kejang demam

35
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Mikrobiologi, Patologi, Patofisiologi dan Farmakologi merupakan bagian penting dalam penentuan suatu penyakit dan penyebabnya. Dengan mempelajari ilmu ini diharapkan kita memahami betul jenis penyakit yang dapat timbul dari mikroba atau makhluk hidup merugikan lainnya dan akibat yang ditimbulkan darinya. Setelah kita memahami itu semua kita bisa mencari solusi yang tepat untuk penanggulangan penyakit tersebut. Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian kaku, kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa waktu, napas akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak akan segera normal kembali. Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit. 2. Tujuan Penulisan 2.1 Tujuan Umum 1

Upload: anonymous-lgjwhp

Post on 03-Dec-2015

39 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

demam

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Mikrobiologi, Patologi, Patofisiologi dan Farmakologi merupakan bagian penting

dalam penentuan suatu penyakit dan penyebabnya. Dengan mempelajari ilmu ini

diharapkan kita memahami betul jenis penyakit yang dapat timbul dari mikroba atau

makhluk hidup merugikan lainnya dan akibat yang ditimbulkan darinya. Setelah kita

memahami itu semua kita bisa mencari solusi yang tepat untuk penanggulangan

penyakit tersebut. Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada saat seorang

bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang demam

biasanya terjadi pada awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat,

kemudian kaku, kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk

beberapa waktu, napas akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari

biasanya. Setelah kejang, anak akan segera normal kembali. Kejang biasanya

berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari

15 menit.

2. Tujuan Penulisan

2.1 Tujuan Umum

Untuk memacu para mahasiswa berpikir secara kritis serta menambah

pengetahuan dan wawasan para mahasiswa.

2.2 Tujuan Khusus

Setiap mahasiswa mampu memahami materi tentang segala sesuatu

yang berhubungan dengan Febris Convulsion ( kejang Demam)

3. Maksud Penulisan

Adapun maksud dan penulisan antara lain :

Untuk memenuhi salah satu tugas BSRN 3

1

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai segala sesuatu

yang berhubungan dengan Febris Convulsion ( kejang Demam).

4. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dalam penyusunan makalah ini, antara lain :

1. Manfaat bagi individu untuk menambah pengetahuan dan wawasan

khususnya mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan Febris

Convulsion ( kejang Demam)

2. Manfaat bagi kelompok dapat memberikan stimulasi kerjasama tim dan

kekompakan kelompok.

5. Sistematika Penulisan

Pada bab I yakni Pendahuluan, bab ini berisikan latar belakang, tujuan penulisan

yang meliputi tujuan umum dan tujuan khusus,maksud penulisan,manfaat dan

sistematika penulisan yang kami paparkan serta jelaskan secara rinci.

Kemudian pada bab II yakni Pembahasan, bab ini berisikan isi secara keseluruhan

dari materi yang kami sajikan yaitu tentang segala sesuatu yang berhubungan

dengan Febris Convulsion ( kejang Demam).

Pada bab III yakni kesimpulan, bab ini berisikan tentang simpulan akhir yang

dapat kami simpulkan dari materi isi yang kami sajikan pada makalah ini

2

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Febris Convulsion (kejang demam)

2.1.1 Pengertian

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu

tubuh (suhu rektal lebih dari 380 C) yang disebabkan oleh suatu proses

ekstrakranium. (Arif Mansjoer. 2000)

Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau anak

mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat (1,2). Hal ini dapat

terjadi pada 2-5 % populasi anak. Umumnya kejang demam ini terjadi pada

usia 6 bulan – 5 tahun dan jarang sekali terjadi untuk pertama kalinya pada

usia <> 3 tahun. (Nurul Itqiyah, 2008)

Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba

yang mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau

memori yang bersifat sementara (Hudak and Gallo,1996).

Jadi menurut pendapat kami, kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi

karena peningkatan suhu tubuh yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima

tahun.

2.1.2 Etiologi Kejang Demam

a. Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)

b. Gangguan metabolik

c. Penyakit infeksi diluar susunan saraf misalnya tonsilitis, otitis media,

bronchitis.

d. Keracunan obat

e. Faktor herediter

3

f. Idiopatik.

Faktor terjadinya kejang yaitu sebagai berikut :

a. Riwayat penyakit kejang tanpa demam pada keluarga

b. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum klien

mengalami kejang demam

c. Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal.

2.1.3 Patofisiologi

Infeksi yang terjadi pada jaringan diluar kranial seperti tonsilitis, otitis media

akut, bronkitis penyebab terbanyaknya adalah bakteri yang bersifat toksik.

