kelapa sawit pengubah nasib

13
Kelapa Sawit Pengubah Nasib Mengadu nasib bertransmigrasi ke luar Jawa memerlukan kebera- nian, keuletan, kegigihan, dan kesabaran. Tidak semua transmigran memilikinya—kecuali bapak lima anak ini. Ia berhasil mengubah nasibnya dari petani miskin di pulau Jawa menjadi petani sejahtera di luar Jawa. Kelapa Sawit Pengubah Nasib 4 04_poNtiaNak_OKE.indd 37 12/3/08 10:06:23 AM

Upload: duongcong

Post on 12-Jan-2017

258 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

37

Kelapa Sawit Pengubah Nasib

Mengadu nasib bertransmigrasi ke luar Jawa memerlukan kebera-nian, keuletan, kegigihan, dan kesabaran. Tidak semua transmigran memilikinya—kecuali bapak lima anak ini. Ia berhasil mengubah nasibnya dari petani miskin di pulau Jawa menjadi petani sejahtera di luar Jawa.

Kelapa SawitPengubah Nasib4

04_poNtiaNak_OKE.indd 37 12/3/08 10:06:23 AM

38

Sejauh mata memandang, yang terlihat adalah hamparan luas kebun kelapa sawit. Bumi Kalimantan yang indah adalah la-

han yang subur untuk mengolah hasil budidaya petani yang menjadi andalan pemerintah Indonesia ini. Tahun 2008, diperkirakan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil, CPO) Indonesia mencapai 18,8 juta ton. Dan itu tak lepas dari hasil jerih payah petaninya di perkebunan ke-lapa sawit yang menjadi tujuan para transmigran dari pulau Jawa ke Propinsi Kalimantan Barat—salah satu petani yang sukses tersebut adalah pak Kasimin.

Usia 46 tahun bukanlah halangan bagi pak Kasimin untuk me-mulai kehidupan baru. Di saat banyak orang sudah mulai mengu-rangi produktivitas kerja, dan mulai berpikir untuk bersiap-siap beristirahat di hari tua, bapak lima anak ini justru mengambil lang-kah yang sebaliknya. Berbekal tekad yang bulat untuk tujuan yang diakuinya sangat sederhana, “mencari makan”, maka berangkatlah bersama istri dan anak-anaknya mengikuti program pemerintah PIR-Trans (Perkebunan Inti Rakyat-Transmigrasi) ke pulau Kalimantan di tahun 1992.

Kisah hidup pak Kasimin yang baru dimulai di perkebunan ke-lapa sawit di lokasi transmigrasi, di desa Beloyang, kecamatan Be-limbing, kabupaten Melawi, Propinsi Kalimantan Barat. Jika sebe-lumnya di Jawa hanya mengolah lahan tanaman padi atau jagung yang arealnya semakin terbatas, maka di areal transmigrasi ini pak Kasimin mengolah lahan kelapa sawit yang lebih luas, yaitu 2 ha (1 kapling). Pak Kasimin juga mendapatkan sebuah rumah sederhana di atas tanah seluas 0,5 ha. Namun, meskipun mendapatkan tanah yang lebih luas plus fasilitas rumah, ternyata kisah awal di wilayah transmigrasi tidaklah “seindah” yang dibayangkan.

Pada mulanya, lahan seluas 2 ha itu belum menjadi milik pak Kasimin sepenuhnya. pak Kasimin baru bertindak sebagai pekerja perusahaan perkebunan kelapa sawit PT Sinar Dinamika Kapuas (SDK) dan mendapatkan gaji Rp 2.500 per hari dan jatah beras un-tuk makan secukupnya. Saat itu pohon kelapa sawit baru berusia dua atau tiga tahun dan belum berbuah. Dalam kondisi mempriha tinkan

04_poNtiaNak_OKE.indd 38 12/3/08 10:06:23 AM

39

Kelapa Sawit Pengubah Nasib

seperti itu, gaji kecil dan belum memanen, dibutuh-kan kesabaran dan ketaba-han hidup di daerah yang amat terpencil itu. Apalagi wilayah Kalimantan ma-sih banyak dipenuhi hutan belantara, dan mereka harus ber adaptasi dengan lingkungan yang baru.

