kelas kata verba bahasa bugis parit haruna desa pal ix kecamatan sungai kakap kabupaten kuburaya

22
KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBURAYA PROPOSAL PENELITIAN OLEH DINA MARIANA NIM 511100351 INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA PONTIANAK 2014

Upload: rachelianto

Post on 17-Jun-2015

634 views

Category:

Education


7 download

DESCRIPTION

Desain penelitian ini dibuat untuk melengkapi mata kuliah Penelitian Bahasa NAMA : DINA MARIANA NIM : 511100351 NAMA DOSEN : AL

TRANSCRIPT

Page 1: KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBURAYA

KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA

DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP

KABUPATEN KUBURAYA

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH

DINA MARIANA

NIM 511100351

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

PONTIANAK

2014

Page 2: KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBURAYA

BAGIAN I

RENCANA PENELITIAN

A. Latar Belakang

Bahasa dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peran sebagai alat

komunikasi. Hal ini tidak terlepas dari keharusan manusia untuk berinteraksi

dengan orang lain. Dalam berinteraksi tersebut seseorang mengutarakan

pendapat dan pandangannya dalam suatu bahasa yang saling dimengerti.

Itulah sebabnya tidak mengherankan apabila sekarang ini bahasa mendapat

perhatian luas dari berbagai kalangan, tidak saja para ahli bahasa tetapi juga

ahli-ahli di bidang lainnya. Dengan bahasa, segala ide, gagasan, perasaan,

keinginan, dan pengalaman dapat tertuang. Jadi perlu disadari bahwa interaksi

dan segala macam kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh tanpa bahasa.

Bahasa menunjukkan pribadi seseorang, karakter, watak, atau

pribadi seseorang dapat diidentifikasi dari perkataan yang ia ucapkan.

Penggunaan bahasa yang lemah lembut, sopan, santun, sistematis, teratur,

jelas dan lugas mencerminkan pribadi penuturnya berbudi. Sebaliknya,

melalui penggunaan bahasa yang sarkasme, memaki, memfitnah, mengejek

atau melecehkan akan mencitrakan pribadi yang tidak berbudi. Manusia

dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat menjalin

hubungan dengan manusia lain dalam lingkungannya. Ada dua cara untuk

dapat melakukan komunikasi, yaitu secara tertulis dan secara lisan.

Penggunaan bahasa secara tertulis merupakan hubungan tidak langsung,

sedangkan penggunaan bahasa secara lisan adalah hubungan langsung. Dalam

hubungan langsung akan terjadi sebuah tuturan antar individu atau kelompok.

Tuturan yang terjadi mengakibatkan adanya peristiwa tutur dan tindak tutur.

Peristiwa tutur adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi

linguistik dalam bentuk ujaran yang melibatkan dua pihak atau lebih, yaitu

Page 3: KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBURAYA

menurut penutur dan lawan tutur dengan satu pokok tuturan, di

dalam waktu, tempat dan situasi tertentu.

Setiap peserta tindak tutur bertanggungjawab terhadap tindakan dan

penyimpangan terhadap kaidah kebahasaan di dalam interaksi sosial itu.

Tujuan kita berkomunikasi kepada lawan bicara adalah untuk menyampaikan

pesan dan menjalin hubungan sosial. Dalam penyampaian pesan tersebut

biasanya digunakan bahasa verbal baik lisan atau tulis maupun non verbal

yang dipahami kedua belah pihak, pembicara dan lawan bicara, sedangkan

tujuan komunikasi untuk menjalin hubungan sosial dilakukan dengan

menggunakan beberapa strategi. Misalnya, dengan menggunakan ungkapan

kesopanan, ungkapan implisit dan basa-basi.

Kesantunan dapat dilihat dari berbagai segi dalam pergaulan sehari-

hari. Kesantunan memperlihatkan sikap yang mengandung nilai sopan santun

atau etika dalam pergaulan sehari-hari. Ketika orang dikatakan santun, dalam

diri seseorang itu tergambar nilai sopan santun atau nilai etika yang berlaku

secara baik di masyarakat tempat orang itu mengambil bagian sebagai

anggotanya.

Ketika dia dikatakan santun, masyarakat memberikan nilai

kepadanya, baik penelitian itu dilakukan secara seketika maupun secara

konvensional. Sudah barang tentu, penilaian dalam proses yang panjang ini

lebih mengekalkan nilai yang diberikan kepada masyarakat. Kesantunan

berbahasa tercermin dalam tata cara berkomunikasi lewat tanda verba atau

tata cara berbahasa.

