kepemimpinan transformatif di era demokrasi

26
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 1 KEPEMIMPINAN SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH MODUL KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF DI ERA DEMOKRASI 10 JP (450 menit) Pendahuluan Kepemimpinan Transformatif di Era Demokarasi dalam sistem pembelajaran di Sespimen Lemdiklat Polri, merupakan salah satu sub bidang studi dari bidang studi Kepemimpinan yang harus dipahami oleh peserta pendidikan di Sespimen Polri, yang bertujuan untuk mempersiapkan dan memantapkan lulusan Sespimen Polri menjadi kader pemimpin yang mampu mengubah lingkungan kerja, motivasi kerja, pola kerja, dan nilai-nilai kerja yang dipersepsikan bawahan sehingga mereka lebih mampu mengoptimalkan kinerja untuk mencapai tujuan organisasi. Peningkatan pemahaman dan pengalaman pengetahuan tentang kepemimpinan merupakan suatu hal yang dinamis dan sejajar dengan gerak dinamika tantangan yang dihadapi masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena itu pemahaman dan pengalaman materi ajar kepemimpinan akan memberikan gambaran tentang adanya perbedaan tantangan di setiap jaman pada masing-masing sesuai situasi perubahan di lingkup lokal, nasional, regional dan global harus dilihat sebagai suatu bagian dari tahapan menuju tercapainya Kambtibmas yang kondusif. Berkaitan dengan hal di atas, maka siapapun yang berada pada posisi dalam jabatan Pemimpin Polri tingkat Lokal maupun Nasional sesuai dengan waktu dan masanya tidak boleh lepas dari pijakan ideal filosofis dan konstitusional serta pemahaman terhadap jati diri bangsa dengan meletakan kepentingan nasional di atas kepentingan pribadi/golongan. Aktulisasi pola pikir, pola sikap dan pola tindakan seorang Pemimipin Polri harus mengalir dari paradigma nasional serta memperhatikan fenomena yang berkembang serta perubahan lingkungan strategis yang komprehensif integral secara sistematis, terarah dan tepat sasaran. Dalam bahan ajar ini memuat materi pemimpin transformatif yang bisa dijadikan rangsangan berfikir dalam mencari referensi yang lebih tepat. Materi dalam Hanjar ini merupakan materi minimal, sedangkan materi yang lebih lengkap pada materi yang disampaikan oleh Pendidik.

Upload: others

Post on 03-Nov-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF DI ERA DEMOKRASI

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

1 KEPEMIMPINAN

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

MODUL

KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF DI ERA DEMOKRASI

10 JP (450 menit)

Pendahuluan

Kepemimpinan Transformatif di Era Demokarasi dalam sistem pembelajaran di Sespimen Lemdiklat Polri, merupakan salah satu sub bidang studi dari bidang studi Kepemimpinan yang harus dipahami oleh peserta pendidikan di Sespimen Polri, yang bertujuan untuk mempersiapkan dan memantapkan lulusan Sespimen Polri menjadi kader pemimpin yang mampu mengubah lingkungan kerja, motivasi kerja, pola kerja, dan nilai-nilai kerja yang dipersepsikan bawahan sehingga mereka lebih mampu mengoptimalkan kinerja untuk mencapai tujuan organisasi.

Peningkatan pemahaman dan pengalaman pengetahuan tentang kepemimpinan merupakan suatu hal yang dinamis dan sejajar dengan gerak dinamika tantangan yang dihadapi masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena itu pemahaman dan pengalaman materi ajar kepemimpinan akan memberikan gambaran tentang adanya perbedaan tantangan di setiap jaman pada masing-masing sesuai situasi perubahan di lingkup lokal, nasional, regional dan global harus dilihat sebagai suatu bagian dari tahapan menuju tercapainya Kambtibmas yang kondusif.

Berkaitan dengan hal di atas, maka siapapun yang berada pada posisi dalam jabatan Pemimpin Polri tingkat Lokal maupun Nasional sesuai dengan waktu dan masanya tidak boleh lepas dari pijakan ideal filosofis dan konstitusional serta pemahaman terhadap jati diri bangsa dengan meletakan kepentingan nasional di atas kepentingan pribadi/golongan. Aktulisasi pola pikir, pola sikap dan pola tindakan seorang Pemimipin Polri harus mengalir dari paradigma nasional serta memperhatikan fenomena yang berkembang serta perubahan lingkungan strategis yang komprehensif integral secara sistematis, terarah dan tepat sasaran.

Dalam bahan ajar ini memuat materi pemimpin transformatif yang bisa dijadikan rangsangan berfikir dalam mencari referensi yang lebih tepat. Materi dalam Hanjar ini merupakan materi minimal, sedangkan materi yang lebih lengkap pada materi yang disampaikan oleh Pendidik.

Page 2: KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF DI ERA DEMOKRASI

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2 KEPEMIMPINAN

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

Standar Kompetensi

Memahami dan mahir menerapkan kepemimpinan transformatif di era demokrasi.

Pengantar

Dalam modul ini memuat materi tentang pengertian demokrasi, ciri-ciri demokrasi, strategi transformasi sesuai lingkup tugas, karakteristik kepemimpinan transformatif, pengertian kemimpinan transformatif, peran pemimpin di era demokratis.

Tujuannya adalah agar peserta didik dapat memahami konsep demokarasi dan kepemimpinan tramformati serta menyusun strategi transformasi sesuai lingkup tugas

Kompetensi Dasar

1. Memahami konsep demokrasi.

Indikator Hasil Belajar :

a. Menjelaskan pengertian demokrasi. b. Menjelaskan ciri-ciri demokrasi. c. Menjelaskan peran pemimpin di era demokratis.

2. Memahami konsep kepemimpinan transformatif.

Indikator Hasil Belajar :

a. Menjelaskan pengertian kemimpinan transformatif. b. Menjelaskan karakteristik kepemimpinan transformatif.

3. Menerapkan kepemimpinan transformatif di era demokrasi.

Indikator Hasil Belajar :

Menyusun strategi transformasi sesuai lingkup tugas.

Page 3: KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF DI ERA DEMOKRASI

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

3 KEPEMIMPINAN

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

Materi Pelajaran

Pokok Bahasan:

1. Konsep demokrasi.

Sub Pokok Bahasan:

a. Pengertian demokrasi b. Ciri-ciri demokrasi; c. Peran pemimpin di era demokratis;

2. Konsep kepemimpinan transformatif;.

Sub Pokok Bahasan:

a. Pengertian kemimpinan transformatif; b. Karakteristik kepemimpinan transformatif potensi daya otak

dan daya fisik.

3. Kepemimpinan transformatif di era demokrasi

Sub Pokok Bahasan:

Strategi transformasi sesuai lingkup tugas.

Metode Pembelajaran

1. Metode Ceramah

Metode ini digunakan untuk menyampaikan materi tentang tahapan manajemen penyidikan tindak pidana dalam proses penyelidikan dan penyidikan, faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses penyelidikan dan penyidikan.

2. Metode Tanya jawab.

Metode ini digunakan untuk tanya jawab tentang materi yang disampaikan.

3. Metode Brainstorming (curah pendapat).

Metode ini digunakan untuk meng-eksplore pendapat peserta didik tentang pemahaman awal materi yang akan dibahas.

4. Metode Role Play

Metode ini digunakan untuk penguasaan materi melalui pengembangan imajinasi dengan bermain peran.

Page 4: KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF DI ERA DEMOKRASI

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

4 KEPEMIMPINAN

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

Alat / Media, Bahan, dan Sumber

1. Alat/media :

a. Panaboard. b. Laptop. c. LCD In focus. d. Slide. e. Spidol. f. Flipchart.

2. Bahan :

Kertas Flipchart.

3. Sumber :

a. Lembar petunjuk penugasan (lembar merah). b. Paparan pendidik.

