kementerian pertanianperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak...

87

Upload: others

Post on 19-Jan-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand
Page 2: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

KEMENTERIAN PERTANIANREPUBLIK INDONESIA

Page 3: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIANii

Diterbitkan oleh :

TIM PENYUSUN

PengarahDr. Ir. Momon Rusmono, MS(Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian)

Penanggung JawabDr. Ir. Abdul Basit, MS(Kepala Biro Perencanaan)

Ketua Dr. Ir. Hermanto, MP(Kepala Bagian Perencanaan Wilayah)

SekretarisDr. Ir. Syahyuti, MSi.

AnggotaProf. (Riset). Dr. Pantjar SimatupangProf. (Riset). Dr.Ir.Rubiyo, M.Si Dr. Ir. Nyak Ilham, M.Si Dr. Ir. Saptana, M.Si.Dr. Ir. Trip Alihamsyah, M.Sc.Ir. Rachmat Hendayana, M.S.Ir. Tien Anggraini, MM Mirza Sativa, SP. M.SiIr. Teguh Senoadji, MM Ir. Kusno Hadiutomo,MM Ir. Khairunas, MM Yenny NS. SP, MP

EditorDrs. Hermanto, MSi

Buku ini dilindungi Undang-Undang Hak Cipta. Segala bentuk penggandaan, penerjemahan, atau reproduksi, baik melalui media cetak maupun elektronik harus seizin penerbit, kecuali untuk kutipan ilmiah.

Page 4: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dihaturkan ke hadirat Allah SWT yang berkat rahmat dan hidayah-Nya “Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Korporasi Petani di Kawasan Pertanian” telah selesai disusun. Pedoman ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand Design Pengembangan Korporasi Petani sebagai Penggerak Ekonomi Kawasan Pertanian untuk Kesejahteraan Petani” yang diterbitkan oleh Kementerian Pertanian pada akhir tahun 2019.

Pada prinsipnya, pedoman ini merupakan acuan bersama dalam menyusun Petunjuk Teknis Penumbuhan dan Pengembangan Korporasi Petani, khususnya untuk komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, baik di tingkat pusat dan provinsi maupun kabupaten/kota. Pedoman ini diharapkan dapat memberikan arahan bagi terwujudnya pengembangan korporasi petani dalam upaya menjadikan petani berdaulat dalam pengelolaan on-farm, off-farm, dan pemasaran hasil usaha pertanian.

Tantangan yang dihadapi dalam pengembangan korporasi petani secara nasional tentu tidak kecil sehingga diperlukan kontribusi berbagai pihak, baik pada saat perencanaan maupun dalam pelaksanaan kebijakan, program, kegiatan, dan pengelolaan anggaran. Disadari pedoman yang telah disusun ini belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang konstruktif dari berbagai pihak sangat diharapkan guna perbaikan di masa yang akan datang.

Page 5: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIANiv

Kepada seluruh jajaran eselon I di lingkungan Kementerian Pertanian, tim penyusun dan semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Korporasi Petani di Kawasan Pertanian disampaikan penghargaan dan terima kasih. Semoga pedoman ini dapat dijadikan referensi utama dalam perancangan dan pelaksanaan teknis penumbuhan dan pengembangan korporasi petani dalam mewujudkan pertanian Indonesia yang maju, mandiri dan modern.

Jakarta, Februari 2020

Sekretaris Jenderal

Kementerian Pertanian

Dr. Ir. Momon Rusmono, MS

Page 6: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN v

KATA PENGANTAR ...................................................................................... iiiDAFTAR ISI ................................................................................................... vDAFTAR TABEL ............................................................................................ viiDAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 11.1. Latar Belakang .................................................................................... 11.2. Tujuan .................................................................................................... 31.3. Sasaran .................................................................................................. 41.4. Ruang Lingkup Pedoman ................................................................ 5

BAB II RANCANGAN DASAR KORPORASI PETANI ....................... 72.1. Visi, Misi, dan Tujuan Korporasi Petani ....................................... 72.2. Prinsip Dasar ....................................................................................... 72.3. Dasar Hukum ....................................................................................... 82.4. Rancangan Umum ............................................................................. 9

BAB III RANCANGAN KORPORASI PETANI BERBASIS KOMODITAS .................................................................................... 153.1. Komoditas Tanaman Pangan ......................................................... 193.2. Komoditas Hortikultura ................................................................... 253.3. Komoditas Perkebunan .................................................................... 323.4. Komoditas Peternakan ..................................................................... 40

BAB IV RANCANGAN OPERASIONAL KORPORASI PETANI ......... 554.1. Perancangan Korporasi Petani ...................................................... 55

4.1.1. Rancangan Teknis Korporasi Petani ................................ 55

DAFTAR ISI

Page 7: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIANvi

4.1.2. Rancangan Bisnis Korporasi Petani ................................ 574.1.3. Rancangan Manajerial Korporasi Petani ....................... 58

4.2. Penumbuhan Korporasi Petani...................................................... 594.3. Pengembangan Korporasi Petani ................................................. 60

BAB V PEMBIAYAAN DAN ORGANISASI ........................................ 635.1. Pembiayaaan ....................................................................................... 665.2. Organisasi ............................................................................................. 68

BAB VI PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PELAPORAN ............. 736.1. Pembinaan Korporasi Petani.......................................................... 736.2. Pengawasan dan Pelaporan ........................................................... 746.3. Indikator Keberhasilan ..................................................................... 74

6.3.1. Indikator Output .................................................................... 756.3.2. Indikator Outcome ............................................................... 766.3.3. Indikator Impact ................................................................... 76

BAB VII PENUTUP ........................................................................... 77

Page 8: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN vii

DAFTAR TABEL

Tabel 3-1. Jenis tanaman pangan dan pilihan produk yang dapat digunakan dalam penyusunan rencana usaha korporasi petani tanaman pangan...... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Tabel 3-2. Bidang usaha yang dapat dipilih dalam perancangan korporasi petani tanaman pangan...... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Tabel 3-3. Jenis komoditas hortikultura dan pilihan produk yang dapat digunakan dalam penyusunan rencana usaha korporasi petani hortikultura...... . . . . . . . . . . . . . . . . .

Tabel 3-4. Bidang usaha yang dapat dipilih dalam perancangan korporasi petani hortikultura...... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Tabel 3-5. Jenis komoditas perkebunan dan pilihan produk yang dapat digunakan dalam penyusunan rencana usaha korporasi petani perkebunan...... . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Tabel 3-6. Bidang usaha pada korporasi petani perkebunan....Tabel 3-7. Bentuk dan skala usaha industri hilir komoditas

perkebunan...... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .Tabel 3‑8. Klasifikasi usaha petenak menurut komponen

kegiatan usaha...... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .Tabel 3-9. Tahapan intervensi pengembangan korporasi

peternak di kawasan peternakan...... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .Tabel 3-10. Rancangan proses bisnis korporasi peternak

kawasan peternakan...... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .Tabel 3-11. Unit usaha korporasi peternak dan bentuk

kelembagaan ekonomi yang dibangun....... . . . . . . . . . . . .Tabel 5-1. Tahapan dan proses penumbuhan dan

pengembangan korporasi petani..... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

22

24

29

32

3538

39

45

49

51

53

65

Page 9: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIANviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2-1 Model korporasi petani berbasis koperasi..... . . . . . .Gambar 2-2 Korporasi petani dengan keterpaduan model......Gambar 3-1 Pohon industri dari komoditas padi...... . . . . . . . . . . . . . . .Gambar 3-2 Desain rantai nilai produksi komoditas padi

setelah dikembangkan korporasi petani...... . . . . . . . . .Gambar 3-3 Pohon industri komoditas bawang merah...... . . . . . .Gambar 3-4 Desain rantai nilai produksi komoditas bawang

merah setelah dikembangkan korporasi petani....Gambar 3-5 Desain rantai nilai produksi kopi setelah

pengembangan korporasi petani..... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .Gambar 3-6 Desain rantai nilai produksi peternakan setelah

pengembangan korporasi petani di kawasan peternakan...... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Gambar 5-1 Model kawasan pertanian dalam Permentan No. 18 tahun 2018...... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Gambar 5-2 Struktur organisasi pelaksana pengembangan korporasi petani di kawasan pertanian...... . . . . . . . . . .

121321

2328

31

37

43

64

70

Page 10: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Korporasi petani merupakan salah satu bentuk kelembagaan ekonomi petani yang memiliki dimensi strategis dalam pengembangan kawasan pertanian karena dibentuk dari, oleh, dan untuk petani. Penumbuhan dan pengembangan korporasi petani merupakan pemberdayaan petani yang diyakini mampu mewujudkan kelembagaan ekonomi petani yang bersifat korporat (badan usaha) di kawasan pertanian. Korporasi petani ditumbuhkembangkan untuk menjadikan petani berdaulat dalam mengelola keseluruhan rantai produksi usaha tani. Oleh karena itu, pemerintah terus mendorong penumbuhan dan pengembangan korporasi petani sebagai salah satu terobosan dalam mewujudkan kesejahteraan petani yang merupakan tujuan utama pembangunan pertanian.

Presiden Joko Widodo dalam Rapat Terbatas Kabinet Kerja pada tanggal 12 September 2017 juga menekankan pentingnya penumbuhan dan pengembangan korporasi petani sebagai landasan peningkatan kesejahteraan petani. Sebagai tindak lanjut dari arahan Presiden, Kementerian Pertanian telah menerbitkan Permentan Nomor 18/2018 yang mendeskripsikan pedoman pengembangan kawasan pertanian berbasis korporasi petani

Page 11: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN2

sebagai manajemen baru dalam pengelolaan sistem pertanian. Presiden Jokowi pada saat mengumumkan dan memperkenalkan Dr. Syahrul Yasin Limpo, S.H., M.H. sebagai Menteri Pertanian pada Kabinet Indonesia Maju 2019-2024 juga menegaskan bahwa salah satu tugas utama Menteri Pertanian adalah ”mengorporasikan petani”.

Penumbuhan dan pengembangan korporasi petani juga tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2020-2024. Kementerian Pertanian juga telah mengeluarkan “Grand Design Pengembangan Korporasi Petani sebagai Penggerak Ekonomi Kawasan Pertanian untuk Kesejahteraan Petani”. Grand Design ini merupakan penjabaran konsep pengembangan korporasi petani di kawasan pertanian yang belum pernah ada sebelumnya. Menempatkan kedudukan (positioning) korporasi petani sebagai penggerak ekonomi kawasan pertanian merupakan kunci utama keberhasilan mewujudkan pertanian Indonesia yang maju, mandiri, dan modern.

Mengingat kawasan pertanian khususnya untuk tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan memiliki keragaman kondisi biofisik, sosial ekonomi, dan kelembagaan, maka Grand Design tersebut perlu dijabarkan lebih rinci operasionalisasinya, termasuk tahapan kerjanya ke dalam suatu pedoman. Hal ini memegang peranan penting agar seluruh pihak yang terlibat memiliki acuan operasional yang sama di lapangan, sehingga penumbuhan dan pengembangan korporasi petani dapat dilakukan secara sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi dalam satu pola sikap dan pola tindak dalam menggerakkan ekonomi kawasan pertanian untuk kesejahteraan petani.

Page 12: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN 3

1.2. Tujuan

Tujuan pedoman ini adalah untuk:

1. Memandu para perencana pada direktorat jenderal yang mempunyai tugas dan fungsi di bidang tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan dalam menyusun Petunjuk Teknis, yang didalamnya memuat kegiatan sosialisasi, perencanaan, pembinaan, pemantauan, dan evaluasi serta pelaporan tentang penumbuhan dan pengembangan korporasi petani pada kawasan pertanian di tingkat pusat.

2. Memandu para perencana pada organisasi perangkat provinsi yang mempunyai tugas dan fungsi di bidang pengembangan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan dalam menyusun Petunjuk Pelaksanaan, yang didalamnya memuat kegiatan sosialisasi, perencanaan, pembinaan, pemantauan dan evaluasi serta pelaporan kegiatan penumbuhan dan pengembangan korporasi petani pada kawasan pertanian di tingkat provinsi.

3. Memandu para perencana pada organisasi perangkat daerah kabupaten/kota yang mempunyai tugas dan fungsi di bidang tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan dalam menyusun Petunjuk Operasional, yang didalamnya memuat kegiatan sosialisasi, perencanaan, pembinaan, pemantauan dan evaluasi serta pelaporan kegiatan penumbuhan dan pengembangan korporasi petani pada kawasan pertanian di tingkat kabupaten/kota.

Page 13: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN4

1.3. Sasaran

Sasaran pedoman ini adalah:

1. Tersusunnya Petunjuk Teknis Pengembangan Korporasi Petani di kawasan pertanian dimasing-masing subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan.

2. Ditetapkannya tim pelaksana penumbuhan dan pengembangan korporasi petani di pusat, provinsi, dan kabupaten/kota.

3. Ditetapkannya komoditas dan kelembagaan usaha ekonomi petani di kawasan pertanian yang prospektif sebagai dasar penumbuhan dan pengembangan korporasi petani.

4. Tersusunnya model dan rancangan bisnis korporasi petani di kawasan pertanian yang sesuai dengan karakteristik dan dukungan sumber daya serta tingkat perkembangan usaha tani untuk masing-masing komoditas.

5. Terumuskannya rencana fasilitasi dukungan instansi pemerintah/lembaga lintas K/L dan daerah dalam me-numbuhkan dan mengembangkan korporasi petani yang sesuai dengan model dan rancangan bisnis korporasi petani.

6. Tersusunnya rencana dan tahapan, dan proses penumbuhan dan pengembangan korporasi petani di kawasan pertanian dalam jangka pendek dan menengah.

7. Tersusunnya indikator keberhasilan pelaksanaan penumbuhan dan pengembangan korporasi petani di kawasan pertanian.

8. Tersusunnya rencana jadwal dan agenda pembinaan, pemantauan, evaluasi, pelaporan penumbuhan dan pengembangan korporasi petani di kawasan pertanian dalam jangka pendek dan menengah, yang sesuai dengan karakteristik dan tingkat perkembangan usaha tani untuk masing-masing komoditas.

Page 14: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN 5

1.4. Ruang Lingkup Pedoman

Ruang lingkup dari Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Korporasi Petani di Kawasan Pertanian dibatasi pada: (1) rancangan dasar, (2) rancangan operasional; (3) pembiayaan, dan organisasi; dan (4) pembinaan, pengawasan dan pelaporan.

