kejang demam

23
KEJANG DEMAM Kejang Demam No. ICPC II : N07 Convulsion/Seizure No. ICD X : R56.0 Febrile convulsions Tingkat Kemampuan: 4A Masalah Kesehatan Kejang Demam (KD) adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal > 38o C) akibat dari suatu proses ekstra kranial. Kejang berhubungan dengan demam, tetapi tidak terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab lain. Hasil Anamnesis (Subjective) Keluhan Keluhan utama adalah kejang. Anamnesis dimulai dari riwayat perjalanan penyakit sampai terjadinya kejang,kemudian mencari kemungkinan adanya faktor pencetus atau penyebab kejang. Umumnya kejang demam pada anak dan berlangsung pada permulaan demam akut, berupa serangan kejang klonik umum atau tonik klonik, singkat dan tidak ada tanda-tanda neurologi post iktal. Penting untuk ditanyakan riwayat kejang sebelumnya, kondisi medis yang berhubungan, obat-obatan, trauma, gejala infeksi, keluhan neurologis, nyeri atau cedera akibat kejang. Faktor risiko a. Demam 1. Demam yang berperan pada KD, akibat: • Infeksi saluran pernafasan • Infeksi saluran pencernaan • Infeksi saluran air seni • Roseola infantum • Paska imunisasi

Upload: muzayyanah

Post on 21-Dec-2015

214 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

kejang demam

TRANSCRIPT

Page 1: KEJANG DEMAM

KEJANG DEMAM Kejang Demam

No. ICPC II : N07 Convulsion/SeizureNo. ICD X : R56.0 Febrile convulsionsTingkat Kemampuan: 4A

Masalah KesehatanKejang Demam (KD) adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhutubuh (suhu rektal > 38o C) akibat dari suatu proses ekstra kranial. Kejangberhubungan dengan demam, tetapi tidak terbukti adanya infeksi intrakranialatau penyebab lain.

Hasil Anamnesis (Subjective)KeluhanKeluhan utama adalah kejang. Anamnesis dimulai dari riwayat perjalananpenyakit sampai terjadinya kejang,kemudian mencari kemungkinan adanyafaktor pencetus atau penyebab kejang.Umumnya kejang demam pada anakdan berlangsung pada permulaan demam akut, berupa serangan kejang klonikumum atau tonik klonik, singkat dan tidak ada tanda-tanda neurologi post iktal.Penting untuk ditanyakan riwayat kejang sebelumnya, kondisi medis yangberhubungan, obat-obatan, trauma, gejala infeksi, keluhan neurologis, nyeriatau cedera akibat kejang.

Faktor risikoa. Demam   1. Demam yang berperan pada KD, akibat:       • Infeksi saluran pernafasan       • Infeksi saluran pencernaan       • Infeksi saluran air seni       • Roseola infantum       • Paska imunisasi  2. Derajat demam:       • 75% dari anak dengan demam ≥ 390C       • 25% dari anak dengan demam > 400Cb. Usia   1. Umumnya terjadi pada usia 6 bulan – 6 tahun   2. Puncak tertinggi pada usia 17 – 23 bulan   3. Kejang demam sebelum 5 – 6 bulan mungkin disebabkan oleh infeksi       SSP   4. Kejang demam diatas umur 6 tahun, perlu dipertimbangkan febrile       seizure plus (FS+).c. Gen   1. Risiko meningkat 2 – 3x bila saudara kejang demam   2. Risiko meningkat 5% bila orang tua menderita kejang demam

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective)Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik dimulai dengan

Page 2: KEJANG DEMAM

- tanda-tanda vital,- mencari tanda-tanda trauma akut kepala, dan- adanya kelainan sistemik, terpapar zat toksik, infeksi, atau- adanya kelainan neurologis fokal.Bila terjadi penurunan kesadaran diperlukan pemeriksaan lanjutan untukmencari faktor penyebab.

Pemeriksaan penunjangUntuk menentukan faktor penyebab dan komplikasi kejang pada anak,diperlukan beberapa pemeriksaan penunjang antara lain, yaitu:a. Laboratorium darah, seperti: kadar gula darah, elektrolit, dan hitung    jenis. Pemeriksaan ini dianjurkan pada pasien dengan kejang pertama.b. Pemeriksaan urin direkomendasikan pada pasien yang tidak memiliki    kecurigaan fokus infeksi.