Ketika berkomunikasi, kita tunduk pada norma-norma budaya, tidak

hanya sekedar menyampaikan ide yang kita pikirkan. Tata cara berbahasa

harus sesuai dengan unsur-unsur budaya yang ada dalam masyarakat tempat

hidup dan dipergunakannya suatu bahasa dalam berkomunikasi. Tata cara

berbahasa sangat penting diperhatikan para peserta komunikasi demi

kelancaran komunikasi.

Tata cara berbahasa seseorang dipengaruhi oleh norma-norma

budaya, suku bangsa atau kelompok masyarakat tertentu. Hal ini

Page 4: KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBURAYA

menunjukkan bahwa kebudayaan yang sudah mendarah daging pada diri

seseorang berpengaruh pada pola berbahasanya. Itulah sebabnya kita

mempelajar iatau memahami norma-norma budaya sebelum atau disamping

mempelajari bahasa. Sebab, tata cara berbahasa yang mengikuti norma-norma

budaya akan menghasilkan kesantunan berbahasa.

Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk

berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang

berdasarkan suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh

pemakainya. Bahasa sendiri berfungsi sebagai sarana komunikasi serta

sebagai sarana integrasi dan adaptasi.

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat dwibahasawan, artinya

masyarakat yang memiliki dan menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa daerah

dan bahasa Indonesia. Bahasa daerah digunakan untuk berkomunikasi dalam

berhubungan dalam lingkungan keluarga maupun dalam masyarakat bahasa

daerah itu sendiri berada, sementara bahasa indonesia digunakan sebagai

media komunikasi antar suku atau dengan masyarakat diluar bahasa-bahasa

daerah mereka, kedua bahasa tersebut digunakan secara bergantian dan saling

melengkapi.Bahasa daerah tersebut merupakan bagian dari kebudayaan

nasional yang hidup. Bahasa daerah dalam kedudukannya sebagai bahasa

daerah yaitu: lambang kebanggaan daerah; lambang identitas; alat

berkomunikasi didalam keluarga dan masyarakat.

Bahasa daerah adalah penamaan bahasa yang digunakan oleh

kelompok orang yang anggotanya secara relatif memperlihatkan frekuensi

interaksi yang lebih tinggi di antara mereka dibandingkan dengan mereka

yang bertutur dalam bahasa daerah tersebut. Oleh karena frekuensi interaksi

yang tinggi itu diwujudkan oleh ikatan-ikatan institusional, seperti ikatan

kekerabatan, upacara-upacara yang berkaitan dengan lingkaran hidup masing-

masing warga, maka bahasa daerah dapat pula digunakan sebagai kriteria

pengidentifikasian dari sukubangsa atau kelompok etnis sehingga bahasa

dinamakan juga bahasa sukubangsa, atau sebaliknya sukubangsa dapatlah

dinamakan sebagai kelompok etnolinguistik.

Page 5: KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBURAYA

Perkembangan zaman dan teknologi sangat besar pengaruhnya

terhadap eksistensi bahasa terutama bahasa daerah. Karena kemajuan

teknologi tersebut banyak generasi muda atau generasi penutur asli bahasa

daerah tertentu menjadi enggan bahkan tidak bisa menggunakan bahasa

daerahnya. Hal ini sangat disayangkan sekali berhubung bahasa daerah

memiliki fungsi yang sangat baik bagi perkembangan suatu kebudayaan.

Banyak putra-putri daerah yang merasa malu untuk menggunakan bahasa

daerahnya karena merasa bahasa daerah tersebut kurang bagus. Mereka lebih

cenderung menggunakan bahasa yang bukan dari daerahnya atau bahkan

bahasa asing. Hal ini juga terjadi pada Bahasa Bugis Parit Haruna. Meskipun

populasi penyebaran bahasa ini cukup luas, tetapi tidak menutup

kemungkinan bahasa tersebut akan terkontaminasi oleh bahasa asing atau

bakhan berkurang persebarannya karena banyak orang yang enggan untuk

menggunakannya.

Bahasa Bugis merupakan bahasa daerah yang digunakan masyarakat

tutur di Parit Haruna Desa Pal IX Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten

Kuburaya. Persebaran bahasa ini cukup luas dan tidak hanya di kecamatan

Sungai Kakap saja. Bentuk kelas kata dalam Bahasa Bugis sama dengan

bentuk kelas kata dalam bahasa Indonesia pada umumnya. Bentuk kelas kata

ini terdiri dari kelas kata verba, adjektiva, adverbia, nomina dan numarelia.

