keputusan bupati tangerang 4. undang-undang nomor 7 tahun 2004 tentang sumber daya air (lembaran...
TRANSCRIPT
PERATURAN BUPATI TANGERANG
NOMOR 21 TAHUN 2012
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
BERBASIS KAWASAN MELALUI GERAKAN BERSAMA RAKYAT ATASI KAWASAN PADAT KUMUH MISKIN (GEBRAK PAKUMIS)
KABUPATEN TANGERANG
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI TANGERANG,
Menimbang : a. bahwa Pemerintah Kabupaten Tangerang telah mengembangkan penanggulangan kemiskinan, yang
disesuaikan dengan karakteristik dan kearifan lokal Masyarakat Kabupaten Tangerang;
b. bahwa salah satu upaya dalam penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat
yaitu program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Kawasan melalui Gerakan Bersama Rakyat Atasi Kawasan Padat Kumuh Miskin (Gebrak Pakumis);
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan huruf b di atas, perlu menetapkan
Peraturan Bupati Tangerang tentang Pedoman Pelaksanaan Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis
Kawasan Melalui Gerakan Bersama Rakyat Atasi Kawasan Padat Kumuh Miskin (Gebrak Pakumis) Kabupaten Tangerang;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Undang.....
-2-
4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4212);
10. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2009 tentang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan;
11. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
sebagaimana telah diubah dua kali dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
13. Peraturan…..
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM PENATAAN
LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KAWASAN MELALUI GERAKAN BERSAMA RAKYAT ATASI KAWASAN PADAT
KUMUH MISKIN (GEBRAK PAKUMIS) KABUPATEN TANGERANG.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Tangerang. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah
sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.
3. Bupati adalah Bupati Kabupaten Tangerang.
4. Satuan.....
-3-
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2010
tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota;
14. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah;
15. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Lembaga Kemasyarakatn di Kelurahan;
16. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten Tangerang
(Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Nomor Tahun 2008 Nomor 01, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 0108);
17. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 37 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2008-2013 (Lembaran
Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2009 Nomor 02, Tambahan Lembaran Daerah 0209);
18. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 8 Tahun
2010 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten
Tangerang (Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Nomor
08 Tahun 2010, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 0810);
-4-
4. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah perangkat daerah yang bertanggungjawab
atas pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah. 5. Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis
Kawasan adalah Program untuk mewujudkan tatanan
kehidupan masyarakat yang sehat, bersih, tertib dan selaras.
6. Gerakan Bersama Rakyat Atasi Kawasan Padat Kumuh
Miskin yang selanjutnya disebut Gebrak Pakumis adalah program penataan lingkungsn permukiman padat kumuh
dan miskin berbasis kawasan dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang menjadi gerakan bersama seluruh stakeholder di Kabupaten Tangerang.
BAB II
PELAKSANAAN PEDOMAN PROGRAM PENATAAN
LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KAWASAN MELALUI GEBRAK PAKUMIS
Pasal 2
Pedoman pelaksanaan program penataan lingkungan berbasis
kawasan disusun sebagai acuan kebijakan dalam pelaksanaan
kegiatan gebrak pakumis kepada setiap pelaku dan pihak terkait
secara teknis.
BAB III
SISTEMATIKA PELAKSANAAN PEDOMAN GEBRAK PAKUMIS
Pasal 3
1. Sistematika pelaksanaan gebrak pakumis, terdiri dari:
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : KETENTUAN DASAR GEBRAK PAKUMIS BAB III : KELEMBAGAAN DAN PERAN PELAKU BAB IV : TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN
BAB V : PENGENDALIAN DAN PELAPORAN BAB VI : PENDANAAN DAN MEKANISME
BAB V : PENUTUP 2. Isi dan penjabaran pedoman program penataan lingkungan
berbasis kawasan, tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
BAB IV.....
-5-
BAB IV
PEMBIAYAAN
Pasal 4
Segala pembiayaan yang diperlukan bagi pelaksanaan Peraturan
Bupati ini dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 5
Peraturan Bupati ini mulai mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya
dalam Berita Daerah Kabupaten Tangerang.
Ditetapkan di Tigaraksa
Pada tanggal 1 Juni 2012
BUPATI TANGERANG,
Ttd.
H. ISMET ISKANDAR
Ditetapkan di Tigaraksa Pada tanggal 1 Juni 2012
SEKRETARIS DAERAH,
Ttd.
H. HERMANSYAH
BERITA DAERAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2012 NOMOR 21
LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI TANGERANG
NOMOR : 21 TAHUN 2012
TANGGAL : 1 JUNI 2012
TENTANG : PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM PENATAAN
LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KAWASAN
MELALUI GERAKAN BERSAMA RAKYAT ATASI
KAWASAN PADAT KUMUH DAN MISKIN (GEBRAK
PAKUMIS) KABUPATEN TANGERANG
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan di Kabupaten Tangerang dewasa ini mengalami proses transformasi dan perkembangan yang
sangat pesat, tidak saja karena proses globalisasi dan pasar bebas yang memberikan tekanan langsung pada
perkembangan daerah, desentralisasi dan otonomi daerah berimplikasi pada keharusan Pemerintah Daerah
Kabupaten Tangerang untuk meningkatkan pembangunan ekonomi dan pendapatan warganya seiring dengan
laju pertumbuhan penduduknya. Jumlah penduduk Kabupaten Tangerang sudah mencapai 2.934.400 jwa
dengan jumlah KK sebanyak 254 ribu KK yang tersebar di 29 Kecamatan 246 Desa dan 28 Kelurahan.
Dari jumlah KK tersebut diantaranya sebanyak 13.950 KK yang tinggal dan menetap pada kawasan lingkungan
perumahan dan permukiman yang kurang layak atau dapat dikatakan kumuh dengan jumlah 81.440 rumah
kumuh. Selain dengan rumah yang tidak layak huni juga kondisi prasarana utilitas yang minim serta sanitasi
yang buruk, sumber air yang kurang layak serta factor lain yang kurang mendukung terhadap kesehatan
mereka. Kondisi ini disebabkan oleh ketidakberdayaan mereka untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan
kehidupan sehingga mereka hanya dapat bertahan hidup dan melanjutkan keturunan dengan kondisi apa adanya
tanpa bisa berbuat banyak. Pendidikan yang rendah serta penghasilan yang rendah menjadikan mereka tidak
mampu untuk menjalankan pola hidup sehat, tinggal pada lingkungan yang sehat serta memiliki rumah yang
layak.
