kejang demam

32
KEJANG DEMAM A. Konsep Dasar 1. Pengertian Kejang demam adalah kejang yang cenderung timbul dalam 24 jam pertama pada waktu sakit dengan demam atau pada waktu demam mendadak tinggi. (Wright. John, 1994) Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 38 0 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. (Mansjoer.A, 2000) Kejang adalah perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan. (Betz Cecily, 2002)

Upload: tatat-permana

Post on 19-Jun-2015

952 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: kejang demam

KEJANG DEMAM

A. Konsep Dasar

1. Pengertian

Kejang demam adalah kejang yang cenderung timbul dalam 24 jam

pertama pada waktu sakit dengan demam atau pada waktu demam

mendadak tinggi. (Wright. John, 1994)

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu

tubuh (suhu rektal lebih dari 380C) yang disebabkan oleh suatu proses

ekstrakranium. (Mansjoer.A, 2000)

Kejang adalah perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai

akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral

yang berlebihan. (Betz Cecily, 2002)

Berdasarkan definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kejang

demam merupakan bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu

tubuh yang cenderung timbul dalam 24 jam pertama akibat dari aktivitas

neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan

yang lebih sering dijumpai pada anak, terutama pada golongan 6 bulan – 4

tahun.

2. Etiologi

Page 2: kejang demam

Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan

dengan kenaikan suhu tubuh yang tinggi dan cepat yang disebabkan

infeksi diluar susunan saraf pusat, misalnya tonsilitis, otitis media akut,

bronkhitis, furunkulosis dan lain – lain.

3. Manifestasi Klinis

Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam,

berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik – klonik

(diawali dengan hilangnya kesadaran saat tonik, kekakuan umum pada otot

ekstremitas, batang tubuh, dan wajah yang berlangsung kurang dari 1

menit, dapat disertai dengan hilangnya kontrol, kandung kemih dan usus,

tidak ada respirasi, dan sianosis, saat tonik diikuti dengan gerakan klonik

pada ekstremitas atas-bawah, letargi, konfusi dan tidur dalam fase

postiktal), tonik (berupa pergerakan tonik satu ekstremitas, atau

pergerakan tonik umum, dengan ekstensi lengan dan tungkai menyerupai

sikap deseberasi, atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan

bentuk dekortikasi), klonik (berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan

permulaan fokal dan multifokal yang berpindah-pindah, berlangsung 1-3

detik, terlokasi dengan baik, tidak disertai gangguan kesadaran dan tidak

diikuti oleh fase tonik), parsial sederhana (kesadaran tidak terganggu,

kedutan pada wajah, tangan, salah satu sisi tubuh, muntah, berkeringat,

muka merah, merasa seakan jatuh dari udara, parestesia dan rasa takut),

parsial kompleks (terdapat gangguan kesadaran, gerakan otomatis,

Page 3: kejang demam

mengecap-ngecapkan bibir, mengunyah, gerakan mencongkel yang

berulang-ulang pada tangan, dan tatapan terpaku).

Sebagian kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 8 %

berlangsung lebih dari 15 menit. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu

kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi

setelah beberapa detik atau menit anak akan terbangun dan sadar kembali

tanpa adanya kelainan saraf.

Untuk itu Livingston (1963) membuat kriteria dan membagi kejang

demam atas 2 golongan, yaitu :

a. Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion)

b. Epilepsi yang diprovoksi oleh demam (epilepsy triggered

off by fever).

4. Patofisiologi

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak

diperlukan suatu energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk

metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah

oksidasi dimana oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi paru – paru

dan diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler. Jadi sumber energi

otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2

dan air.

Page 4: kejang demam

Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam

adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal

membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan

sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na +) dan elektrolit lainnya, kecuali

ion klorida (C1-). Akibatnya konsentrasi kalium (K+) dalam neuron tinggi

dan konsentrasi natrium (Na+) rendah, sedangkan diluar sel neuron

terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi

didalam dan diluar sel, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut

potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan

potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase

yang terdapat pada permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran ini dapat berubah oleh adanya :

a. Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraseluler

b. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis,

kimiawi atau aliran listrik dan sekitarnya.

c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena

penyakit atau keturunan.

