kelompok 11 _ fraktur femur

46
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini, penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO telah menetapkan dekade ini (2000-2010) menjadi dekade tulang dan persendian. Penyebab fraktur terbanyak adalah karena kecelakaan lalulintas. Kecelakaan lalulintas ini, selain menyebabkan fraktur, menurut WHO, juga menyebabkan kematian ±1,25 juta orang setiap tahunnya, dimana sebagian besar korbannya adalah remaja atau dewasa muda. Dari jenis-jenis fraktur yang sering terjadi adalah fraktur femur, fraktur femur mempunyai insiden yang cukup tinggi diantara jenis-jenis patah tulang. Umumnya fraktur femur terjadi pada batang femur 1/3 tengah. Fraktur femur lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau kecelakaan (Masjoer, A, 2000). Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang penyebabnya dapat dikarenakan penyakit pengeroposan tulang diantaranya penyakit yang sering disebut osteoporosis, biasanya dialami 1

Upload: edy-rmc

Post on 27-Sep-2015

40 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

silakan dilihat

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangSaat ini, penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO telah menetapkan dekade ini (2000-2010) menjadi dekade tulang dan persendian. Penyebab fraktur terbanyak adalah karena kecelakaan lalulintas. Kecelakaan lalulintas ini, selain menyebabkan fraktur, menurut WHO, juga menyebabkan kematian 1,25 juta orang setiap tahunnya, dimana sebagian besar korbannya adalah remaja atau dewasa muda. Dari jenis-jenis fraktur yang sering terjadi adalah fraktur femur, fraktur femur mempunyai insiden yang cukup tinggi diantara jenis-jenis patah tulang. Umumnya fraktur femur terjadi pada batang femur 1/3 tengah. Fraktur femur lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau kecelakaan (Masjoer, A, 2000). Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang penyebabnya dapat dikarenakan penyakit pengeroposan tulang diantaranya penyakit yang sering disebut osteoporosis, biasanya dialami pada usia dewasa. Dan dapat juga disebabkan karena kecelakaan yang tidak terduga (Masjoer, A, 2000). Penyebab dari fraktur femur terbagi menjadi dua bagian yaitu fraktur fisiologis dan patologis. Fraktur fisiologis ini terjadi akibat kecelakaan, olahraga, benturan benda dan trauma. Kejadian ini banyak ditemukan pada dewasa muda terutama pada laki-laki umur 45 tahun kebawah sedangkan fraktur patologis terjadi pada daerah tulang yang lemah oleh karena tumor, osteoporosis, osteomielitis,osteomalasia dan rakhitis. Kejadian ini banyak ditemukan pada orang tua terutama perempuan umur 60 tahun keatas (Rasjad,C, 2007).Dalam hal ini perawat sebagai pelayanan asuhan dan pelayanan keperawatan dirumah sakit untuk itu perlu adanya peningkatan mutu pelayanan yang diberikan, dalam hal ini ditujukan kepada perawat dirumah sakit yang merupakan bagian terbesar dari seluruh pekerja dan petugas yang ada. Hal ini mengingat keberadaan perawat yang harus berfungsi terus menerus selama 24jam untuk dapat memberikan pelayanan asuhan dan pelayanan keperawatan secara intensif mempengaruhi kepuasan klien, dalam hal ini peran perawat terhadap perawatan pasien fraktur antara lain sebagai pelaksana, pendidik, pengelola, dan peneliti. (Gafar, 1999).

1.2 Rumusan Masalah1.2.1 Apa definisi dari fraktur femur?1.2.2 Bagaimana etiologi dari fraktur femur?1.2.3 Bagaimana patofisiologi fraktur femur?1.2.4 Apa saja klasifikasi fraktur femur?1.2.5 Bagaimana pemeriksaan penunjang dari fraktur femur?1.2.6 Apa komplikasi dari fraktur femur?1.2.7 Bagaimana penanganan dari fraktur femur?1.2.8 Bagaimana WOC dari fraktur femur?1.2.9 Bagaimana askep dari fraktur femur?

1.3 Tujuan1.3.1 Mengidentifikasi definisi dari fraktur femur1.3.2 Mengidentifikasi etiologi dari fraktur femur1.3.3 Mengidentifikasi patofisiologi fraktur femur1.3.4 Mengidentifikasi klasifikasi fraktur femur1.3.5 Mengidentifikasi pemeriksaan penunjang dari fraktur femur1.3.6 Mengidentifikasi komplikasi dari fraktur femur1.3.7 Mengidentifikasi penanganan pada fraktur femur1.3.8 Mengidentifikasi WOC dari fraktur femur1.3.9 Mengidentifikasi askep dari fraktur femur

1.4 ManfaatMemberi informasi kepada mahasiswa untuk dapat memahami segala mengenai fraktur femur sehingga dapat dengan mudah mengenali juga mengidentifikasi kasus fraktur femur dalam praktik nyata.BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DefinisiFraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya(Brunner & Suddarth, 2001). Femur adalah tulang terpanjang dan kuat pada tubuh manusia (Watson,2002). Fraktur femur adalah fraktur yang terjadi pada tulang femur.Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam syok (FKUI, 1995:543).

