kelompok 3 - eksipien untuk sustained release

70
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penghantaran obat ke reseptor atau tempat bekerjanya obat sering terhambat dengan adanya efek samping obat ataupun karena pelepasan obat tidak sesuai pada tempat kerjanya. Untuk itu, obat dibuat dalam bentuk controlled release atau sediaan lepas terkendali. Sediaan lepas terkendali ini mengatur pelepasan obat di dalam tubuh yang dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas obat pada reseptornya. Sediaan sustained release atau sediaan lepas lambat merupakan bagian dari bentuk controlled relese. Sediaan lepas lambat merupakan sediaan yang menyebabkan obat terlepas ke dalam tubuh dalam waktu yang lama. Untuk membuat sediaan lepas lambat ini, dibutuhkan eksipien atau bahan tambahan yang dapat membuat zat aktif atau obat dapat dilepaskan secara perlahan ke dalam tubuh. Untuk itu, makalah ini akan membahas mengenai bahan tabahan untuk membuat sediaan lepas lambat. I.2. Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari sediaan sustained release? 2. Bagaimana mekanisme dari sediaan sustained release? 1

Upload: clara-herlina

Post on 03-Jul-2015

5.888 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Penghantaran obat ke reseptor atau tempat bekerjanya obat sering terhambat

dengan adanya efek samping obat ataupun karena pelepasan obat tidak sesuai

pada tempat kerjanya. Untuk itu, obat dibuat dalam bentuk controlled release atau

sediaan lepas terkendali. Sediaan lepas terkendali ini mengatur pelepasan obat di

dalam tubuh yang dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas obat pada

reseptornya.

Sediaan sustained release atau sediaan lepas lambat merupakan bagian dari

bentuk controlled relese. Sediaan lepas lambat merupakan sediaan yang

menyebabkan obat terlepas ke dalam tubuh dalam waktu yang lama.

Untuk membuat sediaan lepas lambat ini, dibutuhkan eksipien atau bahan

tambahan yang dapat membuat zat aktif atau obat dapat dilepaskan secara

perlahan ke dalam tubuh. Untuk itu, makalah ini akan membahas mengenai bahan

tabahan untuk membuat sediaan lepas lambat.

I.2. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari sediaan sustained release?

2. Bagaimana mekanisme dari sediaan sustained release?

3. Eksipien apa saja yang dapat digunakan untuk membuat sediaan sustained

release?

4. Bagaimana sifat dari eksipien yang digunakan untuk membuat sediaan

sustained release?

I.3. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi dari sediaan sustained release.

2. Untuk mengetahui mekanisme dari sediaan sustained release.

3. Untuk mengetahui apa saja eksipien yang dapat digunakan untuk membuat

sediaan sustained release.

1

Page 2: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

4. Untuk mengetahui sifat-sifat eksipien yang digunakan untuk membuat

sediaan sustained release.

I.4. Metode Penulisan

Metode yang digunakan penyusun dalam membuat makalah ini adalah

metode studi pustaka, yaitu dengan mencari informasi dari buku-buku referensi

serta mencari data dari situs internet yang terkait.

I.5. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

I.2. Rumusan Masalah

I.3. Tujuan Penulisan

I.4. Metode Penulisan

I.5. Sistematika Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

II.1. Definisi Sustained Release

II.2. Keuntungan dan Kerugian Sustained Release

II.3. Sifat Fisikokimia dan Biologis Sediaan

II.4. Mekanisme Pelepasan Sediaan Lepas Lambat

II.5. Metode formulasi sediaan lepas lambat

II.6. Bahan Pembantu Pelepasan Sediaan Sustained Release

BAB III PENUTUP

III.1. Kesimpulan

2

Page 3: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

BAB II

PEMBAHASAN

II.1. Definisi Sustained Release

Sustained release merupakan bentuk sediaan yang dirancang untuk melepaskan

obatnya ke dalam tubuh secara perlahan-lahan atau bertahap sehingga

pelepasannya lebih lama dan memperpanjang aksi obat (Ansel, 1989). Sehingga

pengertian sediaan sustained release yaitu sediaan yang dirancang untuk

memberikan aktivitas terapetik diperlama dengan cara pelepasan obat secara

terus-menerus selama periode tertentu dalam sekali pemberian.

Keuntungan sediaan sustained release ini antara lain sediaan tersebut dapat

dikonsumsi dengan tidak begitu sering dibandingkan sediaan yang diformulasikan

untuk lepas segera dengan komposisi obat yang sama dan sediaan ini dapat lebih

terjaga secara terus-menerus dalam aliran darah. Tablet sustained relesase

diformulasikan di mana bahan-bahan aktif dilingkupi dengan lapisan matriks tak

larut sehingga proses pelarutan bahan obat terjadi melalui suatu lubang pada

matriks. Pada beberapa formulasi, matriks dibuat mengembang menjadi bentuk

gel sehingga obat terlebih dahulu akan larut pada matriks kemudian keluar

melalui lapisan matriks terluar.

II.2. Keuntungan dan Kerugian Sediaan Sustained Release

Sediaan lepas lambat mempunyai beberapa keuntungan dibanding bentuk sediaan

konvensional, yaitu :

o Frekuensi pemberian obat untuk mendapatkan efek tertentu berkurang.

o Efek terapetik yang diperoleh lebih lama.

o Lebih disukai dibanding sediaan konvensional karena lebih efisien.

3

Page 4: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

o Efek merugikan dari obat dapat ditekan karena berkurangnya frekuensi

pemberian obat (tidak ada fluktuasi kadar obat dalam darah).

Sedangkan kerugian bentuk sediaan lepas lambat antara lain :

Biaya produksi lebih tinggi sehingga harga obat

lebih mahal

Efektifitas pelepasan obat dipengaruhi dan dibatasi

oleh lama tinggal di saluran cerna

Jika sediaan gagal memberikan pelepasan

diperlambat, maka konsentrasi toksik dari obat dapat terlampaui

Jika penderita mendapat reaksi samping obat atau

secara tiba–tiba mengalami keracunan maka untuk menghentikan obat dari

sistem tubuh akan lebih sulit dibanding sediaan konvensional

Tidak dapat digunakan untuk obat yang memiliki

dosis besar (500 mg)

II.3. Sifat Fisikokimia dan Biologis Sediaan

Sifat fisikokimia dan biologis dari bahan obat yang akan diformulasikan sebagai

tablet lepas lambat merupakan faktor yang perlu diperhatikan.

Sifat-sifat fisikokimia ini akan mempengaruhi sifat fisikokimia tablet yang akan

dihasilkan (Lee dan Robinson, 1978) :

Dosis

Produk yang digunakan peroral dengan dosis lebih besar dari 500 mg sangat

sulit untuk dijadikan sediaan lepas lambat karena pada dosis yang besar akan

dihasilkan volume sediaan yang terlalu besar yang tidak dapat diterima

sebagai produk oral.

Kelarutan

Obat dengan kelarutan dalam air yang terlalu rendah atau terlalu tinggi tidak

cocok untuk sediaan lepas lambat. Batas terendah untuk kelarutan pada

sediaan lepas lambat adalah 0,1 mg/ml.

4

Page 5: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

Koefisien partisi

Obat yang mudah larut dalam air memungkinkan tidak mampu menembus

membran biologis sehingga obat tidak sampai ke tempat aksi. Sebaliknya,

untuk obat yang sangat lipofil akan terikat pada jaringan lemak sehingga

obat tidak mencapai sasaran.

Stabilitas obat

Bahan aktif yang tidak stabil terhadap lingkungan yang bervariasi di

sepanjang saluran cerna (enzim, variasi pH, flora usus) tidak dapat

diformulasikan menjadi sediaan lepas lambat.

Beberapa sifat biologis yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan lepas

lambat (Lee dan Robinson, 1978):

Absorbsi

Obat yang lambat diabsorbsi atau memiliki kecepatan absorbsi yang

bervariasi sulit untuk dibuat sediaan lepas lambat. Batas terendah harga

konstanta kecepatan absorbsi untuk sediaan oral adalah sekitar 0,25/jam

dengan asumsi waktu transit gastrointestinal 10-12 jam.

Volume distribusi

Obat dengan volume distribusi yang benar-benar tinggi dapat mempengaruhi

kecepatan eliminasinya sehingga obat tersebut tidak cocok untuk dibuat

sediaan lepas lambat.

Durasi

Obat dengan waktu paro yang pendek dan dosis yang besar tidak cocok

untuk dijadikan sediaan lepas lambat sedang obat dengan waktu paro yang

panjang dengan sendirinya akan mempertahankan kadar obat pada indeks

terapetiknya sehingga tidak perlu dibuat sediaan lepas lambat. Bahan aktif

berwaktu paruh biologis relatif pendek, misalnya 1 jam, mungkin sulit

diformulasi menjadi sediaan lepas lambat karena ukurannya juga menjadi

terlalu besar.

Indeks terapetik

5

Page 6: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

Obat dengan indeks terapi yang kecil memerlukan kontrol yang teliti

terhadap kadar obat yang dilepaskan dalam darah, sehingga tidak sesuai

untuk sediaan lepas lambat karena berisiko tinggi terjadinya efek toksik.

Oleh karena itu, sediaan lepas lambat dapat berperan dalam mengontrol

pelepasan obat agar tetap dalam indeks terapetiknya.

