,
Sistem Rute, Tata Cara Berlalu
Lintas, dan Daerah Labuh Kapal
Sesuai Dengan Kepentingannya di
Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan
Samudera Batulicin dan Alur-
Pelayaran Masuk Pelabuhan
Stagen Kotabaru serta Jalur
Perlintasan Selat Laut
Nomor : KM 44 TAHUN 2020
Tanggal : 11 Februari 2020
TATA CARA BERLALU LINTAS DI ALUR-PELAYARAN
MASUK PELABUHAN SAMUDERA BATULICIN DAN ALUR-PELAYARAN MASUK
PELABUHAN STAGEN KOTABARU SERTA JALUR PERLINTASAN SELAT LAUT
Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan menekan angka kecelakaan kapal
maka perlu di atur tata cara berlalu lintas di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan
Samudera Batulicin dan Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Stagen Kotabaru
serta Jalur Perlintasan Selat Laut sebagai berikut:
1. Pemanduan
a. setiap kapal berukuran tonase kotor GT 500 (lima ratus Gross Tonnage)
atau lebih yang berlayar di perairan wajib pandu wajib menggunakan
pelayanan jasa pemanduan kapal;
b. mesin penggerak utama dan alat navigasi harus dalam kondisi baik dan
normal untuk olah gerak kapal;
c. mengibarkan bendera “G“ pada siang hari dan menyalakan lampu putih
merah pada malam hari apabila kapal sedang menunggu petugas pandu;
d. mengibarkan bendera “H“ pada siang hari dan menyalakan lampu putih
merah pada malam hari apabila petugas pandu diatas kapal; dan
e. mengibarkan bendera “Q“ pada siang hari dan menyalakan lampu putih
merah pada malam hari bagi kapal yang baru tiba dari luar negeri,
-21 -
petugas pandu hanya diperbolehkan naik ke kapal untuk membawa
kapal apabila kapal telah dinyatakan bebas dari penyakit menular oleh
petugas karantina kesehatan (free practique) dan bendera kuning telah
diturunkan.
2. Komunikasi
a. Pemilik/operator kapal atau Nakhoda wajib memberitahukan rencana
kedatangan kapalnya kepada Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas
Pelabuhan Kelas III Kotabaru-Batulicin dengan mengirimkan telegram
radio Nakhoda (master cable) dengan tembusan kepada perusahaan
angkutan laut atau agen umum dalam waktu paling lama 48 (empat
puluh delapan) jam sebelum kapal tiba di pelabuhan;
b. setiap kapal yang memasuki dan keluar Alur-Pelayaran wajib melapor
kepada Stasiun VTS Batulicin melalui channel 67 dan channel 68;
c. komunikasi dengan kapal sebelum petugas pandu di atas kapal
dilakukan Nakhoda harus memberikan keterangan kepada petugas
pandu antara lain, kondisi, sifat, cara, data, karakteristik dan lain-lain
yang berkaitan dengan kemampuan olah gerak kapal.
3. Proses Kapal Masuk
a. Dalam Kondisi Normal
1) setelah posisi berada di ambang luar arah kan haluan kapal mengarah ke Pelampung Suar MPMT;
2) kecepatan kapal di sekitar pelampung suar pengenal disarankan
dengan maneuvering speed sampai kapal pandu dapat merapat di
kapal untuk menaikkan petugas pandu;
3) setiap kapal berada di Pelampung Suar MPMT dan kapal memasuki
Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Samudera Batulicin dan Alur-
Pelayaran Stagen Kotabaru serta Jalur Perlintasan Selat Laut kapal
disarankan berlayar mengikuti ketentuan koridor Alur-Pelayaran dan
arah garis haluan yang ditetapkan pada Lampiran I serta Peta Alur-
Pelayaran Masuk Pelabuhan Samudera Batulicin dan Alur-Pelayaran
Stagen Kotabaru serta Jalur Perlintasan Selat Laut;
-22 -
4) setiap kapal harus senantiasa bergerak dengan kecepatan aman
sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat dan berhasil guna
untuk menghindari tubrukan dan dapat diberhentikan dalam suatu
jarak yang sesuai dengan keadaan dan suasana yang ada;
5) setiap tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan, apabila
keadaan mengizinkan harus tegas dilakukan dalam waktu yang cukup
lapang dan benar-benar memperhatikan persyaratan kepelautan yang
baik;
6) apabila kondisi dermaga sedang penuh atau Nakhoda memutuskan
untuk berlabuh terlebih dahulu, maka kapal dapat berlabuh di daerah
labuh kapal yang sudah disediakan; dan
7) apabila proses administrasi kelengkapan dokumen selesai dan sudah
tersedia posisi tambat untuk kapal di dermaga, maka petugas pandu
akan menginformasikan ke kapal bahwa petugas pandu akan naik dan
memandu kapal hingga tambat di pelabuhan.
