kelompok 7 ske b

101
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Blok homeostasis, adaptasi, stress dan metabolisme adalah blok kelima pada awal semester II dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario B yang memaparkan kasus Imron 40 tahun, seorang nelayan, berhasil menyelamatkan diri dari kapalnya yang karam karena ombak, dan berhasil berpegangan pada sebatang balok. Ia terombang ambing ditengah laut selama 2 hari. Selama ditengah laut ia tidak minum dan terpajan sengatan matahari. Imron merasa sangat haus, lemah dan mata berkunang-kunang. Sesekali ia merasa berilusi melihat sebuah pulau yang sesungguhnya tidak ada. Setelah hari kedua, ia berhasil ditemukan oleh kapal penyelamat dan langsung dibawa ke klinik kapal. Saat di klinik, ia mengalami kejang dan matanya terlihat bengkak. Hasil pemeriksaan menunjukkan: Kesadaran: mata terpejam namun membuka bila dipanggil, dapat menggerakkan tangan dan kaki sesuai perintah, bisa diajak berbicara namun terlihat bingung. 1

Upload: ragil-putra-jaya-utama

Post on 10-Dec-2015

231 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

sd

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Blok homeostasis, adaptasi, stress dan metabolisme adalah blok kelima

pada awal semester II dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.

Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario B yang

memaparkan kasus Imron 40 tahun, seorang nelayan, berhasil menyelamatkan diri

dari kapalnya yang karam karena ombak, dan berhasil berpegangan pada sebatang

balok. Ia terombang ambing ditengah laut selama 2 hari. Selama ditengah laut ia

tidak minum dan terpajan sengatan matahari. Imron merasa sangat haus, lemah

dan mata berkunang-kunang. Sesekali ia merasa berilusi melihat sebuah pulau

yang sesungguhnya tidak ada. Setelah hari kedua, ia berhasil ditemukan oleh

kapal penyelamat dan langsung dibawa ke klinik kapal. Saat di klinik, ia

mengalami kejang dan matanya terlihat bengkak.

Hasil pemeriksaan menunjukkan:

– Kesadaran: mata terpejam namun membuka bila dipanggil, dapat

menggerakkan tangan dan kaki sesuai perintah, bisa diajak berbicara

namun terlihat bingung.

– Tanda vital: Turgor (+), HR: 118x/menit, TD: 100/70 mmHg, RR:

28x/menit.

– Pemeriksaan laboratorium:

Kimia darah: kadar natrium: 168 mEq/L, kadar kalium: 4 mEq/L

Dokter memberikan cairan dextrose 5% pada Imron melalui IVFD.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :

1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari

sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Palembang.

1

2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode

analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.

3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial

Tutor : dr. Supriyatiningsih R.

Moderator : Romzi Khairullah

Notulen : Nabila Tamara

Sekretaris : Gral Weilan Sari

Waktu : 1. Selasa, 24 Maret 2015

2. Kamis, 26 Maret 2015

Pukul : 1. 13.00 – 15.30 wib

2. 13.00 – 15.30 wib

Peraturan :

1. Mengacungkan tangan saat akan mengajukan argumen

2. Izin saat akan keluar ruangan

3. Tenang dan memperhatikan saat tutor memberi pengarahan

4. Menonaktifkan ponsel atau dalam keadaan diam (silent).

2.2 Skenario Kasus

Imron 40 tahun, seorang nelayan, berhasil menyelamatkan diri dari

kapalnya yang karam karena ombak, dan berhasil berpegangan pada sebatang

balok. Ia terombang ambing ditengah laut selama 2 hari. Selama ditengah laut ia

tidak minum dan terpajan sengatan matahari. Imron merasa sangat haus, lemah

dan mata berkunang-kunang. Sesekali ia merasa berilusi melihat sebuah pulau

yang sesungguhnya tidak ada. Setelah hari kedua, ia berhasil ditemukan oleh

kapal penyelamat dan langsung dibawa ke klinik kapal. Saat di klinik, ia

mengalami kejang dan matanya terlihat bengkak.

Hasil pemeriksaan menunjukkan:

3

– Kesadaran: mata terpejam namun membuka bila dipanggil, dapat

menggerakkan tangan dan kaki sesuai perintah, bisa diajak berbicara

namun terlihat bingung.

– Tanda vital: Turgor (+), HR: 118x/menit, TD: 100/70 mmHg, RR:

28x/menit.

– Pemeriksaan laboratorium:

Kimia darah: kadar natrium: 168 mEq/L, kadar kalium: 4 mEq/L

Dokter memberikan cairan dextrose 5% pada Imron melalui IVFD.

2.3 Seven Jump Steps

2.3.1 Klarifikasi Istilah

Terpajan : dipamerkan; diekspose (KBBI, 2011; 351)Mata berkunang-kunang : seakan melihat cahaya seperti kunang-kunangHaus : berasa kering kerongkongan dan ingin minum

(KBBI)Berilusi : (L.ilusio) persepsi yang salah, tidak cocok

dengan stimulus (Kamus kedokteran widyatama, 2009;212)

Kejang : kaku urat/ bagian badan (KBBI)Bengkak : menjadi besar karena pengaruh sesuatu (KBBI)Turgor : keadaan menjadi turgid (membengkak dan

kongesti) (Dorland; 1132)IVFD : (Intravenous fluids infusion drips) pemberian

sejumlah obat atau makan kedalam tubuh, melalui sebuah jarum kedalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan.

Cairan dextrose : cairan monosakarida, monohidrat D-glukosa; dipakai sebagai pengganti cairan dan makanan, dan juga sebagai diuretika dan digunakan untuk berbagai keperluan klinik (Dorland, 2014)

2.3.2 Identifikasi masalah

1. Imron 40 tahun, seorang nelayan, terombang-ambing ditengah laut

selama 2 hari, ia tidak minum dan terpajan sengatan matahari.

4

2. Imron merasa sangat haus, lemah dan mata berkunang-kunang.

Sesekali ia merasa berilusi.

3. Setelah hari kedua, imron berhasil diselamatkan. Saat di klinik

kapal, ia mengalami kejang dan matanya terlihat bengkak.

4. Hasil pemeriksaan kesadaran: mata terpejam namun membuka bila

dipanggil, dapat menggerakkan tangan dan kaki sesuai perintah,

bisa diajak bicara namun terlihat bingung

5. Tanda vital: turgor (+), HR: 118x/menit, TD: 100/70 mmHg, RR:

28x/menit

6. Pemeriksaan laboratorium: kimia darah: kadar natrium: 168

mEq/L, kadar kalium: 4 mEq/L

7. Dokter memberikan cairan dextrose 5% pada imron melalui IVFD

2.3.3 Analisis Masalah

1. Imron 40 tahun, seorang nelayan, terombang-ambing ditengah laut

selama 2 hari, ia tidak minum dan terpajan sengatan matahari.

a. Apa dampak jika seseorang tidak minum selama 2 hari?

Jawab:

Tekanan darah tinggi

Kurangnnya asupan air dapat menyebabkan darah

tinggi, karena dapat menyebabkan pembuluh darah kapiler

menutup, sehingga menyebabkan pembatasan pergerakan

darah.

Pembatasan ini dapat menghasilkan tekanan, darah

tinggi karena jantung akan berusaha lebih keras lagi untuk

memopa darah. Cairan didalam pembuluh darah arteri

akan mengkompensasi kurangnnya air pada kapiler. Jika

aliran darah ke ginjal dibatasi karena kekurangan air maka

ini akan bereaksi dengan konstriksi pembuluh darah dan

arteri yang membuat tekanan darah menjadi tinggi.

5

Ginjal

Kurang air minum akan mengarah kepada penyakit

ginjal. Organ ini sangat penting dalam sistem kemih, yang

bertugas untuk menyaring racun dalam darah karena

metabolisme, dan mendistribusikannya kembali darah

yang telah bersih kembali keseluruh tubuh.

Jika kekurangan cairan, ginjal akan semakin bekerja

keras, dan sisa kotoran akan menumpuk pada ginjal karena

tidak bias dikeluarkan dengan baik melalui sistem kemih.

(Sherwood, Edisi 6)

b. Apa zat yang terkandung dalam air laut?

Jawab: beberapa zat yang terkandung dalam air laut

diantaranya ada pada tabel dibawah ini

Kandungan air laut

Jenis ion

Air laut % Air tanah %

Kalsium (Na²⁺) 1,2 20,4

Magnesium (Mg²⁺) 3,7 3,4

Sodim (Na⁺) 30,6 5,8

Potassium (K⁺) 1,1 2,1

Karbonat (Co²⁻) 0,4 35,2

Sulfat (SO₄²⁺) 7,7 12,1

Klorida ( Cl⁻) 5,5 5,7

Nitrat (NO₃⁻) - 1,0

Total 99,7 % 97,4%

Pada air laut sodium dan klorida memberikan sumbangan lebih

dari 85% sedangkan pada air tanah kalsium dan karbonat

memberikan lebih dari 57% (Siregar, 2005)

6

c. Apa dampak jika seseorang meminum air laut?

Jawab: Dampak bagi tubuh apabila kita mengkonsumsi air laut

adalah terjadi nya peningkatan osmolaritas CES karena air laut

mengandung banyak garam (Na+). Osmolaritas yang tinggi di

CES akan menarik keluar air yang berada di dalam sel,

sehingga sel mengerut dan merusak fungsi normal sel. Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian yang mengatakan air laut

mengandung 35.000 – 42.000 ppm bermacam zat terlarut,

dengan sebagian besar garam NaCl. Adapun contoh kandungan

air laut menurut hasil penelitian Dwi Biyantoro dan Kris Tri

Basuki adalah:

Sumber: (Dwi Biyantoro dan Kris Tri Basuki, 2007).

Pengonsumsian air laut dalam jumlah yang sedikitpun

tidak menghentikan rasa haus yang dialami, melainkan

menimbulkan rasa haus yang lebih hebat, karena adanya

respon homeostatic yang mendorong minum air untuk

mengencerkan solute yang bertambah. Ginjal membantu

membentuk urin yang sangat pekat dengan volume minimal,

mengonservasi air tetapi membuang kelebihan NaCl.

Seperti yang telah dijelaskan sebelum nya, peningkatan

NaCl ke dalam tubuh meningkatkan osmolaritasistem Stimulus

7

ini memicu dua respons: sekresi vasopresin dan hausistem

Sekresi vasopresin menyebabkan ginjal mengonversi air

(dengan mereabsorpsi air dari filtrate) dan memekatkan urin.

Rasa haus mendorong kita untuk minum air atau cairan lainya.

Sumber: (Dee Unglaub Silverthorn, 2013).

d. Apa dampak jika seseorang terpajan sengatan matahari selama

2 hari?

Jawab: Terpajan sinar matahari 2 hari membuat air hilang melalui

evavorasi dari paru dan saluran pencernaan serta evavorasi dan

keringat dari kulit. Jumlah pengeluaran keringat akan meningkat

sebanding dengan lamanya periode terpapar pada lingkungan yang

panasistem Terjadi kecendrungan dehidrasi. Selain itu terpajanan

lama pada suhu lingkungan yang tinggi dapat menyebabkan

heat cramps (kejang kram akibat panas), heat exhaustion

(kelelahan akibat panas) atau heat stroke (stroke akibat panas).

- Kejang kram akibat panas terjadi akibat dari kehilangan elektrolit

melalui keringat. Kejangan otot volunter, biasanya berkaitan dengan

olahraga berat adalah tanda utamanya. Mekanisme pembuangan

panas mampu mempertahankan suhu inti tubuh.

- Kelelahan akibat panas mungkin adalah hipertermik yang paling

sering terjadi. Gejala permulaan adalah mendadak, dengan rasa lelah

dan kolaps dan hal ini terjadi akibat kegagalan sistem kardiovaskular

untuk mengkompensasi hipovolemik, akibat deplesi air. Sesudah

periode kolaps yang biasanya sesaat, keseimbangan pulih spontan.