2.2 EtiologiMenurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi dua, yaitu:1. Cedera traumatic a) cedera langsung, berarti pukulan langsung pada tulang sehingga tulang patah secara spontan b) cedera tidak langsung, berarti pukulan langsung berada jauh dari benturanc) akibat kontraksi keras dari otot yang kuat.2. Fraktur patologik Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit, dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur, dapat juga terjadi pada keadaan :a) Tumor tulang (jinak atau ganas)b) Infeksi seperti osteomielitis. Peradangan membuat reaksi pengeroposan tulang, sehingga dengan adanya pengeroposan tulang tersebut dapat mempermudah terjadinya fraktur.c) Rakhitis, suatu penyakti tulang yang disebabkan oleh defisiensi vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain.2.3 Patofisiologi Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan, yang dapat berupa benturan, pemukulan, penghancuran, penekunan atau terjatuh dengan posisi miring, pemutiran, atau penarikan. Bila terkena kekuatan langsung, tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan jaringan lunak juga pasti rusak. Pemukulan (pukulan sementara) biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit di atasnya. Penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur komunitif yang disertai kerusakan jaringan lunak yang luas. Bila terkena kekuatan tak langsung, tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang terkena kekuatan tersebut, kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur mungkin tidak ada. Kekuatan dapat berupa : a. Pemutiran (rotasi), yang menyebabkan fraktur spiral ; b. Penekukan (trauma angulasi atau langsung) yang menyebabkan fraktur melintang ; c. Penekukan dan penekanan, yang mengakibatkan fraktur sebagian melintang tetapi disertai fragmen kupu-kupu berbentuk segitiga yang terpisah; d. Kombinansi dari pemuntiran, penekukan, dan penekanan yang menyebabkan fraktur obliq pendek,; e. Penarikan dimana tendon atau ligamen benar-benar menarik tulang sampai terpisah.Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan (Graham, 1993). Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang (Carpenito, Lynda Juall, 1995). Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Ini merupakan dasar penyembuhan tulang (Black, J.M, et al, 1993).

2.4 KlasifikasiFraktur femur dibagi dalam 5 bagian yaitu :1. Fraktur Intertrokhanter FemurFraktur Intertrokhanter Femur adalah pada tulang yang bersifat ekstra kapsular dari femur. Sering terjadi pada lansia diatas usia 60 tahun dengan kondisi osteoforosis. Fraktur ini memiliki prognosis yang baik dibandingkan fraktur intrakapsular, dimana resiko nekrosis vaskular lebih rendah. Pada riwayat umumnya didapatkan adanya trauma akibat jatuh dan memberikan trauma langsung pada trokhanter mayor. Pada beberapa kondisi, cedera secara memuntir memberikan fraktur tidak langsung pada intertrokhanter.

Kiri : radiografi fraktur intertrokhanter. Kanan : pasca reduksi dan pemasangan fiksasi interna.Pemeriksaan radiografik biasanya sudah dapat menentukan diagnosis fraktur intertrokanter stabil atau yang tidak stabil.Penatalaksananan sebaiknya dengan reduksi terbuka dan pemasangan fiksasi interna. Intervensi konservatif hanya dilakukan pada penderita yang sangat tua dan yang tidak dapat dilakukan pada anastesi general.2. Fraktur subtrokhanter femurFraktur subtrokhanter femur ialah dimana garis patahnya berada 5cm distal dari trokhanter minor. Dapat terjadi pada setiap usia dan biasanya akibat trauma yang hebat. Fraktur jenis ini dibagi dalam beberapa klasifikasi, tetapi yang lebih sederhana dan mudah dipahami adalah klasifikasi fielding dan magliato, yaitu sebagai berikut : 1. Tipe 1 : garis fraktur 1 level dengan trokhanter minor.2. Tipe 2 : garis patah berada 1 garis datar 2 inci dibawah dari batas atas trokhanter minor3. Tipe 3 : garis patah berada 2 garis datar 3 inci distal dari batas atas trokhanter minor

Kiri : radiografi fraktur subtrokhanter. . Kanan : pasca reduksi dan pemasangan fiksasi interna