Disadari bahwa ketersediaan papan / rumah yang layak merupakan kebutuhan dasar masyarakat yang harus
dipenuhi, disamping kebutuhan dasar lainnya berupa pangan dan pakaian. Ketersediaan pangan dan papan yang
cukup merupakan landasan yang sangat penting untuk menopang keberhasilan pembangunan bidang lainnya,
seperti pendidikan, kesehatan, dan pembangunan ekonomi. Hal ini yang melatarbelakangi Pemerintah Daerah
Kabupaten Tangerang untuk memenuhi hak dasar masyarakat tersebut untuk mendapatkan rumah yang layak
huni merupakan salah satu rangkaian dalam upaya menurunkan angka kemiskinan yang antara lain ditandai
dengan masih banyaknya keluarga miskin yang menempati rumah kurang layak huni.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, maka
berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang dalam mengupayakan
pengentasan kemiskinan dengan adanya program dan kegiatan dari setiap urusan dan SKPD. Namun upaya
tersebut masih belum terlihat efektif dan belum dapat terukur, oleh karena belum optimalnya program
penanggulangan kemiskinan baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan dan
penganggaran, serta belum terintegrasinya sasaran dan lokasi program dan kegiatan.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka Pemda Kabupaten Tangerang telah menginisiasi dalam integrasi
program dan kegiatan secara komprehensif dalam bentuk “GERAKAN BERSAMA RAKYAT ATASI
KAWASAN PADAT KUMUH DAN MISKIN” (“GEBRAK PAKUMIS”). Program ini dikembangkan dengan
pendekatan Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis Kawasan (PLP2KBK)
dengan konsep cluster lingkungan binaan dan pendekatan Konsep TRIDAYA dengan Keterpaduan
Pembangunan SEL (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan) yang strateginya menggunakan pembangunan
lingkungan sebagai pintu masuk untuk pembangunan masyarakat seutuhnya yang secara sosial efektif dan
secara ekonomi produktif .
B. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN
1. Maksud
Maksud program GEBRAK PAKUMIS adalah untuk mendorong terwujudnya lingkungan perumahan dan
permukiman yang layak melalui efektivitas dan efisiensi perencanaan dan penanganan serta sinergi tindak
antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat dan stakeholders lainnya dalam jangka waktu yang
telah ditetapkan.
2. Tujuan
Mengupayakan berkurangnya luas perumahan dan permukiman kumuh secara konsisten dan
berkelanjutan;
Mengintegrasikan pendekatan sektor bersama stakeholder lainnya;
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan kualitas lingkungan;
Mengupayakan pencapaian target program Kabupaten Tangerang sehat dan MDGs 2015.
3. Sasaran
1. Terlaksananya upaya peningkatan kualitas lingkungan perumahan dan permukiman kumuh secara
terpadu dan berkelanjutan;
2. Terwujudnya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat;
3. Terwujudnya kemandirian masyarakat dalam pengelolaan lingkungan perumahan dan permukiman
yang sehat, aman, serasi, harmonis dan berkelanjutan.
4. Terwujudnya peningkatan kapasitas masyarakat melalui penyadaran kritis, pelatihan manajemen
organisasi dan keuangan, serta penerapan prinsip pengelolaan program yang baik.
C. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4010) ;
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286) ;
3. Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844) ;
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
5. Undang-Undang Nomor 07 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
6. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
7. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian urusan pemerintah antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota ;
8. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan
Nasional
9. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Pembangunan yang Berkeadilan
10. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
11. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 2 Tahun 2009 tentang Pokok-pokok Pengelolaan
Keuangaan Daerah.
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangaan
Daerah sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangaan Daerah
13. Permenpera Nomor 14 tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah.
14. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Selaku Ketua Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan No: 25/Kep/Menko/Kesra/VII/2007 Tentang Pedoman Umum Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri)
15. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Lembaga Kemasyarakatan di
Kelurahan.
16. Peraturan Bupati Tangerang Nomor 37 Tahun 2009 Tanggal 1 Desember 2009 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2008-2013.
17. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang nomor 15 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan.
18. Peraturan Bupati Nomor 41 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Dana Hibah dan Bantuan Sosial
19. Keputusan Bupati Tangerang Nomor 903/Kep.199-Huk/2012 Tentang Pembentukan Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Tangerang.
D. PENGERTIAN
1. Kawasan adalah daerah yang memiliki ciri khas tertentu atau berdasarkan pengelompokan fungsional
kegiatan tertentu
2. Kumuh adalah suatu kawasan pemukiman atau pun bukan kawasan pemukiman yang dijadikan sebagai tempat
tinggal yang bangunan-bangunannya berkondisi substandar atau tidak layak yang dihuni oleh penduduk miskin
yang padat.
3. Pemberdayaan Masyarakat yaitu upaya menumbuhkan kapasitas dan kapabilitas masyarakat sehingga
memiliki akses dan kemampuan untuk mengambil keuntungan timbal balik dalam bidang ekonomi,
politik, sosial dan budaya.
4. Penataan Kawasan adalah kegiatan pembangunan untuk merencanakan, melaksanakan, memperbaiki
atau melestarikan kawasan tertentu dengan prinsip pemanfaatan ruang dan pengendalian lingkungan
secara optimal, yang terdiri atas ; proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi serta kegiatan
pemanfaatan, pelestarian lingkungan,
5. Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang selanjutnya disebut MBR adalah masyarakat yang
mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat dukungan pemerintah untuk memperoleh
rumah yang layak huni.
6. Bantuan Stimulan adalah fasilitasi pemerintah berupa sejumlah dana yang diberikan kepada MBR
penerima manfaat bantuan stimulant untuk membantu pelaksanaan pembangunan perumahan swadaya.
7. Standar layak huni adalah persyaratan kecukupan luas, kualitas, dan kesehatan yang harus dipenuhi
suatu bangunan rumah.
8. Pembangunan rumah baru yang selanjutnya disingkat PB adalah kegiatan pembuatan bangunan
rumah layak huni di atas tanah matang.
9. Peningkatan kualitas rumah yang selanjutnya disingkat PK adalah kegiatan memperbaiki komponen
rumah dan/atau memperluas rumah untuk meningkatkan dan/atau memenuhi syarat rumah layak huni.
10. Prasarana, sarana, dan utilitas umum yang selanjutnya disingkat PSU adalah kelengkapan dasar dan
fasilitas yang dibutuhkan agar perumahan dapat berfungsi secara sehat dan aman.
