keputusan kepala dinas pekerjaan umum dan...
TRANSCRIPT
BUPATI LINGGA
PROVINSI KEPULAUAN RIAU
KEPUTUSAN BUPATI LINGGA
NOMOR : 481 /KPTS/XII/2019
TENTANG
PENETAPAN SITUS, STRUKTUR, BANGUNAN DAN BENDA SEBAGAI CAGAR BUDAYA KABUPATEN LINGGA
BUPATI LINGGA
Menimbang : a. bahwa untuk melestarikan dan melindungi situs,
struktur, bangunan dan benda Cagar Budaya yang
ada di Kabupaten Lingga, Pemerintah Daerah
berkewajiban untuk menetapkan Cagar Budaya
Kabupaten Lingga sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
b. bahwa berdasarkan Naskah Rekomendasi Tim Ahli
Cagar Budaya Kabupaten Lingga yang menyatakan
Situs, Struktur, Bangunan dan Benda Cagar
Budaya yang telah didaftarkan layak sebagai Cagar
Budaya Kabupaten Lingga;
c. bahwa untuk melaksanakan Ketentuan pasal 33
ayat (1) Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010
tentang Cagar Budaya yang menyebutkan bahwa,
”Bupati/Walikota mengeluarkan Penetapan Status
Cagar Budaya paling lama 30 (tiga puluh) hari
setelah rekomendasi dari Tim Ahli Cagar Budaya
Kabupaten Lingga yang menyatakan situs,
struktur, bangunan dan benda Cagar Budaya yang
didaftarkan layak sebagai Cagar Budaya Peringkat
Kabupaten”, perlu menetapkan Keputusan Bupati
Lingga;
d. bahwa untuk maksud sebagaimana pada huruf a,
b dan c di atas, maka perlu ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4286);
SALINAN
2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2003 tentang
Pembentukan Kabupaten Lingga di Provinsi
Kepulauan Riau (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 146, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4341);
3. Undang-Undang Nomor 01 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 05,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4400);
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Pertimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4438);
6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang
Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5168);
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5679) sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan
kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5679);
8. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang
Pemajuan Kebudayaan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6055);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah ( Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4578);
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua
atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah;
11. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor : 40
Tahun 2009/Nomor : 42 Tahun 2009 tentang
Pedoman Pelestarian Kebudayaan;
12. Peraturan Daerah Kabupaten Lingga Nomor 10
Tahun 2019 tentang Perubahan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lingga
Tahun Anggaran 2019;
13. Peraturan Bupati Lingga Nomor 36 Tahun 2013
tentang Pedoman Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Kegiatan Pembangunan Kabupaten Lingga
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Bupati Lingga Nomor 3 Tahun 2019 tentang
Perubahan atas Peraturan Bupati Lingga Nomor 36
Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan;
Kegiatan Pembangunan Kabupaten Lingga;
14. Peraturan Bupati Lingga Nomor 79 Tahun 2019
tentang Penjabaran Perubahan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lingga
Tahun Anggaran 2019.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI LINGGA TENTANG PENETAPAN
SITUS, STRUKTUR, BANGUNAN DAN BENDA
SEBAGAI CAGAR BUDAYA KABUPATEN LINGGA.
KESATU : Penetapan Situs, Struktur, Bangunan dan Benda Cagar
Budaya Kabupaten Lingga dengan diskripsi
sebagaimana tercantum pada lampiran keputusan ini.
KEDUA : Terhadap Situs Cagar Budaya sebagaimana dimaksud
pada diktum KESATU,setiap orang dilarang untuk:
a. melakukan pelestarian tanpa didasari pada hasil studi kelayakan yang dapat dipertanggungjawabkan
secara teknis, akademis, dan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya;
b. mengalihkan kepemilikan Cagar Budaya tanpa izin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar
Budaya;
c. dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi,
atau menggagalkan upaya pelestarian Cagar Budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya;
d. merusak, mencuri baik sebagian maupun seluruh
Cagar Budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang
Cagar Budaya; e. memindahkan dan/atau memisahkan Cagar Budaya
tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya;
f. mengubah fungsi Cagar Budaya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 81 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya;
g. mendokumentasikan Cagar Budaya baik seluruh maupun sebagiannya untuk kepentingan komersial tanpa seizin pemilik dan/atau yang menguasainya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar
Budaya; h. memanfaatkan Cagar Budaya baik seluruh maupun
sebagiannya, dengan cara memperbanyak, kecuali
dengan izin Bupati Lingga melalui Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
KETIGA : Perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan terhadap Cagar Budaya sebagaimana dimaksud pada
diktum KESATU berpedoman pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya dan peraturan pelaksananya.
KEEMPAT : Cagar Budaya sebagaimana dimaksud pada diktum KESATU dapat dilakukan pemeringkatan atau penghapusan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
KELIMA : Keputusan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Daik Lingga
pada tanggal 18 Desember 2019
BUPATI LINGGA
H. ALIAS WELLO
Tembusan :
1. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lingga;
2. Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Kepulauan Riau;
3. Inspektur Kabupaten Lingga;
4. Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Lingga;
LAMPIRAN I : KEPUTUSAN BUPATI LINGGA
NOMOR : 481 /KPTS /XII/2019 TANGGAL : 18 Desember 2019
PENETAPAN SITUS, STRUKTUR, BANGUNAN DAN BENDA
SEBAGAI CAGAR BUDAYA KABUPATEN LINGGA
NO NAMA CAGAR BUDAYA KRETERIA CAGAR
BUDAYA TITIK
KOORDINAT KET
1 MAKAM MERAH STRUKTUR S 00° 12’ 57,8”
T 104° 36’ 08,0”
2 ISTANA DAMNAH STRUKTUR S 00°12' 86, 1"
E 104°35'72,2"
3 ISTANA KOTA BATU STRUKTUR S 00° 12’38.8”
E 104° 36’07.9”
4 BILIK 44 STRUKTUR S 00° 12’ 43,8”
T 104° 35’ 44,2”
5 BENTENG HILIR STRUKTUR S 00° 15’ 30,1”
E 104° 35’ 13,2”
6 BENTENG LEKOK STRUKTUR S 00°15'30.8''
E 104°35'25.8'' E 104°35'25.8''
7 BENTENG TANJUNG STRUKTUR S 00° 15’ 37,3”
E 104° 35’ 14,1”
8 KOMPLEK MAKAM TEMENGGUNG DJAMALUDDIN
STRUKTUR S 00°15'20.5''
E 104°35'18.6''
9 BENTENG BUKIT CENING STRUKTUR S 00° 14’ 12,5”
E 104° 36’ 48.7”
10 BENTENG KUALA DAIK STRUKTUR S 00°13’46.3’’
E 104°37’47.8’’
11 KOMPLEK MAKAM BUKIT CENGKEH
STRUKTUR S00°13'12.8''
E104°36'14.6''
12 MAKAM MEGAT KUNING STRUKTUR S 0° 11’ 41,9”
T 104° 35’ 48,6”
13 KOMPLEK MAKAM NISAN TIPE ACEH
STRUKTUR S 00°12'24.2''
E 104°36'33.4''
14 KUBU PERTAHANAN PARIT STRUKTUR S 00° 13’34.0”
E 104° 37’46.6”
15 TAPAK MASJID SULTAN ABDURRAHMAN MUAZZAM SYAH
STRUKTUR S 00°12’37.3’’
E 104°36’42.5’’
16 KOMPLEK MAKAM SULTAN MAHMUD RIAYAT SYAH
STRUKTUR S 00˚ 12’ 45,4’’
E 104˚ 36’ 52,5’’
17 BENTENG TANJUNG CENGKEH
STRUKTUR LS 0° 15’ 55,3”
BT 104° 32’ 14,9”
18 PARIT KUNO STRUKTUR S 00° 12’ 43,8”
T 104° 35’ 44,2”
19 MAKAM ENCIK ISMAIL STRUKTUR S 0°12'58.24"
E 104°36'7.99"
20 TAPAK BANGSAL SAGU SULTAN SULAIMAN BADRUL ALAMSYAH II
STRUKTUR S 00°12'33.6'' E
104°36'26.0''
21 KOMPLEK MAKAM KERAMAT INTAN PULAU LIMA
STRUKTUR S 00° 12’ 57,8”
T 104° 36’ 08,0”
22 PERIGI SULTAN SULAIMAN BADRUL ALAMSYAH II
STRUKTUR S 00° 12’37.5”
E 104° 36’37.001”
23 BEKAS KANTOR KEWEDANAAN
BANGUNAN S 0°19'29.67"
E 104°27'38.28"
24 RUMAH BEKAS BELANDA BANGUNAN S 0°19'29.82"
E 104°27'38.42"
25 PENJARA PENUBA BANGUNAN S 00° 19’ 32,73”
E 104° 27’ 30,80”
26 MASJID JAMI’ SULTAN LINGGA
BANGUNAN S 0˚ 12’ 45.6”
E 104˚ 36’ 53.6”
27 BEKAS PENJARA PENINGGALAN BELANDA
BANGUNAN S 00°12'42.9''
E 104°36'54.2''
28 WISMA TIMAH SINGKEP BANGUNAN S 0°29'37.59"
E 104°33'48.08"
29 GEDUNG NASIONAL BANGUNAN S 0°29'21.96"
E 104°33'58.75"
30 SEKOLAH MELAYU BANGUNAN S 00° 12’37.5”
E 104° 36’37.001”
31 MERIAM PENUBA BENDA S 0°19'29.82"
E 104°27'38.42"
32 MERIAM PADAM PELITA BENDA S 00° 12’35.3”
E 104° 36’58.6”
33 MERIAM PECAH PIRING BENDA S 00° 12’35.3”
E 104° 36’58.6”
34 LAPANGAN KRIDA PADANG TENGAH
SITUS S 00° 13’02.2”
E 104° 36’51.8”
35 DATARAN SULTAN MAHMUD RIAYAT SYAH II
SITUS S 00° 12’37.9”
E 104° 36’59.8”
BUPATI LINGGA
dto H. ALIAS WELLO
LAMPIRAN II : KEPUTUSAN BUPATI LINGGA
NOMOR : 481 /KPTS /XII/2019 TANGGAL : 18 Desember 2019
DISKRIPSI SITUS, STRUKTUR, BANGUNAN DAN BENDA
SEBAGAI CAGAR BUDAYA KABUPATEN LINGGA
A. SITUS CAGAR BUDAYA
I. Lapangan Krida Padang Tengah
KOMPONEN DATA PENDATAAN
Nama Lama Lapangan Bola Krida
Nama Baru Lapangan Krida Padang Tengah
Kriteria Cagar Budaya Situs
Jenis Bahan Tanah
Latar Budaya -
Alamat :
Jalan Jalan Encik Muhammad Afan
Kampung Tanda Hilir
Kelurahan Daik
Kecamatan Lingga
Kabupaten Lingga
Orbitrasi Struktur (km) :
Ibukota Kab. 1,39 km
Ibukota Prov. 123,779 km
Keletakan Geografis Bentang lahan Lapangan Krida Padang Tengah berupa tanah pasir berumput.
Keletakan Astonomis S 00° 13’02.2” E 104° 36’51.8”
Aksesibilitas Struktur Mudah ditempuh karena letaknya di Daik, Ibukota Kabupaten Lingga.
Deskripsi Historis Lapangan Krida Padang Tengah merupakan lapangan olah raga yang dibangun
pada Tahun 1959 yang dikerjakan secara bergotong-royong (beganjal).
Lapangan Krida Padang Tengah dulunya digunakan sebagai tempat olah raga
seperti sepak bola, kasti, layang-layang, belon, panjat pinang dan berbagai
aktifitas permainan rakyat.
Salah satu even penting yang pernah dilaksanakan dilapangan ini adalah
kejuaraan sepak bola Datok Kaya yang menjadi Amir Lingga (pejabat setingkat
Camat) pada masa itu.
Deskripsi Arkeologis Lapangan Krida Padang Tengah berbentuk persegi panjang dengan hamparan
rumput, ditengah lapangan terdapat jalan yang membelah lapangan. Sisi barat
dan timur di batasi dengan parit.
Ukuran (luas)Struktur Bangunan -
Lahan 105 m x 45m (4725 m²)
Batas-batas Struktur Utara Pemakaman Umum
Selatan Rumah Dahlan Latif
Timur Masjid Al Jihad
Barat Rumah Said Adnan
Fungsi Lama Lapangan Olahraga
Fungsi Sekarang Lapangan Olahraga
Pemilik Wakaf
Pengelola Pemda Kab. Lingga
Jupel Tidak Ada
Kondisi Terawat
Foto Bangunan
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
II. Dataran Sultan Sulaiman Mahmud Riayat Syah
KOMPONEN DATA PENDATAAN
Nama Lama Lapangan Hang Tuah
Nama Baru Dataran Sultan Mahmud Riayat Syah
Kriteria Cagar Budaya Situs
Jenis Bahan Tanah
Latar Budaya Islam, kolonial
Alamat :
Jalan Datuk laksamana
Kampung Siak
Kelurahan Daik
Kecamatan Lingga
Kabupaten Lingga
Orbitrasi Struktur (km) :
Ibukota Kab. 1,311 Km
Ibukota Prov. 123 km
Keletakan Geografis Berada didataran pada ketinggian 14 m dpl
Keletakan Astonomis S 00° 12’37.9” E 104° 36’59.8”
Aksesibilitas Struktur Dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua dan empat
Deskripsi Historis Lapangan Hang Tuah yang letak di Jalan Datok Laksamana Kampung Siak
Kelurahan Daik Kecamatan Lingga Kabupaten Lingga merupakan lapangan yang
tertua di Kabupaten Lingga sebelum dijadikan sebagai arena kegiatan olahraga bagi
sekolah, alun-alun dan sarana pendukung Sekolah Dasar 001 Lingga. Lapangan ini
dibuat pada tahun 1875 melalui peran serta masyarakat. Sebelum dijadikan lapangan
yang diberi nama Lapangan Hang Tuah, dulunya lapangan ini merupakan lokasi
kuburan/pendam cina.
Deskripsi Arkeologis Saat ini diatas lahan Lapangan Hang Tuah ada bangunan Kantor Dinas Penanaman
Modal, Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Perdagangan Kabupaten Lingga dan
sentral radio lokal Bunda Tanah Melayu (RBTM) yang sebelumnya merupakan
Kantor Camat Lingga. Selain bangunan kantor ada juga sebuah bangunan panggung
seni budaya, 2 bangunan tempat parkir, tugu kemerdekaan, tiang bendera dan 6 buah
meriam.
Ukuran (luas)Struktur Bangunan -
Lahan 3372 m²
Batas-batas Struktur Utara Rumah penduduk
Selatan Jl. Datuk laksamana
Timur SD N 001
Barat Rumah penduduk
Fungsi Lama Lapangan
Fungsi Sekarang Lapangan
Pemilik Pemkab Lingga
Pengelola Pemkab Lingga
Jupel Tidak Ada
Kondisi Kurang Terawat
Foto Bangunan
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
B. STRUKTUR CAGAR BUDAYA
I. Makam Merah
KOMPONEN DATA DATA TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 06/BCB-TB/C/04/2007
Nama Cagar Budaya Makam Raja Muhammad Yusuf (Makam Merah)
Alamat
Jalan Raja Muhammad Yusuf
Dusun/Kampung/Jorong Damnah
Desa/Kelurahan/Nagari Daik
Kecamatan Lingga
Kabupaten/Kota Lingga
Provinsi Kepulauan Riau
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab./Kota ± 1,72 Km
Ibukota Prov. ± 135 Km
Keletakan Geografis Dataran Rendah elevasi 13 mdpl
Aksesibilitas Situs Kendaraan Bermotor
Letak Astronomis S 00° 12’ 57,8” T104° 36’ 08,0”
Deskripsi Historis Struktur Makam Merah berada sekitar 800 meter disebelah timur Istana
Damnah (dari kantor Bupati,). Tokoh yang dimakamkan di situs makam
ini adalah Yang Dipertuan Muda Riau X Raja Muhammad Yusuf (1859-
1900). Dinamakan Makam merah karena dahulu lantai selasar dan
bangunan cungkupnya berwarna merah semua sehingga dikenal dengan
nama Makam Merah.
