kelompok 5 perizinan di daerah (1)

27
BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Pembukaan UUD 1945 menetapkan dengan tegas tujan kehidupan bernegara yang berdasarkan hukum, hal ini berarti bahwa hukum merupakan supermasi atau tiada kekuasaan lain yang lebih tinggi selain hukum. Upaya merealisasi Negara berdasarkan hukum dan mewujudkan kehidupan bernegara maka hukum menjadi pengarah, perekayasa, dan perancang bagaimana bentuk masyarakat hukum untuk mencapai keadilan. Berkaitan dengan hal tersebut perlu adanya pembentukan peraturan dimana harus disesuaikan dengan perkembangan masyarakat serta tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Salah satu regulasi yang dapat membantu peran kehidupan bernegara adalah aspek perizinan yang diberikan oleh Negara kepada masyarakat. Hukum perizinan mengatur beberapa aturan terkait izin yang dikeluarkan oleh Negara kepada rakyatnya. Hukum perizinan adalah merupakan bagian dari Hukum Administrasi Negara. Adapun yang dimaksud dengan perizinan adalah: melakukan perbuatan atau usaha yang sifatnya sepihak yang berada di bidang Hukum Publik yang berdasarkan wewenang tertentu yang berupa penetapan dari permohonan seseorang maupun Badan Hukum terhadap masalah yang dimohonkan. Sebelum adanya kebijakan Otonomi Daerah, maka kewenangan pemberian perizinan bidang usaha hampir seluruhnya menjadi otoritas Pemerintah Pusat yang sentralisasi. Disamping itu dalam suasana sentralisasi tersebut para pemohon peizinan (dunia usaha) juga harus menghadapi birokrasi yang berbelit-belit serta dibebani lagi dengan pungutan

Upload: erika-ginting

Post on 21-Jun-2015

175 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kelompok 5   perizinan di daerah (1)

BAB I       PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Pembukaan UUD 1945 menetapkan dengan tegas tujan kehidupan bernegara yang

berdasarkan hukum, hal ini berarti bahwa hukum merupakan supermasi atau tiada kekuasaan lain

yang lebih tinggi selain hukum. Upaya merealisasi Negara berdasarkan hukum dan mewujudkan

kehidupan bernegara maka hukum menjadi pengarah, perekayasa, dan perancang bagaimana

bentuk masyarakat hukum untuk mencapai keadilan. Berkaitan dengan hal tersebut perlu adanya

pembentukan peraturan dimana harus disesuaikan dengan perkembangan masyarakat serta tidak

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Salah satu regulasi yang

dapat membantu peran kehidupan bernegara adalah aspek perizinan yang diberikan oleh Negara

kepada masyarakat. Hukum perizinan mengatur beberapa aturan terkait izin yang dikeluarkan

oleh Negara kepada rakyatnya. Hukum perizinan adalah merupakan bagian dari Hukum

Administrasi Negara. Adapun yang dimaksud dengan perizinan adalah: melakukan perbuatan

atau usaha yang sifatnya sepihak yang berada di bidang Hukum Publik yang berdasarkan

wewenang tertentu yang berupa penetapan dari permohonan seseorang maupun Badan Hukum

terhadap masalah yang dimohonkan. Sebelum adanya kebijakan Otonomi Daerah, maka

kewenangan pemberian perizinan bidang usaha hampir seluruhnya menjadi otoritas Pemerintah

Pusat yang sentralisasi. Disamping itu dalam suasana sentralisasi tersebut para pemohon peizinan

(dunia usaha) juga harus menghadapi birokrasi yang berbelit-belit serta dibebani lagi dengan

pungutan biaya yang tidak tentu jumlahnya. Keadaan ini telah menimbulkan keluhan dan

kemandekan dalam dunia usaha yang tentunya secara langsung atau tidak langsung akan

berpengaruh pada perkembangan dan pertumbuhan pembangunan perekonomian bangsa.

Munculnya berbagai peraturan (regulasi) yang diterbitkan ditingkat pusat telah

membawa dampak negartif dalam menimbulkan kegairahan dunia usaha dan investasi di

Indonesia. Birokrasi yang berbelit-belit dan berbagai persyaratan yang memberatkan telah

menimbulkan ekonomi biaya tinggi (hight cost economic) hampir dalam setiap sektor kegiatan

usaha. Hal ini mengakibatkan efek negatif yang cukup besar seperti lambatnya perkembangan

dunia usaha yang diharapkan dapat membuka lapangan pekerjaan guna mengatasi jumlah

pengangguran yang terus membengkak. Selain itu ketersediaan produk barang dan jasa di pasar

juga sangat terbatas dengan harga yang cukup tinggi, yang pada gilirannya semua ini akan

mengakibatkan beban ekonomi dan hidup bagi masyarakat luas.

