kelompok 01
DESCRIPTION
hhhhhhhhhhhTRANSCRIPT
Bahasa Semit dan Karakteristiknya
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Fiqhu Lughah
Dosen : Ade Nandang S, M.Ag.
Oleh :
Kelompok 1
Lusi Alawiyah (1210203055)
Rismyanti (1210203080)
Siti Komariah (1210203084)
Yusef Wahyudi (1210203105)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2013
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan ke Hadirat Allah SWT yang telah
mengajarkan manusia dengan qalam dan segala curahan rahmat Nya hingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Rahmat dan keselamatan semoga tetap
dicurah limpahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW; Rasul panutan alam,
manusia terfasih di antara orang Arab dan Zaman.
Tak lupa penulis menghaturkan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada pihak yang terkait dalam pembuatan makalah ini, terutama kepada dosen
mata kuliah fikh lughah bapak Ade Nandang S, M.Ag yang senantiasa
memberikan bimbingandan arahannya dalam mata kuliah ini selain itu pula
bantuan buku karangan beliau yang ikut membantu dalam pengumpulan
informasi.
Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini menjadi ladang amal bagi
semua, sekaligus merupakan cermin kecintaan kita terhadap bahasa. Penulis pun
berharap makalah ini dapat dirasakan manfaatnya tak hanya bagi penulis pribadi
akan tetapi baagi pembacanya.
Walaupun masih menyisakan banyak kekurangan, mudah-mudahn
kehadiran makalah ini menjadi ‘oaseu’ di padang pasir, yang dirindukan oleh
orang-orang yang dahaga dan cinta terhadap bahasa.
Bandung, Oktober 2013
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................I
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................3
A. Sejarah Bahasa Samiyah..............................................................................3
B. Pentingnya mengetahui bahasa Samiyah.....................................................5
C. Karakteristik Bahasa Samiyah.....................................................................9
D. Pembagian Bahasa Semit (Samiyah)...........................................................11
E. Hubungan bahasa arab dengan bahasa Semit (Samiyah).............................16
F. Hubungan Bahasa Samiyah (semit) dengan Bahasa Hamiyah (hamit).......17
BAB III PENUTUP.................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….22
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seperti yang telah kita fahami pada pertemuan sebelumnya, bahwa Fiqh Al
Lighah adalah ilmu yang mengkaji bahasa dari segi perkembangan, percampuran
bahasa satu dan yang lainnya, lahjat makna lafazh, bentuk lafazh yang didasarkan
pada kajian sejarah dan perbandingan dari bahsa-bahasa tersebut. Dan adapun
objek kajiannya adalah sejarah bahasa, asal usul bahasa, kajian tentang mufradat
seperti lafazh Mustarakh, lafazh Mutaradif, lafazh Al-Tadhad dan Isytiqaq.
Pengkajian beberapa point di atas dengan menggunakan metode Historique
Comperative yaitu mengkaji bahasa dengan pendekatan sejarah dan
perbandingan.1
Sebagaimana disebutkan diatas maka penulis menyusun makalah ini berisi
tentang sejarah, perkembangan, karakteristik dan lain sebagainya tentang bahasa
di mulai dari bahsa Samiyah.
B. Rumusan Masalah
Adapun isi dalam makalah ini penulis rumuskannya sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah bahasa Samiyah?
2. Seberapa penting kita mengetahui bahasa Samiyah?
3. Bagaimana karakteristik bahasa Samiyah?
4. Bagaimana pembagian bahasa Samiyah (semit)?
5. Bagaimana hubungan Bahasa Arab dan Bahasa Samiyah (Semit)?
6. Bagaimana hubungan Bahasa Samiyah (Semit) dan Bahasa Hamiyah
(Hamit)?
C. Tujuan Penulisan
1 Ade Nandang, Fiqh Lughah, CV. Insan Mandiri, Bandung : 2012, hal. 26.
2
Setelah kami mengikuti perkuliahan pada pertemuan sebelumnya, kami
menyusun makalah ini dengan tujuan :
1. Agar kami dapat memahami sejarah bahasa khususnya bahasa Samiyah
2. Agar kami memahami pentingnya mengetahui bahasa samiyah.
3. Agar kami mengetahui krakteristik bahasa Samiyah
4. Agar kami mengetahui pembagian dan penyebaran bahasa samiyah.
5. Agar kami mengerti hubungan antara bahasa Arab dan Bahasa Samiyah
(semit).
6. Agar kami mengerti hubungan antara bahasa Samiyah (semit) dengan
bahasa Hamiyah (Hamit)
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Bahasa Samiyah
Istilah bahasa Samiyah ditetapkan sebagai sebutan bagi sekumpulan bahasa
yang dihubungkankepada salah satu anak nabi Nuh as yaitu Sam. Orang yang
pertama kali memberikan istilah tersebut adalah Scholozer paada tahun 1781
ketika dia mencari nama bagi bahasa orang Ibrani dan bangsa Arab. dia melihat
antara bahasa Ibrani dan bahasa Arab ternyata ada hubungan dan kesamaan.
Scholozer menyandarkan penamaan ini kepada berita yang terdapat dalam kitab
Taurat tentang keturunan Nuh setelah terjadi banjir besar. Bangsa-bangsa dan
kabilah-kabilah dibagi menjadi tiga bagian besar yang semuanya kembali kepada
anak-anak Nuh yaitu Sam, Ham dan Yafat.2
1. Tempat Pertama Bangsa Samiyah (Semit)
Mengenal tempat pertama bangsa samiyah para ilmuan berbeda pendapat
dalam menentukan tempat yang digunakan oleh bangsa samiyah. Pendapat-
pendapat yang berkembang diantaranya:
a. Bangsa sam tinggal di Habsyah dari Habsyah menyebar ke bagian selatan
arab melalui jalan mundab, dari bagian ini berkembang ke berbagai penjuru
jazirah arab.
b. Bangsa sam tinggal di bagian utara Afrika, lalu berkembang ke Asia melalui
Barzakh Sawis.
c. Bangsa sam tinggal di Armenia dekat perbatasan kurdistan.
d. Guidi berpendapat bahwa bangsa sam tinggal di selatan Iraq. Pendapatnya
didasarkan kepada adanya sebagian kosa kata yang sama berkaitan dengan
binatang dan tumbuh-tumbuhan. Hal ini nampak dari karakter kalimat-
kalimatnya, bunyi-bunyiannya dan makna –maknanya. Juga ada bukti-bukti
lain yang menunjukan bahwa Iraq adalah tempat asal bangasa Samiyah.