Ketika menginjak usia lima tahunan dan mendekati masa panen, lahan kelapa sawit tersebut dialihkan kepemilikannya secara kredit kepada petani penggarapnya. Ini adalah titik awal yang membaha-giakan pak Kasimin dan petani pada umumnya, karena dengan sta-tus baru tersebut, para petani bertanggung jawab sepenuhnya untuk merawat dan menikmati hasil lahan mereka.

Kisah pak Kasimin bertransmigrasi dan mendapatkan lahan ke-lapa sawit tentu tak dapat dilepaskan dari dukungan perbankan. Saat itu di tahun 1990-an, atau tepatnya tahun tanam 1992/1993, melalui Bank BNI, Bank Indonesia mengucurkan KLBI, yakni Kredit Likuidi-tas Bank Indonesia untuk Perkebunan Inti Rakyat (PIR)-Trans. Kredit PIR-Trans sebesar Rp 11.438.000 per 1 kalping (2 Ha) untuk Tahun Tanam 1992/93 dari Bank BNI diterima oleh PT SDK, sebagai per-usahaan perkebunan inti, yang digunakan untuk membuka lahan, pembibitan, pengupahan, pemupukan, dan lain-lain.

Empat atau lima tahun kemudian, petani menerima pengalihan (pasca konversi) bahwa kebun siap untuk dialihkan kepemilikannya yang telah dinilai kelayakannya oleh tiga pihak Instansi terkait, yaitu Dinas Perkebunan, Bank BNI, dan Askrindo. Selanjutnya, petani

Pak Kasimin bersama isteri. Menjadi transmigran awalnya membutuhkan kesabaran dan ketabahan.

04_poNtiaNak_OKE.indd 39 12/3/08 10:06:26 AM

40

tidak hanya bertanggung jawab untuk merawat dan memanen hasil kebunnya, melainkan juga menerima pengalihan kredit bank sebe-sar Rp 11.438.000 tersebut, dan berkewajiban untuk mengangsurnya. Angsuran disetor setiap bulan maksimal sebesar 30% dan 70% untuk petani. “Misalnya dari dua kali panen pada bulan ini, saya memanen tandan sawit sebanyak satu ton, maka 300 kg tandan saya setorkan ke SDK, dan 700 kg untuk saya,” kata pak Kasimin. Karena petani sudah menerima hasil jerih payahnya sendiri, maka mereka sudah tidak lagi mendapatkan gaji dari perusahaan. Atau dalam bahasa pak Kasimin, tujuh puluh persen itu adalah gaji yang diperolehnya.

Dengan pengalihan kepemilikan itu, tanggung jawab para pe-tani juga mencakup penyediaan pupuk, pemeliharaan jalan, dan penyedia an angkutan kelapa sawit, yang semuanya itu dikoordinasi-kan di Koperasi Unit Desa (KUD) masing-masing.

Pak Kasimin menerima pengalihan kredit tersebut pada bulan Februari 1998, dan berhasil melunasinya pada Januari 2006. Dengan telah selesainya kewajiban hutang terhadap Bank BNI, maka pak Ka-simin menerima sepenuhnya hasil panen kebun kelapa sawitnya. Pe-rusahaan sudah mengalihkan hak kepemilikan lahan, atau konversi lahan, kepada petani.

Memang awalnya sedikit ada keragu-raguan dari pihak inti, apakah petani plasma yang mereka bebani kredit nantinya mampu mengangsur. Namun terbukti dengan berjalannya waktu, ternyata banyak petani berhasil melunasi utangnya tepat waktu. Seorang Ac-

count Officer Bank BNI Pontianak, Yuli Setianingsih SE, mengung-kapkan, dari 2.672 petani yang ditanganinya, sebagian besar tidak bermasalah dengan kredit yang dimilikinya. Angsuran mereka selalu dipenuhi dengan tepat waktu dan lancar.

