kejang demam
DESCRIPTION
demamTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Mikrobiologi, Patologi, Patofisiologi dan Farmakologi merupakan bagian penting
dalam penentuan suatu penyakit dan penyebabnya. Dengan mempelajari ilmu ini
diharapkan kita memahami betul jenis penyakit yang dapat timbul dari mikroba atau
makhluk hidup merugikan lainnya dan akibat yang ditimbulkan darinya. Setelah kita
memahami itu semua kita bisa mencari solusi yang tepat untuk penanggulangan
penyakit tersebut. Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada saat seorang
bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang demam
biasanya terjadi pada awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat,
kemudian kaku, kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk
beberapa waktu, napas akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari
biasanya. Setelah kejang, anak akan segera normal kembali. Kejang biasanya
berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari
15 menit.
2. Tujuan Penulisan
2.1 Tujuan Umum
Untuk memacu para mahasiswa berpikir secara kritis serta menambah
pengetahuan dan wawasan para mahasiswa.
2.2 Tujuan Khusus
Setiap mahasiswa mampu memahami materi tentang segala sesuatu
yang berhubungan dengan Febris Convulsion ( kejang Demam)
3. Maksud Penulisan
Adapun maksud dan penulisan antara lain :
Untuk memenuhi salah satu tugas BSRN 3
1
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai segala sesuatu
yang berhubungan dengan Febris Convulsion ( kejang Demam).
4. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dalam penyusunan makalah ini, antara lain :
1. Manfaat bagi individu untuk menambah pengetahuan dan wawasan
khususnya mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan Febris
Convulsion ( kejang Demam)
2. Manfaat bagi kelompok dapat memberikan stimulasi kerjasama tim dan
kekompakan kelompok.
5. Sistematika Penulisan
Pada bab I yakni Pendahuluan, bab ini berisikan latar belakang, tujuan penulisan
yang meliputi tujuan umum dan tujuan khusus,maksud penulisan,manfaat dan
sistematika penulisan yang kami paparkan serta jelaskan secara rinci.
Kemudian pada bab II yakni Pembahasan, bab ini berisikan isi secara keseluruhan
dari materi yang kami sajikan yaitu tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan Febris Convulsion ( kejang Demam).
Pada bab III yakni kesimpulan, bab ini berisikan tentang simpulan akhir yang
dapat kami simpulkan dari materi isi yang kami sajikan pada makalah ini
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Febris Convulsion (kejang demam)
2.1.1 Pengertian
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal lebih dari 380 C) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium. (Arif Mansjoer. 2000)
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau anak
mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat (1,2). Hal ini dapat
terjadi pada 2-5 % populasi anak. Umumnya kejang demam ini terjadi pada
usia 6 bulan – 5 tahun dan jarang sekali terjadi untuk pertama kalinya pada
usia <> 3 tahun. (Nurul Itqiyah, 2008)
Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba
yang mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau
memori yang bersifat sementara (Hudak and Gallo,1996).
Jadi menurut pendapat kami, kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi
karena peningkatan suhu tubuh yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima
tahun.
2.1.2 Etiologi Kejang Demam
a. Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)
b. Gangguan metabolik
c. Penyakit infeksi diluar susunan saraf misalnya tonsilitis, otitis media,
bronchitis.
d. Keracunan obat
e. Faktor herediter
3
f. Idiopatik.
Faktor terjadinya kejang yaitu sebagai berikut :
a. Riwayat penyakit kejang tanpa demam pada keluarga
b. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum klien
mengalami kejang demam
c. Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal.
2.1.3 Patofisiologi
Infeksi yang terjadi pada jaringan diluar kranial seperti tonsilitis, otitis media
akut, bronkitis penyebab terbanyaknya adalah bakteri yang bersifat toksik.
Toksik yang dihasil kan oleh mikroorganisme dapat menyebar keseluruh tubuh
melalui ematogen maupun limfogen.
Penyebaran toksik keseluruh tubuh akan direspon oleh hipotalamus sebagai tanda
tubuh mengalami bahaya secara sistemik. Naiknya pengaturan suhu
dihipotalamus akan merangsang kenaikan suhu dibagian tubuh yang lain seperti
otot, kulit sehingga terjadi peningkatan kontrasi otot.
Naiknya suhu dihipotalamus, otot, kulit dan jaringan tubuh yang lain akan
disertai pengeluaran mediator kimia seperti epinefrin dan protaglandin.