Penegakan Diagnosis (Assessment)Diagnosis KlinisDiagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Klasifikasi kejang demam terbagi menjadi 2, yaitu:

a. Kejang demam sederhana   1. Kejang generalisata   2. Durasi: < 15 menit   3. Kejang tidak disebabkan oleh adanya meningitis, encephalitis, atau       penyakit yang berhubungan dengan gangguan di otak   4. Kejang tidak berulang dalam 24 jam.

b. Kejang demam kompleks   1. Kejang fokal   2. Durasi: > 15 menit   3. Dapat terjadi kejang berulang dalam 24 jam.

Diagnosis Bandinga. Meningitisb. Ensefalitisc. Epilepsid. Gangguan metabolik, seperti: gangguan elektrolit.

Komplikasia. Kerusakan sel otakb. Risiko kejang atipikal apabila kejang demam sering berulang

Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)Penatalaksanaana. Keluarga pasien diberikan informasi selengkapnya mengenai kejang    demam dan prognosisnya.b. Pemberian farmakoterapi untuk mengatasi kejangnya adalah dengan:   1. Diazepam per rektal (0,5mg/kg) atau lorazepam (0,1 mg/kg) harus       segera diberikan jika akses intravena tidak dapat dibangun dengan

Page 3: KEJANG DEMAM

       mudah.   2. Buccal midazolam (0,5 mg/kg, dosis maksimal = 10 mg) lebih efektif       daripada diazepam per rektal untuk anak.   3. Lorazepam intravena, setara efektivitasnya dengan diazepam       intravena dengan efek samping yang lebih minimal (termasuk depresi       pernapasan) dalam pengobatan kejang tonik klonik akut. Bila akses       intravena tidak tersedia, midazolam adalah pengobatan pilihan.

Tabel 27. Farmakoterapi untuk mengatasi kejang

Konseling dan EdukasiKonseling dan edukasi dilakukan untuk membantu pihak keluarga mengatasipengalaman menegangkanakibat kejang demam dengan memberikan informasimengenai:  a. Prognosis dari kejang demam.  b. Tidak ada peningkatan risiko keterlambatan sekolah atau kesulitan       intelektual akibat kejang demam.  c. Kejang demam kurang dari 30 menit tidak mengakibatkan kerusakan      otak.  d. Risiko kekambuhan penyakit yang sama di masa depan.  e. Rendahnya risiko terkena epilepsi dan kurangnya manfaat      menggunakan terapi obat antiepilepsi dalam mengubah risiko itu.

Kriteria Rujukana. Apabila kejang tidak membaik setelah diberikan obat antikonvulsi.b. Apabila kejang demam sering berulang disarankan EEG.

Sarana Prasaranaa. Tabung O2b. Diazepam per rektal

PrognosisPrognosis umumnya dubia ad bonam, namun sangat tergantung dari kondisipasien saat tiba, ada/tidaknya komplikasi, dan pengobatannya.

Page 4: KEJANG DEMAM

2.6. KlasifikasiKejang demam terjadi pada 2-4% anak dengan umur berkisar antara 6 bulan sampai 5 tahun, insidens tertinggi pada umur 18 bulan.Kejang demam dibagi atas :

1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure).5,6 · Berlangsung singkat (< 15 menit) dan umumnya akan berhenti sendiri.· Kejang berbentuk umum (bangkitan kejang tonik dan atau klonik), tanpa gerakan fokal.· Kejang hanya sekali / tidak berulang dalam 24 jam.· Kejang demam sederhana merupakan 80% diantara seluruh kejang demam.2. Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure)5,6· Berlangsung lama (> 15 menit).· Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului kejang parsial.· Kejang berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang berulang lebih dari 2 kali dan diantara bangkitan kejang anak tidak sadar. Kejang lama terjadi pada 8 % bangkitan kejang demam.Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang didauhului kejang parsial.Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, diantara 2 bangkitan kejang anak sadar. Kejang berulang terjadi pada 16% diantara anak yang mengalami kejang demam.

2.7. Manifestasi KlinikKejang yang terkait dengan kenaikan suhu yang cepat dan biasanya berkembang bila suhu tubuh (dalam) mencapai 30oC atau lebih. Kejang khas menyeluruh, tonik-tonik lama beberapa detik sampai 10 menit, diikuti dengan periode mengantuk singkat pascakejang. Kejang demam yang menetap lebih lama 15 menit menunjukkan penyebab organik seperti proses infeksi atau toksik dan memerlukan pengamatan menyeluruh. Ketika demam tidak lagi ada pada saat anak sampai di rumah sakit, tanggung jawab dokter yang paling penting adalah menentukan penyebab demam dan mengesampingkan meningitis. Jika ada keragu-raguan berkenaan dengan kemungkinan meningitis, pungsi lumbal dengan pemeriksaan cairan serebrospinalis (CSS) terindikasi. Infeksi virus saluran pernapasan atas, roseola dan otitis media akut adalah penyebab kejang demam yang paling sering.Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti untuk sesaat anak tidak memberikan reaksi apapun, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa ada kelainan neurologi.A. Anamnesis

Page 5: KEJANG DEMAM

v Adanya kejang, jenis kejang, lama kejang, suhu sebelum/saat kejang, frekuensi, interval, pasca kejang, penyebab kejang di luar SSP.v Riwayat Kelahiran, perkembangan, kejang demam dalam keluarga, epilepsi dalam keluarga (kakak-adik, orang tua).v Singkirkan dengan anamnesis penyebab kejang yang lainnya.