Dari beberapa jenis kelas kata tersebut yang akan menjadi fokus

penulis dalam melakukan penelitian adalah pada kelas kata verba. Verba

merupakan kata yang menggambarkan proses, perbuatan, atau pekerjaan yang

berfungsi sebagai predikat dalam beberapa bahasa lain yang mempunyai ciri

morfologis. Sebagai satu di antara kelas kata dalam tuturan kebangsaan verba

mempunyai frekuensi yang tinggi pemakaiannya dalam suatu kalimat, verba

mempunyai pengaruh yang besar terhadap penyusunan kalimat. Perubahan

struktur pada kalimat sebagian besar ditentukan oleh perubahan bentuk verba.

Adapun alasan penulis ingin mengkaji mengenai kelas kata verba

karena beberapa faktor yaitu: 1) Penulis melihat penggunaan kelas kata verba

tersebut telah terkontaminasi oleh bahasa-bahasa luar; 2) Penulis ingin

Page 6: KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBURAYA

mempertahankan eksistensi bahasa daerah yang mulai pudar dalam ruang

lingkup masyarakat penuturnya; 3) Penulis merupakan putri daerah sekaligus

penutur asli yang dapat mempertahankan penggunaan bahasa tersebut.

Bertolak dari uraian diatas, maka penulis akan mengadakan upaya

mempertahankan serta pengembangan bahasa daerah tersebut dengan sebuah

penelitian dengan judul “Kelas Kata Verba Bahasa Bugis Parit Haruna Desa

Pal IX Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kuburaya”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis menentukan beberapa fokus yang

akan diteliti dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah bentuk verba yang terdapat dalam Bahasa Bugis Parit

Haruna kecamatan Sungai Kakap kabupaten Kuburaya?

2. Bagaimanakah jenis-jenis verba yang terdapat dalam Bahasa Bugis Parit

Haruna kecamatan Sungai Kakap kabupaten Kuburaya?

3. Apasajakah fungsi verba yang terdapat dalam Bahasa Bugis Parit Haruna

kecamatan ungai Kakap kabupaten Kuburaya?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan bentuk verba yang terdapat dalam Bahasa Bugis Parit

Haruna kecamatan Sungai Kakap kabupaten Kuburaya.

2. Memaparkan jenis-jenis verba yang terdapat dalam Bahasa Bugis Parit

Haruna kecamatan Sungai Kakap kabupaten Kuburaya.

3. Menjelaskan fungsi verba yang terdapat dalam Bahasa Bugis Parit

Haruna kecamatan Sungai Kakap kabupaten Kuburaya.

Page 7: KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBURAYA

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

a) Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian tentang verba dalam

bahasa Indonesia maupun bahasa daerah.

b) Penelitian ini diharapkan mampu menambah khazanah ilmu dan

wawasan pengetahuan bagi para pembaca dalam mempermudah

pemahaman tentang verba.

c) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk melakukan

penelitian sejenis maupun lanjutan.

2. Manfaat praktis

a) Bagi Pembaca

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca guna menambah

khazanah ilmu dan wawasan pengetahuan bagi para pembaca dalam

mempermudah pemahaman tentang verba.

b) Bagi Peneliti

Penelitian ini memberi manfaat bagi peneliti sehingga peneliti dapat

mengaplikasikan teori yang diperoleh, menambah pengalaman peneliti

dalam penelitian yang terkait dengan verba dalam bahasa daerah.

c) Bagi Lembaga

Penelitian ini bermanfaat bagi lembaga guna memperkaya referensi

untuk mempermudah melakukan penelitian sejenis maupun penelitian

lanjutan

E. Prosedur Penelitian

1. Metode Penelitian

a. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Parit Haruna desa Pal IX

yang terletak di kecamatan Sungai Kakap kabupaten Kuburaya.

Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan pada pertimbangan berikut:

1) Belum ada yang meneliti mengenai verba Bahasa Bugis Parit

Haruna.

Page 8: KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBURAYA

2) Penulis ingin mempertahankan eksistensi bahasa daerah yang mulai

pudar dalam ruang lingkup masyarakat penuturnya.

3) Penulis merupakan penutur asli Bahasa Bugis Parit Haruna.