Page 15: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN6

Page 16: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN 7

BAB II RANCANGAN DASAR KORPORASI PETANI

2.1. Visi, Misi, dan Tujuan Korporasi Petani

Visi korporasi petani adalah: “Terwujudnya korporasi petani yang mampu menciptakan nilai tambah dan daya saing produk pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan petani”. Oleh karena itu, misi yang akan dijalankan ialah:

1. Mengonsolidasikan petani, Poktan, Gapoktan, modal, mana-jemen usaha dan rantai pasok komoditas pertanian.

2. Memberdayakan kelembagaan ekonomi petani berskala layak secara ekonomi dan berbadan hukum.

3. Mengutuhkan sistem dan usaha agribisnis, mulai dari hulu sampai hilir secara terpadu.

4. Membangun konektivitas dan aksesibilitas terhadap prasarana dan sarana produksi, permodalan, fasilitas, serta infrastruktur publik.

2.2. Prinsip Dasar

Korporasi petani dirancang dan dilaksanakan dengan tujuh prinsip dasar yaitu:

Page 17: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN8

1. Gotong royong. Korporasi petani diselenggarakan dengan nilai-nilai dan semangat tolong menolong dan kemitraan antar para pihak.

2. Keadilan rakyat. Korporasi petani diselenggarakan untuk sebesar-besarnya bagi peningkatan kesejahteraan petani dengan mengutamakan mereka yang kurang sejahtera atau berpendapatan rendah secara adil dan merata.

3. Kemandirian. Korporasi petani diselenggarakan untuk mewujudkan rumah tangga tani yang berdaulat dan mampu meningkatkan kesejahteraan rumah tangganya dengan kekuatan sendiri.

4. Layak secara ekonomi. Korporasi petani dibangun agar layak secara finansial dari segi usaha serta meningkatkan nilai tambah ekonomi dan daya saing pertanian wilayah.

5. Profesionalisme. Korporasi petani dikelola oleh petani secara profesionalisme dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen modern.

6. Inovasi teknologi. Korporasi petani dibangun berbasis ilmu dan teknologi modern.

7. Berkelanjutan. Korporasi petani dibangun berdasarkan prinsip layak secara ekonomi, diterima secara sosial, dan ramah lingkungan.

2.3. Dasar Hukum

Landasan hukum yang mendasari kegiatan ini adalah:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

2. Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 tentang Pemberdayaan dan Perlindungan Petani.

Page 18: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN 9

3. Undang-Undang Nomor 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan.

4. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024.

5. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian.

6. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro.

7. Permentan Nomor 82/2013 tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani (Poktan) dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).

8. Permentan Nomor 18 Tahun 2018 tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian Berbasis Korporasi Petani.

9. Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 472/Kpts/RC.040/6/2018 tentang Lokasi Kawasan Pertanian Nasional.

2.4. Rancangan Umum

Korporasi petani dimiliki bersama oleh petani anggota korporasi untuk meningkatkan kesejahteraannya. Pengembangan korporasi petani diarahkan untuk mewujudkan kedaulatan petani dalam mengelola keseluruhan rantai produksi usaha tani. Petani tidak hanya berdaulat dalam pengelolaan on-farm tetapi juga pengolahan atau off-farm dan pemasaran hasil usaha tani. Karena itu, tujuan penumbuhan dan pengembangan korporasi petani, adalah untuk:

1. Meningkatkan kapasitas petani dan kelembagaan petani;

2. Memperkuat sistem usaha tani;

3. Mendorong adopsi inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian yang maju, mandiri dan modern;

Page 19: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN10

4. Memperkuat kapasitas petani dalam mengakses informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, prasarana, sarana, pembiayaan, pengolahan dan pemasaran.

5. Meningkatkan daya saing usaha, komoditas, dan wilayah pertanian;

6. Meningkatkan nilai tambah hasil pertanian; dan

7. Meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani.

Penumbuhan korporasi petani dilakukan atas prakarsa petani dengan dilandasi asas kekeluargaan dan kesamaan kepentingan kelompok dan/atau gabungan kelompok tani. Korporasi petani mempunyai tugas memberikan pelayanan kebutuhan dan pemberdayaan anggota dalam usaha tani. Dengan demikian Korporasi petani menyelenggarakan fungsi, yaitu: (1) peningkatan kemampuan dan kualitas anggota; (2) penyediaan sarana produksi; (3) peningkatan produksi; (4) pengolahan hasil; (5) pemasaran hasil; dan (6) penyediaan jasa keuangan mikro (simpan pinjam).

Pengembangan korporasi petani dilakukan melalui kegiatan penguatan bisnis, dan pemandirian korporasi petani. Penguatan bisnis diarahkan untuk mencapai optimalisasi pemanfaatan sumber pembiayaan, pengembangan jejaring usaha (networking), promosi dan perlindungan usaha. Dalam hal ini yang dilakukan adalah meningkatkan kapasitas produksi, meningkatkan efisiensi penggunaan faktor produksi, meningkatkan skala bisnis, mengembangkan diversifikasi usaha, dan perluasan jejaring pemasaran. Sementara pemandirian korporasi petani dilakukan dengan penguatan manajemen badan usaha dan bisnis.

Secara umum kelembagaan korporasi petani dapat dikembangkan menjadi tiga alternatif model, yaitu: (1) korporasi petani berbasis koperasi; (2) korporasi petani berbentuk perseroan terbatas (PT); dan (3) kombinasi kedua model (model 1 dan 2) atau disebut

Page 20: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN 11

korporasi petani dengan keterpaduan model. Pilihan pada opsi-opsi tersebut didasarkan atas pertimbangan aspek sosial, teknis, ekonomi, dan lingkungan. Dalam implementasinya, korporasi petani akan mengombinasikan berbagai pendekatan manajemen yaitu: (a) manajemen sosial (menumbuhkan tindakan kolektif); (b) manajemen ekonomi (penguatan kapasitas dan efisiensi bisnis serta akses terhadap modal finansial dan pasar); (c) manajemen teknologi (penguatan akses terhadap teknologi unggul dan input produksi); dan (d) manajemen nilai tambah yang terdistribusi secara berkeadilan (melalui on-farm, off-farm, semi-finished products, dan/atau peningkatan mutu produk).

Model korporasi petani berbasis koperasi dibentuk dari, oleh, dan untuk petani melalui konsolidasi usaha dari skala kecil menjadi skala besar berorientasi ekonomi. Artinya, korporasi yang dibentuk merupakan hasil konsolidasi kelembagaan petani dan kelembagaan ekonomi petani dengan memberdayakan koperasi. Konsolidasi dimulai dari petani yang dikonsolidasikan ke dalam Poktan, kemudian Poktan dikonsolidasikan ke dalam Gapoktan dengan membentuk koperasi primer di setiap desa atau minimal tiga korporasi primer pada suatu kawasan pertanian yang akan dikembangkan (Gambar 2.1).

Koperasi primer yang telah terbentuk pada suatu kawasan pertanian diarahkan terintegrasi secara vertikal dengan membentuk koperasi sekunder dalam rangka membangun collective action dan konglomerasi sosial melalui mekanisme pembagian usaha, diversifikasi usaha, dan/atau spin off. Koperasi sekunder yang berperan sebagai “korporasi petani” akan menjembatani dan mendukung keterkaitan ke belakang dan ke depan dalam proses produksi pertanian sehingga terciptalah rantai nilai terpadu berbasis usaha tani. Korporasi sekunder juga berperan dalam mendistribusikan manfaat (keuntungan) bisnis/usaha

Page 21: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN12

yang dijalankan, baik melalui insentif harga atas perbaikan mutu maupun melalui pembagian sisa hasil usaha (SHU) atas pemilikan modal dan keterlibatan koperasi primer dalam usaha yang dikelola koperasi sekunder.

Gambar 2-1 Model korporasi petani berbasis koperasi

Bisnis koperasi primer yang dibangun difokuskan pada pengembangan usaha on-farm, seperti usaha pelayanan sarana produksi, unit pelayanan irigasi dan lainnya. Berbagai unit usaha tersebut terintegrasi secara horizontal melalui mekanisme pembagian usaha atau spin off di bawah kendali koperasi primer. Sementara bisnis yang dibangun oleh koperasi sekunder difokuskan pada pengembangan usaha pengolahan, distribusi, pembiayaan, dan pemasaran dengan berbagai unit usaha yang terintegrasi secara vertikal dengan unit-unit bisnis yang dikembangkan pada koperasi primer.

Model korporasi berbasis perseroan terbatas (PT) merupakan hasil konsolidasi kelembagaan ekonomi petani yang sebelumnya telah menyepakati pembentukan koperasi primer pada suatu kawasan pertanian. Dalam hal ini koperasi primer mendirikan PT yang berperan sebagai “korporasi petani” untuk menjembatani

Page 22: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN 13

dan mendukung keterkaitan ke belakang dan ke depan dalam proses produksi pertanian. PT tersebut juga berperan dalam mengembangkan dan mendistribusikan manfaat (keuntungan) bisnis/usaha yang dijalankan, baik melalui insentif harga atas perbaikan mutu maupun melalui pembagian SHU atas keterlibatan dan pemilikan saham koperasi primer dalam usaha yang dikelola PT.

Korporasi petani dengan keterpaduan model merupakan pengembangan korporasi petani berbasis koperasi dan PT. Model ini mengintegrasikan antara koperasi primer, koperasi sekunder, dan PT untuk menjembatani dan mendukung keterkaitan ke belakang dan ke depan dalam proses rantai produksi pertanian. Koperasi primer yang telah terbentuk pada suatu kawasan pertanian diarahkan untuk terintegrasi secara vertikal dengan membentuk koperasi sekunder. Koperasi sekunder yang telah menumbuhkan berbagai bisnis, selanjutnya membentuk PT untuk mengembangkan dan mendiversifikasikan bisnis secara mandiri (Gambar 2.2). Tahapan dan proses pengembangan korporasi petani dengan keterpaduan model merupakan gabungan dari kedua model yang telah dijelaskan sebelumnya.

Gambar2-2 Korporasi petani dengan keterpaduan model

Page 23: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN14

Korporasi petani ditumbuhkan dan dikembangkan secara terencana dan terprogram dengan sistem tata kelola yang baik untuk meningkatkan akses petani terhadap sumber daya produktif, memberi nilai tambah dan daya saing bagi produk pertanian, memperkuat kelembagaan petani, meningkatkan kapasitas dan posisi tawar petani, yang bermuara pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Program penumbuhan dan pengembangan korporasi petani mencakup: (1) peningkatan kapasitas produksi; (2) pengembangan kapasitas SDM, kelembagaan, dan usaha; (3) pendampingan teknologi; (4) pengembangan industri hilir dan pemasaran hasil; (5) pengembangan diversifikasi usaha; dan (6) pengembangan promosi usaha dan networking bisnis.

Page 24: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN 15

BAB III RANCANGAN KORPORASI PETANI BERBASIS KOMODITAS

Secara umum, korporasi petani dimaknai sebagai kelembagaan (organisasi beserta aturan pelaksanaannya) yang mempersatukan petani menjadi satu entitas padu padan kegiatan dalam mewujudkan tujuan bersama. Korporasi petani dibangun dari, oleh, dan untuk petani. Berdasarkan tujuan dan bidang kegiatan, korporasi petani dapat dibedakan menjadi kelembagaan petani (teknis, profesi, sosial) dan kelembagaan ekonomi petani. Walaupun mungkin merupakan entitas mandiri, kelembagaan petani dan kelembagaan ekonomi petani dapat bersarang (embedded) satu sama lain karena banyak memiliki anggota yang sama. Bahkan bisa saja kelembagaan ekonomi petani didirikan sebagai komplemen dari kelembagaan petani atau sebaliknya.

Kelembagaan petani merupakan wadah persatuan petani dalam melaksanakan kegiatan teknis atau sosial tertentu dan tidak berorientasi pada perolehan manfaat ekonomi langsung atau usaha komersial. Salah satu contoh kelembagaan petani yang sudah dikenal luas ialah Poktan yang merupakan kumpulan petani, peternak, dan pekebun yang mereka bentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kondisi lingkungan sosial, ekonomi, dan sumber daya, komoditas, dan keakraban untuk meningkatkan

Page 25: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN16

dan mengembangkan usaha anggota1. Kelompok tani merupakan wadah organisasi para petani dalam melaksanakan kegiatan teknis, profesi dan atau sosial terkait dengan kegiatan usaha tani di suatu lokasi. Bentuk kelembagaan petani lainnya ialah Gapoktan, Asosiasi Komoditas Pertanian (Askom) dan Dewan Komoditas (Dekom) Pertanian Nasional (Permentan 67/2016).

Sebagai kelembagaan petani, Poktan dan Gapoktan berfungsi sebagai wadah konsolidasi petani guna mewujudkan konsolidasi usaha tani. Dari aspek teknis usaha tani, Poktan dan Gapoktan merupakan instrumen untuk meningkatkan skala usaha bersama. Walaupun merupakan kelembagaan teknis, profesi, dan sosial, Poktan dan Gapoktan adalah basis terbaik untuk pengembangan lembaga ekonomi petani karena anggotanya sudah terkonsolidasi. Poktan juga merupakan basis yang paling tepat untuk mengembangan Kelompok Usaha Bersama (KUB) dan Lembaga Ekonomi Masyarakat (LEM) yang tidak berbadan hukum.

Poktan, Gapoktan, KUB, dan LEM dapat dijadikan basis pengembangan koperasi primer, yang bergerak dalam bidang usaha yang berkaitan langsung dengan usaha tani seperti usaha penyediaan sarana produksi, jasa alat-mesin pertanian, usaha produksi, dan pemasaran hasil usaha tani milik anggota. Selanjutnya, gabungan dari beberapa koperasi primer dapat membentuk koperasi sekunder atau perusahaan perseroan yang bergerak dalam usaha pengolahan atau usaha terkait dan pendukung usaha tani lainnya.

Koperasi primer adalah koperasi yang bergerak pada bidang usaha yang menghasilkan produk primer seperti bidang usaha

1 Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 67/Permentan/SM.050/12/2016 tentang Pembinaan Kelembagaan Petani (Permentan 67/2016).