11. Rusak ringan adalah rumah yang kondisi salah satu dari tiga komponen lantai (struktur bawah),
dinding (struktur tengah), atau atapnya (struktur atas) rusak atau tidak layak.
12. Rusak sedang adalah rumah yang kondisi dua di antara tiga komponen lantai (struktur bawah), dinding
(struktur tengah), atau atapnya (struktur atas) rusak atau tidak layak.
13. Rusak berat adalah rumah yang kondisi lantai (struktur bawah), dinding (struktur tengah), dan atapnya
(struktur atas) rusak atau tidak layak.
14. Rencana tindak komunitas (community action plan) yang selanjutnya disingkat RTK (CAP) adalah
rencana pembangunan dan/atau peningkatan kualitas PSU yang disusun oleh KSM untuk
menyelesaikan permasalahan lingkungan hunian secara swadaya.
15. Badan Keswadayaan Masyarakat yang selanjutnya disingkat BKM adalah dewan pimpinan kolektif
masyarakat warga penduduk kelurahan di wilayah perkotaan yang dapat bertindak sebagai representasi
masyarakat warga penduduk kelurahan.
16. Kelompok Swadaya Masyarakat yang selanjutnya disingkat KSM adalah himpunan masyarakat yang
beranggotakan MBR penerima bantuan stimulan perumahan swadaya.
17. Unit Pengelola Kegiatan yang selanjutnya disingkat UPK adalah organisasi masyarakat di wilayah
perdesaan yang dibentuk, dimiliki, dikelola, dan ditujukan bagi pemenuhan kebutuhan dan
kepentingan masyarakat itu sendiri.
18. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan,
untuk selanjutnya disingkat LPMK adalah lembaga atau wadah yang dibentuk atas prakarsa masyarakat
sebagai mitra lurah dalam menampung dan mewujudkan aspirasi serta kebutuhan masyarakat di bidang
pembangunan.
19. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disingkat BPD, adalah
lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan desa.
20. Tim Pendamping Masyarakat selanjutnya disebut TPM adalah orang yang memberikan bantuan dalam
memperlancar proses komunikasi di masyarakat, sehingga mereka dapat memahami atau memecahkan
masalah bersama-sama.
BAB II
KETENTUAN DASAR
1. PRINSIP DASAR
a) Berorientasi pada kawasan padat kumuh dan miskin
Semua kegiatan yang dilaksanakan mengutamakan peningkatan kualitas kawasan padat kumuh miskin yang
mayoritas terdiri dari masyarakat berpenghasilan rendah baik yang produktif dan non produktif,
b) Pemberdayaan
Upaya menumbuhkan kapasitas dan kapabilitas masyarakat, sehingga memiliki akses dan kemampuan
untuk mengambil keuntungan timbal balik dalam bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya.
c) Partisipasi
Masyarakat terlibat secara aktif setiap pengambilan keputusan dalam proses pelaksanaan kegiatan
d) Demokratis
Setiap pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada
kepentingan masyarakat berpenghasilan rendah
e) Transparansi dan Akuntabilitas
Masyarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan
keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dapat dipertanggung jawabkan
baik secara moral, teknis maupun administratif
f) Sederhana
Semua aturan, mekanisme dan prosedur dalam pelaksanaan Program GEBRAK PAKUMIS harus
sederhana, fleksibel, mudah di pahami, mudah dikelola serta dapat di pertanggung jawabkan oleh
masyarakat.
2. STRATEGI OPERASIONAL
a) Mengoptimalkan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki masyarakat, organisasi masyarakat, dan
kelompok peduli lainnya secara sinergis,
b) Menguatkan peran pemerintah daerah baik di tingkat desa/kelurahan, tingkat kecamatan dan Kabupaten,
c) Mengembangkan kelembagaan masyarakat yang dipercaya dan akuntabel
d) Meningkatkan pemberdayaan kelompok masyarakat dalam memahami kebutuhan dan potensinya serta
memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya,
e) Menerapkan konsep pembangunan partisipatif secara konsisten dan dinamis serta berkelanjutan dalam
pelaksanaan, pengendalian dan pemanfaatan,
f) Penerapan pendampingan pelaksanaan kegiatan
3. KOMPONEN KEGIATAN
Rangkaian proses kegiatan Gebrak Pakumis berbasis pada pemberdayaan masyarakat dan dilakukan melali
komponen program sebagai berikut:
1. Penyiapan Masyarakat
Komponen penyiapan masyarakat mencakup serangkaian kegiatan persiapan pelaksanaan program antara
lain; sosialisasi, pembentukan dan pelatihan KSM, penyusunan rencana penanganan kawasan dan rencana
tindak komunitas.
2. Dana Bantuan Stimulan Peningkatan Kualitas Rumah dan PSU Kawasan
Komponen dana bantuan Stimulan peningkatan rumah dan PSU kawasan adalah dana hibah yang diberikan
kepada MBR melalui BKM/UPK untuk membiayai kegiatan yang telah ditetapkan sesuai dengan
perencanaan.
3. Bantuan Pendampingan
Bantuan pendampingan ini diwujudkan dalam bentuk penugasan Tim Pendamping Masyarakat (TPM)
untuk mendampingi dan memberdayakan masyarakat agar mampu merencanakan dan melaksanakan
program masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan di wilayah masing-masing.
4. KRITERIA
A. Kriteria Penerima Bantuan
1. Kriteria Kawasan Penerima Bantuan
a) Kawasan Padat, Kumuh dan Miskin
b) Berada dalam satu areal (Cluster) dengan jumlah minimal 15 (Lima Belas) rumah tidak layak
huni atau boleh kurang apabila kawasan tersebut terisolir,
c) Kawasan yang dimaksud harus sesuai peruntukannya sebagai kawsan permukiman mengacu pada
RTRW Kabupaten Tangerang,
d) Bukan merupakan kawasan yang sedang dalam sengketa,
e) Diutamakan bagi kawasan yang belum pernah tersentuh program peningkatan kualitas
lingkungan.