Penelitian ini dilakukan selama enam bulan, yang terdiri dari

tahap persiapan sampai tahap pelaporan penelitian yaitu mulai dari

bulan Januari 2015 sampai dengan bulan Juni 2015.

b. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah mahluk hidup atau individu,

yang dijadikan sebagai sumber informasi yang dibutuhkan dalam

pengumpulan data penelitian. Dalam penelitian kualitatif, istilah subjek

penelitian sering disebut sebagai informan. yaitu pelaku yang

memahami objek penelitian. Jadi informan yang dimaksudkan di sini

adalah orang yang memberi informasi tentang data yang dibutuhkan

oleh penulis, berkaitan dengan penelitian yang akan dilaksanakan.

c. Data dan Sumber Data

1) Data

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Bahasa

Bugis Parit Haruna. Penulis mengkhususkan yaitu pada

penggunaan Verba Bahasa Bugis Parit Haruna.

2) Sumber Data

Dalam mencari data mengenai verba Bahasa Bugis Parit Haruna,

penulis menentukan sumber data yang diperoleh berasal dari

masyarakat penutur asli bahasa tersebut tepatnya di Parit Haruna

desa Pal IX. Masyarakat penutur asli juga ditentukan mana yang

layak dan tidak layak untuk dijadikan sumber data karena

berhubungan dengan keabsahan data. Berikut penulis sebutkan

syarat-syarat informan yang akan dijadikan sumber data dalam

penelitian ini:

Page 9: KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBURAYA

a) Sehat jasmani dan rohani

b) Berjenis kelamin pria maupun wanita

c) Merupakan penduduk asli

d) Berusia antara 40-60 tahun

d. Teknik dan Alat Pengumpul Data

1) Teknik Pengumpul Data

a) Komunikasi Langsung

Wawancara merupakan satu di antara bentuk teknik

pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian

kualitatif. Untuk mendapatkan data penulis memanfaatkan

media yang telah dipersiapkan berupa gambar daftar pertanyaan

atau pedoman wawancara, dan daftar kata dalam bahasa

Indonesia yang mengandung verba untuk dijadikan bahan

percakapan.

b) Teknik Catat dan Rekam

Teknik perekaman diperlukan untuk merekam semua apa yang

diujarkan oleh informan, baik ujaran dari hasil wawancara

maupun cerita rakyat yang informan tuturkan.

c) Teknik Simak dan Libat Cakap

Disebut teknik libat cakap, karena penulis terlibat langsung

dalam dialog atau percakapan antara informan dan penulis.

Disamping itu, penulis juga memperhatikan penggunaan bahasa

lawan bicaranya. Penulis juga ikut serta dalam pembicaraan

dapat aktif dapat pula reseptif.

2) Alat Pengumpul Data

a) Alat pengumpul data dalam teknik komunikasi langsung adalah

lembar pedoman wawancara dan alat tulis sebagai media untuk

mencatat hal-hal yang berkaitan dengan data yang diteliti.

Page 10: KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBURAYA

b) Teknik catat dan rekam menggunakan alat tulis dan Handpone

untuk mencatat dan merekam setiap tuturan oleh masyarakat

penutur Bahasa Bugis Parit Haruna.

c) Alat pengumpul data dalam teknik simak dan libat cakap adalah

berupa Camera Handphone dan Recorder untuk

mendokumentasikan gambar maupun suara hasil wawancara

yang diperoleh pada saat mengumpulkan data.

e. Validitas Data

Dalam penelitian ini validitas data menggunakan triangulasi data

yaitu triangulasi sumber. Penggunaan triangulasi dengan sumber karena

dalam hal ini yaitu membandingkan dan mengecek balik kepercayaan

suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda

dalam metode kualitatif.

Hal ini dapat dicapai dengan jalan membandingkan dengan apa

yang dikatakan orang di tempat umum dengan apa yang dikatakan

secara pribadi, membandingkan apa yang dikatakan orang tentang

situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu,

membandingkan keadaan dengan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang

berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang

pemerintahan, serta membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu

dokumen yang berkaitan.

f. Teknik Analisis Data

1) Reduksi Data

Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan

melalui seleksi data mentah menjadi data yang bermakna. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran

yang lebih jelas, dan mempermudah penulis untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya apabila diperlukan.

Page 11: KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBURAYA

Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan, seperti komputer,

notebook, dan lain sebagainya.

2) Penyajian Data

Data yang sudah terkumpul dan terseleksi kemudian

dikelompokkan dalam beberapa bagian sesuai dengan jenis data

supaya makna peristiwanya lebih mudah dipahami. Sajian data

dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk paparan deskriptif,

tabel dan grafik. Dengan adanya penyajian data, maka akan

memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, dan

merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah

dipahami tersebut.