Deskripsi Arkeologis Makam Merah berupa bangunan cungkup berbentuk bujur sangkar
berukuran 12 x 12 meter yang di tengah-tengahnya berupa halaman
terbuka tanpa atap. Sehingga bangunan cungkup tersebut sebenarnya
bukan untuk melindungi makamnya tetapi untuk melindungi selasar yang
mengelilingi makam Raja Muhammad Yusuf yang berada di tengah-
tengah. Lebar selasar ini adalah 3,30 meter dengan lantai tegel berwarna
merah.
Bangunan cungkupnya ditopang oleh 32 buah tiang yang masih asli yang
terbuat dari besi silinder, dengan tinggi 2,83 meter pada deret tiang luar
dan tinggi 2,10 meter pada deret tiang dalam. Antara sisi dalam selasar
dengan makam dibatasi oleh dinding jeruji besi yang juga masih asli
setinggi 80 cm. Di luar bangunan cungkup ini berupa halaman yang
dibatasi dengan pagar keliling jeruiji besi pada sisi pada barat dan
tembok bata pada sisi utara, timur, dan selatan setinggi 1,5 meter. Luas
halaman ini berukuran 28 x 24,30 meter. Di luar pagar keliling sebelah
barat terdapat bangunan werkeet yang dibuat bersamaan dengan
pemugaran kompleks makam ini oleh Proyek Pembinaan dan Pelestarian
Kepurbakalaan Kanwil Depdikbud Riau pada tahun 1994. Makam Raja
Muhammad Yusuf berada di tengah-tengah dengan sepasang nisan
berbentuk gada dari batu andesit. Makam ini tanpa jirat dan jarak antara
nisan di bagian utara dan selatan 1,90 meter, dengan tinggi nisan 80 cm
dari permukaan tanah.
Ukuran (Luas) Situs Bangunan 12 x 12 (144 m²)
Lahan 28 x 24,30 (680,4 m²)
Batas-Batas Situs Utara Jalan Raja M. Yusuf
Selatan Kebun
Timur Kebun
Barat Perpustakaan Damnah
Fungsi awal dan fungsi sekarang Pemakaman dan sekarang Pemakaman
Pemilik Pemda Kab. Lingga
Pengelola Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga
Foto
Foto Bangunan
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
II. Istana Damnah
KOMPONEN DATA DATA TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 01/BCB-TB/C/04/2007
Nama Cagar Budaya Struktur Istana Damnnah
Alamat
Jalan Raja Muhammad Yusuf
Dusun/Kampung/Jorong Damnah
Desa/Kelurahan/Nagari Daik
Kecamatan Lingga
Kabupaten/Kota Lingga
Provinsi Kepulauan Riau
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab./Kota ± 2 km
Ibukota Prov. ± 100 km
Keletakan Geografis 12 mdpl (dataran rendah)
Aksesibilitas Situs Struktur Cagar Budaya Istana Damnah dapat ditempuh dengan
menggunakan kendaraan dua roda atau lebih. Akses jalan menuju lokasi,
dari Pelabuhan Tanjungpinang Kepulauan Riau dapat dilakukan
perjalanan menuju Pelabuhan Tanjung Buton Daik dengan kapal veri
selama ± 5 jam. Dari Pelabuhan Tanjung Buton dapat dilanjutkan dengan
kendaraan roda 2 menuju lokasi situs sekitar 10 menit perjalanan.
Letak Astronomis S 0°12'86,1" E 104°35'72,2"
Deskripsi Historis Kesultanan Lingga merupakan Kerajaan Melayu yang pernah berdiri di
Lingga, Kepulauan Riau, Indonesia. Lingga pada awalnya merupakan
bagian dari Kesultanan Malaka, dan kemudian Kesultanan Johor.
Berdasarkan Tuhfat al-Nafis, Sultan Lingga merupakan pewaris dari
Sultan Johor, dengan wilayah mencakup Kepulauan Riau dan Johor.
Kerajaan tersebut diakui keberadaannya oleh Inggris dan Belanda setelah
mereka menyepakati Perjanjian London tahun 1824, yang kemudian
membagi bekas wilayah Kesultanan Johor setelah sebelumnya wilayah
tersebut dilepas oleh Siak Sri Inderapura kepada Inggris tahun 1818,
namun kemudian diklaim oleh Belanda sebagai wilayah kolonialisasinya.
Perjanjian London pada 1824 membagi Kesultanan Johor menjadi dua:
Johor berada di bawah pengaruh Britania sedangkan Riau- Lingga berada
di dalam pengaruh Belanda. Abdul Rahman ditabalkan menjadi raja
Lingga dengan gelar Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah, dan
berkedudukan di Daik, Kepulauan Riau.
Pada tanggal 7 Oktober 1857 pemerintah Hindia-Belanda memakzulkan
Sultan Mahmud IV dari tahtanya. Pada saat itu Sultan sedang berada di
Singapura. Sebagai penggantinya diangkat pamannya, yang menjadi raja
dengan gelar Sultan Sulaiman II Badarul Alam Syah. Jabatan raja muda
(Yang Dipertuan Muda) yang biasanya dipegang oleh bangsawan
keturunan Bugis disatukan dengan jabatan raja oleh Sultan Abdul
Rahman II Muadzam Syah pada 1899. Karena tidak ingin
menandatangani kontrak yang membatasi kekuasaannya Sultan
Abdul Rahman II meninggalkan Pulau Penyengat dan hijrah ke
Singapura. Pemerintah Hindia Belanda memakzulkan Sultan Abdul
Rahman II in absentia 3 Februari 1911, dan resmi memerintah langsung
pada tahun 19131.
Deskripsi Arkeologis Struktur Istana Damnah berada sekitar 1,8 km dari Pusat Pemerintahan
(Kantor Bupati). Istana Damnah dibangun oleh Sultan Sulaiman Badrul
Alamsyah III (1857 - 1883), pada saat kerajaan Melayu Riau - Lingga
mengalami masa kejayaan. Istana Damnah sekarang hanya tinggal
puing- puingnya saja.
Lingkungan bekas istana Damnah sekarang berupa tanah perladangan
dan hutan sekunder. Dari sisa-sisa bekas Istana Damnah masih dapat
digambarkan bahwa kompleks Istana Damnah dahulu terdiri dari dua
bangunan, yaitu bangunan istana dan balairung (pendopo). Berdasarkan
sisa- sisa pintunya, bangunan istana menghadap ke arah timur. Di sebelah
timur bekas bangunan istana terletak bangunan balairung. yang tertinggal
berupa bagian tangga pintu, fondasi tiang, tungku dapur, dan permandian.
Tangga pintu di bagian muka sebanyak dua buah di sisi utara dan
selatan berbentuk sama. Jarak antara kedua tangga pintu adalah 21,50
meter. Tangga pintu pada bagian teratas memiliki ketinggian 1,60 meter
dan lebar pintu 2,50 meter . Pada bagian bawah terdiri dari 5 trap tangga,
sedangkan pada bagian atas terdiri dari 3 trap tangga. Antara trap bagian
bawah dan bagian atas terdapat bagian yang datar. Lantai pada anak
tangga terbuat dari tegel bata (terakota) yang berukuran 35 x 35 cm.
Fondasi tiang yang masih tersisa sebanyak 29 buah, yang terbuat dari
susunan bata berlepa.
Bekas bangunan balirung yang tertinggal sekarang hanya bagian fondasi,
berukuran 23, 80 x 20 meter. Bekas tangga pintunya berada di sisi utara,
timur,selatan, dan barat. Bagian tengah (lantai) sudah tertutup oleh tanah,
sehingga tidak diketahui dengan pasti bahan yang dipakai untuk lantai.
Bagian fondasi terbuat dari bata berlepa, dengan ketinggian 75 cm dari
permukaan tanah sekarang.
Ukuran (Luas) Situs Bangunan 3240 m2
Lahan 1 ha
Batas-Batas Situs Utara Kebun masyarakat
Selatan Replica istana damnah
Timur Jl. Raya m. Yusuf
Barat Parit
Fungsi awal dan fungsi sekarang Pemakaman
Pemilik Pemerintah Daerah Kabupaten Lingga
Pengelola Pemerintah Daerah Kabupaten Lingga
Foto
Foto Bangunan
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
III. Istana Kota Batu
KOMPONEN DATA DATA TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 04/BCB-TB/C/04/2007
Nama Cagar Budaya Istana Kota Batu
Alamat
Jalan Jalan. Istana Robat
Dusun/Kampung/Jorong Kampung Kenanga
Desa/Kelurahan/Nagari Daik
Kecamatan Lingga
Kabupaten/Kota Lingga
Provinsi Kepulauan Riau
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab./Kota ± 50 meter dari Kantor Bupati Lingga
Ibukota Prov. ± 100 mill
Keletakan Geografis ± 7 mdpl
Aksesibilitas Situs Istana Kota Batu sangat mudah dijangkau karena letaknya dekat dengan
kantor Bupati Lingga yaitu disebelah selatannya. Untuk mencapai situs
dihubungkan dengan jalan tanah selebar 3 meter dari jalan aspal yaitu
Jalan istana Robat yang berada disamping kanan kantor Bupati Lingga.
Letak Astronomis S 00° 12’38.8” E 104° 36’07.9”
Deskripsi Historis Dinamakan sebagai istana kota Batu karena tempat tersebut merupakan
lokasi Batu ( berpindah dari kota parit ) yang lebih ke darat, bukan lahi
dipinggir sungai. Istana ini dibangun pada masa Sultan Muhammad Syah
(1832-1841) dan diteruskan oleh anaknya Sultan Mahmud Muzaffar Syah
(1841-1857)/mahrum Pahang. Kemudian pada masa ini juga di bangun
bilik 44.
Deskripsi Arkeologis Bangunan tinggal sisa-sisa tembok ukuran 146 m x 54 m, dan struktur
terletak di tengah ukuran 36 x 36 m. tebal dinding tembok 50 cm dan
pada bagian belakang tebal dinding tembok 40 cm.Dinding yang masih
agak tinggi pada dinding sisi timur, namun sudah tertutup dan ditumbuhi
oleh akar-akar berbagai jenis pohon. Pada sisi-sisi lainnya sudah hampir
rata dengan tanah, tetapi masih tampak jelas sebagai sisa-sisa dinding
tembok keliling. Berdasarkan ukurannya yang cukup luas, kemungkinan
dinding tembok keliling ini merupakan tembok keliling lingkunan istana.
Namun sisa-sisa bangunan di dalam dinding tembok keliling sudah tidak
ditemukan lagi bekasnya.
Ukuran (Luas) Situs Bangunan 146 m x 54 m (7884 m²)
Lahan 146 m x 54 m (7884 m²)
Batas-Batas Situs Utara Lahan masyarakat dan kompleks kantor
Selatan Kantor Bupati
Timur Kantor Kemenag
Barat Lahan masyarakat
Fungsi awal dan fungsi sekarang Istana dan sekarang Dead Monumen
Pemilik Pemda Kab. Lingga
Pengelola Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga
Foto
Foto Bangunan
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
IV. Bilik 44 KOMPONEN DATA DATA
TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 05/BCB-TB/C/04/2007
Nama Cagar Budaya Sruktur Istana Bilik 44
Alamat
Jalan Jalan. R.M. Yusuf
Dusun/Kampung/Jorong Damnah
Desa/Kelurahan/Nagari Daik
Kecamatan Lingga
Kabupaten/Kota Lingga
Provinsi Kepulauan Riau
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab./Kota ± 3 km
Ibukota Prov. ± 100 mil
Keletakan Geografis 13 mdpl
Aksesibilitas Situs Kendaraan bermotor
Letak Astronomis S 00° 12’ 43,8” T 104° 35’ 44,2”
Deskripsi Historis Sebagai bukti keberadaan kesultanan Riau-Lingga-Johor-Pahang di
Daik. Istana Bilik 44 berada pada 142 meter di sebelah utara situs bekas
Istana Damnah. Lingkungannya merupakan tanah perladangan yang
belum digarap. Sisa-sisa bangunan yang sekarang masih ditemukan
berupa fondasi dari yang membentuk bilik-bilik, dengan lebar 50 cm dan
ketinggian 75 cm dari permukaan tanah sekarang.
Deskripsi Arkeologis Struktur Istana Bilik 44 berada pada 142 meter di sebelah utara bekas
Istana Damnah. Lingkungannya merupakan tanah perladangan yang
belum digarap. Sisa-sisa bangunan yang sekarang masih ditemukan
berupa fondasi dari yang membentuk bilik-bilik, dengan lebar 50 cm dan
ketinggian 75 cm dari permukaan tanah sekarang. Bata yang dipakai
sebagai fondasi tersebut rata-rata berukuran panjang 22 cm, lebar 11 cm,
dan tebal 7 cm. Secara keseluruhan denah bangunan berukuran panjang
53,30 meter dan lebar 36 meter.
Meskipun dinamakan Bilik 44 namun dalam kenyataanya bilik- bilik
yang ada dengan didasarkan dari sisa-sisa fondasinya yang masih ada
hanya 32 bilik. Berdasarkan informasi yang diperoleh di lapangan,
pembangunan Bilik 44 ini memang belum selesai baru dalam tahap
pembuatan fondasi seperti yang terlihat sekarang. Kemungkinan
pembangunan Bilik 44 ini dilakukan pada masa pemerintahan Yang
Dipertuan Muda Riau X Raja Mohammad Yusuf (1859-1900). Tidak
diketahui dengan pasti faktor-faktor penyebabnya sehingga
mengakibatkan pembangunan Bilik 44 tidak selesai.
Ukuran (Luas) Situs Bangunan 53,30 m x 36 m (1918 m²)
Lahan 68 m x 64 m (4352)
Batas-Batas Situs Utara Kebun masyarakat
Selatan Kebun masyarakat
Timur Jalan Tanah Merah
Barat Kebun masyarakat
Fungsi awal dan fungsi sekarang Bilik dan sekarang Dead Monumen
Pemilik Pemkab
Pengelola Pemkab dan BPCB Sumatera Barat
Foto
Foto Bangunan
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
V. Benteng Hilir
KOMPONEN DATA PENDATAAN
Nama Lama Benteng Hilir
Nama Baru Benteng Hilir / hulu
Kriteria Cagar Budaya Struktur
Jenis Bahan Tanah
Latar Budaya Islam
Alamat :
Jalan RT 01 RW 02
Dusun Kampung Hilir
Kelurahan Mepar
Kecamatan Lingga
Kabupaten Lingga
Orbitrasi Situs (km) :
Ibukota Kabupaten ± 7 km
Ibukota Prov. ± 100 mil
Keletakan Geografis Elevasi ± 16 m dpl
Aksesibilitas Situs Aksesibilitas relatif sulit, dari ibukota Kabupaten Lingga menuju Pelabuhan Buton (±
6 km) dilanjutkan dengan perahu kecil menuju Pulau Mepar (± 5 – 10 menit). Dari
Pelabuhan Mepar menuju benteng dapat ditempuh dengan berjalan kaki (±1 km), dari
benteng segitiga berjarak ± 100 m melalui hutan dan jalan setapak .
Letak Astronomis S 00° 15’ 30,1” E 104° 35’ 13,2”
Deskripsi Historis Benteng Hilir adalah salah satu Benteng di Pulau Mepar dan menghadap ke arah
Barat. Oleh masyarakat dikenal sebagai Benteng F karena menyerupai huruf F.
Benteng terletak di atas bukit dan petugas yang mengawasi benteng tersebut dari
keturunan Datuk Kaya yang cikal bakalnya dari keturunan Megat Merah.
Deskripsi Arkeologis Benteng ini terletak di sebelah barat sekitar 300 m dari Benteng Segi Tiga. Benteng
yang terbuat dari batuan bauksit ini berbentuk seperti dua buah lingkaran yang
terputus di bagian tengah. Pintu masuk berada di sisi Timur Laut berukuran lebar 270
cm. Bagian tengah benteng membentuk cekungan setinggi 141 cm dengan di bagian
terluar cekungan tersebut dibuat seperti tanggul untuk berjalan selebar 100 cm.
Benteng ini tidak terdapat bastion sedangkan parit terdapat di sisi timur, pada sisi
barat, selatan, dan utara merupakan tebing yang menghadap ke Laut Lingga sehingga
tidak memerlukan parit.