Page 26: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN 17

perbenihan, bidang usaha pupuk dan sarana produksi lainnya, serta bidang usaha jasa alat-mesin pertanian, serta bidang usaha lain berkaitan dengan usaha tani milik anggotanya. Koperasi sekunder adalah koperasi yang bergerak pada bidang usaha yang menghasilkan produk olahan, pembiayaan, dan pemasaran hasil usaha koperasi primer. Demikian halnya perseroan, juga bergerak pada bidang usaha olahan, pembiayaan dan pemasaran hasil usaha koperasi primer atau koperasi sekunder. Koperasi sekunder dibentuk minimal dari tiga koperasi primer yang memiliki bidang usaha sejenis maupun tidak sejenis. Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan apabila satu koperasi primer memiliki skala ekonomi yang cukup luas dan aset yang mencukupi dapat langsung membentuk perseroan guna memperluas bidang usahanya.

Aspek yang perlu diperhatikan dalam memilih bentuk koperasi primer dan koperasi sekunder maupun perseroan adalah sebagai berikut:

1. Tidak berkompetisi. Tidak ada perebutan atau kompetisi pada bidang bisnis yang sama, baik antarpelaku secara horizontal (sesama primer) maupun vertikal (antara primer dan sekunder).

2. Skala usaha dan kelayakan ekonomi. Pilihan untuk membuat unit baru (primer atau sekunder) adalah karena pertimbangan skala usaha dan kemampuan manajemen. Unit usaha baru hanya dibentuk jika pelaku yang lama sudah tidak sanggup menjalankan (mungkin karena skala usaha sudah besar atau karena bidangnya lain) dan bidang usaha yang akan dijalankan mampu memberi keuntungan ekonomi sehingga mampu minimalisasi pembayaran gaji karyawan dan memberikan keuntungan untuk anggota.

Page 27: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN18

Penumbuhan dan pengembangan korporasi petani memiliki dimensi strategis karena diyakini mampu menggerakkan ekonomi kawasan pertanian melalui pengelolaan sumber daya secara terintegrasi, konsisten, dan berkelanjutan. Kawasan pertanian yang akan ditumbuh kembangkan, korporasi petani diprioritaskan pada wilayah dengan karakteristik berikut:

1) Terdapat kelompok tani dan gabungan kelompok tani serta petani yang menjadi sasaran pengembangan korporasi petani di kawasan pertanian;

2) Terdapat sumberdaya lahan yang dikelola Poktan, Gapoktan, dan petani sasaran pengembangan korporasi petani yang memenuhi skala ekonomi;

3) Terdapat SDM petani dan penyuluh pertanian, aparat pembina teknis lain serta pelaku usaha yang siap menjadi motivator penggerak penumbuhkembangan korporasi petani (local

champion);

4) Tersedia dukungan prasarana dasar dan penunjang pengembangan produksi pertanian;

5) Diprioritaskan bagi Poktan dan Gapoktan yang telah memiliki unit-unit usaha ekonomi produktif;

6) Ada keinginan dan partisipasi aktif serta komitmen petani, Poktan, Gapoktan;

7) Ada dukungan dan komitmen kuat dari instansi lingkup Kementerian Pertanian dan lintas sektor serta partisipasi aktif pemerintah daerah.

Page 28: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN 19

3.1. Komoditas Tanaman Pangan

Komoditas tanaman pangan merupakan tanaman semusim yang pengusahaannya oleh petani dapat dilakukan baik secara monokultur maupun tumpangsari dalam pola tanam setahun, bergantung pada ketersediaan air. Pola tanam yang umum dijumpai pada lahan sawah beririgasi maupun tadah hujan adalah padi-padi dan/atau padi-padi-nonpadi, sedangkan pada lahan kering biasanya padi gogo-palawija-palawija atau palawija-palawija-palawija atau palawija/padi gogo-palawija-palawija.

Kepemilikan lahan petani tanaman pangan umumnya tidak luas dan lokasinya menyebar, terutama pada agroekosistem lahan kering dan sawah tadah hujan. Usaha tani yang dikembangkan pada lahan kering dan tadah hujan umumnya bersifat subsisten dimana sebagian besar hasilnya untuk memenuhi kebutuhan sendiri, selebihnya dijual dalam bentuk biji kering panen kepada pedagang setempat. Harga hasil tanaman pangan sering turun pada masa panen dan meningkat di luar masa panen. Paket teknologi budidaya yang diterapkan juga belum sepenuhnya sesuai dengan anjuran. Kelembagaan petani berupa kelompok tani maupun Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), meskipun sudah terbentuk tetapi kapasitas dan kegiatannya secara umum masih terbatas pada teknis produksi atau budidaya tanaman. Selain itu, karakteristik dan kebutuhan tiap petani tanaman pangan dalam suatu kawasan juga beragam.

Bertolak dari kondisi ini maka penumbuhan dan pengembangan korporasi petani tanaman pangan difokuskan pada pembentukkan atau transformasi kelembagaan ekonomi petani yang sudah berkembang di kawasan tanaman pangan. Hal ini dimaksudkan agar

Page 29: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN20

model bisnis korporasi petani tanaman pangan yang dikembangkan mampu mengelola sistem usaha tanaman pangan secara utuh dalam satu manajemen kawasan yang dikelola secara profesional dan berkelanjutan, dengan sasaran: (a) meningkatnya pendapatan rumah tangga tani; (b) meningkatnya produksi, produktivitas, nilai tambah dan daya saing tanaman pangan; (c) meningkatnya pengetahuan, keterampilan, dan kewirausahaan petani dalam mengelola kelembagaan ekonomi petani yang berbadan hukum; dan (d) terbentuknya korporasi petani yang dapat menerapkan sistem usaha tani tanaman pangan secara utuh, efektif, efisien, dan berkelanjutan.

Korporasi petani tanaman pangan merupakan model bisnis yang mencakup berbagai usaha inti, hulu-hilir, dimana antara yang satu dengan lainnya saling mendukung dalam sistem manajemen korporasi. Usaha inti atau basis korporasi petani ialah usaha budi daya tanaman. Cabang usaha korporasi pada bagian hulu atau usaha primer di antaranya (1) perbenihan; (2) penyediaan dan akses sarana produksi, utamanya pupuk dan pestisida; (3) jasa tenaga kerja dan alat-mesin pertanian; (4) panen pascapanen; (5) pemasaran hasil usahatani; dan (6) pembiayaan. Sementara usaha pada bagian hilir diantaranya pengolahan hasil dan pengemasan serta pemasaran hasil. Pengembangan usaha korporasi petani menuntut kerja sama dengan mitra usaha yang saling menguatkan dan saling menguntungkan.

Tanaman pangan umumnya menghasilkan beragam produk, misalnya padi, gabah, dan jerami. Gabah dapat diproses menjadi benih padi atau beras pecah kulit dan sekam. Selanjutnya beras pecah kulit diproses lebih lanjut untuk menghasilkan beras medium, beras premium, beras kristal, tepung beras, bekatul, dan

Page 30: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN 21

dedak, sedangkan sekam dapat diolah menjadi bio-silika dan bio-

char. Dedak dapat diolah menjadi pakan ternak, sedangkan bekatul dapat diolah menjadi Rice Bran Cookies, Rice Bran Milk, Rice Bran Oil, dan Rice Bran Instant. Jerami padi dapat diolah menjadi pakan ternak dan pupuk organik. Secara ringkas pohon industri dari komoditas padi disajikan pada Gambar 3-1.

Gambar 3-1. Pohon industri dari komoditas padi

Page 31: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN22

Melalui paradigma pemanfaatan seluruh biomassa (whole biomass

utilization), seluruh biomassa hasil usaha tani padi seyogianya dimanfaatkan. Tidak ada limbah, yang ada adalah produk utama dan produk ikutan. Artinya, semua biomassa bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan nilai tambah. Dengan demikian usaha tani padi tidak saja bernilai tambah tinggi tetapi juga ramah terhadap lingkungan.

Secara garis besar fokus komoditas tanaman pangan yang dikembangkan pada korporasi petani dan cakupan produk yang bisa difasilitasi oleh Kementerian Pertanian serta produk akhir yang dapat diusahakan oleh korporasi petani tanaman pangan melalui fasilitasi Kementerian/Lembaga lain disajikan pada Tabel 3-1.

Tabel 3-1. Jenis tanaman pangan dan pilihan produk yang dapat digunakan dalam penyusunan rencana usaha korporasi petani tanaman pangan

Komoditas Produk Olahan Primer1) Produk Olahan Lanjutan2)

Padi Gabah, beras, benih padi Tepung beras, bihun, penganan, pupuk, pakan

Jagung Biji jagung, benih jagung Tepung jagung, penganan, pupuk, pakan

Kedelai Biji kedelai, benih kedelai Susu, tempe, tahu, penganan, pakan

Ubi kayu Gaplek, sawut, bibit ubi kayu

Keripik, tepung tapioka, penganan, pakan

1) Kegiatan memproduksi produk yang masih bisa difasilitasi oleh Kementerian Pertanian sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

2) Kegiatan memproduksi produk yang difasilitasi oleh Kementerian lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Memperhatikan berbagai kondisi dan karakteristik usahatani serta sosial ekonomi petani tanaman pangan dan perkembangan kelembagaan petaninya, maka desain rantai nilai produksi tanaman

Page 32: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN 23

pangan akan berbeda, bergantung pada jenis komoditas yang dikembangkan. Gambar 3-2 merupakan contoh desain rantai nilai produksi komoditas padi setelah dikembangkan korporasi petani. Koperasi primer yang dibentuk pada suatu kawasan tanaman pangan diarahkan terintegrasi secara vertikal dengan membentuk koperasi sekunder dan atau PT.

Koperasi sekunder dibentuk minimal dari tiga koperasi primer. Koperasi sekunder atau PT berperan sebagai jembatan dan pendukung keterkaitan kebelakang (backward) dan kedepan (forward) dalam proses produksi tanaman pangan. Koperasi sekunder/PT juga berperan dalam mendistribusikan keuntungan bisnis atau usaha yang dijalankan, baik melalui insentif harga atas perbaikan mutu maupun melalui pembagian SHU/saham atas keterlibatan koperasi primer dalam usaha yang dikelola oleh koperasi sekunder/PT.

Gambar 3-2. Desain rantai nilai produksi komoditas padi setelah dikembangkan korporasi petani.

Page 33: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN24

Tabel 3-2. Bidang usaha yang dapat dipilih dalam perancangan korporasi petani

tanaman pangan

Bidang usaha Koperasi primer

Koperasi sekunder

Perseroan terbatas Keterangan

Perbenihan V V VBergantung pada kondisi kawasan

Jasa alsintan olah tanah, tanam, panen, pascapanen

V VBergantung pada kondisi kawasan

Pengendalian OPT V VBergantung pada kondisi kawasan

Pupuk dan pestisida V V VLini IV/kios, pengecer

Unit pengolahan V VKoperasi sekunder/PT yang mewadahi beberapa desa

Jasa keuangan V V VKoperasi sekunder dapat bertindak sebagai avalis

Bidang usaha yang dapat dipilih dalam perancangan korporasi petani tanaman pangan disajikan pada Tabel 3-2, dapat berupa usaha perbenihan, jasa alat-mesin pengolah tanah, tanam, panen, pascapanen, pengendalian OPT, perdagangan sarana produksi, unit pengolahan, jasa keuangan, dan pemasaran hasil. Penentuan skala usaha didasarkan kepada luas lahan usaha milik petani anggota, pola tanam serta potensi dan kebutuhan pasar. Penentuan kebutuhan prasarana didasarkan kepada sistem dan teknologi produksi yang akan digunakan agar penerapannya dapat dilakukan dengan baik. Penentuan bidang usaha yang mencakup hulu-hilir dilakukan melalui musyawarah dengan pemangku kepentingan di wilayah pengembangan dengan memperhatikan dan mempertimbangkan azas manfaat dan keberlanjutan usaha.

Page 34: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN 25

3.2. Komoditas Hortikultura

Komoditas hortikultura merupakan tanaman yang beragam, mulai dari tanaman semusim berumur pendek (beberapa hari) sampai berumur panjang (puluhan tahun). Pengusahaan komoditas hortikultura oleh petani dapat dilakukan secara monokultur, tumpangsari, dan tumpang gilir dalam pola tanam setahun, atau beberapa tahun, bergantung pada umur dan kondisi tumbuh komoditas serta ketersediaan air. Secara umum, komoditas hortikultura terbagi ke dalam kelompok tanaman buah, tanaman sayur, tanaman hias (florikultura), dan tanaman obat (biofarmaka).

Secara teknis, tanaman hortikultura dapat ditanam di dataran rendah sampai dataran tinggi, bergantung pada jenis komoditas. Tanaman hortikultura juga dapat ditanam pada lahan sawah dan tegalan. Pola tanam yang banyak dijumpai pada lahan sawah dapat berupa tumpang gilir dengan tanaman padi atau palawija lainnya yang ditanam setelah padi. Komoditas hortikultura dapat ditanam secara monokultur atau tumpangsari sesama komoditas hortikultura atau komoditas tanaman pangan.

Kepemilikan lahan oleh petani hortikultura umumnya relatif tidak luas, terutama untuk komoditas berumur pendek.Untuk komoditas berumur panjang seperti jeruk dan salak, petani memiliki lahan yang relatif lebih luas, namun juga ada yang ditanam di lahan pekarangan. Usaha tani hortikultura umumnya untuk dijual, tetapi yang hasil panen tanaman yang diusahakan di pekarangan biasanya untuk kebutuhan sendiri. Sesuai dengan perkembangan teknologi, komoditas sayuran sudah mulai diusahakan secara hidroponik dan pertanian vertikal. Demikian juga produk-produk hortikultura organik, saat ini telah banyak diminati konsumen, sehingga peluang usaha tani hortikultura organik terbuka luas.

Page 35: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN26

Usahatani hortikultura dapat memberikan pendapatan yang lebih baik kepada petani, seperti sayur-sayuran berumur 20 hari sudah dapat dipanen, sehingga lahan dapat diusahakan secara intensif pada lahan pekarangan. Harga produk hortikultura sering berfluktuasi dimana pada saat panen raya harga jatuh. Sebaliknya, pada saat produksi kurang (diluar musim panen raya), petani mendapatkan harga yang tinggi. Meskipun hasil panen tidak sebesar musim panen raya namun dengan harga yang tinggi petani tetap mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

Beberapa masalah sering muncul dalam usaha tani hortikultura, diantaranya paket teknologi budidaya yang diterapkan belum sepenuhnya sesuai dengan anjuran, seperti penggunaan pestisida yang tidak sesuai rekomendasi sehingga residu pestisida cukup tinggi pada beberapa produk hortikultura. Kelembagaan petani hortikultura seperti Poktan dan Gapoktan sudah terbentuk tetapi kapasitas dan kegiatannya masih terbatas pada teknis produksi atau budidaya, bahkan cenderung dilakukan secara individual.

