kejang demam

24
PENDAHULUAN Kejang Demam (Febrile Convulsion) adalah kejang yang terjadi akibat demam (suhu di atas 38,4 0 C per rektal), tanpa adanya infeksi pada susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut, terjadi pada anak usia di atas 1 bulan, dan tidak ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya. Terjadi pada 2-5% anak berumur 6 bulan sampai 3 tahun jarang terjadi sebelum usia 6 bulan maupun sesudah 3 tahun. Insidens tertinggi pada umur 18 bulan. 3 Kejang demam dibagi menjadi dua yaitu : Simple febrile seizures (kriteria Living stone) : 1. umur anak ketIka kejang antara 6 bulan dan 4 tahun kejang menyeluruh yang berlangsung < 15 menit kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam. 2. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal. 3. Pemeriksaan EEG setelah 1 minggu bebas kejang normal. 4. Frekuensi kejang dalam setahun tidak melebihi 4 kali. Complex febrile seizures / complex partial seizures :

Upload: erlina-ratmayanti

Post on 05-Dec-2014

19 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

medical

TRANSCRIPT

Page 1: Kejang Demam

PENDAHULUAN

Kejang Demam (Febrile Convulsion) adalah kejang yang terjadi akibat

demam (suhu di atas 38,40C per rektal), tanpa adanya infeksi pada susunan saraf

pusat atau gangguan elektrolit akut, terjadi pada anak usia di atas 1 bulan, dan

tidak ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.

Terjadi pada 2-5% anak berumur 6 bulan sampai 3 tahun jarang terjadi sebelum

usia 6 bulan maupun sesudah 3 tahun. Insidens tertinggi pada umur 18 bulan. 3

Kejang demam dibagi menjadi dua yaitu :

Simple febrile seizures (kriteria Living stone) :

1. umur anak ketIka kejang antara 6 bulan dan 4 tahun kejang menyeluruh

yang berlangsung < 15 menit kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah

timbulnya demam.

2. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal.

3. Pemeriksaan EEG setelah 1 minggu bebas kejang normal.

4. Frekuensi kejang dalam setahun tidak melebihi 4 kali.

Complex febrile seizures / complex partial seizures :

Kejang fokal (hanya melibatkan salah satu bagian tubuh),

berlangsung

> 15 menit, dan atau berulang dalam waktu singkat (selama demam

berlangsung) dan tidak memenuhi salah satu atau tujuh, atau digolongkan

pada epilepsi provokasi oleh demam.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kejang demam :

1. Usia ketika pertama kali terserang kejang demam (kurang dari 15 bulan)

2. Sering mengalami demam

3. Riwayat keluarga yang juga menderita kejang demam.

Jika kejang terjadi segera setelah demam atau jika suhu tubuh relatif

rendah, maka besar kemungkinannya akan terjadi kembali kejang

demam.

Page 2: Kejang Demam

Sekitar 95-98% dari anak-anak yang pernah mengalami kejang demam,

tidak berlanjut menjadi epilepsi.

Tetapi beberapa anak memiliki resiko tinggi menderita epilepsi, jika :

Kejang demam ber langsung lama

Kejang hanya mengenai bagian tubuh tertentu

Kejang demam yang berulang dalam waktu 24 jam

Anak menderita cerebral palsy, agangguan pertumbuhan atau kelainan

saraf lainnya.

Tujuan laporan kasus :

1. Menambah ilmu pengetahuan kususnya tentang Kejang demam anak

2. Membandingkan teori dengan kenyataan yang ada pada pasien

3. Mengetahui bagaimana Penaganan Kejang pada anak

4. Mengetahui bagaimana cara menyajikan dengan baik laporan kasus dan

follow up pasien.

LAPORAN KASUS

Page 3: Kejang Demam

Nama : M.N

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 11 bulan 10 hari

Masuk Rumah Sakit tanggal 17 Februari 2008 pukul 19.00 Wita

Nama Ayah : Yah diansyah

Umur : 28 tahun

Pendidikan terakhir : SD

Pekerjaan : Swasta

Nama ibu : Khusnul Kahatimah

Umur : 20 tahun

Pendidikan Terakhir : Madrasah

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Sungai Meriam

Anamnesa diberikan oleh ibu, bapak dan nenek pada tanggal 18 Februari 2008

Riwayat persalinan : aterm, spontan, dan keadaan anak sehat

Pertumbuhan dan perkembangan anak :

