kementerian perhubunganppid-dev.dephub.go.id/files/keuangan/lk_audited_2017... · 2019. 9. 17. ·...
TRANSCRIPT
-
JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NO. 8 JAKARTA 10110
-
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
LAPORAN KEUANGAN BAGIAN ANGGARAN 022
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR
PADA 31 DESEMBER 2017
(AUDITED)
-
Daftar Isi – i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i Daftar Isi ii Daftar Tabel iii -
Daftar Isi i
Daftar Tabel ii
Daftar Grafik vi
Ringkasan iv Ringkasan 1 1
I. Laporan Realisasi Anggaran 3 3
II. Neraca 4 4
III. Laporan Operasional 6
IV. Laporan Perubahan Ekuitas 8
V. Catatan atas Laporan Keuangan 5
A. Penjelasan Umum 9
B. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran 23
C. Penjelasan atas Pos-pos Neraca 42
D. Penjelasan atas Pos-Pos Laporan Operasional 95
E. Penjelasan atas Pos-Pos Laporan Perubahan Ekuitas 107
F. Pengungkapan-Pengungkapan Lainnya 115
-
Daftar Tabel – ii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Rincian jumlah Satker pada Masing-masing Eselon I 15
Tabel 2 : Kriteria Kualitas Piutang 19
Tabel 3 : Penggolongan Masa Manfaat Aset Tetap 21
Tabel 4 : Penggolongan Masa Manfaat Aset Tak Berwujud 22
Tabel 5 : Uraian Anggaran Pendapatan dan Belanja Semula dan Setelah Revisi 23
Tabel 6 : Uraian Pagu Anggaran Semula dan Setelah Revisi Berdasarkan
Program
23
Tabel 7 : Rincian Estimasi dan Realisasi Pendapatan 25
Tabel 8 : Rincian Estimasi dan Realisasi Pendapatan Jasa per 31 Desember
2017
27
Tabel 9 : Rincian Estimasi dan Realisasi Pendapatan Jasa Layanan Umum
per 31 Desember 2017
28
Tabel 10 : Perbandingan Realisasi PNBP per 31 Desember 2017 dan 31
Desember 2016
29
Tabel 11 : Rincian Perbandingan Pendapatan Negara Bukan Pajak
Non BLU dan BLU
29
Tabel 12 : Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per 31 Desember 2017 30
Tabel 13 : Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja Menurut Program per 31
Desember 2017
31
Tabel 14 : Perbandingan Realisasi Belanja per 31 Desember 2017 dan 31
Desember 2016
31
Tabel 15 : Perbandingan Realisasi Belanja Pegawai per 31 Desember 2017 dan
31 Desember 2016
32
Tabel 16 : Perbandingan Realisasi Belanja Barang per 31 Desember 2017 dan
31 Desember 2016
33
Tabel 17 : Uraian Jenis Belanja Barang Operasional 33
Tabel 18 : Uraian Jenis Belanja Barang Non Operasional 34
Tabel 19 : Uraian Jenis Belanja Pemeliharaan 35
Tabel 20 : Uraian Jenis Belanja Barang untuk Diserahkan Kepada
Masyarakat/Pemda yang terdapat pada Ditjen Perhubungan Darat
dan Ditjen Perhubungan Laut
36
Tabel 21 : Perbandingan Realisasi Belanja Modal per 31 Desember 2017 dan 31
Desember 2016
37
Tabel 22 : Perbandingan Realisasi Belanja Modal Tanah per 31 Desember 2017
dan 31 Desember 2016
38
Tabel 23 : Perbandingan Realisasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin per 31
Desember 2017 dan 31 Desember 2016
38
Tabel 24 : Perbandingan Realisasi Belanja Modal Gedung dan Bangunan per 31
Desember 2017 dan 31 Desember 2016
39
Tabel 25 : Perbandingan Realisasi Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan per
31 Desember 2017 dan 31 Desember 2016
40
Tabel 26 : Perbandingan Realisasi Belanja Modal Lainnya per 31 Desember
2017 dan 31 Desember 2016
40
Tabel 27 : Perbandingan Realisasi Belanja Modal Badan Layanan Umum per 31
Desember dan 31 Desember 2016
41
Tabel 28 : Rincian Aset Lancar Per 31 Desember 2017 dan 31 Desember 2016 42
-
Daftar Tabel – iii
Tabel 29 : Rincian Kas di Bendahara Pengeluaran Per Eselon I 43
Tabel 30 : Rincian Kas di Bendahara Penerimaan Per Eselon I 43
Tabel 31 : Rincian Kas Lainnya dan Setara Kas per 31 Desember 2017 dan 31
Desember 2016
44
Tabel 32 : Saldo Kas BLU per Satker BLU Per 31 Desember 2017 dan 31
Desember 2016
45
Tabel 33 : Rincian Investasi Jangka Pendek BLU per 31 Desember 2017 46
Tabel 34 : Mutasi Belanja Dibayar Dimuka 46
Tabel 35 : Pendapatan Yang Masih Harus Diterima per Eselon I 47
Tabel 36 : Mutasi Pendapatan Yang Masih Harus Diterima 47
Tabel 37 : Piutang Bukan Pajak Menurut Jenisnya 48
Tabel 38 : Piutang Bukan Pajak per Eselon I 48
Tabel 39 : Mutasi Piutang Bukan Pajak per Eselon I 49
Tabel 40 : Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Piutang Bukan Pajak per Eselon I 49
Tabel 41 : Bagian Lancar TP/TGR Per Eselon I 50
Tabel 42 : Penyisihan Piutang Bagian Lancar TP/TGR 50
Tabel 43 : Piutang Dari Kegiatan Operasional BLU per Satker BLU 51
Tabel 44 : Mutasi Piutang Dari Kegiatan Operasional BLU 52
Tabel 45 : Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Piutang Kegiatan Operasional
BLU
53
Tabel 46 : Rincian Piutang Dari Kegiatan Non-operasional BLU 54
Tabel 47 : Mutasi Piutang Dari Kegiatan Non-operasional BLU 54
Tabel 48 : Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Piutang Kegiatan Non-
operasional BLU
55
Tabel 49 : Rincian Persediaan per Satker BLU per 31 Desember 2017 55
Tabel 50 : Rincian Persediaan per Eselon I 56
Tabel 51 : Daftar Persediaan per Akun per 31 Desember 2017 57
Tabel 52 : Posisi Aset Tetap 58
Tabel 53 : Rincian Aset Tetap Per Eselon I 58
Tabel 54 : Rincian Aset Tanah per Satker BLU 59
Tabel 55 : Tanah per Eselon I 60
Tabel 56 : Mutasi Tanah 60
Tabel 57 : Rincian Peralatan dan Mesin per Satker BLU 61
Tabel 58 : Peralatan dan Mesin per Eselon I 62
Tabel 59 : Mutasi Peralatan dan Mesin 62
Tabel 60 : Rincian Gedung dan Bangunan per Satker BLU 63
Tabel 61 : Gedung dan Bangunan per Eselon I 64
Tabel 62 : Mutasi Gedung dan Bangunan 64
Tabel 63 : Rincian Jalan, Irigasi, dan Jaringan per Satker BLU 65
Tabel 64 : Jalan, Irigasi, dan Jaringan per Eselon I 66
Tabel 65 : Mutasi Jalan, Irigasi, dan Jaringan 66
Tabel 66 : Rincian Aset Tetap Lainnya per Satker BLU 67
Tabel 67 : Aset Tetap Lainnya per Eselon I 68
Tabel 68 : Mutasi Aset Tetap Lainnya 68
Tabel 69 : Rincian Konstruksi Dalam Pengerjaan per Satker BLU 69
Tabel 70 : Konstruksi Dalam Pengerjaan per Eselon I 69
Tabel 71 : Mutasi Konstruksi Dalam Pengerjaan 70
Tabel 72 : Rincian Akumulasi Penyusutan Aset Tetap per Eselon I per 31
Desember 2017
70
-
Daftar Tabel – iv
Tabel 73 : Rincian Piutang Tagihan TP/TGR per Satker 71
Tabel 74 : Mutasi Penyisihan Piutang TP/TGR 71
Tabel 75 : Rincian Piutang Jangka Panjang Lainnya per Eselon I per 31
Desember 2017 dan 2016
72
Tabel 76 : Rincian Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Piutang Jangka Panjang
Lainnya
79
Tabel 77 : Aset Lainnya per Eselon I 80
Tabel 78 : Rincian Aset Lainnya Menurut Jenisnya 80
Tabel 79 : Rincian Aset Kemitraan Dengan Pihak Ketiga 81
Tabel 80 : Rincian Aset Tak Berwujud per Satker BLU 82
Tabel 81 : Mutasi Aset Tak Berwujud 82
Tabel 82 : Aset Tak Berwujud per Eselon I 83
Tabel 83 : Rincian Aset Tak Berwujud Menurut Jenisnya 83
Tabel 84 : Mutasi Aset Tak Berwujud Dalam Pengerjaan 83
Tabel 85 : Aset Tak Berwujud Dalam Pengerjaan per Eselon I 84
Tabel 86 : Rincian Aset Lain-lain Per Satker BLU 85
Tabel 87 : Aset Lain-lain Per Eselon I 85
Tabel 88 : Mutasi Aset Lain-lain 85
Tabel 89 : Rincian Akumulasi Penyusutan/Amortisasi Aset Lainnya
per Eselon I
86
Tabel 90 : Rincian Utang Kepada Pihak Ketiga per Eselon I 87
Tabel 91 : Mutasi Utang Kepada Pihak Ketiga per Eselon I 87
Tabel 92 : Mutasi Hibah Yang Belum Disahkan Per Eselon I 90
Tabel 93 : Rincian Hibah Yang Belum Disahkan Per Satker 90
Tabel 94 : Rincian Hibah Yang Belum Disahkan pada Ditjen Perhubungan
Udara
91
Tabel 95 : Rincian Pendapatan Diterima Dimuka 92
Tabel 96 : Rincian Pendapatan Diterima Dimuka pada BPSDM 92
Tabel 97 : Mutasi Pendapatan Diterima Dimuka 93
Tabel 98 : Rincian Utang Jangka Pendek Lainnya per Eselon I 93
Tabel 99 : Mutasi Utang Jangka Pendek Lainnya per Eselon I 94
Tabel 100 : Rincian Ekuitas per Eselon I 94
Tabel 101 : Rincian Pendapatan Untuk Tahun yang Berakhir Pada 31 Desember
2017 dan 2016
95
Tabel 102 : Rincian Pendapatan Negara Bukan Pajak Lainnya Per Eselon I untuk
Tahun yang Berakhir pada 31 Desember 2017 dan 2016
96
Tabel 103 : Rincian per Jenis Beban Operasional untuk Tahun yang Berakhir
pada 31 Desember 2017 dan 2016
96
