kedudukan kelembagaan badan pembinaan ideologi pancasila...

90
KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 dan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2018) SKRIPSI Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh: NUR WASIAH ADIWIYONO 1114048000042 K O N S E N T E R A S I K E L E M B A G A AN N E G A R A P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M F A K U L T A S S Y A R I A H D A N H U K U M U N I V E R S I T A S I S L A M N E G E R I S Y A R I F H I D A Y A T U L L A H J A K A R T A 1440 H / 2018 M

Upload: buianh

Post on 24-Jul-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI

PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA

(Analisis Yuridis Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 dan Peraturan

Presiden Nomor 7 Tahun 2018)

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

NUR WASIAH ADIWIYONO

1114048000042

K O N S E N T E R A S I K E L E M B A G A AN N E G A R A

P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M

F A K U L T A S S Y A R I A H D A N H U K U M

U N I V E R S I T A S I S L A M N E G E R I

S Y A R I F H I D A Y A T U L L A H

J A K A R T A

1440 H / 2018 M

Page 2: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN

IDEOLOGI PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN

INDONESIA

(Analisis Yuridis Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 dan

Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2018)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

Nur Wasiah Adiwiyono

11140480000042

Pembimbing I: Pembimbing II:

Abdul Qadir, S.H., M.Hum. Ahmad Bahtiar, M.Hum.

NIP. 195506141978031002 NIP. 197601182009121002

K O N S E N T E R A S I K E L E M B A G A AN N E G A R A

P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M

F A K U L T A S S Y A R I A H D A N H U K U M

U N I V E R S I T A S I S L A M N E G E R I

S Y A R I F H I D A Y A T U L L A H

J A K A R T A

1440 H / 2018 M

Page 3: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN

PEMBINAAN IDEOOGI PANCASILA DALAM SISTEM

PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang Nomor

39 Tahun 2008 dan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2018) telah diajukan

dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Program Studi Imu

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 13 Desember

2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Program Strata Satu (S-1) pada Program Studi Ilmu Hukum.

Jakarta, Desember 1439 H/ 2018 M

Mengesahkan

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum,

Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A

NIP. 196912161996031001

PANITIA UJIAN MUNAQASYAH

1. Ketua : Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A. ( )

NIP. 196912161996031001

2. Sekretaris : Indra Rahmatullah, S.H.I., M.H. ( )

NIDN. 2021088601

3. Pembimbing I : Abdul Qadir, S.H., M.Hum. ( )

NIP. 195506141978031002

4. Pembimbing II : Ahmd Bahtiar, M.Hum. ( )

NIP. 197601182009121002

5. Penguji I : Prof. Dr. A. Salman Maggalatung, S.H., M.H. ( )

NIP. 195403031976111001

6. Penguji II : Fathudin, S.H.I., S.H., M.A.Hum., M.H. ( )

NIDN. 2110068503

Page 4: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.) di

Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah Jakarta.

2. Sumber-sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Sayrif hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 29 November 2018

Nur Wasiah Adiwiyono

Page 5: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

iv

ABSTRAK

Nur Wasiah Adiwiyono. NIM 11140480000042. KEDUDUKAN

KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOOGI PANCASILA

DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 dan Peraturan Presiden Nomor 7

Tahun 2018). Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439 H/2018 M. vii + 74

halaman.

Studi ini bertujuan untuk menjelaskan kedudukan kelembagaan negara

yang dibentuk melalui Perpres Nomor 7 Tahun 2018 tentang Badan Pembinaan

Ideologi Pancasila dibawah kekuasaan eksekutif. Sebagai lembaga pencegahan

pelanggaran atau masalah yang berkaitan dengan ideologi Pancasila. Suatu

lembaga yang memiliki kewenangan luas dan cukup besar dalam sistem tata

negara di Indonesia, oleh karena itu pembentukan lembaga tersebut harus sesuai

dengan dasar hukum dan latar belakang pembentukan serta pertanggungjawaban

lembaga negara ini sesuai dengan tugas dan fungs yang diembannya terhadap

negara dan masyarakat.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian normatif-yuridis dan library

reasearch dengan melakukan pengkajian terhadap norma-norma hukum, buku-

buku, dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan judul skripsi ini

serta penanganan terhadap masalah-masalah tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara status Badan Pembinaan

Ideologi Pancasila merupakan lembaga independen atau lebih disebut sebagai

state auxiliaries atau derivative organ dengan tugas dan wewenang secara khusus

dibentuk oleh Presiden untuk membantu Pemerintah mencapai tujuan Negara

yaitu menanamkan nilai-niai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Tanggungjawab terhadap Presiden secara administratif dan kepada masyarakat

secara luas.

Kata Kunci: Pancasila, Presiden, Kelembagaan Negara.

Pembimbing : Abdul Qadir, S.H., M.Hum. dan Ahmad Bahtiar M.Hum.