Manifestasi klinis yang didapatkan, meliputi : keluhan nyeri lokal, deformitas (dengan kaki berada dalam posisi rotasi eksternal), pembengkakan paha, krepitasi, dan ketidakmampuan dalam melakukan pergerakan paha dan panggulPemeriksaan radiografi biasanya didapatkan garis fraktur dibawah trokhanter minor, bisa bersifat melintang, obliq, atau spiral Penatatalaksanaan dapat dilakukan dengan reduksi terbuka dan reduksi tertutup. Pada intervensi reduksi terbuka dengan fiksasi interna menggunakan sekrup dan plat untuk mengimobilisasi fragmen tulang yang patah, sedangkan reduksi tertutup dilakukan dengan pepasangan traksi tulang. Pemasangan traksi tulang selama 6-7 minggu dilanjutkan dengan hipgips selama 7 minggu yang merupakan alternatif pelaksanana pada pasien dengan usia muda.3. Fraktur batang femurFraktur batang femur biasanya terjadi karena trauma langsung akibat kecelakaan lalu lintas dikota-kota besar atau jatuh dari ketinggian. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam syok, salah satu klasifikasi fraktur batang femur dibagi berdasarkan adanya luka yang berhubungan dengan daerah yang patah. Secara klinik fraktur batang femur dibagi dalam fraktur batang femur terbuka dan tertutup. PatofisiologiPada kondisi trauma diperlukan gaya yang besar untuk mematahkan batang femur pada orang dewasa. Kebanyakan fraktur ini terjadi pada pria muda yang mengalami kecelakaan kendaraan bermotor atau jatuh dari ketinggian biasanya, pasien ini mengalami trauma multipel yang menyertainya.Secara klinis fraktur femur terbuka sering didapatkan adanya kerusakan neurovaskuler yang akan memberikan maninfestasi peningkatan resiko syok, baik syok hipovolemik karena kehilangan darah (pada setiap patah satu tulang femur diprediksi akan hilangnya darah 500cc dari sistem vaskular), maupun syok neurogenik disebabkan rasa nyeri yang sangat hebat akibat kompresi atau kerusakan saraf yang berjalan dibawah tulang femur.Maninfestasi klinik Pada anamesis, penting untuk ditanyakan mengenai kronoligi dari mekanisme trauma pada paha. Sering didapatkan adanya keluhan meliputi nyeri pada paha, keluahan luka terbuka pada paha.Manifestasi klinis fraktur femur hampir sama pada klinis fraktur umum tulang panjang seperti nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ekstermitas atas karena kontraksi otot, krepitasi, pembengkakan, dan perubahan warna lokal pada kulit yang terjadi akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini mungkin baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.Pada kondisi klinik, sering dihadapkan pada kondisi pasien dengan komplikasi lanjut fraktur yaitu malunion dengan deformitas yang jelas. Secara anatomis kondisi klinik ini terjadi akibat penarikan dari kontraksi otor-otot paha yang kuat sehingga memposisikan fragmen tulang menjadi tidak tepat dengan deformitas yang khas (pemendekan tungkai bawah) dan sering terjadi apabila pasien tidak optimal dalam melakukan terapi terhadap kondisi frakturnya, seperti berobat ke dukun patah atau ataupun tidak dilakukan intervensi apapun.Pada pemeriksaan fisik regional fraktur batang femur terbuka, umumnya didapatkan hal-hal berikut ini. Look terlihat adanya luka terbuka pada paha dengan deformitas yang jelas. Kaji berapa luas kerusakan jaringan lunak yang terlibat. Kaji apakah pada luka terbuka ada fragmen tulang yang keluar dan apakah terdapat adanya kerusakan pada arteri yang beresiko akan meningkatkan respon syok hipovolemik. Pada fase awal trauma sering didapatkan adanya serpihan di dalam luka terutama pada trauma kecelakaan lalu lintas darat yang mempunyai indikasi pada resiko tinggi infeksi.Feel adanya keluhan nyeri tekan (tenderness) dan adanya krepitasiMove gerakkan pada daerah tungkai yang patah tidak boleh dilakukan karena akan memberikan respon trauma pada jaringan lunak di sekitar ujung frakmen telang yang patah. Pasien terlihat tidak mampu melakukan pergerakan pada sisi paha yang patah.

Berbagai kondisi gambaran klinis fraktur femur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak

Pada pemeriksaan fisik regional fraktur batang femur tertutp, umumnya didapatkan hal-hal sebagai berikut ini. Look pasien fraktur femur mempunyai komplikasi delayed union, non-inion, dan malunion. Kondisi yanga paling sering didapatkan diklinik adalah terdapatnya malunion teritama pada pasien fraktur femur yang telah lama dan telah mendapat intervensi dari dukun patah. Pada pemeriksaan lookj akan didapatkan adanya pemendekan ekstermitas dan akan lebih jelas derajat pemendekan dengan cara mengukur kedua sisi tungkai dari spina iliaka ke maleolus.Feel adanya nyeri tekan (tenderness dan krepitasi pada daerah paha)Move pemeriksaan yang didapat seperti adanya gangguan/keterbatasan gerak tungkai. Didapatka ketidak mampuan menggerakkan kaki dan penurunan kekuatan otor ekstremitas bawah dalam melakukan pergerakan.

Tanda klinis fraktur femur dengan komplikasi malunion yang khas dimana didapatkan adanya pemendekan ekstermitas sisi fraktur femur

Pemeriksaan DiagnostikPemeriksaan foto polos akan didapatkan adanya garis patah pada tulang femur

Gambar radiologis pada kondisi pasien yang mengalami faktur femur terbuka disertai pergeseran pada tulang paha akibat penarikan otot-otot paha.

Radiologis pasien fraktur femur tertutup dengan komplikasi maluion

Penatalaksanaan1. Pada fraktur femur terbuka harus dinilai dengan cermat untuk mencari ada tidaknya a. Kehilangan kulit, b. Kontaminasi luka, c. Iskemia otot dan d. Cedera pada pembuluh darah darah dan saraf. Intervensi yang dpat dilakukan adalah sebagai berikut :a. Frofilaksisi antibiotikb. Debridemen. Pembersihan luka dan debrodemen harus dilakukan dengan sesedikit mingkin dengan penundaan. Jika terdapat kematian jaringan atau kontaminasi yang jelas, luka harus diperluas dan jaringan yang mati di eksisi dengan hati-hati. Luka akibat penetrasi frakmen tulang yang tajam juga dibersihkan dan dieksisi, tetapi cukup dengan debridemen terbatas saja. Keputusan utamanya adalah bagaiman acara menstabilkan fraktur pada lubang kecil yang bersih dan selang waktu sejak cedera beloum lama, fraktur pada luka kecil yang bersih dan selang waktu sejak cedera belum lama, fraktur bersebut dapat diterapi setelah cedera tertutup, dengan penambahan antibiotika profilaksis. Pada lukia yang besar, luka yang terkontaminasi, kehilangan kulit atau kerusakan jaringan, fiksasi internal harus dihindari. Setelah debridemen luka haris dibiarkan terbuka dan fraktur distabilkan dengan memasang fiksasi eksterna. Beberapa minggu kemudian, saat luka telah sembuh atau telah berhasil dialkukan pencakokan kulit, keputusan lebih jauh adalah tentang pemasangan fiksasi internal.c. Stabilisasi. Deilakukan pemasanganfiksasi interna atau fiskasi eksterna d. Penundaan penutupan.e. Penundaan rehabilitasi.f. Fiksasi eksterna terutama pada fraktur segmental, fraktur komunitif, infected pseudoartrosis atau fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak yang hebat2. Penatalaksanaan fraktur batang femur tertutup adalah sebagai berikut.a. Terapi konserfatif :1. Traksi kulit merupakan pengobatan sementara sebelum dilakukan terapi definitif untuk mengurangi spasme otot.2. Traksi tulang berimbang dengan bagian pearson opada sendi lutut. Indikasi traksi terutama fraktur yang bersifat komunikatif dan segmental.3. Menggunakan castbracing yang dipasang setelah terjadi union fraktur secara klinis.b. Terapi operatifc. Pemasangan plate dan screw