B. Pemeriksaan Fisik· Kesadaran· suhu tubuh· tanda rangsang meningkat· tanda peningkatan tekanan intracranial seperti: kesadaran menurun, muntah proyektil, fontanel anterior menonjol, papiledema tanda infeksi di luar SSP.· Tanda ifeksi diluar SSP misalnya otitis media akut, tonsilitis, bronkitis, furunkulosis, dan lain-lain1

C. Pemeriksaan Nervi KranialisUmumnya tidak dijumpai adanya kelumpuhan nervi kranialis

2.8. Kriteria DiagnosisKejang demam terjadi pada 2-4% anak berusia 6 bulan - 5 tahun. Kejang disertai demam pada bayi <> 5 tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain seperti infeksi SSP, atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam. Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang saat demam, tidak termasuk dalam kejang demam.

Ø Kejang didahului oleh demamØ Pasca kejang anak sadar kecuali kejang lebih dari 15 menitØ Pemeriksaan punksi lumbal normal

Pengamatan kejang tergantung pada banyak faktor, termasuk umur penderita, tipe dan frekuensi kejang, dan ada atau tidak adanya temuan neurologis dan gejala yang bersifat dasar. Pemeriksaan minimum untuk kejang tanpa demam pertama pada anak yang lainnya sehat meliputi glukosa puasa, kalsium, magnesium, elektrolit serum dan EEG. Peragaan discharge (rabas) paroksismal pada EEG selama kejang klinis adalah diagnostik epilepsi, tetapi kejang jarang terjadi dalam laboratorium EEG. EEG normal tidak mengesampingkan diagnosis epilepsi, karena perekaman antar-kejang normal pada sekitar 40% penderita. Prosedur aktivasi yang meliputi hiperventilasi, penutupan mata, stimulasi cahaya, dan bila terindikasi, penghentian tidur dan perempatan elektrode khusus (misal hantaran zigomatik), sangat meningkatkan hasil positif, discharge (rabas) kejang lebih mungkin direkam pada bayi dan anak daripada remaja atau dewasa.Memonitor EEG lama dengan rekaman video aliran pendek dicadangkan pada penderita yang terkomplikasi dengan kejang lama dan tidak responsif. Monitor EEG ini memberikan metode yang tidak terhingga nilainya untuk perekaman kejadian

Page 6: KEJANG DEMAM

kejang yang jarang diperoleh selama pemeriksaan EEG rutin. Tehnik ini sangat membantu dalam klasifikasi kejang karena ia dapat secara tepat menentukan lokasi dan frekuensi discharge (rabas) kejang saat perubahan perekaman pada tingkat yang sadar dan adanya tanda klinis. Penderita dengan kejang palsu dapat dengan mudah dibedakan dari kejang epilepsi sejati, dan tipe kejang (misal, kompleks parsial vs menyeluruh) dapat lebih dikenali dengan tepat, yang adalah penting pada pengamatan anak yang mungkin merupakan calon untuk pembedaan epilepsi.Peran skenning CT atau MRI pada pengamatan kejang adalah kontroversial. Hasilnya pada penggunaan rutin tindakan ini pada penderita dengan kejang tanpa demam pertama dan pemeriksaan neurologis normal adalah dapat diabaikan. Pada pemeriksaan anak dengan gangguan kejang kronis, hasilnya adalah serupa. Meskipun sekitar 30% anak ini menunjukkan kelainan struktural (misal atrofi korteks setempat atau ventrikel dilatasi), hanya sedikit sekali manfaat dari intervensi aktif sebagai akibat dari skenning CT dengan demikian, skenning CT atau MRI harus dicadangkan untuk penderita yang pemeriksaannya neurologis abnormal. Kejang sebagian yang lama, tidak mempan dengan terapi antikonvulsan, defisit neurologis setempat, dan bukti adanya kenaikan tekanan intrakranial merupakan indikasi untuk pemeriksaan pencitraan saraf.Pemeriksaan CSS terindikasi jika kejang berkemungkinan terkait dengan proses infeksi, perdarahan subaraknoid, atau gangguan demielinasi. Uji metabolik spesifik digambarkan pada seksi mengenai kejang neonatus dan status epileptikus.

