kejang demam

39
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejang bukan suatu penyakit, tetapi gejala dari suatu atau beberapa penyakit, yang merupakan manifestasi dari lepasnya muatan listrik yang berlebihan di sel-sel neuron otak oleh karena terganggu fungsinya. Kejang demam pada anak merupakan kelainan neurologik yang paling sering dijumpai pada bayi dan anak. Kejang demam adalah tipe kejang yang paling sering terjadi pada anak. Walaupun telah dijelaskan oleh bangsa Yunani , baru pada abad ini kejang demam dibedakan dengan epilepsy. Kejang merupakan salah satu darurat medik yang harus segera diatasi.2 Kejang didefinisikan sebagai gangguan fungsi otak paroksismal yang dapat dilihat sebagai kehilangan kesadaran, aktivitas motorik abnormal, kelainan perilaku, gangguan sensoris, atau disfungsi autonom. Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi. Suhu badan yang tinggi ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial (ekstrakranial : ekstra = di luar, kranium : rongga tengkorak. Ekstrakranial : di luar rongga tengkorak). Serangan kejang demam pada anak yang 1

Upload: amaaliaa-bimbim

Post on 02-Feb-2016

14 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kehamilan kembar

TRANSCRIPT

Page 1: kejang demam

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kejang bukan suatu penyakit, tetapi gejala dari suatu atau beberapa

penyakit, yang merupakan manifestasi dari lepasnya muatan listrik yang

berlebihan di sel-sel neuron otak oleh karena terganggu fungsinya. Kejang

demam pada anak merupakan kelainan neurologik yang paling sering

dijumpai pada bayi dan anak. Kejang demam adalah tipe kejang yang paling

sering terjadi pada anak. Walaupun telah dijelaskan oleh bangsa Yunani ,

baru pada abad ini kejang demam dibedakan dengan epilepsy.

Kejang merupakan salah satu darurat medik yang harus segera diatasi.2

Kejang didefinisikan sebagai gangguan fungsi otak paroksismal yang dapat

dilihat sebagai kehilangan kesadaran, aktivitas motorik abnormal, kelainan

perilaku, gangguan sensoris, atau disfungsi autonom.

Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi.

Suhu badan yang tinggi ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial

(ekstrakranial : ekstra = di luar, kranium : rongga tengkorak. Ekstrakranial :

di luar rongga tengkorak). Serangan kejang demam pada anak yang satu

dengan yang lain tidak sama, tergantung dari nilai ambang kejang masing-

masing.

Setiap serangan kejang pada anak harus mendapat penanganan yang cepat

dan tepat apalagi pada kasus kejang yang berlangsung lama dan berulang.

Karena keterlambatan dan kesalahan prosedur akan mengakibatkan gejala

sisa pada anak atau bahkan menyebabkan kematian.

Jumlah penderita kejang demam diperkirakan mencapai 2-4% dari jumlah

penduduk di AS, Amerika Selatan, dan Eropa Barat. Namun di Asia

dilaporkan penderitanya lebih tinggi. Sekitar 20% diantara jumlah penderita

mengalami kejang demam kompleks yang harus ditangani secara lebih teliti.

Bila dilihat jenis kelamin penderita, kejang demam sedikit lebih banyak

menyerang anak laki-laki. Penderita pada umumnya mempunyai riwayat

keluarga (orang tua atau saudara kandung) penderita kejang demam.2

1

Page 2: kejang demam

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini:

1. Bagaimanakah pengertian kejang demam?

2. Bagaimanakah etiologi kejang demam?

3. Bagaimanakah patofisiologi kejang demam?

4. Bagaimanakah woc kejang demam?

5. Bagaimanakah manifestasi klinis?

6. Bagaimanakah pemeriksaan penunjang kejang demam?

7. Bagaimanakah penatalaksanaan kejang demam?

8. Bagaimanakah Asuhan Keperawatan kejang demam?

C. Tujuan

Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini:

1. Mendiskripsikan pengertian kejang demam

2. Mendiskripsikan etiologi kejang demam

3. Mendiskripsikan patofisiologi kejang demam

4. Mendiskripsikan woc kejang demam

5. Mendiskripsikan manifestasi klinis

6. Mendiskripsikan pemeriksaan penunjang kejang demam

7. Mendiskripsikan penatalaksanaan kejang demam

8. Mendiskripsikan Asuhan Keperawatan kejang demam

2

Page 3: kejang demam

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Kejang Demam

Demam adalah meningkatnya temperatur tubuh secara abnormal lebih

dari 37,5oC, merupakan respon tubuh terhadap kuman, bakteri dan virus

penyebab penyakit yang masuk ke dalam tubuh (Suriadi, 2001).

