kejang demam

15
 TINJAUAN PUSTAKA KEJANG DEMAM DEFINISI Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu rectal diatas 38 o C ) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak-anak, terutama pada golongan umur 3 bulan sampai 5 tahun. Menurut Consensus statement on febrile seizures (1980) , kejang demam adalah kejadian pada bayi atau anak yang berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Anak yang pernah kejang tanpa demam dan bayi berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk dalam kejang demam. Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi,yaitu yang ditandai denagn kejang berulang tanpa demam. Definisi ini menyingkirkan kejang yang disebabkan penyakit saraf seperti meningitis, ensefatitis atau ensefalopati. Kejang pada keadaan ini mempunyai prognosis berbeda dengan kejang demam karena keadaan yang mendasarinya mengenai sistem susunan saraf pusat. Dahulu Livingston membagi kejang demam menjadi 2 golongan, yaitu kejang demam sederhana (simple  febrile convulsion) dan epilepsi yang diprovokasi oleh demam (epilepsi triggered of by fever). Hampir 3% daripada anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderitanya (Millichap, 1968). Wegman (1939) dan Millichap (1959) dari percobaan binatang berkesimpulan bahwa suhu yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya bangkitan kejang.  Terjadinya bangkitan kejang demam bergantung kepada umur, tinggi serta cepatnya suhu meningkat (Wegman, 1939; Prichard dan McGreal, 1958). Faktor hereditas juga mempunyai peranan. Lennox-Buchthal (1971) berpendapat bahwa kepekaan terhadap bangkitan kejang demam diturunkan oleh sebuah gen dominan dengan penetrasi yang tidak sempurna. Lennox (1949) berpendapat bahwa 41,2% anggota keluarga penderita mempunyai riwayat kejang sedangkan pada anak normal hanya 3%.  

Upload: kiki-rizkia

Post on 18-Jul-2015

379 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5/16/2018 KEJANG DEMAM - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55ab50d30fa4f 1/15

TINJAUAN PUSTAKA

KEJANG DEMAM

DEFINISI 

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu

rectal diatas 38o

C ) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam

merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak-anak, terutama pada

golongan umur 3 bulan sampai 5 tahun. Menurut Consensus statement on febrile seizures (1980),

kejang demam adalah kejadian pada bayi atau anak yang berhubungan dengan demam tetapi

tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Anak yang pernah

kejang tanpa demam dan bayi berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk dalam kejang

demam. Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi,yaitu yang ditandai denagn kejang

berulang tanpa demam.

Definisi ini menyingkirkan kejang yang disebabkan penyakit saraf seperti meningitis,

ensefatitis atau ensefalopati. Kejang pada keadaan ini mempunyai prognosis berbeda dengan

kejang demam karena keadaan yang mendasarinya mengenai sistem susunan saraf pusat. Dahulu

Livingston membagi kejang demam menjadi 2 golongan, yaitu kejang demam sederhana (simple

 febrile convulsion) dan epilepsi yang diprovokasi oleh demam (epilepsi triggered of by fever). Hampir 3% daripada anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderitanya

(Millichap, 1968). Wegman (1939) dan Millichap (1959) dari percobaan binatang berkesimpulan

bahwa suhu yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya bangkitan kejang. 

Terjadinya bangkitan kejang demam bergantung kepada umur, tinggi serta cepatnya suhu

meningkat (Wegman, 1939; Prichard dan McGreal, 1958). Faktor hereditas juga mempunyai

peranan. Lennox-Buchthal (1971) berpendapat bahwa kepekaan terhadap bangkitan kejang

demam diturunkan oleh sebuah gen dominan dengan penetrasi yang tidak sempurna. Lennox

(1949) berpendapat bahwa 41,2% anggota keluarga penderita mempunyai riwayat kejang

sedangkan pada anak normal hanya 3%. 