2.9. Pemeriksaan PenunjangA. Pemeriksaan laboratorium· Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau keadaan lain, misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam.· Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya : darah perifer, elektrolit dan gula darah.· Lumbal pungsi :Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Resiko terjadinya meningitis bakterialis adalah 0,6%-6,7%.Meningitis dapat menyertai kejang, walupun kejang biasanya bukan satu-satunya tanda meningitis.Factor resiko meningitis pada pasien yang datang dengan kejang dan demam meliputi berikut ini:Kunjungan ke dokter dalam 48 jamAktivitas kejang saat tiba di rumah sakitKejang fokal, penemuan fisik yang mencurigakan (seperti merah-merah pada kulit, petekie) sianosis, hipotensiPemeriksaan saraf yang abnormal§ Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada :

Page 7: KEJANG DEMAM

- Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan- Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan- Bayi > 18 bulan tidak rutin§ Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.

B. Pencitraan· Foto X-Ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT-Scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti :- Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)- Paresis Nervus VI- Papiledema· CT scan sebaiknya dipertimbangkan pada pasien dengan kejang demam kompleks. 

C. Tes lain (EEG)· Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan.· Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam tak khas; misalnya pada anak usia > 6 tahun atau kejang demam fokal.· EEG tidak diperlukan pascakejang demam sederhana karena rekamannya akan membuktikan bentuk Non-epileptik atau normal dan temuan tersebut tidak akan mengubah manajemen. EEG terindikasi untuk kejang demam atipik atau pada anak yang berisiko untuk berkembang epilepsi. Kejang demam atipik meliputi kejang yang menetap selama lebih dari 15 menit, berulang selama beberapa jam atau hari, dan kejang setempat. Sekitar 50% anak menderita kejang demam berulang dan sebagian kecil menderita kejang berulang berkali-kali. Faktor resiko untuk perkembangan epilepsi sebagai komplikasi kejang demam adalah riwayat epilepsi keluarga positif, kejang demam awal sebelum umur 9 bulan, kejang demam lama atau atipik, tanda perkembangan yang terlambat, dan pemeriksaan neurologis abnormal. Indidens epilepsi adalah sekitar 9% bila beberapa faktor risiko ada dibanding dengan insiden 1% pada anak yang menderita kejang demam dan tidak ada faktor resiko.

2.10. Diagnosis BandingPenyebab lain kejang yang disertai demam harus disingkirkan, khususnya meningitis atau ensefalitis. Adanya sumber infeksi seperti otitis media tidak menyingkirkan meningitis, dan jika pasien telah mendapatkan antibiotika maka perlu pertimbangan pungsi lumbal.3Adapun diagnosis banding kejang pada anak dan bayi adalah gemetar, apnea dan mioklonus nokturnal benigna.Kejang pada anak merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit. Gangguan primer mungkin terdapat intrakranium atau ekstrakranium. Berbagai penyakit intra

Page 8: KEJANG DEMAM

serebral dan gangguan metabolik yang juga dapat menyebabkan kejang antara lain :

1. Kelainan intrakranium- Meningitis- Ensefalitis- Infeksi subdural dan epidural- Abses otak- Trauma kepala- Stroke dan AVM- Cytomegalic inclusion disease

2. Gangguan metabolik- Hipoglikemi- Defisiensi vitamin B-6- Gangguan elektrolit seperti hiponatremia, hipokalsemia, porfiria- Keracunan

3. EpilepsiEpilepsi adalah suatu gangguan serebral kronik dengan berbagai macam etiologi, yang dicirikan oleh timbulnya serangan paroksismal yang berkala, akibat lepas muatan listrik neuron-neuron serebral secara eksesif.

MENINGITIS6Meningitis merupakan peradangan selaput otak yang disebabkan oleh bakteri patogen. Ditandai dengan peningkatan jumlah sel polimorfonuklear dalam cairan serebrospinal dan terbukti adanya bakteri penyebab infeksi dalam cairan serebrospinal.