Berat badan lahir : 3.200 Kg Tersenyum : 7 bulan

Panjang lahir : Lupa Miring : 5 bulan

Berat badan sekarang : 8,5 Kg Tengkurap : 7 bulan

Tinggi badan sekarang : 72 Cm Duduk : 7 bulan

Gigi keluar pertama : 8 bulan Merangka : 9 bulan

Berdiri : 11 bulan

Makan dan minum anak :

ASI : Ya sejak 0 bulan

Susu sapi/susu buatan : Tidak diberikan

Page 4: Kejang Demam

Buah : Diberikan umur 3 bulan

Bubur susu : SUN sejak 3 bulan

Makanan padat dan lauknya : 11 bulan

Pemiliharaan prenatal :

Periksa di Bidan Puskesmas

Penyakit selama kehamilan : tidak ada

Obat-obatan yang diminum selama hamil : Vitamin penambah darah

Riwayat kelahiran : spontan

Lahir Di bidan Kampung

Dalam kandungan : 9 bulan 9 hari

Jenis partus : spontan

Pemeriksaan postnatal :

Tidak ada

Saat ini ibu menggunakan alat kontrasepsi jenis Suntik 1 bulan dengan

kepercyaan baik.

Imunisasi : sampai saat ini lengkap meliputi : BCG, Polio, Campak, DPT,

Hepatitis B, yang masing-masing di dapat hanya sekali saja.

ANAMNESIS

Page 5: Kejang Demam

Keluhan Utama : Tidak sadar

Riwayat penyakit sekarang :

Pasien tidak sadar sejak hari sabtu tanggal 16 Februari 2008 dari jam

18.00 Wita. Sebelumnya pasien dirawat di RSU.A.W.Syahranie dari tanggal 28

Januari 2008 sampai tanggal 6 Februari 2008 oleh karena kejang demam dan

suspect TBC anak. Satu hari setelah keluar dari rumah sakit (sekitar tanggal 8

Februari 2008) di rumah pasien mengalami panas tinggi dan karena pasien

dibekali obat dari rumah sakit maka pasien diminumkan obat dari rumah sakit

tersebut dan panas pun turun. Panas tidak timbul lagi selama 6 hari. Pada tanggal

15 Februari 2008 di hari Jum’at pukul 17.00 pasien panas, karena obat yang dari

RS habis maka pasien di bawa ke dokter umum dan diberi obat penurun panas,

panas reda. Selama perjalanan ke dokter umum pasien sempat kejang 1 kali.

Sebenarnya pasien diwajibkan kontrol ke Poli Anak R.S. AWS pada tanggal 14

Februari tetapi pasien tidak datang dengan alasan tidak ada biaya untuk sewa

kendaraan. Masih pada tanggal 15 Februari 2008 di hari Jum’at pukul 23.00

pasien panas dan timbul kejang lagi sebanyak satu kali, kemudian pasien segera

diberi obat dari dokter, panas dan kejang pun tidak timbul lagi. Hari sabtu tanggal

16 Februari 2008 pukul 03.00 dan 07.00 pagi pasien kejang lagi sebanyak 3 kali

dengan diawali panas obat dari dokterpun tetap diberikan dan hasilnya panas turun

dan kejang tidak timbul lagi. Pukul 08.00 paginya pasien panas lagi dan orang tua

pasien pun membawa pasien berobat kampung dan panasnya reda selama

beberapa jam. Masih pada tanggal 16 Februari 2008 pada pukul 11.00 siang

pasien kejang tanpa panas sebanyak 5 kali tanpa keluar busa dari mulut dan pada

pukul 18.00 hari itu juga pasien kejang satu kali lagi tanpa panas dan pasien

langsung menagalami penurunan kesadaran dan terlihat pasien sesak. Masing-

masing kejang yang dialami pasien mempunyai durasi waktu sekitar 5 menit,

seluruh badan dan setelah kejang pasien sadar dan terlihat lemah dan mengantuk.

Selama hari sabtu tanggal 16 Februari 2008 pasien ada mencret sebayak 3 kali

sedikit-sedikit dan mencret berwarna kuning agak kehijau-hijauan ada lendir dan

ampas. Selama pulang dari RS pasien sulit untuk makan dan minum. Pasien juga

mengalami batuk dari tanggal 15 Februari 2008. Dan pasien sekitar 5 hari yang

Page 6: Kejang Demam

lalu ini pernah mengalami jatuh dengan kepala terbentur lantai semen tetapi

pasien tidak apa-apa, muntah tidak ada.

