kelompok 3
DESCRIPTION
cxczcxzxvxzvTRANSCRIPT
MTHT
Kelompok 3 kasus 2
SKENARIO KASUSPak Amir, usia 58 tahun, datang ke unit emergensi
rumah sakit swasta dengan riwayat mimisan sejak 2 hari yang lalu. Saat berusia anak-anak, Pak Amir pernah mengalami mimisan yang dapat berhenti dengan spontan jika dipencet cuping hidungnya. Dua hari ini, ia mengalami mimisan yang berlangsung terus dan jika membuang ludah selalu terdapat darah segar. Riwayat penyakit dahulu hipertensi sejak 5 tahun dan menderita dislipidemia.
Kata kunci: mimisan, hipertensi, dislipidemia
Terminologi Mimisan = epistaksis
Perdarahan yang keluar dari lubang hidung bisa berasal dari rongga hidung atau nasofaring.
Hipertensi Tekanan darah yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg (JNC VII).
Dislipidemia Kelainan metabolisme lipid ditandai peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kenaikan kadar kolesterol total, LDL, dan trigliserida, serta penurunan kadar HDL.
Profil Lemak Normal :Kolesterol total < 200 mg/dlKolesterol LDL < 130 mg/dlKolesterol HDL >45 mg/dlTrigliserida <200 mg/dl
Pak Amir58 tahun
Keluhan utama :
Mimisan sejak 2 hari lalu
- Mimisan terus menerus - Saat membuang ludah ada darah segar
Riwayat penyakit dahulu:-Dislipidemia-hipertensi
Saat anak- anak:Mimisan berhenti spontan jika dipencet
Faktor resiko terjadi
arteriosklerosis
Epistaksis posterior
Epistaksis anterior
• Hidung Luar (Nasus Eksternus): – Dorsum Nasi– Apeks Nasi– Radiks Nasi– Ala Nasi
• Hidung Dalam (Nasus Internus): – Rongga Hidung – Septum Nasi
• Sinus Paranasales: – Sinus Frontalis– Sinus Maksilaris– Sinus (Sel-sel) Ethmoidalis– Sinus Sfenoidalis
Anatomi Hidung
Hidung Luar (Nasus Eksternus)Dorsum Nasi Apeks Nasi Radiks Nasi Ala Nasi
created by rolanda
• Cavum nasi (rongga hidung)– Ataplamina cribriformis os ethmoidale, disini
terdapat n. olfaktorius– Dasar processus palatinus os maxilla dan the
lamina horizontalis os palatina– Os nasale– Os vomer
Hidung Dalam (Nasus Internus)
• Cavum nasi (rongga hidung)– Trdpt tonjolan & lipatan selaput lendir hidung, yg
disebut konka, tdd :• konka nasalis inferior• konka nasalis media• konka nasalis superior
– Meatus nasi inferior ruang antara dasar cavum nasi dg konka nasalis inferior
– Meatus nasi media ruang antara konka nasalis inferior dg media
– Meatus nasi superior ruang antara konka nasalis media dg superior
Hidung Dalam (Nasus Internus)
Meatus nasi inferior
konka nasi inferior
konka nasi media
meatus nasi media
Septum nasiLamina perpendicularis os ethmoidalisOs vomerCartilago septi nasi
Hidung Dalam (Nasus Internus)
11
1. Arteri Etmoidal Anterior Dan Posterior - Cabang A. Oftalmika Dari A. Karotis Interna
- Mendarahi : Atap Kavum Nasi Sinus Frontal
Sinus Etmiodal
2. Arteri Sfenopalatina
- Cabang A. Maksila Interna Dari A. Karotis Eksterna
- Cabang-cabang A. Maksila Interna Tdd : A. Labial Superior
A. Infra Orbital Mendarahi Sinus Maksila A. Alveolar
A. Faringeal Mendarahi Sinus Sfenoid
Pendarahan Hidung
}
3. Arteri Palatina Mayor (Ujung) - Mendarahi : Bagian Bawah Kavum Nasi 4. Arteri Fasial (Cabang) - Mendarahi Bagian Depan Hidung
5. Cabang-cabang A. Sfenopalatina. A. Etmoid Ant. A. Labialis Sup Dan A. Palatina Mayor
1. N. Sfenopalatina
Serabutnya melalui ganglion sfenopalatina, bergabung dengan N. Maksila.Fungsi : sensori sebagian besar hidung
2. N. Etmoidal anterior
- Cabang nasosiliar dari N. Oftalmikus yang asalnya dari N.V
- Fungsi : mensarafi bagian anterior dan atas hidung
-Serabutnya pada ujung anterior laminakribrosa di puncak hidung cabang hidung luar : n.Nasalis eksterna.