Manifestasi klinisa. AnamnesisMeningitis bakterialis pada anak seringkali didahului infeksi pada saluran napas atas atau pencernaan seperti demam, batuk, pilek, diare dan muntah. Demam, nyeri kepala dan meningismus dengan atau tanpa penurunan kesadaran merupakan hal yang sangat sugestif meningitis. Banyak gejala meningitis berkaitan dengan usia; anak berusia kurang dari tiga tahun jarang mengeluh nyeri kepala.b. Pemeriksaan fisik· Gangguan kesadaran dapat berupa penurunan kesadaran atau iritabel· Dapat juga ditemukan ubun-ubun yang menonjol, kaku kuduk atau tanda rangsang meningeal lain, kejang dan defisit neurologist fokal.· Tanda rangsang meningeal mungkin tidal ditemukan pada anak kurang dari satu tahun.Kriteria diagnosisè Diagnosis ditegakkan dengan manifetasi klinis dan pemeriksaan penunjang.

Page 9: KEJANG DEMAM

Pemeriksaan penunjang· Darah perifer lengkap, gula darah, elektrolit darah, biakan darah.· Pungsi lumbal : jumlah sel 100-10.000/µl, dengan hitung jenis sel polimorfonuklear, protein 200-500mg/dl, glukosa < 40mg/dl, pewarnaan gram, biakan dan uji resistensi, identifikasi antigen (aglutinasi latex)· Pada kasus berat pungsi lumbal harus ditunda (dengan pemberian antibiotika empiris, penundaan 2-3 hari tidak mengubah niulai diagnostik kecuali untuk identifikasi kuman· Pemeriksaan CT atau MRI kepala (pada kasus berat)· Pemeriksaan eletroensefaligrafi bila ada kejangENSEFALITIS6Ensefalitis ialah infeksi jaringan otak oleh berbagai macam mikroorganisme, misalnya bakteri, ptozoa, cacing, spichaeta, atau virus. Penyebab yang tersering dan terpenting adalah virus. Pada banyak pasien sering terjadi keterlibatan leptomeningeal (meningoensefalitis), sedangkan ensefalomielitis menunjukkan keterlibatan medulla spinalis. Manifestasi klinis bervariasi mulai dari demam tidak tinggi disertai sakit kepala, sampai keadaan berat, koma, kejang dan kematian. Awitan ensefalitis dapat secara tiba-tiba atau gradual. Komplikasi yang dapat terjadi termasuk kenaikan tekanan intrakranial, edema otak dan syndrome of inappropriate antidiuretic hormone (SIADH) secretion. Ensefalitis dapat menyebabkan gejala sisa neurologis seperti kejang/ epilepsi, tuli, atau buta.

Manifestasi klinis· Gejala khas berupa suhu naik mendadak, dapat sampai hiperpireksi, nyeri kapala, muntah dan perubahan tingkah laku· Kedaran menurun· Kejang umum dan/atau fokal atau hanya ’twitching’ saja. Pada kejang fokal dicurigai penyebab virus herpes simpleks· Gejala serebral lainnya dapat berupa ataksis, paresis, paralisis, afasia dan sebagainya.· Gerakan involunter (bila terkena ganglia basalis)Pemeriksaan laboratorium· Pemeriksaan LCS, biasanya jernih dengans el normal, atau sedikit meningkat 50-500 per mm3, hitung jenis didominasi sel limfosit.· Banyak pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan namun jarang bersifat diagnostik.· Darah tepi lengkap, dapat menunjukkan polimorfonuklear ringan atau leukositosis mononuklear.· Pemeriksaan cairan serebrospinal : biasanya cairan jernih, jumlah sel normal aqtau sedikit meningkta terutama limfosiy, sedikit peningkatan protein, kadar gula normal atau sedikit menurun.· Biakan darah.· Elektrolit lengkap.· Pemeriksaan serologik darah.

Page 10: KEJANG DEMAM

· MRI/CT scan kepala biasanya hanya memperlihatkan edema otak baik umum maupun fokal.· EEG biasanya menunjukkan gambaran abnormal berupa aktivitas gelombang lambat umum.

2.11. PenatalaksanaanAda 3 hal yang perlu dikerjakan, yaitu(1) pengobatan fase akut ;(2) mencari dan mengobati penyebab ; dan (3) pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang demam.

1. Pengobatan fase akutPenatalaksanaan saat kejang :Sering kali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang, yang perlu diperhatikan adalah ABC (Airway, Breathing,Circulation). Perhatikan juga keadaan vital seperti kesadaran, tekanan darah, suhu, pernapasan dan fungsi jantung. Suhu tubuh yang tinggi diturunkan dengan kompres air hangat dan pemberian antipiretik.Obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan Intravena (IV). Dosis diazepam IV 0,3-0,5 mg/kgbb/kali dengan kecepatan 1-2 mg/menit dalam waktu 3-5 menit dengan dosis maks 20 mg.Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atu dirumah adalah diazepam rektal (level II-2, level II-3, rekomendasi B). Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg dengan berat diatas 10 kg. dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun dan dosis 7,5 mg diatas 3 tahun.Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum terhenti, dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval 5 menit. Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Dirumah sakit dapat diberikan diazepam IV dengan dosis 0,3 -0,5 mg/kg.Bila kejang tetap belum berhenti berikan fenitoin dengan dosis awal 10-20 mg/kgbb IV perlahan-lahan 1 mg/kgbb/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin kejang tidak berhenti juga maka pasien harus dirawat diruang intensif. Setelah pemberian fenitoin, harus dilakukan pembilasan dengan NaCl fisiologis karena fenitoin bersifat basa dan dapat menyebabkan iritasi vena.Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam apakah kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor resikonya.

