kelompok 2 etika bisnis dan profesi analisa lap.ganda bank lippo.presentasi
TRANSCRIPT
ANALISA KASUSLAPORAN GANDA BANK LIPPO
Anggota Kelompok:Puput Irawan 11201030004Khusnul Andriya S11201030007Galuh Indria Putri S11201030008Nur Izzati Choirina11201030015Luluk Indarti 11201030017Agus Murdianto 11201030029Elis Subandiyah 11201030000Miftakhul Huda 11201030038Saraswati Sukmazany11201030047
Dosen PembimbingDr. Sigit Hermawan, SE., M.Si
AKUNTANSI SORE 4-AUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SIDOARJO
BANK LIPPO
Tanggal 11 Maret 1948Pengusaha R.M Kusmuljono bersama Dasaad dan Hasim Ning mendirikan Bank Perniagaan Indonesia
Tanggal 29 Maret 1977• B
ank Perniagaan Indonesia melakukan penggabungan usaha dengan PT Central Commercial Bank.
Tahun 1982• K
elompok usaha Lippo & Salim mengambil alih 49% saham bank & mengangkat James Riady sebagai dirut.
Pada bulan Oktober 1988 usaha Lippo memanfaatkan peluang pakto:• M
engajukan permohonan izin penggabungan Bank Perniagaan Indonesia, Bank Bhumi Bahari, dan Bank Umum Asia.
• Mengganti nama Bank Perniagaan Indonesia menjadi Bank Lippo di akhir tahun 1988
• Meluncurkan produk Tabungan Hari Depan (Tahapan)
• Melakukan penawaran saham perdana (initial public offering-IPO) di BEJ pada akhir tahun 1989.
James riady
MOCHTAR RIADY
TANGAN DINGIN
KONTROVERSI BANK LIPPO
Penerbitan Laporan Ganda
Bank Lippo tahun 2002.
Mengembangkan usaha dengan memanfaatkan akuisisi internal
Masuknya Bank Lippo dalam
kelompok pertama program
rekapitalisasi pada bulan
Februari 1999Pada April
19999 Bank Lippo
membutuhkan tambahan dana
yang lebih besar yaitu 8,7
triliun
Kelompok usaha Lippo mengubah
nama PT. Lippo Life (asuransi jiwa) menjadi
PT. Lippo e-Net
Dua perusahaan Lippo yaitu PT.
Multipolar dan PT. Broadband Multimedia
mendapat sanksi dari Bapepam
Tuduhan pemerintah AS kepada James
Riady pada pemilihan
presiden AS tahun 1992 &
1996
LAPORAN GANDA BANK LIPPO
Diawali dengan tuduhan yang dilayangkan oleh salah seorang Komisaris Bank Lippo, Rudy T. Bachrie ke Markas Besar Kepolisian RI (mabes Polri) terhadap Lin Che Wei (seorang analis pasar modal) dengan tuntutan pencemaran nama baik Komisaris Bank Lippo melalui dua artikelnya di harian Kompas Tanggal 14 dan 19 Februari 2003
Munculnya kasus ini berawal ketika manajemen Bank Lippo, menyampaikan Laporan Keuangan Triwulan 3 Tahun 2002 pada tanggal 27 Desember 2002 ke Bursa Efek Jakarta (BEJ). Dalam laporan tersebut, dinyatakan bahwa asset Bank Lippo adalah Rp. 22,8 triliun dengan rugi bersih sebesarRp. 1,2 triliun, dan rasio kecukupan modal (CAR) 4,2%. Permasalahannya adalah sebulan sebelumnya, pada tanggal 28 November 2002, Bank Lippo telah mempublikasikan Laporan keuangan dengan angka yang berbeda, yakni asset sebesar RP. 24 triliun, laba besih RP. 99 miliar, dan CAR sebesar 24,8%. Perbedaan kedua laporan init ernyata disebabkan oleh adanya penurunan nilai asset yang diambil alih dari RP. 2,39 triliun menjadi RP. 1,42 triliun.
Ada kecurigaan di kalangan pasar modal bahwa semua itu bukan kejadian yang berdiri sendiri, melainkan sesuatu yang secara sistematis sudah lama dirancang. Tujuannya tidak lain adalah agar kelompok usaha Lippo dapat membeli Bank Lippo dengan harga murah. Indikasinya kuat karena transaksi jual beli sahamnya hanya dilakukan oleh broker itu-itu saja.
