kejaksaan agung republik indonesia j a k a r t a edaran jampidum... · dengan menjelaskan secara...
TRANSCRIPT
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 1
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A
Nomor : B-46/E/Es.1/01/2012 Jakarta, 06 Januari 2012 Sifat : Segera Lampiran : 1 (satu) berkas Perihal : Inventarisasi dan Permintaan Data KEPADA YTH : Pidana Mati Perkara Tindak Pidana Umum. PARA KEPALA KEJAKSAAN TINGGI Di- SELURUH INDONESIA
Menindaklanjuti petunjuk dan pengarahan Jaksa Agung Republik Indonesia perihal Data Akurat Pidana Mati Perkara Tindak Pidana Umum, bersama ini disampaikan hal-hal sebagai berikut : 1. Bahwa pidana mati selalu menarik perhatian masyarakat, terutama pada saat
dilakukannya tuntutan pidana mati oleh Penuntut Umum maupun saat dijatuhkannya putusan pidana mati oleh Majelis Pengadilan serta pelaksanaan eksekusi mati itu sendiri.
2. Perhatian masyarakat menjadi semakin besar cenderung berdampak negatif terhadap citra Kejaksaan, manakala eksekusi terhadap terpidana yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde) tidak segera dilaksanakan, padahal tidak ada lagi ketentuan perundangan yang menghalangi pelaksanaan eksekusinya;
3. Guna menyikapi hal dimaksud, para Kepala Kejaksaan Tinggi diminta segera melakukan inventarisasi terhadap seluruh perkara tindak pidana umum yang dituntut pidana mati dan/atau dijatuhi pidana mati serta melaporkan perkembangan penanganan perkara dengan menjelaskan secara singkat, jelas, akurat dan lengkap, sehingga dapat memberi gambaran yang komprehensip bagi Pimpinan dalam menentukan kebijakan penindakan selanjutnya;
4. Segera melaporkan pelaksanaan inventarisasi Data Pidana Mati Perkara Tindak Pidana Umum kepada Jaksa Agugn Muda Tindak Pidana Umum dengan pemilahan sesuai masing-masing Direktorat pada Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Umum, paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah diterimanya surat ini (formulir isian data terlampir);
5. Untuk pengendalian dan pemantauan perkembangan penanganan perkara pidana mati oleh Pimpinan, maka mulai saat ini laporan data pidana mati dari masing-masing Kejaksaan Tinggi agar dilaporkan setiap bulannya bersamaan dengan pengiriman laporan bulanan.
Demikian untuk menjadi perhatian dan dilaksanakan.
JAKSA AGUNG MUDA
TINDAK PIDANA UMUM,
HAMZAH TADJA TEMBUSAN : 1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia ;
( 1 dan 2 sebagai laporan ) 3. Yth. Jaksa Agung Muda Pengawasan; 4. Yth. Para Direktur pada JAM PIDUM; 5. A r s i p
-----------------------------------------------------
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 2
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A
Nomor : B-136/E/EJP/01/2012 Jakarta, 12 Januari 2012 Sifat : Segera Lampiran : 1 (satu) eksemplar Perihal : Tuntutan Rehabilitasi Medis dan KEPADA YTH : Rehabilitasi Sosial Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik PARA KEPALA KEJAKSANAAN TINGGI Indonesia Nomor 25 Tahun 2011 DI- tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkoba SELURUH INDONESIA ----------------------------------------------
Sehubungan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 25 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika,
dengan ini diberikan petunjuk sebagai berikut :
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2011 tentang
Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika merupakan aturan pelaksana
ketentuan Pasal 55 ayat (4) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika.
2. Bagi Pecandu Narkotika yang menyalahgunakan Narkotika sebagai mana
dimaksud dalam Pasal 127 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009
tentang Narkotika dapat dilakukan penuntutan rehabilitasi medis dan rehabilitasi
sosial dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Terdakwa pada saat ditangkap oleh penydiik dalam kondisi tertangkap
tangan;
b. Pada saat tertangkap tangan diketemukan barang bukti satu kali pakai
dengan perincian :
1) Kelompok Metamphetaine (Shabu) : 1 gram;
2) Kelompok MDMA (Ekstasi) : 2,4 gram = 8 butir,
3) Kelompok Heroin : 1,8 gram;
4) Kelompok Kokain : 1,8 gram;
5) Kelompok Ganja : 5 gram;
6) Daun Koka : 5 gram;
7) Meskalin : 5 gram;
8) Kelompok Psilosybin : 3 gram;
9) Kelompok LSD (d-lysergic acid diethylamide) : 2 gram;
10) Kelompok PCP (phencyclidine) : 3 gram;
11) Kelompok Fentanil : 1 gram;
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 3
12) Kelompok Metadon : 0,5 gram;
13) Kelompok Morfin : 1,8 gram;
14) Kelompok Petidin : 0,96 gram;
15) Kelompok Kodein : 72 gram;
16) Kelompok Bufrenorfin : 32 mg.
c. Surat Keterangan uji Laboratorium positif menggunakan Narkotika
berdasarkan permintaan Penyidik.
d. Bukan residivis Tindak Pidana Narkotika dan atau Psikotrofika.
e. Adanya hasil asesmen dokter yang dicatat pada rekam medis perlunya
rehabilitasi medis dan atau rehabilitasi sosial yang dikeluarkan oleh (Surat
Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : 04 Tahun 2010)
terdiri dari :
1) Lembaga Rehabilitasi Medis dan Sosial yang dikelola dan atau dibina
dan diawasi oleh Badan Narkotika Nasional (BNN).
2) Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Cibubur, Jakarta.
3) Rumah Sakit Jiwa (RSJ) seluruh Indonesia (kementrian Kesehatan
Republik Indonesia)
4) Panti Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia dan
Unit Pelaksana Teknis di Daerah (UPTD).
5) Tempat Rujukan Lembaga Rehabilitasi yang diselenggarakan oleh
masyarakat yang mendapat akreditasi dari Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia dan Kementerian Sosial Republik Indonesia
(dengan biaya sendiri).
f. Tidak terdapat bukti bahwa yang bersangkutan merangkap menjadi
pengedar/produsen gelap Narkotika.
g. Untuk menuntut lamanya rehabilitasi, Jaksa Penuntut Umum harus dengan
sungguh-sungguh mempertimbangkan kondisi/taraf kecanduan Terdakwa
sehingga wajib memerlukan adanya keterangan ahli dan sebagai standar
dalam proses terapi dan rehabilitasi :
1) Detoxifikasi : Lamanya 1 (satu) bulan
2) Primary Program : Lamanya 6 (enam) bulan
3) Re-entry Program : Lamanya 6 (enam) bulan
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 4
3. Agar Kepala Kejaksaan Tinggi seluruh Indonesia dapat meneruskan Surat
Edaran ini kepada jajarannya masing-masing di daerah.
Demikian untuk menjadi perhatian dan dilaksanakan.
JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM,
HAMZAH TADJA
TEMBUSAN : 1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia ;
( 1 dan 2 sebagai laporan ) 3. Yth. Para Jaks Agung Muda; 4. Yth. Sekretaris Jaksa Agung Muda Bidang
Tindak Pidana Umum; 5. Yth. Para Direktur Pada Jaksa Agung Muda
Bidang Tindak Pidana Umum; 6. A r s i p
------------------------------------------------------------
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 5
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A
Nomor : B-294/E/EJP/01/2012
Sifat : Biasa
Lampiran : -
Perihal : Pedoman Penerapan Pembuktikan
Terbalik (Omkering van Het Bewijslat
atau Reversal Burden of Proof) dalam
Undang-Undang nomor 8 tahun 2010
tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang.
-----------------------------------------------
Jakarta, 27 Januari 2012
KEPADA YTH :
PARA KEPALA KEJAKSAAN
TINGGI
DI-
SELURUH INDONESIA
Undang-Undang Nomor 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang telah membuka peluang kepada
Penuntut Umum untuk menerapkan Pembuktikan Terbalik (Omkering van Het
Bewijslat atau Reversal Burden of Proof) dalam penanganan perkara tindak pidana
pencucian uang.
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam penanganan tindak pidana
pencucian uang disampaikan petunjuk sebagai berikut :
1. Dalam system Hukum Pidana Formil Indonesia, khususnya KUHAP, sudah
dimaklumi bahwa beban pembuktian ada atau tidakanya pidana yang dilakukan
terletak pada Jaksa Penuntut Umum. Pasal 137 KUHAP menyebutkan :
“Penuntut umum berwenang melakukan penuntutan terhadap siapapun yang
didakwa melakukan suatu tindakan pidana dalam daerah hukumnya dengan
melimpahkan perkara ke pengadilan yang berwenang mengadilinya”;
2. Dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
memerlukan landasan hukum yang kuat untuk menjamin kepastian hukum,
efektivitas penegakan hukum, serta penelusuran dan pengembalian Harta
Kekayaan hasil tindak pidana;
3. Untuk dapat dilakukan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang
pengadilan terhadap tindak pidana Pencucian Uang tidak wajib dibuktikan
terlebih dahulu tindak pidana asalnya (Vide pasal 69);
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 6
4. Penyidik, penuntut umum, atau hakim berwenang memerintahkan Pihak Pelapor
untuk melakukan penundaan Transaksi dan Pemblokiran Harta Kekayaan
yang diketahui atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana (Vide pasal 70
jo pasal 71);
5. Sistem pembalikan beban pembuktian dalam Undang-Undang nomor 8 tahun
2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
mewajibkan Terdakwa membuktikan asal usul harta kekayaannya (Vide
pasal 2 jo. Pasal 77), sebelum Jaksa penuntut umum berkewajiban untuk
membuktikan kesalahannya. Di sini terjadi pergeseran beban pembuktian atau
Shifting of Burden of Poof. Memang terdakwa dapat membuktikan bahwa
harta kekayaannya tidak berdasar dari tindak pidana dengan cara mengajukan
alat bukti yang cukup setelah diperkenankan hakim, namun hal ini tidak
bersifat imperative artinya apabila terdakwa tidak mempergunakan
kesempatan ini justru memperkuat dugaan jaksa penuntut umum;
6. Dalam pemeriksaan di sidang pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
77 hakim memerintahkan terdakwa agar membuktikan bahwa Harta
Kekayaan yang terkait dengan perkara bukan berasal atau terkait dengan
tindak pidana (Vide pasal 78);
7. Dalam hal diperoleh bukti yang cukup bahwa masih ada Harta Kekayaan yang
belum disita, hakim memerintahkan jaksa penuntut umum untuk melakukan
penyitaan Harta Kekayaan tersebut (Vide pasal 81);
8. Dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian
Uang PPATK dapat melakukan kerja sama pertukaran informasi berupa
permintaan, pemberian, dan penerimaan informasi dengan pihak, baik dalam
lingkup nasional maupun internasional, diantaranya dengan instansi penegak
hukum (Vide Pasal 90 ayat 1 huruf a);
9. Amanat penerapan Pembuktian Terbalik (Omkering van Het Bewijslat atau
Reversal Burden of Proof) dalam penanganan perkara tindak pidana
pencucian uang tersebut agar dimanfaatkan secara maksimal oleh Penuntut
Umum sejak Penelitian berkas perkara dan Jaksa harus Proaktif memberi
petunjuk kepada Penyidik untuk mencari atau menemukan dan melakukan
penyitaan terhadap harta kekayaan terdakwa yang berasal atau terkait Tindak
Pidana dan dalam proses penuntutan di sidang Pengadilan meminta kepada
Hakim untuk memerintahkan terdakwa membuktikan asal usul kekayaannya
tersebut demi suksesnya penegakan hukum dalam rangka mendukung
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 7
Sehubungan dengan hal tersebut diminta para Kepala Kejaksaan Tinggi
mensosialisasikan kepada para Jaksa di wilayah hukumnya untuk mengoptimalkan
penerapan Pembuktian Terbalik (Omkering van Het Bewijslat atau Reversal
Burden of Proof) dalam penanganan perkara yang berkaitan dengan Tindak Pidana
Pencucian uang.
Demikian untuk diperhatikan dan dilaksanakan.
JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM,
HAMZAH TADJA
TEMBUSAN : 1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia ;
( 1 dan 2 sebagai laporan ) 3. Yth. Para Jaksa Agung Muda; 4. Yth. Kepala Badan Diklat; 5. A r s i p
------------------------------------------------------------
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 8
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A
Nomor : B-347/E/Euh/02/2012 Sifat : Biasa Lampiran : - Perihal : Penerapan Pasal 15 UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
Jakarta, 3 Februari 2012 KEPADA YTH : PARA KEPALA KEJAKSAAN TINGGI DI- SELURUH INDONESIA
Berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi penanganan perkara Kehutanan yang menggunakan unsur “kawasan hutan”, ditemukan permasalahan-permasalahan dalam penerapan dan penafsiran Pasal 15 UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, dimana sampai saat ini banyak kawasan hutan yang statusnya masih berupa Penunjukan Kawasan Hutan dari Menteri Kehutanan, belum sampai pada tahap Penetapan Kawasan Hutan.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas disampaikan sebagai berikut :
1. Bahwa Menteri Kehutanan telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kehutanan
nomor : P.50/Menhut-II/2011 tanggal 28 Juni 2011 tentang Pengukuhan Kawasan Hutan dan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.44/Menhut-II/2011 tanggal 24 Mei 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.33/Menhut-II/2010 Tentang Tata Cara Pelepasan Kawasan Hutan Produksi Yang Dapat Dikonversi yang dapat dijadikan acuan oleh Jaksa Penuntut Umum dalam menangani perkara Kehutanan.
2. Diminta perhatian para Kepala Kejaksaan Tinggi seluruh Indonesia dan meneruskan kepada para Kepala Kejaksaan Negeri dan Kacabjari diwilayah hukumnya, yaitu sejak tahap penelitian berkas perkara, Jaksa Penuntut Umum yang menangani perkara Kehutanan yang memiliki unsur “Kawasan Hutan”, agar meminta kepada Penyidik untuk melampirkan Surat Keputusan Penunjukan Kawasan Hutan dari Menteri Kehutanan beserta peta kawasan hutan di dalam berkas perkara.
3. Apabila terdapat permasalahan mengenai status kawasan hutan agar
dilaporkan kepada pimpinan secara berjenjang. Demikian agar maklum dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
JAKSA AGUNG MUDA
TINDAK PIDANA UMUM,
HAMZAH TADJA TEMBUSAN : 1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia ;
( 1 dan 2 sebagai laporan ) 3. Yth. Para Jaksa Agung Muda; 4. A r s i p
------------------------------------------------------------
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 9
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A
Nomor : B-554/E/EJP/02/2012
Sifat : Biasa
Lampiran : -
Perihal : Penolakan Pengajuan Permohonan
Upaya Hukum Peninjauan Kembali
(PK)
Jakarta, 23 Februari 2012
KEPADA YTH :
PARA KEPALA KEJAKSAAN TINGGI
DI-
SELURUH INDONESIA
Sebagai tindak lanjut dari Hasil Rapat Kerja Kejaksaan Republik Indonesia
Tahun 2011 tentang perlunya Jaksa Agung meminta fatwa kepada Mahkamah
Agung Republik Indonesia agar terpidana mati/penasihat hukum yang mengajukan
upaya hukum peninjauan kembali lebih dari 1 (satu) kali langsung ditolak oleh
Pengadilan Negeri, dengan ini disampaikan petunjuk sebagai berikut :
1. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 66 ayat (1) Undang-Undang Nomor : 14
Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 2004 tentang perubahan Undang-Undang
Nomor : 14 Tahun 1985 dan terakhir dengan Undang-Undang Nomor : 3 Tahun
2009 tentang Mahkamah Agung, permohonan PK dapat diajukan hanya 1 (satu)
kali.
2. Berdasarkan ketentuan Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia
Nomor : 10 Tahun 2009 tentang Pengajuan Permohonan Peninjauan Kembali.
(copy terlampir).
Ayat (1) : Permohonan peninjauan kembali dalam suatu perkara yang sama
diajukan lebih dari 1 (satu) kali baik dalam perkara perdata maupun
perkara pidana bertentangan dengan Undang-Undang. Oleh karena
itu apabila suatu perkara diajukan permohonan peninjauan kembali
yang kedua dan seterusnya, maka Ketua Pengadilan Tingkat
Pertama dengan mengacu secara analog kepada ketentuan pasal
45 A Undang-Undang Mahkamah Agung (Undang-Undang Nomor :
14 Tahun 1985 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor : 5 Tahun 2004 dan terakhir dengan Undang-
Undang Nomor : 3 Tahun 2009) agar dengan penetapan ketua
Pengadilan Negeri Tingkat Pertama, permohonan tersebut
dinyatakan tidak dapat diterima dan berkasnya tidak perlu dikirimkan
ke Mahkamah Agung.
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 10
3. Berkenaan dengan hal tersebut, kami mengharapkan agar surat ini diteruskan
kepada para Kepala Kejaksaan Negeri dan Kepala Cabang Kejaksaan Negeri di
daerahnya masing-masing untuk dipedomani.
Demikian untuk maklum dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.
JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM,
HAMZAH TADJA TEMBUSAN : 1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia ;
( 1 dan 2 sebagai laporan ) 3. Yth. Para Jaksa Agung Muda; 4. A r s i p
------------------------------------------------------------
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 11
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A
Nomor : B-578/E/EJP/02/2012 Sifat : Biasa Lampiran : - Perihal : Entry Data Penanganan Perkara yang Telah Mempunyai Kekuatan Hukum Tetap
Jakarta, 24 Februari 2012 KEPADA YTH : PARA KEPALA KEJAKSAAN TINGGI DI- SELURUH INDONESIA
Sebagai tindak lanjut dari Hasil Rapat Kerja Kejaksaan Republik Indonesia
Tahun 2011 tentang kewajiban Jaksa segera mengentry data perkara yang
ditanganinya bersama dengan operator, dengan ini disampaikan agar Saudara
memerintahkan kepada seluruh Jaksa yang ada di unit kerja Saudara untuk segera
mengentry data penanganan perkara yang ditanganinya pada aplikasi Daskrimti.
Hasil pelaksanaan entry data dimaksud agar dilaporkan secara berkala
kepada Jaksa Agung Republik Indonesia dengan tembusan Jaksa Agung Muda
Tindak Pidana Umum.
Demikian untuk dilaksanakan.
JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM,
HAMZAH TADJA TEMBUSAN : 1. Yth. Bapak Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia ;
( 1 dan 2 sebagai laporan ) 3. Yth. Sdr. Para Jaksa Agung Muda; 4. A r s i p
------------------------------------------------------------
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 12
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A
Nomor : B-613/E/Es.2/02/2012 Sifat : Biasa Lampiran : 1 (satu) lembar Perihal : Inventarisasi Data Perkara Tindak Pidana Umum yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde) tetapi belum dieksekusi.
Jakarta, 27 Februari 2012 KEPADA YTH : PARA KEPALA KEJAKSAAN TINGGI DI- SELURUH INDONESIA
Melaksanakan perintah Jaksa Agung Republik Indonesia hari Senin, 20
Februari 2012, bersama ini disampaikan hal-hal sebagai berikut :
1. Bahwa pelaksanaan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud Pasal 270
Undang-Undang Nomor : 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, wajib dilaksanakan
oleh Jaksa;
2. Sehubungan dengan butir 1, diminta perhatian kepada Saudara untuk segera
melakukan Inventarisasi Data Perkara Tindak Pidana Umum yang terdiri dari
Tindak Pidana Terhadap Orang dan Harta Benda, Tindak Pidana Terhadap
Keamanan Negara dan Ketertiban Umum serta Tindak Pidana Umum Lainnya
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde) dari
Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2011, tetapi belum dilaksanakan eksekusi;
3. Melaporkan hasil pelaksanaan dimaksud butir 2 kepada Jaksa Agung Muda
Tindak Pidana Umum dengan pemilahan sesuai Direktorat masing-masing,
paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah diterimanya surat ini. (sebagaimana
formulir terlampir).
Demikian untuk menjadi perhatian dan keterlambatan pelaksanaan ini sangat
mempengaruhi konduite Saudara.
JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM,
HAMZAH TADJA TEMBUSAN : 1. Yth. Bapak Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia ;
( 1 dan 2 sebagai laporan ) 3. Yth. Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus; 4. Yth. Jaksa Agung Muda Pengawasan; 5. Yth. Para Direktur pada JAM PIDUM; 6. A r s i p
------------------------------------------------------------
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 14
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A
Nomor : B-630/E/Ep.2/02/2012 Sifat : Segera Lampiran : - Perihal : Tindaklanjut Rekomendasi Hasil
Rapat Kerja Kejaksaan Republik Indonesia Tahun 2011
Jakarta, 27 Februari 2012 KEPADA YTH : PARA KEPALA KEJAKSAAN TINGGI DI- SELURUH INDONESIA
Menindaklanjuti Rekomendasi Hasil Rapat Kerja Kejaksaan Republik
Indonesia Tahun 2011 khususnya permasalahan tentang terdapatnya proses
penanganan perkara tindak pidana umum yang tidak cermat, tidak cepat dan
mengabaikan rasa keadilan masyarakat, bersama ini diberikan petunjuk dan diminta
meneruskan kepada para Jaksa di daerah hukum Saudara agar dalam menangani
suatu perkara selalu mempedomani :
1. Peraturan Jaksa Agung RI Nomor : PER-036/A/JA/09/2011 tanggal 21
September 2011 tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Penanganan
Perkara Tindak Pidana Umum;
2. Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum : Nomor B-403/E/9/1993
tanggal 8 September 1993 perihal Kecermatan dalam melimpahkan perkara ke
Pengadilan;
3. Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum : Nomor B-185/E/5/1995
tanggal 3 Mei 1995 perihal Meningkatkan Peranan Masyarakat Dalam
Penegakan Hukum;
4. Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum : Nomor : B-186/E/5/1995
perihal Kecermatan Penanganan dan Penyelesaian suatu kasus/perkara.