3) Penarikan Simpulan

Simpulan dalam penelitian ini ditarik berdasarkan reduksi dan

penyajian data. Penarikan simpulan dilakukan sebagai proses

pengambilan intisari dan penyajian dat yang telah terorganisasi

tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat yang singkat dan padat,

tetapi mengandung pengertian yang luas. Kesimpulan dalam

penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya

belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran

suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau bahkan

gelap, sehingga setelah diteliti menjadi jelas.

2). Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan beberapa istilah yang

digunakan penulis dalam melakukan penelitian supaya tidak terjadi

salah penafsiran oleh pembaca. Adapun beberapa istilah tersebut

dipaparkan singkat sebagai berikut:

1. Morfologi merupakan khazanah ilmu yang mengkaji masalah

bentuk-bentuk dan pembentukan kata, maka semua satuan bentuk

sebelum menjadi kata, yakni morfem dengan segala bentuk dan

jenisnya.

Page 12: KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBURAYA

2. Kelas kata adalah golongan kata dalam satuan bahasa berdasarkan

kategori bentuk, fungsi dan makna dalam sistem gramatikal. Untuk

menyusun kalimat yang baik dan benar yang berdasarkan pola-pola

kalimat baku, penutur harus mengenal jenis dan fungsi kelas kata.

3. Verba adalah kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai predikat

dalam beberapa bahasa lain verba mempunyai ciri morfologis seperti

kata, aspek, dan pesona atau jumlah. Sebagian verba memiliki unsur

semantis perbuatan, keadaan dan proses, kelas kata dalam bahasa

Indonesia ditandai dengan kemungkinan untuk diawali dengan kata

tidak dan tidak mungkin diawali dengan kata seperti sangat, lebih,

dan sebagainya.

4. Bahasa Bugis Parit Haruna merupakan bahasa daerah yang

digunakan masyarakat tutu Desa Pal IX kecamatan Sungai Kakap

kabupaten Kuburaya. Persebaran bahasa ini cukup luas dan tidak

hanya di kecamatan Sungai Kakap.

Page 13: KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBURAYA

BAGIAN II

KAJIAN TEORI

A. Hakikat Morfologi

Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti

bentuk dan kata logi yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah kata morfologi

berarti ilmu mengenai bentuk. Di dalam kajian linguistik, morfologi

berarti ilmu mengenai bentuk-bentuk dan pembentukan kata.

Morfologi membicarakan masalah bentuk-bentuk dan pembentukan

kata, maka semua satuan bentuk sebelum menjadi kata, yakni morfem

dengan segala bentuk dan jenisnya, perlu dibicarakan. Lalu, pembicaraan

mengenai pembentukan kata akan melibatkan pembicaraan mengenai

komponen atau unsur pembentukan kata itu, yaitu morfem, baik morfem

dasar maupun morfemafik, dengan berbagai alat proses pembentukan kata

itu, yaitu afiks dalam proses pembentukan kata melalui proses afiksasi,

reduplisasi, ataupun pengulangan dalam proses pembentukan kata melalui

proses reduplikasi, penggabungan dalam proses pembentukan kata melalui

proses komposisi dan sebagainya. Jadi ujung dari proses morfologi adalah

terbentuknya kata dalam bentuk dan makna sesuai dengan keperluan

dalam satu tindak pertuturan.

Morfem adalah bentuk bahasa yang dapat dipotong-potong menjadi

bagian yang lebih kecil, yang kemudian dapat dipotong lagi menjadi

bagian yang lebih kecil lagi begitu seterusnya sampai ke bentuk yang jika

dipotong lagi tidak mempunyai makna. Morfem yang dapat berdiri sendiri

dinamakan morfem bebas, sedangkan morfem yang melekat pada bentuk

lain dinamakan morfem terikat.

Alomorf adalah bentuk-bentuk realisasi yang berlainan dari

morfem yang sama. Morf adalah sebuah bentuk yang belum diketahui

statusnya. Untuk menentukan sebuah bentuk adalah morfem atau bukan,

harus dibandingkan bentuk tersebut di dalam

Page 14: KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBURAYA

kehadirannya dengan bentuk-bentuk lain. Morfem utuh yaitu morfem yang

merupakan satu kesatuan yang utuh. Morfem terbagi yaitu morfem yang

merupakan dua bagian yang terpisah atau terbagi karena disisipi oleh morfem lain.

B. Hakikat Kelas Kata

Kelas kata adalah golongan kata dalam satuan bahasa berdasarkan

kategori bentuk, fungsi dan makna dalam sistem gramatikal. Untuk

menyusun kalimat yang baik dan benar yang berdasarkan pola-pola

kalimat baku, penutur harus mengenal jenis dan fungsi kelas kata.