2. Kriteria MBR Penerima Bantuan
a) Memiliki identitas sebagai penduduk setempat
b) MBR produktif dan tidak produktif
c) Sudah berkeluarga
d) Memiliki atau menguasai tanah dibuktikan dengan Surat Keterangan Kepemilikan dari
Desa/Kelurahan
e) Belum memiliki rumah atau memiliki rumah tetapi tidak layak huni
f) Menghuni rumah yang akan diperbaiki
g) Belum pernah mendapatkan bantuan perbaikan rumah
B. Kriteria Obyek Bantuan
1. Obyek bantuan stimulan berupa :
a) PB (Pembangunan Baru)
b) PK (Peningkatan Kualitas); dan
c) Pembangunan PSU
2. PB sebagaimana dimaksud pada ayat (1.a) harus memenuhi kriteria:
a) Berada diatas tanah yang
1) Dikuasai secara fisik dan jelas batas-batasnya;
2) Tidak dalam status sengketa
3) Penggunaanya sesuai dengan tata ruang
b) Luas lantai bangunan maksimal 45 meter persegi;
c) Merupakan rumah pertama atau satu-satunya rumah yang dimiliki dengan kondisi ;
1) Rusak berat
2) Rusak sedang dan luas lantai bangunan tidak mencukupi standart minimal luas anggota
keluarga yaitu 9 (Sembilan) meter persegi perorang
3) Bangunan yang belum selesai dari yang sudah diupayakan oleh masyarakat sampai paling
tinggi struktur tengah
3. PK sebagaimana dimaksud pada ayat (1.b) harus memenuhi kriteria:
a) Satu-satunya rumah yang dimiliki
b) Dalam kondisi rusak sedang dengan luas lantai maksimal 45 (empat puluh lima) meter persegi;
c) Bahan lantai, dinding atau atap tidak memenuhi standart layak huni dengan luas lantai maksimal
45 (empat puluh lima) meter persegi;
d) Tidak mempunyai kamar tidur, kamar mandi, cuci dan kakus (MCK)
4. Kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1.a) di prioritaskan rumah yang tingkat kerusakannya
paling tinggi
5. Pembangunan PSU sebagaimana dimaksud pada (1.c) harus memenuhi Kriteria :
a) Mendukung PB yang mendapat bantuan sebagaimana dimaksud huruf a yang dibangun dalam
satu hamparan (cluster) dengan jumlah paling rendah 15 (Lima Belas) unit, atau boleh kurang
apabila merupakan kawasan terisolir,
b) Mendukung PK dengan jumlah paling rendah 15 (Lima Belas) unit,
c) Mendukung gabungan PB dan PK dengan jumlah paling rendah 15 (Lima Belas) unit.
d) PSU yang dibangun merupakan hasil kesepakatan bersama.
6. PSU sebagaimana dimaksud pada ayat (1.c) berupa jalan lingkungan, jalan setapak, saluran air hujan
(drainase), sarana MCK Umum, penerangan jalan umum, sumber dan jaringan air bersih, tempat
pembuangan sampah, sumber listrik ramah lingkungan, jaringan listrik, balai kegiatan ekonomi
bersama.
BAB III
KELEMBAGAAN DAN PERAN PELAKU
1. PELAKU DI TINGKAT KABUPATEN
1. Tim Kordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kab. Tangerang
Tugas/ Fungsi:
a) Melakukan Koordinasi penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Tangerang;
b) Mengendalikan pelaksanaan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Tangerang.
c) Melaporkan pelaksanaan dan pencapaian program GEBRAK PAKUMIS kepada Bupati Tangerang
2. Tim Kerja/ Kelompok Kerja (POKJA) GEBRAK PAKUMIS
Tugas/ Fungsi :
a) Menyusun dokumen pedoman umum pelaksanaan kegiatan GEBRAK PAKUMIS;
b) Mengkoordinasikan perencanaan kegiatan GEBRAK PAKUMIS;
c) Mengendalikan dan mengevaluasi pelakasanaan program dan kegiatan GEBRAK PAKUMIS;
d) Melaporkan pelaksanaan dan pencapaian program GEBRAK PAKUMIS kepada TKPK Kabupaten
Tangerang
2. PELAKU DI TINGKAT KECAMATAN
1) Di tingkat Kecamatan sebagai pengendali kegiatan ditunjuk Tim Penanggulangan Kemiskinan
Kecamatan (TPKK), dengan tugas/ fungsi :
a) Memfasilitasi kegiatan Sosialisasi dan koordinasi dalam pelaksanaan kegiatan GEBRAK
PAKUMIS
b) Memilih dan menetapkan UPK/ BKM sebagai pengelola kegiatan. Untuk wilayah PNPM
Perdesaan Pengelola Kegiatannya adalah UPK, untuk wilayah PNPM Perkotaan pengelola
kegiatannya adalah BKM.
c) Memantau pelaksanaan Kegiatan GEBRAK PAKUMIS di wilayah kerjanya;
d) Melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi kegiatan GEBRAK PAKUMIS dengan POKJA
GEBRAK PAKUMIS dan TKPK
e) Memfasilitasi penyelesaian permasalahan dan pengaduan terhadap pelaksanaan GEBRAK
PAKUMIS diwilayah kerjanya;
f) Melaporkan pelaksanaan dan pencapaian program GEBRAK PAKUMIS kepada Tim Kerja/
POKJA GEBRAK PAKUMIS dan TKPK Kabupaten Tangerang
2) Forum UPK
Forum ini dibentuk dalam rangka :
a) Forum koordinasi dan komunikasi antar UPK dalam mensuksekan Program GEBRAK PAKUMIS.
b) Mengelola dana yang dihimpun dari masing-masing UPK yang digunakan untuk Biaya Operasional
Fasilitator dan UPK
c) Membuat laporan keuangan atas pengelolaan dana tersebut diatas
3. PELAKU DI TINGKAT KELURAHAN/DESA
1. Lurah/Kepala Desa
Tugas dan tanggung jawab Lurah/ Kepala Desa adalah sebagai berikut:
a) Memfasilitasi terselenggaranya sosialisasi dan pertemuan/ rembug masyarakat penerima bantuan
dengan BKM dalam pelaksanaan GEBRAK PAKUMIS;
b) Berkoordinasi dengan TPKK, BKM dan KSM dalam pelaksanaan kegiatan
c) Memfasilitasi penyelesaian persoalan dan kendala serta penanganan pengaduan yang muncul
dalam pelaksanaan GEBRAK PAKUMIS diwilayah kerjanya.
d) Melaporakan hasil dan pencapaian pelaksanaan kegiatan kepada TPKK
2. LPMK/ BPD
Peran LPMK/BPD adalah sebagai berikut :
1. Berkoordinasi dengan Lurah/ Kepala Desa dan BKM dalam memfasilitasi terselengaranya
sosialisasi GEBRAK PAKUMIS,
2. Melaksanakan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan GEBRAK PAKUMIS,
3. Menumbuhkembangkan dan menjadi penggerak prakarsa dan partisipasi serta swadaya gotong
royong masyarakat.