Demikian untuk dilaksanakan.
JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM,
HAMZAH TADJA TEMBUSAN : 1. Yth. Bapak Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia ;
( 1 dan 2 sebagai laporan ) 3. Yth. Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus; 4. Yth. Sesjampidum; 5. Yth. Para Direktur pada Jampidum; 6. A r s i p
------------------------------------------------------------
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 15
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A
Nomor : B-649/E/Es.1/02/2012 Sifat : Segera Lampiran : - Perihal : Entry Data Perkara Yang Telah
Memperoleh Kekuatan Hukum Tetap Pada Aplikasi Simkari Daskrimti.
Jakarta, 29 Februari 2012 KEPADA YTH : PARA KEPALA KEJAKSAAN TINGGI DI- SELURUH INDONESIA
Menyusuli surat kami Nomor : B-578/E/Ejp/02/2012 tanggal 24 Februari 2012 perihal seperti tersebut pada pokok surat dan sesuai Rekomendasi Hasil Rapat Kerja Kejaksaan Republik Indonesia tanggal 11 November 2011 di Cianjur, serta Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor : 17 Tahun 2011 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2012, dengan ini diminta perhatian Saudara agar setiap Jaksa yang menangani perkara wajib : 1. Segera melakukan entry data perkara yang telah ditanganinya bekerja sama
dengan operator SIMKARI pada masing-masing satuan unit kerja yang sudah dibangun oleh pusat DASKRIMTI. Entry data perkara dimaksud dimulai dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011;
2. Data perkara yang di entry sebagaimana butir 1, meliputi tahap penerimaan SPDP, Pra Penuntutan, Surat Dakwaan lengkap (untuk PK-Ting), Penuntutan, Penahanan, Upaya Hukum dan Eksekusi;
3. Pelaksanaan entry data perkara tersebut, hendaknya Saudara lakukan pemantauan secara terus menerus dan berkesinambungan serta melaporkan hasil pelaksanannya kepada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum pada minggu pertama setiap bulannya;
4. Jika ditemui hambatan dalam pelaksanaan aplikasi Simkari, segera melaporkan secara tertulis kepada Kepala Pusat Daskrimti Kejaksaan Agung Republik Indonesia dengan tembusan Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum dan Sekretarias Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum.
Demikian untuk menjadi perhatian dan dilaksanakan serta jika keterlambatan
atas pelaksanaan pelaporan ini mempengaruhi konduite Saudara.
JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM,
HAMZAH TADJA TEMBUSAN : 1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia ;
( 1 dan 2 sebagai laporan ) 3. Yth. Jaksa Agung Muda; 4. Yth. Kepala Pusat Daskrimti; 5. A r s i p
------------------------------------------------------------
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 16
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A
Nomor : B-75/C/Cu.2/02/2012 Sifat : Segera Lampiran : 1 (satu) berkas Perihal : Permintaan Data/Dokumen
Jakarta, 29 Februari 2012 KEPADA YTH : PARA KEPALA KEJAKSAAN TINGGI DI- SELURUH INDONESIA
Menunjuk Surat Tugas Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) Nomor
17/ST/III-XIV.2/02/2012 tanggal 13 Februari 2012 perihal Pemberitahuan Pemeriksaan (terlampir),
bersama ini disampaikan kepada Saudara agar mengirimkan data/dokumen sebagai berikut :
1. Rekapitulasi Pengadaan Barang/Jasa/Pemborongan Pekerjaan Belanja Modal Tahun
Anggaran 2011.
2. Rekapitulasi Pengadaan Barang/Jasa/Pemborongan Pekerjaan Belanja Barang Tahun
Anggaran 2011.
3. Rekapitulasi Pelaksanaan Denda Non Tilang.
4. Rekapitulasi Rekening Titipan Tilang.
5. Rekapitulasi Pelelangan Barang Rampasan/Barang Sitaan/Barang Temuan Tahun 2011.
6. Rekapitulasi Barang Rampasan Yang Belum Dilelang/Gagal Lelang Tahun 2011.
7. Rekapitulasi Uang Rampasan Tahun 2011.
8. Rekapitulasi Barang Bukti Pada PIDUM dan PIDSUS yang memiliki nilai ekonomis tinggi
per Desember 2011.
9. Rekapitulasi Penerimaan Hibah Tahun 2011.
Seluruh format rekapitulasi terlampir.
Data dimaksud agar diabawa oleh petugas operator pada saat Penyempurnaan Laporan
Keuangan tanggal 6 Maret 2012.
Demikian untuk maklum dan atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
An. JAKSA AGUNG MUDA PEMBINA KEPALA BIRO KEUANGAN,
YUDI RIANTO, Ak PEMBINA UTAMA MDUA NIP. 195601011978011002
TEMBUSAN : 1. Yth. Jaksa Agung Muda Pembinaan di Jakarta;
(sebagai laporan) 2. Yth. Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum d Jakarta; 3. Yth. Jaksa Agung Muda Pengawasan di Jakarta; 4. A r s i p
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 17
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A
Nomor : B-724/E/Euh.3/03/2012 Sifat : Biasa Lampiran : - Perihal : Surat Edaran Mengenai Putusan
Bebas/Lepas Dari Segala Tuntutan Hakim.
Jakarta, 07 Maret 2012 KEPADA YTH : PARA KEPALA KEJAKSAAN TINGGI DI- SELURUH INDONESIA
Menindaklanjuti Rekomendasi Hasil Rapat Kerja Kejaksaan Republik
Indonesia Tahun 2011, bersama ini diminta kepada Saudara untuk memperhatikan
dan melaksanakan hasil Rekomendasi tersebut, yaitu :
- Terhadap permasalahan setiap putusan bebas/lepas dari segala tuntutan
hukum cenderung ditindaklanjuti dengan melakukan eksaminasi tanpa didahului
dengan pengkajian.
Rekomendasi yang bersifat taktis/opersional :
- Setiap perkara yang diputus bebas/lepas dari segala tuntutan hukum Kepala
Kejaksanaan Negeri Wajib segera melaporkan secara kronologi penanganan
perkara yang diputus bebas/lepas secara berjenjang kepada pimpinan disusul
pengiriman berkas perkara untuk dikaji.
Demikian untuk dilaksanakan sebagaimana mestinya.
JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM,
HAMZAH TADJA TEMBUSAN : 1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia ;
( 1 dan 2 sebagai laporan ) 3. Yth. Jaksa Agung Muda Pengawasan; 4. A r s i p
------------------------------------------------------------
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 18
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A
Nomor : B-1037/E/Euh.3/04/2012 Sifat : Biasa Lampiran : 1 (satu) eksemplar Perihal : Permintaan Data Denda Non Tilang.
Jakarta, 03 April 2012 KEPADA YTH : PARA KEPALA KEJAKSAAN TINGGI DI- SELURUH INDONESIA
Menunjuk Surat Tugas Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia
(BPK RI) Nomor 17/ST/III-XIV.2/02/2012 tanggal 13 Februari 2012 perihal
pemberitahuan Pemeriksaan dan surat tembusan Kepala Biro Keuangan Kejaksaan
Agung RI Nomor B-75/C.5.CU.2/02/2012 tanggal 29 Februari 2012, serta
memperhatikan hasil temuan BPK RI pada beberapa Kejaksaan Tinggi yang telah
dilakukan pemeriksaan atas laporan Keuangan Tahunan 2011, diantaranya
Kejaksaan belum mengungkapkan piutang denda perkara tindak pidana umum
lainnya (denda non tilang misalnya denda perkara Narkoba dan yang lainnya) dalam
Laporan Keuangan Tahunan 2011.
Sehubungan dengan hal tersebut diminta Saudara agar menginstruksikan
kepada masing-masing Kejaksaan Negeri/Cabang Kejaksaan Negeri untuk
mengirimkan data tersebut dan segera mengirimkan Rekapitulasi Pelaksanaan
Denda Non Tilang sesuai dengan formulir terlampir yang ditujukan kepada Jaksa
Agung Muda Tindak Pidana Umum dengan tembusan Jaksa Agung Muda Pembina
C.q Biro Keuangan paling lambat tanggal 4 April 2012 dalam bentuk hard dan soft
copy melalui Faximile 021-7243119 dan 021-7203512 serta email :
[email protected] dan email : [email protected] untuk perbaikan Laporan
Keuangan Audited Tahunan 2011.
Demikian untuk menjadi maklum dilaksanakan.
JAKSA AGUNG MUDA
TINDAK PIDANA UMUM,
HAMZAH TADJA TEMBUSAN : 1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia ;
( 1 dan 2 sebagai laporan ) 3. Yth. Jaksa Agung Muda Pengawasan; 4. Yth. Jaksa Agung Muda Pembinaan; 5. A r s i p
------------------------------------------------------------
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 20
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A
Nomor : B-1038/E/EJP/04/2012 Sifat : Biasa Lampiran : - Perihal : Penyampaian Hasil Penelitian
Komnas HAM
Jakarta, 3 April 2012 KEPADA YTH : KEPALA KEJAKSAAN TINGGI SELURUH INDONESIA DI- TEMPAT
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (KOMNAS HAM RI)
telah melakukan penelitian dari Tahun 2000-2010 di lembaga Pemasyarakatan
Jakarta, Tangerang, Depok, Nusa Kambangan, Cirebon dan Bali, dengan obyek
penelitian adalah proses peradilan pidana dari penyidikan sampai eksekusi terhadap
Tindak Pidana yang diancam dengan pidana mati, dengan metode penelitian
kualitatif dan narasumber/informan yang terdiri dari para Terpidana mati dalam 4
perkara pidana yaitu : Pembunuhan, Narkotika, Psikotropika dan Terorisme, dengan
hasil yang sudah diseminarkan di Kantor KOMNAS HAM RI pada tanggal 28
Februari 2012 dan dihadiri oleh wakil dari Kejaksaan Agung.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa dalam proses peradilan
terhadap para Terdakwa yang diancam dengan pidana mati masih dijumpai
permasalahan-permasalahan yaitu :
- Diskriminasi terhadap proses hukum baik dalam proses penangkapan,
penyidikan, penuntutan, persidangan maupun eksekusi;
- Proses hukum yang belum berjalan secara adil dan bebas tekanan dari pihak
manapun;
- Pendampingan hukum belum dilaksanakan dalam semua tindakan
pemeriksaan/ proses hukum;
- Penggalian informasi pada saat penyidikan masih ditemukan pelanggaran hak
Tersangka;
- Hak Terpidana untuk mengakses dokumen terkait proses hukum seperti BAP,
Surat Dakwaan, Surat tuntutan sangat terbatas;
- Adanya larangan Hak berhubungan dengan Anggota Keluarga dalam proses
penyidikan;
- Tidak semua Tersangka/Terdakwa Warga Negara Asing mendapat penterjemah
karena keterbatasan jumlah penterjemah tersumpah terhadap bahasa asing
tertentu;
- Terdakwa yang diancam pidana mati tidak menerima surat tuntutan dari
Penuntut umum sehingga menyulitkan untuk membuat pembelaan;
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 21
- Proses pengajuan grasi yang terlalu lama sehingga proses eksekusi pidana mati
menjadi tertunda;
- Hak keluarga korban untuk diberitahu pelaksanaan eksekusi pidana mati dan
melihat jenasah Terpidana mati yang telah dieksekusi, karena keluarga
terpidana hanya menerima jenasah yang sudah siap untuk dikubur;
Sehubungan hal tersebut diminta perhatian saudara untuk memperhatikan
dan mempertimbangkan hal-hal tersebut dalam melaksanakan tugas penegakkan
Hukum khususnya Tuntutan Pidana Mati pada Tindak Pidana Umum.
Demikian kami sampaikan untuk diindahkan.
JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM
HAMZAH TADJA
Tembusan : 1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia, di Jakarta; 2. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia, di Jakarta;
(1 dan 2 sebagai laporan) 3. Yth. Jaksa Agung Muda Pengawasan di Jakarta; 4. A r s i p
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 22
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A
Nomor : B-1053/E/EJP/04/2012 Sifat : Segera Lampiran : - Perihal : Tuntutan Pidana terhadap Perkara
Anak ½ (satu perdua) dari Ancaman Minuman bagi Orang Dewasa
Jakarta, 04 April 2012 KEPADA YTH : PARA KEPALA KEJAKSAAN TINGGI DI- SELURUH INDONESIA
Sehubungan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang
Pengadilan Anak dalam Pasal 26 ayat (1) mengatur bahwa pidana penjara dapat dijatuhkan kepada anak nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, paling lama ½ (satu perdua) dari maksimum ancaman pidana penjara bagi orang dewasa tetapi tidak mengatur tentang ancaman pidana minimum bagi anak, dengan ini diberikan petunjuk sebagai berikut :
1. Undang-Udang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, secara filosofis
membedakan perlakuan dan ancaman dimaksudkan untuk lebih melindungi dan mengayomi anak tersebut agar dapat menyongsong masa depan yang masih panjang. Selain itu untuk memberikan kesempatan kepada anak agar melalui pembinaan akan diperoleh jati dirinya untuk menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, berguna bagi diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak mengatur bahwa pidana penajra dapat dijatuhkan kepada anak nakal paling lama ½ (satu perdua) dari minimum ancaman pidana penjara bagi orang dewasa yang ditetap oleh undang-undang.
2. Terhadap perkara anak dapat dituntut ½ (satu perdua) dari ancaman pidana minimum bagi orang dewasa.
3. Agar Kepala Kejaksaan Tinggi seluruh Indonesia meneruskan Surat Edaran ini
kepada jajarannya masing-masing di daerah. Demikian untuk menjadi perhatian dan dilaksanakan.
JAKSA AGUNG MUDA
TINDAK PIDANA UMUM,
HAMZAH TADJA TEMBUSAN : 1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia ;
( 1 dan 2 sebagai laporan ) 3. Yth. Para Jaksa Agung Muda; 4. Yth. Sekretaris Jaksa Agung Muda Bidang
Tindak Pidana Umum; 5. Yth. Para Direktur Pada Jaksa Agung Muda
Bidang Tindak Pidana Umum; 6. A r s i p
------------------------------------------------------------
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 23
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A
Nomor : B-1357/E/EJP/04/2012 Sifat : Segera Lampiran : 2 (dua) lembar Perihal : Petunjuk Eksekusi Perkara Tindak
Pidana Umum yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde) tetapi belum dieksekusi.
Jakarta, 25 April 2012 KEPADA YTH : PARA KEPALA KEJAKSAAN TINGGI DI- SELURUH INDONESIA
Menindaklanjuti surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor : B-
613/E/Es.2/02/2012 tanggal 27 Februari 2012, perihal Inventarisasi Data Perkara
Tindak Pidana Umum yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht van
gewijsde) berdasarkan hasil evaluasi terhadap laporan Saudara masih ditemukan
hambatan dalam penyelesaian eksekusi perkara tindak pidana umum, untuk
meminimalisir hambatan tersebut, bersama ini disampaikan petunjuk sebagai
berikut:
1. Terpidana yang tidak berada di tempat adalah :
1.1. Jaksa Penuntut Umum harus aktif berkoordinasi dengan pihak korban untuk
meminta informasi tentang keberadaan terpidana;
1.2. Jaksa Penuntut Umum proaktif mencari terpidana;
1.3. Jaksa Penuntut Umum minta bantuan pencarian terpidana kepada pihak
Kepolisian (DPO);
1.4. Jaksa Penuntut Umum minta bantuan SATGAS Intelijen Kejaksaan Agung
RI Pedomani Surat Jaksa Agung Muda Intelijen Nomor : R-391/D/Dps.4/03/
2012, tanggal 14 Maret 2012 perihal Pemanfaatan Monitoring Center
Kejaksaan RI untuk Penanganan Perkara dan Daftar Pencarian Orang
(DPO), (terlampir);
2. Terpidana yang mengajukan Peninjauan Kembali (PK) adalah :
2.1. Peninjauan Kembali (PK) tidak menangguhkan maupun menghentikan
pelaksanaan eksekusi, vide Pasal 268 (1) KUHAP dan Surat Edaran
Mahkamah Agung RI Nomor : 10 Tahun 2009 tanggal 12 Juni 2009 tentang
Permohonan Peninjauan Kembali (PK) yang intinya PK cukup 1 (satu) kali.
2.2. Jika ada Kendala kondisi daerah, Kepala Kejaksaan Tinggi dan Kepala
Kejaksaan Negeri wajib mencarikan solusi atas kendala tersebut dengan
berkodinasi dengan unsur terkait, seperti : tokoh masyarakat, tokoh adat,
tokoh agama dan tokoh pemuda.
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 24
3. Terhadap putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
dan sudah tidak ada hambatan terhadap eksekusi terpidana/orang, barang
bukti, dendan dan ongkos perkara, agar Saudara segera melaksanakan semua
isi putusan tersebut, serta melaporkan hasilnya pada kesempatan pertama
kepada JAMPIDUM.
4. Petunjuk ini segera Saudara reproduksi untuk diteruskan kepada para Kepala
Kejaksaan Negeri dan Kepala Cabang Kejaksaan Negeri di daerah hukum
Sudara, guna dipedomani.
Demikian untuk dilaksanakan sebagaimana mestinya.
PLH. JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM,
WIDYOPRAMONO Jaksa Umum Madya NIP. 19570807 198503 1 001
TEMBUSAN : 1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia ; 3. Yth. Jaksa Agung Muda Intelijen; 4. Yth. Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum;
(1 s/d 4 sebagai laporan) 5. Yth. Jaksa Agung Muda Pengawasan; 6. A r s i p
------------------------------------------------------------
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 25
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A
Nomor : B-1382/E/Es/04/2012 Sifat : Segera Lampiran : 2 (dua) lembar Perihal : Inventarisasi Data Perkara Tindak
Pidana Umum yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde) tetapi belum dieksekusi.
Jakarta, 27 April 2012 KEPADA YTH : KEPALA KEJAKSAAN TINGGI SE- INDONESIA
Sehubungan laporan Inventarisasi Data Perkara Tindak Pidana Umum yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde) tetapi belum dieksekusi dari para Kepala Kejaksaan Tinggi se Indonesia (terlampir), sesuai dengan petunjuk Jaksa Agung Republik Indonesia, bersama ini disampaikan hal-hal sebagai berikut :
1. Agar Kepala Kejaksaan Tinggi yang sudah melaporkan Inventarisasi Data
Perkara Tindak Pidana Umum yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde) tetapi belum dieksekusi tersebut, segera menindaklanjuti untuk menyelesaikan tunggakan tersebut dan melaporkan perkembangannya secara berkala setiap 2 (dua) minggu sekali.
2. Bagi Kepala Kejaksaan Tinggi yang belum melaporkan Inventarisasi Data Perkara Tindak Pidana Umum yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde) tetapi belum dieksekusi, diminta untuk segera melaporkan pada kesempatan pertama kepada Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Umum.
Demikian untuk dilaksanakan.
PLH. JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM,
WIDYOPRAMONO JAKSA UMUM MADYA NIP. 19570807 198503 1 001
TEMBUSAN : 1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia ; 3. Yth. Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum;
(1, 2 dan 4 sebagai laporan) 4. Yth. Jaksa Agung Muda Pengawasan; 5. A r s i p
------------------------------------------------------------
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 26
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A
Nomor : B-1449/E/Es.2/05/2012 Sifat : Biasa Lampiran : 2 (dua) lembar Perihal : Penerapan Ancaman Pidana
Penjara Pasal 368 ayat (1) KUHP dalam KUHP terbitan BPHN.
Jakarta, 2 Mei 2012 KEPADA YTH : PARA KEPALA KEJAKSAAN TINGGI SE- INDONESIA
Sehubungan dengan Surat Edaran Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor :
SE-005/A/JA/10/2009 tanggal 30 Oktober 2009 tentang Penyelesaian Penyusunan
Surat Dakwaan, yang pada pokoknya memberikan petunjuk sebagai pedoman
kepada seluruh Jaksa, agar menggunakan KUHP dari Tim Penerjemah Badan
Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) Departemen Kehakiman, atau yang sama isi
terjemahnya dengan itu, dalam penyusunan surat dakwaan atau dalam penelitian
berkas perkara, maka dengan ini disampaikan sebagai berikut :
1. Bahwa dalam ketentuan Pasal 368 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) dalam KUHP terbitan Tim Penerjemah Badan Pembinaan
Hukum Nasional (BPHN) Departemen Kehakiman terdapat perbedaan
mengenai ancaman pidana dengan beberapa terbitan KUHP yakni antara lain
dengan KUHP yang diterjemahkan MULJATNO dan terjemahan R. SOESILO.