b. Dalam Kondisi Angin di Atas Normal/Kabut/Hujan Lebat/Gelombang
TinggiI1) kecepatan kapal di sekitar pelampung suar pengenal disarankan
menggunakan maneuvering speed; dan
2) untuk memasuki alur-pelayaran dalam kondisi kabut/hujan lebat,
kapal mempergunakan sarana navigasi visual elektronik
(radar/GPS/Al S), dan peralatan navigasi lainnya secara baik dan tepat
guna.
4. Proses Kapal Keluar
a. petugas pandu melaporkan kepada Syahbandar dan / atau VTS Batulicin
channel 67 dan channel 68 mengenai draft kapal dan jam kapal mulai
dipandu keluar;
b. meminta informasi ke VTS Batulicin mengenai pergerakan kapal yang
keluar/masuk Alur-Pelabuhan Samudera Batulicin dan Alur-Pelayaran
Stagen Kotabaru serta Jalur Perlintasan Selat Laut;
c. arahkan haluan menuju bagian tengah alur dan berlayar menuju outer
buoy, dan
d. sesampainya di titik naik turun petugas pandu [pilot boarding ground),
petugas pandu turun dan dijemput oleh kapal pandu.
- 23 -
5. Tindakan Menghindari Tubrukan
a. Pengaturan tindakan untuk menghindari tubrukan meliputi:
1) setiap tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan apabila
keadaan mengizinkan harus tegas dilakukan dalam waktu yang cukup
lapang dan benar-benar memperhatikan persyaratan kepelautan yang
baik;
2) setiap perubahan haluan dan/atau kecepatan untuk menghindari
tubrukan apabila keadaan mengizinkan harus cukup besar sehingga
segera menjadi jelas bagi kapal lain yang sedang mengamati dengan
penglihatan atau dengan radar serangkaian perubahan kecil dari
haluan dan/atau kecepatan hendaknya dihindari;
3) apabila ada ruang gerak yang cukup perubahan haluan saja mungkin
merupakan tindakan yang paling berhasil guna untuk menghindari
situasi saling mendekati terlalu rapat dengan ketentuan bahwa
perubahan itu dilakukan dalam waktu yang cukup dini bersungguh-
sungguh dan tidak mengakibatkan terjadinya situasi saling mendekati
terlalu rapat;
4) tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan dengan kapal
lain harus sedemikian rupa sehingga menghasilkan pelewatan dengan
jarak yang aman dan hasil tindakan tersebut harus dikaji dengan
seksama sampai kapal yang lain itu pada akhirnya terlewati dan bebas
samasekali; dan
5) apabila diperlukan untuk menghindari tubrukan atau memberikan
waktu yang lebih banyak untuk menilai keadaan kapal harus
mengurangi kecepatannya atau menghilangkan kecepatannya sama
sekali dengan memberhentikan atau menjalankan mundur sarana
penggeraknya.
