kejang demam

26
TINJAUAN PUSTAKA Kejang demam merupakan bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh(suhu rektal lebih dari 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures(1980), kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Anak yang pernah kejang tanpa demam dan bayi berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk. Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi, yaitu yang ditandai dengan kejang berulang tanpa demam. Definisi ini menyingkirkan kejang yang disebabkan

Upload: fransisca-febriana

Post on 23-Jan-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dk

TRANSCRIPT

Page 1: kejang demam

TINJAUAN PUSTAKA

Kejang demam merupakan bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu

tubuh(suhu rektal lebih dari 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.

Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures(1980), kejang demam adalah suatu

kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun,

berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial

atau penyebab tertentu. Anak yang pernah kejang tanpa demam dan bayi berumur

kurang dari 4 minggu tidak termasuk. Kejang demam harus dibedakan dengan

epilepsi, yaitu yang ditandai dengan kejang berulang tanpa demam.

Definisi ini menyingkirkan kejang yang disebabkan penyakit saraf seperti

meningitis, ensefalitis atau ensefalopati. Kejang pada keadaan ini mempunyai

prognosis berbeda dengan kejang demam karena keadaan yang mendasarinya

mengenai sistem susunan saraf pusat. Dahulu Livingston membagi kejang demam

menjadi 2 golongan, yaitu kejang demam sederhana(simple febrile convulsion) dan

epilepsi yang diprovokasi oleh demam(epilepsi triggered of by fever). Definisi ini

tidak lagi digunakan karena studi prospektif epidemiologi membuktikan bahwa risiko

berkembangnya epilepsi atau berulangnya kejang tanpa demam tidak sebanyak yang

diperkirakan.

Akhir-akhir ini, kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu kejang

demam sederhana, yang berlangsung kurang dari 15 menit dan umum, dan kejang

demam kompleks, yang berlangsung lebih dari 15 menit, fokal, atau multipel(lebih

dari 1 kali kejang dalam 24 jam). Di sini anak sebelumnya dapat mempunyai kelainan

neurologi atau riwayat kejang demam atau kejang tanpa demam dalam keluarga.1

Epidemiologi

Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di Amerika Serikat, Amerika Selatan dan

Eropa Barat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi. Kira-kira 20% kasus merupakan kejang

Page 2: kejang demam

demam kompleks. Umumnya kejang demam timbul pada tahun kedua kehidupan (17-

23 bulan). Kejang demam sedikit lebih sering pada laki-laki.1

Faktor risiko

Faktor risiko kejang demam pertama yang penting adalah demam. Selain itu,

terdapat faktor risiko kejang demam pada orang tua atau saudara kandung,

perkembangan terlambat, problem pada masa neonatus, anak dalam perawatan khusus

dan kadar natrium rendah. Setelah kejang demam pertama, kira-kira 33% anak akan

mengalami satu kali rekurensi atau lebih, dan kira-kira 9% anak mengalami 3 kali

rekurensi atau lebih. Risiko rekurensi meningkat dengan usia dini, cepatnya anak

mendapat kejang setelah demam timbul, temperatur yang rendah saat kejang, riwayat

keluarga kejang demam, dan riwayat keluarga epilepsi.1

Faktor risiko terjadinya epilepsi

Faktor risiko lain adalah terjadinya epilepsi di kemudian hari. Faktor risiko menjadi

epilepsi adalah:

1. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam

pertama.

2. Kejang demam kompleks

3. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung

Masing-masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi sampai

4%-6%, kombinasi dari faktor risiko tersebut meningkatkan kemungkinan epilepsi

menjadi 10%-49%. Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah dengan

pemberian obat rumat pada kejang demam.2

Etiologi

Page 3: kejang demam

Hingga kini belum diketahui dengan pasti. Demam sering disebabkan infeksi

saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran

kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi. Kadang-kadang demam

yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang.1

Manifestasi klinis

Umumnya kejang demam berlangsung singkat, berupa serangan kejang klonik

atau tonik-klonik bilateral. Bentuk kejang yang lain dapat juga terjadi seperti mata

terbalik ke atas dengan disertai kekakuan atau kelemahan, gerakan sentakan berulang

tanpa didahului kekakuan, atau hanya sentakan atau kekakuan fokal.1

Sebagian besar kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 8%

berlangsung lebih dari 15 menit. Seringkali kejang berhenti sendiri. Setelah kejang

berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa

detik atau menit, anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis. Kejang

dapat diikuti hemiparesis sementara(hemiparesis Todd) yang berlangsung beberapa

jam sampai beberapa hari. Kejang unilateral yang lama diikuti oleh hemiparesis yang

menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama lebih sering terjadi pada kejang

demam yang pertama.1

Anamnesa

a. Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang, suhu sebelum/ saat

kejang, frekuensi, interval, pasca kejang, penyebab demam di luar susunan

saraf pusat

b. Riwayat perkembangan, kejang demam dalam keluarga, epilepsi dalam

keluarga

c. Singkirkan penyebab kejang lainnya.3

Page 4: kejang demam

Pemeriksaan fisis

a. Kesadaran, suhu tubuh, tanda rangsang meningeal, tanda peningkatan tekanan

intrakranial, tanda infeksi di luar SSP.3

Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan

kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama.