Toksik yang dihasil kan oleh mikroorganisme dapat menyebar keseluruh tubuh

melalui ematogen maupun limfogen.

Penyebaran toksik keseluruh tubuh akan direspon oleh hipotalamus sebagai tanda

tubuh mengalami bahaya secara sistemik. Naiknya pengaturan suhu

dihipotalamus akan merangsang kenaikan suhu dibagian tubuh yang lain seperti

otot, kulit sehingga terjadi peningkatan kontrasi otot.

Naiknya suhu dihipotalamus, otot, kulit dan jaringan tubuh yang lain akan

disertai pengeluaran mediator kimia seperti epinefrin dan protaglandin.

Pengeluaran mediator kimia ini dapat merangsang peningkatan potensial aksi

pada neuron. Pengingkatan potensial inilah yang merangsang perpindahan ion

natrium, ion Kalium dengan cepat dari luar sel menuju ke dalam sel’ Peristiwa

inilah yang diduga dapat menaikan fase depolasisasi neuron dengan cepat

sehingga timbul kejang .

Serangan yang cepat itulah yang dapat menjadikan anak mengalami penurunan

respon kesadaran , otot ekstermitas maupun bronkus juga dapat mengalami

spasma sehingga anak beresiko terhadap injuri dan kelangsungan jalan nafas oleh

penutupan lidah dan spasma bronkus.

4

Patofisiologi kejang demam dapat dilihat pada bagan dibawah ini.

Infeksi pada bronkus,tonsil dan telinga

Toksik mikroorganisme menyebar secara hematogen dan limfogen

Kenaikan suhu di hipotalamus dan jaringan lain Hipertermi

Pelepasan mediator kimia oleh neuron seperti prostaglandin,epinfrin

Peningkatan potensial membran

Peningkatan masukan ion natrium,ion kalium ke dalam sel neuron dengan cepat

Fase depolarisasi neuron dan otot cepat

Penurunan respon rangsangan dari luar spasma otot mulut,lidah,bronkus

Resiko cedera resiko penyempitan/penutupan jalan nafas

5

Kesadaran menurun

Gangguan pemenuhan nutrisi

2.1.4 Klasifikasi Febris Convulsion (Kejang Demam)

Kejang adalah masalah neurologik yang relative sering dijumpai. Kejang terjadi akibat

lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari satu populasi neuron yang sangat

mudah terpicu (focus kejang) sehingga mengganggu fungsi normal otak . kejang juga

terjadi dari jaringan otak normal di bawah kondisi patologik tertentu, seperti perubahan

keseimbangan asam-basa atau elektrolit.

Kejang rekuren, spontan, dan tidak disebabkan oleh kelainan metabolisme yang terjadi

bertahun-tahun disebut epilepsy. Bangkitnya motorik generalisata yang menyebabkan

hilangnya kesadaran dan kombinasi kontraksi otot tonik-klonik sering disebut kejang.

Kejang konvulasi biasanya menimbulkan kontraksi otot rangka yang hebat dan

involunter yang mungkin meluas dari satu bagian tubuh keseluruh tubuh atau mungkin

terjadi secara mendadak disertai keterlibatan seluruh tubuh.

1. Kejang Parsial

Adalah kejang dengan kesadaran utuh mungkin berubah; fokus pad suatu bagian

tetapi dapat menyebar kebagian lain. Kejang parsial dimulai disuatu daerah diotak,

biasanya kortek selebrum. Gejala kejang ini bergantung pada lokasi fokus diotak.

Kejang parsial dibagi menjadi:

a. Parsial sederhana (kesadaran utuh) dapat bersifat motorik, sensorik, autonomik,

dan pisikik. Biasanya berlangsung kurang dari satu menit.

b. Parsial kompleks (kesadaran berubah tetapi tidak hilang) dimulai sebagai

kejang persial sederhana; berkembang menjadi perubahan kesadaran yang

disadari oleh gejala motorik, gejala sensorik, otomatisme (mengunyah,

menarik-narik baju). Beberapa kejang parsial kompleks mungkain berkembang

menjadi kejang generalisata. Biasasnyaqn terjadi 1-3 menit.

6

2. Kejang Generalisata

Kejang generalisata menyebabkan seluruh korteks serebrum dan diensepalon serta

ditandai dengan awitan aktifitas kejang yng bilateral dan simetrik yang terjadi

dikedua hemisfer tanpa tanda-tanda bahwa kejang berawal sebagai kejang fokal.

