kehamilan ektopik

36
KEHAMILAN EKTOPIK I. PENDAHULUAN Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang bersangkutan berhubung dengan besarnya kemungkinan terjadi keadaan yang gawat. Keadaan yang gawat ini dapat terjadi apabila kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah kegawatdaruratan obstetrik yang mengancam nyawa ibu dan kelangsungan hidup janin, serta merupakan salah satu penyebab utama mortalitas ibu, khususnya pada trimester pertama. Karena manifestasinya yang cukup dramatis, sering kali KET dijumpai terlebih dahulu bukan oleh dokter-dokter ahli kebidanan, melainkan dokter-dokter yang bekerja di unit gawat darurat, sehingga entitas ini perlu diketahui oleh setiap dokter. 1,2 Di masa lampau KET hampir selalu fatal, namun berkat perkembangan alat diagnostik yang canggih morbiditas maupun mortalitas akibat KET jauh berkurang. Meskipun demikian, kehamilan ektopik masih merupakan salah satu masalah utama dalam bidang obstetri. Perkembangan teknologi fertilitas dan kontrasepsi memang di satu sisi menyelesaikan masalah infertilitas maupun KB, namun di sisi lain menciptakan masalah baru. 2 Kehamilan ektopik dapat terjadi sebagai akibat usaha fertilisasi in vitro pada seorang ibu, dan kehamilan ektopik tersebut dapat menurunkan kesempatan pasangan infertil yang bersangkutan untuk mendapatkan anak pada

Upload: arip-septadi

Post on 23-Oct-2015

47 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEHAMILAN EKTOPIK

KEHAMILAN EKTOPIK

I.             PENDAHULUAN

Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang bersangkutan

berhubung dengan besarnya kemungkinan terjadi keadaan yang gawat. Keadaan yang

gawat ini dapat terjadi apabila kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik

terganggu (KET) adalah kegawatdaruratan obstetrik yang mengancam nyawa ibu dan

kelangsungan hidup janin, serta merupakan salah satu penyebab utama mortalitas ibu,

khususnya pada trimester pertama. Karena manifestasinya yang cukup dramatis, sering

kali KET dijumpai terlebih dahulu bukan oleh dokter-dokter ahli kebidanan, melainkan

dokter-dokter yang bekerja di unit gawat darurat, sehingga entitas ini perlu diketahui

oleh setiap dokter.1,2

Di masa lampau KET hampir selalu fatal, namun berkat perkembangan alat diagnostik yang

canggih morbiditas maupun mortalitas akibat KET jauh berkurang. Meskipun demikian,

kehamilan ektopik masih merupakan salah satu masalah utama dalam bidang obstetri.

Perkembangan teknologi fertilitas dan kontrasepsi memang di satu sisi menyelesaikan

masalah infertilitas maupun KB, namun di sisi lain menciptakan masalah baru.2

Kehamilan ektopik dapat terjadi sebagai akibat usaha fertilisasi in vitro pada seorang ibu, dan

kehamilan ektopik tersebut dapat menurunkan kesempatan pasangan infertil yang

bersangkutan untuk mendapatkan anak pada usaha berikutnya. Masalah yang lain ialah

masalah diagnosis. Tidak semua pusat kesehatan di negara ini mempunyai fasilitas

pencitraan, dan dalam menghadapi pasien yang datang dengan keluhan maupun tanda

KET, tidak semua dokter segera memikirkan KET sebagai salah satu diagnosis banding.

Hal ini mengakibatkan keterlambatan diagnosis dan terapi yang adekuat. Kehamilan

ektopik yang belum terganggu juga menjadi masalah tersendiri, karena seolah-olah

menjadi bom waktu dalam tubuh pasien. Hal ini terjadi bila tidak ada fasilitas diagnostik

yang menunjang, seperti yang terjadi di berbagai daerah rural di Indonesia. Dengan

diagnosis yang tepat dan cepat kesejahteraan ibu, bahkan janin, dapat ditingkatkan.1,2

II.          DEFINISI

Kehamilan Ektopik adalah kehamilan yang terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi dan

tumbuh diluar endometrium kavum uteri, seperti di ovarium, tuba, serviks, bahkan

rongga abdomen. Istilah kehamilan ektopik terganggu (KET) merujuk pada keadaan di

mana timbul gangguan pada kehamilan tersebut sehingga terjadi abortus maupun ruptur

Page 2: KEHAMILAN EKTOPIK

yang menyebabkan penurunan keadaan umum pasien.2 Sebagian besar kehamilan

ektopik berlokasi di tuba. Sangat jarang terjadi implantasi pada ovarium, rongga perut,

kanalis servikalis uteri, tanduk uterus yang rudimenter, dan divertikel pada uterus.

Berdasarkan implantasi hasil konsepsi pada tuba, terdapat kehamilan pars interstisialis

tuba, pars ismika tuba, pars ampullaris tuba, dan kehamilan infundibulum tuba.

Kehamilan diluar tuba ialah kehamilan ovarial, kehamilan intraligamenter, kehamilan

servikal, dan kehamilan abdominal yang bisa primer atau sekunder.1,2,3

Lokasi dan sublokasi Jumlah (persentase)

       Tuba Fallopi :

     Ampula tuba

     Isthmus tuba

     Interstisial tuba

       Kehamilan ektopik servikal

       Kehamilan ovarial

       Kehamilan abdominal

       Kehamilan interstisial

       98 %

     93 %

     4 %

     2 %

       0,1 %

       0,5 %

       0,03 %

       0,01 %

Gambar 1. Lokasi kehamilan ektopik

Kehamilan intrauterin dapat ditemukan bersamaan dengan kehamilan ekstrauterin.

Dalam hal ini dibedakan dua jenis, yaitu kehamilan ektopik kombinasi dimana

Page 3: KEHAMILAN EKTOPIK

kehamilan intrauterin terdapat pada waktu yang sama dengan kehamilan ekstrauterin

dan kehamilan ektopik campuran yang merupakan kehamilan intrauterin pada wanita

dengan kehamilan ekstrauterin lebih dahulu dengan janin sudah mati dan menjadi

litopedion yaitu proses pengapuran janin yang sudah mati kemudian menjadi keras

karena endapan-endapan garam kapur sehingga menjadi batu.1

III. EPIDEMIOLOGI

Insidens kehamilan ektopik yang sesungguhnya sulit ditetapkan. Meskipun secara

kuantitatif mortalitas akibat KET berhasil ditekan, persentase insidens dan prevalensi

KET cenderung meningkat dalam dua dekade ini. Dengan berkembangan alat

diagnostik canggih, semakin banyak kehamilan ektopik yang terdiagnosis sehingga

semakin tinggi pula insidens dan prevalensinya. Keberhasilan kontrasepsi seperti

AKDR meningkatkan persentase kehamilan ektopik, karena keberhasilan kontrasepsi

hanya menurunkan angka terjadinya kehamilan uterin, bukan kehamilan ektopik.

Meningkatnya prevalensi infeksi tuba juga meningkatkan kejadian kehamilan ektopik.

