kejang demam
TRANSCRIPT
KEJANG DEMAM
I. PENDAHULUAN
Kejang demam ini merupakan gangguan kejang yang paling lazim pada
masa anak, dengan prognosis yang sangat baik secara seragam. Namun, kejang
demam dapat menandakan penyakit infeksi akut serius yang mendasari seperti
sepsis atau meningitis bakteria sehingga setiap anak harus diperiksa secra cermat
dan secara tepat diamati mengenai penyebab yang mengenai.(1)
II. DEFINISI
Kejang demam atau disebut juga febrile Convulsion adalah bangkitan
kejang yang etrjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rekal diatas 38oC) yang
disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Terjadi pada 2-4 % anak berumur 6
bulan sampai 5 tahun. Anak yang pernah mengalami kejang tanpa
demam,kemudian kejang kembali tidak termasuk dalam kejang demam. Kejang
disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk kejang
demam. Kejang demam merupakan bangkitan kejang pada bayi atau anak-anak
yang disebabkan oleh demam. (2)
Definisi ini menyingkirkan kejang yang disebabkan penyakit saraf seperti
meningitis, ensefalitis dan ensefalopati. Kejang demam juga harus dibedakan
engan epilepsi, yaitu yang ditandai dengan kejang berulang tanpa demam. Kejang
demam dapat diklasifikasikan menjadi 2 golongan, yaitu kejang demam
sederhana, yang berlangsung kurang dari 15 menit dan umum, tonik maupun
klonik, tanpa gerakan fokal dan tidak berulang dalam 24 jam dan kejang demam
kompleks yang memiliki ciri salah satu dari: yang berlangsung lebih dari 15
menit, kejang fokal, partial atau umum yang di dahului partial dan multiple (Lebih
dari 1 kali kejang dalam 24 jam). (2,3)
1
III. EPIDEMIOLOGI
1. Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun.
Menurut Tejani NR (2008), kejang demam terjadi pada anak berusia 3 bulan –
5 tahun.
2. Insiden tertinggi pada umur 18 bulan.
3. Dari semua kasus kejang demam, sekitar 80% merupakan kejang demam
sederhana dan 20% kejang demam kompleks.
4. Kejang pertama terbanyak di usia 17-23 bulan.
5. Anak lelaki lebih sering mengalami kejang demam dibandingkan dengan anak
wanita.
6. Kejadian kecacatan atau kelainan neurologis sebagai komplikasi kejang
demam tidak pernah dilaporkan.
7. Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan.
8. Antara 2% - 5% anak-anak di Amerika Serikat menderita kejang demam pada
hari kelima kelahiran (fifth birthday) mereka, dan sekitar sepertiganya
berulang minimal sekali. Angka yang sama dari kejang demam di Amerika
Serikat juga ditemukan di Eropa Barat.
9. Insiden kejang demam di India sekitar 5-10%, di Jepang sekitar 8,8%, di
Guam sekitar 14%, di Hongkong sekitar 0,35%, dan di China sekitar 0,5-
1,5%.(3)
IV. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti dari terjadinya kejang demam tidak diketahui.
Kejang demam biasanya berhubungan dengan demam yang tiba-tiba tinggi dan
kebanyakan terjadi pada hari pertama anak mengalami demam. Kejang
berlangsung selama beberapa detik sampai beberapa menit. Kejang demam
cenderung ditemukan dalam satu keluarga, sehingga diduga melibatkan faktor
keturunan (faktor genetik). Kadang kejang yang berhubungan dengan demam
disebabkan oleh penyakit lain, seperti keracunan, meningitis atau ensefalitis. (4)
2
Infeksi virus saluran pernapasan atas, roseola dan otitis media akut adalah
penyebab kejang demam yang paling sering. Atau infeksi oleh virus herpes
manusia 6 juga sering menyebabkan kejang demam pada anak-anak. Disentri
karena Shigella juga sering menyebakan demam tinggi dan kejang demam pada
anak-anak.(4)
Beberapa hal yang merupakan faktor resiko berulangnya kejang demam adalah: (5)
Usia < 15 bulan saat kejang demam pertama
Riwayat kejang demam dalam keluarga
Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam atau saat suhu sudah
relatif normal
Riwayat demam yang sering
Kejang pertama adalah complex febrile seizure (kejang fokal, hanya
melibatkan salah satu bagian tubuh), berlangsung > 15 menit, dan atau
berulang dalam waktu singkat (selama demam berlangsung).