Pemasangan fiksasi interna pada fraktur femur

Radiologis pasca-pemasangan fiksasi interna pada fraktur femur4. Fraktur suprakondiler femurFraktur suprakondiler fragmen bagian distal selalu terjadi dislokasi ke posterior. Hal ini biasanya disebabkan karena adanya tarikan dari otot-otot gastroknemios. Biasanya fraktur suprakondiler ini disebabkan oleh trauma langsung karena kecepatan tinggi sehingga terjadi gaya aksial dan stres valgus atau varus dan disertai gaya rotasi.Manifestasi klinik yang didapatkan berupa : pembengkakan pada lutut deformitas yang jelas dengan pemendekan pada tungkai, nyeri bila fragmen bergerak dan mempunyai resiko terhadap sindrom kompartemen pada bagian distal. Pada pemeriksaan berjongkok terlihat pasien tidak bisa menjaga kesejajaran. Pemeriksaan radiologis dapat menentukan diagnosis fraktur suprakondiler.

Deformitas pada fraktur suprakondiler femur yang tidak mendapatkan perawatan

Radiologis fraktur suprakondiler femur

Penatalaksanaan fraktur suprakondiler femur sebagai berikut.1. Traksi berimbang dengan mempergunakan bidai thomas dan penahan lutut pearson, cast-bracing, dan spika panggul2. Terapi operatif dilakukan pada fraktur terbuka atau adanya pergeseran fraktur yang tidak dapat direduksi secara konservatif. Terapi dilakukan dengan mempergunakan nail-phroc dare screw dengan macam-macam tipe yang tersedia.

Terapi operatif dengan menggunakan nail-phroc dare screw pada fraktur suprakondiler femur

5. Fraktur kondiler femurMekanisme traumanya biasanya merupakan kombinasi dari gaya hiperabduksi dan adduksi disertai dengan tekanan dengan sumbu femur keatas.Manifestasi klinik didapatkan adanya pembekakan pada lutut, hematrosis, dan deformitas pada ekstremitas bawah. Penderita juga mengeluh adanya nyeri lokal, dan kondisi neurologis-vaskular harus selalu diperiksa tentang adanya tanda dan gejala sindrome konpartemen pada bagian distal.Penatalaksanaan dengan reduksi tertutup dengan traksi tulang selam 4-6 minggu dan kemudian dilanjutkan dengan penggunaan gips minispika sampai terjadi penyambungan tulang. Reduksi terbuka dan fiksasi interna dilakukan apabila intervensi reduksi tertutup tidak memberikan penyambungan tulang, atau keluhan nyeri lokal yang parah.

Foto genu posisi AP, tampak fraktur pada bagian lateral kondilus tibia

2.5 Pemeriksaan Diagnostisa) X.Rayb) Bone scans, Tomogram, atau MRI Scansc) Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.d) CCT kalau banyak kerusakan otot