Selain itu, perkembangan teknologi di bidang reproduksi, seperti fertilisasi in vitro, ikut

berkontribusi terhadap peningkatan frekuensi kehamilan ektopik.2,,4

Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 1987 terdapat 153

kehamilan ektopik diantara 4.007 persalinan atau 1 diantara 26 persalinan. Di Amerika

Serikat, kehamilan ektopik terjadi pada 1 dari 64 hingga 1 dari 241 kehamilan, dan 85-

90% kasus kehamilan ektopik didapatkan pada multigravida.2 Sebagian besar wanita

yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata

30 tahun. Frekuensi kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0%-

14,6%.1,2

IV.       ETIOLOGI

Kehamilan ektopik pada dasarnya disebabkan oleh segala hal yang menghambat

perjalanan zigot menuju kavum uteri. Faktor-faktor mekanis yang menyebabkan

kehamilan ektopik antara lain: riwayat operasi tuba, salpingitis, perlekatan tuba akibat

operasi non-ginekologis seperti apendektomi, pajanan terhadap diethylstilbestrol,

salpingitis isthmica nodosum (penonjolan-penonjolan kecil ke dalam lumen tuba yang

menyerupai divertikula), dan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR). Hal-hal tersebut

secara umum menyebabkan perlengketan intra- maupun ekstraluminal pada tuba,

sehingga menghambat perjalanan zigot menuju kavum uteri. Selain itu ada pula faktor-

faktor fungsional, yaitu perubahan motilitas tuba yang berhubungan dengan faktor

hormonal dan defek fase luteal2,5.

Page 4: KEHAMILAN EKTOPIK

Dalam hal ini gerakan peristalsis tuba menjadi lamban, sehingga implantasi zigot

terjadi sebelum zigot mencapai kavum uteri. Dikatakan juga bahwa meningkatnya usia

ibu akan diiringi dengan penurunan aktivitas mioelektrik tuba. Teknik-teknik

reproduktif seperti gamete intrafallopian transfer dan fertilisasi in vitro juga sering

menyebabkan implantasi ekstrauterin. Ligasi tuba yang tidak sempurna memungkinkan

sperma untuk melewati bagian tuba yang sempit, namun ovum yang telah dibuahi sering

kali tidak dapat melewati bagian tersebut. Alat kontrasepsi dalam rahim selama ini

dianggap sebagai penyebab kehamilan ektopik2.

Namun ternyata hanya AKDR yang mengandung progesteron yang meningkatkan

frekuensi kehamilan ektopik. AKDR tanpa progesteron tidak meningkatkan risiko

kehamilan ektopik, tetapi bila terjadi kehamilan pada wanita yang menggunakan

AKDR, besar kemungkinan kehamilan tersebut adalah kehamilan ektopik.2

Faktor risiko kehamilan ektopik adalah :1,2,3,5

1.      Faktor riwayat kehamilan ektopik sebelumnya. Risiko paling besar untuk kehamilan

ektopik. Angka kekambuhan sebesar 15% setelah kehamilan ektopik pertama dan

meningkat sebanyak 30% setelah kehamilan ektopik kedua.

2.      Faktor penggunaan kontrasepsi spiral dan pil progesteron

Kehamilan ektopik meningkat apabila ketika hamil, masih menggunakan kontrasepsi

spiral (3 – 4%). Pil yang mengandung hormon progesteron juga meningkatkan

kehamilan ektopik karena pil progesteron dapat mengganggu pergerakan sel rambut

silia di saluran tuba yang membawa sel telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi ke

dalam rahim

3.      Faktor kerusakan dari saluran tuba. Telur yang sudah dibuahi mengalami kesulitan

melalui saluran tersebut sehingga menyebabkan telur melekat dan tumbuh di dalam

saluran tuba. Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan gangguan saluran tuba

diantaranya adalah :

a.       Merokok : kehamilan ektopik meningkat sebesar 1,6 – 3,5 kali dibandingkan wanita

yang tidak merokok. Hal ini disebabkan karena merokok menyebabkan penundaan masa

ovulasi (keluarnya telur dari indung telur), gangguan pergerakan sel rambut silia di

saluran tuba, dan penurunan kekebalan tubuh

b.      Penyakit Radang Panggul : menyebabkan perlekatan di dalam saluran tuba, gangguan

pergerakan sel rambut silia yang dapat terjadi karena infeksi kuman TBC, klamidia,

gonorea

c.       Endometriosis tuba : dapat menyebabkan jaringan parut di sekitar saluran tuba

Page 5: KEHAMILAN EKTOPIK

d.      Tindakan medis : seperti operasi saluran tuba atau operasi daerah panggul, pengobatan

infertilitas seperti bayi tabung, menyebabkan parut pada rahim dan saluran tuba

e.       Penyempitan lumen tuba oleh karena infeksi endosalfing

f.       Tuba sempit, panjang dan berlekuk-lekuk .

g.      Gangguan fungsi rambut getar ( silia ) tuba

h.      Operasi dan sterilisasi tuba yang tidak sempurna

i.        Striktur tuba

j.        Divertikel tuba dan kelainan congenital lainnya

k.      Perleketan peritubal dan lekukan tuba

l.        Tumor lain menekan tuba

m.    Lumen kembar dan sempit

4.      Faktor uterus

a.       Tumor rahim yang menekan tuba

b.      Uterus hipoplastis

5.      Faktor ovum

a.       Migrasi eksterna dari ovum

b.      Perlengketan membrane granulose

c.       Rapid cell devision

d.      Migrasi internal ovum

V.          PATOGENESIS

Proses implantasi ovum yang dibuahi yang terjadi di tuba pada dasarnya sama

halnya di kavum uteri. Ovum yang telah dibuahi di tuba bermidasi secara kolumner atau

interkolumner. Pada yang pertama, hasil konsepsi berimplantasi pada ujung atau sisi

jonjot endosalping. Perkembangan hasil konsepsi selanjutnya dibatasi oleh kurangnya

vaskularisasi dan biasanya hasil konsepsi mati secara dini dan kemudian direabsorbsi.

Pada nidasi secara interkolumner hasil konsepsi bernidasi antar 2 jonjot endosalping.

Setelah tempat nidasi tertutup maka hasil konsepsi dipisahkan dari lumen tuba oleh

lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena

pembentukan desidua di tuba tidak sempurna, dengan mudah vili korialis menembus

endosalping dan masuk ke dalam lapisan otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan

pembuluh darah.1,2,

Di bawah pengaruh hormon estrogen dan progesteron dari korpus luteum

gravidatum dan trofoblas, uterus menjadi besar dan lembek, endometrium dapat berubah

pula menjadi desidua. Dapat pula ditemukan perubahan pada endometrium yang disebut

Page 6: KEHAMILAN EKTOPIK

fenomena Arias-Stella, dimana sel epitel membesar dengan intinya hipertrofik,

hiperkromatik, lobuler dan berbentuk tak teratur. Sitoplasma sel dapat berlubang-lubang

dan kadang-kadang ditemukan mitosis. Setelah janin mati, desidua dalam uterus

mengalami degenarasi dan kemudian dikeluarkan berkeping-keping tetapi kadang-

kadang dikeluarkan secara utuh. Perdarahan yang dijumpai pada kehamilan ektopik

terganggu berasal dari uterus dan disebabkan oleh pelepasan desidua degeneratif 1,2,6.

Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa kemungkinan. Karena

tuba bukan tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin bertumbuh

secara utuh seperti dalam uterus. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur

kehamilan 6 sampai 10 minggu.1

Berakhirnya kehamilan tuba ada 2 cara, yaitu abortus tuba dan ruptur tuba5,6.