Menurut standar penilaian indonesia (SPI) terdapat dua tujuan utama penilaian, yaitu penilaian untuk laporan keuangan dan penilaian untuk jaminan pelunasan utang.
Andang kosasih (penilai dari PT. Provalindo nusa, melihat penilaian AYDA yang dilakukan oleh bank lippo memiliki kelemahan. Menurutnya, penilaian AYDA secara keseluruhan harus dilakukan oleh satu perusahaan penilai saja, atau paling tidak satu konsorsium perusahaan penilai. Sedangkan manajemen bank lippo memecah-mecah penilaian AYDA agar dapat memperoleh hasil penilaian secepat mungkin. Sebelas asset kepada provalindo dengan hasil penilaian sebesar 248,458 miliar. Kemudian 14 lagi kepada PT. Pronilai konsulis indonesia dengan penilai bagus wijoyo dan hasil penilaian sebesar 206,002 miliar. Sisanya, 42 aset kepada PT. Satyatama graha tara dengan hasil penilaian 836,645 miliar. Pada akhir bulan januari 2003, BPPN meminta bank lippo untuk menugasi satyatama guna melakukan penghitungan ulang atas AYDA.
PENILAIAN KEMBALI AYDA
PENJELASAN DARI PIHAK BANK LIPPO
Presiden Direktur Bank Lippo : I Gusti Made Mantera• Pada saat kejadian
dirinya belum menjabat sebagai Presdir
• Penurunan nilai merupakan penilaian dari penilai (appraisal
• Mengakui hanya ada satu laporan audit, namun laporan tersebut menggunakan opini auditor yang dua tanggal (dual dating)
• Mengatakan angka angka setah tanggal neraca sudah mengalami perubahan.
Komisaris Bank Lippo wakil dari BPPN : Anggito Abimanyu• Menyatakan tidak ada
kesalahan yang dilakukan oleh Direksi Bank Lippo dalam LKnya. Kalaupun terjadi kelalaian itu adalah kesalahan mencantumkan kata “auditen” (sudah diaudit) padahal belum.
• Ketika ditanya tanggung jawab ia tidak menjawab, malah ia berbalik menanyakan dimana letak kesalahannya
Wakil Presiden Komisaris Bank Lippo : Roy E Tirtadji• Pihaknya sama sekali tidak
intense apalagi melakukan apa yang dituduhkan dalam kasus Bank Lippo
• Menjelaskan laporan keuangan yang dilaporkan hanya satu,
• Menjelaskan mengenai perbedaan angka yang disebabkan oleh adanya kejadian yang disebut sebagai subsequent event.
• Mengenai penurunan AYDA, ia menjelaskan bahwa awalnya Bak Lippo melihat bahwa BPPN mulai melakukan penjualan asset dengan berbagai cara. Lalu, Bank Lippo juga merencanakan untuk menjualnya.
• Mengakui bahwa sebagian dari AYDA berasal dari kelompok usaha LIppo (Lippo Karawaci).
PUTUSAN ATAS KASUS BANK LIPPO
PUTUSAN BAPEPAM ATAS LAPORAN GANDA
• Bapepam hanya menjatuhkan sanksi admiistratif kepada direktur dengan nilai denda sebesar Rp. 2,5 miliar
• Direksi dinyatakan bersalah karena kurang hati-hati dalam menyatakan Laporan Keuangan per 30 September 2002 yang belum diaudit (unaudited) sebagai telah diaudit (audited)
• Komisaris dinyatakan tidak bersalah• Namun Bapepam masih membuka kemungkinan meningkatkan
kasus Bank Lippo ke penyidikan
PUTUSAN DEPARTEMEN KEUANGAN RI
• Kemenkeu mengumumkan pemberian sanksi peringatan kepada Ruchyat Kosasi
• Sanksi berupa pencabutan izin selama satu tahun kepada dua penilai AYDA Bank Lippo yaitu Andang Kosasih dari perusahaan penilai PT provalindo Nusa dan Bagus Wiyono dari perusahaan penilai PT Pronilai Konsulis Indonesia
• Sanksi peringatan kepada Firman Sagaf dari PT Satyatama Graha Tara.