Meskipun skala usaha tani hortikultura tergolong kecil dan menengah, namun komoditas yang dihasilkan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Disisi lain, produk hortikultura umumnya lebih cepat rusak (perishable), sehingga membutuhkan kecepatan dalam penanganan pascapanen dan distribusi serta membutuhkan dukungan prasarana sistem rantai dingin (cold chain system) untuk mempertahankan kesegaran produk hingga ke konsumen akhir. Sementara kegiatan pengolahan belum diminati oleh petani, padahal usaha pengolahan dapat menyerap produk pada saat panen raya dan produk hasil olahan juga dapat distok selama waktu tertentu karena daya tahannya lebih lama dibanding produk segar.

Page 36: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN 27

Penumbuhan dan pengembangan korporasi petani di kawasan hortikultura saat ini sudah merupakan kebutuhan untuk meningkatkan produksi, produktivitas, nilai tambah, daya saing, dan pendapatan petani. Korporasi petani hortikultura dibangun melalui pembentukkan atau transformasi kelembagaan petani dan kelembagaan ekonomi petani yang sudah ada dan berkembang di kawasan tersebut. Penumbuhan dan pengembangan korporasi petani dimaksudkan untuk mengembangkan model bisnis korporasi petani hortikultura yang mampu mengelola sistem usaha hortikultura secara utuh dalam satu manajemen kawasan yang dilakukan secara profesional dan berkelanjutan, dengan sasaran: (a) meningkatnya pendapatan rumah tangga tani; (b) meningkatnya produksi, produktivitas, nilai tambah dan daya saing hortikultura; (c) meningkatnya pengetahuan, keterampilan, dan kewirausahaan petani hortikultura dalam mengelola kelembagaan ekonomi petani yang berbadan hukum; dan (d) terbentuknya korporasi petani yang dapat menerapkan sistem usaha pertanian hortikultura secara utuh, efektif, efisien dan berkelanjutan.

Korporasi petani hortikultura merupakan model bisnis yang mencakup berbagai usaha hulu-hilir, dimana yang satu dengan lainnya saling mendukung dalam sistem manajemen korporasi. Usaha inti atau basis korporasi petani ialah usaha budi daya tanaman hortikultura. Usaha-usaha yang ada pada bagian hulu di antaranya (1) perbenihan; (2) penyediaan dan akses sarana produksi utamanya pupuk dan pestisida; (3) layanan jasa tenaga kerja dan alat-mesin pertanian; (4) layanan panen dan pascapanen; (5) pemasaran hasil usahatani; dan (6) pembiayaan. Sementara usaha pada bagian hilir diantaranya pengolahan, pengemasan, dan pemasaran hasil. Pengembangan usaha korporasi petani menuntut

Page 37: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN28

perlunya kerja sama dengan mitra usaha yang saling menguatkan dan menguntungkan.

Budidaya hortikultura umumnya menghasilkan produk dalam bentuk segar namun pengembangan produk olahan berpotensi dikembangkan untuk menghasilkan beraneka ragam produk olahan yang dapat memberikan nilai tambah. Usaha olahan produk hortikultura dapat dilakukan mulai dari skala rumah tangga hingga skala industri. Misalnya aneka produk olahan dari bawang merah dalam bentuk bawang goreng, tepung bawang, minyak bawang, pasta bawang, aneka jenis cemilan dan lainnya. Secara ringkas pohon industri komoditas bawang merah disajikan pada Gambar 3-3. Berbeda dengan komoditas lainnya, usaha tani bawang merah tidak banyak menghasilkan produk samping, namun sisa bahan organik pada usaha tani bawang merah berupa akar tanaman, daun kering, dan kulit bawang dapat dikembalikan sebagai tambahan bahan organik ke lahan pertanian.

Gambar 3-3. Pohon industri komoditas bawang merah

Secara garis besar fokus komoditas hortikultura yang dikembangkan pada korporasi petani serta cakupan produk yang bisa difasilitasi oleh Kementerian Pertanian serta produk akhir yang dapat diusahakan oleh korporasi petani hortikultura melalui fasilitasi kementerian/lembaga lain disajikan pada Tabel 3-3. Memperhatikan

Page 38: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN 29

berbagai kondisi dan karakteristik usahatani serta sosial ekonomi petani hortikultura dan perkembangan kelembagaan petani, maka desain rantai nilai produksi tanaman hortikultura akan berbeda, bergantung pada jenis komoditas yang dikembangkan. Gambar 3-4 merupakan contoh desain rantai nilai produksi komoditas bawang merah setelah dikembangkan korporasi petani. Koperasi primer yang dibentuk pada suatu kawasan komoditas hortikultura diarahkan terintegrasi secara vertikal dengan membentuk koperasi sekunder dan atau PT.

Tabel 3-3. Jenis komoditas hortikultura dan pilihan produk yang dapat digunakan dalam penyusunan rencana usaha korporasi petani hortikultura

Kelompok komoditas Produk Olahan Primer1) Produk Olahan Lanjutan2)

Aneka sayuran    

Bawang merah Bawang merah konsumsi, benih bawang merah

bawang goreng, minyak bawang merah, aneka snack

Bawang putih Bawang putih konsumsi, benih bawang putih

Bawang putih goreng, aneka snack, minyak bawang putih

Cabai Cabai konsumsi, benih cabai

Saus, sambal, bubuk cabai, cabai kering, obat-obatan, manisan cabai

Aneka buah    

Jeruk Konsumsi segar, benih Sirup, juice/sari buah, aneka snack, manisan

Pisang Konsumsi

Keripik pisang, sale, tepung pisang, sirup, aneka minuman, bahan aneka kue, benih dari kultur jaringan

Pepaya Konsumsi segar, benih non- hermaprodit

Manisan, asinan, bahan baku saus, aneka minuman

Melon Konsumsi segar Juice, sirup, aneka minuman

Semangka Konsumsi segar Juice, sirup, aneka minuman

Durian Konsumsi segar, benih Lempok, dodol, pancake, aneka snack, aneka minuman

Page 39: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN30

Aneka buah    

Manggis Konsumsi segar, benih Sirup, obat herbal, kosmetik

Mangga Konsumsi segar, benihSirup, manisan, asinan, buah kaleng, aneka snack, aneka minuman, kosmetik

Alpukat Konsumsi segar, benihSirup, manisan, asinan, aneka snack, aneka minuman, kosmetik

Nenas Konsumsi segar, benihSirup, manisan, asinan, buah kaleng, aneka snack, aneka minuman, kosmetik

Rambutan Konsumsi segar, benih Sirup, manisan, buah kaleng, aneka snack, aneka minuman

Salak Konsumsi segar, benih Manisan, buah kaleng, aneka snack

Aneka flori    

Sedap malamTanaman hias, bunga potong, benih, bunga kering

Pewangi, kosmetik

KrisanTanaman hias, bunga potong, benih tanaman hias, benih

Pewangi, kosmetik

Mawar Tanaman hias, bunga potong, benih Pewangi, kosmetik

Anggrek Tanaman hias, bunga potong, benih Benih kultur jaringan

Melati   Pewangi, kosmetik, bahan baku teh wangi

Dracena Tanaman hias (daun), benih  

Bio farmaka    

Jahe Umbi rimpang, benih Bubuk jahe, obat herbal/jamu, aneka minuman, sirup jahe

Kunyit Umbi rimpang, benih Bubuk kunyit, obat herbal/jamu, aneka minuman

Temulawak Umbi rimpang, temulawak kering, benih

Bubuk temulawak, obat herbal/jamu, aneka minuman

1) Kegiatan memproduksi produk yang masih bisa difasilitasi oleh Kementan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

2) Kegiatan usaha memproduksi produk yang difasilitasi oleh Kementerian lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Page 40: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN 31

Gambar 3-4. Desain rantai nilai produksi komoditas bawang merah setelah dikembangkan korporasi petani.

Bidang usaha yang dapat dipilih dalam perancangan korporasi petani hortikultura dapat dilihat pada Tabel 3-4, yang bisa berupa usaha: perbenihan, jasa alat-mesin pengolah tanah, tanam, panen, pascapanen, pengendalian OPT, perdagangan sarana produksi, unit pengolahan hasil, jasa keuangan dan pemasaran produk. Penentuan skala usaha didasarkan kepada luas lahan usaha di wilayah pengembangan khususnya yang dikelola petani anggota, pola tanam, serta potensi dan kebutuhan pasar. Penentuan kebutuhan prasarana didasarkan kepada sistem dan teknologi produksi yang akan digunakan supaya penerapannya dapat dilakukan dengan baik. Penentuan bidang usaha yang mencakup hulu-hilir diupayakan melalui musyawarah dengan pemangku kepentingan di wilayah pengembangan dengan memperhatikan dan mempertimbangkan azas manfaat dan keberlanjutan usaha.

Page 41: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN32

Tabel 3-4. Bidang usaha yang dapat dipilih dalam perancangan korporasi petani hortikultura

Bidang usaha Koperasi primer

Koperasi sekunder

Perseroan terbatas Keterangan

Perbenihan V V V Bergantung pada kondisi kawasan

Jasa alsintan olah tanah, tanam, panen, pascapanen

V V Bergantung pada kondisi kawasan

Pengendalian OPT V V Bergantung pada

kondisi kawasan

Pupuk dan pestisida V V V Lini IV/kios,

pengecer

Unit pengolahan V V

Koperasi sekunder/PT yang mewadahi beberapa desa

Jasa keuangan V V V

Koperasi sekunder dapat bertindak sebagai avalis

3.3. Komoditas Perkebunan

Komoditas perkebunan terdiri atas tanaman semusim dan rempah serta tanaman tahunan dan penyegar. Jenis tanaman perkebunan terdiri atas 127 komoditas dan baru 15 komoditas yang berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor perkebunan. Kelima belas komoditas tersebut antara lain kelapa sawit, kopi, kakao, karet, kelapa, tebu, teh, vanili, dan rempah-rempah seperti lada, pala, tembakau, dan cengkeh.

Sebagian besar perkebunan di Indonesia berstatus sebagai perkebunan rakyat dan sebagian kecil dikelola oleh BUMN (PTPN) dan swasta. Petani komoditas perkebunan umumnya berusaha pada

Page 42: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN 33

lahan berskala kecil, rata-rata 1-2 hektar. Masalah yang dihadapi oleh perkebunan rakyat saat ini antara lain:(1) Prasarana jalan usahatani dan jaringan irigasi terbatas;(2) Ketersediaan sarana produksi (benih dan pupuk) kurang

memenuhi enam tepat;(3) Sistem pemeliharaan tanaman terbatas (tanam - ditinggal -

panen);(4) Kualitas hasil rendah;(5) Belum ada jaminan harga (fluktuasi harga);(6) Inovasi teknologi terbatas;(7) Pembiayaan/model usaha terbatas;(8) Data dan informasi tentang pasar terbatas;(9) Pemasaran masih terbatas;

Bertolak dari masalah tersebut maka penumbuhan dan pengembangan korporasi petani di kawasan perkebunan difokuskan pada perkebunan rakyat dengan pembentukan atau transformasi kelembagaan ekonomi dari Poktan, Gapoktan, dan LEM yang saat ini sudah berkembang di kawasan perkebunan. Tranformasi kelembagaan tersebut dimulai dari membangun kesamaan visi dari perseorangan maupun kelompok untuk menentukan basis produk atau bisnis yang akan dikembangkan. Pembentukan kelembagaan ekonomi dilakukan sejajar dengan pengembangan aspek bisnisnya, di antaranya membangun jaringan antara petani sebagai produsen dengan mitranya, misalnya pengolah karet, pabrik pengolahan kakao, Pabrik Kelapa Sawit (PKS), dan lain-lain.

Untuk komoditas sawit, kelapa, dan karet di beberapa lokasi sudah dilakukan pengolahan pada Unit Pengolahan Hasil (UPH) secara sederhana yang difasilitasi oleh pemerintah untuk dikelola oleh Poktan, Gapoktan, dan LEM. Dalam hal ini, penumbuhan dan

Page 43: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN34

pengembangan korporasi petani di kawasan perkebunan akan dirancang dengan mempertimbangkan eksisting kelembagaan yang sudah berkembang dengan segala kompleksitasnya dan meredesain model bisnisnya. Korporasi petani pada kawasan perkebunan dibangun dengan model bisnis yang mencakup berbagai usaha dari hulu-hilir, satu sama lainnya saling mendukung dalam sistem manajemen korporasi melalui konsolidasi kelembagaan petani, baik yang berbentuk Poktan dan Gapoktan maupun LEM. Kelembagaan Poktan, Gapoktan, dan LEM didorong untuk menjadi koperasi primer.

Koperasi primer dibentuk melalui konsolidasi unit bisnis yang berada pada subsistem hulu dan on-farm dengan unit usaha benih, unit usaha penyediaan pupuk dan obat-obatan, usaha jasa alat-mesin pertanian, unit usaha pascapanen. Koperasi primer dapat memiliki satu unit bisnis, misalnya usaha perbenihan, usaha jasa alat-mesin pertanian dan pembiayaan, atau koperasi primer dengan beberapa unit bisnis pada subsistem hulu dan on-farm. Koperasi sekunder dibentuk minimal dari tiga koperasi primer melalui konsolidasi atau memperluas unit bisnis pada subsistem hilir, seperti pengembangan unit usaha produk olahan dan pemasaran hasil.

Komoditas perkebunan menghasilkan beragam produk, mulai dari produk primer, produk olahan primer, produk olahan sekunder, dan produk olahan tersier. Beberapa jenis produk perkebunan berikut olahannya dapat dilihat pada Tabel 3-5.

Page 44: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN 35

Tabel 3-5. Jenis komoditas perkebunan dan pilihan produk yang dapat digunakan dalam penyusunan rencana usaha korporasi petani perkebunan.