Pengeluaran mediator kimia ini dapat merangsang peningkatan potensial aksi
pada neuron. Pengingkatan potensial inilah yang merangsang perpindahan ion
natrium, ion Kalium dengan cepat dari luar sel menuju ke dalam sel’ Peristiwa
inilah yang diduga dapat menaikan fase depolasisasi neuron dengan cepat
sehingga timbul kejang .
Serangan yang cepat itulah yang dapat menjadikan anak mengalami penurunan
respon kesadaran , otot ekstermitas maupun bronkus juga dapat mengalami
spasma sehingga anak beresiko terhadap injuri dan kelangsungan jalan nafas oleh
penutupan lidah dan spasma bronkus.
4
Patofisiologi kejang demam dapat dilihat pada bagan dibawah ini.
Infeksi pada bronkus,tonsil dan telinga
Toksik mikroorganisme menyebar secara hematogen dan limfogen
Kenaikan suhu di hipotalamus dan jaringan lain Hipertermi
Pelepasan mediator kimia oleh neuron seperti prostaglandin,epinfrin
Peningkatan potensial membran
Peningkatan masukan ion natrium,ion kalium ke dalam sel neuron dengan cepat
Fase depolarisasi neuron dan otot cepat
Penurunan respon rangsangan dari luar spasma otot mulut,lidah,bronkus
Resiko cedera resiko penyempitan/penutupan jalan nafas
5
Kesadaran menurun
Gangguan pemenuhan nutrisi
2.1.4 Klasifikasi Febris Convulsion (Kejang Demam)
Kejang adalah masalah neurologik yang relative sering dijumpai. Kejang terjadi akibat
lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari satu populasi neuron yang sangat
mudah terpicu (focus kejang) sehingga mengganggu fungsi normal otak . kejang juga
terjadi dari jaringan otak normal di bawah kondisi patologik tertentu, seperti perubahan
keseimbangan asam-basa atau elektrolit.
Kejang rekuren, spontan, dan tidak disebabkan oleh kelainan metabolisme yang terjadi
bertahun-tahun disebut epilepsy. Bangkitnya motorik generalisata yang menyebabkan
hilangnya kesadaran dan kombinasi kontraksi otot tonik-klonik sering disebut kejang.
Kejang konvulasi biasanya menimbulkan kontraksi otot rangka yang hebat dan
involunter yang mungkin meluas dari satu bagian tubuh keseluruh tubuh atau mungkin
terjadi secara mendadak disertai keterlibatan seluruh tubuh.
1. Kejang Parsial
Adalah kejang dengan kesadaran utuh mungkin berubah; fokus pad suatu bagian
tetapi dapat menyebar kebagian lain. Kejang parsial dimulai disuatu daerah diotak,
biasanya kortek selebrum. Gejala kejang ini bergantung pada lokasi fokus diotak.
Kejang parsial dibagi menjadi:
a. Parsial sederhana (kesadaran utuh) dapat bersifat motorik, sensorik, autonomik,
dan pisikik. Biasanya berlangsung kurang dari satu menit.
b. Parsial kompleks (kesadaran berubah tetapi tidak hilang) dimulai sebagai
kejang persial sederhana; berkembang menjadi perubahan kesadaran yang
disadari oleh gejala motorik, gejala sensorik, otomatisme (mengunyah,
menarik-narik baju). Beberapa kejang parsial kompleks mungkain berkembang
menjadi kejang generalisata. Biasasnyaqn terjadi 1-3 menit.
6
2. Kejang Generalisata
Kejang generalisata menyebabkan seluruh korteks serebrum dan diensepalon serta
ditandai dengan awitan aktifitas kejang yng bilateral dan simetrik yang terjadi
dikedua hemisfer tanpa tanda-tanda bahwa kejang berawal sebagai kejang fokal.
Pasien tidak sadarf dan tidak mengetahui keadaan sekelilingnya saat mengalami
kejang. Kejang ini biasanya muncul tanpa aura atau peringatan terlebih dahulu (tiba-
tiba). Kejang ini dibagi menjadi:
a. Kejang Absence ditandai dengan hilangnya kesadaran secara singkat, jarang
berlangsung lebih dari beberapa detik.
b. Kejang Tonik-Klonik adalah kejang epilepsi yang klasik. Kejang tonik-klonik
diawali hilangnya kesadaran dengan cepat.