II.4. Mekanisme Pelepasan Sediaan Lepas Lambat

Difusi

Pada mekanisme ini, obat dapat berdifusi keluar melalui sistem matriks..

Pada sistem reservoir, inti obat dienkapsulasi dalam membran polimer,

sehingga difusi obat melalui membran dapat dikendalikan kecepatan

pelepasannya. Mekanisme pelepasan obat yang terjadi berawal dari

terlarutnya obat di dalam membran dan diikuti oleh difusi dan terlepasnya

obat dari permukaan pada sisi lain dari membran.

Jika polimer tidak larut air, maka kelarutan obat dalam membran

merupakan faktor penting yang mendorong terjadinya difusi melintas

membran. Sedangkan jika membran merupakan polimer larut air, sebagian

polimer akan terlarut membentuk saluran-saluran yang merupakan panjang

lintasan difusi yang bersifat konstan.  

Gambar 1. Pelepasan obat melalui kontrol difusi melintas membran polimer tidak larut air

Gambar 2. Pelepasan obat melalui kontrol difusi melintas membran polimer larut air

6

Page 7: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

Disolusi

Obat disalut dalam bahan polimerik dan kecepatan disolusi polimer

menentukan kecepatan pelepasan obat. Sistem ini dapat digunakan untuk

menahan pelepasan obat melalui cara yang berbeda-beda. Salah satunya

dengan menempatkan partikel-partikel obat ke dalam penyalut yang

masing-masing memiliki ketebalan yang bervariasi, akibatnya pelepasan

obat akan terjasi secara bertahap. Partikel obat yang memiliki lapisan

penyalut yang paling tipis akan memberikan pelepasan yang segera,

sehingga dapat memenuhi konsentrasi obat yang dibutuhkan pada tahap

awal pemberian dosis, sedangkan lapisan penyalut yang lebih tebal akan

memenuhi kadar obat yang dibutuhkan utuk menjaga agar konsentrasi obat

tetap konstan di dalam tubuh.

Osmosis

Penempatan membran semipermeabel di sekeliling tablet, partikel atau

larutan obat, menyebabkan adanya pembentukan perbedaan tekanan

osmotik antara bagian dalam dan bagian luar tablet sehingga memompa

larutan obat keluar dari tablet melalui celah kecil dan memberikan sifat

pelepasan obat yang diperlama.

Pada sistem ini, membran semipermeabel digunakan untuk mengendalikan

kecepatan pelepasan obat. Kecepatan pelepasan obat dapat konstan selama

konsentrasi obat melewati membran juga tetap.

7

Page 8: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

Swelling

Ketika suatu polimer kontak dengan air, maka terjadi penyerapan air yang

menyebabkan polimer dapat mengembang, sehingga obat yang terdispersi

di dalam polimer akan berdifusi keluar. Akibatnya, pelepasan obat

bergantung pada dua proses kecepatan yang simultan yaitu antara proses

berdifusinya air ke dalam polimer dan peregangan rantai polimer.

Proses Erosi

Pada sistem ini, polimer pada matriks akan mengalami erosi atau

pengikisan karena terbentuk ikatan labil akibat reaksi yang terjadi secara

hidrolisis maupun enzimatis. Seiring dengan terkikisnya polimer, maka

obat akan dilepaskan ke dalam medium di sekitarnya.

II.5. Metode formulasi sediaan lepas lambat

Untuk formulasi sediaan lepas lambat digunakan suatu barrier kimia atau fisika

untuk mendapatkan pelepasan yang lambat dari dosis maintenance, diantaranya

adalah dengan penyalutan, matrik lemak atau plastik, mikroenkapsulasi, ikatan

kimia dengan resin penukar ion, dan sistem pompa osmotik.

Teknologi yang sering digunakan dalam formulasi tablet lepas antara lain :

1. Sistem matriks

Sistem matriks merupakan sistem yang paling sederhana dan sering

digunakan dalam pembuatan tablet lepas lambat. Bahan aktif didispersikan

secara homogen di dalam pembawa. Bahan pembawa yang sering digunakan

dapat digolongkan menjadi bahan pembawa tidak larut air bersifat lilin/wax

dan hidrofilik pembuatan gel. Campuran tersebut kemudian dicetak menjadi

tablet.

Beberapa matriks yang digunakan untuk tablet matriks 

Karakteristik matriks Bahan

Matriks Hidrofobik Polietilen

PVC

Kopolimer metil akrilat-metakrilat

8

Page 9: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

etilselulosa

Matriks Lemak Lemak karnauba

- Stearil alkohol, as.stearat, PEG

Lemak kastor

- PEG monostearat

Trigliserida

Hidrofilik Metilselulosa, HEC, HPMC, Na CMC,

Na alginat, karboksipolimetilen.

2. Penyalutan

Teknologi penyalutan sering digunakan pada bahan aktif berbentuk serbuk,

pellet mengandung bahan aktif atau tablet. Lapisan penyalutan ini berfungsi

mengendalikan ketersediaan bahan aktif dalam bentuk larutan. Ketebalan

lapisan yang berbeda dicampurkan untuk menghasilkan campuran dengan

karakteristik pelepasan obat yang diharapkan.

3. Pompa osmotis

Penyalut tablet yang mengandung bahan aktif dengan membran semi

permeabel. Membran ini dapat dilalui hanya oleh molekul-molekul air tetapi

tidak oleh bahan aktif terlarut. Membran tersebut dilubangi dengan Bor

laser. Melalui lubang inilah larutan bahan aktif didorong keluar dari tablet

bersalut oleh tekanan osmosa yang berasal dari bahan aktif osmosis.

II.6. Bahan Pembantu Pelepasan Sediaan Sustained Release

II.6.1. Etilselulosa

1. Sinonim

Aquacoat; E462; Ethocel; Surelease

2. Nama Kimia

Cellulose ethyl ether

3. Berat Molekul

454.50912 [g/mol]

9

Page 10: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

4. Kelarutan

Larut dalam air dingin, praktis tidak larut dalam kloroform, etanol (95%)

dan eter; namun larut dalam campuran etanol dan iklorometana, campuran

metanol dan diklorometana, dan campuran air dan alkohol. Larut dalam

larutan aseton encer, campuran diklorometana dan propan-2-ol, dan

pelarut organik lain.

5. Struktur

6. Pemerian

Tidak berasa, mudah mengalir, serbuk putih

7. Fungsi

Agen penyalut, pengikat tablet, dan peningkat viskositas.

8. Aplikasi dalam Formulasi Farmasetik

Digunakan dalam sediaan formulasi oral dan topikal

Dalam formulasi oral digunakan sebagai agen penyalut hidrofobik

untuk tablet dan granul

Penyalutan dengan ethylcellulose digunakan untuk modifikasi

pelepasan obat, menutupi rasa tidak enak, atau untuk memberikan

stabilitas dalam formulasi contohnya ethylcellulose dilarutkan dalam

propan-2-ol digunakan sebagai penyalut granul asam askorbat untuk

mencegah oksidasi.

10

Page 11: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

Digunkana sebagai bahan tambahan dalam kosmetik dan produk

makanan

Dalam formulasi topical, digunakan sebagai thickening agent

dalam krim, lotion, gel

Dalam formulasi tablet, digunkaan sebagai bahan pengikat yang

dicampur kering atau granulasi basah dengan pelarut etanol 95%

Etilselulosa dengan viskositas tinggi digunakan dalam obat

mikroenkapsulasi

9. Mekanisme sebagai sustained release

Modifikasi pelepasan sediaan tablet dapat juga dibuat dengan mengunakan

etilselulosa sebagai pembentuk matriks. Etilselulosa dilarutkan dalam

pelarut organic yang dapat digunakan secara tunggal untuk membuat

lapisan yang tidak larut air. Dengan viskositas yang tinggi dapat membuat

lapisan yang lebih kuat dan lebih tahan . Lapisan etilselulosa dapat

dimodifikasi untuk mengubah kelarutannya dengan penambahan

hidroksipropil metilselulosa atau plastisizer. Dispersi cair polimer dari

etilselulosa seperti Aquacoat dapat digunakan untuk membuat lapisan

etilselulosa tanpa membutuhkan pelarut organic. Dengan terbentuk lapisan

etilselulosa yang terhidrasi, akan mengontrol difusi air selanjutnya ke

dalam metriks. Difusi obat melalui lapisan matriks yang terhidrasi akan

mngontrol kecepatan pelepasan obat. Lapisan matrils terhidrasi akan

mengalami erosi sehingga menjadi terlarut. Konsentrasi yang digunakan

dalam tablet salut sustained release adalah 3-20%.

10. Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan

Stabil, sedikit higroskopik. Secara kimiawi, resisten terhadap alkali.

Sensitif terhadap bahan asam dibandingkan dengan ester selulosa.

Sebagian besar bahan harus disimpan dalam wadah kedap udara di tempat

yang kering pada temperatur 7-320C.

11. Metode Pembuatan

Ethylcellulose dibuat dari serbuk kayu dengan penambahan alkali dengan

cara etilasi dari alkali selulosa dengan chloroethane.

11

Page 12: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

12. Inkompatibilitas

Inkompatibel dengan paraffin wax dan microcrystalline wax.