5/16/2018 KEJANG DEMAM - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55ab50d30fa4f 2/15

 

KLASIFIKASI KEJANG DEMAM (KD) 

Umumnya kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu kejang demam

sederhana, yang berlangsung kurang dari 15 menit dan berlangsung umum, dan kejang demam

kompleks, yang berlangsung kurang dari 15 menit, fokal, atau multiple (lebih dari 1 kali kejang

dalam 24 jam). Kriteria penggolongan tersebut dikemukan oleh berbagai pakar. Dalam hal ini

terdapat beberapa perbedaan kecil dalam penggolongan tersebut, menyangkut jenis kejang,

tingginya demam, usia penderita, lamanya kejang berlangsung, gambaran rekam otak dan

lainnya 

 I. Kalsifikasi KD menurut Prichard dan Mc Greal 

Prichard dan Mc Greal membagi kejang demam atas 2 golongan, yaitu:

1.  Kejang demam sederhana

2.  Kejang demam tidak khas

Ciri – ciri kejang demam sederhana ialah:

1.  Kejangnya bersifat simetris, artinya akan terlihat lengan dan tungkai kiri yang kejang

sama seperti yang kanan

2.  Usia penderita antara 6 bulan - 4 tahun

3.  OC) atau lebih

4.  Lamanya kejang berlangsung kurang dari 30 menit

5.  Keadaan neurology (fs saraf) normal dan setelah kejang juga tetap normal

6.  EEG (electro encephalography  –  rekaman otak) yang dibuat setelah tidak demam adalah

normal

Kejang demam yang tidak memenuhi butir tersebut diatas digolongkan sebagai kejang demam

tidak khas

 II. Klasifikasi KD menurut Livingston 

Livingston membagi dalam: 

1.  KD sederhana

5/16/2018 KEJANG DEMAM - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55ab50d30fa4f 3/15

2.  Epilepsy yang dicetuskan oleh demam

Ciri-ciri KD sederhana: 

1.  Kejang bersifat umum

2.  Lamanya kejang berlangsung singkat (kurang dari 15 menit)

3.  Usia waktu KD pertama muncul kurang dari 6 tahun

4.  Frekuensi serangan 1-4 kali dalam satu tahun

5.  EEG normal

KD yang tidak sesuai dengan ciri tersebut diatas digolongkan sebagai epilepsy yang dicetuskan

oleh demam

 III. Klasifikasi KD menurut Fukuyama 

Fukuyama juga membagi KD menjadi 2 golongan, yaitu: 

1.  KD sederhana

2.  KD kompleks

Ciri-ciri KD sederhana menurut Fukuyama: 

1.  Pada keluarga penderita tidak ada riwayat epilepsy

2.  Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyebab apapun

3.  Serangan KD yang pertama terjadi antara usia 6 bulan - 6 tahun

4.  Lamanya kejang berlangsung tidak lebih dari 20menit

5.  Kejang tidak bersifat fokal

6.  Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang

7.  Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologist atau abnormalitas

perkembangan

8.  Kejang tidak berulang dalam waktu singkat

KD yang tidak sesuai dengan criteria tersebut diatas digolongkan sebagai KD jenis kompleks.

5/16/2018 KEJANG DEMAM - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55ab50d30fa4f 4/15

 

Sub Bagian Saraf Anak Bagian IKA FKUI  – RSCM Jakarta, menggunakan kriteria Livingston

yang telah dimodifikasi sebagai pedoman untuak membuat diagnosis kejang demam sederhana,

yaitu: 

1.  Umur anak ketika kejang antara 6 bulan  – 6 tahun

2.  Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit

3.  Kejang bersifat umum

4.  Kejang timbul 16 jam pertama setelah timbulnya demam

5.  Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal

6.  Pemeriksaan EEG yang dibuat setidaknya 1 minggu sesudah suhu normal tidak 

menunjukkan kelainan

7.  Frekuensi bangkitan kejang dalam satu tahun tidak melebihi 4 kali

KD yang tidak memenuhi kriteria diatas digolongkan sebagai epilepsi yang diprovokasi oleh

demam. Kejang kelompok kedua ini mempunyai suatu dasar kelainan yang menyebabkan

timbulnya kejang, sedangkan demam hanya merupakan faktor pencetus.