Tabel 104 : Rincian Beban Pegawai untuk Tahun yang Berakhir pada 31
Desember 2017 dan 2016
97
Tabel 105 : Beban Persediaan untuk Tahun yang Berakhir pada 31 Desember
2017 dan 2016 Per Eselon I
98
Tabel 106 : Rincian Beban Barang dan Jasa untuk Tahun yang Berakhir pada 31
Desember 2017 dan 2016
98
Tabel 107 : Rincian Beban Pemeliharaan TA 2017 99
Tabel 108 : Beban Pemeliharaan TA 2017 dan TA 2016 Per Eselon I 99
Tabel 109 : Rincian Beban Perjalanan Dinas untuk Tahun yang Berakhir pada 31
Desember 2017 dan 2016
100
-
Daftar Tabel – v
Tabel 110 : Rincian Beban Barang untuk Diserahkan kepada Masyarakat
untuk Tahun yang Berakhir pada 31 Desember 2017 dan 2016
100
Tabel 111 Rincian Beban Penyusutan dan Amortisasi untuk Tahun yang
Berakhir pada 31 Desember 2017 dan 2016
101
Tabel 112 Rincian Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih
untuk Tahun yang Berakhir pada 31 Desember 2017 dan 2016
102
Tabel 113 : Beban Lain-lain Per Eselon I untuk Tahun yang Berakhir pada 31
Desember 2017 dan 2016
103
Tabel 114 : Surplus/Defisit dari Kegiatan Operasional untuk Tahun yang
Berakhir pada 31 Desember 2017 dan 2016
103
Tabel 115 : Surplus/Defisit Pelepasan Aset Non Lancar untuk Tahun yang
Berakhir pada TA 2017 dan TA 2016
104
Tabel 116 : Pendapatan Pelepasan Aset Non Lancar untuk Tahun yang Berakhir
pada TA 2017 per Eselon I
104
Tabel 117 : Beban Pelepasan Aset Non Lancar untuk Tahun yang Berakhir pada
TA 2017 dan TA 2016 104
Tabel 118 : Surplus/Defisit Dari Kegiatan Non Operasional Lainnya Untuk
Tahun Yang Berakhir Pada 31 Desember 2017 dan 2016
105
Tabel 119 : Beban dari Kegiatan Non Operasional Lainnya untuk Tahun yang
Berakhir pada TA 2017 dan TA 2016
105
Tabel 120 : Surplus/Defisit Dari Kegiatan Non Operasional untuk Tahun yang
Berakhir pada 31 Desember 2017 dan 2016
106
Tabel 121 : Surplus/Defisit Laporan Operasional untuk tahun yang berakhir pada
31 Desember 2017 dan 2016
106
Tabel 122 : Ekuitas Awal per Eselon I 107
Tabel 123 : Surplus/Defisit LO per Eselon I 107
Tabel 124 : Koreksi yang Menambah/Mengurangi Ekuitas 108
Tabel 125 : Koreksi yang Menambah/Mengurangi Ekuitas per Eselon I 108
Tabel 126 : Koreksi Nilai Persediaan per Eselon I 109
Tabel 127 : Rincian Koreksi Nilai Persediaan TA 2017 109
Tabel 128 : Koreksi Nilai Aset Non Revaluasi per Eselon I 110
Tabel 129 : Koreksi Lain-lain per Eselon I 111
Tabel 130 : Rincian Lain-lain per Jenis Koreksi 111
Tabel 131 : Transaksi Antar Entitas per Eselon I 111
Tabel 132 : Transaksi Antar Entitas dari Jenis Transaksi 112
Tabel 133 : Transfer Keluar dan Transfer Masuk per Eselon I 112
Tabel 134 : Rincian Pengesahan Hibah 113
Tabel 135 : Kenaikan Ekuitas 114
Tabel 136 : Ekuitas Akhir 114
Tabel 137 : Rincian Nilai Revaluasi Tanah per Unit Eselon I 116
Tabel 138 : Rincian Nilai Revaluasi Gedung dan Bangunan per Unit Eselon I 117
Tabel 139 : Rincian Nilai Revaluasi Jalan, Irigasi, dan Jaringan per Unit Eselon I 117
Tabel 140 : Jenis-Jenis Kegiatan Kepelabuhanan yang Dikonsesikan 119
Tabel 141 : Terminal yang Telah Terbit BAST dan Sudah Memperoleh Nomor
Register Hibah
128
Tabel 142 : Terminal yang Telah Tanda Tangan BAST-P3D 129
Tabel 143 : Terminal yang Belum Tanda Tangan BAST-P3D 129
Tabel 144 : UPPKB yang Telah Terbit BAST dan Sudah Memperoleh Register
Hibah
130
-
Daftar Grafik – vi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Komposisi Anggaran dan Realisasi Belanja per 31 Desember 2017
30
-
Daftar Lampiran – vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Perbandingan Realisasi PNBP Per Eselon I Tahun Anggaran 2017
Lampiran 2 : Perbandingan Realisasi Belanja Pegawai per Eselon I Tahun Anggaran 2017
Lampiran 3 : Perbandingan Realisasi Belanja Barang per Eselon I Tahun Anggaran 2017
Lampiran 4 : Perbandingan Realisasi Belanja Modal per Eselon I Tahun Anggaran 2017
Lampiran 5 : Rincian Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran per 31 Desember 2017
Lampiran 6 : Rincian Saldo Kas di Bendahara Penerimaan per 31 Desember 2017
Lampiran 7 : Rincian Saldo Kas di Lainnya dan Setara Kas per 31 Desember 2017
Lampiran 8 : Rincian Saldo Kas dan Bank BLU per 31 Desember 2017
Lampiran 9 : Rincian Investasi Jangka Pendek per 31 Desember 2017
Lampiran 10 : Rekapitulasi Persediaan Kementerian Perhubungan Tahun 2017
Lampiran 11 : Rincian Aset Tetap dan Penyusutannya Tahun 2017
Lampiran 12 : Rekapitulasi Nilai Konstruksi Dalam Pengerjaan per Eselon I Kementerian
Perhubungan TA. 2017
Lampiran 13 : Akumulasi Penyusutan per Jenis Aset Tetap per Eselon I
Lampiran 14 : Rincian Pendapatan Jasa I per Jenis Pendapatan per Eselon I TA 2017
Lampiran 15 : Rincian Pendapatan Jasa Layanan Umum per Jenis Pendapatan per Eselon I TA
2017
Lampiran 16 : Rincian Beban Operasional per Jenis Beban per Eselon I TA 2017
Lampiran 17 : Rincian Beban Pegawai per Jenis Beban per Eselon I TA 2017
Lampiran 18 : Rincian Beban Operasional per Jenis Beban per Eselon I TA 2017
Lampiran 19 : Rincian Beban Barang Non Operasional per Jenis Beban per Eselon I TA 2017
Lampiran 20 : Rincian Beban Perjalanan Dinas per Jenis Beban per Eselon I TA 2017
Lampiran 21 : Rincian Beban Penyusutan dan Amortisasi per Jenis Beban per Eselon I TA 2017
Lampiran 22 : Rincian Beban Penyisihan Piutang per Jenis Beban per Eselon I TA 2017
Lampiran 23 : Rincian Pendapatan dari Kegiatan Non Operasional Lainnya per Eselon I TA 2017
Lampiran 24 : Rincian Koreksi Aset Non Revaluasi
Lampiran 25 : Rincian Transaksi Transfer Antar Eselon I Tahun 2017
Lampiran 26 : Rincian Rekapitulasi Penerimaan Hibah Langsung per Jenis Hibah pada
Kementerian Perhubungan
Lampiran 27 : Daftar Nilai BPYBDS per Satker per 31 Desember 2017
Lampiran 28 : Laporan Prestasi Kerja Kontrak Tahun Jamak (Multi Years Contract) di
Lingkungan Kementerian Perhubungan Posisi s/d 31 Desember 2017
Lampiran 29 : Rincian Eliminasi Pendapatan dan Beban BLU per 31 Desember 2017
-
Ringkasan – 1
RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN
Laporan Keuangan Kementerian Perhubungan Tahun 2017 ini telah disusun dan disajikan sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
dan berdasarkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di lingkungan pemerintahan.
Laporan Keuangan ini meliputi :
1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya,
yang mencakup unsur-unsur Pendapatan-LRA dan Belanja selama periode 1 Januari sampai
dengan 31 Desember 2017.
Realisasi Pendapatan Negara pada Tahun Anggaran 2017 adalah sebesar Rp7.300.814.746.270,00
berupa Pendapatan Negara Bukan Pajak atau mencapai 68,24 persen dari estimasi Pendapatan-
LRA sebesar Rp10.698.632.175.002,00.
Realisasi Belanja Negara pada Tahun Anggaran 2017 adalah sebesar
Rp41.405.517.365.629,00 atau mencapai 86,37 persen dari alokasi anggaran sebesar
Rp47.941.453.295.000,00.
2. NERACA
Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada
31 Desember 2017.
Nilai Aset per 31 Desember 2017 dicatat dan disajikan sebesar
Rp229.936.091.495.426,00 yang terdiri atas : Aset Lancar sebesar
Rp8.373.325.541.990,00, Aset Tetap (neto) sebesar Rp215.483.425.550.574,00, Piutang Jangka
Panjang (neto) sebesar Rp8.983.063.743,00, dan Aset Lainnya (neto) sebesar
Rp6.070.357.339.119,00.
Nilai Kewajiban dan Ekuitas masing-masing sebesar Rp2.031.223.593.991,00 dan
Rp227.904.867.901.435,00.
3. LAPORAN OPERASIONAL
Laporan Operasional menyajikan berbagai unsur pendapatan-LO, beban, surplus/defisit dari
operasi, surplus/defisit dari kegiatan non operasional, surplus/defisit sebelum pos luar biasa, pos
luar biasa, dan surplus/defisit-LO, yang diperlukan untuk penyajian yang wajar. Pendapatan
Operasional untuk periode sampai dengan 31 Desember 2017 adalah sebesar
Rp7.143.320.883.973,00, sedangkan jumlah beban adalah sebesar Rp26.126.883.160.422,00
sehingga terdapat Defisit dari Kegiatan Operasional senilai (Rp18.983.562.276.449,00),
Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional dan Pos-Pos Luar Biasa masing-masing sebesar
(Rp218.032.755.152,00) dan Rp0,00 sehingga entitas mengalami Defisit-LO sebesar
(Rp19.201.595.031.601,00).