Pasien tidak sadarf dan tidak mengetahui keadaan sekelilingnya saat mengalami

kejang. Kejang ini biasanya muncul tanpa aura atau peringatan terlebih dahulu (tiba-

tiba). Kejang ini dibagi menjadi:

a. Kejang Absence ditandai dengan hilangnya kesadaran secara singkat, jarang

berlangsung lebih dari beberapa detik.

b. Kejang Tonik-Klonik adalah kejang epilepsi yang klasik. Kejang tonik-klonik

diawali hilangnya kesadaran dengan cepat.

Pada umumnya kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 macam yaitu:

1. Kejang demam sederhana

Kejang demam sederhana adalah kejang demam yang berlangsung kurang dari

15 menit dan bersifat umum.

2. Kejang demam kompleks

Kejang demam kompleks adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit,

focal atau multiple (lebih dari 1 kali kejang demam dalam 24 jam) disini anak

sebelumnya dapat mempunyai kelainan neurology atau riwayat kejang demam

atau tanpa demam dalam keluarga (Mansjoer Arif, 2000).

2.1.5 Manifestasi Klinis

Gejala berupa :

1. Suhu anak tinggi

2. Anak pucat atau diam saja

7

3. Mata terbelalak ke atas disertai kekakuan dan kelemahan

4. Umumnya kejang , demamnya berlangsung singkat

5. Gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekakuan atau hanya

sentakan atau kekakuan fokal

6. Serangan tonik klonik (dapat berhenti sendiri)

7. Kejang dapat diikuti sementara beberapa menit

8. Seringkali kejang berhenti sendiri

2.1.6 Komplikasi

1. Kerusakan sel otak

2. Penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lama lebih dari 15

menit dan bersifat unilateral

3. kelumpuhan

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

1. EEG

Untuk membuktikan jenis kejang fokal / gangguan difusi otak akibat lesi

organik, melalui pengukuran EEG ini dilakukan 1 minggu atau kurang

setelah kejang.

2. CT SCAN

Untuk mengidentifikasi lesi serebral, mis: infark, hematoma, edema serebral,

dan Abses.

3. Pungsi Lumbal

Pungsi lumbal adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di

otak dan kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis

4. Laboratorium

Darah tepi, lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, Trombosit ) mengetahui sejak dini

apabila ada komplikasi dan penyakit kejang demam.

8

2.1.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang di lakukan saat pasien di rumah sakit antara lain :

1. Saat timbul kejang maka penderita di berikan di anak diazepam intravena secara

perlahan dengan panduan dosis untuk berat badan yang kurang dari 10 kg dosisnya

0,5-75 mg/kg BB, diatas 20 kg 0,5 mg/kg BB. Dosis rata-rata yang di berikan

adalah 0.3mg/kg BB/ kali pemberian dengan maksimal dosis pemberian mg pada

anak kurang dari 5 tahun dan maksimal 10 mg pada anak yang berumur lebih dari

5 tahun. Pemberian tidak boleh melebihi 50 mg persuntikan. Setelah pemberian

pertama di berikan masih timbul kejang 15 menit kemudian dapat di berikan

injeksi diazepam secara intravena dengan dosis yang sama. Apabila masih kejang

maka di tunggu 15 menit lagi kemudian di berikan injeksi diazepam ketiga dalam

dosis yang sama secara intramuskuler.

2. Pembebasan jalan nafas dengan cara kepala dalam posisi hiper ektensi miring,

pakaian di longgarkan, dan penghisapan lendir. Bila tidak membaik dapat di

lakukan intubasi endrotrakel atau trakeostomi.

3. Pemberian oksigen , untuk membantu kecukupan perfusi jaringan .

4. Pemberian cairan intravena untuk mencukupi kebutuhan dan memudahkan dalam

permberian terapi intravena. Dalam pemberian cairan intravena pemantauan intake

dan output cairan selama 24 jam perlu dilakukan, karena pada penderita yang

beresiko terjadinya peningkatan tekanan intrakranial kelebihan cairan dapat

memperberat penurunan kesadaran pasien. Selain itu pada pasien dengan

penigkatan tekanan intrakranial juga pemberian cairan yang mengandung natrium

(NACl) perlu dihindari.kebutuhan cairan rata-rata untuk anak terlihat pada tabel

sebagai berikut :