Kejang Demam Plus (FS +) 

  Kejang demam pada anak umur > 6 tahun

  KD bersamaan dengan epilepsi

  Serangan kejang sering, > 13x/tahun

FAKTOR RESIKO 

Faktor resiko pertama yang penting pada kejang demam adalah demam. Selain itu juga

terdapat faktor riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara kandung, perkembangan

terlambat, problem pada masa neonatus, anak dalam pengawasan khusus, dan kadar natrium

rendah. Setelah kejang demam pertama, kira-kira 33% anak akan mengalami satu kali rekurensi

atau lebih, dan kira-kira 9% anak mengalami 3 kali rekurensi atau lebih. Resiko rekurensi

meningkat pada usia dini, cepatnya anak mendapat kejang setelah demam timbul, temperature

yang sangat rendah saat kejang, riwayat keluarga kejang demam, dan riwayat keluarga epilepsi. 

5/16/2018 KEJANG DEMAM - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55ab50d30fa4f 5/15

Dua puluh sampai 25% penderita kejang demam mempunyai keluarga dekat (orang-tua

dan saudara kandung) yang juga pernah menderita kejang demam. Tsuboi mendapatkan bahwa 

insiden kejang demam pada orang tua penderita kejang demam ialah 17% dan pada saudara

kandungnya 22%. Delapan-puluh persen dari kembar monosigot dengan kejang demam adalah

konkordans untuk kejang demam. Kebanyakan peneliti mendapat kesan bahwa kejang demam

diturunkan secara dominan dengan penetrasi yang mengurang dan ekspresi yang bervariasi, atau

melalui modus poligenik. 

Pada penderita kejang demam risiko saudara kandung berikutnya untuk mendapat kejang

demam ialah 10%. Namun bila satu dari orang-tuanya dan satu saudara pernah pula mengalami

KD, kemungkinan ini meningkat menjadi 50% . 

Penelitian Prof.Dr.dr.S.M.Lumbantobing juga memperoleh data riwayat keluarga pada

231 penderita KD Dari mereka ini 60 penderita merupakan anak tunggal waktu diperiksa. 

Sedang 221 penderita lainnya - yang mempunyai satu atau lebih saudara kandung - 79 penderita

(36%) mempunyai satu atau lebih saudara kandung yang pemah mengalami kejang yang disertai

demam.  Jumlah seluruh saudara kandung dari 221 penderita ini ialah 812 orang, dan 119

(14,7%) di antaranya pernah mengalami kejang yang disertai demam. 

ETIOLOGI 

Penyebab kejang demam hingga kini masih belum diketahui dengan pasti. Ada beberapafaktor yang mungkin berperan dalam menyebabkan kejang demam,yaitu: 

1.  Demamnya sendiri

2.  Efek produk toksik daripada mikroorganisme (kuman dan virus) terhadap otak 

3.  Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi

4.  Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit

5.  Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan atau yang tidak diketahui atau

ensefalopati toksik sepintas

6.  Gabungan semua faktor diatas

5/16/2018 KEJANG DEMAM - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55ab50d30fa4f 6/15

Demam yang disebabkan oleh imunisasi juga dapat memprovokasi kejang demam. Anak 

yang mengalami kejang setelah imunisasi selalu terjadi waktu anak sedang demam. Kejang

setelah imunisasi terutama didapatkan setelah imunisasi pertusis (DPT) dan morbili (campak). 

Dari penelitian yang telah dilakukan Prof.Dr.dr.S.M.Lumbantobing pada 297 penderita

kejang demam, 66 (22,2%) penderita tidak diketahui penyebabnya. 

Penyebab utama

didasarkan atas bagian tubuh yang terlibat peradangan. Ada penderita yang mengalami kelainan

pada lebih dari satu bagian tubuhnya, misalnya tonsilo-faringitis dan otrtis media akut. (lihat

tabel ).