Resiko berulangnya kejang demam adalah 10% tanpa faktor resiko, 25% dengan 1
faktor resiko, 50% dengan 2 faktor resiko, dan dapat mencapai 100% dengan ≥ 3
faktor resiko.(5)
V. PATOFISIOLOGI
Sel dan organ otak memerlukan suatu energy yang didapat dari
metabolisme untuk mempertahankan hidupnya. Bahan baku terpenting untuk
metabolism otak adalah glukosa. Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui
proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sifat proses ini adalah oksidasi
dimana oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan
ke otak melalui sistem kardiovaskuler.(3)
Sel memiliki suatu membran dengan dua permukaan yaitu permukaan
dalam dan permukaan luar oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion
3
natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion Klorida (Cl-). Akibatnya
konsentrasi Kalium dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi natrium rendah,
sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis
dan konsentrasi ion di dalam dan luar sel, maka terdapat perbedaan potensial yang
disebut potensial membrane dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan
potensial membran ini diperlukan energy dan bahan enzim Na-K-ATPase yang
terdapat pada permukaan sel.(3)
Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya: (3)
1. Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraseluler.
2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi, atau
aliran listrik dari sekitarnya.
3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan.
Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari
seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Dan pada
kondisi demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolism
basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Jadi pada kenaikan
suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel
neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion
Natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik.
Lepas muatanlistrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel
maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut
neurotransmitter dan terjadilah kejang.(3)
Tiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda, ini tergantung dari
tinggi rendahnya ambang kejang seorang anak menderita kejang pada kenaikan
suhu tubuh tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, dapat terjadi
kejang pada suhu 38ºC, sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi
kejang baru terjadi pada suhu 40 ºC atau lebih. Dari kenyataan ini dapatlah
disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang
4
kejang yang rendah; sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada
tingkat suhu berapa penderita kejang. (3)
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya
dan tidak meninggalkan gejala sisa. Namun pada kejang demam yang berlangsung
lama (> 15 menit) biasanya terjadi apnea (henti nafas), meningkatnya kebutuhan
oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi
arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin
meningkat disebabkan meningkatnya aktivitas otot dan selanjutnya menyebabkan
metabolime otak meningkat. Rangkaian kejadian di atas merupakan faktor
penyebab sehingga terjadi kerusakan neuron otak selama belangsungnya kejang
lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan
hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler lalu timbul edema otak
sehingga terjadi kerusakan sel neuron otak. (3)
Kerusakan di daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan
kejang yang berlangsung lama; dapat menjadi "matang" dikemudian hari sehingga
terjadi serangan epilepsi yang spontan. Jadi, jelaslah bahwa kejang demam yang
berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak sehingga terjadi
epilepsi. (3)
VI. MANIFESTASI KLINIS
Terjadinya bangkitan kejang demam pada bayi dan anak kebanyakan
bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan
oleh infeksi di luar sistem saraf pusat, misalnya karena Tonsillitis, Bronchitis atau
Otitis Media Akut. Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama
sewaktu demam, berlangsung singkat, dengan sifat bangkitan kejang berbentuk
tonik, klonik, tonik-klonik, fokal atau akinetik.(3)
5
Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti untuk sesaat
anak tidak memberikan reaksi apapun, tetapi setelah beberapa detik atau menit
anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa ada kelainan neurologi.(3)
Ada 2 bentuk kejang demam, yaitu: (2)
1. Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri
gejala klinis sebagai berikut:
Kejang berlangsung singkat, < 15 menit
Kejang umum tonik dan atau klonik
Umumnya berhenti sendiri
Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam
2. Kejang Demam Komplikata (Complex Febrile Seizure), dengan ciri-ciri
gejala klinis sebagai berikut:
Kejang lama, > 15 menit
Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului
kejang parsial
Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
Living Stone membagi kriteria kejang menjadi 2, yaitu: (1)
1. Kejang Demam Sederhana / KDS
2. Epilepsi yang Diprovokasi oleh Demam
Gejala lain yang dapat muncul seperti: (8)
o Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang tejradi
secara tiba-tiba).
o Kejang tonik-klonik atau grand mal.
o Pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu terjadi
pada anak-anak yang mengalami kejang demam) .
o Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya
berlangsung selama 10-20 detik).
