kemandirian-belajar

13
BAB II KAJIAN TEORI A. Kemandirian Belajar Kemandirian belajar merupakan salah satu kemampuan yang perlu dikembangkan. Hal ini karena manusia memerlukan kemampuan untuk beradaptasi secara aktif terhadap lingkungan. Untuk itu maka dibutuhkan pula kesadaran bahwa setiap lingkungan memiliki karakteristik berbeda. Dengan kemandirian belajar, manusia akan menyadari karakteristik lingkungannya dan akan memiliki cara tersendiri untuk menyesuaikan diri dan meningkatkan perkembangan pengetahuan. Kemandirian merupakan kesanggupan untuk berdiri sendiri, tidak saja secara ekonomi sosial, tetapi terutama secara moral dalam artian bertanggungjawab atas keputusan- keputusannya dalam perkara yang bersifat rasional maupun emosional (Cony Semiawan, 1991:42). Corno dan Mandinach yang dikutip oleh Kerlin menyatakan kemandirian belajar sebagai suatu kemampuan untuk mengolah dan memanipulasi suatu pengetahuan dalam proses belajar dan untuk memonitor dalam rangka meningkatkan proses belajar. Kemandirian belajar menurut Haris Mudjiman (2007) adalah kegiatan belajar aktif yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau 1

Upload: big-four

Post on 14-Dec-2015

34 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kemandirian-belajar

TRANSCRIPT

Page 1: kemandirian-belajar

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kemandirian Belajar

Kemandirian belajar merupakan salah satu kemampuan yang perlu dikembangkan.

Hal ini karena manusia memerlukan kemampuan untuk beradaptasi secara aktif terhadap

lingkungan. Untuk itu maka dibutuhkan pula kesadaran bahwa setiap lingkungan

memiliki karakteristik berbeda. Dengan kemandirian belajar, manusia akan menyadari

karakteristik lingkungannya dan akan memiliki cara tersendiri untuk menyesuaikan diri

dan meningkatkan perkembangan pengetahuan.

Kemandirian merupakan kesanggupan untuk berdiri sendiri, tidak saja secara

ekonomi sosial, tetapi terutama secara moral dalam artian bertanggungjawab atas

keputusan-keputusannya dalam perkara yang bersifat rasional maupun emosional (Cony

Semiawan, 1991:42). Corno dan Mandinach yang dikutip oleh Kerlin menyatakan

kemandirian belajar sebagai suatu kemampuan untuk mengolah dan memanipulasi suatu

pengetahuan dalam proses belajar dan untuk memonitor dalam rangka meningkatkan

proses belajar.

Kemandirian belajar menurut Haris Mudjiman (2007) adalah kegiatan belajar aktif

yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi

suatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah

dimiliki. Jerold E.Kemp (1994:155) menyatakan bahwa siswa yang ikut dalam program

belajar mandiri akan lebih rajin, lebih banyak dan mampu lebih lama mengingat hal yang

dipelajarinya dibandingkan dengan siswa yang mengikuti kelas konvensional. Joan

Freeman dan Utami Munandar (1996 :142) menjelaskan bahwa tipe anak yang mandiri,

mempunyai keberanian untuk bertindak berbeda dari teman-temannya. Hal tersebut

dilatarbelakangi oleh rasa percaya diri dan keinginan untuk sesekali berjalan di luar garis,

sebagai pewujudan dari sikap kreatif.

Istilah kemandirian belajar berhubungan dengan beberapa istilah lain diantaranya self

regulated learning, self regulated thinking, self directed learning, self efficacy, dan self –

1

Page 2: kemandirian-belajar

esteem. Pengertian kelima istilah terakhir di atas tidak tepat sama, namun mereka

memiliki beberapa kesamaan karakteristik (Utari Sumarmo, 2004 : 1). Utari Sumarmo

(2004: 4) memberikan tiga karakteristik kemandirian belajar, yaitu bahwa individu :

1. Merancang belajar sendiri sesuai dengan tujuannya.

2. Memilih strategi kemudian melaksanakan rancangan belajarnya.

3. Memantau kemajuan belajarnya, mengevaluasi hasilnya dan dibandingkan dengan

standar tertentu.