PUTUSAN BAPEPAM MENGENAI MANIPULASI PERDAGANGAN
SAHAM BANK LIPPO
• menyatakan tidak menemukan pelanggaran dalam perdagangan saham Bank Lippo pada kurun waktu Agustus 2002 sampai dengan Februari 2003
• Kesalahan justru ada pada PT. Ciptadana Sekuritas yang terlibat dalam transaksi saham itu.
• PT. Ciptadana Sekuritas tidak mempunyai rekening efek nasabah, buku pembantu efek, buku besar, dan buku pembantu transaksi.
PUTUSAN PENGADILAN
• Pada bulan Juni 2003, majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memutuskan untuk menolak gugatan Rudy T. Bachrie, Komisaris Bank Lippo terhadap Lin Che Wei.
• Menerima eksepsi Lin Che Wei dan kuasa hukumnya, karena mereka sudah sesuai dengan unusr-unsur prosedur hukum yang ada.
TANGGAPAN KELOMPOK 2
Tindakan Bank Lippo dan BPPN tidak mencerminkan
pelaksanaan adanya prinsip-prinsip GCG
1. Tidak adanya penerapan prinsip accountability dan independency. Accountability adalah prinsip dimana para pengelola berkewajiban untuk membina sistem akuntansi yang efektif untuk menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya. Kini bandingkan dengan kasus Bank Lippo ini yang di perlihatkan dengan adanya pemberian laporan keuangan ganda berkategori “audited” oleh Bank Lippo pada September 2002 dan Desember 2002. Independensi adalah suatu keadaan dimana para pengelola dalam mengambil keputusan bersifat profesional, mandiri, bebas dari kepentingan, dan bebas dari tekanan / pengaruh dari manapun yang bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan yang sehat .Penurunan CAR yang sangat tajam itu menjadi alasan kuat bagi manajemen Bank Lippo untuk melakukan right issue dan sekaligus menyebabkan BPPN akan mengalami dilusi kepemilikan saham yang cukup besar mengingat kepemilikan pemerintah yang diwakili BPPN mencapai 60%.
Tidak adanya penerapan prinsip Responsibility dan Objektivitas
•yang di lakukan oleh BPPN yang merasa tidak mengetahui laporan keuangan yang kedua dari Bank Lippo, sementara lembaga itu menyetujui usulan right issue dari manajemen Bank Lippo•kontroversi ini akhirnya akan menurunkan nilai saham bank tersebut yang memungkinkan pemilik lama dapat membeli kembali Bank Lippo dengan adanya rencana reverse stock, karena harganya jauh lebih murah
Tidak adanya penerapan prinsip Transparency
•Transparansi adalah keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. •Sedangkan yang di tunjukkan dengan pemberian Laporan Ganda merupakan kebohongan publik atas nama kepentingan diri sendiri dalam melakukan transaksi saham menggunakan laporan yang menyebutkan untung padahal sebenarnya mengalami kerugia
Tidak adanya penerapan prinsip Fairness dan Integritas
•Masalah seperti yang menimpa Lippo tidak bisa diselesaikan hanya dengan bersandar pada aturan-aturan pasar modal, di bawah otoritas Bapepam, Bank Indonesia, atau Menneg BUMN semata•Hal ini terlihat dari adanya sikap BPPN yang seharusnya sebagai pemegang saham terbesar segera melaporkan kemungkinan dilusi akibat kontroversi tersebut ke pihak kejaksaan.
Skandal Lippo semestinya sejajar skandal Enron di Amerika Serikat (AS) yang segera diikuti
pengungkapan kasus-kasus serupa lain, yang menyebabkan profesi akuntan beberapa tahun terakhir telah mengalami krisis kepercayaan.
Dari kasus di atas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa dalam profesi akuntan terdapat masalah
yang cukup pelik di mana di satu sisi para akuntan harus menunjukkan independensinya sebagai auditor dengan menyampaikan hasil
audit ke masyarakat secara obyektif, tetapi di sisi lain mereka dipekerjakan dan dibayar oleh perusahaan yang tentunya memiliki
kepentingan tersendiri.
SELESAIDAN
TERIMA KASIH
PERTANYAAN / TANGGAPAN