Pada umumnya kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 macam yaitu:
1. Kejang demam sederhana
Kejang demam sederhana adalah kejang demam yang berlangsung kurang dari
15 menit dan bersifat umum.
2. Kejang demam kompleks
Kejang demam kompleks adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit,
focal atau multiple (lebih dari 1 kali kejang demam dalam 24 jam) disini anak
sebelumnya dapat mempunyai kelainan neurology atau riwayat kejang demam
atau tanpa demam dalam keluarga (Mansjoer Arif, 2000).
2.1.5 Manifestasi Klinis
Gejala berupa :
1. Suhu anak tinggi
2. Anak pucat atau diam saja
7
3. Mata terbelalak ke atas disertai kekakuan dan kelemahan
4. Umumnya kejang , demamnya berlangsung singkat
5. Gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekakuan atau hanya
sentakan atau kekakuan fokal
6. Serangan tonik klonik (dapat berhenti sendiri)
7. Kejang dapat diikuti sementara beberapa menit
8. Seringkali kejang berhenti sendiri
2.1.6 Komplikasi
1. Kerusakan sel otak
2. Penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lama lebih dari 15
menit dan bersifat unilateral
3. kelumpuhan
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
1. EEG
Untuk membuktikan jenis kejang fokal / gangguan difusi otak akibat lesi
organik, melalui pengukuran EEG ini dilakukan 1 minggu atau kurang
setelah kejang.
2. CT SCAN
Untuk mengidentifikasi lesi serebral, mis: infark, hematoma, edema serebral,
dan Abses.
3. Pungsi Lumbal
Pungsi lumbal adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di
otak dan kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis
4. Laboratorium
Darah tepi, lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, Trombosit ) mengetahui sejak dini
apabila ada komplikasi dan penyakit kejang demam.
8
2.1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang di lakukan saat pasien di rumah sakit antara lain :
1. Saat timbul kejang maka penderita di berikan di anak diazepam intravena secara
perlahan dengan panduan dosis untuk berat badan yang kurang dari 10 kg dosisnya
0,5-75 mg/kg BB, diatas 20 kg 0,5 mg/kg BB. Dosis rata-rata yang di berikan
adalah 0.3mg/kg BB/ kali pemberian dengan maksimal dosis pemberian mg pada
anak kurang dari 5 tahun dan maksimal 10 mg pada anak yang berumur lebih dari
5 tahun. Pemberian tidak boleh melebihi 50 mg persuntikan. Setelah pemberian
pertama di berikan masih timbul kejang 15 menit kemudian dapat di berikan
injeksi diazepam secara intravena dengan dosis yang sama. Apabila masih kejang
maka di tunggu 15 menit lagi kemudian di berikan injeksi diazepam ketiga dalam
dosis yang sama secara intramuskuler.
2. Pembebasan jalan nafas dengan cara kepala dalam posisi hiper ektensi miring,
pakaian di longgarkan, dan penghisapan lendir. Bila tidak membaik dapat di
lakukan intubasi endrotrakel atau trakeostomi.
3. Pemberian oksigen , untuk membantu kecukupan perfusi jaringan .
4. Pemberian cairan intravena untuk mencukupi kebutuhan dan memudahkan dalam
permberian terapi intravena. Dalam pemberian cairan intravena pemantauan intake
dan output cairan selama 24 jam perlu dilakukan, karena pada penderita yang
beresiko terjadinya peningkatan tekanan intrakranial kelebihan cairan dapat
memperberat penurunan kesadaran pasien. Selain itu pada pasien dengan
penigkatan tekanan intrakranial juga pemberian cairan yang mengandung natrium
(NACl) perlu dihindari.kebutuhan cairan rata-rata untuk anak terlihat pada tabel
sebagai berikut :
5. Pemberian kompres air es untuk membantu menurunkan suhu tubuh dengan
metode konduksi yaitu perpindahan panas dari derajat yang tinggi (suhu tubuh) ke
benda yang mempunyai derajat yang lebih rendah ( kain kompres). Kompres di
9
letakan pada jaringan penghantar panas yang banyak seperti anyaman kelenjar
limfe diketiak, leher, lipatan paha, serta area pembuluh darah yang besar seperti
dileher. Tindakan ini dapat dikombinasikan dengan pemberian antipiretik seperti
prometazon 4-6 mg / kg BB / hari ( terbagi dalam 3 kali pemberian.Apabila terjadi
peningkatan tekanan intrakranial maka perlu diberikan obat-obatan untuk
mengurangi edem otak seperti deksametason 0,5-i ampul setiap 6 jam sampai
keadaan membaik. Posisi kepala hiperektensi tetapi lebih tinggi dari anggota tubuh
yang lain dengan cara menaikkan tempat tidur bagian kepala lebih tinggi kurang
lebih 15 derajat (posisi tubuh padav garis lurus).