Riwayat penyakit dahulu :

- Pada tanggal 28 Januari 2008 – 6 Februari 2008 pasien dirawat di

RS A.W Syahrani dengan kejang demam dan suspek TBC paru.

Dan sebelumnya pasien tidak pernah kejang.

- Riwayat kontak dengan penderita TBC (-)

Riwayat penyakit keluarga : Kejang (-)

TBC (-)

Page 7: Kejang Demam

PEMERIKSAAN FISIS

Pemeriksaan tanggal 18 Februari 2008

Tanda Vital :

Frekuensi nafas : 66 kali permenit

Denyut Nadi : 176 kali permenit dan lemah

Tekanan darah : 63/31 mmHg

Suhu : 37,8 0C

Kesadaran : Koma

Gizi : Baik

Pemeriksaan Kepala sampai leher :

Mata cowong : (-)

Bibir Kering : (+)

Pernafasan : Cepat dan dalam

Telinga bersih : Bersih

Pembesaran kelenjar leher : (+) Sebanyak 3 buah kanan kiri dengan diameter

±1,5 cm dan menyatu

Kaku kuduk : (-)

Pemeriksaan dada :

Interking suprasternal : (+)

Interking interkostal : (+)

Paru :

Perkusi : sonor

Auskultasi : Whezing (+)

Ronki : +/+ dan kasar

Jantung :

Perkusi :

Page 8: Kejang Demam

Batas atas : C3

Batas Bawah : C6

Auskultasi :

Bising : (-)

Suara S1 S2 reguler tunggal

Perut :

Bentuknya cembung, dan kembung

Turgor kulit : > 2 detik

Bising usus : (+) lemah

Pembesaran hati dan limpa tidak valid diraba

Extermitas :

Akral hangat, Edema (-)

Pemeriksaan penunjang :

Laboratrium darah

Hasil :

Leukosit : 25.700/mm3

Hemoglobin : 10,4 gr/dl

Hematrokit : 33,7 %

Trombosit : 2.93.000/mm3

Diagnosis sementara : Bronkopneumonia dan Gastroenteritis akut

Diagnosis komplikasi : Kejang demam dan dehidrasi berat

Page 9: Kejang Demam

Lembar Follow up :Tgl Perjalan penyakit Hasil Laboratrium Perintah

pengobatan dan tindakan yang diberikan

17/02/ 2008

18/02/ 2008

S : Tidak sadar.Sesak (+), Mencret (+),Panas (+), kejang (-)O : TD ; 59/41mmhg, HR : 160x/i, SatO2 : 100%, RR : 60x/i, Bibir kering (+), pembesran kelenjar leher (+),Kaku kuduk : (-),Interking suprasternal (+),Interking interkostal (+),Whezing (+),Ronki : +/+ dan kasar, Bising jantung (-)A : Kejang demam karena bronkopnemonia dan gastroenteritis akut dengan dehidrasi berat

S : Tidak sadar , sesak (+), panas (+)O : Tem 38,9.TD ; 59/41mmhg, HR : 160x/I, SatO2 : 100%, RR : 66x/I, produksi urine (-)GCS : E2M4V2A : kejang demam karena Bpronkopneumonia dan Gastroenteritis

Leukosit : 25.700/mm3

Hb : 10,4 gr/dlHt : 33,7 %Trombosit : 2.93.000/mm3

Na :142Ca : 6,2K : 3,8Cl : 117

Lab : Glukosa darah sewaktu(di ambil tanggal 18 Februari 2008 Pukul 00.00 wita) : 54 mg/dlSGOT : 6768 mg/dlSGPT : 5982 mg/dlBilirubin total 0,5 mg/dlBilirubin direck : 0,1 mg/dlBilirubin inderect 0,4 mg/dl

-RL120 cc dalam 10 menit, jika tensi meningkat RL 10 Tpm-O2 1 liter-Pasang NGT-Dialac 2x1 sacht lwt NGT-Pct 3x3/4 cth Lwt NGT-Inj.Luminal 2x20 mg Iv-Inj. Amox 4x 200 mg Iv-Inj.Cortidex 3x1/3 amp Iv