- Stroke akibat panas untuk diakibat kan dengan suhu dan

kelembabam lingkungan yang tinggi, mekanisma termogulasi gagal,

keringat terhenti dan suhu inti meningkat. Secara klinis, suhu rectal

106o F atau lebih dianggap tanda prognosis buruk dan angka

kematian untuk penderita seperti itu, lebih dari 50%. Mekanisme

yang mendasari adalah vasodilatasi perifer generalisata yang

mencolok disertai dengan darah di perifer dan volume darah efektif

8

yang beredar, berkurang. Nekrosis otot dari miokard dapat terjadi.

Aritmia, koagulasi intravascular diseminata dan efek sistemik lain

sering terjadi. Individu berusia lanjut, individu dengan penyakit

kardiovaskular dan individu yang sehat yang mengalami stress berat

(seperti atlet muda dan calon tentara) adalah kandidat utama untuk

stroke akibat panasistem

(Price, 2013).

2. Imron merasa sangat haus, lemah dan mata berkunang-kunang.

Sesekali ia merasa berilusi.

a. Sistem apa saja yang terlibat dalam kasus ini?

Jawab: sistem yang terlibat dalam kasus Imron adalah sistem

saraf, sistem neuroendokrin, sistem endokrin, sistem urinaria

(ginjal), sistem kardiovaskular, sistem sirkulasi, sistem

limfatik, sistem muskuloskeletal.

Keseimbangan air dan garam – saraf, neuroendokrin,

endokrin.

Perubahan volume darah/osmolaritas – ginjal.

Perubahan volume darah – sistem kardiovaskular.

Edema – sistem sirkulasi dan limfatik (pertukaran

terganggu).

Sumber: (Dee Unglaub Silverthorn, 2013) dan (Price dan

Wilson, 2005).

b. Bagaimana struktur dan fungsi sistem organ yang terlibat?

Jawab: Struktur dan fungsi organ urinaria :

Sistem kemih terdiri dari organ pembentuk urin-ginjal-dan

struktur-struktur yang membawa urin dari ginjal keluar untuk

dieliminasi oleh tubuh. Ginjal adalah sepasang organ

berbentuk kacang yang terletak dibelakang rongga abdomen,

satu di masing-masing sisi kolumna vertebralis, sedikit diatas

9

garis pinggang. Setiap ginjal mendapat satu arteri renalis dan

satu vena renalis, yang masing-masing masuk dan keluar ginjal

di identasi (cekungan) media ginjal yang menyebabkan organ

ini berbentuk seperti kacang. (Sherwood, 2009)

Setelah terbentuk, urin mengalir ke suatu rongga pengumpul

sentral, pelvis ginjal, yang terletak di bagian tengah medial

masing-masing ginjal. Dari sini urin disalurkan kedalam ureter,

suatu saluran berdinding otot polos yang keluar di batas medial

dekat dengan arteri dan vena renalisistem Terdapat dua ureter

yang mengangkut urin dari masing-masing ginjal ke sebuah

kandung kemih. (Sherwood, 2009)

Kandung kemih, yang menampung urin secara temporer,

adalah suatu kantung berongga berdinding otot polos yang

dapat teregang. Secara periodik, urin dikosongkan dari

kandung kemih keluar melalui saluran lain, uretra, akibat

kontraksi kandung kemih. (Sherwood, 2009)

Nefron

Nefron adalah unit fungsional ginjal. Setiap ginjal terdiri

sekitar 1 juta unit fungsional mikroskopik yang dikenal sebagai

nefron, yang disatukan oleh jaringan ikat. Unit fungsional

adalah unit terkecil yang mampu melaksanakan semua fungsi

organ tersebut. Karena fungsi utama ginjal adalah

menghasilkan urin dan, dalam pelaksanaannya,

memoertahankan stabilitas komposisi CES, maka nefron

adalah unit terkecil yang mampu membentuk urin. (Sherwood,

2009)

a. Komponen Vaskular Nefron

Bagian dominan komponen vaskular nefron adalah

glomerulus, suatu kuntum kapiler berebentuk bola tempat

filtrasi sebagian air dan zat terlarut dari daerah yang

melewatinya. Cairan yang telah disaring ini, yang kompoisinya

10

hampir identik dengan plasma, kemudian mengalir melewati

komponen tubular nefron, tempat berbagagi proses transpor

mengubahnya menjadi urin.

Pembuluh Darah

Arteriol aferen merupakan cabang arteri interlobularis yang

pendek dan lurusistem Tiap arteriol aferen cabang-cabang

menjadi gelung kapiler glomerulusistem Kapiler-kapiler ini

kemudian bersatu membentuk arteriol eferen, yang kembali

bercabang-cabang menjadi kapiler yang memasok darah ke

tubulus (kapiler peritubulus) sebelum mengalirkan darahnya ke

dalam vena interlobularisistem Kapiler glomerulus merupakan

satu-satunya kapiler dalam tubuh yang mengalirkan darah ke

arteriol.(Ganong, 2005)

Arteriol aferen berfungsi membawa darah ke glomerulusistem

Glomerulus adalah suatu kuntum kapiler yang mennyaring

plasma bebas protein kedalam komponen tubulusistem Arteriol

eferen berfungsi membawa darah dari glomerulusistem Kapiler

peritubulus yang befungsi mendarahi ginjal, terlibat dalam

pertukaran dengan cairan lumen di tubulusistem (Sherwood,

2009)

b. Komponen Tubular Nefron

Komponenen tubular nefron adalah suatu tabung berongga

berisi cairan yang dibentuk oleh satu lapisan sel epitel.

Meskipun komponen ini adalah saluran kontinyu dari

pangkalnya dekat glomerulus hingga ke ujungnya di pelvis

ginjal, namun komponen ini dibagi menjadi berbagai segmen

berdasarkan perbedaan struktur dan fungsinya. Komponen

tubulus berawal dari Kapsul Bowman, suatu invaginasi

berdinding rangkap yang melingkupi glomerulus untuk

mengumpulkan cairan dari kapiler glomerulusistem Dari

kapsul bowman, cairan yang difiltrasi mengalir ke tubulus

11

proksimal, yang seluruhnya terletak didalam koteks dan

membentuk gulungan-gulungan rapat sepanjang perjalananya.

Segmen berikunya adalah, ansa Henle (lengkung Henle),

membentuk lengkung berbentuk U tajam atau hair-pin yang

masuk ke dalam medula ginjal. Pars desendens ansa Henle

masuk dari korteks ke dalam medula; pars asendens berjalan

balik ke korteksistem Sel-sel tubulus dan vaskular di titik ini

mengalami spesialisasi untuk membentuk aparatus

jukstaglomerulus, suatu struktur yang terletak di samping

glomerulus (juksta artinya “di samping”). Setelah aparatus

jukstaglomerulus, kembali membentuk kumparan erat menjadi

tubulus distal, yang juga seluruhnya berada dalam korteksistem

Tubulus distal mengalirkan isinya ke dalam duktus atau

tubulus koligentes, dengan masing-masing duktus menerima

cairan dari hingga delapan nefron berbeda. Setiap duktus

koligentes berjalan ke dalam medula untuk mengosongkan

cairan isinya (sekarang berubah menjadi urin) ke dalam pelvis

ginjal.

Persarafan Pembuluh Darah Ginjal

Saraf-saraf ginjal berjalan sepanjang pembuluh darah yang

masuk ke dalam ginjal. Persarafan praganglion simpatis

terutama berasal dari segmen torakal bawah dan lumbal atas

medula spinalisistem Serabut simpatis terutama mempersarafi

arteriol aferen dan eferen, tubulus proksimal dan distal, serta

jukstaglomerulusistem Selain itu, terdaapat persarafan

noradrenergik yang padat pada bagian tebal ansa Henle pars

asendensistem Serabut aferen ginjal lainnya memperentarai

refleks renorenal, yaitu peningkatan tekanan ureter pada salah

satu ginjal yang menyebabkan penurunan aktivitas saraf eferen

ke ginjal kontralateral, dan penurunan ini memungkinkan

peningkatan ekskresi Na+ dan air oleh ginjal tersebut.

12

Peredaran Darah Ginjal

Pada orang dewasa yang sedang beristirahat, ginjal akan

mendapat 1,2 - 1,3 L darah per menit atau sedikit lebih kecil

daripada 25% curah jantung. Yang difiltrasi oleh ginjal adalah

plasma, aliran plasma ginjal setara dengan jumlah zat yang

diekskresi oleh ginjal persatuan waktu dibagi dengan

perbedaan kadar zat tersebut di darah arteri dan vena ginjal.

Zat apapun yang diekskresikan oleh ginjal dapat digunakan

kadarnya dalam plasma arteri dan vena ginjal dapat diukur

serta tidak dimetabolisasi, disimpan, atau dibentuk oleh ginjal

dan tidak memengaruhi aliran darah ginjal itu sendiri.

Aliran plasma ginjal dapat diukur dengan memberi infus asam

para-aminohipurat (PAH), yang diukur kadarnya dalam urin

dan plasma. PAH difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresi oleh

sel tubulus sehingga rasio ekstraksinya (kadarnya dalam arteri

dikurangi kadarnya dalam vena ginjal dibagi dengan kadarnya

dalam arteri) tinggi. Kadar PAH dalam plasma vena perifer

dapat digunakan karena kadar tersebut setara dengan kadar di

plasma arteri ginjal.

Pengaturan Aliran Darah Ginjal

Norepinefrin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah

ginjal, dan penyuntikan norepinefrin memiliki efek terutama

pada arteri interlobularis dan arterio aferen. Dopamin dibentuk

oleh ginjal dan menyebabkan dilatasi pembuluh darah ginjal

dan natriuresia.

Reabsorpsi Na+

Reabsorpsi Na+ dan Cl- memegang peran utama dalam

metabolisme elektrolit dan cairan tubuh. Selain itu, transpor

Na+ terjadi bersamaan dengan transpor H+ , elektrolit lain,

glukosa, asam amino, asam organik, fosfat, dan zat lainnya

13

melalui dinding tubulusistem Di tubulus proksimal, bagian

tebal ansa Henle pars asendens, tubulus distal, dan duktus

koligentes, proses perpindahan Na+ berlangsung melalui

kontranspor atau pertukaran ion dari lumen tubulus ke dalam

sel epitel tubulus mengikuti tingkat gradien konsentrasi dan

gradien listrik, dan kemudian dipompa secara aktif dari sel

tubulus ke ruang intersitium. Jadi Na+ akan diangkat secara

aktif keluar dari seluruh bagian tubulus ginjal kecuali dari

bagian tipis ansa Henle. Sejumlah besar Na+ diangkut secara

aktif keperluasan ruang interstisial ini, yang disebut ruang

antarsel lateral.

Pada keadaan normal, sekitar 60% dari Na+ yang difiltrasi akan

direabsorpsi di tubulus proksimal, terutama melalui pertukaran

Na+ dan H+. Sebanyak 30% lainnya diserap melalui

kotranseptor Na+ , 2Cl- , K+ di bagian tebal ansa Henle pers

asendens, dan sekitar 7% diserap oleh kotranspor Na+ , Cl- di

tubulus kontortus distal. Sisa Na+ difiltrasi, yakni disekitar 3%

diserap melalui kanal EnaC di duktus koligentes, dan

penyerapan sisa Na+ ini diatur oleh aldosteron dalam paya

mempertahankan keseimbangan homeostatik Na+. (Ganong,

2005)

Tiga proses dasar yang terlibat dalam pembentukan urin adalah

filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus, dan sekresi

tubulusistem

a. Filtrasi Glomerulus

Sewaktu darah mengalir melalui glomerulus, plasma bebas

protein tersaring melalui kapiler glomerulus ke dalam kapsul

bowman. Dalam keadaan normal, 20% plasma yang masuk ke

glomerulus tersaring. Proses ini dikenal sebagai filtrasi

glomerulus, adalah langkah pertama dalam pembentukan urin.

Secara rerata, 125 ml filtrat glomerulus (cairan yang difiltrasi)

14

terbentuk secara kolektif dari seluruh glomerulus setiap menit.