5. Pemberian kompres air es untuk membantu menurunkan suhu tubuh dengan

metode konduksi yaitu perpindahan panas dari derajat yang tinggi (suhu tubuh) ke

benda yang mempunyai derajat yang lebih rendah ( kain kompres). Kompres di

9

letakan pada jaringan penghantar panas yang banyak seperti anyaman kelenjar

limfe diketiak, leher, lipatan paha, serta area pembuluh darah yang besar seperti

dileher. Tindakan ini dapat dikombinasikan dengan pemberian antipiretik seperti

prometazon 4-6 mg / kg BB / hari ( terbagi dalam 3 kali pemberian.Apabila terjadi

peningkatan tekanan intrakranial maka perlu diberikan obat-obatan untuk

mengurangi edem otak seperti deksametason 0,5-i ampul setiap 6 jam sampai

keadaan membaik. Posisi kepala hiperektensi tetapi lebih tinggi dari anggota tubuh

yang lain dengan cara menaikkan tempat tidur bagian kepala lebih tinggi kurang

lebih 15 derajat (posisi tubuh padav garis lurus).

6. Untuk pengobatan rumatan setelah pasien terbebas dari kejang pasca pemberian

diazepam, maka perlu diberikan obat penobarbital dengan dosis awal 30 mg pada

neonatus, 50 mg pada ank usia 1 bulan-1 tahun, 7 mg pada anak usia 1 tahun ke

atas dengan tehnik pemberian intramuskuler. Setelah itu diberikan obat rumatan

venobarbital dengan dosis pertama 8-10 mg / kg BB / hari (terbagi dalam 2 kali

pemberian), hari berikutnya4-5 mg/kg BB/ hari yang terbagi dalam 2 kali

pemberian.

Penatalaksanaan Di Rumah

Karena penyakit kejang demam sulit diketahui kapan munculnya, maka orang tua atau

pengasuh anak perlu di beri bekal untuk memberikan tindakan awal pada anak yang

mengalami kejang demam. Tindakan awal itu antara lain :

1. Saat timbul serangan kejang segera pindahkan anak ke tempat yang aman seperti

di lantai yang diberi als lunak tapi tipis, jauh dari benda-benda berbahayaseperti

gelas, pisau.

2. Posisi kepala anak hiperektensi, pakaian di longgarkan. Kalau takut lidah anak

menekuk atau tergigit maka diberikan tongspatel yang di bungkus dengan kain,

10

kalau tidak ada dapat diberikan sendok makan yang di balut dengan kassa atau

kain bersih.

3. Ventilasi ruang harus cukup. Jendela dan pintu di buka supaya terjadi pertukaran

oksigen lingkungan.

4. Kalau anak mulutnya masih dapat di buka sebagai peertolongan awal dapat

diberikan antipiretik seperti aspirin dengan dosis 60 mg / tahun / kali ( maksimal

sehari 3 kali ).

5. Kalau memungkinkan sebaiknya orang tua atau pengasuh di rumah menyediakan

diazepam (melalui dokter keluarga) peranus sehingga saat serangan kejang anak

dapat segera di berikan. Dosis peranus 5 mg uintuk berat badan kurang dari10 kg,

kalau berat badan lebih dari 10 kg maka dapat di berikan dosis 10mg. Untuk dosis

rata-rata pemberian peranus adalah 0,4-0.6/mg/kg BB.

6. Kalau beberapa menit kemudian tidak membaik atau tidak tersedianya diazepam

maka segera bawa anak ke rumah sakit.

Obat Farmakologi untuk Terapi Kejang

Obat Pemakaian Efek samping

Fenitoin(Dilantin) Kejang generalisata

(tonik-klonik)

Hirsutisme, hipertrofi gusi, distres

lambung, penglihatan kabur,

vertigo, hiperglikemia, anemia

makrositik(pada pemakaian jangka

panjang.

Fosfenitoin(Cerebyx) Status epileptikus Kadar toksik 30-50 g/ml

Diskrasia darah, hipotensi, nefritis,

fibrilasi ventrikel

Karbamazepin(tegretol) Kejang parsial kompleks Depresi sum-sum tulang, distress

11

Kejang generalisata

(tonik-klonik)

lambung, sedasi, penglihatan

kabur, konstipasi, ruam kulit

Fenobarbital (luminal)

Diazepam(falium)

Generalisata (tonik-

klonik)

Status epileptikus

Sedasi, distress lambung

Sedasi, depresi jantung dan

pernapasan

Lorazepam(Ativam) Status epileptikus Pusing bergoyang mengatuk,

takikardia, hipotensia

Midazolam(versed) Status epileptikus (masih

galam penelitian)