Proses Pembelajaran

1. Tahap Awal : 15 menit.

a. Ketua kelas laporan tentang kesiapan peserta didik untuk menerima pelajaran.

b. Pejabat senat yang ditunjuk memperkenalkan peserta didik dan membacakan riwayat hidup pendidik secara singkat.

c. Pendidik memperkenalkan diri.

d. Pendidik menyampaikan kompetensi dan indikator hasil belajar.

2. Tahap Inti : 415 menit

Tahap inti I : 210 menit

a. Pendidik menyampaikan materi tentang konsep demokrasi dan konsep kepemimpinan transformatif.

b. Pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya/memberikan komentar terkait materi yang disampaikan.

c. Pendidik mencontohkan pelaksanaan kepemimpinan.

Tahap Inti II : 205 menit

a. Pendidik menyampaikan penjelasan/petunjuk tentang penyusunan strategi kepemimpinan transformatif.

b. Pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya/memberikan komentar terkait penjelasan

Page 5: KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF DI ERA DEMOKRASI

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

5 KEPEMIMPINAN

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

yang disampaikan.

c. Peserta didik membuat strategi kepemimpinan transformatif yang sesuai dengan lingkup tugasnya masing-masing

3. Tahap Akhir : 20 menit.

a. Penguatan materi.

Pendidik memberikan ulasan secara umum terkait dengan proses pembelajaran.

b. Pengecekan penguasaan materi.

Pendidik mengecek penguasaan materi dengan cara bertanya secara lisan dan acak kepada peserta didik.

c. Learning Point.

Pendidik dan peserta didik merumuskan Learning Point dari materi yang telah dipelajari.

d. Ketua kelas menyampaikan terimakasih dan pemberian cindramata kepada pendidik

Tagihan/tugas

Peserta didik menyusun dan mengumpulkan:

1. Ringkasan materi pelajaran yang telah disampaikan Pendidik.

2. NKP (Bagian dari NKP 2)

3. Rancangan program Kepemimpinan transformatif sesuai lingkup tugas

Dikumpulkan pada waktu yang telah ditentukan oleh Bag. Jarlat.

Lembar Kegiatan

Format Naskah Karya Perorangan (NKP) sesuai buku petunjuk (buku biru)

Page 6: KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF DI ERA DEMOKRASI

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

6 KEPEMIMPINAN

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

Bahan Bacaan

KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF DI ERA DEMOKRASI

1. Pendahuluan.

Kajian mengenai budaya politik merupakan fokus yang menarik sebagai dasar pemahaman untuk mengetahui kondisi masyarakat politik. Secara teoritik menurut Almond dan Verba dalam bukunya The Civic Culture menyatakan bahwa budaya politik merupakan sikap individu terhadap sistem politik dan komponen-komponennya juga sikap individu terhadap peranan yang dapat dimainkan dalam sebuah sistem politik (Ishiyama dan Breuning (eds), 2013: 335). Huntington dalam bukunya The Clash of Civilization (1996) berpendapat bahwa budaya politik secara inhern stabil dan tidak akan berubah banyak sepanjang waktu. Namun, penelitian empiris oleh beberapa peneliti menjelaskan gejala yang meyakinkan bahwa kebudayaan dapat dan akan berubah sepanjang masa (Ishiyama dan Breuning (ed), 2013:344). Secara teoritik, masyarakat politik bisa berubah dan mengalami perkembangan, dilihat dalam pembagian kelompok masyarakat dengan budaya politik parokhial, budaya politik subyek dan budaya politik partisipan yang memiliki karakteristik yang berbeda.

Budaya politik partisipan pada awalnya dianggap sebagai budaya politik yang ideal dalam masyarakat demokratis. Dalam bentuk ini, warga negara berasumsi dapat mengekspresikan diri mereka dalam persoalan politik dan mereka juga dijamin punya hak untuk berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan. Namun, Almond dan Verba tidak melihat budaya politik partisipan sebagai tipe budaya yang paling mudah dikombinasikan dengan dengan stabilitas rezim demokratis. Sehingga, budaya politik kewargaan dianggap sebagai budaya politik yang merupakan perpaduan dari ketiga bentuk yang mendahuluinya ((Mujani: 2007).

Berubahnya budaya politik dari satu fase ke fase berikutnya, dapat dipengaruhi oleh banyak hal baik berasal dari faktor luar maupun dari masyarakat politik itu sendiri. Penopang laju perubahan budaya politik ini salah satunya adalah lahirnya generasi baru yang kritis yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dan memiliki potensi untuk memimpin masyarakatnya. Disinilah, kajian mengenai kepemimpinan dalam proses membangun budaya politik merupakan suatu hal yang menarik.

Page 7: KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF DI ERA DEMOKRASI

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

7 KEPEMIMPINAN

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

Kepemimpinan politik pasti akan mengalami perubahan, secara otomatis akan mempengaruhi bahkan membawa perubahan pada tipe kepemimpinan itu sendiri. Perubahan yang selalu diharapkan menuju kearah yang diinginkan oleh masyarakatnya.

Budaya Kewargaan dan Kepemimpinan Transformatif.

Membangun demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat saat ini merupakan cita-cita yang ingin diwujudkan oleh masyarakat Indonesia. Terciptanya civil society dalam interaksi-interaksi sosial, adanya kesadaran untuk mengaspirasikan kepentingan dari masing-masing warga yang berarti semua warga harus teredukasi secara baik dan menganggap semua warga yang mengaspirasikan kepentingannya tersebut berada dalam strata kelas yang sama, mengimplikasikan bahwa disitu tumbuh budaya “kewargaan” (sipil) yang kuat. Lary Diamond, ahli politik yang menekuni tentang perkembangan penelitian mengenai budaya politik, menjelaskannya sebagai keyakinan, sikap, nilai, ide-ide, sentimen dan dialokasikan evaluasi suatu masyarakat tentang sistem politik nasionalnya dan peran dari masing-masing individu dalam sistem itu. Secara praktis, budaya politik merupakan seperangkat nilai-nilai yang menjadi dasar para aktor untuk menjalankan tindakan-tindakan dalam ranah politik.

Lebih jauh diidentifikasi oleh Ishiyama dan Breuning (eds), (2013: 337) bahwa perkembangan budaya politik demokrasi modern telah mendapat dorongan kuat dari hasil riset Putnam (1993) yang mengembangkan pandangan baru atas pertanyaan Almond dan Verba mengenai apa yang membuat demokrasi bekerja? dalam kajiannya mengenai tradisi kewargaan di Italia modern, Putnam menjelaskan 6 elemen dalam budaya politik kewargaan, yakni; kinerja yang bagus dari pemerintah, Interaksi aktif dikalangan warga negara, memberikan kekuasaan pada kelompok yang memperoleh keistimewaan dalam masyarakat, asosiasi sukarela, tekanan publik pada elite politik, dan mengikuti berita-berita politik di media massa.

Budaya kewargaan sesungguhnya merupakan hal yang penting dipahami dalam proses demokrasi agar demokrasi berjalan seperti yang diinginkan. Seperti uraian Purwo Santoso (2016), bahwa “Cara membuat demokrasi berjalan adalah bahwa struktur harus diambil oleh warga negara, bukan pada orang yang membuat keputusan atas nama warga negara. Kewarganegaraan menjadi elemen penting. Yang perlu dilakukan, adalah merumuskan instrumen untuk mengukur demokrasi yang lebih sensitif.” Artinya pelibatan masyarakat, sebagai kolektif dan individu dalam proses kehidupan demokrasi harus dimaksimalkan. Budaya Kewargaaan sering disebut sebagai budaya demokrasi, dimana terdapat komponen-komponan penting yang hendak diwujudkan, yakni; keterlibatan kewargaan

Page 8: KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF DI ERA DEMOKRASI

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

8 KEPEMIMPINAN

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

yang bersifat sekular, sikap saling percaya sesama warga, toleransi, keterlibatan politis, dukungan terhadap sistem demokrasi dan partisipasi politik oleh warga yang secara keseluruhan ingin diwujudkan (Mujani: 2007).