Ukuran (Luas) Situs Bangunan 16,4 m x 17 m (278,8 m²)
Lahan 21, 4 m x 22 m (470,80 m²)
Batas-Batas Situs Utara Kebun Kelapa
Selatan Kebun Kelapa
Timur Kebun Kelapa
Barat Laut Mepar
Fungsi Lama Benteng Pertahanan
Fungsi Sekarang Tidak difungsikan lagi
Pemilik Ulayat
Pengelola Disbud Kabupaten Lingga
Jupel Ada
Kondisi Kurang Terawat
Foto Bangunan
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
VI. Benteng Lekok
KOMPONEN DATA DATA
TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 19/BCB-TB/C/04/2010
Nama Cagar Budaya Benteng Lekuk
Alamat
Jalan Benteng Lekuk
Dusun/Kampung/Jorong Kampung hulu
Desa/Kelurahan/Nagari Mepar
Kecamatan Lingga
Kabupaten/Kota Lingga
Provinsi Kepulauan Riau
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab./Kota ± 7 km
Ibukota Prov. ± 130 km
Keletakan Geografis Elevasi ± 20 m dpl
Aksesibilitas Situs Aksesibilitas relatif sulit, dari ibukota Kabupaten Lingga menuju
Pelabuhan Buton (± 6 km) dilanjutkan dengan perahu kecil menuju Pulau
Mepar (± 5 - 10 menit). Dari Pelabuhan Mepar menuju benteng dapat
ditempuh dengan berjalan kaki (± 500 m).
Letak Astronomis S 00°15'30.8'' E 104°35'25.8''
Deskripsi Historis Benteng Lekok adalah salah satu Benteng di Pulau Mepar. Benteng
terletak di atas bukit dan petugas yang mengawasi benteng tersebut dari
keturunan Datuk Kaya yang cikal bakalnya dari keturunan Megat Merah.
Benteng ini berada di atas bukit Pulau Mepar, terbuat dari gundukan batu
bauksit dan menghadap ke utara, timur, dan selatan mengelilingi Laut
Lingga.
Deskripsi Arkeologis Benteng ini berada di atas bukit Pulau Mepar, terbuat dari gundukan batu
bauksit dan menghadap ke utara, timur, dan selatan mengelilingi Laut
Lingga. Benteng ini berbentuk segi empat berukuran 21,40 m x 17 m
dengan bastion14 di kempat sisinya yang membentuk segi tiga. Bagian
tengah benteng dibuat lebih cekung sedalam 1,5 m, di bagian terluar
cekungan tersebut dibuat seperti tanggul untuk berjalan selebar 1 m. Pada
sisi barat dan selatan benteng ini terdapat parit berukuran lebar 330 cm
dan tinggi 300 cm. Pada sisi barat terdapat 7 buah meriam
{insitu} dipindahkan dari perkampungan/depan kantor desa dan dekat
mesjid dengan posisi 3 buah menghadap utara dan 4 buah menghadap
selatan. sedangkan pada sisi timur dan utara tidak terdapat parit karena
merupakan tebing. Pintu masuk berada di sisi barat baya dengan lebar 3,3
m. Untuk mempermudah akses jalan masuk dari arah Kelurahan Mepar,
pada tahun 2010 dibuat jalan selebar 1 m yang terbuat dari coran semen
bagian sisi timur laut. Pada sisi barat benteng terdapat gazebo sebagai
tempat beristirahat para pengunjung yang terbuat dari kayu, gazebo ini
dibuat pada tahun 2008.
Ukuran (Luas) Situs Bangunan 21,40 m x 17 m (363,8 m²)
Lahan 31,40 m x 50 m
Batas-Batas Situs Utara Selat Mepar/pelabuhan Tanjung Buton
Selatan Laut Mepar
Timur Laut Mepar
Barat Desa Mepar
Fungsi awal dan fungsi sekarang Benteng dan sekarang Objek Wisata
Pemilik Ahli waris Rumah Dt. Laksamana (Ir. M. Azwar)
Pengelola Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga
Foto
Foto Bangunan
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
VII. Benteng Tanjung
KOMPONEN DATA DATA TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 22/BCB-TB/C/04/2010
Nama Cagar Budaya Benteng Tanjung
Alamat
Jalan Jl. Makam putih
Dusun/Kampung/Jorong Kampung Tanjung
Desa/Kelurahan/Nagari Mepar
Kecamatan Lingga
Kabupaten/Kota Lingga
Provinsi Kepulauan Riau
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab./Kota ± 7 km
Ibukota Prov. ± 130 km
Keletakan Geografis Elevasi ± 21 m dpl
Aksesibilitas Situs Aksesibilitas relatif sulit, dari ibukota Kabupaten Lingga menuju
Pelabuhan Buton (± 6 km) dilanjutkan dengan perahu kecil menuju Pulau
Mepar (± 5 - 10 menit). Dari Pelabuhan Mepar menuju benteng dapat
ditempuh dengan kendaraan roda 2 atau
berjalan kaki (± 800 m) melalui hutan dengan jalan setapak .
Letak Astronomis S 00° 15’ 37,3” E 104° 35’ 14,1”
Deskripsi Historis Benteng Tanjung ini merupakan salah satu Benteng di Pulau Mepar yang
merupakan benteng pertahanan. Benteng terletak di atas bukit dan petugas
yang mengawasi benteng tersebut dari keturunan Datuk Kaya yang cikal
bakalnya dari keturunan Megat Merah.
Deskripsi Arkeologis Benteng ini lebih dikenal dengan nama benteng hulu segi tiga, terletak
tidak jauh dari Makam Tumenggung Jamaluddin sekitar 300 m ke arah
barat, sementara dari Benteng segi empat Pulau Mepar sekitar 800 km.
Benteng berbentuk segi tiga yang terbuat dari batuan bauksit yang
mengarah ke Laut Lingga mempunyai arah hadap ke selatan, timur, dan
utara. Bagian tengah benteng membentuk cekungan setinggi 136 cm
dengan di bagian terluar cekungan tersebut dibuat seperti tanggul untuk
berjalan selebar 230 cm. Pintu masuk berada di sisi barat laut dengan
ukuran lebar 370 cm. benteng ini tidak dilengkapi dengan parit keliling
dan bastion, sedangkan tinggi benteng ini 400 cm.
Ukuran (Luas) Situs Bangunan 20 m x 19,3 m (386 m²)
Lahan 25 m x 24,3 m (607,5 m²)
Batas-Batas Situs Utara Perkebunan masyarakat
Selatan Laut Mepar
Timur Perkebunan masyarakat
Barat Laut Mepar
Fungsi awal dan fungsi sekarang Benteng pertahanan dan sekarang sebagai objek wisata
Pemilik Ulayat
Pengelola Dinas kebudayaan Kabupaten Lingga
Foto
Foto Bangunan
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
VIII. Komplek Makam Temenggung Djamaluddin
KOMPONEN DATA DATA TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 18/BCB-TB/C/04/2010
Nama Cagar Budaya Komplek Makam Temenggung Djamaluddin
Alamat
Jalan Montel
Dusun/Kampung/Jorong Tengah RT. 07 RW. 02
Desa/Kelurahan/Nagari Mepar
Kecamatan Lingga
Kabupaten/Kota Lingga
Provinsi Kepulauan Riau
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab./Kota ± 7 km
Ibukota Prov. ± 135 km
Keletakan Geografis 11 m dpl
Aksesibilitas Situs Aksesibilitas relatif mudah, dari ibukota Kabupaten Lingga menuju
Pelabuhan Buton (± 6 km) dilanjutkan dengan perahu kecil menuju
Pulau Mepar (± 5 - 10 menit). Dari Pelabuhan Mepar menuju
kompleks makam dapat ditempuh dengan kendaraan
roda 2 atau berjalan kaki (± 400 m).
Letak Astronomis S 00°15'20.5'' E 104°35'18.6''
Deskripsi Historis Temenggung merupakan salah satu jabatan di bawah Datuk Bendahara
dalam struktur pemerintahan Kesultanan Riau-Lingga-Johor-Pahang.
Temenggung bertugas membantu Yang Dipertuan Muda dalam
melaksanakan Pemerintahan. Temenggung Djamaluddin merupakan
satu-satunya pemegang jabatan Temenggung yang bertugas di wilayah
Lingga.
Deskripsi Arkeologis Komplek makam terdiri dari 43 buah makam, dengan bentuk nisan
pipih dan gada dengan bahan sebagian besar terbuat dari batu andesit
dan sebagian kecil terbuat kayu. Bentuk nisan gada berjumlah 22
buah, sedangkan nisan pipih berjumlah 20 Buah, dan nisan terbuat
dari kayu sebanyak 1 buah. Komplek makam ini berada di daerah
perbukitan yang sekelilingnya diberi pagar dari bata berplester semen
membentuk segi empat. Pintu masuk terdapat di sisi utara, untuk
masuk ke area pemakaman terdapat anak tangga yang terbuat dari bata
berplester semen yang berjumlah 15 buah. Komplek makam ini
merupakan makam Temenggung Djamaluddin beserta kerabat dan
keturunannya. Makam Temenggung Djamaluddin berada tepat di
depan pintu masuk di sisi timur. Makam ini berjirat dari kayu
berbentuk persegi panjang berukuran 280 cm x 165 cm, nisannya
terbuat dari batu berbentuk gada segi delapan yang dibagian atasnya
berbentuk seperti stupa17. Nisan kepala berukuran 89 cm x 22 cm dan
nisan kaki berukuran 83 cm x 26 cm. Nisan makam Temenggung
Djamaluddin polos tanpa motif hias. Selain makam Temenggung
Djamaluddin, di kompleks makam ini juga terdapat makam Datuk
Montel yang merupakan saudara TemenggungDjamaluddin.
Makam Datuk Montel berada tepat di sisi barat makam Temenggung
Djamaluddin. Makam ini tidak berjirat dengan nisan berbentuk gada,
bentuk nisan ini sama dengan nisan Temenggung Djamaluddin.
Ukuran nisan kepala 79 cm x 23 cm, sedangkan nisan kaki berukuran
76 cm x 24 cm. Tiga buah makam penting lainnya adalah makam
Datuk Kaya Muhammad Seman, Datuk Kaya Inu, dan Encik Jebah
Istri S. Abdullah. Ketiga tokoh tersebut merupakan saudara kakak
beradik dengan Temenggung Djamaluddin dan Datuk Montel. Tiga
buah makam tersebut berjirat dari batu berbentuk persegi panjang.
Nisan makam datuk Kaya Inu dan Datuk Kaya Muhammad Seman
terbuat dari batu berbentuk gada segi delapan dengan bagian atasnya
berbentuk seperti stupa. Sedangkan makam Encik Jebahberbentuk
pipih..
1. Makam Datuk Kaya Muhamad seman
1 2
3 2. Makam Temenggung Jamluddin
3. Makam Datuk Kaya Inu 5 4 4. Makam Datuk Kaya Montel
5. Makam Encik Jebah Istri S.
Abdullah
Ukuran (Luas) Situs Bangunan Makam Temenggung Jamaludin
280 cm x 165 cm
Lahan 38,7 m x 16 m (619,2 m²)
Batas-Batas Situs Utara Jalan dan rumah penduduk
Selatan Komplek makam masyarakat
Timur Komplek makam masyarakat
Barat Komplek makam masyarakat
Fungsi awal dan fungsi sekarang Pemakaman dan sekarang pemakaman serta objek wisata
Pemilik Datuk Kaya M.Azwar
Pengelola Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga
Foto
Foto Objek
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
IX. Benteng Bukit Cening
KOMPONEN DATA DATA TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 08/BCB-TB/C/04/2007
Nama Cagar Budaya Benteng Bukit Cening
Alamat
Jalan Bukit Cening
Dusun/Kampung/Jorong Seranggung
Desa/Kelurahan/Nagari Daik
Kecamatan Lingga
Kabupaten/Kota Lingga
Provinsi Kepulauan Riau
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab./Kota ± 2,5 km
Ibukota Prov. ± 100 mil
Keletakan Geografis 37 mdpl
Aksesibilitas Situs Situs bisa di akses dengan Kendaraan bermotor, dan jalan kaki
Letak Astronomis S 00° 14’ 12,5” E 104° 36’ 48.7”
Deskripsi Historis Benteng Bukit Cening merupakan tempat pertahanan masa Kerajaan
Melayu Riau-Lingga-Johor-Pahang yang pusat Kerajaan berada di Daik
Lingga. Dibenteng ini terdapat 19 buah meriam diantaranya ada yang
bertanda Meriam Tupai Berdadu. Yang sekarang ditempatkan secara
berderet di atas tanggul sisi selatan, dengan bagian ujung mengarah ke
selatan ke arah Selat Kelombok. Meriam-meriam tersebut ukurannya
bervariasi,panjang antara 2,15 s.d 2,80 m
Deskripsi Arkeologis Situs Benteng Bukit Cening berada lebih kurang 2,5 km di sebelah
selatan Masjid Sultan Lingga, tepatnya di Kampung Seranggo, Kelurahan
Daik. Lingkungannya berupa tanah perladangan dengan jenis tanaman
keras dan rumput-rumputan. Secara fisik bentuk Benteng Bukit Cening
ini adalah tanggul tanah berbentuk empat persegi melingkar. Lebar
tanggul berukuran 4 meter dengan ketinggian 1 s.d 1,5 meter dari
permukaan tanah. Oleh karena berbentuk secara melingkar pada bagian
tengah terdapat lahan yang membentuk halaman. Di luar tanggul tanah
ini pada sisi barat dan timur terdapat parit yang sudah mulau tertutup rata
dengan permukaan tanah sekarang.
Sebelah selatan benteng pertahanan ini sudah merupakan laut, yaitu Selat
Kelombok. Selain tanggul tanah, pada benteng pertahanan ini juga masih
terdapat 19 buah meriam yang sekarang ditempatkan secara berderet di
atas tanggul sisi selatan, dengan bagian ujung mengarah ke selatan ke
arah Selat Kelombok. Meriam-meriam tersebut ukurannya bervariasi,
panjang antara 2,15 s.d 2,80 m.
Ukuran (Luas) Situs Bangunan 40 x 39 m (1560 m²)
Lahan 40 x 39 m (1560 m²)
Batas-Batas Situs Utara Hutan
Selatan Hutan/selat Kelombok
Timur Hutan
Barat Hutan
Fungsi awal dan fungsi sekarang Benteng pertahanan dan sekarang Pajangan
Pemilik Pemkab Lingga
Pengelola Dinas Kebudayaan Kab.Lingga dan BPCB Sumatera Barat
Foto
Foto Bangunan
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
X. Benteng Kuala Daik
KOMPONEN DATA DATA TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 09/BCB-TB/C/04/2007
Nama Cagar Budaya Benteng Kuala Daik
Alamat
Jalan -
Dusun/Kampung/Jorong Melukap
Desa/Kelurahan/Nagari Daik
Kecamatan Lingga
Kabupaten/Kota Lingga
Provinsi Kepulauan Riau
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab./Kota ± 2 km
Ibukota Prov. ± 100 mil
Keletakan Geografis Elevasi 2 – 7 m dpl
Aksesibilitas Situs Untuk mencapai situs ini satu-satunya jalan yang sekarang dapat ditempuh
adalah dengan menggunakan perahu dari dermaga
pasar Daik ke arah muara, lebih kurang 30 menit.
Letak Astronomis S 00°13’46.3’’ E 104°37’47.8’’
Deskripsi Historis Benteng Kuala Daik merupakan benteng pertahanan yang dibangun pada
masa sultan Mahmmud Riayat Syah (1787-1812). Sultan Mahmmud
adalah Sultan Riau-Lingga-Johor-Pahang yang juga merupakan pahlawan
nasional Strategi Perang Griliya Laut.
Deskripsi Arkeologis Benteng Kuala Daik ini berupa struktur batu karang yang disusun
berbentuk tanggul empat persegi pada sisi timur yang terbuat dari
susunan batu karang, berukuran rata-rata (bentuk benteng tidak
simetris)10,50 x 13,50 meter. Tinggi rata-rata (permukaan tanah
sekeliling tanggul tidak rata) 75 cm dan lebar tanggul 70 cm di sisi utara,
timur, barat dan 120 cm di sisi selatan. Pada dinding sisi barat, terdapat
celah, yang mungkin berfungsi sebagai pintu masuk dengan ukuran lebar
1,4 m. Di depan pintu masuk atau di sebelah barat strukutr benteng
terdapat juga susunan batu andesit yang sudah mulai rata, tetapi masih
lebih tinggi dari permukaan tanah sekelingnya dengan ukuran panjang
struktur rata-rata (benteng struktur tidak simetris) 22 m dan lebar 14 m.