Adapun fungsi dari kelas kata adalah sebagai berikut:

1. Melambangkan gagasan pikiran dari yang abstrak menjadi konkret.

2. Membentuk macam struktur kalimat.

3. Memperjelas makna gagasan kalimat.

4. Membentuk satuan makna frase, klausa atau kalimat.

5. Membentuk gaya pengungkapan yang jelas sehingga dapat

dipahami dan dimengerti oleh orang lain.

6. Mengungkapkan berbagai jenis ekspresi seperti: berita, perintah,

penjelasan dan lain sebagainya.

7. Mengungkapkan berbagai sikap seperti: ajakan , penolakan dan

sebagainya.

Dari segi bentuk kata, pengklasifikasiannya terbagi menjadi empat

bagian, yaitu (1) kata dasar, (2) kata turunan, (3) kata ulang dan (4) kata

majemuk. Berikut penjelasannya:

1. Kata Dasar

Kata dasar adalah kata asli yang belum diberi imbuhan atau yang

belum diberikan awalan, akhiran, sisipan dan penggabungan awalan

dan akhiran. Kata-kata seperti baik, getar, kerja, sakit, gunung

disebut sebagai kata dasar karena kata-kata itu tidak berimbuhan atau

belum diberi imbuhan.

Page 15: KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBURAYA

2. Kata Turunan

Kata turunan adalah kata yang telah mengalami penambahan atau

pengimbuhan. Penambahan atau pengimbuhan disebut juga dengan

afiks yang terdiri dari beberapa bentuk, yaitu: Imbuhan di awal kata

(Prefiks atau awalan), Imbuhan di tengah kata (Infiks atau sisipan),

danImbuhan di akhir kata (Sufiks atau akhiran).

3. Kata Ulang

Kata ulang adalah kata yang mengalami proses pengulangan bentuk,

baik seluruh kata maupun sebagian. Semua kata ulang wajib ditulis

dengan memakai tanda penghubung (-). Contoh: lauk-pauk, anak-

anak, gerak-gerik.

4. Kata Majemuk

Kata majemuk adalah gabungan beberapa kata dasar yang berbeda

yang membentuk suatu arti baru. Contoh: duta besar, rumah makan,

rumah sakit.

C. Kelas Kata Verba

Menurut Harimurti Kridalaksana (1993: 226) verba adalah kelas

kata yang biasanya berfungsi sebagai predikat dalam beberapa bahasa lain

verba mempunyai ciri morfologis seperti kata, aspek, dan pesona atau

jumlah. Sebagian verba memiliki unsur semantis perbuatan, keadaan dan

proses, kelas kata dalam bahasa Indonesia ditandai dengan kemungkinan

untuk diawali dengan kata tidak dan tidak mungkin diawali dengan kata

seperti sangat, lebih, dan sebagainya.

Verba merupakan kata yang menggambarkan proses, perbuatan,

atau pekerjaan yang berfungsi sebagai predikat dalam beberapa bahasa lain

yang mempunyai ciri morfologis. Sebagai satu di antara kelas kata dalam

tuturan kebangsaan verba mempunyai frekuensi yang tinggi pemakaiannya

dalam suatu kalimat, verba mempunyai pengaruh yang besar terhadap

penyusunan kalimat. Perubahan struktur pada kalimat sebagian besar

ditentukan oleh perubahan bentuk verba.

Page 16: KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBURAYA

D. Jenis-jenis Verba

1. Verba Dari Segi Perilaku Sintaksisnya

Verba merupakan unsur yang sangat penting dalam kalimat karena

dalam kebanyakan hal verba berpengaruh besar terhadap unsur-unsur

lain yang harus atau boleh ada dalam kalimat tersebut.

a. Verba Transitif

Verba transitif yaitu verba yang memerlukan nomina sbagai objek

dalam kalimat aktif, dan objek itu dapat berfungsi sebagai subjek

dalam kalimat pasif. Contoh:

1) Ibu sedang membersihkan kamar.

Kamar itu sedang dibersihkan oleh ibu.

2) Rakyat pasti mencintai pemimpin yang jujur.

Pemimpin yang jujur pasti dicintai oleh rakyat.

Verba transitif juga dapat dibedakan menjadi beberapa bagian

sebagai berikut:

1) Verba ekstransitif adalah verba transitif yang diikuti oleh satu

objek. Contoh: saya sedang mencari pekerjaan.