-RL120 cc dalam 10 menit, jika tensi meningkat Rl 10 Tpm-Dialac 2x1 sacht lwt NGT-Pct 3x3/4 cth Lwt NGT-Inj.Luminal 2x20 mg Iv-Inj. Amox 4x 200 mg Iv-Inj.Cortidex 3x1/3 amp Iv-Inj.Cefotaxim 3x250 mg Iv

Page 10: Kejang Demam

19/02/08Meninggal pukul 23.00 wita

Ureum : 224,9 m/dlCreatinin 1,7 mg/dl

Consul dr. Sp Bedah saraf karena penurunan kesadaran jadi rencana operasi : jangan berikan dopamin karena prod. Urine (-)

Page 11: Kejang Demam

PEMBAHASAN

KEJANG DEMAM

Pada kasus ini pasien berumur 11 bulan 10 hari, dimana pasien mengalami

kejang dengan sebelumnya didahului panas tinggi, sifat kejang seluruh badan atau

tonik klonik dengan durasi kurang lebih 5 menit dan berulang dalam 24 jam dan

kejang hilang sendiri dan setelah kejang pasien sadar dan lemah. Jadi pasien dapat

di masukan ke dalam golongan kejang demam kompleks karena kejang terjadi

lebih dari satu kali selama 24 jam. Dan umur ini termasuk dalam rentangan umur

anak yang beresiko untuk terkena kejang demam yaitu umur 6 bulan sampai 4

tahun.1,7

Penyakit yang dapat mempengrauhi terjadinya kejang demam adalah :

Tonsilopharingitis, bronkopneumonia, Gastroenteritis, UTI, bronkitis, Otitis

media.7

BRONKOPNEUMONIA

Pada kasus ini pasien juga didiagnosis bronkopneumonia yang mana pada

pemeriksaan fisik terdapat adanya gejala anak susah makan, batuk (+) dan sesak

atau takipneu, panas tinggi, dan terdapat pernapasan Interking suprasternal dan

Interking interkostal dan pada auskultasi terdapat whezing dan ronki kasar, selain

itu terdapat peningkatan leukosit dari harga normalnya 25.700/mm3 (normal

5.000-10.000/mm3). Sebenarnya pasien belum dapat di diagnosis sebagai pasien

bronkopneumonia karena pada pemeriksaan fisik secara auksultasi tidak

ditemukan adanya ronki halus yang merupakan salah satu tanda khas dari

bronkopneumonia dan belum dilakukan foto toraxs sebagai penunjang diagnosa. 3,4,5

GASTROENTRITIS AKUT

Page 12: Kejang Demam

Gastroenteritis akut dengan komplikasi dehidrasi berat yang merupakan salah

satu diagnosis pasien ini tidak dapat ditegakan karena tidak terdapat kecocokan

pada anamnesis dengan kenyatan yang dialami pasien. Mencret yang dialami

pasien hanya 3 kali dan dengan jumlah sedikit-sedikit, jika pasien di diagnosa

gastroenteritis akut dengan komplikasi dehidrasi berat seharusnya pada anamnesis

ditemukan pasien mengalami pengeluaran cairan tubuh dalam jumlah yang

banyak yaitu ditandai adanya mencret yang terjadi 3 kali atau lebih dengan jumlah

yang banyak atau muntah yang sering dan tentunya dalam jumlah yang banyak

juga, memamg pada pasien ini mengalami kesulitan makan dan minum tetapi

tidak begitu mendukung untuk menegakan diagnosis dehidrasi beratnya.1,7

SULIT MAKAN DAN MINUM

Pasien juga mengalami masalah sulit makan dan minum setelah keluar dari

rumah sakit. Masalah yang dialami oleh pasien mungkin disebabkan karena

mengigat pasien berusia 11 bulan 10 hari biasanya pada usia ini dalam masa

tumbuh kembang dimana pada beberapa bayi di dapatkan tumbuh gigi atau karena

pasien mengalami scorbut3,6tetapi pada anamnesis tidak ditemukan anak

mengalami tumbuh gigi atau scorbut.

