kelompok 04_smkn_paper_potensi pemanfaatan panas bumi.pdf

12
Potensi Pemanfaatan Panas Bumi di Indonesia KELOMPOK 4 - SEMINAR MANAJEMEN KEKAYAAN NEGARA ADITIA (02) LUVVI ANGGITASARI (12) MONIKA YULANDO PUTRI (14) MUHAMMAD IRFAN RIZALDI (15) TRIESNA EKA PUTRI (27) KELAS 9-D REGULER PROGRAM DIPLOMA IV AKUNTANSI SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA 2014

Upload: sandynugrohosaputra

Post on 12-Sep-2015

35 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

  • Potensi Pemanfaatan

    Panas Bumi di Indonesia

    KELOMPOK 4 - SEMINAR MANAJEMEN KEKAYAAN NEGARA ADITIA (02) LUVVI ANGGITASARI (12) MONIKA YULANDO PUTRI (14) MUHAMMAD IRFAN RIZALDI (15) TRIESNA EKA PUTRI (27)

    KELAS 9-D REGULER PROGRAM DIPLOMA IV AKUNTANSI SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA 2014

  • Page | 1

    Karakteristik Pertambangan Panas Bumi

    Sudah sejak lama Indonesia dikenal sebagai salah satu negeri yang kaya dengan sumber daya alam

    (SDA) khususnya SDA yang digunakan sebagai sumber energi, baik yang bersifat renewable

    (terbarukan) misalnya angin, air, dan panas bumi maupun yang unrenewable (tidak terbarukan)

    seperti minyak bumi, gas alam, dan batu bara.

    Panas bumi (geothermal) merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang dapat digunakan

    untuk pembangkit tenaga listrik sehingga memiliki arti dan peran yang strategis untuk memenuhi

    kebutuhan listrik dalam rangka peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.

    Untuk dapat memanfaatkan panas bumi sebagai pembangkit listrik, tentunya diperlukan upaya

    penambangan karena letak sumber panas bumi tersebut berada cukup jauh di bawah permukaan

    bumi. Untuk itu diperlukan kegiatan eksplorasi sumber panas bumi. Sebagaimana halnya dilakukan di

    bidang migas, eksplorasi untuk mengetahui lokasi sumber panas bumi dilakukan melalui kegiatan

    penyelidikan keilmuan seperti geologi, geokimia, dan geofisika. Agar dapat digunakan sebagai

    pembangkit tenaga listrik yang bernilai ekonomis (komersial untuk dikembangkan), sumber panas

    bumi harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:

    1. Suhu relatif tinggi (minimum 2300 C);

    2. Mempunyai tekanan uap yang cukup tinggi (minimum 35 atmosfer);

    3. Mempunyai volume uap yang cukup banyak (10 ton/jam atau setara dengan 1.000 kilowatt listrik);

    4. Letaknya tidak terlalu dalam dari permukaan bumi (maksimum 2.500 meter);

    5. Fluidanya tidak bersifat korosif

    Bila dibandingkan dengan sumber energi fosil seperti minyak bumi, gas alam, dan batubara yang

    notabene merupakan sumber energi tak terbarukan, sumber energi panas bumi memiliki kelebihan-

    kelebihan yaitu:

    a. Tingkat efisiensinya relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan minyak bumi.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemakaian setiap 1 Mega Watt (MW) pembangkit listrik

    tenaga panas bumi diperkirakan akan menghemat pemakaian BBM setara dengan 45 barrel per

    hari.

    b. Relatif lebih ramah terhadap lingkungan karena tidak banyak mengeluarkan gas berbahaya bila

    dibanding migas dan batubara.

    c. Dapat diperbaharui sepanjang sumber panas di dalam perut bumi (magma) masih ada.

    d. Lebih efisien dalam hal penggunaan tanah bila dibanding pertambangan migas.

  • Page | 2

    Potensi dan Pemanfaatan Panas Bumi di Indonesia

    Indonesia memiliki potensi panas bumi terbesar di dunia yaitu mencapai lebih dari 27 ribu Mega Watt

    (data terbaru sebesar 28.543 MW) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia (lihat peta potensi

    panas bumi berikut). Jumlah ini merupakan 40% dari total potensi energi panas bumi dunia. Namun

    demikian dari jumlah tersebut yang sudah dimanfaatkan untuk pembangkitan tenaga listrik

    masih sangat kecil yakni baru sebesar 4,17% nya atau sebesar 1.189 MW.