Kepemimpinan menurut Burn adalah merupakan latihan (exercise) yang memobilisasi orang-orang secara institusional politik, psikologi dan sumber daya lain sedemikian rupa untuk membangkitkan, mengikutsertakan dan memuaskan motif-motif para pengikut. Kepemimpinan transformatif menjadi tipe pilihan yang ideal yang diharapkan masyarakat dengan pengembangan budaya kewargaan untuk mencapai demokrasi yang diidamkan. Menurut Burns, kepemimpinan transformatif terjadi saat salah satu atau beberapa orang melibatkan diri dengan yang lain sedemikian rupa sehingga pemimpin dan pengikutnya saling mendorong satu sama lain ke tingkatan motivasi yang lebih tinggi. Jenis kepemimpinan ini ialah sebuah ‘transformasi’, bukan sebuah ‘pertukaran’.

Proses bersamaan yang di dalamnya melibatkan pemimpin dan pengikut sebagai bagian dari usaha yang sama. Orang-orang mendorong dan mendukung satu sama lainnya. Mereka melibatkan diri dalam tujuan perusahaan dan mengklaim kepemilikan pekerjaan mereka (Burns, 1978:13). Dalam politik lokal dengan sistem pemilihan kepala daerah langsung ini menjadi lebih mudah dipahami kemunculannya. Harus diakui kepemimpinan transformatif populer sejak kehadiran Presiden Joko Widodo ketika menjabat sebagai Wali Kota Surakarta, yang sekaligus menjadi penanda awal tipe kepemimpinan transformatif di Indonesia. Model kepemimpinan transformatif yang diilhami oleh sosok Jokowi seolah merepresentasikan diri sebagai masyarakat biasa, sederhana, jujur, responsif, dan apa adanya sehingga menjadi simbol gerakan rakyat. Gagasan yang ditawarkan amat taktis, mudah dipahami dan rasional. Hal ini dapat memberi harapan perubahan bila model kepemimpinan transformatif dipercaya dapat mengusung moralitas, etika politik, nilai-nilai keteladanan dan berbagai kebijakan prorakyat (Ariyanto, 2015).

Dinamika kepemimpinan transformatif juga tergambar dari cara berkomunikasi interaksional melalui silaturahmi di tengah rakyat. Dengan diksi komunikasi yang sederhana, aplikatif, taktis, dan diaksentuasi niat pribadi dapat menjadi penyebab mengapa kepemimpinan transformatif banyak mendapat dukungan publik. Salah satu gaya fenomenal dalam model kepemimpinan transformatif yakni blusukan. Dalam konteks demokrasi, blusukan menjadi sangat relevan saat sebuah rezim yang berkuasa mengklaim pemerintahannya demokratis. Bahkan menurut Somerville (2011) praktik blusukan dinilai selaras dengan prinsip utama demokrasi, yakni kesetaraan karena memotong jarak

Page 9: KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF DI ERA DEMOKRASI

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

9 KEPEMIMPINAN

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

antara pemimpin dan rakyat.

Setelah itu, kepemimpinan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil (44 tahun) adalah salah satu fenomena diantara beberapa orang muda memimpin dan membawa prestasi baik dalam masyarakatnya. Ridwan Kamil yang sering dipanggil oleh publik dengan panggilan Kang Emil, menurut penulis adalah sosok yang menarik untuk dibahas karakter, gaya kepemimpinannya di Kota Bandung. Ia mewakili “orang muda” yang diistilahkan sebagai generasi baru yang kritis dan memiliki tingkat pendidikan yang tinggi yang diharapkan menjadi penopang laju perubahan budaya politik dalam masyarakatnya. Melalui perkembangan IT, ia menjadi salah satu sosok yang mampu berkomunikasi dengan baik dengan warga masyarakatnya untuk membangun budaya kewargaan. Tulisan ini disusun oleh penulis berdasarkan data yang diperoleh melalui komunikasi langsung dengan yang bersangkutan melalui media sosial, dokumen-dokumen program Kota Bandung yang disosialisasikan dan beberapa pendapat warga Kota Bandung.

2. Konsep Demokrasi

a. Pengertian Demokrasi.

Demokrasi berasal dari kata demokratia yang merupakan salah satu kata dari bahasa Yunani. Demokrasi sendiri memiliki arti suatu kekuasaan rakyat. Adapun secara umum, demokrasi terbagi menjadi dua kata, pertama adalah kata Demos yang maknanya adalah rakyat. Dan kedua adalah kratos yang maknanya adalah kekuatan atau kekuasaan.

Demokrasi itu mencakup suatu keadaan ekonomi, sosial dan juga budaya yang di dalamnya berlangsung suatu praktik kebebasan dalam bidang politik entah itu secara bebas atau secara setara.

Adapun pengertian dari demokrasi sendiri secara umum adalah sebuah format pemerintahan dimana tiap-tiap warga Negara mempunyai hak yang setara dan juga seimbang mengenai penentuan dan juga pemilihan suatu keputusan yang nantinya akan memunculkan dampak di dalam kehidupan rakyat atau warga Negara.

Pengertian dari demokrasi sendiri juga bisa diartikan sebagai sebuah bentuk kekuasaan tertinggi yang terdapat di tangan rakyat. Tentang demokrasi ini, warga Negara boleh ikut di dalam mengambil bagian, entah itu secara langsung atau dalam sebuah bentuk perwakilan dalam hal pelaksanaan perumusan, pengembangan dan juga proses menyusun hukum.

Page 10: KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF DI ERA DEMOKRASI

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

10 KEPEMIMPINAN

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

Pengertian Demokrasi Menurut Para Ahli.

1) Pengertian dari demokrasi berdasarkan pendapat Abraham Lincoln merupakan sebuah sistem pemerintahan dimana itu dibentuk dari rakyat, oleh rakyat dan juga untuk rakyat itu sendiri.

2) Pengertian dari demokrasi berdasarkan pendapat Charles Costello merupakan suatu sistem sosial dan juga politik pemerintahan dimana di dalamnya kekuasaan pemerintah dibatasi oleh hukum dan juga budaya yang melindungi segenap hak perorangan dari warna Negara itu sendiri.

3) Sementara pengertian dari demokrasi berdasarkan pendapat dari Hans Kelsen merupakan suatu pemerintahan yang diadakan dan dilaksanakan dari rakyat dan untuk rakyat itu sendiri. Adapun mengenai pelaksana kekuasaan Negara sendiri adalah wakil dari rakyat yang sudah dipilih oleh rakyat sesudah adanya suatu keyakinan bahwa kebutuhannya akan memperoleh perhatian di dalam aturan yang telah atau akan ditetapkan oleh wakil rakyat tersebut berhubungan dengan penerapan dari kekuasaan Negara.

b. Macam-Macam Demokrasi.

Macam demokrasi yang pertama adalah demokrasi berdasarkan pada fokus perhatiannya. Demokrasi jenis ini masih dibagi lagi menjadi beberapa macam, yakni:

1) Demokrasi formal yang merupakan demokrasi yang sebatas berpusat pada bidang politik tanpa meminimalkan adanya suatu kesenjangan di dalam politik itu sendiri.

2) Demokrasi material yang merupakan suatu demokrasi yang memiliki pusat pada bidang ekonomi tanpa adanya pengurangan pada sisi kesenjangan politik.

3) Demokrasi gabungan yang merupakan suatu demokrasi yang menjadi kombinasi antara demokrasi formal dan juga demokrasi material.

c. Ciri-Ciri Demokrasi.