Kejang adalah perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai

akibat dari aktivitas neoronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral

yang berlebihan (Betz, 2002).

B. Etiologi

Menurut Lumbantobing,(2001) Faktor yang berperan dalam

menyebabkan kejang demam:

1. Demam itu sendiri

2. Efek produk toksik dari pada mikroorganisme (kuman dan virus terhadap

otak).

3. Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi.

4. Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit

5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan yang tidak

diketahui atau ensekalopati toksik sepintas.

6. Gabungan semua faktor tersebut di atas.

Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan

bersamaan dengan kenaikan suhu tubuh yang tinggi dan cepat yang

disebabkan infeksi diluar susunan saraf pusat, misalnya tonsilitis, otitis media

akut (OMA), bronkhitis, dan lain – lain.

3

Page 4: kejang demam

C. Patofisiologi

Pada keadaan demam kenaikan suhu 10C akan mengakibatkan kenaikan

metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan O2 akan meningkat 20%. Kenakan

suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan

dalam waktu yang singkat terjadi difusi ion k+ maupun Na+, melalui

membran tersebut sehingga terjadi lepas muatan listrik, hal ini bisa meluas ke

seluruh sel maupun ke bembran sel sekitarnya dengan bantuan neuron

transmiter dan terjadilah kejang. Kejang yang berlangsung lama disertai

dengan apnea, meningkatkan kebutuhan O2 dan energi untuk kontraksi otot

skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnea dll,selanjutnya

menyebabkan metabolisme otak meningkat hingga terjadi kerusakan neuron

otak selama berlangsungnya kejang lama.

Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1 derajat celcius akan menyebabkan

metabolisme basal meningkat 10-15% dan kebutuhan oksigen meningkat

20%. Pada seorang anak yang berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65%

dari seluruh tubuh, sedangkan pada orang dewasa hanya 15%. Jadi pada

kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari

membran dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun

natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik.

Lepas muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas ke

seluruh sel maupun ke membran sel lainnya dengan bantuan bahan yang

disebut neurotransmitter sehingga terjadi kejang.

Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari

tinggi rendahnya ambang kejang seorang anak. Ada anak yang ambang

kejangnya rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38 derajat celcius, sedangkan

pada anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40

derajat celcius. Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya

kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga

dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa

penderita kejang.

Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya

dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama

4

Page 5: kejang demam

(>15 menit) biasanya disertai terjadinya apnea, meningkatkan kebutuhan

oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi

hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme

anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan

suhu tubuh makin meningkat disebabkan meningkatnya aktifitas otot dan

selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian

diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama

berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran

darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permebealitas

kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron

otak.

Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah mendapatkan

serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi “matang” di kemudian

hari, sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. Jadi kejang demam yang

berlangsung lama dapat menyebabkan kelaian anatomis di otak hingga terjadi

epilepsy

5

Page 6: kejang demam

Peningkatan suhu tubuh

Perubahan keseimbangan membran sel neuron

Difusi ion kalium dan nutrium melalui membran sel neuron

Terjadinya pelepasan aliran listrik otak

Meluas keseluruh tubuh dengan bantuan neurotrasmiter

Kejang

D. WOC

E. Manifestasi Klinis

Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam,

berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik,

klonik, fokal, atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Setelah

kejang berhenti, anak tidak memberi reaksi apapun sejenak, tetapi setelah

beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit

neurologis. Kejang dapat diikuti oleh hemiparesis sementara (Hemiparesis

Todd) yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Kejang

unilateral yang lama diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan

kejang yang berlangsung lama sering terjadi pada kejang demam yang

pertama.

6

Gangguan tumbu kembang, resiko

trauma fisik

Peningkatan TKI Infeksi

Sistem persyarafan terganggu Gangguan kesadaran

Resiko cedera hipertermi, kebersihan jalan nafas tidak efektif, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit gangguan tumbang (tumbuh kembang anak).