1. Self-regulated Learning

Istilah kemandirian belajar jika diterjemahkan menjadi self-regulated learning

memiliki pengertian berbeda dengan arti arti yang lain. Sejumlah pakar (Butler, 2002,

Corno dan Mandinah, 1983, Corno dan Randi, 1999, Hargis,

http:/www.smartkidzone.co/, Kerlin, 1992, Paris dan Winograd, 1998, Schunk dan

Zimmerman, 1998, Wongsri, Cantwell, dan Archer, 2002), menguraikan pengertian

istilah SRL, merelasikannya dengan beberapa istilah lain yang serupa, memeriksa efek

SRL terhadap pembelajaran sains melalui internet, serta memberikan saran untuk

memajukan SRL pada siswa/mahasiswa Dalam artikel-artikel di atas, istilah SRL

didefinisikan agak berbeda, namun semuanya memuat tiga karakteritik utama yang

serupa, yaitu merancang tujuan, memilih stategi, dan memantau proses kognitif dan

afektif yang berlangsung ketika seseorang menyelesaikan suatu tugas akademik.

(Sumarmo, 2010)

Menurut Connor (2004), self-regulation adalah kemampuan siswa untuk mengkontrol

minat, sikap, dan usaha terhadap tugas atau tujuan. Kunci dari self-regulation adalah

kemampuan siswa untuk mengerti tentang syarat syarat dari tugas atau tujuan, dan lalu

mengawasi dan mengatur usahanya tanpa pengingat, tenggang waktu, atau tuntutan dari

pihak luar seperti guru, teman, atau guru. Siswa yang memiliki pengertian yang jelas

tentang suatu tugas akademis bisa mengimplementasikan self-regulation untuk

menemukan syarat syarat dari tugas tersebut.

2

Page 3: kemandirian-belajar

Paris dan Winograd (The National Science Foundation, 2000), mengemukakan

karakteristik lain yang termuat dalam self regulated thinking (SRT) dan SRL yaitu:

kesadaran akan berfikir, penggunaan strategi, dan motivasi yang berkelanjutan. Menurut

Paris dan Winograd, SRL tidak hanya berfikir tentang berfikir, namun membantu

individu menggunakan berfikirnya dalam menyusun rancangan, memilih strategi belajar,

dan menginterpretasi penampilannya sehingga individu dapat menyelesaikan masalahnya

secara efektif. Selanjutnya Paris dan Winograd menyatakan bahwa pemikir yang strategik

tidak hanya mengetahui strategi dan penggunaannya, tetapi lebih dari itu mereka dapat

membedakan masalah yang produktif dan yang tidak produktif, mereka

mempertimbangakn lebih dulu berbagai pilihan sebelum memilih solusi atau strategi.

Paris dan Winograd juga mengidentifikasi motivasi yang berkelanjutan merupakan aspek

yang penting dalam SRL. Rochester Institute of Techonology (2000), mengidentifikasi

beberapa karakteristik lain dalam SRL, yaitu: memilih tujuan belajar, memandang

kesulitan sebagai tantangan, memilih dan menggunakan sumber yang tersedia,

bekerjasama dengan individu lain, membangun makna, memahami pencapaian

keberhasilan tidak cukup hanya dengan usaha dan kemampuan saja namun harus disertai

dengan kontrol diri. (Sumarmo, 2010)

2. Self-directed Learning

Istilah lain  yang berelasi dengan SRL, dikemukakan oleh Lowry  (ERIC Digest No

93, 1989), yaitu self directed learning (SDL): yang didefinisikan sebagai suatu proses di

mana individu: berinisiatif belajar dengan atau tanpa bantuan orang lain; mendiagnosa

kebutuhan belajarnya sendiri, merumuskan tujuan belajar; mengidentifikasi sumber

belajar yang dapat digunakannya;  memilih dan menerapkan strategi belajar, dan 

mengevaluasi hasil belajarnya. (Sumarmo, 2010)