2) Verba dwitransitif adalah verba yang dalam kalimat aktif dapat

diikuti oleh dua nomina, satu sebagai objek dan satunya lagi

sebagai pelengkap.Sejumlah verba dwitransitif memiliki ciri

semantis yang membedakan fungsi objek dari pelengkap yang

berupa nama, julukan, gelar, atau kedudukan.Contoh: mereka

menamai bayi itu Sarah; masyarakat menuduh dia pencuri; dia

memanggil saudaranya Alan.

3) Verba semi transitif ialah verba yang objeknya boleh ada dan

boleh tidak. Contoh: ayah sedang membaca koran, ayah sedang

membaca.

Page 17: KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBURAYA

b. Verba Taktransitif

Verba taktransitif adalah verba yang tidak memiliki nomina di

belakangnya yang dapat berfungsi sebagai subyek dalam kalimat

pasif. Contoh:

1) Maaf, Pak, Ayah sedang mandi.

2) Kami harus bekerja keras untuk membangun negara.

Verba taktransitif dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu sebagai

berikut:

1) Verba berpelengkap.

Jika pelengkap itu tidak hadir maka kalimat tidak sempurna dan

tidak berterima. Contoh: Rumah orang kaya itu berjumlah lima

puluh buah, yang dikemukakan adalah suatu dugaan, dia sudah

mulai bekerja, nasi telah menjadi bubur.

2) Verba taktransitif berpelengkap manasuka.

Pelengkap tidak selalu hadir. Di antara verba seperti itu ada

yang diikuti oleh kata atau frasa tertentu yang kelihatannya

seperti pelengkap, tetapi sebenarnya adalah keterangan. Contoh:

makin tua makin menjadi, pikiran yang dikemukakannya

bernilai, film itu berwarna, bibit kelapa itu tumbuh subur.

c. Verba Berpreposisi

Verba berpreposisi ialah verba taktransitif yang selalu diikuti oleh

preposisi tertentu. Contoh: Kami belum tahu akan/tentang hal itu;

Saya sering berbicara tentang hal ini; Sofyan berminat pada musik;

Keberhasilan pembangunan banyak bergantung pada mentalitas para

pelaksananya.

2. Verba Dari Segi Bentuknya

a. Verba Asal

Verba asal ialah verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks. Hal itu

berarti bahwa dalam tataran yang lebih tinggi seperti klausa ataupun

Page 18: KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBURAYA

kalimat, baik dalam bahasa formal maupun informal, verba macam

itu dapat dipakai. Perhatikan contoh berikut.

1) Di mana Bapak tinggal?

2) Segera setelah tiba di Jawa, kirimlah surat ke mari.

3) Kita perlu tidur sekitar enam jam sehari?

Makna leksikal, yakni makna yang melekat pada kata, telah dapat

pula diketahui dan verba semacam itu. Dalam bahasa Indonesia

jumlah verba asal tidak banyak.

b. Verba Turunan

Verba turunan adalah verba yang dibentuk melalui trasposisi,

pengafiksan, reduplikasi (pengulangan), atau pemajemukan

(pemaduan).

1) Transposisi adalah suatu proses penurunan kata yang

memperlihatkan peralihan suatu kata dari kategori sintaksis yang

satu ke kategori sintaksis yang lain tanpa mengubah bentuknya.

Contoh: telepon, cangkul, gunting, sikat.

2) Pengafiksan adalah penambahan afiks pada dasar. Contoh:

membeli, mendarat, beremu, bersepeda.

3) Reduplikasi adalah pengulangan suatu dasar. Contoh: lari-lari,

makan-makan, tembak-menembak, mereka-reka.

4) Pemajemukan adalah penggabungan atau pemaduan dua dasar

atau lebih sehingga menjadi satu satuan makna. Contoh: jual

beli, jatuh bangun, salah sangka, salah hitung, hancur lebur.

3. Dilihat Dari Hubungan Verba Dengan Nomina

a. Verba Aktif

Merupakan verba yang subyeknya berperan sebagai pelaku. Contoh:

ia mengapur dinding; saya makan nasi;

Page 19: KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBURAYA

b. Verba pasif

Merupakan verba yang subyeknya berperan sebagai penderita,

sasaran, atau hasil. Contoh: Adik dipukul ayah; buku itu terinjak

olehku.

c. Verba anti-aktif (ergatif)

Merupakan verba pasif yang tidak dapat diubah menjdi verba aktif,

dan subyeknya merupakan penanggap ( yang merasakan, menderita,

mengalami). Contoh: Ibu kecopetan di bis. ( yang tidak berasal dari

’X mencopet ibu).

d. Verba anti-pasif

Merupakan verba aktif yang tidak dapat diubah menjadi verba pasif.