    Saat ini, terdapat 18 lokasi pengembangan panas bumi yang tersebar di beberapa daerah di seluruh

    Indonesia. Dari 18 lokasi tersebut, baru sekitar 7 lokasi yang telah berproduksi (menghasilkan), dan

    dari 7 lokasi tersebut baru 3 lokasi yang telah menghasilkan setoran bagian Pemerintah sebagaimana

    terlihat dalam Tabel II-1 berikut ini. Adapun kapasitas terpasang dari 7 lokasi pertambangan panas

    bumi yang telah berproduksi tersebut kurang lebih sebesar 1.189 MW dengan rincian sebagai berikut

    (Tabel II-2).

  • Page | 3

    Keterangan :

    PGE : Pertamina Geothermal Eenergy SE Star Energy Geothermal Ltd

    CGS : Chevron Geothermal Salak SE Star Energy Geothermal Ltd

    CGI : Chevron Geothermal Indonesia

    GDE : Geo Dipa Energy

  • Page | 4

    Insentif Fiskal untuk Pengembangan Sumber Energi Panas Bumi

    Untuk mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan energi tidak terbarukan dan dalam

    rangka menjamin tersedianya pasokan energi yang berkelanjutan, Pemerintah merasa perlu

    untuk menggalakkan pemanfaatan sumber energi terbarukan. Oleh karena itu, dalam rangka

    menarik investasi dan meningkatkan daya saing di bidang pemanfaatan sumber energi terbarukan,

    pemerintah telah menerbitkan ketentuan yang mengatur mengenai pemberian fasilitas

    perpajakan dan kepabeanan bagi pengusaha yang bergerak di bidang usaha pemanfaatan sumber

    energi terbarukan, termasuk di dalamnya insentif untuk pengusaha panas bumi.

    Insentif yang diberikan kepada pengusaha panas bumi dapat dibedakan menjadi 2 kelompok,

    yaitu:

    a. Kontrak/Izin Pengusahaan Panas Bumi

    Dalam kontrak-kontrak pengusahaan panas bumi yang diperoleh sebelum berlakunya UU

    Panas Bumi disebutkan bahwa ketentuan perpajakan bagi pengusaha panas bumi

    mengacu pada Keppres No. 49 tahun 1991 tentang Perlakukan PPh, PPN dan Pungutan-

    pungutan lainnya terhadap Pelaksanaan Kuasa dan Ijin Pengusahaan Sumber Daya Panas

    Bumi untuk Pembangkitan Energi/Listrik dan 766/KMK.04/1992 tentang Tata Cara

    Penghitungan, Penyetoran dan Pelaporan Bagian Pemerintah, PPh, PPN, dan Pungutan-

    pungutan Lainnya atas Hasil Pengusahaan Sumberdaya Panas Bumi Untuk Pembangkitan

    Energi/Listrik.

    Berdasarkan Keppres No. 49 Tahun 1991, pengusaha panas bumi diwajibkan membayar

    34 % dari Penerimaan Bersih Usaha (Net Operating Income/NOI) dan dalam pembayaran

    setoran bagian Pemerintah tersebut telah termasuk pembayaran pajak-pajak dan

    pungutan lainnya, kecuali pajak pribadi. Selanjutnya berdasarkan KMK No.

    766/KMK.04/1992, pengusaha panas bumi diberikan fasilitas antara lain sebagai berikut:

    - Fasilitas Pajak Penghasilan (PPh)

    Bagian pemerintah sebesar 34% dari Laba Bersih Usaha diberlakukan sebagai PPh.

    Artinya pengusaha dibebaskan dari kewajiban PPh apabila telah menyetorkan Bagian

    Pemerintah tersebut.

    - Fasilitas Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

    Pengusaha dapat memperoleh pengembalian (reimbursement)atas PPN yang telah

    dibayarkan apabila telah menyetor bagian Pemerintah sebesar 34% dari NOI/Taxable

    Income.

    - Fasilitas Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

  • Page | 5

    Pengusaha dibebaskan dari pembayaran PBB dalam pengusahaan sumber daya panas

    bumi. Pembayaran PBB tersebut dilakukan oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

    Daerah. Adapun dana untuk pembayaran (transfer) PBB dari Pemerintah Pusat

    kepada Pemerintah Daerah bersumber dari setoran bagian pemerintah di Rekening

    Penerimaan Panas Bumidi Bank Indonesia.