Begitu pula sebaliknya di pihak petani. Awalnya pak Kasimin juga ragu-ragu, bisa atau tidak dirinya mengangsur utangnya ke Bank BNI. Tetapi begitu lunas, pak Kasimin mengakui mengangsur utang sebanyak itu ternyata terasa ringan.

Kembali ke masalah panen sawit, pohon sawit sekali tanam bisa dipanen selama dua puluh lima tahun dan masa panen dua kali sebu-

04_poNtiaNak_OKE.indd 40 12/3/08 10:06:26 AM

41

Kelapa Sawit Pengubah Nasib

lan—beda dengan padi atau jagung, dengan masa panen yang terjadi hanya dua atau tiga kali setahun dan setelah masa panen harus mena-nam lagi. Dalam sebulan pak Kasimin bisa memanen satu lahannya seluas 2 ha itu sebanyak 3 ton. Dalam dua kali masa panen itu, panen pertama disebut sebagai buka buku, dan panen kedua tutup buku.

Itu adalah masa panen normal. Sekali dalam setahun, setiap lahan kelapa sawit biasanya akan mengalami masa panen raya. “Alhamdu-

lillah, pada saat panen raya, atau ‘buah agung’, saya bisa memperoleh 6 ton dari satu lahan kebun kelapa sawit saya,” ujar pak Kasimin. Apalagi jika pada saat panen, harga buah sawit, atau tandan buah se-gar (TBS), sedang naik, maka pendapatan pak Kasimin dan petani ke-lapa sawit yang lain akan lebih besar. Harga TBS yang tertinggi yang pernah dicapai adalah Rp 1.760/kg. Pada saat dilakukan wawancara ini, harga TBS adalah sebesar Rp 1.063,93/kg.

Kuncinya adalah pemupukan. Setiap petani secara berkala mi-nimal dua atau tiga kali dalam setahun memberi pupuk. Suratno, Estate Manager PT SDK, dalam suatu penyuluhan sempat berujar, “Jika bapak-bapak tidak mau memberi pupuk, lebih baik tidak berta-ni sawit.” Hal itu dibenarkan pak Kasimin. “Meskipun lahan banyak ditumbuhi rumput, jika pupuknya terjamin, maka pohon tetap akan berbuah,” akunya. Sebagaimana disinggung sebelumnya, pemupuk-an dikoordinasikan di KUD, dan biaya pemupukan biasanya dipo-tong dari tabungan petani di koperasi.

Kendala usahaJalan tidak selamanya mulus. Satu hal yang mengganggu usaha ke-bun kelapa sawit pak Kasimin adalah proses pengadaan pupuk yang tersendat-sendat. “Seringkali kita harus menunggu lama pengiriman pupuk, padahal kita sudah bayar di muka jauh-jauh hari sebelum-nya,” ungkap pak Kasimin. Para petani pada umumnya mencari pu-puk yang bersubsidi, namun mencari yang bersubsidi tidaklah mu-dah. “Dalam hal ini, peran serta pemerintah amatlah kami butuhkan,” imbuh YS Marjitan, Ketua KUD Bale Yotro, koperasi yang menaungi petani plasma desa Beloyang, kecamatan Belimbing. Dalam keadaan

04_poNtiaNak_OKE.indd 41 12/3/08 10:06:26 AM

42

mendesak seperti ini, sebetulnya kebutuhan pupuk bersubsidi atau tidak, tidaklah menjadi masalah. Yang penting, pupuk yang dibutu-hkan cepat tersedia.

Jalan tidak selamanya mulus bukan hanya ungkapan bahasa saja. Ternyata juga berlaku bagi kondisi jalan di perkebunan kelapa sawit itu. Jalan yang berbukit-bukit, berlumpur dan banyak kubangan di musim hujan, mengakibatkan sering terhambatnya truk pengangkut kelapa sawit menuju pabrik pengolahannya. Akibatnya, pengeluaran petani jauh lebih banyak. Di lain pihak, para sopir truk pengangkut terpaksa harus menunggu lama karena terjadi antrean panjang. Pak Kasimin sering merasa iba dan memberi mereka makan atau rokok sekadarnya.