2 Ahmad Muhammad Qoddur, Al Madhkal ila Fiqh Al Lughah, Dar al-Fikr al Mu’ashir, Bairut, 1992, hal.23
4
e. Sebagian pakar berpendapat bahwa bangsa samiyah tinggal di selatan
jazirah arab ( Hijaz, Nejed, dan Yaman ). Kebanyakan dari kelompok
orientalis cenderung kepada pendapat ini seperti Renan ( Prancis ) dan
Brokleman ( Almania ). Pendapat ini merupakan pendapat yang paling
shahih, paling kuat dan paling banyak kesesuaiannya dengan peninggalan
bangsa ini serta realitas sejarah. Adapun argumentasi bahwa awal bangsa
Samiyha di Jazirah Arab sebagai berikut:
1) Proses hijrah ( imigrasi ) terjadi secara terus menerus kesebelah barat
daya yaitu ke Nejed, Hijaz dan Yaman dan Migrasi ke sebelah timur ke
Shuriah, Irak dan lain-lain sehingga mereka memerangi bangsa
Sumariyyin dan bisa mengalahkan bangsa mereka (Sumariyyin) sehingga
bisa mendirikan sebuah negeri diatas pemerintahannya yang dikenal
dengan negeri Babilonia.3
2) Dari bagian ini bangsa Sam menyebar ke bagian utara, lalu terbentuk
bangsa yang dikenal dengan bangsa Kan’an.4
3) Dari bagian ini pula terjadi hijrah (migrasi) kedua ke iraq. Hal ini terbukti
dari peninggalannya yaitu bangsa Sam dapat menguasai negeri Iraq yang
pada waktu itu dikendalikan oleh kerajaan Kaldea yang salah satu dari
rajanya bernama Hamuroby.5
4) Dari bagian ini juga menyebar kabilah Ismail (keturunan nabi Ismail
yang tempat tinggal asal mereka di Hijaz) ke utara.6
5) Dari bagian ini juga pada awal masehi berpindah kabilah madyan
( tempat tinggalnya di Hijaz ) ke Syam, dan sebagian kabilah Qahthan
( tempat tinggalkannya di Yaman ), pindah ke Hijaz, Syam, dan iraq.
Maka menetap di makah bani Khuza’ah di Yatsrib bani Aos, Khazraj dan
bani Ghassan di Syam, bani Lakham di Iraq.
3 Migrasi ini terjadi diduga terjadi pada abad ke tiga puluh enam sebelum masehi4 Migrasi ini terjadi diduga terjadi pada abad ke dua puluh enam sebelum masehi5 Diduga terjadi migrasi pada abad ke enam belas sebelum Masehi6 Diduga proses migrasi terjadi pada abad ke enam belas sebelum masehi.
5
2. Bahasa Samiyah Terdahulu (Kuno)
Ulama yahudi pada masa lalu meyakini bahwa bahasa Ibriyah ( Ibrani )
adalah bahasa terdahulu manusia. Pendapat ini berkembang , bahkan sebagian
ulama arab juga meyakini pendapat ini.
Sebagian mereka berpendapat bahwa bahasa Asyuriah al-Babilliyah
(Babilonia- asyuria) merupakan bahasa terdahulu, tetapi pendapat ini kurang
disertai argumentasi, karena apa yang sampai kepada kita dari dari peningalan
Asyuriah sedikit sekali.
Ada juga sebagian ulama yang berpegang pada unsur-unsur kesamaan antara
bahasa-bahasa Samiyah yaitu dari aspek mufrodat dan qawa’id, lalu mereka
menjadikan kesamaan tersebut sebagai gambaran bagi bahasa Samiyah pertama,
dan mereka menganggap bahwa bentuk bahasa ini merupakan bahasa Samiyah
pertama kali ada dan digunakan, dan pertama kali berkembang.
Diantara yang dapat diterima menurut orientalis bahwa bahas arab merupakan
bahasa yang paling banyak terjaga dari bahasa asalnya yaitu bahasa Samiyah baik
dari aspek mufradanya maupun qawa’idnya. Sebabnya adalah karena
perkembangan bahasa tersebut terjadi ditempat terdahulu bagi bangsa Sam, dan
tepatnya bahasa tersebut ditempat independen dan tidak banyak dipengaruhi oleh
bangsa luar, maka sedikit sekali percampuran dengan bahasa lain, juga tidak ada
jalan lain untuk menjauhkan bahasa tersebut dari bahasa asalnya terdahulu.
B. Pentingnya mengetahui bahasa Samiyah
Bahasa Arab merupakan salah satu dari rumpun bahasa Samiyah, maka ini
sama halnya dengan belajar bahasa Samiyah. Pembelajaran bahasa Arab
berkesinambungan dengan bahasa-bahasa Samiyah yang menunjukkan pada hasil
yang bermanfaat dalam pembahasan kebahasaan. Adapun manfaat dari
pembahasan bahasa Samiyah itu adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui Perkembangan Kebahasaan
Dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 61 disebutkan :
6
�ه�ا �آئ و�ق�ث �ه�ا �ق�ل ب م�ن ر�ض�� األ �ت� �نب ت م�م�ا �ا �ن ل �خ�ر�ج� ي �ك� ب ر� �ا �ن ل ه� و�ف�وم�ه�ا ف�اد�ع� و�ع�د�س�
“ mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami
dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang
putihnya, kacang adasnya”
Abdullah bin Mas’ud r.a membaca “وثومها” manakah kalimat asli bahasa Arab ?