Pemberian Antipiretik :Pemberian antipiretik tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan obat ini mengurangi resiko terjadinya kejang demam (level I, rekomendasi D), namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat diberikan (level III, rekomendasi B). Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali diberikan dalam 4 kali pemberian per hari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen adalah 5-10

Page 11: KEJANG DEMAM

mg/kg/kali, 3-4 kali sehari. Asam asetilsalisilat tidak dianjurkan karena kadang dapat menyebabkan sindrom Reye pada anak kurang dari 18 bulan.

Pemberian Antikonvulsan :Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam menurunkan risiko berulang kejang pada 30%-60% kasus, begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/ kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5oC (level I, rekomendasi A)Fenobarbital, karbamazepin, dan fenitoin pada saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam (level II, rekomendasi E)

Pemberian obat rumat :Pemberian obat rumat hanya diberikan dengan indikasi berikut:· Kejang lama >15 menit· Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retatdasi mental, hidrosefalus.· Kejang fokal· Pengobatan rumatan dipertimbangkan bila:o Kejang berulang 2 X atau lebih dalam 24 jamo Kejang demam 4 X atau lebih pertahunSebagian besar peneliti setuju bahwa kejang demam > 15 menit merupakan indikasi pengobatan rumat. Kelaian neurologis tidak nyata misalkan keterlambatan perkembangan ringan bukan indikasi pengobatan rumat. Kejang fokal atau fokal menjadi umum menunjukkan bahwa anak mempunyai fokus organik.

Jenis antikonvulsan untuk pengobatan rumat :Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam menurunkan risiko berulang kejang (level I). berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping, maka pengobatan rumat hanya diberikan terhadap kasus selektif dan dalam jangka pendek (rekomendasi D).Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50% kasus. Dosis asam valproat pada anak anak adalah 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis, dan dosis fenobarbital 3-4mg/kg per hari dalam 1-2 dosis.

Lama Pengobatan Rumat :Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian diberhentikan secara bertahap selama 1-2 tahun.

2. Mencari dan mengobati penyebab.Pemeriksaan LCS dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai meningitis,

Page 12: KEJANG DEMAM

misalnya bila ada gejala meningitis atau bila kejang demam berlangsung lama.

3. Pengobatan profilaksisAda 2 cara profilaksis, yaitu :(1) profilaksis intermiten saat demam dan(2) profilaksis terus-menerus dengan antikonvulsan setiap hariUntuk profilaksis intermiten diberikan diazepam secara oral dengan dosis 0,3-0,5mg/kgbb/hari dibagi dalam 3 dosis saat pasien demam. Diazepam dapat pula diberikan secara intrarektal tiap 8 jam sebanyak 5 mg (BB<10kg)>10kg) setiap pasien menunjukan suhu >38,5oc. Efek samping diazepam adalah ataksia, mengantuk dan hipotonia.Profilaksis terus-menerus berguna untuk mencegah berulangnya kejang demam berat yang dapat menyebabkan kerusakan otak tapi dapat mencegah terjadinya epilepsi di kemudian hari. Digunakan fenobarbital 4-5 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis atau obat lain seperti asam valproat dengan dosis 15-40 mg/kgbb/hari. Antikonvulsan profilaksis terus-menerus diberikan selama 1-2 tahun setalah kejang terakhir dan dihentikan bertahap selama 1-2 bulan.Profilaksis terus-menerus dapat dipertimbangkan bila ada 2 kriteria (termasuk poin 1 atau 2) yaitu :1. Sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologis atau perkembangan (misalnya serebral palsi atau mikrosefal)2. Kejang demam lebih dari 15 menit, fokal, atau diikuti kelainan neurologis sementara atau menetap3. Ada riwayat kejang tanpa demam pada orang tua atau saudara kandung.4. Bila kejang demam terjadi pada bayi berumur <12 bulan atau terjadi kejang multipel dalam satu episode demam.Bila hanya memenuhi 1 kriteria saja dan ingin memberikan pengobatan jangka panjang, maka berikan profilaksis intermiten yaitu pada waktu anak demam dengan diazepam oral atau rektal tiap 8 jam disamping antipiretik.