Demokrasi sesungguhnya juga memiliki ciri-ciri tersendiri. Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri suatu Negara yang menganut sistem demokrasi.

1) Tiap keputusan yang dikeluarkan atau ditetapkan oleh pemerintah sejalan dengan kehendak dan juga kebutuhan seluruh atau masing-masing rakyat itu sendiri.

Page 11: KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF DI ERA DEMOKRASI

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

11 KEPEMIMPINAN

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

2) Ada juga ciri konstitusional dimana berhubungan dengan kehendak kekuasaan ataupun kepentingan rakyat yang telah disusun dan juga dicatat di dalam undang-undang suatu Negara.

3) Memiliki ciri perwakilan dimana ketika mengelola sebuah kepentingan dalam Negara kedaulatan dan kekuasaan rakyat sendiri yang telah terwakili oleh orang yang dipilih dan ditentukan oleh rakyat sendiri.

4) Semua kegiatan atau aktivitas politik dilakukan dalam memilih pihak manakah yang akan diamanahi untuk melaksanakan roda pemerintahan. Adapun ciri kepartaian yakni partai sesungguhnya hanyalah sebuah media ataupun sebuah sarana sebagai unsur juga terapan dari sebuah sistem demokrasi itu sendiri.

d. Peran Pemimpin Di Era Demokratis.

Dalam era demokrasi dibutuhkan seorang pemimpin yang tangguh dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang muncul. Ini berkaitan mengenai kapabilitas seorang pemimpin untuk bagaimana caranya mereka mampu untuk memimpin sebuah organisasi. Organisasi yang pertama mereka akan pimpin adalah organisasi partai politik dan kemudia organisasi negara. Organisasi partai politik adalah tahap awal ujian bagi seorang pemimpin untuk dilihat mengenai kemampuannya memimpin sebuah organisasi. Visi dan misi dari seorang pemimpin dapat dilihat apakah dia mempunyai gagasan yang bagus dan dapat diterima oleh setiap orang dan bagaimana gagasan itu diimplementasikan dalam kerangka kerja dia sebagai seorang pemimpin bersama anak buahnya sebagai kerangka kerja partai politik. Partai politik harus mempunyai visi dan misi yang jelas mengenai ide-ide atau gagasan yang akan diperjuangkan. Visi dan misi harus menyangkut kepentingan jangka pendek dan jangka panjang.

Pemilihan umum atau yang dikenal sebagai pemilu adalah sebuah pesta demokrasi bagi setiap orang yang ingin memilih seorang pemimpin untuk memimpin dirinya-massa dalam jumlah besar (rakyat) dan memberikan mandat. Dalam demokrasi bukan hanya mengenai pesta demokrasi tetapi juga bagaimana seorang pemimpin yang akan dipilih mempunyai pengaruh yang besar, mampu memimpin dan mengatur organisasinya, mampu membuat keputusan yang cepat dalam menghadapai setiap permasalahan yang ada. Ini menyangkut integritas diri dari seorang pemimpin. Demokrasi bukan hanya membutuhkan biaya besar untuk penyelenggaraanya tetapi juga membutuhkan ide-ide baru

Page 12: KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF DI ERA DEMOKRASI

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

12 KEPEMIMPINAN

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

untuk bekerja ke arah lebih baik dari era sebelumnya. Demokrasi telah membuka banyak pilihan kepada massa-rakyat untuk memilih pemimpinnya sebagai wakil mereka dan memberikan mandat yang cukup yang disertai dengan konstitusi mengenai bagaimana pelaksanaan kekuasaan akan dijalankan dan apa sanksi yang akan diberikan ketika seorang pemimpin tidak bisa menjadi pemimpin yang diharapkan atau pemimpin yang dipilih banyak menyelewengkan kekuasaan mereka. Dalam studi ilmu politik, bahwa kekuasaan cenderung ke arah korupsi adalah hal yang nyata. Banyak sekali kejadian seperti itu. Negara-negara otoriter pada awalnya ingin menerapkan sistem demokrasi menurut versi mereka, tetapi dalam pelaksanaanya mereka para pemimpin menjadi lebih otoriter dan juga korupsi dan pada akhirnya menindas rakyat sebagai pemegang kedaulatan penuh dalam sistem demokrasi. Demokrasi adalh sistem yang terbaik dan sistem yang ada. Tetapi demokrasi juga mempunyai banyak kelemahan, oleh karena itu harus diperbaiki dalam pelaksanaannya, ini memang sama sekali tidak mudah karena menyangkut kepentingan yang luas, tetapi satu hal yang harus dingat adalah pemegang kedaulatan adalah rakyat, bukan sekelompok orang.

Kepentingan-kepentingan banyak partai yang haus mengenai kekuasaan sering kali menghambat proses demokrasi yang sesungguhnya, demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat dan untuk rakyat, demokrasi memberikan pilihan kepada rakyat untuk memilih pemimpinnya dan memberikan mandat mengenai tugas-tugas yang diberikan oleh rakyat kepada pemimpinnya untuk bekerja. Oleh karena itu Dewan Perwakilan Rakyat sebagai lembaga rakyat mewakili apa yang diinginkan oleh rakyat. Tugas DPR adalah membuat peraturan untuk dijadikan landasan mengenai bagaimana pemimpin bekerja dalam skala organisasi negara yang lebih besar, oleh karena itu jika sistem demokrasi yang diterapkan banyak disalah gunakan maka hal itu akan membunuh sistem demokrasi itu sendiri dan hal ini sangat berbahaya bagi negara dan akan menciptakan konflik-konflik sosial dalam kehidupan masyarakat. Sebagai contoh, Indonesia di era Orde Baru adalah negara yang gagal dalam menerapkan sistem demokrasi, karena kekuasaan banyak disalah gunakan yang pada akhirnya menciptakan konflik sosial di tengah-tengah masyarakat dan akhirnya menjadi krisis politik dalam skala besar yang membuat presiden Suharto harus menyerahkan mandatnya sebagai presiden atas tuntutan rakyat yang dimotori oleh mahasiswa pada tahun 1998.

Page 13: KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF DI ERA DEMOKRASI

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

13 KEPEMIMPINAN

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

Kekuasaan begitu mempesona bagi kebanyakan orang untuk diraih dan dipertahankan selama mungkin. Dengan kekuasaan maka apapun bisa dilakukan untuk mewujudkan kepentingannya. Tetapi ada satu hal yang harus selalu kita ingat bahwa menjalankan kekuasaan yang terlalu berlebihan akan menyebabkan masyarakat semakin anti terhadap pemimpinnya, karena pemimpin telah melanggar aturan yang telah disepakati mengenai aturan main dalam menjalankan kekuasaan dengan rakyat. Rakyat tentunya akan merasa tidak puas dan akan menuntut janji dari pempimpinnya untuk bekerja sesuai dengan hukum yang ada, jika tidak rakyat akan menuntutnya, jalan yang sering dilakukan adalah dengan cara berdemonstrasi dan menggalang kekuatan di internet, seperti menggalang massa di Facebook, Twitter dan social media yang lain.

Menjalankan sistem demokrasi membutuhkan energi yang besar, baik uang maupun pikiran. Oleh karena itu sistem demokrasi harus dijalankan dengan benar sesuai dengan aturan yang ada yang disepakati bersama, demokrasi adalah hak rakyat untuk memilih dan memutuskan seorang-individu yang akan dijadikan pemimpinnya. Ini berkaitan dengan kepercayaan yang diberikan oleh rakyat kepada pemimpinnya. Pemimpin bisa berasal dari partai politik sebagai organisasi yang dibentuk dan legal secara hukum atau orang yang berasal dari luar partai politik tetapi didukung oleh banyak orang dan legal secara hukum.