Apakah dengan tsa (الثاء) atau dengan fa (الفاء) ? Para pakar bahasa Arab
berkata : Sesungguhnya (الشين) bahasa Abariyah yang dalam bahasa
Aromiyahnya itu dengan (تاء) , dalam bahasa Arab dengan (الثاء). Itu merupakan
kaidah yang sama dalam perbandingan suara-suara bahasa Samiyah. Kata (شوم)
dalam bahasa Abariyah adalah (توما) dalam bahasa Aromiyah dan (ثوم) dalam
bahasa Arab. Dari kata ini yang paling benar/asli yaitu kata dari bahasa Arab
(dengan tsa). Adapun “fa” adalah bentuk perkembangan darinya, dan banyak kata
dalam bahasa Arab yang disebutkan dan ada huruf tsa dan fa, seperti ( ،الحثالة
) ,(الحفالة فم Dan masih banyak contoh-contoh yang lain .(األثاثي،األثافي) ,(ثم،
yang dimuat dalam buku-buku bahasa dan tidak dinamai buku-buku perubahan.
Dr. Ramdhan Abdu Thawab bahwsanya kata kerja (ثاب) dalam bahasa Arab
adalah yang asli, dan kata kerja (تاب) berarti (keluar dari dosa) atau taubat, bukan
aslinya, dan perkembangan dari (ثاب) bukan bentuk pemalsuan dari bahasa
Aromiyah.
b. Mengetahui huruf asli dan huruf tambahan
Ahli bahasa berpendapat bahwa hamzah dalam kata (اطمأن) adalah asli, dan
pembahasan bahasa menolak pendapat ini karena materi dalam bahasa Abariyah (
tanpa hamzah. Pertimbangan keilmuan yang memerhatikan permasalahan (طمن
ini dengan logika yang benar berpendapat bahwa kata itu yang benar dalam
bahasa Arab ( ) dengan wazan (اطمان� ) contohnya (افعال� اصفار; ـ kemudian (احمار;
kata itu digunakan dalam banyak syair. Para penyair bermaksud meringkas dari
pertemuan dua huruf mati dan menambahkan hamzah menjadi (اطمأن). Dari
syair-syair yang terkemuka, salah satunya penyair Kutsair bin Abdirrahman Al-
Khazaiy:
7
“Dan kamu Ibnu Layla pandangan kaummu lebih baik”
Dan syair Thoromah :
“Dan jika dajal keluar seraya mencari agamanya”
Hal ini tidak terbatas hanya pada syair tetapi dalam prosa pun demikian,
seperti : Perempun ini adalah pemudi dan ini adalah binatang buas (sebutan untuk
golongan Anjing).
Para Ahli Nahwu berpendapat bahwa kata (اسم) adalah tiga huruf asli,
adapun hamzah washol di dalamnya adalah pengganti dari lam yang dibuang, dan
adapun yang mengatakan (سمو) adalah pandangan orang-orang Bashrah.
Sedangkan Orang-orang kufah berpendapat bahwa ia merupakan pengganti dari fa
yang dibuang, asalnya (وسم). Perbandingan bahasa Samiyah menunjukkan
bahwa banyak hubungan atau keterkaitan antara satu kata dengn kata yang lainnya
seperti ( فم – - دم yang berasal dari (اسم) mempunyai asal yang sama. Kata (يد
bahasa Abariyah adalah (ش�م) dan dalam bahasa Amariyahnya (ما dalam ,(ش�
bahasa Habsyah ( م� ) dan dalam bahasa Akkadiyahnya ,(س� م� .(ش�
Perbandingan ini menunjukkan para ahli nahwu terdahulu tidak
sepenuhnya banar, inilah kelemahan bahasa Samiyah.
c. Mengetahui Kata yang tersusun
Para Ahli nahwu Arab telah menyepakati kata (ليس) terdapat perbedaan
pendapat, kelompok yang pertama dipelopori oleh Khalil bin Ahmad Al-Furohaidi
yang berpendapat bahwa kata itu adalah suatu susunan, asalnya adalah ( أيس .(ال
Kemudian Hamzahnya dibuang dan menyambungkan huruf lam dengan ya. Asal
kata أيس : ليس ال , yang merujuk pada ungkapan Arab : Ambilkan aku dari
apapun yang kau bisa dan tidak bisa. Yakni dari apapun ia dan bukan ia.
Begitupun yang dikatakan ulama Kufi dan jerman timur (Bergostroser) dalam
bukunya ( العربية للغة النحوي .(التطور
8
Kelompok yang kedua, mereka jumhur ahli Nahwu mengambil ucapan Ibnu
Sayidah Al-Andalusi yang berpendapat bahwasanya kata itu sederhana. Itu adalah
Fiil madhi, asalnya (لي�س) kasrah pada huruf ya, kemudian disukunkan karena
mengucapkannya berat dan tidak diganti dengan alif karena tidak digunakan untuk
lafad madhi dan hal. Maka inilah yang disebut Nahwu..!!!
Pembahasan bandingan dalam bahasa Samiyah antara (ليس) yang
tersusun dari ( أيس + itu tidak ditemukan lagi sekarang dalam bahasa Arab (ال
kecuali dalam ungkapan-ungkapan terdahulu seperti ucapan Arab : Ambilkan aku
dari apapun yang kau bisa dan tidak bisa, yakni ada dan tiadanya. Kata (أيس)
adalah berasal dari bahasa Abariyah (يش), lawannya ( يش dan dalam bahasa (ال
Asyuriyah (أشو) lawannya (لشو), dalam bahasa Aromiyah (أيت) lawannya (ليت)
asalnya ( أيت adalah (ليس) artinya : tidak ditemukan, dan makna kata ini (ال
perkembangan dari ( أيس sebagaimana yang (ال) lawannya dating dari (ال
dinyatakan oleh Khalil dan orang-orang yang mengikutinya.Sedangkan contoh
dari perkembangan Nahwu adalah ( وسوف penggunaan bahasa ini (السين
merujuk pada satu makna. Oorang-orang Bashrah berpendapat bahwa masa yang
akan datang ditandai dengan السين yang kemudian dipersempit dengan سوف.