1.      Abortus Tuba

Terjadi karena hasil konsepsi bertambah besar menembus endosalping (selaput

lendir tuba ), masuk kelumen tuba dan dikeluarkan ke arah infundibulum. Hal ini

terutama terjadi kalau konsepsi berimplantasi di daerah ampula tuba. Di sini biasanya

hasil konsepsi tertanam kolumner karena lipatan-lipatan selaput lendir tinggi dan

banyak. Lagipula disini, rongga tuba agak besar sehingga hasil konsepsi mudah tumbuh

kearah rongga tuba dan lebih mudah menembus desidua kapsularis yang tipis dari

lapisan otot tuba. Abortus terjadi kira-kira antara minggu ke 6-12. Perdarahan yang

timbul karena abortus keluar dari ujung tuba dan mengisi kavum douglasi, terjadilah

hematokel retrouterin. Ada kalanya ujung tuba tertutup karena perlekatan-perlekatan

hingga darah terkumpul di dalam tuba dan mengembungkan tuba yang disebut

hematosalpning.

2.      Ruptur Tuba

Hasil konsepsi menembus lapisan otot tuba ke arah kavum peritoneum. Hal ini

terutama terjadi kalau implantasi hasil konsepsi dalam istmus tuba. Pada peristiwa ini,

lipatan-lipatan selaput lendir tidak seberapa, jadi besar kemungkinan implantasi

interkolumner. Trofoblas cepat sampai ke lapisan otot tuba dan kemungkinan

pertumbuhan ke arah rongga tuba kecil karena rongga tuba sempit. Oleh karena itu,

hasil konsepsi menembus dinding tuba ke arah rongga perut atau perineum. Ruptur pada

isthmus tuba terjadi sebelum kehamilan minggu ke-12 karena dinding tuba disini tipis,

tetapi ruptur pada pars interstisialis terjadi lambat kadang-kadang baru pada bulan ke-4

karena disini otot tebal. Ruptur bisa terjadi spontan ataupun karena trauma, misalnya

karena periksa dalam, defekasi, koitus. Pada ruptur tuba, seluruh telur dapat melalui

Page 7: KEHAMILAN EKTOPIK

robekan dan masuk ke dalam kavum peritoneum, hasil konsepsi yang keluar dari tuba

itu sudah mati. Bila hanya janin yang melalui robekan dan plasenta tetap melekat pada

dasarnya, kehamilan dapat berlangsung terus dan berkembang sebagai kehamilan

abdominal.

Gambar 2. Komplikasi Kehamilan Ektopik (perdarahan)

VI.       GAMBARAN KLINIK

Kehamilan ektopik biasanya baru memberikan gejala-gejala yang jelas dan khas

jika sudah terganggu dan kehamilan ektopik yang masih utuh, gejala-gejalanya sama

dengan kehamilan muda intra uterina. Kisah yang khas dari kehamilan ektopik

terganggu adalah seorang wanita yang sudah terlambat haidnya, tiba-tiba merasa nyeri

perut, kadang-kadang nyeri lebih jelas sebelah kiri atau sebelah kanan. Pada ruptur,

nyeri dapat terjadi di daerah abdomen manapun. Nyeri dada pleuritik dapat terjadi

akibat iritasi diafragmatik yang disebabkan oleh perdarahan. Selanjutnya pasien pusing

dan kadang-kadang pingsan, sering keluar darah sedikit pervaginam pada pemeriksaan

didapatkan seorang wanita yang pucat dan gejala-gejala syok. Sebelum ruptur, tanda-

tanda vital umumnya normal. Tekanan darah akan turun dan denyut nadi meningkat

hanya jika perdarahan berlanjut dan hipovoleminya menjadi nyata. Pada palpasi perut

terasa tegang dan pemeriksaan dalam sangat nyeri, terutama kalau serviks digerakkan

(slinger pain) atau pada perabaan kavum doglasi (fornix posterior) teraba lunak dan

kenyal. Nyeri tekan seperti itu mungkin tidak terasa sebelum ruptur.3,5,6

Gambaran klinis kehamilan ektopik tergantung dari dua bentuk, yaitu :

a. Apakah kehamilan ektopik masih utuh

Page 8: KEHAMILAN EKTOPIK

b.      Apakah kehamilan ektopik sudah ruptur sehingga terdapat timbunan darah

intraabdominal yang menimbulkan gejala klinis

1.      Gejala Subjektif

Sebagian besar pasien merasakan nyeri abdomen, keterlambatan menstruasi dan

perdarahan per vaginam. Nyeri yang diakibatkan ruptur tuba berintensitas tinggi dan

terjadi secara tiba-tiba. Penderita dapat jatuh pingsan dan syok. Nyeri akibat abortus

tuba tidak sehebat nyeri akibat ruptur tuba, dan tidak terus-menerus. Pada awalnya nyeri

terdapat pada satu sisi, tetapi setelah darah masuk ke rongga abdomen dan merangsang

peritoneum, nyeri menjadi menyeluruh. Perdarahan per vaginam berasal dari pelepasan

desidua dari kavum uteri dan dari abortus tuba. Umumnya perdarahan tidak banyak dan

berwarna coklat tua. Keterlambatan menstruasi tergantung pada usia gestasi. Penderita

mungkin tidak menyangka bahwa dirinya hamil, atau menyangka dirinya hamil normal,

atau mengalami keguguran (abortus tuba). Sebagian penderita tidak mengeluhkan

keterlambatan haid karena kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya. Kadang-

kadang pasien merasakan nyeri yang menjalar ke bahu. Hal ini disebabkan iritasi

diafragma oleh hemoperitoneum.5,6,7

2.      Temuan objektif

Pada kasus-kasus yang dramatis, sering kali pasien datang dalam keadaan umum

yang buruk karena syok. Tekanan darah turun dan frekuensi nadi meningkat. Darah

yang masuk ke dalam rongga abdomen akan merangsang peritoneum, sehingga pada

pasien ditemukan tanda-tanda rangsangan peritoneal (nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri

lepas, defense musculaire). Bila perdarahan berlangsung lamban dan gradual, dapat

dijumpai tanda anemia pada pasien. Hematosalping akan teraba sebagai tumor di

sebelah uterus. Dengan adanya hematokel retrouterina, kavum Douglas teraba menonjol

dan nyeri pada pergerakan (nyeri goyang porsio). Di samping itu dapat ditemukan

tanda-tanda kehamilan, seperti pembesaran uterus.3,5,7

Page 9: KEHAMILAN EKTOPIK

Kehamilan ektopik intak

     Amenore

     Rasa tidak nyaman diabdomen

     Perdarahan pervaginam

     Pemeriksaan vaginal :

       Nyeri gerak serviks

       Adneksa tegang atau teraba massa

       Massa adneksa terasa nyeri saat palpasi

     Tanda perdarahan intra abdominal negatif

     Kesimpulan diagnosis sulit

     Terdapat trias rupture kehamilan ektopik :

       Amenore

       Nyeri abdomen mendadak

       Terdapat perdarahan

     Perdarahan pervaginam akibat :

       Deskuamasi endometrium

       Aliran darah melalui tuba fallopi

     Tanda perdarahan intraabdominal positif

       Tanda cairan intraabdomen

       Palpasi abdomen nyeri akibat iritasi peritoneum

     Pemeriksaan dalam :

       Terdapat nyeri goyang serviks

       Kavum douglasi menonjol dan nyeri

       Perdarahan pervaginam

     Konfirmasi diagnosis :

     Kuldosintesis akan terdapat darah

VII.    DIAGNOSIS

Diagnosis kehamilan ektopik terganggu tentunya ditegakkan dengan anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.1,3,4,7

1.      Anamnesis

Haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu dan kadang-kadang terdapat gejala subjektif

kehamilan muda. Nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu, tenesmus. Perdarahan

pervaginam terjadi setelah nyeri perut bagian bawah.