-
Ringkasan – 2
4. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun
pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ekuitas pada tanggal 01 Januari 2017 adalah
sebesar Rp203.339.539.420.851,00, ditambah Defisit-LO sebesar
(Rp19.201.595.031.601,00) kemudian ditambah dengan koreksi-koreksi senilai
Rp8.846.624.317.059,00 dan transaksi antar entitas senilai total
Rp34.920.299.195.126,00, sehingga Ekuitas entitas pada tanggal 31 Desember 2017 adalah
senilai Rp227.904.867.901.435,00.
5. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) menyajikan informasi tentang penjelasan atau daftar
terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Termasuk pula dalam CaLK
adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan
serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas
laporan keuangan.
Dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran untuk periode yang berakhir sampai dengan
tanggal 31 Desember 2017 disusun dan disajikan berdasarkan basis kas. Sedangkan Neraca,
Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas untuk Tahun Anggaran 2017 disusun dan
disajikan dengan menggunakan basis akrual.
-
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan ini - 4 -
II. NERACA
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN (BA 022)
NERACA
PER 31 DESEMBER 2017 DAN 31 DESEMBER 2016 (dalam Rupiah)
CATATAN 31-Des-17 31-Des-16
C.1
Kas di Bendahara Pengeluaran C.1.1 7.929.652.381,00 859.388.280,00
Kas di Bendahara Penerimaan C.1.2 1.241.057.661,00 10.523.336.581,00
Kas Lainnya dan Setara Kas C.1.3 27.484.286.145,00 49.022.442.474,00
Kas pada BLU C.1.4 737.030.441.915,00 617.171.167.084,00
Investasi Jangka Pendek - BLU C.1.5 79.000.000.000,00 130.048.904.121,00
Belanja Dibayar di Muka (Prepaid ) C.1.6 12.247.000,00 382.933.058,00
Uang Muka Belanja (Prepayment ) C.1.7 0,00 3.417.500.000,00
Pendapatan yang Masih Harus Diterima C.1.8 199.145.435.459,00 327.312.125,00
Piutang Bukan Pajak C.1.9 274.210.888.813,00 326.073.373.974,00
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih-Piutang Bukan Pajak C.1.10 (22.455.062.296,00) (19.480.385.764,00)
Bagian Lancar TP/TGR C.1.11 149.580.000,00 1.674.506.347,00
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Bagian Lancar TP/TGR C.1.12 (747.900,00) (20.141.251,00)
Piutang dari Kegiatan Operasional BLU C.1.13 48.815.532.767,00 40.783.861.098,00
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih-Piutang dari Kegiatan Operasional BLU C.1.14 (2.634.798.339,00) (674.835.681,00)
Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU C.1.15 1.348.210.637,00 382.812.869,00
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih-Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU C.1.16 (9.469.928,00) (44.383.042,00)
Persediaan C.1.17 7.022.058.287.675,00 6.654.518.610.092,00
Persediaan BLU C.1.18 0,00 114.106.400.012,00
JUMLAH ASET LANCAR 8.373.325.541.990,00 7.929.072.802.377,00
C.2
Tanah C.2.1 75.742.121.286.401,00 63.654.919.517.655,00
Tanah BLU C.2.2 0,00 1.821.683.818.034,00
Peralatan dan Mesin C.2.3 43.493.459.809.414,00 30.130.184.368.278,00
Peralatan dan Mesin BLU C.2.4 0,00 7.420.731.481.676,00
Gedung dan Bangunan C.2.5 23.274.257.931.008,00 15.706.596.549.556,00
Gedung dan Bangunan BLU C.2.6 0,00 4.149.406.371.922,00
Jalan Irigasi dan Jaringan C.2.7 107.378.546.316.060,00 101.963.539.465.504,00
Jalan Irigasi dan Jaringan BLU C.2.8 0,00 515.046.656.586,00
Aset Tetap Lainnya C.2.9 3.207.799.393.553,00 2.756.825.830.347,00
Aset Tetap Lainnya BLU C.2.10 0,00 97.225.650.457,00
Konstruksi Dalam Pengerjaan C.2.11 32.109.534.219.729,00 19.585.663.678.623,00
Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU C.2.12 0,00 1.016.948.465.442,00
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap C.2.13 (69.722.293.405.591,00) (58.416.425.598.364,00)
JUMLAH ASET TETAP 215.483.425.550.574,00 190.402.346.255.716,00
C.3
Piutang Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi C.3.1 9.289.750.741,00 8.745.916.711,00
Penyisihan Piutang Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi C.3.2 (306.686.998,00) (1.133.438.584,00)
Piutang Jangka Panjang Lainnya C.3.3 28.766.646.208,00 17.953.902.454,00
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang Jangka Panjang Lainnya C.3.4 (28.766.646.208,00) (17.953.902.454,00)
JUMLAH PIUTANG JANGKA PANJANG 8.983.063.743,00 7.612.478.127,00
C.4
Kemitraan dengan Pihak Ketiga C.4.1 347.594.837.654,00
Aset Tidak Berwujud C.4.2 2.226.511.102.716,00 1.719.767.297.762,00
Aset Tak Berwujud BLU C.4.3 0,00 221.116.224.553,00
Aset Tak Berwujud dalam Pengerjaan C.4.4 27.384.526.240,00 25.380.655.740,00
Aset Tak Berwujud dalam Pengerjaan BLU C.4.5 0,00 578.816.800,00
Aset Lain-Lain C.4.6 4.689.311.508.841,00 4.525.392.754.043,00
Aset Lain-lain BLU C.4.7 0,00 21.689.844.661,00
Akumulasi Penyusutan dan Amortisasi Aset Lainnya C.4.8 (1.220.444.636.332,00) (919.686.999.357,00)
JUMLAH ASET LAINNYA 6.070.357.339.119,00 5.594.238.594.202,00
229.936.091.495.426,00 203.933.270.130.422,00
URAIAN
ASET
ASET TETAP
ASET LANCAR
PIUTANG JANGKA PANJANG
ASET LAINNYA
JUMLAH ASET
-
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan ini - 6 -
III. LAPORAN OPERASIONAL
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN (BA 022)
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2017
DAN 31 DESEMBER 2016
(dalam Rupiah)
CATATAN 31 Desember 2017 31 Desember 2016
D.1
PENDAPATAN
PENDAPATAN OPERASIONAL D.1.1
Pendapatan PNBP Lainnya 7.143.320.883.973,00 6.231.912.881.761,00
Pendapatan Badan Layanan umum7.143.320.883.973,00 6.231.912.881.761,00
D.1.2
Beban Pegawai D.1.2.1 3.340.726.445.973,00 3.132.630.741.086,00
Beban Persediaan D.1.2.2 412.917.920.786,00 496.957.827.677,00
Beban Barang dan Jasa D.1.2.3 5.129.384.425.097,00 4.807.359.230.035,00
Beban Pemeliharaan D.1.2.4 3.544.063.300.577,00 3.428.997.769.207,00
Beban Perjalanan Dinas D.1.2.5 1.229.406.500.393,00 1.096.570.483.903,00
Beban Barang untuk Diserahkan kepada Masyarakat D.1.2.6 2.377.920.830,00 19.930.518.774,00
Beban Penyusutan dan Amortisasi D.1.2.7 12.452.897.769.477,00 10.778.751.302.467,00
Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih D.1.2.8 14.986.611.289,00 8.436.237.097,00
Beban Lain-lain D.1.2.9 122.266.000,00 19.064.433.506,00
26.126.883.160.422,00 23.788.698.543.752,00
SURPLUS/(DEFISIT) DARI KEGIATAN OPERASIONAL D.2 (18.983.562.276.449,00) (17.556.785.661.991,00)
D.3
Surplus/Defisit Pelepasan Aset Non Lancar D.3.1 (132.151.058.341,00) (574.490.143.047,00)
Pendapatan Pelepasan Aset Non Lancar 5.791.068.971,00 3.247.158.622,00
Beban Pelepasan Aset Non Lancar 137.942.127.312,00 577.737.301.669,00
Surplus/Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang 0,00 0,00
Pendapatan Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang 0,00 0,00
Beban Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang 0,00 0,00
Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya D.3.2 (85.881.696.811,00) (73.159.845.446,00)
Pendapatan dari Kegiatan Non Operasional Lainnya 857.311.225.528,00 570.129.744.076,00
Beban dari Kegiatan Non Operasional Lainnya 943.192.922.339,00 643.289.589.522,00
D.3.3 (218.032.755.152,00) (647.649.988.493,00)
SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA (19.201.595.031.601,00) (18.204.435.650.484,00)
JUMLAH SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL
URAIAN
BEBAN OPERASIONAL
JUMLAH BEBAN
KEGIATAN NON OPERASIONAL
KEGIATAN OPERASIONAL
JUMLAH PENDAPATAN
-
Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan Halaman 9
PENJELASAN UMUM A. PENJELASAN UMUM
Dasar
Hukum
Entitas dan
Rencana
Strategis
A.1. PROFIL DAN KEBIJAKAN TEKNIS KEMENTERIAN
PERHUBUNGAN
Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015, Kementerian
Perhubungan mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang transportasi untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugas
tersebut Kementerian Perhubungan menyelenggarakan fungsi-fungsi
sebagai berikut:
1. Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang penyelenggaraan
pelayanan, keselamatan, dan keamanan transportasi, serta
peningkatan aksesabilitas, konektivitas, dan kapasitas sarana dan
prasarana transportasi;
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan pelayanan,
keselamatan, dan keamanan transportasi, serta peningkatan operasi,
aksesabilitas, konektivitas sarana dan prasarana transportasi;
3. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan
penyelenggaraan pelayanan, keselamatan, dan keamanan
transportasi, serta peningkatan aksesabilitas, konektivitas, dan
kapasitas sarana dan prasarana transportasi di daerah;
4. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang transportasi;
5. Pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia transportasi;
6. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur
organisasi di lingkungan Kementerian Perhubungan;
7. Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi di lingkungan
Kementerian Perhubungan;
8. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung
jawab Kementerian Perhubungan; dan
9. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian
Perhubungan.
Kantor Pusat Kementerian Perhubungan berkedudukan di Jalan Medan
Merdeka Barat Nomor 8, Jakarta Pusat.
