kelompok 3, sosiologi fisip unair

24
Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012 Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam BAB IV INTERPRETASI TEORITIK 4.1 Emile Durkheim Emile Durkheim (1859-1917), Profesor Sosiologi pertama dari Universitas Paris, mengambil pendekatan kolektivitas terhadap pemahaman mengenai masyarakat yang melibatkan berbagai bentuk solidaritas. Solidaritas dalam berbagai lapisan masyarakat bekerja seperti "perekat sosial". Dalam hal ini dapat berupa, nilai, adat istiadat, dan kepercayaan yang dianut bersama oleh anggota masyarakat dalam ikatan kolektif. Durkheim membagi kelompok masyarakat ke dalam solidaritas mekanis dan solidaritas organis: 1. Solidaritas Mekanis Solidaritas yang terbangun antara sesama manusia yang didasari akar- akar humanisme serta besarnya tanggung jawab dalam kehidupan sesama. Solidaritas tersebut mempunyai kekuatan sangat besar dalam membangun kehidupan harmonis antara sesama. Karena itu, landasan solidaritas tersebut lebih bersifat lama dan tidak temporer. Solidaritas mekanis merupakan ciri yang menandai masyarakat yang masih sederhana, yang oleh Durkheim dinamakan segmental. Dalam masyarakat demikian kelompok kelompok manusia tinggal secara tersebar dan hidup terpisah satu dengan lainnya. Masing masing kelompok dapat memenuhi kebutuhan mereka tanpa memerlukan bantuan atau kerja sama dengan kelompok luarnya. Masing masing anggota pada umumnya dapat menjalankan peranan yang diperankan oleh anggota lain, pembagian kerja

Upload: truongdan

Post on 12-Jan-2017

265 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR

Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012

Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam

BAB IV

INTERPRETASI TEORITIK

4.1 Emile Durkheim

Emile Durkheim (1859-1917), Profesor Sosiologi pertama dari

Universitas Paris, mengambil pendekatan kolektivitas terhadap pemahaman

mengenai masyarakat yang melibatkan berbagai bentuk solidaritas. Solidaritas

dalam berbagai lapisan masyarakat bekerja seperti "perekat sosial". Dalam hal ini

dapat berupa, nilai, adat istiadat, dan kepercayaan yang dianut bersama oleh

anggota masyarakat dalam ikatan kolektif. Durkheim membagi kelompok

masyarakat ke dalam solidaritas mekanis dan solidaritas organis:

1. Solidaritas Mekanis

Solidaritas yang terbangun antara sesama manusia yang didasari akar-

akar humanisme serta besarnya tanggung jawab dalam kehidupan sesama.

Solidaritas tersebut mempunyai kekuatan sangat besar dalam membangun

kehidupan harmonis antara sesama. Karena itu, landasan solidaritas tersebut lebih

bersifat lama dan tidak temporer. Solidaritas mekanis merupakan ciri yang

menandai masyarakat yang masih sederhana, yang oleh Durkheim dinamakan

segmental. Dalam masyarakat demikian kelompok – kelompok manusia tinggal

secara tersebar dan hidup terpisah satu dengan lainnya. Masing – masing

kelompok dapat memenuhi kebutuhan mereka tanpa memerlukan bantuan atau

kerja sama dengan kelompok luarnya. Masing – masing anggota pada umumnya

dapat menjalankan peranan yang diperankan oleh anggota lain, pembagian kerja

Page 2: Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR

Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012

Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam

belum berkembang. Peranan semua anggota sama sehingga ketidakhadiran

seorang anggota kelompok tidak mempengaruhi kelangsungan hidup kelompok

karena peranan anggota tersebut dapat dijalankan orang lain. Kohesi sosial yang

terjadi berdasarkan ketergantungan individu dalam masyarakat juga lebih maju

terhadap satu sama lain. Di kalangan masyarakat industri pembagian tenaga kerja

pun meningkat. Meskipun individu melakukan tugas yang berbeda dan sering

memiliki nilai dan kepentingan yang berbeda.

2. Solidaritas Organis

Bentuk hubungan antarsesama selalu dilandaskan pada hubungan sebab

akibat (kausalitas), bukan pada kesadaran akan nilai-nilai kemanusiaan. Hubungan

yang terjalin lebih bersifat fungsional sehingga lebih temporer sifatnya. Pada

tataran lebih luas, bisa saja solidaritas yang terbangun di dalamnya didasarkan

pada kacamata niaga, yang di dalamnya berlaku

hukum untung rugi. Solidaritas Organis merupakan bentuk solidaritas yang

mengikat masyarakat kompleks, masyarakat yang telah mengenal pembagian

kerja yang rinci dan dipersatukan oleh kesalingtergantungan antar bagian. Tiap

anggota menjalankan peranan berbeda dan diantara berbagai peranan yang ada

terdapat kesalingtergantungan laksana kesalingtergantungan antara bagian –

bagian suatu organisme biologis. Karena adanya saling tergantungan ini maka

ketidakhadiran pemegang peranan tertentu akan mengakibatkan gangguan pada

kelangsungan hidup masyarakat.