Gangguan perfusi jaringan

Edema otak Kerusakan neuro otak

Page 7: kejang demam

Durasi kejang bervariasi, dapat berlangsung beberapa menit sampai lebih

dari 30 menit, tergantung pada jenis kejang demam tersebut. Sedangkan

frekuensinya dapat kurang dari 4 kali dalam 1 tahun sampai lebih dari 2 kali

sehari. Pada kejang demam kompleks, frekuensi dapat sampai lebih dari 4

kali sehari dan kejangnya berlangsung lebih dari 30 menit. Gejalanya berupa:

1. Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang

tejradi secara tiba-tiba)

2. Pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu

terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam)

3. Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya

berlangsung selama 10-20 detik)

4. Gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama,

biasanya berlangsung selama 1-2 menit)

5. Lidah atau pipinya tergigit

6. Gigi atau rahangnya terkatup rapat

7. Inkontinensia (mengompol)

8. Gangguan pernafasan

9. Apneu (henti nafas)

10. Kulitnya kebiruan

11. Setelah mengalami kejang, biasanya:Akan kembali sadar dalam

waktu beberapa menit atau tertidur selama 1 jam atau lebih

12. Terjadi amnesia (tidak ingat apa yang telah terjadi)-sakit kepala

13. Mengantuk

14. Linglung (sementara dan sifatnya ringan)

F. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang cairan serebro spiral dilakukan untuk

menyingkirkan kemungkinan meningitis terutama pada pasien kejang demam

yang pertama. Pada bayi-bayi kecil sering kali gejala meningitis tidak jelas

sehingga pungsi lumbal harus dilakukan pada bayi berumur kurang 6 bulan,

dan dianjurkan untuk yang berumur kurang dari 18 bulan. Elektro selografi

7

Page 8: kejang demam

(EEG) yang tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya

epilepsi atau kejang demam berulang dikemudian hari. Saat ini pemeriksaan

laboratorium rutin tidak dianjurkan dan dikerjakan untuk sumber infeksi.

(Arief Mansjoer, 2000). Adapun beberapa pemeriksaan:

1. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang

demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi

penyebab demam, atau keadaan lain, misalnya gastroenteritis dehidrasi

disertai demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan

misalnya:darah perifer, elektrolit dan gula darah. Lumbal

Fungsi :Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan

atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Resiko terjadinya

meningitis bakterialis adalah 0,6%-6,7%. Meningitis dapat menyertai

kejang, walupun kejang biasanya bukan satu-satunya tanda

meningitis.Factor resiko meningitis pada pasien yang datang dengan

kejang dan demam meliputi berikut ini:

a. Kunjungan ke dokter dalam 48 jam

b. Aktivitas kejang saat tiba di rumah sakit

c. Kejang fokal, penemuan fisik yang mencurigakan (seperti merah-

merah pada kulit, petekie) sianosis, hipotensi Pemeriksaan saraf yang

abnormal

d. Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan

diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh

karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada :

e. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan

f. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan

g. Bayi > 18 bulan tidak rutin

h. Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi

lumbal.

8

Page 9: kejang demam

2. Pencitraan

Foto X-Ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan

(CT-Scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali

dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti :

a. Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)

b. Paresis Nervus VI

c. Papiledema

d. CT scan sebaiknya dipertimbangkan pada pasien dengan kejang

demam kompleks. 

3. Tes lain (EEG)

Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi

berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi

pada pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan.

Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam tak khas; misalnya

pada anak usia > 6 tahun atau kejang demam fokal. EEG tidak diperlukan

pascakejang demam sederhana karena rekamannya akan membuktikan

bentuk Non-epileptik atau normal dan temuan tersebut tidak akan

mengubah manajemen. EEG terindikasi untuk kejang demam atipik atau

pada anak yang berisiko untuk berkembang epilepsi. Kejang demam atipik

meliputi kejang yang menetap selama lebih dari 15 menit, berulang selama

beberapa jam atau hari, dan kejang setempat. Sekitar 50% anak menderita

kejang demam berulang dan sebagian kecil menderita kejang berulang

berkali-kali. Faktor resiko untuk perkembangan epilepsi sebagai

komplikasi kejang demam adalah riwayat epilepsi keluarga positif, kejang

demam awal sebelum umur 9 bulan, kejang demam lama atau atipik, tanda

perkembangan yang terlambat, dan pemeriksaan neurologis abnormal.

Indidens epilepsi adalah sekitar 9% bila beberapa faktor risiko ada

dibanding dengan insiden 1% pada anak yang menderita kejang demam

dan tidak ada faktor resiko.

9

Page 10: kejang demam

G.Penatalaksanaan

1. Pengobatan fase akut. Obat yang paling cepat menghentikan kejang

demam adalah diazepam yang diberikan melalui intravena atau intra rectal.

Dosis awal : 0,3 – 0,5 mg/kg/dosis IV (perlahan-lahan). Bila kejang belum

berhenti dapat diulang dengan dosis yang sama setelah 20 menit.