Jumlah ini sama dengan 180 liter (sekitar 47,5 galon) setiap

hari. Dengan mempertimbangkan bahwa volume rerata plasma

pada orang dewasa adalah 2,75 liter, volume plasma sekitar 65

kali sehari. Jika semua difiltrasi keluar sebagai urin, semua

plasma akan menjadi urin dalam waktu kurang dari setengah

jam. Namun, hal ini tidak terjadi karena tubulus ginjal dan

kapiler peritubulus berhubungan erat diseluruh panjangnya,

sehingga bahan-bahan dapat dipertukarkan antara cairan

didalam tubulus dan darah di dalam tubulus perikapiler.

b. Reabsorpsi Tubulus

Sewaktu filtrat mengalir melalui tubulus, bahan-bahan yang

bermanfaat bagi tubuh dikembalikan ke plasma kapiler

peritubulusistem Perpindahan selektif bahan-bahan dari bagian

dalam tubulus (lumen tubulus) ke dalam darah ini disebut

reabsorpsi tubulusistem Bahan-bahan yang direapsorpsi tidak

keluar melalui urin tetapi dibawa oleh kapiler peritubulus ke

sistem vena dan kemudian ke jantung untuk diresirkulasi. Dari

180 liter plasma yang disaring perhari, sekitar 178,5 liter

direabsorpsi. Sisa 1,5 liter di tubulus mengalir ke dalam pelvis

ginjal untuk dikeluarkan sebagai urin. Secara umum, bahan-

bahan yang perlu dihemat oleh tubuh secara selektif

direabsorpsi, sementara bahan-bahan yang tidak dibutuhkan

dan harus dikeluarkan tetap berada di urin.

c. Sekresi Tubulus

Proses ginjal ketiga, sekresi tubulus, adalah pemeindahan

selektif bahan-bahan dari kapiler peritubulus ke dalam lumen

tubulusistem Proses ini merupakan rute kedua bagi masuknya

bahan ke dalam tubulus ginjal dari darah, sedangkan yang

pertama adalah melalui filtrasi glomerulusistem Hanya sekitar

20% dari plasma yang mengalir melalui kapiler glomerulus

15

difiltrasi ke dalam kapsul Bowman; sisa 80% mengalir melalui

arteriol eferen ke dalam kapiler peritubulusistem Sekresi

tubulus merupakan mekanisme untuk mengeluarkan bahan dari

plasma secara cepat dengan mengekstrasi sejumlah tertentu

bahan dari 80% plasma yang tidak terfiltrasi dari kapiler

peritubulus dan memindahkannya ke bahan yang sudah ada di

tubulus dan memindahkannya ke bahan yang sudah ada di

tubulus sebagai hasil filtrasi.

c. Bagaimana mekanisme mata berkunang dan berilusi?

Jawab:

Mata berkunang kunang

Karena gangguan keseimbangan cairan sehingga asupan darah

ke perifer berkurang, lebih diutamakan ke organ vital (otak dan

jantung).Oleh karena itu, energy ke perifer berkurang.Hal itulah

yang menyebabkan mata berkunang kunang.

Berilusi

Karena gangguan keseimbangan cairan sehingga asupan

darah ke perifer berkurang, lebih diutamakan ke organ

vital (otak dan jantung). Oleh karena itu, energi ke perifer

berkurang. Hal itulah yang menyebabkan mata berkunang

kunang.

(Sherwood, 2014) dan (Guyton, 2012).

d. Bagaimana mekanisme haus?

Jawab: Penurunan volume ECF merangsang haus melalui jalur

yang terpisah dari jalur yang memerantai haus sebagai respon

terhadap peningkatan osmolitas plasma. Dengan demikian,

perdarahan menyebabkan banyak minuman meskipun tidak

terjadi perubahan osmolitasi plasma. Pengaruh penurunan ECF

terhadapa haus sebagai terjadi melalui sistem renin-

angiotensin. Sekresi renin meningkatkan akibat hipovolemi,

hal ini menyebabkan peningkatan angiotensin II. Angiotensin

16

II bekerja pada organ subfornik, suatu area reseptor khusus

didiensenfalon, untuk membangkitkan area saraf yang

berkaitan dengan hausistem Terhadap bukti yang menunjukkan

bahwa angiotensin bekerja pada organum bekerja pada

organum vakulosum lamina terminalis ( OVLT ) (Dee Unglaub

Silverthorn, 2013: 707).

e. Bagaimana mekanisme lemah?

Jawab: Lemah (syok hipovolemik) menurut patofisiologinya:

Fase Kompensasi

Penurunan curah jantung (cardiac output), mekanisme kompensasi

dilakukan melalui vasokontriksi untuk menaikkan aliran darah ke

jantung, ke otak dan otot skelet dan penurunan aliran darah ke

tempat yang kurang vital.Faktor humoral dilepaskan untuk

menimbulkan vasokontriksi dan menaikkan volume darah dengan

konversi air. Ventilasi (NR) meningkat untuk mengatasi adanya

penurunan kadar oksigen di daerah arteri. Jadi pada kompensasi ini

terjadi peningkatan detak jantung (HR) dan kontraktilitas otot

jantung untuk menaikkan curah jantung dan peningkatan respirasi

untuk memperbaiki ventilasi alveolar.

Jadi mekanismenya :

Sel/jaringan kekurangan o2 metabolisme terganggu

Energi yang dihasilkan sedikit tubuh lemah

(Price, 2013).

f. Apa faktor penyebab ilusi pada kasus ini?

Jawab: Penyebab tuan Imron berilusi dikerenakan dehidrasi,

pemasukkan H2O yang kurang akan menyebabkan kompartemen

CES menjadi hipertonik, H2O berpindah keluar sel melalui osmosis

ke dalam CES yang lebih pekat hingga osmolaritas CIS sama

dengan CES. Karena H2O keluar, sel menciut.Hal yang

mengkhawatirkan adalah penciutan bermakna neuron neuron otak

17

dapat mengganggu fungsi otak, yang dapat bermanifestasi sebagai

kekacauan mental dan irasionalitas pada kasus ringan.

(Sherwood, 2014)

3. Setelah hari kedua, imron berhasil diselamatkan. Saat di klinik kapal,

ia mengalami kejang dan matanya terlihat bengkak.

a. Bagaimana mekanisme kejang?

Jawab: Mekanisme kejang sebagian bergantung pada lokasi

lepas muatan berlebihan. Lesi di otak tengah, thalamus dan

korteks sereblum kemungkinan besar bersifat epileptogenik ,

sedangkan lesi di sereblum dan batang otak. Umumnya tidak

menyebabkan kejang. Perubahan metabolik yang terjadi

selama dan segera setelah kejang sebagian disebabkan oleh

meningkatnya kebutuhan energy, akibat hiperaktivitas neuron.

Selama kejang, kebutuhan metabolic secara drastic meningkat,

lepas muatan listrik sel-sel saraf motorik dapat meningkat

menjadi 1000/detik. Aliran darah otak juga meningkat

demikian juga respirasi dan glikolisis jaringan. Asam

glutamate juga mungkin mengalami depresi selama aktivitas

kejang. Kelainan local pada metabolism kalium dan asetil

kolin dijumpai diantara kejang ( patofisiologi,edisi 6).

b. Bagaimana mekanisme mata bengkak pada kasus ini?

Jawab: Mekanisme mata bengkak:

Dehidrasi → intake nutrisi kurang → gangguan keseimbangan

cairan tubuh → mekanisme RAA (Renin Angiotensin Aldosteron)

→ sekresi renin dari sel – sel juksta glomerulus ginjal meningkat →

pelepasan angiotensin I dan II (menyebabkan vasokontriksi) dan

aldosteron (menyebabkan reabsorbsi Na dan air) → air dengan

mudah melewati membrane sel antara ECF dan ICF → penumpukan

cairan dalam kompartemen cairan interstitial → aliran keluar cairan

18

terjadi di ujung arteriol kapiler dan resorbsi cairan pada ujung

venosa kapiler → cairan lebih mudah mnumpuk ada kapiler dengan

jaringan ikat longgar → mata terlihat bengkak.

(Guyton, 2012)

c. Apa hubungan kejadian yang di alami Tn. Imron di laut selama

2 hari dengan kejang dan mata bengkak yang di alami saat

berada di klinik?

Jawab: Selama dua hari terombang-ambing dilaut, Imron tidak

makan dan minum. Akibatnya Tn. Imron mengalami gangguan

ketidakseimbangan cairan didalam tubuhnya, yaitu dehidrasi,

hipernatremia, dan hipovolemia. Sehingga hubungan kejang

tersebut adalah:

19

Sumber: (Guyton dan Hall, 2009) dan (Price dan Wilson,

2005).

Hubungan terjadinya edema (mata bengkak) yang dialami

dengan kejadian selama terombang-ambing di lautan selama 2

hari dapat disebabkan oleh 2 faktor yaitu faktor internal dan

faktor ekternal. Faktor internal disebabkan oleh retensi Na+ dan

H2O di ginjal (ren). Sementara faktor eksternal disebabkan

oleh infeksi/iritasi bakteri dari air laut dan kelelahan mata.

Mekanisme Edema Faktor Internal:

20

Dehidrasi Peningkatan kadar Na

Osmolaritas meningkat

CES hipertonik

Perpindahan cairan CIS ke

CES

Pengerutan sel neuron

Instabilitas membran sel

neuron

Neuron hipersensitif, mudah mengalami

pengaktifan

Pelepasan muatan

berlebihanKejang

Kadar natrium yang meningkat didalam tubuh membuat

osmolaritas cairan ekstra sel (CES) meningkat. Peningkatan

osmolaritas pada keadaan dehidrasi memicu reaksi hormone-

hormone seperti rennin-angiostesin II, aldosteron, dan ADH

yang sebelum nya di koordinasi oleh hipotalamusistem

Aldosteron pengeluaran nya di ‘berhentikan’ karena adanya

peningkatan osmolaritasistem Aldosteron sendiri berfungsi

untuk membantu kerja ginjal dalam mengabsopsi Na, Cl, dan

H2O. Sekresi ADH juga mengalami penurunan karena

mempertahankan cairan tetap berada di dalam tubuh dengan

cara meretensi Na dan H2O.

Sementara itu kadar Na didalam CES yang meningkat

membuat CES menjadi lebih hipertonik dibandingkan dengan

cairan intra sel (CIS). Hal ini membuat cairan yang berada

pada intra sel keluar menuju cairan di ekstra sel yang lebih

pekat. Sehingga membuat cairan di CES yang berada di ruang

interstisial sedikit lebih banyak dibandingkan dengan kadar

normal nya. Kelebihan cairan yang berada di interstisial inilah

yang menyebabkan edema. Kelebihan cairan di interstisial ini

tidak ‘dihiraukan’ oleh ginjal karena telah mendapat pengaruh

ADH untuk meretensi Na dan H2O.

Keterkaitan edema yang timbul dimata dapat disebabkan

oleh hipernatremia. Menurut pendapat Rose dalam Price dan

Wilson (2005), koreksi hipernatremia secara cepat dapat

menginduksi terjadinya edema serebral, kejang, kerusakan

neurologis menetap dan kematian. Cairan yang memiliki sifat

memenuhi ruang, lebih memilih memenuhi ruang berupa

jaringan ikat terdekat dengan serebral yaitu mata sehingga

terjadilah edema di mata (mata bengkak).

21

4. Hasil pemeriksaan kesadaran: mata terpejam namun membuka bila

dipanggil, dapat menggerakkan tangan dan kaki sesuai perintah, bisa

diajak bicara namun terlihat bingung.

a. Bagaimana cara menilai tingkat kesadaran menurut GCS?

Jawab: tingkat kesadaran seseorang dapat dinilai dengan 2 cara:

Secara kualitatif

i. Compos mentis (conscious), yaitu keberadaan

normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab

pertanyaan tentang keadaan di sekelilingnya

ii. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan

untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya

acuh tak acuh

iii. Delirium, yaitu gelisah, memberontak,

berteriak-teriak, berhalusinasi, berhayal.

iv. Somnolen, yaitu kesadaran menurun, respon

psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun

kesadaran dapat pulih bila di rangsang (mudah

dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu

memberi jawaban verbal.

v. Stupor, yaitu keadaan tertidur lelap, tetapi ada

respon terhadap nyeri.

vi. Koma, yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada

respon terhadap rangsangan apapun.

Secara kuantitatif

Penilaian kesadaran seseorang secara kuantitatif adalah

dengan GCS (Glasgow Coma Scale):

1. Menilai respon membuka mata (E)

(4) : spontan

(3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka

mata).