A.1.1. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEMENTERIAN
PERHUBUNGAN 2015 – 2019
1. VISI DAN MISI
Presiden Joko Widodo menetapkan Visi dan Misi pembangunan
Tahun 2015-2019 yang secara politik menjadi bagian dari tujuan
tercapainya masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Adapun
visi pembangunan Tahun 2015-2019 adalah “Terwujudnya
Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong Royong”. Sedangkan upaya untuk
mewujudkan visi tersebut adalah melalui Tujuh Misi
Pembangunan, yaitu:
V. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
-
Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan Halaman 10
a. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga
kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi
dengan mengamankan sumber daya maritim, dan
mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara
kepulauan;
b. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan dan
demokratis berlandaskan negara hukum;
c. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan
memperkuat jati diri sebagai negara maritim;
d. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi,
maju, dan sejahtera;
e. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing;
f. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang
mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional;
g. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam
kebudayaan.
2. SASARAN
Sesuai rumusan sasaran nasional pembangunan sektor
transportasi dalam RPJMN Tahun 2015-2019 dan memperhatikan
permasalahan dan capaian pembangunan tahun 2010-2014, maka
sasaran pembangunan transportasi dalam Rencana Strategis
Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 dijabarkan dalam 3
aspek yaitu (i) keselamatan dan keamanan, (ii) pelayanan
transportasi, dan (iii) kapasitas transportasi sesuai tugas dan
tupoksi Kementerian Perhubungan untuk mewujudkan
transportasi yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai
tambah.
a. Handal diindikasikan oleh tersedianya layanan transportasi
yang aman, selamat, nyaman, tepat waktu, terpelihara,
mencukupi kebutuhan, dan secara terpadu mampu
mengkoneksikan seluruh pelosok tanah air;
b. Berdaya Saing diindikasikan oleh tersedianya layanan
transportasi yang efisien, terjangkau, dan kompetitif, yang
dilayani oleh penyedia jasa dan SDM yang berdaya saing
internasional, profesional, mandiri, dan produktif;
c. Nilai tambah diindikasikan oleh penyelenggaraan
perhubungan yang mampu mendorong perwujudan
kedaulatan, keamanan dan ketahanan nasional (national
security dan sovereignty) di segala bidang (ideologi,
politik, ekonomi, lingkungan, sosial, budaya, pertahanan
dan keamanan) secara berkesinambungan dan
berkelanjutan (sustainable development).
-
Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan Halaman 11
Adapun sasaran pembangunan infrastruktur transportasi Tahun
2015 - 2019, dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Keselamatan dan Keamanan Transportasi
Aspek keselamatan dan keamanan transportasi, meliputi:
1) Menurunnya angka kecelakaan transportasi;
2) Menurunnya jumlah gangguan keamanan dalam
penyelenggaraan transportasi.
b. Pelayanan Transportasi
Aspek pelayanan transportasi, meliputi:
1) Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana
transportasi;
2) Terpenuhinya SDM transportasi dalam jumlah dan
kompetensi sesuai dengan kebutuhan;
3) Meningkatnya kualitas penelitian sesuai dengan
kebutuhan;
4) Meningkatnya kinerja capaian Kementerian Perhubungan
dalam mewujudkan good governance;
5) Meningkatnya penetapan regulasi dalam implementasi
kebijakan bidang perhubungan;
6) Menurunnya emisi gas rumah kaca (GRK) dan
meningkatnya penerapan teknologi ramah lingkungan
pada sektor transportasi;
7) Meningkatnya kualitas kinerja pengawasan dalam
mewujudkan clean governance;
c. Kapasitas Transportasi
Aspek kapasitas transportasi, meliputi :
1) Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi
dan keterpaduan sistem transportasi antarmoda dan
multimoda;
2) Meningkatnya produksi angkutan penumpang dan barang;
3) Meningkatkan layanan transportasi di daerah rawan
bencana, perbatasan, terluar dan khususnya wilayah timur
Indonesia;
4) Meningkatnya pelayanan angkutan umum massal
perkotaan;
5) Meningkatnya aplikasi teknologi informasi dan skema
sistem manajemen transportasi perkotaan.
Sasaran pembangunan transportasi Kementerian Perhubungan
pada prinsipnya sejalan dengan sasaran pembangunan nasional
yang tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019. Hal ini tentunya memiliki
keselarasan dan interkoneksi yang memberikan pemahaman
bahwa sasaran pembangunan nasional dapat dijabarkan kembali
menjadi sasaran pada Kementerian Perhubungan yang secara
khusus difokuskan pada perencanaan dan pembangunan
transportasi.
-
Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan Halaman 12
Interkoneksi antara isu strategis dan sasaran Kementerian
Perhubungan diperlukan sebagai dasar dalam mengidentifikasi
alur pikir perencanaan pembangunan transportasi tahun 2015-
2019, sehingga hubungan liniearitas antara isu strategis dan
sasaran pembangunan transportasi ke depan dapat terarah dan
sejalan dengan agenda prioritas pembangunan nasional yang
tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, sehingga sasaran
Kementerian Perhubungan memiliki interkoneksi secara langsung
dengan sembilan agenda prioritas nasional (Nawa Cita). Hal ini
memberikan konsekuensi logis dalam bidang transportasi bahwa
konsep perencanaan dan pendekatan pembangunan bidang
transportasi akan mendukung sembilan agenda prioritas nasional
selama lima tahun ke depan. Pendekatan isu strategis transportasi
dalam perumusan sasaran pembangunan Kementerian
Perhubungan Tahun 2015-2019 menjadi penting untuk lebih
menata dan mengelola transportasi dengan baik, serta berbasis
pendekatan multidimensi/multisektor termasuk dalam hal ini
kaitannya dengan aspek tata ruang, gender, sosial, lingkungan,
dan budaya. Pendekatan tersebut akan membawa sinergitas
pembangunan transportasi secara lebih terpadu, mewujudkan
pembangunan dan penanganan permasalahan transportasi secara
lebih komprehensif dan membawa perubahan pada karakteristik
masyarakat, maupun perilaku masyarakat dalam menggunakan
dan memelihara sarana dan prasarana transportasi secara lebih
baik dan bijaksana. Demikian juga Pemerintah menjadi bagian
penting sebagai pihak yang akan selalu hadir dalam
mengupayakan pembangunan dan pengembangan transportasi
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
A.1.2 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENTERIAN
PERHUBUNGAN
Arah kebijakan dan strategi Kementerian Perhubungan Tahun 2015-
2019 dalam pembangunan sektor transportasi merujuk pada arah
kebijakan pembangunan transportasi nasional yang tertuang didalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun
2015-2019. Kebijakan dan strategi tersebut juga disinergikan dengan
arah kebijakan pembangunan berdasarkan Rencana Pembangunan
Jangka Panjang (RPJP) Kementerian Perhubungan 2005-2025 yang
menjadi salah satu alur logis perencanaan pembangunan sektor
transportasi berkelanjutan.
Dalam menjabarkan sasaran nasional, Rencana Strategis
Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 menerjemahkan
beberapa sasaran menjadi beberapa bagian yang saling berkorelasi,
dimana interkoneksi tersebut juga akan sejalan dengan sasaran
pembangunan pada Unit Kerja Eselon I. Pemikiran di atas sebagai
-
Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan Halaman 13
dasar pertimbangan penyusunan strategi dilakukan sebagai bagian
dari perumusan arah kebijakan dan strategi pembangunan di
Kementerian Perhubungan yang berkorelasi pada sasaran
Kementerian Perhubungan yang telah disusun sebelumnya.
Arah kebijakan dan strategi Kementerian Perhubungan Tahun 2015-
2019 dikelompokkan menjadi tiga aspek, meliputi keselamatan dan
keamanan, pelayanan, serta kapasitas transportasi.
1. Keselamatan dan Keamanan
Keselamatan dan keamanan dalam penyelenggaraan pelayanan
transportasi ditujukan untuk meningkatkan rasa aman dan
nyaman pengguna transportasi serta menurunkan jumlah dan
tingkat kecelakaan transportasi yang meliputi transportasi jalan,
kereta api, pelayaran, dan penerbangan. Tingkat keselamatan
dan keamanan transportasi diwujudkan melalui dua sasaran
yaitu menurunnya angka kecelakaan transportasi, dan
menurunnya jumlah gangguan keamanan dalam
penyelenggaraan transportasi.
2. Pelayanan Transportasi
Dalam rangka meningkatkan pelayanan transportasi ditetapkan
tujuh sasaran, yaitu: (1) Meningkatnya kinerja pelayanan sarana
dan prasarana transportasi, (2) Terpenuhinya SDM transportasi
dalam jumlah & kompetensi sesuai dengan kebutuhan,
(3) Meningkatnya kualitas penelitian sesuai dengan kebutuhan,
(4) Meningkatnya kinerja Kementerian Perhubungan dalam
mewujudkan good governance, (5) Meningkatnya penetapan
dan kualitas regulasi dalam implementasi kebijakan bidang
perhubungan, (6) Menurunnya emisi gas rumah kaca (RAN-
GRK) dan meningkatnya penerapan teknologi ramah
lingkungan pada sektor tansportasi, dan (7) Meningkatnya
kualitas kinerja pengawasan dalam rangka mewujudkan clean
governance.
3. Kapasitas Transportasi
Dalam rangka meningkatkan kapasitas transportasi,
Kementerian Perhubungan menetapkan lima sasaran, yaitu:
(1) Meningkatnya kapasitas sarana dan
prasarana transportasi dan keterpaduan sistem transportasi
antarmoda dan multimoda, (2) Meningkatnya
produksi angkutan penumpang dan barang,
(3) Meningkatnya layanan transportasi di daerah rawan bencana,
perbatasan, terluar, terpencil dan khususnya di wilayah timur
Indonesia, (4) Meningkatnya pelayanan angkutan umum massal
perkotaan, dan (5) Meningkatnya aplikasi teknologi informasi
dan skema sistem manajemen transportasi perkotaan.