2. Bahwa ancaman pidana dalam ketentuan Pasal 368 ayat (1) Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP) dalam KUHP terbitan Tim Penerjemah Badan
Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) Departemen Kehakiman yakni selama 9
(Sembilan) bulan penjara sedangkan dalam KUHP dari terbitan lain ketentuan
Pasal 368 ayat (1) KUHP ancaman pidana selama 9 (Sembilan) tahun penjara,
3. Bahwa dengan adanya perbedaan ancaman pidana tersebut, selanjutnya
disampaikan telahaan dan pendapat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum
kepada Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional melalui surat Nomor : B-
596/E/Es.2/02/2012 tanggal 27 Februari 2012 perihal Penerapan Ancaman
Pidana Penjara Pasal 368 ayat (1) KUHP terbitan BPHN.
4. Bahwa berdasarkan telaahan dan pendaat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana
Umum tersebut, Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional melalui surat
Nomor : PHN-HN.02.01-86 tanggal 13 April 2012 perihal Penerapan Ancaman
Pidana Penjara Pasal 368 ayat (1) KUHP terbitan BPHN (foto copy terlampir),
telah menjelaskan bahwa di dalam ketentuan Pasal 368 ayat (1) KUHP KUHP
terbitan Tim Penerjemah Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN)
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 27
Departemen Kehakiman telah terdapat kesalahan tentang pencantuman
ancaman pidana penjara yakni selama 9 (Sembilan) bulan, yang seharusnya
ancaman pidana penjara adalah 9 (Sembilan) tahun sesuai dengan arsip
naskah asli Kitab Undang-Undang Pidana oleh Tim Penterjemah Badan
Pembinaan Hukum Nasional.
5. Berdasarkan uraian tersebut di atas, dengan ini disampaikan agar segera
menyampaikan kepada seluruh jajaran di wilayah hukum Saudara bahwa
ancaman pidana dalam ketentuan Pasal 368 ayat (1) KUHP KUHP terbitan Tim
Penerjemah Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) Departemen
Kehakiman seharusnya adalah 9 (Sembilan) tahun bukan 9 (Sembilan)
bulan sebagaimana yang tercetak dalam KUHP tersebu.
Demikian untuk menjadi maklum dan dilaksanakan.
JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM,
HAMZAH TADJA TEMBUSAN : 1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia ;
(1 dan 2 sebagai laporan) 3. Yth. Para Jaksa Agung Muda; 4. A r s i p
------------------------------------------------------------
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 28
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A
Nomor : B-1471/E/EJP/05/2012 Sifat : Biasa Lampiran : - Perihal : Permohonan Izin Pemeriksaan atas
nama Rudiyanto, SH (JPU Kejari Menggala)
Jakarta, 3 Mei 2012 KEPADA YTH : PARA KEPALA KEJAKSAAN TINGGI DI- TEMPAT
Sehubungan dengan surat Direktur Reserse Kriminal Umum Kepolisian
Daerah Lampung Nomor : B/417/III/2012 Ditreskrimum tanggal 1 Maret 2012 perihal sebagaimana tersebut pada pokok surat di atas yang ditujukan kepada Jaksa Agung Republik Indonesia, bersama ini disampaikan hal-hal sebagai berikut :
1. Bahwa inti dari surat tersebut adalah Direktur Reserse Kriminal Umum Kepolisian daerah Lampung meminta kepada Jaksa Agung Republik Indonesia untuk memberi izin pemeriksaan terhadap Rudiyanto, SH Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Menggala terkait Laporan Polisi Nomor : LP/722/XI/2011/Bareskrim tanggal 10 November 2011 atas nama pelapor Dobi (Anggota Bareskrim Mabes Polri) tentang dugaan tindak pidana pemalsuan tanda tangan atas nama Suwardi bin Anwar (orang tua pelapor) pada Surat Tanda Terima Pelimpahan Perkara Acara Pemeriksaan Biasa (P-33) atas nama Terdakwa Suwardi bin Anuar.
2. Bahwa kasus posisi dan kronologi perkara tersebut, adalah sebagai berikut :
a. Bahwa Sdr. Rudiyanto, SH, bertindak sebagai Jaksa Penuntut Umum untuk menangani perkara atas nama terdakwa Suwardi bin Anwar yang didakwa melakukan tindak pidana melanggar pasal 351 KUHP atau pasal 184 KUHP.
b. Bahwa terdakwa Suwardi bin Anwar oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Menggala telah dijatuhi hukuman berupa pidana penjara selama 3 (tiga) bulan dan 5 (lima) hari dan perkaranya telah berkekuatan hukum tetap serta telah dilakukan eksekusi oleh Jaksa Penuntut Umum Rudiyanto, SH dan terdakwa Suwardi bin Anwar telah selesai menjalani hukuman di Rutan Menggala pada tanggal 19 Desember 2011.
c. Dalam proses penanganan perkara tersebut, pada saat Jaksa Rudiyanto, SH melimpahkan berkas perkara atas nama terdakwa Suwardi bin Anwar tersebut ke Pengadilan Negeri Menggala pada hari Selasa tanggal 20 September 2011, yang bersangkutan telah membuat Tanda Terima Surat Pelimpahan Perkara Acara Pemeriksaan Biasa (P-33) untuk ditandatangani oleh terdakwa Suwardi bin Anwar dengan melampirkan Surat Dakwaan yang dikirimkan ke Rutan Menggala melalui Yulianto (pegawai Rutan Menggala) untuk disampaikan kepada terdakwa Suwardi bin Anwar.
d. Bahwa pada saat menyerahkan Tanda Terima Surat Pelimpahan (P-33) yang dikirimkan oleh Jaksa Rudiyanto, SH ke Rutan Menggala melalui Yulianto, pada kolom tanda tangan terdakwa Suwardi bin Anwar dalam keadaan kosong dan belum ada tanda tangan.
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 29
e. Bahwa pada saat Jaksa Rudiyanto, SH menerima kembali Tanda Terima Surat (P-33) tersebut sudah terdapat tanda tangan terdakwa Suwardi bin Anwar dan benar terdakwa sudah menerima surat-surat dimaksud termasuk Surat dakwaan dari pegawai Rutan Menggala.
f. Bahwa atas peristiwa tersebut di atas, Sdr. Dobi (Anggota Bareskrim Mabes Polri) yang merupakan anak dari terdakwa Suwardi bin Anwar telah melaporkan Jaksa Rudiyanto, SH, dengan tuduhan telah melakukan tindak pidana pemalsuan tanda tangan orang tuanya pada Surat (P-33) ke Bareskrim Mabes Polri yang kemudian laporan tersebut oleh Mabes Polri diteruskan ke Polda Lampung untuk ditindaklanjuti.
g. Bahwa Kepala Kejaksaan Tinggi lampung telah melakukan koordinasi dengan Kapolda Lampung, dengan hasil yaitu :
- Berdasarkan perkembangan penanganan Laporan Polisi Nomor : LP/722/XI/2011/Bareskrim tanggal 10 November 2011 atas nama pelapor sdr. Dobi diperoleh fakta bahwa perkara pemalsuan tanda tangan yang diduga dilakukan oleh Jaksa Rudiyanto, SH tidak cukup bukti untuk ditingkatkan ke tahap penyidikan.
- Berdasarkan hal tersebut di atas, Kepala Kepolisian Daerah Lampung mengirim surat kepada Jaksa Agung Republik Indonesia, meminta supaya surat permohonan izin pemeriksaan terhadap Jaksa Rudiyanto, SH tidak perlu ditindaklanjuti. Sebagai realisasi koordinasi tersebut, Kepala Kepolisian Daerah Lampung telah mengirim surat Kepada Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor : B/1076/III/2012/Dit Reskrimum tanggal 14 Maret 2012 mengenai pembatalan permohonan izin pemeriksaan terhadap Jaksa Rudiyanto, SH.
3. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, untuk menghindari terulangnya kejadian seperti di Kejaksaan Negeri Menggala, diminta agar Kepala Kejaksaan Tinggi memerintahkan kepada segenap jajarannya, dalam menangani perkara agar : a. Selalu berhati-hati dan waspada dalam melaksanakan tugas dan fungsinya b. Meneliti ulang (cross cek) dan memastikan agar setiap surat/tembusan
surat yang ditujukan kepada para saksi/terdakwa sedapat mungkin diserahkan dan diterimakan langsung kepada yang bersangkutan.
JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM,
HAMZAH TADJA TEMBUSAN : 1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia ;
(1 dan 2 sebagai laporan) 3. Yth. Para Jaksa Agung Muda Pengawasan; 4. A r s i p
------------------------------------------------------------
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 30
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A
Nomor : B-1641/E/EJP/05/2012 Sifat : Segera Lampiran : - Perihal : Pedoman Tuntutan Pidana Perkara
Tindak Pidana Umum
Jakarta, 24 Mei 2012 KEPADA YTH : PARA KEPALA KEJAKSAAN TINGGI DI- SELURUH INDONESIA
Berdasarkan Surat Edaran Jaksa Agung RI Nomor : SE-013/A/JA/12/2011
tanggal 29 Desember 201 perihal tersebut pada pokok surat, dan memperhatikan perkembangan tuntutan pidana perkara tindak pidana umum yang dilakukan oleh Kejaksaan di daerah, dengan berbagai permasalahan yang muncul, dengan ini disampaikan sebagai berikut :
1. Kewenangan pengendalian rencana tuntutan pidana terhadap seluruh perkara tindak pidana umum didelegasikan kepada Kepala Kejaksaan Negeri dan Kepala Kejaksaan Tinggi dikecualikan terhadap perkara-perkara yang akan dituntut/lepas dari segala tuntutan, tuntutan seumur hidup, hukuman mati, hukuman percobaan dan tindak pidana yang pengendalian tuntutan pidananya dianggap penting oleh Pimpinan tetap dimintakan persetujuan Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum;
2. Terkait tersebut butir 1 di atas, yang perkaranya berasal dari Kejaksaan Agung dan Kejaksaan Tinggi, pengendalian penanganan perkara tetap dilaporkan secara berjenjang kepada Pimpinan;
3. Terhadap perkara yang pengendalian tuntutan pidananya dilakukan oleh Kejaksaan Agung, agar rencana tuntutan pidana diterima di Kejaksaan Agung selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum tanggal dibacakan tuntutan;
4. Surat ini agar Saudara reproduksi kemudian diteruskan kepada para Kepala Kejaksaan Negeri dan para Kepala Cabang Kejaksaan Negeri untuk dipedomani.
Demikian untuk dilaksanakan.
JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM,
HAMZAH TADJA TEMBUSAN : 1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia ;
(1 dan 2 sebagai laporan) 3. Yth. Para Jaksa Agung Muda; 4. Yth. Sekretaris Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum; 5. Yth. Para Direktur pada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum; 6. A r s i p
------------------------------------------------------------
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 31
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A
Nomor : B-1657/E/EJP/05/2012 Sifat : Segera Lampiran : - Perihal : Penggandaan Pedoman Tuntutan
Pidana Perkara Tindak Pidana Umum
Jakarta, 25 Mei 2012 KEPADA YTH : PARA KEPALA KEJAKSAAN TINGGI DI- SELURUH INDONESIA
Bersama ini disampaikan bahwa telah diketemukan penggandaan Pedoman
Tuntutan Pidana Perkara Tindak Pidana Umum (Surat Edaran Jaksa Agung RI Nomor : SE-013/A/JA/12/2011 tanggal 29 Desember 2011) yang dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab tanpa seijin Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum, berkaitan dengan hal-hal tersebut, disampaikan petunjuk sebagai berikut : 1. Bahwa telah ditemukan penggandaan buku Pedoman Tuntutan Pidana Perkara
Tindak Pidana Umum (Surat Edaran Jaksa Agung RI Nomor : SE-013/A/JA/12/ 2011 tanggal 29 Desember 2011) yang dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab tanpa seijin Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum, berkaitan dengan hal-hal tersebut, disampaikan petunjuk sebagai berikut :
2. Bahwa penggandaan buku Pedoman Tuntutan Pidana Perkara Tindak Pidana Umum tersebut, diperbanyak tanpa sepengetahuan dan buku atas kehendak Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum;
3. Perlu kami informasikan, bahwa buku Pedoman Tuntutan Pidana tersebut, kini sedang dalam proses penggandaan dan dalam waktu dekat akan dibagikan secara Cuma-Cuma kepada seluruh Jaksa di Indonesia;
4. Berdasarkan hal tersebut, diperintahkan kepada seluruh para Kepala Kejaksaan Tinggi, Kepala Kejaksaan Negeri dan Kepala Cabang Kejaksaan Negeri di seluruh Indonesia untuk tidak mereproduksi sendiri atau membeli dari pihak yang tidak bertanggung jawab, guna menghindari kesalahan cetak yang tidak sesuai dengan aslinya maupun sebagai petunjuk asli Pimpinan untuk dipedomani dalam pelaksanaan tugas penuntutan.
Demikian untuk menjadi perhatian dan dilaksanakan.
JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM,
HAMZAH TADJA
TEMBUSAN : 1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia ;
(1 dan 2 sebagai laporan) 3. Yth. Para Jaksa Agung Muda; 4. Yth. Sekretaris Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum; 5. Yth. Para Direktur pada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum; 6. A r s i p
------------------------------------------------------------
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 32
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A
Nomor : B-1834/E/Es.1/06/2012 Sifat : Segera Lampiran : - Perihal : Penggunaan Aplikasi Laporan
Bulanan atau Eksekutif Informasi Sistem (EIS)
Jakarta, 8 Juni 2012 KEPADA YTH : KEPALA KEJAKSAAN TINGGI DI- SELURUH INDONESIA
Berdasarkan hasil pemantauan atas pelaksanaan Surat Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor : B-08/B/WJA/01/2012 tanggal 30 Januari 2012 perihal seperti tersebut pada pokok surat, bersama ini disampaikan hal-hal sebagai berikut : 1. Bahwa masih banyak Kejaksaan Tinggi beserta jajarannya didaerah yang
kurang mengindahkan pelaksanaan Laporan Bulanan secara On-Line (khususnya data perkara Tindak Pidana Umum), sementara Pimpinan Pusat telah menggariskan ketentuan tentang Aplikasi Laporan Bulanan atau Eksekutif Informasi Sistem (EIS).
2. Berdasarkan hasil pemantauan, monitoring dan evaluasi sampai dengan bulan Mei 2012 atas program penanganan dan penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum dapat diketahui data yang telah di Entry (sebagai contoh LP-3 atau Laporan Bulanan Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan periode bulan Januari s/d April 2012) yaitu :
Berdasarkan
EIS
Berdasarkan
Lapbul Manual
(%) Entry
Data
1 2 3 4 5 6
1 ACEH 301 1.086 22,72%
2 SUMATERA UTARA 5.790 5.118 113,13%
3 SUMATERA BARAT 134 592 14,42%
4 RIAU 345 1.139 30,29%
5 JAMBI 579 797 72,65%
6 SUMATERA SELATAN 95 1.954 4,86%
7 BENGKULU 175 591 29,44%
8 LAMPUNG 1.014 1.553 65,29%
9 DKI JAKARTA 0 3.153 0%
10 JAWA BARAT 3.436 3.576 96,09%
11 JAWA TENGAH 2.038 3.854 52,88%
12 D.I YOGYAKARTA 580 650 89,23%
13 JAWA TIMUR 2.334 7.646 30,53%
14 KALIMANTAN BARAT 453 879 51,54%
15 KALIMANTAN TENGAH 275 451 60,98%
16 KALIMANTAN SELATAN 1.061 1.447 73,32%
17 KALIMANTAN TIMUR 733 1.265 57,94%
18 SULAWESI UTARA 627 807 77,70%
19 SULAWESI TENGAH 80 639 12,52%
20 SULAWESI TENGGARA 507 615 82,44%
21 SULAWESI SELATAN 492 1.029 47,81%
22 BALI 169 821 20,58%
23 NUSA TENGGARA BARAT 91 822 11,07%
24 NUSA TENGGARA TIMUR 563 731 77,02%
25 MALUKU 204 289 70,59%
26 PAPUA 353 312 113,14%
27 MALUKU UTARA 7 212 3,30%
28 BANTEN 315 913 34,50%
29 KEP. BANGKA BELITUNG 0 420 0%
30 GORONTALO 67 272 24,63%
31 KEPULAUAN RIAU 491 514 95,53%
KeteranganKEJAKSAAN TINGGINO
Jumlah SPDP (Jan s/d April 2012)
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 33
3. Bahwa untuk diminta kepada Para Kepala Kejaksaan Tinggi segera melakukan langkah-langkah sebagai tindak lanjutnya yaitu : a. Melaksanakan dengan sepenuh hati serta penuh rasa tanggung jawab
sebagaimana dimaksud Surat Wakil Jaksa Agung RI Nomor : B-18/B/WJA/1/2012;
b. Untuk Perkara Tindak Pidana Umum, hasil pelaksanaan tindak lanjutnya agar segera dilaporkan kepada JAM PIDUM dan akan dilakukan klarifikasi keakuratan datanya pada saat pelaksanaan Rakernis Pidum yang dijadwalkan pada tanggal 18 s/d 19 Juni 2012 mendatang, sekaligus diminta untuk menyusun dan melaporkan secara rinci terhadap memperoleh kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde);
4. Apabila ditemui hambatan serta kendala terhadap peralatan maupun system yang digunakan dalam pelaksanaan aplikasi SIMKARI, kiranya segera membuat laporan tertulis kepada Kepala Pusat DASKRIMTI Kejaksaan Agung dengan tembusan Sekretaris Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum.
5. Bersama ini pula (Secara terpisah), sekali lagi diminta laporan pelaksanaan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor : 17 Tahun 2011 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2012 serta pelaksanaan petunjuk Jaksa Agung Republik Indonesia terkait dengan Tupoksi Pidum yaitu :
a. Berkenaan dengan telah tersedianya data base dakwaan penanganan
Perkara Tindak Pidana Umum dalam aplikasi SIMKARI maka diperintahkan untuk segea memanfaatkan serta melakukan Entry data Surat Dakwaan Perkara Tindak Pidana Umum (lengkap), dengan prioritas perkara Tahun 2012;
b. Bagi Kejati yang belum melaporkan inventarisasi data perkara Tindak Pidana Umum yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde) untuk periode bulan Mei 2012 agar segera melaporkannya sebelum pelaksanaan Rakenis Pidum tanggal 18 s/d 19 Juni 2012.
Demikian untuk menjadi perhatian dan apabila terjadi pengabaian atau
keterlambatan dalam perintah Pimpinan, sangat mempengaruhi konduite Saudara.
JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM,
HAMZAH TADJA
TEMBUSAN : 1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia ; 3. Yth. Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum;
(1,2 dan 3 sebagai laporan) 4. Yth. Sekretaris Jaksa Agung Muda Pengawasan; 5. Yth. Para Direktur pada JAM PIDUM; 6. Yth. Kepala Pusat DASKRIMTI; 7. A r s i p
------------------------------------------------------------
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 34
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A
Nomor : B-1908/E/Es.1/06/2012 Sifat : Sangat Segera Lampiran : 1 (satu) Lembar Perihal : Permintaan Informasi Mengenai
Lokasi Penahanan Warga Negara RRT.
Jakarta, 14 Juni 2012 KEPADA YTH : KEPALA KEJAKSAAN TINGGI DI- SELURUH INDONESIA
Menindaklanjuti Surat Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler Kementerian
Luar Negeri Republik Indonesia Nomor : 08146/PK/06/2012/63 tanggal 6 Juni 2012 perihal seperti tersebut pada pokok surat (sebagaimana terlampir), bersama ini disampaikan hal-hal sebagai berikut :
1. Bahwa Indonesia akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan 6th Indonesia-China Consular Consultation, dalam rangka mempersiapkan substansi pembahasan pada konsultasi tersebut, dipandang perlu adanya data mengenai narapidana/tahanan Warga Negara RRT, lokasi penahanan, dan status hukum masing-masing;
2. Berkaitan dengan hal tersebut, diminta kepada Saudara untuk memberikan data mengenai narapidana/tahanan, lokasi penahanan dan status hukum Warga Negara RRT untuk dijadikan sebagai bahan penyusunan substansi 6th Indonesia-China Consultar Consultation;
3. Mengingat batas waktu pelaporan yang sangat terbatas, kiranya data dimaksud disampaikan paling lambat pada tanggal 20 Juni 2012 melalui fax 021-7226054 atau email ke [email protected].
Demikian untuk menjadi perhatian dan dilaksanakan.
JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM,
HAMZAH TADJA TEMBUSAN : 1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia ;
(1 dan 2 sebagai laporan) 3. Yth. Para Jaksa Agung Muda pengawasan; 4. Yth. Para Direktur pada JAM PIDUM; 5. A r s i p
------------------------------------------------------------
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 35
KEMENTERIAN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PROTOKOL
Jalan Taman Pejambon No. 6 Jakarta Pusat 10110
Jakarta, 06 Juni 2012
Nomor : 08146/PK/06/2012/63 Lampiran : - Perihal : Permintaan Informasi Mengenai Lokasi Penahanan WN RRT Kepada Yth. 1. Direktur Jenderal Pemasyarakatan
u.p 1. Direktur Bina Narapidana dan Pelayanan Tahanan 2. Direktur Informasi dan Komunikasi Kementerian Hukum dan HAM Jalan Veteran No. 11 Jakarta Pusat
2. Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Kejaksaan Agung Jl. Sultan Hasanuddin No. 1 Kebayoran Baru Jakarta Selatan
Dengan hormat disampaikan bahwa dalam rangka peningkatan kerjasama kekonsuleran
RI-RRT, sejak tahun 2002 telah dilakukan Indonesia-China Consular Consultation 2 (dua) tahun sekali dimana tempat penyelenggaraanya dilakukan secara bergiliran. Pada tahun 2012, Indonesia akan menjadi tuan rumah penyelengggaraan konsultasi tersebut 6th Indonesia – China Consular Consultation menurut rencana akn berlangsung di Surabaya pada akhir bulan Agustus, dalam rangka mempersiapkan substansi pembahasan pada konsultasi tersebut, Direktorat Konsuler memandang perlu adanya data mengenai narapidana/tahanan WN RRT serta lokasi penahanan mereka di Indonesia serta status hukum masing-masing.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, mohon bantuan Saudara untuk kiranya dapat
disampaikan kepada kami data dimaksud. Akan sangat dihargai sekiranya bahan tersebut dapat kami terima pada kesempatan pertama guna dapat dijadikan sebagai bahan penyusunan substansi 6 th Indonesia-China Consular Consultation.
Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.
a.n Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler Direktur Konsuler
Chalief Akbar NIP. 19640107 199007 1001
Tembusan :
1. Yth. Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler (sebagai laporan) 2. Yth. Direktur Asia Timur dan Pasifik
DIREKTORAT KONSULER Jl. Taman Pejambon No. 6 Jakarta 10110 Telp. 021-3848641 Fax. 021-34834723
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 36
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A
Nomor : B-2060/E/Euh.3/06/2012 Sifat : Segera Lampiran : 1 (satu) Lembar Perihal : Laporan Putusan Bebas atau Lepas
dari Segala Tuntutan Hukum.
Jakarta, 25 Juni 2012 KEPADA YTH : PARA KEPALA KEJAKSAAN TINGGI DI- SELURUH INDONESIA
Berdasarkan pengamatan akhir-akhir ini ternyata masih banyak ditemukan
adanya Putusan Bebas atau Lepas dari segala tuntutan hukum yang tidak dilaporkan oleh para Kepala Kejaksaan Negeri dan Kepala Cabang Kejaksaan Negeri di Kejaksaan Agung Republik Indonesia sebagaimana telah digariskan dalam Surat Edaran Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor : B-123/E/Ejp/02/2003 tanggal 17 Februari 2003.
Berkaitan dengan hal tersebut, diminta kepada masing-maisng Kepala
Kejaksaan Tinggi agar memerintahkan para Kepala Kejaksaan Tinggi agar memerintahkan para Kepala Kejaksaan Negeri dan Kepala Cabang Kejaksaan Negeri melaporkan Putusan Bebas atau Lepas dari segala tuntutan hukum periode tahun 2006 sampai dengan 2012 dengan mengisi formulir sebagaimana terlampir.
Agar laporan ditujukan langsung kepada Jaksa Agung Republik Indonesia
Cq. Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum paling lambat 26 Juni 2012 melalui Faximile nomor (021) 7226054 atau (021) 7203512.
Demikian untuk menjadi perhatian dan dilaksanakan.
JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM,
HAMZAH TADJA TEMBUSAN : 1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia ;
(1 dan 2 sebagai laporan) 3. Yth. Sekretaris Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum; 4. A r s i p
------------------------------------------------------------
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 38
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A
Nomor : B-2449/E/Euh/07/2012
Sifat : Biasa
Lampiran : 1 (satu) Lembar
Perihal : Penanganan Perkara Narkotika dan
Psikotropika
Jakarta, 30 Juni 2012
KEPADA YTH :
KEPALA KEJAKSAAN TINGGI
DI-
SELURUH INDONESIA
Menindaklanjuti nodis Jaksa Agung Muda Pengawasan No. B-140/H/HJW/07/
2012 tanggal 06 Juli 2012 perihal tersebut pada pokok surat di atas, yang
menyatakan berdasarkan hasil temuan para inspektur Jaksa Agung Muda
Pengawasan dalam inspeksi di berbagai Kejaksaan Tinggi dan Kejaksaan Negeri di
seluruh Indonesia terhadap penanganan perkara Narkotika dan Psikotropika
ternyata masih banyakpara Jaksa yangkurang cermat pada saat melakukan
penelitian perkara Tahap I dari penyidikan Polri Khususnya dimana para Jaksa
Peneliti menyatakan berkas perkara telah lengkap (P 21) hanya berdasarkan barang
bukti tes Kif Urien yang dikuatkan oleh kesaksian para petugas yang menangkap
tersangka dan keterangan tersangka (yang diduga dipaksa untuk menandatangani
berita acara pemeriksaannya).
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, diminta kepada para Jaksa
diseluruh Indonesia dalam melakukan penelitian berkas perkara Narkotika dan
Psikotropika agar lebih cermat lagi khususnya mengenai :
1. Barang bukti yang diajukan hanya berupa tes Kif Urien meskipun diperkuat
dengan keterangan saksi penangkapan dan keterangan tersangka agar tetap
meminta dilengkapi dengan hasil Laboratorium baik urine maupun darah,
mengingat tes Kif Urine tersebut dapat menunjukkan hasil yang positif bukan
hanya kepada pengguna Narkotika dan Psikotropika saja akan tetapi juga
terhadap pengguna obat Analgesik, Depresson, Sedatif dan Hipnotik seperti
minum obat batuk yang mengandung Codaine atau obat anti nyeri atau obat
penenang baik yang menggunakan obat resep Dokter atau tidak, oleh karena itu
jika hasil Laboratorium hanya menyatakan tersangka positif menggunakan
(opiate) Benzodiazeppines dan bukan amphetamine atau Cannabis maka
seyogyanya Jaksa Peneliti juga minta dilakukan tes darah.
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 39
2. Dalam penggeledahan terhadap kendaraan pribadi hendaknya Jaksa Peneliti
jangan terlalu percaya terhadap penggeledahan yang hanya berdasarkan
kesaksian petugas semata tanpa kesaksian orang lain selain petugas dan
kesaksian tersebut hanya mengatakan melihat sebelum bagasi atau pintu
kendaraannya dibuka, bukan kedatangan saksi diluar petugas setelah bagasi
atau pintu mobil di buka.
3. Untuk mempermudah dalam menentukan sikap saat melakukan penelitian
terhadap berkas perkara Narkotika dan Psikotropika bersama ini Kami
lampirkan diagram penggunaan alat Tes Kif Urine terhadap urine yang bisa
menunjukkan hasil positif.
Demikian untuk dilaksanakan.
JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM,
HAMZAH TADJA TEMBUSAN : 1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia ;
(1 dan 2 sebagai laporan) 3. Yth. Para Jaksa Agung Muda; 4. Yth. Sekretaris Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum; 5. Yth. Para Direktur pada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum; 6. A r s i p
------------------------------------------------------------
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 40
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A
NOTA – DINAS
Kepada Yth : JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM
D a r i : Jaksa Agung Muda Pengawasan
Tanggal : 06 Juli 2012
Nomor : B-140/H/Hjw/07/2012
Sifat : Biasa
Lampiran : 1 (satu) lembar
Perihal : Penanganan Perkara Narkotika dan Psikotropika
Berdasarkan hasil Temuan Para Inspektur Jaksa Agung Muda Pengawasan dalam Inspeksi
di berbagai Kejaksaan Tinggi dan Kejaksaan Negeri di seluruh Indonesia terhadap penanganan
perkara Narktoka dan Psikotropika, masih banyak para Jaksa yang kurang cermat dalam meneliti
berkas perkara Tahap I dari penyidik Polri khususnya dalam penanganan perkara Narkotika atau
Psikotropika, dimana para Jaksa Peneliti menyatakan perkara lengkap (P-21) hanya berdasarkan
Tes Kif urine yang dijadikan barang bukti oleh pihak penyidik dengan hanya dikuatkan oleh
kesaksian para petugas yang menangkap tersangka dan keterangan tersangka (yang diduga
menandatangani dank arena dipaksa).
Oleh karena itu diminta kepada Saudara agar memberikan petunjuk kepada Kepala
Kejaksaan Tinggi (KEJATI) di seluruh Indonesia agar dalam meneliti barang bukti yang menyangkut
perkara Narkotika dan Psikotropika untuk lebih cermat, terutama menyangkut :
1. Jika barang bukti yang diajukan hanya berupa Tes Kif, meskipun diperkuat oleh keterangan
saksi petugas yang menangkap dan keterangan tersangka agar tetap dilengkapi dengan hasil
laboratorium baik urine maupun darahnya, mengingat praktek-praktek tidak terpuji dilakukan
oleh petugas dilapangan didalam melakukan Tes Urin terhadap Masyarakat (Pelajar,
Mahasiswa, dll) saat dilakukan razia, karena tidak semua Tes Kif yang menunjukan positif pada
posisi THC atau yang meliputi seluruh komponen mengindikasikan bahwa yang bersangkutan
adalah pengguna Narkotika atau Psikotropika, tetapi yang terkena razia dia sudah ditakut-takuti
dan bagi pihak yang ditangkap tidak mau mengurus Perkaranya ditindak lanjuti ke Kejaksaan.
2. Pengalaman terhadap uji urine menggunakan Tes Kif tersebut, Tes Kif akan menunjukan garis
merah 1 (satu), bukan hanya terhadap pengguna Narkotika atau Psiktropika saja tetapi terhadap
pengguna obat Analgesik, Depresan, Sedatif dan Hipnotik seperti minum obat batuk yang
mengandung Codaine atau obat anti nyeri atau obat penenang baik menggunakan resep dokter
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 41
atau tidak apabila di Tes menggunakan Tes Kif Urine tersebut hasilnya juga akan menunjukan
garis merah 1 (satu) sama seperti halnya pengguna Narkotika dan Psikotropika. Jika didalam
hasil laboratoriumnya bukan Amphetamine atau Cannabis maka seyogyanya Jaksa Peneliti
minta dilakukan tes darah jangan hanya semata-mata mengandalkan tes urine mengingat kedua
jenis zat tersebut banyak ditemukan dalam formula obat-obatan yang bersal dari resep dokter
yang diberikan kepada seseorang karena penyakit tertentu atau bahkan penyakit menahun.
3. Dalam penggeladahan terhadap kendaraan pribadi hendaknya Jaksa Peneliti jangan terlalu
percaya terhadap penggeledahan yang hanya berdasarkan kesaksian petugas semata tanpa
kesaksian oleh orang lain selain petugas dan kesaksian tersebut harus mengatakan melihat
sebelum bagasi atau pintu kendarannya dibuka, bukan kedatangan saksi diluar petugas setelah
bagasi atau pintu mobil dibuka.
Oleh karena itu sebagai penyandang Asas Dominus Litis para Jaksa Peneliti harus betul-
betul professional dan proporsional didalam meningkatkan status seseorang menjadi tersangka agar
tidak terkesan bahwa jaksa penuntut umum ikut-ikutan memanfaatkan situasi tersebut mendzolimi
seseorang karena dilandasi kepentingan tertentu serta menghindari munculnya dampak negative
terhadap lingkungan atau keluarga dari tersangka yang nyata-nyata tidak bersalah diajukan ke
Pengadilan karena didakwa sebagaipengguna narkotika atau psikotropika sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dan Undang-Undang Nomor 55
Tahun 1997 Tentang Psikotropika.
Bersama surat ini untuk memudahkan para Jaksa di dalam menentukan sikap saat
melakukan penelitian terhadap berkas perkara khususnya perkara narkotika dan psikotropika, kami
lampirkan diagram Penggunan Alat Tes Kif Urine Terhadap Urine Yang Bisa Menunjukan Positif.
Demikian untuk menjadi periksa dan agar dapat diteruskan kepada Kepala Kejaksaan
Tinggi dan Kepala Kejaksaan Negeri di Seluruh Indonesia sebagai petunjuk Jaksa Agung Muda
Bidang Tindak Pidana Umum.
JAKSA AGUNG MUDA PENGAWASAN
MARWAN EFFENDY
TEMBUSAN : 1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia;
(sebagai laporan) 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia; 3. Yth. Para Jaksa Agung Muda; 4. Yth. Sekretaris Jaksa Agung Muda Bidang Pengawasan; 5. A r s i p
------------------------------------------------------------
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 43
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A
Nomor : B-2607/E/EJP/08/2012
Sifat : Biasa
Lampiran : 1 (satu) Lembar
Perihal : Putusan Pengadilan yang Tidak
Memenuhi Ketentuan Pasal 197
ayat (1) KUHAP.
Jakarta, 14 Agustus 2012
KEPADA YTH :
PARA KEPALA KEJAKSAAN TINGGI
DI-
SELURUH INDONESIA
Pada waktu akhir-akhir ini telah ditemukan adanya putusan pengadilan baik
pada tingkat Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi maupun Mahkamah Agung R.I
yang tidak memenuhi ketentuan pasal 197 ayat (1) KUHAP dan hal ini menjadi
polemic dalam pelaksanaan eksekusinya karena ada anggota bahwa putusan
tersebut batal demi hukum sesuai ketentuan pasal 197 ayat (2) KUHAP.
Berkaitan dengan hal tersebut dengan ini diminta perhatiannya sebagai
berikut :
1. Terhadap putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap yang
amarnya tidak mencantumkan salah satu ketentuan pasal 197 ayat (1) huruf a,
b, c, d, e, f, h, j, k dan I KUHAP maka putusan tersebut tidak serta merta batal
demi hukum dan tidak memiliki daya eksekusi tanpa diajukan terlebih dahulu
oleh pihak yang berkepentingan kepada pengadilan yang bersangkutan yaitu
jika putusan pengadilan Negeri maka pernyataan batal diajukan kepada
Pengadilan Negeri dan jika Pengadilan Tinggi dalam tingkat Banding, maka
pengajuan pembatalan diajukan kepada Pengadilan Tinggi.
2. Bahwa putusan Mahkamah Agung R.i yang amarnya tidak mencantumkan
ketentuan pasal 197 ayat (1) huruf “k” KUHAP adalah merupakan putusan yang
tetap sah dan harus dilaksanakan eksekusinya karena sudah merupakan
putusan terakhir dari badan peradilan yang tertinggi.
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 44
3. Agar para Kepala Kejaksaan Tinggi dan jajarannya di daerah tidak ragu-ragu
untuk melaksanakan setiap putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum
tetap khususnya terhadap putusan Mahkamah Agun R.I yang tidak
mencantumkan ketentuan pasal 197 ayat (1) huruf “k” KUHAP tersebut.
Demikian untuk dilaksanakan.
JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM,
HAMZAH TADJA TEMBUSAN : 1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia ;
(1 dan 2 sebagai laporan) 3. Yth. Para Jaksa Agung Muda Pengawasan; 4. Yth. Sekretaris Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum; 5. Yth. Para Direktur dilingkungan Jampidum; 6. A r s i p
------------------------------------------------------------
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 45
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A
Nomor : B-2697/E/Es.2/08/2012 Sifat : Sangat segera Lampiran : 1 (satu) Lembar Perihal : Inventarisasi Daftar Pencarian
Orang (DPO) Perkara Tindak Pidana Umum
Jakarta, 31 Agustus 2012 KEPADA YTH : KEPALA KEJAKSAAN TINGGI DI- SELURUH INDONESIA
Berdasarkan Pasal 10 Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor :
PER-032/A/JA/08/2012 tanggal 25 Agustus 2010 tentang Pelayanan Informasi
Publik di Kejaksaan Republik Indonesia, Kejaksaan Republik Indonesia wajib
memberikan informasi kepada Masyarakat umum, berkaitan dengan hal tersebut
bersama ini diminta perhatian Saudara akan hal-hal sebagai berikut :
1. Bahwa salah satu informasi yang wajib diumumkan oleh Kejaksaan Republik
Indonesia adalah mengenai terdakwa/tersangka yang termasuk dalam Daftar
Pencarian Orang (DPO) perkara tindak pidana umum;
2. Sehubungan dengan butir 1, diminta kepada Saudara untuk segera melakukan
Inventarisasi Daftar Pencarian Orang (DPO) Perkara Tindak Pidana Umum
yang terdiri dari Tindak Pidana Terhadap Orang dan Harta Benda, Tindak
Pidana Terhadap Keamanan Negara dan Ketertiban Umum serta Tindak Pidana
Umum Lainnya dari tahun 2007 sampai dengan 2012;
3. Melaporkan hasil pelaksanaan dimaksud butir 2 kepada Jaksa Agung Muda
Tindak Pidana Umum dengan pemilahan sesuai Direktorat masing-masing,
paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah diterimanya surat ini. (sebagaimana
formulir terlampir).
Demikian untuk menjadi perhatian dan keterlambatan pelaksanaan ini
sangat mempengaruhi konduite Saudara.
PLT. JAKSA AGUNG MUDA
TINDAK PIDANA UMUM,
BURHANUDDIN TEMBUSAN : 1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia ;
(nomor 1 dan 2 sebagai laporan) 3. Yth. Para Jaksa Agung Muda Pengawasan; 4. Yth. Kapuspenkum 5. Yth. Para Direktur pada JAM PIDUM; 6. A r s i p
-----------------------------------------------------------
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 47
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A
Nomor : B-2773/E/EJP/09/2012 Sifat : Penting Lampiran : 2 (dua) Lembar Perihal : Inventarisasi Denda Verstek
Perkara Tindak Pidana Pelanggaran Lalu Lintas/Tilang Tahun 2009 s/d 2011 yang Belum Dieksekusi
Jakarta, 11 September 2012 KEPADA YTH : KEPALA KEJAKSAAN TINGGI SE- INDONESIA
Sehubungan hasil temuan pemeriksaan BPK RI terkait dengan piutang
Negara (tunggakan) dendan verstek perkara tindak pidana pelanggaran lalu
lintas/tilang selama tahun 2009 s/d 2011 pada Kejaksaan Negeri seluruh wilayah
Kejaksaan Tinggi di Indonesia, sejumlah 515.413 perkara dengan total nilai denda
dan biaya perkara sejumlah Rp. 26.569.837.300 (dua puluh enam milyar lima ratus
enam puluh sembilan juta delapan ratus tiga puluh tujuh ribu tiga ratus rupiah).
Berkenaan dengan permasalahan tersebut agar Kepala Kejaksaan Tinggi
memerintahkan seluruh Kepala Kejaksaan Negeri di wilayahnya, untuk
menginventarisir semua perkara tindak pidana pelanggaran lalu lintas yang diputus
verstek akan tetapi belum dieksekusi selama tahun 2009 s/d 2011 yang akan
diupayakan untuk dilakukan penghapusan. Maka rekapitulasi tersebut agar dilampiri
dengan P.49 (Gugurnya/Hapusnya Wewenang Mengeksekusi) dan melaporkannya
pada kesempatan pertama kepada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum secara
berjenjang.
Demikian untuk dilaksanakan
PLT. JAKSA AGUNG MUDA
TINDAK PIDANA UMUM,
BURHANUDDIN TEMBUSAN : 1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia ;
(nomor 1 dan 2 sebagai laporan) 3. Yth. Para Jaksa Agung Muda; 4. A r s i p
-----------------------------------------------------------
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 48
KEJAKSAAN ………………………….
DAFTAR PELANGGARAN TINDAK PIDANA
LALU LINTAS YANG DIPUTUS VERSTEK BELUM DIEKSEKUSI TAHUN …………
NO. TANGGAL PUTUSAN
PENGADILAN
NO. REG
TILANG
NAMA PELANGGAR
PUTUSAN HAKIM BARANG
BUKTI KET.
DENDA (Rp)
BIAYA PERKARA
(Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8
1.
2.
3.
4.
5.
KEPALA KEJAKSAAN NEGERI........ NAMA PANGKAT NIP.