Page 2: Kelompok 5   perizinan di daerah (1)

IDENTIFIKASI MASALAH

1. Bagaimana fungsi dari perizinan di daerah?

2. Apakah tujuan dari perizinan di daerah?

3. Bagaimana implementasi hukum perizinan terhadap kegiatan usaha yang dilakukan oleh

masyarakat di daerah ?

Page 3: Kelompok 5   perizinan di daerah (1)

BAB II LANDASAN TEORI

IZIN (verguning), adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan Undang-

undang atau Peraturan Pemerintah  untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-

ketentuan larangan peraturan perundang-undangan. Jadi izin itu pada prinsipnya adalah sebagai

dispensasi atau pelepasan/ pembebasan dari suatu larangan (Adrian Sutedi, 2010, 168). Jadi

perizinan adalah suatu bentuk pelaksaanaan fungsi pengaturan dan fungsi pengaturan dan

bersifat pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan

oleh masyarakat.Perizinan ini dapat berbentuk pendaftaran, rekomendasi, sertifikasi, penentuan

kuota dan izin untuk melakukan suatu usaha yang biasanya harus dimiliki atau diperoleh oleh

suatu organisasi perusahaan atau seseorang sebelum yang bersangkutan dapat melakukan suatu

kegiatan atau tindakan.

Definisi izin menurut beberapa ahli, yaitu :

1.  Ateng Syarifudin

     Izin adalah sesuatu yang bertujuan menghilangkan larangan, hal yang dilarang menjadi

boleh.“Als opheffing van een algemene verbodsregel in het concrete geval” yang artinya sebagai

peniadaan ketentuan larangan umum dalam peristiwa konkret. (Adrian Sutedi, 2010, hal. 168).

2. Sjachran Basah

         Izin adalah perbuatan hukum administrasi Negara bersegi satu yang  mengaplikasikan

peraturan dalam hal konkrit berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ditetapkan  oleh

ketentuan peraturan perundang-undangan (Syahran Basah, 1995, hal. 3).

3.  E. Utrecht

          Bekenaan dengan izin ini beliau berpendapat bahwa “ Bila pembuat peraturan umumnya

tidak melarang suatu perbuatan, tetapi masih juga memperkenankannya asal saja diadakan secara

yang ditentukan untuk masing-masing hal konkret, keputusan administrasi Negara yang

memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin (vergunning) (E. Utrecht, 1957, hal.

187).

Page 4: Kelompok 5   perizinan di daerah (1)

4. Pasal 1 ayat (8,9) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006

Ayat (8), Izin adalah dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah berdasarkan

peraturan daerah atau peraturan lainnya yang merupakan bukti legalitas, menyatakan

syah atau diperbolehkannya seseorang atau badan untuk melakukan usaha atau kegiatan

tertentu.

 Ayat (9), perizinan adalah pemberian legalitas kepada sesorang atau pelaku usaha

kegiatan tertentu, baik dalam bentuk izin maupun daftar usaha.

            Dari uraian tentang izin diatas, yang pada dasarnya adalah sebagai keputusan

pejabat/badan tata usaha Negara yang berwenang, yang isinya atau sustansinya mempunyai

berbagai sifat, antara lain :

1.         Izin yang bersifat bebas.

2.         Izin yang bersifat terikat.

3.         Izin yang bersifat menguntungkan.

4.         Izin yang bersifat memberatkan

5.         Izin yang segera berakhir

6.         Izin yang berlangsung lama

7.         Izin yang bersifat pribadi

8.         Izin yang bersifat kebendaan

Perbedan dan Hubungan antara Izin, Lisensi, Konsesi dan Dispensasi

         

1.     Lisensi

            Pengertian lisensi secara umum adalah memberi izin, misalnya, izin menggunakan nama.

Kalau dizaman dahulu, di Eropa misalnya izin untuk mengelola jembatan.Ada juga izin untuk

tidak membayar pajak.Seperti itulah pengertian lisensi secara umum.

                        Lisensi itu bisa untuk produk atau merek di industry apapun.Jika dulu, lisensi

hanya sebatas produksi, sekarang sudah berkembang di semua industry.Industrinya mulai

pakaian, barang-barang elektronik, obat-obatan dan termasuk jasa sekalipun dapat dilisensikan

(Adrian Sutedi, 2010, hal. 176).