3. N. Olfaktorius- Untuk special sensation
- Serabutnya hidung melalui lamina kribrosa (di puncak hidung) septum nasi bagian atas dan konka superior di sisi medial
Persarafan Hidung
Permukaan luar hidung :• Kulit , tdd :
kel. Sebasea kel. Sudorifera folikel rambut
• Rambut kaku dan kasar menapis benda2 kasar• Vestibulum nasi, merupakan rongga, dilapisi
epitel berlapis gepeng bertanduk, pada vestibulum ke arah dalam menjadi epitel berlapis gepeng tidak bertanduk
Histologi Hidung
Konka = turbinate bones, menyebabkan udara berputar, membantu kontak antara udara inspirasi dgn lapisan mukosa, shg benda kecil mudah ditangkap dan gas2 yang berbahaya dapat diserap
Terdapat banyak pleksus pembuluh darah berdinding tipis, terletak dangkal di permukaan disebut jaringan kavernosa atau jaringan erektil.
• Jaringan kavernosa dapat melebar penuh terisi darah, sehingga membatasi aliran udara di daerah tersebut, dan melindungi epitel respirasi dari kekeringan
Konka
Terdapat epitel respirasi berupa epitel bertingkat torak bersilia dengan sel goblet
Lamina propria terdapat kelenjat tubuloalveolar Terdapat sekret serosa dan mukosa Fungsi sekret melembabkan udara inspirasi Fungsi silia mendorong lapisan lendir ke arah nasofaring untuk
selanjutnya ditelan atau dibatukkan keluar
Mukosa hidung
• Reseptor penghidu adalah mukosa olfaktorius• Epitel olfaktori adalah bertingkat silindris tanpa sel
goblet • Epitel ini disusun oleh :
Sel penyokong Sel basal Sel olfaktoris
Alat Penghidu
Fisiologis Hidung
1. Fungsi RespirasiUntuk mengatur kondisi udara,penyaring udara,humidifikasi,penyeimbang dalam pertukaran tekanan dan mekanisme imunologik lokal
2. Fungsi PenghiduKarena terdapat mukosa olfaktorius dan resorvoir udara untuk menampung stimulus penghidu
3. Fungsi FonetikUntuk resonansi suara,membantu proses bicara dan mencegah hantaran suara sendiri untuk konduksi tulang
4. Fungsi Statik dan MekanikUntuk meringankan beban kepala,proteksi terhadap trauma dan pelindung panas
5. Refleks NasalRangsang bau tertentu akan menyebabkan sekresi kelenjar liur,lambung,pankreas
EPISTAKSIS
DEFINISIPerdarahan yang berasal dari rongga hidung, yang merupakan suatu gejala bukan penyakit.
ETIOOGILOKAL SISTEMIK1. Trauma 2. Kelainan anatomi3. Kelainan pembuluh
darah4. Infeksi lokal5. Benda asing6. Tumor7. Pengaruh udara
lingkungan
1. Penyakit kardiovaskular
2. Kelainan darah3. Infeksi sistemik4. Perubahan tekanan
atmosfir5. Kelainan hormonal6. Kelainan kongenital
Dislipidemia
•Akumulasi lipid• LDL teroksidasi• Adhesi Monosit• Foam Cell•Tromobosis
Pembuluh darah dapat mengalami
kerusakan
Dapat terjadi perdarahan
spontan (akibat pecahnya pembuluh-
pembuluh kecil) misalnya:epistaksi
s
Penegakan diagnosis1.Anamnesis-Frekwensi-Berapa banyak darah yang keluar-Riwayat trauma, sinusitis, operasi sinus-Riwayat hipertensi, kardio vaskular, arterosklerosis-Obat aspiris, koagulan ?2.Pemeriksaan fisik-Cek tanda-tanda vital-Rinoskopi anterior untuk melihatvestibulum, mukosa hidung, septum nasi, dinding lateral, konka-Rinoskopi posterior untuk melihat nasofaring, adanya neoplasma ?