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 49
PELANGGARAN DENDA BIAYA PERKARA
1 KT DKI JAKARTA 121.296 5.712.307.000Rp 69.359.000Rp 5.781.666.000Rp
2 KT JAWA BARAT 66.766 2.358.506.800Rp 43.425.000Rp 2.401.931.800Rp
3 KT JAWA TENGAH 52.252 1.770.968.100Rp 46.184.300Rp 1.817.152.400Rp
4 KT DIY 5.500 153.523.000Rp 5.500.000Rp 159.023.000Rp
5 KT JAWA TIMUR 73.168 4.329.839.500Rp 70.345.000Rp 4.400.184.500Rp
6 KT NAD 3.293 160.798.500Rp 2.324.300Rp 163.122.800Rp
7 KT SUMATERA UTARA 19.570 1.489.458.000Rp 8.704.500Rp 1.498.162.500Rp
8 KT SUMATERA BARAT 22.609 1.294.852.700Rp 20.195.700Rp 1.315.048.400Rp
9 KT RIAU 0 -Rp -Rp -Rp
10 KT KEPULAUAN RIAU 2.192 167.848.000Rp 826.000Rp 168.674.000Rp
11 KT JAMBI 0 -Rp -Rp -Rp
12 KT SUMATERA SELATAN 11.562 396.161.000Rp 6.087.500Rp 402.248.500Rp
13 KT LAMPUNG 19.224 758.443.000Rp 15.338.500Rp 773.781.500Rp
14 KT KALIMANTAN BARAT 1.613 262.833.000Rp 1.415.000Rp 264.248.000Rp
15 KT KALIMANTAN TENGAH 4.205 628.791.500Rp -Rp 628.791.500Rp
16 KT KALIMANTAN SELATAN 10.177 1.069.231.500Rp 6.138.500Rp 1.075.370.000Rp
17 KT KALIMANTAN TIMUR 13.843 1.216.068.150Rp 12.365.400Rp 1.228.433.550Rp
18 KT SULAWESI UTARA 31.674 664.923.500Rp 18.121.500Rp 683.045.000Rp
19 KT SULAWESI TENGAH 2.502 126.171.500Rp 7.772.000Rp 133.943.500Rp
20 KT SULAWESI SELATAN 4.776 186.799.800Rp 4.320.800Rp 191.120.600Rp
21 KT SULAWESI TENGGARA 1.247 38.450.000Rp 713.500Rp 39.163.500Rp
22 KT MALUKU 178 38.615.000Rp 178.000Rp 38.793.000Rp
23 KT BALI 4.884 210.913.500Rp 3.403.000Rp 214.316.500Rp
24 KT NUSA TENGGARA BARAT 1.546 59.879.000Rp 773.000Rp 60.652.000Rp
25 KT NUSA TENGGARA TIMUR 1.939 124.850.500Rp 1.656.100Rp 126.506.600Rp
26 KT PAPUA 83 23.520.000Rp 60.600Rp 23.580.600Rp
27 KT BENGKULU 5.680 250.406.900Rp 4.896.500Rp 255.303.400Rp
28 KT MALUKU UTARA 0 -Rp -Rp -Rp
29 KT BANTEN 27.096 2.320.722.000Rp 14.852.000Rp 2.335.574.000Rp
30 KT BABEL 4.517 160.886.500Rp 2.325.250Rp 163.211.750Rp
KT GORONTALO 2.021 225.892.400Rp 896.000Rp 226.788.400Rp
515.413 26.201.660.350Rp 368.176.950Rp 26.569.837.300Rp
DAFTAR VERSTEK
KEJAKSAAN R.I. TAHUN 2009 s/d 2011
TOTALJUMLAH TOTAL
URAIAN SATKERJML
JUMLAH
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 50
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A
Nomor : B-2919/E/EJP/09/2012 Sifat : Biasa Lampiran : - Perihal : Pedoman tentang Pengawalan
Tahanan
Jakarta, 19 September 2012 KEPADA YTH : KEPALA KEJAKSAAN TINGGI DI- SELURUH INDONESIA
Berdasarkan hasil pemantauan selama ini masih di temukan adanya tahanan
yang melarikan diri, dengan ini diberikan petunjuk sebagai berikut :
1. Setiap pengawalan tahanan baik sebelum, pada waktu dan setelah persidangan
dilakukan seoptimal mungkin dengan mempedomani Petunjuk Pimpinan Surat
Edaran Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor : SE-004/JA/5/1983
tanggal 20 Mei 1983 tentang pengawalan tahanan, Instruksi bersama Jaksa
Agung Republik Indonesia dan KAPOLRI Nomor : INSTR.006/JA/10/1981
No. POLINS/17/X/1981 dan Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum
Nomor : B-25/EJP/04/2004, tanggal 23 April 2004 perihal Permintaan bantuan
Pengawalan Tahanan/Pengamanan Persidangan,
2. Apabila terjadi karena kelalaian petugas pengawal/pengamanan tahanan yang
tidak mempedomani Pedoman dimaksud di atas, akan diberikan sanksi yang
tegas, termasuk kepada pimpinan unit kerjanya.
Demikian untuk dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
PLT. JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM,
BURHANUDDIN
TEMBUSAN : 1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia ;
(nomor 1 dan 2 sebagai laporan) 3. Yth. Jaksa Agung Muda Intelijen; 4. Yth. Jaksa Agung Muda Pengawasan; 5. A r s i p
-----------------------------------------------------------
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 51
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A
Nomor : B-2899/E.1/Es.1/09/2012 Sifat : Biasa Lampiran : 1 (satu) Eksemplar Perihal : Evaluasi kegiatan SIMKARI pada
Pusat Daskrimti Kejaksaan Agung RI bulan Agustus 2012
Jakarta, 19 September 2012 KEPADA YTH : KEPALA KEJAKSAAN TINGGI DI- SELURUH INDONESIA
Berdasarkan pemantauan/monitoring dan evaluasi dari DASKRIMTI perihal
seperti tersebut pada pokok surat bersama ini disampaikan hal-hal sebagai berikut :
1. Bahwa dari hasil evaluasi kegiatan SIMKARI pada pusat DASKRIMTI Kejaksaan
Agung RI pada bulan Agustus 2012, masih ada 266 Kejaksaan Negeri dan
Cabang Kejaksaan Negeri yang belum melakukan aktifitas ke aplikasi SIMKARI.
2. Berdasarkan data di atas, hal tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat
beberapa Kejaksaan Tinggi yang belum menunjukkan capaian kinerja seperti
yang diharapkan/belum tertib dalam mengentry data.
3. Bahwa kegiatan Entry Data terhadap Penanganan Perkara (Surat Dakwaan)
dan Laporan Bulanan merupakan penilaian UKP4, dimana per triwulan target
harus tercapai, apabila tidak tercapai, Kejaksaan mendapat Raport Merah.
4.1. Untuk itu diminta kepada Para Kepala Kejaksaan Tinggi segera memerintahkan
dan mengawasi sebagai berikut :
4.1.1. Agar melakukan Entry Data penanganan Perkara sesuai
dengan tahapan penanganannya ke Aplikasi Pidum
“Penanganan Perkara” (didalamnya : Surat Dakwaan) di
Simkari.
4.1.2. Melaksanakan Surat Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia
Nomor : B-08/B/WJA/01/2012 tanggal 30 Januari 2012 perihal
Penggunaan Aplikasi Laporan Bulanan atau Eksekutif Informasi
Sistem (EIS), bahwa laporan Bulanan hendaknya disampaikan
secara on line setiap bulan dari tanggal 1 sampai dengan
tanggal 5 pada setiap bulannya.
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 52
4.2. Jika ditemui kendala/hambatan dalam melakukan entry data terkait peralatan
maupun sistem yang digunakan dalam pelaksanaan Aplikasi SIMKARI, kiranya
segera membuat laporan secara tertulis kepada Kepala Pusat DASKRIMTI
Kejaksaan Agung dengan tembusan Sekretaris Jaksa Agung Muda Tindak
Pidana Umum.
Demikian untuk menjadi perhatian dan dilaksanakan.
PLT. JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM,
BURHANUDDIN
TEMBUSAN : 1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia ;
(nomor 1 dan 2 sebagai laporan) 3. Yth. Jaksa Agung Muda Pengawasan 4. Yth. Para Direktur Pada JAM PIDUM; 5. Yth. Kepala Pusat DASKRIMTI; 6. A r s i p
-----------------------------------------------------------
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 53
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A
Nomor : B-3100/E/Euh.3/10/2012 Sifat : Biasa Lampiran : 1 (satu) Eksemplar Perihal : Penyelesaian Barang Rampasan
Berupa Kendaraan Bermotor
Jakarta, 09 Oktober 2012 KEPADA YTH : PARA KEPALA KEJAKSAAN TINGGI DI- SELURUH INDONESIA
Sehubungan Nota Dinas Jaksa Agung Muda Pengawasan Nomor : B-
197/H/Hpu.3/09/2012 tanggal 18 September 2012 perihal sebagaimana pada pokok
surat tersebut diatas, dengan ini disampaikan sebagai berikut :
1. Bahwa berdasarkan pengamantan dan pemantauan bidang pengawasan
terhadap barang bukti kendaraan bermotor yang dirampas untuk Negara
berdasarkan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap,
penyelesaiannya masih menimbulkan polemik karena kendaraan bermotor
tersebut tidak ada surat-suratnya sedangkan setelah dilelang saat diurus oleh
pemenang lelang, pihak Kepolisian (Direktorat Lalu Lintas) tidak bersedia
mengeluarkan surat-surat resminya baik berupa BPKB maupun STNK sehingga
berdasarkan pengalaman tersebut, sewaktu diadakan pelelangan tidak ada
peminatnya dan menjadi tunggakan.
2. Bahwa berdasarkan hal tersebut diatas, sebaiknya masalah ini dapat
dikoordinasikan/dibicarakan terlebih dahulu dengan pihak Kepolisian di wilayah
hukum Saudara sambil menunggu petunjuk dari pimpinan.
Demikian untuk menjadi perhatian.
PLT. JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM,
BURHANUDDIN TEMBUSAN : 1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia ;
(nomor 1 dan 2 sebagai laporan) 3. Yth. Jaksa Agung Muda Pengawasan 4. A r s i p
-----------------------------------------------------------
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 54
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MARKAS BESAR
SURAT TELEGRAM DARI : KAPOLRI DERAJAT : KILAT KEPADA : PARA KAPOLDA KLASIFIKASI : BIASA TEMBUSAN : 1. KAPOLRI 2. IRWASUM POLRI 3. KABARESKRIM POLRI 4. KADIVKUM POLRI 5. PARA DIRLANTAS POLDA
NOMOR ST/3032/XII/2010 TGL. 9 DESEMBER 2010 AAA TTK REF TTK DUA SATU TTK UU RI NOMOR 22 TAHUN 2008 TTG LLAJ TTK
DUA TTK SRT KEP BERSAMA KAPOLRI, DIRJEN PUOD DAN DIRUT PT
JASA RAHARJA NO. POL SKEP/06/X/1999, NOMOR : 928-1228 DAN NOMOR : SKEP/02/X/1999 TGL. 15 OKTOBER 1999 TTG TATA LAKSANA PENDAFTARAN RANMOR DI SAMSAT TTK.
TIGA TTK SRT DIR LELANG DITJEN KEKAYAAN NEGARA KEMKEU RI NO :
S-840/KN.7/2010 TTG BIT STNK DAN BPKB UTK RANMOR HSL LELANG TTK.
BBB TTK SEHUB DGN REF TSB DI ATAS KMA SETELAH MEMPELAJARI DAN MENGKAJI
SRT DARI DIR LELANG DIMAKSUD INTINYA MEMOHON KEP POLRI THDP PEMBELIAN RANMOR DARI LELANG TERMASUK KEPASTIAN HUKUM BAGI RANMOR EKS. LELANG KMA UTK ITU KRN DIRLANTAS DIBERIKAN ARAHAN SBB TTK DUA.
SATU TTK PENDAFTARAN RANMOR EKS LELANG TETA MEMPEDOMANI
REF HRF. AAA POINT DUA TSB DI ATAS DNG PERSYARATAN YAITU TTK DUA.
AA TTK MENGISI FORMULIR SPPKB TTK BB TTK INDENTITAS (KTP) TTK CC TTK BAGI RANMOR YANG DNG FASILITAS PENANGGUHAN BEA
MASUK (FORM B) TERLEBIH DAHULU HRS MELUNASI BEA MASUK TTK.
DD TTK ........
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 55
SURAT TELEGRAM KAPOLRI NOMOR : ST/3032/XI/2010 TANGGAL : 9 – 12 – 2010
DUA TTK SRT KEPUTUSAN LELANG DARI INSTANSI YANG BERWENANG (PENGADILAN) TTK
EE TTK RISALAH LELANG YANG DIKELUARKAN OLEH DIREKTORAT
LELANG DITJEN KEKAYAAN NEGARA KEMKEU RI TTK FF TTK BA PENYERAHAN BARANG TTK GG TTK KWITANSI PEMBELIAN TTK HH TTK STNK DAN BPKB (BAGI YANG TDK DILENGKAPI STNK DAN BPKB
LAMA, HANYA STNK KMA HANYA BPKB SAJA DPT DIGANTI DGN SKET DARI PENYIDIK POLRI ATAU INSTANSI BERWENANG TTG ASAL USUL RANMOR TTK
II TTK HSL CEK FISIK RANMOR (RAN HRS DIHADIRKKAN SEWAKTU MELAKS CEK FISIK DI POLRI) TTK
DUA TTK UTK PERSYARATAN POINT SATU HH TSB DI ATAS KHUSUS BAGI
RANMOR EKS. LELANG YG TIDAK DILENGKAPI STNK DAN BPKB ATAU HANYA BPKB ATAU STNK SAJA YANG BERHASIL DI SITA OLEH PENYIDIK DAN DIJADIKAN BB PADA SAAT SIDANG DI PENGADILAN PENGGANTI SKET TTG ASAL-USUL SEBENARNYA TDK DIPERLUKAN LAGI KRN ASAL-USUL RANMOR SDH DI JELASKAN DI PUTUSAN PENGADILAN MAUPUN DI RISALAH LELANG TTK
TIGA TTK STNK DAN BPKB YANG TDK DIJADIKAN BB BERARTI
STATUSNYA BLOKIR TINDAK PIDANA / PERDATA OLEH KRN ITU APABILA SUDAH ADA PUTUSNA PENGADILAN DAN RISALAH LELANG SECARA HUKUM STNK / BPKB YANG MASIH ADA DI PEMILIK TDK BERLAKU LAGI TTK
EMPAT TTK PENDAFTARAN REGIDENT RANMOR EKS LELANG DISAMAKAN
DGN PENDAFTARAN PERTAMA (BARU) SHG DI BERIKAN STNK KMA TNKB DAN BPKB BARU TTK
CCC TTK HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DAN HARUS DILAKS DLM
PENDAFTARAN RANMOR EKS LELANG TTK DUA SATU TTK LAKUKAN CROSS CHECK TTG KEABSAHAN DAN KEBENARAN
DOK RISALAH LELANG MAUPUN PUTUSAN PENGADILAN KE INSTANSI TERKAIT SCR TERTULIS MAUPUN VIA TLP (HRS ADA TANDA BUKTI LELANG DILAKS CROSS CHECK) TTK
DUA TTK ......
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 56
SURAT TELEGRAM KAPOLRI NOMOR : ST/3032/XI/2010 TANGGAL : 9 – 12 – 2010
DUA TTK LAKUKAN CROSS CHECK KE SAMSAT DIMANA RANMOR TSB DI
DAFTAR SESUAI DATA YANG ADA DI RISALAH LELANG STNK/BPKB APABILA ADA KMA UTK MEMASTIKAN PROSES LELANG SUDAH DILAKUKAN SESUAI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN SEKALIGUS PEMBERITAHUAN KPD SAMSAT ASAL TTK
TIGA TTK UTK TERTIB ADM AGAR RANMOR EKS LELANG DI DATAKAN
SECARA KHUSUS DAN ARSIP DIPISAHKAN (TERSENDIRI BAIK ARSIP DI STNK MAUPUN ARSIP DI BPKB TTK
DDD TTK MENGINGAT PENDAFTARAN DAN YAN BIT STNK DAN BPKB RANMOR EKS
LELANG MENJADI BAGIAN YANG TDK TERPISAHKAN DARI YAN REGIDENT POLRI KMA AGAR DILAKS CEPAT KMA TEPAT KMA AKURAT KMA AKUNTABEL KMA PROFESIONAL DAN MEMBERI KEPUASAN KPD MASY TTK
EEE TTK ST INI BERSIFAT JUKRAH UTK DILAKS TTK FFF TTK DUM TTK HBS
KAPOLRI KA KAPOLANTAS
Drs. DJOKO SUSILO, SH, M.Si IRJEN POL
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 57
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A
Nomor : B-3174/E.1/Es.1/10/2012 Sifat : Segera Lampiran : - Perihal : Pengadministrasian SPDP maupun
Berkas Perkara yang secara bersamaan menerapkan Pasal sangkaan yang diatur dalam ketiga kelompok Jenis Tindak Pidana (OHARDA, KAMNEGTIBUM dan TPUL).
Jakarta, 16 Oktober 2012 KEPADA YTH : KEPALA KEJAKSAAN TINGGI DI- SELURUH INDONESIA
Sehubungan dengan tindak lanjut rekomendasi hasil Rapat Kerja Kejaksaan
Republik Indonesia tahun 2012 perihal tersebut pada pokok surat bahwa,
administrasi penanganan perkara mendukung pelaksanaan penanganan perkara
Tindak Pidana Umum yang dilaksanakan dilingkungan Jaksa Agung Muda Tindak
Pidana Umum, Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan Negeri dan Cabang Kejaksaan Negeri
adalah sebagai berikut :
I. Administrasi Pengelompokan Jenis Tindak Pidana Umum :
A. Tindak Pidana Terhadap Orang dan Harta Benda;
1. Jenis Tindak Pidana yang termasuk tindak pidana terhadap Orang dan
harta Benda adalah tindak pidana sebagaimana diatur dalam Buku
kedua KUHP yang meliputi :
a. Kejahatan terhadap Asal usul Perkawinan Bab XII Pasal 277-280;
b. Meninggalkan orang yang perlu ditolong Bab XV Pasal 304-309;
c. Penghinaan Bab XVI Pasal 310-321;
d. Kejahatan terhadap Kemerdekaan Orang Bab XVIII pasal 324-337;
e. Kejahatan terhadap Nyawa Bab XIX Pasal;
f. Penganiayaan Bab XX Pasal 351-358;
g. Menyebabkan Mati atau Luka Karena Kealpaan Bab XXI Pasal
359-361;
h. Pencurian Bab XXII Pasal 362-367;
i. Pemaksaan dan Pengancaman Bab XXIII Pasal 368-371;
j. Penggelapan Bab XXIV Pasal 372-377;
k. Perbuatan Curang XXV Pasal 378-395;
l. Perbuatan merugikan Pemiutang atau Orang yang mempunyai Hak
Bab XXVI Pasal 396-405;
m. Penghancuran atau Pengrusakan barang Bab XVII Pasal 406-412;
n. Penadahan, Penerbitan dan Percetakan Bab XXX Pasal 480-530;
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 58
2. Jenis Tindak Pidana yang termasuk tindak pidana terhadap Orang dan
Harta Benda adalah Tindak Pidana sebagaimana diatur dalam Buku
Ketia KUHP yang meliputi;
a. Pelanggaran Mengenai Asal-Usul Perkawinan Bab VI Pasal 531;
b. Pelanggaran terhadap Orang yang memerlukan Pertolongan Bab V
Pasal 531;
c. Pelanggaran Mengenai tanah, tanaman dan Pekarangan Bab VII
pasal 548-551;
B. Tindak Pidana Terhadap Keadaan Keamanan Negara dan Ketertiban Umum
1. Jenis tindak pidana yang termsauk tindak pidana terhadap Keamanan
Negara dan Ketertiban Umum adalah tindak Pidana sebagaimana diatur
dalam Buku Kedua KUHP yang meliputi :
a. Kejahatan terhadap Keamanan Negara Bab I Pasal 104-129;
b. Kejahatan terhadap Martabat Presiden dan Wakil Presiden Bab II
Pasal 130-139;
c. Kejahatan terhadap Negara Sahabatan dan terhadap Kepala
Negara Sahabat serta Wakilnya Bab III Pasal 139a-145;
d. Kejahatan Melakukan Kewajiban Umum dan Hak Kenegaraan Bab
IV Pasal IV pasal 146-153;
e. Kejahatan terhadap Ketertiban Umum Bab V Pasal 154-181;
f. Perkelahian Tanding Bab VI Pasal 182-186;
g. Kejahatan yang membahayakan Keamanan Umum bagi Orang
atau Barang Bab VII Pasal 187-206;
h. Kejahatan terhadap Penguasa Umum Bab VII Pasal 207-241;
i. Sumpah Palsu atau Keterangan palsu Bab IX pasal 242;
j. Pemalsuan Mata Uang dan Uang Kertas Bab X Pasal 244-252;
k. Pemalsuan materai dan Merk bab XI pasal 253-262;
l. Pemalsuan Sura Bab XII pasal 263-278;
m. Kejahatan terhadap Kesusilaan Bab XIV pasal 281-303;
n. Membuka Rahasia Bab XVII pasal 322-323;
o. Kejahatan jabatan Bab XVIII Pasal 413-437;
p. Kejahatan Pelayanan Bab XXIX pasal 438-479;
q. Kejahatan Penerbangan dan Kejahatan terhadap Sarana atau
Prasarana Penerbangan Bab XXIX A Pasal 479a-479r;
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 59
2. Jenis tindak pidana yang termasuk tindak pidana terhadap Keamanan
Negara dan Ketertiban Umum adalah tindak pidana sebagaimana diatur
dalam buku Ketiga KUHP yang meliputi :
a. Pelanggaran Keamanan Umum bagi orang atau barang dan
Kesehatan Bab I Pasal 489-502;
b. Pelanggaran Ketertiban Umum Bab II Pasal 503-520;
c. Pelanggaran terhadap Kekuasaan Umum Bab II Pasal 503-520;
d. Pelanggaran Kesusilaan Bab VI pasal 532-547;
e. Pelanggaran Jabatan Bab VII Pasal 552-559;
f. Pelanggaran Pelayaran Bab IX Pasal 560-569;
3. Selain Sebagaimana diatur ayat (1) dan (2), jenis tindak pidana yang
termasuk tindak pidana terhadap Keamanan Negara dan Ketertiban
Umum adalah Tindak Pidana Terorisme;
C. Tindak Pidana Umum lain
Jenis tindak pidana yang termasuk Tindak Pidana Umum lain
adalah semua tindak pidana yang diatur diluar KUHP termasuk tindak
pidana yang diatur oleh Pemerintah Daerah, kecuali tindak pidana terorisme;
II. Apabila SPDP maupun Berkas Perkara yang secara bersamaan menerapkan
Pasal sangkaan yang diatur dalam ketiga kelompok Jenis Tindak Pidana
(OHARDA, KAMNEGTIBUM dan TPUL), maka Pengadministrasiannya
dipedomani ketentuan Pasal sangkaan yang ancamannya terberat disesuaikan
dengan jenis kelompok tindak pidana.
Demikian untuk dilaksanakan.
PLH. SEKRETARIS JAKSA AGUNG MUDA
TINDAK PIDANA UMUM,
RESI ANNA NAPITUPULU, SH, MH Jaksa Utama Madya NIP. 195605231978032001
TEMBUSAN :
1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia ; 3. Yth. Plt. Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum;
(1 s/d 3 sebagai laporan) 4. Yth. Sekretaris Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum; 5. A r s i p
-----------------------------------------------------------
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 60
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A
Nomor : B-3407/E/EJP/11/2012 Sifat : Biasa Lampiran : - Perihal : Penyidikan Tindak Pidana
Perpajakan dan Tindak Pidana Kepabeanan
Jakarta, 6 November 2012 KEPADA YTH : PARA KEPALA KEJAKSAAN TINGGI DI- SELURUH INDONESIA
Sehubungan dengan masih adanya keraguan dan pertanyaan dari beberapa
Kejaksaan Tinggi tentang keabsahan berkas perkara yang dibuat oleh penyidik Polri,
terkait dengan legalitas penyidik Polri melakukan penyidikan Tindak Pidana
Keimigrasian, Tindak Pidana Kepabeanan dan Tindak Pidana Perpajakan, maka
dengan ini disampaikan kepada Saudara bahwa :
1. Penyidikan Tindak Pidana Keimigrasian :
Penyidikan Tindak Pidana Keimigrasian dapat dilakukan oleh PPNS
Keimigrasian maupun oleh Penyidik Kepolisian Negara R.I.
Dengan demikian, maka PPNS Keimigrasian maupun Penyidik Polri memiliki
legalitas dalam melakukan penyidikan Tindak Pidana Keimigrasian, dengan
merujuk kepada ketentuan :
a. Pasal 104 jo. Pasal 107 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 6
tahun 2011 tentang Keimigrasian jo. Pasal 6 ayat (1) KUHAP;
b. Pasal 105 jo. Pasal 107 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 6
tahun 2011 tentang Keimigrasian, dimana PPNS Keimigrasian diberi
wewenang sebagai Penyidik Tindak Pidana Keimigrasian dan dilakukan
dengan berkoodinasi dengan Penyidik Kepolisian Negara, agar tidak terjadi
tumpang tindih penyidikan;
c. Rujuan dari huruf a dan b di atas menegaskan bahwa :
- Kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang kepada PPNS
Keimigrasian sebagai Penyidik Tindak Pidana Keimigrasian bukanlah
kewenangan khusus;
- Penyidik Polri juga memiliki legalitas sebagai Penyidik Tindak Pidana
Keimigrasian sesuai dengan ketentuan Hukum Acara Pidana.
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 61
2. Penyidikan Tindak Pidana Kepabeanan dan Tindak Pidana Perpajakan :
Penyidikan Tindak Pidana Kepabeanan dan Tindak Pidana Perpajakan adalah
menjadi wewenang khusus yang diberikan kepada masing-masing Penyidik
Pegawai Negeri Sipil (PNS) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang menyidik
Tindak Pidana Kepabeanan, maupun Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Direktorat Jenderal Pajak yang menyidik Tindak Pidana Perpajakan.
Penegasannya adalah bahwa karena Undang-Undang memberikan wewenang
khusus kepada PPNS Bea dan Cukai maupun PPNS Perpajakan sebagai
Penyidik masing-masing Tindak Pidana Bea dan Cukai maupun Tindak Pidana
Perpajakan, maka Penyidik Polri tidak memilik ilegalitas sebagai Penyidik dalam
Tindak Pidana Bea dan Cukai maupun Tindak Pidana Perpajakan. Hal ini
merujuk kepada ketentuan Undang-Undang :
a. Pasal 112 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 10 tahun
1995 tentang Kepabeanan;
b. Pasal 44 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 16 tahun
2009 tentang Penetapan Perpu Nomor : 5 tahun 2008 tentang perubahan
ke empat atas Undang-Undang Nomor : 6 tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan menjadi Undang-Undang.
Demikian untuk diketahui dan agar diteruskan kepada para Kajari/Kacabjari
dalam daerah hukum Saudara.
JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM.
MAHFUD MANNAN TEMBUSAN : 1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia ;
(No. 1 dan 2 sebagai laporan) 3. Yth. Jaksa Agung Muda Pengawasan; 4. A r s i p
-----------------------------------------------------------
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 62
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A
Nomor : B-3523/E/EJP/11/2012 Sifat : Segera Lampiran : 2 (dua) eksemplar Perihal : Nota Kesepakatan Bersama Ketua
Mahkamah Agung RI, Menteri Hukum dan HAM RI, Jaksa Agung RI dan Kepala Kepolisian Negara RI tentang Pelaksanaan Penerapan Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda, Acara Pemeriksaan Cepat serta Penerapan Keadilan Restoratif (Restorative Justice).
Jakarta, 19 November 2012 KEPADA YTH : PARA KEPALA KEJAKSAAN TINGGI DI- SELURUH INDONESIA
Sehubungan dengan penandatanganan Nota Kesepakatan Bersama Ketua
Mahkamah Agung RI, Menteri Hukum dan HAM RI, Jaksa Agung RI dan Kepala
Kepolisian Negara RI tentang Pelaksanaan Penerapan Penyesuaian Batasan Tindak
Pidana Ringan dan Jumlah Denda, Acara Pemeriksaan Cepat serta Penerapan
Keadilan Restoratif (Restorative Justice), yang dilaksanakan pada hari Rabu tanggal
17 Oktober 2012 di Mahkamah Agung RI, bersama ini dikirimkan foto copy Nota
Kesepakatan dimaksud untuk dipedomani dalam penanganan dan penyelesaian
perkara-perkara tindak pidana ringan.
1. Nota Kesepakatan Bersama Ketua Mahkamah Agung RI, Menteri Hukum dan
HAM RI, Jaksa Agung RI dan Kepala Kepolisian Negara RI tentang
Pelaksanaan Penerapan Penyesuain Batasan Tindak Pidana Ringan dan
Jumlah Denda, Acara Pemeriksaan Cepat serta Penerapan Keadilan Restoratif
(Restorative Justice), merupakan komitmen bersama penegak hukum yang
melaksanakan Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor : 02 Tahun 2012 tentang
Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda dalam KUHP;
2. Terkait dengan Kesepakatan Bersama tersbut point 1 diatas, beberapa hal
untuk perlu dipahami adalah :
- Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor : 02 Tahun 2012 tentang
Penyesuain Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda dalam
KUHP yang akan dilaksanakan berdasarkan Kesepakatan Bersama
tersebut diatas pada dasarnya tidaklah mengubah KUHP melainkan hnaya
melakukan penyesuain nilai uang/barang yang sudah sangat tidak sesuai
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 63
dengan kondisi sekarang ini. Hal ini merupakan langkah terobosan dalam
menyikapi dinamika perkembangan paradigma penegakan hukum yang
begitu cepat dalam mewujudkan peradilan yang cepat, sederhana dan
biaya ringan dengan mengedepankan penerapan keadilan restorative
(restorative justice).
- Tindak pidana yang tercantum dalam pasal-pasal : 364, 373, 379, 384, 407
dan pasal 482 KUHP dikualifikasi sebagai tindak pidana ringan (lichte
misdrijven), dengan indikator :
a. Diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) bulan;
b. Denda dilipatgandakan menjadi 10.000 (sepuluh ribu) kali dari Rp.
250,- (dua ratus lima puluh rupiah), sehingga harus dibaca: Denda Rp.
2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah);
c. Kata-kata “dua ratus lima puluh rupiah” dalam pasal 364, 373, 379,
384, 407 dan pasal 482 KUHP dibaca menjadi “Rp. 2.500.000,- (dua
juta lima ratus ribu rupiah)”.
- Penanganan tindak pidana ringan sebagaimana tersebut diatas
dilaksanakan dengan mekanisme : penyidik melimpahkan perkara tindak
pidana ringan ke pengadilan dengan Acara Pemeriksaan Cepat atas kuasa
penuntut umum demi hukum dan disidangkan dengan hakim tunggal
sebagaimana diatur dalam pasal 205 s/d pasal 210 KUHAP.
- Eksekusi putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dalam
perkara tindak pidana ringan tersebut dilaksanakan oleh jaksa pada
Kejaksaan Negeri di dalam daerah hukumnya. Untuk kepentingan eksekusi
tersebut maka penuntut umum tetap melakukan koordinasi dengan penyidik
dan pengadilan untuk mendapatkan putusan hakim dalam perkara tindak
pidana ringan tersebut.
- Penuntut umum jika menerima penyerahan berkas perkara pencurian,
penipuan, penggelapan dan penadahan dari penyidik, wajib memperhatikan
nilai uang atau barang yang menjadi obyek perkara, jika ternyata nilai
barang atau uang tidak melebihi dari Rp. 2.500.000,- (dua juta lima ratus
ribu rupiah) mkaa penuntut umum mengembalikan berkas perkara ke
penyidik dengan petunjuk agar dilimpahkan ke pengadilan melalui Acara
Pemeriksaan Cepat sebagaimana diatur dalam pasal 205 s/d pasal 210
KUHAP.
3. Agar Kepala Kejaksaan Tinggi menyampaikan Peraturan Mahkamah Agung RI
Nomor : 02 Tahun 2012 tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan
dan Jumlah Denda dalam KUHP dan Nota Kesepakatan Bersama Ketua
Mahkamah Agung RI, Menteri Hukum dan HAM RI, Jaksa Agung RI dan Kepala
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 64
Kepolisian Negeri RI tentang Pelaksanaan Penerapan Penyesuaian Batasan
Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda, Acara Pemeriksaan Cepat serta
Penerapan Keadilan Restoratif (Restorative Justice) kepada Kepala Kejaksaan
Negeri dan Kepala Cabang Kejaksaan Negeri di wilayah hukumnya masing-
masing untuk dipedomani.
Demikian untuk menjadi perhatian dan dilaksanakan.
JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM.
MAHFUD MANNAN TEMBUSAN : 1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia ;
(No. 1 dan 2 sebagai laporan) 3. Yth. Para Jaksa Agung Muda; 4. Yth. Kepala Badan Diklat Kejaksaan RI; 5. A r s i p
-----------------------------------------------------------
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 65
NOTA KESEPAKATAN
KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA
MENTERI HUKUM DAN ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
PELAKSANAAN PENERAPAN PENYESUAIN BATASAN TINDAK PIDANA RINGAN DAN JUMLAH DENDA, ACARA
PEMERIKSAAN CEPAT, SERTA PENERAPAN KEADILAN RESORATIF (RESTORATIVE JUSTICE)
NOMOR : 131/KMA/SKB/X/2012 NOMOR : M. HH -07.HM.03.02 Tahun 2012 NOMOR : KEP-06/E/EJP/10/2012 NOMOR : B/39/X/2012
Pada hari ini Rabu, tanggal Tujuh belas, bulan Oktober, tahun dua ribu dua belas, bertempat di Mahkamah Agung Republik Indonesia, kami yang bertandatangan dibawah ini : I. DJOKO SARWOKO, S.H., M.H : Ketua Muda Pidana Khusus Mahkamah Agung Republik
Indonesia, berkedudukan di Jakarta Jalan Medan Merdeka Utara Nomor 9-13, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA, selanjutnya disebut sebagai PIHAK KESATU.
II. SIHABUDIN, Bc.IP., S.H., M.H. : Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, berkedudukan di Jakarta, Jalan HR. Rasuna Said Kavling 6-7, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA.
III. BURHANUDDIN : Plt. Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Kejaksaan
Agung Republik Indonesia, berkedudukan di Jakarta, Jalan Sultan Hasanudin Nomor 1 Kebayoran Baru Jakarta Selatan, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA, selanjutnya disebut sebagai PIHAK KETIGA.
IV. Drs. SUTARMAN : Kepala Badan Reserse Kriminal Kepolisian Negara
Republik Indonesia, berkedudukan di Jakarta, Jalan Trunojoyo Nomor 3 Kebayoran Baru Jakarta Selatan, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEEMPAT.
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 66
PIHAK KESATU, PIHAK KEDUA, PIHAK KETIGA, dan PIHAK KEEMPAT secara bersama-sama selanjutnya disebut sebagai PARA PIHAK. PARA PIHAK menerangkan sebagai berikut : 1. Bahwa untuk melaksanakan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : 02 Tahun
2012 tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda dalam KUHP terhadap pelaku tindak pidana ringan PARA PIHAK dalam menerapkan sanksi wajib mempertimbangkan rasa keadilan masyarakat;
2. Bahwa untuk mewujudkan peradilan yang cepat, sederhana, dan biaya ringan, serta bebas, jujur, dan tidak memihak terhadap pelaku tindak pidana ringan perlu diadakan kesepakatan bersama dalam menerapkan penyesuain batasan tindak pidana ringan dan jumlah denda;
3. Bahwa penerapan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : 02 Tahun 2012 tentang Penyesuain Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda Dalam KUHP akan mengurangi persoalan kelebihan kapasitas di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) / Rumah Tahanan Negara (RUTAN) yang dapat mewujudkan keadilan berdimensi Hak Asasi Manusia; dan
4. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam angka 1, angka 2, dan angka 3, perlu Kesepakatan Bersama tentang Pelaksanaan Penerapan Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda.
Dengan memperhatikan Peraturan Perundang-undangan, sebagai berikut :
1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP);
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP);
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan;
4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia;
5. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia;
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;
7. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia;
8. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung;
9. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman;
10. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak;
11. Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : 02 Tahun 2012 tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda Dalam KUHP.
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, PARA PIHAK sepakat untuk menerapkan penyesuain batasan tindak pidana ringan dan jumlah denda dengan ketentuan sebagai berikut :
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 67
PASAL 1
KETENTUAN UMUM Dalam Nota Kesepakatan Bersama ini yang dimaksud dengan : 1. Tindak Pidana Ringan adalah tindak pidana yang diatur dalam pasal 364, 373, 379, 384, 407
dan pasal 482 KUHP yang diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) bulan atau
denda 10.000 (sepuluh ribu) kali lipat dari denda.
2. Keadilan Restoratif (Restorative Justice) adalah penyelesaian perkara tindak pidana ringan
yang dilakukan oleh penyidik pada tahap penyidikan atau hakim sejak awal persidangan
dengan melibatkan pelaku, korban, keluarga pelaku/korban, dan tokoh masyarakat terkait untuk
bersama-sama mencari penyelesaian yang adil dengan menekankan pemulihan kembali pada
keadaan semula.
3. Acara Pemeriksaan Cepat adalah pemeriksaan yang dilakukan di tingkat pengadilan pertama
dengan hakim tunggal.
4. Peradilan adalah proses penyelesaian perkara tindak pidana ringan untuk tingkat penyidikan,
atau pengadilan.
PASAL 2
MAKSUD DAN TUJUAN
(1) Nota Kesepakatan Bersama ini dimaksudkan :
a. Sebagai pedoman dalam menerapkan batasan tindak pidana ringan dan jumlah denda bagi
pelaku dengan mempertimbangkan rasa keadilan masyarakat; dan
b. Sebagai pelaksanaan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : 02 Tahun
2012 tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Dendan dalam
KUHP ke seluruh aparat penegak hukum.
(2) Nota Kesepakatan Bersama ini bertujuan untuk : a. Memenuhi rasa keadilan bagi masyarakat dalam penyelesaian tindak pidana ringan;
b. Sebagai pedoman bagi aparat penegak hukum dalam menyelesaikan perkara tindak pidana
ringan;
c. Memudahkan para hakim dalam memutuskan perkara tindak pidana ringan;
d. Mengefektifkan pidana denda;
e. Mengatasi permasalahan kelebihan kapasitas pada LAPAS atau RUTAN untuk
mewujudkan keadilan berdimensi Hak Asasi Manusia; dan
f. Menyepakati petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis penerapan penyesuaian batasan
Tindak Pidana Ringan dan jumlah denda.
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 68
PASAL 3
RUANG LINGKUP Nota Kesepakatan Bersama ini Ruang Lingkupnya meliputi :
a. Penyelesaian perkara Tindak Pidana Ringan yang dapat dilakukan melalui Keadilan Restoratif;
b. Penanganan perkara Tindak Pidana Ringan dilakukan dengan Acara Pemeriksaan Cepat; dan
c. Pelaksanaan putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dilaksanakan oleh Jaksa
pada Kejaksaan Negeri dalam wilayah hukumnya.
PASAL 4
KEADILAN RESTORATIF
(1) Penyelesaian perkara Tindak Pidana Ringan melalui Keadilan Restoratif dapat dilakukan
dengan ketentuan telah dilaksanakan perdamaian antara pelaku, korban, keluarga
pelaku/korban, dan tokoh masyarakat terkait yang berpekara dengan atau tanpa ganti kerugian.
(2) Penyelesaian perkara Tindak Pidana Ringan melalui Keadilan Restoratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Penyidik Kepolisian atau Hakim.
(3) Perdamaian antara paa pihak yang berperkara dikukuhkan dalam kesepakatan tertulis.
(4) Keadilan Restoratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku pada pelaku tindak
pidana yang berulang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
PASAL 5
ACARA PEMERIKSAAN CEPAT
(1) Penyidik melimpahkan perkara tindak pidana ringan ke Pengadilan dengan Acara Pemeriksaan
Cepat atas kuasa Penuntut Umum demi hukum.
(2) Pemeriksaan perkara Tindak Pidana Ringan di tingkat Pengadilan disidangkan dengan Hakim
Tunggal.
(3) Hakim Tunggal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berwenang untuk memeriksa, mengadili
dan memutus perkara dengan Acara Pemeriksaan Cepat..
(4) Pelaku tindak pidana yang berulang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (4) tidak dapat
diberlakukan Acara Pemeriksaan Cepat.
(5) Putusan Pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang telah berkekuatan hukum tetap
dilaksanakan oleh Jaksa pada Kejaksaan Negeri dalam wilayah hukumnya.
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 69
BAB 6
PEMIDANAAN (1) Pelaku tindak pidana ringan dapat dijatuhi pidana penjara atau denda.
(2) Pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diganti dengan pidana kurungan.
PASAL 7
PETUNJUK PELAKSANAAN DAN PETUNJUK TEKNIS (1) Ketentuan lebih lanjut mengenai Keadilan Restoratif dan penyelesaian perkara, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5, diatur dengan Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis
Bersama atau delegasi kepada PARA PIHAK.
(2) Bahwa Kesepakatan Bersama ini dapat dilaksanakan perubahan (Addendum) atau persetujuan
PARA PIHAK.
PASAL 8
KESEKRETARIATAN
(1) Dalam pelaksanaan Nota Kesepakatan Bersama ini dibantu oleh Sekretariat Bersama
Mahkumjakpol.
(2) Sekretariat Bersama Mahkumjapol sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertempat di
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
PASAL 9
SOSIALISASI
PARA PIHAK wajib melakukan sosialisasi Nota Kesepakatan Bersama ini kepada pemerintah,
swasta, perguruan tinggi, dan masyarakat.
PASAL 10
PEMBIAYAAN
Pembiayaan pelaksanaan Nota Kesepakatan Bersama ini dibebankan kepada Anggaran
Pendapatan Belanja Negara PARA PIHAK.
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 70
PASAL 11
KETENTUAN PENUTUP
Nota Kesepakatan Bersama ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Demikian Nota Kesepakatan bersama ini dibuat dan ditandatangani oleh PARA PIHAK pada hari,
tanggal, bulan, dan tahun tersebut di atas rangkap 4 (empat) bermaterai cukup, masing-masing
mempunyai kekuatan hukum yang sama.