Pada permukaan struktar ini banyak ditemukan pecahan gerabah, yang
kemungkinan berasal dari genting tanah.
Pada dinding sisi selatan yang langsung bersentuhan dengan air laut
terdapat dua buah meriam yang sebagian masih terpendam di dalam
tanah dan dinding, mengarah ke selatan ke arah laut. Dua buah meriam
ini berukuran sama, yaitu panjang 3,00 meter, diameter bagian ujung 40
cm dan diameter bagian pangkal 50 cm. Sedangkan pada dinding timur
terdapat 2 meriam yang lebih kecil dan sebagian terpendam tanah.
Kondisi ke empat meriam sudah mengalami pengkaratan dan pelapukan
karena diterpa oleh percikan ombak air. Bahkan pada musim angin
selatan, menurut informasi setempat meriam dan dinding benteng ini
sering terendam oleh air laut. Selain itu, dinding benteng dan halaman
dalam sudah tertutup ditumbuhi oleh semak.
Ukuran (Luas) Situs Bangunan 22 m x 14 m
Lahan 22 m x 14 m
Batas-Batas Situs Utara Sungai Daik
Selatan Laut
Timur Laut
Barat Hutan
Fungsi awal dan fungsi sekarang Benteng Pertahanan dan sekarang Dead Monumen
Pemilik Pemda Kab. Lingga
Pengelola Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga
Foto
Foto Bangunan
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
XI. Komplek Makam Bukit Cengkeh
KOMPONEN DATA DATA
TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 07/BCB-TB/C/04/2007
Nama Cagar Budaya Komplek Makam Bukit Cengkeh
Alamat
Jalan Sultan Abdurrahman
Dusun/Kampung/Jorong Tanda Hulu
Desa/Kelurahan/Nagari Daik
Kecamatan Lingga
Kabupaten/Kota Lingga
Provinsi Kepulauan Riau
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab./Kota ± 2,4 Km
Ibukota Prov. ± 132 Km
Keletakan Geografis 21 Mdpl
Aksesibilitas Situs Kendaraan Bermotor, Jalan Kaki
Letak Astronomis S00°13'12.8'' E104°36'14.6''
Deskripsi Historis Komplek makam Bukit Cengkeh merupakan komplek makam Sultan-sultan
masa Riau-Lingga, yaitu Sultan Abdurrahman Syah (1812-1832), Sultan
Muhammad Syah (1832- 1841) dan Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah II
(1857-1883).
Deskripsi Arkeologis Komplek Makam Bukit Cengkeh berada sekitar 60 meter di sebelah
tenggara situs Makam Merah. Luas komplek makam ini 36 x 33 meter
yang dipagar dengan tembok bata lepa keliling setinggi 1,40 meter dan
tebal 50 cm. Pintu masuk ke komplek makam ini berada di sebelah barat
berupa pintu gerbang dari besi jeruji setinggi 2,40 meter dan lebar 1,22
meter. Di dalam komplek makam ini terdapat 26 buah makam dari
keluarga Sultan yang pernah berkuasa di Daik.
Makam Sultan Muhammad berada di tengah-tengah komplek dan di
dalam cungkup perlindungan. Bangunan cungkup ini segi delapan
dengan diameter 5,70 meter. Dindingnya berupa dinding bata berlepa,
tinggi 3,20 meter. Pintu masuk berada di sisi barat, berukuran tinggi 2,45
meter dan lebar 1,60 meter. Pada setiap sisinya terdapat jendela yang
ditutup dengan kisi-kisi fentilasi krawangan. Tiga buah kisi-kisi penutup
jendela yang sudah tidak asli lagi, yaitu di sisi barat, baratlaut, dan utara.
Atap bangunan cungkup ini berupa genteng yang masih asli. Ruangan
dalam tempat keberadaan makam ditebari dengan koral. Nisan makam
Sultan Muhammad dipasang secara berpasangan, berbentuk gada, dari
bahan batu andesit. Ukuran nisan adalah 1 meter dari permukaan tanah.
Makam Sultan Aburrahman berada di sebelah utara bangunan cungkup
yang nisannya berbentuk gada berpasangan terbuat dari batu andesit.
Tinggi nisan 1,25 meter dari permukaan tanah. Di sebelah timur makam
ini terdapat sebuah makam dengan nisan pipih yang masih satu petak
dengan makam Sultan Aburrahman. Berdasarkan bentuk nisannya yang
pipih agaknya tokoh yang dimakamkan ini adalah perempuan.
Namun tidak diketahui dengan pasti tokoh yang dimakamkan di sini.
Di sebelah timur banguan cungkup terdapat makam Sultan Suleiman
yang juga berjejer dengan sebuah makam dengan nisan pipih. Makam
Sultan Suleiman ini nisannya juga berbentuk gada dari bahan batu
andesit. Bentuk makamnya seperti halnya makam Sultan Aburrahman,
tidak berjirat dan hanya diberi petak pembatas dengan kerakal yang
dilepa dengan semen. Secara keseluruhan makam yang ada di kompleks
Makam Bukit Cengkeh ini sebanyak 28 buah makam. Makam-makam
yang ada tanpa jirat dan nisannya langsung ditanam di tanah. Bentuk
nisan ada dua buah, yaitu bentuk gada dan pipih, dengan ukuran tinggi
bervariasi antara 20 s.d 122 cm. Makam dengan nisan yang berbentuk
gada sebanyak 16 buah makam, sedangkanyang berbentuk pipih
sebanyak 12 makam.
Ukuran (Luas) Situs Bangunan 34,2 m x 34,2m (1169,64 m²)
Lahan 36 m x 33 m (1188 m²)
Batas-Batas Situs Utara Kebun penduduk
Selatan Kebun penduduk
Timur Jalan
Barat Kebun penduduk
Fungsi awal dan fungsi sekarang Pemakaman dan sekarang Pemakaman
Pemilik Pemkab Lingga
Pengelola Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga
Foto
Foto Bangunan
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
XII. Makam Megat Kuning
KOMPONEN DATA DATA
TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 17/BCB-TB/C/04/2010
Nama Cagar Budaya Makam Megat Kuning
Alamat
Jalan Sultan Mahmud Muzaffarsyah
Dusun/Kampung/Jorong Kampung Mading
Desa/Kelurahan/Nagari Daik
Kecamatan Lingga
Kabupaten/Kota Lingga
Provinsi Kepulauan Riau
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab./Kota ± 5 km
Ibukota Prov. ± 133 km
Keletakan Geografis Dataran rendah 10 m dpl
Aksesibilitas Situs Terletak di area hutan lindung di Kecamatan Lingga, sekitar 1,5 km
kearah barat dari jalan Sultan Mahmud Muzaffarsyah, melalui jalan tanah
selebar 2 m. Dari jalan raya Sultan Mahmud Muzzafarsyah dapat
ditempuh dengan berjalan kaki ± 30 menit.
Letak Astronomis S0° 11’ 41,9” dan T 104° 35’ 48,6”
Deskripsi Historis Megat Kuning adalah anak megat mata merah yang berasal dari
pangkalan kandis Jambi. Asal usul Megat Kuning merupakan keluarga
Datuk Kaya Mepar-Lingga, dengan Sembilan keturunan sebagai berikut:
1. Megat Mata Merah. 2. Megat Raden Kuning (Megat Kuning). 3.Datuk
Kaya Inu,. 4.Datuk Kaya Djamaluddin. 5. Datuk Kaya Montel. 6. Datuk
Kaya Awang. 7. Datuk Kaya Mohamad Seman. 8. Datuk Kaya Abdul
Kahar dan 9. Datuk Kaya Mohamad. Awal mulanya berasal dari Kandis
(pangkalan Lama) Jambi, dari Jambi pindah ke Limbung-Lingga, pindah
lagi menetap di Tembok Jelatong (Lingga) kermudian ke Sungai Lingga
(lingga). Datuk Kaya (orang kaya) dari Jambi merantau ke Lingga dan
tiba di Linau, membuka pemukiman Kasa Buntu. Armada diserang gamat
(semacam hewan dasar laut), kemudian pindah ke daerah tembuk,
diserang oleh pikat (lalat besar) dan sampai ke daerah lingga. Sebelum
masa sultan Mahmud, dia menaklukkan suku laut.
Deskripsi Arkeologis Bentang lahan situs berbentuk empat persegi panjang berukuran 14 m x
12,5 m yang merupakan lahan yang sudah dibersihkan dari pepohonan
dan semak belukar. Makam Megat Kuning tidak berjirat. Nisan dari batu
andesit ditutup kain kuning. Di permukaan makam ditaburi kerekel
bouxit dan sekelilingnya dengan batu-batu bauksit. Di sekitar makam
tumbuh pohon mentangon, tiup-tiup, dan semak. Sudah dilengkapi
dengan selter 3 buah bercat warna kuning. Ada guci di bagian kaki
makam. Bangunan makam berupa tanah datar dan dibiarkan terbuka
(tanpa cungkup) dengan jirat dari tatanan batu kali dengan panjang 4,88
m dan lebar 2 m. Nisan makam berupa dua (2) buah batu kali yang
ditanam arah utara–selatan. Diluar jirat
makam terdapat tiga (3) buah bangunan dari semen, terbuka dan beratap
seng melingkar mengelilingi makam membentuk huruf U. Bangunan ini
merupakan tempat untuk berziarah.Di lokasi makam 3 bangunan peneduh
(selter) pada sisi makam (sisi timur, selatan dan utara) dengan posisi
membentuk huruf U dengan selter saling terpisah satu sama lainnya. Atap
selter terbuat dari seng, dinding terbuka dan tiang-tiang selter terbuat dari
kayu sebanyaak 12 buah dengan ukuran 8x8 cm, tinggi tiang rata-rata
227 cm. Pondasi tiang terbuat dari beton masing-masing selter 4 buah
sebagai sandi/umpak tiang selter ukuran 62 x 62 cm dan tinggi pondasi
43,5 cm. Jumlah sandi/umpak seluruhnya 12 buah. Paada ujung tiang-
tiang selter diberi atap berbentuk kerucut. Warna dominan pada
bangunan selterkuning.
Nisan terbuat dari batu tanpa pengerjaan. Tinggi nisan 20 cm lebar 13
cm. Jirat makam dibuat dari batu yang disusun berbentuk persegi panjang
ukuran 488 cm x 200 cm. Pada jirat sisi barat terdapat gentong
(tempayan) dengan ukuran bibir tempayan 23 cm, diameter 32 cm, tinggi
tempayan 42 cm. Jarak antar nisan depan dan belakang 310 cm. Lokasi
situs dikelilingi oleh parit empat persegi panjang ukuran 12, 80 m x 14,
40 m. Disesuaikan dengan diskresi diatas.
Ukuran (Luas) Situs Bangunan Jirat Makam : Pj 4,88m, lbr 2m
Tempat ziarah 1(sebelah utara): Pj0,81m,
Lbr2,63m
Tempat Ziarah 2(sebelah Timur): Pj0,81m,
Lbr2,63m
Tempat Ziarah 3(sebelah selatan): Pj 0,81m,
Lbr 2,63m
Lahan 14 m x 12,50 m (175 m²)
Batas-Batas Situs Utara Hutan Lindung
Selatan Hutan Lindung
Timur Hutan Lindung
Barat Hutan Lindung
Fungsi awal dan fungsi sekarang Pemakaman dan sekarang pemakaman
Pemilik Pemkab. Lingga
Pengelola Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga
Foto
Foto Bangunan
Foto Lingkungan
Foto lama
Denah Keletakan
XIII. Komplek Makam Nisan Tipe Aceh
KOMPONEN DATA DATA
TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 12/BCB-TB/C/04/2010
Nama Cagar Budaya Kompleks Makam Nisan Tipe Aceh
Alamat
Jalan Jl. Sultan Mahmud Muzzafarsyah
Dusun/Kampung/Jorong Kampung Pahang
Desa/Kelurahan/Nagari Daik RT. 02 RW. 01
Kecamatan Lingga
Kabupaten/Kota Lingga
Provinsi Kepulauan Riau
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab./Kota ± 600 m
Ibukota Prov. ± 80 mil
Keletakan Geografis Elevasi ± 19 m dpl
Aksesibilitas Situs Dari ibukota kabupaten aksesibilitas relatif mudah. Untuk menuju situs
dapat ditempuh dengan kendaraan roda 2 dan 4, dilanjutkan dengan
berjalan kaki ± 20 m.
Letak Astronomis S00°12'24.2'' E104°36'33.4''
Deskripsi Historis Sejarah tokoh yang dimakamkan dan tahun kapan makam ini dibuat tidak
diketahui, namun melihat bentuk nisan-nisan tipe Aceh yang kaya
ornamen motif hias dan berukuran besar pastinya merupakan tokoh yang
sangat penting.
Deskripsi Arkeologis Pada kompleks makam ini terdapat 25 buah makam, yang terbagi
menjadi 4 buah teras yang membentuk teras linier. Antar teras dibatasi
tembok keliling dari coran batu kerikil dengan kapur. Tidak semua
makam berjirat, hanya ada 6 buah, 3 buah di teras pertama, sebuah di
teras kedua, sebuah di teras ke tiga, sebuah di luar teras. Semua jiratnya
berbentuk persegi panjang terbuat dari bata berspesi dan berlpester kapur,
jirat ini hanya di bagian luarnya. Ukuran jirat-jirat tersebut antara
panjang mulai dari 115 cm sampai 230 cm dan lebarnya antara 45 cm
sampai 168 cm. Nisan-nisan pada kompleks makam ini merupakan nisan
tipe Aceh terdiri dari bentuk gada, pipih, batu alam tanpa pengerjaan,
batu alam dengan pengerjaan sederhana. Nisan-nisan yang berbentuk
pipih dan gada memperlihatkan tipe aceh. Nisan pipih diperuntukkan
untuk wanita, nisan gada untuk laki-laki.
1. Makam pada teras I
Teras makam ini berada di sisi paling selatan, pada teras ini
terdapat makam berjumlah 5 buah, 4 buah berjirat dan sebuah
makam tanpa jirat. Dua buah makam yang berjirat dari bernisan gada
berbentuk segi delapan yang penuh ornament motif geometris,
bagian bawahnya berbentuknya segi empat yang tiap sudutnya
membentuk antefiks dan pada bagian atas nisan berbentuk bunga
padma. Ukuran nisan-nisan ini panjangnya antara 60,5 cm -72 cm,
dan lebarnya 24 cm – 28 cm
2. Makam pada teras II
Teras makam ini berada di sisi utara teras, pada makam teras II
ini dipagari dinding tembok setinggi 80 cm dan pintu masuk berada
di sisi timur. Pada teras II terdapat makam berjumlah 4 buah terdiri
dari nisan pipih, nisan gada, nisan silinder, nisan berbentuk segi tiga.
Makam dengan nisan pipih berjirat persegi panjang dengan ukuran
230 cm x 51 cm. Tanah pada makam ini lebih tinggi dari makam
lainnya. Ukuran nisan kepala 79 cm x 34 cm, nisan kaki 75 cm x 30,
5 cm. Nisan pipih ini sangat kaya akan ragam hias motif geometris
dengan teknik pengerjaan yang sangat halus. Sementara makan yang
bernisan gada sangat polos tanpa motif hias, bentuk gada ini mirip
dengan bentuk pion buah catur dengan teknik pengerjaan yanga
sangat halus. Ukuran nisan kepala 78 cm x 24 cm dan nisan kaki 76
cm x 21 cm. sementara 2 buah makam yang lain nisannya hanya
berbentuk silinder dan segi tiga dengan teknik pengerjaan yang
sangat masif.
3. Makam pada teras III
Makam Teras III berada di sisi timur dari makam teras II dan
agak menjorok ke sebelah utara – barat dari makam teras I. Pada
teras III terdapat 12 buah makam dengan bentuk gada dan pipih,
ukuran nisan pun bervariasi ; nisan kepala 21-73 cm – 9,5-27 cm dan
nisan kaki 21-70 cm – 9,5-26 cm. sebagain besar ukuran nisan pada
teras ke III ini sangat kecil. Semua nisan tanpa motif hias.