“Tandan sawit yang dipanen juga akan menumpuk terlalu lama, sehingga tidak dapat diolah dan akan merugikan petani,” keluh pak Kasimin. Kecuali jika jalan sudah diperbaiki, kemungkinan transpor-tasi dari lahan kebun ke pabrik pengolah akan berjalan dengan lan-car. Beruntung PT SDK menanggung semua kerugian ini dan tetap membayar penuh kepada petani.

Namun, di luar semua itu, pak Kasimin mencermati adanya daya tampung perusahaan yang sudah tidak mencukupi akibat ter-

Tandan sawit yang baru saja dipanen dinaikkan ke atas truk un-tuk dibawa ke tempat pengolahan sawit yang terletak di wilayah perkebunan itu juga.

04_poNtiaNak_OKE.indd 42 12/3/08 10:06:29 AM

43

Kelapa Sawit Pengubah Nasib

lalu banyaknya sawit yang dipanen, sehingga sering terjadi antrean panjang truk pengangkut kelapa sawit. Dugaan pak Kasimin ada benarnya—meskipun beliau tidak memahami sepenuhnya apa yang sedang terjadi. Saat ini, stok CPO Indonesia bersama Malaysia seba-nyak 4 juta ton per bulan, padahal biasanya hanya 2,5 juta – 3 juta ton. Indonesia bersama Malaysia adalah pemasok 85% CPO dunia. Seiring terjadinya krisis keuangan global, permintaan CPO di pasar dunia turun 70%. Menurut Direktur Jenderal Perkebunan Achmad Mangga Barani, Indonesia akan meremajakan 50.000 hektar tanaman sawit. Dengan asumsi produktivitas 1,5 ton CPO per hektar per ta-hun, Indonesia bakal mengurangi pasokan sekitar 75.000 ton CPO (Kompas, 7 November 2008).

Peran perusahaan inti dan KUDPT Sinar Dinamika Kapuas (PT SDK) adalah perusahaan perkebunan yang membuka lahan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Me-lawi Propinsi Kalimantan Barat. Untuk mengolah kelapa sawit men-jadi CPO, PT SDK juga membuka pabrik pengolahan kelapa sawit tersebut. Sehingga, kelapa sawit hasil panenannya langsung diolah di pabrik yang terletak di areal perkebunan sawit.

PT SDK mengadopsi pola plasma dan inti: plasma adalah petani penggarap kebun, dan inti adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang membina petani penggarapnya. Saat ini PT SDK memi-liki 2.800 hektar kebun inti dan 11.200 hektar kebun plasma. Di ta-hun 1990-an, di saat pemerintahan Era Soeharto mengadakan Pro-gram PIR-Trans, atau Transmigrasi Perkebunan Inti Rakyat, PT SDK mendatangkan petani-petani dari pulau Jawa untuk menggarap perkebun an kelapa sawit ini di tanah Borneo ini.

Begitu para petani tiba di perkebunan, mereka langsung diajari untuk memupuki pohon kelapa sawit yang akan menjadi milik me-reka. Petani juga mendapatkan pengarahan bagaimana memberantas hama yang menyerang pohon mereka, dan beragam cara untuk me-melihara maupun merawat pohon kelapa sawit agar berbuah dengan

04_poNtiaNak_OKE.indd 43 12/3/08 10:06:29 AM

44

baik dan melimpah. Bekerja sama dengan Dinas Perkebunan, PT SDK juga banyak memberikan penyuluhan kepada para petani.

Setelah akad kredit, PT SDK tidak henti melaksanakan berbagai program untuk mendorong para petani meningkatkan hasil panen mereka. Misalnya, mengadakan lomba-lomba dengan hadiah beru-pa peralatan yang mereka perlukan seperti alat semprot pembunuh hama. Atau melakukan penyuluhan bagaimana meningkatkan taraf hidup dengan usaha sampingan seperti beternak sapi atau membuat tempe.