Sistem demokrasi disetiap negara dijalankan dengan cara yang berbeda karena disesuaikan dengan budaya masyarakat setempat. Tetapi ada satu hal yang harus kita catat bahwa sistem demokrasi adalah sistem yang universal yang dijalankan hampir 85% diseluruh dunia. Demokrasi memberikan kesempatan yang luas bagaimana seorang pemimpin menjual program-program kepada rakyatnya dengan imbalan jika rakyat menyukai program-program tersebut harus memilih dirinya sebagai pemimpin, jadi ada timbal balik. Sistem demokrasi menawarkan tawar-menawar antara pemimpin dan rakyat, tetapi harus diertai aturan yang jelas dan pengawasan yang ketat. Jika tidak maka sistem demokrasi tidak mampu berjalan dengan wajar bahkan akan disalahgunakan oleh pemimpin sebagai ambisi kekuasaan pribadi, sementara rakyat tidak pernah dianggap sebagai individu yang berdaulat yang memberikan kepercayaan kepada pemimpin untuk memimpin mereka dan menjalankan mandat yang rakyat berikan kepada pemimpinnya.

Page 14: KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF DI ERA DEMOKRASI

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

14 KEPEMIMPINAN

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

3. Konsep Kepemimpinan Transformatif.

a. Pengertian Kemimpinan Transformatif.

Kepemimpinan transformasional adalah pendekatan kepemimpinan dengan melakukan usaha mengubah kesadaran, membangkitkan semangat dan mengilhami bawahan atau anggota organisasi untuk mengeluarkan usaha ekstra dalam mencapai tujuan organisasi, tanpa merasa ditekan atau tertekan.

Kepemimpinan transformasional merupakan pemimpin yang kharismatik dan mempunyai peran sentral serta strategi dalam membawa organisasi mencapai tujuannya. Pemimpin transformasional juga harus mempunyai kemampuan untuk menyamakan visi masa depan dengan bawahannya, serta mempertinggi kebutuhan bawahan pada tingkat yang lebih tinggi dari pada apa yang mereka butuhkan.

Berikut ini beberapa pengertian kepemimpinan transformasional dari beberapa sumber buku:

1) Menurut Danim (2004:54), kepemimpinan transformasional adalah kemampuan seseorang pemimpin dalam bekerja dengan dan/atau melalui orang lain untuk mentransformasikan, secara optimal sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan target capaian yang telah ditetapkan.

2) Menurut Bass (Yukl, 2010:313), kepemimpinan transformasional adalah suatu keadaan dimana para pengikut dari seorang pemimpin transformasional merasa adanya kepercayaan, kekaguman, kesetiaan, dan hormat terhadap pemimpin tersebut, dan mereka termotivasi untuk melakukan lebih dari pada yang awalnya diharapkan mereka.

3) Menurut Burns (Safaria, 2004:62), Kepemimpinan transformasional dicirikan sebagai pemimpin yang berfokus pada pencapaian perubahan nilai-nilai, kepercayaan, sikap, perilaku, emosional, dan kebutuhan bawahan menuju perubahan yang lebih baik di masa depan.

4) Menurut Robbins dan Judge (2008;90), pemimpin transformasional adalah pemimpin yang menginspirasi para pengikutnya untuk menyampingkan kepentingan pribadi mereka demi kebaikan organisasi dan mampu memiliki pengaruh yang luar biasa pada diri para pengikutnya.

Page 15: KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF DI ERA DEMOKRASI

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

15 KEPEMIMPINAN

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

5) Menurut O’Leary (Martha Andy Pradana, 2013:3), Kepemimpinan Transformasional adalah gaya kepemimpinan yang digunakan oleh seorang manajer bila dia ingin suatu kelompok melebarkan batas dan memiliki kinerja melampaui status quo organisasi mencapai serangkaian sasaran organisasi yang sepenuhnya baru.

b. Karakteristik Kepemimpinan Transformatif.

Kepemipinan transaksional mengemukakan ada dua karakteristik utama tipe kepemimpinan transaksional, yaitu:

Pertama, pemimpin menggunakan serangkaian imbalan untuk memotivasi para anggota.

Kedua, pemimpin hanya melakukan tindakan koreksi apabila anggota gagal mencapai sasaran prestasi yang ditetapkan.

Kepemimpinan transaksional dengan demikian mengarah pada upaya mempertahankan keadaan yang telah dicapai.

Sedangkan para pemimpin transformasional memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

1) Mereka (para pemimpin transformasional) dengan jelas memandang diri mereka sendiri sebagai agen-agen perubahan (change agents). Mereka berjuang untuk membuat suatu perbedaan dan untuk mentransformasikan organisasi di bawah tanggung jawab mereka.

2) Mereka berani (courageous). Mereka mampu berurusan dengan resistensi (pihak-pihak yang melawan). Mereka mengambil posisi, mengambil risiko, meng-konfrontir realitas.

3) Mereka percaya kepada orang-orang yang dipimpinnya (believe in people). Mereka mempunyai kepercayaan-kepercayaan yang sudah dikembangkan dengan baik perihal motivasi, menaruh kepercayaan dan pemberdayaan.

4) Mereka didorong oleh seperangkat nilai yang kuat (a strong set of values). Mereka terus belajar (life-long learners). Mereka melihat kesalahan, baik kesalahan mereka sendiri atau kesalahan orang lain, sebagai kesempatan untuk belajar.

5) Mereka dapat mengatasi masalah-masalah yang mengandung kompleksitas (complexity), ketidakpastian (uncertainty) dan kemenduaan (ambiguity).

Page 16: KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF DI ERA DEMOKRASI

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

16 KEPEMIMPINAN

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

6) Mereka adalah visioner-visioner (visionaries).

Pada era saat ini, perusahaan dihadapkan pada tantangan yang besar yaitu keberagaman para karyawan handal dan berkompeten. Keberagaman ini tidak hanya berdasarkan gender, budaya, latar-belakang pendidikan ekonomi, agama, namun juga fenomena keberagaman generasi. Saat ini di tempat kerja terdapat tiga generasi yang bertemu dan saling berinteraksi yaitu generasi zoomer, generasi X dan generasi Y.

Coaching sebagai salah satu penerapan gaya kepemimpinan transformasional didefinisikan sebagai kemitraan dalam sebuah proses percakapan yang mendalam untuk pembangkitan pemikiran dan kreativitas berpikir, yang mengilhami sehingga dapat memaksimalkan potensi pribadi dan profesionalisme. Pemimpin didorong agar dapat mengembangkan timnya. Coaching gaya kepemimpinan masa depan ini berfokus pada perlakuan anggota tim sebagai manusia, dan menilai bawahan sebagai pribadi yang memiliki potensi besar untuk dapat berkembang dan mencapai hasil terbaik.

Kepemimpinan dan leadership coaching berperan menjaga keefektifan organisasi dengan memelihara potensi kepemimpinan dalam diri sendiri dan orang lain agar menjadi lebih produktif dan menyenangkan. Penggabungan seorang pemimpin yang menggunakan kepemimpinan transformational dan melakukan coaching maka dia memiliki dampak perubahan perilaku dan kinerja terhadap coachee lebih baik dibandingkan tipe kepemimpinan transaksional.

c. Ciri-ciri Kepemimpinan Transformatif.

Ciri-ciri Kepemimpinan Transformasional

Menurut Robbins dan Judge (2008:91), ciri-ciri Kepemimpinan Transformasional, yaitu:

1) Idealized Influence (pengaruh Ideal)

Idealized Influence (pengaruh Ideal) adalah perilaku pemimpin yang memberikan visi dan misi, memunculkan rasa bangga, serta mendapatkan respek dan kepercayaan bawahan. Idealized influence disebut juga sebagai pemimpin yang kharismatik, dimana pengikut memiliki keyakinan yang mendalam pada pemimpinnya, merasa bangga bisa bekerja dengan pemimpinnya, dan memercayai kapasitas pemimpinnya dalam mengatasi setiap permasalahan.