II.6.2. Polymethacrylates

1. Sinonim

Acryl-eze; Acryl-eze MP; Eastacryl 30D; Eudragit; Kollicoat MAE 30 D;

Kollicoat MAE 30 DP; polimer methacrylates.

2. Kelarutan

3. Pemerian

Menurut monografi USPNF, Eudragit RL dan Eudragit RS merupakan

kopolimer metakrilat ammonium yang disintesis dari asam-asam akrilik

dan ester methacrylic, dengan Eudragit RL (Tipe A) 10% dari kelompok

ammonium kuatener fungsional dan Eudragit RS (Type B) yang memiliki

12

Page 13: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

5% dari kelompok ammonium kuaterner fungsional. Kelompok amonium

ini merupakan garam-garam dan menigkatkan permeabilitas pH dari

polimer. Kedua polimer larut air dan film dihasilkan dari Eudragit RL

bersifat permeabel terhadap air, sedangkan film dihasilkan dari Eudragit

RS hanya sedikit permeabel terhadap air. Keduanya dapat digunakan

dalam larutan Propan-2-ol-aseton (60: 40) dengan konsentrasi 12.5 %.

Larutannya tidak berwarna atau agak kuning, agak keruh, dan berbau khas.

Pelarut granul bebas (Eudragit RL 100 dan Eudragit RS 100) mengandung

≥ 97% dari berat kering polimer.

Eudragit RL PO dan Euragit RS PO berupa serbuk putih dengan bau

seperti amin. Keduanya merupakan polimer khas yang sama seperti

Eudragit RL dan RS. Mengandung ≥ 97% dari polimer kering.

Eudragit RL 30 D dan Eudragit RS 30 D adalah dispersi aqueous yang

merupakan kopolimer dari asam-asam akrilik dan ester methacrylic

dengan kelompok amonium kuaterner yang jumlahnya kecil. Dispersinya

mengandung 30% polimer. Film yang dihasilkan dari Eudragit RL 30 D

permeable terhadap air dan zat-zat aktif terlarut, sedangkan film yang

dihasilkan dari Eudragit RS 30 D kurang permeable terhadap air. Lapisan

film dari kedua polimer tersebut akan lepas pada pH tertentu sehingga

akan terjadi pelepasan zat aktif. Plasticizers umumnya ditambahkan untuk

memperbaiki sifat film. Konsentrasi yang digunakan untuk sediaan

sustained release antara 0.5-1.0 %.

Eudragit NE 30 D dan Eudragit NE 40 D adalah dispersi aqueous yang

merupakan copolymer netral dari ester asam polymethacrylic. Dispersinya

berupa cairan putih susu dengan viskositas rendah dan memiliki bau

aromatik lemah. Bila lapisan film yang terbentuk dari campuran Eudragit

tersebut diberi pH tertentu maka lapisan akan larut air dan membengkak

kemudian pecah sehingga senyawa aktif keluar.

13

Page 14: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

4. Struktur

Eudragit RL dan Eudragit RS :R1 = H, CH3R2 = CH3, C2H5R3 = CH3R4 = CH2CH2N(CH3)3+ Cl-

Eudragit NE 30 D :R1, R3 = H, CH3R2, R4 = CH3, C2H5

5. Aplikasi dalam Formualsi Farmasetik

Polymethacrylates terutama digunakan sebagai agen penyalut lapisan film

dalam sediaan oral seperti kapsul dan tablet. Kekuatan hasil penyalutan

tergantung dari jenis polimer yang digunakan, lapisan film yang terbentuk,

serta kelarutan polimer dalam cairan GIT.

Eudragit RL, RS, RD 100, NE 30 D dan NE 40 D digunakan untuk

membentuk lapisan film yang tidak larut air sehingga dapat digunakan

untuk produk yang sustained release. Lapisan film Eudragit RL lebih

permeabel daripada Eudragit RS, dan lapisan film dengan permeabilitas

tertentu dapat dihasilkan dari penggabungan 2 jenis tipe tersebut.

Polymethacrylates dapat dikempa langsung dengan konsentrasi 10-50 %.

Polimer Polymethacrylates dapat digunakan sebagai lapisan matriks dalam

sediaan transdermal.

6. Mekanisme dalam Sediaan Sustained Release

14

Page 15: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

Eudragit RL, RS, RD 100, NE 30 D dan NE 40 D merupakan polimer

yang tidak larut dalam air namun akan mengembang pada pH tertentu

dalam cairan pencernaan. Sifat seperti inilah yang digunakan untuk

sediaan sustained release yaitu akan terbentuk kompleks yang tidak larut

dalam air dan akan mengembang pada cairan pencernaan dan akan

terdifusi dan tererosi secara perlahan-lahan.

7. Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan

Eudragit RL, RS, RD 100, NE 30 D dan NE 40 D akan stabil pada +_ 25 C

namun akan tidak stabil pada suhu dibawah 0 C. Hindari dari kontaminasi

luar, dengan cara segera menutup wadah setelah pemakaian.

8. Inkompatibilitas

Inkompatibilitas terjadi dengan dispersi polymethacrylate tertentu yang

tergantung pada ion, sifat fisik polimer, dan pelarut. Contohnya,

pembekuan dapat disebabkan oleh larutan elektrolit, perubahan pH,

beberapa pelarut organik, dan suhu ekstrem. Dispersi Eudragit L 30 D, RL

30 D, L 100-55, dan RS 30 D inkompatibiltas dengan Magnesium

Stearate.

Interaksi antara polymethacrylates dengan beberapa obat dapat terjadi,

meskipun padatan polymethacrylates dan larutan organik umumnya lebih

kompatibel dibandingkan dispersi aqueous.

II.6.3. Carnauba Wax

1. Sinonim

Brazil wax; caranda wax

2. Nama Kimia

Sodium alginate

3. Kelarutan

15

Page 16: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

Larut dalam kloroform hangat dan toluen hangat, sedikit larut dalam

etanol (95%) mendidih, praktis tidak larut dalam air.

4. Pemerian

Carnauba Wax berbentuk serbuk atau serpihan berwarna cokelat muda

sampai kuning pucat, berbau lembut, dan tidak berbau serta bebas tengik.

5. Fungsi

Stabilizing agent; suspending agent; disintegran tablet dan kapsul; tablet

binder; agen peningkat viskositas.

6. Aplikasi dalam Formulasi Farmasetik

Carnauba wax (10–50% w/w) digunakan tunggal atau gabungan dengan

hypromellose, hydroxypropyl cellulose, alginate/pectin-gelatin, Eudragit,

and steril alkohol dalam formulasi bentuk sediaan tablet sustained release

Jurnal yang berjudul mekanisme penglepasan obat dari tablet yang

menggunakan matriks polimer wax menjelaskan sistem matriks polimer

wax yang dievaluasi untuk tablet sustained release untuk

diphenhydramine HCl (antihistamin) menunjukkan profil pelepasan obat

yang diinginkan sebagai sustained release. Hal ini dicapai dengan

memasukkan Eudragit L dalam matriks carnauba wax. Dalam sistem

polimer wax ini, carnauba wax menjaga integritas dari matriks, sedangkan

Eudragit L perlahan terkikis dalam matriks sebagaimana pelepasan obat.

Studi in vitro pelepasan obat dilakukan pada pH fisiologis saluran

pencernaan. Laju pelepasan obat lebih cepat dalam buffer fosfat pH 7,5

daripada 0,1 N HCl solusi. Penglepasan obat dari matriks polimer

berdasarkan pada kombinasi mekanisme difusi dan erosi.

7. Mekanisme dalam Sediaan Sustained Release

Carnauba Wax membentuk matriks yang akan mengontrol pelepasan obat

melalui difusi pori dan erosi. Pelepasan obat total dari matriks ini tidak

mungkin terjadi, karena fraksi tertentu dari dosis tersebut disalut dengan

lapisan tipis yang efektif dengan penambahan surfaktan atau zat pengikat

dalam bentuk polimer-polimer hidrofilik yang mendorong air dan erosi

matriks yang berurutan.

16

Page 17: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

8. Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan

Carnauba Wax stabil dan disimpan diwadah tertutup, ditempat yang sejuk

dan kering.

9. Metode Pembuatan

Carnauba Wax diperoleh dari tunas daun dan daun palem Carnauba Brazil

(Copernicia cerifera). Daunnya dikeringkan dan diparut dan lilin

kemudian ditarik dengan penambahan air panas.

10. Inkompatibilitas

II.6.4. Glyceryl Monostearate

1. Sinonim

Capmul GMS-50; Cutina GMS; 2,3-dihydroxypropyl octadecanoate;

glycerine monostearate; glycerin monostearate; glycerol monostearate;

glycerol stearate; glyceryl stearate; GMS; Imwitor 191 and Imwitor 900;

Kessco GMS; Lipo GMS 410; Lipo GMS 450; Lipo GMS 600; monoester

with 1,2,3-propanetriol; monostearin; Myvaplex 600P; Myvatex; 1,2,3-

propanetriol octadecanoate; Protachem GMS-450; Rita GMS; stearic acid,

monoester with glycerol; stearic monoglyceride; Stepan GMS; Tegin;

Tegin 503; Tegin 515; Tegin 4100; Tegin M; Unimate GMS.Nama Kimia

Kalsium alginat

2. Nama Kimia

Octadecanoic acid, monoester with 1,2,3-propanetriol [31566-31-1]

3. Kelarutan

Larut dalam etanol panas, eter, chloroform, aseton panas, minyak mineral.