Pada bayi-bayi kecil seringkali gejala meningitis tidak jelas sehingga pungsi

lumbal harus dilakukan pada bayi berumur kurang dari 6 bulan, dan dianjurkan

untuk yang berumur kurang dari 18 bulan.

2. Elektroensefalografi(EEG) ternyata kurang mempunyai nilai prognostik. EEG

abnormal tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya

epilepsi atau kejang demam berulang di kemudian hari. Saat ini pemeriksaan

EEG tidak dianjurkan untuk pasien kejang demam sederhana.1 EEG

dipertimbangkan pada kejang demam kompleks.2

3. Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan dan dikerjakan untuk

mengevaluasi sumber infeksi.1

4. Pemeriksaan CT scan/MRI diindikasikan pada keadaan:

a. Adanya riwayat dan tanda klinis trauma kepala

b. Kemungkinan adanya lesi struktural di otak(mikrocephali, spastik)

c. Adanya tanda peningkatan tekanan intrakranial (kesadaran menurun,

muntah berulang, ubun-ubun menonjol, paresis saraf otak VI, edema

papil).3

Page 5: kejang demam

Diagnosis banding

Penyebab lain kejang yang disertai demam harus disingkirkan, khususnya

meningitis atau ensefalitis. Pungsi lumbal terindikasi bila ada kecurigaan klinis

meningitis. Adanya sumber infeksi seperti otitis media tidak menyingkirkan

meningitis dan jika pasien telah mendapatkan antibiotika maka perlu pertimbangan

pungsi lumbal.1

Penatalaksanaan saat kejang

Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang

kejang sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling cepat

untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis

diazepam intravena adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2

mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg.

Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah

diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5

mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan

lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak di bawah usia 3

tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun.

Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang lagi

dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.

Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke

rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5

mg/kg.

Page 6: kejang demam

Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis

awal 10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50

mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12

jam setelah dosis awal.

Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang

rawat intensif.

Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis

kejang demam apakah kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor risikonya.2

Pemberian obat saat demam

1. Antipiretik

Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko

terjadinya kejang demam, namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik

tetap diberikan. Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali

diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen 5-10

mg/kg/kali, 3-4 kali sehari.

Meskipun jarang, asam asetilsalisilat dapat menyebabkan sindrom Reye terutama

pada anak kurang dari 18 bulan, sehingga penggunaan asam asetilsalisilat tidak

dianjurkan.2

2. Antikonvulsan

Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam

menurunkan risiko berulangnya kejang pada 30% -60% kasus, begitu pula dengan

diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5°C.

Dosis tersebut cukup tinggi dan menyebabkan ataksia, iritabel dan sedasi yang

cukup berat pada 25-39% kasus.

Fenobarbital, karbamazepin dan fenitoin pada saat demam tidak berguna untuk

Page 7: kejang demam

mencegah kejang demam.2

Penanganan kejang demam

1. Pengobatan fase akut

Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang pasien dimiringkan untuk

mencegah aspirasi ludah atau muntahan. Jalan napas harus bebas agar oksigenisasi

terjamin. Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran, tekanan darah, suhu, pernapasan

dan fungsi jantung. Suhu tubuh yang tinggi diturunkan dengan kompres air dingin dan

pemberian antipiretik.

Obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan

intravena atau intrarektal. Dosis diazepam intravena 0,3 -0,5 mg/ kgBB/ kali dengan

kecepatan 1-2mg/ menit dengan dosis maksimal 20mg. Bila kejang berhenti sebelum

diazepam habis, hentikan penyuntikan, tunggu sebentar, dan bila tidak timbul kejang

lagi jarum dicabut. Bila diazepam intravena tidak tersedia atau pemberiannya sulit,

gunakan diazepam intrarektal 5 mg(BB< 10kg) atau 10mg(BB>10mg). Bila kejang

tidak berhenti dapat diulang selang 5 menit kemudian. Bila tidak berhenti juga,

berikan fenitoin dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB secara intravena perlahan-lahan

1mg/kgBB/menit. Setelah pemberian fenitoin, harus dilakukan bilasan dengan NaCl

fisiologis karena fenitoin bersifat basa dan menyebabkan iritasi vena.

Bila kejang berhenti dengan diazepam, lanjutkan dengan fenobarbital diberikan

langsung setelah kejang berhenti. Dosis awal untuk bayi 1 bulan-1 tahun 50 mg dan

umur 1 tahun ke atas 75 mg intramuskular. Empat jam kemudian berikan fenobarbital

dosis rumat. Untuk 2 hari pertama dengan dosis 8-10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2

dosis, untuk hari-hari berikutnya dengan dosis 4-5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis.