2. Turunkan panas. Menggunakan obat Anti piretika : paracetamol / salisilat

10 mg/kg/dosis.

3. Kompres air hangat

4. Mencari dan mengobati penyebab. Pemeriksaan cairan serebro spinal

dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada

pasien kejang demam yang pertama, walaupun demikian kebanyakan

dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai

meningitis, misalnya bila aga gejala meningitis atau bila kejang demam

berlangsung lama.

5. Pengobatan profilaksis

Pengobatan ini ada dua cara : profilaksis intermitten / saat demam dan

profilaksis terus menerus dengan antikanulsa setiap hari. Untuk profilaksis

intermitten diberikan diazepam secara oral dengan dosis 0,3 – 0,5

mg/hgBB/hari

6. Penanganan sportif.

a. Bebaskan jalan napas

b. Beri zat asam

c. Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit

d. Pertahankan tekanan darah. (Arief Mansjoer, 2000).

H. Asuhan Keperawatan

Asuhan Keperawatan merupakan proses pemecahan masalah yang dinamis

dalam usaha memperbaiki kesehatan pasien sampai tarif yang optimal melalui

suatu pendekatan sistematik untuk mengenal serta membantu memenuhi

10

Page 11: kejang demam

kebutuhan-kebutuhan individu. Proses keperawatan mempunyai empat tahap yaitu

Pengkajian, Perencanaan, Pelaksanan dan Evaluas. (Lismidar, 1990).

I. PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan tahap awal dari landasan prosesn keperawatan

tahap pengkajian terdiri dari 3 kegiatan yaitu : Pengumpulan Data,

Pengelompokan Data, Perumusan Diagnosa Keperawatan. (Lismidar, 1990).

a. Pengumpulan Data

1. Identitas

Identitas pasien meliputi : nama, jenis kelamin, umur, pekerjaan,

pendidikan, status perkawinan, agama, kebangsaan, suku, alamat,

tanggal dan jam MRS, no. register ruangan, serta identitas yang

bertanggung jawab.

2. Keluhan Utama

Pada umumnya klien panas yang meninggi disertai kejang

(Hipertermi).

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Penyakit Sekarang

Menanyakan tentang keluhan yang dialami sekarang mulai dari

panas, kejang, kapan terjadi, berapa kali, dan keadaan sebelum,

selama dan setalah kejang.

b. Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit yang diderita saat kecil seperti batuk, pilek, panas.

Pernah di rawat dinama, tindakan apa yang dilakukan, penderita

pernah mengalami kejang sebelumnya, umur berapa saat kejang.

c. Riwayat Penyakit Keluarga

Tanyakan pada keluarga kx tentang di dalam keluarga ada yang

menderita penyakit yang diderita oleh klien seperti kejang atau

epilepsi.

4. Riwayat Psiko Sosial

Peran terhadap keluarga akan menurun yang diakibatkan oleh

adanya perubahan kesehatan sehingga dapat menimbulkan psikologis

11

Page 12: kejang demam

klien dengan timbul gejala-gejala yang di alami dalam proses

penerimaan terhadap penyakitnya.

Meliputi :

a. Bagaimana keadaan lingkungan yang mengakibatkan atau

menyebabkan ketidak bersihan lingkungan sehingga akan

mempengaruhi kesehatan.

b. Keluarga yang belum mengerti tentang kesehatan

5. Pola-Pola Fungsi Kesehatan

a. Pola persepsi dan tata laksana hidup

Pada umumnya klien / keluarga apakah keluarga mengerti tentang

penyakit / kebiasaan hidup sehat dan dibawa kemana bila sakit.

b. Pola nutrisi dan metabolisme

Pada umumnya klien kesukaran menelan.

c. Pola eliminasi

Pada klien febris convulsi tidak mengalami gangguan.

d. Pola istirahat dan tidur

Pada umumnya klien mengalami gangguan waktu tidur karena

panas yang meninggi.

e. Pola aktifitas dan latihan

Pada umumnya klien mengalami gangguan dalam melakukan

aktifitas.

f. Pola persepsi dan konsep diri

Biasanya disebabkan karena klien mengalami gangguan dalam

cara menerima gambaran dirinya.

6. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi

a.a Biasanya pada klien febris convulsi mata cowong, px terlihat

lemas.

a.b Nafas tersengol-sengol, telapak tangan dan kaki kebiruan,

kejang, panas (suhu tubuh 37,50C), keluar keringat dingin,

adanya sekret.