4. Makam teras IV
Makam ini terletak di sisi selatan makam teras II. Pada teras ini
hanya terdapat 2 buah makam tak berjirat dengan nisan berupa batu
silinder tanpa pengerjaan.
Ukuran (Luas) Situs Bangunan 19,38 x 16,5 m (319,77 m²)
Lahan 39,38 x 31,5 m (1240,47 m²)
Batas-Batas Situs Utara Hutan milik Said Ali
Selatan Sungai Daik
Timur Hutan milik Said Ali
Barat Hutan milik Said Ali
Fungsi awal dan fungsi sekarang Pemakaman dan sekarang Pemakaman
Pemilik Said Ali
Pengelola Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga
Foto
Foto Objek
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
XIV. Kubu Pertahanan Parit
KOMPONEN DATA DATA
TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 29/BCB-TB/C/04/2011
Nama Cagar Budaya Struktur Kubu Pertahanan Parit
Alamat
Jalan -
Dusun/Kampung/Jorong Melukap
Desa/Kelurahan/Nagari Daik
Kecamatan Lingga
Kabupaten/Kota Lingga
Provinsi Kepulauan Riau
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab./Kota 2 km
Ibukota Prov. 100 mil
Keletakan Geografis 2 mdpl
Aksesibilitas Situs Hanya dapat ditempuh dengan perahu menyusuri Sungai Daik menuju
laut, dengan waktu tempuh 10 – 15 menit dari dermaga Kampung
Melukap.
Letak Astronomis S 00° 13’34.0” E 104° 37’46.6”
Deskripsi Historis Struktur ini pada awalnya merupakan tempat temuan beberapa meriam
yang berserakan di tanah. Pada tahun 2000, seluruh meriam dikumpulkan
di satu tempat yang agak tinggi dari sekelilingnya dan kemudian pada
tahun 2010 ditata dan diberi kedudukan dari beton. Jumlah meriam yang
ada di situs ini 16 buah dan dahulunya merupakan persenjataan perang
yang terkait dengan Benteng Kuala Daik.
Deskripsi Arkeologis Struktur Kubu Pertahanan Parit berada di tepi Sungai Daik, berjarak
sekitar 40 m dari tepian sungai. Ke-16 meriam saat ini diletakkan di atas
pondasi beton, yang keseluruhan meriam menghadap ke arah selatan.
Lokasi meriam ini berada di tanah yang relatif tinggi dari areal
sekelilingnya dengan panjang gundukan 68 - 70 m dan lebar antara 3, 5
m – 5 m. Dari ke-16 meriam, ada beberapa meriam yang masih
menyisakan datadata arkeologis berupa inskripsi, yang berupa angka
tahun dan simbol VOC. Deskripsi dan penamaan ke-16 meriam dimulai
dari meriam sisi timur (M1) dan seterusnya ke arah barat sampai M16;
1. Meriam 1 : panjang 235 cm
2. Meriam 2 : panjang 238 cm
3. Meriam 3 : panjang 234 cm
4. Meriam 4 : panjang 234 cm
5. Meriam 5 : panjang 231 cm , ada inskripsi huruf
seperti huruf F pada salah satu
pegangan sisi kanan
6. Meriam 6 : panjang 223 cm
7. Meriam 7 : panjang 232 cm ada inskripsi angka
tahun 1786 pada pegangan sisi kiri dan
angka tahun tapi sudah kabur
8. Meriam 8 : panjang 254 cm
9. Meriam 9 : panjang 255 cm
10. Meriam 10 : panjang 236 cm ada simbol VOC pada
sisi atas dekat sumbu
11. Meriam 11 : panjang 234 cm
12. Meriam 12 : panjang 232 cm ada inskripsi angka
tahun 1786, tapi sudah mulai kabur
13. Meriam 13 : panjang 240 cm
14. Meriam 14 : panjang 203 cm
15. Meriam 15 : panjang 167 cm
16. Meriam 16 : panjang 250 cm
Ukuran (Luas) Situs Bangunan -
Lahan 100 x 50 m (5000 m²)
Batas-Batas Situs Utara Sungai Daik dan Hutan Bakau
Selatan Hutan Bakau
Timur Laut
Barat Hutan
Fungsi awal dan fungsi sekarang Peralatan perang dan sekarang pelestarian dan objek wisata
Pemilik Pemerintah Kabupaten Lingga
Pengelola Dinas kebudayaan Kab.Lingga
Foto
Foto Bangunan
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
XV. Tapak Masjid Sultan Abdurrahman Muazzam Syah
KOMPONEN DATA DATA
TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 10/BCB-TB/C/04/2007
Nama Cagar Budaya Struktur Masjid Sultan Abdurrahman Muazzam Syah
Alamat :
Jalan Istana Robat
Kampung Pahang RT. 01 RW. 01
Kelurahan Daik
Kecamatan Lingga
Kabupaten Lingga
Provinsi Kepulauan Riau
Orbitrasi Situs (km) :
Ibukota Kab. ± 1 km
Ibukota Prov. ± 100 mil
Keletakan Geografis Elevasi ± 17 m dpl
Aksesibilitas Situs Dari ibukota kabupaten aksesibilitas relatif mudah. Untuk menuju situs
dapat ditempuh dengan kendaraan roda 2 dan 4.
Letak Astronomis S 00°12’37.3’’ E 104°36’42.5’’
Deskripsi Historis Merupakan Masjid kedua yang dibangun oleh Sultan Abdurrahman
Muadzam Syah III pada tahun 1884 M. Tukang yang membangun
masjid ini adalah orang-orang Tionghoa dari Singapura. Masjid ini
hanya dipergunakan selama 6 tahun.
Deskripsi Arkeologis Masjid ini sekarang hanya tinggal sisa-sisa dinding tembok sisi selatan
dan utara. Dinding tembok di sisi utara ukuran tebalnya 113 cm dan
tingginya 4 m. Dinding tembok terdiri dari 3 buah jendela terlihat dari
sisa-sisa tembok yang tertinggal dengan lubang bekas jendela berbentuk
persegi panjang. Jendela di sisi timur berukuran 203 cm x 395 cm,
jendela di bagian tengah berukuran 346 cm x 197 cm, dan jendela di sisi
barat berukuran 307 cm x 200 cm. Dinding sisi selatan ukuran tebalnya
91 cm, pada dinding sisi selatan terdapat 5 buah jendela namun yang
tersisa hanya pada bagian bawahnya, sedangkan bagian atasnya sudah
tidak ada lagi sehingga yang terukur hanya lebar bagian bawah jendela.
Jendela pertama berada pada bagian sisi paling barat berukuran 265 cm,
jendela kedua berukuran 195 cm, jendela ketiga berukuran 223 cm,
jendela keempat berukuran 232 cm, dan jendela kelima berada pada sisi
paling timur berukuran 180 cm. Dinding tembok masjid ini terbuat dari
bata berspsesi kapur dengan ukuran bata panjang 24 cm, tebal 7 cm,
lebar 11,6 cm. Keunikan terlihat pada jenis bata yang dipergunakan
sebagai bahan utama dindingnya sangat bervariasi ada yang tebal dan
tipis. Keunikan lainnya terlihat dari jenis bahan bata dan cara
pembakaran dan bahan campurannya karena batanya terlihat lebih
mengkilat dan terlihat seperti ada glasirnya. Warna bata pun sangat
bervariasi mulai dari merah bata sampai merah maroon.
Pintu masuk masjid ini berada di sisi timur dengan ukuran lebarnya 275
cm, pintu masuk ini hanya tersisa runtuhan batanya. Mihrab masjid
berada di sisi barat, mihrab ini pun sudah tertutup reruntuhan bata,
sehingga tidak dapat diketahui ukuran besarnya mihrab.
Ukuran (Luas) Situs Bangunan 20,30 x 24 m (487,2m²)
Lahan 50,30 x 44 m (2213,2 m²)
Batas-Batas Situs Utara Jalan raya
Selatan Kebun karet
Timur Tanah kosong milik Alm. Ismail
Barat Tanah milik Bapak Yusuf
Fungsi Lama dan Sekarang Tempat Ibadah dan sekarang Tidak difungsikan lagi
Pemilik Pemerintah Kab. Lingga
Pengelola Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga
Foto
Foto Bangunan
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
XVI. Komplek Makam Sultan Mahmud Riayat Syah
KOMPONEN DATA PENDATAAN
Nama Lama Komplek Makam Sultan Mahmud Riayat Syah
Nama Baru Komplek Makam Sultan Mahmud Riayat Syah
Kriteria Cagar Budaya Struktur
Jenis Bahan Kayu (Nisan)
Latar Budaya Islam
Alamat :
Jalan Masjid Jami’ Sultan Lingga
Kampung Tembaga
Kelurahan Daik
Kecamatan Lingga
Kabupaten Lingga
Orbitrasi Struktur(km):
Ibukota Kab. 1,3 km
Ibukota Prov. 123 km
Keletakan Geografis 5 mdpl
Keletakan Astonomis S 00˚ 12’ 45,4’’ E 104˚ 36’ 52,5’’
Aksesibilitas situs Mudah karena berada di sisi jalan raya utama, sehingga bisa
menggunakan roda dua atau roda empat.
Deskripsi Historis Komplek Makam Sultan Mahmud Riayat Syah berada disebelah Barat
Masjid Jami’ Sultan Lingga. Sultan Mahmud Riayat Syah adalah
Pahlawan Nasional yang berasal dari Kabupaten Lingga Kepulauan Riau
yang memerintah tahun 1761-1812. Nisan Sultan tersebut dari kayu
bulian yang masih utuh sampai sekarang. Kawasan komplek Makam
Sultan Mahmud Riayat Syah ini juga terdapat makam Permaisuri Encik
Mariam dan makam-makam kerabat Kerajaan.
Deskripsi Arkeologis Makam Sultan Mahmud Riayat Syah terdiri dari jirat dan nisan. Jirat
Makam Sultan Mahmud Riayat Syah terbuat dari batu lempeng dengan
bahan granit, saat ini jirat tersebut diberi pewarna dengan warna kuning.
Tidak ada hiasan melekat pada jirat Makam Sultan Mahmud Riayat Syah.
Di dalam jirat tersebut, tepatnya pada permukaan makam Sultan Mahmud
Riayat Syah ditutupi oleh pasir.
Jirat dari Makam Sultan Mahmud Riayat Syah memang tidak memiliki
keistimewaan sebagaimana kebanyakan dari makam-makam seorang
sultan atau raja yang biasanya memiliki motif hias yang raya sebagai
penanda akan kebesaran seorang raja.
Nisan dari makam ini berbentuk silinder, berbahan dasar kayu bulian.Dan
berdasarkan analisisnya pula bahwa tipe nisan seperti ini adalah tipe
nisan yang berkembang atau banyak digunakan pada kisaran abad ke-18
M.
Bagian kepala dari nisan Makam Sultan Mahmud Riayat Syah memiliki
bentuk seperti buah jambu, di bawah bagian kepala nisan terdapat bagian
bahu yang memiliki profil dengan bentuk setengah lingkaran. Bagian
tubuh dari nisan tidak memiliki ukiran, memanjang dari atas yang
berbatasan dengan bahu hingga ke bawah yang berbatasan dengan bagian
kaki, bentuknya adalah silinder yang polos. Pada bagian badan agak ke
bawah (sebut saja pinggang) terdapat bagian profil setengah lingkaran
yang mengeliling. Bagian kaki nisan memiliki ukuran diameter lebih
besar dari bagian tubuh, namun memiliki ukuran diameter yang sama
dengan bagian bahu nisan.
Ukuran (luas)situs Bangunan 24 m²
Lahan 1361,66 m²
Batas-batas Situs Utara Kantor Pos Daik
Selatan SMP N 1 Lingga
Timur Masjid Jami’ Sultan Lingga
Barat Kebun Masyarakat milik Ismail
Fungsi Lama Pemakaman
Fungsi Sekarang Makam
Pemilik Pemda Kab. Lingga
Pengelola Dinas Kebudayaan Kab. Lingga, BPCB, Dinsos dan Pengurus Masjid
Jupel Ada
Kondisi Terawat
Foto Bangunan
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
XVII. Benteng Tanjung Cengkeh
KOMPONEN DATA PENDATAAN
Nama Lama Benteng Tanjung Cengkeh
Nama Baru Benteng Tanjung Cengkeh
Kriteria Cagar Budaya Struktur
Jenis Bahan Batu kali
Latar Budaya Kolonial
Alamat :
Jalan Pasir Panjang
Dusun Mala
Desa Mepar
Kecamatan Lingga
Kabupaten Lingga
Orbitrasi (km) :
Ibukota Kab. ± 12,6 km
Ibukota Prov. ± 174,6 km
Keletakan Geografis Bukit
Keletakan Astonomis 0° 15’ 55,3” LS dan 104° 32’ 14,9” BT
Aksesibilitas Dapat ditempuh menggunakan kendaraan bermotor (Mobil, Motor)
Deskripsi Historis Benteng Tanjung Cengkeh jalan Pasir Panjang Dusun Mala Desa Mepar
Kecamatan Lingga Kabupaten Lingga ini dibangun semasa Sultan
Mahmud Riayat Syah, atau sezaman dengan benteng kuala daik. Benteng
ini berfungsi sebagai benteng pengintaian di Pulau Lingga.
Deskripsi Arkeologis Benteng terbuat dari susunan batu-batu gundul dan pecahan yang
disandarkan pada bagian lereng tanah pada bukit tanjung cengkeh.
Panjang keliling susunan batu tersebut mencapai 200 meter, dengan
denah empat persegi panjang. Tinggi susunan batu 123 cm dengan
ketebalan 100 cm.
Di bagian dalam benteng, terdapat batu-batu andesit berukuran cukup
besar, yang dapat dipakai untuk berlindung orang yang sedang
melakukan pengintaian. Di luar susunan batu benteng terdapat shelter
yang dibangun sebagai pelengkap keberadaan benteng karena
diproyeksikan sebagai salah satu ODTW di kabupaten lingga.
Ukuran (luas) Bangunan 50 x 50 m
Lahan 100 x 100 m
Batas-batas Utara Kebun masyarakat (Khairil Anwar)
Selatan Lereng, laut
Timur Lereng, laut
Barat Lereng, kebun
Fungsi Lama Benteng pertahanan
Fungsi Sekarang Objek Wisata Sejarah
Pemilik Pemkab Lingga
Pengelola Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga
Jupel Tidak Ada
Kondisi Terawat
Foto Bangunan
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
XVIII. Parit Kuno
KOMPONEN DATA DATA TEKNIS
Nama Lama Parit Kuno
Nama Baru Parit Kuno
Alamat
Jalan Jalan Raja Muhammad Yusuf
Dusun/Kampung/Jorong -
Desa/Kelurahan/Nagari Daik
Kecamatan Lingga
Kabupaten/Kota Lingga
Provinsi Kepulauan Riau
Orbitrasi Struktur (km)
Ibukota Kab./Kota ± 1 km
Ibukota Prov. ± 120 mil
Keletakan Geografis
Aksesibilitas Struktur Jalan Kaki
Letak Astronomis -
Deskripsi Historis Secara administatif Struktur Parit Kuno berada di Keluharan Daik,
Kecamatan Lingga, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau. Area parit
kuno ini berada tidak jauh dari lokasi Struktur di Kawasan Pusaka Kota
Lama Daik yaitu: Struktur “Tapak” Istana Damnah, Struktur “Tapak” Istana
Bilik 44, Struktur “Tapak” Istana Kota Batu, Masjid Jami’, Struktur Istana
Robat dan lahan persawahan. Aksesibilitas Struktur tidak terlalu sulit. Untuk
mencapai Struktur ini dapatt ditempuh dengan jalan kaki melalui jalan
setapak.
Deskripsi Arkeologis Struktur Parit Kuno di Kota Lama Daik Lingga tidak dapat dilepaskan dari
konteks sejarah Kerajaan Riau-Lingga saat berkedudukan di Lingga.