Page 5: Kelompok 5   perizinan di daerah (1)

2.      Konsesi

            Konsesi dalam kamus bahasa mengandung pengertian kelonggaran atau kemudahan

setelah melawati proses diplomasi atau diskusi. Oleh karena itu, politik konsesi menjadi bagian

wajar dari seni berpolitik itu sendiri ( Garin Nugroho, 2008, hal. 2).

            Dalam hal ini Van Vollenhoven juga  berpendapat bahwa :

“Konsesi adalah bilamana orang-orang partikulir setelah berdamai dengan pemerintah,

melakukan sebagian dari pekerjaan pemerintah”

                        Tujuan pemberian konsesi adalah untuk kesejahteraan umum, suatu usaha yang

dapat memenuhi kebutuhan rakyat banyak yang karena sesuatu dan lain sebab Pemeintah tidak

dapat melaksnakannya sendiri, misalnya karena kurangnya tenaga ahli yang imiliki oleh fihak

pemerintah untuk melaksanakan pembangunan suatu proyek dan sebagainya.

            Konsesi Menurut H.D. van Wijk, disampaikan    berikut :

“ De concessive figuur wordt gebruikt voor activiteiten van openbaar belang die de overhead

nietzelf verricht maar overlaat aan particuliere ondernemingen”. (H.D. van Wijk en Willem

Konijnenbelt, 1995, hal. 224). = “Bentuk konsesi terutama digunakan untuk berbagai aktivitas

yang menyangkut kepentingan umum, yang mampu dijalankan sendiri oleh pemerintah, lalu

diserahkan kepada perusahaan-perusahaan swasta”. 

                    

            Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsesi merupakan penetapan

yang memungkinkan konsensionaris mendapat dispensasi, izin, lisensi, dan juga semacam

wewenang pemerintahan yang memungkinkannya, misalnya membuat jalan, jembatan layang,

dan sebagainya. Pemberian konsesi haruslah dengan penuh kewaspadaan dan penghitungan yang

matang agar supaya tidak salah sasaran dan sejalan dengan tujuan pemberian konsesi.

3.      Dispensasi

  Pengertian Dispensasi ini disampaikan oleh W.K. Prins bahwa :

  “ Dispensasi adalah tindakan pemerintahan yang menyebabkan suatu peraturan

perundang-undangan menjadi tidak berlaku bagi sesuatu hal yang istimewa    (relaxation legis)”

( W.F. Prins dan R. Kosim Adisapoetra, 1983, hal. 72).

Page 6: Kelompok 5   perizinan di daerah (1)

  Demikian pula menurut Ateng Syafrudin, beliau menegaskan bahwa, dispensasi bertujuan

untuk menembus rintangan yang sebetulnya secara normal tidak diizinkan, jadi dispensasi berarti

menyisihkan pelarangan dalam hal yang khusus  ( relaxation legis).

  Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dispensasi (pelepasan/pembebasan) adalah

pernyataan dari pejabat administrasi yang berwenang, bahwa suatu ketentuan undang-undang

tertentu memang tidak berlaku terhadap kasus yang diajukan seseorang di dalam surat

permintaannya.

  Kalau kita amati akan  tampak jelas bahwa  dispensasi ini memang dimaksudkan sebagai

perkecualian yang sungguh-sungguh atas larangan sebagai aturan umum, yang diperkenankan

berhubungan erat dengan keadaan atau peristiwa secara khusus. Misalnya, diperkenankannya

seorang pegawai/ karyawan untuk tidak mengikuti apel pagi karena sakit, padahal apel pagi ini

adalah sesuatu yang diwajibkan oleh atasannya.

Elemen/ Unsur Perizinan

            Dari pemaparan panjang lebar tentang perizinan di atas dapat disimpulkan bahwa izin

adalah perbuatan pemerintah bersegi satu berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk

diterapkan pada peristiwa konkrit menurut prosedur dan persyaratan tertentu.