Page 17: KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF DI ERA DEMOKRASI

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

17 KEPEMIMPINAN

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

2) Inspirational Motivation (Motivasi Inspirasional)

Inspirational Motivation adalah perilaku pemimpin yang mampu mengkomunikasikan harapan yang tinggi, menyampaikan visi bersama secara menarik dengan menggunakan simbol-simbol untuk memfokuskan upaya bawahan dan mengispirasi bawahan untuk mencapai tujuan yang menghasilkan kemajuan penting bagi organisasi.

3) Intellectual Stimulation (Stimulasi Intelektual)

Intellectual Stimulation adalah perilaku pemimpin yang mampu meningkatkan kecerdasan bawahan untuk meningkatkan kreativitas dan inovasi mereka, meningkatkan rasionalitas, dan pemecahan masalah secara cermat.

4) Individualized Consideration (Pertimbangan Individual)

Individualized Consideration adalah perilaku pemimpin yang memberikan perhatian pribadi, memperlakukan masing-masing bawahan secara individual sebagai seorang individu dengan kebutuhan, kemampuan, dan aspirasi yang berbeda, serta melatih dan memberikan saran. Individualized consideration dari Kepemimpinan transformasional memperlakukan masing-masing bawahan sebagai individu serta mendampingi mereka, memonitor dan menumbuhkan peluang.

Prinsip-Prinsip Kepemimpinan Transformasional.

Prinsip-prinsip yang harus diciptakan oleh seorang pemimpin transformasional, yaitu (Erik Rees, 2001):

1) Simplifikasi, keberhasilan dari kepemimpinan diawali dengan sebuah visi yang akan menjadi cermin dan tujuan bersama. Kemampuan serta keterampilan dalam mengungkapkan visi secara jelas, praktis dan tentu saja transformasional yang dapat menjawab Kemana kita akan melangkah? menjadi hal pertama yang penting untuk kita implementasikan.

2) Motivasi, Kemampuan untuk mendapatkan komitmen dari setiap orang yang terlibat terhadap visi yang sudah dijelaskan adalah hal kedua yang perlu kita lakukan. Pada saat pemimpin transformasional dapat menciptakan suatu sinergitas di dalam organisasi, berarti seharusnya dia dapat pula mengoptimalkan, memotivasi dan memberi energi kepada setiap pengikutnya. Praktisnya dapat saja berupa tugas atau

Page 18: KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF DI ERA DEMOKRASI

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

18 KEPEMIMPINAN

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

pekerjaan yang betul-betul menantang serta memberikan peluang bagi mereka pula untuk terlibat dalam suatu proses kreatif baik dalam hal memberikan usulan atau pun mengambil keputusan dalam pemecahan masalah, sehingga hal ini pula akan memberikan nilai tambah bagi mereka sendiri.

3) Fasilitasi, dalam pengertian kemampuan untuk secara efektif memfasilitasi pembelajaran yang terjadi di dalam organisasi secara kelembagaan, kelompok, atau pun individual. Hal ini akan berdampak pada semakin bertambahnya modal intelektual dari setiap orang yang terlibat di dalamnya.

4) Mobilitasi, yaitu pengerahan semua sumber daya yang ada untuk melengkapi dan memperkuat setiap orang yang terlibat di dalamnya dalam mencapai visi dan tujuan. Pemimpin transformasional akan selalu mengupayakan pengikut yang penuh dengan tanggung jawab.

5) Siap Siaga, yaitu kemampuan untuk selalu siap belajar tentang diri mereka sendiri dan menyambut perubahan dengan paradigma baru yang positif.

6) Tekad, yaitu tekad bulat untuk selalu sampai pada akhir, tekad bulat untuk menyelesaikan sesuatu dengan baik dan tuntas. Untuk ini tentu perlu pula didukung oleh pengembangan disiplin spiritualitas, emosi, dan fisik serta komitmen.

4. Kepemimpinan Transformatif di Era Demokrasi

Dalam melaksanakan perubahan Polri yang promoter (profesional, modern, terpercaya), model kepemimpinan transformatif dapat dijadikan sebagai pilihan. Kepemimpinan transformatif menunjuk pada proses membangun komitmen terhadap sasaran organisasi dan member kepercayaan kepada para anggotanya maupun masyarakat untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut. Teori transformatif mempelajari juga bagaimana para pemimpin mengubah budaya dan struktur organisasi agar lebih konsisten dengan strategi-strategi manajemen untuk mencapai sasaran operasional. Secara konseptual, kepemimpinan transformatif didefinisikan sebagai kemampuan pemimpin mengubah lingkungan kerja, motivasi kerja, dan pola kerja, dan nilai-nilai kerja yang dipersepsikan bawahan sehingga mereka lebih mampu mengoptimalkan kinerja untuk mencapai tujuan organisasi. Berarti, sebuah proses transformatif terjadi dalam hubungan kepemimpinan manakala pemimpin membangun kesadaran bawahan akan pentingnya nilai

Page 19: KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF DI ERA DEMOKRASI

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

19 KEPEMIMPINAN

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

kerja, memperluas dan meningkatkan kepentingan bersama termasuk kepentingan organisasi.

Kepemimpinan transformatif sebagai proses yang padanya “Para pemimpin dan pengikut saling menaikan diri ketingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi”, seperti kemerdekaan, keadilan, dan kemanusiaan dan bukan didasarkan atas emosi, seperti misalnya keserakahan, kecemburuan social, atau kebencian. Dengan cara demikian, antar pimpinan dan bawahan terjadi kesamaan persepsi sehingga mereka dapat mengoptimalkan usaha kearah tujuan yang ingin dicapai organisasi. Melalui cara ini, diharapkan akan tumbuh kepercayaan, kebanggaan, komitmen, rasa hormat, dan loyal kepada atasan sehingga mereka mampu mengoptimalkan usaha dan kinerja mereka lebih baik dari biasanya. Ringkasnya, pemimpin transformatif berupaya melakukan transforming of visionary menjadi visi bersama sehingga mereka (bawahan plus pemimpin) bekerja untuk mewujudkan visi menjadi kenyataan. Dengan kata lain, proses transformatif dapat terlihat melalui sejumlah perilaku kepemimpinan seperti; attributed charisma, idealized influence, inspirational motivation, intellectual stimulation, dan individualized consideration. Secara ringkas perilaku dimaksud adalah sebagai berikut:

Attributed charisma, bahwa charisma secara tradisional dipandang sebagai hal yang bersifat inheren dan hanya memiliki oleh pemimpin-pemimpin kelas dunia. Penelitian membuktikan bahwa charisma bisa saja dimiliki pimpinan di level bawah dari sebuah organisasi. Pemimpin yang memiliki cirri tersebut, memperlihatkan visi, kemampuan, keahliannya serta tindakan yang lebih mendahulukan kepentingan organisasi dan kepentingan orang lain (masyarakat) dari kepentingan pribadi. Karena itu, pemimpin kharismatik dijadikan suri tauladan, idola, dan model panutan oleh bawahannya, yaitu idealized influence.

Idealized influence. Pimpinan tipe ini berupaya mempengaruhi bawahannya melalui komunikasi langsung dengan menekankan pentingnya nilai-nilai, asumsi-asumsi, komitmen dan keyakinan, serta memiliki tekad untuk mencapai tujuan dengan senantiasa mempertimbangkan akibat-akibat moral dan etika dari setiap keputusan yang dibuat. Ia memperlihatkan kepercayaan pada cita-cita, keyakinan, dan nilai-nilai hidupnya. Dampaknya adalah dikagumi, dipercaya, dihargai, dan bawahan berusaha mengidentikan diri dengannya. Hal ini disebabkan perilaku yang menomorsatukan kebutuhan bawahannya, membagi resiko dengan bawahan secara konsisten, dan menghindari penggunaan kuasa untuk kepentingan pribadi. Dengan demikian, bawahan bertekad dan termotivasi untuk mengoptimalkan usaha dan bekerja ke tujuan bersama.