VAKSINASI :Sejauh ini tidak ada kontraindikasi untuk melakukan vaksinasi terhadap anak yang mengalami kejang demam. Kejang setelah demam karena vaksinasi sangat jarang. Angka kejadian pasca vaksinasi DPT asalah 6-9 kasus per 100.000 anak yang divaksinasi sedangakan setelah vaksinasi MMR 25-34 per 100.000. dianjurkan untuk memberikan diazepam oral atau MMR. Beberapa dokter maka merekomendasikan parasetamol padasaat vaksinasi hingga 3 hari kemudian.

2.12. Komplikasi10Komplikasi yang dapat terjadi pada anak dengan kejang demam antara lain:18o sewaktu terjadi serangan kejang demam :§ trauma akibat jatuh atau terhantuk objek sekitar§ mengigit tangan orang lain§ aspirasi cairan ke dalam paru yang dapat menimbulkan pneumonia

Page 13: KEJANG DEMAM

o efek samping obat antikonvulsan yang digunakan seperti hiperaktivitas, iritabilitas, letargi, rash, dan penurunan intelegensiao komplikasi meningitis sebagai etiologi kejang demamo kejang berulang tanpa disertai demam

2.13. Prognosis3,6,13Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis :Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum atau fokal. Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan.1. KematianDengan penanganan kejang yang cepat dan tepat, prognosa biasanya baik, tidak sampai terjadi kematian.Dalam penelitian ditemukan angka kematian KDS 0,46 % s/d 0,74 %.2. Terulangnya KejangKemungkinan terjadinya ulangan kejang kurang lebih 25 s/d 50 % pada 6 bulan pertama dari serangan pertama.3. EpilepsiAngka kejadian Epilepsi ditemukan 2,9 % dari KDS dan 97 % dari Epilepsi yang diprovokasi oleh demam. Resiko menjadi Epilepsi yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita KDS tergantung kepada faktor :- riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga- kelainan dalam perkembangan atau kelainan sebelum anak menderita KDS- kejang berlangsung lama atau kejang fokal.Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor di atas, maka kemungkinan mengalami serangan kejang tanpa demam adalah 13 %, dibanding bila hanya didapat satu atau tidak sama sekali faktor di atas.4. HemiparesisBiasanya terjadi pada penderita yang mengalami kejang lama (berlangsung lebih dari setengah jam) baik kejang yang bersifat umum maupun kejang fokal. Kejang fokal yang terjadi sesuai dengan kelumpuhannya. Mula-mula kelumpuhan bersifat flacid, sesudah 2 minggu timbul keadaan spastisitas. Diperkirakan + 0,2 % KDS mengalami hemiparese sesudah kejang lama.5. Retardasi MentalDitemuan dari 431 penderita dengan KDS tidak mengalami kelainan IQ, sedang kejang demam pada anak yang sebelumnya mengalami gangguan perkembangan atau kelainan neurologik ditemukan IQ yang lebih rendah. Apabila kejang demam diikuti dengan terulangnya kejang tanpa demam, kemungkinan menjadi retardasi mental adalah 5x lebih besar.

Kemungkinan berulangnya kejang demam :Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor resiko berulangnya kejang demam adalah :1. Riwayat kejang demam dalam keluarga2. Usia < 12 bulan

Page 14: KEJANG DEMAM

3. Suhu rendah saat kejang demam4. Cepatnya kejang setelah demamBila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya kejang demam hanya 10-15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar pada tahun pertama.

Faktor Resiko terjadinya epilepsi :Faktor resiko lain adalah terjadinya epilepsi di kemudian hari. Faktor resiko menjadi epilepsi adalah :1. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama.2. Kejang demam kompleks3. Riwayat epilepsi pada orangtua atau saudara kandung.Masing-masing faktor risiko meningkatkan risiko epilepsi sampai 4%- 6%; kombinasi faktor risiko tersebut meningkatkan risiko epilepsi menjadi 10%-49%. Risiko epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumat/profilaksis pada kejang demam.