Contoh: Ia haus akan kasih sayang; pemuda ini benci terhadap

perempuan.

4. Dilihat Dari Interaksi Antara Nomina Pendampingnya

a. Verba Respirokal

Merupakan verba yang menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh

dua pihak, dan perbuatan tersebut dilakukan dengan saling

berbalasan. Kedua belah pihak terlibat perbuatan.

Contoh: berkelahi, berpegangan, tolong – menolong.

b. Verba non-respirokal

Merupakan verba yang tidak menyatakan perbuatan yang dilakukan

oleh dua pihak dan tidak saling berbalasan.

E. Fungsi Verba

Verba memiliki fungsi utama sebagai predikat atau sebagai inti predikat

dalam kalimat walaupun dapat juga mempunyai fungsi lain.Jika ditinjau

dari segi fungsinya, verba (maupun frasa verbal) terutama menduduki

fungsi predikat. Walaupun demikian, verba dapat pula menduduki fungsi

Page 20: KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBURAYA

lain seperti subjek, objek, dan keterangan (dengan perluasan berupa objek,

pelengkap, dan keterangan).

1. Verba dan Frasa Verbal sebagai Predikat

Predikat adalah bagian kalimat yang menandai apa yang dikatakan

oleh pembicara tentang subjek. Oleh karena itu, verba atau frasa

verbal sebagai predikat dikarenakan verba berfungsi sebagai inti

predikat kalimat.

2. Verba dan Frasa Verbal sebagai Subjek

Subjek adalah pokok pembicaraan atau pokok bahasan dan pada

umumnya verba berfungsi sebagai subjek adalah verba inti. Unsur

bagian dari subjek bisa merupakan unsur lain seperti objek dan

keterangan.

3. Verba dan Frasa verba sebagai Objek

Objek merupakan hal, perkara, atau orang yang menjadi pokok

pembicaraan. Terkait verba dan frasa verbal juga berfungsi sebagai

objek yang masing-masing diikuti oleh kata keterangan.

4. Verba dan Frasa Verbal sebagai Pelengkap

Verba dan frasa verbal dapat juga berfungsi sebagai pelengkap dari

predikat. Predikat yang bersangkutan tidak diteriama jika diikuti oleh

pelengkap. Masing-masing predikat itu tidak lengkap, dan dengan

demikian predikat yang bersangkutan tidak berterima jika tidak diikuti

oleh pelengkap.

5. Verba dan Frasa Verbal sebagai Keterangan

Berdasarkan contoh di atas tampak bahwa ada dua verba yang

letaknya berurutan; pertama merupakan predikat dan yang kedua

bertindak sebagai keterangan.Dalam hal ini verba (dengan

perluasannya) menjadi bagian dari frasa preposisional.

6. Verba yang Bersifat Atributif

Verba (bukan frasa) juga bersifat artibutif, yaitu, memberikan

keterangan tambahan pada nomina. Dengan demikian, sifat itu ada

Page 21: KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBURAYA

pada tataran frasa.verba juga bersifat atributif yang memberikan

keterangan tambahan pada nomina.dengan kata lain, verba yang

bersifat atributif tersebut menerangkan nomina inti. Frasa verbal

bukan bersifat atributif.

7. Verba yang Bersifat Apositif

Verba dan perluasannya dapat juga bersifat apositif, yaitu sebagai

keterangan yang ditambahkan atau diselipkan. verba dapat berfungsi

sebagai predikat, subjek, objek, pelengkap, keterangan, aposisi, dan

artibut. Namun, perlu diperhatikan bahwa kategori sintaksinya tetap

verba. Fungsinya saja yang dapat bermacam-macam.

Page 22: KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBURAYA

DAFTAR PUSTAKA

Badalu, Abdul Muis. (2005). Morfosintaksis. Jakarta: Rineka Cipta

Finoza, Lamuddin. (2009). Komposisi Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa

Nonjurusan Bahasa. Jakarta: Diksi Insan Mulia.

Nascucha, dkk. (2013). Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Ilmiah,

Yogyakarta: Media Perkasa.

Ramlan. (2005). Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono.

Rohmadi, Muhammad. (2011). Belajar Bahasa Indonesia: Upaya Terampil

Berbicara dan Menulis Karya Ilmiah. Surakarta: Cakrawala Media

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.