22

(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri,

misalnya menekan kuku jari)

(1) : tidak ada respon

2. Menilai respon Verbal/respon Bicara (V)

(5) : orientasi baik

(4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya

berulang-ulang ) disorientasi tempat dan waktu.

(3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata

masih jelas, namun tidak dalam satu kalimat.

Misalnya “aduh…, bapak…”)

(2): suara tanpa arti (mengerang)

(1): tidak ada respon

3. Menilai respon motorik (M)

(6) : mengikuti perintah

(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan

stimulus saat diberi rangsang nyeri)

(4) : withdraws (menghindar / menarik extremitas atau

tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang

nyeri)

(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi

kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi

rangsang nyeri).

(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya

extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki

extensi saat diberi rangsang nyeri).

(1) : tidak ada respon

Tingkat Kesadaran berdasarkan GCS :

15 : Sadar

23

13-14 : Penurunan kesadaran ringan

9-12 : Penurunan kesadaran sedang

3-8 : Penurunan kesadaran berat (koma)

b. Bagaimana penilaian tingkat kesadaran imron menurut GCS?

Jawab: berdasarkan skenario, hasil pemeriksaan imron adalah

mata terpejam namun membuka bila dipanggil, dapat

menggerakkan tangan dan kaki sesuai perintah, bisa diajak

bicara namun terlihat bingung. Berdasarkan GCS imron

kesadar Imron memiliki nilai untuk E adalah 6, V adalah 4, dan

M adalah 4, jadi total keselurahan nilai kesadaran imron adalah

14. Jadi tuan Imron mengalami penurunan tingkat kesadaran

ringan.

5. Tanda vital: turgor (+), HR: 118x/menit, TD: 100/70 mmHg, RR:

28x/menit.

a. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan tanda vital Imron?

Jawab: Berdasarkan hasil pemerikaan vital sign :

Imron mengalmi dehidrasi yang ditunjukkan oleh hasil (+)

pada turgor test, sedangkan untuk denyut nadi, imron

mengalami Trachicardi karena jantungnya berdenyut lebih dari

118x/menit. Untuk Respiratory Rate ( RR ) masih tergolong

Takipnea ( Nafas Cepat ) karena nilai Respiratory Rate

berkisar antara >20 yaitu 28x/menit, sedangkan untuk tekanan

darah dapat digolongkan mendekati hipotensi.

b. Bagaimana prosedur pemeriksaan tanda vital?

Jawab: Pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara untuk

mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh. Pemeriksaan

24

tanda vital meliputi: pemeriksaan tekanan darah, denyut nadi,

frekuensi pernapasan, dan suhu tubuh.

Prosedur tindakan/ pelaksanaan pemeriksaan tanda vital

dijelaskan sebagai berikut:

Pemeriksaan tekanan darah :

a. Pasien istirahat 5 menit sebelum diukur.

b. Memberitahu posisi pasien.

c. Posisi lengan setinggi jantung.

d. Menyingsingkan lengan baju ke atasistem

e. Menentukan ukuran manset yang sesuai dengan diameter

lengan pasien.

f. Memasang manset kira-kira 1 inci (2,5 cm) dari siku.

g. Menanyakan hasil pemeriksaan tekanan darah pasien

sebelumnya.

h. Mengatur tensimeter agar siap pakai (untuk tensimeter air

raksa) yaitu menghubungkan pipa tensimeter dengan pipa

manset, menutup sekrup balon manset, membuka kunci

reservoir.

i. Meraba arteri brachialisistem

j. Meletakkan diafragma stetoskop di atas tempat denyut nadi

tanpa menekan.

k. Memompa sampai kira-kira 30 mmHg diatas hasil

pemeriksaan sebelumnya.

l. Kempiskan perlahan m. Mencatat bunyi korotkoff I dan V.

n. Melonggarkan pompa segera setelah bunyi terakhir

menghilang.

o. Tunggu 1-2 menit sebelum mengulangi pemeriksaan.

p. Jika mencurigai adanya hipotensi ortostatik, lakukan

pemeriksaan dalam keadaan berdiri dan tiduran terlentang.

q. Melepas manset.

25

r. Mengembalikan posisi pasien senyaman mungkin.

Pemeriksaan Denyut Nadi :

a. Mengatur posisi pasien nyaman dan rileksistem

b. Menekan kulit dekat arteri radialis dengan 3 jari dan meraba

denyut nadi.

c. Menekan arteri radialis dengan kuat, dengan jari-jari selama

kurang lebih 60 detik, jika tidak teraba denyutan, jari-jari

digeser ke kanan dan kiri sampai ketemu.

d. Langkah-langkah pemeriksaan ini juga dilakukan pada

tempat pemeriksaan denyut nadi lainnya.

Pemeriksaan Pernafasan :

a. Menjelaskan prosedur pemeriksaan kepada pasien bila hanya

khusus menilai pernafasan.

b. Membuka baju pasien bila perlu untuk mengamati gerakan

inspirasi dan menilai kesimetrisan gerakan (tirai harus ditutup

dahulu).

c. Meletakkan tangan datar pada dada dan mengobservasi

inspirasi dan ekspirasi serta kesimetrisan gerakan.

d. Menentukan irama pernafasan

e. Menetukan pernafasan dalam 60 detik. Bila pernafasan

teratur cukup 30 detik lalu dikalikan 2.

f. Mendengarkan bunyi pernafasan, kemungkinan ada bunyi

abnormal.

g. Tutup kembali baju pasien dan memberitahu bahwa

pemeriksaan sudah selesai.

Pemeriksaan Suhu :

a. Pengukuran di aksila :

Memberitahu pasien

26

Mencuci tangan

Mengamati angka yang ditunjuk air raksa dengan benar

Menurunkan air raksa bila perlu

Mengatur posisi pasien

Meletakkan termometer di ketiak dengan posisi tepat

Menunggu sekitar 5 menit

Mengambil termometer, mengelap dengan gerak berputar

dari bagian yang bersih

Merapikan kembali baju pasien

Membaca hasil pengukuran dengan segera

Mencuci termometer dengan larutan sabun dan membilas

dengan bersih

Keringkan termometer

Mengembalikan air raksa dan meletakkan kembali di

tempat semula

Mencuci tangan

b. Pengukuran oral :

Memberitahu pasien

Mencuci tangan

Mengamati angka yang ditunjuk air raksa dengan benar

Menurunkan air raksa bila perlu

Memberitahu pasien agar membuka mulut dan mengangkat

lidah sedikit

Memasukkan termometer pelan-pelan sampai bagian ujung

tempat raksa (mercury chamber) masuk dibawah lidah.

Memberitahu pasien agar menutup mulut dan jangan

menggigit.

Menunggu selama 5 menit.

Mengambil termometer sambil memberitahu pasien untuk

membuka mulut

27

Mengelap termometer

Membaca hasil pengukuran

Mencuci termometer dengan air sabun, membilas dengan

air bersih, dan mengeringkannya

Menurunkan air raksa dan megembalikan ke tempat

semula.

Mencuci tangan

c. Pengukuran di rektal :

Memberitahu pasien

Mencuci tangan

Mengamati angka yang ditunjuk air raksa dan menurunkan

bila perlu

Mengatur posisi pasien

Melumasi ujung tempat raksa dengan vaselin sesuai

kebutuhan

Membuka bagian rektal pasien

Meraba sfingter dengan ujung tempat raksa

Memasukkan ujung tempat raksa dengan hati-hati ke

rectum

Memasang termometer selama 5 menit

Mengambil termometer dari anus

Mengelap termometer secara perlahan

Membersihkan rektum dengan kertas tissue

Menolong pasien kembali ke posisi semula

Membaca hasil pengukuran

Mencuci termometer dengan larutan sabun, membilas

dengan air bersih, dan mengeringkannya

Menurunkan air raksa dan mengembalikan ke tempat

semula

Mencuci tangan

28

Sumber: (John W. Burnside dan Thomas J. Mc Glynn, 1995:

67-85) dan (Bates, 1995: 41-42), (Bates, 1995: 151-152).

6. Pemeriksaan laboratorium: kimia darah: kadar natrium: 168 mEq/L,

kadar kalium: 4 mEq/L.

a. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium kimia

darah?

Jawab:

Plasma Darah Imron KategoriNatrium Kadar Normal Plasma

Darah :135-150 mEq/L

168 mEq/L Hipernatremia

Kalium Kadar Normal Plasma Darah :

3,5-5,3 mEq/L4mEq/L Normal

Hipernatremia:

Peningkatan konsentrasi natrium plasma, dan juga

menyebabkan peningkatan osmolaritas, dapat disebabkan oleh

kehilangan air dari larutan ekstrasel, yang memekatkan ion

natrium atau kelebihan natrium dalam cairan ekstrasel. Bila

terdapat kehilangan primer air dari cairan ekstasel., hal tersebut

mengakibatkan timbulnya dehidrasi hiperosmotik. Kondisi ini

dapat terjadi akibat ketidakmampuan mengekskresi hormon

anti-diuretik, yang dibutuhkan ginjal untuk menahan air.

menyebabkan timbulnya dehidrasi dan peningkatan

konsentrasi natrium klorida dalam cairan ekstarsel. Pada jenis

ginjal tertentu, ginjal tidak merespon terhadap hormon

antidiuretik, yang menyebabkan deabetes insipidus

nevrogenik. Penyebab hipernatremia yang lebih umum akibat

penurunan cairan ekstrasel adalah dehidrasi akibat asupan air

yang lebih sedikit daripada pengeluarnya, seperti ditimbil saat

29

berkeringat selama aktivitas yang berat berkepanjangan. Hal in

sering terjadi pada overhidrasi hiperosmotik, karena kelebihan

natrium klorida ekstrasel biasanya berhubungan dengan

beberapa derajat retensi air oleh ginjal

7. Dokter memberikan cairan dextrose 5% pada imron melalui IVFD.

a. Apa saja jenis-jenis cairan infus?

Jawab: Tipe-tipe cairan:

1. Isotonik Suatu cairan yang memiliki tekanan osmotik yang

sama dengan yang ada didalam plasma.

a) NaCI normal 0,9 %

b) Ringer laktat

c) Komponen -komponen darah (albumin 5 %, plasma)

d) Dextrose 5 % dalam air (D 5 W)

2. Hipotonik Suatu larutan yang memiliki tekanan osmotik

yang lebih kecil daripada yang ada didalam plasma darah.

Pemberian cairan ini umumnya menyebabkan dilusi

konsentrasi larutan plasma dan mendorong air masuk

kedalam sel untuk memperbaiki keseimbangan di intrasel

dan ekstrasel, sel-sel tersebut akan membesar atau

membengkak.

a) Dextrose 2,5 % dalam NaCI 0,45 %

b) NaCI 0,45%

c) NaCI 0,2 %

3. Hipertonik Suatu larutan yang memiliki tekanan osmotik

yang lebih tinggi daripada yang ada di dalam plasma darah.

Pemberian cairan ini meningkatkan konsentrasi larutan

plasma dan mendorong air masuk kedalam sel untuk

memperbaiki keseimbangan osmotik, sel kemudian akan

menyusut.

a) Dextrose 5 % dalam NaCI 0,9 %

30

b) Dextrose 5 % dalam NaCI 0,45 % ( hanya sedikit

hipertonis karena dextrose dengan cepat dimetabolisme

dan hanya sementara mempengaruhi tekanan osmotik).

c) Dextrose 10 % dalam air

d) Dextrose 20 % dalam air

e) NaCI 3% dan 5%

f) Larutan hiperalimentasi

g) Dextrose 5 % dalam ringer laktat

h) Albumin 25

Tempat insersi jarum infus Secara umum ada beberapa tempat

untuk insersi jarum infus pada pemasangan infus yaitu :

a. Venapunctur perifer: 1) vena mediana kubiti, 2) vena

sefalika, 3) vena basilica, 4) vena dorsalis pedisistem

b. Venapunctur central: 1) vena femoralis, 2) vena jugularis

internal, 3) vena subklavia.

b. Bagaimana komposisi cairan dextrose 5%?