TRAUMA KEPALA

Kejang pada kasus ini diduga mugkin bisa disebabkan oleh karena trauma

kepala1,2,5,10 (salah satu penyebab kejang) yang dialami pasien dalam 5 hari yang

lalu. Dan kemungkinan pula trauma kepala ini dapat menyebabkan penurunan

kesadaran yang diderita oleh pasien. Karena pasien mungkin saja mengalami

perdarahan subdural yang bersifat perlahan-lahan. Jika perdarahan subdural ini

sudah meluas maka dapat menyebabkan shock yang akhirnya menyebabkan anak

jatuh pada keadaan koma.7 Selain itu perdarahan subdural dapat mempengaruhi

system saraf pusat dan akhirnya dapat mempengaruhi system pusat pernapasan

sehingga anak mengalami sesak,7 tetapi untuk melihat dan menyingkirkan

Page 13: Kejang Demam

kemingkinan apakah terjadi perdarahan subdural atau lesi di otak yang

disebabkan karena trauma kepala perlu di lakukan pemeriksaaan lanjut yaitu CT

Scan. Tetapi pada kasus ini tidak dilakukan CT Scan denagan alasan alatnya rusak

da sedang dalam perbaikan.

TERAPI

Untuk terapi pada kasus ini, dalam mengatasi dehidrasi berat dapat

diberikan cairan RL sebanyak 80 tetes permenit selama 1 jam tetapi menurut

literatur lain dapat diberikan tetesan infus selama 10 menit sebanyak 20 cc/kg

BB.5,6Jadi jumlah tetesan infus pada terapi untuk kasus ini sudah benar untuk

mengatasi dehidrasinya. Pemberian dialac sudah sesuai yaitu 2x1 sachet, dimana

pada anak-anak dianjurkan pemberinnya sehari 2x1 sachset untuk mengatasi

masalah gastroenteritis. Pemberian obat parasetamol berdasarkan dosis yang

dianjurkan 10-15 mg/KgBB/dose dan sediaan untuk satu sendok obat setiap 5 ml

adalah 120 mg6 Pada kasus ini pemberian parasetamolnya cukup dari dosis yang

dianjurkan yaitu 3x3/4 cth. Amoksisilin Dosis 150-200 mg /day Iv pada kasus ini

sudah sesuai dosis pemberiannya yaitu diberikan 4x200 mg Iv. Pemberian

cortidex sehari dosisnya I ml ampul. Pada kasus ini sudah sesuai pemberiannya

berdasarkan dosis anjuran. Dan tujuan pemberian cortidex adalah : seperti

diketahui bahwa cortidex merupakan kortikosteroid yang berfungsi sebagai anti

inflamatori, karena pada pasien ini didiagnosa bronkopneumonia maka cortidex

diberikan untuk mengatasi infeksi yang terjadi pada bronkus paru sehingga dapat

membuka saluran bronkusnya dan dapat mengurangi sesak yang dialaminya.

Luminal berisi phenobarbital yang digunakan sebagai obat untuk mengatasi

kejang pada anak. Pemberian luminal merupakan terapi lanjutan pada anak yang

mengalami kejang, jadi luminal diberikan ketika anak tidak kejang (setelah

diberikan diazepam) luminal biasanya diberikan hari kedua kejang dengan dosis

4-5 mg/kgBB/day Iv. Pada kasus ini sudah sesuai dosis pemberian luminalnya

yaitu diberikan 2x20 mg/day Iv. Cefotaxim merupakan antibiotik dosis tinggi

yang diberikan secara intra vena, pada kasus ini diberikan cefotaxim seharusnya

pada hari ke lima setelah tidak ada perubahan selama diberikan obat antibiotik

Page 14: Kejang Demam

amoksisilin6, tetapi mungkin karena pasien masih dalam keadaan tidak sadar dan

panas tinggi pada hari ke dua maka amoksisilin di tambah dengan pemberian

cefotaxim dengan tujuan untuk menambah efektifitas kerja obat yang cepat. Dosis

cefotaxim yang dianjurkan adalah 100 mg/Kg BB/day secara Iv. Pada kasus ini

dosis pemberian cefotaximnya sudah sesuai dari dosis yang dianjurkan yaitu

sekitar 3x250 mg Iv.