Pada intinya, meskipun sudah dilakukan akad kredit, namun per-usahaan tidak berlepas tangan begitu saja. Perusahaan membentuk CD, atau Community Development, yang bertujuan untuk melaku-kan pembinaan kepada para petani. Apalagi setelah konversi lahan, petani sudah tidak lagi menjadi pekerja perusahaan, melainkan se-bagai mitra. “Jika sebelumnya kita bisa memerintahkan petani untuk menyemprotkan pupuk ke tanaman sawit, maka sekarang kita tidak bisa lagi memaksa mereka. Kita hanya bisa memberikan penyulu-han kepada mereka,” ungkap Suratno. Selanjutnya terpulang kepada masing-masing petani, apakah mau berusaha untuk memperoleh yang terbaik dari lahan kelapa sawit mereka, dan meraih kehidupan yang lebih layak dibanding kehidupan di tanah kelahiran mereka. Kehidupa n seperti itu saat ini telah dibuktikan oleh pak Kasimin be-serta keluarganya.

Tak kalah penting adalah juga peran KUD Bale Yotro Kecamat-an Belimbing. Pertama adalah memonitor 644 lahan yang tergabung dalam KUD Bale Yotro, baik itu perawatannya, pemupukannya, maupun hasil produksinya. Kedua, mendidik anggotanya untuk mengatur rumah tangganya. Dari hasil panen yang diperoleh se tiap anggota, KUD mengetahui secara persis berapa besar kebutuhan petani untuk merawat hamparannya. “Kebutuhan pengadaan trans-portasi maupun pupuk juga menjadi tanggung jawab KUD,” kata YS Marjitan.

Menurut Marjitan, hubungan KUD dengan pihak perusahaan juga sangat erat. Misalnya, untuk mengambil hasil panen petani, PT

04_poNtiaNak_OKE.indd 44 12/3/08 10:06:29 AM

45

Kelapa Sawit Pengubah Nasib

SDK harus selalu berkoordinasi dengan KUD, karena KUD-lah yang tahu jadwal panen masing-masing petani kelapa sawit. PT SDK tidak bisa mengambil hasil panen secara langsung kepada petani.

Kesabaran dan Kemauan BekerjaPasca akad kredit memunculkan cerita lucu. Sebelumnya, selama merawat dengan memupuki dan membersihkan pohon kelapa sawit, para petani tidak mengetahui mana lahan kelapa sawit yang akan menjadi milik mereka. Baru setelah dilakukan “cabut undi”, cara yang dilakukan untuk menentukan lahan mana yang menjadi bagian petani, para petani baru mengetahui di mana letak lahan mereka. Kadang ada petani yang merasa “kecewa”, ternyata lahan yang te-lah lama mereka incar ternyata tidak menjadi milik mereka. Atau, saat mereka bermalas-malas saat merawat lahan tertentu, ternyata

Pada intinya, meskipun sudah dilakukan akad kredit, namun perusahaan tidak berlepas tangan begitu saja. Perusahaan membentuk CD, atau Community Develop-ment, yang bertujuan untuk melakukan pembinaan ke-pada para petani. Apalagi setelah konversi lahan, petani sudah tidak lagi menjadi pekerja perusahaan, melainkan sebagai mitra.

itu yang menjadi miliknya. Hikmah di balik itu adalah, dengan tidak mengetahui lahan milik mereka sebelumnya, petani tidak pilih kasih dalam perawatan lahan. Bagi mereka, lahan mana pun yang mereka kerjakan, “semuanya” akan menjadi milik mereka.

Namun, kasihan pak Kasimin. Dia sudah rajin memupuki lahan yang menjadi tanggung jawabnya, ternyata mendapatkan lahan yang cukup jelek. Apa mau dikata, lahan itu tetap menjadi tanggung ja-wabnya. Yang terjadi adalah perolehan panennya tidak menggem-birakan, kalah dengan petani lain yang mendapatkan lahan subur.