Komoditas Produk primer Olahan primer Olahan sekunder Olahan tersier

Kopi - Kopi chery

- Kopi beras/labu

- Kopi beras (greenbean)

- Kopi sangrai (roasted bean)

- Kopi bubuk

- Kopi kemasan (mix susu lada, rempah)

- Kosmetik- Parfum

Kakao - Buah - Biji basah

- Biji fementasi- Biji kering

- Pasta- Lemak - Bubuk - Candy bar

- Minuman cokelat

- Kosmetik- Nibs- Nata de coco

Kelapa

- Daging kelapa

- Tempurung- Sabut- Air kelapa

- Kopra - Minyak

klentik - Minyak

kelapa

- Desicated coconut

- VCO- Nata de coco- Cocopeat- Arang

- Pakan ternak- Biskuit- Coco diesel- Matras- Jok mobil- Keset- Aneka seni

Kerajinan

Karet - Lateks - Lum- Slab

- Sit angin- Sit asap

- Karet aspal- Compound- Alas kaki- Ban- Rubber SIR

Kelapa sawit - TBS - CPO

- Minyak kelapa sawit

- Margarin

- Kosmetik- Pakan ternak- Biodiesel

Teh - Daun teh - Daun teh kering

- Teh bubuk- Teh celup- Teh mix

(rempah)

- Kosmetik

Jambu mete

- Gelondong mete

- Buah semu

- Kacang mete- Abon

- CNSL (Cashew Nut Shelll Liquid)

- Selai- Sirup mete

- Pakan ternak- Minyak rem

Page 45: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN36

Komoditas Produk primer Olahan primer Olahan sekunder Olahan tersier

Lada

- Lada hitam- Lada putiih- Tangkai

buah

- Bubuk lada hitam

- Bubuk lada putih

- Bahan campuran kosmetik

- Bahan campuran obat

- Kerajinan dari tangkai lada kering

Pala

- Buah pala basah

- Daging pala- Fulli

- Biji pala kering

- Fulli kering

- Minyak pala- Tepung pala- Manisan pala- Minuman

pala- Selai- Sirup- Dodol- Minyak fuli- Oleoresin

- Kerajinan dari fuli dan cangkan pala

Rancangan korporasi petani pada kawasan perkebunan perlu memperhatikan kondisi sosial, teknis, ekonomi, karakteristik usahatani dan jenis komoditas perkebunan yang akan dikembangkan. Pada tahap awal dibentuk beberapa koperasi primer yang selanjutnya membentuk koperasi sekunder atau PT Persero.Unit-unit bisnis yang dibangun dalam koperasi primer, koperasi sekunder, dan atau PT Persero diarahkan untuk mengintegrasikan sistem rantai nilai produksi dari hulu ke hilir. Sebagai contoh, desain rantai nilai model pengembangan komoditas kopi setelah dikembangkan korporasi petani dapat dilihat pada Gambar 3-5.

Page 46: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN 37

Gambar 3-5 Desain rantai nilai produksi kopi setelah pengembangan korporasi petani

Bidang usaha hulu-hilir pada korporasi perkebunan dapat dilihat pada Tabel 3-6. Apabila koperasi primer akan dikembangkan menjadi koperasi sekunder atau PT Persero, maka peningkatan skala bisnis perlu menjadi pertimbangan. Pada komoditas perkebunan terdapat skala usaha industri hilir yang dapat dijadikan pertimbangan, seperti disajikan pada Tabel 3-7.

Page 47: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN38

Tabel 3-6. Bidang usaha pada korporasi petani perkebunan

Bidang usaha Koperasi primer

Koperasi sekunder PT Persero Keterangan

Perbenihan VBergantung pada kondisi kawasan

Jasa alat-mesin pengolah tanah, tanam, panen, pascapanen

VBergantung pada kondisi kawasan

Pengendalian OPT V

Bergantung pada kondisi kawasan

Pupuk dan pestisida V

Bergantung pada kondisi kawasan

Unit pengolahan V V

Bergantung pada kondisi kawasan

Pemasaran V VBergantung pada kondisi kawasan

Page 48: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN 39

Tabel 3-7. Bentuk dan skala usaha industri hilir komoditas perkebunan

Komoditas Bentuk usaha perkebunan

Industri hilir

Skala kecil Usaha skala sedang

Usaha skala besar

Cengkeh PR Pengeringan - -

Jambu mete PR Pengeringan Industri mete

terpadu -

Kakao PR Fermentasi - Industri grinding*)

Karet PR + PBS + PBN Sheet angin - Crumb rubber

Kelapa PR

Kopra, arang, minyak

goreng, VCO, nata de coco

Kelapa parut kering (DC)

Arang aktif, nata de coco, santan awet, hidrococo*)

Kelapa sawit

PR + PBS + PBN - - Pabrik kelapa

sawit

Kopi PR + PBS + PBN

Kopi bubuk speciality, - Kopi bubuk,

kopi instan*)

Lada PR Lada bubuk Lada bubuk -

Pala PRBiji pala

kering, pala bubuk

Pala bubuk -

Tebu PR + PBS + PBN - -

Pabrik gula, Ethanol, pabrik pakan ternak*)

Teh PR + PBN - - Pabrik teh

Keterangan: *) Pabrik bisa di luar kawasan perkebunan PR= Perkebunan Rakyat PBN = Perkebunan Besar Negara PBS = Perkebunan Besar Swasta RSS = Ribbed Smoked Sheet

Page 49: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN40

Dalam mentransformasi kelembagaan ekonomi petani menjadi korporasi petani perlu dilakukan pendampingan untuk beberapa aspek, yaitu:

1. Peningkatan SDM dalam bentuk pelatihan, terutama di bidang manajemen keuangan mengingat adanya modal yang akan dikelola pengurus;

2. Penguatan modal dalam upaya peningkatan skala usaha menuju korporasi petani. Modal tersebut tidak hanya dikumpulkan dari partisipasi anggota, namun juga dari pihak lain yang memiliki modal dan ingin mengembangkan usahanya tanpa bertolak belakang dengan nilai-nilai dan tujuan korporasi petani yang akan dikembangkan;

3. Upaya peningkatan produksi dan produktivitas dalam bentuk fasilitasi sarana produksi yang tidak menimbulkan kebergantungan dan mampu meningkatkan economic of scale dari usaha yang dikembangkan korporasi petani;

4. Peningkatan nilai tambah dan daya saing melalui fasilitasi sarana pascapanen dan pengolahan hasil perkebunan untuk meningkatkan kualitas dan kontinuitas usaha;

5. Pemasaran dan kemitraan usaha melalui fasilitasi pemasaran dan perluasan akses pasar.

3.4. Komoditas Peternakan

Secara garis besar, usaha peternakan terbagi ke dalam kelompok penghasil daging, telur, dan susu maupun kombinasinya. Pengembangan usaha peternakan di Indonesia prospektif karena permintaan produk ternak terus meningkat sejalan dengan

Page 50: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN 41

pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan perekonomian nasional. Namun, usaha peternakan menghadapi banyak masalah, di antaranya: (1) skala usaha kecil dan masih bersifat sampingan; (2) kualitas SDM rendah; (3) penyediaan produk Pangan Asal Hewan (PAH)/Bahan Asal Hewan (BAH) segar maupun olahan masih rendah dari segi kualitas, kuantitas, dan kontinuitas; (4) tingginya prevalensi Penyakit Hewan Menular Strategis dan Zoonosis serta Eksotik (PHMSZE); dan (5) alih fungsi lahan pertanian yang mengancam ketersediaan padang penggembalaan.

Usaha budi daya ternak umumnya masih konvensional. Belum banyak usaha ternak berbasis korporasi petani. Kalau pun ada, sifatnya belum ideal. Beberapa masalah yang ditemui adalah:

1. Sebagian besar peternak masih fokus berusaha pada bidang budidaya. Jenis ternak yang dibudidayakan beragam, mulai dari ternak ruminansia besar dan kecil hingga ternak unggas.

2. Pada budidaya sapi potong, peternak sudah berusaha di hulu untuk menghasilkan pakan komplit/silase dan/atau sapi bakalan/indukan.

3. Sebagian peternak tidak hanya terlibat pada budidaya tetapi juga pemasaran.

4. Terdapat peternak yang sudah berusaha di hulu menghasilkan pakan komplit/silase dan/atau sapi bakalan/indukan, kemudian melakukan budidaya, dan pemasaran. Mereka relatif lebih maju dibandingkan dengan peternak yang disebut sebelumnya.

5. Selain berusaha di hulu untuk menghasilkan pakan komplit/silase dan/atau sapi bakalan/indukan, sebagian peternak juga melakukan budidaya dan pemasaran hingga pengolahan. Peternak yang melakukan kegiatan hulu-hilir belum banyak.

Page 51: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN42

6. Peternak yang sudah maju juga dijumpai meskipun jumlahnya tidak banyak. Peternak dalam kategori ini selain berusaha di hulu menghasilkan pakan komplit/silase dan/atau sapi bakalan/indukan, juga melakukan budidaya, mengembangkan usaha terkait pemasaran dan pengolahan.

Beragamnya masalah dalam pembangunan peternakan, maka pengembangan korporasi peternak sebagai penggerak ekonomi kawasan peternakan untuk kesejahteraan petani sangat diperlukan.Korporasi peternak dapat menggabungkan peternak secara individu maupun yang tergabung dalam kelompok peternak, baik di dalam maupun antar kawasan peternakan.

Penumbuhan dan pengembangan korporasi peternak diwujudkan dalam tatakelola agribisnis peternakan modern, integratif, dan sinergistik dari hulu ke hilir. Dalam konteks ini, mengorporasikan peternak merupakan upaya untuk mengumpulkan, menyatukan, dan mengonsolidasikan peternak. Dengan demikian, korporasi peternak adalah wadah konsolidasi peternak dalam melaksanakan kegiatan usaha ternak. Secara spesifik, pengembangan korporasi peternak di kawasan peternakan bertujuan untuk meningkatkan skala usaha ternak, nilai tambah, daya saing, dan memperkuat sistem usaha ternak secara utuh dari hulu ke hilir dalam satu manajemen kawasan.

Korporasi peternak dapat dimaknai sebagai kelembagaan yang mempersatukan peternak menjadi satu entitas padu-padan kegiatan dalam mewujudkan tujuan bersama. Oleh karena itu, desain model bisnis setiap jenis ternak yang dikembangkan akan berbeda, bergantung pada potensi dan peluang bisnis di setiap kawasan. Desain rantai nilai produksi peternakan dalam korporasi peternak di kawasan peternakan disajikan pada Gambar 3.6.

Page 52: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN 43

Gambar 3-6. Desain rantai nilai produksi peternakan setelah pengembangan korporasi petani di kawasan peternakan

Pada model bisnis korporasi peternak, koperasi primer fokus pada kegiatan usaha di hulu dan on-farm, yaitu penyediaan bibit, pakan, pembiayaan dan sarana produksi budi daya. Sementara koperasi sekunder (dapat berupa PT) fokus pada usaha pengolahan, pembiayaan dan pemasaran hasil. Unit-unit usaha yang dikembangkan pada koperasi primer akan terintegrasi secara vertikal dengan unit-unit bisnis yang dikembangkan pada koperasi sekunder. Dalam hal ini, koperasi sekunder akan menjembatani dan mendukung keterkaitan ke belakang dan ke depan dalam rantai nilai produksi peternakan. Pengelolaan korporasi peternak dilaksanakan secara terencana dengan tata kelola yang baik agar mampu memberi nilai tambah bagi produk peternakan, memperkuat

Page 53: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN44

kelembagaan peternak, meningkatkan kapasitas dan posisi tawar peternak, yang bermuara pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan peternak.

Prakondisi atau prasyarat dalam penumbuhan dan pengembangan korporasi adalah kondisi yang menjadi landasan bagi proses terbentuknya korporasi peternak. Prakondisi tersebut terbagi atas prakondisi bagi terwujudnya korporasi peternak dan prakondisi untuk terwujudnya kawasan peternak. Prakondisi untuk keberhasilan dan keberlanjutan pengembangan korporasi peternak di kawasan peternakan mencakup aspek teknis, sosial ekonomi, dan kelembagaan. Aspek kelembagaan meliputi peternak dan kelompok ternak, sudah ada usaha peternakan (minimal budidaya), tersedianya sumber pakan, kelembagaan usaha, kawasan yang kondusif, dan dukungan Pemda.

Prakondisi yang diperlukan untuk mendukung keberhasilan dan keberlanjutan pengembangan kawasan peternakan adalah: (1) tersedianya peternak dan kelembagaan peternakan; (2) tersedianya sumber pakan; (3) kondisi infrastruktur mendukung; (4) populasi ternak memenuhi skala kawasan; (5) Bebas Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) yang bersifat endemis; dan (6) dukungan legalitas.

Berdasarkan kondisi tersebut, usaha peternakan dapat dikelompokkan kedalam empat kelas, yakni: (1) Pemula, (2) Berkembang, (3) Maju dan (4) Mandiri. Masing-masing kelas dari unit usaha peternakan dicirikan oleh komponen kegiatan sebagaimana terlihat pada Tabel 3-8.

Page 54: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN 45

Tabel 3-8. Klasifikasi usaha petenak menurut komponen kegiatan usaha

Klasifikasi usaha Komponen kegiatan usaha

Pemula • Pembiakan• Penggemukan

Berkembang

• Pembiakan• Penggemukan• Olahan pakan• Pemasaran on-farm

Maju

• Pembiakan• Penggemukan• Olahan pakan• Pemasaran on-farm• Pupuk• Obat• Pemasaran hulu

Mandiri

• Pembiakan• Penggemukan• Olahan pakan• Pemasaran on-farm• Pupuk• Obat• Pemasaran hulu• Pemasaran hilir• Pengolahan primer• Pengolahan sekunder

Untuk mencapai model optimal di masing-masing lokasi dibutuhkan sentuhan teknologi, penguatan kelembagaan, dan manajemen dari pemerintah. Adanya pendampingan dari pemerintah menjadi keniscayaan. Pendampingan bertujuan agar dapat mengarahkan kegiatan budidaya ternak eksisting dengan landasan korporasi yang memenuhi kondisi optimal dan ideal. Dengan demikian, korporasi peternakan dapat berjalan dengan baik, menghasilkan keuntungan usaha dan nilai tambah tinggi, sehingga keberlanjutan usaha ternak terjamin. Salah satu wujud pendampingan bagi peternak adalah melakukan intervensi inovasi yang berhubungan dengan korporasi dan kawasan.