Jawab: cairan dextrose berisi air atau garam dan kalori. Kalori

yang digunakan biasanya adalah glukosa. Kandungan glukosa

pada cairan dextrose 5% adalah 50 gr/L.

c. Mengapa dokter memberikan cairan dextrose 5% kepada

Imron?

Jawab: Karena cairan dextrose merupakan cairan pengganti

yang bersifat hipo-osmotik.

Hal-hal yang harus diperhatikan dengan tipe-tipe infus

tersebut:

1. D5W (Dektrose 5% in Water)

a) Digunakan untuk menggantikan air (cairan hipotonik)

yang hilang, memberikan suplai kalori, juga dapat

31

dibarengi dengan pemberian obat-obatan atau

berfungsi untuk mempertahankan vena dalam keadaan

terbuka dengan infus tersebut.

b) Hati-hati terhadap terjadinya intoksikasi cairan

(hiponatremia, sindroma pelepasan hormon

antidiuretik yang tidak semestinya). Jangan digunakan

dalam waktu yang bersamaan dengan pemberian

transfusi (darah atau komponen darah).

2. NaCIO, 9%

a) Digunakan untuk menggantikan garam (cairan

isotonik) yang hilang, diberikan dengan komponen

darah, atau untuk pasien dalam kondisi syok

hemodinamik.

b) Hati-hati terhadap kelebihan volume isotonik ( misal:

gagal jantung.gagal ginjal).

c) Ringer laktat Digunakan untuk menggantikan cairan

isotonik yang hilang, elektrolit tertentu, dan untuk

mengatasi asidosis metabolik tingkat sedang.

d. Mengapa dokter memberikan dextrose 5% melalui IVFD?

Jawab: Dalam kasus ini dokter memberikan cairan dextrose

5% melalu IVDF, karena pemberian intravena (lV) tidak

mengalami tahap absorpsi, maka kadar obat dalam darah

diperoleh secara cepat, tepat, dan dapat disesuaikan langsung

dengan respons penderita. Dinding pembuluh darah relatif

tidak sensitif dan bila disuntikkan perlahan-lahan, obat segera

diencerkan oleh darah. Karena Imron yang mengalami

dehidrasi, hipernatremia dan kekurangan energi membutuhkan

cairan dextrose yang juga mengandung gula untuk menambah

energi. Cairan diberikan melalui IVFD karena pemberian

32

melalui intravena merupakan metode yang paling efektif dan

efisien untuk menyuplai kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh

secara cepat. Dalam buku “Klien Gangguan Keseimbangan

Cairan dan Elektrolit”, dikatakan bahwa tindakan keperawatan

yang dapat diberikan kepada seseorang yang mengalami

gangguan keseimbangan cairan dan eletrolit adalah :

1) Peningkatan asupan cairan per oral

Dilakukan untuk pasien yang mengalami/beresiko

mengalami gangguan. Cairan diberikan lewat

makanan/ minuman dengan konsentrasi rendah dan

apabila masih terus dibutuhkan, konsentrasi dapat

ditingkatkan secara perlahan-lahan.

2) Pembatasan asupan cairan per oral

Dilakukan untuk pasien yang didiagnosis retensi

cairan,

3) Pemberian makan

Pemberian makanan tertentu sesuai kebutuhan diet

untuk membantu memenuhi kebutuhan cairan tubuh.

Contoh nya apabila pasien menderita diuretik dapat

diberikan makanan tambahan pisang dan jeruk agar

tidak terjadi hipokalemia. Contoh lain nya untuk

pasien defisiensi zat besi dapat diberikan asupan

berlebih untuk sayur dan daging.

4) IVFD

Pemberian melalui intravena merupakan metode yang

paling efektif dan efisien untuk menyuplai kebutuhan

cairan dan elektrolit tubuh.

Sumber: (Anas Tamtari, 2008: 43-44).

8. Pandangan Islam

a. Apa pandangan islam pada kasus?

33

Jawab: “Dan kalau Allah menghukum manusia karena

kezalimannya, niscaya tidak akan nada yang ditinggalkan-Nya

(dibumi) dari makhluk yang melata sekalipun tetapi Allah

menangguhkan mereka sampai waktu yang sudah ditentukan.

Maka apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta

penundaan atau percepatan” (QS. An-Nahl: 61).

2.3.4 Learning Issue

1. Fisiologi cairan tubuh, keseimbangan elektrolit dan asam basa

dalam tubuh

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh

tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan

salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit

melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh.

Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu

(zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel

bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit

masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan

didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti

adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh

bagian tubuh.

Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang

lainnya jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan

cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di

seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel

dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan

interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di

dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel,

sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan

serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

34

Prosentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan

tergantung beberapa hal antara lain :

a. Umur

b. Kondisi lemak tubuh

c. Jenis kelamin

Perhatikan uraian berikut ini :

no umur prosentase

1 bayi 75%

2 dewasa

a.

b.

3

Pria ( 20 – 40 tahun )

Wanita ( 20 – 40 tahun )

Lanjut Usia

60%

50%

45 – 50 %

Pada orang dewasa kira-kira 40 % baerat badannya atau 2/3 dari TBW-nya

berada di dalam sel (cairan intraseluler/ICF), sisanya atau 1/3 dari TBW atau 20

% dari berat badannya berada di luar sel (ekstraseluler) yaig terbagi dalam 15 %

cairan interstitial, 5 % cairan intavaskuler dan 1-2 % transeluler.

Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan

nonelektrolit. Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan

dan tidak bermuatan listrik, seperti : protein, urea, glukosa, oksigen, karbon

dioksida dan asam-asam organik. Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium

(Na+), kalium (K+), Kalsium (Ca++), magnesium (Mg++), Klorida (Cl-),

bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-). Konsenterasi elektrolit

dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian dengan bagian yang lainnya, tetapi

meskipun konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian berbeda, hukum netralitas listrik

menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan negatif harus sama dengan jumlah

muatan-muatan positif.

Komposisi dari elektrolit-elektrolit tubuh baik pada intarseluler maupun pada

plasma terinci dalam tabel di bawah ini :

No Elektrolit Ekstraseluler(mEq)

Intraseluler(mEq)

Plasma(mEq)

35

1 Anion Natrium 144 137 10 Kalium 5 4,7 141 Kalsium 2,5 2,4 0 Magnesium 1,5 1,4 31

2 Kation Klorida 107 112,7 4 Bikarbonat 27 28,3 10 fosfat 2,0 2,0 11 Sulfat 0,5 0,5 1 Protein 1,2 0,2 4

a. Kation :

• Natrium (Na+) :

- Kation berlebih di ruang ekstraseluler

- Sodium penyeimbang cairan di ruang eesktraseluler

- Sodium adalah komunikasi antara nerves dan musculus

- Membantu proses keseimbangan asam-basa dengan menukar ion hidrigen pada

ion sodium

di tubulus ginjal : ion hidrogen di ekresikan

- Sumber : snack, kue, rempah-rempah, daging panggang.

• Kalium (K+) :

- Kation berlebih di ruang intraseluler

- Menjaga keseimbangan kalium di ruang intrasel

- Mengatur kontrasi (polarissasi dan repolarisasi) dari muscle dan nerves

- Sumber : Pisang, alpokad, jeruk, tomat, dan kismis.

• Kalsium (Ca2+) :

- Membentuk garam bersama dengan fosfat, carbonat, flouride di dalam tulang

dan gigi untuk membuatnya keras dan kuat

- Meningkatkan fungsi syaraf dan muscle

- Meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan proses pengaktifan

36

protrombin dan trombin

- Sumber : susu dengan kalsium tinggi, ikan dengan tulang, sayuran, dll.

b.Anion :

• Klorida (Cl-) :

- Kadar berlebih di ruang ekstrasel

- Membantu proses keseimbangan natrium

- Komponen utama dari sekresi kelenjar gaster

- Sumber : garam dapur

• Bikarbonat (HCO3-) :

Bagian dari bicarbonat buffer sistem

- Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan suasana

garam untuk

menurunkan PH.

• Fosfat ( H2PO4- dan HPO4

2-) :

- Bagian dari fosfat buffer system

- Berfungsi untuk menjadi energi pad metabolisme sel

- Bersama dengan ion kalsium meningkatkan kekuatan dan kekerasan tulang

- Masuk dalam struktur genetik yaitu : DNA dan RNA.

Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu

a. Fase I

Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan

nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.

b. Fase II

Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel

c. Fase III

Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan

interstitial masuk ke dalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membran sel

37

yang merupakan membrane semipermiabel mampu memfilter tidak semua

substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah. Metode

perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara :

Difusi

Filtrasi

Osmosis

Transportasi aktif

Difusi dan osmosis adalah mekanisme transportasi pasif. Hampir semua zat

berpindah dengan mekanisme transportasi pasif. Diffusi sederhana adalah

perpindahan partikel-partikel dalam segala arah melalui larutan atau gas.

Beberapa faktor yang mempengaruhi mudah tidaknya difusi zat terlarut

menembus membran kapiler dan sel yaitu :

Permebelitas membran kapiler dan sel

Konsenterasi

Potensial listrik

Perbedaan tekanan.

Osmosis adalah proses difusi dari air yang disebabkan oleh perbedaan

konsentrasi. Difusi air terjadi pada daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang

rendah ke daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang tinggi. Perpindahan zat

terlarut melalui sebuah membrane sel yang melawan perbedaan konsentrasi dan

atau muatan listrik disebut transportasi aktif. Transportasi aktif berbeda dengan

transportasi pasif karena memerlukan energi dalam bentuk adenosin trifosfat

(ATP). Salah satu contonya adalah transportasi pompa kalium dan natrium.

Natrium tidak berperan penting dalam perpindahan air di dalam bagian plasma

dan bagian cairan interstisial karena konsentrasi natrium hampir sama pada kedua

bagian itu. Distribusi air dalam kedua bagian itu diatur oleh tekanan hidrostatik

yang dihasilkan oleh darah kapiler, terutama akibat oleh pemompaan oleh jantung

dan tekanan osmotik koloid yang terutama disebabkan oleh

albumin serum. Proses perpindahan cairan dari kapiler ke ruang interstisial

disebut ultrafilterisasi. Contoh lain proses filterisasi adalah pada glomerolus

ginjal.

38

Meskipun keadaan di atas merupakan proses pertukaran dan pergantian

yang terus menerus namun komposisi dan volume cairan relatif stabil, suatu

keadaan yang disebut keseimbangan dinamis atau homeostatis.

Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen

kimia dari cairan tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman.

Dalam kondisi normal intake cairan sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang

terjadi. Kondisi sakit dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan

dan elektrolit tubuh. Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh

akan kehilanagn caiaran antara lain melalui proses penguapan ekspirasi,

penguapan kulit, ginjal (urine), ekresi pada proses metabolisme.

a. Intake Cairan :

Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-

lira 1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml

per hari sehingga kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari

makanan, dan oksidasi selama proses metabolisme.Berikut adalah

kebutuhan intake cairan yang diperlukan berdasarkan umur dan berat

badan, perhatikan tabel di bawah ini :

Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus

dikendalikan berada di otak Sedangakan rangsangan haus berasal dari kondisi

dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan

tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah.

Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walupun

kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum

sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal.

No Umur Berat badan (kg) Kebutuhan cairan

( ml/24 jam )1 3 hari 3,0 250 - 3002 1 tahun 9,5 1150 - 13003 2 tahun 11,8 1350 - 15004 6 tahun 20,0 1800 - 2000

39

5 10 tahun 28,7 2000 - 25006 14 tahun 45,0 2200 - 27007 18 tahun (dewasa) 54,0 2200 - 2700

b. Output Cairan :

Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :

Urine

Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus

urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang utama.

Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24

jam, atau sekitar 30-50 ml per jam. Pada orang dewasa. Pada orang

yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap

harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka

produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan

keseimbangan dalam tubuh.

IWL (Insesible Water Loss)

IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan

mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan

tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400 mL per hari, tapi

bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat

meningkat.

Keringat

Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang

panas, respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan

impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang

dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.

Feces

Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari,

yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus

besar (kolon).

40

Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh

antara lain :

a. Umur

Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan

berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan.

Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan

cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan

keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.

b. Iklim :

Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban

udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan

elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di

lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per

hari.

c. Diet

Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika

intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak

sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal

keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga

hal ini akan menyebabkan edema.

d. Stress

Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan

pemecahan glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium

dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume

darah.

e. Kondisi Sakit

Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan

dan elektrolit tubuh Misalnya

41

- Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air

melalui IWL.

- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses

regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh

- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami

gangguan pemenuhan intake

cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara

mandiri.

f. Tindakan Medis :

Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan

elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.

g. Pengobatan :

Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh

padakondisi cairan dan elektrolit tubuh.

h. Pembedahan :

Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami

gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan

kehilangan darah selama pembedahan.

Tiga kategori umum yang menjelaskan abnormalitas cairan tubuh adalah :

Volume

Osmolalitas

Komposisi

Ketidakseimbangan volume terutama mempengaruhi cairan ekstraseluler

(ECF) dan menyangkut kehilangan atau bertambahnya natrium dan air dalam

jumlah yang relatif sama, sehingga berakibat pada kekurangan atau kelebihan

volume ekstraseluler (ECF).

Ketidakseimbangan osmotik terutama mempengaruhi cairan intraseluler

(ICF) dan menyangkut bertambahnya atau kehilangan natrium dan air dalam

jumlah yang relatif tidak seimbang. Gangguan osmotik umumnya berkaitan

42

dengan hiponatremia dan hipernatremia sehingga nilai natrium serum penting

untuk mengenali keadaan ini.

Kadar dari kebanyakan ion di dalam ruang ekstraseluler dapat berubah

tanpa disertai perubahan yang jelas dari jumlah total dari partikel-partikel yang

aktif secara osmotik sehingga mengakibatkan perubahan komposisional.

a. Ketidakseimbangan Volume

Kekurangan Volume Cairan Ekstraseluler (ECF)

Kekurangan volume ECF atau hipovolemia didefinisikan

sebagai kehilangan cairan tubuh isotonik, yang disertai kehilangan

natrium dan air dalam jumlah yang relatif sama. Kekurangan

volume isotonik sering kali diistilahkan dehidrasi yang seharusnya

dipakai untuk kondisi kehilangan air murni yang relative

mengakibatkan hipernatremia.

Kelebihan Volume ECF :

Kelebihan cairan ekstraseluler dapat terjadi bila natrium

dan air kedua-duanya tertahan dengan proporsi yang kira- kira

sama.Dengan terkumpulnya cairan isotonik yang berlebihan pada

ECF (hipervolumia) maka cairan akan berpindah ke kompartement

cairan interstitial sehingga mnyebabkan edema. Edema adalah

penunpukan cairan interstisial yang berlebihan. Edema dapat

terlokalisir atau generalisata.

b. Ketidakseimbangan Osmolalitas dan perubahan komposisional

Ketidakseimbangan osmolalitas melibatkan kadar zat terlarut

dalam cairan- cairan tubuh. Karena natrium merupakan zat terlarut utama

yang aktif secara osmotik dalam ECF maka kebanyakan kasus

hipoosmolalitas (overhidrasi) adalah hiponatremia yaitu rendahnya kadar

natrium di dalam plasma dan hipernatremia yaitu tingginya kadar natrium

di dalam plasma. Pahami juga perubahan komposisional di bawah ini :

Hipokalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum kurang

dari 3,5 mEq/L.

43

Hiperkalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum lebih

dari atau sama dengan 5,5 mEq/L.

Hiperkalemia akut adalah keadaan gawat medik yang perlu segera

dikenali, dan ditangani untuk menghindari disritmia dan gagal

jantung yang fatal.

2. Pemeriksaan tanda vital, kesadaran dan interpretasi hasil

laboratorium

Tanda vital

Pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara untuk

mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh. Pemeriksaan

tanda vital meliputi: pemeriksaan tekanan darah, denyut nadi,

frekuensi pernapasan, dan suhu tubuh.

Prosedur tindakan/ pelaksanaan pemeriksaan tanda vital

dijelaskan sebagai berikut:

Pemeriksaan tekanan darah :

a. Pasien istirahat 5 menit sebelum diukur.

b. Memberitahu posisi pasien.

c. Posisi lengan setinggi jantung.

d. Menyingsingkan lengan baju ke atasistem

e. Menentukan ukuran manset yang sesuai dengan diameter

lengan pasien.

f. Memasang manset kira-kira 1 inci (2,5 cm) dari siku.

g. Menanyakan hasil pemeriksaan tekanan darah pasien

sebelumnya.

h. Mengatur tensimeter agar siap pakai (untuk tensimeter air

raksa) yaitu menghubungkan pipa tensimeter dengan pipa

manset, menutup sekrup balon manset, membuka kunci

reservoir.

44

i. Meraba arteri brachialisistem

j. Meletakkan diafragma stetoskop di atas tempat denyut nadi

tanpa menekan.

k. Memompa sampai kira-kira 30 mmHg diatas hasil

pemeriksaan sebelumnya.

l. Kempiskan perlahan m. Mencatat bunyi korotkoff I dan V.

n. Melonggarkan pompa segera setelah bunyi terakhir

menghilang.

o. Tunggu 1-2 menit sebelum mengulangi pemeriksaan.

p. Jika mencurigai adanya hipotensi ortostatik, lakukan

pemeriksaan dalam keadaan berdiri dan tiduran terlentang.

q. Melepas manset.

r. Mengembalikan posisi pasien senyaman mungkin.

Pemeriksaan Denyut Nadi :

a. Mengatur posisi pasien nyaman dan rileksistem

b. Menekan kulit dekat arteri radialis dengan 3 jari dan meraba

denyut nadi.

c. Menekan arteri radialis dengan kuat, dengan jari-jari selama

kurang lebih 60 detik, jika tidak teraba denyutan, jari-jari

digeser ke kanan dan kiri sampai ketemu.

d. Langkah-langkah pemeriksaan ini juga dilakukan pada

tempat pemeriksaan denyut nadi lainnya.

Pemeriksaan Pernafasan :

a. Menjelaskan prosedur pemeriksaan kepada pasien bila hanya

khusus menilai pernafasan.

b. Membuka baju pasien bila perlu untuk mengamati gerakan

inspirasi dan menilai kesimetrisan gerakan (tirai harus ditutup

dahulu).

45

c. Meletakkan tangan datar pada dada dan mengobservasi

inspirasi dan ekspirasi serta kesimetrisan gerakan.

d. Menentukan irama pernafasan

e. Menetukan pernafasan dalam 60 detik. Bila pernafasan

teratur cukup 30 detik lalu dikalikan 2.

f. Mendengarkan bunyi pernafasan, kemungkinan ada bunyi

abnormal.

g. Tutup kembali baju pasien dan memberitahu bahwa

pemeriksaan sudah selesai.

Pemeriksaan Suhu :

a. Pengukuran di aksila :

Memberitahu pasien

Mencuci tangan

Mengamati angka yang ditunjuk air raksa dengan benar

Menurunkan air raksa bila perlu

Mengatur posisi pasien

Meletakkan termometer di ketiak dengan posisi tepat

Menunggu sekitar 5 menit

Mengambil termometer, mengelap dengan gerak berputar

dari bagian yang bersih

Merapikan kembali baju pasien

Membaca hasil pengukuran dengan segera

Mencuci termometer dengan larutan sabun dan membilas

dengan bersih

Keringkan termometer

Mengembalikan air raksa dan meletakkan kembali di

tempat semula

Mencuci tangan

b. Pengukuran oral :

46

Memberitahu pasien

Mencuci tangan

Mengamati angka yang ditunjuk air raksa dengan benar

Menurunkan air raksa bila perlu

Memberitahu pasien agar membuka mulut dan mengangkat

lidah sedikit

Memasukkan termometer pelan-pelan sampai bagian ujung

tempat raksa (mercury chamber) masuk dibawah lidah.

Memberitahu pasien agar menutup mulut dan jangan

menggigit.

Menunggu selama 5 menit.

Mengambil termometer sambil memberitahu pasien untuk

membuka mulut

Mengelap termometer

Membaca hasil pengukuran

Mencuci termometer dengan air sabun, membilas dengan

air bersih, dan mengeringkannya

Menurunkan air raksa dan megembalikan ke tempat

semula.

Mencuci tangan

c. Pengukuran di rektal :

Memberitahu pasien

Mencuci tangan

Mengamati angka yang ditunjuk air raksa dan menurunkan

bila perlu

Mengatur posisi pasien

Melumasi ujung tempat raksa dengan vaselin sesuai

kebutuhan

Membuka bagian rektal pasien

Meraba sfingter dengan ujung tempat raksa

47

Memasukkan ujung tempat raksa dengan hati-hati ke

rectum

Memasang termometer selama 5 menit

Mengambil termometer dari anus

Mengelap termometer secara perlahan

Membersihkan rektum dengan kertas tissue

Menolong pasien kembali ke posisi semula

Membaca hasil pengukuran

Mencuci termometer dengan larutan sabun, membilas

dengan air bersih, dan mengeringkannya

Menurunkan air raksa dan mengembalikan ke tempat

semula

Mencuci tangan

Sumber: (John W. Burnside dan Thomas J. Mc Glynn, 1995:

67-85) dan (Bates, 1995: 41-42), (Bates, 1995: 151-152).

Kesadaran

tingkat kesadaran seseorang dapat dinilai dengan 2 cara:

Secara kualitatif

vii. Compos mentis (conscious), yaitu keberadaan

normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab

pertanyaan tentang keadaan di sekelilingnya

viii. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan

untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya

acuh tak acuh

ix. Delirium, yaitu gelisah, memberontak,

berteriak-teriak, berhalusinasi, berhayal.

x. Somnolen, yaitu kesadaran menurun, respon

psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun

kesadaran dapat pulih bila di rangsang (mudah

48

dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu

memberi jawaban verbal.

xi. Stupor, yaitu keadaan tertidur lelap, tetapi ada

respon terhadap nyeri.

xii. Koma, yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada

respon terhadap rangsangan apapun.

Secara kuantitatif

Penilaian kesadaran seseorang secara kuantitatif adalah

dengan GCS (Glasgow Coma Scale):

4. Menilai respon membuka mata (E)

(4) : spontan

(3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka

mata).

(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri,

misalnya menekan kuku jari)

(1) : tidak ada respon

5. Menilai respon Verbal/respon Bicara (V)

(5) : orientasi baik

(4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya

berulang-ulang ) disorientasi tempat dan waktu.

(3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata

masih jelas, namun tidak dalam satu kalimat.

Misalnya “aduh…, bapak…”)

(2): suara tanpa arti (mengerang)

(1): tidak ada respon

6. Menilai respon motorik (M)

(6) : mengikuti perintah

(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan

stimulus saat diberi rangsang nyeri)

49

(4) : withdraws (menghindar / menarik extremitas atau

tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang

nyeri)

(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi

kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi

rangsang nyeri).

(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya

extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki

extensi saat diberi rangsang nyeri).