- 24 -
b. Pengaturan Tata Cara Berlalu Lintas Kapal Layar meliputi:
1) apabila 2 (dua) kapal sedang saling mendekat sedemikian rupa
sehingga akan mengakibatkan bahaya tubrukan salah satu dari kedua
kapal itu harus menghindari kapal yang lain sebagai berikut:
a) apabila masing-masing mendapat angin di lambung yang berlainan,
maka kapal yang mendapat angin di lambung kiri harus
menghindari kapal yang lain;
b) apabila kedua-duanya mendapat angin di lambung yang kanan,
maka kapal yang ada di atas angin harus menghindari kapal yang
ada di bawah angin; dan
c) apabila kapal mendapat angin di lambung kiri melihat sebuah kapal
di atas angin dan tidak dapat menentukan dengan pasti apakah
kapal lain itu mendapat angin di lambung kiri atau kanan, maka
kapal itu harus menghindari kapal lain itu.
2) untuk memenuhi aturan ini sisi atas angin harus dianggap sisi yang
berlawanan dengan sisi tempat layar utama berada atau bagi kapal
dengan layar segi empat yaitu sisi yang berlawanan dengan sisi tempat
layar membujur itu berada.
c. Pengaturan Penyusulan meliputi:
1) setiap kapal yang sedang menyusul kapal lain harus menghindari
kapal lain yang sedang disusul;
2) kapal harus dianggap menyusul apabila sedang mendekati kapal lain
dari arah yang lebih besar daripada 22,5° (dua puluh dua koma lima
derajat) dibelakang arah melintang yaitu dalam suatu kedudukan
sedemikian sehingga terhadap kapal yang sedang disusul itu pada
malam hari kapal hanya dapat melihat penerangan buritan, tetapi
tidak satupun dari penerangan-penerangan lambungnya;
3) apabila kapal dalam keadaan ragu-ragu apakah sedang menyusul
kapal lain atau tidak, maka kapal itu harus beranggapan bahwa
sedang menyusul kapal tersebut; dan
4) setiap perubahan baringan antara kedua kapal yang terjadi kemudian
tidak akan mengakibatkan kapal yang sedang memotong dalam
pengertian aturan-aturan ini atau membebaskannya dari kewajiban
untuk menghindari kapal yang sedang disusul itu sampai kapal
tersebut dilewati dan bebas sama sekali.
-25-
d. Pengaturan Tata Cara Berlalu Lintas Kapal Dalam Situasi Berhadap-
hadapan, meliputi:
1) apabila 2 (dua) kapal tenaga sedang bertemu dengan haluan
berlawanan atau hampir berlawanan sehingga akan mengakibatkan
bahaya tubrukan, maka masing-masing harus mengubah haluannya
ke kanan sehingga masing-masing akan berpapasan di lambung
kirinya;
2) keadaan sebagaimana dimaksud dalam angka 1) harus dianggap ada
apabila kapal melihat kapal lain tepat atau hampir di depan dan pada
malam hari kapal itu dapat melihat penerangan tiang kapal lain
tersebut terletak segaris atau hampir segaris dan/atau kedua
penerangan lambung serta pada siang hari kapal itu mengamati gatra
(aspek) yang sesuai mengenai kapal lain tersebut; dan
3) apabila kapal dalam keadaan ragu-ragu atas terdapatnya keadaan
sebagaimana dimaksud dalam angka 1), maka kapal harus
beranggapan bahwa situasi itu ada dan bertindak sesuai angka 1) dan
angka 2).
e. Dalam pengaturan tata cara berlalu lintas kapal dalam situasi
memotong apabila 2 (dua) kapal tenaga sedang berlayar dengan haluan
saling memotong sehingga akan mengakibatkan bahaya tubrukan,
maka kapal yang mendekati kapal lain di sisi kanannya harus
menghindar, dan apabila keadaan mengijinkan harus dengan cara
memotong didepan kapal lain tersebut. Dalam pengaturan tata cara
tindakan kapal menghindari, maka setiap kapal yang diwajibkan
menghindari kapal lain dan sedapat mungkin melakukan tindakan
secara dini dan tegas untuk tetap bebas sama sekali.
f. Dalam pengaturan tanggung jawab antar kapal meliputi:
1) kapal bermesin yang sedang berlayar harus menghindari:
a) kapal yang tidak terkendalikan;
b) kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas;
c) kapal yang sedang menangkap ikan; dan
d) kapal layar.