Dari pengertian tersebut Nampak adanya beberapa unsur dalam perizinan, yaitu :

1.      Wewenang;

2.      Sebagai bentuk ketetapan;

3.      Lembaga Pemerintah;

4.      Peristiwa konkrit;

5.      Proses dan prosedur;

6.      Persyaratan  tertentu;

7.      Waktu penyelesaian izin;

8.      Biaya perizinan;

9.      Pengawasan penyelenggaraan izin;

10.  Penyelesaian pengaduan dan sengketa;

11.  Sanksi, dan Hak dan kwajiban

Page 7: Kelompok 5   perizinan di daerah (1)

            Untuk lebih jelasnya berikut kami uraikan masing-masing unsur tersebut sebagai berikut :

1.      Wewenang

             Setiap tindakan hukum oleh pemerintah, utamanya dalam Negara hukum, baik itu dalam

menjalankan fungsi pengaturan maupun pelayanan, harus didasarkan pada wewenang yang

diberikan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sehingga tanpa wewenang jelas

bahwa tidak akan pernah dapat dibuat keputusan konkrit secara yuridis.

2.      Sebagai bentuk ketetapan

             Dalam Negara hukum modern, tugas dan kewenangan pemerintah tidak hanya sekedar

menjaga ketertiban dan keamanan (rust en orde), tetapi juga mengupayakan kesejahteraan umum

(bestuurszorg).Tugas dan kewenangan pemerintah untk menjaga ketertiban dan keamanan

merupakan tugas klasik yang sampai kini masih dipertahankan.

             Dalam rangka tugas inilah maka epada pemerintah diberikan wewenang dalam bidang

pengaturan, yang dari fungsi pengatran ini  muncul beberpa instrument yuridis untk menghadapi

peristiwa individual dan konkrit, ketetapan ini merupakan ujung tombak dari instrumen hukum

dalam penyelenggaraan pemerintahan.  (Sjachran Basah, 1995, hal. 2).

3.      Lembaga Pemerintah

              Lembaga atau kelembagaan, secara teoritis adalah suatu rule of the game yang mengatui

dapat r tindakan dan menentukan apakah suatu organisasi dapat berjalan secara efisien dan

efektif (North, 2009, hal. 49).   Dengan demikian tata kelembagaan dapat menjadi pendorong

(enabling) pencapaian keberhasilan dan sekaligus juga bila tidak tepat dalam menata, maka akan

menjadi penghambat (Contraint) tugas-tugas termasuk tugas penyelenggaraan perizinan

tehadapa segala sesuatu yang memerlukan izin dari pemerintah/ Negara.

            

4.      Peristiwa konkrit

            Disebutkan bahwa izin merupakan instrument yuridis yang berbentuk ketetapan, yang

digunakan oleh pemerintah dalam menghadapi peristiwa konkrit dan individual.

            Peristiwa konkrit artinya yang terjadi pada waktu tertentu, orang tertentu, tempat tertentu,

dan fakta hukum tertentu.Karena peristiwa konkrit ini beragam, izinpun juga beragam. Izin yang

Page 8: Kelompok 5   perizinan di daerah (1)

jenisnya beragam itu dibuat dalam proses yang cara prosedurnya tergantung  dari kewenangan

pemberi izin, macam izin dan struktur organisasi instansi yang menerbitkannya.

5.      Proses dan prosedur

                        Proses dan prosedur perizinan dapat meliputi prosedur pelayanan perizinan,

proses penyelesaian perizinan yang merupakan proses penyelesaian perizinan yang dilakukan

oleh aparat/petugas. Dalam setiap tahapan pekerjaan tersebut, masing-masing pegawai dapat

mengetahui peran masing-masing dalam proses penyelesaian perizinan. (Andrian Sutedi,

SH,MH, hal. 185)

                        Secara umum permohonan izin itu harus menempuh prosedur tertentu yang

ditentukan oleh pemerintah, selaku pemeri izin.Di samping itu pemohon juga harus memenuhi

persyaratan-persyaratan tertentu yang ditentukan oleh pemerintah/ penguasa sebagai pemberi

izin yang ditentukan secara sefihak.Prosedur dan persyaratan perizinan itu berbeda-beda

tergantung jenis izin, tujuan izin dan instansi pemberi izin, yaitu instansi mana, bisa pemerintah

daerah atau pusat.