04_poNtiaNak_OKE.indd 45 12/3/08 10:06:29 AM

46

Bukannya dikasihani, oleh beberapa rekannya pak Kasimin diminta untuk melakukan syukuran. “Dapat lahan jelek kok malah disuruh syukuran,” keluh pak Kasimin tertunduk lesu. Namun ternyata, ber-kat keuletan dan kegigihannya, setelah beberapa tahun kebun kelapa sawit pak Kasimin tumbuh lebih subur di saat kebun petani lain mu-lai berkurang buahnya. Sehingga pak Kasimin bisa melunasi utang-nya lebih cepat dari yang dijadwalkan.

Sekali lagi, hikmah yang bisa kita tarik adalah bahwa tekad untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik di pulau seberang merupa-kan pendorong pak Kasimin untuk bersungguh-sungguh mengolah lahan kelapa sawit yang dipercayakan kepadanya. Kemauan untuk bekerja adalah kunci dari keberhasilannya di pulau seberang ini.

“Sebenarnya tidaklah sulit untuk meraih keberhasilan seperti ini. Beda dengan di Jawa yang lahannya terbatas, di wilayah ini lahan yang kita miliki lebih luas, sehingga apa pun yang ingin kita kerjakan sesungguhnya sudah tersedia,” jelas pak Kasimin.

Kesabaran juga menjadi kunci keberhasilan bagi warga transmi-gran. Banyak di antara rekan-rekan sesama transmigran yang kurang sabar, atau yang merasa terlalu lama menunggu kapan akan menan-

Pak Kasimin bersama isteri di depan rumah barunya, rumah yang lama masih berdiri di sebelah.

04_poNtiaNak_OKE.indd 46 12/3/08 10:06:33 AM

47

Kelapa Sawit Pengubah Nasib

datangani akad kredit, atau kapan pohon yang mereka beri pupuk berbuah, akhirnya memilih pergi meninggalkan kebunnya. Akhirnya yang beruntung adalah mereka yang “tahan banting” dan bisa me-nambah lahan sawit mereka dengan membeli lahan yang ditinggal-kan oleh rekan-rekannya itu.

Sifat dasar orang Jawa yang tidak neko-neko, tidak suka mencari perkara dalam perantauan, juga menjadi faktor keberhasilan pak Kasimin sekeluarga. “Kita ke sini hanya untuk mencari makan, su-dah itu saja,” ungkapnya dengan polos. “Orang Jawa itu istilahnya kalau kepanasan ya pakai penutup kepala, kena marah ya lebih baik diam,” imbuhnya. Keluguan, kepolosan, dan selalu mengikuti aturan yang telah ditetapkan tertanam kuat dalam diri pak Kasimin. Itulah falsafah hidup yang menjadi pegangan pak Kasimin sehingga keber-hasilan itu mendatanginya.

Memanen Sawit, Memanen HasilBerakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit da-hulu, bersenang-senang kemudian. Agaknya peribahasa ini telah di-jalani oleh pak Kasimin. Membuka kehidupan baru di pulau seber-ang, awalnya memang penuh dengan perjuangan. Namun, agaknya saat ini pak Kasimin sudah memanen hasilnya. Rumah yang bagus dan besar telah berdiri di samping rumah lamanya menunjukkan ke-berhasilannya. Rumah itu dibangun di tahun 2005-an.

Kedua, di antara lima anaknya, tiga di antaranya sudah berumah tangga, satu masih bersekolah di Akademi Perawat (Akper) di kota kelahirannya, Ngawi, dan bungsu bersekolah di SMP negeri di keca-matan Belimbing.

Dan ketiga, yang paling ditunggu-tunggu umat muslim bila su-dah mampu adalah menunaikan Rukun Islam kelima, yaitu naik haji. Bila tidak ada aral melintang, di tahun 2011 pak Kasimin beserta istri akan memenuhi panggilan Allah ke rumah-Nya di Mekah. [] hari

04_poNtiaNak_OKE.indd 47 12/3/08 10:06:33 AM

48

Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawitdengan Pola PIR-TRANS

Kebijaksanaan pengembangan perkebunan dengan pola PIR-TRANS didasarkan pada Inpres No.1 Tahun 1986. PIR-TRANS atau Perusahaan Inti Rakyat Transmigrasi adalah pola pe-ngembangan perkebunan yang dikaitkan dengan program trans-migrasi, yang merupakan paket pengembangan wilayah yang terdiri dari komponen pembangunan kebun inti, kebun plasma, pemukiman dan unit pengolahan hasil atau Pabrik Kelapa Sawit (PKS).