- 26-
2) kapal layar yang sedang berlayar harus menghindari:
a) kapal yang tidak terkendalikan;
b) kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas; dan
c) kapal yang sedang menangkap ikan.
3) kapal yang sedang menangkap ikan sedapat mungkin harus
menghindari:
a) kapal yang tidak terkendalikan; dan
b) kapal yang olah geraknya terbatas.
4) setiap kapal, kecuali kapal yang tidak dapat dikendalikan atau kapal
yang kemampuan olah geraknya terbatas, apabila keadaan
mengijinkan harus menghindarkan dirinya merintangi jalan aman
sebuah kapal yang terkendala oleh saratnya; dan
5) kapal yang terkendala oleh saratnya sebagaimana dimaksud dalam
angka 4) harus berlayar dengan kewaspadaan khusus dengan benar-
benar memperhatikan keadannya yang khusus itu.
6. Larangan
a. kapal dilarang memasuki alur-pelayaran dengan under keel cleareance
(UKC) kurang dari 10 % (sepuluh persen) dari draft, kecuali atas izin
Syahbandar;
b. kapal penangkapikan dilarang menangkap ikan di alur-pelayaran;
c. kapal dilarang masuk perairan wajib pandu tanpa mendapat pemanduan
dari petugas pandu;
d. petugas pandu dilarang meninggalkan kapal yang dipandu dalam kondisi
dan situasi:
1) kapal kandas;
2) kapal tubrukan;
3) kerusakan mesin / kemudi; dan/atau
4) keadaan lain yang mengganggu lalulintas kapal.
-27-
e. larangan kapal untuk menyusul kapal lain pada ukuran LOA tertentu
sesuai dengan ketentuan sistem rute;
f. kapal yang sandar/ tender dengan kapal lain yang sedang sandar di
dermaga umum/khusus hanya diijinkan 1 (satu) kapal saja yang
sandar/tender di kapal yang sedang sandar di dermaga atas
pertimbangan keselamatan kapal yang akan berolah gerak
keluar/ masuk; dan
g. kapal berlabuh jangkar di area yang tidak ditetapkan dalam Keputusan
ini; dan
h. membuang sampah, limbah, dan bahan lain dari pengoperasian kapal.
MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
BUDI KARYA SUMADI
-28-
Lampiran IV
Keputusan Menteri Perhubungan
tentang Penetapan Alur-Pelayaran,
Sistem Rute, Tata Cara Berlalu
Lintas, dan Daerah Labuh Kapal
Sesuai Dengan Kepentingannya di
Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan
Samudera Batulicin dan Alur-
Pelayaran Masuk Pelabuhan
Stagen Kotabaru serta Jalur
Perlintasan Selat Laut
Nomor : KM 44 TAHUN 2020
Tanggal : 11 Februari 2020
DAERAH LABUH KAPAL SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA DI ALUR-PELAYARAN
MASUK PELABUHAN SAMUDERA BATULICIN DAN ALUR-PELAYARAN MASUK
PELABUHAN STAGEN KOTABARU SERTA JALUR PERLINTASAN SELAT LAUT
1. ZONA AREA KAPAL CARGO BRAVO III DI PELABUHAN BATULICIN
No Lintang Bujur Luas Kedalaman
A 03° 25' 32.400" LS 116° 00' 53.162" BT
B 03° 25' 33.853" LS 116° 01' 01.336" BT 15.64 Ha 16-13 MLWS