6
o Gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama,
biasanya berlangsung selama 1-2 menit).
o Lidah atau pipinya tergigit.
o Gigi atau rahangnya terkatup rapat.
o Inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadarannya).
o Gangguan pernafasan.
o Apneu (henti nafas).
o Kulitnya kebiruan.
VII. DIAGNOSIS DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya kejang pada seorang anak yang
mengalami demam dan sebelumnya tidak ada riwayat epilepsi. Suhu tubuh yang
diukur dengan cara memasukkan termometer ke dalam lubang dubur,
menunjukkan angka lebih besar dari 38,5o Celsius. (8) Dari anamnesa biasanya
didapatkan riwayat kejang demam pada naggota keluarga lainnya (ayah, ibu, atau
saudara kandung). Sedangkan dari pemeriksaan fisik neurologis tidak didapatkan
adanya kelainan.(2,3)
Pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang dilakukan pada kasus kejang
demam lebih ditujukan untuk mencari penyebab terjadinya demam, antara lain: (2,3)
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang
demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi
penyebab demam atau keadaan lain, misalnya gastroenteritis dehidrasi
disertai demam. Pemeriksaan laboratorium yang dpat dikerjakan misalnya
darah perifer, elektrolit dan gula darah.
2. Pungsi Lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Pada bayi kecil seringkali sulit
untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena
7
manifestasi klinisnya tidak jelas. Maka tindakan pungsi lumbal dikerjakan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Bayi kurang dari 12, diharuskan
b. Bayi antara 12-18 bulan, dianjurkan
c. Bayi > 18 bulan, tidak rutin kecuali bila ada tanda-tanda meningitis.
3. Elektroensefalografi
Tidak direkomendasikan, kecuali pada kejang yang tidak khas (misalnya
kejang demam komplikasi pada usia > 6 tahun atau kejang demam fokal).
4. Pencitraan
Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti Computed tomography scan (CT-
Scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan,
tidak rutin dan hanya atas indikasi, seperti:
a. Kelainan neurologi fokal yang menetap (hemiparesis)
b. Paresis nervus VI
c. Papiledema
VIII. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari kejang demam antara lain penyakit infeksi pada sistem
susunan saraf seperti meningitis,ensefalitis, dan abses otak. (3)
IX. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan saat kejang
Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang
kejang sudah berhenti.Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling
cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan intravena.
Dosis diazepam intravena adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan
kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal
20 mg.(2,3)
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau dirumah adalah
diazepam rektal, dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,7 mg/kg atau diazepam
rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg
8
untukanak dengan berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan
dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak di
atas usia 3 tahun (lihat gambar 1). (2,3)
Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat
diulangi lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan intravena waktu 5 menit.
Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan
ke rumah sakit. (2,3)
9
5 menit
5 menit
Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis
0,3-0,5 mg/kg. Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara
intravena dengan dosis awal 10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1
mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis
selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal. (2,3)
Dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat
intensif untuk diberikan anastesi umum dengan thiopental yang diberikan
oleh seorang ahli anastesi. Bila kejang telah berhenti, pemberian obat
selanjutnya tergantung dari jenis kejang demamnya, apakah kejang demam
sederhana atau kompleks dan faktor resikonya. (2,3)
2. Pemberian obat pada saat demam
Penatalaksanaan jangka panjang termasuk menjelaskan kepada
kedua orang tua cirri-ciri serangan yang relativ tidak berbahaya pada
kejang demam dan mengajarkan mereka bagaimana mengenali dan
10
Diazepam Rektal (1)0,5-0,75 mg/kg, atau
5 mg bila BB , 10 atau usia < 3 tahun7,5 mg bila usia 3 tahun
10 mg bila<10 kg
KEJANG (+)
Rujuk Ke Rumah Sakit
Diazepam Rektal (2)
Dosis Sda
KEJANG (+)
menangani serangan yang terjadi di kemudian hari; bagaimana
menggunakan antipiretik secara aman dan efektif.(2)
a. Antipiretik
Kejang demam terjadi pada saat demam, maka tujuan utama
pengobatan adalah mencegah demam meningkta. Berikan Paracetamol
10mg/kgBB/hari setiap 4-6 jam atau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/hari tiap
4-6 jam. Selain itu juga dapat diberikan kompres air hangat bila suhu
lebih dari 39oC dan kompres air biasa bila suhu lebih dari 38oC.(2)
b. Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat
demam atau dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg setiap 8 jam pada
suhu > 38,5oC.(2)
3. Pemberian obat rumatan
Yang termasuk dalam jenis obat rumatan yaitu fenobarbital 3-4mg/kgBB/2
dosis, asam valproat 15-40 mg/kgBB dalam 2 atau 3 kali pemberian.
Adapun indikasi pemberian obat adalah sebagai berikut: (2)
Kejang lebih dari 15 menit
Ada kelainan neurologiknyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya
hemoparesis, paresis todd, serebral palsy, retradarsi mental, dan
hidrosefalus.
Kejang fokal
Dipetimbangkan bila:
1. Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam
2. Kejang terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
3. Kejang lebih dari atau sama dengan 4 kali dalam setahun
4. Pengobatan penyebab
Penyebab dari kejang demam baik KDS maupun Epilepsi yang diprovokasi
demam biasanya adalah infeksi pada traktus respiratorius bagian atas dan
otitis media akut. Pemberian antibiotik yang tepat dan adequat akan sangat
berguna untuk menurunkan demam, yang pada gilirannya akan
menurunkan resiko terjadinya kejang. Secara akademis, anak yang datang
11
dengan kejang demam pertama kali sebaiknya dikerjakan pemeriksaan
punksi lumbal. Hal ini perlu untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi di
otak maupun meningitis. Selanjutnya apabila menghadapi anak dengan
kejang yang berlangsung lama diperlukan pemeriksaan : Punksi lumbal,
darah lengkap, glukosa, elektrolit: K,Mg,Ca,Na Nitrogen darah dan fungsi
hati. Pemeriksaan foto kranium, EEG, Brain Scan, Computerized
Tomografi, Pneumo Encephalografi, dan Arteriografi.(2,3)
5. Edukasi pada orang tua
Kejang merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua.
Pada saat kejang sebagian orang tua beranggapan bahwa anaknya telah
meninggal. Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara diantaranya: (2,3)
Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis
baik
Memberitahukan cara penanganan kejang
Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
Pemberian obat untuk pencegahan rekurensi memang efektif tetapi
harus diingat adanya efek samping obat.
Dalam penanganan kejang demam, orang tua harus mengupayakan
diri setenang mungkin dalam mengobservasi anak. Beberapa hal yang
harus diperhatikan adalah sebagai berikut: (3)
Anak harus dibaringkan di tempat yang datar dengan posisi
menyamping, bukan terlentang, untuk menghindari bahaya tersedak.
Jangan meletakkan benda apapun dalam mulut si anak seperti sendok
atau penggaris, karena justru benda tersebut dapat menyumbat jalan
napas.
Jangan memegangi anak untuk melawan kejang.
12
Sebagian besar kejang berlangsung singkat dan tidak memerlukan
penanganan khusus.
Jika kejang terus berlanjut selama 10 menit, anak harus segera dibawa
ke fasilitas kesehatan terdekat. Sumber lain menganjurkan anak untuk
dibawa ke fasilitas kesehatan jika kejang masih berlanjut setelah 5
menit. Ada pula sumber yang menyatakan bahwa penanganan lebih
baik dilakukan secepat mungkin tanpa menyatakan batasan menit (4).
Setelah kejang berakhir (jika < 10 menit), anak perlu dibawa menemui
dokter untuk meneliti sumber demam, terutama jika ada kekakuan
leher, muntah-muntah yang berat, atau anak terus tampak lemas.
Jika anak dibawa ke fasilitas kesehatan, penanganan yang akan
dilakukan selain poin-poin di atas adalah sebagai berikut: (3)
Memastikan jalan napas anak tidak tersumbat
Pemberian oksigen melalui face mask
Pemberian diazepam 0,5 mg/kg berat badan per rektal (melalui anus)
atau jika telah terpasang selang infus 0,2 mg/kg per infus
Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan
Sebagian sumber menganjurkan pemeriksaan kadar gula darah untuk
meneliti kemungkinan hipoglikemia. Namun sumber lain hanya
menganjurkan pemeriksaan ini pada anak yang mengalami kejang
cukup lama atau keadaan pasca kejang (mengantuk, lemas) yang
berkelanjutan.