Praktis tidak larut dalam air, tapi dapat didispersikan dalam air dengan

penambahan sejumlah kecil sabun atau surfaktan lainnya.

4. Pemerian

Berwarna putih hingga kekuningan, padatan seperti wax dalam bentuk

bead, serpihan (flakes), atau serbuk. Berasa lengket saat disentuh dan

17

Page 18: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

mempunyai bau dan rasa ringan seperti lemak. Titik leleh 56-58°. Angka

penyabunan (saponifikasi) 164-170. Angka Iod tidak lebih dari 6.

5. Struktur

6. Fungsi

Emollient; emulsifying agent; solubilizing agent; stabilizing agent;

sustained-release ingredient; lubrikan tablet dan kapsul.

7. Aplikasi dalam Formulasi Farmasetik

Berbagai varietas dari glyceryl monostearate digunakan dalam makanan,

sediaan farmasi dan kosmetik, sebagai agen pengemulsi nonionik,

stabilizers, emollients, dan plasticizers. Berfungsi sebagai effective

stabilizer, yaitu pelarut mutual untuk campuran polar dan nonpolar yang

dapat membentuk emulsi air-dalam-minyak atau minyak-dalam-air. Sifat

ini juga dimanfaatkan untuk digunakan sebagai agen pendispersi untuk

pigment-pigment dalam minyak atau padatan dalam lemak, atau pelarut

untuk fosfolipid, seperti lesitin.

Glyceryl monostearate juga digunakan dalam teknik granulasi basah untuk

membuat granul dan tablet.

Glyceryl monostearate merupakan lubrikan untuk pembuatan tablet dan

dapat digunakan untuk membuat matriks sustained release pada sediaaan

padat. Aplikasinya dalam sustained-release termasuk formulasi pellets

18

Page 19: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

untuk tablet atau suppositoria dan untuk sediaan bolus untuk hewan.

Glyceryl monostearate juga telah digunakan sebagai bahan matriks untuk

sediaan biodegradable, implantable, dan controlled-release.

Ketika menggunakan glyceryl monostearate dalam formulasi,

kemungkinan bentuk polimorfisme harus dipertimbangkan. Bentuk α

dapat didispersikan dan dapat membentuk busa (foamy), berguna sebagai

agen pengemulsi atau pengawet. Bentuk β, lebih stabil, cocok untuk

matriks wax. Aplikasi ini telah digunakan untuk menutupi rasa dari

clarithromycin pada sediaan untuk pediatrik.

8. Mekanisme dalam Sediaan Sustained Release

Glyceryl monostearate dalam sediaan sustained release dipakai sebagai

bahan pembentuk matriks. Tipe matriks dari Glyceryl monostearate adalah

matrix wax yang tidak larut dan terkikis. Matriks jenis ini mengontrol

pelepasan obat melalui difusi pori dan erosi.

Sebagai contoh, tipe matriks dispersi padat dari silymarin dan GMS/PEG

yang dibuat dengan metode pelelehan fusi. PEG dilelehkan terlebih dahulu

pada temperatur 90oC, kemudian silymarin ditambahkan, lalu diaduk

hingga membentuk larutan yang homogen. Setelah itu GMS ditambahkan,

dilelehkan dan diaduk selama 5 menit hingga diperoleh campuran yang

homogen. Campuran tersebut kemudian dituang ke dalam cetakan dan

didinginkan pada suhu 18oC selama 4 jam, dan kemudian keluarkan dari

cetakan. Penggunaan GMS, berdasarkan penelitian tersebut diketahui

dapat menurunkan laju pelepasan dari bahan aktif. Tidak seperti sistem

dengan porositas yang tinggi, yang dapat dengan mudah hancur dengan

masuknya air melalui proses kapiler, sistem matriks GMS/PEG tidak

mengalami kapilaritas, dan proses hidrasi dari sistem terjadi hanya pada

lapisan luar (Wei Wu, 2006)

19

Page 20: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

Lipofilisitas diperkirakan merupakan mekanisme yang mungkin terhadap

pelepasan obat dari system matriks GMS. Lipofilisitas dari system matriks

GMS dipelajari menggunakan pengukuran sudut kontak dari tetesan air

pada permukaan, dan perpindahan air ke dalam serbuk campuran pada

kolom HPLC. Peningkatan jumlah GMS menghasilkan peningkatan sudut

20

Page 21: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

kontak tetesan air, dan meningkatkan pengaruh tekanan terhadap

kecepatan alir air terhadap serbuk campuran. Hal ini dapat disebabkan

karena peningkatan lipofilisitas dari matriks, menyebabkan matriks sulit

dibasahi. Akibatnya, laju penetrasi air ke dalam matriks menurun, dan

pelepasan obat dapat tertahan (Kok Khiang Peh, 2000).

9. Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan

Jika disimpan pada temperatur hangat, nilai keasaman dari glyceryl

monostearate akan meningkat dengan pengocokkan hingga saponifikasi

dari ester dengan sejumlah air. Antioksidan yang efektif dapat

ditambahkan, seperti butylated hydroxytoluene and propyl gallate.

Glyceryl monostearate sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup rapat, di

tempat yang dingin, kering, dan terlindung dari cahaya.

10. Metode Pembuatan

Glyceryl monostearate dibuat dengan mereaksikan glycerin dengan

triglycerides dari hewan atau tanaman, menghasilkan campuran dari

monoglycerides dan diglycerides. Diglycerides kemudian dapat

direaksikan kembali untuk mendapatkan 90% monoglyceride grade.

Proses lainnya meliputi reaksi glycerol dengan stearoyl chloride.

Bahan awal bukan merupakan substansi murni dan oleh karena itu produk

yang diperoleh mengandung campuran dari ester-ester, termasuk palmitate

dan oleate. Akibatnya, komposisi dan sifat-sifat fisik dari glyceryl

monostearate dapat bervariasi, tergantung dari proses pembuatannya.

11. Inkompatibilitas

Inkompatible dengan substansi-substansi asam

II.6.5. Glyceryl Palmitostearate

1. Sinonim

Glycerin palmitostearate; glycerol palmitostearate; 2-[(1-oxohexadecyl)-

oxy]-1,3-propanediyl dioctadecanoate dan 1,2,3-propane triol; Precirol

ATO 5.

21

Page 22: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

2. Nama Kimia

Octadecanoic acid, 2,3-dihydroxypropyl ester dicampur dengan 3-

hydroxy-2-[(1-oxohexadecyl)-oxy] propyl octadecanoate [8067-32-1]

3. Kelarutan

Larut dalam chloroform dan dichloromethane; praktis tidak larut dalam

ethanol (95%), minyak mineral, dan air.

4. Pemerian

Serbuk putih halus dengan bau lemah.

5. Fungsi

Bahan biodegradable; coating agent; gelling agent; release modifying

agent; sustained-release agent; diluent tablet dan kapsul; lubrikan tablet

dan kapsul; agen penutup rasa (taste-masking agent).

6. Aplikasi dalam Formulasi Farmasetik

Glyceryl palmitostearate digunakan dalam sediaan farmasi oral padat

sebagai lubrikan. Waktu disintegrasi meningkat dan kekuatan tablet

menurun dengan peningkatan waktu pencampuran.

Digunakan sebagai matriks lipofilik untuk sediaan tablet dan kapsul

sustained release. Pembuatan tablet dapat dilakukan dengan teknik

granulasi atau hot-melt, membentuk tablet yang punya sifat lepas cepat.

Laju pelepasan menurun dengan peningkatan kandungan glyceryl

palmitostearate.

Glyceryl palmitostearate digunakan untuk membuat microspheres, yang

dapat digunakan dalam kapsul atau tablet kempa, pellets, coated beads,

dan gel biodegradable. Digunakan juga sebagai penutup rasa (taste-

masking).

22

Page 23: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

Tabel I: Penggunaan glyceryl palmitostearate.

Penggunaan Konsentrasi (%)

Matriks untuk sustained release 10.0–25.0

Tablet masking 2.0–6.0

Tablet lubricant 1.0–3.0

7. Mekanisme dalam Sediaan Sustained Release

Glyceryl palmitostearate digunakan sebagai pembentuk matriks untuk

sediaan sustained release. Penggunaan Glyceryl palmitostearate sebagai

agent pembentuk matriks sustained release menunjukkan laju absorpsi

yang lebih tertahan (lambat), menghasilkan profil konsentrasi obat dalam

plasma yang lebih seragam (Bhagwat, 2009).

Sebagai contoh, dalam suatu percobaan menggunakan Diclofenac calcium

alginate (DCA) beads yang mengandung glyceryl palmitostearate (GPS)

yang dibuat dengan metode ionotropic gelation. Penggunaan GPS dapat

meningkatkan ukuran partikel beads DCA, meningkatkan kemampuan

menjerat obat (Diclofenac sodium/DS), ambilan air, dan Pelepasan DS

dari beads. Hal ini disebabkan sifat hidrofobik dari GPS yang dapat

meningkatkan barier untuk mencegah bocornya air dari beads, yang

menyebabkan menurunnya pelepasan obat dari beads (Pongjanyakul,

Sungthongjeen, dan Puttipipatkhachorn, 2006).