Berdasarkan teori yang dikemukakan Emile Durkheim, penelitian ini

menyimpulkan tipe masyarakat Desa Panglungan melalui analisis dengan

Page 3: Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR

Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012

Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam

menggunakan 2 variabel yakni variabel solidaritas sosial dan variabel kontrol

sosial.

Solidaritas Sosial

No. Kategori Frekuensi %

1 Rendah 0 0

2 Sedang 8 8

3 Tinggi 92 92

Jumlah 100 100

Data yang disajikan dalam tabel di atas menginformasikan variabel

solidaritas sosial dan melalui tabel tersebut merepresentasikan solidaritas

masyarakat Desa Panglungan ditinjau dari interaksi antar sesama warga dalam

melakukan kegiatan dan aktivitas sehari-hari. Interaksi yang dilakukan

menyangkut tentang kedekatan dengan tetangga dan kegiatan yang diikuti di

lingkungan sekitar.

Solidaritas sosial di Desa Panglungan tergolong tinggi. Hal ini dapat

dilihat dari saling mengenalnya antar tetangga, keluarga tetangga; sering

berkunjungnya ke rumah tetangga; respon terhadap tetangga yang sakit,

meninggal, terkena musibah; keikutsertaan apabila tetangga mengadakan hajatan

dengan menyumbangkan tenaga, uang, dan lain-lain; serta keiikutsertaan pada

kegiatan yang ada di desa seperti arisan, pengajian, siskamling, kerja bakti, dan

melayat jika ada tetangga meninggal. Tetapi kegiatan siskamling di Desa

Panglungan sudah mulai tergeser modernisasi yang sudah mulai memasuki

Page 4: Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR

Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012

Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam

kehidupan masyarakat Desa Panglungan. Siskamling hanya diaadakan apabila ada

acara/kegiatan warga Panglungan saja.

Selain data diatas ditemukan bukti lain yakni dari hasil Indepth Interview

kepada salah satu petani yang tergolong miskin di desa Panglungan yaitu Ibu

Ismini. Dari hasil wawancara mendalam tersebut ditemukan bahwa solidaritas

antar tetangga di desa tersebut masih tinggi yakni apabila responden tersebut

membutuhkan bantuan berupa tenaga maupun materi tetangga sekitar rumah

responden sering membatu. Dan bukti lainnya dari salah seorang petani kaya di

desa Panglungan yaitu Ibu Endang, Beliau sering membantu warga sekitar apabila

membutuhkan bantuan dan apabila Beliau sedang panen Beliau mengambil tenaga

kerja dari warga sekitar. Meskipun Beliau kaya warga sekitar juga ikut merasakan

keberhasilan Ibu Endang.

Dari data yang terkumpul, Desa Panglungan tergolong pada desa yang

memiliki sosidaritas mekanis dengan ciri-ciri yang dikemukakan Emile Durkheim.

Terlihat dari respon positif warga saat ada tetangga yang mempunyai hajat,

mereka akan datang berbondong-bondong, membawa bingkisan dan membantu

mempersiapkan acara. Jika ada yang membutuhkan bantuan uang, mereka akan

meminjami tanpa memungut bunga dan saat ada tetangga yang meninggal dunia

mereka akan dengan kesadaran diri membantu mempersiapkan prosesi

pemakaman serta membantu secara materi.

Page 5: Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR

Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012

Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam

Gambar: Warga Desa Panglungan saat kerja bakti.

Penggolongan masyarakat Desa Panglungan ke dalam masyarakat yang bertipe

solidaritas mekanilas dapat dilihat pula dari pembagian-pembagian pekerjaan

yang ada dalam masyarakat tersebut yang sebagian besar masih bergerak di

dalam sektor pertanian atau perkebunan atau dengan kata lain masyarakat di desa

ini masih memiliki pembagian pekerjaan yang relatif homogen. Solidaritas yang

mekanis dalam masyarakat desa ini juga dapat dilihat dari tingkat kesolid-an

masyarakatnya yang cukup tinggi yang diwujudkan melalui saling menjaga

hubungan kerukunan antara anggota satu dengan anggota yang lainnya dengan

melalui berbagai bentuk kegiatan-kegiatan sosial yang diadakan rutin dan

senantiasa diikuti oleh seluruh warga seperti halnya kegiatan kerja bakti/bersih

desa, siskamling dan pengajian rutin. Disamping itu, masyarakat Desa Panglungan

juga menunjukkan solidaritasnya dengan saling membantu jika ada anggota warga

lain yang sedang memiliki acara hajatan. Bantuan yang mereka berikan pun

bervariasi karena tidak ada ketentuan-ketentuan tertentu dalam memberikan

Page 6: Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR

Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012

Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam

bantuan. Begitu juga jika ada tetangga yang meninggal dunia, warga lain secara

kesadaran langsung membantu tetangga yang ditinggalkan dengan melayat,

memberi bantuan materi serta ikut membantu dalam proses pemakamannya.