2.6 PenatalaksanaanBila keadaan penderita stabil dan luka telah diatasi, fraktur dapat diimobilisasi dengan salah satu dan empat cara berikut ini: 1) Traksi. 2) Fiksasi interna. 3) Fiksasi eksterna. 4) Cast bracing1. TraksiPemasangan Traksi yaitu Penyembuhan fraktur yang bertujuan untuk mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin. Metode Pemasangan traksi:1. Traksi ManualTujuan : Perbaikan dislokasi, Mengurangi fraktur, Pada keadaan Emergency. Dilakukan dengan menarik bagian tubuh.2. Traksi Mekanik , Ada dua macam, yaitu :a. Traksi KulitDipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain, misalnya:otot . Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg, untuk anak-anak waktu beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai fraksi definitif, bila tidak diteruskan dengan pemasangan gips.b. Traksi SkeletalMerupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal atau penjepit melalui tulang/jaringan metal.Kegunaan Pemasangan TraksiTraksi yang dipasang pada leher, di tungkai, lengan atau panggul, kegunaannya :1) Mengurangi nyeri akibat spasme otot2) Memperbaiki dan mencegah deformitas3) Immobilisasi4) Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi).5) Mengencangkan pada perlekatannya.Macam Macam Traksi, yaitu :1. Traksi PanggulDisempurnakan dengan pemasangan sebuah ikat pinggang di atas untuk mengikat puncak iliaka.2. Traksi Ekstension (Bucks Extention)Lebih sederhana dari traksi kulit dengan menekan lurus satu kaki ke dua kaki. Digunakan untuk immibilisasi tungkai lengan untuk waktu yang singkat atau untuk mengurangi spasme otot.3. Traksi RussellsTraksi ini digunakan untuk frakstur batang femur. Kadang-kadang juga digunakan untuk terapi nyeri punggung bagian bawah. Traksi kulit untuk skeletal yang biasa digunakan. Traksi ini dibuat sebuah bagian depan dan atas untuk menekan kaki dengan pemasangan vertikal pada lutut secara horisontal pada tibia atau fibula.4. Traksi khusus untuk anak-anakPenderita tidur terlentang 1-2 jam, di bawah tuberositas tibia dibor dengan steinman pen, dipasang staples pada steiman pen. Paha ditopang dengan thomas splint, sedang tungkai bawah ditopang atau Pearson attachment. Tarikan dipertahankan sampai 2 minggu atau lebih, sampai tulangnya membentuk callus yang cukup. Sementara itu otot-otot paha dapat dilatih secara aktif2. Fiksasi Interna Intramedullary nail ideal untuk fraktur transversal, tetapi untuk fraktur lainnya kurang cocok. Fraktur dapat dipertahankan lurus dan terhadap panjangnya dengan nail, tetapi fiksasi mungkin tidak cukup kuat untuk mengontrol rotasi. Nailing diindikasikan jika hasil pemeriksaan radiologi memberi kesan bahwa jaringan lunak mengalami interposisi di antara ujung tulang karena hal ini hampir selalu menyebabkan non-union. Keuntungan intramedullary nailing adalah dapat memberikan stabilitas longitudinal serta kesejajaran (alignment) serta membuat penderita dpat dimobilisasi cukup cepat untuk meninggalkan rumah sakit dalam waktu 2 minggu setelah fraktur. Kerugian meliput anestesi, trauma bedah tambahan dan risiko infeksi. Closed nailing memungkinkan mobilisasi yang tercepat dengan trauma yang minimal, tetapi paling sesuai untuk fraktur transversal tanpa pemendekan. Comminuted fracture paling baik dirawat dengan locking nail yang dapat mempertahankan panjang dan rotasi. 3. Fiksasi EksternaBila fraktur yang dirawat dengan traksi stabil dan massa kalus terlihat pada pemeriksaan radiologis, yang biasanya pada minggu ke enam, cast brace dapat dipasang. Fraktur dengan intramedullary nail yang tidak memberi fiksasi yang rigid juga cocok untuk tindakan ini.

2.6 Komplikasi (Mansjoer,dkk, 2000)Komplikasi dini dari fraktur femur ini dapat terjadi syok dan emboli lemak. Sedangkan komplikasi lambat yang dapat terjadi delayed union (perbaikan yang tertunda, antara 3-5 bulan), non-union (tidak sembuh dalam waktu antara 6-8 bulan), malunion (ada perbaikan namun terdapat deformitas), kekakuan sendi lutut, infeksi dan gangguan saraf perifer akibat traksi yang berlebihan.

14

ansietasRisiko terjadi komplikasi frakturSalah interpretasi dalam nencari pertolonganProsedur pemasangan fiksasi internalPerubahan peran dalam keluarga, biaya operasi, dan fiksasi internl yang mahalDefisiensi pengetahuan dan informasiKetidakefektifan kopingGangguan citra diriDeisit perawatan diriResiko tinggi traumaHambatan mobilitas fisikMK: NyeriKetidakefektifan koping keluargaResiko syok hipovolemikKeluhan nyeriKeterbatasan melakukan pergerakanPenurunan kemampuan ototPerubahan bentuk tubuhPerubahan status psikologisPerubahan status peran pada keluargaPemenuhan informasi program pengobatanResiko komplikasi delayed union, non-union, dan mal-unionMK: resiko tinggi infeksiRisiko sindrom kompartemenAdanya luka dan benda asingBanyaknya darah yang keluarAdanya lukaKerusakan vaskularVaskularisasi yang kurang pada ujung fragmenKerusakan neurovaskularMK: Risiko InfeksiAdanya lukaProsedur pemasangan fiksasi internalPerubahan peranKeterbatasan pergerakan fisik, tirah baring lamaProsedur pemasanganKurang informasi, salah informasi pengobatanFraktur femur terbukaFraktur femur terutupKerusakan fragmen tulangSpasme ototCedera jaringan lunakAlat imobilisasiKerusakan neuromuskularDeformitasFraktur femurKegagalan tulang menahan tekanan terutama tekanan membengkok, memutar, dan menarikFraktur patologikTrauma pada femur2.7 WOC Fraktur Femur

BAB 3ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian :Kasus Ny. W mengalami kecelakaan lalu lintas dan langsung di bawa ke RS UA. Ny. W merasa nyeri yang hebat di bagian ekstremitas bawah sebelah kanan di karenakan tertimpa sepeda motor sehingga tidak dapat berdiri. Paha kanan klien terlihat bengkak kemerahan. Setelah di lakukan pemeriksaan foto rontgen ternyata terjadi fraktur femur tertutup derah kondiler. TTV nadi 96x/menit, RR 20x/menit, TD 110/90 mmHg.1.1.1 Asuhan Keperawatan0. Anamnesa:Identitas KlienNama: Ny. W Umur: 25 tahunJenis Kelamin: perempuanPekerjaan: karyawati perusahaan swasta Suku Bangsa: IndonesiaAgama: IslamStatus Perkawinan: belum kawinAlamat: Surabaya

Keluhan Utama: Ny. W mengeluh nyeri di ekstremitas bawah hingga tidak bisa berdiri