6. Untuk pengobatan rumatan setelah pasien terbebas dari kejang pasca pemberian
diazepam, maka perlu diberikan obat penobarbital dengan dosis awal 30 mg pada
neonatus, 50 mg pada ank usia 1 bulan-1 tahun, 7 mg pada anak usia 1 tahun ke
atas dengan tehnik pemberian intramuskuler. Setelah itu diberikan obat rumatan
venobarbital dengan dosis pertama 8-10 mg / kg BB / hari (terbagi dalam 2 kali
pemberian), hari berikutnya4-5 mg/kg BB/ hari yang terbagi dalam 2 kali
pemberian.
Penatalaksanaan Di Rumah
Karena penyakit kejang demam sulit diketahui kapan munculnya, maka orang tua atau
pengasuh anak perlu di beri bekal untuk memberikan tindakan awal pada anak yang
mengalami kejang demam. Tindakan awal itu antara lain :
1. Saat timbul serangan kejang segera pindahkan anak ke tempat yang aman seperti
di lantai yang diberi als lunak tapi tipis, jauh dari benda-benda berbahayaseperti
gelas, pisau.
2. Posisi kepala anak hiperektensi, pakaian di longgarkan. Kalau takut lidah anak
menekuk atau tergigit maka diberikan tongspatel yang di bungkus dengan kain,
10
kalau tidak ada dapat diberikan sendok makan yang di balut dengan kassa atau
kain bersih.
3. Ventilasi ruang harus cukup. Jendela dan pintu di buka supaya terjadi pertukaran
oksigen lingkungan.
4. Kalau anak mulutnya masih dapat di buka sebagai peertolongan awal dapat
diberikan antipiretik seperti aspirin dengan dosis 60 mg / tahun / kali ( maksimal
sehari 3 kali ).
5. Kalau memungkinkan sebaiknya orang tua atau pengasuh di rumah menyediakan
diazepam (melalui dokter keluarga) peranus sehingga saat serangan kejang anak
dapat segera di berikan. Dosis peranus 5 mg uintuk berat badan kurang dari10 kg,
kalau berat badan lebih dari 10 kg maka dapat di berikan dosis 10mg. Untuk dosis
rata-rata pemberian peranus adalah 0,4-0.6/mg/kg BB.
6. Kalau beberapa menit kemudian tidak membaik atau tidak tersedianya diazepam
maka segera bawa anak ke rumah sakit.
Obat Farmakologi untuk Terapi Kejang
Obat Pemakaian Efek samping
Fenitoin(Dilantin) Kejang generalisata
(tonik-klonik)
Hirsutisme, hipertrofi gusi, distres
lambung, penglihatan kabur,
vertigo, hiperglikemia, anemia
makrositik(pada pemakaian jangka
panjang.