Selain itu, jika ada tetangga atau sanak saudara yang membutuhkan bantuan

berupa uang masyarakat Desa Panglungan kembali menunjukkan solidaritasnya

dengan meminjamkan uang tanpa bunga dan memberikannya tanpa pamrih.

Variabel kontrol sosial juga menunjukkan bahwa masyarakat Desa

Panglungan termasuk ke dalam tipe masyarakat dengan solidaritas mekanis. Hal

ini dapat dibuktikan dari masyarakatnya dalam menjaga ketertiban dan keamanan

lingkungan dengan menggunakan kontrol sosial dengan bentuk sanksi yang telah

disepakati sebelumnya melalui kekeluargaan. Namun apabila cara kekeluargaan

masih belum menyelesaikan masalah maka masalah tersebut dilaporkan ke pihak

yang berwajib.

4.2 Max Weber

Maximilian Weber (Efurt, Jerman, 21 April 1864) adalah seorang ahli

ekonomi politik dan sosiolog dari Jerman yang dianggap sebagai salah satu

pendiri ilmu sosiologi dan administrasi negara modern. Dalam teorinya, Weber

mengemukakan 4 tindakan sosial, yaitu :

a. Zweck – Rasional intrumental

b. Wert- Rasional orientasi nilai

c. Affectual - afeksi

d. Traditional

Page 7: Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR

Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012

Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam

Pada pengembangannya, yang dibahas adalah Zweck – Rational atau lebih

disebut sebagai Tindakan Rasional dan tipe tindakan tradisional. Karena kedua

tipe ini dapat memunculkan perbedaan mendasar ketika mengkategorikan

tindakan-tindakan dari masyarakat.

1. Masyarakat yang berorientasi Tradisional

Dalam teori ini, Weber menyebut bahwa masyarakat ini dalam

tindakannya selalu berorientasi pada hal – hal yang berbau tradisi (suatu kebiasaan

bertindak yang terbentuk dari masa lampau). Tindakannya dilandaskan pada

hukum-hukum normatif yang ditetapkan oleh masyarakat yang dialkukan secara

turun temurun mapun kebiasaan masa lalu yang dipelopori oleh nenek moyang.

Di dalam masyarakat ini berkembang suatu bentuk authority (

kemampuan mencapai tujuan-tujuan tertentu yang diterima secara formal) dan

power. Power dikonsepkan sebagai kemampuan mempengaruhi orang lain.

Sehingga berkembanglah istilah patriakhalisme dan patrimonialisme. Tipe

kepemimpinan “patriakhalisme” adalah kepemimpinan yang wewenang serta

kekuasannya didasarkan pada senioritas. Sehingga yang lebih senior memiliki

kedudukan yang lebih tinggi. Sedangkan “patrimonialisme” adalah tipe

kepemimpinan yang mengharuskan sang pemimpin bekerja sama dengan kerabat-

kerabatnya atau dengan orang-orang yang terdekat.

Selain itu juga muncul tipe kepemimpinan kharismatik. Tipe ini bukan

merupakan tipe kepemimpinan tradisional ataupun rasional. Melainkan

kepemimpinan yang berdasarkan suatu keabsahan yang sebenarnya bersifat

irasional. Kepemimpinan yang seperti ini akan bergantung pada sejauh mana

Page 8: Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR

Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012

Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam

kharisma dari pemimpin tersebut masih aktif dan dapat bertahan di mata

masyarakatnya.

2. Masyarakat yang Berorientasi Rasional

Di dalam masyarakat yang berpedoman kepada rasionalitas ini hukum-

hukum yang disusun secara rasional dijadikan pedoman utama setiap tindakan

sosial. Selain itu juga terjadi penyusutan tradisi,sehingga tradisi dianggap sebagai

suatu hal yang kuno dan irrasional.

Setiap tindakan sosial dari masyarakat rasional selalu bertolak dari pilihan-pilihan

secara rasional atas sarana atau alat yang dinilai paling efektif unuk mencapai

tujuan yang diinginkan secara maksimal. Di dalam masyarakat ini, berkembang

hukum-hukum ekonomi yang menginginkan pencapaian tujuan dalam jumlah

maksimal dengan menekan pengeluaran daya serta dana seminimal mungkin. Dan

berkembang pula rasionalisme teknologis, yaitu suatu pendayagunaan alat/sarana

yang digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Demikian menurut Weber, keabsahan authority dalam masyarakat yang

berorientasi rasional ini juga akan didasarkan pada hukum-hukum yang disusun

secara rasional, kepada keahlian tertentu, kepada pembagian pekerjaan, dan

kepada hierarkhi kekuasaan. Sementara itu , penunjukkan serta pengangkatan

pemimpin akan mendasarkan diri pada pertimbangan – pertimbangan obyektif

yang tak memandang orangnya secara pribadi. Kesemuanya tersusun dalam suatu

birokrasi.