Riwayat Penyakit Sekarang: Ny. W (25 tahun) korban kecelakaan lalulintas datang RS UA tgl 16 Maret 2012 di antar oleh polisi lalulintas dengan keadaan composmentis. Keluhan yang dirasakan adalah nyeri yang hebat di ekstremitas bawah sebelah kanan di sertai pembengkakan. Dari hasil pemeriksaan foto rontgen didapatkan adaya fraktur femur tertutup di daerah kondiler, nadi 96x/menit, RR 20x/menit, TD 110/90 mmHg.Riwayat Penyakit Dahulu: pasien mengatakan belum pernah mengalami kecelakan lalulintas sebelumnya.Riwayat Penyakit Keluarga: -

Pola-pola fungsi kesehatan dalam proses keperawatan klien femur:1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat : klien merasa takut terjadi kecacatan pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan tulangnya. Klien tidak mengkonsumsi obat steroid yang dapat mengganggu metabolisme kalsium, dan juga tidak mengkonsumsi alkohol yang dapat mengganggu keseimbangan klien.2. Pola persepsi dan konsep diri: Dampak yang timbul pada klien adalah timbul ketakutan akan kecacatan akibat fraktur yang dialaminya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secaraoptimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra diri).3. Pola sensori dan kognitif: daya raba klien berkurang terutama timbul nyeri akibat fraktur. 4. Pola penanggulangan stress : pada klien timbul rasa cemas akan keadaan dirinya. 5. Pola tata nilai dan keyakinan : klien tidak dapat melaksanakan ibadah dengan baik, terutama frekuensi dan konsentrasi dalam beribadah. Hal ini dapat disebabkan oleh nyeri dan keterbatasan gerak klien.1. Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status general) untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokal).Keadaan umum : kompos mentis dengan nyeri akut, tanda-tanda vital nadi 96x/menit, RR 20x/menit, TD 110/90 mmHg.B1 (Breathing): tidak mengalami kelainan penapasan. Pada palpasi toraks, didapatkan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak ditemukan suara napas tambahan.B2 (Blood). Inspeksi: Tidak ada iktus jantung. Palpasi: nadi meningkat, iktus tidak teraba. Auskultasi : suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada murmur.B 3 (Brain).Tingkat kesadaran: kompos mentis.a. Kepala : Tidak ada gangguan,yaitu normosefalik, simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada sakit kepala.b. Leher : Tidak ada gangguan, yaitu simetris, tidak ada penonjolan, fefleks menelan ada.c. Wajah : Wajah terlihat menahan sakit dan bagian wajah yang lain tidak ada perubahan fungsi dan bentuk. Wajah simetris, tidak ada lesi dan edema.d. Mata : Tidak ada gangguan, seperti konjungtiva tidak anemis (pada klien dengan patah tulang tertutup karena tidak terjadi perdarahan). Klien fraktur terbuka dengan banyaknya perdarahan yang keluar biasanya mengalami konjungtiva anemis.e. Telinga : Tes bisik atau Weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi nyeri tekan.f. Hidung : Tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping hidung.g. Mulut dan faring : Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.Pemeriksaan fungsi serebral. Status mental: Observasi penampilan dan tingkah laku klien. Biasanya status mental tidak mengalami perubahan.Pemeriksaan saraf kranial.Saraf I. Pada klien fraktur femur, fungsi saraf I tidaka ada kelaian. Fungsi pencium tidak ada kelainan.Saraf II. Setelah dilakukan tes, ketajaman pengelihatan dalam kondisi normal.Saraf III, IV, dan VI. Biasanya tidak ada gangguan mengangkat kelopak mata dan pupil isokor.Saraf V. Klien fraktur femur umumnya tidak mengalami paralisis pada otot wajah dan refleks kornea tidak ada kelainan.Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah simetris.Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduksi dan tuli persepsi.Saraf IX dan X. Kemampuan menelan baik.Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.Pemeriksaan refleks. Biasanya tidak didapatkan refleks refleks patologis.Pemeriksaan sensorik. Daya fraktur femur berkurang terutama pada bagian distal fraktur, sedangkan indra yang lain tidak mengalami gangguan. Selain itu, timbul nyeri akibat fraktur.B4 (Bladder). Kaji keadan urine yang meliputi warna, jumlah, dan karakteristik urine, termasuk berat jenis urine. Biasanya klien fraktur femur tidak mengalami kelainan pada sistem ini.B5 (Bowel). Inspeksi abdomen : Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia. Palpasi : tugor baik, tidak ada defans muskular dan hepar tidak teraba. Perkusi : suara timpani, ada pantulan gelombang cairan. Auskultasi : peristaltik usus normal 20 kali/menit. Inguinal-genitalia-anus : Tidak ada hernia, tidak ada pembesaran limfe, dan tidak ada kesulitan BAB.Pola nutrisi dan metabolisme. Klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-hari, seperti kalsium zat besi, protein, vitamin C, dan lainnya untuk membantu proses pemyembuhan tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien dapat membantu menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat, terutama kalsium atau protein. Nyeri pada fraktur menyebabkan klien kadang mual-muntah sehingga pemenuhan nutrisi menjadi berkutrang.Pola eliminasi. Untuk kasus fraktur, klien tidak mengalami gangguan pola eliminasi. Meskipun demikian, perawat perlu mengkaji frekuensi, konsistensi, serta warna dan bau feses pada pola eliminasi alvi. Selain itu, perawat perlu mengkaji frekuensi, kepekatan, warna, bau, dan jumlah pada pola eliminasi urine. Pada kedua pola ini juga dikaji adanya kesulitan atau tidak.B6 (Bone). Adanya fraktur pada femur mengganggu secara lokal, baik fungsi motorik, sensorik, maupun peredaran darah.Look. Pada sistem integumen terdapat eritema, suhu di sekitar daerah trauma meningkat, bengkak, edema, dan nyeri tekan. Adanya pembengkakan yang tidak biasa (abnormal) dan deformitas, sindrom kompartemen pada bagian distal fraktur femur. Feel: adanya pembengkakan, eritema, edema di daerah paha.Move : ada keluhan nyeri bertambah saat pergerakan.Pola aktivitas. Karena timbul rasa nyeri, gerak menjadi terbatas. Semua bentuk kegiatan klien menjadi berkurang dan klien memerlukan banyak bantuan orang lain.Pola tidur dan istirahat. klien merasakan nyeri dan geraknya terbatas sehingga dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien.