23

Page 24: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

Fig. 1. Microscopic morphology of DCA bead (a), 3%GPS–DCA bead (b), DCA bead (c) and 3%GPS–DCA bead heated for 45 min (d), and internal structure of3%GPS–DCA bead heated for 45 min (e).

24

Page 25: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

8. Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan

Glyceryl palmitostearate tidak boleh disimpan pada temperatur diatas

35°C. Untuk penyimpanan selama 1 bulan, glyceryl palmitostearate

sebainya disimpan pada temperatur antara 5–15°C dalam wadah kedap

udara, terlindung dari cahaya dan kelembapan.

9. Metode Pembuatan

Glyceryl palmitostearate dibuat, tanpa katalis, dengan esterifikasi langsung

dari asam palmitat dan stearat dengan glycerol.

10. Inkompatibilitas

Glyceryl palmitostearate inkompatibel dengan ketoprofen dan naproxen.

II.6.6. Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC)

1. Sinonim

Cellulose, hidroksipropil metil eter, HPMC, Methocel, metilselulosa

propilen glikol eter, metil hidroksipropilselullosa, Metolose.

2. Nama Kimia

Cellulose, 2-Hydrolxypropil methyl ether

3. Kelarutan

Larut dalam air dingin, praktis tidak larut dalam kloroform, etanol (95%)

dan eter; namun larut dalam campuran etanol dan iklorometana, campuran

metanol dan diklorometana, dan campuran air dan alkohol. Larut dalam

larutan aseton encer, campuran diklorometana dan propan-2-ol, dan

pelarut organik lain.

4. Struktur

25

Page 26: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

5. Pemerian

HPMC berupa serbuk putih atau hampir putih, tidak berbau, dan tidak

berasa.

6. Fungsi

Agen coating, lapisan film, agen stabilizer, suspending agent, tablet

binder, agen peningkat viskositas.

7. Aplikasi dalam Formulasi Farmasetik

HPMC secara luas digunakan dalam formulasi farmasetik sediaan oral dan

topikal.

Dalam sediaan oral, HPMC terutama digunakan sebagai tablet binder,

dalam lapisan coating, dan sebagai bahan matriks pelepasan diperluas.

Konsntrasi yang digunakan antara 2-5% w/w sebagai binder baik secara

granulasi basah maupun kering. Tingkatan viskositas yang tinggi dapat

digunakan memperlambat pelepasan obat yang mudah larut air dari

matriks. Berdasarkan tingkatan viskositas, konsentrasi yang digunakan

antara 2-10% w/w sebagai lapisan film untuk lapisan coating tablet.

8. Mekanisme sebagai sustained release

Bahan obat dan bahan tambahan lainnya secara kesatuan diikat dengan

polimer hidrofilik (contoh HPMC) dan kemudian dicetak menjadi bnetuk

sediaan. Selama proses pencernaan, cairan gastrointestinal berpenetrasi ke

dalam tablet dan matriks HPMC hidrofilik hidrat., yang menyebabkan

matriks tersebut mengembang dan berubah bentuk menjadi bentuk lapisan

gel. Lapisan gel tersebut akan mengontrol difusi air ke dalam sistem dan

difusi obat keluar dari sistem. Pada periode yang lama, lapisan tersebut

akan pecah dan larut sehingga air dapat berpenetrasi lebih dalam ke dalam

matriks, berubah manjadi lapisan gel yang baru. Proses ini berlangsung

terus-menerus hingga seluruh matriks hidrofilik larut. Matriks bentuk gel

ini secara efektif dapat menjerat bahan aktif dan memperlambat

pelepasannya, yang terjadi dengan proses difusi melalui lapisan gel atau

erosi matriks gel itu sendiri.

26

Page 27: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

9. Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan

Serbuk HPMC merupakan bahan yang stabil, meskipun bersifat

hhigroskopis setelah dipanaskan. Dalam bentuk larutan stabil pada pH 3-

11. Peningkatan temperatur dapat mengurangi viskositas larutan. Larutan

encer bersifat resisten terhadap enzim, yang memberikan stabilitas

iskositas yang baik selama penyimpanan yang lama. Namun, larutan encer

dapat rusak oleh adanya pertumbuhan bakteri sehingga lebih baik

ditambahkan dengan pengawet antimikroba. Serbuk HPMC baik disimpan

dalam kotak tertutup rapat, sejuk dan kering.

10. Metode Pembuatan

Merupakan bentuk murni dari selulosa, diperoleh dari kapas atau pulpa

kayu yang direaksikan dengan larutan NaOH untuk menghasilkan selulosa

alkali yang mengembang di mana secara kimia bersifat lebih reaktif

dibanding selulosa biasa. Selulosa alkali ini kemudian dicampur dengan

klorometana dan propilen oksida untuk menghasilkan ester metil

hidroksipropil.

11. Inkompatibilitas

HPMC inkompatible dengan beberapa agen pengoksidasi.

II.6.7. Hydroxyethyl Cellulose (HEC)

1. Sinonim

Selulosa hidroksietil eter, etil hidroksi selulosa, etilose, hyetellose

2. Kelarutan

Larut dalam air panas maupun dingin; praktis tidak larut dalam aseton,

etanol (95%), eter, toluene, dan pelarut organik lainnya; larut sebagian

dalam pelarut organik polar seperti glikol.

3. Pemerian

Serbuk berwarna coklat terang atau krem keputihan, tidak berbau dan

berasa, higroskopik.

27

Page 28: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

4. Struktur

5. Fungsi

Coating agent, suspending agent, binder, thickening agent, viscosity-

increasing agent.

6. Aplikasi dalam Formulasi Farmasetik

HEC adalah zat nonioonik dan polimer larut air. HEC biasa digunakan

sebagai thickening agent sediaan optalmik dan sediaan topikal, juga

sebagai binder dan penyalut dalam tablet. Saat ini juga digunakan

sesebagai lubrikan untuk sediaan obat mata, pembersih lensa kontak, dan

mulut kering.

Konsentrasi pemakaian HEC dalam sediaan bergantung pada pelarut dan

bobot molekulnya. HEC juga banyak dipakai dalam kosmetik.

7. Mekanisme sebagai sustained release

HEC (polimer matriks) digunakan agar difusi obat masuk ke dalam fase

aqueous-nya berjalan lambat. Hubungan hidrofilik-hidrofobik digunakan

untuk menghasilkan pelepasan obat yang lebih konstan dan teratur.

8. Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan

Serbuk HEC stabil dengan zat higroskopik. Larutan HEC relative stabil

pada pH 2-12 tanpa mempengaruhi viskositas larutan. Larutan kurang

stabil dibawah pH 5 dan menyebabkan hidrolisis. Pada pH tinggi, dapat

terjadi oksidasi. Peningkatan temperatur mengurangi viskositas larutan

HEC.namun dengan pendinginan, viskositasnya dapat kembali. Pada

penyimpanan yang lama, larutan HEC harus ditambah antimikrohba.

Serbuk HEC harus disimpan dalam keadaan tertutup, sejuk, dan kering.

28

Page 29: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

9. Metode Pembuatan

Selulosa murni direaksikan dengan natrium hidroksida untuk membentuk

alkali selulosa, yang secara kimia lebih reaktif disbanding selulosa yang

tidak mendapat perlakuan. Alkali oksida kemuadian direaksikan dengan

etilen oksida untuk menghasilkan hidroksietil selulosa eter.

10. Inkompatibilitas

HEC toleransi terhadap larutan elektrolit, meskipun larutan dapat terjadi

salting out bila dicampur dengan larutan garam, seperti ammonium sulfat,

disodium fosfat, magnesium sulfat, dan zink sulfat. HEC juga

inkompatibel dengan bahan berfluoresensi dan disinfektan kuarterner

Karena akan menigkatkan viskositas larutannya.

II.6.8. Hidroksipropil Selulosa (HPC)

1. Sinonim

Cellulose, hydroxypropyl ether; E463; hydroxypropylcellulosum;

hyprolose; Klucel ; Nisso HPC; oxypropylated cellulose.

2. Kelarutan

Praktis tidak larut dalam etanol95% dan eter. Larut dalam larutan NaOH

(1 dalam 10) dan menghasilkan larutan encer. Dalam air tidak larut,

melainkan mengembang.

3. Pemerian

HPC merupakan serbuk putih sampai agak kuning, tidak berbau, dan tidak

berasa.

4. Rumus Struktur

R = H atau [CH2CH(CH3)O]mH

29

Page 30: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

5. Fungsi

Coating agent, emulsifying agent, stabilizing agent, suspending agent,

pengikat (binder) pada tablet, thickening agent, viscosity-increasing agent.