Pada keadaan demam kenaikan suhu 10 C akan mengakibatkan kenaikan

metabolisme basal 10 – 15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20

%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak akan mencapai 65 %

Page 5: kejang demam

dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %.

Jadi pada kenaikan suhu tubuh dapat terjadi perubahan keseimbangan dari

membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion

kalium maupun ion natrium melalui membran tadi, dengan akibat

terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya

sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke membran sel tetangganya

dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan terjadilah kejang.

Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda tergantung dari tinggi

rendahnya ambang kejang seorang anak pada kenaikan suhu tertentu. Pada

anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu

38 0 C, sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang

baru terjadi pada suhu 40 0 C atau lebih. Dari kenyataan ini dapatlah

disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering pada ambang

kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu

diperhatikan tingkat suhu pada beberapa penderita kejang.

Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya

dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada gejala yang berlangsung

lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkat kebutuhan

oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi

hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan metabolisme

anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan

suhu tubuh makin meningkat disebabkan meningkatnya aktivitas otot dan

Page 6: kejang demam

selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian

kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan

neuron otak selama berlangsunya kejang lama. Faktor terpenting adalah

gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga

meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang

mengakibatkan kerusakan sel neuron otak.

Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat

serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi “matang”

dikemudian hari, sehingga terjadi epilepsi spontan. Jadi kejang demam

yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis diotak

hingga terjadi epilepsi.

Page 7: kejang demam
Page 8: kejang demam

5. Prognosis

Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik dan

tidak akan menyebabkan kematian.

Resiko yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita kejang

demam tergantung dari faktor .

a) Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga

b) Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak

menderita kejang demam.

c) Kejang yang berlangsung lama atau fokal

Bila terdapat paling sedikit 2-3 faktor tersebut diatas, maka dikemudian

hari akan mengalami serangan kejang tanpa demam sekitar 13%,

dibandingkan bila hanya terdapat 1 atau tidak sama sekali faktor tersebut

diatas, serangan kejang tanpa demam hanya 2-3 % saja.

Hiperemesis biasanya terjadi pada pasien yang mengalami kejang lama

(berlangsung lebih dari 30 menit) baik bersifat umum atau lokal.

Kelumpuhannya sesuai dengan kejang lokal yang terjadi. Mula – mula

kelumpuhan bersifat falksid, tetapi setelah 2 minggu timbul spasitas.

Page 9: kejang demam

6. Penanggulangan

Terdapat 4 hal yang perlu dikerjakan dalam penanggulangan kejang

demam yaitu :

a. Memberantas kejang secepat mungkin

Bila penderita datang dalam keadaan status konvulsifus, obat pilihan

utama adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Keampuhan

diazepam yang diberikan melalui intravena sudah tidak perlu

dipersoalkan lagi, karena keberhasilan untuk menekan kejang adalah

sekitar 80 -90 % (Bailey dan Fenichel, 1968).

Efek terapeutiknya sangat cepat, yaitu antara 30 detik sampai 5 menit

dan efek toksik yang serius hampir tidak dijumpai apabila diberikan

secara perlahan dan dosis tidak melebihi 50 mg persuntikan.

Efek samping diazepam adalah mengantuk, hipotensi, penekanan pusat

pernafasan, laringospasme, dan henti jantung. Penekanan pada pusat

pernafasan dan hipotensi terutama terjadi bila sebelumnya anak telah

mendapat fenobarbital.

Diazepam diberikan langsung tanpa larutan pelarut dengan perlahan –

lahan kira – kira 1 ml/menit dan pada bayi sebaiknya diberikan 1 mg/

menit, pemberian diazepam secara intravena pada anak yang kejang

sering kali menyulitkan, cara pemberian yang mudah, sederhana dan

Page 10: kejang demam

efektif melalui rektum dan telah dibuktikan keampuhannya. Hal ini

dapat dilakukan baik oleh orang tua atau tenaga lain yang mengetahui

dosisnya. Dosis tergantung dari berat badan, yaitu berat kurang dari 10

kg : 5 mg dan berat lebih dari 10 kg : 10 mg. Rata – rata pemakaian 0,4

– 0,6 mg/kg BB. Bila kejang tidak berhenti dengan dosis pertama

dapat diberikan lagi setelah ditunggu selama 15 menit dengan dosis

yang sama dan bila tidak berhenti setelah 15 menit dapat diberikan

melalui intravena dengan dosis 0,3 mg/kg BB. Pemberian pada

anak/bayi dalam posisi miring / menungging dan ujungnya diolesi

vaselin, masukkanlah pipa saluran rektal ke rektum sedalam 3-5 cm.