2.14. Edukasi pada Orang TuaKejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saat kejang sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal. Kecemasan ini dapat dikurangi dengan cara antara lain:1. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik2. Memberitahukan cara penanganan kejang3. Memberi informasi tentang risiko kejang berulang4. Pemberian obat pencegahan memang efektif, tetapi harus diingat risiko efek samping obat

Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang :1. Tetap tenang dan tidak panik2. Kendorkan pakaian yang ketat, terutama sekitar leher3. Jika tidak sadar, posisikan anak telentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan atau lendir di mulut dan/atau hidung. Walaupun ada risiko lidah tergigit, jangan masukkan apapun ke dalam mulut.4. Ukur suhu tubuh, catat lama dan bentuk/sifat kejang5. Tetap bersama anak selama kejang6. Berikan diazepam per rektal. Jangan diberikan jika kejang telah berhenti.7. Bawa ke dokter atau rumah sakit jika kejang berlangsung 5 menit.

2.15. Pemantauan6· Tumbuh kembang. Walaupun secara umum benign, tapi sangat mencemaskan orang tua, akibat kejadian berulangnya tinggi, meningkatkan kejadian epilepsy dan dapat merusak jaringan otak.· Pasien kejang demam dirujuk atau dirawat dirumah sakit apabila :

Page 15: KEJANG DEMAM

o Kejang demam komplekso Hiperpireksiao Kejang demam pertamao Usia dibawah 6 bulano Dijumpai kelainan neurologis

KEJANG DEMAMDEFINISI:Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium

PENYEBAB:Belum jelas, kemungkinan dipengaruhi oleh faktor keturunan/genetikGEJALA: Ada 2 bentuk kejang demam, yaitu:1. Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai berikut:

Kejang berlangsung singkat, < 15 menit  Kejang umum tonik dan atau klonik  Umumnya berhenti sendiri  Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam 

2. Kejang Demam Komplikata (Complex Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai berikut:

Kejang lama, > 15 menit  Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial  Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam 

PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS

Keluhan: Biasanya didapatkan riwayat kejang demam pada anggota keluarga lainnya (ayah, ibu atau saudara kandung).

Pemeriksaan saraf(neurologis): Tidak didapatkan kelainan Pemeriksaan laboratorium: Pemeriksaan rutin tidak dianjurkan, kecuali untuk mengevaluasi sumber infeksi atau mencari penyebab (darah tepi, elektrolit dan gula darah) 

Pemeriksaan Rongent/X Ray(Radiologi): X-ray kepala, CT Scan kepala atau MRI tidak rutin dan hanya dikerjakan atas indikasi 

Pemeriksaan cairan otak(cairan serebrospinal (CSS)): Tindakan pungsi lumbal untuk pemeriksaan CSS dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis(infeksi otak). 

Page 16: KEJANG DEMAM

Pada bayi kecil, klinis meningitis tidak jelas, maka tindakan pungsi lumbal dikerjakan dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Bayi < 12 bulan: diharuskan 2. Bayi antara 12-18 bulan: dianjurkan 3. Bayi > 18 bulan: tidak rutin, kecuali bila ada tanda-tanda menigitis  Pemeriksaan rekam otak (elektroensefalografi (EEG)): Tidak direkomendasikan,

kecuali pada kejang demam yang tidak khas (misalnya kejang demam komplikata pada anak usia >6 tahun atau kejang demam fokal) 

PENGOBATAN/PENATALAKSANAANPenatalaksanaan kejang demam meliputi penanganan pada saat kejang dan pencegahan kejang.1. Penanganan Pada Saat Kejanga. Menghentikan kejang: Diazepam dosis awal 0,3-0,5 mg/KgBB/dosis IV (perlahan-lahan) atau 0,4-0,6mg/KgBB/dosis REKTAL SUPPOSITORIA. Bila kejang masih belum teratasi dapat diulang dengan dosis yang sama 20 menit kemudianb. Turunkan demam: Antipiretika: Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO atau Ibuprofen 5-10 mg/KgBB/dosis PO, keduanya diberikan 3-4 kali perhari Kompres: suhu > 39C: air hangat; suhu >38C: air biasac. Pengobatan penyebab: antibiotika diberikan sesuai indikasi dengan penyakit dasarnyad. Penanganan suportif lainnya meliputi: 

Bebaskan jalan nafas  Pemberian oksigen  Menjaga keseimbangan air dan elektrolit  Pertahankan keseimbangan tekanan darah 

2. Pencegahan Kejanga. Pencegahan berkala (intermiten) untuk kejang demam sederhana dengan Diazepam 0,3 mg/KgBB/dosis PO dan antipiretika pada saat anak menderita penyakit yang disertai demamb. Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata dengan Asam Valproat 15-40 mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 2-3 dosis

PROGNOSISApabila tidak diterapi dengan baik, kejang demam dapat berkembang menjadi:

1. Kejang demam berulang 

Page 17: KEJANG DEMAM

2. Epilepsi 3. Kelainan motorik 4. Gangguan mental dan belajar