                        Selanjutnya beberapa hal yang yang berhubungan dengan pelaksanaan perizinan,

lack of competencies akan dijelaskan sebagai berikut :

a.         Proses perizinan membutuhkan adanya pengetahuan tidak hanya sebatas aspek legal dari

proses perizinan, tetapi lebih jauh dari itu. Misalnya untuk memberi izin, pihak pelaksana juga

harus mempertimbangkan dampak yang akan ditimbulkan dari izin tersebut.

b.         Proses  perizinan memerlukan dukungan keahlian aparatur tidak hanya dalam hal

mengikuti tata urutan prosedurnya, tetapi juga hal-hal lain yang sangat mendukung kelancaran

proses perizinan itu sendiri.

c.         Proses perizinan tidak terlepas dari interaksi antara pemohon dengan pemberi izin. Dalam

interaksi tersebut terkadang muncul perilaku yang menyimpang, baik yang dilakukan oleh

aparatur maupun yang dipicu oleh kepentingan bisnis pelaku usaha, sehingga aparatur pelaksana

perizinan dituntut untuk memiliki perilaku yang positif dengan tidak memanfaatkan situasi demi

kepentingan pribadi. Ini semata-mata demi terciptanya good governance.

Page 9: Kelompok 5   perizinan di daerah (1)

              Dari uraian diatas jelas bahwa, inti dari regulasi dan deregulasi prose perizinan adlah

pada tata cara dan prosedur perizinan. Untuk itu maka isi regulasi dan deregulasi haruslah

memenuhi nilai-nilai :

1.  Sederhana;

2. Jelas;

3. Tidak melibatkan banyak fihak

4. Meminimalkan kontak fisik antar fihak yang melayani dengan fihak yang dilayani

5. Memliki prosedur operasional standar, dan wajib dikomunikasikan secara luas.

6.       Persyaratan  Tertentu

             Persyaratan merupakan hal yang harus dipenuhi oleh pemohon untuk meperoleh izin

yang dimohonkan.Persyaratan-persyaratan tersebut beupa dokumen atau surat-surat

kelengkapan. Dalam regulasi dan deregulasi, persyaratan dalam proses perizinan setidaknya

memenuhi kriteria sebagai berikut :

a.         Tertulis dengan jelas

Regulasi akan sulit terlaksana dengan baik tanpa tertulis dengan jelas.

b.      Memungkinkan untuk dipenuhi

Karena itulah maka perizinan harus berorientasi pada pada azas kemudahan untuk dilaksanakan

oleh si pemohon izin.

c.       Berlaku universal

Perizinan hendaknya tidak menimbulkan efek diskriminatif, tapi harus inklusif dan universal.

b.      Memperhatikan spesifikasi teknis dan aspek lainnya yang terkait.

7.  Waktu penyelesaian izin

              Waktu penyelesaian izin harus ditentuakan oleh instansi yang bersangkutan.Waktu

penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan perizinan sampai dengan

penyelesaian izin.

Page 10: Kelompok 5   perizinan di daerah (1)

8.     Biaya perizinan

           Untuk penetapan besarnya biaya pelayanan izin, harus memperhatikan hal-hal sebagai

berikut : 

a.       Rincian biaya harus jelas untuk setiap perizinan, khususnya yang memerlukan tindakan

seperti penelitian, pemeriksaan, pengukuran serta pengajuan.

b.      Ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan atau dan memperhatikan prosedur sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pembiayaan menjadi hal yang mendasar dari pengurusan perizinan.Namun , perizinan sebagai

bagian dari kebijakan pemerintah untuk mengatur aktivitas masyarakat sudah seharusnya

memenuhi sifat-sifat sebagai public good. Dengan demikian, meskipun terdapat pembiayaan,

sesungguhnya bukan untuk sebagai alat budgetaire Negara. Oleh karena itulah, maka harus

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a.       Disebutkan dengan jelas;

b.      Terdapat (mengikuti) standar nasional;

c.       Tidak ada pengenaan biaya lebih dari sekali untuk setiap obyek (syarat) tertentu;

d.      Perhitungan didasarkan pada tingkat real cost (biaya yang sebenarnya);

e.       Besarnya biaya diinformasikan secara luas (Andrian Sutedi, SH,MH, hal. 188)

9.       Pengawasan Penyelenggaraan Izin

          Mencermati kondisi saat ini, bahwa kinerja pelayanan perizinan ternyata masih perlu

ditingkatkan agar menjadi lebih baik.Itu artinya bahwa pelayanan perizinan pemerintah masih

buruk.Mengapa ?.

          Buruknya pelayanan perizinan ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :

a.     Tidak ada system insentif untuk malakukan perbaikan;

Page 11: Kelompok 5   perizinan di daerah (1)

b.     Buruknya tingkat pengambilan inisiatif dalam pelayanan perizinan, yang ditandai dengan

dengan tingkat ketergantungan yang tinggi pada aturan formal (rule driven) dan petunjuk

pimpinan.

c.     Budaya aparatur yang masih kurang disaiplin dan sering melanggar aturan;

d.    Budaya paternalistic yang tinggi, artinya aparat menempatkan pimpinan sebagai prioritas

utama, bukan kepentingan masyarakat.