C 03° 25’ 53.151" LS 116° 00' 57.378" BT
D 03° 25’ 51.035" LS 116° 00' 49.266" BT
2. AREA KAPAL CARGO BRAVO I DI PELABUHAN STAGEN KOTABARU
No Lintang Bujur Luas KedalamanA 03° 13' 06.009" LS 116° 13' 04.698" BT
58.3 Ha 4.3 - 7.8 M LWSB 03° 13' 16.923" LS 116° 13' 13.607" BT
C 03° 13' 44.344" LS 116° 12’ 40.225" BTD 03° 13' 33.217" LS 116° 12' 31.085" BT
- 29 -
3. Titik Koordinat Area Labuh Jangkar Kapal Cargo,Bravo II(Stagen Kotabaru)
No Lintang Bujur Luas Kedalaman
A 03° 15' 49,737" LS 116° 09' 50,650" BT
B 03° 15' 58,083" LS 116° 09' 57,506" BT 51.6 8,0 - 9,0 M LWS
C 03° 16' 30,074" LS 116° 09' 18,560" BT Ha
D 03° 16' 21,728" LS 116° 09’ 11,705" BT
4. Titik Koordinat Area Labuh Jangkar Kapal Tanker BBM, Alfa I (Stagen
Kotabaru)
No Lintang Bujur Luas Kedalaman
A 03° 12' 04,344" LS 116° 14' 08,279" BT
162.5
Ha
6,2 - 12,4 M
LWS
B 03° 12' 21,064" LS 116° 14’ 21,954" BT
C 03° 13' 12,401" LS 116° 13’ 19,085" BT
D 03° 12' 56,049" LS 116° 13' 05,710" BT
5. Titik Koordinat Area Labuh Jangkar Kapal Tanker CPO, Alfa II (Stagen
Kotabaru)
No Lintang Bujur Luas Kedalaman
A 03° 15’ 17,109" LS 116° 10' 27,487" BT
B 03° 15’ 28,240" LS 116° 10' 36,623" BT 54 Ha 7.0 - 8.9 M LWS
C 03° 15’ 53,365" LS 116° 10' 06,014" BT
D 03° 15' 42,234" LS 116° 09' 56,878" BT
6. Titik Koordinat STS A (Stagen Kotabaru)
No Lintang Bujur Luas Kedalaman
A 03° 09' 37.772" LS 116° 24' 47.541" BT
B 03° 10' 47.941" LS 116° 25' 03.676" BT 1107 Ha 16 - 20 M LWS
C 03° 11' 24.244" LS 116° 22' 25.796" BT
D 03° 10' 13.722" LS 116° 22' 09.813" BT
- 30 -
7. Titik Koordinat STS B (Stagen Kotabaru)
No Lintang Bujur Luas Kedalaman
A 03° 11' 24.268" LS 116° 25' 12.370" BT
1107
Ha
19.8 - 23.5 M
LWS
B 03° 12' 34.436" LS 116° 25' 28.505" BT
C 03° 13' 10.739" LS 116° 22' 50.621" BT
D 03° 12' 00.218" LS 116° 22' 34.637" BT
MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
BUDI KARYA SUMADI
.sesuai dengan aslinya
lO HUKUM,
BUI HERPRIARSONO
-31 -
Lampiran V
Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia tentang
Penetapan Alur-Pelayaran,
Sistem Rute, Tata Cara Berlalu
Lintas, dan Daerah Labuh Kapal
Sesuai dengan Kepentingannya
di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Samudera Batulicin
dan Alur-Pelayaran Masuk
Pelabuhan Stagen Kotabaru serta
Jalur Perlintasan Selat Laut
Nomor : KM 44 TAHUN 2020
Tanggal : 11 Februari 2020
1. PETA ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN SAMUDERA BATULICIN
- 32 -
2. PETA ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN STAGEN KOTABARU
33
3. JALUR PERLINTASAN SELAT LAUT
34
4. ZONA AREA LABUH KAPAL
35
36
5. ZONA AREA STS
MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
BUDI KARYA SUMADI
t