Page 9: Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR

Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012

Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Max Weber, penelitian ini

menarik kesimpulan melalui analisis dengan menggunakan variabel tradisi dan

kepercayaan serta variabel kepemimpinan.

Melalui variabel tradisi dan kepercayaan, penelitian ini menyimpulkan

bahwa masyarakat Desa Panglungan tergolong ke dalam masyarakat tradisional.

Sesuai dengan data yang telah diperoleh pada masyarakat Desa Panglungan dapat

diketahui bahwa masyarakat tersebut masih sangat percaya pada tradisi-tradisi

peninggalan nenek moyang dan mereka masih sering melakukan tradisi tersebut.

Intensitas Responden dalam Melakukan Tradisi dan Kebudayaan

No. Kategori Frekuensi %

1 Rendah 0 0

2 Jarang 6 6

3 Sering 94 94

Jumlah 100 100

Dari tabel skoring tersebut dapat diketahui bahwa terdapat 94 %

masyarakat Desa Panglungan sering melakukan tradisi peninggalan nenek

moyang mereka. Dapat dilihat dari seringnya masyarakat Desa Panglungan

melakukan tradisi berupa, upacara kehamilan berupa empat bulanan (ngupati),

tujuh bulanan (tingkepan), Sembilan bulanan (procotan); upacara kelahiran berupa

sepasaran (hari kelima kelahiran), aqiqah (hari ketujuh kelahiran), puputan (copot

puser), selapan, mudun lemah, disapeh (berhenti netek); upacara pengantin berupa

temon/rakitan/lamaran, siraman, ruwatan manten, sepasaran; upacara kematian

Page 10: Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR

Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012

Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam

berupa hari geblak (hari kematian), telung dinaan (hari ketiga), pitung dinane (hari

ketujuh), patang puluh dino (hari keempat puluh), mendhak pisan, mendhak

pindoh, mendhak telu; dan upacara lainnya seperti, upacara mulai tanam, sebelum

hajatan, sedekah bumi, selamatan membuat rumah, dan grebeg suro.

Kemudian melalui variabel kepemimpinan, penelitian ini juga

menggolongkan masyarakat Desa Panglungan ke dalam masyarakat dengan dasar

tindakan yang relatif tradisional namun mulai bergeser ke arah modern. Hal ini

dapat dilihat melalui sebagian besar masyarakat yang mendasari pilihan mereka

dalam memilih dan menentukan pemimpin dengan kriteria seseorang yang

memiliki sebuah kharisma, sopan-santun yang secara keseluruhan memiliki nilai

lebih di mata masyarakatnya. Namun mulai timbul juga nilai yang lebih kritis

yaitu dengan melihat dari segi pendidikannya.

Sesuai dengan data yang diperoleh, Masyarakat Desa Panglungan

kecamatan Wonosalam kabupaten Jombang dapat diketahui bahwa mereka kurang

rasional, hal tersebut dapat dibuktikan dalam tabel 60 No pertanyaan, koding 134-

138. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa masyarakat Desa Panglungan

sebagian besar yaitu 99 % memiliki alasan buwuh ke rumah tetangga karena

tradisi dari nenek moyang, sehingga dapat diketahui alasan mereka sebagian besar

tidak rasional karena hanya berdasarkan tradisi dan bisa dibilang hanya ikut-

ikutan para leluhur mereka.

Didukung oleh data dari hasil indept interview terhadap tokoh sesepuh

yang tak lain mempunyai peranan sentral, terhadap pola budaya yang dominan

dan terstruktur didalam konstruksi masyarakat, yang mempunyai nilai kesakralan

terhadap berbagai aktifitas kehidupan mapun mempunyai konsekuensi akibat yang

Page 11: Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR

Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012

Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam

bersifat irasional yang terkesan mistis. Menurut informan berbagai aktifitas

tradisional di desa panglungan masih begitu kental dan kuat tercermin dari

intensitas beliau (informan) yang diundang sebagai pemimpin upacara adat, mulai

dari ritual dalam upacara pengantin yang masih kerap dengan nilai kebudayaan

yang berlandaskan atas selamatan dan syukuran. Terlintas dari ritual kesenian

bantengan yang bisa dikatakan harus dilakukan meskipun tidak harus dilakukan,

namun memiliki ikatan sakral yang kuat yang secara implisit dan tak langsung

menjadi suatu pedoman yang tak lain dari kaca mata umun maupun raional

universal merupakan fenomena yang kauh dari kata wajar (irasional)

Page 12: Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR

Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012

Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam

4.3 Ferdinand Tonnies

1. Gemeinschaft

Gemeinschaft merupakan kehidupan bersama yang intim, pribadi dan

ekslusif, suatu keterikatan yang dibawa sejak lahir. Gemenschaft dibedakan atas

tiga jenis yaitu Gemeinschaft by blood, Gemeinschaft of palce, dan Gemeinschaft

of mind. Menurut Tonnies, gemeinschaft merupakan masayarakat yang komunal.