    - Fasilitas Bea Masuk

    Berupa pembebasan bea masuk atas impor barang operasi oleh pengusaha yang

    digunakan untuk keperluan pengusahaan SDA Panas Bumi.

    b. Setelah Berlakunya UU Panas Bumi

    Berdasarkan Undang-undang No. 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi, kepada pengusaha

    panas bumi dapat diberikan fasilitas perpajakan sesuai dengan ketentuan perundang-

    undangan di bidang perpajakan. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan

    (PMK) No. 21/PMK.011/2010 tentang Pemberian Fasilitas Perpajakan dan Kepabeanan

    Untuk Kegiatan Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan, antara lain diatur bahwa untuk

    kegiatan pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan (termasuk energi panas bumi) dapat

    diberikan fasilitas perpajakan dan kepabeanan berupa :

    - Fasilitas Pajak Penghasilan (PPh)

    Pengurangan penghasilan netto sebesar 30% dari jumlah Penanaman Modal,

    dibebankan selama 6 tahun masing-masing sebesar 5% per tahun; penyusutan dan

    amortisasi yang dipercepat; pengenaan PPh atas dividen yang dibayarkan kepada Subjek

    Pajak Luar Negeri sebesar 10%, atau tarif yang lebih rendah menurut Persetujuan

    Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku; kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5

    (lima) tahun tetapi tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun.

    - Fasilitas Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

    Berupa pembebasan dari pengenaan PPN atas impor Barang Kena Pajak yang bersifat

    strategis berupa mesin dan peralatan, baik dalam keadaan terpasang maupun

    terlepas, tidak termasuk suku cadang, yang diperlukan oleh pengusaha di bidang

    pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan untuk menghasilkan Barang Kena Pajak.

    - Fasilitas Bea Masuk

    - Fasilitas Pajak Ditanggung Pemerintah

    Yaitu fasilitas pajak ditanggung Pemerintah yang diatur dengan UndangUndang

    Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan peraturan pelaksanaannya.

    Dalam prakteknya, saat ini belum ada kontrak pengusahaan panas bumi yang telah

    berproduksi berdasarkan UU tentang Panas Bumi, artinya semua kontrak yang saat

  • Page | 6

    ini telah berproduksi (existing), seluruhnya berdasarkan ketentuan sebelum

    berlakunya UU No. 27 tahun 2003 tentang Panas Bumi. Dengan demikian insentif

    fiskal yang diberikan jugamengacu kepada Keppres No. 49 Tahun 1991 tersebut.

    Manfaat dan Risiko Pengembangan Panas Bumi

    Bagi daerah yang wilayahnya menjadi lokasi kegiatan pengembangan panas bumi tentunya

    memperoleh dampak positif/manfaat, antara lain:

    a. Sebagai sumber pendapatan daerah

  • Page | 7

    Daerah penghasil SDA Panas Bumi akan memperoleh transfer DBH atas PNBP

    Pertambangan Panas Bumi dan pembayaran pajak-pajak baik pajak yang dipungut oleh

    pemerintah pusat maupun yang dipungut oleh pemerintah daerah. Hal ini tentunya akan

    meningkatkan sumber pendapatan daerah yang bersangkutan.

    b. Menggerakkan perekonomian masyarakat daerah setempat

    Keberadaan operasi pertambangan panas bumi di suatuwilayah akan berdampak secara

    langsung terhadap denyut perekonomian di daerah tersebut. Hal ini karena pengusaha

    panas bumi tentunya akan membelanjakan dananya untuk membeli segala keperluan

    baik yang bersifat umum (kebutuhan hidup sehari-hari) maupun keperluan yang berkaitan

    dengan operasional perusahaan. Hal ini tentu akan berdampak pada peningkatan

    pendapatan masyarakat setempat sebagai penyedia barang/jasa yang dibeli pengusaha

    panas bumi.

    c. Mengurangi angka pengangguran

    Keberadaan kegiatan pengusahaan SDA Panas Bumi sedikit banyak akan menyerap tenaga

    kerja dari penduduk di sekitar lokasi penambangan panas bumi baik secara langsung

    maupun tidak langsung.