Analisa data No Analisa dataEtiologi Masalah

1.Ds : klien meringis mengeluh nyeri yang sangat hebatDo : P: trauma pada bagian paha.Q: nyeri yang bersifat menusuk.R : Nyeri terjadi di bagian paha kanan S :8T : saat di gerakanFraktur femur terutupKerusakan fragmen tulangMengenai sarafnyeri

Nyeri

2.Ds : Pasien mengatakan belum bisa melakukan aktivitas secara mandiriDo : Dalam pemenuhan ADL : toileting masih dibantu keluargaFraktur femur tertutupCedera jaringan lunakketerbatasan melakukan pergerakanHambatan mobilitas fisikHambatan mobilitas fisik

3.Ds : klien merasagatal lengket, gerah di seluruh tubuh.Do : klien terlihat kotor dan bau keringat.Fraktur femur tertutupCedera jaringan lunakketerbatasan melakukan pergerakanHambatan mobilitas fisikDefisit perawatan diriDefisit perawatan diri

4.Ds : -Do : mobilisasi terbatasFraktur femur tertutupCedera jaringan lunakketerbatasan melakukan pergerakanHambatan mobilitas fisikResiko tinggi cideraResiko tinggi cidera

Diagnosa KeperawatanMasalah keperawatan utama pada fraktur femur, baik fraktur terbuka maupun fraktur tertutup adalah sebagai berikut :1. Nyeri bd pergerakan fragmen tulang2. Hambatan mobilitas fisik bd diskontinuitas3. Defisit perawatan diri bd kelemahan neuromuskular dan penurunan kekuatan paha4. Resiko tinggi cidera bd hambatan mobilitas fisik dan pemasangan traksi

Rencana dan Implementasi Keperawatan1. Nyeri akut yang berhubungan dengan pergerakan fragmen tulang, kompresi saraf, cedera neurumuskular, trauma jaringan,dan refleks spasme otot sekunder.Tujuan keperawatan : Nyeri berkurang, hilang, atau teratasi.Kriteria hasil : Secara subjectif, klien melaporkan nyeri berkurang atau dapat diatasi, mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau mengurangi nyeri. Klien tidak gelisah. Skala nyeri 0-1 atau teratasi.IntervensiRasional

MANDIRI :

Kaji nyeri dengan skala 0-10.Nyeri merupakan respons subjektif yang dapat dikaji dengan menggunakan skala nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya di atas tingkat cidera.

Atur posisi imobilisasi pada paha.Imobilisasi yang adekuat dapat mengurangi pergerakan fragmen tulang yang menjadi unsur utama penyebab nyeri pada daerah paha.

Bantu klien dalam mengidentifikasi factor pencetus.Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan, ketegangan, suhu, distensi kandung kemih, dan berbaring lama.

Jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan noninvasive.Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya efektif dalam mengurangi nyeri.

Ajarkan relaksasi :Teknik-teknik mengurangi ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri. Tingkatkan relaksasi masase.Teknik ini akan melancarkan peredaran darah sehingga kebutuhan O2 pada jaringan terpenuhi dan nyeri berkurang.

Ajarkan metode distrakasi selama nyeriMengalihkan perhatian klien terhadap nyeri ke hal-hal yang menyenangkan.

Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman, misalnya waktu tidur, belakang tubuh klien dipasang bantal kecil.Istirahat merelaksasi semua jaringan sehingga akan meningkatkan kenyamanan.

Tingkatkan pengetahuan tentang sebab-sebab nyeri dan hubungkan dengan berapa lama nyeri akan berlangsung. Pengetahuan tentang sebab-sebab nyeri membantu mengurangi nyeri. Hal ini dapat membantu meningkatkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik.

Observasi tingkat nyeri dan respons motorik klien 30 menit setelah pemberian obat analgesik untuk mengkaji efektivitasnya dan 1-2 jam setelah tindakan perawatan selama 1-2 hari.Dengan pengkajian yang optimal, perawat akan mendapatkan data yang objektif untuk mencegah kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yang tepat.

IntervensiRasional

KOLABORASI

Pemberian analgetik.Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang.

Pemasangan traksi kulit atau traksi tulangTraksi yang efektik akan memberikan dampak pada penurunan pergeseran fragmen tulang dan memberikan posisi yang baik untuk penyatuan tulang.

Operasi untuk pemasangan fiksasi internal.Fiksasi internal dapat membantu imobilisasi fraktur femur sehingga pergerakan fragmen berkurang.

2. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan diskontinuitas jaringan tulang, nyeri sekunder akibat pergerakan fragmen tulang, dan pemasangan traksi.Tujuan Perawatan : Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.Kriteria Hasil : Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak mengalami kontraktur sendi, kekuatan otot bertambah, dan klien menunjukan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.IntervensiRasional

MANDIRI

Kaji mobilitas yang ada dan observasi adanya peningkatan kerusakan. Kaji secara teratur fungsi motorik.Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.