(1) : tidak ada respon

Tingkat Kesadaran berdasarkan GCS :

15 : Sadar

13-14 : Penurunan kesadaran ringan

9-12 : Penurunan kesadaran sedang

3-8 : Penurunan kesadaran berat (koma)

Interpretasi hasil lab

Plasma Darah Imron KategoriNatrium Kadar Normal

Plasma Darah :135-150 mEq/L

168 mEq/L Hipernatremia

Kalium Kadar Normal Plasma Darah :3,5-5,3 mEq/L

4mEq/L Normal

Hipernatremia:

Peningkatan konsentrasi natrium plasma, dan juga

menyebabkan peningkatan osmolaritas, dapat disebabkan oleh

kehilangan air dari larutan ekstrasel, yang memekatkan ion

natrium atau kelebihan natrium dalam cairan ekstrasel. Bila

terdapat kehilangan primer air dari cairan ekstasel. Hal tersebut

mengakibatkan timbulnya dehidrasi hiperosmotik. Kondisi ini

50

dapat terjadi akibat ketidakmampuan mengekskresi hormon

anti-diuretik, yang dibutuhkan ginjal untuk menahan air.

menyebabkan timbulnya dehidrasi dan peningkatan

konsentrasi natrium klorida dalam cairan ekstarsel. Pada jenis

ginjal tertentu, ginjal tidak merespon terhadap hormon

antidiuretik, yang menyebabkan deabetes insipidus

nevrogenik. Penyebab hipernatremia yang lebih umum akibat

penurunan cairan ekstrasel adalah dehidrasi akibat asupan air

yang lebih sedikit daripada pengeluarnya, seperti ditimbil saat

berkeringat selama aktivitas yang berat berkepanjangan. Hal in

sering terjadi pada overhidrasi hiperosmotik, karena kelebihan

natrium klorida ekstrasel biasanya berhubungan dengan

beberapa derajat retensi air oleh ginjal

3. Gangguan keseimbangan cairan (dehidrasi)

Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air

pada tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada

pemasukan (misalnya minum). Gangguan kehilangan cairan tubuh ini

disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh. Dehidarasi

dapat terjadi karena :

Kekurangan zat natrium

Kekurangan air

Kekurangan natrium dan air

Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total, dapat berupa

hilangnya air lebih banyak dari natrium (dehidrasi hipertonik), atau

hilangnya air dan natrium dalam jumlah yang sama (dehidrasi isotonik),

atau hilangnya natrium lebih banyak daripada air (dehidrasi hipotonik).

Dehidrasi hipotonik ditandai dengan tingginya kadar natrium serum

(lebih dari 145 mEq/L) dan peningkatan osmolalitas efektif serum (lebih

dari 285 mosmol/liter). Dehidrasi isotonik ditandai dengan normalnya

kadar natrium serum (135-145 mEq/L) dan osmolalitas efektif serum

51

(270-285 mosmol/liter). Dehidrasi hipotonik ditandai dengan rendahnya

kadar natrium serum (kurang dari 135 mEq/L) dan osmolalitas efektif

serum (kurang dari 270 mosmol/liter).

Dehidrasi terjadi bila kehilangan cairan sangat besar sementara

pemasukan cairan sangat kurang. Beberapa kondisi yang sering

menyebabkan dehidrasi antara lain :

1. Diare merupakan keadaan yang paling sering menyebabkan

kehilangan cairan dalam jumlah besar. Di seluruh dunia, 4 juta

anak-anak meninggal setiap tahun karena dehidrasi akibat diare.

2. Muntah sering menyebabkan dehidrasi karena sangat sulit untuk

menggantikan cairan yang keluar dengan cara minum.

3. Tubuh kehilangan banyak cairan saat berkeringat. Kondisi

lingkungan yang panas akan menyebabkan tubuh berusaha

mengatur suhu tubuh dengan mengeluarkan keringat. Bila

keadaan ini berlangsung lama sementara pemasukan cairan

kurang maka tubuh dapat jatuh ke dalam kondisi dehidrasi.

4. Peningkatan kadar gula darah pada penderita diabetes atau

kencing manis akan menyebabkan banyak gula dan air yang

dikeluarkan melalui kencing sehingga penderita diabetes akan

mengeluh sering kebelakang untuk kencing.

5. Penderita luka bakar dapat mengalami dehidrasi akibat

keluarnya cairan berlebihan pada kulit yang rusak oleh luka

bakar.

6. Orang yang mengalami kesulitan minum oleh karena suatu

sebab rentan untuk jatuh ke kondisi dehidrasi.

Respon awal tubuh terhadap dehidrasi antara lain berupa rasa

haus untuk meningkatkan pemasukan cairan hingga dengan penurunan

produksi kencing untuk mengurangi seminimal mungkin cairan yang

keluar. Air seni akan tampak lebih pekat dan berwarna gelap. Jika

kondisi awal ini tidak tertanggulangi maka tubuh akan masuk ke kondisi

selanjutnya yaitu :

52

Mulut kering.

Berkurangnya air mata.

Berkurangnya keringat.

Kekakuan otot.

Mual dan muntah.

Kepala terasa ringan terutama saat berdiri.

Selanjutnya tubuh dapat jatuh ke kondisi dehidrasi berat yang

gejalanya berupa gelisah dan lemah lalu koma dan kegagalan multi

organ. Bila ini terjadi maka akan sangat sulit untuk menyembuhkan dan

dapat berakibat fatal.

Dehidrasi dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Dehidrasi

sangat mudah dikenali saat awal kejadian sehingga makin cepat

dilakukan koreksi maka akan semakin baik hasil yang didapatkan.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya

dehidrasi antara lain :

1. Penderita diare dan muntah muntah dapat diberikan pengobatan

awal untuk mencegah kehilangan cairan yang lebih lanjut. Obat

obatan ini terutama untuk mengurangi gejala yang terjadi.

2. Obat penurun panas dapat diberikan untuk menurunkan suhu

tubuh.

3. Penderita diberikan minum sebanyak mungkin dengan cara

bertahap namun frekuensinya ditingkatkan.

Prinsip utama pengobatan dehidrasi adalah penggantian cairan.

Penggantian cairan ini dapat berupa banyak minum, bila minum gagal

maka dilakukan pemasukan cairan melalui infus. Tapi yang utama disini

adalah penggantian cairan sedapat mungkin dari minuman. Keputusan

menggunakan cairan infus sangat terggantung dari kondisi pasien

berdasarkan pemeriksaan dokter. Keberhasilan penanganan dehidrasi

dapat dilihat dari produksi kencing. Penggunaan obat-obatan diperlukan

untuk mengobati penyakit-penyakit yang merupakan penyebab dari

dehidrasi seperti diare, muntah dan lain-lain.

53

Dehidrasi dapat dicegah dengan melakukan beberapa upaya

berikut :

1. Lingkungan

Dehidrasi yang disebabkan oleh faktor lingkungan sangat

mungkin untuk dilakukan pencegahan. Jika memungkinkan,

aturlah jadual kegiatan atau aktifitas fisik yang sesuai dengan

kondisi lingkungan. Jangan melakukan aktifitas berlebihan pada

siang hari.

2. Olah raga

Orang yang berolah raga pada kondisi cuaca yang panas

harus minum lebih banyak cairan.

3. Umur

Umur sudah dan tua sama beresikonya untuk mengalami

dehidrasi.

Dehidrasi bukan kondisi yang tidak dapat dicegah namun bila

terjadi dan tertangani dengan baik maka kondisi yang tidak diinginkan

bisa dihindari.

Dehidrasi kerap kali menyebabkan kulit jadi tipis dan lebih cepat

kelihatan berkerut. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah

dehidrasi pada kulit, yaitu dengan minum banyak cairan, normalnya

disarankan untuk mengkonsumsi paling sedikit 8 gelas cairan sehari,

minum minuman berenergi dapat mendorong orang-orang aktif, lebih

banyak minum cairan karena kandungan rasa dan sodium tinggi di

dalamnya, hindari minuman berkafein dan yang mengandung alkohol,

keduanya sama-sama dapat menyebabkan dehidrasi, hindari minuman

yang mengandung carbonat karena pembakaran bisa menyebabkan

penggelembungan atau perasaan penuh dan mencegah pemenuhan

konsumsi cairan, mengenakan pakaian berwarna terang, yang menyerap

dan berukuran pas, usahakan berada di tempat yang sejuk, terlindungi

dari matahari dan lindungi kulit dengan sunblock kapan saja selebihnya,

menyadari dan mempersiapkan adalah cara termudah untuk mencegah

54

terjadinya dehidrasi. Di hari yang panas, untuk orang yang sedang

beraktivitas bisa mengalami dehidrasi hanya dalam waktu 15 menit.

Jika Anda mengalami pertanda ini, segeralah hentikan aktivitas

dan beristirahatlah di tempat yang sejuk. Minum cairan sebanyak

mungkin untuk menggantikan air yang hilang dari tubuh Anda. Jenis

cairan kristaloid yang digunakan untuk rehidrasi tergantung dari jenis

dehidrasinya. Pada dehidrasi isotonik dapat diberikan cairan NaCl 0,9%

atau dekstrosa 5% dengan kecepatan 25-30% dari defisit cairan total per

hari. Pada dehidrasi hipertonik digunakan cairan NaCl 0,45%. Dehidrasi

hipotonik ditatalaksana dengan mengatasi penyebab yang mendasari,

penambahan diet natrium, dan bila perlu pemberian cairan hipertonik.

4. Gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa dalam tubuh

(hipernatremia dan hipovolemia)

Hipovolemia

Kekurangan Volume cairan (FVD) terjadi jika air dan elektrolit

hilang pada proporsi yang sama ketika mereka berada pada cairan

tubuh normal sehingga rasio elektrolit serum terhadap air tetap sama.

(Brunner & suddarth, 2002). 

1) Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan

volume cairan ekstraseluler (CES). 

2) Hipovolemia adalah penipisan volume cairan

ekstraseluler (CES) 

3) Hipovolemia adalah kekurangan cairan di dalam

bagian-bagian ekstraseluler (CES) 

Hipovolemia ini terjadi dapat disebabkan karena : 

1. Penurunan masukan. 

2. Kehilangan cairan yang abnormal melalui : kulit, gastro

intestinal, ginjal abnormal, dll. 

3. Perdarahan.

55

Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan

cairan dan elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional

(isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemia. Umumnya,

gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu

diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler

sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk untuk

mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan

intraseluler. Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh

beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit,

penurunan asupan cairan, perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi

ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk

mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler

istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju

lokasi potensial seperti pleura, peritonium, perikardium, atau rongga

sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti terperangkapnya cairan

dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran

pencernaan. 

Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien

dengan hipovolemia antara lain : pusing, kelemahan, keletihan,

sinkope, anoreksia, mual, muntah, haus, kekacauan mental, konstipasi,

oliguria. Tergantung pada jenis kehilangan cairan hipovolemia dapat

disertai dengan ketidak seimbangan asam basa, osmolar atau

elektrolit. Penipisan (CES) berat dapat menimbulkan syok

hipovolemik. 

Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi hipolemia adalah

dapat berupa peningkatan rangsang sistem syaraf simpatis

(peningkatan frekwensi jantung, inotropik (kontraksi jantung) dan

tahanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormon antideuritik (ADH),

dan pelepasan aldosteron. Kondisi hipovolemia yang lama dapat

menimbulkan gagal ginjal akut. 

56

Akibat lanjut dari kekurangan volume cairan dapat

mengakibatkan : 

1. Dehidrasi (Ringan, sedang berat). 

2. Renjatan hipovolemik. 

3. Kejang pada dehidrasi hipertonik.

Hipernatremia

Hipernatremia (kadar natrium darah yang tinggi) adalah suatu

keadaan P dimana kadar natrium dalam darah lebih dari 145 mEq/L

darah.

Hipernatremia atau hypernatraemia adalah sebuah gangguan elektrolit

yang didefinisikan oleh tingkat natrium tinggi dalam darah.

Hipernatremia ini umumnya tidak disebabkan oleh kelebihan natrium,

melainkan dengan defisit relatif gratis air dalam tubuh. Untuk alasan

ini, hipernatremia sering sinonim dengan istilah dehidrasi.

Air hilang dari tubuh dalam berbagai cara, termasuk keringat,

kerugian insensible dari bernapas, dan dalam tinja dan urin. Jika

jumlah air yang tertelan secara konsisten berada di bawah jumlah air

yang hilang, tingkat natrium serum akan mulai meningkat, yang

mengarah ke hipernatremia. Jarang, hipernatremia dapat disebabkan

oleh konsumsi garam besar, seperti yang mungkin terjadi dari minum

air laut.

Biasanya, bahkan peningkatan kecil di konsentrasi natrium

serum di atas hasil batas normal pada sensasi kuat haus, peningkatan

asupan air bebas, dan koreksi abnormalitas. Oleh karena itu,

hipernatremia paling sering terjadi pada orang-orang seperti bayi,

yang dengan status mental terganggu, atau orang tua, yang mungkin

memiliki mekanisme haus utuh tetapi tidak dapat meminta atau

mendapatkan air.

Natrium adalah salah satu elektrolit yang amat dibutuhkan

tubuh untuk menjaga metabolisme tubuh. Salah satu fungsi elektrolit

ini adalah untuk kontraksi dan pergerakan manusia, dan juga untuk

57

menjaga cairan tubuh karena fungsi dari natrium ini yang dapat

menarik air.