Inilah alasan logis yang tidak mendukung dalam penggunaan bahasa. Di dalam
ayat-ayat Al-Quran, banyak terdapat kedua huruf ini, dan bahwasanya السين dan
فسوف ) : sama sebagai penanda waktu yang akan datang. Firman Allah سوف
يخزيه عذاب يأتيه من ) : dan firmannya (تعلمون الكذاباألشر من غدا ,(سيعلمون
kedua ayat ini maksudnya sama yaitu menunjukkan hari kiamat. Adapun orang-
orang Kufi berpendapat bahwasanya السين itu sama dengan سوف dalam
maknanya sebagaimana yang pertama itu merupakan potongan dari yang kedua.
Ini pendapat yang shahih karena kata (سوف) adalah jenis kata isim yang
bermakna permulaan dan tujuan, ini dalam makna bahasa Aromiyah. Kemudian
menjadi suatu perangkat setelah menjadi kata isim, dan kata سوف dalam bahasa
Arab bermakna sabar dan kata تسويف bermakna pengakhiran. Kata تسويف
dalam pelaksanaan keagamaan bermakna pengawasan, yang bearsal dari kata
kerja. Contohnya : تسويفا الرجل Perbandingan ini pun menyebar ,سوفت
9
bahwasanya kata سوف merupakan perkembangan dari kata isim yang
mempertahankan bahasa Arab dengan makna yang berdekatan dengan makna dari
bahasa Aromiyah.
Para ahli bahasa terdahulu tidak mengacuhkan perhatian terhadap bahasa
Samiyah, tetapi sebagian dari mereka mengetahui hubungan antara bahasa Arab
dengan bahasa-bahasa Samiyah yang lainnya, pengetahuan mereka bertambah saat
mempelajari aspek kebahasaan dan persamaan bahasa Arab dengan bahasa
Samiyah. Dalam buku Al-‘Ayin disebutkan “Kan’an bin Sam bin Nuh
menurunkan nasab Kan’aniyun (Orang-orang keturunan kan’an), mereka
berbicara dengan bahasa yang mirip bahasa Arab”, Abu ‘Abid Al-Qosim bin
Salam berpendapat tentang bahasa Suryani dan komponen-komponennya
menggunakan fathah di akhir kata-katanya sebagaimana ditukil dari Abu Hatam
Ar-Razi dalam bukunya Az-Zinah, dan juga dari Ibnu Hazm Al-Andalusi yang
mengatakan ada hubungan dekat antara bahasa Arab, bahasa Abariyah dan bahasa
Suryani. Begitupun juga Imam As-Sahily mengungkapkan hubungan antara
bahasa Arab dengan bahasa Suryani. Dan banyak lagi yang menyepakati bahwa
bahasa Arab dengan bahasa Suryani itu mempunyai kedekatan baik delam
lafadnya ataupun maknanya, dalam sisi lain Abu Hayyan Al-Andalusi juga
mengungkapkan bahwa bahasa Habsyi juga berhubungan dengan bahasa Arab.
Pengarang keduanya itu bebas.
C. Karakteristik Bahasa Samiyah
Diantara karakteristik bahasa Syamiah yang terpenting adalah sebagai berikut:
1. Karakteristik bahasa Semit yang paling menonjol dibanding dengan
bahasa-bahasa yang lain adalah akar kata bahasa-bahasa ini lebih banyak
menggunakan konsonan dari pada vocal. Dengan kata lain, bahwa makna
dasar suatu kata terkait dengan konsonan akar kata. Sedangkan vocal
dianggap dalam sebuah kata dan tidak merubah makna sebuah kata.
Contoh: kata �ب� �ت �بT ، ك �ت �ب� ك �ت �ب� ، ،ك �ت ك dst. Makna asli kata-kata ini terkait
dengan huruf ك ب . dan ت،
10
2. Banyak sekali terdapat kata yang maknanya terkandung dalam tiga
konsonan akar kata, lalu diberi awalan atau sisipan untuk mengubah
maknanya seperti kata: ، Tو�ب� �ت م�ك ، Tب� �ت م�ك ، �ب� �ت �ك ت �س� ا ، �ا �ب �ت �ك �ن ا ، �ب� �ت �ك أ ، �ب� �ات ك
Tب� �ات dst. Itulah sebabnya, maka verba (fi’il) dalam bahasa-bahasa Semit, ك
memiliki sejumlah pola berimbuhan (mazid) yang menunjukkan berbagai
makna yang diambil dari makna verba dasar yang dibentuk secara baku
dengan mengubah kata dasar untuk menunjukkan kuantitas atau kualitas
perbuatan, seperti makna repfleksif, saling melakukan perbuatan, bentuk
pasif dan lain-lain.
3. bahasa Semit banyak menggunakan huruf paringal (tenggorokan) seperti
huruf ع ، , ه danح serta huruf tekanan dalam (mufakhkham),
seperti ص dan ط
4. Bahasa Semit juga tidak terlalu memperhatikan cabang-cabang dari kala
verba (lampau, kini dan akan datang). Dalam bahasa Semit terdapat 3 kata
pokok yaitu lampau, kini dan akan datang. Sebagai contoh dalam bahasa
Arab sebagai salah satu bahasa Semit, verba ada tiga bentuk yaitu verba
bentuk lampau (madhi), bentuk kini (mudhari’) dan bentuk yang akan
datang (mudhari’). Dalam bahasa Arab terdapat beberapa kata untuk
menunjukkan kala yang akan datang yaitu س ، س�و�ف�
dan �ن� serta ل �م� untuk kata lampau ل
5. Bahasa Semit tidak mengenal adanya bentuk kata gabungan yang berasal
dari nomina dan verba seperti dalam bahasa bahasa
Inggris describe ( mendeskripsikan, menggambarkan, menguraikan) yang
berasal dari kata de+scribe yang sama denga bahasa Jerman bescreiben
yang berasa dari kata be + schreiben. Begitu pula dalam kata bahasa
Inggris circumstance (keadaan) yang berasal dari kata circum +
stance yang sama dengan bahasa Jerman unstand yang berasal
dari un+stand.