Definisi lain tentang self-direction on learning atau SDL dkemukakan Wongsri,

Cantwell, Archer (2002) yaitu sebagai proses belajar di mana individu memiliki rasa

tanggung jawab dalam: merancang belajarnya, dan menerapkan, serta mengevaluasi

proses belajarnya. Definisi di atas menggambarkan karakteristik internal dimana individu

mengarahkan dan memusatkan diri  pada keinginan belajarnya sendiri, serta mengambil

tanggung jawab dalam belajarnya. Wongsri, Cantwell, Archer (2002) mengemukakan

bahwa kemampuan SDL harus dimiliki setiap individu terutama yang mengikuti

3

Page 4: kemandirian-belajar

pendidikan tersier (pendidikan tinggi). Pengertian SDL di mana individu mengatur secara

aktif proses belajarnya, merupakan proses internal yang dimiliki dan dilaksanakan oleh

individu yang sedang belajar. Kemampuan individu dalam memaksimumkan SDL  bukan

merupakan bakat, namun dapat ditingkatkan melalui program belajar yang relevan.

(Sumarmo, 2010)

3. Self-efficacy

Hoban, Sersland, Raine (Wongsri, Cantwell, Archer, 2002) merelasikan istilah SDL

dengan istilah self-efficacy yang didefinisikan sebagai pandangan individu terhadap

kemampuan dirinya dalam bidang akademik tertentu. Pandangan self efficacy individu

berpengaruh terhadap pilihan dan kegiatan perkuliahan yang diikutinya. Keadaan tersebut

melukiskan bahwa pada dasarnya individu merupakan peserta aktif dalam belajarnya.

Selanjutnya, Hoban, Sersland, Raine (Wongsri, Cantwell, Archer, 2002) mengemukakan

bahwa self-efficacy berkaitan dengan SDL, tujuan berprestasi dalam belajar, atribusi,

SRL, dan volition. Dalam studinya mereka menemukan bahwa mahasiswa yang memiliki

derajat self-efficacy yang tinggi menunjukkan derajat SDL yang tinggi juga. (Sumarmo,

2010)

Istilah-istilah diatas walaupun berbeda makna, namun pada dasarnya mempunyai

karakteristik yang mirip. Beberapa kesamaan karakteristik, yang termuat dalam ketiga

istuilah tersebut di antaranya adalah: termuatnya proses perancangan dan pemantauan

proses kognitif dan afektif ketika seseorang menyelesaikan tugas akademiknya.

Untuk mencegah miskonsepsi, pada penelitian ini kami akan menggunakan istilah

self-regulation learning (SRL) sebagai terjemahan dari kemandirian belajar.

4. Ciri-ciri Kemandirian Belajar

Menurut Hiemstra (1991), ada beberapa ciri – ciri dari kemandirian belajar. Ciri – ciri

tersebut seperti :

a. Pelajar mempunyai tanggung jawab dalam pengambilan keputusan yang berhubungan

dengan usaha pembelajaran

4

Page 5: kemandirian-belajar

b. Belajar mandiri merupakan karakteristik yang dapat digunakan setiap individu dalam

setiap situasi

c. Belajar mandiri bukan mengisolasi diri individu dengan orang lain

d. Individu yang mempunyai kemandirian belajar mampu untuk “transfer learning”, baik

pengetahuan maupun keahlian (skill) dari satu situasi ke situasi yang lain seperti

berpartisipasi dalam grup, latihan – latihan, dialog secara elektronik, dan aktifitas –

aktifitas menulis.

e. Peran efektif dari guru di dalam belajar mandiri terjadi, seperti melakukan dialog

dengan pelajar, melihat sumber pengetahuan yang aman, mengevaluasi hasil yang

ada, dan berpikir secara kritis.

f. Beberapa institusi pendidikan menemukan cara yang dapat mendukung kemandirian

belajar seperti program pendidikan terbuka, pemilihan pendidikan bagi individu, dan

program inovasi lainnya.