6. Aplikasi dalam Formulasi Farmasetik

HPC digunakan secara luas sebagai formulasi oral dan topikal. Pada

produk oral, HPC biasanya digunakan dalam pembuatan tablet sebagai

binder, film-coating, dan sebagai matriks pembentuk sediaan pelepasan

terkendali. Dalam konsentrasi antara 2-6% w/w dari HPC biasanya

digunakan sebagai binder dalam granulasi basah, kering, atau kempa

langsung. Konsentrasi antara 15-35% w/w dari HPC digunakan untuk

memproduksi tablet extended-release. Tingkat pelepasan dari obat

bertambah seiring dengan berkurangnya viskositas dari HPC. Penambahan

surfaktan anionik akan meningkatkan viskositas dari HPC dan akhirnya

akan mengurangi kecepatan pelepasan obat. Pada konsentrasi 5%, HPC

digunakan sebagai film-coating tablet. Pada larutan berair, yang

mengandung HPC, dapat digunakan dengan metil selulosa atau larutan

etanol. HPC juga digunakan dalam proses mikroenkapsulasi dan sebagai

thickening agent. Pada formulasi topikal, HPC digunakan dalam sediaan

transdermal dan juga sediaan optalmik. HPC juga digunakan dalam

kosmetik dan produk makanan sebagai emulsifier dan stabilizer.

Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th Edition

7. Mekanisme dalam Sustained Release

HPC yang merupakan salah satu turunan dari selulosa memiliki fungsi

sebagai eksipien untuk obat-obat sustain release. Metode yang digunakan

dalam mengontrol pelepasan obatnya adalah dengan menggunakan metode

matriks. Cara kerjanya adalah dengan hidrasi dari polimer selulosa,

pembentukan gel dari permukaan polimer, erosi tablet, dan pelepasam obat

30

Page 31: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

yang terus-menerus. Setelah pencernaan, tablet dibasahi oleh cairan

lambung dan polimer mulai terhidrasi. Lapisan gel terbentuk di permukaan

tablet dan sejumlah obat dikeluarkan. Karena air terserap ke dalam tablet,

ketebalan dari lapisan gel semakin bertambah dan obat yang larut berdifusi

melewati lapisan tersebut. Ketika lapisan terluar dari tablet telah

seluruhnya terhidrasi, lapisan tersebut akan terkikis dari inti tablet. Jika

obat tidak larut, maka obat itu akan terlepas bersama dengan terkikisnya

lapisan luar tablet. Jadi, pelepasan obat diatur oleh proses difusi dan

pengikisan tablet.

8. Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan

Serbuk HPC adalah senyawa yang stabil walaupun zat ini akan menjadi

higriskopik setelah dipanaskan.

Larutan berair dari HPC akan stabil pada pH 6.0-8.0, dengan tidak

mempengaruhi viskositas dari larutan. Akan tetapi, pada pH rendah larutan

berair ini akan mengalami hidrolisis asam, dan mengakibatkan pemutusan

rantai lalu akhirnya akan mengurangi viskositas. Laju hidrolisis akan

bertambah seiring dengan bertambahnya suhu dan konsentrasi ion

hidrogen. Pada pH tinggi juga dapat terjadi penurunan polimer dan akan

berakibat pada menurunnya viskositas. Penurunan ini dapat terjadi karena

adanya oksidator di larutan.

Temperatur yang meningkat menyebabkan viskositas dari larutan yang

berair menurun secara teratur sampai viskositasnya turun drastis sampai

31

Page 32: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

45oC karena kelarutan yang terbatas dari HPC. Akan tetapi, proses ini

reversibel dan pada pendinginan viskositasnya akan kembali.

Serbuk HPC harus disimpan dalam kontainer tertutup dalam tempat yang

dingin dan kering.

9. Metode Pembuatan

Bentuk murni dari selulosa direaksikan dengan natrium hidroksida untuk

menghasilkan alkali selulosa. Alkali selulosa kemudian direkasikan

dengan propilen oksida pada suhu yang tinggi dan tekanan. Propilen

oksida dapat tersubstitusi pada selulosa di ikatan eter pada tiga gugus

hidroksil yang ada pada unit monomer anhidroglukosa rantai selulosa.

10. Inkompabilitas

HPC dalam larutan memperlihatkan beberapa inkompabilitas dengan

derivat fenol tersubstitusi, seperti metilparaben dan propilparaben. Adanya

polimer anionik dapat menyebabkan meningkatnya viskositas dari HPC.

Kompabilitas dari HPC dengan garam inorganik tergantung dari garam

dan konsentrasinya. HPC tidak dapat mentoleransi konsentrasi tinggi dari

material yang tidak larut.

II.6.9. Natrium Alginat

1. Sinonim

Algin; alginic acid, sodium salt; E401; Kelcosol; Keltone; Protanal;

sodium polymannuronate.

2. Nama Kimia

Sodium alginate

3. Kelarutan

Praktis tidak larut dalam etanol (95%), eter, kloroform, dan etanol atau

campuran air dimana kandungan etanol lebih dari 30%. Selain itu, praktis

tidak larut dalam pelarut organik lain dan larutan asam encer dimana pH

32

Page 33: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

kurang dari 3. Larut perlahan dalam air yang membentuk larutan koloidal

lengket.

4. Pemerian

Natrium alginat berupa serbuk warna putih atau kuning-coklat pucat, tidak

berbau dan tidak berasa.

5. Struktur

6. Fungsi

Stabilizing agent; suspending agent; disintegran tablet dan kapsul; tablet

binder; agen peningkat viskositas.

7. Aplikasi dalam Formulasi Farmasetik

Natrium alginat digunakan dalam variasi formulasi farmasetik oral dan

topikal. Dalam formulasi tablet, natrium alginat dapat digunakan sebagai

binder dan disentegran, dalam formulasi kapsul sebagai bahan pengikat.

Selain itu, digunakan dalam pembuatan formulasi oral sustained release

karena dapat menghambat disolusi bahan obat dari tablet, kapsul, dan

cairan suspensi.

Dalam formulasi topikal, natrium alginat secara luas digunakan sebagai

agen pengental dan suspensi dalam variasi pasta, krim, dan gel, dan

sebagai agen stabilisasi untuk emulsi air dalam minyak.

Baru-baru ini, natrium alginat telah dapat digunakan untuk obat

mikroenkapsulasi berlawanan dengan teknik mikroenkapsulasi obat

konvensional umumnya yang menggunakan sistem pelarut organik. Secara

33

Page 34: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

terapi, natrium alginat dikombinasikan dengan reseptor antagonis H2 dalam

mengatur reflux gastroesofagial.

8. Mekanisme sebagai sustained release

Prinsip golongan pembentuk matriks yang tidak dapat dicerna dan dapat

membentuk gel didalam saluran pencernaan: pelepasan obat dikendalikan

melalui penetrasi air, melalui lapisan yang terbentuk karena hidrasi polimer

dan difusi obat melalui polimer yang terhidrasi.

Natrium alginat memiliki mekanisme matriks hidrofilik dan termasuk

golongan pembentuk matriks yang tidak dapat dicerna dan dapat membentuk

gel didalam saluran pencernaan. Sistem matriks hidrofilik mampu

mengembang dan diikuti oleh erosi dari bentuk gel sehingga obat dapat

terdisolusi dalam media air. Pada saat komponen hidrofilik kontak dengan

air, maka akan terbentuk lapisan matriks yang terhidrasi. Lapisan inilah

yang akan mengontrol difusi air selanjutnya ke dalam matriks. Difusi obat

melalui lapisan matriks terhidrasi mengontrol kecepatan pelepasan obat.

Lapisan matriks terhidrasi akan mengalami erosi sehingga menjadi

terlarut, kecepatan erosi tergantung dari sifat koloid.

9. Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan

Natrium alginat merupakan bahan bersifat higroskopis meskipun dapat

stail pada kondisi kelembaban relatif dan temperatur rendah. Larutan

Natrium alginat sangat stabil pada pH 4-10. larutan ancer 1 % natrium

alginat terekspos pada temperatur yang berbeda memiliki viskositas 60-

80% dari nilai aslinya setelah penyimpanan selama 2 tahun. Larutan tidak

boleh disimpan dalam wadah logam.

10. Metode Pembuatan

Asam alginat diekstraksi dari ganggang coklat dan dinetralisasi dengan

natrium bikarbonat untuk membentuk natrium alginat.

11. Inkompatibilitas

Natrium alginat inkompatible dengan turunan acridine, kristal violet,

garam kalsium, logam berat, dan atanol dengan konsentrasi lebih besar

34

Page 35: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

5%. Konsentrasi rendah dari elektrolit menyebabkan peningkatan

viskositas, namun konsentrasi elektrolit yang tinggi menyebabkan proses

asalting-out natrium alginat.

II.6.10. Carbomer

1. Sinonim

Carbopol; Acrylic Acid Polymer; polyacrylic acid; carboxyvinyl polymer;

Karboksipolietilen (Rumus Kimia)

2. Berat Molekul

Karbomer adalah polimer sintetik dari asam akrilat yang mempunyai

ikatan silang dengan either allyl sucrose atau sebuah alil ethers dari

pentaerythritol. Karbomer mengandung asam karboksilat antara 56%

hingga 68% pada keadaan kering. Berat molekulnya secara teoritis

diperkirakan sekitar 7 x 105 hingga 4 x 109.

3. Rumus Struktur

Polimer karbomer dibentuk dari pengulangan unit asam akrilat. Rantai

polimer berikatan silang dengan allyl sucrose atau allyl pentaerythritol.

(monomer asam akrilat dalam karbomer)

4. Pemerian

Sebagai serbuk putih, asam, higroskopic, dengan sedikit bau yang khas.