6. struktur idhafah (frase) dalam bahasa Semit hubungan antara mudhaf dan
mudhaf ilaih sangat erat, sehingga dalam banyak hal seringkali keduanya
melebur menjadi satu kata, terutama dalam perkembangan yang modern,
11
seperti kata د yang berasal dari kata ر�س�م�ال dan م�او�ر� د و�ر� (air bunga) م�اء
dan م�ال س�� أ �ق�ر Contoh lain dalam bahasa klasik .(modal) ر� ب yang (dingin) ح�
berasal dari kata ح�بc + ق�ر; .
7. Bahasa Syamiah secara umum terdiri dari tiga huruf seperti contoh kata
قتل ، ضرب
D. Pembagian Bahasa Semit (Samiyah)
Para ulama membagi bahasa Semit ke dalam dua bagian : Samiyah Timur
dan Barat, kemudian Samiyah Barat terbagi dalam dua bagian : Barat Utara dan
Barat Selatan. Dr. Juwad Ali menyebut pembagian ini pada tahun 1869 M.
1. Samiyah Timur
Adalah bahasa Akkadia dengan bagiannya yaitu : Babalia dan Asyuria,
gambarannya tertulis dalam tulisan kuno yang ada di relief-relief, salah satu
tulisan yang terpenting adalah (Hukum Hamurrabi) yang terkenal. Nama Akkadia
diambil dari kota (أكاد) yang terdapat di bagian utara dari negeri Babalia sekitar
2350 km, dan menjadi ibu kota negaranya. Ini merupakan negeri pertama bangsa
Semit berkembang. Bahasa ini telah punah dari dulu dan tidak sampai kepada
genarasi sekarang kecuali hanya tulisan-tulisan berupa ukiran yang menjadi salah
satu budaya bangsayang tinggal diantara dua sungai, tigris dan eufrat. Sebuah
penelitian yang pernah dilakukan pada tahun 1843 M, menemukan banyak ukiran,
kemudian dilanjutkan oleh penelitian yang dilakukan ilmuan Inggris Rawlinson
pada tahun 1847 M.
2. Samiyah Barat, dibagi menjadi dua :
Samiyah Barat Utara, meliputi dua bahasa : Kan’aniyah dan Aromiyah.
a. Kan’aniyah adalah bahasa kabilah-kabilah yang kemungkinan
bermigrasi dari bagian barat selatan dari negeri Arab dan kemudian
mereka menjadikan Palestina dan Suria sebagai tempat tinggal mereka,
dan sebagian kawasan laut tengah. Kan’aniyah terbagi menjadi dua
yaitu :
12
1) Kan’aniyah Utara : Dinamakan bahasa Agoriti yang merupakan
dialek Kan’aniyah yang lama, penamaan ini diambil dari nama
Agorit, sebuah kota yang terletak sekitar 12 km dari sebelah utara
Adzkiyah, telah dilakukan penelitian pada tahun 1929 M dengan
ditemukannya berbagai ukiran yang menyerupai bahasa Akkadiyah ,
tetapi bahasa Agoriti lebih memperhatikan aspek perbedaan abjad
dari Akkadiyah yang lebih memperhatikan aturan kata-kata yang
terpisah.
2) Kan’aniyah Selatan : misalnya dalam bahasa Abariyah yang ditulis
pada masa lalu, termasuk juga kitab Taurat, kitabnya nabi Musa as
yang lima (pembentukan, tempat keluar, kelenturan, bilangan,
penggandaan) dan kitab-kitab para nabi seperti Muzamir Daud.
Dari sumber-sumber terdahulu, dalam bahasa Abariyah ada
Qashidah Daburoh yang menggambarkan tentang bani Israil juga
menceritakan tentang pemimpin Israil terhadap kepemimpinan
Kan’aniyah. Bahasa Abariyah mengalami perkembangan yang
membedakan kuat lemahnya menurut informasi-informasi yang
menceritakan sejarah agama dan bahasa Yahudi. Bahasa Abariyah
telah memberikan pengaruh terhadap bahasa Arab setelah terjadinga
Fath islam sehingga orang-orang Yahudi menyusun kaidah-kaidah
kebahasaan menyerupai kaidah dalam bahasa Arab, begitupun juga
kaitannya dengan syair-syair mereka.
Kan’aniyah Selatan mempunyai dialek yaitu dialek Muabiyah,
contohnya (ميشع), kata ini adalah dialek orang-orang Muabiyah
keturunan Luth bin saudara Ibrahim as sebagaimana disebutkan pada
masa lalu. Diriwayatkan bahwa (ميشع) adalah sebutan untuk raja
Israil.
Bahasa Finiqiyah : ditemukan di daerah finiqiyah (Tyre - Sidon -
Jubayl), kemudian penggunaan dialek bahasa ini dibawa keluar oleh
penggunanya sehingga sampai di tepi laut tengah dan populer
dikenal dengan (قرطاجنة) Qorthajanah dan dialek yang utama di
13
daerah itu adalah (بونية) Buniyah, cabang dari Finiqiyah. Sama
dengan bahasa lain, bahasa Finiqiyah juga ditemukan berupa ukiran-
ukiran / prasasti, dan prasasti yang terkenal adalah Prasasti kerajaan
Babylus dan raja Kelmu. Bahasa Finiqiyah merupakan bahasa
terlama di rumpun bahasa Abariyah, tetapi juga ada dalam jejak
bahasa Aromiyah sebelum masehi, dan bahasa Aromiyah muncul
sebelum abad pertama masehi.