Masyarakat yang tersusun atas dasar ketunggalan darah atau kesamaan garis

keturunan keluarga, yang mempunyai kesatuan lokalitas tempat tinggal, serta

didasari jiwa dan pikiran yang sama terhadap kepercayaan, agama, dan ideologi.

Adapun ciri-ciri masyarakat Gemeinschaft, yaitu :

1. Kehendak bersama lebih dominan

2. Mengedepankan anggota sebagai keseluruhan

3. Kepentingan bersama lebih dikedepankan

4. Dikuasai keyakinan/kepercayaan tertentu secara turun menurun

5. Solidaritas alami

6. Kepemilikan bersama

7. Dasar hubungan sosial /adat istiadat

8. Agama sebagai pedoman

Page 13: Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR

Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012

Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam

Masyarakat tipe ini juga mendasarkan hubungan-hubungan dalam

masyarakt kedalam tipe Wesenwille, yaitu kehendak yang kodrati sebagai

pencerminan kodrat manusia itu sendiri tanpa dipengaruhi aspek-aspek lain.

2. Gesellschaft

Gesellschaft merupakan kehidupan publik yang terdiri atas orang – orang

yang yang kebetulan hadir bersama tetapi masing – masing tetap mandiri dan

bersifat sementara dan semu. Gesellschaft dibedakan tas dua jenis yaitu

Gesellschaft individu tetap bersatu dan Gesellschaft individu pada dasarnya

terpisah. Tonnies menyebut bentuk masyarakat ini sebagai bentuk masyarakat

asosiasi. Masyarakat yang tersusun atas individu-individu dalam jumlah yang

besar, yang mempunyai wilayah yang luas, serta didasari jiwa dan pikiran yang

berbeda-beda terhadap kepercayaa, agama, dan ideologi.

Adapun ciri-ciri masyarakat Gesellschaft, yaitu :

1. Kehendak individu lebih dominan

2. Mengedepankan individu sebagai keseluruhan

3. Kepentingan pribadi lebih dikedepankan

4. Tujuan pribadi

5. Sangsi pemaksa bersifat eksternal

6. Solidaritas kontraktual

7. Kepemilikan pribadi

Page 14: Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR

Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012

Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam

Sebagai dasar hubungan dalam masyarakt ini adalah Kurwille, yaitu

kehendak atau kemauan yang rasional, yang muncul sebagai hasil pilih-memilih

yang dilakukan oleh untuk memperoleh keuntungan.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Ferdinand Tonnies, penelitian

ini menyimpulkan bahwa tipe masyarakat Desa Panglungan melalui anlisisnya

menggunakan variabel solidaritas sosial dan variabel tradisi dan kepercayaan.

Melalui variabel solidaritas sosial, dapat diketahui bahwa masyarakat

Desa Panglungan tergolong masyarakat gemeinschaft. Terlihat dari kepentingan

bersama lebih dikedepankan ketika ada tetangga sedang mengalami musibah atau

kematian maka masyarakat Desa Panglungan bersama-sama memberikan bantuan.

Terlihat juga dari solidaritas alami yang ada di Desa Panglungan ketika mereka

meminjamkan uang kepada tetangga yang membutuhkan tanpa meminta bunga

atas pengembalian uang tersebut. Begitu juga terlihat pada dasar hubungan

sosial/adat istiadat ketika masyarakat Desa Panglungan menyumbang/buwuh

kepada tetangga/saudara/teman saat mengadakan hajatan dengan alasan sudah

kebiasaan/tradisi yang harus mereka lakukan.

Selain itu melalui variabel tradisi dan kepercayaan dapat terlihat juga

bahwa masyarakat Desa Panglungan tergolong masyarakat gemeinschaft. Terlihat

dari keyakinan/kepercayaan tertentu secara turun menurut yang dikuasai

masyarakat setempat.

Page 15: Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR

Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012

Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam

4.4 Robert K. Merton

. Robert King Merton (biasa disingkat Robert K. Merton) lahir pada

tanggal 4 Juli 1910 di pemukiman kumuh di Philadelphia Selatan. Robert K.

Merton adalah salah satu tokoh sosiologi yang terkenal dengan analisa-analisa

yang cenderung kepada pendekatan struktural. Merton mengamati bahwa kadang

– kadang perilaku seseorang mengacu pada kelompok lain yang dinamakannya

kelompok acuan. Di kala seseorang berubah keanggotaan kelompok, ia

sebelumnya dapat menjalani perubahan orientasi, suatu proses yang oleh Merton

diberi nama sosialisasi antisipatoris. Proses sosialisasi antisipatoris mempunyai

dua fungsi yaitu membantu diterimanya seseorang dalam kelompok baru dan

membantu penyesuaian anggota baru dalam anggota yang baru itu. Dengan

pendekatan struktural, diketahui bahwa dalam interaksi antar masyarakat ada

model “packing order” atau suatu struktur kekuasaan yang memperlihatkan

urutan siapakah yang mempengaruhi/menguasai siapa atau jenjang (hierarki)

dalam kekuasaan.

Menurut konsep struktural, setiap masyarakat itu akan membagi peranan-

peranan produktif yang berbeda-beda kepada anggota-anggotanya. Dengan

adanya perbedaan tersebut maka akan ada juga perbedaan penghormatan.

Untuk lebih lanjutnya Merton membagi dengan dua pola perkembangan

struktur kekuasaan yaitu pyramidal power structure dan diamond shaped power

structure. Yang akhirnya pyramidal power structure terdapat dalam masyarakat

yang belum/sedang berkembang dan diamond shaped power structure itu terdapat

dalam masyarakat.

Page 16: Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR

Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012

Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam

Untuk lebih ringkasnya tipologi masyarakat menurut Robert K. Merton

adalah sebagai berikut :

1. Masyarakat Lokal

Adalah masyarakat yang belum/sedang berkembang, dapat diduga

memiliki suatu struktur kekuasaan yang piramidal. Masyarakat seperti ini

memiliki pola interaksi sosial yang lebih kurang bersifat tertutup. Masyarakatnya

cenderung fatalis dan peternalistik. Sehingga perubahan sulit dan jarang terjadi.

Di sini mereka yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang

lain (jadi berkedudukan sebagai pemimpin) jumlahnya kecil-kecil saja. Sedangkan

mereka yang berkedudukan sebagai orang-orang yang dipengaruhi (yang

dipimpin) jumlahnya sangat banyak. Di dalam masyarakat yang seperti ini,

tumbuh dan berkembanglah suatu tipe kepemimpinan yang oleh Merton disebut

Kepemimpinan yang serba bisa (monomorphic leadership). Tipe kepemimpinan

seperti ini, kepemimpinan seorang dalam satu sektor kehidupan tertentu akan

menghasilkan corak yang sama dengan kepemimpinan di dalam sektor yang lain.

Kepemimpinan seperti ini dapat dilihat dalam kepemimpinan masyarakat desa : di

sini seorang pemimpin (kepala desa) di sektor pemerintahan akan sekaligus juga

menjadi pemimpin di sector-sektor lain, seperti pertanian, usaha ekonomi, atau

juga bahkan di bidang spiritual.

2. Masyarakat Kosmopolitan

Adalah masyarakat yang sudah berkembang dan memiliki pola interaksi

sosial yang terbuka, di mana spesialisasi telah berkembang. Masyarakatnya

cenderung berempati tinggi, mobilitas tinggi, dan kemampuan berinovasi yang

Page 17: Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR

Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012

Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam

tinggi. Sehingga perubahan-perubahan lebih mudah terjadi. Pada umumnya

memiliki suatu struktur kekuasaan yang bersegi banyak ( diamond shaped ). Di

dalam masyarakat ini berkembang suatu tipe kepemimpinan yang bersifat

polimorphik ( polymorphic leadership ) yaitu suatu tipe kepemimpinan yang

pengaruh kekuasaannya terbatas pada suatu bidang spesialisasi tertentu saja.

Contoh, kepemimpinan seperti ini banyak ditemui pada mayarakat kota. Seorang

ketua RT yang diangkat sebagai seorang pemimpin kampung misalnya, hanya

terbatas pada bidang kepemimpinan di –dan urusan pemerintah –dalam kampung

itu saja, dan tidak mencakup kepemimpian di bidang-bidang lain.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Robert King Merton, penelitian

ini menyimpulkan tipe masyarakat di Desa Panglungan melalui analisisnya

menggunakan variabel kepemimpinan, mobilitas sosial, orientasi ke masa depan,

dan respon terhadap perubahan.

Melalui variabel kepemimpinan, dapat disimpulkan bahwa masyarakat

Desa Panglungan masuk ke dalam tipe masyarakat yang berkembang ke arah

Kosmopolit. Hal itu dapat dibuktikan dengan data yang disajikan dalam tabel

berikut ini.

Page 18: Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR

Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012

Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam

Kepemimpinan

No. Kategori FREKUENSI %

1 Rendah 10 10

2 Sedang 90 90

3 Tinggi 0 0

Jumlah 100 100

Dari variabel di atas, dapat dikatakan bahwa masyarakat di Desa

Panglungan merupakan masyarakat yang berkembang ke arah Masyarakat

Kosmopolitan karena sebagian besar persentase masuk dalam kategori sedang dan

sisanya mengarah ke kategori rendah. Tidak ada frekuensi dalam kategori tinggi.

Kategori rendah menunjukkan sifat masyarakat yang kosmopolit, sudah

berkembang dan memiliki pola interaksi sosial yang terbuka. Dalam memilih

kepala desa, sebagian besar cenderung melihat dari sisi kesopanan dan kekayaan

(kategori sedang), dan sisanya dari segi tingkat pendidikan kandidat (kategori

rendah). Hal ini menunjukkan adanya transformasi nilai yang berkembang menuju

masyarakat yang terbuka dan mengakomodasi pandangan kritis serta mulai

meninggalkan ciri Masyarakat Lokal menuju ke masyarakat Kosmpoliltan.

Dari segi dominasi pengambilan setiap keputusan, kategori tinggi

menunjukkan Masyarakat Lokal, karena setiap pengambilan keputusan sangat

bergantung dan berpusat pada pemimpin atau tokoh-tokoh tertentu saja.

Sebaliknya, pada masyarakat Desa Panglungan sebagian besar ditentukan oleh

keputusan warga desa itu sendiri melalui musyawarah mufakat. Hal ini

Page 19: Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR

Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012

Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam

menandakan adanya bentuk tipe kepemimpinan yang polimorpik sehingga sangat

memungkinkan adanya pendelegasian kepada semua pihak di desa tersebut,

termasuk juga para warga desa, dalam mengambil sikap secara mufakat untuk

menghadapi suatu masalah.

Dari indepht interview yang diperoleh, di desa panglungan kepala desa

yang menjabat pernah berperiode-periode hal ini karena masyarakat desa

panglungan sudah percaya kepada Alm.Pak khusnan yang dapat membangun desa

panglungan menjadi lebih baik dan berhenti menjabat sebagai kepala desa ketika

meninggal.

Melalui variabel tingkat mobilitas sosial, penelitian ini menyimpulkan

bahwa masyarakat Desa Panglungan sudah termasuk dalam tipe masyarakat yang

kosmopolit, bukan masyarakat yang terisolasi. Hal itu tampak pada data yang

disajikan dalam tabel berikut.

Page 20: Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR

Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012

Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam

Tingkat mobilitas sosial

No. Kategori FREKUENSI %

1 Rendah 14 14

2 Sedang 85 85

3 Tinggi 1 1

Jumlah 100 100

Dari tabel di atas, dapat disimpulkan masyarakat Panglungan merupakan

masyarakat yang sedang berkembang ke arah Masyarakat Kosmopolitan. Hal ini

karena sebagian besar persentase masuk pada kategori sedang (85%), dan sisanya

masuk pada kategori rendah, yang mengindikasikan adanya mobilitas yang tinggi

yang menunjukkan ciri Masyarakat Kosmopolitan; dan yang masuk kategori

tinggi hanya mendapat porsi terkecil.

Kategori tinggi mengarah pada Masyarakat Lokal, yang dinilai merupakan

salah satu cirri dari masyarakat desa. Dalam tipe masyarakat ini, mobilitas warga

sangat minim dan tempat tujuan mobilitas pun hanya sebatas keluar desa. Namun

pada kenyataannya, penelitian dilapangan mendapatkan hasil yang cukup bertolak

jauh dari Mayarakat Lokal. Hal ini dapat dilihat dari interaksi masyarakat yang

sudah cukup terbuka dengan masyarakat luar, sebagai contoh untuk memasarkan

hasil panennya, petani pemilik juga sudah melakukan ekspedisi keluar desa

bahkan sampai ke luar kota.

Page 21: Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR

Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012

Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam

Sedangkan kategori rendah secara teoritis mengarah pada Masyarakat

Kosmopolitan yang cenderung berempati tinggi, memiliki mobilitas tinggi, dan

kemampuan berinovasi yang tinggi. Sehingga perubahan-perubahan lebih mudah

terjadi. Dalam hal ini, mobilitas warga desa dilihat dari aktivitas berpergian

hingga keluar pulau dan keluar negeri. Aktivitas yang dilakukan oleh sebagian

besar masyarakat Desa Panglungan tersebut seringkali bertujuan untuk

mengadakan interaksi yaitu dengan berekreasi dan silaturahmi mengunjungi sanak

saudara yang berada di luar kota bahkan luar pulau.

Kondisi mobilitas warga yang seperti ini mendorong timbulnya progress

akses informasi dan perubahan. Hal ini juga mengindikasikan pergeseran secara

terus-menerus di masa mendatang, untuk meninggalkan Masyarakat Lokal dan

semakin menuju ke arah Masyarakat Kosmopolit.

Analisis terhadap tipe masyarakat di Desa Panglungan menurut definisi

Merton, melalui variabel orientasi ke masa depan dapat disimpulkan bahwa

masyarakat tersebut masuk ke dalam tipe masyarakat yang sedang berkembang ke

arah Kosmopolitan. Hal itu ditunjukkan dengan data pada tabel berikut ini.