35

Page 36: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

5. Fungsi

Bioadhesive; Emulsifing Agent; Release-Modifying Agent; Suspending

Agent; Tablet Binder; Viscosity- Increasing Agent.

6. Aplikasi dalam Formulasi Farmasetik:

Karbomer paling banyak digunakan dalam sediaan liquid atau

semisolid sebagai suspending atau viscosity-increasing agent.

Termasuk krim, gel, dan salep yang diindikasikan untuk penggunaan

ophtalmic, rektal, dan topikal.

Pada formulasi tablet, karbomer digunakan sebagai binder (baik

dalam granulasi basah atau kering).

Resin karbomer diketahui ada dalam sediaan sustained-release, yaitu

di dalam rangkaian matrix sebagai inhibitor enzim protease di dalam

usus (pada sediaan yang mengandung peptida), sebagai bioadhesive

(pada sediaaan untuk serviks dan untuk pemberian mikrosfer

intranasal), untuk penyampaian obat spesifik pada esofagus, dan

sebagai mucoadhesive untuk pemberian oral dalam sediaan obat

spesifik.

Karbomer digunakan sebagai emulsifying agent dalam sediaan

emulsi minyak dalam air untuk pengunaan eksternal.

Karbomer juga digunakaan dalam sediaan kosmetik.

7. Mekanisme sebagai Sustained Release :

Carbopol memiliki temperatur “glass transition” 1050C saat kering, namun

ketika ditambahkan air, suhunya akan menurun secara drastis.

• Ketika polimer kering, zat aktif akan terperangkap dalam “glass-

core”.

• Kemudian adanya air akan menembus permukaan eksternal dari

matriks polimer-obat, polimer karbomer akan membentuk sebuah

lapisan gelatin dan zat aktif menjadi terperangkap dalam wilayah

hidrogel.

• Karbomer bersifat unik karena membentuk “diskrit mikrosfer” dari

polimer dan air membentuk saluran kecil antara mikrogel sebagai

sistem yang terhidrasi.

36

Page 37: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

• Pada akhirnya, air memaksa mikrogel berpisah karena adanya

tekanan osmotik.

• Kemudian zat aktif dari kompleks obat-mikrogel akan lepas secara

kontinu.

Pelepasan ini dipengaruhi oleh kelarutan obat, tingkat hidrasi jaringan

polimer karbomer, tingkat “cross-linked” dan pembengkakan matrix, serta

interaksi ionik antara polimer dan obat. Pembengkakan matriks

dipengaruhi oleh pH lingkungan setempat, yang mengakibatkan lepasnya

obat.

8. Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan :

Karbomer stabil dan merupakan bahan yang higroskopis dan dapat

dipanaskan hingga temperatur di bawah 1040C untuk dua jam tanpa

berpengaruh pada hasil pengentalannya. Walaupun, pemanasan pada

temperatur berlebihan dapat menyebabkan diskolorasi dan menurunkan

stabilitasnya. Karbomer harus disimpan pada botol yang tahan korosi,

kering, sejuk, dan kedap udara. Penggunaan wadah dari gelas, plastik atau

resin direkomendasikan. Penggunaan tube aluminium diizinkan untuk

sediaan dengan pH di bawah 6,5.

9. Metode Pembuatan

Karbomer diproduksi di dalam campuran kosolven dengan sebuah

penolong polimerisasi yang tepat dan resn diikat secara “crosslinked”

dengan polyalkenyl polyether.

10. Inkompatibilitas

Karbomer terdiskolorasi dengan resorsinol dan inkompatibel dengan fenol,

polimer kationik, asam kuat, dan elektrolit dalam jumlah besar.

Penambahan antimikroba tertentu dihindari atau digunakan dalam jumlah

rendah. Besi atau logam transisi lainnya dapat mengkatalisis penurunan

dispersi karbomer. Pemanasan yang kuat dapat diakibatkan jika adanya

kontak karbomer dengan bahan dasar yang kuat, seperti amonia, kalium,

atau natrium hidroksida, atau dengan amin.

37

Page 38: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

II.6.11. Asam Hyaluronat

1. Sinonim

Hyaluronan.

2. Nama Kimia

Sodium alginate

3. Kelarutan

Larut dalam air,namun, kelarutannya bergantung dengan berat

molekulnya, dimana berat molekul semakin besar semakin sulit hyaluronat

terdisolusi dalam air. Sedikit larut dalam campuran pelarut organik dan air.

4. Pemerian

Serbuk atau granul putih hingga kekuningan yang bersifat sangat

higroskopis.

5. Struktur

Asam Hyaluronat Natrium Hyaluronat

6. Fungsi

Merupakan komponen utama kulit pada saat perbaikan kulit, sehingga

dapat digunakan pada sediaan untuk mengobati luka peradangan pada

kulit.

Dapat digunakan sebagai pengobatan kulit kering, kulit bersisik

(xerosis) yang disebabkan oleh dermatitis atopik (eksim) dengan

natrium hyaluronate sebagai bahan aktif.

Hyaluronan juga digunakan untuk mengobati osteoartritis pada lutut

sebagai perawatan, yang disebut viscosupplementation, yaitu

menyuntikkan hyaluronan ke dalam sendi lutut sehingga dapat

38

Page 39: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

melengkapi viskositas cairan sendi sehingga berfungsi sebagai

pelumas sendi,dan bantalan yang bersama.

7. Aplikasi dalam Formulasi Farmasetik

Dalam sediaan hyaluronan yang digunakan adalah bentuk garam

Natriumnya. Pada pH fisiologis, Natrium Hyaluronat akan

membentuk asam Hyaluronat.

Pada sediaan sustained release, asam hyluronat digunakan sebagai

pembentuk basis microporous hydrogel yang dapat dikombinasikan

dengan polimer lain seperti CMC, hidroksi etil selulosa, hidroksi

propil selulosa.

Natrium Hyaluronat juga digunakan sebagai humektan dan lubricant.

8. Mekanisme sebagai sustained release

Asam hyaluronat dapat membentuk lapisan hidrogel sehingga akan

mengembang pada suasana berair. Sifat ini dapat dikombinasikan dengan

polimer lain yang hidrofilik, sehingga dapat membentuk lapisan hidrogel

yang kompak dan dapat mengatur durasi pelepasan obat. Asam hyaluronat

digunakan sebanyak 0.1 – 2,0 % pada larutan sebagai thickening agent, 1 -

1,5 % pada larutan injeksi, 2,0- 3,0 % pada gel topikal.

Pada sediaan gel, penggunaan asam hyaluronat sebagai agent lepas lambat

adalah dengan cara membuat larutan hidrogel terlebih dahulu kemudian

zat aktif berupa bentuk padat dapat didispersikan dalam larutan hidrogel

tersebut.

9. Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan

Natrium alginat merupakan bahan bersifat higroskopis meskipun dapat

stail pada kondisi kelembaban relatif dan temperatur rendah. Larutan

Natrium alginat sangat stabil pada pH 4-10. larutan ancer 1 % natrium

alginat terekspos pada temperatur yang berbeda memiliki viskositas 60-

80% dari nilai aslinya setelah penyimpanan selama 2 tahun. Larutan tidak

boleh disimpan dalam wadah logam.

39

Page 40: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

10. Metode Pembuatan

Asam hyaluronat secara alami terdapat dalam vitreous humor, serum, kulit

ikan hiu, dan kartilago, dan “chicken combs”. Hyaluronat biasanya di

ekstrak dan murnikan dari chicken combs. Selain itu juga dapat dibuat

dengan fermentasi oleh bakteri Sterptococcus zooepidemicus, asam

hyaluronat yang dihasilkan dipisahkan dengan cara filtrasi dan dimurnikan

dengan cara ultrafiltrasi, kemudian di presipitasikan dengan menggunakan

pelarut organik dan akhirnya dikeringkan.

11. Inkompatibilitas

Natrium alginat inkompatible dengan turunan acridine, kristal violet,

garam kalsium, logam berat, dan atanol dengan konsentrasi lebih besar

5%. Konsentrasi rendah dari elektrolit menyebabkan peningkatan

viskositas, namun konsentrasi elektrolit yang tinggi menyebabkan proses

asalting-out natrium alginat.

II.6.12. Karagenan

1. Sinonim

Chondrus extract; E407; Gelcarin; Genu; Hygum TP-1; Irishmoss extract; Marine Colloids; SeaSpen PF; Viscarin.

2. Pemerian

Karagenan diekstraksi dari rumput laut, warnanya kuning kecoklatan hingga putih, berupa serbuk halus, tidak berbau dan tidak berasa.

40

Page 41: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

3. Struktur

4. Fungsi

Emulsifying agent, basis gel, stabilizing agent, suspending agent, tablet

matriks sustained release, peningkat viskositas

5. Aplikasi dalam Formulasi Farmasetik

Karagenan biasa digunakan sebagai sediaan nonpareteral seperti suspensi,

emulsi, gel, krim, losion, obat tetes mata, supositoria, tablet dan kapsul.

Suspensi biasanya menggunakan k-Carragenan dan fraksi λ-Carrageenan.

Pada konsentrasi 0,7 % λ-Carrageenan menghasilkan viskositas pada

cairan. Pada konsentrasi 0.1–0.5% karagenan menghasilkan emulsi yang

stabil. Karagenan juga digunakan sebagai losion tangan.

i-Carrageenan menghasilkan shear-thinning thixotropic gel sehingga dapat

dengan mudah dituang dan dikocok.