Penyebab demam pada 297 penderita KD 

Penyebab demam  Jumlah penderita 

Tonsilitis dan/atau faringitis 

Otitis media akut (radang liang telinga

tengah) 

Enteritis/gastroenteritis (radang saluran

cerna) 

Enteritis/gastroenteritis disertai dehidrasi 

Bronkitis (radang saiuran nafas) 

Bronkopeneumonia (radang paru dan

saluran nafas) 

Morbili (campak) 

Varisela (cacar air) 

Dengue (demam berdarah) 

Tidak diketahui 

100 

91 

22 

44 

17 

38 

12 

66 

Pernah dilaporkan bahwa infeksi tertentu lebih sering di-sertai KD daripada infeksi

lainnya. Sekitar 4,8% - 45% penderita gastroenteritis oteh kuman Shigella mengaiami KDdibanding gastroenteritis oieh kuman penyebab lainnya di mana angka kejadian KD hanya

sekitar 1%. 

Lahat dkk, 1984 mengemukakan bahwa tingginya angka kejadian KD pada shigellosis

dan salmonellosis mungkin berkaitan dengan efek toksik akibat racun yang dihasilkan kuman

bersangkutan.

5/16/2018 KEJANG DEMAM - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55ab50d30fa4f 7/15

 

PATOFISIOLOGI 

Meskipun mekanisme pasti terjadinya kejang tidak diketahui, beberapa faktor fisiologis

dianggap bertanggung jawab atas berkembangnya suatu kejang.

Untuk mempertahankan hidup sel atau organ otak, diperlukan suatu energi yang didapat

dari metabolisme. Bahan baku untuk memetabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat

proses itu adalah oksidasi dimana oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi paru-paru dan

diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler. Jadi sumber energi otak adalah glukosa yang

melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air.

Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipid dan

permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan

mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya,

kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya kosentrasi K

+dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na

menjadi rendah sedangkan di luar sel neuron terjadi keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis

dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut

potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan petensial membran ini

diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel.

Keseimbangan petensial membran ini dapat diubah oleh adanya:

1. 

Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraseluler.2.  Rangsangan yang datangnya mendadak, misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik 

dari sekitarnya.

3.  Perubahan dari patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.

Pada keadaan demam, kenaikan 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal

10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat sampai 20%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh

tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron, dan dalam waktu yang

singkat dapat terjadi difusi ion kalium listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya

sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran tetangganya dengan bantuan bahan

yang disebut neurotransmitter dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang

berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seorang anak menderita kejang

pada kenaikan suhu tubuh tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang sudah

5/16/2018 KEJANG DEMAM - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55ab50d30fa4f 8/15

dapat terjadi pada suhu 38oC, sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang

baru dapat terjadi pada suhu 40oC atau lebih.

Pada kejang yang berlangsung lama biasanya disertai terjadinya apnea, meningkatnya

kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet sedangkan otot pernafasan tidak efisien

sehingga tidak sempat bernafas yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnea, hipoglikemia,

laktat asidosis disebabkan metabolisme anaerob, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang

tidak teratur dan suhu tubuh yang semakin meningkat oleh karena meningkatnya aktivitas otot

dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otot meningkat.

Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah mengakibatkan hipoksia sehingga

meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul oedem otak yang mengakibatkan kerusakan sel

neuron.

Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa berulangnya kejang demam lebih sering

terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga di dalam penanggulangannya perlu

diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita menjadi kejang.

MANIFESTASI KLINIK 

Terjadinya kejang pada kejang demam terkait dengan kenaikan suhu yang cepat dan

biasanya berkembang bila suhu tubuh mencapai 39 C atau lebih (rectal). Umumnya kejang

berlangsung singkat, berupa serangan tonik klonik. Bentuk kejang yang lain dapat juga terjadiseperti mata terbalik keatas dengan disertai kekakuan atau kelemahan,gerakan sentakan berulang

tanpa didahului kekakuan, atau hanya sentakan atau kekakuan fokal. 

Sebagian besar kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 8% yang

berlangsung lebih dari 15 menit. Sering kali kejang berhenti sendiri setelah mendapat

pertolongan pertama. Setelah kejang berhenti anak tampak capek, mengantuk, tertidur pulas, dan

tidak memberikan reaksi apapun untuk sejenak atau disebut periode mengantuk singkat pasca

kejang, tetapi setelah beberapa detik atau menit, anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit

neurologis. 

Kejang demam yang berlangsung lebih lama dari 15 menit sering bersifat fokal atau

unilateral dan kadang-kadang diikuti oleh parese Tood (lumpuh sementara pasca serangan

kejang) yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat

5/16/2018 KEJANG DEMAM - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55ab50d30fa4f 9/15

diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama biasanya lebih

sering terjadi pada kejang demam yang pertama. 

DIAGNOSIS

Diagnosis kejang demam ditegakkan berdasarkan kriteria Livingston yang telah

dimodifikasi, yang merupakan pedoman yang dipakai oleh Sub Bagian Saraf Anak IKA FKUI-

RSCM Jakarta, yaitu: 

1.  Umur anak ketika kejang antara 6 bulan  – 6 tahun

2.  Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15menit

3.  Kejang bersifat umum

4.  Kejang timbul 16 jam pertama setelah timbulnya demam

5.  Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal

6.  Pemeriksaan EEG yang dibuat setidaknya 1 minggu sesudah suhu normal tidak 

menunjukkan kelainan

7.  Frekuensi bangkitan kejang dalam satu tahun tidak melebihi 4 kali

Secara klinis umumnya tidak sulit untuk menegakkan diagnosis kejang demam, dengan

adanya gejala kejang pada suhu badan yang tinggi serta tidak didapatkan gejala neurologis lain

dan anak segera sadar setelah kejang berlalu. Tetapi perlu diingat bahwa kejang dengan suhu

badan yang tinggi dapat pula tejadi pada kelainan lain, misalnya pada radang selaput otak 

(meningitis) atau radang otak (ensefalitis). 

Pemeriksaan cairan serebrospinal dapat dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan

meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama dan dengan usia kurang dari 1

tahun. Elektroensefalografi (EEG) ternyata kurang mempunyai nilai prognostic, EEG tidak dapat

digunakan untuk memperkirakan kemungkinan terjadinya epilepsy atau kejang demam berulang

dikemudian hari. Saat ini pemeriksaaan EEG tidak dianjurkan untuk pasien kejang demam

sederhana. Pemeriksaan laboratorium tidak dianjurkan dan dikerjakan untuk mengevaluasi

sumber infeksi. Pasien dengan keadaan diare, muntah dan gangguan keseimbangan cairan dapat

diduga terdapat gangguan metabolisme akut, sehingga pemeriksaan elektrolit diperlukan.

Pemeriksaan labratorium lain perlu dilakukan untuk mencari penyebab timbulnya demam. 

5/16/2018 KEJANG DEMAM - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55ab50d30fa4f 10/15

 

DIAGNOSIS BANDING 

Epilepsi 

Meningitis

Ensefalitis

PENATALAKSANAAN 

Menurut dr. Dwi P. Widodo, neurolog anak RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta,

tindakan awal yang mesti dilakukan adalah menempatkan anak pada posisi miring dan hangat.

Setelah air menguap, demam akan turun. Tidak perlu memasukkan apa pun di antara gigi. Jangan

memasukkan sendok atau jari ke dalam mulut anak untuk mencegah lidahnya tergigit. Hal ini

tidak ada gunanya, justru berbahaya karena gigi dapat patah atau jari luka. Miringkan posisi anak 

sehingga ia tidak tersedak air liurnya. Jangan mencoba menahan gerakan anak. Turunkan demam

dengan membuka baju dan menyeka anak dengan air sedikit.

Ada 3 hal yang perlu dikerjakan pada penatalaksanaan kejang demam yaitu:  

1.  Pengobatan fase akut

2.  Mencari dan mengobati penyebab

3.  Pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang demam

 Pengobatan fase akut 

Pada waktu kejang pasien dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan dan

diusahakan jalan nafas harus bebas agar oksigenisasi terjamin. Perhatikan keadaan vital seperti

kesadaran, tekanan darah, suhu, pernafasan, dan fungsi jantung. Suhu tubuh yang tinggi

diturunkan dengan kompres air hangat dan pemberian antipiretik.

Kejang demam terjadi akibat adanya demam, maka tujuan utama pengobatan adalahmencegah terjadinya peningkatan demam oleh karena itu pemberian obat  –  obatan antipiretik 

sanagt diperlukan. Obat  – obat yang dapat digunakan sebagai antipiretik adalah asetaminofen 10

- 15 mg/kgBB/hari setiap 4  – 6 jam atau ibuprofen 5 – 10 mg/kgBB/hari setiap 4  – 6 jam. 

Diazepam adalah obat yang paling cepat menghentikan kejang. Efek terapeutik diazepam

sangat cepat, yaitu antara 30 detik sampai 5 menit dan efek toksik yang serius hampir tidak 

5/16/2018 KEJANG DEMAM - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55ab50d30fa4f 11/15

dijumpai apa bila diberikan secara perlahan dan dosis tidak melebihi 50 mg persuntikan.

Diazepam dapat diberikan secara intravena dan intrarectal. Dosis diazepam intravena 0,3-0,5

mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1-2 mg/menit dengan dosis maksimal 20 mg. Bila kejang

berhenti sebelum diazepam habis, hentikan penyuntikan, tunggu sebentar dan bila tidak timbul

kejang lagi jarum dicabut. 

Pemberian diazepam secara intravena pada anak yang kejang seringkali menyulitkan,

cara pemberian yang mudah, sederhana dan efektif melalui rektum telah dibuktikan

keampuhannya (Knudsen, 1979; Ismael dkk., 1981; Kaspari dkk., 1981). Pemberian dilakukan

pada anak/bayi dalam posisi miring/ menungging dan dengan rektiol yang ujungnya diolesi

vaselin, dimasukkaniah pipa saluran keluar rektiol ke rektum sedalam 3 - 5 cm. Kemudian rektiol

dipijat hingga kosong betul dan selanjutnya untuk beberapa menit lubang dubur ditutup dengan

cara merapatkan kedua muskulus gluteus. Dosis diazepam intrarectal yg dapat digunakan adalah

5 mg (BB<10 kg) atau 10 mg (BB>10 kg). Bila kejang tidak berhenti dapat diulang selang 5

menit kemudian, bila tidak berhenti juga berikan fenitoin dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB

secara intravena perlahan-lahan 1 mg/kgBB/menit. Setelah pemberian fenitoin, harus dilakukan

pembilasan dengan NaCl fisiologis karena fenitoin bersifat basa dan menyebabkan iritasi vena. 

Bila kejang berhenti dengan diazepam, lanjutkan dengan pemberian fenobarbital dosis

rumatan. Untuk 2 hari pertama diberikan dosis 8-10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis, untuk 

hari-hari berikutnya dengan dosis 4-5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis. Selama keadaan belummembaik, obat diberikan secara suntikan dan setelah membaik peroral. Harus diperhatikan

bahwa dosis total tidak boleh melebihi 200 mg/hari karena efek sampingnya adalah hipotensi,

penurunan kesadaran, dan depresi pernafasan.

 Mencari dan mengobati penyebab

Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan

meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Walaupun demikian kebanyakan

dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai meningitis, misalnya

bila ada gejala meningitis atau bila kejang demam berlangsung lama. 

 Pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang demam 

Pengobatan ini dibagi atas 2 bagian, yaitu: 

5/16/2018 KEJANG DEMAM - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55ab50d30fa4f 12/15

1.  Profilaksis intermiten

Untuk mencegah terulangnya kejang kembali dikemudian hari, penderita yang

menderita kejang demam sederhana diberikan diazepam secara oral untuk profilaksis

intermiten dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis saat pasien demam.

Diazepam dapat juga diberikan secara intrarectal tiap 8 jam sebanyak 5 mg (BB<10 kg)

dan 10 mg (BB>10kg) setiap pasien menunjukan suhu lebih dari 38,5OC. 

Profilaksis intermiten ini sebaiknya diberikan sampai kemungkinan anak untuk 

menderita kejang demam sedarhana sangat kecil, yaitu sampai sekitar umur 4 tahun.

2.  Profilaksis jangka panjang 

Profilaksis jangka panjang berguna untuk menjamin terdapatnya dosis terapeutik 

yang stabil dan cukup didalam darah penderita untuk mencegah terulangnya kejang

demam berat yang dapat menyebabkan kerusakan otak tetapi tidak dapat mencegah

terjadinya epilepsi dikemudian hari. Profilaksis terus-menerus setiap hari dengan

fenobarbital 3-5 mg/ kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis. Obat lain yang dapat digunakan adalah

asam valproat dengan dosis 15-40 mg/kgBB/hari. Antikonvulsan profilaksis terus menerus

diberikan selama 1-2 tahun setelah kejang terakhir dan dihentikan bertahap selama 1-2 bulan.

Profilaksis terus-menerus dapat dipertimbangkan bila ada 2 kriteria (termasuk poin 1

atau 2) yaitu: 

1. 

Sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologis atauperkembangan (misalnya serebral palsi atau mikrosefal, retardasi mental). 

2.  Kejang demam lebih lama dari 15 menit, fokal, atau diikuti kelainan neurologis

sementara atau menetap. 

3.  Ada riwayat kejang tanpa demam pada orang tua atau saudara kandung. 

4.  Bila kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan atau terjadi kejang

multipel dalam satu episode demam. 

Bila hanya memenuhi satu kriteria saja dan ingin memberikan pengobatan jangka

panjang, maka berikan profilaksis intermiten yaitu pada waktu anak demam dengan diazepam oral

alau rektal tiap 8 jam di samping antipiretik 

5/16/2018 KEJANG DEMAM - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55ab50d30fa4f 13/15

Dalam penanganan kejang demam, orang tua harus mengupayakan diri setenang

mungkin dalam mengobservasi anak. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah sebagai

berikut:

  Anak harus dibaringkan di tempat yang datar dengan posisi menyamping, bukan terlentang,

untuk menghindari bahaya tersedak.

  Jangan meletakkan benda apapun dalam mulut si anak seperti sendok atau penggaris,

karena justru benda tersebut dapat menyumbat jalan napas.

  Jangan memegangi anak untuk melawan kejang.

  Sebagian besar kejang berlangsung singkat dan tidak memerlukan penanganan khusus.

  Jika kejang terus berlanjut selama 10 menit, anak harus segera dibawa ke fasilitas

kesehatan terdekat. Sumber lain menganjurkan anak untuk dibawa ke fasilitas kesehatan jika kejang masih berlanjut setelah 5 menit. Ada pula sumber yang menyatakan bahwa

penanganan lebih baik dilakukan secepat mungkin tanpa menyatakan batasan menit.

  Setelah kejang berakhir (jika < 10 menit), anak perlu dibawa menemui dokter untuk 

meneliti sumber demam, terutama jika ada kekakuan leher, muntah-muntah yang berat,

atau anak terus tampak lemas.

Jika anak dibawa ke fasilitas kesehatan, penanganan yang akan dilakukan selain poin-poin di atas

adalah sebagai berikut :

  Memastikan jalan napas anak tidak tersumbat

  Pemberian oksigen melalui face mask  

  Pemberian diazepam 0,5 mg/kg berat badan per rektal (melalui anus) atau jika telah

terpasang selang infus 0,2 mg/kg per infus

  Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan

  Sebagian sumber menganjurkan pemeriksaan kadar gula darah untuk meneliti

kemungkinan hipoglikemia. Namun sumber lain hanya menganjurkan pemeriksaan ini pada

anak yang mengalami kejang cukup lama atau keadaan pasca kejang (mengantuk, lemas)

yang berkelanjutan.

5/16/2018 KEJANG DEMAM - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55ab50d30fa4f 14/15

 Imunisasi dan kejang demam 

Walaupun imunisasi dapat menimbulkan demam, namun imunisasi jarang diikuti kejang

demam. Suatu penelitian yang dilakukan memperlihatkan risiko kejang demam pada beberapa

 jenis imunisasi sebagai berikut:

· DTP : 6-9 per 100.000 imunisasi. Risiko ini tinggi pada hari imunisasi, dan menurun

setelahnya.

· MMR : 25-34 per 100.000 imunisasi. Risiko meningkat pada hari 8-14 setelah imunisasi.

Kejang demam pasca imunisasi tidak memiliki kecenderungan berulang yang lebih besar

daripada kejang demam pada umumnya. Dan kejang demam pasca imunisasi kemungkinan besar

tidak akan berulang pada imunisasi berikutnya. Jadi kejang demam bukan merupakan kontra

indikasi imunisasi.

PROGNOSIS 

Dengan penangulangan yang tepat dan cepat, prognosis kejang demam baik dan tidak perlu

menyebabkan kematian. Dari penelitian yang ada, frekuensi terulangnya kejang berkisar antara

25% - 50%, yang umumnya terjadi pada 6 bulan pertama. Apabila melihat pada umur, jenis

kelamin, dan riwayat keluarga, Lennox-Buchthal (1973) mendapatkan:

  Pada anak berumur kurang dari 13 tahun, terulangnya kejang pada wanita 50% dan pria

33%.

  Pada anak berumur antara 14 bulan dan 3 tahun dengan riwayat keluarga adanya kejang,

terulangnya kejang adalah 50%, sedang pada tanpa riwayat kejang 25%.

Angka kejadian epilepsi berbeda-beda, tergantung dari cara penelitian, misalnya

Lumbantobing (1975) pada penelitiannya mendapatkan 6%, sedangkan Living-ston (1954)

mendapatkan dari golongan kejang demam sederhana hanya 2,9% yang menjadi epilepsi dan dari

golongan epilepsi yang diprovokasi oleh demam temyata 97% yang menjadi epilepsi.

Risiko yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung dari

faktor:

1.  Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga.

2.  Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita kejang demam.

3.  Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal.

5/16/2018 KEJANG DEMAM - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kejang-demam-55ab50d30fa4f 15/15

 

Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor tersebut di atas, maka dikemudian hari akan

mengalami serangan kejang tanpa demam sekitar 13%, dibanding bila hanya terdapat 1 atau

tidak sama sekali faktor tersebut di atas, serangan kejang tanpa demam hanya 2% - 3% saja

("Consensus Statement on Febrile Seizures, 1981") Pada penelitian yang dilakukan oleh The

 National Collaboratlve Perinatal Project di Amerika Serikat , dalam hal mana 1.706 anak pasca

kejang demam diikuti perkembangannya sampai usia 7 tahun, tidak 

didapatkan kematiansebagai akibat kejang demam. Anak dengan kejang demam ini lalu

dibandingkan dengan saudara kandungnya yang normal, terhadap tes iQ dengan menggunakan

WISC. Angka rata-rata untuk iQ total ialah 93 pada anak yang pernah mendapat kejang demam.

Skor ini tidak berbeda bermakna dari saudara kandungnya (kontrol). Anak yang .sebelum

terjadinya kejang demam sudah abnormal atau dicurigai menunjukkan gejala yang abnormal,

rnempunyai skor yang lebih rendah daripada saudara kandungnya. Hasil yang diperoleh the

 National Collaborative Perinatal Project  ini hampir serupa dengan yang didapatkan di Inggris

oleh The National Child Development-Study* Didapatkan bahwa anak yang pernah mengaiami

KD kinerjanya tidak berbeda dengan populasi umum waktu di tes pada usia 7 dan 11 tahun.

Pada penelitian Ellenberg dan Nelson mendapatkan tidak ada perbedaan IQ waktu

diperiksa pada usia 7 tahun antara anak dengan KD dan kembarannya yang tanpa kejang demam.