Hipotensi, apnea, bonkospasme,

laringospasme

Infus (hanya pasien

dengan intubasi dan

ventilator)

Klonazepam (klonopin) Mioklonik Mengantuk, kebingungan, nyeri

kepala,vertigo, sinkop

Etosuksimid (zarontin) Absence Mual, muntah, penurunan berat

badan, konstipasi, Diare, gangguan

tidur, diskrasia darah

Asamvalproat

(Depakote,Depakene)

Kejang

generalisata(tonik-

klonik), mioklonik,

absence, parsial

Mual, hepatotoksisitas

Felbamat (Febatol) Sindrom Lennox- Gangguan GI, anoreksia,

12

Gastaut, kejang parsial penurunan berat, nyeri kepala,

insomnia, hepatotoksisitas

Gabapentin (Neurontin) Kejang parsial (catatan:

juga di gunakan pada

sindrom-sindrom nyeri)

Leukopenia, mulut kering,

penglihatan kabur, mialgia,

penamban berat badan, kelelahan

Lamotrigin (Lamictal) Kejang parsial, sindrom

lennox-Gastaut

Hepatotoksisitas, ruam, sindrom

stevens-johnson,nyeri kepala,

pusing, penglihatan kabur

Okskarbazepin

(Trileptal)

Kejang parsial(catatan:

juga digunakan pada

sindrom-sindrom nyeri)

Gangguan GI, sedasi,

diplopia,hiponatremia, ruam kulit

Tiagabin (Gabitril) Kejang parsial Mulut kering, Pusing bergoyang ,

Sedasi, Langkah terhuyung, Nyeri

kepala, Eksaserbasi kejang

generalisata

Topiramat (Topamax) Kejang parsial Faringitis,Insomnia,Penurunan

berat badan, Konstipasi, Mulut

kering, Sedasi, Anoreksia

Zonisamid(Zonegran) Kejang parsial Dewasa(>16 tahun) somnolensi,

Ataksia, Kelelahan, Anoreksia,

Pusing, Batu ginjal, Leukopenia

13

BAB III

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus :

An .R (2 bulan) diruang abednego RS immanuel bandung,orang tua mengatakan anaknya

panas sudah 3 hari dan sudah 2 kali kejang pada pemeriksaan fisik di temukan BB : 10

kg,TB : 80 cm, suhu : 40 c ,nadi 80x/mnt , RR : 23x/mnt, kejang tonik klonik ,

kesadaran menurun , pada pemeriksaan diagnostik biakan kuman di temukan

streptokokus, anak memperoleh terapi obat antipiretik dan antibiotik perawat K

memeberikan obat dengan 5B, dan setelah itu perawat k membuat analisis

patofisiologi ,mikrobiologi dan parasitologi untuk menentukan rencana intervensi

selanjutnya

PENGKAJIAN

1) Riwayat singkat pasien

Nama : An R

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 2 bulan

Alamat : jalan kopo no.161

Agama : islam

Tanggal dan jam masuk : 23-september-2011

Penanggung jawab pasien

Nama : Irvan

Pekerjaan : swasta

Alamat : jalan kopo no.161

Hubungan : ayah

2) Riwayat Keperawatan

Riwayat penyakit sekarang

14

Orang tua klien mengatakan,klien panas sudah 3 hari dan sudah 2 kali kejang

Riwayat penyakit dahulu

Orang tua klien mengatakan,tidak ada yang mengidap penyakit berat dan tidak

melakukan operasi berat.iwayat penyakit keluarga

Dikeluarga klien tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit keturunan maupun

infeksi seperti hipertensi,diabetes melitus,jantung dan tbc.

3) Pemeriksaan Fisik

BB : 10 kg,TB : 80 cm, suhu : 40 c ,naadi 80x/mnt , RR : 23x/mnt, kejang tonik

klonik , dan kesadaran menurun

4) Pemeriksaan Diagnostik

Pada pemeriksaan diagnostik biakan kuman di temukan streptokokus.

5) Pengobatan

Terapi obat antipiretik dan antibiotik

15

Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1 DS : -

DO:

Suhu 40 C

Nadi 80x/menit

RR : 23x/menit

Invasi virus streptokokus

Proses peradangan

O2 turun,CO2 naik

Metabolisme terganggu , Ph Turun

Kinerja otak menurun, merangsang Hipotalamus (Termolegulator) mengeluarkan hormon serotinin,prostaglandin dan bradikinin.