    Risiko yang terjadi dalam pengembangan energi panas bumi lebih banyak pada pengusaha panas

    bumi sebagai pihak yang secara penuh membiayai pengembangannya. Berbeda dengan

    pembangkitan dari sumber energi fosil dimana pengembang hanya konsentrasi pada risiko

    pembangkitan, maka dalam pengembangan panas bumi ada dua jenis resiko yang perlu

    dipertimbangkan yaitu:

    a. Risiko dalam hal pengembangan lapangan dan penyediaan uap panas bumi. Apabila terjadi

    gangguan yang mengakibatkan shut down pada mesin/sistem yang ada, maka diperlukan

    waktu yang cukup lama untuk bisa menghidupkannya sampai pulih secara normal. Hal ini

    tentunya akan berdampak pada kerugian yang cukup besar bagi pengusaha panas bumi.

    b. Risiko di sisi hilir atau pembangkitan. Kelangsungan usaha panas bumi sangat ditentukan oleh

    kepastian pembeli dan harga panas bumi, termasuk untuk mendapatkan harga uap/listrik

    yang wajar. Karena itu, risiko tidak dapat disepakatinya kontrak harga jual uap/listrik

    dengan pihak pembeli (yang dalam hal ini adalah PT PLN (Persero)) dapat mengganggu

    keberlangsungan operasional perusahaan secara keseluruhan.

  • Page | 8

  • Page | 9

    Trend Penerimaan PNBP Panas Bumi dan Proyeksi Penerimaan

    PNBP Panas Bumi dalam Jangka Menengah

    Diagram Penerimaan PNBP Panas Bumi 2008-2013 (milyar rupiah)

    Pendapatan panas bumi diperoleh dari perhitungan setoran bagian Pemerintah sebesar 34 persen

    dari penerimaan bersih usaha setelah dikurangi dengan semua kewajiban pembayaran perpajakan

    dan pungutan lain (existing), dan juga telah memperhitungkan penerimaan dari iuran tetap yang

    berasal dari pemegang izin usaha pertambangan (IUP) panas bumi. Kegiatan usaha panas bumi

    diutamakan untuk mendukung program Pemerintah dalam mengembangkan energi baru terbarukan

    (EBT) dan diharapkan dalam masa mendatang akan memberikan kontribusi yang lebih besar

    mengingat Indonesia memiliki potensi sumber daya panas bumi yang besar. Pendapatan panas bumi

    selama 20082012 memperlihatkan perkembangan yang berfluktuasi, dengan pertumbuhan rata-

    rata negatif 5,9 persen per tahun.

    Dalam APBN 2013, pendapatan panas bumi ditargetkan mencapai Rp0,5 triliun, turun 30,1 persen jika

    dibandingkan dengan realisasi 2012. Tingginya realisasi PNBP panas bumi dalam tahun 2012

    disebabkan oleh adanya kegiatan pengeboran (drilling) yang ditunda sebagai akibat produksi yang

    tidak mencapai target. Dengan adanya penundaan kegiatan pengeboran, menyebabkan biaya

    menjadi turun dan meningkatkan net operating income (NOI) yang menjadi perhitungan setoran

    bagian Pemerintah atas pendapatan panas bumi. Dalam tahun 2013, diharapkan tidak ada lagi

    penundaan kegiatan pengeboran, sehingga proyeksi pendapatan SDA panas bumi menjadi lebih

    rendah daripada realisasi tahun 2012. Untuk diketahui, bahwa biaya pengeboran pada industri panas

    bumi dibebankan pada biaya operasional (operational expenditure), berbeda dengan industri migas,

    dimana biaya pengeboran dimasukkan pada biaya modal (capital expenditure). Perbedaan

    pencatatan tersebut berdampak pada pelaporan akuntansi, dimana pada biaya operasional langsung

    900

    400300

    600700

    500

    2008 2009 2010 2011 2012 2013

    PNBP Panas Bumi

    PNBP Panas Bumi

  • Page | 10

    dibebankan pada tahun berjalan, sedangkan pada biaya modal akan disebar pada beberapa tahun

    (menggunakan metode depresiasi).

    Pendapatan panas bumi dalam jangka menengah (2015-2017) diproyeksikan stabil. Namun,

    Pemerintah tetap akan melanjutkan kebijakan pemberian fasilitas pajak DTP untuk sektor panas

    bumi sehingga dapat terus mendorong investasi dalam pengembangan panas bumi. Selain itu,

    Pemerintah juga akan meningkatkan monitoring terhadap kegiatan pengusahaan panas bumi dalam

    rangka optimalisasi PNBP SDA panas bumi.

  • Page | 11

    Daftar Pustaka

    Modul PNBP Diklat Teknis Substantif Dasar Tingkat II Direktorat Jenderal Anggaran Tahun 2012

    Nota Keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2014

    Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun

    Anggaran 2014

    Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi