kejang demam

46
 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Lat ar Be laka ng Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain sebagai penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus bangsa. Oleh karena itu tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih- lebih bila anaknya mengalami kejang demam. Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (s uhu rektal di atas 38 o C) yang diseba bkan oleh pro ses ekstra kran ium. Penyeba b demam terbanyak adalah infeksi saluran pernap asan bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan. (Ngastiyah, 1997; 229). Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6  bulan sampa i 4 tahun. Hamp ir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun  pernah mender ita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapat kan pada laki-la ki dar ipada pe re mpua n. Ha l te rsebut diseba bka n karena pa da wa nit a dida pat kan mat ura si ser ebr al yang lebih cep at diba ndin gka n lak i-l aki. (ME. Sumijati, 2000;72-73) Berdasarkan laporan dari daftar diagnosa dari lab./SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data adanya peningkatan insiden kejang demam. Pada tahun 1999 ditemukan pasien kejang demam sebanyak 83 orang dan tidak didapatkan angka kematian (0 %). Pada tahun 2000 ditemukan pasien kejang demam 132 orang dan tidak didapatkan angka kematian (0 %). Dari data di atas menunjukkan adanya peningkatan insiden kejadian sebesar 37%. Bangkitan kejang berulang atau kejang yang lama akan mengakibatkan kerusakan sel-sel otak kurang menyenangkan di kemudian hari, terutama adanya cacat  baik se cara fisi k, mental atau sos ial yang menggang gu pertu mbuhan dan perkembangan anak. (Iskandar Wahidiyah, 1985 : 858) . Keja ng de mam me ru pa ka n keda rura ta n me dis yang me me rl ukan  pertolongan segera. Diagno sa secara dini sert a pengel olaan yang tepat sangat diperl ukan untuk menghin dari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan kejang yang sering. Untuk itu tenaga perawat/paramedis dituntut untuk berperan akt if dal am me nga ta si ke ada an te rs ebut serta ma mp u me mbe ri kan as uha n kep era wat an kepada keluarga dan pen der ita , yang mel ipu ti asp ek pro mot if,  prevent if, kuratif dan rehabil itatif secara terpad u dan berkes inambung an serta me ma nda ng kl ie n se ba ga i sa tu kes at uan ya ng ut uh se car a bi o-p si ko- sos ia l- 1

Upload: livia-baransyah

Post on 19-Jul-2015

800 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 1/45

 

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain

sebagai penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus bangsa.

Oleh karena itu tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih-

lebih bila anaknya mengalami kejang demam.

Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering

dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu

tubuh (suhu rektal di atas 38

o

C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas disusul

infeksi saluran pencernaan. (Ngastiyah, 1997; 229).

Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6

 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun

 pernah menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada

laki-laki daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita

didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki. (ME.

Sumijati, 2000;72-73)

Berdasarkan laporan dari daftar diagnosa dari lab./SMF Ilmu Kesehatan Anak 

RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data adanya peningkatan insiden kejang

demam. Pada tahun 1999 ditemukan pasien kejang demam sebanyak 83 orang dan

tidak didapatkan angka kematian (0 %). Pada tahun 2000 ditemukan pasien kejang

demam 132 orang dan tidak didapatkan angka kematian (0 %). Dari data di atas

menunjukkan adanya peningkatan insiden kejadian sebesar 37%.

Bangkitan kejang berulang atau kejang yang lama akan mengakibatkan

kerusakan sel-sel otak kurang menyenangkan di kemudian hari, terutama adanya cacat

 baik secara fisik, mental atau sosial yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan

anak. (Iskandar Wahidiyah, 1985 : 858) .

Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan

 pertolongan segera. Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat

diperlukan untuk menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan

kejang yang sering. Untuk itu tenaga perawat/paramedis dituntut untuk berperan

aktif dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan

keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang meliputi aspek promotif,

 preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta

memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-

1

1

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 2/45

 

spiritual. Prioritas asuhan keperawatan pada kejang demam adalah :

Mencegah/mengendalikan aktivitas kejang, melindungi pasien dari trauma,

mempertahankan jalan napas, meningkatkan harga diri yang positif, memberikan

informasi kepada keluarga tentang proses penyakit, prognosis dan kebutuhan

 penanganannya. (I Made Kariasa, 1999; 262).

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, penulis tertarik membuat karya

tulis dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Anak “A” dengan Kejang

Demam di Ruang Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya”.

1.2 Batasan Masalah

Mengingat keterbatasan waktu yang penulis miliki , maka penulis

membatasi permasalahan Asuhan Keperawatan pada Anak “A” dengan KejangDemam di Ruang Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Diperolehnya pengetahuan atau gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan

 pada kasus Kejang Demam di Ruang Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.1.1 Mampu melakukan pengkajian yaitu mengumpulkan data subyektif dan data

obyektif pada pasien dengan kejang demam.

1.3.1.2 Mampu menganalisa data yang diperoleh

1.3.1.3 Mampu merumuskan diagnosa kebidanan pada pasien dengan kejang demam

1.3.1.4 Mampu membuat rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan kejang

demam

1.3.1.5 Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang

ditentukan.

1.3.1.6 Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Bagi penulis

Hasil studi kasus ini dapat memberikan wawasan tantang kejang demam pada anak 

dengan menggunakan asuhan keperawatan.

1.4.2 Bagi institusi

1.4.2.1 Sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan bahan acuan perbandingan pada

 penanganan kasus keperawatan.

1.4.2.2 Menghasilkan ahli madya kebidanan sebagai bidan profesional yang memiliki

 pengetahuan yang memadai sesuai perkembangan ilmu dan pengetahuan.

2

2

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 3/45

 

1.4.3 Bagi klien

Memberikan pengetahuan dan ketrampilan pada keluarga tentang perawatan

anak dengan kejang demam.

1.4.4 Bagi rumah sakit

Dapat memberikan asuhan keperawatan untuk kasus yang sama serta menjaga dan

meningkatkan pelayanan kepada mesyarakat, khususnya asuhan keperawatan dengan

kejang demam.

1.5 Metode Penulisan

1.5.1 Metode Penyusunan

Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menggunakan metode penulisandeskriptif observasional dalam bentuk studi kasus yaitu metode yang dibuat

 berdasarkan keadaan sebenarnya dan tertuju pada pemecahan masalah.

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang relevan, penulis menggunakan teknik sebagai

 berikut :

1.5.2.1 Wawancara : suatu cara untuk mendapatkan data dengan cara tanya jawab yang

 berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh klien.

1.5.2.2 Pemeriksaan fisik : data yang diperoleh melalui pemeriksaan dengan cara

inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.

1.5.2.3 Dokumenter : suatu cara untuk memperoleh data dengan melihat data yang

sudah ada dalam status klien, catatan medik maupun dari hasil pemeriksaan

laboratorium.

1.5.2.4 Studi kepustakaan : mengumpulkan data melalui bahan ilmiah dari buku-buku

yang terkait dengan kasus kejang demam.

1.5.2.5 Studi lapangan : mengumpulkan data melalui wawancara dan pemeriksaan fisik 

 pada pasien dengan kejang demam.

1.5.3 Sumber Data

1.5.3.1 Data primer 

Didapatkan melalui wawancara dan observasi terhadap pasien dan keluarga

1.5.3.2 Data sekunder 

Data sekunder didapatkan melalui : Catatan medik dan catatan perawatan,

Hasil-hasil perawatan yang menunjang, Catatan tenaga kesehatan lain yang

terkait.

3

3

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 4/45

 

1.6 Lokasi dan Waktu Penulisan

1.6.1 Lokasi

Lokasi pelaksanaan Asuhan Keperawatan dalam penyusunan karya tulis

dilakukan di Ruang Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

1.6.2 Waktu

Penyusunan karya tulis ini dibuat dari mulai tanggal 8 September 2001 sampai

dengan 30 September 2001.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut :

Bab 1 : PendahuluanTerdiri dari latar belakang, batasan masalah, tujuan penulisan, manfaat

 penulisan, metode penulisan, lokasi dan waktu, sistematika penulisan.

Bab 2 : Tinjauan Pustaka

Terdiri dari konsep dasar teori kejang demam, konsep dasar asuhan

keperawatan pada anak dengan kejang demam yang meliputi

 pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Bab 3 : Tinjauan Kasus

Meliputi pengkajian, analisa data, rumusan diagnosa keperawatan,

rencana/perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi serta catatan

 perkembangan.

Bab 4 : Pembahasan

Pembahasan mengenai kesenjangan yang penulis jumpai antara teori

dan fakta yang ditemukan selama pelaksanaan asuhan keperawatan.

Bab 5 : Simpulan dan Saran

Terdiri dari simpulan dan saran khususnya dalam rangka melaksanakan

asuhan keperawatan .

4

4

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 5/45

 

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batasan/Pengertian

Batasan/pengetahuan dari karya tulis dengan judul “Asuhan

Keperawatan pada Anak “ A” dengan Kejang Demam meliputi :

2.1.1 Asuhan adalah bantuan yang dilakukan bidan kepada individu, pasien atau

kliennya (Santoso. NI, 1989 : 3)

2.1.2 Keperawatan adalah suatu pelayanan kesehatan profesional berdasarkan ilmu

dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial spiritual yang

komprehensip yang ditujukkan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik yang sakit maupun yang sehat (Santosa. NI, 1989 : 1)

2.1.3 Asuhan keperawatan adalah metode pemberian pelayanan keperawatan kepada

 pasien / klien (individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) yang logis,

sistematis, dinamis dan teratur (Santosa. NI, 1989 : 151)

2.1.4 Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada saat suhu meningkat

disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. (Darto suharso, 1994: 148).

2.2 Konsep Kejang Demam

2.2.1 Pengertian

Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang

terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan

oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997:229).

2.2.2 Etiologi

Bangkitan kejang pada bayi dan anak disebabkan oleh kenaikan suhu

 badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan

syaraf pusat misalnya : tonsilitis ostitis media akut, bronchitis, dll

2.2.3 Patofisiologi

Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi

dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari

 permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam

keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion

kalium (K +) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit

lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K + dalam sel

neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat

5

5

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 6/45

 

keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan

di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut

 potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial

membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat

 pada permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :

1.3.1 Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular 

1.3.2 Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran

listrik dari sekitarnya

1.3.3 Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1

o

C akan mengakibatkankenaikan metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat

20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh

dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Oleh karena itu

kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron

dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion

natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini

demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran

sel sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang

demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea,

meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang

akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh

metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak 

teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya

aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat.

2.2.4 Prognosa

Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat prognosisnya baik dan

tidak perlu menyebabkan kematian, resiko seorang anak sesudah menderita

kejang demam tergantung faktor :

1.4.1 Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga

1.4.2 Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita

kejang

1.4.3 Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal

Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor tersebut di atas, di kemudian

hari akan mengalami serangan kejang tanpa demam sekitar 13 %, dibanding

6

6

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 7/45

 

 bila hanya terdapat satu atau tidak sama sekali faktor tersebut, serangan kejang

tanpa demam 2%-3% saja (“Consensus Statement on Febrile Seizures 1981”).

2.2.5 Manifestasi Klinik 

Serangan kejang biasanya terjadi 24 jam pertama sewaktu demam,

 berlangsung singkat dengan sifat bangkitan kejang dapat berbentuk tonik-

klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri.

Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun sejenak tapi setelah

 beberapa detik atau menit anak akan sadar tanpa ada kelainan saraf.

Di Subbagian Anak FKUI RSCM Jakarta, kriteria Livingstone

dipakai sebagai pedoman membuat diagnosis kejang demam sederhana,yaitu :

1.5.1 Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun

1.5.2 Kejang berlangsung tidak lebih dari 15 menit

1.5.3 Kejang bersifat umum

1.5.4 Kejang timbul dalam 16 jam pertamam setelah timbulnya demam

1.5.5 Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal

1.5.6 Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya satu minggu sesudah suhu normal

tidak menunjukkan kelainan

1.5.7 Frekuensi kejang bangkitan dalam satu tahun tidak melebihi empat kali

2.2.6 Penatalaksanaan Medik 

Dalam penaggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu

dikerjakan, yaitu :

1.6.1 Pemberantasan kejang secepat mungkin

Pemberantasan kejang di Sub bagian Saraf Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak 

FKUI sebagai berikut :

Apabila seorang anak datang dalam keadaan kejang, maka :

1. Segera diberikan diazepam intravena → dosis rata-rata 0,3

mg/kg

Atau

diazepam rectal dosis≤

10 kg : 5 mg bila kejang tidak berhenti ≥ 10 kg : 10 mg

tunggu 15 menit

dapat diulang dengan cara/dosis yang sama

7

7

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 8/45

 

kejang berhenti

 berikan dosis awal fenobarbital

dosis : neonatus : 30 mg I.M

1 bulan – 1 tahun : 50 mg I.M

> 1 tahun : 75 mg I.M

2. Bila diazepam tidak tersedia, langsung memakai

fenobarbital dengan dosis awal dan selanjutnya diteruskan dengan dosis

rumat.

1.6.2 Pengobatan penunjang

Pengobatan penunjang saat serangan kejang adalah :1. Semua pakaian ketat dibuka

2. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi

lambung

3. Usahakan agar jalan napas bebasuntuk menjamin kebutuhan

oksigen

4. Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan

oksigen

1.6.3 Pengobatan rumat

Fenobarbital dosis maintenance : 8-10 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari

 pertama, kedua diteruskan 4-5 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari berikutnya.

1.6.4 Mencari dan mengobati penyebab

Penyebab kejang demam adalah infeksi respiratorius bagian atas dan astitis

media akut. Pemberian antibiotik yang adekuat untuk mengobati penyakit

tersebut. Pada pasien yang diketahui kejang lama pemeriksaan lebih intensif 

seperti fungsi lumbal, kalium, magnesium, kalsium, natrium dan faal hati. Bila

 perlu rontgen foto tengkorak, EEG, ensefalografi, dll.

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kejang Demam

Langkah-langkah dalam proses keperawatan ini meliputi :

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian adalah pendekatan sistemik untuk mengumpulkan data dan

menganalisa, sehingga dapat diketahui kebutuhan perawatan pasien tersebut.(Santosa. NI, 1989, 154)

Langkah-langkah dalam pengkajian meliputi pengumpulan data, analisa dan

sintesa data serta perumusan diagnosa keperawatan. Pengumpulan data akan

menentukan kebutuhan dan masalah kesehatan atau keperawatan yang meliputi

8

8

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 9/45

 

kebutuhan fisik, psikososial dan lingkungan pasien. Sumber data didapatkan

dari pasien, keluarga, teman, team kesehatan lain, catatan pasien dan hasil

 pemeriksaan laboratorium. Metode pengumpulan data melalui observasi (yaitu

dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi), wawancara (yaitu berupa

 percakapan untuk memperoleh data yang diperlukan), catatan (berupa catatan

klinik, dokumen yang baru maupun yang lama), literatur (mencakup semua

materi, buku-buku, masalah dan surat kabar).

Pengumpulan data pada kasus kejang demam ini meliputi :

2.3.1.1 Data subyektif 

1. Biodata/IdentitasBiodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin.

Biodata orang tua perlu dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak 

meliputi nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan,

 penghasilan, alamat.

2. Riwayat Penyakit (Darto Suharso, 2000)

Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang ditanyakan :

Apakah betul ada kejang ?

Diharapkan ibu atau keluarga yang mengantar dianjurkan menirukan

gerakan kejang si anak 

Apakah disertai demam ?

Dengan mengetahui ada tidaknya demam yang menyertai kejang, maka

diketahui apakah infeksi infeksi memegang peranan dalam terjadinya

 bangkitan kejang. Jarak antara timbulnya kejang dengan demam..

Lama serangan

Seorang ibu yang anaknya mengalami kejang merasakan waktu

 berlangsung lama. Lama bangkitan kejang kita dapat mengetahui

kemungkinan respon terhadap prognosa dan pengobatan.

Pola serangan

Perlu diusahakan agar diperoleh gambaran lengkap mengenai pola

serangan apakah bersifat umum, fokal, tonik, klonik ?

Apakah serangan berupa kontraksi sejenak tanpa hilang kesadaran seperti

epilepsi mioklonik ?

Apakah serangan berupa tonus otot hilang sejenak disertai gangguan

kesadaran seperti epilepsi akinetik ?

Apakah serangan dengan kepala dan tubuh mengadakan flexi sementara

tangan naik sepanjang kepala, seperti pada spasme infantile ?

9

9

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 10/45

 

Pada kejang demam sederhana kejang ini bersifat umum.

Frekuensi serangan

Apakah penderita mengalami kejang sebelumnya, umur berapa kejang

terjadi untuk pertama kali, dan berapa frekuensi kejang per tahun. Prognosa

makin kurang baik apabila kejang timbul pertama kali pada umur muda dan

 bangkitan kejang sering timbul.

Keadaan sebelum, selama dan sesudah serangan

Sebelum kejang perlu ditanyakan adakah aura atau rangsangan tertentu

yang dapat menimbulkan kejang, misalnya lapar, lelah, muntah, sakit

kepala dan lain-lain. Dimana kejang dimulai dan bagaimana menjalarnya.

Sesudah kejang perlu ditanyakan apakah penderita segera sadar, tertidur,kesadaran menurun, ada paralise, menangis dan sebagainya ?

Riwayat penyakit sekarang yang menyertai

Apakah muntah, diare, truma kepala, gagap bicara (khususnya pada

 penderita epilepsi), gagal ginjal, kelainan jantung, DHF, ISPA, OMA,

Morbili dan lain-lain.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan apakah

 penderita pernah mengalami kejang sebelumnya, umur berapa saat kejang

terjadi untuk pertama kali ?

Apakah ada riwayat trauma kepala, radang selaput otak, KP, OMA dan

lain-lain.

4. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Kedaan ibu sewaktu hamil per trimester, apakah ibu pernah mengalami

infeksi atau sakit panas sewaktu hamil. Riwayat trauma, perdarahan per 

vaginam sewaktu hamil, penggunaan obat-obatan maupun jamu selama

hamil. Riwayat persalinan ditanyakan apakah sukar, spontan atau dengan

tindakan ( forcep/vakum ), perdarahan ante partum, asfiksi dan lain-lain.

Keadaan selama neonatal apakah bayi panas, diare, muntah, tidak mau

menetek, dan kejang-kejang.

5. Riwayat Imunisasi

Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta

umur mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada umumnya

setelah mendapat imunisasi DPT efek sampingnya adalah panas yang dapat

menimbulkan kejang.

10

10

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 11/45

 

6. Riwayat Perkembangan

Ditanyakan kemampuan perkembangan meliputi :

Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial) : berhubungan dengan

kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan

lingkungannya.

Gerakan motorik halus : berhubungan dengan kemampuan anak untuk 

mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian

tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil dan memerlukan

koordinasi yang cermat, misalnya menggambar, memegang suatu benda,

dan lain-lain.

Gerakan motorik kasar : berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti

 perintah dan berbicara spontan.

7. Riwayat kesehatan keluarga.

Adakah anggota keluarga yang menderita kejang (+ 25 % penderita kejang

demam mempunyai faktor turunan). Adakah anggota keluarga yang

menderita penyakit syaraf atau lainnya ? Adakah anggota keluarga yang

menderita penyakit seperti ISPA, diare atau penyakit infeksi menular yang

dapat mencetuskan terjadinya kejang demam.

8. Riwayat sosial

Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu dikaji

siapakah yanh mengasuh anak ?

Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga dan teman sebayanya ?

9. Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan

Ditanyakan keadaan sebelum dan selama sakit bagaimana ?

Pola kebiasaan dan fungsi ini meliputi :

Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat

Gaya hidup yang berkaitan dengan kesehatan, pengetahuan tentang

kesehatan, pencegahan dan kepatuhan pada setiap perawatan dan tindakan

medis ?

Bagaimana pandangan terhadap penyakit yang diderita, pelayanan

kesehatan yang diberikan, tindakan apabila ada anggota keluarga yang

sakit, penggunaan obat-obatan pertolongan pertama.

Pola nutrisi

Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi anak. Ditanyakan bagaimana

kualitas dan kuantitas dari makanan yang dikonsumsi oleh anak ?

11

11

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 12/45

 

Makanan apa saja yang disukai dan yang tidak ? Bagaimana selera makan

anak ? Berapa kali minum, jenis dan jumlahnya per hari ?

Pola Eliminasi :

BAK : ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara makroskopis

ditanyakan bagaimana warna, bau, dan apakah terdapat darah ?

Serta ditanyakan apakah disertai nyeri saat anak kencing.

BAB : ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak ? Bagaimana

konsistensinya lunak,keras,cair atau berlendir ?

Pola aktivitas dan latihan

Apakah anak senang bermain sendiri atau dengan teman sebayanya ?Berkumpul dengan keluarga sehari berapa jam ? Aktivitas apa yang disukai

?

Pola tidur/istirahat

Berapa jam sehari tidur ? Berangkat tidur jam berapa ? Bangun tidur jam

 berapa ? Kebiasaan sebelum tidur, bagaimana dengan tidur siang ?

2.3.1.2 Data Obyektif 

1. Pemeriksaan Umum (Corry S, 2000 hal : 36)

Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat kesadaran, tekanan

darah, nadi, respirasi dan suhu. Pada kejang demam sederhana akan

didapatkan suhu tinggi sedangkan kesadaran setelah kejang akan kembali

normal seperti sebelum kejang tanpa kelainan neurologi.

2. Pemeriksaan Fisik 

Kepala

Adakah tanda-tanda mikro atau makrosepali? Adakah dispersi bentuk 

kepala? Apakah tanda-tanda kenaikan tekanan intrakarnial, yaitu ubun-

ubun besar cembung, bagaimana keadaan ubun-ubun besar menutup atau

 belum ?.

Rambut

Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut. Pasien

dengan malnutrisi energi protein mempunyai rambut yang jarang,

kemerahan seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa menyebabkan

rasa sakit pada pasien.

Muka/ Wajah.

Paralisis fasialis menyebabkan asimetri wajah; sisi yang paresis tertinggal

 bila anak menangis atau tertawa, sehingga wajah tertarik ke sisi sehat.

12

12

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 13/45

 

Adakah tanda rhisus sardonicus, opistotonus, trimus ? Apakah ada

gangguan nervus cranial ?

Mata

Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan

ketajaman penglihatan. Apakah keadaan sklera, konjungtiva ?

Telinga

Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya infeksi

seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan

dari telinga, berkurangnya pendengaran.

Hidung

Apakah ada pernapasan cuping hidung? Polip yang menyumbat jalannapas ? Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya ?

Mulut

Adakah tanda-tanda sardonicus? Adakah cynosis? Bagaimana keadaan

lidah? Adakah stomatitis? Berapa jumlah gigi yang tumbuh? Apakah ada

caries gigi ?

Tenggorokan

Adakah tanda-tanda peradangan tonsil ? Adakah tanda-tanda infeksi

faring, cairan eksudat ?

Leher 

Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid ? Adakah

 pembesaran vena jugulans ?

Thorax

Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan,

frekwensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi

Intercostale ? Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan ?

Jantung

Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya ? Adakah bunyi

tambahan ? Adakah bradicardi atau tachycardia ?

Abdomen

Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen ?

Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus ? Adakah tanda meteorismus?

Adakah pembesaran lien dan hepar ?

Kulit

13

13

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 14/45

 

Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Apakah

terdapat oedema, hemangioma ? Bagaimana keadaan turgor kulit ?

Ekstremitas

Apakah terdapat oedema, atau paralise terutama setelah terjadi kejang?

Bagaimana suhunya pada daerah akral ?

Genetalia

Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari vagina, tanda-

tanda infeksi ?

2.3.1.3 Pemeriksaan Penunjang

Tergantung sarana yang tersedia dimana pasien dirawat, pemeriksaannya meliputi :

1. Darah

Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N <

200 mq/dl)

BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan

merupakan indikasi nepro toksik akibat dari

 pemberian obat.

Elektrolit : K, Na

Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi

kejang

Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )

 Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )

2. Cairan Cerebo Spinal : Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda

infeksi, pendarahan penyebab kejang.

3. Skull Ray : Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang

dan adanya lesi

4. Tansiluminasi : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan

UUB masih terbuka (di bawah 2 tahun) di

kamar gelap dengan lampu khusus untuk 

transiluminasi kepala.

5. EEG : Teknik untuk menekan aktivitas listrik otak melalui

tengkorak yang utuh untuk mengetahui fokus

aktivitas kejang, hasil biasanya normal.

6. CT Scan : Untuk mengidentifikasi lesi cerebral infaik  

hematoma, cerebral oedem, trauma, abses,

tumor dengan atau tanpa kontras.

14

14

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 15/45

 

2.3.2 Analisa dan Sintesa Data

Analisa data merupakan proses intelektual yang meliputi kegiatan

mentabulasi, menyeleksi, mengelompokkan, mengaitkan data, menentukan

kesenjangan informasi, melihat pola data, membandingakan dengan standar,

menginterpretasi dan akhirnya membuat kesimpulan. Hasil analisa data adalah

 pernyataan masalah keperawatan atau yang disebut diagnosa keperawatan. 

Tabel 2.1 Analisa dan Sintesa Data Pada Kasus Kejang Demam

 NO Pengelompokan DataKemungkinan

Penyebab

Masalah

1

2

- Suhu Tubuh > Normal

t. 36,5 – 37,5 ºC (bayi)

t. 36 - 37,5 ºC(anak)

- Denyut nadi lebih cepat

N 110-120x/menit (bayi)

N 100-110x/menit (1 th )

N 80- 90x/menit (5-12th)

- Adanya riwayat kejang

demam

- Kulit teraba panas

- Frekwensi pernafasan me-

ningkat

R.R 30-40x/menit (bayi)

R.R 24-28x/menit (anak )

- Capek 

- Kelelahan

- Nyeri otot

- Penurunan kesadaran

- Riwayat kejang demam- Hasil laboratorium glukosa

darah abnormal (< 80 gr)

- Elektrolit abnormal

Na : N 135 –144 meq/dl

Hipertemia

Gangguan metabolisme

otak 

Perubahan

keseimbangan dan sel

netron

Difusi ion kalium dan

natrium

Lepas muatan listrik 

Kejang

(M.E. Sumijati,

2000;103)

Kejang

Berkurangnya

koordinasi otot↓

trauma fisik 

(ME. Sumijati, 2000;103)

Resiko ke-jang

 berulang

Resiko trauma

fisik 

15

15

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 16/45

 

3

4

K : N 3,80-5,00 meq/dl

- Suhu tubuh abnormal

> 37,5º C

- Kulit terasa panas

- Denyut nadi meningkat

- Riwayat infeksi pernafa-san

atas, ostitis media akut,

 pneumonia, saluran

kencing, pencernaan.

- Anak gelisah dan tidur 

terganggu- Keluarga sering bertanya

tentang penyakit anaknya,

 pengobatan dan

 perawatannya

Kuman penyakit

infeksi

Thermoregulasi

(Hipothalamus)

tak efektif 

hipertermi

Kurangnya atau

keterbatasan informasi

sering bertanya

(Ngastiyah, 1997:230)

Gangguan rasa

nyaman

Kurangnya

 pengetahuan

keluarga

2.3.3 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat, dan pasti

tentang masalah pasien/klien serta penyebabnya yang dapat dipecahkan atau

diubah melalui tindakan keperawatan.

Diagnosa keperawatan yang muncul adalah :

2.3.1 Resiko terjadinya kejang ulang berhubungan dengan hiperthermi.

2.3.2 Resiko terjadinya trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi otot

2.3.3 Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hiperthermi yang ditandai :

1. Suhu meningkat

2. Anak tampak rewel

2.3.4 Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan keterbatasan informasi

yang ditandai : keluarga sering bertanya tentang penyakit anaknya.

2.3.4 Perencanaan

Perencanaan merupakan keputusan awal tentang apa yang akan

dilakukan, bagaimana, kapan itu dilakukan, dan siapa yang akan melakukan

kegiatan tersebut. Rencana keperawatan yang memberikan arah pada kegiatan

keperawatan. (Santosa. NI, 1989;160)

2.3.4.1 Diagnosa Keperawatan : Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan

hipertermi.

16

16

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 17/45

 

Tujuan : Klien tidak mengalami kejang selama berhubungan dengan

hiperthermi

Kriteria hasil:

1. Tidak terjadi serangan kejang ulang.

2. Suhu 36,5 – 37,5 º C (bayi), 36 – 37,5 º C (anak)

3. Nadi 110 – 120 x/menit (bayi)

100-110 x/menit (anak)

4. Respirasi 30 – 40 x/menit (bayi)

24 – 28 x/menit (anak)

5. Kesadaran composmentis

Rencana Tindakan :1. Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap

keringat.

Rasional :proses konveksi akan terhalang oleh pakaian yang ketat dan

tidak menyerap keringat.

2. Berikan kompres dingin

Rasional : perpindahan panas secara konduksi

3. Berikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll)

Rasional : saat demam kebutuhan akan cairan tubuh meningkat.

4. Observasi kejang dan tanda vital tiap 4 jam

Rasional : Pemantauan yang teratur menentukan tindakan yang akan

dilakukan.

5. Batasi aktivitas selama anak panas

Rasional : aktivitas dapat meningkatkan metabolisme dan

meningkatkan panas.

6. Berikan anti piretika dan pengobatan sesuai advis.

Rasional : Menurunkan panas pada pusat hipotalamus dan sebagai

 propilaksis

2.3.4.2 Diagnosa Keperawatan : Resiko terjadi trauma fisik berhubungan dengan

kurangnya koordinasi otot.

Tujuan : Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan.

Kriteria Hasil :

1. Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan.

2. Mempertahankan tindakan yang mengontrol aktivitas kejang.

3. Mengidentifikasi tindakan yang harus diberikan ketika terjadi kejang.

Rencana Tindakan :

17

17

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 18/45

 

1. Beri pengaman pada sisi tempat tidur dan penggunaan tempat tidur yang

rendah.

Rasional : meminimalkan injuri saat kejang

2. Tinggalah bersama klien selama fase kejang..

Rasional : meningkatkan keamanan klien.

3. Berikan tongue spatel diantara gigi atas dan bawah.

Rasional : menurunkan resiko trauma pada mulut.

4. Letakkan klien di tempat yang lembut.

Rasional : membantu menurunkan resiko injuri fisik pada ekstimitas ketika

kontrol otot volunter berkurang.

5. Catat tipe kejang (lokasi,lama) dan frekuensi kejang.Rasional : membantu menurunkan lokasi area cerebral yang terganggu.

6. Catat tanda-tanda vital sesudah fase kejang

Rasional : mendeteksi secara dini keadaan yang abnormal

2.3.4.3 Diagnosa Keperawatan / Masalah : Gangguan rasa nyaman berhubungan

dengan hiperthermi.

Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi

Kriteria hasil : Suhu tubuh 36 – 37,5º C, N ; 100 – 110 x/menit,

RR : 24 – 28 x/menit, Kesadaran composmentis, anak tidak 

rewel.

Rencana Tindakan :

1. Kaji faktor – faktor terjadinya hiperthermi.

Rasional : mengetahui penyebab terjadinya hiperthermi karena

 penambahan pakaian/selimut dapat menghambat penurunan

suhu tubuh.

2. Observasi tanda – tanda vital tiap 4 jam sekali

Rasional : Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan

 perkembangan keperawatan yang selanjutnya.

3. Pertahankan suhu tubuh normal

Rasional : suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh tingkat aktivitas, suhu

lingkungan, kelembaban tinggiakan mempengaruhi panas

atau dinginnya tubuh.

4. Ajarkan pada keluarga memberikan kompres dingin pada

kepala / ketiak .

Rasional : proses konduksi/perpindahan panas dengan suatu bahan

 perantara.

5. Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari kain katun

18

18

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 19/45

 

Rasional : proses hilangnya panas akan terhalangi oleh pakaian tebal

dan tidak dapat menyerap keringat.

6. Atur sirkulasi udara ruangan.

Rasional : Penyediaan udara bersih.

7. Beri ekstra cairan dengan menganjurkan pasien banyak minum

Rasional : Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh

meningkat.

8. Batasi aktivitas fisik 

Rasional : aktivitas meningkatkan metabolismedan meningkatkan

 panas.

2.3.4.4 Diagnosa Keperawatan / Masalah : Kurangnya pengetahuan keluarga

sehubungan keterbataaan informasi.

Tujuan : Pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit anaknya.

Kriteria hasil :

1. Keluarga tidak sering bertanya tentang penyakit anaknya.

2. Keluarga mampu diikutsertakan dalam proses keperawatan.

3. keluarga mentaati setiap proses keperawatan.

Rencana Tindakan :

1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga

Rasional : Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki keluarga

dan kebenaran informasi yang didapat.

2. Beri penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat kejang demam

Rasional : penjelasan tentang kondisi yang dialami dapat membantu

menambah wawasan keluarga

3. Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan.

Rasional : agar keluarga mengetahui tujuan setiap tindakan perawatan

4. Berikan Health Education tentang cara menolong anak kejang dan

mencegah kejang demam, antara lain :

1. Jangan panik saat kejang

2. Baringkan anak ditempat rata dan lembut.

3. Kepala dimiringkan.

4. Pasang gagang sendok yang telah dibungkus kain yang basah, lalu

dimasukkan ke mulut.

5. Setelah kejang berhenti dan pasien sadar segera minumkan obat

tunggu sampai keadaan tenang.

19

19

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 20/45

 

6. Jika suhu tinggi saat kejang lakukan kompres dingin dan beri banyak 

minum

7. Segera bawa ke rumah sakit bila kejang lama.

Rasional : sebagai upaya alih informasi dan mendidik keluarga agar 

mandiri dalam mengatasi masalah kesehatan.

5. Berikan Health Education agar selalu sedia obat penurun panas, bila anak 

 panas.

Rasional : mencegah peningkatan suhu lebih tinggi dan serangan

kejang ulang.

6. Jika anak sembuh, jaga agar anak tidak terkena penyakit infeksi dengan

menghindari orang atau teman yang menderita penyakit menular sehinggatidak mencetuskan kenaikan suhu.

Rasional : sebagai upaya preventif serangan ulang

7. Beritahukan keluarga jika anak akan mendapatkan imunisasi agar 

memberitahukan kepada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah

menderita kejang demam.

Rasional : imunisasi pertusis memberikan reaksi panas yang dapat

menyebabkan kejang demam

2.3.5 Pelaksanaan

Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai

dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat

 bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi

dan dimonitor kemajuan kesehatan klien ( Santosa. NI, 1989;162 )

2.3.6 Evaluasi

Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan

data subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan

keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini

merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa masalah selanjutnya

( Santosa.NI, 1989;162).

Tabel 2.2 Evaluasi Pada Kasus Kejang Demam

 NO. Diagnosa/Masalah Evaluasi

1. Potensial kejang berulang berhu-

 bungan dengan hiperthermi.

Klien tidak mengalami kejang selama

2x24 jam.

Kriteria :

20

20

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 21/45

 

2

3.

4.

.

Potensial terjadi trauma fisik 

 berhubungan kurangnya koordina-

si otot.

Gangguan rasa nyaman berhu-

 bungan dengan hiperthermi.

Kurangnya pengetahuan keluarga

 berhubungan dengan keterbatasan

informasi.

- Tidak terjadi serangan ulang

- Suhu : 36 – 37,5 º C

- N : 100 – 110 kali/menit

- Kesadaran : composmentis

Tidak terjadi trauma fisik selama

 perawatan.

Kriteria :

- Tidak terjadi traumas fisik 

selama kejang.

- Mempertahankan tindakan

yang mengontrol aktivitaskejang.

- Mengidentifikasi tindakan

yang harus diberikan ketika

terjadi kejang.

Rasa nyaman terpenuhi

Kriteria :

- Tanda vital :

Suhu : 36 – 37,5ºC

 N : 100 – 110 kali/ menit

RR : 24 – 28 kali/menit

- Kesadaran : composmentis

- Anak tidak rewel

Pengetahuan keluarga bertambah

tentang penyakit anaknya.

Kriteria :

- Keluarga tidak sering bertanya

tentang penyakit anaknya.

- Keluarga mampu diikutserta-

kan dalam proses perawatan.

- Keluarga mentaati setiap

 proses perawatan.

Lanjutan Tabel 2.2 Evaluasi Kasus Kejang Demam

21

21

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 22/45

 

BAB 3

TINJAUAN KASUS

Pada bab 3 ini melaksanakan asuhan keperawatan pada anak A

dengan diagnosa medis kejang demam + faringitis di ruang anak RSUD Dr.

Soetomo Surabaya.

3.1 Pengkajian

Pengkajian dilakukan oleh Kurnia Yuliastutik pada tanggal 8 September 2001

 jam 11.00 WIB.

3.1.1 Data Subyektif 

3.1.1.1 Biodata/Identifitas Nama anak : An “A”

Umur : 15 bulan

Jenis kelamin : Perempuan

 Nomor Register : 10082571

Lahir : Normal (Spontan B)

Tempat/tanggal lahir : Surabaya, 23 Mei 2000

Diagnosa Medis : Kejang Demam + Faringitis

Tanggal MRS : 8 September 2001 jam 03.30 WIB

 Nama Ibu : Ny. “H”

Umur : 29 tahun

Agama : Katolik 

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : -

Penghasilan : -

Alamat : Pucang Jajar 42 Surabaya

 Nama Ayah : Tn. “B”

Umur : 31 tahun

Agama : Kristen

Suku/Bangsa : Batak/Indonesia

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta

Penghasilan : Rp 500.000/bulan

Alamat : Pucang Jajar 42 Surabaya

22

22

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 23/45

 

3.1.1.2 Riwayat Penyakit Sekarang

1. Keluhan utama : Ibu mengatakan bahwa anaknya panas sejak 7-9-2001 jam

14.30 WIB

2. Perjalanan penyakit sekarang

Tanggal 7-9-2001 jam 14.30 WIB Anak mulai panas lalu diberi obat

 penurun panas (Sirup Salmol) 1 kali dan dikompres, disertai batuk dan

 pilek. Tetapi panas tidak turun. Muntah sebanyak 2 kali yaitu jam 23.30

WIB dan 01.30 WIB sebanyak ± 2-3 sendok makan dengan berisi

makanan. Lalu kejang terjadi pada jam 02.30 WIB sebanyak 1 kali,

lamanya ± 5-10 menit, tidak mengeluarkan busa dari mulut. Keadaan saatkejang adalah mata melirik ke atas, kedua tangan fleksi, dan kedua kaki

kaku (ekstensi). Setelah kejang terjadi anak langsung menangis. Batuk 

tidak mengeluarkan dahak, suara grok-grok, konsistensi pilek agak kental,

 jernih, dan keluar kadang-kadang, tetapi tidak sesak.

3.1.1.3 Penyakit Riwayat Dahulu

Sebelumnya anak tidak pernah menderita/mengalami kejang, epilepsi, trauma

kepala, radang selaput otak, ostitis media akut. Penyakit yang pernah diderita

anak yaitu panas, batuk, pilek tetapi jarang terjadi.

3.1.1.4 Riwayat Kehamilan dan Persalinan

1. Prenatal : selama hamil sehat tidak ada kelainan seperti pendarahan dan

sakit panas, Ibu hanya minum obat yang diberikan bidan. Ibu

tidak minum jamu.

2. Natal : melahirkan usia kehamilan 9 bulan, spontan, tidak ada

kelainan, anak langsung menangis keras, BB : 3300 gr PB :

48cm.

3. Post Natal : bayi sehat, menetek kuat, tidak ada kelainan, tali pusat lepas

hari ke 7.

3.1.1.5 Riwayat Imunisasi

Ibu mengatakan bahwa imunisasi anaknya sudah lengkap.

Reaksi setelah mendapat imunisasi DPT anak panas tetapi tidak kejang,

sembuh dengan meminum obat yang diberikan petugas kesehatan.

3.1.1.6 Riwayat Perkembangan Anak 

23

23

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 24/45

 

1. Riwayat personal sosial :

Anak mudah beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya. Anak masih

ngompol dan belum bisa memberi tahu orang tua bila ingin BAK/BAB.

2. Gerakan motorik kasar : anak sudah bisa berjalan, mendorong, dan menarik 

kursi, dapat mengerjakan perintah secara sederhana.

3. Gerakan motorik halus : anak bisa memegang pensil dan mencoret-coret.

4. Bahasa : anak sudah bisa bicara beberapa kata, misalnya : mama, papa,

memanggil kakaknya (Iza), dan memanggil binatang peliharaan (anjing),

minum, dll.

Kesimpulan : Tidak ada kelainan dalam perkembangan.

3.1.1.7 Riwayat Kesehatan Keluarga

Ayah : tidak ada keluarga yang menderita penyakit epilepsi, kelainan syaraf,

 penyakit menular ataupun menurun dari ayah.

Ibu : ibu menderita hipotensi. Orang tua perempuan ibu menderita

 penyakit diabetes mellitus sejak tahun 1992, dari keluarga ibu tidak 

ada yang menderita kelainan syaraf, epilepsi.

Anak : kakaknya menderita sakit batuk dan pilek selama satu minggu

3.1.1.8 Riwayat Sosial

1. Yang mengasuh ibu sendiri, di rumah tidak ada pembantu ataupun orang

lain.

2. Hubungan dengan anggota keluarga baik: anak sangat dekat dan manja

dengan ibunya. Biasanya anak bermain bersama kakak apabila ditinggal ibu

memasak, mencuci, dan membersihkan rumah. Kakaknya berusia 9 tahun,

sudah kelas 4 SD.

3. Hubungan dengan teman sebaya : anak lebih banyak bermain di rumah

 bersama ibunya. Kadang-kadang anak bermain dengan teman sebayanya

yang dekat dengan rumahnya.

4. Pembawaan secara umum

Anak tampak gelisah dan rewel, kadang-kadang menangis minta

digendong, anak sangat manja kepada ibunya.

3.1.1.9 Pola Kebiasaan dan Fungsi

1. Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat

Sebelum sakit : mandi 2 kali/hari, keramas 2 kali/minggu, ganti celana

setiap ngompol, baju ganti tiap pagi dan sore.

24

24

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 25/45

 

Setelah sakit : mandi 2 kali/hari, tidak pernah keramas, ganti baju tiap

 pagi dan sore dan celana ganti tiap ngompol.

Keluarga sangat khawatir saat anaknya kejang karena selama ini tidak ada

keluarga yang kejang. Keluarga tidak tahu cara pencegahan dan

 pertolongan kejang. Kalau anak sakit biasanya dibawa ke dokter atau

rumah sakit bila setelah diberi obat paracetamol atau bodrexin tidak 

sembuh. Anak bila sakit rewel, sering minta digendong. Anak tampak takut

 bila ada petugas kesehatan yang akan melakukan perawatan/ tindakan

medik.

2. Pola Nutrisi

Sebelum sakit : makan 3-4 kali/hari, dengan porsi satu mangkuk kecilhabis, tidak ada pantangan dalam makanan, komposisinya

nasi tim dan lauknya bervariasi tiap hari yaitu tahu,

tempe, ikan laut, telur dan daging kadang-kadang dengan

ukuran 1 satu porsi sebesar korek api. Sayurnya seperti

 bayam, sup, soto, dan lain-lain.

Minum : air putih ± 3 – 5 gelas (ukuran 100 cc), anak 

masih menetek.

Selama sakit : sehari makan 3 kali/hari, porsi yang disediakan rumah

sakit dimakan separuh. Komposisinya nasi tim, lauk,

sayur, dan buah. Anak lebih sering menetek. Minum air 

 putih ± 4 – 6 kali/100 cc, pasi (SGM 2) baru diberikan 2

sendok lalu dimuntahkan.

3. Pola Eliminasi

Sebelum sakit : BAK ± 4 – 5 kali/hari, warna kuning, nyeri tidak ada.

BAB lancar setiap pagi hari, konsistensi lembek, warna

kuning.

Selama sakit : BAK ± 4 – 5 kali/hari, warna kuning, nyeri tidak ada.

BAB setiap hari, konsistensi lembek, warna kuning.

4. Pola Aktivitas dan Latihan

Sebelum sakit : Bermain bersama kakaknya ± 4 – 5 jam sehari, waktu

terbanyak bersama ibu. Bersama ayah kadang–kadang,

antara 3 – 4 jam. Biasanya anak juga bermain sendiri

sambil melihat TV atau mendengarkan musik sambil

menari.

Selama sakit : aktivitas anak menjadi menurun karena terpasang infus di

tangan kiri, anak sering minta digendong ibu.

25

25

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 26/45

 

5. Pola Tidur dan Istirahat

Sebelum sakit : tidur malam antara jam 20.00 – 05.00 WIB, siang tidur 

antara jam 12.00 – 15.00 WIB, terbangun bila ngompol.

Selama sakit : pada siang hari tidurnya sulit ± ½ - 1 jam, tidurnya sering

terbangun dan rewel minta digendong. Pada malam hari

tidurnya jam 01.00 – 04.00 WIB, anak rewel dan tidurnya

sering terjaga.

3.1.2 Data Obyektif 

3.1.2.1 Pemeriksaan Umum

1. Keadaan umum : lemah2. Kesadaran : composmentis

3. Tekanan darah : -

Nadi : 132 kali/menit

Respirasi : 30 kali/menit

Suhu : 38,2 ºC

4. BB / TB : 9 kg / 77 cm

Status gizi : 2n + 8

2(1,5) + 8 = 11 kg

9/11 x 100 % = 81,8 % (gizi kurang)

3.1.2.2 Pemeriksaan Fisik Umum

1. Kepala

Tak ada tanda – tanda mikrochepali ataupun makrochepali, lingkar kepala

46 cm, ubun – ubun besar menutup, bentuk kepala normal.

2. Rambut

Warna pirang, rambut tidak mudah dicabut, ketebalan rambut cukup, tidak 

terdapat kutu.

3. Muka / wajah

Tidak ada rhisus sardonicus, simetris, tidak terdapat oedema, wajah tidak 

tampak pucat.

4. Mata

Ketajaman penglihatan baik, palpebra simetris, tak ada midriasis atau

miosis, sklera tidak ikterus, konjungtiva tak anemis, pergerakan normal, tak 

ada strabismus.

5. Hidung

26

26

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 27/45

 

Bentuk normal, tidak terdapat epistaksis, nampak keluar sekret

 berwarna kental dan jumlahnya sedikit, tidak ada polip, tidak ada

 pernapasan cuping hidung.

6. Telinga

Simetris kanan dan kiri, pendengaran normal, tak tampak keluar cairan.

7. Mulut

Simetris, tak tampak cyanosis, gigi berjumlah 8 buah, tak ada karies, lidah

 bersih, tidak terdapat stomatis, tak ada strismus, bibir tampak kering dan

 pecah-pecah

8. Tenggorokan

Tonsil tak tampak kemerahan dan tak tampak pembesaran, faring tampak kemerahan, tak ada eksudat.

9. Leher  

Tak ada kaku kuduk, tak ada pembesaran kelenjar tiroid, tak ada

 pembesaran vena jugularis, tak ada pembesaran kelenjar getah bening.

10. Dada / Thorax

Lingkar dada 46 cm, bentuk dada normal, tak ada refraksi intercostal, tidak 

terdapat ronchi, tak ada wheezing, pernaasan cepat dan iramanya teratur.

11. Jantung

Detak jantung normal dan frekwensinya teratur 

12. Abdomen

Turgor kulit cukup, tak ada meteorismus, keadaan lien dan hepar normal,

tidak teraba benjolan / tumor, gerak peristaltik normal.

13. Kulit

Kebersihan kulit cukup, tidak ada hemangioma, tidak ada oedem, kulit

teraba panas.

14. Ekstrimitas

Ekstrimitas atas : tak ada oedem, pergerakan normal, pada tangan

kiri terpasang infus sejak 8 september 2001, tak 

ada tanda – tanda flebitis, akral hangat, lila = 14

cm.

Ekstrimitas bawah: tak ada oedem, pergerakan normal, akral hangat.

15. Genetalia

Vulva : kebersihan cukup, tidak tampak keluar sekret, tidak ada oedema

maupun iritasi.

Anus : kebersihan cukup, haemorroid tidak tampak.

27

27

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 28/45

 

3.1.3 Pemeriksaan Penunjang

3.1.3.1 Data Laboratorium

1 Laboratorium 8 – 9 2001 jam 03.30

Pemeriksaan darah

HB : 12,00 gr % (P 11,4 – 15,1)

Leukosyt : 19 x 109/L (P 4,3 – 11,3)

Trombosyt : 173 x 109/L (150 – 350)

PCV : 0,35 (P 0,38 – 0,42)

Glukosa darah acak : 288 mq/dl (< 200)

Elektrolit : Kalium = 3,60 meq/L (3,8 - 5) Natrium = 133 meq/L (135 - 144)

LP (lumbal pungsi) : Keluarga menolak walaupun sudah

diberikan penjelasan tujuan dan prosedurnya.

3.1.4 Data Lain

Therapi yang diberikan :

8-9-2001 : Ampicilin 3x300 mg IV

Paracetamol 3x100 mg P.O

Diazepam 2,7 mg IV (bila kejang)

Infus D5 ¼ S 500 cc/24 jam.

3.2 Analisa dan Sintesa Data

Tabel 3.1 Analisa dan Sintesa Data Pada Kasus Kejang Demam

 No Pengelompokan dataKemungkinan

PenyebabDiagnosa/masalah

1 Tanggal 8-9-2001 jam 11.00 WIB

S : Ibu mengatakan bahwa

anaknya masih panas dan

rewel minta menetek 

terus, sebelumnya anak 

tidak pernah sakit kejang.

O : keadaan composmentis

Tanda vital :

S : 38,2oC

 N : 132x/mnt

RR : 30x/mnt

Hipertermia↓

gangguan metabolisme

otak 

Perubahan

keseimbangan dari sel

neuron

difusi ion kalium dan

natrium

Potensial kejangulang

28

28

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 29/45

 

Kulit terasa panas, akral

hangat, anak tampak rewel

dan sedang menetek. Bibir 

tampak kering dan pecah-

 pecah , turgor kulit cukup.

Pemeriksaan laboratorium:

Hb : 12 gr %

(N : 11,4-15,1)

Leucocyt : 9x109/L

(N : 4,3-11,3)

Trombocyt : 173x10

9

/L(N : 150-350)

PCV : 0,35

(N : 0,38-0,42)

Glukosa darah acak :

288 mq/dl

(N kurang dari 200)

Elektrolit :

- Kalium : 3,6 meq/L

(N : 3,8-5)

-  Natrium : 133

meq/L (N : 135-

144)

Lepas muatan listrik 

kejang

2 Tanggal 8-9-2001

 jam 11.00 WIB

S : Ibu mengatakan porsi darirumah sakit dihabiskan

separuh, pasi (SGM 2)

 baru diberikan 2 sendok,

lalu dimuntahkan, anak 

sering menetek, dan

minum air putih + 4 -

6x/100cc

O : turgor kulit cukup, wajah

dan telapak tangan tidak 

 pucat. Konjungtiva tidak 

anemis.

Proses penyakit

(faringitis)

↓kesulitan dalam menelan

asupan nutrisi berkurang

Gangguan

 pemenuhan nutrisi

29

29

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 30/45

 

BB : 9 kg (N : 11 kg)

Status gizi kurang

Lila : 14 cm

3 Tanggal 8-9-2001 jam 11.00WIB

S . Ibu bertanya mengapa

 bisa terjadi kejang

 padahal sebelumnya anak 

tidak pernah kejang dan

 panasnya belum turun

setelah diberi obat

 penurun panas.

O : Ibu tampak khawatir 

dengan keadaan anaknya.

Ibu sering bertanya

tentang keadan anaknya

dan setiap tindakan yang

akan dilakukan.

Kurangnya atauketerbatasan informasi

sering bertanya

Kurangnya pengetahuan

3.3 Diagnosa Keperawatan

Dari analisa dan sintesa data di atas maka dapat diambil diagnosa

keperawatan sebagai berikut :

3.3.1 Potensial terjadi kejang ulang berhubungan dengan hiperthermi

3.3.2 Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan nyeri saat menelan yang

ditandai dengan porsi makan tidak dihabiskan, BB kurang dari normal, anak 

tidak mau PASI.

3.3.3 Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi yang

ditandai dengan keluarga sering bertanya tentang penyakit anaknya.

3.4 Perencanaan

Tabel 3.1 Perencanaan Pada Kasus Kejang Demam

 No. Rencana Rasional

1 Tanggal 8-9-2001 jam 11.30 WIB

Diagnosa / masalah : potensial kejang

30

30

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 31/45

 

 berulang berhubungan dengan

hiperthermi

Tujuan : kejang ulang tidak terjadi

dalam waktu 2x24 jam

Kriteria :

- Tidak terjadi serangan ulang

- Suhu tubuh normal (36-

37,5oC)

-  Nadi (100-110 x /mnt)

- RR (24-28 x /mnt)

-Kesadaran composmentis

Rencana :

1. Longgarkan pakaian, berikan

 pakaian tipis yang menyerap keringat

2. Berikan kompres dingin pada

kepala dan ketiak 

3. Berikan ekstra cairan (pasi, asi,

sari buah, dan lain-lain)Cairan: 1150–1300 cc/24 Jam

4. Observasi kejang dan tanda vital

tiap 4 jam

5. Batasi aktivitas selama anak panas

6. Berikan anti piretika dan

 pengobatan sesuai advise dokter 

- Valium 2,7 mg IV (bila

kejang)

- Ampicillin 3 x 300 mgIV

- Paracetamol 3 x 100 mg (per 

oral)

7. Berikan health education kepada

keluarga tentangpersonal hygene:

membersihkan daerah bibir 

dengan air hangat 2 x/hari dan

1. Proses konveksi akan terhaalang

oleh pakaian ketat dan tidak 

menyerap keringat

2. Perpindahan panas secara

konduksi

3. Saat demam kebutuhan akan

cairan tubuh semakin meningkat

4. Pemantauan yang teratur  

menentukan tindakan yang akan

dilakukan selanjutnya

5. Aktivitas dapat meningkatkan

metabolisme sehingga

meningkatkan suhu tubuh

6. Menurunkan panas pada pusat

hipotalamus dan sebagai

 propilaksis

7. Menjaga kebersihan dan

kelembaban bibir 

31

31

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 32/45

 

2 mengolesi bibir dengan madu

Tanggal 8-9-2001 jam 11.10 WIB

Diagnosa / masalah :

Gangguan pemenuhan nutrisi

 berhubungan dengan nyeri saat

menelan

Tujuan : nutrisi terpenuhi dalam 2x24

 jam

Kriteria :

-  porsi makan yang disediakan

dihabiskan

- anak mau minum pasi

- BB anak meningkat

- turgor kulit baik, konjungtiva

tidak anemis

Rencana :

1. Beri penjelasan pada keluarga

tentang penyebab gangguan pemenuhan nutrisi, pentingmya nutrisi

 bagi tubuh dan cara mengatasinya

2. Berikan health educational kepada

keluarga tentang :

-  berikan makanan pada anak 

dengan porsi kecil dan frekuensinya

sering

-  berikan pasi ditambah dengan

madu secara bertahap

3. Kolaborasi dengan tim gizi untuk 

 pemberian diit :

TKTP 900 kalori, 20 gr protein

PASI 6 x 100 cc

4. Observasi intake dan output

5. Lakukan penimbangan BB tiap

hari

1. Dengan pemberian penjelasan

keluarga diharapkan mengerti,

dan dapat mendukung program

 perawatan yang diberikan

2. Untuk mengurangi nyeri saat

menelan dan untuk mencukupi

kebutuhan nutrisi

3. Sebagai fungsi dependen

 perawat/bidan dengan ahli lain.

4. Mengetahui keseimbangan

 jumlah nutrisi tubuh.

5. deteksi perubahan BB sebagaievaluasi pemberian diit

3 Tanggal 8-9-2001 jam 11.30 WIB

32

32

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 33/45

 

Masalah : kurangnya pengetahuan

keluarga tentang penyakit

 berhubungan dengan keterbatasan

informasi

Tujuan : pengetahuan keluarga

 bertambah tentang penyakit anaknya

dalam 24 jam

Kriteria :

- keluarga tidak sering

 bertanya tentang penyakit

anaknya

- keluarga mampu

diikutsertakan dalam proses

 perawatan

- keluarga mentaati setiap

 proses perawatan

Rencana :

1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga

2. Beri penjelasan tentang penyakit

yang diderita anak dan semua

 prosedur perawatan yang akan

dilakukan

3. Berikan health education cara

menolong anak kejang dan

mencegah kejang :

-  jangan panik saat kejang

-  baringkan anak di tempat

rata dan lembut

-kepala dimiringkan

-  pasang gagang sendok di

mulut yang telah dibungkus

kain bersih

1. Mengetahui sejauh mana

 pengetahuan yang dimiliki

keluarga dan kebenaran

informasi yang didapat

2. Agar keluarga dapat menerima

informasi dengan mudah dan

tepat sehingga tidak timbul

kesalahpahaman sehingga

keluarga lebih kooperatif 

3. Sebagai upaya alih informasi

dan mendidik keluarga agar 

mandiri dalam mengatasi

masalah kesehatan

33

33

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 34/45

 

- setelah kejang berhenti dan

anak sadar segera minumkan

obat dan tunggu sampai

keadaan tenang

-  jika suhu tinggi, lakukan

kompres dingin dan beri

minum banyak 

- segera bawa ke RS bila

kejang lama

4. Berikan helath education agar 

selalu sedia obat penurun panas

(sesuai dengan anjuran dokter)

 bila anak panas segera bawa RS

 bila suhu belum turun 24 jam

 berikutnya

5. Jika anak sembuh, jaga agar tidak 

terkena penyakit infeksi dengan

menghindari penderita penyakit

menular sehingga tidak 

mencetuskan kenaikan suhu

6. Beritahu keluarga agar  

memberikan informasi pada

 petugas imunisasi bahwa anaknya

 pernah mendapat serangan kejang

sehingga pemberian imunisasi

DPT tidak diberikan pertusis,

hanya DT saja

4. Mencegah peningkatan suhu

lebih tinggi dan serangan

kejang ulang

5. Sebagai upaya preventif  

serangan kejang ulang

6. Imunisasi pertusis

memberikan reaksi panas yang

dapat menyebabkan kejang

ulang

34

34

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 35/45

 

Tanggal / Jam Pelaksanaan

3.5 Pelaksanaan

Tabel 3.3 Pelaksanaan Pada Kasus Kejang Demam

57

35

35

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 36/45

 

Tanggal 8-9-2001

Jam 11.30 WIB

Jam 11.31 WIB

Jam 11.32 WIB

Jam 11.35 WIB

Jam 11.40 WIB

Jam 07.00 WIB

Jam 15.00 WIB

Jam 23.00 WIB

Jam 11.50 WIB

Tanggal 8-9-2001

Jam 11.45 WIB

Jam 11.50 WIB

Diagnosa : potensial terjadi kejang ulang

 berhubungan dengan hiperthermi

1. Melonggarkan pakaian, berikan

 pakaian tipis yang mudah menyerap

keringat

2. Memberikan kompres dingin pada

kepala dan ketiak 

3. Memberikan ekstra cairan :

infus : D5 ¼S . 500 cc/24 jam,ASI

minum pasi : anak menolak 

(dimuntahkan)4. Mengobservasi kejang dan tanda

vital tiap 4 jam

 N : 132x/mnt RR : 30x/mnt

Taxila : 38,2oC

5. Membatasi aktivitas selama anak 

 panas. Terapi : bed rest

6. Memberikan antipiretika dan

 pengobatan sesuai advise :

Terapi :

- Valium 2,7 mg IV (bila

kejang)

- Ampicillin 3x300 mgIV

- Paracetamol 3x100 mg (per 

oral)

7. Memberikan health education

kepada keluarga tentang personal

hygiene : membersihkan daerah

 bibir dengan air hangat 2 x/hari, dan

mengolesi bibir dengan madu

Diagnosa/masalah : ganggguan

 pemenuhan nutrisi berhubungan

dengan nyeri saat menelan1. Memberikan penjelasan pada

keluarga tentang penyebab

gangguan pemenuhan nutrisi,

 pentingnya nutrisi bagi tubuh dan

cara mengatasinya

36

36

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 37/45

 

Tanggal 8 September 2001

Jam 11.55 WIB

Jam 12.00 WIB

Jam 12.05 WIB

Jam 12.10 WIB

Jam 12.15 WIB

Masalah : Kurangnya pengetahuan

keluarga tentang penyakit

 berhubungan dengan keterbatasan

informasi.

1. Mengkaji tingkat pengetahuan

keluarga.

2. Memberikan penjelasan tentang

 penyakit yang diderita anak dan

semua prosedur perawatan yang

akan dilakukan

3. Memberikan health education caramenolong anak kejang dan

mencegah kejang :

1. Jangan panik saat kejang

2. Baringkan anak di tempat rata

dan lembut.

3. Kepala dimiringkan.

4. Pasang batang sendok di mulut

yang telah dibungkus kain

 bersih.

5. Setelah kejang berhenti dan anak 

sadar segera minumkan obat dan

tunggu sampai keadaan tenang.

6. Jika suhu tinggi, lakukan

kompres dingin dan beri minum

 banyak.

7. Segera bawa ke RS bila anak 

kejang.

4. Memberikan health education agar 

selalu sedia obat penurun panas

(sesuai dengan advis) bila anak 

 panas, segera bawa ke RS bila suhu

 belum turun 24 jam berikutnya.5. Jika anak sembuh, jaga agar tidak 

terkena penyakit infeksi dengan

menghindari penderita penyakit

menular sehingga tidak mencetuskan

37

37

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 38/45

 

Jam 12.20 WIB

kenaikan suhu.

6. Memberitahukan keluarga agar 

memberikan informasi pada petugas

imunisasi bahwa anaknya pernah

mendapat kejang sehingga pemberian

imunisasi DPT tidak diberikan

 pertusis, hanya DT saja.

3.6 Evaluasi dan Catatatan Perkembangan

1. Diagnosa / masalah : potensial terjadi kejang berulang berhubungan

dengan hiperthermi

Catatan Perkembangan

Tanggal 9-9-2001 jam 09.00 WIB

S : Ibu mengatakan kalau anaknya tidak mengalami kejang ulang dan

 badannya masih panas, anak masih rewel, ibu sudah membersihkan bibir 

anaknya dan mengolesi dengan madu.

O : Kejang ulang tidak terjadi, badan teraba panas akral hangat, turgor kulit

 baik, anak tampak rewel, kelembaban bibir cukup, bibir tampak bersih.

Kesadaran : Composmentis

Tanda-tanda vital :

S : 38oC N : 128 x/mnt RR : 28 x/mnt

A : Tujuan belum berhasil

P : Rencana dipertahankan

1. Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah

menyerap keringat

2. Berikan kompres dingin pada kepala dan ketiak 3. Berikan ekstra cairan

Infus : D5 ¼ S 500cc / 24 jam, ASI, PASI : 6 x 100cc

4. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam

5. Batasi aktivitas selama anak panas

6. Berikan pengobatan sesuai dengan advis dokter.

Terapi : Valium 2,7 mgIV (bila kejang)

Ampicilin 3 x 300 mgIV

Paracetamol 3 x 100 mg per oral

Evaluasi

Tanggal 10-9-2001 jam 11.00 WIB

38

38

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 39/45

 

S : Ibu mengatakan kalau anaknya tidak mengalami kejang ulang, badannya

tidak panas lagi, anak tidak rewel dan bisa tidur nyenyak, anak kembali

ceria lagi.

O : Kejang ulang tidak terjadi kulit tidak teraba panas, turgor kulit baik anak 

tampak ceria, infus dilepas sejak jam 09.00 WIB

Kesadaran : Composmentis

Tanda-tanda vital :

S : 37,2oC N : 100 x/mnt RR : 25 x/mnt

A : Tujuan berhasil

P : Rencana dihentikan

2. Diagnosa / masalah : gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan nyeri saatmenelan

Catatan Perkembangan

Tanggal 9-9-2001 jam 10.00 WIB

S : Ibu mengatakan porsi makan yang disediakan dimakan separuh, anak mau

minum PASI ± 2 - 3 x 100cc

O : BB : 9 kg, turgor kulit baik, akral tidak pucat, konjungtiva tidak anemi, PASI

yang diberikan diminum ± 2 – 3 x 100cc

A : Tujuan berhasil sebagian

P : Rencana no. 4 dan 5 dipertahankan

4. Obserasi intake dan output

5. Lakukan penimbangan BB tiap hari

Evaluasi

Tanggal 10-9-2001 jam 11.10 WIB

S : Ibu mengatakan nafsu makan anak bertambah, porsi makan yang disediakan

habis,, PASI yang diberikan diminum 5 – 6 x 100cc

O : BB : 9 kg, turgor lebih baik, akral tidak pucat, conjungtiva tidak anemis,

anak masih menetek, anak tampak ceria kembali

A : Tujuan berhasil sebagian

P : Rencana no. 4 dan 5 dipertahankan

4. Obserasi intake dan output

5. Lakukan penimbangan BB tiap hari

Catatan Perkembangan

Tanggal 11-9-2001 jam 08.00 WIB

S : Ibu mengatakan nafsu makan anak bertambah, porsi makan yang disediakan

habis PASI yang diberikan diminum 5 – 6 x 100 cc.

39

39

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 40/45

 

O : BB : 9 kg, turgor kurang baik, akral tidak pucat, conjungtiva tidak anemis,

anak masih menetek, anak tampak ceria dan bisa diajak bercanda

A : Tujuan berhasil sebagian

P : Rencana hari ini pulang

3. Diagnosa / masalah : kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit

 berhubungan dengan keterbatasan informasi

Evaluasi

Tanggal 8-9-2001 jam 12.30 WIB

S : Ibu mengatakan sudah mengerti tentang penyakit anaknya dan cara

 pencegahannya.O : Ibu / keluarga dapat mengulang kembali penjelasan yang diberikan

Keluarga mau dan mampu diikutsertakan dalam proses perawatan,

Keluarga tidak sering bertanya lagi tentang penyakit anaknya,

Keluarga mentaati setiap proses perawatan

A : Tujuan berhasil

P : Rencana dihentikan

40

40

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 41/45

 

BAB 4

PEMBAHASAN

Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus ini dengan

menggunakan proses perawatan dan setelah melihat kembali mengenai tinjauan

 pustaka baik pada konsep dasar, maupun asuhan perawatan, maka didapatkan

 beberapa kesenjangan dan kesamaan antara teori dan kenyataan di lapangan,

yaitu :

4.1. Pengkajian

Pada tahap ini telah ditemukan adanya kesamaan yaitu dalam tinjauan pustaka

disebutkan bahwa penyebab terjadinya kejang demam adalah infeksi luar susunansaraf pusat, misalnya: tonsilitis, OMA, bronkitis, faringitis, dan lain-lain.

Kenyataannya berdasarkan hasil pemeriksaan fisik ditemukan adanya infeksi

(faringitis). Riwayat penyakit sekarang (kejang demam) sesuai dengan kriteria

Livingstone, yaitu: umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun,

kejang berlangsung tidak lebih dari 15 menit, kejang bersifat umum, kejang

timbul dalam 16 jam pertama timbulnya demam, tidak ada kelainan neurologis.

Ditemukan kesenjangan yaitu dalam tinjauan pustaka ditemukan adanya riwayat

 penyakit kejang dalam keluarga. Kenyataannya di lapangan tidak ditemukan

riwayat penyakit kejang dalam keluarga.

4.2 Analisa dan Sintesa Data

Pada tahap ini dalam kasus nyata ditemukan satu diagnosa dan dua masalah

sedangkan pada tinjauan pustaka terdapat dua diagnosa dan dua masalah.

4.3 Diagnosa / Masalah Keperawatan

Pada tinjauan pustaka disebutkan bahwa masalah yang mungkin timbul pada

kasus kejang demam adalah :

4.3.1 Potensial terjadi kejang ulang berhubungan dengan hiperthermi.

Pada pasien ini tidak lagi terjadi serangan ulang selama di RS meskipun tanggal

9 September 2001 jam 09.00 WIB suhu tubuh masih 38,2º C.

4.3.2 Potensial terjadinya trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi

otot.

Pada pasien hal ini tidak terjadi, karena kejangnya berlangsung hanya sebentar,

kurang dari 15 menit, dan tidak terjadi serangan ulang.

4.3.3 Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan dengan hiperthermi.

Pada pasien ini terjadi gangguan rasa nyaman (tidur/istirahat) berhubungan

dengan hiperthermi. Hal ini terjadi akibat dari proses infeksi yang

41

41

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 42/45

 

mengakibatkan suhu panas sehingga pasien menjadi rewel/gangguan pola tidur 

dan istirahat. Masalah ini tidak diangkat oleh penulis karena criteria hasilnya

sama dengan diagnosa pertama yaitu bila suhu tubuh menurun maka tidak 

terjadi kejang ulang dan masalah gangguan rasa nyaman sudah terpenuhi.

4.3.4 Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan keterbatasan informasi.

Pada keluarga hal ini terjadi karena dalam keluarga tidak ada yang pernah

menderita kejang. Sehingga keluarga menjadi khawatir tentang keadaan

anaknya maka timbul berbagai pertanyaan dari keluarga.

Pada kenyataanya muncul diagnosa/masalah baru pada pasien, yaitu gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan nyeri saat menelan. Hal ini

terjadi karena adanya infeksi, yaitu faringitis.

4.4 Perencanaan

Pada tahap ini tidak ditemukan adanya kesenjangn antara tinjauan pustaka

dengan tinjauan kasus. Karena muncul diagnosa/masalah baru pada pasien

maka muncul perencanaan baru pada tinjauan kasus yang tidak didapatkan pada

tinjauan pustaka.

4.5 Pelaksanaan

Pada tahap ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara tinjauan pustaka

dengan tinjauan kasus. Muncul pelaksanaan baru sesuai dengan rencana pada

kasus yang telah ditemukan di lapangan yang tidak ada dalam tinjauan pustaka.

4.6 Evaluasi

Pada tahap ini ditemukan adanya kesenjangan dimana pada tinjauan pustaka

evaluasi tidak ditulis berdasarkan SOAP, sedang pada tinjauan kasus ditulis

menggunakan SOAP.

42

42

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 43/45

 

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Anak “A” didapatkan

kesimpulan sebagai berikut:

5.1.1 Pengkajian

Pengkajian terpenting dari kejang demam adalah melakukan anamnese

selengkap mungkin serta pemeriksaan fisik untuk menetukan penyebab kejang

terjadi.

Apabila dari anamnese dan pemeriksaan fisik masih sulit menentukan penyebab kejang demam maka dilakukan pemeriksaan penunjang.

5.1.2 Analisa dan Sintesa Data

Pada tahap analisa data dan sintesa data dalam kasus nyata penulis hanya

menemukan satu diagnosa dan dua masalah.

5.1.3 Diagnosa / Masalah Keperawatan

Masalah/diagnosa keperawatan yang muncul akibat dari kejang demam adalah

 potensial terjadinya kejang ulang berhubungan dengan hiperthermi, gangguan

 pemenuhan nutrisi berhubungan dengan nyeri saat menelan, kurangnya

 pengetahuan keluarga tentang penyakit berhubungan dengan keterbatasan

informasi

.

5.1.4 Perencanaan

Pada tahap perencanaan dalam kasus nyata ada beberapa langkah tindakan

yang ditambahkan penulis selain yang terdapat dalam tinjauan pustaka sesuai

kebutuhan klien saat itu.

5.1.5 Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan dalam kasus nyata toidak menemui kesulitan karena

sikap keluarga yang kooperatif dan sarana dan prasarana yang memadai.

5.1.6 Evaluasi

Evaluasi merupakan kunci keberhasilan dari proses keperawatan, terdiri atas

tinjauan laporan pasien dan pengkajian kembali keadaan pasien. Dengan

evaluasi akan membantu perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien yang

dapat berubah-ubah.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Perawat atau Bidan

43

43

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 44/45

 

Karena kejang demam merupakan kasus gawat darurat pada anak dan sering

ditemukan dalam praktek maka perlu mengembangkan kemampuan diri, baik 

melalui intitusi maupun non intitusi untuk meningkatkan ketrampilan dan

 pengetahuan. Dan hendaknya selalu berupaya memberikan asuhan keperawatan

yang bermutu dengan memperhatikan pribadi individu yang unik, dimana

aspek bio psiko sosial dan spiritual terintegrasi secar utuh.

 

5.2.2 Bagi Institusi

Karya tulis ini sebagai acuan untuk penulisan karya tulis yang akan datang

sebagai pembanding terhadap perubahan – perubahan yang akan datang.

44

44

5/17/2018 kejang demam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55b0786767d66 45/45

 

DAFTAR PUSTAKA

Lumbantobing SM, 1989,  Penatalaksanaan Mutakhir Kejang Pada Anak, Gaya

Baru, Jakarta

Lynda Juall C, 1999,  Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Penerjemah

Monica Ester, EGC, Jakarta

Marilyn E. Doenges, 1999,  Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah Kariasa I

Made, EGC, Jakarta

Matondang, Corry S, 2000, Diagnosis Fisis Pada Anak , Edisi ke 2, PT. Sagung Seto:

Jakarta.

 Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit , EGC, JakartaRendle John, 1994, Ikhtisar Penyakit Anak , Edisi ke 6, Binapura Aksara, Jakarta.

Santosa NI, 1989, Perawatan I (Dasar-Dasar Keperawatan), Depkes RI, Jakarta.

Santosa NI, 1993, Asuhan Kesehatan Dalam Konteks Keluarga, Depkes RI, Jakarta.

Soetjiningsih, 1995, Tumbuh Kembang Anak , EGC, Jakarta

Suharso Darto, 1994,  Pedoman Diagnosis dan Terapi , F.K. Universitas Airlangga,

Surabaya.

Sumijati M.E, dkk, 2000, Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim

Terjadi Pada Anak , PERKANI : Surabaya.

Wahidiyat Iskandar, 1985, Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 2, Info Medika, Jakarta.

45

45