12

Page 13: kejang demam

b. Palpasi

b.a Akral dingin.

b.b Biasanya turgor kulit jelek atau menurun.

c. Auskultasi

c.a Dengarkan adanya ronchi (adanya sekret) dalam saluran

pernafasan.

c.b Mengukur tekanan nadi nadi biasanya masih normal

(120x/mnt).

d. Perkusi

Pada klien febris convulsi apabila dilakukan perkusi perut tidak

ada pantulan gelombang cairan.

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

1. Darah lengkap

Glukosa darah : mengalami penurunan konsentrasi glukosa

darah (hipoglikemi)

2. Urine lengkap.

3. Serum elektrolit.

b. EEG (Elektro Enchepalografi)

1.CT-Scan : pada pemeriksaan ini dapat menunjukkan adanya lesi

pada daerah kepala.

b. Analisa Data

Data yang dikumpulkan dikelompokkan, diidentifikasi sehingga

memunculkan masalah diagnosa keperawatan berdasarkan urutan prioritas

masalah.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya

penumpukan sekret di saluran pernafasan

2. Gangguan rasa nyaman (peningkatan suhu tubuh) berhubungan dengan

dampak patologi dari penyakitnya.

13

Page 14: kejang demam

3. Resiko cedera berhubungan dengan terjadinya penurunan kesadaran.

4. Kurang pengetahuan keluarga tentang cara penanganan kejang

berhubungan dengan kurangnya informasi.

III. PERENCANAAN

1. Dx : Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya

penumpukan sekret di saluran pernafasan

Tujuan

KH

:

:

Bersihan jalan nafas efektif dalam waktu 30 menit

a. Pernafasan normal 16-20x/mnt

b. Ujung jari dan bibir tidak biru

c. Respirasi normal 20 – 26 x / menit

Rencana tindakan

1. Berikan posisi hiperektensi pada klien.

R / agar jalan nafas tetap terbuka.

2. Lakukan nebulezer kalau perlu.

R / untuk mengencerkan dahak dan sekret.

3. Lakukan suction (bila perlu)

R / membersihkan jalan nafas

4. Observasi tanda-tanda vital klien.

R / mengetahui tingkat perkembangan klien.

5. Kolaborasi dengan tim medis / dokter dalam pemberian terapi

R / melaksanakan fungsi independent.

2. Dx : Gangguan rasa nyaman (peningkatan suhu tubuh) berhubungan

dengan dampak patologi dari penyakitnya.

Tujuan

KH

:

:

Suhu tubuh normal dalam waktu 1 jam

a.Suhu tubuh 36-37,50C

b.Tidak keluar keringat dingin

c. Penderita tampak tenang

Rencana tindakan

1. Berikan penjelasan pada keluarga pasien tentang penyebab

peningkatan suhu tubuh.

14

Page 15: kejang demam

R / keluarga klien dapat mengerti tentang penyebab demam pada anak.

2. Ganti pakaian px dengan pakaian yang tipis dan mudah menyerap

keringat.

R / untuk mengurangi penguapan.

3. Berikan kompres dingin pada pasien.

R / dapat menurunkan suhu panas pasien.

4. Anjurkan minum sedikit tapi sering

R / memenuhi cairan yang keluar akibat panas meningkat dan

mengatasi rasa haus klien

5. Observasi tanda-tanda vital pada klien (terutama suhu)

R / mengetahui tingkat perkembangan pasien.

6. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat antipiretik

R / menurunkan demam dan melaksanakan fungsi independent.

3. Dx : Resiko cedera berhubungan dengan terjadinya penurunan kesadaran.

Tujuan

KH

:

:

Cedera pada saat terjadi kejang dapat dicegah.

a.Tidak terjadi cedera.

b.Penderita tidak jatuh.

c.Lidah klien tidak tergigit.

Rencana tindakan

1. Jaga kepala terhadap benda-benda yang dapat menimbulkan cedera.

R / menghindari cedera saat kejang.

2. Rawat pasien pada ruangan yang tenang dengan posisi tidur kepala

hiperekstansi.

R / sekret dapat keluar.

3. Buka pakaian yang menekan.

R / membuka saluran nafas atau nafas klien tidak tertekan.

4. Observasi tanda-tanda vital klien tiap 15 menit selama fase akut.

R / mengetahui tingkat perkembangan klien.