10.       Penyelesaian Pengaduan dan Sengketa

a.    Pengaduan

b.      Sengketa

11.       Sanksi

          Sebagai produk kebijakan public, regulasi dan deregulasi perizinan di Indonesia ke depan

perlu memperhatikan materi sanksi dengan criteria sebagai berikut :

a.         Disebutkan secara jelas terkait dengan unsure-unsur yang dapat diberi sanksi dan sanksi

apa yang akan diberikan;

b.      Jangka waktu pengenaan sanksi disebutkan;

c.      Mekanisme penggunaan sanksi (Adrian Sutedi, SH.,MH. Hal. 192)  

12.       Hak dan Kewajiban

          Hak dan Kewajiban antara pemohon dan instansi pemberi izin harus tertuang dalam

regulasi dan deregulasi perizinan di Indonesia.

          Dalam hal ini harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a.    Tertulis dengan jelas.

b.    Seimbang antar para pihak.

c.    Wajib dipenuhi oleh para pihak.

Page 12: Kelompok 5   perizinan di daerah (1)

          Di dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2009, tentang Pelayanan Publik juga

dikemukakan hak dan kewajiban masyarakat (yang memohon izin) dan instansi pemberi

pelayanan perizinan.

Page 13: Kelompok 5   perizinan di daerah (1)

BAB III PEMBAHASAN MASALAH

Fungsi Pemberian Izin

Ketentuan tentang perizinan mempunyai dua fungsi, yaitu :

a.     Fungsi penertib

b.     Fungsi pengatur.

Tujuan Pemberian Izin

            Secara umum tujuan dan fungsi dari perizinan adalah untuk pengendalian dari pada

aktivitas pemerintah dalam hal-hal tertentu dimana ketentuannya berisi pedoman-pedoman yang

harus dilaksanakan oleh baik yang berkepentingan ataupun oleh pejabat yang berwenang.

Adapun tujuan Perizinan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu :

a.       dari sisi pemerintah;

b.      dari sisi masyarakat.

            Lebih lanjut untuk masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut :

a.      Dari Sisi Pemerintah

           Dari sisi pemerintah, tujuan pemberian izin itu adalah sebagai berikut :

         Untuk melaksanakan peraturan

            Apakah ketentuan-ketentuan yang termuat dalam peraturan tersebut sesuai dengan

kenyataan dalam praktiknya atau tidak, dan sekaligus untuk mengatur ketertiban.

          Sebagai sumber pendapatan daerah.

Dengan adanya permohonan izin , maka secara langsung pendapatan pemerintah akan

bertambah, karena setiap izin yang dikeluarkan, pemohon harus membayar retribusi lebih

dahulu. Dampaknya semakin banyak pula pendapatan dibidang retribusi yang tujuan akhirnya

akhirnya adalah untuk biaya pembangunan.  

Page 14: Kelompok 5   perizinan di daerah (1)

b.      Dari Sisi Masyarakat

Dari sisi masyarakat, tujuan pemberian izin itu adalah sebagai berikut :

         Untuk adanya kepastian hukum;

         Untuk adanya kepastian hak

         Untuk mudahnya mendapatkan fasilitas.

Suatu misal dalam hal Izin Mendirikan Bangunan (IMB), tujuan dari Izin Mendirikan Bangunan

(IMB) ini adalah untuk melindungi kepentingan pemerintah maupun kepentingan masyarakat

yang ditujukan atas kepentingan hak atas tanah.

Berkaitan dengan hal-hal yang terlah dipaparkan di atas, pelaksanaan otonomi daerah

dimaksudkan untuk memberikan ruang yang cukup besar bagi daerah baik tingkat Provinsi

maupun daerah Kabupaten/Kota untuk mengembangkan potensi daerah, serta pelayanan

masyarakat guna mewujudkan kesejahteraan yang nyata bagi masyarakat. Dengan otonomi

daerah maka terjadi perubahan paradigma dari pemerintahan yang sentralistik menjadi

paradigma desentralisasi.

Penguatan otorisasi Pemerintah Daerah melalui kebijakan otonomi daerah akan menghasilkan

kemajuan demokrasi di tingkat lokal, yang menciptakan suasana keterbukaan informasi dan

pelayanan Pemerintah Daerah kepada masyarakat. Di samping itu paradigma desentralisasi juga

telah menumbuhkan kepekaan masyarakat untuk menuntut kualitas pelayanan publik (Public

Service) yang merupakan kewajiban dari Pemerintah Daerah yang diimplementasikan melalui

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada di setiap lingkungan Pemerintah Daerah.