Page 20: KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF DI ERA DEMOKRASI

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

20 KEPEMIMPINAN

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

Inspirational motivation. Pemimpin transformatif bertindak dengan cara memotivasi dan memberikan inspirasi kepada bawahan melalui pemberian arti dan tantangan terhadap tugas bawahan. Bawahan diberi untuk berpartisipasi kepada bawahan melalui pemberian arti dan tantangan terhadap tugas bawahan. Bawahan diberi untuk berpartipasi secara optimal dalam hal gagasan-gagasan, memberi visi mengenai keadaan organisasi masa depan yang menjadikan harapan yang jelas dan transparan. Pengaruhnya diharapkan dapat meningkatkan semangat kelompok, antusiasisme dan optimisme dikorbankan sehingga harapan-harapan itu menjadi penting dan bernilai bagi mereka dan perlu direalisasikan melalui komitmen yang tinggi.

Intellectual stimulation. Bahwa pemimpin mendorong bawahan untuk memikirkan kembali cara kerja dan mencari cara-cara kerja baru dalam menyelesaikan tugasnya. Pengaruhnya diharapkan, bawahan merasa pimpinan menerima dan mendukung mereka untuk memikirkan cara-cara kerja mereka, mencari cara-cara baru dalam menyelesaikan tugas, dan merasa menemukan cara-cara kerja baru dalam mempercepat tugas-tugas mereka. Pengaruh posotif lebih jauh adalah menimbulkan semangat belajar yang tinggi (oleh Peter Senge, hal ini disebut sebagai “learning organization”.

Individualized consideration. Pimpinan memberikan perhatian pribadi kepada bawahannya seperti memperlakukan mereka sebagai pribadi yang utuh dan menghargai sikap peduli mereka terhadap organisasi. Pengaruh terhadap bawahan antara lain, merasa diperhatikan dan diperlakukan manusiawi dari atasannya.

Dengan demikian, kelima perlakuan tersebut diharapkan mampu beriteraksi mempengaruhi terjadinya perubahan perilaku bawahan untuk mengoptimalkan usaha dan performance yang lebih memuaskan kearah tercapainya visi dan misi organisasi.Sifat dan nilainilai yang diharapkan dari seorang pemimpin Polri yang transformatif antara lain: Jujur, Professional, Adil, Cerdas, Compassionate, Trustworthy, Tidak memihak, Perhatian, Berdedikasi, Reliable, Accountable, Role model, Transparent, Courageous, Untouchable, Integrity, Friendly, Approachable, Respectfull dan Ethical. Orientasi pemimpin Polri yang transformasional antara lain Legalitas menjadi legitimasi, Elitis menjadi populis, Mengumpulkan kekuatan menjadi menyebar kekuatan, Truth menjadi loyality, Individual menjadi organization, Short term menjadi long term, Justice menjadi mercy, Rules menjadi principle, Duty menjadi conscience, Responsibility menjadi frernity dan Monologis menjadi dialogis.

Melalui model kepimpinan yang transformatif diharapkan dapat melakukan perubahan yang mendasar terutama perubahan

Page 21: KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF DI ERA DEMOKRASI

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

21 KEPEMIMPINAN

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

secara kultural. Yaitu mampu membawa anggotanya untuk membagun hubungan polisi dengan warga komuniti mempunyai tiga (3) posisi yaitu:

a. Posisi seimbang atau setara yaitu polisi dengan masyarakat menjadi mitra saling bekerja sama dalam rangka menyelesaikan berbagai masalah sosial yang terjadi di dalam masyarakat.

b. Posisi polisi yang menganggap seolah-olah masyarakat sebagai atasannya yang berbagai kebutuhan rasa aman yang harus dipahami dan dipenuhi oleh polisi.

c. Posisi polisi sebagai pelindung, pengayom masyarakat yang sekaligus aparat penegak hukum yang dapat dipercaya. Dan mampu membangun terwujudnya hubungan baik yang tulus antara polisi dengan warga masyarakat sehingga polri mendapatka kepercayaan masyarakat.

Strategi Kepemimpinan Transformatif Sesuai Lingkup Tugas

Menjabarkan kepemimpinan transformative dilingkungan kerja di kepolisian yang Promoter dapat dilihat dari para pemimpinya dalam melakukan perbaikan lingkup birokrasi yang dipimpinnya. Perbaikan yang dilakukan ditunjukan dari : Visi yang menunjukkan tingkat kecerdasan untuk mewujudkan impian bagi penyiapan yang lebih baik di masa yang akan datang. Sang pemimpin takala tidak mempersiapkan diri atau tidak memiliki inovasi maka tidak akan mampu mereformasi; Kejujuran, seorang pemimpin tatkala tidak jujur maka akan melakukan kebohongan-kebohongan dan bermain-main dengan kekuasaanya tidak lagi menjadi patriot. Bisa saja menjadi benalu yang menggerogoti; Ketulusan hatinya, merefleksikan bahwa apa yang menjadi kebijakan dalam mewujudkan mimpinya adalah untuk memperbaiki kesalahan, menyiapkan kebutuhan dan harapan di masa kini maupun bagi masa depan yang lebih baik; Berani, memiliki keberanian untuk menjadi tempered radikal, keluar main stream atau out of the box dalam mewujudkan impianya dan, Bertanggung jawab, apa yang dilakukan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum, administrasi, fungsional, sosial maupun secara moral.

Sang pemimpin sadar bahwa dirinya akan menjadi sang pencerah, role model bahkan sebagai ikon. Sang pemimpin akan menemui tantangan, ancaman, hambatan, gangguan yang besar dari dalam maupun dari luar. Dari bawahan, teman selevel hingga atasanya. Kenyamanan dengan pola-pola yang lama menjadi lilitan kuat untuk mempertahan kenyamanan dan kemapananya. Sang pemimpin reformasi berani mengingatkan dan menghentikan

Page 22: KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF DI ERA DEMOKRASI

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

22 KEPEMIMPINAN

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

yang salah, mengatakan dan melakukan yang benar. Tiada hari tanpa berbuat kebaikan dan melakukan perbaikan.

Perbaikan-perbaikan yang dilakukan menjadi harapan yang ditunjukkan. Pikiran, perkataanya dan perbuatanya tertuju untuk memperbaiki kesalahan masa lalu, siap di masa kini dan menyiapkan masa depan yang lebih baik. Prestasi sang pemimpin bisa dikategorikan sebagai berikut:

a. Mampu menyatukan atau menyamakan persepsi untuk maju atau membangun atau melakukan apa saja dan dipercaya penuh oleh warganya,

b. Mampu memberdayakan apa saja potensi-potensi yang ada untuk menjadi kemaslahatan hidup banyak orang,

c. Mampu memprediksi (melihat sesuatu baik dari segi positif maupun negatifnya), mengantisipasi (mencegah) dan memberikan solusi atas konflik dan masalahmasalah yang terjadi,

d. Mampu memberikan motivasi, konsultasi bahkan tempat curhat bagi siapa saja,

e. Senantiasa menginspirasi (kreatif, inovatif) selalu ada hal-hal baru sebagai terobosan kreatif,

f. Mampu mentransformasi kompetensinya ke segala lini,

g. Integritasnya terbukti dan teruji saat menggunakan kewenangan dan kekuasaanya,

h. Karya-karyanya dibidang administrasi, operasional, fisik bangunan atau infrastruktur, sistem-sistem (soft ware dan hard ware), hukum dan peraturan-peraturan, dan sumber daya manusia yang berkarakter mampu menjadi unggulan dan layak dibanggakan.