-
Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan Halaman 14
A.1.3. UNIT KERJA DAN JUMLAH SATKER
Kementerian Perhubungan terdiri atas sembilan Unit Eselon I, yaitu:
a. Sekretariat Jenderal:
Sekretariat Jenderal merupakan Unit Eselon I yang mempunyai
tugas melaksanakan menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan
tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada
seluruh unit organisasi di lingkungan Kementerian Perhubungan.
b. Inspektorat Jenderal:
Inspektorat Jenderal merupakan Unit Eselon I yang mempunyai
tugas menyelenggarakan pengawasan intern di lingkungan
Kementerian Perhubungan.
c. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat:
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat merupakan Unit Eselon I
yang mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang transportasi darat.
d. Direktorat Jenderal Perhubungan Laut:
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut merupakan Unit Eselon I
yang mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang transportasi laut.
e. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara:
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara merupakan Unit Eselon I
yang mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang penerbangan.
f. Direktorat Jenderal Perkeretaapian:
Direktorat Jenderal Perkeretaapian merupakan Unit Eselon I yang
mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang perkeretaapian.
g. Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan:
Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan merupakan
Unit Eselon I yang mempunyai tugas menyelenggarakan penelitian
dan pengembangan di bidang transportasi.
h. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan:
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan
merupakan Unit Eselon I yang mempunyai tugas
menyelenggarakan pelaksanaan pengembangan sumber daya
manusia di bidang transportasi.
i. Badan Pengelola Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang,
dan Bekasi :
Badan Pengelola Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang,
dan Bekasi merupakan Unit Eselon I yang mempunyai tugas
mengembangkan, mengelola, dan meningkatkan pelayanan
transportasi secara terintegrasi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang, dan Bekasi dengan menerapkan tata kelola organisasi
yang baik.
-
Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan Halaman 15
Tabel 1. Rincian Jumlah Satker
pada Masing-Masing Eselon I
No. Unit Eselon I Jumlah
Satuan Kerja
1. Sekretariat Jenderal 19
2. Inspektorat Jenderal 1
3. Ditjen Perhubungan Darat 47
4. Ditjen Perhubungan Laut 329
5. Ditjen Perhubungan Udara 172
6. Ditjen Perkeretaapian 14
7. Badan Litbang Perhubungan 5
8. Badan Pengembangan
SDM Perhubungan
31
9. Badan Pengelola
Transportasi Jabodetabek
1
JUMLAH TOTAL 619
Termasuk di dalam jumlah Satker pada Kementerian Perhubungan di
atas adalah 31 (tiga puluh satu) satker Badan Layanan Umum (BLU),
yaitu sejumlah 23 (dua puluh tiga) Satker di bawah Unit Eselon I Badan
Pengembangan SDM Perhubungan dan 8 (delapan) Satker di bawah
Unit Eselon I Ditjen Perhubungan Udara.
Pendekatan
Penyusunan
Laporan
Keuangan
A.2. PENDEKATAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2017 (Audited) ini merupakan
laporan yang mencakup seluruh aspek keuangan yang dikelola oleh
Kementerian Perhubungan. Laporan Keuangan ini dihasilkan melalui
Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yaitu serangkaian prosedur manual
maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan
dan pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan
operasi keuangan pada Kementerian Negara/Lembaga. SAI terdiri dari
Sistem Akuntansi Instansi Berbasis Akrual (SAIBA) dan Sistem
Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-
BMN). SAI dirancang untuk menghasilkan Laporan Keuangan Satuan
Kerja yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan
Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Sedangkan SIMAK-BMN
adalah sistem yang menghasilkan informasi aset tetap, persediaan, dan
aset lainnya untuk diperbandingkan dengan neraca dan laporan barang
milik negara serta laporan manajerial lainnya.
Basis
Akuntansi
A.3. BASIS AKUNTANSI
Kementerian Perhubungan menerapkan basis akrual dalam penyusunan
dan penyajian Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan
Ekuitas serta basis kas untuk penyusunan dan penyajian Laporan
Realisasi Anggaran. Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui
-
Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan Halaman 16
pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan
peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas
diterima atau dibayarkan. Sedangkan basis kas adalah basis akuntansi
yang yang mengakui pengaruh transaksi atau peristiwa lainnya pada saat
kas atau setara kas diterima atau dibayar. Hal ini sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang telah ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Dasar
Pengukuran
A.4. DASAR PENGUKURAN
Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan
memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan. Dasar pengukuran
yang diterapkan Kementerian Perhubungan dalam penyusunan dan
penyajian Laporan Keuangan adalah dengan menggunakan nilai
perolehan historis.
Aset dicatat sebesar pengeluaran/penggunaan sumber daya ekonomi
atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh
aset tersebut. Kewajiban dicatat sebesar nilai wajar sumber daya
ekonomi yang digunakan pemerintah untuk memenuhi kewajiban yang
bersangkutan.
Pengukuran pos-pos laporan keuangan menggunakan mata uang rupiah.
Transaksi yang menggunakan mata uang asing ditranslasi terlebih
dahulu dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.
Kebijakan
Akuntansi
A.5. KEBIJAKAN AKUNTANSI
Penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan Tahun 2017 telah
mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Kebijakan
akuntansi merupakan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi,
aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas
pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam laporan keuangan ini
merupakan kebijakan yang ditetapkan oleh Kementerian Keuangan dan
Kementerian Perhubungan. Di samping itu, dalam penyusunannya telah
diterapkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di
lingkungan pemerintahan.
Kebijakan-kebijakan akuntansi yang penting yang digunakan dalam
penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Perhubungan adalah
sebagai berikut :
Pendapatan-
LRA
1. Pendapatan- LRA
a. Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas
Umum Negara yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam
periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak
pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
-
Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan Halaman 17
b. Pendapatan-LRA diakui pada saat kas diterima pada Kas
Umum Negara (KUN).
c. Akuntansi pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas
bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak
mencatat jumlah nettonya (setelah dikompensasikan dengan
pengeluaran).
d. Pendapatan-LRA disajikan menurut klasifikasi sumber
pendapatan.
Pendapatan-
LO
2. Pendapatan- LO
a. Pendapatan-LO adalah hak pemerintah pusat yang diakui
sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.
b. Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas
pendapatan dan /atau Pendapatan direalisasi, yaitu adanya
aliran masuk sumber daya ekonomi. Secara khusus pengakuan
pendapatan-LO pada Kementerian Perhubungan adalah
sebagai berikut :
1) Pendapatan Sewa Gedung diakui secara proporsional
antara nilai dan periode waktu sewa.
2) Pendapatan Denda diakui pada saat dikeluarkannya surat
keputusan denda atau dokumen lain yang dipersamakan.
c. Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas
bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak
mencatat jumlah nettonya (setelah dikompensasikan dengan
pengeluaran).
d. Pendapatan disajikan menurut klasifikasi sumber pendapatan.
Belanja 3. Belanja
a. Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Negara yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam peride
tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah.
b. Belanja diakui pada saat terjadi pengeluaran kas dari KUN.
c. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran,
pengakuan belanja terjadi pada saat pertanggungjawaban atas
pengeluaran tersebut disahkan oleh Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN).
d. Belanja disajikan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja
dan selanjutnya klasifikasi berdasarkan organisasi dan fungsi
akan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Beban
4. Beban
a. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa
dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat
berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya
kewajiban.
-
Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan Halaman 18
b. Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban; terjadinya
konsumsi aset; terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau
potensi jasa.
c. Beban disajikan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja dan
selanjutnya klasifikasi berdasarkan organisasi dan fungsi
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Aset
5. Aset
Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Aset Tetap, Piutang
Jangka Panjang dan Aset Lainnya.
Aset Lancar
a. Aset Lancar
1) Aset Lancar mencakup kas dan setara kas yang diharapkan
segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk
dijual dalam waktu 12 bulan sejak tanggal pelaporan.
2) Kas disajikan di neraca dengan menggunakan nilai
nominal. Kas dalam bentuk valuta asing disajikan di neraca
dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal neraca.
3) Investasi Jangka Pendek BLU dalam bentuk surat berharga
disajikan sebesar nilai perolehan sedangkan investasi dalam
bentuk deposito dicatat sebesar nilai nominal.
4) Piutang diakui apabila menenuhi kriteria sebagai berikut:
a) Piutang yang timbul dari Tuntutan Perbendaharaan/
Ganti Rugi apabila telah timbul hak yang didukung
dengan Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak
dan/atau telah dikeluarkannya surat keputusan yang
mempunyai kekuatan hukum tetap.
b) Piutang yang timbul dari perikatan diakui apabila
terdapat peristiwa yang menimbulkan hak tagih dan
didukung dengan naskah perjanjian yang menyatakan
hak dan kewajiban secara jelas serta jumlahnya bisa
diukur dengan andal.
c) Piutang disajikan dalam neraca pada nilai yang dapat
direalisasikan (net realizable value). Hal ini diwujudkan
dengan membentuk penyisihan piutang tak tertagih.
Penyisihan tersebut didasarkan atas kualitas piutang
yang ditentukan berdasarkan jatuh tempo dan upaya
penagihan yang dilakukan pemerintah. Perhitungan
penyisihannya adalah sebagai berikut :
-
Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan Halaman 19
Tabel 2. Kriteria Kualitas Piutang
Kualitas
Piutang Uraian
Penyisihan
(%)
Lancar Belum dilakukan pelunasan s.d. tanggal jatuh
tempo 0,5
Kurang
Lancar
Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat
Tagihan Pertama tidak dilakukan pelunasan 10
Diragukan Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat
Tagihan Kedua tidak dilakukan pelunasan 50
Macet
1. Satu bulan terhitung sejak tanggal
Surat Tagihan Ketiga tidak dilakukan
pelunasan 100
2. Piutang telah diserahkan kepada
Panitia Urusan Piutang Negara/DJKN
5) Piutang dinyatakan dalam neraca menurut nilai yang timbul
berdasarkan hak yang telah dikeluarkan surat keputusan
penagihan atau yang dipersamakan, yang diharapkan
diterima pengembaliannya dalam waktu 12 bulan setelah
tanggal pelaporan.
6) Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) dan Tuntutan Ganti
Rugi (TGR) yang akan jatuh tempo 12 bulan setelah
tanggal neraca disajikan sebagai Bagian Lancar TPA/TGR.
7) Nilai Persediaan dicatat berdasarkan hasil perhitungan fisik
pada tanggal neraca dikalikan dengan:
a) harga pembelian terakhir, apabila diperoleh dengan
pembelian;
b) harga standar apabila diperoleh dengan memproduksi
sendiri;
c) harga wajar atau estimasi nilai penjualannya apabila
diperoleh dengan cara lainnya.
Aset Tetap
b. Aset Tetap
1) Aset tetap mencakup seluruh aset berwujud yang
dimanfaatkan oleh pemerintah maupun untuk kepentingan
publik yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun.
2) Nilai aset tetap disajikan berdasarkan harga perolehan atau
harga wajar.
3) Pengakuan aset tetap didasarkan pada nilai satuan
minimum kapitalisasi sebagai berikut:
a) Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin dan
peralatan olah raga yang nilainya sama dengan atau
lebih dari Rp300.000 (tiga ratus ribu rupiah);
-
Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan Halaman 20
b) Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilainya
sama dengan atau lebih dari Rp10.000.000 (sepuluh juta
rupiah);
c) Pengeluaran yang tidak tercakup dalam batasan nilai
minimum kapitalisasi tersebut di atas, diperlakukan
sebagai beban kecuali pengeluaran untuk tanah,
jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya berupa
koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian.
4) Aset Tetap yang tidak digunakan dalam kegiatan
operasional pemerintah yang disebabkan antara lain karena
aus, ketinggalan jaman, tidak sesuai dengan kebutuhan
organisasi yang makin berkembang, rusak berat, tidak
sesuai dengan rencana umum tata ruang (RUTR), atau
masa kegunaannya telah berakhir direklasifikasi ke Aset
Lain-Lain pada pos Aset Lainnya.
5) Aset tetap yang secara permanen dihentikan
penggunaannya, dikeluarkan dari neraca pada saat ada
usulan penghapusan dari entitas sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan di bidang pengelolaan BMN.
c. Penyusutan Aset Tetap
1) Penyusutan aset tetap adalah penyesuaian nilai
sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari
suatu aset tetap. Kebijakan penyusutan aset tetap
didasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan
No.01/PMK.06/2013 sebagaimana diubah dengan PMK
No. 90/PMK.06/2014 tentang Penyusutan Barang Milik
Negara Berupa Aset Tetap Pada Entitas Pemerintah Pusat.
2) Penyusutan aset tetap tidak dilakukan terhadap : a) Tanah; b) Konstruksi dalam Pengerjaan (KDP); dan c) Aset Tetap yang dinyatakan hilang berdasarkan
dokumen sumber sah atau dalam kondisi rusak berat
dan/atau usang yang telah diusulkan kepada Pengelola
Barang untuk dilakukan penghapusan.
3) Penghitungan dan pencatatan Penyusutan Aset Tetap
dilakukan setiap akhir semester tanpa memperhitungkan
adanya nilai residu.
4) Penyusutan Aset Tetap dilakukan dengan menggunakan
metode garis lurus yaitu dengan mengalokasikan nilai
yang dapat disusutkan dari Aset Tetap secara merata setiap
semester selama Masa Manfaat.
5) Masa Manfaat Aset Tetap ditentukan dengan
berpedoman Keputusan Menteri Keuangan Nomor:
59/KMK.06/2013 tentang Tabel Masa Manfaat Dalam
Rangka Penyusutan Barang Milik Negara berupa Aset
Tetap pada Entitas Pemerintah Pusat. Secara umum
tabel masa manfaat adalah sebagai berikut:
-
Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan Halaman 21
Tabel 3. Penggolongan Masa Manfaat Aset Tetap
Kelompok Aset Tetap Masa Manfaat
Peralatan dan Mesin 2 s.d. 20 tahun
Gedung dan Bangunan 10 s.d. 50 tahun
Jalan, Jaringan dan Irigasi 5 s.d 40 tahun
Aset Tetap Lainnya (Alat Musik Modern) 4 tahun
Piutang
Jangka
Panjang
d. Piutang Jangka Panjang
1) Piutang Jangka Panjang adalah piutang yang
diharapkan/dijadwalkan akan diterima dalam jangka waktu
lebih dari 12 (dua belas ) bulan setelah tanggal pelaporan.
2) Tagihan Penjualan Angsuran (TPA), Tagihan Tuntutan
Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) dinilai
berdasarkan nilai nominal dan disajikan sebesar nilai yang
dapat direalisasikan.
Aset
Lainnya
e. Aset Lainnya
1) Aset Lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, aset
tetap, dan piutang jangka panjang. Termasuk dalam Aset
Lainnya adalah aset tak berwujud, tagihan penjualan
angsuran yang jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan,
aset kerjasama dengan pihak ketiga (kemitraan), dan kas
yang dibatasi penggunaannya.
2) Aset Tak Berwujud (ATB) disajikan sebesar nilai tercatat
neto yaitu sebesar harga perolehan setelah dikurangi
akumulasi amortisasi.
3) Amortisasi ATB dengan masa manfaat terbatas dilakukan
dengan metode garis lurus dan nilai sisa nihil. Sedangkan
atas ATB dengan masa manfaat tidak terbatas tidak
dilakukan amortisasi.
4) Masa Manfaat Aset Tak Berwujud ditentukan dengan
berpedoman Keputusan Menteri Keuangan Nomor:
620/KM.6/2015 tentang Masa Manfaat Dalam Rangka
Amortisasi Barang Milik Negara berupa Aset Tak
Berwujud pada Entitas Pemerintah Pusat. Secara umum
tabel masa manfaat adalah sebagai berikut :
-
Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan Halaman 22
Tabel 4. Penggolongan Masa Manfaat Aset Tak Berwujud
Kelompok Aset Tak Berwujud Masa Manfaat (tahun)
Software Komputer 4
Franchise 5
Lisensi, Hak Paten Sederhana, Merk, Desain Industri, Rahasia Dagang, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.
10
Hak Ekonomi Lembaga Penyiaran, Paten Biasa, Perlindungan Varietas Tanaman Semusim.
20
Hak Cipta Karya Seni Terapan, Perlindungan Varietas Tanaman Tahunan
25
Hak Cipta atas Ciptaan Gol.II, Hak Ekonomi Pelaku Pertunjukan, Hak Ekonomi Produser Fonogram.
50
Hak Cipta atas Ciptaan Gol.I 70
5) Aset Lain-lain berupa aset tetap pemerintah disajikan
sebesar nilai buku yaitu harga perolehan dikurangi
akumulasi penyusutan.
Kewajiban 6. Kewajiban
a. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu
yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya
ekonomi pemerintah.
b. Kewajiban pemerintah diklasifikasikan kedalam kewajiban
jangka pendek dan kewajiban jangka panjang.
1) Kewajiban Jangka Pendek
Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
pendek jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo
dalam waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan.
Kewajiban jangka pendek meliputi Utang Kepada Pihak
Ketiga, Belanja yang Masih Harus Dibayar, Pendapatan
Diterima di Muka, Bagian Lancar Utang Jangka Panjang,
dan Utang Jangka Pendek Lainnya.
2) Kewajiban Jangka Panjang
Kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo
dalam waktu lebih dari 12 bulan setelah tanggal pelaporan.
Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal, yaitu sebesar nilai
kewajiban pemerintah pada saat pertama kali transaksi
berlangsung.
Ekuitas 7. Ekuitas
Ekuitas merupakan merupakan selisih antara aset dengan kewajiban
dalam satu periode. Pengungkapan lebih lanjut dari ekuitas
disajikan dalam Laporan Perubahan Ekuitas.
-
Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan
Halaman 23
B. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI
ANGGARAN
Selama periode berjalan, Kementerian Perhubungan telah melakukan
revisi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dari DIPA awal. Hal ini
disebabkan oleh adanya program penghematan belanja pemerintah dan
adanya perubahan kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan situasi serta
kondisi pada saat pelaksanaan. Perubahan tersebut berdasarkan sumber
pendapatan dan jenis belanja adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Uraian Anggaran Pendapatan dan
Belanja Semula dan Setelah Revisi
(dalam Rupiah)
ANGGARAN ANGGARAN
SEMULA SETELAH REVISI
Pendapatan
Penerimaan Perpajakan - -
Penerimaan Negara Bukan Pajak 10,322,227,243,827.00 10,698,632,175,002.00
Penerimaan Hibah - -
Jumlah Pendapatan 10,322,227,243,827.00 10,698,632,175,002.00
Belanja
Belanja Pegawai 3,819,151,877,000.00 3,836,496,736,000.00
Belanja Barang 13,722,192,120,000.00 12,538,286,942,000.00
Belanja Modal 28,360,448,557,000.00 31,566,669,617,000.00
Jumlah Belanja 45,901,792,554,000.00 47,941,453,295,000.00
31 Desember 2017
Uraian
Sedangkan apabila dilihat dari program-program Kementerian
Perhubungan, maka perubahannya adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Uraian Pagu Anggaran Semula dan
Setelah Revisi Berdasarkan Program
(dalam Rupiah)
KODE URAIAN PROGRAM
31 Desember 2017
ANGGARAN SEMULA
ANGGARAN SETELAH REVISI
01.01 Prog Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kemenhub
526.832.963.000,00 536.027.315.000,00
01.03 Prog Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kemenhub
90.310.512.000,00 90.310.512.000,00
01.04 Prog Penelitian dan Pengembangan Kemenhub
124.163.000.000,00 116.194.498.000,00
01.05 Prog. Pengembangan SDM Perhubungan
3.337.661.310.000,00 2.952.656.310.000,00
01.06 Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Darat
4.210.040.062.000,00 3.922.665.769.000,00
01.07 Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Perkeretaapian
7.464.174.816.000,00 7.196.237.318.000,00
01.08 Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Laut
10.828.715.563.000,00 10.530.078.016.000,00
-
Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan
Halaman 24
KODE URAIAN PROGRAM 31 Desember 2017
ANGGARAN SEMULA
ANGGARAN SETELAH REVISI
01.09 Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Udara
8.099.752.417.000,00 7.815.563.426.000,00
01.10 Program Pengelolaan Transportasi Jabodetabek
120.444.000.000,00 120.444.000.000,00
02.07 Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Perkeretaapian
527.706.826.000,00 1.411.943.807.000,00
02.08 Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Laut
208.860.000.000,00 208.860.000.000,00
03.07 Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Perkeretaapian
482.540.000.000,00 482.540.000.000,00
04.05 Program Pengembangan SDM Perhubungan
108.410.767.000,00 28.944.694.000,00
04.06 Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Darat
4.400.224.000,00 2.400.001.000,00
04.08 Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Laut
501.435.904.000,00 499.933.555.000,00
04.09 Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transp. Udara
698.347.058.000,00 747.596.136.000,00
06.05 Program Pengembangan SDM Perhubungan
901.793.091.000,00 1.256.934.383.000,00
06.09 Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Udara
117.644.041.000,00 261.032.773.000,00
09.07 Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Perkeretaapian
5.250.000.000,00 5.250.000.000,00
11.08 Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Laut
0,00 6.078.620.000,00
19.07 Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Perkeretaapian
7.543.310.000.000,00 9.749.762.162.000,00
Total Belanja
45.901.792.554.000,00
47.941.453.295.000,00
Realisasi Pendapatan Rp7,30 triliun
B.1 PENDAPATAN
Realisasi Pendapatan untuk periode yang berakhir pada 31 Desember
2017 adalah sebesar Rp7.300.814.746.270,00 atau mencapai 68,24% dari
estimasi pendapatan yang ditetapkan sebesar Rp10.698.632.175.002,00.
Rincian Estimasi Pendapatan dan Realisasi Pendapatan Kementerian
Perhubungan adalah sebagai berikut:
-
Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan
Halaman 25
Tabel 7. Rincian Estimasi dan Realisasi Pendapatan
(dalam Rupiah)
1. Pendapatan dari Pengelolaan
BMN
1.296.975.944.564,00 40.716.053.049,00 3,14
2. Pendapatan Jasa 8.189.588.313.438,00 5.577.146.986.628,00 68,10
3. Pendapatan Kejaksaan, Peradilan
& Hasil Tindak Pidana Korupsi
- 124.097.400,00 -
4. Pendapatan Pendidikan 130.616.114.000,00 11.670.029.376,00 8,93
5. Pendapatan Gratifikasi dan Uang
Sitaan Hasil Korupsi
- 117.827.500,00 -
6. Pendapatan Iuran dan Denda - 42.417.419.351,00 -
7. Pendapatan Lain-lain - 333.277.780.207,00 -
8. Pendapatan Jasa Layanan
Umum
940.721.748.000,00 1.146.566.273.463,00 121,88
9. Pendapatan Hasil Kerjasama
BLU
32.916.646.000,00 113.001.759.922,00 343,30
10. Pendapatan BLU Lainnya 107.813.409.000,00 35.776.519.374,00 33,18
JUMLAH 10.698.632.175.002,00 7.300.814.746.270,00 68,24
Uraian
31 Desember 2017
Estimasi Pendapatan Realisasi % Real
Angg.
Realisasi pendapatan sampai dengan 31 Desember 2017 mencapai
68,24%. Target penerimaan pendapatan tahun 2017 tidak tercapai antara
lain disebabkan :
1. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat :
a. Belum semua kendaraan yang diproduksi dilakukan pengajuan
penerbitan SRUT oleh pihak APM sehingga tidak tercapai
sebesar Rp14.754.996.804,00;
b. Jasa Kompetensi Pengawakan Angkutan Umum tidak tercapai
sebesar 200 Juta Rupiah dikarenakan aturan tentang petunjuk
teknis pemungutan Jasa Kompetensi Pengawakan Angkutan
Umum masih dalam proses penyusunan.
2. Direktorat Jenderal Perhubungan Laut :
a. Dihapuskannya tarif PNBP untuk kapal perintis pada jasa
kenavigasian di PP Nomor 15 Tahun 2016 sehingga berdampak
pada berkurangnya penerimaan PNBP Jasa Kenavigasian;
b. Jasa barang dan tambat di TUKS dan Tersus tidak diberlakukan
lagi pada PP No. 15 Tahun 2016;
c. Belum optimalnya pemungutan Jasa Mastercable (Telegram
Radio) dikarenakan masih kekurangan SDM operasional;
d. Belum optimalnya pemungutan terhadap PNBP atas
pendelegasian wewenang kepada BKI dikarenakan agreement
baru disepakati pada Bulan April 2017;
e. Kurangnya pemahaman UPT terhadap ketentuan pengenaan
tarif dan pelaksanaan terkait dengan peraturan PNBP yang
berlaku di lingkungan Ditjen Perhubungan Laut yaitu adanya
penyesuaian PP Tarif dari PP. 11 Tahun 2015 ke PP. 15 Tahun
2016 yang sebelumnya dalam pengenaan tarif PNBP atas
pemeriksaan dan penerbitan per sertifikat/endorsement kapal
-
Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan
Halaman 26
dipungut dalam satu tarif, namun sejak PP. 15 Tahun 2016
berlaku dilakukan pemisahan antara pemeriksaan dan
penerbitan. Adapun dalam pelaksanaannya masih terdapat
pemungutan hanya satu kali tarif pemeriksaan untuk penerbitan
beberapa sertifikat/endorsement kapal;
f. Dari 1.389 Tersus dan TUKS, yang aktif beroperasi sejumlah
1.251 terminal dan yang tidak aktif sebanyak 138 terminal,
sehingga mengurangi pendapatan pada Jasa penggunaan
perairan, Jasa Labuh, Jasa Rambu serta VTS;
g. Belum berjalannya konsesi pelabuhan non-existing dan konsesi
BUP lainnya;
h. Volume kunjungan kapal TA 2017 hanya tercapai
3.321.929.600 GT atau Rp973.471.364.738,00 (68,34%) dari
volume target sebesar 4.861.148.549 GT atau
Rp1.424.530.162.125,00, sedangkan Volume kunjungan kapal
TA 2016 hanya tercapai 3.477.881.492 GT atau
Rp1.019.172.122.724,00 (71,54%) dari volume target sebesar
4.861.450.226 GT atau Rp1.424.618.566.849,00.
3. Adapun kendala pada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara antara
lain tidak tercapainya target PNBP non fungsional dari sewa lahan
pada 5 (lima) Bandara BUBU yang belum mendapatkan persetujuan
dari DJKN.
4. Direktorat Jenderal Perkeretaapian :
a. Proyeksi penerimaan TAC berdasarkan kontrak IMO adalah sebesar Rp1.650.000.000.000,00 namun dikarenakan adanya
penghematan dari IMO sebesar Rp419.934.998.000,00
menyebabkan kontrak IMO turun menjadi sebesar
Rp1.230.065.002.000,00. Target semula dari penerimaan TAC
adalah sebesar Rp1.246.334.000.000,00 namun dikarenakan
adanya penghematan IMO maka penerimaan TAC hanya
mencapai Rp838.858.533.547,00 dan tidak tercapai sebesar
Rp407.475.466.453,00;
b. Jasa Sertifikasi Sarana dan Prasarana Perkeretaapian tidak tercapai sebesar Rp5.388.006.000,00 dikarenakan kekurangan
tenaga penguji sarana dalam penerbitan sertifikasi sarana dan
prasarana;
c. Jasa non fungsional tidak tercapai sebesar Rp158.206.420.595,00 dikarenakan belum optimalnya pemanfaatan sewa lahan milik
Ditjen Perkeretaapian.
5. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia :
a. Adanya Diklat Pemberdayaan Masyarakat yang dibiayai dari Pagu Rupiah Murni sehingga mengurangi kapasitas diklat yang
dibiayai dari dana masyarakat;
b. Adanya pembatasan biaya diklat dari APBD bagi Aparatur Pemerintah Daerah untuk mengirimkan peserta diklat teknis
kepada BPSDMP;
c. Bermunculannya lembaga diklat swasta yang menyelenggarakan pelatihan sejenis yang dilakukan BPSDM Perhubungan;
-
Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan
Halaman 27
d. Kondisi ekonomi makro terutama angkutan laut yang cenderung menurun;
e. Pemberlakuan STCW 1978 Amandemen 2010 yang berakhir pada Bulan Juli 2017.
Pendapatan dari pengelolaan BMN mengalami kenaikan sebesar 287,83%
antara lain bersumber dari pendapatan sewa tanah, gedung, bangunan,
pendapatan sewa peralatan dan mesin serta pendapatan dari KSP Tanah,
Gedung, dan Bangunan sebagai dampak dari mulai diberlakukannya
Kerja Sama Pemanfaatan aset-aset di lingkungan Kementerian
Perhubungan yang dikelola oleh Pihak Ketiga melalui Perjanjian
Kerjasama Pemanfaatan Aset.
Pendapatan Jasa juga mengalami kenaikan antara lain dari pendapatan
tempat hiburan/taman/museum dan pungutan, pendapatan hak dan
perijinan, pendapatan jasa tenaga, pekerjaan, informasi, pelatihan dan
pendapatan jasa bandar udara, kepelabuhan dan kenavigasian. Nilai
realisasi pendapatan jasa untuk periode 31 Desember 2017 pada
Kementerian Perhubungan cukup signifikan yaitu sebesar
Rp5.577.146.986.628,00 atau sebesar 68,10% dari estimasinya yaitu
sebesar Rp8.189.588.313.438,00. Adapun rincian estimasi dan realisasi
pendapatan jasa tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 8. Rincian Estimasi dan Realisasi Pendapatan Jasa per 31 Desember 2017
(dalam Rupiah) No. Uraian Estimasi
Pendapatan Realisasi
Pendapatan %
Real
1. Pendapatan Rumah Sakit dan Instansi Kesehatan Lainnya
0,00 0,00 0,00
2. Pendapatan Tempat Hiburan/Taman/ Museum dan Pungutan Usaha
300.000.000,00 1.651.777.000,00 550,59
3. Pendapatan Hak dan Perijinan
163.313.052.000,00 31.404.470.000,00 19,23
4. Pendapatan Jasa Tenaga, Pekerjaan, Informasi, Pelatihan
1.823.058.517.000,00 537.043.787.475,00 29,46
5. Pendapatan Jasa Bandar Udara, Kepelabuhanan dan Kenavigasian
6.202.916.744.438,00 4.165.033.619.060,00 67,15
6. Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan/Jasa Giro
0,00 3.984.678,00 0,00
7. Pendapatan Bea Lelang
0,00 2.700.000,00 0,00
8. Pendapatan Jasa Lainnya
0,00 842.006.648.415,00 0,00
TOTAL 8.189.588.313.438 5.577.146.986.628 68,10
Berdasarkan tabel di atas, realisasi pendapatan jasa yang nilainya paling
signifikan adalah Pendapatan Jasa Bandar Udara, Kepelabuhanan dan
Kenavigasian senilai Rp4.165.033.619.060,00 dan Pendapatan Jasa
Lainnya sebesar Rp842.006.648.415,00. Hal ini dapat dijelaskan sebagai
berikut :
-
Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan
Halaman 28
1. Realisasi Pendapatan Jasa Bandar Udara, Kepelabuhanan dan
Kenavigasian senilai Rp4.165.033.619.060,00. Dari nilai tersebut
realisasi pendapatan terbesar terdapat pada Ditjen Perhubungan Laut
senilai Rp3.290.205.881.024,00 berupa Pendapatan Jasa
Kepelabuhanan (Jasa Kapal, Jasa Barang, Jasa Pelayanan Alat dan
Jasa Kepelabuhanan Lainnya).
Pendapatan Jasa Konsesi pada Ditjen Perhubungan Laut merupakan
bagian dari Pendapatan Jasa Kepelabuhanan di atas yang
direalisasikan sebesar Rp474.358.901.939,00.
2. Realisasi Pendapatan Jasa Lainnya senilai Rp842.006.648.415,00.
Dari nilai tersebut realisasi pendapatan terbesar terdapat pada Ditjen
Perhubungan Perkeretaapian senilai Rp838.858.533.547,00 berupa
Pendapatan TAC (Track Access Charge).
Selain pendapatan jasa, nilai pendapatan yang cukup signifikan
diantaranya adalah pendapatan jasa layanan umum. Pendapatan jasa
layanan umum pada periode 31 Desember 2017 pada Kementerian
Perhubungan adalah sebesar Rp1.146.566.273.463,00 atau sebesar
121,88% dari estimasinya yaitu sebesar Rp940.721.748.000,00.
Adapun rincian estimasi dan realisasi pendapatan jasa layanan umum
tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 9. Rincian Estimasi dan Realisasi Pendapatan Jasa Layanan Umum per 31 Desember 2017
(dalam Rupiah) No Uraian Estimasi
Pendapatan Realisasi
Pendapatan %
Real
1. Pendapatan Jasa Layanan Pendidikan
771.571.563.000,00 812.811.223.437,00 105,34
2. Pendapatan Jasa Pelayanan Tenaga, Pekerjaan, Informasi, Pelatihan
94.220.050.000,00 105.539.820.056,00 112,01
3. Pendapatan Jasa Bandar Udara, Kepelabuhanan dan Kenavigasian
60.606.630.000,00 205.551.198.212,00 339,16
4. Pendapatan Penyediaan Barang
0,00 66.275.000,00 0,00
5. Pendapatan Jasa Penyediaan Barang dan Jasa lainnya
14.323.505.000,00 21.760.375.558,00 151,92
6. Pendapatan Pengelolaan Fasilitas Umum Milik Pemerintah
0,00 802.881.200,00 0,00
7. Pendapatan dari Pengelolaan BMN
0,00 34.500.000,00 0,00
TOTAL 940.721.748.000,00 1.146.566.273.463,00 121,88
Berdasarkan tabel di atas, nilai realisasi Pendapatan Jasa Layanan Umum
yang paling signifikan adalah Pendapatan Jasa Layanan Pendidikan
senilai Rp812.811.223.437,00 yang terdapat pada Unit Eselon I Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM).
Satker di lingkungan BPSDM yang menghasilkan Pendapatan Jasa
Layanan Pendidikan terbesar berada pada BP2IP Barombong senilai
Rp108.262.686.500,00, Poltekpel Surabaya senilai Rp86.675.629.800,00,
dan BP3IP Jakarta senilai Rp86.670.087.900,00.
-
Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan
Halaman 29
Jenis pendapatan lain yang juga mengalami kenaikan dibanding tahun
sebelumnya yaitu Pendapatan Hasil Kerjasama BLU, kenaikannya adalah
sebesar 132,44% yang berasal dari pendapatan kerjasama perorangan,
lembaga/badan usaha, dan pemerintah daerah.
Rincian perbandingan realisasi PNBP per 31 Desember 2017 dan 2016
adalah sebagai berikut:
Tabel 10. Perbandingan Realisasi PNBP per 31 Desember 2017 dan 31 Desember 2016
(dalam Rupiah)
JUMLAH %
1. Pendapatan dari Pengelolaan BMN 40.716.053.049,00 10.498.471.302,00 30.217.581.747,00 287,83
2. Pendapatan Jasa 5.577.146.986.628,00 5.003.076.530.924,00 574.070.455.704,00 11,47
3. Pendapatan Bunga - 358.676,00 (358.676,00) (100,00)
4. Pendapatan Kejaksaan, Peradilan &
Hasil Tindak Pidana Korupsi 124.097.400,00 37.820.050,00 86.277.350,00 228,13
5. Pendapatan Pendidikan 11.670.029.376,00 6.433.319.508,00 5.236.709.868,00 81,40
6. Pendapatan Gratifikasi dan Uang
Sitaan Hasil Korupsi 117.827.500,00 10.000.000,00 107.827.500,00 1.078,28
7. Pendapatan Iuran dan Denda 42.417.419.351,00 59.702.735.298,00 (17.285.315.947,00) (28,95)
8. Pendapatan Lain-lain 333.277.780.207,00 484.144.288.081,00 (150.866.507.874,00) (31,16)
9. Pendapatan Jasa Layanan Umum 1.146.566.273.463,00 1.077.006.771.913,00 69.559.501.550,00 6,46
10. Pendapatan Hasil Kerjasama BLU 113.001.759.922,00 48.615.955.411,00 64.385.804.511,00 132,44
11. Pendapatan BLU Lainnya 35.776.519.374,00 20.816.991.552,00 14.959.527.822,00 71,86
Jumlah 7.300.814.746.270,00 6.710.343.242.715,00 590.471.503.555,00 8,80
NAIK (TURUN) URAIAN 31 DESEMBER 2017 31 DESEMBER 2016
Tabel 11. Rincian Perbandingan Pendapatan Negara Bukan Pajak Non BLU dan BLU
(dalam Rupiah)
KODE URAIAN ESTIMASI PENDAPATAN REALISASI (NETTO) %
4231 Pendapatan dari Pemanfaatan BMN 1.296.975.944.564,00 40.716.053.049,00 3,14
4232 Pendapatan Jasa 8.189.588.313.438,00 5.577.146.986.628,00 68,10
4234 Pendapatan Kejaksaan, Peradilan & Hasil
Tindak Pidana Korupsi - 124.097.400,00 -
4235 Pendapatan Pendidikan 130.616.114.000,00 11.670.029.376,00 8,93
4236 Pendapatan Gratifikasi dan Uang Sitaan
Hasil Korupsi - 117.827.500,00 -
4237 Pendapatan Iuran dan Denda - 42.417.419.351,00 -
4239 Pendapatan Lain-lain - 333.277.780.207,00 -
Total A 9.617.180.372.002,00 6.005.470.193.511,00 62,45
4241 Pendapatan Jasa Layanan Umum 940.721.748.000,00 1.146.566.273.463,00 121,88
4243 Pendapatan Hasil Kerjasama BLU 32.916.646.000,00 113.001.759.922,00 343,30
4249 Pendapatan BLU Lainnya 107.813.409.000,00 35.776.519.374,00 33,18
Total B 1.081.451.803.000,00 1.295.344.552.759,00 119,78
Jumlah Total (A+B) 10.698.632.175.002,00 7.300.814.746.270,00 68,24
A. PNBP Non BLU
B. PNBP BLU
Rincian perbandingan realisasi PNBP per Eselon I per 31 Desember 2017
diuraikan dalam Lampiran 1.
-
Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan
Halaman 30
Realisasi Belanja Rp41,41 triliun
B.2 BELANJA
Realisasi belanja Kementerian Perhubungan pada 31 Desember 2017
adalah sebesar Rp41.405.517.365.629,00 atau 86,37% dari anggaran
belanja sebesar Rp47.941.453.295.000,00. Rincian anggaran dan realisasi
belanja per 31 Desember 2017 tersaji sebagai berikut :
Tabel 12. Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per 31 Desember 2017
(dalam Rupiah)
Anggaran Realisasi % Real Angg.
Belanja Pegawai 3.836.496.736.000,00 3.043.695.140.258,00 79,34
Belanja Barang 12.538.286.942.000,00 11.048.634.588.657,00 88,12
Belanja Modal 31.566.669.617.000,00 27.372.774.972.945,00 86,71
Total Belanja Kotor 47.941.453.295.000,00 41.465.104.701.860,00 86,49
Pengembalian Belanja 0,00 (59.587.336.231,00) 0,00
Total Belanja 47.941.453.295.000,00 41.405.517.365.629,00 86,37
Uraian31 Desember 2017
Komposisi anggaran dan realisasi belanja dapat dilihat dalam grafik
berikut ini:
Grafik 1. Komposisi Anggaran dan Realisasi Belanja
per 31 Desember 2017
(dalam Rupiah)
Sedangkan realisasi belanja berdasarkan program per 31 Desember 2017
adalah sebagai berikut :
-
Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan
Halaman 31
Tabel 13. Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja
Menurut Program per 31 Desember 2017
(dalam Rupiah)
ANGGARAN REALISASI
01.01
Prog Dukungan Manajemen
dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya Kemenhub
536.027.315.000,00 487.515.412.244,00 90,95
01.03
Prog Pengawasan dan
Peningkatan Akuntabilitas
Aparatur Kemenhub
90.310.512.000,00 83.075.157.797,00 91,99
01.04Prog Penelitian dan
Pengembangan Kemenhub116.194.498.000,00 97.137.904.761,00 83,60
01.05Prog. Pengembangan SDM
Perhubungan2.952.656.310.000,00 2.747.356.452.793,00 93,05
01.06
Program Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Transp.
Darat
3.922.665.769.000,00 3.467.003.457.658,00 88,38
01.07
Program Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Transp.
Perkeretaapian
7.196.237.318.000,00 6.060.304.888.321,00 84,21
01.08Program Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Transp. Laut10.530.078.016.000,00 9.759.853.078.210,00 92,69
01.09
Program Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Transp.
Udara
7.815.563.426.000,00 7.120.933.148.914,00 91,11
01.10Program Pengelolaan Transp.
Jabodetabek120.444.000.000,00 111.302.639.771,00 0,00
02.07
Program Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Transp.
Perkeretaapian
1.411.943.807.000,00 746.286.013.817,00 52,86
02.08Program Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Transp. Laut208.860.000.000,00 56.945.469.864,00 27,26
03.07
Program Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Transp.
Perkeretaapian
482.540.000.000,00 455.314.613.847,00 94,36
04.05Program Pengembangan SDM
Perhubungan28.944.694.000,00 14.920.324.938,00 51,55
04.06
Program Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Transp.
Darat
2.400.001.000,00 1.657.445.150,00 69,06
04.08Program Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Transp. Laut499.933.555.000,00 294.750.999.788,00 58,96
04.09
Program Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Transp.
Udara
747.596.136.000,00 443.385.594.923,00 59,31
06.05Program Pengembangan SDM
Perhubungan1.256.934.383.000,00 1.042.029.572.020,00 82,90
06.09
Program Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Transp.
Udara
261.032.773.000,00 184.208.564.921,00 70,57
09.07
Program Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Transp.
Perkeretaapian
5.250.000.000,00 0,00 0,00
11.08
Program Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Transp.
Udara
6.078.620.000,00 6.046.034.000,00 99,46
19.07
Program Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Transp.
Perkeretaapian
9.749.762.162.000,00 8.225.490.591.892,00 84,37
47.941.453.295.000,00 41.405.517.365.629,00 86,37
URAIAN PROGRAM 31 Desember 2017
%KODE
Total Belanja
Tabel 14. Perbandingan Realisasi Belanja
per 31 Desember 2017 dan 31 Desember 2016
(dalam Rupiah)
JUMLAH %
Belanja Pegawai 3.034.278.286.490,00 2.875.855.662.461,00 158.422.624.029,00 5,51
Belanja Barang 11.020.238.052.613,00 10.647.869.415.601,00 372.368.6