Studi terhadap karagenan menujukkan bahwa karagenan menghasilkan

adesi yang paling besar dan digunakan untuk pembawa oral dan buccal.

41

Page 42: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

Terkait dengan matriks tablet, karagenan dengan eksipien lain mengatur

pelepasan obat, karagenan merupakan pengikat yang baik. Apalagi inklusi

garam kalsium dan kalium pada tablet menghasilkan lingkungan mikro

untuk terjadinya gelatinasi yang akan mengontrol pelepasan obat.

Karagenan juga digunakan sebagai bahan kapsul keras dan kapsul lunak.

Karagenan juga digunakan untuk pasta gigi dan kosmetik..

6. Mekanisme sebagai sustained release

Studi terhadap karagenan:

Evaluasi terhadap grade karagenan (kappa, iota dan lambda) dan

konsentrasi (5-10-20% (w/w) pada pelepasan obat dengan etilselulosa

based mini matrices. Hasil : pelepasan obat di air tergantung pada

konsentrasi kappa CG: pelepasan obat orde nol terjadi pada 5% (w/w) CG

(70% pelepasan setelah 24jam), bahkan burst release telah diobservasi

pada formulasi CG 10 and 20% (w/w) (kedua formulasi melepaskan obat

60% setelah 4 jam). Kesimpulan: Ethylcellulose mini-matrices

mengandung 5% (w/w) CG memiliki kinetic pelepasan obat orde nol .

Pelepasan obat dari CG/ethylcellulose mini-matrices was robust karena

pelepasan obat tidak tergantung medium disolusi (pH, kekuatan ionik dan

penambahan kation).

Pd formulasi fenilpropanolamin, telah dilakukan studi terhadap HPC, guar,

pektin, karagenan, CMC dan HEC, dengn konsentrasi 30% dengan teknik

granulasi basah. Berdasarkan profil sustained releasenya teryata HPC >

karagenan > HEC = pectin > CMC.

7. Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan

Karagenan stabil, higroskopik, disimpan di tempat yang sejuk dan kering.

8. Metode Pembuatan

Karagenan dibuat dari Eucheuma, Chondrus, dan Gigartina. Rumput laut

ini di keringkan secara cepat untuk menghindari degradasi. Kemudian

rumput laut di cuci berulang kali untuk menghilangkan pengotor seperti

pasir, garam, dan pengotor lainnya. Kemudian dilanjutkan dengan proses

42

Page 43: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

ekstraksi alkali panas, untuk mengeluarkan karagenan dari sel. Dalam

larutan panas, karagenan di ubah menjadi bentuk serbuk.

3 proses dapat digunakan untuk mengubah karagenan dari bentuk cairnya.

Pertama adalah teknik ‘freeze–thaw’. Larutan di bentuk menjadi gel

dengan garam bervariasi kemudian gel di bekukan. Selamaa proses

thawing, air dikeluarkan, lalu, karagenan dan garam mengendap

menjadipartikel kecil.

Cara kedua adalah metode presipitasi alcohol, yang berhubungan dengan

konsentrasi larutan karagenan dan ditempatkan di alcohol. Ini

menyebabkan karagenan mengalami presipitasi keluar dari larutan.

Kosolven dievaporasi karagenan terpresipitasi di keringkan dan

diendapkan menjadi partikel kecil.

Metode ketiga adalah presipitasi KCL, dimana setelah ekstraksi panas

filtrate dievaporasi untuk mengurangi volum filtrate. Filtrate kemudian

diekstruksi melalui spirenet ke dalam larutan potassium klorida dingin

1%-1,5%.. hasilnya yang berupa gel kemudian di cuci dengan KCL dan di

tekan, dikeringkan dan milled menjadi serbuk karagenan.

9. Inkompatibilitas

Karagenan dapat bereaksi dengan material kationik. Jika kompleksasi

material kationk, maka penggunaan karagenan tersebut tidak disarankan.

II.6.13. Poli Asam Laktat / Poly Lactic Acid (PLA)

1. Sinonim

Polylactide ; Poly(2-hydroxypropionic acid).

2. Pemerian

Kristal.

3. Struktur

43

Page 44: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

4. Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan

Hindari kontak dengan udara atau disimpan dengan pengering.

5. Metode Pembuatan

SintesisFermentasi bakteri dimanfaatkan untuk menghasilkan asam laktat dari

jagung maupun tebu. Akan tetapi asam laktat tidak dapat secara langsung

berpolimerisasi menjadi suatu senyawa yang berguna karena setkiap reaksi

polimerisasi mengthasilkan satu molekul air yang dengan adanay air ini

akan memutuskan rantai polimer sehingga hanya berat molekul rendahlah

yang dapat diamati. Sebalikanya asam laktat akan mengalami

oligomerisasi kemudian mengalami dimerisasi dengan bantuan katalisator

untuk membentuk monomer siklis laktat. Meskipun dimerisasi

menghasilkan molekul air, molekul air tersebut dapat terpisah sebelum

reaksi polimerisasi. PLA dengan bobot molekul yang besar dapat

dihasilkan melalui monomer laktida melalui polimerisasi pembukaan

cincin (open ring polymerization) dengan menggunakan katalisator adalah

timah klorida,SnCl2..

Proses Sintesis Poli Asam Laktat

6. Inkompatibilitas

Stabil.

44

Page 45: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

II.6.14. Poli Asam Glikolat

1. Sinonim

1,4-dioksan-2,5-dion ; Polyglycolic acid(PGA) ; Polyglycolide.

2. Rumus Molekul

(C2H2O2)n

3. Berat Molekul

(58.04)n

4. Pemerian

Tidak laut dalam air, polimer dengan bobot molekul yang besar tidak larut

di dalam pelarut organik sedangkan polimer dengan bobot molekul rendah

lebih larut di dalam pelarut organic.

5. Struktur

6. Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan

Hindari kontak dengan udara atau disimpan dengan pengering.

7. Metode Pembuatan

Adapun proses sintesis poli asam glikolat melalui beberapa proses :

1. Polikondensasi dari asam glikolat

2. Polimerisasi pembukaan cincin

3. Polikondensasi dengan halogen asetat

Reaksi dikatalisis oleh asam

Beberapa penelitian

yang menunujukan

45

Page 46: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

bahwa poly(lactic acid) dan poly(glycolic acid) digunakan sebagai eksipien unutk

sustained release:

1. Comparative study on sustained release of human growth hormone from

semi-crystalline poly(  -lactic acid) and amorphous poly(  ,  -lactic-co-

glycolic acid) microspheres: morphological effect on protein release.

Oleh : Hong Kee Kim and Tae Gwan Park (Science Direct journal)

2. Controlled Delivery Systems for Proteins Based on Poly(Lactic/Glycolic

Acid) Microspheres.

Oleh : Smadar Cohen, Toshio Yoshioka, Melissa Lucarelli,

Lena H. Hwang and Robert Langer. (SpingerLink Journal)

3. In Vitro Release of Theophylline from Poly(Lactic Acid) Sustained-

Release Pellets Prepared by Direct Compression. Oleh : A. Kader ;R.

Jalil  (Sumber : Informa World)

46

Page 47: Kelompok 3 - Eksipien Untuk Sustained Release

BAB III

PENUTUP

III.1. Kesimpulan

Sustained release merupakan bentuk sediaan yang dirancang untuk melepaskan

obatnya ke dalam tubuh secara perlahan-lahan atau bertahap sehingga

pelepasannya lebih lama dan memperpanjang aksi obat. Tujuan utama dari

sediaan lepas terkendali adalah untuk mencapai suatu efek terapetik yang

diperpanjang disamping memperkecil efek samping yang tidak diinginkan yang

disebabkan oleh fluktuasi kadar obat dalam plasma. Long acting menyatakan

durasi kerja obat yang relatif lama tanpa menjelaskan durasi pelepasan bahan

aktif ari bentuk sediaannya.

Keuntungan sediaan sustained release ini antara lain sediaan tersebut dapat

dikonsumsi dengan tidak begitu sering dibandingkan sediaan yang diformulasikan

untuk lepas segera dengan komposisi obat yang sama dan sediaan ini dapat lebih

terjaga secara terus-menerus dalam aliran darah. Tablet sustained relesase

diformulasikan di mana bahan-bahan aktif dilingkupi dengan lapisan matriks tak

larut sehingga proses pelarutan bahan obat terjadi melalui suatu lubang pada

matriks. Pada beberapa formulasi, matriks dibuat mengembang menjadi bentuk

gel sehingga obat terlebih dahulu akan larut pada matriks kemudian keluar

melalui lapisan matriks terluar.

Untuk mencapai fungsi pelepasan obat lepas lambat, sediaan sustained release

memerlukan bahan-bahan tambahan sebagai penunjang aksi mekanisnya. Bahan-

bahan tersebut antara lain Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC), Asam Alginat,

Carbomer, Polymethacrylates, Hydroxy Ethyl Celullosa (HEC), Asam Hyaluronat

(Hyaluronan), Hidroksipropil Selulosa(HPC), Etil Selulosa (Ethylcellulose), dan

sebagainya.

47