5. Berikan pengamanan pada tempat tidur

R / menghindari cedera atau jatuh

6. Minimalkan terjadinya cedera pada klien.

15

Page 16: kejang demam

R / meminimalkan terjadinya cedera pada klien

4. Dx : Kurang pengetahuan keluarga tentang cara penanganan kejang

berhubungan dengan kurangnya informasi.

Tujuan

KH

:

:

Keluarga mengerti maksud dan tujuan dilakukan tindakan

perawatan selama kejang.

Keluarga tidak sering bertanya tentang penyakit anaknya.

a.Keluarga cara mengerti penanganan kejang.

b.Keluarga mengerti penyebab dan tanda yang dapat

menimbulkan kejang.

c.Keluarga tanggap dan dapat melaksanakan perawatan

kejang.

Rencana tindakan

1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga

R / mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki keluarga dan

kebenaran informasi yang di dapat.

2. Informasi keluarga tentang kejadian kejang dan dampak masalah, serta

beritahukan cara perawatan dan pengobatan yang benar.

R / diharapkan keluarga mengetahui cara perawatan dan pengobatan

yang benar.

3. Kaji kemampuan keluarga terhadap penanganan kejang.

R / dengan mengkaji pada keluarga diharapkan mampu menangani

gejala-gejala yang menyebabkan kejang.

4. Beri penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat kejang demam.

R / penjelasan tentang kondisi yang dialami dapat membantu

menambah wawasan keluarga.

IV. PELAKSANAAN

Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan realisasi dari pada rencana

tindakan keperawatan yang telah ditetapkan meliputi tindakan independent,

dependent, interdependent. Pada pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan,

validasi, rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana keperawatan,

16

Page 17: kejang demam

memberikan asuhan keperawatan dan pengumpulan data (Susan Martin,

1998).

V. EVALUASI

Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses perawatan yang

merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana (Nasrul Efendi,

1995).

17

Page 18: kejang demam

BAB III

APLIKASI TEORI

A. Kasus

Anak T berjenis kelamin perempuan berumur 13 bulan mengalami panas naik

turun dan mengalami kejang 2 kali dan lama kejang sekitar 1 menit. RR anak T

adalah 24x/menit, BB 8,3 Kg, TB 72,2 cm, Nadi pasien 100x/menit, Suhu pasien

380C. Pasien dibawa ke Rumah Sakit Islam dan dilakukan pengkajian

B. Asuhan Keperawatan

2.1  IDENTITAS PASIEN

      Nama                              :     An. T

      Jenis Kelamin                :     Perempuan

      Tempat tanggal lahir      :     Kediri, 21 – 1 – 2009

      Umur                      :     13 bulan

      Anak ke                       :     1

      Nama Ayah            :     Tn. J

      Nama Ibu                    :     Ny.Y

      Pekerjaan Ayah         :     Guru

      Pekerjaan Ibu            :     Ibu rumah tangga

      Pendidikan Ayah        :     Perguruan Tinggi

      Pendidikan Ibu                :     SMU

      Agama                         :     Islam

      Suku / Bangsa                :     Jawa  / Indonesia 

      Alamat                        :     Rahasia

      Tanggal MRS              :     28 – 2 – 2015 Jam 09.00 WIB

      Diagnosa Medis               :     Febris konvulsi

18

Page 19: kejang demam

2.2  RIWAYAT KEPERAWATAN ( NURSING HISTORY )

2.2.1        Riwayat Keperawatan Sekarang

1. Keluhan Utama                 : Ibu pasien mengatakan badan anak panas naik

turun.

2. Lama Keluhan                   : Sejak kemarin sore ( tanggal 26 – 2 – 2015 )

3. Akibat timbulnya keluhan :  Anak kejang 2 kali dan lama kejaang ± 1

menit.

4. Faktor yang memperberat :  Ibu mengatakan anak sedang pilek.

5. Upaya untuk mengatasi    :  Memberi kompres hangat di seluruh tubuh.

2.2.2 Riwayat Keperawatan Sebelumnya

1. Prenatal : Kehamilan pertama, pemeriksaan kehamilan rutin ke bidan dan

melakukan kunjungan (ANC) sebanyak 6x. ibu juga imunisasi TT 1x, ibu

rutin olah raga dengan  jalan – jalan pagi, selama hamil ibu tidak pernah

mengkonsumsi jamu – jamuan tradisional

2. Natal : Pasien lahir secara spontan vertex dengan ditolong bidan. BB lahir

3300 gram,  panjang badan = 55 cm, bayi langsung menangis saat lahir.