Hipernatremia dan hiponatremia sering terjadi pada usia lanjut.

Hpernatremia pada usia lanjut paling sering disebabkan oleh

kombinasi dari asupan cairan yang tidak adekuat dan bertambahnya

kehilangan asupan kehilangan cairan. Gangguan mekanisme dari rasa

haus dan hambatan akses terhadap cairan (sekunder dari gangguan

mobilitas atau menelan) terur berkontribusi dalam timbulnya

hipernatremia pada usia lanjut selain adanya keterlambatan eskresi

natrium. Kehilangan air murni pada keadaan demam, hiperventilasi

dan diabetes insipidus. Lebih sering, kehilngan airhipoteonik

disebabkan oleh problem saluran cerna. , luka bakar, terapi diuretika

atau dieresis osmotic. Seringkali deteksi hipernatremia pada usia

lanjut terlambat dilakukan sehingga usia lanjut yang lemah dapat jatuh

pada keadaan hipernatremia yang bermakna. Pada penderita dengan

demensia sangat mudah mengalami hipernatremia karena penurunan

rasa haus, gangguan kemampuan untuk meminta air karenan

penurunanrasa haus, gangguan kemampuan untuk meminta air dan

mungkin, rendahnya kadar vasopressin. 

Penyebab penting lainnya adalah hiperkalsemia yang mungkin

dapat menyebabkan kerusakan sel pada gelung Henle dan berinteraksi

dengan vasopressin pada tingkat duktus kolektus. Hipokalemia yang

bermakna juga dapat menyebabkan hipernatremia.

Hipernatremia (natrium serum di atas 150 mEq/L) merupakan

gangguan elektrolit yang lazim dijumpai pada pasien di bangsal

perawatan dan unit rawat intensif. Pasien hipernatremia

dikelompokkan dalam 3 kategori:

Ringan, kadar serum 151 sampai 155 mEq/L;

Moderate, 156 sampai 160 mEq/L; dan

Berat, di atas 160 mEq/L.

58

Kategori ini walau terkesan ditentukan sepihak, berasal dari

rekomendasi Bingham and the Brain Trauma Foundation. Walaupun

ada pasien dengan usia lanjut, gangguan mental dan penghuni panti

wreda masuk rumah sakit dengan hipernatremia, pada kebanyakan

kasus, hipernatremia berkembang selama perawatan. Biasanya

hipernatremia diakibatkan oleh kehilangan air bebas (renal, enteral,

dan insensible) yang disertai kurangnya asupan air bebas (gangguan

mekanisme haus atau sukar mendapatkan air) serta terapi yang tidak

tepat dengan cairan isotonik. Pasien rawat-inap dengan hipernatremia

memiliki angka kematian lebih tinggi (40%-60%) dibandingkan

pasien tanpa hipernatremia ketika masuk rumah sakit. Kekerapan yang

dilaporkan pada populasi rumah sakit berkisar antara 0.3% sampai

3.5% . Pasien yang masuk ICU lebih sering mengalami hipernatremia

dibandingkan pasien bangsal. Karena hipernatremia sering merupakan

kondisi iatrogenik yang terkait dengan mortalitas tinggi, beberapa ahli

telah menyimpulkan bahwa ini bisa dipandang sebagai indikator dari

kualitas perawatan. Pasien sakit kritis dengan penyakit neurologi atau

bedah saraf memiliki banyak faktor yang membuat mereka lebih

rentan mengalami hipernatremia. Mereka sering memiliki mekanisme

haus yang terganggu karena berubahnya kesadaran atau penyakit

sistem saraf yang mempengaruhi persepsi haus.

Pasien-pasien ini mungkin juga mengidap diabetes insipidus

akibat disfungsi hipofisis atau hipotalamus. Meningkatnya insensible

loss akibat demam juga merupakan faktor kontribusi. Lebih penting

lagi, pada pasien dengan edema serebral dan peningkatan tekanan

intrakranial, hipernatremia sering merupakan akibat dari penggunaan

diuretik osmotik (mannitol) atau salin hipertonik. Hipernatremia

mungkin memiliki peran terapeutik pada pasien yang mendapat terapi

osmotik. 

Pada orang dewasa dengan edema serebral pasca bedah atau

pasca trauma yang diterapi dengan NaCl; 3%, penurunan tekanan

59

intrakranial telah diperlihatkan berkorelasi dengan kenaikan kadar

serum. Pada pasien anak dengan trauma kepala yang diterapi dengan

salin hipertonik, hipernatremia berkorelasi dengan kontrol yang lebih

baik terhadap tekanan intrakranial tanpa efek samping bermakna.

Kendati demikian, hipernatremia juga telah ditunjukkan berhubungan

dengan disfungsi ginjal pada populasi ini. Jadi, pada pasien yang

mendapat terapi osmotik, kadar natrium serum yang ideal sering sukar

ditetapkan. Di satu sisi, hipernateremia mungkin bermanfaat dalam

mengendalikan tekanan intrakranial. Di sisi lain, berdasarkan kajian-

kajian yang dilaksanakan di basal penyakit dalam-bedah dan ICU,

hipernatremia diikuti dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas.

Dalam memberikan terapi osmotik yang baik, perlu

diantisipasi dampak hipernatremia terhadap mortalitas pada populasi

khusus ini. Juga penting ditentukan ambang sampai mana kadar

natrium serum bisa ditinggikan dengan aman. Hubungan antara

hipernatremia dan mortalitas pada pasien ini belum pernah dikaji

sebelumnya.

Ciri-ciri Hipernatremia

Selalu menunjukkan dehidrasi seluler

Pada kebanyakan kasus, penyebab adalah net water loss.

Overloading natrium (Meylon) juga bisa menjadi

penyebab

Lebih sering pada bayi dan lansia. Pada lansia gejala

belum terlihat sebelum kadar > 160 mmol/L

Pada hipernatremia akut (terjadi dalam beberapa jam), laju

penurunan yg dianjurkan 1 mmol/L/jam. Pada

hipernatremia kronis, laju koreksi adalah 0.5 mmol/L/jam

untuk mencegah edema serebral. Lebih tepatnya adalah 10

mmol/L/24jam. Kebutuhan obligatorik (rumatan) juga

harus ditambahkan. Sebagai contoh volume untuk koreksi

60

2.1 L dan rumatan 1.5 L maka dalam sehari diberikan 3.6

L atau 150 ml/jam.

Beberapa pertimbangan sebelum mengoreksi Hipernatremia:

Hipernatremia selalu menunjukkan dehidrasi seluler

Pada kebanyakan kasus, penyebabnya adalah kehilangan

air bebas (misal setelah pemberian manitol)

Pemberian beban natrium berlebihan (Meylon) juga bisa

menjadi faktor kontribusi

Hipernatremia lebih berbahaya pada bayi, pasien usia

lanjut dan pasien neurologi. Pada lansia gejala belum

muncul sebelum kadar natrium melewati 160 mmol/L

Pada hipernatremia akut (yang terjadi dalam beberapa

jam), laju penurunan yang dianjurkan adalah 1

mmol/L/jam. Pada hipernatremia kronik, laju koreksi

adalah 0.5 mmol/L/jam untuk menghindari edema

serebral. (lebih tepatnya 10 mmol/L/24 jam)

Kebutuhan rumatan obligat perlu ditambahkan.

Pada prinsipnya 1 L larutan yang mengandung natrium

akan menaikkan atau menurunkan kadar Na+ plasma

Pada hipernatremia, tubuh mengandung terlalu sedikit air

dibandingkan dengan jumlah natrium. Konsentrasi natrium darah

biasanya meningkat secara tidak normal jika kehilangan cairan

melampaui kehilangan natrium, yang biasanya terjadi jika minum

terlalu sedikit air. Konsentrasi natrium darah yang tinggi secara tidak

langsung menunjukkan bahwa seseorang tidak merasakan haus

meskipun seharusnya dia haus, atau dia haus tetapi tidak dapat

memperoleh air yang cukup untuk minum.

Hipernatremia juga terjadi pada seseorang dengan:

fungsi ginjal yang abnormal

diare

muntah

61

demam

keringat yang berlebihan.

Hipernatremia paling sering terjadi pada usia lanjut. Pada

orang tua biasanya rasa haus lebih lambat terbentuk dan tidak begitu

kuat dibandingkan dengan anak muda. Usia lanjut yang hanya mampu

berbaring di tempat tidur saja atau yang mengalami demensia (pilkun),

mungkin tidak mampu untuk mendapatkan cukup air walaupun saraf-

saraf hausnya masih berfungsi.

Selain itu, pada usia lanjut, kemampuan ginjal untuk

memekatkan air kemih mulai berkurang, sehingga tidak dapat

menahan air dengan baik. Orang tua yang minum diuretik, yang

memaksa ginjal mengeluarkan lebih banyak air, memiliki resiko untuk

menderita hipernatremia, terutama jika cuaca panas atau jika mereka

sakit dan tidak minum cukup air. Hipernatemia selalu merupakan

keadaan yang serius, terutama pada orang tua. Hampir separuh dari

seluruh orang tua yang dirawat di rumah sakit karena hipernatremia

meninggal. Tingginya angka kematian ini mungkin karena penderita

juga memiliki penyakit berat yang memungkinkan terjadinya

hipernatremia.

Hipernatremia dapat juga terjadi akibat ginjal mengeluarkan

terlalu banyak air, seperti yang terjadi pada penyakit diabetes

insipidus. Kelenjar hipofisa mengeluarkan terlalu sedikit hormon

antidiuretik (hormon antidiuretik menyebabkan ginjal menahan air)

atau ginjal tidak memberikan respon yang semestinya terhadap

hormon. Penderita diabetes insipidus jarang mengalami hiponatremia

jika mereka memiliki rasa haus yang normal dan minum cukup air.

Tubuh kita ini adalah ibarat suatu jaringan listrik yang begitu

kompleks, didalamnya terdapat beberapa ‘pembangkit’ lokal seperti

jantung, otak dan ginjal. Juga ada ‘rumah-rumah’ pelanggan berupa

sel-sel otot. Untuk bisa mengalirkan listrik ini diperlukan ion-ion yang

akan mengantarkan ‘perintah’ dari pembangkit ke rumah-rumah

62

pelanggan. Ion-ion ini disebut sebagai elektrolit. Ada dua tipe

elektrolit yang ada dalam tubuh, yaitu kation (elektrolit yang

bermuatan positif) dan anion (elektrolit yang bermuatan negatif).

Masing-masing tipe elektrolit ini saling bekerja sama mengantarkan

impuls sesuai dengan yang diinginkan atau dibutuhkan tubuh.

2.3.5 Kerangka konsep

2.3.6 Kesimpulan

63

Imron, 40 thn

Terpajan sengatan matahari

Hipovolemia dan hipernatremia

Tidak minum

Intake air kurang

Penguapan air dalam tubuh meningkat

Imron, 40 tahun, mengalami hipovolemia dan hipernatremia akibat

intake air yang kurang dan penguapan air dalam tubuh yang meningkat.

Daftar Pustaka

64

Tamtari, Anas. 2008. Klien Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Muhiman, M. 1989. Penatalaksanaan Pasien di Intensive Care Unit. Bagian

Anestesiologi, FKUI. Jakarta. Daftar Pustaka.

Delp, MH. And Manning, RT. 1996. Major Diagnosis Fisik. EGC. Jakarta.

DeGowin, RL. And Brown, DD. 2000. Diagnostic Examination, 7th ed. Mc

Graw-Hill Co. New York.

Price dan Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Burnside, John W., dan Thomas J., Mc Glynn. 1995. Adams Diagnosis Fisik. 17th

ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Bates B. 1995. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. 2nd ed.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Cummins, R.O. 1997. Advanced Cardiac Life Support. American Hearth

Association. USA.

Muhiman, M. 1989. Penatalaksanaan Pasien di Intensive Care Unit. Bagian

Anestesiologi, FKUI. Jakarta.

Delp, MH. And Manning, RT. 1996. Major Diagnosis Fisik. EGC. Jakarta.

DeGowin, RL. And Brown, DD. 2000. Diagnostic Examination, 7th ed. Mc

Graw-Hill Co. New York.

65