Ditetapkan di Jakarta Pada Tanggal 17 Oktober 2012
KETUA MUDA PIDANA KHUSUS DIREKTUR JENDERAL MAHKAMAH AGUNG PEMASYARAKATAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA DJOKO SARWOKO, S.H., M.H. SIHABUDIN, Bc.IP., M.H PLT. JAKSA AGUNG MUDA KEPALA BADAN RESERSE KRIMINAL TINDAK PIDANA UMUM KEPOLISIAN NEGARA KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA BURHANUDDIN Drs. SUTARMAN KOMISARIS JENDERAL POLISI
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 71
KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 02 TAHUN 2012
TENTANG PENYESUAIAN BATASAN TINDAK PIDANA RINGAN
DAN JUMLAH DENDA DALAM KUHP
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESI A Menimbang : a. Bahwa sejak tahun 1960 seluruh nilai uang yang terdapat dalam KUHP belum
pernah disesuaikan kembali. Hal ini berimplikasi pada digunakannya pasal
pencurian biasa yang diatur dalam Pasal 362 KUHP atas tindak pidana yang
diatur dalam pasal 364 KUHP.
b. Bahwa apabila nilai uang yang ada dalam KUHP tersebut disesuaikan dengan
kondisi saat ini maka penanganan perkara tindak pidana ringan seperti pencurian
ringan, penipuan ringan, penggelapan ringan dan sejenisnya dapat ditangai
secara proporsional mengingat ancaman hukuman paling tinggi yang dapat
dijatuhkan hanyalah tiga bulan penjara, dan terhadap tersangka atau terdakwa
tidak dapat dikenakan penahanan, serta acara pemeriksaan yang digunakan
adalah Acara Pemeriksaan Cepat. Selain itu perkara-perkara tersebut tidak
dapat diajukan upaya hukum Kasasi;
c. Bahwa materi perubahan KUHP pada dasarnya merupakan materi undang-
undang, namun mengingat perubahan KUHP diperkirakan akan memakan waktu
yang cukup lama sementara perkara-perkara terus masuk ke pengadilan,
Mahkamah Agung memandang perlu melakukan penyesuaian nilai rupiah yang
ada dalam KUHP berdasarkan harga emas yang berlaku pada tahun 1960;
d. Bahwa sejak tahun 1960 nilai rupiah telah mengalami penurunan sebesar +
10.000 kali jika dibandingkan harga emas pada saat ini. Untuk itu maka seluruh
besaran rupiah yang ada dalam KUHP kecuali pasal 303 dan 303 bis perlu
disesuaikan dengan mengalihkannya sebanyak 10.000 kali lipat.
e. Bahwa Perma ini sama sekali tidak bermaksud mengubah KUHP, Mahkamah
Agung hanya melakukan penyesuain nilai uang yang sudah sangat tidak sesuai
dengan kondisi sekarang ini. Hal ini dimaksudkan memudahkan penegak hukum
khususnya hakim, untuk memberikan keadilan terhadap perkara yang diadilinya.
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 72
Mengingat : 1. Pasal 24 Undang-undang Dasar Tahun 1945 sebagaimana telah diubah dan
ditambah, dengan Perubahan Keempat Tahun 2002;
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Hukum Pidana;
3. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1960
tentang Beberapa Perubahan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
sebagaimana telah ditetapkan dengan Undang-Undang melalui Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1961;
4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1960
tentang Perubahan Jumlah Hukuman Denda dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana dan Ketentuan-Ketentuan Pidana lainnya yang Dikeluarkan
Sebelum 17 Agustus 1945 sebagaimana telah ditetapkan menjadi Undang-
Undang dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1961.
5. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 sebaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung dan terakhir dengan Undang-
Undnag Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung;
6. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PENYESUAIAN BATASAN TINDAK PIDANA RINGAN DAN JUMLAH DENDA
DALAM KUHP
BAB I TINDAK PIDANA RINGAN
Pasal 1
Kata-kata “dua ratus puluh lima rupiah” dalam pasal 364, 373, 379, 384, 407 dan Pasal 482 KUHP
dibaca menjadi Rp. 2.500.000.00 (dua juta lima ratus ribu rupiah);
Pasal 2 1. Dalam menerima pelimpahan perkara Pencurian, Penipuan, Penggelapan, Penadahan dari
Penuntut Umum, Ketua Pengadilan wajib memperhatikan nilai barang atau uang yang menjadi
obyek perkara dan memperhatikan Pasal 1 di atas.
2. Apabila nilai barang atau uang tersebut bernilai tidak lebih dari Rp. 2.500.000,00 (dua juta lima
ratus ribu rupiah) Ketua Pengadilan segera menetapkan Hakim Tunggal untuk memeriksa,
mengadili dan memutus perkara tersebut dengan Acara Pemeriksaan Cepat yang diatur dalam
Pasal 205-210 KUHAP.
3. Apabila terhadap terdakwa sebelumnya dikenakan penahanan, Ketua Pengadilan tidak
menetapkan penahanan ataupun perpanjangan penahanan.
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 73
BAB II DENDA
Pasal 3
Tiap jumlah maksimum hukuman denda yang diancamkan dalam KUHP kecuali pasal 303 ayat 1
dan ayat 2, 303 bis ayat 1 dan ayat 2, dilipatgandakan menjadi 10.000 (sepuluh seribu) kali.
Pasal 4
Dalam menangani perkara tindak pidana yang didakwa dengan pasal-pasal KUHP yang dapat
dijatuhkan pidana denda, Hakim wajib memperhatikan pasal 3 di atas.
Pasal 5
Peraturan Mahkamah Agung ini mulai berlaku pada hari ditetapkan.
Ditetapkan : DI JAKARTA Pada tanggal : 27 FEBRUARI 2012 KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA HARIFIN A.TUMPA
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 74
PENJELASAN UMUM
Bahwa banyaknya perkara-perkara pencurian dengan nilai barang yang kecil kini yang diadili di
pengadilan cukup mendapatkan sorotan masyarakat. Masyarakat umumnya menilai bahwa
sangatlah tidak adil jika perkara-perkara tersebut diancam dengan ancaman hukuman 5 (lima) tahun
sebagaimana diatur dalam Pasal 362 KUHP oleh karena tidak sebanding dengan nilai barang yang
dicurinya.
Banyaknya perkara-perkara tersebut yang masuk ke pengadilan juga telah membebani pengadilan,
baik dari segi anggaran maupun dari segi persepsi publik terhadap pengadilan. Umumnya
masyarakat tidak memahami bagaimana proses jalannya perkara pidana sampai bisa masuk ke
pengadilan, pihak-pihak mana saja yang memiliki kewenangan dalam setiap tahapan, dan
masyarakat pun umumnya hanya mengetahui ada tidaknya suatu perkara pidana hanya pada saat
perkara tersebut disidangkan di pengadilan. Dan oleh karena sudah sampai tahap persidangan di
pengadilan sorotan masyarakat kemudian hanya tertuju ke pengadilan dan menuntut agar
pengadilan mempertimbangkan rasa keadilan masyarakat.
Bahwa banyaknya perkara-perkara pencurian ringan sangatlah tidak tepat di dakwa dengan
menggunakan Pasal 362 KUHP yang ancaman pidananya paling lama 5 (lima) tahun. Perkara-
perkara pencurian ringan seharusnya masuk dalam kategori pidana ringan (lichte misdrijven) yang
mana seharusnya lebih tepat didakwa dengan pasal 364 KUHP yang ancaman pidananya paling
lama 3 (tiga) bulan penjara atua denda paling banyak Rp. 250,00 (dua ratus lima puluh rupiah). Jika
perkara-perkara tersebut didakwa dengan pasal 364 KUHP tersebut maka tentunya berdasarkan
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana para tersangka/terdakwa perkara-perkara tersebut tidak
dapat dikenakan penahanan (Pasal 21) serta acara pemeriksaan di pengadilan yang digunakan
haruslah Acara Pemeriksaan Cepat yang cukup diperiksa oleh Hakim Tunggal sebagaimana diatur
dalam 205-210 KUHAP. Selain itu berdasarkan Pasal 45A Undang-Undang Mahkamah Agung No.
14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dua kali terakhir dengan Undang-Undang No. 3 Tahun
2009 perkara-perkara tersebut tidak dapat diajukan kasasi karena ancaman hukumannya di bawah 1
tahun penjara.
Mahkamah Agung memahami bahwa mengapa Penuntut Umum saat ini mendakwa para terdakwa
dalam perkara-perkara tersebut dengan menggunakan Pasal 362 KUHP, oleh karena batasan
pencurian ringan yang diatur dalam Pasal 364 KUHP saat ini adalah barang atau uang yang nilainya
dibawah Rp. 250,00 (dua ratus lima puluh rupiah). Nilai tersebut tentunya sudah tidak sesuai lagi
saat ini, sudah hamper tidak ada barang yang nilainya di bawah Rp. 250,00 tersebut. Bahwa angka
Rp. 250,00 tersebut merupakan angka yang ditetapkan oleh Pemerintah dan DPR pada tahun 1960,
melalui Perpu No. 16 Tahun 1960 tentang Beberapa Perubahan Dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana yang kemudian disahkan menjadi Undang-Undang melalui UU No. 1 Tahun 1961
tentang Pengesahan Semua Undang-Undang Darurat dan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Menjadi Undang-Undang.
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 75
Bahwa untuk mengefektifkan kembali Pasal 364 KUHP sehingga permasalahan-permasalahan yang
terjadi dalam perkara-perkara yang saat ini menjadi perhatian masyarakat tersebut Pemerintah dan
DPR perlu melakukan perubahan atas KUHP, khususnya terhadap seluruh nilai rupiah yang ada
dalam KUHP. Namun mengingat sepertinya hal tersebut belum menjadi prioritas. Pemerintah dan
DPR, selain itu proses perubahan KUHP oleh Pemerintah dan DPR akan memakan waktu yang
cukup lama, walaupun khusus untuk substansi ini sebenarnya mudah, untuk itu Mahkamah Agung
memandang perlu menerbitkan Peraturan Mahkamah Agung ini untuk menyesuaikan nilai uang yang
menjadi batasan tindak pidana ringan baik yang diatur dala Pasal 364 KUHP maupun pasal-pasal
lainnya, yaitu pasal 373 (penggelapan ringan), pasal 379 (penipuan ringan), pasal 384 (penipuan
ringan oleh penjual), pasal 407 ayat (1) (perusakan ringan) dan pasal 482 (penadahan ringan).
Bahwa untuk melakukan penyesuaian nilai rupiah tersebut Mahkamah Agung berpedoman pada
harga emas yang berlaku pada sekitar tahun 1960 tersebut. Berdasarkan informasi yang diperoleh
dari Museum Bank Indonesia diperoleh informasi bahwa pada tahun 1959 harga emas murni per 1
kilogramnya = Rp. 50.510,80 (lima puluh juta lima ratus sepuluh ribu koma delapan puluh rupiah)
atau setara dengan Rp. 50,51 per gramnya. Sementara itu harga emas per 3 Februari 2012 adalah
Rp 509.00,00 (lima ratus Sembilan ribu rupiah) per gramnya. Berdasarkan hal itu maka dengan
demikian perbandingan antara nilai emas pada tahun 1960 dengan 2012 adalah 10.077 (sepuluh
ribu tujuh puluh tujuh) kali lipat. Bahwa dengan demikian batasan nilai barang yang diatur dalam
pasal-pasal pidana ringan tersebut di atas perlu disesuaikan dengan kenaikan tersebut. Bahwa
untuk mempermudah perhitungan Mahkamah Agung menetapkan kenaikan nilai rupiah tersebut
tidak dikalikan 10.077 namun cukup 10.000 kali.
Bahwa sejalan dengan penyesuain nilai uang yang diatur dalam pasal-pasal pidana ringan,
Mahkamah Agung merasa perlu juga untuk sekaligus menyesuaikan seluruh nilai rupiah yang ada
dalam KUHP yang ditetapkan pada tahun 1960. Bahwa mengingat selain Perpu No. 16 Tahun 1960
tersebut Pemerintah pada tahun yang sama juga telah menyesuaikan besaran denda yang diatur di
seluruh pasal-pasal pidana yang ada di KUHP yang dapat dijatuhkan pidana denda, yaitu melalui
Perpu No. 18 tahun 1960 tentang Perubahan Jumlah Hukuman Denda dalam Kitab Undang-Undang
1945, maka penyesuaian nilai uang tersebut berlaku juga untuk seluruh ketentuan pidana denda
yang ada dalam KUHP, kecuali pasal 303 dan 303 bis KUHP oleh karena ancaman pidana kedua
pasal tersebut telah diubah pada tahun 1974 melalui UU No. 7 tahun 1974 tentang Penertiban Judi.
Khusus untuk kedua pasal ini akan dilakukan perhitungan secara tersendiri bilamana dipandang
perlu.
Bahwa dengan dilakukannya penyesuaian seluruh nilai uang yang ada dalam KUHP baik terhadap
pasal-pasal tindak pidana ringan maupun terhadap denda diharapkan kepada seluruh Pengadilan
untuk memperhatikan implikasi terhadap penyesuaian ini dan sejauh mungkin mensosialisasikan hal
ini kepada Kejaksaan Negeri yang ada diwilayahnya agar apabila terdapat perkara-perkara
pencurian ringan maupun tindak pidana ringan lainnya tidak lagi mengajukan dakwaan dengan
menggunakan pasal 362, 372, 378, 383, 406, maupun 480 kUHP namun pasal-pasal yang sesuai
dengan mengacu pada Peraturan Mahkamah Agung ini. Selain itu jika Pengadilan menemukan
terdapat terdakwa tindak pidana ringan yang dikenakan penahanan agar segera membebaskan
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 76
terdakwa tersebut dari tahanan oleh karena tidak lagi memenuhi syarat penahanan sebagaimana
diatur dalam pasal 21 KUHAP. Para Ketua Pengadilan juga diharapkan dalam menerima pelimpahan
perkara tindak pidana ringan tidak lagi menetapkan majelis hakim untuk menangani perkara tersebut
namun cukup menetapkan hakim tunggal sebagaimana diatur dalam pasal 205-210 KUHAP.
Selain itu untuk mengefektifkan kembali pidana denda serta mengurangi beban Lembaga
Pemasyarakatan yang saat ini telah banyak yang melampaui kapasitasnya yang telah menimbulkan
persoalan baru, sejauh mungkin para hakim mempertimbangkan sanksi denda sebagai pilihan
pemidanaan yang akan dijatuhkannya, dengan tetap mempertimbangkan berat ringannya perbuatan
serta rasa keadilan masyarakat.
Ditetapkan : DI JAKARTA Pada tanggal : 27 FEBRUARI 2012
KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA HARIFIN A.TUMPA
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 77
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A
Nomor : B-3526/E/EJP/11/2012
Sifat : Segera
Lampiran : 1 (satu) eksemplar
Perihal : Nota Kesepakatan Bersama antara
Direktorat Jenderal Pajak
Kementerian Keuangan R.I, dengan
Jaksa Agung Muda Bidang Tindak
Pidana Umum.
Jakarta, 19 November 2012
KEPADA YTH :
KEPALA KEJAKSAAN TINGGI
DI-
SELURUH INDONESIA
Sehubungan dengan telah ditandatanganinya Kesepakatan Bersama antara
Kementerian Keuangan dengan Kejaksaan R.I yang ditindaklanjuti dengan
Penandatanganan Bersama antara Direktorat Jenderal Pajak Kementerian
Keuangan R.I dengan Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Umum Kejaksaan
R.I pada tanggal 5 April 2012, bersama ini terlampir dikirimkan kepada Saudara Nota
Kesepahaman Bersama tersebut antara :
a. Kementerian Keuangan R.I dengan Kejaksaan R.I nomor : MOU-2/MK.01/2012
dan Nomor : KEP-053/A/JA/04/2012 tentang Koordinasi dalam Pelaksanaan
Tugas dan Fungsi;
b. Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan R.I Nomor : Agung Muda
Bidang Tindak Pidana Umum Kejaksaan R.I Nomor : KEP-104/Pj/2012 dan
Nomor : KEP-03/E/EJP/04/2012 tanggal 5 April 2012.
agar Saudara mempelajari Substansi Kesepakatan Bersama dalam ruang lingkup
penegakan hukum tindak pidana di bidang Perpajakan serta mempersiapkan
langkah tindak lanjut yang diperlukan dalam rangka Pelaksanaan Kesepakatan
Bersama ini, dengan memperhatikan beberapa hal-hal sebagai berikut :
1. Kesepakatan bersama antara Direktorat Jenderal Pajak dengan Jaksa Agung
Muda Bidang Tindak Pidana Umum dimaksudkan untuk meningkatkan sinergi
dan penyelesaian perkara tindak pidana di bidang Perpajakan mulai dari tahap
penyidikan sampai dengan tahap penuntutan;
2. Dalam rangka mengefektifkan pelaksanaan Kesepakatan Bersama ini, perlu
segera dibentuk Forum Komunikasi secara bersama antara Kejaksaan Tinggi
dengan Kanwil Ditjen Pajak setempat, serta menunjuk pejabat penghubung 1
(satu) orang dari Kejaksaan Tinggi yakni Kasi Penuntutan pada Asisten Tindak
Pidana Umum;
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 78
3. Diminta agar Kepala Kejaksaan Tinggi mengambil langkah-langkah koordinasi
dengan pihak Kanwil Ditjen Pajak setempat untuk membicarakan dan
merumuskan agenda kegiatan bersama serta merencanakan bimbingan teknis
terpadu baik yang terkait dengan masalah teknis perpajakan maupun dalam
pelaksanaan penegakan hukum, dengan melaksanakan kegiatan Sosialisasi
Kesepakatan Bersama ini secara Proporsional dan professional.
Demikian untuk dilaksanakan.
JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM.
MAHFUD MANNAN Tembusan : 1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia;
(no. 1 dan 2 sebagai laporan) 3. Yth. Para Jaksa Agung Mulia; 4. A r s i p
------------------------------------------------------------
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 79
KESEPAKATAN BERSAMA
ANTARA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DENGAN
JAKSA AGUNG MUDA BIDANG TINDAK PIDANA UMUM
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : KEP-109/PJ/2012
NOMOR : KEP-03/E/EJP/04/2012
TENTANG
PENEGAKAN HUKUM TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN
Pada hari ini Kamis tanggal lima bulan April, tahun dua ribu dua belas, bertempat di Jakarta, yang
bertanda tangan dibawah ini :
1. A. FUAD RAHMANY selaku Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Republik
Indonesia, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Direktorat Jenderal Pajak
Kementerian Keuangan Republik Indonesia, berkedudukan dan beralamat di Jalan Gatot
Subroto Kav. 40-42, Jakarta Selatan 12190, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA.
2. HAMZAH TADJA selaku Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Kerjaksaan Republik
Indonesia, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Jaksa Agung Muda Bidang Tindak
Pidana Umum Kejaksaan Agung Indonesia, yang berkedudukan dan beralamat di Jalan
Sultan Hasanudin Nomor 1, Jakarta Selatan 12160, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA, secara bersama-sama selanjutnya disebut PARA PIHAK.
PARA PIHAK terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Bahwa Direktorat Jenderal Pajak mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan
dan standardisasi teknis di bidang perpajakan sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh
Menteri, dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. Bahwa Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Umum melaksanakan tugas dan wewenang
Kejaksaan di bidang tindak pidana umum;
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 80
c. Bahwa Kementerian Keuangan Republik Indonesia dan Kejaksaan Republik Indonesia
sebelumnya telah saling mengikatkan diri dalam Kesepahaman Bersama antara Kementerian
Keuangan Republik Indonesia dengan Kejaksaan Republik Indonesia Nomor : MoU-2/MK.01/
2012 tanggal 5 April 2012 dan Nomor : KEP-053/A/JA/04/2012 tanggal 5 April 2012 tentang
Koordinasi Dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi; dan
d. Bahwa pelaksanaan Kesepahaman Bersama sebagaimana dimaksud pada huruf c,
ditindaklanjuti dengan Kesepakatan Bersama antara PIHAK PERTAMA dengan PIHAK KEDUA
yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan.
Dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan sebagai berikut :
1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3209);
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4999);
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 36, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5164);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 83, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah.
Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5145);
5. Peraturan Pemerintwah Nomor 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan
Pemenuhan Kewajiban Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
162, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5268);
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 81
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, PARA PIHAK sepakat untuk membuat Kesepakatan Bersama
guna menyelaraskan dan/atau mengoptimalkan pelaksanaan tugas penegakan hukum dengan
ketentuan sebagai berikut :
BAB I
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 1
Kesepakatan Bersama ini dimaksudkan untuk :
a. Meningkatkan sinergi dna keterpaduan PARA PIHAK dalam proses penyidikan sampai dengan
penuntutan perkara tindak pidana di bidang perpajakan;
b. Meningkatkan sinergi dan keterpaduan PARA PIHAK dalam pelaksanaan penegakan hukum;
c. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman PIHAK PERTAMA di bidang penegakan hukum
oleh PIHAK KEDUA; dan
d. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman PIHAK KEDUA di bidang perpajakan oleh PIHAK
PERTAMA.
Pasal 2
Tujuan Kesepakatan Bersama ini adalah :
a. Terwujudnya sinergi dan keterpaduan PARA PIHAK dalam mempercepat proses penyidikan
sapai dengan penuntutan perkara tindak pidana di bidang perpajakan;
b. Terwujudnya optimalisasi pelaksanaan tugas dan fungsi PARA PIHAK secara seimbang dan
proporsional;
c. Meningkatnya pengetahuan dan pemahaman PIHAK PERTAMA mengenai penegakan hukum;
dan
d. Meningkatnya pengetahuan dan pemahaman PIHAK KEDUA mengenai perpajakan.