3. Post – Natal : Pasien lahir tanpa kelainan kongenital, ASI ibu lancar.

4. Luka / Operasi. Pasien tidak pernah menjalani operasi.

5. Alergi: Ibu pasien mengatakan An.T tidak memiliki riwayat alergi terhadap

makanan atau debu.

6. Pola Kebiasaan. Ibu pasien mengatakan Saat dirumah anak terbiasa makan

sendiri, makan teratur dengan menu makan biasa ( nasi, lauk, pauk, sayur ),

di RS anak sulit makan dan makan pagi habis 5 sendok makan. Di rumah

anak terbiasa minum ASI cukup dan kadang – kadang minum susu formula

Indomilk. Saat badan panas anak sulit minum. An.T terbiasa tidur siang 1 –

2 jam / hari dan tidur malam 7-8 jam / hari.

7. Tumbuh Kembang  : An.T mampu berjalan maju – mundur, berlari – lari,

dan membuka pakaian dengan sedikit bantuan, berbicara 1 – 2 kata

8. Status Gizi : BB       : 8,3 kg  ( BB normal : 9,2 – 10,6 kg, TB       : 72,2

cm               ( TB normal : 73 – 77 cm ), Lingkar kepala      : 45 cm.

9. Turgor kulit baik, pertumbuhan rambut lebat, warna rambut hitam

19

Page 20: kejang demam

2.2.3        Riwayat Kesehatan Keluarga

1. Komposi Keluarga. Keluarga terdiri dari ayah, ibu dan 1 orang anak.

2. Lingkungan rumah dan komunitas. Rumah berada di pedesaan dengan

kehidupan masyarakatnya lebih bersosialisasi satu dengan lainnya

dibuktikan dengan banyaknya kunjungan dari tetangga sekitar ketika anak

dirawat di Ruang Anak

3. Kultur dan kepercayaan

4. Ibu pasien mengatakan percaya bahwa Tuhan senantiasa menjaga

kesehatan keluarga dan kesehatan adalah anugerah dari Tuhan.

5. Ayah pasien mengatakan mempunyai budaya memberi kompres hangat

saat anak panas karena yakin kalau kompres dingin akan membuat demam

anak semakin bertambah tinggi.

6. Fungsi dan hubungan keluarga. Komunikasi orang tua dengan anak baik

dan lancar. Peran ibu sebagai pengasuh anak masih bisa dikendalikan.

7. Perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan Ibu pasien mengatakan anak

sangat aktif bermain tetapi sulit makan. Ibu pasien bertanya apa yang

harus diperhatikan saat di rumah.

8. Persepsi keluarga tentang penyakit klien. Orang tua pasien mengatakan

memiliki pandangan bahwa penyakit pasien akan bisa cepat sembuh bila

rutin minum obat.

2.2.4        Observasi Dan Pemeriksaan Fisik ( Body System )

1. Pernafasan ( B1 : Breathing ).  

Respirasi : 24 x / menit, Pada inspeksi hidung dan pergerakan dada

simetris. Pada auskultasi suara nafas baik pada trachea, bronchovesikuler

dan vesikuler tidak terdapat suara nafas tambahan. Tidak terdapat

pernafasan cuping hidung. Pasien pilek. Tidak terdapat sianosis baik pada

ekstremitas maupun bibir. Pasien aktif beraktivitas. BB  : 8,3 kg  ( BB

normal : 9,2 – 10,6 kg ). TB  : 72,2 cm    ( TB normal : 73 – 77 cm )

2. Cardiovascular ( B2 : Bleeding )

Nadi          : 100 x/menit, irama teratur. Suhu : 380 C. Bunyi jantung S1

dan S2 tunggal, tidak terdapat mur – mur.

20

Page 21: kejang demam

3. Persyarafan ( B3 : Brain )

Tingkat kesadaran composmentis. Anak rewel. Tidak terdapat kelumpuhan

ekstremita.

4. Perkemihan – Eliminasi Urine ( B4 : Bladder )

Tidak ada riwayat gangguan saat BAK. Bladder lunak. BAK spontan.

BAK 5 – 6 x / hari, kadang mengompol

5. Pencernaan – Eliminasi Alvi ( B5 : Bowel )

Pada inspeksi tidak terdapat jaringan parut pada abdomen. Tidak terdapat

asites. Pada perkusi suara tympani. Bising usus 8 x/menit. Turgor kulit

baik. Tidak terdapat nyeri tekan pada abdomen, perut lunak.

6. Tulang – Otot – Integumen ( B6 : Bone ).

Tidak tedapat nyeri tekan otot. Turgor kulit baik.  Tidak terdapat edema

ekstremitas. Tidak terdapat kelainan tulang belakang.