Pemimpin yang transformatif adalah pemimpin yang mampu

mengerjakan atau mengambil kebijakan sebagaimana yang seharusnya. Ia tidak terikat hutang budi, tidak takut mengatakan apa yang semestinya, tidak kucing-kucingan, bekerja atas dasar kompetensi ketulusan dan kemanusiaan, bernyali untuk menjadi pionir dan ikon perubahan, berani memerangi mafia, tidak melakukan hal-hal yang kontra produktif yang berdampak publik tidak percaya.

Sang pemimpin mampu menunjukkan karakter dan integritasnya. Keberhasilan sang pemimpin dapat dinilai dari: Internal kelembagaan, Kebijakan-kebijakannya mampu memprediksi, mengantisipasi dan memberi solusi, Mampu memberdayakan potensi-potensi yang ada, Menginspirasi, dan mampu menjadikan perubahan, Mampu menyelenggarakan tugas

Page 23: KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF DI ERA DEMOKRASI

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

23 KEPEMIMPINAN

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

secara profesional, cerdas, bermoral dan modern, Visioner, Apa yang dirasakan oleh masyarakat, Meningkatnya kualitas kamtibmas yang ditunjukkan (tidak adanya premanisme, pemalakan, kewajiban setor, backing, illegal dan sebagainya)

Rangkuman

1. Pengertian demokrasi.

Demokrasi berasal dari kata demokratia yang merupakan salah satu kata dari bahasa Yunani. Demokrasi sendiri memiliki arti suatu kekuasaan rakyat. Adapun secara umum, demokrasi terbagi menjadi dua kata, pertama adalah kata Demos yang maknanya adalah rakyat. Dan kedua adalah kratos yang maknanya adalah kekuatan atau kekuasaan.

Demokrasi itu mencakup suatu keadaan ekonomi, sosial dan juga budaya yang di dalamnya berlangsung suatu praktik kebebasan dalam bidang politik entah itu secara bebas atau secara setara.

2. Macam-macam demokrasi.

a. Demokrasi formal yang merupakan demokrasi yang sebatas berpusat pada bidang politik tanpa meminimalkan adanya suatu kesenjangan di dalam politik itu sendiri.

b. Demokrasi material yang merupakan suatu demokrasi yang memiliki pusat pada bidang ekonomi tanpa adanya pengurangan pada sisi kesenjangan politik.

c. Demokrasi gabungan yang merupakan suatu demokrasi yang menjadi kombinasi antara demokrasi formal dan juga demokrasi material.

3. Ciri-ciri demokrasi.

a. Tiap keputusan yang dikeluarkan atau ditetapkan oleh pemerintah sejalan dengan kehendak dan juga kebutuhan seluruh atau masing-masing rakyat itu sendiri.

b. Ada juga ciri konstitusional dimana berhubungan dengan kehendak kekuasaan ataupun kepentingan rakyat yang telah disusun dan juga dicatat di dalam undang-undang suatu Negara.

c. Memiliki ciri perwakilan dimana ketika mengelola sebuah kepentingan dalam Negara kedaulatan dan kekuasaan rakyat sendiri yang telah terwakili oleh orang yang dipilih dan ditentukan oleh rakyat sendiri.

Page 24: KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF DI ERA DEMOKRASI

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

24 KEPEMIMPINAN

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

d. Semua kegiatan atau aktivitas politik dilakukan dalam memilih pihak manakah yang akan diamanahi untuk melaksanakan roda pemerintahan. Adapun ciri kepartaian yakni partai sesungguhnya hanyalah sebuah media ataupun sebuah sarana sebagai unsur juga terapan dari sebuah sistem demokrasi itu sendiri.

4. Peran Pemimpin Di Era Demokratis.

Dalam era demokrasi dibutuhkan seorang pemimpin yang tangguh dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang muncul. Ini berkaitan mengenai kapabilitas seorang pemimpin untuk bagaimana caranya mereka mampu untuk memimpin sebuah organisasi. Organisasi yang pertama mereka akan pimpin adalah organisasi partai politik dan kemudia organisasi negara. Organisasi partai politik adalah tahap awal ujian bagi seorang pemimpin untuk dilihat mengenai kemampuannya memimpin sebuah organisasi. Visi dan misi dari seorang pemimpin dapat dilihat apakah dia mempunyai gagasan yang bagus dan dapat diterima oleh setiap orang dan bagaimana gagasan itu diimplementasikan dalam kerangka kerja dia sebagai seorang pemimpin bersama anak buahnya sebagai kerangka kerja partai politik. Partai politik harus mempunyai visi dan misi yang jelas mengenai ide-ide atau gagasan yang akan diperjuangkan. Visi dan misi harus menyangkut kepentingan jangka pendek dan jangka panjang.

5. Pengertian Kemimpinan Transformatif.

Kepemimpinan transformasional adalah pendekatan kepemimpinan dengan melakukan usaha mengubah kesadaran, membangkitkan semangat dan mengilhami bawahan atau anggota organisasi untuk mengeluarkan usaha ekstra dalam mencapai tujuan organisasi, tanpa merasa ditekan atau tertekan.

Kepemimpinan transformasional merupakan pemimpin yang kharismatik dan mempunyai peran sentral serta strategi dalam membawa organisasi mencapai tujuannya. Pemimpin transformasional juga harus mempunyai kemampuan untuk menyamakan visi masa depan dengan bawahannya, serta mempertinggi kebutuhan bawahan pada tingkat yang lebih tinggi dari pada apa yang mereka butuhkan.

6. Karakteristik kepemimpinan transformatif.

a. Mereka (para pemimpin transformasional) dengan jelas memandang diri mereka sendiri sebagai agen-agen perubahan (change agents). Mereka berjuang untuk membuat suatu perbedaan dan untuk mentransformasikan organisasi di bawah tanggung jawab mereka.

Page 25: KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF DI ERA DEMOKRASI

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

25 KEPEMIMPINAN

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

b. Mereka berani (courageous). Mereka mampu berurusan dengan resistensi (pihak-pihak yang melawan). Mereka mengambil posisi, mengambil risiko, meng-konfrontir realitas.

c. Mereka percaya kepada orang-orang yang dipimpinnya (believe in people). Mereka mempunyai kepercayaan-kepercayaan yang sudah dikembangkan dengan baik perihal motivasi, menaruh kepercayaan dan pemberdayaan.

d. Mereka didorong oleh seperangkat nilai yang kuat (a strong set of values). Mereka terus belajar (life-long learners). Mereka melihat kesalahan, baik kesalahan mereka sendiri atau kesalahan orang lain, sebagai kesempatan untuk belajar.

e. Mereka dapat mengatasi masalah-masalah yang mengandung kompleksitas (complexity), ketidakpastian (uncertainty) dan kemenduaan (ambiguity).

f. Mereka adalah visioner-visioner (visionaries).

7. Ciri-ciri Kepemimpinan Transformatif.

a. Idealized Influence (pengaruh Ideal).

b. Inspirational Motivation (Motivasi Inspirasional).

c. Intellectual Stimulation (Stimulasi Intelektual).

d. Individualized Consideration (Pertimbangan Individual).

8. Prinsip-Prinsip Kepemimpinan Transformasional

a. Simplifikasi.

b. Motivasi.

c. Fasilitasi.

d. Mobilitasi.

e. Siap Siaga.

f. Tekad.

Page 26: KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF DI ERA DEMOKRASI

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

26 KEPEMIMPINAN

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

Latihan

1. Menjelaskan Pengertian demokrasi !

2. Menjelaskan Ciri-ciri demokrasi !

3. Menjelaskan Peran pemimpin di era demokratis !

4. Menjelaskan Pengertian kemimpinan transformative !

5. Menjelaskan Karakteristik kepemimpinan transformatif potensi daya otak dan daya fisik !

6. Susunlah strategi transformasi sesuai lingkup tugas !