3. Pengelola Kegiatan
Pengelola kegiatan GEBRAK PAKUMIS adalah UPK/BKM yang telah ditetapkan oleh TPKK.
3.1. BKM/UPK
BKM/UPK bertanggungjawab dan menjamin tahapan dan jadwal pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan peraturan yang telah ditetapkan, dengan tugas utama adalah :
a) Mensosialisasikan kegiatan GEBRAK PAKUMIS kepada masyarakat bakal calon penerima
bantuan,
b) Melaksanakan koordinasi dengan LPMK/ BPD/ Lurah/ Kepala Desa dalam pengelolaan
kegiatan
c) Membentuk KSM penerima bantuan program GEBRAK PAKUMIS melalui rembug/
musyawarah dengan masyarakat
d) Menyusun Rencana Tindak Komunitas sesuai hasil musyawarah dalam kegiatan pembangunan
PSU
e) Menyusun Rencana Anggaran Biaya berdasarkan RTK yang telah disusun.
f) Membuat permohonan pencairan dana kepada Bupati Tangerang melalui Tim Kerja/ Pokja
GEBRAK PAKUMIS Kabupaten Tangerang
g) Membuat dan menandatangani Nota Perjanjian Hibah dengan Bupati Tangerang
h) Menyerahkan secara langsung dana bantuan program GEBRAK PAKUMIS kepada KSM
i) Melaksanakan pengelolaan kegiatan dan penyelesaian permasalahan/ kendala di wilayah
kerjanya
j) Membuat dan menyerahkan laporan pelaksanaan kegiatan kepada Pokja GEBRAK PAKUMIS;
k) Dalam rangka pelaksanaan program GEBRAK PAKUMIS ini, UPK dapat membentuk Forum
UPK.
3.2. KSM
KSM berfungsi sebagai Panitia Pelaksana kegiatan di setiap Kawasan/ Kelompok RT penerima
bantuan, yang mempunyai tugas yaitu :
a) Bersama-sama dengan BKM dalam pelaksanaan sosialiasi dan penyusunan RTK melalui
rembug warga/ musyawarah
b) Menyusun Rencana Anggaran Biaya berdasarkan RTK yang telah disusun.
c) Menerima secara langsung dana bantuan program GEBRAK PAKUMIS kepada KSM
d) Melaksanakan pengorganisasian pelaksanaan kegiatan dalam jadwal pelaksanaan dan
kebutuhan tenaga kerja
e) Melaksanakan kegiatan pembanguan sesuai dengan rencana pelaksanaan yang telah ditetapkan
f) Membuat laporan progress pelaksanaan kegiatan dan menyerahkan laporan kepada BKM
3.3. Tim Pendamping Masyarakat (TPM)
Tim Pendamping Masyarakat (TPM) dalam program GEBRAK PAKUMIS memiliki tugas-tugas di
bidang pemberdayaan yang ditetapkan oleh POKJA antara lain:
1. Melakukan konsultasi dengan POKJA setiap bulan dan menyiapkan rencana kerja bulanan
2. Menfasilitasi penyiapan masyarakat melalui penyusunan Rencana Tindak Komunitas (RTK),
Pengorganisasian Masyarakat dan Pembentukan KSM dan jaringan sumber daya lokal,
pendampingan teknis, administrasi dan keuangan proposal KSM, pendampingan pemanfatan
Dana, melakukan advokasi dan mediasi dan membangun kemitraan strategis antar semua
pelaku (stake holder)
3. Melakukan dan mengorganisir Pelatihan dan coaching untuk Memperkuat dan
mengembangkan kapasitas penerima manfaat sebagai agen pemberdayaan masyarakat baik
dalam kelas atau on the job training dan latihan serta pendampingan intensif, memperkuat dan
mengembangkan kapasitas KSM sebagi kelompok dinamik termasuk didalamnya membangun
tim,
BAB IV
TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN
A. PERSIAPAN
1. Penyusunan Pedoman Pelaksanaan
Sebagai acuan dan pedoman pelaksanaan kegiatan maka perlu di susun Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan
yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati Tangerang. Pedoman disusun oleh Tim Kerja/ Pokja
bersama-sama dengan TKPK Kabupaten Tangerang. Pedoman akan menjadi bahan sosialisasi dan
menjadi acuan pelaksanaan kegatan bagi setiap pelaku kegiatan Program GEBRAK PAKUMIS.
2. Penetapan Lokasi
Lokasi/ Kawasan yang diidentifikasi menjadi sasaran kegiatan merupakan usulan dari Kelurahan/ Desa/
Kecamatan, yang telah diverifikasi oleh Bappeda. Identifikasi dan penyusunan pemetaan lokasi/
kawasan dilaksanakan pada tahun sebelumnya, yang akan menjadi bahan perencanaan anggaran dan
kegiatan. Lokasi/ Kawasan tersebut akan ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati Tangerang tentang
Penetapan Lokasi Sasaran Program GEBRAK PAKUMIS Kabupaten Tangerang.
3. Pengorganisasian Tenaga Pendamping
Untuk menjamin pelaksanaan kegiatan di lokasi kawasan agar sesuai dengan tahapan dan jadwal
kegiatan yang telah ditetapkan, maka perlu adanya Tim Pendamping Masyarakat (TPM) berfungsi
sebagai fasilitator dan mediator. Selain itu TPM ini juga mempunyai tugas menjadi pendamping UPK
dan KSM dalam melaksanakan tahapan kegiatan sesuai dengan mekanisme dan format yang berlaku.
Sebagai mediator yaitu menjadi penghubung/ menjembatani antara kebutuhan masyarakat dengan
program yang dapat diberikan SKPD/ stakeholder terkait.
4. Sosialisasi
Sosialisasi Program GEBRAK PAKUMIS bertujuan untuk memberi pemahaman kepada seluruh
pelaku, baik pihak eksekutif maupun legislatif, perguruan tinggi, organisasi dan lembaga swadaya
masyarakat, masyarakat pengusaha, media massa, serta masyarakat umum lainnya. Hal-hal yang
disampaikan meliputi kebijakan, pengertian, tujuan, konsep, mekanisme dan hasil-hasil Program
GEBRAK PAKUMIS agar terbangun pemahaman, kepedulian, serta dukungan pelaksanaan Program
GEBRAK PAKUMIS.