                                                                                           

2.3 ANALISA DATA

No Data Etiologi Problem

1 D S : 

Ibu pasien mengatakan

badan anak panas naik

turun Sejak kemarin sore (

tanggal 26 – 2 – 2015 )

Ibu pasien mengatakan

Anak kejang 2 kali dan

lama kejaang ± 1 menit.

DO :

Suhu 380C

Pasien MRS karena kejang

2 X

Tidak terdapat kelumpuhan

ekstremitas

demam sekunder

terhadap

metabolisme

tubuh meningkat

Hipertermia

2 DS : Kesalahan dalam Defisiensi

21

Page 22: kejang demam

Ayah pasien mengatakan

mempunyai budaya

memberi kompres hangat

saat anak panas karena

yakin kalau kompres

dingin akan membuat

demam anak semakin

bertambah tinggi.

Ibu pasien mengatakan

saat badan panas anak sulit

minum.

DO :

Ibu pasien bertanya

tentang apakah pemberian

minum saat anak panas itu

penting ?

Ayah pasien bertanya

tentang cara pemberian

compres saat anak panas?

memahami

informasi yang

ada

Pengetahuan

2.4 Prioritas Diagnosa

1. Hipertermia berhubungan dengan demam sekunder terhadap metabolisme

tubuh meningkat

2. Défisiensi pengetahuan tentang berhubungan dengan Kesalahan dalam

memahami informasi yang ada

22

Page 23: kejang demam

2.5 PERENCANAAN

No.

Dx

NOC NIC Rasional

1 Setelah dilakukan

asuhan keperawatan

selama 2x24 jam

pasien akan

menunjukkan

termoregulasi, dengan

criteria hasil :

Hipertermia turun

Pantau aktivitas

kejang

Aktivitas kejang pasien

dapat mengetahui adanya

keparahan pada diri pasien

Pantau hidrasi

(misalnya turgor

kulit,

kelembapan

membrane

mukosa)

Pasien hidrasi

berpengaruh terhadap

suhu tubuh pasien

Berikan obat

antipiretfik bila

perlu

Obat bisa menurunkan

hipertermi pasien

2 Setelah dilakukan

asuhan keperawatan

selama 2x24 jam

pasien akan

menunjukkan

pengetahuan, dengan

criteria hasil :

Deskripsi hipertermi

luas

Bina hubungan

saling percaya

antara pasien dan

keluarga

Dengan rasa percaya,

perawat dapat dengan

mudah memberikan

pengetahuan terkait

kondisi pasien

Tentukan

kemampuan

pasien atau

keluarga terkait

penyakit saat ini

Agar mampu menilai

tingkat pemahaman

mengenai penyakit

hipertermi

Tentukan

motivasi pasien

dan keluarga

untuk

mempelajari

informasi

Adanya motivasi dapat

membuat pasien dan

keluarga menjadi

bersemangat untuk

menerima informasi

23

Page 24: kejang demam

tersebut

24

Page 25: kejang demam

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kejang demam (febris convulsi) adalah bangkitan kejang yang terjadi pada

kenaikan suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 38 oC) yang disebabkan oleh suatu

proses ekstrakranium. Demam sering disebabkan oleh infeksi saluran

pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran

kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi. Kadang-kadang

demam yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang. kejang demam

berlangsung singkat, berupa serangan kejang kronik. Bentuk kejang lain dapat

juga terjadi seperti mata terbalik ke atas dengan disertai kekakuan, sebagian

besar kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 8% berlangsung

lebih dari 15 menit, sering kali kejang berhenti sebentar.

B. Saran

Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengharapkan kritik dan saran

dari pembaca semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk mahasiswa

keperawatan pada khusunya.

25

Page 26: kejang demam

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, A, 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga jilid 2, Media

Aescolapius, FKUI Jakarta.

Lynda Juall Carpenito, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, UI, Jakarta.

Efendi, Nasrul, 1995. Pengantar Proses Keperawatan, EGC, Jakarta.

Tucker, Susan Martin, 1998. Standar Perawatan Pasien, EGC, Jakarta.

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.

Doengoes, Marilyn E. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian. Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta :Media Aesculapius

FKUI. Edisi III.

Price dan Wilson. (1995). Patofisiologi. Jilid 2. Terjemahan : Peter Anugrah.

Jakarta : EGC.

Hidayat, Aziz. A. (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta : CV. Sagung

Seto

26