Page 22: Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR

Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012

Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam

Orientasi ke masa depan

No. Kategori FREKUENSI %

1 Rendah 21 21

2 Sedang 72 72

3 Tinggi 7 7

Jumlah 100 100

Dalam hal pengambilan sikap terhadap setiap tantangan atau hambatan

yang dialami, masyarakat Desa Panglungan mengambil sikap untuk bertekad

memperbaiki jika usahanya mengalami hambatan atau kegagalan, namun masih

sebagian besar diantara mereka lebih memilih untuk pasrah karena beranggapan

sudah takdir, tetapi tanpa berputus asa. Sedangkan dalam tindakan untuk

mencapai tujuan hidupnya, dalam temuan di lapangan seringkali warga memilih

untuk berusaha keras, berusaha dan berdoa. Namun masih terdapat warga yang

pasrah dan lebih memilih untuk mengambil sikap seperti berdoa saja, fatalis atau

pasrah (terima apa adanya), serta tetap mempercayai adanya ilmu ghaib.

Pengambilan sikap itu tidak semata-mata terlepas dari kentalnya nilai-

nilai budaya setempat yang masih tetap ada, seperti yang telah diungkapkan

sebelumnya pada variabel intensitas responden dalam melakukan tradisi dan

kebudayaan. Namun bentuk-bentuk pengambilan sikap itu dapat disimpulkan

bahwa telah terjadi transformasi dari sikap yang tergolong masyarakat lokal

berkembang dan mulai menuju kosmopolit. Sangat memungkinkan apabila di

masa mendatang, ciri dari Masyarakat Kosmopolitan dalam hal pengambilan

Page 23: Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR

Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012

Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam

sikap dan orientasi ke masa depan menjadi hal yang umum dan wajar, bahkan

justru malah sikap-sikap yang fatalis menjadi sikap yang aneh di mata masyarakat

itu sendiri.

Melalui variabel respon terhadap perubahan, masyarakat Desa

Panglungan sudah tergolong ke dalam masyarakat yang berkembang ke arah

kosmopolit dengan memiliki respon terhadap perubahan dilihat berdasarkan dari

kepemilikan benda-benda elektronik seperti televisi, radio, handphone (HP), dan

motor.

Respon terhadap perubahan

No. Kategori FREKUENSI %

1 Rendah 15 15

2 Sedang 71 71

3 Tinggi 14 14

Jumlah 100 100

Begitu pula dengan tindakan yang dilakukan masyarakat Desa Panglungan

dalam menangani proses kelahiran yang sebagian besar masyarakatnya yang

semula dari dukun bayi sudah beralih dengan memanfaatkan tenaga bidan namun

masih didampingi dukun bayi, atau bahkan sudah langsung ke bidan atau dokter.

Dalam hal penanganan pengobatan ketika sakit, masyarakat memilih datang ke

dokter atau puskesmas. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Desa Panglungan

mulai memiliki respon terhadap perubahan meskipun belum secara keseluruhan.

Page 24: Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR

Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012

Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam

Karena keadaan geografis dan masyarakat Desa Panglungan yang kebanyakan

berprofesi di sektor perkebunan, maka tidak begitu membutuhkan alat-alat

modern seperti traktor atau mesin perontok, sehingga penggunaan alat pertanian

yang tergolong modern tidak begitu diminati. Alat-alat tradisional seperti cangkul

dan sabit lah yang masih banyak mereka pergunakan. Alat-alat tradisional seperti

ini masih dominan untuk digunakan.

Namun dalam hal penggunaan alat pertanian modern seperti traktor dan

mesin perontok, masyarakat ini termasuk dalam yang memiliki sedikit respon

terhadap perubahan. Secara lebih mendalam dan lebih luas, dapat

dipertimbangkan juga bahwa respon terhadap perubahan itu sedikit banyak

menuntut kondisi perekonomian yang baik, sehingga adanya sedikit respon

terhadap perubahan amat memungkinkan karena merupakan hasil benturan

dengan kondisi perekonomian keluarga yang kurang mampu.

Menurut data indept interview yang berasal dari informan yang berperan

sebagai tokoh agama mengatakan bahwa perubahan yang terjadi akibat globalisai

memang nyata terjadi baik perubahan yang mempunyai pengaruh positiv maupun

positif. Menurutnya yang banyak terpengaruh terhadap perubahan adalah

kalangan generasi muda, yang tak dapat dielakkan lagi bahwa golongan muda

merupakan generasi pembeharu dan sensitif terhadap apa yang disebut dengan

perubahan. Tandasanya perubahan yang terjadi dimasyarakat belum terjadi secara

radikal hanya dibeberapa bagian saja, dan belum sampai melunturkan tata nilai

dan norma dasar yang berlaku. Namun juga tak dapat dipungkiri bahwa perubahan

tersebut berdampak pada kerusakan tata nilai dan norma di sebagaian masyarakat.