Page 55: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN46

Materi pendampingan yang diintervensikan kepada peternak berdasarkan hasil identifikasi awal terhadap kelas kelompok peternak di lapangan. Identifikasi dilakukan melalui observasi lapangan dalam waktu singkat. Jika diperlukan dilengkapi dengan diskusi kelompok terfokus dan wawancara mendalam terhadap beberapa tokoh peternak. Intervensi dilakukan secara berjenjang, disesuaikan dengan kondisi peternak setempat, karena bertujuan untuk mendorong terjadinya peningkatan kelas. Materi kegiatan yang diintervensikan kepada kelas pemula terdiri atas dua komponen, yakni pembiakan dan penggemukan. Terhadap kelas kelompok yang berada dalam tahap berkembang selain dua komponen lainnya juga diintervensikan materi olahan pakan dan pemasaran on-farm.

Pemasaran on-farm antara lain melakukan penjualan ternak hasil penggemukan dan atau anakan ternak hasil pembiakan. Jika ternaknya adalah unggas dijual setelah penggemukan dan atau unggas indukan afkir yang sudah tidak produktif bertelur. Materi yang diintervensikan kepada peternak pada kelas maju terdiri atas semua komponen yang diintervensikan pada kelas peternak berkembang plus komponen pupuk, obat, dan pemasaran hulu. Pemasaran hulu antara lain menjual pakan ternak dan atau menjual bibit ternak. Pada kelompok peternak mandiri, intervensi berupa konseling untuk penguatan bisnis.

Pengembangan korporasi peternak dirancang agar terjadi sinergi antara peternak, kelompok peternak, dan gabungan kelompok peternak menjadi Lembaga Ekonomi Peternak berskala layak untuk bermitra dengan perusahaan industri peternakan skala besar dan pasar (super market) secara terintegrasi. Sebagai korporasi peternak, alternatif model yang ideal adalah melakukan usaha

Page 56: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN 47

yang terintegrasi/terkoordinasi secara vertikal dan terintegrasi secara horizontal. Korporasi peternak melakukan integrasi vertikal jika korporasi memiliki seluruh tahap dalam rantai suplai dari hulu ke hilir. Korporasi dapat menguasai seluruh tahap dalam rantai suplai, baik tahap produksi maupun distribusi. Korporasi peternak melakukan integrasi horizontal jika kegiatannya terintegrasi dengan beberapa produk yang masih dalam satu tahap dalam rantai suplai.

Integrasi vertikal dimaksudkan sebagai usaha yang dilakukan dari hulu - budidaya –hingga pemasaran dan pengolahan dilakukan secara terintegrasi oleh korporasi atau setidaknya terkoordinasi antarkorporasi sejenis. Sementara, integrasi horizontal sebagai usaha budidaya ternak yang dilakukan secara bersamaan dengan usaha terkait, dimana input-output antarusaha saling terkait. Salah satu contoh usaha integrasi horizontal, pada usaha sapi potong adalah budi daya pembiakan sapi menghasilkan sapi bakalan dan indukan. Sapi indukan dijual atau digunakan untuk pengganti induk yang sudah tua. Sapi bakalan dijual atau digunakan untuk usaha penggemukan.

Berdasarkan Permentan No. 18/2018, dalam satu kawasan minimal terdapat dua sentra peternakan. Dalam satu sentra peternakan bisa terdiri atas beberapa kelompok peternak, atau kelompok-kelompok dan individu peternak. Sentra peternakan ini diidentikkan dengan korporasi peternak. Hal ini berarti korporasi-korporasi yang ada berada dalam kawasan peternakan. Pengembangan kawasan juga berarti mengembangkan korporasi peternakan.

Pengembangan kawasan peternakan merupakan suatu proses bisnis yang ditetapkan selama lima tahun. Proses bisnis tersebut dilakukan dalam tiga tahapan.

Page 57: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN48

1. Tahap pertama, selama tiga tahun pertama merupakan tahapan penyediaan infrastruktur dan fasilitas pendukung lainnya. Pendanaan tahap pertama selain dari masyarakat juga dukungan dari pemerintah (K/L terkait) melalui APBN dan dukungan pemerintah daerah melalui APBD provinsi dan APBD kabupaten/kota;

2. Tahap kedua, selama dua tahun, peran pemerintah mulai dikurangi dan digantikan dengan peran swasta melalui dukungan Corporate Social Responsibility (CSR), Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL), dan kredit program dari pemerintah;

3. Tahap ketiga, yaitu setelah lima tahun, korporasi diharapkan sudah berjalan mandiri. Tahapan proses bisnis pengembangan kawasan yang di dalamnya termasuk korporasi peternak dapat dilihat pada Tabel 3-9.

Page 58: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN 49

Tabel 3-9. Tahapan intervensi pengembangan korporasi peternak di kawasan peternakan

Klasifikasi Usaha Komponen kegiatan Tahapan intervensi

Pemula Pembiakan dan penggemukan

Pembiakan dan penggemukan + olahan pakan + pemasaran on-farm

BerkembangPembiakan dan penggemukan + olahan pakan + pemasaran on-farm

Pembiakan dan penggemukan + olahan pakan + pemasaran on-farm + pupuk, obat + pemasaran hulu

Maju

Pembiakan dan penggemukan + olahan pakan + pemasaran on-farm + pupuk, obat + pemasaran hulu

Pembiakan dan penggemukan + olahan pakan + pemasaran on-farm + pupuk, obat + pemasaran hulu + pemasaran hilir + pengolahan primer, pengolahan sekunder

Mandiri

Pembiakan dan penggemukan + olahan pakan + pemasaran on-farm + pupuk, obat + pemasaran hulu + pemasaran hilir + pengolahan primer, pengolahan sekunder

Konseling untuk penguatan bisnis

Mengingat pengembangan kawasan peternakan melibatkan pihak pusat dan daerah, maka dalam perencanaannya perlu menyinkronkan penganggaran agar tidak terjadi tumpang tindih. Selain itu, terkait dengan administrasi keuangan pemerintah, hal yang penting adalah satu unit kawasan merupakan satu kabupaten. Jika satu unit kawasan melampaui batas satu kabupaten akan sulit melakukan sinkronisasi penggunaan anggaran dalam pengembangan kawasan peternakan.

Page 59: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN50

Pada unit yang lebih kecil, rancangan proses bisnis korporasi pada tahap awal memerlukan dukungan pendanaan, bimbingan teknis, dan pendampingan. Sifat pendanaan dan pendampingan lebih kearah korporasi sebagai badan usaha milik peternak. Pendanaan pada unit korporasi bukan hanya menjadi tanggung jawab Kementerian Pertanian, dalam hal ini Ditjen PKH, tetapi juga K/L lain. Seperti pelaksanaan Bimtek peternak dan SDM Pertanian, serta penyediaan teknologi, selain dari Balitbangtan juga bisa dari LIPI dan Universitas. Dalam pembentukan badan hukum tentu perlu melibatkan Kementerian Koperasi dan UMKM. Akses terhadap pembiayaan selain melibatkan Kementerian Pertanian, dalam hal ini Ditjen PSP, juga akan melibatkan Kemenko Bidang Perekonomian, Kementerian Keuangan dan perbankan. Pada unit korporasi peternak sendiri perlu dirancang proses bisnisnya untuk memberikan arah tahapan rancangan proses bisnis korporasi peternak (Tabel 3-10).

Page 60: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN 51

Tabel 3-10. Rancangan proses bisnis korporasi peternak di kawasan peternakan

KegiatanTahun ke

1 2 3 4 5

Unit korporasi peternak

Identifikasi SDM, SDA, fasilitas produksi v - - - -

Bantuan fasilitas keuangan dan fisik (akses pembiayaan, alsin produksi, alsin pengolahan, e-commerce)

- v v v -

Bimtek SDM peternak dan pendamping - v - - -

Fasilitasi badan hukum dan akses pembiayaan (KUR, PKBL, CSR, bank komersial dan bank petani)

- v v v v

Fasilitasi jaminan bahan baku dan pasar v v v v v

Pembinaan, pendampingan dan evaluasi v v v v v

Unit kawasan peternakanKoordinasi antar K/L*) v - - - -

Identifikasi infrastruktur dan kelembagaan v - - - -

Penguatan infrastruktur dan kelembagaan - v v v -

Paket dukungan regulasi usaha hulu-hilir v v v v v

Pembinaan dan pendampingan v v v v v

*) Keterangan: K/L terkait, antara lain: Kementan, PUPR, Kemen ATR/BPN, Kemen Kominfo, BI, Perbankan, Kemen BUMN, Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota

Page 61: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN52

Tahapan rancangan bisnis tentu berbeda untuk setiap komoditas, sesuai perkembangan usaha eksistingnya. Setelah tahap pertama dan kedua dilakukan, pada tahap ketiga diharapkan korporasi sudah mandiri. Jika sudah mandiri, hubungan antarkorporasi sudah merupakan relasi bussiness to bussiness, sehingga batas administratif sudah tidak masalah. Antar korporasi bisa saling berhubungan, walaupun melintas batas kabupaten/kota atau hingga antar provinsi.

Unit usaha yang dapat dipilih dalam perancangan korporasi petani peternakan dapat dilihat pada Tabel 3-11, yang bisa berupa usaha: perbibitan, pakan ternak, produksi ternak, pupuk organik, pengolahan daging, pengolahan telur, dan pemasaran produk. Masing-masing unit usaha dikerjakan dalam masing-masing level kelembagaan ekonomi yang dibangun. Musyawarah antar pemangku kepentingan dilakukan dalam penentuan bidang usaha dari hulu ke hilir dengan memperhatikan dan mempertimbangkan azas manfaat dan keberlanjutan usaha.

Page 62: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN 53

Tabel 3-11. Unit usaha korporasi peternak dan bentuk kelembagaan ekonomi yang dibangun

Komoditas Peternak Koperasi primer Koperasi sekunder/PT

1. Sapi potong

1. Sapi bakalan2. Sapi bibit

1. Pakan ternak*)2. Pupuk organik

Daging dan produk olahan

2. Itik/ayam lokal

1. Bibit itik2. Induk ayam

lokal

1. Produksi telur2. Produksi DOD*)3. Produksi itik

potong4. Pupuk organik

Daging, telur, dan produk olahan

3. Kambing

1. Kambing bakalan2. Kambing bibit

1. Kambing siap potong

2. Bibit kambing3. Pupuk organik4. Pakan*)

Daging dan produk olahan

4. Domba1. Domba bakalan2. Domba Bibit

1. Domba siap potong

2. Bibit domba3. Pupuk organik4. Pakan*)

Daging dan produk olahan

Keterangan: *) Dasar Penetapan Skala Minimum Koperasi

Page 63: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN54

Page 64: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN 55

BAB IV RANCANGAN OPERASIONAL KORPORASI PETANI

4.1. Perancangan Korporasi Petani

Tahapan ini merupakan langkah awal untuk merancang penumbuhan dan pengembangan korporasi petani. Rancangan korporasi petani harus disusun dengan pertimbangan secara teknis dapat dilakukan (possible), secara bisnis atau ekonomi menguntungkan (viable), secara manajerial dapat dijalankan (manageable), secara sosial dapat diterima (acceptable) dan secara lingkungan dapat berkelanjutan (sustainable).

4.1.1. Rancangan Teknis Korporasi Petani

Korporasi petani adalah kelembagaan (organisasi beserta aturan pelaksanaannya) yang mempersatukan petani menjadi satu entitas padu padan dalam melaksanakan kegiatan usaha berbasis usaha tani. Karena itu, langkah pertama yang harus diidentifikasi adalah usaha pertanian yang potensial dijalankan, mencakup on-farm

maupun off-farm. Pertimbangan utamanya adalah usaha tersebut dapat dilakukan secara teknis, yakni tanaman atau ternak yang diusahakan sesuai dengan kondisi agroekosistem, teknologi

Page 65: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN56

yang dibutuhkan tersedia, dan para pelaku memiliki kemampuan menjalankan kegiatan teknisnya.

Beberapa keputusan yang harus diambil pada tahap ini adalah sebagai berikut:

1. Penetapan komoditas atau kelompok komoditas yang akan dikembangkan sesuai dengan potensi sumberdaya agroekosistem yang ada, tidak bertentangan dengan nilai-nilai sosial masyarakat setempat, dan ramah terhadap lingkungan alam. Komoditas yang dikembangkan per subsektor dapat berupa komoditas pertanian yang sudah atau belum berkembang;

2. Penetapan bidang-bidang usaha yang akan digarap oleh korporasi petani, misalnya usaha produksi benih, sarana produksi, usaha jasa alat-mesin pertanian, usaha budidaya, pengolahan, dan pemasaran;

3. Penetapan luas cakupan areal kawasan dengan memperhatikan keragaman zona agroekologi, geografis, prasarana wilayah, dan lain-lain. Sebagaimana dijelaskan di depan, satu kawasan dapat berupa hamparan atau bukan hamparan. Dasar penetapan kawasan adalah SK Menteri Pertanian No.472 tahun 2018 yang disinergikan dengan penetapan kawasan provinsi dan kabupaten yang ditetapkan oleh Kepala Daerah masing-masing. Meskipun demikian perlu ditetapkan prioritas pengembangan kawasan yang akan dijadikan sebagai pilot project penumbuhan dan pengembangan korporasi petani yang didasarkan pada SK Menteri Pertanian No 472 Tahun 2018.

Page 66: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN 57

4.1.2. Rancangan Bisnis Korporasi Petani

Pertimbangan utama dalam tahapan ini adalah bidang-bidang usaha yang akan dikembangkan mampu memberikan pendapatan, keuntungan, atau mampu menekan biaya dan meningkatkan efisiensi dibanding sebelumnya. Beberapa kegiatan dalam hal ini adalah:

1. Penetapan bidang-bidang usaha yang akan dijalankan, baik on-

farm maupun off-farm, yang dapat dijalankan secara ekonomi, memberikan keuntungan yang lebih tinggi, dan memiliki prospek pasar. Beberapa data dasar yang dibutuhkan adalah tentang agrososioekosistem, petani dan rumah tangga tani, lahan, produk yang dihasilkan, kelembagaan petani, pasar dan harga dan sistem agribisnis. Pada sistem agribisnis perkebunan, misalnya, nilai tambah yang terjadi sebagian besar berada pada subsistem hulu (upstream agribusiness) dan subsistem hilir (downstream agribusiness). Nilai tambah tersebut dapat dinikmati oleh petani jika terjadi redistribusi nilai tambah dari subsistem hulu dan subsistem hilir ke subsistem on-farm.