2.      Pemeriksaan Umum

penderita tampak kesakitan dan pucat, pada perdarahan dalam rongga perut tanda-tanda

syok dapat ditemukan.

3.      Pemeriksaan Ginekologi

Page 10: KEHAMILAN EKTOPIK

Tanda-tanda kehamilan muda mungkin ditemukan. Pergerakan serviks menyebabkan

nyeri. Bila uterus diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan kadang-kadang teraba

tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditentukan. Kavum douglasi menonjol

dan nyeri raba menunjukkan adanya hematokel retrouterina. Suhu kadang naik sehingga

menyulitkan perbedaan dengan infeksi pelvik.

4.      Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang

4.1        Hemoglobin, hematokrit, dan hitung leukosit

Pemeriksaan hemoglobin (Hb) dan jumlah sel darah merah berguna menegakkan

diagnosa kehamilan ektopik terganggu, terutama bila ada tanda-tanda perdarahan dalam

rongga perut. Perlu diingat, bahwa turunnya Hb disebabkan darah diencerkan oleh air

dari jaringan untuk mempertahankan volume darah. Hal ini memerlukan waktu 1-2 hari.

Mungkin pada pemeriksaan Hb yang pertama-tama kadar Hb belum seberapa turunnya

maka kesimpulan adanya perdarahan didasarkan atas penurunan kadar Hb pada

pemeriksaan Hb berturut-turut. Derajat leukositosis sangat bervariasi pada kehamilan

ektopik yang mengalami ruptur, nilainya bisa normal sampai 30.000/µl.3,6

4.2        Gonadotropin korionik (hCG Urin)

Tes urin paling sering menggunakan tes slide inhibisi aglutinasi dengan sensitivitas

untuk gonadotropin korionik dalam kisaran 500 sampai 800 mlU/ml. Kemungkinan

bernilai positif pada kehamilan ektopik hanya sampai 50-60%. Kalaupun digunakan tes

jenis tabung, dengan gonadotropin korionik berkisar antara 150-250 mlU/ml, dan tes ini

positif pada 80-85% kehamilan ektopik. Tes yang menggunakan ELISA (Enzyme-

Linked Immunoabsorbent Assays) sensitif untuk kadar 10-50 mlU/ml dan positif pada

95% kehamilan ektopik.3

4.3        β-hCG serum

Pengukuran kadar β-hCG secara kuantitatif adalah standar diagnostik untuk

mendiagnosa kehamilan ektopik. Pada kehamilan normal intrauterin, kadar β-hCG

serum naik 2 kali lipat tiap 2 hari selama kehamilan. Peningkatan kadar β-hCG serum

kurang dari 66% menandakan suatu kehamilan intrauterin abnormal atau kehamilan

ektopik. Pemeriksaan β-hCG serum secara berkala perlu dilakukan untuk membedakan

suatu kehamilan normal atau tidak dan memantau resolusi kehamilan ektopik setelah

terapi.5

4.4        Kuldosentesis

Kuldosentesis adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui ada tidaknya darah

dalam kavum douglasi atau mengidentifikasi hematoperitoneum. Serviks ditarik

Page 11: KEHAMILAN EKTOPIK

kedepan kearah simfisis dengan tenakulum, dan jarum ukuran 16 atau 18 dimasukkan

melalui forniks posterior kedalam kavum douglasi. Bila ditemukan darah, maka isinya

disemprotkan pada kain kasa dan perhatikan darah yang dikeluarkan merupakan :3,5

a.       darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku, darah ini

berasal dari arteri atau vena yang tertusuk.

b.      Darah berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku atau yang berupa bekuan

kecil, darah ini menunjukkan adanya hematokel retrouterina.

Untuk mengataakan bahwa punksi kavum douglasi positif, artinya adanya perdarahan

dalam rongga perut dan darah yang diisap mempunyai sifat warna merah tua, tidak

membeku setelah diisap, dan biasnya di dalam terdapat gumpalan-gumpalan darah yang

kecil.

4.5        Ultrasonografi

Ultrasonografi abdomen berguna dalam diagnostik kehamilan ektopik. Diagnosis pasti

ialah apabila ditemukan kantung gestasi diluar uterus yang didalamnya terdapat denyut

jantung janin.1 Pada kehamilan ektopik terganggu dapat ditemukan cairan bebas dalam

rongga peritoneum terutama dalam kavum douglasi.11 Ultrasonografi vagina dapat

menghasilkan diagnosis kehamilan ektopik dengan sensitifitas dan spesifitas 96%.

Kriterianya antara lain adalah identifikasi kantong gestasi berukuran 1-3 mm atau lebih

besar, terletak eksentrik di uterus, dan dikelilingi oleh reaksi desidua-korion.4,3,5,6

Gambar 3. Ultrasonografi pada KET

4.6        Laparoskopi

Laparoskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostik terakhir untuk kehamilan

ektopik, apabila hasil penilaian prosedur diagnostik yang lain meragukan. Melalui

prosedur laparaskopik, alat kandungan bagian dalam dapat dinilai. Secara sistematis

dinilai keadaan uterus, ovarium, tuba, kavum douglasi, dan ligamentum latum. Adanya

Page 12: KEHAMILAN EKTOPIK

darah dalam rongga pelvis mungkin mempersulit visualisasi alat kandungan. Akan

tetapi hal ini menjadi indikasi untuk dilakukan laparatomi.1,2,

4.7        Laparatomi

Tindakan ini lebih disukai jika wanita tersebut secara hemodinamik tidak stabil atau

tidak mungkin dilakukan laparoskopi.3

VIII. DIAGNOSIS BANDING

Keadaan-keadaan patologis baik di dalam maupun di luar bidang obstetri-

ginekologi perlu dipikirkan sebagai diagnosis banding kehamilan ektopik terganggu.

Keadaan-keadaan patologik tersebut antara lain :1,3,4,5,7

1)      Infeksi Pelvis

Gejala yang menyertai infeksi pelvik biasanya timbul waktu haid dan jarang setelah

mengalami amenore. Nyeri perut bagian bawah dan tahanan yang dapat diraba pada

pemeriksaan vaginal pada umumnya bilateral. Pada infeksi pelvik perbedaan suhu rektal

dan axilla melebihi 0,5’C. Selain itu, leukositosis lebih tinggi daripada kehamilan

ektopik dan tes kehamilan negatif. Biasanya ada riwayat serangan nyeri perut

sebelumnya.

2)      Abortus imminens atau insipiens

Perdarahan lebih banyak dan lebih merah sesudah amenore, rasa nyeri yang berlokasi di

sekitar median dan bersifat mules lebih menunjukkan kearah abortus imminens atau

permulaan abortus insipiens. Pada abortus tidak dapat diraba tahanan di samping atau di

belakang uterus dan gerakan serviks uteri tidak menimbulkan rasa nyeri. Pada abortus,

umumnya perdarahan lebih banyak dan sering ada pembukaan portio serta uterus

biasanya besar dan lunak.

3)      Ruptur korpus luteum

Peristiwa ini biasanya terjadi di pertengahan siklus haid. Perdarahan pervaginam tidak

ada dan tes kehamilan negatif.

4)      Torsi kista ovarium

Gejala dan tanda kehamilan muda, amenore, dan perdarahan pervaginam biasanya tidak

ada. Tumor pada kista ovarium lebih besar dan lebih bulat daripada kehamilan ektopik.

5)      Appendisitis

Page 13: KEHAMILAN EKTOPIK

Tidak ditemukan tumor dan nyeri tekan pada gerakan serviks tidak seberapa nyata

seperti pada kehamilan ektopik. Nyeri perut bagian bawah pada appendisitis terletak

pada titik McBurney.

IX.       PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan kehamilan ektopik tergantung pada beberapa hal, antara lain

lokasi kehamilan dan tampilan klinis. Sebagai contoh, penatalaksanaan kehamilan tuba

berbeda dari penatalaksanaan kehamilan abdominal. Selain itu, perlu dibedakan pula

penatalaksanaan kehamilan ektopik yang belum terganggu dari kehamilan ektopik

terganggu. Tentunya penatalaksanaan pasien dengan kehamilan ektopik yang belum

terganggu berbeda dengan penatalaksanaan pasien dengan kehamilan ektopik terganggu

yang menyebabkan syok.

Seorang pasien yang terdiagnosis dengan kehamilan tuba dan masih dalam kondisi

baik dan tenang, memiliki 3 pilihan, yaitu penatalaksanaan ekspektasi (expectant

management), penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan bedah.3,7,9

IX.1 Penatalaksanaan Ekspektasi

Penatalaksanaan ekspektasi didasarkan pada fakta bahwa sekitar 75% -hCG.pasien

dengan kehamilan ektopik akan mengalami penurunan kadar Pada penatalaksanaan

ekspektasi, kehamilan ektopik dini dengan kadar -hCG yang stabil atau cenderung

turun diobservasi ketat. Oleh sebab itu, tidak semua pasien dengan kehamilan ektopik

dapat menjalani penatalaksanaan seperti ini. Penatalaksanaan ekspektasi dibatasi pada -

hCG yang keadaan-keadaan berikut:

1)      kehamilan ektopik dengan kadar menurun,

2)      kehamilan tuba,

3)      tidak ada perdarahan intraabdominal atau ruptur, dan

4)      diameter massa ektopik tidak melebihi 3.5 cm.

Sumber -hCG awal harus kurang dari 1000 mIU/mL,lain menyebutkan bahwa kadar

dan diameter massa ektopik tidak melebihi 3.0 cm. Dikatakan bahwa penatalaksanaan

ekspektasi ini efektif pada 47-82% kehamilan tuba.1,2,3,7

IX.2 Penatalaksanaan Medis

Pada penatalaksanaan medis digunakan zat-zat yang dapat merusak integritas jaringan

dan sel hasil konsepsi. Kandidat-kandidat penerima tatalaksana medis harus memiliki

syarat-syarat berikut ini: keadaan hemodinamik yang stabil, bebas nyeri perut bawah,

Page 14: KEHAMILAN EKTOPIK

tidak ada aktivitas jantung janin, tidak ada cairan bebas dalam rongga abdomen dan

kavum Douglas, harus teratur menjalani terapi, harus menggunakan kontrasepsi yang

efektif selama 3-4 bulan pascaterapi, tidak memiliki penyakit-penyakit penyerta, sedang

tidak menyusui, tidak ada kehamilan intrauterin yang koeksis, memiliki fungsi ginjal,

hepar dan profil darah yang normal, serta tidak memiliki kontraindikasi terhadap

pemberian methotrexate. Berikut ini akan dibahas beberapa metode terminasi kehamilan

ektopik secara medis.2,3,7

1.      Methotrexate

Methotrexate adalah obat sitotoksik yang sering digunakan untuk terapi keganasan,

termasuk penyakit trofoblastik ganas. Pada penyakit trofoblastik, methotrexate akan

merusak sel-sel trofoblas, dan bila diberikan pada pasien dengan kehamilan ektopik,

methotrexate diharapkan dapat merusak sel-sel trofoblas sehingga menyebabkan

terminasi kehamilan tersebut. Seperti halnya dengan penatalaksanaan medis untuk

kehamilan ektopik pada umumnya, kandidat-kandidat untuk terapi methotrexate harus

stabil secara hemodinamis dengan fungsi ginjal, hepar dan profil darah yang normal.3

Harus diketahui pula bahwa terapi methotrexate maupun medis secara umum

mempunyai angka kegagalan sebesar 5-10%, dan angka kegagalan meningkat pada usia

gestasi di atas 6 minggu atau bila massa hasil konsepsi berdiameter lebih dari 4 cm.

Pasien harus diinformasikan bahwa bila terjadi kegagalan terapi medis, pengulangan

terapi diperlukan, dan pasien harus dipersiapkan untuk kemungkinan menjalani

pembedahan. Selain itu, tanda-tanda kehamilan ektopik terganggu harus selalu

diwaspadai. Bila hal tersebut terjadi, pasien harus sesegera mungkin menjalani

pembedahan. Senggama dan konsumsi asam folat juga dilarang.3,7 Tentunya

methotrexate menyebabkan beberapa efek samping yang harus diantisipasi, antara lain

gangguan fungsi hepar, stomatitis, gastroenteritis dan depresi sumsum tulang. Beberapa

prediktor keberhasilan terapi dengan methotrexate yang -hCG, progesteron,disebutkan

dalam literatur antara lain kadar aktivitas jantung janin, ukuran massa hasil konsepsi

dan ada/tidaknya cairan bebas dalam rongga peritoneum. Namun disebutkan dalam

sumber -hCG-lah yang bermakna secara statistik. Untuklain bahwa hanya kadar -hCG

serial dibutuhkan. Padamemantau keberhasilan terapi, pemeriksaan hari-hari pertama

setelah dimulainya pemberian methotrexate, 65-75% pasien akan mengalami nyeri

abdomen yang diakibatkan pemisahan hasil konsepsi dari tempat implantasinya

(separation pain), dan hematoma yang meregangkan dinding tuba. Nyeri ini dapat

diatasi dengan analgetik -hCG umumnya tidak terdeteksi lagi dalam 14-21

Page 15: KEHAMILAN EKTOPIK

harinonsteroidal. setelah pemberian methotrexate. Pada hari-hari pertama pula massa

hasil konsepsi akan tampak membesar pada pencitraan ultrasonografi akibat edema dan

hematoma, sehingga jangan dianggap sebagai kegagalan terapi. -hCG masih perlu

diawasi setiapSetelah terapi berhasil, kadar minggunya hingga kadarnya di bawah 5

mIU/mL.2,3,7

Methotrexate dapat diberikan dalam dosis tunggal maupun dosis multipel. Dosis tunggal

yang diberikan adalah 50 mg/m2 (intramuskular), sedangkan dosis multipel yang

diberikan adalah sebesar 1 mg/kg (intramuskular) pada hari pertama, ke-3, 5, dan hari

ke-7. Pada terapi dengan dosis multipel leukovorin ditambahkan ke dalam regimen

pengobatan dengan dosis 0.1 mg/kg (intramuskular), dan diberikan pada hari ke-2, 4, 6

dan 8. Terapi methotrexate dosis multipel tampaknya memberikan efek negatif pada

patensi tuba dibandingkan dengan terapi methotrexate dosis tunggal 9. Methotrexate

dapat pula diberikan melalui injeksi per laparoskopi tepat ke dalam massa hasil

konsepsi. Terapi methotrexate dosis tunggal adalah modalitas terapeutik paling

ekonomis untuk kehamilan ektopik yang belum terganggu.2,3,7

2.      Actinomycin

Neary dan Rose melaporkan bahwa pemberian actinomycin intravena selama 5 hari

berhasil menterminasi kehamilan ektopik pada pasien-pasien dengan kegagalan terapi

methotrexate sebelumnya.2,3,7

3.      Larutan Glukosa Hiperosmolar

Injeksi larutan glukosa hiperosmolar per laparoskopi juga merupakan alternatif terapi

medis kehamilan tuba yang belum terganggu. Yeko dan kawan-kawan melaporkan

keberhasilan injeksi larutan glukosa hiperosmolar dalam menterminasi kehamilan tuba.

Namun pada umumnya injeksi methotrexate tetap lebih unggul. Selain itu, angka

kegagalan dengan terapi injeksi larutan glukosa tersebut cukup tinggi, sehingga

alternatif ini jarang digunakan.3,7

IX.3 Penatalaksanaan Bedah

Fernandez (1991) mengemukakan criteria untuk menetapkan terapi hamil ektopik

dengan cara non-operatif atau dengan tindakan operasi sebagai berikut :3,7

Skor 1

Umur gestasi/minggu

Konsentrasi hCG

Progesterone

Nyeri perut

Lebih 8

Kurang 1000

Kurang 5

Tak ada

Page 16: KEHAMILAN EKTOPIK

Hematosalping

Perdarahan intraperitonel

Kurang 1 cm

0

Jumlah skor diatas 6, dilakukan tindakan operasi laparaskopi atau laparatomi.

Penatalaksanaan bedah dapat dikerjakan pada pasien-pasien dengan kehamilan tuba

yang belum terganggu maupun yang sudah terganggu. Tentu saja pada kehamilan

ektopik terganggu, pembedahan harus dilakukan secepat mungkin. Pada dasarnya ada 2

macam pembedahan untuk menterminasi kehamilan tuba, yaitu pembedahan

konservatif, di mana integritas tuba dipertahankan, dan pembedahan radikal, di mana

salpingektomi dilakukan. Pembedahan konservatif mencakup 2 teknik yang kita kenal

sebagai salpingostomi dan salpingotomi. Selain itu, macam-macam pembedahan

tersebut di atas dapat dilakukan melalui laparotomi maupun laparoskopi. Namun bila

pasien jatuh ke dalam syok atau tidak stabil, maka tidak ada tempat bagi pembedahan

per laparoskopi.3,7,9

1.      Salpingostomi2,3,6,7,9

Salpingostomi adalah suatu prosedur untuk mengangkat hasil konsepsi yang

berdiameter kurang dari 2 cm dan berlokasi di sepertiga distal tuba fallopii. Pada

prosedur ini dibuat insisi linear sepanjang 10-15 mm pada tuba tepat di atas hasil

konsepsi, di perbatasan antimesenterik. Setelah insisi hasil konsepsi segera terekspos

dan kemudian dikeluarkan dengan hati-hati. Perdarahan yang terjadi umumnya sedikit

dan dapat dikendalikan dengan elektrokauter. Insisi kemudian dibiarkan terbuka (tidak

dijahit kembali) untuk sembuh per sekundam. Prosedur ini dapat dilakukan dengan

laparotomi maupun laparoskopi. Metode per laparoskopi saat ini menjadi gold standard

untuk kehamilan tuba yang belum terganggu.

Sebuah penelitian di Israel membandingkan salpingostomi per laparoskopi dengan

injeksi methotrexate per laparoskopi. Durasi pembedahan pada grup salpingostomi lebih

lama daripada durasi pembedahan pada grup methotrexate, namun grup salpingostomi

menjalani masa rawat inap yang lebih singkat dan insidens aktivitas trofoblastik

persisten pada grup ini lebih rendah. Meskipun demikian angka keberhasilan terminasi

kehamilan tuba dan angka kehamilan intrauterine setelah kehamilan tuba pada kedua

grup tidak berbeda secara bermakna.

Page 17: KEHAMILAN EKTOPIK

Gambar 4. Operasi Salpingostomi

2.      Salpingotomi

Pada dasarnya prosedur ini sama dengan salpingostomi, kecuali bahwa pada

salpingotomi insisi dijahit kembali. Beberapa literatur menyebutkan bahwa tidak ada

perbedaan bermakna dalam hal prognosis, patensi dan perlekatan tuba pascaoperatif

antara salpingostomi dan salpingotomi.7,8,9

3.      Salpingektomi

Reseksi tuba dapat dikerjakan baik pada kehamilan tuba yang belum maupun yang

sudah terganggu, dan dapat dilakukan melalui laparotomi maupun laparoskopi.

Salpingektomi diindikasikan pada keadaan-keadaan berikut ini:7,8,9

1)      kehamilan ektopik mengalami ruptur (terganggu),

2)      pasien tidak menginginkan fertilitas pascaoperatif,

3)      terjadi kegagalan sterilisasi,

4)      telah dilakukan rekonstruksi atau manipulasi tuba sebelumnya,

5)      pasien meminta dilakukan sterilisasi,

6)      perdarahan berlanjut pascasalpingotomi,

7)      kehamilan tuba berulang,

8)      kehamilan heterotopik, dan

9)      massa gestasi berdiameter lebih dari 5 cm.

Reseksi massa hasil konsepsi dan anastomosis tuba kadang-kadang dilakukan pada

kehamilan pars ismika yang belum terganggu. Metode ini lebih dipilih daripada

salpingostomi, sebab salpingostomi dapat menyebabkan jaringan parut dan penyempitan

lumen pars ismika yang sebenarnya sudah sempit. Pada kehamilan pars interstitialis,

Page 18: KEHAMILAN EKTOPIK

sering kali dilakukan pula histerektomi untuk menghentikan perdarahan masif yang

terjadi. Pada salpingektomi, bagian tuba antara uterus dan massa hasil konsepsi diklem,

digunting, dan kemudian sisanya (stump) diikat dengan jahitan ligasi. Arteria

tuboovarika diligasi, sedangkan arteria uteroovarika dipertahankan. Tuba yang direseksi

dipisahkan dari mesosalping.

4.      Evakuasi Fimbrae dan Fimbraektomi

Bila terjadi kehamilan di fimbrae, massa hasil konsepsi dapat dievakuasi dari fimbrae

tanpa melakukan fimbraektomi. Dengan menyemburkan cairan di bawah tekanan

dengan alat aquadisektor atau spuit, massa hasil konsepsi dapat terdorong dan lepas dari

implantasinya. Fimbraektomi dikerjakan bila massa hasil konsepsi berdiameter cukup

besar sehingga tidak dapat diekspulsi dengan cairan bertekanan.7,8,9

X.          VARIAN-VARIAN KEHAMILAN EKTOPIK

X.1 Kehamilan AbdominalHampir semua kasus kehamilan abdominal merupakan kehamilan ektopik sekunder

akibat ruptur atau aborsi kehamilan tuba atau ovarium ke dalam rongga abdomen.

Implantasi primer di dalam rongga abdomen amatlah jarang. Mortalitas akibat

kehamilan abdominal tujuh kali lebih tinggi daripada kehamilan tuba, dan 90 kali lebih

tinggi daripada kehamila intrauterin. Morbiditas maternal dapat disebabkan perdarahan,

infeksi, anemia, koagulasi intravaskular diseminata (DIC), emboli paru atau

terbentuknya fistula antara kantong amnion dengan usus. Pada kehamilan abdominal

yang khas, plasenta yang telah menembus dinding tuba secara bertahap membuat

perlekatan baru dengan jaringan serosa di sekitarnya, namun juga mempertahankan

perlekatannya dengan tuba. Pada beberapa kasus, setelah ruptur tuba plasenta

mengadakan implantasi di tempat yang terpisah dari tuba dalam rongga abdomen.2,10

Kehamilan abdominal dapat juga terjadi akibat ruptur bekas insisi seksio sesaria,

dan pada kasus ini kehamilan berlanjut di balik plika vesikouterina. Diagnosis

kehamilan abdominal berawal dari indeks kecurigaan yang tinggi. Temuan-temuan

ultrasonografik berikut, meskipun tidak patognomonis, harus segera membuat kita

berpikir akan suatu kehamilan abdominal:

1)      Tidak tampaknya dinding uterus antara kandung kemih dengan janin,

2)      Plasenta terletak di luar uterus,

3)      bagian-bagian janin dekat dengan dinding abdomen ibu,

4)      letak janin abnormal, dan

Page 19: KEHAMILAN EKTOPIK

5)      tidak ada cairan amnion antara plasenta dan janin. MRI dan CT-scan dapat memberikan

visualisasi yang jauh lebih baik daripada USG.

Kehamilan ekstrauterin lanjut memiliki peluang kelahiran hidup sebesar 10-25%,

namun angka malformasi kongenital pada bayi ekstrauterin cukup tinggi akibat

oligohidramnios, dan hanya 50%-nya dapat bertahan hidup lebih dari satu minggu.

Kelainan kongenital yang ditemukan umumnya berupa abnormalitas wajah, kranium

dan ekstremitas. Kehamilan abdominal pula memberikan ancaman-ancaman kesehatan

bagi si ibu. Oleh sebab itu, terminasi sedini mungkin sangat dianjurkan. Janin yang mati

namun terlalu besar untuk diresorbsi dapat mengalami proses supurasi, mumifikasi atau

kalsifikasi. Karena letak janin yang sangat dekat dengan traktus gastrointestinal, bakteri

dengan mudah mencapai janin dan berkembang biak dengan subur. Selanjutnya, janin

akan mengalami supurasi, terbentuk abses, dan abses tersebut dapat ruptur sehingga

terjadi peritonitis. Bagian-bagian janin pun dapat merusak organ-organ ibu di

sekitarnya.2,3,10

Pada satu atau dua kasus yang telah dilaporkan, janin yang mati mengalami proses

mumifikasi, menjadi lithopedion, dan menetap dalam rongga abdomen selama lebih dari

15 tahun. Penanganan kehamilan abdominal sangat berisiko tinggi. Penyulit utama

adalah perdarahan yang disebabkan ketidakmampuan tempat implantasi plasenta untuk

mengadakan vasokonstriksi seperti miometrium. Sebelum operasi, cairan resusitasi dan

darah harus tersedia, dan pada pasien harus terpasang minimal dua jalur intravena yang

cukup besar. Pengangkatan plasenta membawa masalah tersendiri pula. Plasenta boleh

diangkat hanya jika pembuluh darah yang mendarahi implantasi plasenta tersebut dapat

diidentifikasi dan diligasi. Karena hal tersebut tidak selalu dapat dilaksanakan, dan

lepasnya plasenta sering mengakibatkan perdarahan hebat, umumnya plasenta

ditinggalkan in situ.2,3,10

Pada sebuah laporan kasus, plasenta yang lepas sebagian terpaksa dijahit kembali

karena perdarahan tidak dapat dihentikan dengan berbagai macam manuver hemostasis.

Dengan ditinggalkan in situ, plasenta diharapkan mengalami regresi dalam 4 bulan.

Komplikasi-komplikasi yang sering terjadi adalah ileus, peritonitis, pembentukan abses

intraabdomen dan infeksi organ-organ sekitar plasenta, serta preeklamsia persisten.

Regresi plasenta dimonitor dengan pencitraan ultrasonografi dan pengukuran -hCG

serum. Pemberian methotrexate untuk mempercepat involusikadar plasenta tidak

dianjurkan, karena degradasi jaringan plasenta yang terlalu cepat akan menyebabkan

akumulasi jaringan nekrotik, yang selanjutnya dapat mengakibatkan sepsis. Embolisasi

Page 20: KEHAMILAN EKTOPIK

per angiografi arteri-arteri yang mendarahi tempat implantasi plasenta adalah sebuah

alternatif yang baik.2,3,10

X.2 Kehamilan Ovarium

Kehamilan ektopik pada ovarium jarang terjadi. Pada tahun 1878, Spiegelberg

merumuskan criteria diagnosis kehamilan ovarium: 1) tuba pada sisi ipsilateral harus

utuh, 2) kantong gestasi harus menempati posisi ovarium, 3) ovarium dan uterus harus

berhubungan melalui ligamentum ovarii, dan 4) jaringan ovarium harus ditemukan

dalam dinding kantong gestasi. Secara umum faktor risiko kehamilan ovarium sama

dengan faktor risiko kehamilan tuba. Meskipun daya akomodasi ovarium terhadap

kehamilan lebih besar daripada daya akomodasi tuba, kehamilan ovarium umumnya

mengalami ruptur pada tahap awal.4,10

Manifestasi klinik kehamilan ovarium menyerupai manifestasi klinik kehamilan tuba

atau perdarahan korpus luteum. Umumnya kehamilan ovarium pada awalnya dicurigai

sebagai kista korpus luteum atau perdarahan korpus luteum. Kehamilan ovarium

terganggu ditangani dengan pembedahan yang sering kali mencakup ovariektomi. Bila

hasil konsepsi masih kecil, maka reseksi parsial ovarium masih mungkin dilakukan.

Methotrexate dapat pula digunakan untuk terminasi kehamilan ovarium yang belum

terganggu.2,5,10

X.3 Kehamilan Serviks

Kehamilan serviks juga merupakan varian kehamilan ektopik yang cukup jarang.

Etiologinya masih belum jelas, namun beberapa kemungkinan telah diajukan. Burg

mengatakan bahwa kehamilan serviks disebabkan transpor zigot yang terlalu cepat,

yang disertai oleh belum siapnya endometrium untuk implantasi. Dikatakan pula bahwa

instrumentasi dan kuretase mengakibatkan kerusakan endometrium sehingga

endometrium tidak lagi menjadi tempat nidasi yang baik. Sebuah pengamatan pada 5

kasus kehamilan serviks mengindikasikan adanya hubungan antara kehamilan serviks

dengan kuretase traumatik dan penggunaan IUD pada sindroma Asherman.2,10

Hubungan serupa juga tercermin pada fakta bahwa Jepang, di mana angka kuretase juga

tinggi, memiliki angka kehamilan serviks yang tertinggi di antara negara-negara lain.