b. Bahasa Aromiyah : adalah bahasa kabilah-kabilah yang menetap di
ujung kawasan Arab dekat teluk Arab dan di provinsi-provinsi selatan
Suria. Pengguna bahasa Aromiyah berhijrah ke bagian Suria sekitar
abad ke-5 SM. Bahasa Aromiyah berbeda dengan bahasa Kan’aniyah
yang mendekati bahasa Abariyah, Finiqiyah, dan menjadi mayoritas di
bumi Mesopotamia (negara diantara dua sungai) dan Suria. Kemudian
menyebar ke wilayah Iraq. Bahasa Aromiyah terbagi menjadi dua
bagian :
1) Aromaniyah Barat, bahasa ini ditemukan dalam bentuk prasasti /
ukiran relief raja Samala, dan sebagiannya lagi pada buku Daniel,
Azra dan Irmiya yang ditulis dalam bahasa Aromiyah yang
ditemukan di wilayah Faylah, kota Aswan. Dokumen-dokumen ini
lebih dulu sampai kepada kita dari peninggalan-peninggalan bahasa
Samiyah yang dikodifikasikan menggunakan tinta. Dan ditemukan –
juga – di kota (تدمر) Tadmur yang banyak meninggalkan arsip
dengan bahasa Aromiyah. Di sana terdapat banyak ukiran/prasasti
yang menggambarkan kota yang bersangkutan seperti di kota
Bashrah, di Syam, dan di provinsi ‘Ula di Hijaz. Juga terdapat
banyak di ukiran batu nisan pada abad pertama SM dan abad ke-4 M,
dan ungkapan-ungkapan bahasa Abariyah yang diterjemahkan dan
ditulis dengan bahasa Aromiyah di saat para penerjemah dari
Abariyah meninggal dari ranah perkembangan bahasa pada masa itu
yang mana bangsa Palestina yang menggunakan bahasa Aromiyah.
14
Inilah yang menjadi awal perintah untuk menjelaskan bahasa lisan
dan adanya kodifikasi dari terjemahan-terjemahan yang ada.
2) Aromiyah Timur, bahasa ini adalah bahasa Manda’iyah, yaitu bahasa
keagamaan orang-orang yang menggunakannya masih ada sampai
sekarang di belahan Iraq bagian Selatan. Di Iraq sendiri dikenal
dengan nama (الصابئة). Mereka hidup di tepi sungai-sungai
khususnya di daerah Masyroh dan di kota Maysan. Dr. Ali Abdul
Wahid mengatakan bahwa agama mereka adalah Yahudi dan Masehi
(Nashrani).
Ada bebrapa pandangan tentang bahasa Aromiyah Timur, pertama :
Pernyataan ini perlu dikaji ulang, sumber yang ada mengatakan
bahwa Shobiah tidak ada kaitannya dengan yahudi tetapi mereka lebih
dekat dengan Nashrani dari Isa as dan Yahya bin Zakaria karena
keduanya adalah Nabi mereka. Sejarawan Iraq, Ustad Abdur Rizqi Al-
Hussaini menulis sebuah buku tentang ini mengenai sejarahnya, tata cara
dalam peribadahannya, yang dinamai ( المندائيون ini berdekatan (الصابئة
antara (المنداعية) dan (المندائية), yaitu terletak pada huruf ‘ain dan
hamzah. Peninggalan Sejarah-sejarah ini terbatas antara dua abad yaitu
abad ke-7 dan ke-9 M. Dalam jumlahnya lebih dekat pada bahasa
Aromiyah lama yang asli dari semua bahasa Aromiyah yang lalu.
Kedua : dikenal ( البابلي Talmud babalia. Para ilmuwan (التلمود
Yahudi telah mengungkapkan bahwa Babal itu penggunanya (الترجوم)
ketika disandarkan pada penjelasan (المشنا), yang menjadi teks
keagamaan yahudi yang dikarang pada tahun ke 70 M ketika akhir
bidang kepolitikan yahudi di wilayah Palestina lampau. Adapun bahasa
Abariyah pada saat itu sedikit digunakan oleh para lelaki agama Yahudi
yang mana telah banyak mengalami kerusakan yang dijelaskan dalam
dokumen dengan bahasa yang mudah dipahami. Untuk itu, dijelaskan
dengan bahasa Aromiyah yang dikenal dengan (الجمارا) jumara,
peristiwa ini tersebar dari mulai abad ke-4 M sampai abad ke-6 M. Dan
15
telah diketahui bahwa bahasa yang dikodifikasi dengan penjelasan ini
benyak menggunakan bahasa Abariyah.
Ketiga : bahasa Suryani adalah dialek terpenting dalam bahsa
Aromiyah. Orang-orang Aromiyah menamakan dirinya dengan Suryani
setelah memluk agama Nashrani. Bahasa Suryani dibagi berdasarkan
gereja nashraninya menjadi dua bagian : Nasathiroh di bagian timur dan
Ya’qubiyah di bagian barat, kemudian pembagian ini memnghasilkan
dua dialek Suryani : timur dan barat. Peninggalan Suryani ini disatukan
oleh pengarang-pengarang yang memfokuskan perhatian mereka
terhadap tafsir kitab Taurat, Injil, dan Qashidah yang bersenandung di
gereja-gereja dan penyusun-penyusun dalam sejarah gereja Suryani
beserta para pendetanya. Fokus perhatian bahasa Suryani mengenai
sejarahnya merupakan suatu jalan yang dipotong dengan kebudayaan
Yunani untuk kebudayaan Islam, sebagaimana bahasa Suryani yang
merupakan perhubungan antara bahasa Arab dan bahasa Yunani. Banyak
kata dari bahasa Yunani yang masuk ke dalam bahasa Arab kemudian
dipindahkan ke dalam bahasa Suryani dan menjadi istilah filsafat,
lingkungan dan ilmiah. Bahasa Suryani tidak seutuhnya menjadi bahasa
setelah datangnya Islam sekitar enam abad. Sisanya terdapat di sebagian
provinsi-provinsi di pegunungan di Libanon, Syam, dan Iraq.
1. Samiyah Barat Selatan : Ada dua yaitu bahasa Arab dan bahasa Habsyi
Bahasa Habsyi :
Adalah bahasa kabilah-kabilah dari Arab yang pindah dari arah
wilayah selatan yang melewati bab El-Mandeb sampai ke Afrika. Kabilah yang
terkenal adalah kabilah (جشت) Gesat, dan kabilah (اإلجعازي) Al-Ij’azi.