Sosialisasi dan penyebarluasan informasi dilakukan melalui berbagai media sosialisasi dan rapai
koordinasi pada :
a) Tingkat Kabupaten
Sosialisasi dilaksanakan oleh Pokja GEBRAK PAKUMIS bersama sama dengan TKPK Kabupaten
Tangerang, dengan peserta sosialisasi adalah DPRD, SKPD, Camat dan stakeholder terkait.
b) Di Lokasi Sasaran
Sosialisasi dilaksanakan oleh Pokja GEBRAK PAKUMIS, TPM bersama sama dengan TKPK
Kabupaten Tangerang
5. Pembentukan KSM
KSM dibentuk melalui musyawarah masyarakat dilokasi sasaran kegiatan, yang difasilitasi oleh TPM
dan ditetapkan oleh BKM/UPK. Kelembagaan KSM bersifat adhock dengan ketentuan dasar sebagai
berikut :
a) KSM dibentuk dari dan oleh warga penerima manfaat, dengan mempertimbangkan domisili
pada kegiatan dilaksanakan
b) Ketentuan keanggotaan KSM :
Jumlah anggota KSM minimal 7 (Tujuh) orang
Terdiri dari Ketua merangkap anggota, Sekretaris merangkap anggota, Bendahara
merangkap anggota dan anggota-anggota
Anggota KSM adalah relawan
Anggota KSM memiliki kepedulian, komitmen dan tanggungjawab bersama
Anggota KSM tidak diperkenankan mendapatkan honor dan atau gaji
c) Biaya penyusunan proposal dan laporan pertanggungjawaban dibiayai dari Swadaya penerima
manfaat,
d) Pembentukan KSM ditetapkan dengan Berita Acara pembentukan yang disetujui oleh
perwakilan peserta musyawarah (RT/RW/Tokoh masyarakat) diketahui oleh Kepala Desa/Lurah
dan BKM/ UPK;
e) Masa bakti KSM disesuaikan dengan masa pelaksanaan program,
f) KSM bertanggungjawab kepada BKM;
g) KSM melaporkan kegiatan kepada BKM, TPM dan Pokja;
B. PERENCANAAN PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Penyusunan Rencana Tindak Komunitas
Tujuan pelaksanaan penyusunan Rencana Tindak Komunitas (RTK) adalah agar masyarakat dapat
secara mandiri merencanakan dan melaksanakan upaya peningkatan kualitas permukiman mereka, serta
memiliki kesadaran untuk memeliharanya secara terus menerus. Selain itu, pemerintah daerah
setempat, terutama tingkat kota/kabupaten sampai dengan kelurahan/desa juga dapat memberikan
dorongan dalam penciptaan lingkungan permukiman yang layak huni.
2. Penyusunan RAB
Penyusunan RAB dilakukan setelah Rencana Tindak Komunitas (RTK) menghasilkan arahan
terhadap bentuk-bentuk stimulan fisik skala kawasan. Tujuan yang ingin dicapai melalui
penyusunan RAB dalam Gebrak Pakumis ini adalah sebagai acuan teknis bagi pelaksanaan stimulan
fisik PSU berskala kawasan sehingga pembangunan infrastruktur dapat memicu terciptanya
kegiatan produktif di dalam lingkungan permukiman kumuh dan menciptakan keterpaduan sistem
kegiatan maupun jaringan infrastruktur dengan kawasan di sekitarnya.
3. Penyusunan Nota Perjanjian Hibah
Sebelum masuk pada tahap Pencairan dana harus dilakukan Penandatanganan Nota Perjanjian Hibah
antara Bupati Tangerang dengan BKM/UPK.
4. Pencairan Dana Hibah
Pencairan BLM dapat dilakukan setelah dipastikan seluruh dokumen pemberkasan dianggap valid dan
seluruh organisasi ditingkat masyarakat telah siap melaksanakan kegiatan, Pencairan dilakukan secara
sekaligus 100 % (seratus persen), BKM/UPK dapat mencairkan dana kepada KSM dengan dua termin,
termin pertama sebesar 60 % (Enampuluh persen) dan termin kedua sebanyak 40 % (empat puluh
persen).
5. Biaya Operasional UPK dan TPM
1. Dana operasional untuk UPK dan TPM sebesar 8% dari alokasi anggaran PSU pada program ini
yang dikelola oleh Forum UPK, dengan rincian 70% dialokasikan untuk Biaya Operasional (BOP)
Fasilitator dan 30% dialokasikan untuk BOP UPK.
2. Forum UPK menyusun Laporan Keuangan atas pengelolaan dana operasional tersebut diatas.
C. PELAKSANAAN PEMBANGUNAN FISIK
Stimulan fisik yang akan dilaksanakan pada setiap lokasi terpilih akan mengacu pada Rencana Tindak
Komunitas dan RAB. Namun hal ini pada dasarnya akan disesuaikan dengan analisis kebutuhan di lokasi
dan ketersediaan anggaran penanganan. Dana Stimulan fisik yang akan diberikan selain dari Prgram
Gebrak Pakumis juga dari SKPD terkait yang ada dalam lingkungan Pemda Kab.Tangerang maupun dana
dari pihak lain. Berikut ini pelaksanaan stimulan fisik:
1. Stimulan Fisik Pengembangan Kawasan, berupa PSU kawasan antara lain mencakup jalan, drainase,
MCK, SPAL, SPAM, SAB, Jaringan Listrik dll;
2. Stimulan Fisik Perumahan Swadaya, berupa Bantuan Stimulan Pembangunan rumah baru (PB) dan
Peningkatan Kualitas Perumahan (PK);
BAB V
PENDANAAN DAN MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN
A. Sumber pendanaan
Sumber dana pelaksanaan Program GEBRAK PAKUMIS berasal dari :
1. Pemerintah Pusat
Anggaran Program/ Kegiatant bersumber dari Pemerintah Pusat melalui program-program
kementerian terkait dapat ikut serta dalam program GEBRAK PAKUMIS.
2. Hibah APBD
Dana kegiatan Program GEBRAK PAKUMIS bersumber dari dana Hibah APBD
3. Anggaran Belanja Langsung dari masing SKPD
Selain dari Hibah APBD, sumber pendanaan juga berasal dari APBD Kabupaten Tangerang pada
Belanja Langsung dari masing-masing SKPD yang dialokasikan untuk kegiatan-kegiatan yang
dapat mendukung Program GEBRAK PAKUMIS
4. Swasta/Kel. Peduli
Kontribusi swasta sebagai perwujudan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social
Responsibility) sesuai dengan Perda Nomor 11 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan
5. Swadaya Masyarakat
Dana yang dihimpun oleh masyarakat baik oleh penerima manfaat maupun dari sumbangan
masyarakat di lingkungan sekitar penerima manfaat
B. Pengelolaan Keuangan Program
1. Persiapan Penyaluran Dana
Persiapan pencairan dana diawali dengan memberikan Bimbingan Teknis kepada BKM tentang
mekanisme pencairan dana, termasuk juga penyusunan Berkas Pencairan Dana, bimbingan teknis
ini dilakukan oleh TPM dan Pokja GEBRAK PAKUMIS.
Selanjutnya BKM/UPK mulai melakukan penyusunan Berkas Pencairan Dana, Pemberkasan dan
pengajuan berkas pencairan disampaikan oleh BKM/UPK, setelah sebelumnya diverifikasi oleh
TPM, dan mendapatkan persetujuan Kepala Kelurahan/Kepala Desa, Pokja GEBRAK PAKUMIS;
Syarat kelayakan berkas pencairan BLM;
a. Dibuat dan direncanakan oleh BKM/UPK dengan memperhatikan proposal KSM,
b. Terdapat Surat Pengantar yang ditujukan kepada Pokja GEBRAK PAKUMIS ditandatangani
oleh Koordinator BKM/UPK,
c. Terdapat uraian usulan kegiatan yang berisikan; nama BKM/UPK, nama-nama anggota
BKM/UPK, alamat BKM/UPK, jenis-jenis kegiatan yang diusulkan, Jumlah Anggaran yang
diajukan, lokasi kegiatan, jumlah penerima manfaat, metode pembangunan, dan rencana
pelaksanaan pembangunan,
d. Terdapat Surat Pernyataan kesanggupan menyalurkan BLM kepada KSM,
e. Terdapat Foto Copy Rekening Tabungan atas nama BKM/UPK;
f. Terdapat jadwal pelaksanaan kegiatan
g. Terdapat lembar verifikasi;
2. Tata Cara Pencairan Dana
Tata cara pencairan dana, baik APBN maupun APBD, mengikuti ketentuan dan mekanisme yang
berlaku.
3. Transparansi
Untuk menjaga transparansi pengelolaan kegiatan dan penggunaan dana ditingkat masyarakat,
maka BKM/UPK dan KSM penerima bantuan diwajibkan untuk menyebarluaskan keputusan-
keputusan yang telah ditetapkan, laporan posisi keuangan, kelompok pengelola kegiatan dan
anggota penerima bantuan serta informasi-informasi lain, antara lain:
1. Melalui papan-papan informasi di tempat-tempat strategis,
2. Melalui forum-forum pertemuan rutin,
3. Melalui media warga,
4. Melalui audit tahunan,
5. Melalui forum pertanggungjawaban laporan keuangan.
4. Akuntabilitas
Selain wajib menerapkan prinsip transparansi, proses pengambilan keputusan dan pengelolaan
kegiatan serta keuangan juga wajib berdasarkan prinsip akuntabilitas yang harus ditaati secara
konsisten oleh semua pelaku Program GEBRAK PAKUMIS.
Akuntabilitas ini pada dasarnya dapat diterapkan dengan memberikan akses kepada semua pihak
yang berkepentingan untuk melakukan audit, bertanya dan atau menggugat pertanggungjawaban
para pengambil keputusan, baik di tingkat program, daerah dan masyarakat. Oleh sebab itu semua
unit pengambilan keputusan dalam semua tataran program harus melaksanakan proses pengambilan
keputusan masing-masing sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Untuk tataran masyarakat antara lain dapat dilakukan kegiatan-kegiatan seperti konsultasi publik,
rapat koordinasi berkala, pertemuan lembaga atau kelompok masyarakat penerima bantuan, rapat
tahunan atau forum pertanggungjawaban, musyawarah para pihak terkait Program GEBRAK
PAKUMIS dan komunitas belajar masyarakat.
C. Pengelolaan Keuangan Masyarakat
Pencatatan setiap transaksi keuangan minimal dilakukan dalam buku catatan uang masuk dan catatan
uang keluar yang disertai dengan bukti transaksi seperti kuitansi, bon atau nota pembelian.
Pengelolaan keuangan oleh masyarakat menerapkan prinsip-prinsip akuntansi/pembukuan sederhana.
Pengelolaan dana kegiatan dilakukan dengan melakukan pencatatan pembukuan berdasar aliran kas
(cashflow basis), yaitu pencatatan uang masuk dan uang keluar.
BAB VI
PENGENDALIAN DAN PELAPORAN
A. Pengendalian dan Pengawasan
1. Jenis Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian
a. Pengawasan Partisipatif Oleh Masyarakat
Adalah pemantauan dan pengawasan terhadap pelaksanaan program yang dilakukan oleh
masyarakat sendiri. Masyarakat diberikan kewenangan seluas-luasnya untuk memberikan
masukan dan saran dalam rangka lebih meningkatkan kualitas pembangunan, pengawasan
oleh masyarakat ini bisa disampaikan secara langsung maupun melalui pusat pengaduan
masyarakat, surat, sms, telephon dll.
b. Pengawasan oleh Pemerintah Daerah
Dana GEBRAK PAKUMIS adalah bagian dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah, sehingga
pemerintah bertanggung jawab untuk memastikan bahwa program GEBRAK PAKUMIS ini
berjalan sesuai prinsip dan prosedur serta dipakai sebagaimana mestinya. Semua pegawai
pemerintah yang terlibat dalam program GEBRAK PAKUMIS (Tim Pokja, Bupati, DPRD, Camat,
Kepala Desa, dan Iain-Iain) diperkenankan untuk melakukan pemantauan program ini. Sedangkan
pemeriksaan dilakukan oleh Badan Pengawas Daerah dan atau kelembagaan lain yang telah
ditunjuk oleh POKJA GEBRAK PAKUMIS.
c. Pengawasan dan Pemeriksaan Berjenjang
Pokja GEBRAK PAKUMIS, TPKK, Dinas terkait dan TPM bertanggung jawab untuk memantau
dan mengawasi kegiatan program GEBRAK PAKUMIS, Mereka wajib melakukan pemeriksaan
untuk mengetahui apakah pelaksanaan setiap tahapan kegiatan sesuai dengan rencana dan apakah
prinsip maupun prosedur program GEBRAK PAKUMIS diterapkan dengan benar.
Pemeriksaan yang perlu dilakukan oleh fasilitator meliputi:
a. Pemeriksaan terhadap penerapan prinsip dan prosedur program GEBRAK PAKUMIS
b. Pemeriksaan terhadap pengelolaan dan penggunaan dana program GEBRAK PAKUMIS
c. Pemeriksaan terhadap poses pelaksanaan kegiatan termasuk pengelolaan dokumen dan
administrasi
d. Pemeriksaan terhadap kualitas proses pelaksanaan dari setiap tahapan kegiatan.
d. Pengawasan oleh Pihak Lain
Pemantauan yang dilakukan secara independen, oleh organisasi atau pihak lain sehingga program
bisa menerima sudut pandang yang berbeda, yaitu pihak independen yang mungkin memiliki
pandangan lebih obyektif atau sudut pandang yang berbeda dari para pelaksana program.
Pemantauan eksternal dilakukan antara lain oleh LSM, wartawan dan kelembagaan yang lain.
Dengan adanya keberadaan pemantau dari pihak lain bersama pelaku-pelaku program GEBRAK
PAKUMIS, diharapkan akan terjadi sinergi yang mendorong terjadinya forum lintas pelaku dalam
rangka pembelajaran program pemberdayaan masyarakat.
2. Langkah-langkah Pengawasan dan Pengendalian
a) Pengawasan dan pengendalian dilakukan secara berjenjang dan terpadu mulai dari tingkat lapangan
sampai dengan tingkat pusat;
b) Di tingkat lapangan, kehadiran TPM diharapkan dapat menjalankan sebagian fungsi pengawasan
dan pengendalian kepada BKM dan KSM;
c) Sementara itu Pokja GEBRAK PAKUMIS dapat melakukan pengawasan dan pengendalian
terhadap kinerja TPM;
d) Melalui mekanisme pengaduan masalah, masyarakat juga dapat melakukan pengawasan dan
pengendalian atas kinerja TPM maupun dengan cara mengirim surat pengaduan kepada Pokja
GEBRAK PAKUMIS.
3. Instrumen Pengawasan dan Pengendalian
a) Instrumen pengawasan dan pengendalian yang utama adalah melalui format-format dan dokumen-
dokumen sebagai bukti bahwa kegiatan GEBRAK PAKUMIS berjalan.
b) Selain itu juga dapat dilakukan melalui laporan-laporan yang disajikan terutama laporan
perkembangan penyerapan dana, pembangunan fisik, serta melalui laporan Kurva-S
4. Strategi Dasar Pengawasan dan Pengendalian
Semua pihak terkait melakukan pemantauan secara obyektif dan mampu memberikan umpan balik
terhadap setiap proses dan kegiatan yang dilaksanakan,
1. Pelaku GEBRAK PAKUMIS di semua tingkatan menjalankan mekanisme pelaporan baik formal
maupun informal dengan disiplin, akurat, dan efektif termasuk temuan kendala dan masalah,
2. Pemerikasaan yang dilakukan detail dan akurat sesuai dengan mekanisme yang ditetapkan
terhadap setiap proses dan tahapan kegiatan yang dilaksanakan,
3. Pengawasan yang ketat dan tegas terhadap setiap proses dan kegiatan pada setiap tahapan
yang dilaksanakan,
4. Setiap saat dilakukan evaluasi untuk meningkatkan kinerja serta menegakkan aturan dengan
pemberian sanksi.
B. Evaluasi dan Pelaporan
1. Evaluasi
Evaluasi dalam GEBRAK PAKUMIS dapat dilakukan pada saat selesainya suatu tahapan
kegiatan atau pada saat berakhirnya satu fase program. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai
hasil pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan berikut kualitasnya, termasuk di dalamnya adalah
kinerja para pelaku GEBRAK PAKUMIS. Sedangkan pada akhir program, evaluasi lebih ditujukan
untuk melihat dampak program. Hasil dari pemantauan, pemeriksaan dan pengawasan dapat dijadikan
dasar dalam evaluasi pelaksanaan program di desa maupun di kecamatan. Hasil evaluasi dapat
dijadikan sebagai dasar upaya perbaikan terhadap kelemahan dan mengatasi hambatan yang terjadi.
Apabila dari hasil penilaian isi laporan dinyatakan terjadi penyimpangan dari rencana, kriteria, atau
standar yang ditentukan, maka dilakukan pengecekan ke lapangan, melalui berbagai sumber yang
dapat dipercaya.
2. Pelaporan
Pelaporan merupakan proses penyampaian data dan atau informasi mengenai perkembangan atau
kemajuan setiap tahapan dari pelaksanaan program, kendala atau permasalahan yang terjadi, penerapan
dan pencapaian dari sasaran atau tujuan GEBRAK PAKUMIS.
Agar dapat diperoleh laporan yang lengkap dan informatif, maka materi yang disajikan minimal harus
memperlihatkan 6 (enam) hal penting, yaitu :
1. Kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan,
2. Pencapaian sasaran dan atau target dari kegiatan yang sedang dilaksanakan,
3. Gambaran kemajuan dari pelaksanaan kegiatan,
4. Target dan realisasi biaya dari kegiatan yang sedang dilaksanakan,
5. Kendala dan permasalahan yang dihadapi, termasuk tindak lanjutnya,
6. Gambaran dan atau tingkatan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program.
BAB VII
PENUTUP
Program GEBRAK PAKUMIS yang dicanangkan oleh Pemda Kabupaten Tangerang akan berjalan
seperti yang diharapkan, maka perlu adanya peningkatan dalam integrasi dalam penetapan sasaran, perencanaan
dan keterpaduan program, efektivitas anggaran, serta monitoring dan evaluasi, serta perlu dilakukan penguatan
kelembagaan di daerah dalam penanggulangan kemiskinan, dengan langkah-langkah penanganan dan
pendekatan yang sistematik, terpadu dan menyeluruh. Disamping hal tersebut yang terpenting adalah perlu
adanya commitment will dari semua pelaku pembangunan, sehingga menjadi suatu gerakan bersama dalam
penanggulangan kemiskinan.
Pedoman Pelaksanaan ini disusun untuk menjadi acuan bersama bagi semua pelaku program/ kegiatan
BUPATI TANGERANG,
Ttd.
H. ISMET ISKANDAR