HIPOGLIKEMIA

Pada tanggal 18 Februari 2008 hasil pemeriksaan laboratorium

menunjukkan bahwa GDS pasien 54 mg/dl. Nilai ini dibawah nilai normal yaitu

60-150 mg/dl. Jadi mungkin pasien sudah mengalami Hipoglikemia sejak tanggal

17 Februari 2008 (dari anamnesis juga dikatakan bahwa pasien mengalami

kesulitan untuk makan dan minum). Seperti diketahui bahwa pasien dengan

hipoglikemia dapat memberikan gejala lethargy, tonus otot menurun, tremor,

cyanosis, apnea, kejang dan koma7,8,9 jadi dapat diduga pula shock dan kejang

yang terjadi pada pasien ini mungkin disebabkan oleh karena hipoglikemia, dan

hipoglikemia bisa menyebabkan shock dan asidosis metabolic sehingga dapat

menyebabkan kegagalan beberapa organ seperti jantung, hati dan ginjal yang

menyebabkan pasien meninggal yaitu di tandai dengan adanya kelainan hepar

dilihat dari hasil SGOT : 6768 U.I dimana nilai normalnya Pria<25/Wanita <31,

SGPT 5982 U.I, dimana nilai normalnya Pria <41/Wanita <25 dan kelainan ginjal

yang mana tidak didapatkan produksi urine pada hari ke dua serta kenaikan ureum

224,9 mg/dl, dimana normalnya 10-40 mg/dl dan kreatinin 1,8 mg/dl dimanan

normalnya 0,5-1,5 mg/dl. Tetapi untuk mengetahui terjadinya kegagalan multiple

organ harus dicari penyebab pastinya yaitu misalnya dapat dilakukan pemeriksaan

kadar gas dalam darah (pada kasusu ini tidak dilakukan) mungkin saja terjadi

asidosis metabolic dan pemeriksaan lainnya yang mengarah kepada ter jadinya

kegagalan sirkulasi dalam tubuh yang menyebabkan organ tidak dapat berfungsi.

Page 15: Kejang Demam

KESIMPULAN

Pasien mengalami kejang demam kompleks karena pasien mengalami kejang

demam lebih dari 1x dalam waktu 24 jam.

Pasien belum dapat di diagnosa bronkopneumonia karena seharusnya ronki

halus yang didapat bukan ronki kasar dan pada pasien ini belum dilakukan

foto torax sebagai pemeriksaan penunjang.

Penyebab pasien kejang mungkin bisa disebabkan karena gastroenteritis,

trauma kepala, dan hipoglikemia. Untuk membuktikan adanya trauma kepala

perlu dilakukan CT Scan tetapi pada pasien ini tidak dilakukan CT Scan.

Pasien mengalami Hipoglikemia yang mana nilai GDS nya 54 mg/dl (dibawah

nilai normal 60-150 mg/dl).

Pada pasien ini mengalami shock berkepanjangan (hari kedua peasien masih

shock).

Shock pada pasien ini mungkin disebabkan karena dehidrasi dan

hipoglikemia.

Shock berkepanjangan dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal dan hati,

sehingga dugaan penyebab pasien ini meninggal mungkin karena multi organ

failure (cardiovascular, hati, dan ginjal).

Page 16: Kejang Demam

DAFTAR PUSTAKA

1. Nelson Textbook of Pediatrics. 13th ed. Toronto:WB Saunders

Company;1987.Page .1304

2. Irwanto, Diare akut pada anak in Ilmu penyakit anak diagnosisi dan

penatalaksanaan, Salemba Medika tahun 2003, Jakarta

3. ProdigyGuidance-Febrileconvulsion.2005.

http://www.prodigy.nhs.uk/guidance.asp?gt=Febrile%20convulsion

Diakses Januari 2008, pukul 13.00

4. Clinical Practice Guidelines - Febrile Convulsion. Royal Children’s

HospitalMelbourne.

5. http://www.rch.org.au/clinicalguide/cpg.cfm?doc_id=5132 Diakses

Januari 2008, pukul 13.00

6. Acute Management of Infants and Children with Seizures. December

2004.www.health.nsw.gov.au/fcsd/rmc/cib/circulars/2004/cir2004-

66.pdf Diakses Januari 2008, pukul 13.00

7. SMF Anak, Pedoman Diagnosa terapi. RSU A.W.Syahranie, Samarinda

2001

8. Handout Kuliah Ilmu Kesehatan anak Fakultas Kedokteran Universitas

MulawarmanSamarindatahun2005

9. Fakultas Kedokteran Indonesia, Buku kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid 2,

2000, Jakarta

10. Darsono dan Himpunan dokter spesialis saraf indonesia dengan UGM.

2005. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: UGM Press.

Page 17: Kejang Demam