Perusahaan Inti adalah perusahaan di bidang perkebunan yang dimiliki baik oleh negara maupun swasta yang memba-ngun Kebun Inti dan Kebun Plasma berikut fasilitas pengolahan hasil kebunnya. Sedangkan pengertian dari Kebun Inti adalah kebun yang dibangun oleh perusahaan inti, sementara kebun plasma adalah kebun yang dibangun oleh perusahaan inti dan pada saatnya akan dialihkan kepada petani plasma.

Pada awal pelaksanaan program, kepada Perusahaan Inti diberikan fasilitas pembiayaan berupa Kredit Likuiditas Bank In-donesia (KLBI). Kredit ini digunakan untuk membangun kebun inti dan kebun plasma. KLBI dikenal sebagai PIR Trans Pra Kon-versi, yaitu Kredit Investasi (KI) yang diberikan kepada perusa-haan untuk keperluan pembangunan kebun dan atau fasilitas pengolahannya. Adapun bank pemberi kredit adalah bank mi-lik Pemerintah dengan pembagian pembiayaan Bank Indonesia sebesar 55% dan bank pemberi kredit sebesar 45%, suku bunga KL sebesar 6,50% dan suku bunga kredit (KI) sebesar 14% p.a.

Setelah kebun plasma selesai dibangun dan layak dialih-kan sesuai penilaian teknis dari Tim Penilai yang dibentuk oleh Direktur Jenderal Perkebunan, KI untuk kebun plasma tersebut di atas dikonversi menjadi Kredit Investasi Kecil (KIK) kepada petani plasma, bersamaan dengan penyerahan kebun kepada masing-masing petani transmigran. Pada skim ini, porsi pen-

04_poNtiaNak_OKE.indd 48 12/3/08 10:06:33 AM

49

Kelapa Sawit Pengubah Nasib

danaan menjadi 80% sebagai Kredit Likuiditas Bank Indonesia, dan 20% dana bank pemberi kredit. Plafon kredit ditetapkan ber-dasarkan besarnya biaya pembangunan proyek sejak persiapan sampai dengan penyerahan kebun kepada petani. Suku bunga per tahun adalah 12%, dengan suku bunga KLBI 3,75%. Jangka waktu kredit maksimal 13 tahun. Kredit ini wajib dijaminkan kepada PT Askrindo dengan premi 4%, yang ditanggung Bank Indonesia sebesar 2,5% dan bank pemberi kredit 1,5%.

Pelaksanaan program pengembangan perkebunan de-ngan pola PIR-TRANS di berbagai wilayah di luar Pulau Jawa ini telah memberikan dampak positif bagi perekonomian wilayah, dan telah menumbuhkan sentra produksi kelapa sawit, menum-buhkan kegiatan ekonomi setempat, meningkatkan pendapa-tan wilayah, dan meningkatkan pendapatan devisa negara dari ekspor. Di samping itu, program ini juga telah meningkatkan kesejahteraan petani, dan membantu penyebaran penduduk an-tarwilayah di Indonesia. Setelah berlakunya UU RI No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, sebagaimana telah diubah dengan UU RI No. 3 Tahun 2004, Bank Indonesia tidak diperkenankan lagi untuk menyalurkan Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) dalam rangka kredit program. Semua pengelolaan skim KLBI dialihkan ke BUMN yang ditunjuk pemerintah, termasuk skim KIK pola PIR- TRANS yang dialihkan ke PT Permodalan Nasio-nal Madani (PNM). []

04_poNtiaNak_OKE.indd 49 12/3/08 10:06:34 AM