3. Pemeriksaan penunjangPemeriksaan Laboratorium
Jika perdarahan sedikit dan tidak berulang, tidak perlu dilakukan pemeriksaan penunjang. Jika perdarahan berulang atau hebat lakukan pemeriksaan lainnya untuk memperkuat diagnosis epistaksis.- Pemeriksaan darah tepi lengkap.- Fungsi hemostatis- EKG- Tes fungsi hati dan ginjal- Pemeriksaan foto hidung, sinus paranasal, dan nasofaring.- CT scan dan MRI dapat diindikasikan untuk menentukan adanya rinosinusitis, benda asing dan neoplasma.
Tatalaksana Umum Pasien harus dalam posisi tirah baring agak tinggi (45°) Periksa Keadaan Umum pasien Sumber perdarahan dicari dengan bantuan alat
penghisap untuk menyingkirkan bekuan darah Tampon kapas dibasahi dengan adrenalin 1: 10.000 dan
lidokain atau pantokain 2%. Kapas ini dimasukkan ke dalam rongga hidung untuk menghentikan perdarahan dan mengurangirasa sakit pada saat tindakan selanjutnya. Tampon ini dibiarkan selama 3 - 5 menit.
Perdarahan posterior diatasi dengan pemasangan tampon posterior atau tampon Bellocq (Kasa padat bentuk kubus / bulat dgn ukuran kurang lebih 3x2x2 cm) diikat oleh 3 utas benang, 2 buah di satu sisi dan sisanya di sisi lainnya.
Medika-mentosa → Anti-Hipertensi Kauterisasi : Anterior Bila Tampon Posterior tidak mampu menangani
perdarahan, maka dilakukan Ligasi Arteri Spesifik Rujuk ke dokter spesialis
Teknik Pemasangan Tampon Posterior Lakukan Anastesi Lokal Masukkan kateter karet melalui nares anterior sampai orofaring &
tarik keluar dari mulut Pada ujung kateter dikaitkan 2 benang Tampon Bellocq Kateter ditarik kembali melalui hidung sampai benang keluar &
dpt ditarik Dorong tampon dgn jari agar dpt melewati palatum mole masuk
ke nasofaring. Kedua benang yg keluar dr hidung diikat pd sebuah gulungan
kasa di depan nares anterior. Benang lain yg keluar dr mulut diplester dgn longgar pd pipi
pasien agar memudahkan pencabutan Tampon 2-3 hari pasca tindakan.
Tampon Bellocq
Blok Ganglion SpenopalatinumInjeksi 0,5 ml Xilocain 1 % dengan Epinefrin secara
berhati-hati ke dalam Kanalis Palatina Mayor vasokonstriksi A. Sfenopalatina & memberikan efek anestesi untuk pemasangan tampon posterior.
Bila perdarahan berasal dari cabang Arteri Sfenopalatina Epistaksis akan segera berkurang dalam beberapa menit.
Jika injeksi tidak memberi efek Epistaksis mungkin berasal dari A. Etmoidalis Posterior.
Tatalaksana DislipedemiaTurunkan Berat BadanPembatasan asupan garamPerbanyak konsumsi BuahPerbanyak aktifitas fisik
Referensi Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin, Restuti RD. Buku Ajar
Ilmu Kesehatan: telinga,hidung, tenggorok, kepala dan leher. In: Mangunkusumo E, Wardani RS. Epistaksis. 6th Ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010. p. 155-6.
Adam GL, Boies LR, Higler PA. Buku Ajar Penyakit THT. 6th Ed. Philadelphia : WB Saunders; 1989.