Kronologi pembuatan parit kuno yang berada di Kota Lama Daik memang
belum dapat dipastikan. Namun, pembuatan parit dalam kompleks istana
dirasa sangat wajar dan memiliki fungsi yang sentral khususnya dalam
ketersedian air di lingkungan istana. Parit kuno yang hingga kini masih
dapat ditemukan berada dilingkungan beberapa area yang dahulu
diperuntukan untuk istana kerajaan yaitu meliputi Struktur “Tapak” Istana
Damnah, Struktur “Tapak” Istana Bilik 44, Struktur “Tapak” Istana Kota
Batu, Masjid Jami’, Struktur Istana Robat, lahan persawahan. Parit kuno
yang ditemukan hanya berupa parit alam, tanpa menggunakan bahan batu
bata seperti yang ditemukan di “Kota Lama Majapahit”. Sumber air yang
ditemukan pada parit bersumber dari air Sungai Tanda (Tande dalam
dialek Melayu). Dari data yang berhasil dikumpulkan hulu parit kuno di
Sungai Tande dan hilir Sungai Daik dengan luas 1.78 Ha. Parit kuno yang
berada di lingkungan bekas istana memiliki ukuran lebar 1.8 m s.d 2 m,
dengan kedalaman sekitar 1 m s.d 1.5 m. Nilai penting parit kuno ini
sangat berkaitan aktivitas istana dahulunya. Diduga parit kuno dahulunya
dimanfaatkan sebagai sarana untuk memastikan ketersedian sumber air
bagi keperluan sehari-hari sultan dan istana dahulunya, pengairan
pertanian, dan kepentingan istana lainnya. Selain itu, nilai penting Struktur
ini tidak bisa dilepaskan dari Struktur-Struktur lain di Daik Lingga yang
saling berhubungan dan dapat memberikan narasi sejarah yang lengkap,
jika masing-masing Struktur tersebut dilihat dari konteks tinggalan
Kerajaan Riau-Lingga. Oleh karena itu, Struktur “Tapak” Istana Kota
Batu secara khusus memiliki daya tarik dan nilai penting yang tinggi
khususnya dalam konteks pengelolaan air oleh sultan Kerajaan Riau-
Lingga pada masa lalu.
Ukuran (Luas) Struktur Panjang Parit 1.87 m
Lebar 1,8 m s/d 2 m
Kedalaman 1 m s/d 1,5 m
Batas-Batas Struktur Utara Kebun masyarakat
Selatan Kebun masyarakat
Timur Kebun masyarakat
Barat Kebun masyarakat
Fungsi awal dan fungsi sekarang Sarana irigasi / Tidak difungsikan
Pemilik Pemerintah Kabupaten Lingga
Pengelola Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga
Foto
Foto Struktur
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
XIX. Makam Encik Ismail
KOMPONEN DATA PENDATAAN
Nama Lama Makam Pembuat Kopi Sultan (Encik Ismail)
Nama Baru Makam Encik Ismail
Kriteria Cagar Budaya Struktur
Jenis Bahan Batu
Latar Budaya Islam
Alamat :
Jalan Raja Muhammad Yusuf
Kampung Damnah
Kelurahan Daik
Kecamatan Lingga
Kabupaten Lingga
Orbitrasi Situs (km) :
Ibukota Kab. 748 m
Ibukota Prov. 126 km
Keletakan Geografis 10 m dpl
Keletakan Astonomis 0°12'58.24"S 104°36'7.99"E
Aksesibilitas situs Situs yang terdapat di didekat kantor Dinas Kebudayaan ini dapat dicapai
dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Dari
kantor Dinas Kebudayaan situs ini berjarak sekitar 76 meter. Situs ini
terletak dibelakang kompleks Situs Makam Merah.
Deskripsi Historis Makam ini adalah makam Encik Ismail (Encik Kopi). Beliau adalah
pelayan istana Damnah (sebagai pembuat kopi sultan) pada masa
pemerintahan Sultan Abdurrahman Muazzam Syah (1885-1911)
Deskripsi Arkeologis Makam Encik Ismail tanpa jirat ini bernisan tipe lokal berbahan
batu granit tipe gada. Memiliki tinggi 24 cm dari permukaan tanah.
Nisan tersebut terbuat dari bahan batu granit. Lokasinya berada
disamping Makam Merah (Makam Raja Muhammad Yusuf ).
Ukuran (luas) situs Bangunan -
Lahan 29, 50 x 28 m (826 m²)
Batas-batas Situs Utara Jl. Raja Muhammad Yusuf
Selatan Kebun masyarakat Zita Ismail
Timur Kebun masyarakat Radiyono
Barat Perpustakaan Damnah
Fungsi Lama Pemakaman
Fungsi Sekarang Pemakaman
Pemilik Pemerintah Daerah Kabupaten Lingga
Pengelola Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga
Jupel Tidak Ada
Kondisi Tidak Terawat
Foto Bangunan
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
XX. Tapak Bangsal Sagu Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah II
KOMPONEN DATA PENDATAAN
Nama Lama Tapak Pabrik Sagu Sultan Sulaiman
Nama Baru Tapak Bangsal Sagu Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah II
Kriteria Cagar Budaya Struktur
Jenis Bahan Bata Bespesi
Latar Budaya Islam
Alamat :
Jalan Jl. Istana Robat
Kampung Robat
Kelurahan Daik
Kecamatan Lingga
Kabupaten Lingga
Orbitrasi Situs (km) :
Ibukota Kab. ± 300 m
Ibukota Prov. ± 100 mil
Keletakan Geografis ± 11 m dpl
Aksesibilitas Situs Dari ibukota kabupaten aksesibilitas relatif mudah. Untuk menuju
situs dapat ditempuh dengan kendaraan roda 2 dan 4.
Letak Astronomis S 00°12'33.6'' E 104°36'26.0''
Deskripsi Historis Pengeringan sagu ini sebagai salah satu alat pengolah sagu, dimana
sagu saat itu merupakan komoditi eksport kerajaan (Kesultanan).
Diperkirakan dibangun pada masa Sultan Sulaiman Badrul
Alamsyah (1857-1883 m). 1
Deskripsi Arkeologis Pengeringan sagu ini berbentuk balok persegi panjang berdiri ke
atas terbuat dari bata berspesi kapur dengan bagian luar telah
diplester, namun saat ini bangunannya telah rebah, bagian bawah
dan atasnya terdapat profil. Bangunan ini terbuat dari bata berspesi
kapur dan berukuran Tebal 1 m.
Ukuran (Luas) Situs Bangunan 3,12 x 6,4 m (19,968 m²)
Lahan 20 x 20 m (400 m²)
Batas-Batas Situs Utara Kebun durian Raja Nasir
Selatan Kebun milik Said Mul Samsul Arsir
Timur Kebun Raja Nasir
Barat Jalan raya
Fungsi Lama Tempat pengeringan sagu
Fungsi Sekarang Tidak ada
Pemilik Pemerintah Kab. Lingga
Pengelola Dinas Kebudayaan Kab. Lingga
Jupel Tidak ada
Kondisi Tidak difungsikan lagi
Foto Bangunan
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
XXI. Komplek Makam Keramat Intan Pulau Lima
KOMPONEN DATA PENDATAAN
Nama Lama Makam Keramat Intan Pulau Lima
Nama Baru Makam Keramat Intan Pulau Lima
Kriteria Cagar Budaya Makam
Jenis Bahan Batu
Latar Budaya Islam
Alamat :
Jalan -
Dusun Tanjungdua
Desa Tanjungdua
Kecamatan Selayar
Kabupaten Lingga
Orbitrasi (km) :
Ibukota Kab. 17 km (jika ditarik garis lurus dari peta)
Ibukota Prov. 125 km (jika ditarik garis lurus dari peta)
Keletakan Geografis 15 mdpl
Keletakan Astonomis 0°16'5.24"S 104°27'43.02"E
Aksesibilitas Ini dapat dicapai dengan menyebrang menggunakan kapal dari dermaga
penarik. Waktu yang diperlukan untuk mencapai ini dari dermaga Penarik
sekitar 30 menit.
Deskripsi Historis Menurut narasumber dari masyarakat tertua di kampung itu yaitu Bapak Ayub,
pada Zaman dahulu Pulau Lima itu terdapat sebuah masjid, tetapi sekarang
sudah tidak ditemukan lagi jejaknya. Masyarakat setempat menamakan pulau itu
dengan sebutan Mekah kecik karena pada zaman dahulunya banyak alim ulama
yang dimakam disana(zaman Kesultanan), dan pulau itu sendiri sekarang tidak
ada penghuni . menurut keterangan pak Ayub, yang dimakamkan di itu adalah
Muhammad Tahir, Pakih Abdul Halim, Tuan Uwok, Cik Intan, Ciek
Aisyah.(data identifikasi BP3 Batusangkar pada tanggal 19 s.d 23 Februari
2009 oleh Nedik Tri Nurcahyo, SS dan Yendri Suharni).
Deskripsi Arkeologis Kompleks pemakaman ini terdiri atas 2 area. Area pertama adalah kompleks
pemakaman yang berada dalam struktur dinding setinggi 110 cm dan berdenah
persegi panjang. Tembok ini berfungsi menjadi pembatas antara makam yang
berada di dalam struktur dinding dengan makam-makam yang berada di luar
dinding. Dinding di sisi barat sudah sudah tersisa. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh adanya pohon yang tumbuh di bagian sisi barat yang merusak
struktur dinding tersebut. Di dalam areal tembok terdapat sekitar 30 nisan.
Sebagian nisan merupakan nisan tipe aceh dengan bentuk kelopak bunga. Nisan
dengan bentuk kelopak bunga memiliki tinggi sekitar 50 cm. Pada nisan-nisan
tipe aceh terdapat 1 nisan yang memiliki jirat yang terbuat dari bata. Selain nisan
tipe aceh juga terdapat nisan yang terbuat dari batu alami dengan bentuk
lonjong. Selain itu, terdapat nisan yang terbuat dari batu putih yang berkilat
seperti intan (mungkin dari sinilah kemudian penamaan makam keramat pulau
intan). Ada dugaan kuat bahwa nisan ini merupakan makam seorang tokoh yang
memiliki peran penting.
Di luar areal tembok (di sisi utara tembok) terdapat beberapa nisan tipe aceh
dengan bentuk pipih. Bentuk pipih pada nisan menunjukkan bahwa makam
tersebut merupakan makam seorang perempuan.
Ukuran (luas) Bangunan 3,06 x 1,78 m (5,4468 m²)
Lahan 3,06 x 1,78 m (5,4468 m²)
Batas-batas Utara Hutan
Selatan Hutan
Timur Hutan
Barat Hutan
Fungsi Lama Makam
Fungsi Sekarang Makam
Pemilik Keluarga besar Yakop dan Haji Jali
Pengelola Keluarga besar Yakop dan Haji Jali
Jupel Tidak ada
Foto Bangunan
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
XXII. Perigi Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah II
KOMPONEN
DATA
PENDATAAN
Nama Lama Perigi SD N 001 LINGGA
Nama Baru Perigi Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah II
Kriteria Cagar
Budaya Struktur
Jenis Bahan Bata Berspesi
Latar Budaya Islam
Alamat :
Jalan Jalan Encek Kasim
Kampung Tembaga
Kelurahan Daik
Kecamatan Lingga
Kabupaten Lingga
Orbitrasi Situs (km) :
Ibukota Kab. ± 1 km
Ibukota Prov. ± 100 mil
Keletakan Geografis ± 15 mdpl
Keletakan
Astonomis S 00° 12’37.5” E 104° 36’37.001”
Aksesibilitas situs Sangat mudah dijangkau karena letaknya di tengah kota Daik
Deskripsi Historis Perigi Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah II terletak di samping SD N 001 Lingga,
Jalan Datuk Laksemane Keluarahan Daik Kecamatan Lingga dengan batas pagar
tembok keliling SD N 001 Lingga.
Deskripsi Arkeologis Perigi (sumur)berbentuk bulat diameter 240 cm, tinggi 70 cm, tebal 25 cm. pada
bagian atas perigi tertutup separuh lingkaran, dan pada bagian tengah terdapat tempat
untuk meletakkan pompa. Lantai perigi berukuran 209 cm x 357 cm tebal 40 cm.
Ukuran (luas)situs Bangunan 2,09 x 3,57 m (7,4613 m²)
Lahan 2,09 x 3,57 m (7,4613 m²)
Batas-batas Situs Utara Halaman depan SD N 001 Daik
Selatan Jalan Datok Lasemana
Timur Bangunan SD N 001 Daik
Barat Jalan Encek Kasim
Fungsi Lama Sumber mata Air
Fungsi Sekarang Sumber mata Air
Pemilik Pemkab Lingga
Pengelola Pihak Sekolah SD N 001 Lingga
Jupel Tidak ada
Kondisi Terawat
Foto Bangunan
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
C. BANGUNAN CAGAR BUDAYA
I. Bekas Kantor Kewedanaan
KOMPONEN
DATA PENDATAAN
Nama Lama Eks. Kantor Kewedanaan
Nama Baru Bekas Kantor Kewedanaan
Kriteria Cagar
Budaya Bangunan
Jenis Bahan Bata+semen
Latar Budaya Kolonial
Alamat :
Jalan Merdeka
Dusun Penuba
Desa Penuba
Kecamatan Lingga
Kabupaten Lingga
Orbitrasi (km) :
Ibukota Kab. ± 22 km (jika ditarik garis lurus dari peta)
Ibukota Prov. ± 130 km (jika ditarik garis lurus dari peta
Keletakan Geografis
Kantor Desa Penuba terletak ditengah pemukiman penduduk di
tepi jalan. Lokasi bangunan ini terletak di dekat pantai dengan
ketinggian sekitar 3 m dari permukaan air laut.
Keletakan Astonomis S 0°19'29.67" E 104°27'38.28"
Aksesibilitas
Untuk menuju ke lokasi perjalanan dapat ditempuh melalui
kapal/pompong dari pelabuhan Jago. Perjalanan ini dapat ditempuh
selama kurang lebih 15 menit. Sesampainya di dermaga Penuba,
perjalanan dapat ditempuh dengan berjalan kaki.jarak dari dermaga
penuba ke lokasi adalah sekitar 50 meter.
Deskripsi Historis
Bangunan ini dibangun pada tahun 1933 oleh Belanda yang
dipergunakan sebagai pusat pemerintahan di Penuba. Penuba
merupakan daerah yang sangat strategis untuk mengakomodir
segala bentuk permaslahan dalam rangka melakukan ekspansinya
di Lingga. Karena itu Belanda membuat pelabuhan sebagai sarana
transportasi untuk membawa hasil bumi keluar negeri /Eropa, dan
Penuba merupakan pelabuhan utama oleh Belanda dalam
melaksanakan ekspansinya dikawasan lingga.
Deskripsi Arkeologis
Secara arsitektural bangunan ini masih bergaya kolonial. Bagian-
bagian yang masih memperlihatkan corak kolonialnya dapat dilihat
melalui jendela yang tinggi dan lebar. Pada bagian tegel juga
masih menunjukkan keaslian dari masa kolonial. Bagian serambi
bangunan merupakan penambahan baru. Hal ini terlihat dari corak
arsitekturnya yang menunjukkan arsitektur melayu. Bangunan ini
berdenah persegi dengan arah hadap bangunan ke sisi timur.
Ukuran (luas) Bangunan 480 m² ( 15 m x 32 m )
Lahan 48 m x 17 m (816 m²)
Batas-batas Utara Rumah Penduduk
Selatan Mess Desa Penuba
Timur Laut
Barat Rumah Penduduk
Fungsi awal dan
fungsi sekarang
Fungsi awal dan fungsi sekarang dipergunakan sebagai pusat
pemerintahan Belanda di Penuba dan sekarang sebagai Kantor
Desa Penuba
Pemilik Pemerintah Daerah Kabupaten Lingga
Pengelola Aparatur Desa Penuba
Jupel Tidak ada
Kondisi Terawat
Foto Bangunan
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
II. Rumah Bekas Belanda
KOMPONEN
DATA PENDATAAN
Nama Lama Rumah Eks. Belanda
Nama Baru Rumah Bekas Belanda
Kriteria Cagar Budaya Bangunan
Jenis Bahan Kayu
Latar Budaya Kolonial
Alamat :
Jalan Merdeka
Dusun Penuba
Desa Penuba
Kecamatan Selayar
Kabupaten Lingga
Orbitrasi (km) :
Ibukota Kab. 22 km (jika ditarik garis lurus dari peta)
Ibukota Prov. 130 km (jika ditarik garis lurus dari peta)
Keletakan Geografis
Rumah Bekas Belanda ini terletak di depan Kantor Desa Penuba
tepatnya di tangga masuk kantor desa. ini terletak di dekat pantai
dengan ketinggian sekitar 3 m dari permukaan air laut.