Fosfenitoin(Cerebyx) Status epileptikus Kadar toksik 30-50 g/ml
Diskrasia darah, hipotensi, nefritis,
fibrilasi ventrikel
Karbamazepin(tegretol) Kejang parsial kompleks Depresi sum-sum tulang, distress
11
Kejang generalisata
(tonik-klonik)
lambung, sedasi, penglihatan
kabur, konstipasi, ruam kulit
Fenobarbital (luminal)
Diazepam(falium)
Generalisata (tonik-
klonik)
Status epileptikus
Sedasi, distress lambung
Sedasi, depresi jantung dan
pernapasan
Lorazepam(Ativam) Status epileptikus Pusing bergoyang mengatuk,
takikardia, hipotensia
Midazolam(versed) Status epileptikus (masih
galam penelitian)
Hipotensi, apnea, bonkospasme,
laringospasme
Infus (hanya pasien
dengan intubasi dan
ventilator)
Klonazepam (klonopin) Mioklonik Mengantuk, kebingungan, nyeri
kepala,vertigo, sinkop
Etosuksimid (zarontin) Absence Mual, muntah, penurunan berat
badan, konstipasi, Diare, gangguan
tidur, diskrasia darah
Asamvalproat
(Depakote,Depakene)
Kejang
generalisata(tonik-
klonik), mioklonik,
absence, parsial
Mual, hepatotoksisitas
Felbamat (Febatol) Sindrom Lennox- Gangguan GI, anoreksia,
12
Gastaut, kejang parsial penurunan berat, nyeri kepala,
insomnia, hepatotoksisitas
Gabapentin (Neurontin) Kejang parsial (catatan:
juga di gunakan pada
sindrom-sindrom nyeri)
Leukopenia, mulut kering,
penglihatan kabur, mialgia,
penamban berat badan, kelelahan
Lamotrigin (Lamictal) Kejang parsial, sindrom
lennox-Gastaut
Hepatotoksisitas, ruam, sindrom
stevens-johnson,nyeri kepala,
pusing, penglihatan kabur
Okskarbazepin
(Trileptal)
Kejang parsial(catatan:
juga digunakan pada
sindrom-sindrom nyeri)
Gangguan GI, sedasi,
diplopia,hiponatremia, ruam kulit
Tiagabin (Gabitril) Kejang parsial Mulut kering, Pusing bergoyang ,
Sedasi, Langkah terhuyung, Nyeri
kepala, Eksaserbasi kejang
generalisata
Topiramat (Topamax) Kejang parsial Faringitis,Insomnia,Penurunan
berat badan, Konstipasi, Mulut
kering, Sedasi, Anoreksia
Zonisamid(Zonegran) Kejang parsial Dewasa(>16 tahun) somnolensi,
Ataksia, Kelelahan, Anoreksia,
Pusing, Batu ginjal, Leukopenia
13
BAB III
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus :
An .R (2 bulan) diruang abednego RS immanuel bandung,orang tua mengatakan anaknya
panas sudah 3 hari dan sudah 2 kali kejang pada pemeriksaan fisik di temukan BB : 10
kg,TB : 80 cm, suhu : 40 c ,nadi 80x/mnt , RR : 23x/mnt, kejang tonik klonik ,
kesadaran menurun , pada pemeriksaan diagnostik biakan kuman di temukan
streptokokus, anak memperoleh terapi obat antipiretik dan antibiotik perawat K
memeberikan obat dengan 5B, dan setelah itu perawat k membuat analisis
patofisiologi ,mikrobiologi dan parasitologi untuk menentukan rencana intervensi
selanjutnya
PENGKAJIAN
1) Riwayat singkat pasien
Nama : An R
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 2 bulan
Alamat : jalan kopo no.161
Agama : islam
Tanggal dan jam masuk : 23-september-2011
Penanggung jawab pasien
Nama : Irvan
Pekerjaan : swasta
Alamat : jalan kopo no.161
Hubungan : ayah
2) Riwayat Keperawatan
Riwayat penyakit sekarang
14
Orang tua klien mengatakan,klien panas sudah 3 hari dan sudah 2 kali kejang
Riwayat penyakit dahulu
Orang tua klien mengatakan,tidak ada yang mengidap penyakit berat dan tidak
melakukan operasi berat.iwayat penyakit keluarga
Dikeluarga klien tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit keturunan maupun
infeksi seperti hipertensi,diabetes melitus,jantung dan tbc.
3) Pemeriksaan Fisik
BB : 10 kg,TB : 80 cm, suhu : 40 c ,naadi 80x/mnt , RR : 23x/mnt, kejang tonik
klonik , dan kesadaran menurun
4) Pemeriksaan Diagnostik
Pada pemeriksaan diagnostik biakan kuman di temukan streptokokus.
5) Pengobatan
Terapi obat antipiretik dan antibiotik
15
Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS : -
DO:
Suhu 40 C
Nadi 80x/menit
RR : 23x/menit
Invasi virus streptokokus
↓
Proses peradangan
↓
O2 turun,CO2 naik
↓
Metabolisme terganggu , Ph Turun
↓
Kinerja otak menurun, merangsang Hipotalamus (Termolegulator) mengeluarkan hormon serotinin,prostaglandin dan bradikinin.