kemudian rektal dipijat hingga kosong betul dan selanjutnya untuk

beberapa menit anus ditutup dengan cara merapatkan kedua muskulus

gluteus.

b. Pengobatan penunjang

Sebelum memberantas kejang jangan lupa dengan pengobatan

penunjang. Semua pakaian yang ketat dibuka. Posisi kepala sebaiknya

miring untuk mencegah aspirasi isi lambung. Penting sekali

mengusahakan jalan nafas yang bebas agar oksigenisasi terjamin. Jika

perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi. Pengisapan lendir dilakukan

secara teratur dan pengobatan ditambah dengan pemberian oksigen.

Page 11: kejang demam

Tanda – tanda vital dan fungsi jantung diawasi secara ketat. Cairan

intravena sebaiknya diberikan dengan monitoring untuk kelainan

metabolik dan elektrolit. Bila terdapat tanda tekanan intrakranial yang

meninggi jangan diberikan cairan dengan kadar natrium yang terlalu

tinggi, karena akan menyebabkan kejang berlanjut. Bila suhu meninggi

(hiperpireksia) dilakukan dengan kompres air hangat.

c. Memberikan pengobatan rumat

Setelah kejang diatasi disusul dengan pengobatan rumat. Lanjutan

pengobatan rumat ini tergantung dari keadaan penderita. Pengobatan

ini dibagi atas dua bagian, yaitu :

1). Profilaksis intermiten

Untuk mencegah terulangnya kejang kembali kemudian hari,

penderita yang menderita kejang demam sederhana, diberikan obat

campuran antikonvulsan dan antipiretika, yang harus diberikan

kepada anak bila menderita demam lagi. Sebenarnya pemberian

antikonvulsan dan antipiretik seperti ini dianggap kurang tepat,

oleh karena biasanya kejang pada kejang demam sederhana timbul

didalam 16 jam pertama setelah anak demam.

Akan tetapi pada penyelidikan Camfield dkk. (1980), pemberian

antipiretika tanpa antikovulsan dibanding dengan yang diberi

antikonvulsan ternyata pada golongan yang kedua, kejang dapat

Page 12: kejang demam

dicegah, obat yang kini lebih ampuh dan banyak dipergunakan

untuk mencegah terulangnya kejang demam sederhana ialah

diazepam, baik diberikan secara rektal, maupun oral pada waktu

anak teraba panas.

2). Profilaksis jangka panjang

Profilaksis jangka panjang gunanya untuk menjamin terdapatnya

dosis terapeutik yang stabil dan cukup didalam darah penderita

untuk mencegah terulangnya kejang dikemudian hari. Diberikan

pada keadaan :

a) Epilepsi yang diprovokasi oleh demam

b) Keadaan yang telah disepakati oleh konsensus

bersama (1980), yaitu pada semua demam kejang yang

memiliki ciri :

(1) Terdapatnya gangguan

perkembangan saraf seperti serebral palsi, retardasi

perkembangan dan mikrosefali.

(2) Bila kejang berlangsung lebih dari 15

menit, bersifat lokal atau diikuti kelainan saraf yang

sementara atau menetap.

(3) Bila terdapat riwayat kejang tanpa

demam yang bersifat genetik pada orang tua atau saudara

kandung.

Page 13: kejang demam

(4) Pada kasus tertentu yang dianggap

perlu, yaitu bila kadang-kadang terdapat kejang berulang

atau kejang demam pada bayi berumur dibawah 12 bulan.

d. Mencari dan mengobati penyebab

Penyebab dari kejang demam baik kejang demam sederhana maupun

epilepsi yang diprovokasi oleh demam, biasanya infeksi traktus

respiratorius bagian atas dan otitis media akut, pemberian antibiotika

yang tepat dan adekuat perlu untuk mengobati infeksi tersebut. Pada

anak dengan kejang demam yang datang untuk pertama kali sebaiknya

diadakan pemeriksaan fungsi lumbal, hal ini perlu untuk

menyingkirkan faktor infeksi didalam otak misalnya meningitis.