Melalui penerbitan regulasi peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar otonomi daerah

yang dimulai sejak Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang

selanjutnya dirubah dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 dan saat ini juga telah

mengalami perubahan melalui Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 menjadi landasan yuridis

formal dalam pengelolaan Pemerintah Daerah.

Salah satu hal penting dalam pelaksanaan otonomi daerah yang sering menjadi sorotan adalah

sejauh mana kebijakan otonomi daerah dapat memberikan peningkatan kualitas dan efektivitas

Page 15: Kelompok 5   perizinan di daerah (1)

fungsi-fungsi pelayanan publik termasuk pelayanan perizinan usaha dapat mendorong

perkembangan kehidupan investasi dan dunia usaha di daerah.

 

Otonomi Daerah dan Pelayanan Publik

Amanat konstitusi (UUD 1945) bahwa tujuan didirikannya Negara Kesatuan Republik indonesia,

antara lain adalah untuk memajukan kesejahteraan umun dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Melalui amanat tersebut dapat dimaknai bahwa negara berkewajiban memenuhi kebutuhan setiap

warga negara melalui suatu sistem pemerintahan yang mendukung terciptanya penyelenggaraan

pelayanan publik yang prima dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar dan hak sipil setiap

warga negara atas barang publik, jasa publik, dan pelayanan administratif.

Secara yuridis formal program pelayanan publik telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Menurut Pasal 1 angka 1 UU No.25 Tahun 2009 yang

dimaksud dengan pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka

pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap

warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan

oleh penyelenggara pelayanan publik.

Penyelenggara pelayanan publik adalah setiap institusi penyelenggara negara, korporasi,

lembaga independen yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang untuk kegiatan pelayanan

publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.

Harus diakui bahwa permasalahan pelayanan publik masih sesuatu yang perlu pembenahan

secara serius dan terus-menerus. Penyelenggaraan pelayanan publik masih dihadapkan pada

kondisi yang belum sesuai dengan kebutuhan dan pembahasan di berbagai bidang kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kondisi tersebut bisa disebabkan oleh ketidaksiapan

untuk merespon terjadinya transformasi nilai yang berdimensi luas serta dampak berbagai

masalah pembangunan yang kompleks. Sementara itu, tatanan baru masyarakat Indonesia

dihadapkan pada harapan dan tantangan global yang dipicu oleh kemajuan di bidang ilmu

pengetahuan, informasi, komunikasi, transportasi, investasi dan perdagangan.

Terjadinya perubahan dan pergeseran nilai yang cukup dinamis dalam masyarakat maka perlu

adanya respon dan penyikapan yang tepat dan bijak melalui langkah kegiatan yang terus-

menerus dan berkesinambungan untuk membangun kepercayaan masyarakat guna mewujudkan

tujuan pembangunan nasional.

Page 16: Kelompok 5   perizinan di daerah (1)

Melalui Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009, maka penyelenggaraan pelayanan publik

diselenggarakan berasaskan yaitu

a.       Asas Kepentingan Umun, artinya bahwa pemberian pelayanan publik tidak boleh

mengutamakan kepentingan pribadi dan/atau golongan.

b.      Asas Kepastian Hukum, artinya bahwa pemberian pelayanan publik harus memberikan

jaminan terwujudnya hak dan kewajiban dalam penyelenggaran pelayanan.

c.       Asas Kesamaan Hak, artinya bahwa pemberian pelayanan publik tidak membedakan suku,

ras, agama, golongan, gender, dan status ekonomi.

d.      Asas Keseimbangan Hak dan Kewajiban, artinya bahwa pemberian pelayanan publik

dilaksanakan dengan pemenuhan hak harus sebanding dengan kewajiban yang harus

dilaksanakan, baik oleh pemberi maupun penerima layanan.

e.       Asas Keprofesionalan, artinya bahwa pelaksanaan pelayanan harus memiliki kompetensi

yang sesuai dengan bidang tugas.

f.       Asas Partisipatif, artinya bahwa pemberian pelayanan publik harus memperhatikan

peningkatan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan dengan

memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan masyarakat.

g.      Asas Persamaan Perlakuan / Tidak Diskriminatif, artinya bahwa etiap warga negara berhak

memperoleh pelayanan yang adil.

h.      Asas Keterbukaan, artinya bahwa setiap penerima pelayanan dapat dengan mudah

mengakses dan memperoleh informasi mengenai pelayanan yang diinginkan.