Untuk mencegah serangan pada seorang anak dengan bawaan
kejang demam, begitu anak mengalami demam yang terpenting secepat
mungkin usahakan turunkan suhu badannya, dengan cara memberi obat
penurun panas atau kompres. Selain itu perbanyak minum air putih.(3)
13
X. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pada kejang demam adalah: (1,3)
Luka yang terjadi pada saat kejang karena terjatuh atau tidak disengaja
Menggigit lidahnya sendiri
Menghirup cairan atau aspirasi, pneumonia.
Luka karena kejang yang lama dan complicated
Efek samping dari terap pengobatan untuk mengobati dan mencegah
kejang.
XI. PROGNOSIS
1. Kematian
Dengan penanganan kejang yang cepat dan tepat, prognosa biasanya
baik, tidak sampai terjadi kematian. Dalam penelitian ditemukan angka
kematian KDS 0,46 % s/d 0,74 %. (1)
2. Terulangnya Kejang
Kemungkinan terjadinya ulangan kejang kurang lebih 25 s/d 50 %
pada 6 bulan pertama dari serangan pertama. (1)
3. Epilepsi
Angka kejadian Epilepsi ditemukan 2,9 % dari KDS dan 97 % dari
Epilepsi yang diprovokasi oleh demam. Resiko menjadi Epilepsi yang
akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita KDS tergantung
kepada faktor :
a. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga
b. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan sebelum anak
menderita KDS
c. Kejang berlangsung lama atau kejang fokal.
14
Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor di atas, maka kemungkinan
mengalami serangan kejang tanpa demam adalah 13 %, dibanding bila
hanya didapat satu atau tidak sama sekali faktor di atas. (1)
4. Hemiparesis
Biasanya terjadi pada penderita yang mengalami kejang lama
(berlangsung lebih dari setengah jam) baik kejang yang bersifat umum
maupun kejang fokal. Kejang fokal yang terjadi sesuai dengan
kelumpuhannya. Mula-mula kelumpuhan bersifat flacid, sesudah 2
minggu timbul keadaan spastisitas. Diperkirakan + 0,2 % KDS
mengalami hemiparese sesudah kejang lama. (1)
5. Retardasi Mental
Ditemukan dari 431 penderita dengan KDS tidak mengalami kelainan
IQ, sedang kejang demam pada anak yang sebelumnya mengalami
gangguan perkembangan atau kelainan neurologik ditemukan IQ yang
lebih rendah. Apabila kejang demam diikuti dengan terulangnya
kejang tanpa demam, kemungkinan menjadi retardasi mental adalah 5x
lebih besar.(1)
XII. PENCEGAHAN
Kejang bisa terjadi jika suhu tubuh naik atau turun dengan cepat. Pada
sebagian besar kasus, kejang terjadi tanpa terduga atau tidak dapat dicegah.
Dulu digunakan obat anti kejang sebagai tindakan pencegahan pada anak-anak
yang sering mengalami kejang demam. Tetapi hal ini sekarang sudah jarang
dilakukan. (4)
Kepada anak-anak yang cenderung mengalami kejang demam, pada
saat mereka menderita demam, bisa diberikan diazepam (baik yang melalui
mulut maupun melalui rektal). (4)
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Kliegman, RM. Febrile Seizures in : Nelson Textbook of Pediatrics 18 th
edition. Philadelphia: Saunders : 2007.
2. Rauf, Syarifuddin, dkk. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.
Makassar : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNHAS : 2009. Hal. 103-9.
3. Haslam Robert H.A Sistem Saraf, dalam ilmu kesehatan anak Nelson,
Vol.3, Edisi 15. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta 2000.
4. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. Bagian
Kesehatan Anak FKUI Jakarta. 1985.
5. Askep Anak dengan Kejang Demam. FK Unair Surabaya. Available from :
http://www.perfspot.com/docs/doc.asp?id=18605
6. Kejang Demam (Febrile Convulsion). Available from :
http://medicastore.com/penyakit/400/Kejang_Demam_Febrile_Convulsion
.html
7. Kejang Demam (Febris Konvulsi). Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Available from :
http://kedokteran.ums.ac.id/kejang-demam.html
16