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 82
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 3
Ruang lingkup Kesepakatan Bersama ini meliputi :
a. Koordinasi dalam rangka proses penyidikan dan penuntutan perkara tindak pidana di bidang
perpajakan;
b. Pemanfaatan data dan informasi;
c. Bimbingan teknis yang diperlukan PARA PIHAK;
d. Penyuluhan di bidang perpajakan;
e. Penunjukan pejabat penghubung (liaison officer) dari PARA PIHAK; dan
f. Pembentukan forum komunikasi.
BAB III
KOORDINASI
Pasal 4
(1) Koordinasi PARA PIHAK dilakukan setelah PIHAK PERTAMA mengirim Surat Pemberitahuan
Dimulainya Penyidikan perkara tindak pidana di bidang perpajakan kepada PIHAK KEDUA.
(2) Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan untuk memperlancar
penyelesaian perkara yang dituangkan dalam berita acara.
(3)
Pasal 5
PIHAK PERTAMA memberikan dukungan teknis perpajakan kepada PIHAK KEDUA dalam proses
penuntutan perkara tindak pidana di bidang perpajakan.
Pasal 6
(1) Untuk memperlancar proses penyidikan perkara tindak pidana di bidang perpajakan, PARA
PIHAK dapat melaksanakan Forum Gelar Perkara sesuai dengan ketentuan.
(2) Hasil Forum Perkara dituangkan dalam Notulen Rapat Gelar Perkara.
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 83
BAB IV
PEMANFAATAN DATA DAN INFORMASI
Pasal 7
Dalam rangka penegakan hukum tindak pidana di bidang perpajakan, PARA PIHAK dapat saling
memberikan data dan informasi yang diperlukan dengan tetap memperhatikan peraturan perundang-
undangan.
BAB V
BIMBINGAN TEKNIS
Pasal 8
(1) Untuk meningkatkan kemampuan PARA PIHAK dalam penegakan hukum di bidang perpajakan
dan tindak pidana umum, dapat dilakukan kerjasama bimbingan teknis yang
penyelenggarakannya diusulkan oleh PARA PIHAK.
(2) PARA PIHAK saling memberkan bantuan atas permintaan pelaksanaan bimbingan teknis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
BAB VI
PENYULUHAN DI BIDANG PERPAJAKAN
Pasal 9
PIHAK PERTAMA dapat memberikan penyuluhan perpajakan kepada PIHAK KEDUA melalui
sosialisasi atau kegiatan lain yang diperlukan.
BAB VII
PEJABAT PENGHUBUNG
Pasal 10
(1) PARA PIHAK masing-masing menunjuk sekurang-kurangnya 1 (satu0 orang pejabat di tingkat
pusat dan sekurang-kurangnya 1 (satu) orang pejabat di tingkat wilayah/daerah sebagai pejabat
penghubung dalam rangka pelaksanaan Kesepakatan Bersama ini.
(2) Pejabat Penghubung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada tingkat pusat sekurang-
kurangnya ditunjuk pejabat Eselon III dan/atau penyidik, dan di tingkat daerah/wilayah
sekurang-kurangnya pejabat Eselon IV dan/atau penyidik.
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 84
(3) Pejabat Penghubung di tingkat wilayah/daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan
sebagai berikut :
a. Untuk Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak terdiri dari Pejabat Eselon IV dan/atau
Penyidik Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Pajak; dan
b. Untk Kejaksaan Tinggi/Kejaksaan Negeri terdiri dari pejabat Eselon IV dan/atau penyidik.
(4) Penunjukan dan penggantian pejabat penghubung ditetapkan dengan keputusan pimpinan
masing-masing.
(5) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diberitahukan kepada pimpinan PARA
PIHAK.
BAB VIII
FORUM KOMUNIKASI
Pasal 11
(1) Dalam rangka mengefektifkan pelaksanaan Kesepakatan Bersama ini, PARA PIHAK dapat
membentuk Forum Komunikasi.
(2) Forum Komunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari para Pejabat Penghubung
yang ditunjuk dan dapat ditambah dengan pegawai PARA PIHAK.
(3) Atas persetujuan PARA PIHAK, Forum Komunikasi dapat melibatkan pihak lain sebagai
narasumber.
BAB IX
BIAYA
Pasal 12
Segala biaya yang diperlukan untuk kegiatan koordinasi, sosialisasi, dan bimbingan teknis
ditanggung oleh masing-masing pihak yang menyelenggarakan.
BAB X
MASA BERLAKU
Pasal 13
(1) Kesepakatan Bersama ini berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak tanggal
ditandatangani.
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 85
(2) Kesepakatan bersama ini dapat berakhir atas kesepakatan PARA PIHAK atau batal dengan
sendirinya apabila terdapat ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau kebijakan
Pemerintah yang tidak memungkinkan Kesepakatan Bersama ini diberlakukan.
BAB XI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 14
Setiap permasalahan yang mungkin timbul dalam pelaksanaan Kesepakatan Bersama ini akan
diselesaikan oleh PARA PIHAK secara musyawarah.
Pasal 15
Hal-hal yang belum diatur dalam Kesepakatan Bersama ini, akan diatur lebih lanjut atas persetujuan
PARA PIHAK serta dituangkan dalam bentuk amandemen Kesepakatan Bersama yang merupakan
satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari Kesepakatan Bersama ini.
Demikian Kesepakatan Bersama ini dibuat dalam rangkap 2 (dua) bermaterai cukup, masing-masing
mempunyai kekuatan hukum yang sama setelah ditandatangani oleh PARA PIHAK dan dibubuhi
cap instansi masing-masing.
PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA,
A. FUAD RAHMANY HAMZAH TADJA
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 86
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A
Nomor : B-3718/E/EJP/11/2012
Sifat : Biasa
Lampiran : -
Perihal : Restitusi dalam Perkara Tindak
Pidana Perdagangan Orang.
Jakarta, 28 November 2012
KEPADA YTH :
KEPALA KEJAKSAAN TINGGI
DI-
SELURUH INDONESIA
Dari hasil monitoring, supervise dan evaluasi yang dilakukan oleh jajaran
Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Umum memberikan indikasi factual
bahwa masih terjadinya polemic dan komplain yang berkembang di kalangan para
Jaksa/Penuntut Umum di daerah-daerah maupun di pusat terkait dengan Surat
Edaran Jaksa Agung Nomor : SE-013/A/JA/12/2011, yang mengakibatkan SE-
013/A/JA/12/2011 tentang Pedoman Tuntutan Pidana Perkara Tindak Pidana Umum
belum diterapkan secara efektif dalam penuntutan perkara tindak pidana umum.
Berdasarkan analisis dan evaluasi terhadap dinamika perkembangan di
lapangan tersebut, menjadi bahan pertimbangan utama perlunya dilakukan revisi
terhadap beberapa bagian dari materi SE-013/A/JA/12/2011, sehingga menjadi
salah satu butir rekomendasi bidang tindak pidana umum pada Rapat Kerja
Kejaksaan RI Tahun 2012 lalu yang diselenggarakan di Hotel Yasmin, Puncak Kab.
Cianjur.
Terkait dengan permasalahan tersebut diatas, maka diminta para Kajati dan
Kajari diwilayah hukumnya agar memberikan masukan tentang bagian materi/
substansi SE-013/A/JA/12/2011 tentang Pedoman Tuntutan Pidana Perkara Tindak
Pidana Umum yang perlu dievaluasi dan direvisi dengan mengisi formulir
sebagaimana terlampir.
Adapun acara yang dapat digunakan untuk menjadi tolok ukur revisi SE-
013/A/JA/12/2011 adalah sebagai berikut :
a) Rasa keadilan Masyarakat, antara lain :
- Memperhatikan suara hati nurani;
- Kearifan lokal;
- Wacana restorative justice dan diversi;
- Dampak social ekonomi yang timbul dari kejahatan
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 87
b) Harmonisasi dengan keluarnya beberapa undang-undang baru, antara lain :
- Terkait dengan sistem peradialn pidana anak;
- Terkait dengan tindak pidana narkotika dan psikotropika, dan lain-lain.
Diharapkan data masukan dari Saudara dapat diterima dalam waktu yang tidak
terlalu lama.
Demikian untuk diperhatikan dan dilaksanakan.
JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM.
MAHFUD MANNAN Tembusan : 1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia;
(no. 1 dan 2 sebagai laporan) 3. Yth. Para Jaksa Agung Muda; 4. Yth. Kepala Badan Diklat Kejaksaan Republik Indonesia; 5. Yth. Sesjampidum dan Para Direktur pada JAMPIDUM; 6. A r s i p
------------------------------------------------------------
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 88
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A
Nomor : B-3715/E/EJP/11/2012 Sifat : Biasa Lampiran : - Perihal : Petunjuk terhadap perkara tindak
pidana umum yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde) tetapi belum dieksekusi.
Jakarta, 4 Desember 2012 KEPADA YTH : KEPALA KEJAKSAAN TINGGI DI- SELURUH INDONESIA
Menunjuk surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor
B-1357/E/EJP/04/2012 tangal 25 april 2012 perihal sebagaimana tersebut pada
pokok surat di atas dan berdasarkan evaluasi terhadap laporan saudara ternyata
belum memperlihatkan kemajuan yang signifikan dari data laporan yang diterima dari
seluruh Indonesia (sebagaimana terlampir). Masih terdapat sejumlah : 853 perkara
yang telah diputus oleh Jaksa penuntu umumTerkait dengan permasalahan eksekusi
di atas, diminta perhatian para kepala kejaksaan Tinggi dan para kepala kejaksaan
Negeri atas hal-hal sebagai berikut :
1. Eksekusi adalah salah satu tupoksi utama kejaksaan RI yang di amanatkan
dalam Undang-undang No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI Oleh karena
itu mengabaikan pelaksanaan eksekusi terhadap perkara yang telah serius dan
terancam sanksi kode etik maupun peraturan disiplin pegawai Negeri Sipil (PP
Nomor :53 Tahun 2010).
2. Agar para kepala kejaksaan Tinggi secara terus menerus mendorong para
kepala kejaksaan Negeri dan para kepala Seksi Tindak pidana Umumnya untuk
mengoptimalkan pelaksanaan pengawasan melekat dengan cara setiap minggu
kajari dan kasi Pidum mengecek secara langsungbuku register perkara(RP-12)
sehinga dapat diindenfikasi perkara-perkara yang telah diputus oleh Pengadilan
dan ber kekuatan hukum tetap dengan memerintahkan JPU untuk segera
dilakukan eksekusi.
3. Terhadap permasalahan dan kendala yang dihadapi Jaksa/Penuntut Umum
dalam pelaksanaan eksekusi, disampaikan petunjuk tekhnis sebagai berikut :
a. Terhadap terpidana yang tidak ditahan, maka JPU/Kasi Pidum agar :
a.1. Secara pro aktif mencari terpidana dan berkoordinasi dengan pihak
korban untuk meminta informasi tentang keberadaan terpidana.
a.2. Meminta bantuan pencarian terpidana kepada pihak Kepolisian.
a.3. Meminta bantuan SATGAS Intelijen Kejaksaan Agung RI dengan
mempedomani Surat Jaksa Agung Muda Intelijen Nomor : R-
391/D/Dps.4/03/2012 tanggal 14 Maret 2012 perihal Pemanfaatan
Monitoring Center Kejaksaan RI untuk penanganan perkara dan
Daftar Pencarian Orang.
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 89
b. Terhadap perkara yang mengajukan upaya hukum dan Grasi :
b.1. Peninjauan Kembali (PK) maupun Grasi tidak menangguhkan maupun
menghentikan pelaksanaan eksekusi, vide Pasal 268 ayat (1) KUHAP
dan Surat Edaran Mahkamah Agung RI Nomor : 10 Tahun 2009
tanggal 12 Juni 2009 tentang Permohonan Peninjauan Kembali (PK)
yang intinya PK cukup satu kali.
b.2. Sesuai pasal 2 ayat (2) UU Nomor : 5 Tahun 2010 tentang Grasi.
Permohonan Grasi hanya dapat dimintakan terhadap perkara yang
diputus dengan pidana mati, penjara seumur hidup, penjara paling
rendah 2 (dua) tahun.
c. Bahwa Surat Edaran Mahkamah Agung RI Nomor : 01 Tahun 2011 tentang
perubahan Surat Edaran Mahkamah Agung RI Nomor : 2 Tahun 2010
tentang penyampaian Salinan dan Petikan Putusan, pada point 3 “Petikan putusan perkara pidana selain diberikan kepada terdakwa, juga diberikan
kepada Penuntut Umum dan Rumah Tahanan Negara atau Lembaga
Pemasyarakatan segera setelah putusan diucapkan”.
d. Bahwa dengan adanya kesepakatan antara Jaksa Agung RI dengan Ketua
MA RI yang dituangkan dalam Surat Edaran Jaksa Agung RI Nomor : B-
019/A/04/2004 tanggal 20 April 2004 tentang upaya mempercepat eksekusi
putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap, sebagai berikut :
d.1. Bahwa berdasarkan isi diktum putusan pengadilan, Penuntut Umum
dapat melaksanakan eksekusi atas putusan tersebut.
d.2. Bahwa sebelum salinan putusan tersebut selengkapnya diterima
Penuntut Umum, cukup dikirimkan terlebih dahulu halaman terakhir
putusan tersebut yang memuat dictum putusan.
d.3. Bahwa pengiriman salinan putusan yang lengkap dapat disusulkan
kemudian.
e. Jika ditemukan ada kendala terkait kondisi daerah, Kepala Kejaksaan
Tinggi dan Kepala Kejaksaan Negeri wajib mencarikan solusi atas kendala
dimaksud dengan berkoordinasi dengan pimpinan daerah setempat, serta
melibatkan tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat dan tokoh pemuda.
f. Terhadap perkara yang telah diputus pengadilan dan mempunyai kekuatan
hukum tetap dan tidak ada hambatan baik terhadap terpidana (orang/badan
hukum), barang bukti, denda dan biaya perkara, agar saudara segera
melaksanakan semua isi amar putusan tersebut.
g. Sekiranya JPU menghadapi kendala berupa kemungkinan adanya
perlawanan dari terpidana jika eksekusi dilaksanakan, maka Kajari
berkoodinasi dengan kepolisian setempat untuk pengamanan pelaksanaan
eksekusi. Jika diperkirakan eskalasi perlawanan lebih besar, agar
melaporkan kepda Kajati dan selanjutnya Kajati meminta bantuan pasukan
pengamanan dari Kepolisian Daerah setempat sesuai Protap yang berlaku.
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 90
4. Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Umum, melakukan monitoring dan
evaluasi secara terus menerus, hingga dapat dipastikan bahwa petunjuk ini
dilaksanakan secara optimal oleh para Kajari sebagai pengendali terdepan
dalam penanganan perkara tindak pidana umum.
5. Melaporkan perkembangan dan kemajuan pelaksanaan eksekusi putusan
pengadilan yang berkekuatan hukum tetap secara berjenjang dan berkelanjutan
kepada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum.
Demikian untuk dilaksanakan.
JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM.
MAHFUD MANNAN Tembusan : 1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia;
(no. 1 dan 2 sebagai laporan) 3. Yth. Jaksa Agung Muda Pengawasan; 4. A r s i p
------------------------------------------------------------
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 91
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A
Nomor : B-3731/E/EJP/12/2012
Sifat : Biasa
Lampiran : 1 (satu) eksemplar
Perihal : Permintaan Penetapan Jaksa
Penuntut Umum yang Menangani
Perkaraw Anak Berhadapan dengan
Hukum (ABH).
Jakarta, 5 Desember 2012
KEPADA YTH :
KEPALA KEJAKSAAN TINGGI
DI-
SELURUH INDONESIA
Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak pada tanggal 30 Juli 2012, dinyatakan akan mulai
diberlakukan setelah 2 (dua) tahun sejak tanggal diundangkan, terhadap 2 (dua)
amanat penting yang harus dipersiapkan oleh Kejaksaan, yakni Penetapan Jaksa
Penuntut Umum Perkara Anak serta penyusun draft Standar Operasional Prosedur
(SOP) terkait penanganan perkara Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH).
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, diberitahukan :
1. Bahwa berdasarkan Pasal 1 ayat (6) dan Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak serta menyikapi Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
khususnya Pasal 1 angka 9 dan pasal 41, maka bersama ini diminta kembali
perhatian Saudara agar segera menetapkan Jaksa Penuntut Umum Perkara
Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) karena dengan Keputusan Jaksa
Agung RI Nomor : KEP-115/A/JA/06/2011 tanggal 8 Juni 2011 Jaksa Agung RI
telah mendelegasikan wewenang kepada Saudara untuk menandatangani
Keputusan Jaksa Agung RI tentang Penetapan Jaksa Penuntut Umum yang
Menangani Perkara Anak Berhadapan dengan Hukum dan permintaan tersebut
telah disampaikan kepada Saudara melalui Surat Jaksa Agung Muda Tindak
Pidana Umum Nomor : B-2129/E/EJP/07/2011 tanggal 27 Juli 2011, namun
sampai saat ini belum ada Kajati yang melaporkan hasil penetapan Jaksa
Penuntut Umum Perkara Anak di dalam daerah hukum masing-masing. Untuk
memudahkan dan keseragaman format keputusan, bersama ini terlampir contoh
format keputusan.
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 92
2. Melaporkan hasil pelaksanaannya kepada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana
Umum pada kesempatan pertama berapa Surat Keputusan yang telah Saudara
terbitkan.
Demikian untuk diperhatikan dan dilaksanakan.
JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM.
MAHFUD MANNAN
Tembusan : 1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia;
(no. 1 dan 2 sebagai laporan) 3. Yth. Para Jaksa Agung Muda; 4. Yth. Kepala Badan Diklat Kejaksaan Republik Indonesia; 5. A r s i p
------------------------------------------------------------
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 93
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A
Nomor : B- /E/Es.1/12/2012 Jakarta, Desember 2012 Sifat : Biasa Lampiran : - Perihal : Evaluasi kegiatan SIMKARI pada KEPADA YTH : Pusat DASKRIMTI Kejaksaan KEPALA KEJAKSAAN TINGGI Agung R.I bulan Oktober 2012 DI - SELURUH INDONESIA
Berdasarkan pemantauan/monitoring dan evaluasi dari Pusat Data Statistik Kriminal Dan Teknologi Informasi, perihal seperti tersebut pada pokok surat bersama ini disampaikan hal-hal sebagai berikut :
1. Bahwa dari hasil pemantauan atas pelaksanaan Surat Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor : B-08/B/WJA/01/2012 tanggal 30 Januari 2012 perihal Penggunaan Aplikasi Laporan Bulanan atau Eksekutif Informasi Sistem (EIS), masih terdapat beberapa Kejaksaan Tinggi beserta Jajarannya didaerah, yang kurang mengindahkan pelaksanaan Laporan Bulanan secara Online.
2. Bahwa pada bulan Oktober 2012 masih terdapat 258 Kejaksaan Negeri dan Cabang Kejaksaan Negeri yang belum melakukan aktifitas (mengentry data) ke Aplikasi Eksekutif Informasi Sistem (EIS) SIMKARI, sedangkan pada bulan September 2012 ada 261 Kejaksaan Negeri dan Cabang Kejaksaan Negeri yang belum melakukan aktifitas (mengentry data) ke Aplikasi Eksekutif Informasi Sistem SIMKARI (terlampir).
3. Berkaitan dengan angka 1 dan 2 tersebut, menunjukkan bahwa masih rendahnya kepedulian satuan kerja di daerah terkait aktifitas pengentryan data ke Aplikasi Eksekutif Informasi Sistem SIMKARI, hal mana menunjukkan indikator beberapa Kejaksaan Tinggi yang belum menunjukkan capaian kinerja seperti yang diharapkan/belum tertib dalam mengentry data.
4. Bahwa Kegiatan Entry Data terhadap penanganan perkara (Surat Dakwaan) dan Laporan bulanan merupakan program yang langsung dipantau dan dinilai UKP4, dimana target kuantitatif per triwulan harus tercapai, apabila tidak tercapai Kejaksaan akan mendapat Raport Merah.
5. Untuk itu diminta kepada Para Kepala Kejaksaan Tinggi segera memerintahkan dan melakukan pengecekan terhadap :
5.1 Pelaksanaan Surat Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor : B-08/B/WJA/01/2012 tanggal 30 Januari 2012 perihal Penggunaan Aplikasi Laporan Bulanan atau Eksekutif Informasi Sistem (EIS).
5.2 Pelaksanaan Entry Data penanganan perkara sesuai dengan tahapan penanganannya ke Aplikasi Pidum “Penanganan Perkara” (didalamnya : Surat Dakwaan) di SIMKARI.
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 94
6. Jika ditemui kendala/hambatan teknis dalam pelaksanaan Entry Data terkait peralatan maupun sistem yang digunakan dalam pelaksanaan Aplikasi SIMKARI, segera membuat laporan secara tertulis kepada Kepala Pusat DASKRIMTI Kejaksaan Agung dengan tembusan Sekretaris Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum.
Demikian untuk menjadi perhatian dan dilaksanakan.
JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM
MAHFUD MANNAN Tembusan : 1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung RepubIik Indonesia; (1 dan 2 sebagai laporan) 3. Yth. Jaksa Agung Muda Pengawasan; 4. Yth. Para Direktur pada JAM PIDUM 5. Yth. Kepala Pusat DASKRIMTI; 3. Arsip.