Atur posisi imobilisasi pada paha.Imobilisasi yang adekuat dapat mengurangi pergerakan fragmen tulang yang menjadi unsur utama penyebab nyeri pada paha.

Ajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak sakit.Gerakan aktif memberikan massa, tonus, dan kekuatan otot, serta memperbaiaki fungsi jantung dan penapasan.

Bantu klien melakukan latihan ROM dan perawatan diri sesuai toleransi.Untuk mempertahankan fleksibilitas sendi sesuai kemampuan.

KOLABORASI

Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien.Kemampuan mobilisasi ekstrimitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim fisioterapi.

3. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuskular dan penurunan kekuatan paha.Tujuan Perawatan : Perawatan diri klien dapat dipenuhi.Kriteria Hasil : klien dapat menunjukan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri, mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan, dan mengidentifikasi individu / masyarakat yang dapat membantu.IntervensiRasional

Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam skala 0-4 untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.Membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan pertemuan untuk kebutuhan individual.

Hindarkan apa yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu bila perlu.Hal ini dilakukan untuk mencegah frustasi dan menjaga harga diri klien.

Ajak klien untuk berfikir positif terhadap kelemahan yang dimilikinya. Berikan klien motivasi dan izinkan klien melakukan tugas, dan berikan umpan balik positif atas usahanya.Klien memerlukan empati.Perawat perlu mengetahui perawatan yang konsisten dalam menangani klien.Intervensi tersebut dapat meningkatkan harga diri,memandirikan klien,dan menganjurkan klien untuk terus mencoba.

Rencanakan tindakan untuk mengurangi pergerakan pada sisi paha yang sakit,seperti tempatkan makanan dan peralatan dekat dengan klien.Klien akan lebih mudah mengambil peralatan yang diperlukan karena lebih dekat dengan lengan yang sehat.

Identifikasi kebiasaan BAB.Anjurkan minum dan meningkatkan latihan.Meningkatkan latihan dapat membantu mencegah konstipasi.

4. Risiko tinggi cidera yang berhubungan dengan hambatan mobilitas fisikTujuan perawatan : Risiko trauma tidak terjadiKriteria hasil : Klien mau berpartisipasi dalam pencegahan trauma.Traksi dapat efektif dilaksanakan.IntervensiRasional

MandiriPertahankan imobilisasi pada daerah pahaMeminimalkan rangsang nyeri akibat gesekan antara fragmen tulang dengan jaringan lunak di sekitarnya.

Bila terpasang bebat,sokong fraktur dengan bantal atau gulungan selimut untuk mempertahankan posisi yang netralMencegah perubahan posisi dengan tetap mempertahankan kenyamanan dan keamanan

Pantau traksi:Keadaan kontraksi.Kontraksi harus dipertahankan agar traksi tetap efektif.Umumnya,berat badan klien dan pengaturan posisi tempat tidur mampu memberikan kontraksi.

Kesinambungan traksiTraksi harus berkesinambungan agar reduksi dan imobilisasi fraktur efektif

Tali traksi tulangPemberat tidak boleh diambil,kecuali bila dimaksudkan intermiten.Setiap factor yang dapat mengurangi tarikan atau mengubah garis resultan tarikan harus dihilangkan.Pemberat harus tergantung bebas dan tidak boleh terletak pada tempat tidur atau lantai.

Posisi anatomis paha klien.Tubuh klien harus dalam keadaan sejajar dengan pusat tempat tidur ketika traksi di pasang

Tali tidak boleh macet.Simpul pada tali atau katrol tidak boleh menyentuh katrol atau kaki tempat tidur.

KolaborasiKolaborasi pemberian obat antibiotic.Antibiotik bersifat bakterisidal/bakteriostatik untuk membunuh/menghambat perkembangan kuman.

Evaluasi tanda/gejala perluasan cedera jaringan (peradangan local/sistemik,seperti peningkatan nyeri,edema,demam).Menilai perkembangan masalah klien.

Evaluasi

Hasil asuhan yang diharapkan adalah nyeri teratasi, terpenuhinya pergerakan / mobilitas fisik, terhindar dari resiko cedera, resiko infeksi pascaoperasi, dan ansietas berkurang.

BAB 4PENUTUP

4.1 KesimpulanFraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa.Penatalaksananan fraktur mengaku kepada empat tujuan utama yaitu : mengurangi rasa nyeri, mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur, membuat tulang kembali menyatu, mengembalikan fungsi seperti semula. Diagnosa yang diambil dari fraktur femur adalah Nyeri, Hambatan mobilitas fisik, Defisit perawatan diri, Resiko tinggi trauma, Resiko tinggi infeksi, Kerusakn integritas kulit, Ansietas

4.2 SaranDari seluruh dampak masalah fraktur femur, maka diperlukan suatu asuhan keperawatan yang komprehensif. Dengan demikian pola asuhan keperawatan yang tepat adalah melalui proses perawatan yang dimulai dari pengkajian yang diambil adalah merupakan respon klien, baik respon biopsikososial maupun spiritual, kemudian ditetapkan suatu rencana tindakan perawatan untuk menuntun tindakan perawatan. Dan untuk menilai keadaan klien, diperlukan suatu evaluasi yang merujuk pada tujuan rencana keperawatan.Dengan adanya makalah ini, diharapkan perawat serta mahasiswa keperawatan dapat melakukan asuhan keperawatan dengan tepat yang berdasar teori teori dan konsep yang ilmiah.