Page 17: Kelompok 5   perizinan di daerah (1)

i.        Asas Akuntabilitas, artinya bahwa proses penyelenggaraan pelayanan harus dapat

dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

j.        Asas Fasilitas dan Perlakuan Khusus bagi Kelompok Tertentu, artinya bahwa perlu adanya

pemberian kemudahan terhadap kelompok rentan sehingga tercipta keadilan dalam

pelayanan.

k.      Asas Ketepatan Waktu, artinya bahwa penyelesaian setiap jenis pelayanan dilakukan tepat

waktu sesuai dengan standar pelayanan.

l.        Asas Kecepatan, Kemudahan, dan Keterjangkauan, artinya bahwa setiap jenis pelayanan

dilakukan secara cepat, mudah dan terjangkau.

Pelayanan Perizinan dan Otonomi Daerah

Deregulasi perizinan di Indonesia pasca otonomi daerah sebenarnya telah dilakukan

melalui berbagai instrumen kebijakan. Namun disadari bahwa dalam tubuh birokrasi, khususnya

menyangkut pelaksanaan pelayanan perizinan masih ada beberapa permasalah yang ditemukan

yang secara langsung maupun tidak langsung sangat mempengaruhi tingkat kualitas pelayanan

perizinan kepada masyarakat (dunia usaha). Beberapa kelemahan tersebut antara lain

menyangkut kualitas pelayanan, pengeluaran biaya yang tidak pasti, budaya elitis lokal,

rendahnya mutu Sumber Daya Manusia (SDM) dan terbatasnya sarana dan prasarana.

Disamping itu masih ditemukan adanya peraturan yang tumpang tindih, moral hazard,

dan masih terciumnya aroma bahwa dalam setiap urusan pelayanan perizinan selalu terkait

dengan praktek suap (KKN) dan inkonsistensi dalam pelaksanaan prinsi-prinsip Good

Governance secara komprehensif. Oleh karena itu dalam mengatasi berbagai permasalahan dan

kelemahan-kelemahan tersebut diatas, maka penyempurnaan pengaturan pelayanan perizinan

oleh pemerintah daerah.

Salah satu contoh, Sejak Tahun 1999 melalui otonomi daerah terjadi penguatan

kewenangan daerah dalam pemberian izin penanaman modal di daerah. Namun melalui Keppres

Nomor 29 Tahun 2004 pemerintah pusat melakukan tindakan inkosisten dengan menarik

kembali kewenangan pemberian pelayanan persetujuan, perizinan dan fasilitas penanaman modal

Page 18: Kelompok 5   perizinan di daerah (1)

dalam rangka PMA dan PMDN kembali ditangani pemerintah pusat pada BKPM melalui sistem

Pelayanan Satu Atap.

Menurut Pasal 6 Keppres Nomor 29 Tahun 2004 disebutkan bahwa Kepala BKM dalam

melaksanakan sistem Pelayanan Satu Atap berkoordinasi dengan instansi yang membina bidang

usaha penanaman modal. Dengan dikeluarkannya UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah, maka kewenangan daerah di bidang penanaman modal adalah dalam penyelenggaraan

pelayanan administratif penanaman modal, dan ketentuan tersebut tidak ada penjelasan secara

detail. Permasalahan yang membelit birokrasi pelayanan perizinan di daerah akan memberikan

resistensi yang semakin besar apabila tidak diperbaiki secara menyeluruh. Hal ini juga akan

berpengaruh dampak besar kepada rendahnya keinginan dunia usaha untuk menanamkan modal

atau berinvestasi di suatu daerah.

Page 19: Kelompok 5   perizinan di daerah (1)

BAB IV PENUTUP

Permasalahan yang membelit birokrasi pelayanan perizinan yang terjadi sebelum dan

sesudah otonomi daerah seharusnya dapat diatasi untuk menumbuhkan iklim investasi yang sehat

dan dinamis guna mendorong perkembangan pembangunan perekonomian bangsa.

Seiring dengan era otonomi daerah, maka seygianya urusan pelayanan perizinan

sepenuhnya dilimpahkan kepada pemerintah daerah sebagai daerah tujuan investasi dunia usaha

sehingga kehadiran dunia usaha di daerah juga dapat mendorong kemajuan ekonomi dan

kesejahteraan kehidupan masyarakat di daerah.