Kemudian daerah itu dinamai oleh orang-orang (yang pindah dari kawasan Arab)
dengan nama Habsyah yang dinisbatkan kepada kabilah yang pertama, sedangkan
dalam bahasa dinisbatkan kepada kabilah yang kedua yaitu bahasa Ja’ziyah.
Persamaan antara Habsyi dan Yaman lama lebih banyak daripada Habsyi dan
bahasa Arab. Dialek yang paling penting adalah dialek Ja’ziyah atau Habsyi Ats-
16
tsuyubiyah. Ats-tsuyubiyah sendiri lebih dikenal orang-orang Yunani. Orang-
orang Habsyi pada waktu itu menjadikannya sebagai pengganti untuk Nashrani
yang berlawanan dengan Yang Suci. Bahasa ini tersebar di kota Uksum yang
diterjemahkan dalam buku suci dan buku-buku lain yang ringkasannya
diterjemahkan dalam bahasa Yunani. Bahasa Amhariyah menjadi bahasa yang
resmi yang digunakan di kantor-kantor dan bahasa Al-Ja’ziyah menjadi bahasa
agama dan sastra. Bbahasa Amhariyah diantaranya mengandung qashidah
peperangan pada abad ke 14, 15, dan 16 M. Dalam bahasa ini terdapat dialek
Tigriniyah, cabang dari bahasa Al-Ij’aziyah, jarang digunakan dalam tulisan.
Dialek ini ditemukan dan populer pada tahun 1952 M.
E. Hubungan Bahasa Arab dengan Bahasa Semit (Samiyah)
Bahasa Arab merupakan cabang dari rumpun besar Bahasa
Samiyah/Semit. Sebagaimana kita ketahui, bahwa Istilah bahasa Samiyah/Semit
pertama kali dicetuskan oleh Schlozer pada tahun 1781 M, ketika ia mencari nama
bagi bangsa Abariyah, Dan bangsa Arab dan Habsyi merupakan satu rumpun
bahasa ini. Schlozer menyandarkan penamaan ini kepada berita dalam kitab taurat
tentang keturunan Nuh as setelah terjadi banjir. Bangsa-bangsa dan kabilah-
kabilah terbagi ke dalam tiga golongan besar yang mana tiga golongan itu kembali
ke anak-anak Nuh as (sam - ham - yafis). Kemudian muncul istilah atau penamaan
Samiyah untuk menandakan bangsa dan bahasa itu. Para ulama telah menyepakati
dengan penamaan ini. Pembahas Tunisia (Muhammad Khalifah) berfikir
bahwasanya istilah ini mengikuti Ahli Ketimuran yang berdalih pada kitab Taurat
yaitu Panggilan dan istana Samiyah diarahkan pada Yahudi dalam hal
kepercayaan mereka dengan pemahaman bangsa Samiyah yang hampir
memisahkan diri dari penamaan ini, Ketahuilah bahwasanya kata "Samiyah"
merupakan suatu cabang ilmu dari cabang pembelajaran kebahasaan pada masa
kini, tetapi kita menemukan bahwasanya sebagian pelajar Arab yang masih
berusaha untuk memperbaiki penamaan ini lebih banyak yang benar, dan aspek
semantik itu lebih benar terhadap kenyataan bangsa dan bahasa itu disamping
sebahagian besar pelajar masih menggunakan dalam hal yang bersifat wajib selain
17
menyelamatkan kesahihannya dan kebenarannya. Ustad 'Abbas Al-Aqod
berpendapat Sesungguhnya kebenaran penamaan bangsa Semit dengan (Bangsa
Arab) dan penamaan bahasanya dengan (Bahasa Arab yang dulu), (Abul Al-
Anbiya : 148). Adapun Almarhum Ustad Thoha Baqir menyebutkan
"Sesungguhnya Kawasan Arab itu merupakan ayunan bagi kaum-kaum yang
termasuk dalam penamaan orang-orang Semit yang berpindah dari tanah air Arab.
Nama yang benar baginya adalah (Kaum-kaum terdahulu), dan adapun bahasa
mereka yaitu Bahasa Arab yang dulu. (Dakhil dalam bahasa Arab : 17). Pendapat
yang lain memandang bahwa istilah Bahasa Arab yang dulu itu merupakan istilah
yang baik yang dimaksudkan untuk membedakan istilah Samiyah.
F. Hubungan Bahasa Samiyah (Semit) dengan Bahasa Hamiyah (Hamit)
Ada berbagi bentuk kesamaan antara bahasa Samiyah dengan bahasa hamiyah,
diantaranya sebagai berikut:
1. Bahasa Mesir kuno menyerupai bahasa Samiyah dalam penggunaan dlomir
bagi jama mutakallim )dan nama ن bagi mukhotob mufrod dan huruf ( تا)
nama bilangan, nama-nama kata benda khususnya nama-nama yang
tersusun dari dua bunyi ( – – سما فم Banyak juga persamaan dalam .(يم
kaidah-kaidah bentuk dan susunanya diantaranya ta’nis isim dan shifat
dengan hruuf .تا Begitu pula penggunaan bunyi vocal lebih banyak
dibandingkan konsonan dalam menentukan kosa katanya dan
pengucapannya. Dengan demikian sebagian ulama menggap bahwa bahasa
mesir kuno dan bahasa samiyah merupakan dua kelompok bahasa dari satu
rumpun.
2. Para peneliti telah Nampak bentuk persamaan yang banyak antara bahasa
samiyah dengan bahasa Barbar, Kusyia dalam aspek yang berkaitan
dengan bentuk kata dan pengambilan suatu kata. Alasan peneliti mengenai
hal itu diantaranya:
a. Sebagian para peneliti berpendapat bahwa bahasa samiyah, Mesir
kuno, barbariya, dan kusyryiah, merupakan empat kelompok bahasa
dari rumpun yang satu, hanya saja terpisahnya bahasa barbaria dan
18
bahasa kusyia dari bahasa samiyah terjadi dalam kurun waktu yang
lama sebelum terpisahnya bahasa Mesir dari bahasa samiyah.
b. Sebagian ulama berpendapat bahwa bahasa Kusyiyah dan bahasa
Barbaria tidak ada hubungan kekerabatan dengan bahasa Samiyah.