Keletakan Astonomis 0°19'29.82"S 104°27'38.42"E
Aksesibilitas Untuk menuju ke lokasi Rumah Bekas Belanda perjalanan dapat
ditempuh melalui kapal/pompong dari pelabuhan Jago. Perjalanan
ini dapat ditempuh selama kurang lebih 15 menit. Sesampainya di
dermaga Penuba, perjalanan dapat ditempuh dengan berjalan kaki,
jarak dari dermaga penuba ke lokasi adalah sekitar 50 meter.
Rumah Bekas Belanda ini terletak di sisi selatan Kantor Desa
Penuba.
Deskripsi Historis Bangunan ini dibangun pada tahun 1933 oleh Belanda yang
dipergunakan rumah peristirahan pimpinan , tempat hiburan dan
menghisap candu. Penuba merupakan daerah yang sangat strategis
untuk mengakomodir segala bentuk permasalahan dalam rangka
melakukan ekspansinya di Lingga. Karena itu Belanda membuat
pelabuhan sebagai sarana transportasi untuk membawa hasil bumi
keluar negeri /Eropa, dan Penuba merupakan pelabuhan utama
oleh Belanda dalam melaksanakan ekspansinya dikawasan lingga.
Deskripsi Arkeologis Bangunan Rumah Bekas Belanda ini memiliki arsitektur antara
bangunan Kolonial dengan rumah panggung melayu. Ciri- ciri
Kolonial terlihat dari penggunaan jendela dan pintu serta atap
genteng. Arsitektur rumah melayu terlihat dari bagian dasar
bangunan yang berupa rumah panggung setinggi 70 cm dari
permukaan tanah. Genteng yang saat ini dipakai menunjukkan
bahwa genteng ini masih aslinya. Hal ini terlihat adanya inskripsi
yang menunjukkan genteng ini berasal dari Marseile Perancis.
Bangunan ini dilengkapi dengan anak tangga berjumlah 5 buah.
Rumah ini menggunakan tiang penyangga yang pondasi/sandinya
yang terbuat dari cor semen. Rumah ini berdenah persegi dengan
penambahan bangunan dari kayu yang berada di sisi belakang
rumah.
Ukuran (luas) Bangunan 7,20 m x 12 m
Lahan -
Batas-batas Utara Masjid
Selatan Perumahan Syah Bandar dan Kantor Desa
Timur Taman Desa
Barat Lahan tanah perkebunan dan Gudang mesin
Fungsi Lama Rumah Belanda
Fungsi Sekarang Mess
Pemilik Pemerintah Daerah Kabupaten Lingga
Pengelola Aparatur Desa Penuba
Jupel Tidak ada
Kondisi Terawat
Foto Bangunan
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
III. Penjara Penuba
KOMPONEN
DATA PENDATAAN
Nama Lama Rumah Jail
Nama Baru Penjara Penuba
Kriteria Cagar
Budaya Bangunan
Jenis Bahan Kayu, besi , beton
Latar Budaya Kolonial
Alamat :
Jalan Jalan Arbain
Dusun Tanjung Tunggal
Desa Penuba
Kecamatan Selayar
Kabupaten Lingga
Orbitrasi (km) :
Ibukota Kab. ± 22 km (jika ditarik garis lurus dari peta)
Ibukota Prov. ± 130 km (jika ditarik garis lurus dari peta)
Keletakan Geografis Jail ini terletak di sisi Selatan dari dermaga Penuba. ini memiliki
ketinggian sekitar 20 m dari permukaan air laut.
Keletakan Astonomis S 0°19'32.73" E 104°27'30.80"
Aksesibilitas Untuk menuju ke lokasi Jail perjalanan dapat ditempuh melalui
kapal/pompong dari pelabuhan Jagoh. Perjalanan ini dapat
ditempuh selama kurang lebih 15 menit. Jail ini berjarak sekitar
200 meter ke arah barat dari Kantor Desa Penuba. Perjalanan dapat
menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat .
Deskripsi Historis Bangunan Jail dibangun pada tahun 1933 bersamaan dengan
keberadaan pemerintahan Belanda di Penuba. Belanda dalam
menghadapi angkatan perang Kesultanan Lingga atau masyarakat
memposisikan tempat di Penuba, sebab penuba tempat yang
strategis sekali untuk menghadapi perlawanan apabila terjadi
serangan oleh pihak kesultanan lingga dan masyarakat ,sebab
pelabuhan Penuba merupakan pelabuhan utama oleh Belanda
dalam melaksanakan ekspansinya dikawasan lingga. Semasa
Belanda mempunyai markas di penuba tidak ada masyarakat
Penuba yang melakukan perlawanan , yang melakukan perlawanan
adalah masyarakat dari luar penuba seperti Tangjung Kelit,
Selayar dan Pulau Mepar. Bagi masyarakat yang melakukan
perlawanan dan tertangkap maka di kurung pada bangunan
dimaksud.
Deskripsi Arkeologis Penjara ini berada di komplek SMP 4 N Lingga. Bangunan yang
tersisa dari penjara bekas Belanda adalah bangunan berbentuk
persegi panjang yang dilengkapi dengan pintu berjeruji. Bangunan
ini terdiri dari 3 ruangan. Selain itu, di areal kompleks bekas
penjara ini juga terdapat sumur, pompa dan tempat penampungan
air. Sisa-sisa pondasi bangunan lama juga masih terlihat sehingga
mengindikasikan bahwa dulunya masih terdapat bangunan-
bangunan lain pendukung penjara. Di dalam sekolah SMPN 4
Lingga sendiri masih terdapat lonceng yang memiliki angka tahun
1939.Lonceng tersebut saat ini masih difungsikan oleh pihak
sekolah sebagai alat penanda waktu proses pembelajaran siswa.
Didekat areal bekas penjara juga masih terlihat beberapa rumah
yang bercirikan rumah kolonial. Bangunan penjara menghadap ke
arah barat
Ukuran (luas) Bangunan 5,45 x 9,40 (51,23 m²)
Lahan 22,70 x 7,45 (169,45 m²)
Batas-batas Utara Perumahan Guru
Selatan Bangunan Sekolah / Ruang Belajar
Timur Jalan Arbaini
Barat Bangunan Sekolah / Ruang Belajar
Fungsi Lama Rumah Tahanan
Fungsi Sekarang Rumah Tinggal
Pemilik Pemerintah Daerah Kabupaten Lingga
Pengelola SMP N 4 Lingga
Jupel Tidak ada
Foto Bangunan
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
IV. Masjid Jami’ Sultan Lingga
KOMPONEN DATA PENDATAAN
Nama Lama Masjid Sultan Lingga
Nama Baru Masjid Jami’ Sultan Lingga
Kriteria Cagar Budaya Bangunan
Jenis Bahan Bata Berspesi Kapur
Latar Budaya Islam
Alamat :
Jalan Masjid Sultan Lingga
Kampung Tembaga
Kelurahan Daik
Kecamatan Lingga
Kabupaten Lingga
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kabupaten 500 m (0,5 km) ( Ukur Ulang )
Ibukota Prov. 80 mil
Keletakan Geografis 5 m dpl
Aksesibilitas Situs Mudah karena berada di sisi jalan raya utama, sehingga bisa
menggunakan roda dua atau roda empat.
Letak Astronomis S 0˚ 12’ 45.6” dan E 104˚ 36’ 53.6”
Deskripsi Historis Masjid Sultan Lingga merupakan salah satu masjid tua yang ada di
Kelurahan Daik, Kecamatan Lingga, Kabupaten Lingga.
Keberadaannya menjadi pertanda sampainya syiar Islam ke daerah
ini. Masjid Sultan Lingga dibangun pada masa pemerintahan Sultan
Mahmud Riayat Syah ( Sultan Mahmud Syah III ) yang memerintah
Kerajaan Melayu Riau-Lingga tahun 1761-1812 M. Kemudian
Sultan Mahmud Syah III memindahkan pusat kerajaan dari Bintan
ke Lingga pada 24 Juli 1787.
Sumber lisan dari Lazuardy menyebutkan bahwa bangunan mesjid
ini mulai dibangun sekitar tahun 1212 H / 1798 M merujuk catatan
pada mimbar Masjid. Sumber lain, dalam Tuhfat Anafis
menyebutkan tidak beberapa lama Sultan Mahmud Syah III pindah
ke Lingga membangun Kota Parit, Masjid, Pasar dan Benteng-
benteng. Dimana bangunan asli Masjid ini seluruhnya terbuat dari
kayu.
Masjid Sultan Lingga difungsikan sebagai masjid raya (jami’) yang
digunakan untuk shalat lima waktu dan shalat jumat, serta shalat
hari raya. Pada mulanya masjid ini hanya mampu menampung lebih
kurang 40 orang. Masjid Sultan Riau Lingga diperbaharui
bersamaan dengan Masjid Sultan Riau di Penyengat yang menjadi
kedudukan Yang Dipertuan Muda Riau dan permaisuri keempat
Raja Hamidah ( Engku Putri). Masjid Jamik Sultan Lingga ini pun
diganti dengan bangunan beton yang dibangun tanpa tiang sebagai
penyangga dan dapat memuat lebih kurang 400 orang jemaah.
Selain sebagai tempat shalat jamaah, Masjid Sultan Lingga juga
merupakan tempat digalakkannya kegiatan agama seperti baca tulis
Al-Quran, baca tulis bahasa Arab Melayu, dan peringatan Hari
Besar Islam . Hal ini dapat dilihat diantara kumpulan kitab-kitab
lama yang saat ini tersimpan di Museum Linggam Cahaya.
Deskripsi Arkeologis Denah ruangan utama berbentuk persegi panjang berukuran 12,40 x
10,45 meter ( ukur ulang ). Lantai pada ruangan utama maupun
serambi berupa lantai tegel batu pualam putih yang masih asli rata-
rata berukuran 0,45 m x 0,45 m. Dindingnya berupa susunan bata
berplaster. Plafonnya terbuat dari papan kayu.
Terdapat 8 buah jendela, 3 buah disisi selatan , 3 buah disisi utara,
dan 2 buah disisi barat. Jendela-jendela tersebut berukuran 1,17 m x
1,35 m dengan daun jendela kaca berbingkai kayu.
Bagian mihrab berukuran 4,18 m x 3,80 m dengan atap berbentuk
kubah dari beton. Pada dinding utara, selatan, dan barat bagian
mihrab ini terdapat lubang cahaya berbentuk oval yang ditutup
dengan kaca, berukuran tinggi 1,20 m dan garis tengah 0,90 m.
Mimbar yang terdapat di bagian mihrab merupakan mimbar yang
masih asli terbuat dari kayu, berukuran 2,25 m x 1,80 m. Mimbar ini
dipahat secara krawangan dengan hiasan yang cukup raya bermotif
suluran dan bunga-bungaan.
Sisi timur ruangan utama terdapat 3 buah pintu dengan pintu utama
di bagian tengah. Pintu utama berukuran 2,62 m x 1,67 m, daun
pintu dipahat dengan motif sulur-suluran dan bunga-bungaan yang
diberi warna hijau, biru, merah, dan kuning emas (saat ini berwarna
hijau). Dua pintu lagi di sebelah kanan dan kiri ruang utama
berukuran 2,25 m x 1,50 m dengan daun pintu yang saat ini juga
telah dicat warna hijau.
Serambi depan berukuran 11,90 m x 8,45 m. Pagar serambi di sisi
utara, timur dan selatan berupa pagar jeruji besi berukir krawangan
setinggi 1 meter. Pada bagian ini juga terdapat tiang penyangga di
bagian samping dan depan sebanyak 6 buah. Terdapat 3 buat pintu
masuk pada sisi timur, utara, dan selatan.
Bagian serambi juga terdapat dinding skrem yang sekarang
diletakkan di bagian serambi. Dinding skrem ini berukuran 2,77 m x
1,74 m dipahat membentuk krawangan dengan motif sulur-suluran
dan bunga-bungaan yang berwarna merah, coklat, dan kuning
emas. Pada bagian atas skrem terdapat motif seperti mahkota dan
juga terdapat pahatan kaligrafi di bawahnya.
Di sebelah selatan serambi terdapat bangunan bekas kolam wudhu
yang sekarang sudah tidak lagi terpakai. Kolam bak wudhu ini
berukuran 5,70 x 3,40 m dengan kedalaman 1,20 m.
Ukuran (Luas) Situs Bangunan 26,26 x 11,48 m (301,4648 m²) ( ukur ulang )
Lahan 56, 26 x 21,48 m (1208,4648 m²)
Batas-Batas Situs Utara Komplek Makam Sultan Mahmud Riayat Syah,
Pemakaman Umum, dan Rumah Masyarakat
Selatan Rumah Masyarakat
Barat Komplek Makam Sultan Mahmud Riayat Syah
Timur Jalan raya masjid sultan
Fungsi Lama Tempat Ibadah
Fungsi Sekarang Tempat Ibadah
Pemilik Pemda dan Masyarakat
Pengelola Pemda, Disbud Lingga dan Masyarakat
Jupel Ada
Kondisi Terawat
Foto Bangunan
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
V. Bekas Penjara Peninggalan Belanda
KOMPONEN DATA DATA
TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 38/BCB-TB/C/04/2011
Nama Cagar Budaya Bangunan Cagar Budaya Bekas Penjara Peninggalan Belanda
Alamat
Jalan Jl. Istana Robat RT. 01 RW. 01
Dusun/Kampung/Jorong Kampung Putus
Desa/Kelurahan/Nagari Daik
Kecamatan Lingga
Kabupaten/Kota Lingga
Provinsi Kepulauan Riau
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab./Kota ± 1,4 km
Ibukota Prov. ± 130 km
Keletakan Geografis Elevasi ± 7 m dpl
Aksesibilitas Situs Dari ibukota kabupaten aksesibilitas relatif mudah karena berada di
pinggir jalan raya, dapat dicapai dengan kendaraan roda 2 dan 4.
Letak Astronomis S00°12'42.9'' E104°36'54.2''
Deskripsi Historis Bangunan Cagar Budaya Bekas Penjara Peninggalan Belanda sebagai
bukti penjara pertama yang dibangun di Daik pada tahun 1936. Penjara
ini dibangun atas perintah residen Belanda di Tanjungpinang melalui
Asisten Residen di Tanjung Buton kepada Controller Belanda yang ada di
Penuba.
Deskripsi Arkeologis Bangunan ini adalah bangunan penjara, dengan bentuk denah persegi
panjang. Bangunan ini merupakan hasil pemugaran Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kabupaten Lingga pada tahun 2009. Bangunan penjara ini
terdiri dari 4 buah ruangan, tiga ruang sel berjajar menghadap ke arah
barat daya sedangkan sebuah ruangan lagi menghadap ke arah barat laut.
Masing-masing ruangan diberi dua buah lapis pintu, pintu pertama
terbuat dari papan kayu, dan pintu kedua terbuat dari jeruji besi. Pada
pintu kayu di bagian tengahnya terdapat lubang persegi empat. Masing-
masing ruangan berukuran 135 cm x 345 cm. Di bagian atas dinding dari
masing-masing ruangan terdapat sebuah ventilasi berbentuk persegi
panjang yang diberi jeruji besi. Atap bangunan berbentuk limas yang
terbuat dari asbes. Dinding bangunan terbuat dari bata berspesi semen.
Pada bagian depan teras bangunan terdapat dua buah tiang yang terbuat
dari besi berbentuk silinder.
Ukuran (Luas) Situs Bangunan 6,8 x 3,76 m (25,568 m²)
Lahan 21,76 x 8,8 m (191,488 m²)
Batas-Batas Situs Utara Kebun Alm. Encek Muhammad Rasid
Selatan Jl. Istana Robat
Timur Rumah alm Hasan Basri
Barat Rumah kosong (bekas kantor lurah)
Fungsi awal dan fungsi sekarang penjara dan sekarang tidak difungsikan lagi
Pemilik Pemerintah Kab. Lingga
Pengelola Dinas Kebudayaan Kab.Lingga
Foto
Foto Bangunan
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
VI. Wisma Timah Singkep
KOMPONEN DATA PENDATAAN
Nama Lama Wisma Timah
Nama Baru Wisma Timah Singkep
Kriteria Cagar Budaya Bangunan
Jenis Bahan Bata + semen
Latar Budaya Kolonial
Alamat :
Jalan Jalan Merdeka
Kampung Bukit Timah
Kelurahan Dabo Lama
Kecamatan Singkep
Kabupaten Lingga
Orbitrasi (km) :
Ibukota Kab. 31 km (jika ditarik garis lurus dari peta)
Ibukota Prov. 138 km (jika ditarik garis lurus dari peta)
Keletakan Geografis 13 mdpl
Keletakan Astonomis 0°29'37.59"S 104°33'48.08"E
Aksesibilitas Lokasi ini mudah untuk dicapai karena tepat berada di tepi Jalan
Merdeka di depan Lapangan Merdeka.
Deskripsi Historis Wisma Timah terletak di Jalan Merdeka Kelurahan Dabo Lama
Kecamatan Singkep. Bangunan ini dibangun sekitar 1950 an. Bangunan
ini selesai pembangunannya pada tahun 1938 pada zaman penjajahan
Belanda saat Tambang Timah di buka di Dabo Singkep. Pada masanya
bangunan dipergunakan sebagai tempat tinggal pimpinan Belanda di
Dabo Singkep dan sebagai tempat hiburan bagi para karyawan dan
pimpinan tambah timah.
Deskripsi Arkeologis Bangunan ini bercirikan arsitektur bangunan kolonial. Ciri yang utama
terletak pada penggunaan atap berbentuk limas dan jendela serta pintu
yang lebar dan tinggi. Secara arsitektural bangunan ini tidak banyak
mengalami perubahan, lantai yang terbuat dari tegel juga masih asli
jaman kolonial. Bagian dalam yang sudah mengalami perubahan adalah
adanya penggunaan asbes. Bangunan rumah ini berdenah letter L dengan
arah hadap bangunan ke arah selatan.
Ukuran (luas) Bangunan 28,74 x 14,97 m (430,2378 m²)
Lahan 33,74 x 19,97 m (673,78 m²)
Batas-batas Utara Ladang, Rumah Penduduk
Selatan Lapangan Merdeka, Jalan Merdeka
Timur Wisma timah, lapangan tenis
Barat Bekas Kolam Renang
Fungsi Lama Penginapan
Fungsi Sekarang Penginapan
Pemilik Pemerintah Daerah Kabupaten Lingga
Pengelola Pemerintah Daerah Kabupaten Lingga
Jupel Tidak ada
Kondisi Terawat
Foto Bangunan
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
VII. Gedung Nasional
KOMPONEN DATA PENDATAAN
Nama Lama Gedung Nasional
Nama Baru Gedung Nasional
Kriteria Cagar Budaya Bangunan
Jenis Bahan Bata + semen
Latar Budaya Kolonial
Alamat :
Jalan Jalan Pahlawan
Kampung Lapangan Bakti
Kelurahan Dabo
Kecamatan Singkep
Kabupaten Lingga
Orbitrasi (km) :
Ibukota Kab. 31 km (jika ditarik garis lurus dari peta)
Ibukota Prov. 138 km (jika ditarik garis lurus dari peta)
Keletakan Geografis 15 mdpl
Keletakan Astonomis 0°29'21.96"S 104°33'58.75"E
Aksesibilitas ini berada di pinggir jalan Pahlawan dan berjarak sekitar 10 meter dari makam
pahlawan. ini dapat dicapai melalui kendaraan roda dua maupun roda empat.
Deskripsi Historis Bangunan ini dibangun sekitar 1950 an. Bangunan ini menjadi tempat
pertemuan bagi masyarakat di Dabo Singkep. Selain itu Gedung Nasional juga
digunakan sebagai tempat acara kesenian.
Deskripsi Arkeologis Bangunan ini dibangun sekitar 1950 an. Dari hasil pengamatan, bangunan ini
telah mengalami beberapa renovasi. Menurut informasi, bangunan ini dulunya
merupakan bangunan semi permanen. Bangunan ini berdenah persegi dengan
penggunaan bangunan seperti serambi pada sisi depan dan samping kanan
kiri.Banyaknya jendela dan pintu masuk mengindikasikan bangunan ini
mengadopsi bangunan kolonial (tahun 1950an merupakan era peralihan). Bagian
dalam bangunan terdiri dari atas 3 ruang. Pembatas ruang-ruang tersebut adalah
adanya penggunaan tiang-tiang. Pada bagian ujung ruang (inti) terdapat lantai
yang ditinggikan (panggung) sekitar 50 lengkap dengan anak tangga. Bangunan
Gedung Nasional ini memiliki halaman yang cukup luas. Di samping bangunan
inti juga terdapat beberapa bangunan rumah yang dibangun baru. Areal Gedung
Nasional diberi pagar keliling.
Ukuran (luas) Bangunan 21,20 x 21,40 m (453,68 m²)
Lahan 42,24 x 27,10 m (1144,704 m²)
Batas-batas Utara Rumah Penduduk, Makam Pahlawan
Selatan Rumah Penduduk
Timur Rumah Penduduk
Barat Jalan Pahlawan
Fungsi Lama Gedung Pertemuan
Fungsi Sekarang Gedung Pertemuan
Pemilik Pemerintah Daerah Kabupaten Lingga
Pengelola Pemerintah Daerah Kabupaten Lingga
Jupel Tidak ada
Kondisi Terawat
Foto Bangunan
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
VIII. Sekolah Melayu
KOMPONEN DATA PENDATAAN
Nama Lama SDN 01 Lingga
Nama Baru Sekolah Melayu
Kriteria Cagar Budaya Bangunan
Jenis Bahan Kayu
Latar Budaya Kolonial
Alamat :
Jalan Jalan Dt. Laksamana
Kampung Daik
Kelurahan Kelurahan Daik
Kecamatan Lingga
Kabupaten/Kota Lingga
Orbitrasi Situs (km) :
Ibukota Kab. 1 km
Ibukota Prov. 100 mil
Keletakan Geografis ±15 m dpl
Keletakan Astonomis S 00° 12’37.5” E 104° 36’37.001”
Aksesibilitas situs SD 01 Daik terletak di tengah kota Daik, tepatnya disamping Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Aset yang berada di kompleks lapangan Hang Tuah
Daik. Bentang lahan situs berupa tanah datar berumput dengan batas pagar
tembok keliling
Deskripsi Historis SD 01 Daik, merupakan sekolah pertama di Daik-Lingga. Dibangun pada tahun
1875, dibangun pada masa pemerintahan Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah II
(1857-1883)
Deskripsi Arkeologis Bangunan terbuat dari kayu. Pintu berjumlah 12 buah, di bagian depan 6 buah
belakang 6 buah. Ruang memakai fentilasi terbuka. Lantai dari papan dengan
ditopang tiang pondasi,untuk masuk ke ruang kelas mempergunakan tangga
dengan jenjang 3 buah. Jumlah tangga 12 buah depan belakang. Jumlah tiang
beton 46 buah. Bangunan membentuk huruf L . di lingkungan sekolah terdapat
bangunan lainnya antara lain: bangunan gudang ukuran 620 cmx 218 cm.
bangunan perpustakaan ukuran panjang 915 cm x 660 cm. dan juga bangunan
Unit Kesehatan Siswa (UKS).
Ukuran (luas)situs Bangunan 35,20 m x 16,87 m (593.824 m²)
Lahan 4.743,04 m²
Batas-batas Situs Utara Pemukiman Penduduk
Selatan Jalan Dt. Laksamana
Timur Pemukiman Penduduk
Barat Jalan Encik Kasim
Fungsi Lama Sekolah
Fungsi Sekarang Sekolah
Pemilik Pemkab Lingga
Pengelola Disdik Lingga
Jupel Tidak ada
Kondisi Terawat
Foto Bangunan
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
D. BENDA CAGAR BUDAYA
I. Meriam Pecah Piring
KOMPONEN DATA PENDATAAN
Nama Lama Meriam Pecah Piring dan Padam Pelita
Nama Baru Meriam Pecah Piring
Kriteria Cagar Budaya Benda
Jenis Bahan Logam
Latar Budaya Kolonial
Alamat :
Jalan Jalan Encik Kasim
Kampung Daik
Kelurahan Daik
Kecamatan Lingga
Kabupaten Lingga
Orbitrasi Situs (km) :
Ibukota Kab. 1,01 km
Ibukota Prov. 100 km
Keletakan Geografis 5 m
Keletakan Astonomis S 00° 12’35.3” E 104° 36’58.6”
Aksesibilitas situs Situs sangat mudah dijangkau karena letaknya berada di tengah kota Daik
Deskripsi Historis Meriam Pecah Piring Dan Padam Pelita terletak di depan Kantor Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lingga Jalan Encik Kasim
Kelurahan Daik Kabupaten Lingga. Meriam pecah piring dan padam
pelita, menurut informasi dari masyarakat adalah meriam berpasangan
perempuan dan laki-laki, yang membedakan pada meriam Laila
(perempuan) ada cincin/gelang pada bagian tengah meriam, disamping
ukuran meriam juga berbeda. Kedua meriam juga dinamakan padam
pelita dan pecah piring, jika meriam dinyalakan dahulunya dilingkungan
tempat meriam ini lampu akan padam dan piring akan pecah, dikarenakan
kuatnya getaran dan bunyi meriam yang sangat kuat.
Deskripsi Arkeologis Meriam Laila
Meriam terbuat dari tembaga, pada bagian tengah terdapat bentuk
menyerupai cincin timbul dari bagian meriam. Panjang meriam 310 cm,
diameter bagian depan 30 cm, bagian belakang 37 cm, tebal 10 cm,
pangkal panjang 10 cm, diameter pangkal 10 cm. bentuk menyerupai
cincin ukuran 21 cm x 16 cm, lebar gelang cincin 5 cm. pada meriam
tersebut juga terdapat pegangan dengan ukuran panjang 25 cm dan tinggi
pengangan 10 cm. Meriam ditempatkan di halaman kantor dekranasda
Kab. Lingga, diberi roda besi diameter 80 cm dengan kedudukan
permanent dari pondasi bata. Tangkai meriam tempat kedudukan ukuran
11 cm, diameter 10 cm.
Ukuran (luas)situs Bangunan 2.5 m x 2 m (5 m²) p: 3,25 sumbu 0,40m
Lahan 12.50 m x 2,5 m (31.25 m²)
Batas-batas Situs Utara Perumahan pendudduk
Selatan Kantor Satpol PP
Timur Encik Kasim dan Lapangan Hang Tuah
Barat Berbatasan dengan Kantor Badan Penanggulangan
Bencana
Fungsi Lama Senjata
Fungsi Sekarang Tidak difungsikan lagi (pajangan)
Pemilik Pemda
Pengelola Disbud Kab. Lingga
Jupel Tidak ada
Kondisi Terawat
Foto Bangunan
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
II. Meriam Padam Pelita
KOMPONEN DATA PENDATAAN
Nama Lama Meriam Pecah Piring dan Padam Pelita
Nama Baru Meriam Padam Pelita
Kriteria Cagar Budaya Benda
Jenis Bahan Logam
Latar Budaya Kolonial
Alamat :
Jalan Jalan Encik Kasim
Kampung Daik
Kelurahan Daik
Kecamatan Lingga
Kabupaten Lingga
Orbitrasi Situs (km) :
Ibukota Kab. 1,01 km
Ibukota Prov. 100 km
Keletakan Geografis 5 m
Keletakan Astonomis S 00° 12’35.3” E 104° 36’58.6”
Aksesibilitas situs Situs sangat mudah dijangkau karena letaknya berada di tengah kota Daik
Deskripsi Historis Meriam Pecah Piring Dan Padam Pelita terletak di depan Kantor Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lingga Jalan Encik Kasim
Kelurahan Daik Kabupaten Lingga. Meriam pecah piring dan padam
pelita, menurut informasi dari masyarakat adalah meriam berpasangan
perempuan dan laki-laki, yang membedakan pada meriam Laila
(perempuan) ada cincin/gelang pada bagian tengah meriam, disamping
ukuran meriam juga berbeda. Kedua meriam juga dinamakan padam
pelita dan pecah piring, jika meriam dinyalakan dahulunya dilingkungan
tempat meriam ini lampu akan padam dan piring akan pecah, dikarenakan
kuatnya getaran dan bunyi meriam yang sangat kuat.
Deskripsi Arkeologis Meriam Maj’nun
Meriam terbuat dari tembaga, panjang meriam 262 cm, diameter bagian
moncong depan 23 cm, diameter bagian belakang 35 cm. panjang pangkal
11 cm, diameter 10 cm. pada meriam maj’num juga terdapat pegangan
dengan kuran panjang 21 cm, tinggi 8 cm. meriam ditempatkan pada
kedudukan dengan roda besi dan pondasi bata.
Ukuran (luas)situs Bangunan 2.5 m x 2 m (5 m²) p: 3,25 sumbu 0,40m
Lahan 12.50 m x 2,5 m (31.25 m²)
Batas-batas Situs Utara Perumahan pendudduk
Selatan Kantor Satpol PP
Timur Encik Kasim dan Lapangan Hang Tuah
Barat Berbatasan dengan Kantor Badan Penanggulangan
Bencana
Fungsi Lama Senjata
Fungsi Sekarang Tidak difungsikan lagi (pajangan)
Pemilik Pemda
Pengelola Disbud Kab. Lingga
Jupel Tidak ada
Kondisi Terawat
Foto Bangunan
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
III. Meriam Penuba
KOMPONEN
DATA
PENDATAAN
Nama Lama Meriam Penuba
Nama Baru Meriam Penuba
Kriteria Cagar
Budaya
Benda
Jenis Bahan Besi
Latar Budaya Kolonial
Alamat :
Jalan Merdeka
Dusun Penuba
Desa Penuba
Kecamatan Lingga
Kabupaten Lingga
Orbitrasi (km) :
Ibukota Kab. 22 km (jika ditarik garis lurus dari peta)
Ibukota Prov. 130 km (jika ditarik garis lurus dari peta)
Keletakan Geografis Meriam Kantor Desa Penuba terletak di halaman Kantor Desa
Penuba Lokasi bangunan ini terletak di dekat pantai dengan
ketinggian sekitar 3 m dari permukaan air laut.
Keletakan Astonomis 0°19'29.82"S 104°27'38.42"E
Aksesibilitas Untuk menuju ke lokasi meriam perjalanan dapat ditempuh melalui
kapal/pompong dari pelabuhan Jago. Perjalanan ini dapat ditempuh
selama kurang lebih 15 menit. Sesampainya di dermaga Penuba,
perjalanan dapat ditempuh dengan berjalan kaki.jarak dari dermaga
penuba ke lokasi adalah sekitar 50 meter. Meriam ini diletakkan
tepat di halaman Kantor Desa Penuba.
Deskripsi Historis Meriam Penuba merupakan bukti peninggalan pada masa
kesultanan Riau-Lingga. Meriam yang terletak di halaman kantor
Kepala Desa Penuba ini memiliki arah hadap ke timur. Meriam ini
diberi landasan berbentuk elips yang terbuat dari bahan semen.
Meriam tersebut dipindahkan dari Tanjung Komeng pada masa
Penghulu (Pak Dahlan) yang merupakan peninggalan pada masa
kesultanan kerajaan Riau-Lingga.
Deskripsi Arkeologis Meriam yang terletak di halaman kantor Kepala Desa Penuba ini
memiliki arah hadap ke timur. Meriam ini diberi landasan
berbentuk elips yang terbuat dari bahan semen. Meriam memiliki
ukuran panjang 280 cm, diameter ujung meriam 26 cm, diameter
pangkal meriam 40 cm.Pada bagian pangkal meriam terdapat
simbol VOC yang terlihat sudah mengalami keausan.Meriam
berwarna hitam hasil pengecatan baru.
Ukuran Benda 2,70 x 1,70 m (4,59 m²)
Batas-batas Utara Rumah Penduduk
Selatan Mess Desa Penuba
Timur Laut
Barat Kantor Desa Penuba
Fungsi Lama Senjata
Fungsi Sekarang Tidak Ada
Pemilik Pemerintah Daerah Kabupaten Lingga
Pengelola Kantor Desa Penuba
Jupel Tidak ada
Kondisi Terawat
Foto Benda
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
BUPATI LINGGA
dto
H. ALIAS WELLO