Hipertermi (demam)

Hipertermi

2 DS :

DO:

- Berat badan 10 kg

Respon peningkatan suhu tubuh

Respirasi meningkat

Gangguan pemenuhan nutrisi

16

kejang tonik klonik

Kesadaran menurun

Intake nutrisi berkurang

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

3 DS:

DO:

Kejang tonik klonik

RR : 23x

Infeksi pada bronkus,tonsil

dan telinga.

Toksik mikroorganisme

menyebar secara hematogen

dan limfogen

Kenaikan suhu di hipotalamus

dan jaringan lain

Pelepasan mediator kimia

oleh neuron seperti

prostaglandin,epinfrin

resiko penyempitan/penutupan jalan nafas.

17

Peningkatan potensial

membran

Peningkatan masukan ion

natrium,ion kalium ke dalam

sel neuron dengan cepat

Fase depolarisasi neuron dan

otot cepat

spasma otot

mulut,lidah,bronkus

resiko

penyempitan/penutupan jalan

nafas

Diagnosa Keperawatan

1. Peningkatan suhu tubuh: hypertermi berhubungan dengan proses penyakit

18

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan ditandai dengan kelemahan,penurunan berat badan dan gizi buruk b.d penurunan berat badan

3. Resiko penyempitan/penutupan jalan nafas berhubungan dengan kejang tonik klonik

19

NO

DIAGNOSA

KEPERAWATAN

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1 Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit

Tupan :

Klien bebas dari demam dalam 3 hari dengan kriteria hasil :

- Suhu normal 36-370C

Tupen :

Suhu tubuh turun menjadi 36-370C dalam 8jam

1) Observasi TTV

2) Anjurkan klien untuk banyak

minum 2,5L/hari

3) Berikan kompres hangatpada

kepala atau aksila

4) Anjurkan klien untuk istirahat

di tempat tidur selama fase

febris penyakit.

5) Kolaborasi dengan dokter

dalam memberikan therapy

obat antinicrobial dan

antipiresika.

6) Monitor input dan output.

7) Monitor penurunan kesadaran

1)Rasional : TTV merupakan acuan

untuk mengetahui keadaan umum

pasien

2)Rasional : peningkatan suhu tubuh

mengakibatkan penguapan tubuh

meningkat sehingga perlu

diimbangi dengan asupan caiaran

yang banyak

3)Rasional : dengan vasodilatasi

dapat mengakibatkan penguapan

yang mempercepat penurunan

suhu tubuh

4)Rasional : tirah baring atau bedrest

untuk mengurangi metaboloisme

dan panas

5)Rasional : untuk mengontrol

20

infeksi pernafasan, penurunan

panas.

6) Rasional : mengetahui

keseimbangan antara input dan

output.

7) Rasional : untuk mengetahui

tingkat kesadaran klien

21

2 Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan penurunan berat badan

Tupan : Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi dan berat badan klien meningkat

Tupen : dalam 1x24 jam ,klien dapat menghabiskan makanannya ,dengan kriteria : makan sedikit tapi sering

1. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur.

2. Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh klien setiap hari.

3. Berikan obat-obatan antiemetik sesuai program dokter.

1. Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan makanan .

2. Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi.

3. Rasional : Antiemetik membantu pasien mengurangi rasa mual dan muntah dan diharapkan intake nutrisi pasien meningkat.

3 resiko penyempitan/penutupan jalan nafas,berhubungan dengan kejang tonik klonik

Tupan : dalam waktu 2

– 4 hari jalan nafas

kembali efektif, dengan

kriteria : sudah tidak

1. Observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam

2. Bebaskan jalan nafas dengan mengatur posisi kepala ekstensi

3. Pemberian oksigen

1. Secara anatomi posisi kepala

ekstensi merupakan cara untuk

meluruskan rongga pernafasan

sehingga proses respiransi tetap

berjalan lancar dengan

22

kejang lagi

Tupen : dalam waktu 24 jam pola nafas kembali normal

menyingkirkan pembuntuan

jalan nafas

2. Pemberian oksigen secara

adekuat dapat mensuplai dan

memberikan cadangan oksigen,

sehingga mencegah terjadinya

hipoksia

3. TTV merupakan acuan untuk

mengetahui keadaan umum

pasien

23

BAB IV

SIMPULAN

kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh

yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima tahun. Kejang demam biasanya

terjadi pada awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian

kaku, kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa waktu,

napas akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah

kejang, anak akan segera normal kembali. Kejang biasanya berakhir kurang dari 1

menit, tetapi walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit.

24