Selama keadaan belum membaik, obat diberikan secara suntikan dan setelah membaik

per oral. Perhatikan bahwa dosis total tidak melebihi 200mg/hari. Efek sampingnya

adalah hipotensi, penurunan kesadaran dan depresi pernapasan.

Bila kejang berhenti dengan fenitoin, lanjutkan fenitoin dengan dosis 4-8

mg/kgBB/hari, 12-24 jam setelah dosis awal.1

Page 8: kejang demam

2. Mencari dan mengobati penyebab

Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan

meningitis, terutama pada pasien dengan kejang demam yang pertama. Walaupun

demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang

dicurigai sebagai meningitis, misalnya bila ada gejala meningitis atau bila kejang

demam berlangsung lama.1

3. Pengobatan profilaksis

Indikasi pemberian obat rumat

Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri sebagai

berikut(salah satu):

1. Kejang lama > 15 menit

2. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang,

misalnya hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental,

hidrosefalus.

3. Kejang fokal

4. Pengobatan rumat dipertimbangkan bila:

a. Kejang berulang 2 kali atau lebih dari 24 jam.

b. Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan.

c. Kejang demam > 4 kali per tahun.2

Ada 2 cara profilaksis yaitu (1) profilaksis intermiten saat demam dan (2)

profilaksis terus-menerus dengan antikonvulsan setiap hari.

Untuk profilaksis intermiten diberikan diazepam secara oral dengan dosis 0,3-0,5

mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis saat pasien demam. Diazepam dapat pula

diberikan secara intrarektal tiap 8 jam sebanyak 5 mg(BB <10 kg) dan 10

mg(BB>10kg) setiap pasien menunjukkan suhu lebih dari 38,5°C. Efek samping

Page 9: kejang demam

diazepam adalah ataksia, mengantuk dan hipotonia.

Profilaksis terus-menerus berguna untuk mencegah berulangnya kejang demam

berat yang dapat menyebabkan kerusakan otak tapi tidak dapat mencegah terjadinya

epilepsi di kemudian hari. Profilaksis terus-menerus setiap hari dengan fenobarbital 4-

5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis. Obat lain yang dapat digunakan adalah asam

valproat dengan dosis 15-40 mg/kgBB/hari. Antikonvulsan profilaksis terus-menerus

diberikan selama 1-2 tahun setelah kejang terakhir dan dihentikan bertahap selama 1-

2 bulan.

Profilaksis terus-menerus dapat dipertimbangkan bila ada 2 kriteria(termasuk poin 1

atau 2) yaitu:

1. Sebelum kejang demam pertama yang pertama sudah ada kelainan neurologis

atau perkembangan (misalnya serebral palsi atau mikrosefal)

2. Kejang demam lebih lama dari 15 menit, fokal atau diikuti kelainan neurologis

sementara atau menetap.

3. Ada riwayat kejang tanpa demam pada orang tua atau saudara kandung.

4. Bila kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan atau terjadi

kejang multipel dalam satu episode demam.

Bila hanya memenuhi satu kriteria saja dan ingin memberikan pengobatan jangka

panjang, maka diberikan profilaksis intermiten yaitu pada waktu anak demam dengan

diazepam oral atau rektal tiap 8 jam di samping antipiretik.1

Edukasi

1. Meyakinkan orang tua bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis

baik.

2. Memberitahu cara penanganan kejang

3. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali

Page 10: kejang demam

4. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif, tetapu harus

diingat efek samping obat.2,3

Beberapa hal yang harus dikerjakan bila menghadapi anak kejang:

1. Tetap tenang dan tidak panik

2. Kendorkan pakaian yang ketat, terutama sekitar leher

3. Bila tidak sadar, posisi anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan

muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah

tergigit, jangan memasukkan sesuatu ke dalam mulut.

4. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang

5. Tetap bersama pasien selama kejang

6. Berikan diazepam rectal, dan jangan berikan bila kejang telah berhenti

7. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung lebih dari 5 menit.2,3

Prognosis

Dengan penanggulangan yang cepat dan tepat, prognosisnya baik dan tidak

menyebabkan kematian. Frekuensi berulangnya kejang berkisar antara 25-50%,

umumnya terjadi pada 6 bulan pertama. Risiko untuk mendapatkan epilepsi rendah.1

DAFTAR PUSTAKA

1. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani W I, Setiowulan W. Kejang demam.

Dalam: Kapita selekta kedokteran. Ed 3(2). Jakarta: Media Aesculapius;

2000.h. 434-7.

2. Pusponegoro H D, Widodo D P, Ismael S. Konsensus penatalaksanaan kejang

demam. Jakarta: IDAI; 2006.h.1-14.

3. Staf Bagian IKA RS Husada. Kejang demam. Dalam: Pedoman diagnosis dan

penatalaksanaan beberapa penyakit anak. Jilid 3. Jakarta: RS Husada;

2011.h.55-7.