Apabila menghadapi penderita dengan kejang lama, pemeriksaan yang

intensif perlu dilakukan, yaitu pemeriksaan fungsi lumbal, darah

lengkap, misalnya gula darah, kalium, magnesium, natrium, nitrogen

dan faal hati. Selanjutnya bila belum memberikan hasil yang

diinginkan dan untuk melengkapi data, dapat dilakukan pemeriksaan

khusus, yaitu: X-fhoto tengkorak, elektroensefalogram,

ekoensefalografi, brain scan, pneumoensefalografi, dan arteriografi.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Kejang Demam

1. Pengkajian

a. Keluhan utama

Page 14: kejang demam

Pasien yang mengalami kejang demam akan mengalami panas yang

tinggi lebih dari 380C, dan kejang yang timbul pada 24 jam pertama

sewaktu demam.

b. Riwayat keperawatan

Mulai dari masuk ke rumah sakit hingga dilakukan perawatan, riwayat

kesehatan sekarang seperti keluhan keluarga atau klien yang dirasakan

saat ini, serta riwayat kesehatan masa lalu yang dirasakan klien.

c. Riwayat tumbuh kembang

Riwayat tumbuh kembang dikaji untuk mengetahui pertumbuhan dan

perkembangan yang dicapai anak sesuai dengan usia anak yang dapat

diketahui dengan Denver Developmental Screening Test (DDST) yang

dikaji dalam 4 sektor yaitu :

1). Sosialisasi

Memakai baju tanpa bantuan, mengancingkan baju tanpa bantuan,

mudah terpisah dengan ibu tanpa menangis

2). Motorik kasar

Membuat kotak, mengikuti membuat kotak, menggambar orang

tiga bagian, menggambar orang enam bagian.

3). Bahasa

Mengenal warna – warni, mengetahui kata – kata yang berlawanan,

mengerti kata – kata 6 – 9, mengarang.

Page 15: kejang demam

4). Motorik halus

Berdiri dengan satu kaki selama satu detik, menangkap bola,

berjalan mundur dengan tumit dan jari kaki.

d. Pola kebiasaan

Hal yang perlu dikaji :

1). Aktivitas / istirahat

Gejala : Keletihan, kelemahan fisik

Tanda : Perubahan tonus / kekuatan otot, gerakan involunter /

kontraksi otot maupun sekelompok otot

2). Eliminasi

Gejala : Inkontinensia episodik

Tanda : Iktal (peningkatan tekanan kandung kemih dan tonus

spingter). Postiktal (otot relaksasi yang mengakibatkan

inkontinensia baik urin / fekal

3). Makanan / cairan

Gejala : Sensitivitas terhadap makanan, mual / muntah yang

berhubungan dengan aktivitas kejang.

Tanda : Kerusakan jaringan lunak / gigi cedera selama kejang,

hyperplasia gingipal (efek samping pemakaian dilantin

jangka panjang).

Page 16: kejang demam

4). Keamanan

Gejala : Riwayat terjatuh / trauma, fraktur, adanya alergi

Tanda : Trauma pada jaringan lunak atau ekimosis, penurunan

kekuatan / tonus

5). Interaksi sosial

Gejala : Masalah dalam hubungan interpersonal dalam

keluarga atau lingkungan sosialnya, pembatasan /

penghindaran terhadap kontak sosial.

e. Pemeriksaan Fisik

1). Keadaan Umum

Penampilan klien cengeng, gelisah, peningkatan suhu tubuh.

2). Sistem Pernapasan

Gejala : Fase iktal (gigi mengatup, sianosis, pernafasan

menurun, atau cepat, peningkatan sekresi mucus).

Fase postiktal (apnea).

3). Sistem Kardiovaskuler

Gejala : Iktal (hipertensi, peningkatan nadi, sainosis). Postiktal

(tanda vital normal, atau defresi dengan penurunan

nadi dan pernafasan).

4). Sistem Persyarafan

Page 17: kejang demam

Gejala : Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang,

pingsan, pusing, riwayat trauma kepala, anoksia, dan

infeksi serebral.

f. Pemeriksaan laboratorium

Secara teori yang diperiksa pada klien dengan kejang demam yaitu :

darah lengkap, misalnya gula darah, kalium, magnesium, natrium,

nitrogen dan faal hati.

2. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul Pada Kejang Demam

a. Gangguan rasa nyaman : panas berhubungan dengan peningkatan

suhu tubuh

b. Resiko tinggi cedera fisik berhubungan dengan kejang

c. Resiko tinggi pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah

d. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan

3. Rencana tindakan keperawatan

Diagnosa a : gangguan rasa nyaman : panas b.d peningkatan suatu tubuh.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan gangguan rasa nyaman :

peningkatan suhu tubuh teratasi.

Kriteria hasil :

Page 18: kejang demam

Suhu tubuh klien normal (36 – 37 0C), klien tidak teraba panas, tidur klien

nyenyak.

Intervensi :

1). Kaji saat timbulnya demam

2). Observasi tanda – tanda vital setiap 3 jam sekali

3). Berikan penjelasan tentang kejang demam kepada

keluarga klien

4). Berikan penjelasan tentang hal – hal yang dapat

dilakukan untuk mengatasi demam.

5). Lakukan kompres hangat jika suhu lebih dari 38,50C.

6). Anjurkan kepada keluarga agar klien minum banyak

7). Anjurkan untuk tidak memakai selimut atau pakaian tebal

8). Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi

parenteral dan obat antipiretik.

Diagnosa b : resiko tinggi cedera fisik b.d kejang

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko tinggi cedera fisik tidak

terjadi

Kriteria hasil :

Page 19: kejang demam

Tidak ada cedera fisik akibat kejang, suhu tubuh normal (36 – 370C), klien

tidak mengalami kejang.

Intervensi :

1). Kaji tanda – tanda terjadinya kejang

2). Observasi suhu klien

3). Tempatkan klien pada tempat tidur yang memakai

penghalang

4). Anjurkan klien agar klien bedrest

5). Sediakan tongue spatel atau gudel dekat dengan pasien

6). Lindungi pasien saat kejang seperti longgarkan pakaian

klien, posisi miring kesatu sisi, jauhkan klien dari benda yang dapat

melukai, kencangkan pengaman tempat tidur.

7). Observasi tanda – tanda vital sesudah kejang

8). Kolaborasi pemberian obat antikonvulsan.

Diagnosa c : Resiko tinggi pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko tinggi pemenuhan

kebutuhan nutrisi teratasi.

Kriteria hasil :

Klien menghabiskan porsi makan, klien tidak tampak lemah, mukosa bibir

lembab, berat badan meningkat ½ kg dalam satu minggu.

Page 20: kejang demam

Intervensi :

1). Kaji tingkat kebutuhan atau asupan nutrisi klien

2). Buat tujuan berat badan minimum dan kebutuhan nutrisi harian

3). Observasi tanda – tanda vital

4). Anjurkan klien tirah baring dan pembatasan aktifitas selama sakit

5). Berikan makanan sedikit tapi sering

6). Pertahankan jadwal penimbangan berat badan

7). Kolaborasi dengan tim medis tentang cara pemberian nutrisi

melalui parenteral

8). Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat sesuai

instruksi

9). Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diit.

Diagnosa d : cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan cemas teratasi.

Kriteria hasil :

Keluarga dapat menjelaskan kembali tentang pengertian kompres hangat,

keluarga dapat menyebutkan manfaat kompres hangat, keluarga

menyebutkan alat – alat dalam kompres hangat, keluarga dapat

mendemonstrasikan cara melakukan kompres hangat, dan ekspresi wajah

keluarga secara verbal mengatakan tidak khawatir lagi dengan kondisi

klien.

Page 21: kejang demam

Intervensi :

1). Kaji pengetahuan keluarga tentang penyakit yang diderita klien

2). Observasi tanda – tanda vital klien

3). Kaji tingkat kecemasan klien

4). Anjurkan keluarga untuk dapat mengungkapkan perasaannya

5). Beri informasi yang dibutuhkan klien dan keluarga tentang

penyakitnya

6). Beri pendidikan kesehatan mengenai kompres hangat

Pengertian kompres hangat, manfaat kompres hangat, dan alat – alat

yang dibutuhkan dalam kompres hangat.

7). Jelaskan cara pelaksanaan dalam kompres hangat.