↓
Hipertermi (demam)
Hipertermi
2 DS :
DO:
- Berat badan 10 kg
Respon peningkatan suhu tubuh
Respirasi meningkat
Gangguan pemenuhan nutrisi
16
kejang tonik klonik
Kesadaran menurun
Intake nutrisi berkurang
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
3 DS:
DO:
Kejang tonik klonik
RR : 23x
Infeksi pada bronkus,tonsil
dan telinga.
Toksik mikroorganisme
menyebar secara hematogen
dan limfogen
Kenaikan suhu di hipotalamus
dan jaringan lain
Pelepasan mediator kimia
oleh neuron seperti
prostaglandin,epinfrin
resiko penyempitan/penutupan jalan nafas.
17
Peningkatan potensial
membran
Peningkatan masukan ion
natrium,ion kalium ke dalam
sel neuron dengan cepat
Fase depolarisasi neuron dan
otot cepat
spasma otot
mulut,lidah,bronkus
resiko
penyempitan/penutupan jalan
nafas
Diagnosa Keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh: hypertermi berhubungan dengan proses penyakit
18
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan ditandai dengan kelemahan,penurunan berat badan dan gizi buruk b.d penurunan berat badan
3. Resiko penyempitan/penutupan jalan nafas berhubungan dengan kejang tonik klonik
19
NO
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit
Tupan :
Klien bebas dari demam dalam 3 hari dengan kriteria hasil :
- Suhu normal 36-370C
Tupen :
Suhu tubuh turun menjadi 36-370C dalam 8jam
1) Observasi TTV
2) Anjurkan klien untuk banyak
minum 2,5L/hari
3) Berikan kompres hangatpada
kepala atau aksila
4) Anjurkan klien untuk istirahat
di tempat tidur selama fase
febris penyakit.
5) Kolaborasi dengan dokter
dalam memberikan therapy
obat antinicrobial dan
antipiresika.
6) Monitor input dan output.
7) Monitor penurunan kesadaran
1)Rasional : TTV merupakan acuan
untuk mengetahui keadaan umum
pasien
2)Rasional : peningkatan suhu tubuh
mengakibatkan penguapan tubuh
meningkat sehingga perlu
diimbangi dengan asupan caiaran
yang banyak
3)Rasional : dengan vasodilatasi
dapat mengakibatkan penguapan
yang mempercepat penurunan
suhu tubuh
4)Rasional : tirah baring atau bedrest
untuk mengurangi metaboloisme
dan panas
5)Rasional : untuk mengontrol
20
infeksi pernafasan, penurunan
panas.
6) Rasional : mengetahui
keseimbangan antara input dan
output.
7) Rasional : untuk mengetahui
tingkat kesadaran klien
21
2 Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan penurunan berat badan
Tupan : Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi dan berat badan klien meningkat
Tupen : dalam 1x24 jam ,klien dapat menghabiskan makanannya ,dengan kriteria : makan sedikit tapi sering
1. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur.
2. Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh klien setiap hari.
3. Berikan obat-obatan antiemetik sesuai program dokter.
1. Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan makanan .
2. Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi.
3. Rasional : Antiemetik membantu pasien mengurangi rasa mual dan muntah dan diharapkan intake nutrisi pasien meningkat.
3 resiko penyempitan/penutupan jalan nafas,berhubungan dengan kejang tonik klonik
Tupan : dalam waktu 2
– 4 hari jalan nafas
kembali efektif, dengan
kriteria : sudah tidak
1. Observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
2. Bebaskan jalan nafas dengan mengatur posisi kepala ekstensi
3. Pemberian oksigen
1. Secara anatomi posisi kepala
ekstensi merupakan cara untuk
meluruskan rongga pernafasan
sehingga proses respiransi tetap
berjalan lancar dengan
22
kejang lagi
Tupen : dalam waktu 24 jam pola nafas kembali normal
menyingkirkan pembuntuan
jalan nafas
2. Pemberian oksigen secara
adekuat dapat mensuplai dan
memberikan cadangan oksigen,
sehingga mencegah terjadinya
hipoksia
3. TTV merupakan acuan untuk
mengetahui keadaan umum
pasien
23
BAB IV
SIMPULAN
kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh
yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima tahun. Kejang demam biasanya
terjadi pada awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian
kaku, kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa waktu,
napas akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah
kejang, anak akan segera normal kembali. Kejang biasanya berakhir kurang dari 1
menit, tetapi walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit.
24