Kehamilan serviks juga berhubungan dengan fertilisasi in-vitro dan transfer embrio.

Pada kehamilan serviks, endoserviks tererosi oleh trofoblas dan kehamilan berkembang

dalam jaringan fibrosa dinding serviks. Lamanya kehamilan tergantung pada tempat

nidasi. Semakin tinggi tempat nidasi di kanalis servikalis, semakin besar kemungkinan

janin dapat tumbuh dan semakin besar pula tendensi perdarahan hebat. Perdarahan per

Page 21: KEHAMILAN EKTOPIK

vaginam tanpa rasa sakit dijumpai pada 90% kasus, dan sepertiganya mengalami

perdarahan hebat.2,10

Kehamilan serviks jarang melewati usia gestasi 20 minggu. Prinsip dasar penanganan

kehamilan serviks, seperti kehamilan ektopik lainnya, adalah evakuasi. Karena

kehamilan serviks jarang melewati usia gestasi 20 minggu, umumnya hasil konsepsi

masih kecil dan dievakuasi dengan kuretase. Namun evakuasi hasil konsepsi pada

kehamilan serviks sering kali mengakibatkan perdarahan hebat karena serviks

mengandung sedikit jaringan otot dan tidak mampu berkontraksi seperti miometrium.

Bila perdarahan tidak terkontrol, sering kali histerektomi harus dilakukan. Hal ini

menjadi dilema, terutama bila pasien ingin mempertahankan kemampuan

reproduksinya.2,3,10

Beberapa metode-metode nonradikal yang digunakan sebagai alternatif histerektomi

antara lain pemasangan kateter Foley, ligasi arteri hipogastrika dan cabang desendens

arteri uterina, embolisasi arteri dan terapi medis. Kateter Foley dipasang pada kanalis

servikalis segera setelah kuretase, dan balon kateter segera dikembangkan untuk

mengkompresi sumber perdarahan. Selanjutnya vagina ditampon dengan kasa. Beberapa

pakar mengusulkan penjahitan serviks pada jam 3 dan 9 untuk tujuan hemostasis

(hemostatic suture) sebelum dilakukan kuretase. Embolisasi angiografik arteri uterina

adalah teknik yang belakangan ini dikembangkan dan memberikan hasil yang baik,

seperti pada sebuah laporan kasus kehamilan serviks di Italia24. Sebelum kuretase

dilakukan, arteri uterina diembolisasi dengan fibrin, gel atau kolagen dengan bantuan

angiografi. Pada kasus tersebut, perdarahan yang terjadi saat dan setelah kuretase tidak

signifikan. Seperti pada kehamilan tuba, methotrexate pun digunakan untuk terminasi

kehamilan serviks. Methotrexate adalah modalitas terapeutik yang pertama kali

digunakan setelah diagnosis kehamilan serviks ditegakkan. Namun pada umumnya

methotrexate hanya memberikan hasil yang baik bila usia gestasi belum melewati 12

minggu. Methotrexate dapat diberikan secara intramuskular, intraarterial maupun

intraamnion.3,10

X.4 Kehamilan Ektopik Heterotipik

Kehamilan ektopik di sebuah lokasi dapat koeksis dengan kehamilan intrauterin.

Kehamilan heterotipik ini sangat langka. Hingga satu dekade yang lalu insidens

kehamilan heterotipik adalah 1 dalam 30,000 kehamilan, namun dikatakan bahwa

insidensnya sekarang telah meningkat menjadi 1 dalam 7000, bahkan 1 dalam 900

Page 22: KEHAMILAN EKTOPIK

kehamilan, berkat perkembangan teknik-teknik reproduksi. Kemungkinan kehamilan

heterotipik harus dipikirkan pada kasus-kasus sebagai berikut:

1)      assisted reproduction technique,

2)      bila hCG tetap tinggi atau meningkat setelah dilakukan kuretase pada abortus,

3)      bila tinggi fundus uteri melampaui tingginya yang sesuai dengan usia gestasi,

4)      bila terdapat lebih dari 2 korpus luteum,

5)      bila terdeteksi pada USG adanya kehamilan ektra- dan intrauterin.10

XI.       PROGNOSIS

Angka kematian ibu yang disebabkan oleh kehamilan ektopik terganggu turun

sejalan dengan ditegakkannya diagnosis dini dan persediaan darah yang cukup.

Kehamilan ektopik terganggu yang berlokasi di tuba pada umumnya bersifat bilateral.

Sebagian ibu menjadi steril (tidak dapat mempunyai keturunan) setelah mengalami

keadaan tersebut diatas, namun dapat juga mengalami kehamilan ektopik terganggu lagi

pada tuba yang lain .11

Ibu yang pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu, mempunyai resiko 10%

untuk terjadinya kehamilan ektopik terganggu berulang. Ibu yang sudah mengalami

kehamilan ektopik terganggu sebanyak dua kali terdapat kemungkinan 50% mengalami

kehamilan ektopik terganggu berulang .11

Ruptur dengan perdarahan intraabdominal dapat mempengaruhi fertilitas wanita.

Dalam kasus-kasus kehamilan ektopik terganggu terdapat 50-60% kemungkinan wanita

steril. Dari sebanyak itu yang menjadi hamil kurang lebih 10% mengalami kehamilan

ektopik berulang .1,2,11

Page 23: KEHAMILAN EKTOPIK

DAFTAR PUSTAKA

1.      Wiknjosastro,Hanifa. Ilmu kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Jakarta : 2007

2. Wikipedia. Kehamilan Ektopik. Available at : http://id.wikipedia.org/wiki/Kehamilan_Ektopik

3. Mochtar,Rustam. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta : 1998

4. Manuaba,dkk. Pengantar Kuliah Obstetri. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta : 2007

5. Katz, et al. Comprehensive Gynecology. Mosby Elsevier. Philadelphia : 20016. Sastrawinata,Sulaiman dkk. Patologi Obstetri. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Jakarta : 2005

7.      Louis, Management of Ectopic Pregnancies. Available at. ; http://www.obgyn.uab.edu/medicalstudents/obgyn/uasom/documents/MgtmEctopic.pdf

8.      Cunningham, Gary, et al. Obstetri Williams. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta : 2006

9. Wiknjosastro,Hanifa. Ilmu Bedah Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta : 2000

10. Amore. Jenis Kehamilan Ektopik. Available at. : http://myother-world.blogspot.com/2008/07/jenis-kehamilan-ektopik.html

11. Carson. Ectopic Pregnancy NEJM. Available at. ; http://content.nejm.org/cgi/content/full/329/16/1174?ijkey=7cda02f038ecab5ae4ebfd30170270242a198187&keytype2=tf_ipsecsha

12.  Bidan Sharing Informasi. Kehamilan Ektopik. Available at. : . http://bidan2009.blogspot.com/2009/02/kehamilan-ektopik.html

13.  Kuliah Bidan. Gambaran Kasus Ektopik Terganggu di Bagian Obsteri dan Ginekologi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Periode 1 Januari 2003-31 Desember 2005. Available at. : www.kuliahbidan.wordpres.com

14. Klikdokter. Kehamilan Ektopik. Available at.: http://www.klikdokter.com/illness/detail/119

15. Tenore. Ectopic Pregnancy. Available at. : http://www.aafp.org/afp/20000215/1080.html