Sedangkan Johnson (2009), membagi langkah – langkah yang diambil siswa untuk

menguasai kemandirian belajar, yaitu :

a. Mengambil tindakan

Mencari dan menggabungkan informasi secara aktif dari tempat kerja, masyarakat,

maupun ruang kelas, lalu menggunakannya untuk alasan tertentu akan meningkatkan

informasi yang ada di dalam ingatan (Souders & Prescott, 1999). Kemandirian

belajar menekankan pada tindakan, memberi otak kesempatan untuk merasakan

dunia uar dengan cara – cara tertentu (Sizer, 1992).

b. Mengajukan pertanyaan

Pola belajar mandiri juga bergantung pada pengetahuan dan keahlian yang

menghasilkan perilaku dan proses berpikir mandiri. Untuk memupuk kemandirian

belajar, siswa harus mampu mengajukan pertanyaan menarik, membuat pilihan yang

bertanggung jawab, berpikir kritis dan kreatif, memiliki pengetahuan tentang diri

sendiri dan bekerja sama. Menurut Brooks dan Brooks (1993), untuk mencari sebuah

makna siswa harus mempunyai kesempatan untuk membentuk dan mengajukan

pertanyaan.

c. Membuat pilihan

5

Page 6: kemandirian-belajar

Selain mengajukan pertanyaan, para siswa dengan belajar mandiri harus dapat

membuat pilihan – pikihan cerdas. Menurut Lewis dan Tsuchida (1998), berangkat

dari pilihan – pilihan, siswa dapat memilih tujuan tertentu untuk dapat mengarahkan

diri mereka.

d. Membangun kesadaran diri

Kesadaran diri yaitu kemampuan untuk merasakan perasaan saat perasaan tersebut

muncul yang merupakan kemampuan khusus manusia. Kemampuan ini membuat

kendali diri menjadi sesuatu yang mungkin. Pilihan bijaksana dan tindakan yang

cerdas dibentuk oleh pengetahuan tentang diri atau kesadaran diri.

e. Kerja sama

Kerja sama merupakan hal yang penting dalam memupuk kemandirian belajar.

Kerjasama mencakup kerjasama antar sekolah, antar siswa dan orangtua. Melalui

kerjasama, hambatan mental akibat terbatasnya pengalaman dan cara pandang yang

sempit dapat dihilangkan.

B. Kontribusi Kemandirian Belajar (Self Regulated Learning) Dalam Pembelajaran

Matematika

Terdapat tiga karakteristik yang termuat dalam pengertian  SRL, yaitu :

1. Individu merancang belajarnya sendiri sesuai dengan keperluan atau tujuan individu

yang bersangkutan.

2. Individu memilih strategi dan melaksanakan rancangan belajarnya.

3. Individu memantau kemajuan belajarnya sendiri, mengevaluasi hasil belajarnya dan

dibandingkan dengan standar tertentu.

Karakteistik yang termuat dalam SRL diatas, menggambarkan keadaan personaliti

individu yang tinggi dan memuat proses metakognitif di mana individu secara sadar

merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi belajarnya dan dirinya sendiri secara

cermat. Kebiasaan kegiatan belajar seperti di atas secara kumulatif akan menumbuhkan

disposisi belajar atau keinginan yang kuat dalam belajar pada individu yang

bersangkutan. Pada perkembangan selanjutnya, pemilikan disposisi belajar yang tinggi

pada individu, akan membentuk individu yang tangguh, ulet, bertanggung jawab,

6

Page 7: kemandirian-belajar

memiliki motif berprestasi yang tinggi, serta  membantu individu mencapai hasil

terbaiknya.

Memperhatikan karakteristik SRL dan hasil akumulatif penerapannya,  timbul pertanyaan

: Mengapa SRL perlu dikembangkan pada individu yang belajar matematika? Jawaban

pertanyaan tersebut, berkaitan dengan hakekat dan visi bidang studi matematika.