Adapun adanya kesesuain bahsa-bahsa ini dalam aspek mufrodat dan
kaidah-kaidahnya ini semua kembali kepada saling keterpengaruhan
antara kedua bahasa tersebut.
c. Bahsa mesir merupakan kerabat dari bahsa Samiyah. adapun hubungan
bahasa kusyiya dengan bahasa barbariya satu dengan yang lainnya, dan
hubungan antara kedua bahsa tersebut dengan bahasa Mesir dan bahasa
Samiyah tidak bisa diputuskan sampai penelitian mengenai hal itu
mendapat kesimpulan yang benar.
19
BAB III
SIMPULAN
Dari pembahasan yang diatas, dapat kita ambil kesimpulan sebagai berikut.
A. Sejarah Bahasa Samiyah
Istilah bahasa Samiyah pertama kali diberikan oleh Scholozer sebagai
sebutan bagi sekumpulan bahasa yang dihubungkan kepada salah satu nama anak
nabi Nuh as yaitu Sam. Dari pendapat para peneliti kita dapat menyimpulkan
bahwa tempat pertama bagi semua bangsa-bangsa Samiyah adalah bagian selatan
Barat daya jazirah yaitu Nejed, Hijaz, Yaman dan sekitarnya. Bahasa Samiyahini
telah mengalami fase-fase perkembangan sebelum sampai pada keadaan sekarang
ini. Maka dengan kondisi seperti itu bahasa jauh sekali dari asal yang terdahulu.
B. Pentingnya mengetahui bahasa samiyah
Adapun manfaat yang dapat kita peroleh dari mempelajari bahasa Samiyah
diantaranya kita mengetahui perkembangan kebahasaan, mengetahui huruf asli
dan huruf tambahan dan mengetahui kata yang tersusun.
C. Krakteristik bahasa Samiyah
1. Lebih banyak menggunakan konsonan dari pada vocal
2. Banyak sekali terdapat kata yang maknanya terkandung dalam tiga
konsonan akar kata, lalu diberi awalan atau sisipan untuk mengubah
maknanya.
3. Tidak terlalu memperhatikan cabang-cabang dari kala verba (lampau, kini
dan akan datang)
4. Tidak mengenal adanya bentuk kata gabungan yang berasal dari nomina
dan verba.
5. Struktur idhafah (frase) dalam bahasa Semit hubungan antara mudhaf dan
mudhaf ilaih sangat erat. .
6. Bahasa Syamiah secara umum terdiri dari tiga huruf seperti contoh kata
قتل ، ضرب
20
D. Pembagian dan penyebaran bahasa samiyah.
Pembagian dan penyebaran bahasa Samiyah disimpulkan dalam bagan dibawah
ini:
Bahasa
Samiyah Timur Samiyah Barat
Akkadia
Asyuria
Barat Utara
ArabiahAramiyah
Barat Selatan
Kan’aniyah Habsyah
Ibrani Nabti
Agoriti Suryani
Finiqia
Al-jazirah
Amhariyah
TijriniyahUtara Selatan
Baidah
Syi’ir
Baqiyah
Shofwiyah
Samudiyah
Lihyaniyah
Rajaz
Hukam
Fushha
Yaman Kuno
Ma’iniyah
Sabaiyah
Humeriyah
Hadromiyah
Qibtiyah
Samiyah
21
E. Hubungan antara bahasa Arab dan Bahasa Samiyah (semit)
Bahasa Arab merupakan cabang dari rumpun besar Bahasa
Samiyah/Semit. Sudah jelas dengan demikian terdapat hubungan anatra
keduanya.
"Sesungguhnya Kawasan Arab itu merupakan ayunan bagi kaum-kaum
yang termasuk dalam penamaan orang-orang Semit yang berpindah dari tanah
air Arab. Nama yang benar baginya adalah (Kaum-kaum terdahulu), dan
adapun bahasa mereka yaitu Bahasa Arab yang dulu”. Muhammad Thaha
Baqir.
F. Hubungan antara bahasa Samiyah (semit) dengan bahasa Hamiyah
(Hamit)
Bahasa Hamiyah terdiri dari tiga kelompok bahasa, yaitu bahasa Mesir,
bahasa Barbar dan bahasa Kusyiyah. Bahasa Mesir kuno meyerupai bahasa
Samiyah dalam penggunaan dhomir, nama-nama kata benda, kaidah bentuk
dan susunan, pembentukan fi’il mudhari dan penggunaan bunyi vokal yang
lebih banyak dibandingkan dengan konsonan. Ha ini menunjukan bahwa
bahasa Samiyah dan bahasa Mesir kuno merupakan dua kelompok bahasa dari
satu rumpun.
Begitu pula terdapat beberapa kesamaan antara bahasa Samiyah dengan
bahasa Barbar dan bahasa Kusyiya. Akan tetapi letak kedekatan kedua bahasa
ini dengan bahasa Samiyah masih dalam perbedaan pendapat. Maka belum bisa
menjadi kesimpulan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Ade Nandang, 2012. Fiqih luqoh. Bandung : CV Insan Mandiri
Mizyan, Ali Hasan. As-Syarif, Ibrahim Ath-Thohir. 2002. Mabahits fi Fiqhil
Lughoh. Saudi Arabia. Pustaka Syumu Ats-Tsaqofah
http://depiesta-inc.blogspot.com/2012/10/kedudukan-bahasa-arab-dari-bahasa.html
http://www.dedeyahya.com/2012/10/penyebaran-bahasa-samiyah-semit.html
http://warokakmaly.blogspot.com/2012/03/sejarah-bahasa-semit-dan-ciri
cirinya.html, Atlas Sejarah Dunia Islam (c,d,e dan f).