2. Pertimbangan kemampuan finansial korporasi untuk menjalankan bisnis tersebut berupa sumber permodalan, prasarana usaha, kemampuan riil dan setidaknya potensi pengembangannya.

3. Penyusunan business plan masing-masing usaha serta usaha keseluruhan korporasi petani sehingga terlihat kebutuhan dan perkembangan bisnis berdasarkan dimensi waktu.

Page 67: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN58

4.1.3. Rancangan Manajerial Korporasi Petani

Minimal terdapat dua level yang perlu diperhatikan pada aspek manajerial, yakni SDM pelaksana (level individual) dan keorganisasian pelaksana. Pengembangan korporasi perlu mempertimbangkan kondisi yang ada, kapasitas, dan potensi pengembangan ke depan. Meskipun usaha atau cabang usaha telah capable secara teknis dan viable secara ekonomi, namun bisa saja batal atau ditunda jika kemampuan manajerial belum memadai.

Beberapa aktivitas pada langkah ini adalah:

1. Mengidentifikasi kondisi dan kapasitas SDM calon pelaksana korporasi petani, mencakup petani, tokoh-tokoh petani, dan pelaku-pelaku lain yang berhubungan langsung dengan kegiatan pertanian (pemilik kios, penangkar, pengusaha alat-mesin pertanian, pengusaha RMU, dll). Assessment dapat dilakukan menggunakan kuesioner standar. Selanjutnya, sosialisasi dan membangun kesepahaman visi dan misi korporasi yang akan dibangun bersama, serta membentuk mentalitas korporasi (corporation mentality) yang dilandasi oleh semangat kewirausahaan (entrepreneurial spirit) yang kuat.

2. Mengidentifikasi calon‑calon pemimpin yang potensial dan membangun kemampuan kepemimpinan (leadership) dalam komunitas. Mereka akan menjadi calon untuk memimpin bisnis atau menjadi calon pengelola organisasi petani dan pengelola korporasi petani.

3. Mengidentifikasi kelembagaan petani dan kelembagaan ekonomi petani yang ada dan melakukan assessment dengan metode yang standar. Data ini penting untuk mengukur kemampuan mereka dalam menjalankan bisnis dan posisi yang dapat dipenuhi.

Page 68: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN 59

4. Menetapkan bentuk badan hukum kelembagaan korporasi petani, apakah berbentuk koperasi atau perusahaan (Perseroan Terbatas). Sebagaimana dijelaskan di depan, pilihan didasarkan atas jenis usaha yang akan dikembangkan, kebutuhan legalitas bisnis, skala usaha, dan lain-lain.

5. Menetapkan pengelola kawasan dan pihak mitra secara luas di luar korporasi petani, sesuai dengan kebutuhan bisnis, yakni Pemda, perguruan tinggi, instansi penyuluhan. Semua pelaku ini tergolong sebagai supporting system yang akan menentukan pengembangan korporasi petani mencakup pembina, pendamping, client, customer, pemasok, dan beneficiaries; baik di sisi input di hulu maupun output di hilir. Pendampingan pengelolaan korporasi petani diutamakan pada perencanaan dan pengembangan bisnis korporasi petani.

4.2. Penumbuhan Korporasi Petani

Penumbuhan korporasi petani dilakukan dengan persyaratan, yaitu: (a) berkedudukan di Kabupaten/Kota setempat; (b) keberadaannya bermanfaat dan dibutuhkan anggota dan/atau masyarakat; (c) memiliki kepengurusan yang tetap; (d) memiliki sekretariat yang bersifat tetap; dan (e) tidak berafiliasi kepada partai politik.Penumbuhan korporasi petani dilakukan oleh Bupati/Walikota melalui tahapan sebagai berikut:a. Persiapan;b. Konsolidasi petani dan usahatani;c. Perancangan korporasi; d. Penyusunan model bisnis; dan e. Penentuan bentuk kelembagaan usaha, kepengurusan dan

status hukum.

Page 69: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN60

Tahapan persiapan dilakukan melalui kegiatan penentuan lokasi, konsolidasi lintas pemangku kepentingan, penyiapan infrastruktur pendukung, penyiapan sumber daya manusia. Tahapan konsolidasi petani dan usaha tani dilakukan dengan menyatukan dan memperkuat hubungan antar petani dan antar usaha tani dalam satu wilayah. Selanjutnya, perancangan korporasi petani dilakukan dengan merancang bentuk kelembagaan usaha, susunan organisasi, dan struktur usaha. Dalam hal ini perancangan tersebut didasarkan pada hasil analisis kelayakan usaha. Demikian halnya untuk penyusunan model bisnis korporasi petani dilakukan melalui penyiapan rencana bisnis (bussiness plan). Penentuan bentuk kelembagaan usaha, kepengurusan dan status hukum dilakukan setelah tahapan sebelumnya telah selesai dilakukan. Bentuk kelembagaan korporasi petani dapat berbadan hukum koperasi atau badan usaha lain. Badan usaha lain yang dimaksud adalah sebagian besar modalnya dimiliki kelompok atau gabungan kelompok tani.Bentuk korporasi petani berbadan hukum atau badan usaha lain ditetapkan sesuai peraturan perundang-undangan.

4.3. Pengembangan Korporasi Petani

Korporasi petani yang telah memiliki bentuk kelembagaan usaha dan memperoleh status hukum dapat melakukan pengembangan kegiatan korporasi petani. Pengembangan korporasi petani dilakukan dengan tidak meninggalkan tugas dan fungsi korporasi petani. Kegiatan pengembangan korporasi petani mencakup kegiatan penguatan bisnis, dan pemandirian korporasi petani. Penguatan bisnis dilakukan melalui optimalisasi pemanfaatan sumber pembiayaan, pengembangan jejaring usaha (networking),

Page 70: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN 61

promosi dan perlindungan usaha. Penguatan bisnis ini dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas produksi, meningkatkan efisiensi penggunaan faktor produksi, meningkatkan skala bisnis, mengembangkan diversifikasi usaha, dan perluasan jejaring pemasaran.

Pemandirian korporasi petani dilakukan dengan penguatan manajemen badan usaha dan bisnis. Pada tahap ini, korporasi dapat dikatakan telah berjalan dengan stabil, telah mampu mengembangkan usaha, memberi pendapatan, dan manajemen telah berjalan dengan baik. Pencapaian tahap ini dapat berbeda untuk setiap bidang bisnis, demikian pula kematangan keorganisasiannya. Karena itu, pada tahap ini mulai berpikir untuk menggandakan pendapatan dan manfaat ekonomi untuk kawasan pertanian dan sekitarnya. Penggandaan atau multiplikasi pendapatan di kawasan berlangsung dalam tiga tahap, yang dimulai dengan pertumbuhan ekonomi lokal, dilanjutkan dengan penciptaan proses income multiplier (penggandaan pendapatan) akibat hubungan input-output antara sistem produksi, dan diakhiri dengan multiplikasi nilai tambah akibat pola konsumsi. Bagian pertama dan kedua merupakan bagian dari sistem produksi atau supply side, sedangkan bagian ketiga adalah bagian dari konsumsi atau demand side.

Pada tahapan pemandirian, korporasi petani harus mampu berdiri sendiri sehingga perkembangannya tidak bisa bergantung pada bantuan pihak lain. Pada kondisi ini pembinaan dan pendampingan dari pihak luar dihentikan, baik dari pusat maupun daerah. Mengingat korporasi petani adalah milik petani, maka pada tahapan ini tidak ada penyerahan kegiatan bisnis kepada Pemda, kecuali untuk aset-aset tertentu yang diharuskan oleh peraturan

Page 71: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN62

pemerintah. Setelah lepas dari pembinaan dan pendampingan, relasi-relasi ekonomi dengan para mitra menjadi basis dalam pengembangan bisnis korporasi petani. Dalam kondisi tersebut, relasi yang berjalan sudah saling menjaga keberlangsungan karena saling menguntungkan kedua pihak.

Page 72: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN 63

BAB V PEMBIAYAAN DAN ORGANISASI

Implementasi pengembangan kawasan pertanian berbasis komoditas yang didukung oleh penguatan kelembagaan ekonomi petani berbadan hukum sebagai tulang punggung penggerak korporasi petani membutuhkan keterpaduan dalam perencanaannya. Keterpaduan tersebut mencakup lokasi, target penerima manfaat, dan sumber pembiayaan. Direktorat Jenderal yang membidangi fungsi pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan menjadi penanggung jawab dalam merencanakan penetapan fokus dan lokus program serta pengembangan kawasan berbasis korporasi petani yang akan didukung oleh Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Ditjen PSP) dan Badan di lingkup Kementerian Pertanian serta instansi lintas sektoral lainnya di pusat dan daerah.

Untuk mewujudkan keterpaduan perencanaan, Direktorat Jenderal yang membidangi fungsi pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan harus menyusun Petunjuk Teknis (Juknis) dan garis garis besar tahapan dan proses perencanaan penumbuhan dan pengembangan korporasi petani di kawasan pertanian. “Petunjuk Teknis” merupakan acuan operasional perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penumbuhan dan pengembangan korporasi

Page 73: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN64

petani di tingkat kawasan. Rencana kerja disusun dalam format rencana tahunan dalam kerangka perencanaan untuk 5 tahun ke depan.

Gambar 5-1. Model kawasan pertanian dalam Permentan No. 18 tahun 2018

Tahapan dan proses penumbuhan dan pengembangan korporasi petani di kawasan pertanian ditetapkan berdasarkan potensi dan permasalahan eksisting di masing-masing calon lokasi pengembangan. Rencana tahapan dan proses penumbuhan dan pengembangan korporasi merupakan rujukan operasional oleh aparat yang bertanggung jawab dalam pembinaan pelaksanaan kegiatan di lapang. Secara ringkas, tahapan dan proses penumbuhan dan pengembangan korporasi petani di kawasan pertanian disusun dalam bentuk matriks (Tabel 5-1).

Page 74: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN 65

Tabel 5-1. Tahapan dan proses penumbuhan dan pengembangan korporasi petani

No KegiatanTahun ke

1 2 3 4 5A Penumbuhan1 Persiapan

• Penentuan lokasi v

• Konsolidasi lintas pemangku kepentingan v v

• Penyiapan infrastruktur pendukung v v

• Penyiapan sumberdaya manusia

2 Konsolidasi petani dan usaha tani

• Menyatukan dan memperkuat hubungan antar petani dan antar usaha tani dalam satu wilayah

v v

3 Perancangan korporasi

• Merancang bentuk kelembagaan usaha, susunan organisasi, dan struktur usaha

v

• Melakukan analisis kelayakan usaha v

4 Penyusunan model bisnis• Menyiapkan rencana bisnis

(bussinessplan) v

5Penentuan bentuk kelembagaan usaha, kepengurusan dan status hukum

• Menetapkan bentuk Kelembagaan korporasi petani v v

• Menetapkan pengurus v

• Menetapkan cabang usaha v v

B Pengembangan1 Penguatan bisnis

• Optimalisasi pemanfaatan sumber pembiayaan v v v

Page 75: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN66

• Pengembangan jejaring usaha v v v v• Promosi dan perlindungan

usaha v v v

2 Pemandirian korporasi petani

• Penguatan manajemen badan usaha dan bisnis v v

5.1. Pembiayaaan

Penumbuhan dan pengembangan korporasi petani didasarkan pada pemberdayaan masyarakat petani. Oleh karena itu, pembiayaan pengembangan usaha korporasi petani harus mampu meningkatkan keswadayaan petani dan memanfaatkan sumber pembiayaan yang bersumber dari kredit program maupun kredit komersial. Anggaran pemerintah yang bersumber dari APBN/APBD provinsi/kabupaten/kota hanya bersifat stimulan untuk mendukung penumbuhan dan pengembangan korporasi petani di kawasan pertanian.

Dukungan APBN/APBD provinsi/kabupaten/kota diarahkan hanya untuk mendukung percepatan penumbuhan dan pengembangan korporasi petani. Oleh karena itu, rencana anggaran yang disusun harus mempertimbangkan sebesar-besarnya aspek keswadayaan masyarakat petani dan peran serta dunia usaha. Penyusunan anggaran harus menggunakan skenario yang paling rasional dan optimal dengan mempertimbangkan kemampuan anggaran pemerintah, baik APBN maupun APBD. Pemanfaatan anggaran pemerintah seyogianya difokuskan pada pelayanan penyediaan dan pemeliharaan infrastruktur serta pembinaan pengembangan kelembagaan dan SDM maupun perlindungan petani agar mampu menumbuhkembangkan kapasitas keswadayaan dalam melaksanakan korporasi petani secara mandiri dan berkelanjutan.

Page 76: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN 67

Penyusunan rencana pembiayaan kegiatan penumbuhan dan pengembangan korporasi petani dilakukan secara terarah sesuai skala prioritas. Artinya, rencana pembiayaan kegiatan korporasi petani difokuskan pada faktor kritis yang dapat mendorong percepatan pengembangan kawasan pertanian. Subsistem usahatani yang masih lemah harus mendapat prioritas utama dalam memperoleh dukungan pembiayaan. Secara garis besar ruang lingkup pembiayaan untuk penumbuhan dan pengembangan korporasi petani, yaitu:

1. Penyediaan sarana dan prasarana pertanian yang tidak mampu dibangun dan disediakan oleh masyarakat secara swadaya dan tidak diminati oleh swasta;

2. Upaya mengatasi kegagalan pemasaran produk yang dihasilkan petani, terutama diarahkan pada fasilitasi pengaturan dan pengawasan pelaksanaan kebijakan, promosi investasi dan bentuk perlindungan lainnya.

3. Peningkatan kapasitas sumberdaya apatur pembina pengembangan SDM petani dan mendorong berfungsinya kelembagaan pelayanan pembinaan informasi dan teknologi.

4. Pengembangan manajemen korporasi petani untuk dapat melakukan konsolidasi pembentukan, penguatan, dan penataan kelembagaan ekonomi petani berbadan hukum, kemitraan, dan kerja sama dengan usaha industri dan atau perdagangan.

Dalam operasionalnya, penyusunan rencana pembiayaan kegiatan dilakukan sesuai dengan sistem perencanaan program dan anggaran yang berlaku melalui mekanisme perencanaan tahunan secara berjenjang melalui forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah dan Nasional. Dalam lingkup Kementerian Pertanian, perencanaan pembiayaan dituangkan dan diproses

Page 77: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN68

dalam sistem e-planning sesuai rambu-rambu dan menu kegiatan yang ada di masing-masing eselon I penanggung jawab program. Oleh karena itu, rencana pembiayaan kegiatan penumbuhan dan pengembangan korporasi petani harus dituangkan dalam dokumen proposal kegiatan yang disusun oleh Direktorat Jenderal yang membidangi komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan. Proposal selanjutnya juga menjadi acuan bagi Direktorat Jenderal/Badan pendukung dalam menyusun rencana alokasi kegiatan dan pembiayaan yang dibutuhkan. Penyusunan proposal dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan segenap pemangku kepentingan di satuan kerja penanggungjawab.

5.2. Organisasi

Pelaksana utama kegiatan penumbuhan dan pengembangan korporasi petani adalah masyarakat petani yang dibina oleh aparat teknis di lapangan. Organisasi Perangkat Daerah yang melaksanakan urusan pertanian di provinsi/kabupaten/kota merupakan garda terdepan yang bertanggung jawab dalam memfasilitasi pelaksanaan kegiatan di lapang guna memperlancar proses penumbuhan dan pengembangan korporasi petani. Untuk itu perlu dibentuk struktur dan postur organisasi pelaksana yang bersifat dinamis, sesuai dinamika pelaksanaan dan kewenangan urusan pemerintahan dan pembangunan pertanian di era otonomi daerah.

Struktur organisasi dibentuk secara berjenjang yang keanggotaannya melibatkan pemangku kepentingan dari instansi dan satuan kerja terkait dengan pengembangan kawasan pertanian berbasis korporasi petani. Struktur dan postur organisasi di Pusat/

Page 78: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN 69

Provinsi/Kabupaten/Kota sesuai dengan Permentan No.18/2018 perlu disesuaikan dengan kebutuhan di Pusat dan Daerah serta operasionalnya di lapangan. Beberapa prinsip pokok organisasi pelaksana pengembangan korporasi petani adalah:

1. Organisasi pengelola di tingkat pusat bertugas mengakomodasi kebutuhan pendampingan dan pembinaan pelaksanaan kegiatan di tingkat pusat dengan melibatkan segenap instansi dan unit kerja pemangku kepentingan lainnya yang tugas dan fungsinya terkait erat dengan pengembangan korporasi petani di kawasan pertanian.

2. Organisasi pelaksana di tingkat provinsi adalah organisasi perangkat kerja pemerintah provinsi yang membidangi komoditas dengan pemangku kepentingan lainnya yang tugas dan fungsinya terkait erat dengan pengembangan korporasi petani di kawasan komoditas lintas kabupaten/kota.

3. Organisasi pelaksana di tingkat kabupaten/kota adalah organisasi perangkat kerja pemerintah daerah kabupaten/kota yang membidangi komoditas dengan pemangku kepentingan lainnya yang tugas dan fungsinya terkait erat dengan pengembangan korporasi petani di kawasan komoditas di lingkup kabupaten/kota.

Dalam operasionalnya, pengembangan korporasi petani di tingkat lapangan perlu didukung oleh unit manajemen teknis yang berfungsi sebagai operator dan pengendali kegiatan, baik di tingkat kawasan maupun tingkat usaha korporasi. Manajemen kawasan pertanian berbasis korporasi petani membutuhkan manajemen kawasan yang dapat mengonsolidasikan perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan perkembangan pelaksanaan kegiatan kawasan.

Page 79: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN70

Unit Manajemen Kawasan (UMK) dibentuk, dikoordinasikan, dan difasilitasi oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota yang membidangi pengembangan komoditas. Unit manajemen berfungsi sebagai motivator, fasilitator, dan penggerak yang sekaligus pengawas usaha, sesuai dengan model dan rencana bisnis yang dirancang.

Gambar 5-2. Struktur Organisasi Pelaksana Pengembangan Korporasi Petani di Kawasan Pertanian

Tugas organisasi pelaksana tingkat pusat dalam penumbuhan dan pengembangan korporasi petani di kawasan pertanian adalah:

1. Mensosialisasikan rencana kegiatan secara berjenjang di pusat, provinsi dan kabupaten/kota.

2. Menetapkan lokasi kegiatan bersama dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lingkup pertanian di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

3. Menyusun jadwal dan agenda kegiatan berdasarkan matrik rencana yang mencakup pula rencana pembinaan, evaluasi dan pelaporannya. Sosialisasi dilakukan dalam forum-forum

Page 80: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN 71

musyawarah perencanaan maupun pertemuan koordinasi teknis lainnya di pusat/provinsi/kabupaten/kota. Aspek yang disosialisasikan mencakup tujuan, sasaran, tahapan pelaksanaan, tugas dan tanggung jawab, alokasi pembiayaan dan kebutuhan dukungan keberhasilan pelaksanaan serta jadwal dan agenda pelaksanaan kegiatan.

Tugas organisasi pelaksana tingkat provinsi dalam pengembangan korporasi petani di kawasan pertanian adalah:

1. Melakukan identifikasi calon lokasi dengan melibatkan Tim Teknis Kabupaten/Kota.

2. Menyusun jadwal dan agenda kegiatan berdasarkan matrik rencana yang mencakup rencana pembinaan, evaluasi dan pelaporan.

Tugas organisasi pelaksana tingkat kabupaten/kota dalam pengembangan korporasi petani di kawasan pertanian adalah:

1. Mengidentifikasi dan mengusulkan Poktan/Gapoktan/KUB/LEM sebagai calon kelembagaan ekonomi petani berbadan hukum dengan mempertimbangkan keberadaan, peran, dan kinerja Poktan/Gapoktan/KUB/LEM.

2. Menyusun model korporasi petani di kawasan pertanian di daerahnya bersama-sama dengan Unit Manajemen Kawasan Pertanian.

3. Melakukan pendampingan dan bimbingan kepada Unit Manajemen Kawasan Pertanian di daerahnya dan pengelola korporasi petani.

4. Menyusun jadwal dan agenda kegiatan berdasarkan matrik rencana yang mencakup pula rencana pembinaan, evaluasi, dan pelaporan.

Page 81: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN72

Tugas organisasi pengelola di tingkat Unit Manajemen Kawasan Pertanian meliputi:

1. Menyusun model korporasi petani di kawasan pertanian bersama Organisasi Pelaksana Kabupaten/Kota.

2. Merancang rencana pengembangan kawasan dan kerja sama lintas kawasan. Merancang temu usaha, pameran, promosi investasi, dan kegiatan korporasi petani lainnya.

Menyusun dan menyampaikan laporan perkembangan dan hasil pelaksanaan kegiatan pengembangan korporasi petani di kawasan pertanian.

Page 82: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN 73

BAB VI PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PELAPORAN

Pembinaan dan pengawasan penumbuhan dan pengembangan korporasi petani dilakukan secara terkoordinasi antar menteri/pimpinan lembaga non kementerian, gubernur, dan bupati/walikota. Berikut deskripsi tentang pembinaan, pengawasan dan pelaporan penumbuhan dan pengembangan korporasi petani.

6.1. Pembinaan Korporasi Petani

Pembinaan penumbuhan dan pengembangan korporasi petani dilakukan melalui:1. Peningkatan kapasitas SDM;2. Pengembangan dan penyediaan inovasi teknologi;3. Fasilitasi akses prasarana dan sarana;4. Pengembangan budidaya, dan pascapanen;5. Pengolahan primer;6. Usaha pengolahan hasil lanjutan; 7. Pemasaran hasil usaha pertanian;8. Penguatan kapasitas usaha dan manajemen korporasi petani;

dan9. Penguatan kelembagaan korporasi petani.

Page 83: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN74

Pembinaan peningkatan kapasitas SDM, pengembangan dan penyediaan inovasi teknologi, fasilitasi akses prasarana dan sarana, pengembangan budi daya, dan pascapanen, serta pengolahan primer oleh Kementerian Pertanian. Pembinaan usaha pengolahan hasil lanjutan oleh Menteri Perindustrian. Pembinaan pemasaran hasil usaha pertanian oleh Menteri Perdagangan. Selanjutnya, pembinaan penguatan kapasitas usaha dan manajemen korporasi petani, serta penguatan kelembagaan korporasi petani oleh Menteri Koperasi dan UKM.

6.2. Pengawasan dan Pelaporan

Pengawasan Penumbuhan dan Pengembangan Korporasi Petani dilakukan melalui pelaporan secara berjenjang dari Bupati/Walikota kepada Gubernur dan selanjutnya kepada menteri sesuai kewenangannya. Pelaporan penumbuhan dan pengembangan korporasi paling kurang berisi:a. Bentuk korporasi petani yang tumbuh;b. Korporasi petani yang sudah atau belum berbadan hukum;c. Kedudukan korporasi petani;d. Jumlah anggota korporasi petani;e. Usaha yang dikembangkan;f. Pemasaran hasil.

6.3. Indikator Keberhasilan

Untuk mengukur perkembangan kemajuan serta pencapaian tujuan dan sasaran kegiatan penumbuhan dan pengembangan korporasi petani di kawasan pertanian perlu ditetapkan indikator

Page 84: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN 75

kinerja yang bersifat spesifik, terukur, dan rasional. Indikator kinerja perlu dijabarkan lebih lanjut dalam petunjuk teknis penumbuhan dan pengembangan korporasi petani untuk masing-masing komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan. Secara garis besar, indikator kinerja utama dari keberhasilan pelaksanaan penumbuhan dan pengembangan korporasi petani di kawasan pertanian meliputi indikator output, outcome, dan impact.

6.3.1. Indikator Output

1. Tersusunnya Juknis penumbuhan dan pengembangan korporasi petani untuk kawasan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan.

2. Terbentuknya lembaga pengelola korporasi petani di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota.

3. Tersusunnya rancangan model unit korporasi petani spesifik komoditas di kawasan pertanian.

4. Terbentuknya kelembagaan ekonomi petani berbadan hukum sebagai inti penggerak korporasi petani di kawasan pertanian.

5. Tersusunnya proposal keterpaduan program, kegiatan, dan anggaran jangka menengah kegiatan penumbuhan dan pengembangan korporasi petani untuk kawasan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan.

6. Tersedianya dukungan fasilitasi prasarana sarana pertanian dan pembinaan manajemen serta teknis pengembangan korporasi petani di kawasan pertanian.

Page 85: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN76

6.3.2. Indikator Outcome

1. Meningkatnya pengetahuan, sikap, dan perilaku aparatur pembina teknis, petani, dan pengelola korporasi dalam membina dan mengelola unit korporasi petani di kawasan pertanian.

2. Terbentuknya sistem manajemen modern dalam pengelolaan dan pembinaan penumbuhan dan pengembangan korporasi petani di kawasan pertanian.

3. Meningkatnya produksi dan produktivitas komoditas pertanian yang dikelola oleh petani yang terlibat dalam penumbuhan dan pengembangan korporasi petani di kawasan pertanian.

6.3.3. Indikator Impact

1. Meningkatnya daya saing dan nilai tambah usaha tani yang dikelola oleh korporasi petani di kawasan pertanian.

2. Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani dan pelaku usaha yang terlibat dalam penumbuhan dan pengembangan korporasi petani di kawasan pertanian.

3. Meningkatnya efisiensi dan efektivitas pemanfaatan sumber pembiayaan pembangunan pertanian.

Page 86: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN 77

BAB VII PENUTUP

Korporasi petani memiliki peran strategis dalam mengubah paradigma pembangunan pertanian ke depan, dari semula berbasis individual/kelompok menjadi berbasis korporat. Keberhasilan korporasi petani akan meningkatkan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya dan peluang bisnis secara lebih rasional. Untuk itu, korporasi petani harus mampu melakukan kerjasama bisnis, baik dengan badan usaha milik pemerintah dan swasta maupun usaha perorangan untuk mengoptimalkan pengelolaan sumber daya secara lebih terintegrasi, konsisten, dan berkelanjutan.

Pengelolaan korporasi petani dilakukan dengan terobosan-terobosan manajemen yang kreatif sehingga mampu berperan dalam mewujudkan pertanian yang maju, mandiri, dan modern. Manajemen korporasi petani yang kreatif yang didukung oleh pemanfaatan inovasi teknologi akan mampu memproduksi dan memasarkan aneka produk pertanian secara lebih efisien dan memiliki standar mutu tinggi. Dengan manajemen yang kreatif yang dipadukan dengan teknologi yang inovatif akan menjadikan korporasi petani mampu meningkatkan nilai tambah, daya saing, dan pendapatan petani. Untuk itu dibutuhkan dukungan dan komitmen yang kuat dan serius dari para pemangku kepentingan

Page 87: KEMENTERIAN PERTANIANperencanaan.setjen.pertanian.go.id/sikp/public/upload/...ini adalah tindak lanjut dari Permentan No. 18 tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari konsep “Grand

PEDOMAN PENUMBUHAN & PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI DI KAWASAN PERTANIAN78

dalam menumbuhkembangkan korporasi petani di kawasan pertanian secara keberlanjutan.

Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Korporasi Petani di Kawasan Pertanian harus dipahami dengan baik untuk dijadikan acuan utama oleh para pemangku kepentingan dalam menyusun petunjuk teknis penumbuhan dan pengembangan korporasi petani, termasuk dalam implementasi berbagai program/kegiatan di lapangan. Petunjuk Teknis yang dimaksud disesuaikan di masing masing Direktorat Jenderal yang membidangi komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan.

Pedoman ini merupakan  dokumen  yang sangat terbuka untuk terus diperbarui atau diperluas cakupannya sesuai kebutuhan. Pedoman ini bersifat dinamis (living document) untuk pembaruan, perubahan, atau penyesuaian melalui revisi jika diperlukan. Hal ini dimaksudkan agar Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Korporasi Petani menjadi dokumen yang terus berkembang untuk menjawab tantangan yang ditimbulkan dari berbagai dinamika yang terjadi di lapangan dari waktu ke waktu.