Matematika mempunyai arti yang beragam, bergantung kepada siapa yang

menerapkannya. Beberapa pengertian matematika di antaranya yaitu :

1. Sebagai suatu kegiatan manusia  dan merupakan proses yang aktif, dinamik, dan

generatif.

2. Sebagai ilmu yang menekankan proses deduktif, penalaran logis dan aksiomatik,

memuat proses induktif penyusunan konjektur, model matematika, analogi, dan

generalisasi.

3. Sebagai ilmu yang terstruktur dan sistimatis.

4. Sebagai ilmu bantu dalam ilmu lain/ kehidupan sehari-hari.

5. Sebagai ilmu yang memiliki bahasa simbol yang efisien, sifat keteraturan yang indah,

kemampuan analisis kuantitatif.

6. Sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis, serta sikap yang

terbuka dan obyektif

Sebagai implikasi dari hakekat matematika di atas, maka  pembelajaran matematika

diarahkan untuk mengembangkan :

1. Kemampuan berfikir matematis yang meliputi : pemahaman, pemecahan masalah,

penalaran, komunikasi, dan koneksi  matematis.

2. Kemampuan berfikir kritis, serta sikap yang terbuka dan obyektif.

3. Disposisi matematis atau  kebiasaan, dan sikap belajar berkualitas yang tinggi.

Kebiasaan  dan  sikap belajar yang dimaksud antara lain terlukis pada karakteristik utama

SRL,  yaitu :

7

Page 8: kemandirian-belajar

Menganalisis kebutuhan belajar matematika, merumuskan tujuan, dan merancang

program belajar.

Memilih dan menerapkan strategi belajar.

Memantau dan mengevaluasi diri apakah strategi telah dilaksanakan dengan benar,

memeriksa hasil (proses dan produk), serta merefleksi untuk memperoleh umpan

balik.

Uraian di atas menunjukkan bahwa pengembangan SRL sangat diperlukan oleh

individu yang belajar matematika. Tuntutan pemilikan SRL  tersebut semakin kuat

dengan pemanfaatan teknologi informasi dalam pembelajaran, misalnya pembelajaran

melalui internet (e-learning) yang sekarang sedang banyak dikembangkan para ahli.

Keuntungan dalam internet (e-learning) antara lain adalah memberikan sejumlah

fasilitas, sumber pustaka terkini, dan kemudahan mengakses (kapan saja, oleh siapa saja,

dan di mana saja) yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Demikian pula SRL menjadi

lebih diperlukan oleh individu yang menghadapi tugas/kajian mandiri, tugas dalam

bentuk pemecahan masalah. Ketika individu menghadapi tugas-tugas seperti di atas,  ia

dihadapkan pada sumber informasi yang Sangat banyak yang mungkin relevan atau yang

tidak relevan dengan kebutuhan dan tujuan individu yang bersangkutan. Pada kondisi

seperti itu individu tersebut harus memiliki inisiatif sendiri dan motivasi, menganalisis

kebutuhan dan merumuskan tujuan, memilih dan menerapkan strategi penyelesaian

masalah, menseleksi sumber yang relevan, serta mengevaluasi diri (memberi respons

positif atau negatif dan umpan balik) terhadap  penampilannya.

Perlunya pengembangan SRL pada individu yang belajar matematika juga didukung

oleh beberapa hasil studi. Temuan itu antara lain adalah : Individu yang memiliki SRL

yang tinggi cenderung belajar lebih baik, mampu memantau, mengevaluasi, dan

mengatur belajarnya secara efektif, menghemat waktu dalam menyelesaikan tugasnya,

mengatur belajar dan waktu secara efisien, dan memperoleh skor yang tinggi dalam sains.

8

Page 9: kemandirian-belajar

DAFTAR PUSTAKA

Connor, Clayton. 2004. “Developing Self-Directed Learners”. Northwest Regional Educational Laboratory.

Ekowati. 2006. “Kontribusi Inteligensi dan Kemandirian Belajar terhadapHasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan dan Sejarah”. Geocities.

9