Daftar Pustaka : 1990 s.d. 2016

Page 6: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

v

KATA PENGANTAR

Bissmillahirrahmanirrahiim,

Puja dan puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam

tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga dan sahabatnya. Selanjutnya,

penulis ingin sampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak

yang membantu kelancaran penuisan skripsi ini, baik berupa dorongan moril

maupun materil. Karena penulis yakin tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit

rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Disamping itu, izinkan penulis untuk menyapaikan ucapan terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dekan Fakultas syariah dan Hukum Asep Saefuddin Jahar, serta para

pembantu dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua Jurusan Ilmu Hukum Drs. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H. dan

Sekertaris Jurusan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum.

3. Pembimbing I dan II: Abdul Qadir, S.H., M.Hum. dan Ahmad Bahtiar,

M.Hum. yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan

ilmunya kepada penulis, semoga Bapak dan Ibu selalu dalam rahmat dan

lindungan Allah SWT. Sehingga, ilmu yang telah diajarkan dapat beranfaat

dikemudian hari.

5. Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sangat spesial penulis haturkan

kepada kedua orang tua penuis yang tercinta, ayahanda Alm. Suparyono dan

ibunda Wagiyem serta kakak dan adik penulis, Sandra Prihatin, Larasanti,

Fuad Hamdani Adiwiyono dengan segala pengorbanannya tak akan pernah

penulis lupakan atas jasa-jasa mereka. Do’a restu, nasihat dan petunjuk dari

mereka kiranya merupakan dorongan moril yang paling efektif bagi

kelanjutan studi penulis hingga saat ini.

Page 7: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

vi

6. Kedua keponakan penulis Bilal alkahfi dan Azzam Abdillah Pratama, yang

menjadi penghibur dan penyemangat penulis dikala penat dan padat jadwal

dalam menyelesaikan studi.

7. Teman-teman Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

khususnya Jurusan Ilmu Hukum dan teman terdekat penulis, Mae, Rahmi,

Syifa, Farah, Aulia, Amri, Furba, Ksatria, Syanel, Jambi, dan Fikroy yang

ikut mengukir perjalanan panjang penulis selama studi dan membuat pribadi

penulis menjadi lebih baik.

8. Sahabat-sahabat penulis sejak SMA Nadiyah, Yngwie, Laika, dan Ayu yang

menemani penulis selama bertahun-tahun untuk kita saling belajar hal-hal

baru dan berbagi suka dan duka.

9. Kanda dan yunda Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas dan

Hukum (Komfaksy) Universitas Islam Negeri Jakarta yang telah memberikan

pembelajaran menarik selama penulis studi hingga saat ini.

10. Semua yang penulis sayang yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu

namanya, yang mendukung penulis menyelesaikan skripsi ini semoga amal

baik dari semua pihak mendapatkan balasan pahala dari Allah SWT.

Semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak. Amiin ya Rabbal a’lamiin.

Jakarta, 15 November 2018

Nur Wasiah Adiwiyono

Page 8: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

vii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ............................. ii

LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. iii

ABSTRAK ........................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................... vii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1

B. Identifikasi, Pebatasan dan Rumusan Masalah ................. 5

C. Tujuan Penelitian .............................................................. 6

D. Manfaat Penelitian ............................................................ 6

E. Metode Penelitian ............................................................. 7

F. Rancangan Sistematika Penelitian .................................... 9

BAB II : TINJAUAN UMUM IDEOLOGI BANGSA DAN

LEMBAGA-LEMBAGA DI INDONESIA

A. Pancasila dan UUD 1945 .................................................. 11

B. Lembaga-lembaga negara di Indonesia ............................ 16

1. Lembaga Eksekutif .................................................... 19

2. Lembaga Legislatif .................................................... 26

3. Lembaga Yudikatif .................................................... 27

C. Sistem Check and Balances .............................................. 28

D. Tinjauan Kajian (review) Terdahulu ................................. 31

Page 9: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

viii

BAB III : LEMBAGA NON STRUKTURAL BADAN PEMBINAAN

IDEOLOGI PANCASILA

A. Sejarah BPIP ...................................................................... 33

1. Badan Pembina Pendidikan Pelaksanaan Pedoman

Penghayatan dan Pengamalan Pancasila .................... 33

2. Unit Kerja Pembinan Ideologi Pancasila .................... 35

3. Badan Pembinaan Ideologi Pancasila ......................... 38

B. Tugas dan fungsi BPIP dalam PERPRES Nomor 7 Tahun

2018 ................................................................................... 39

1. Tugas Badan Pembinaan Ideologi Pancasila .............. 39

2. Fungsi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila ............. 42

BAB IV : KEDUDUKAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BADAN

PEMBINAAN IDEOLOGI PACASILA

A. Badan Pembinaan Ideologi Pancasila pasca Peraturan

Presiden Nomor 7 Tahun 2018 dengan Sistem Pemerintahan

Indonsia ........................................................................ 45

B. Pertanggungjawaban Badan Pembinaan Ideologi

Pancasila.............................................................................. 63

C. Pandangan Islam terhadap Pancasila ................................. 67

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................ 72

B. Rekomendasi ..................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 75

Page 10: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara hukum. Dengan kata lain, segala sesuatu yang

berlangsung di Indonesia didasarkan atas hukum atau konstitusi. Lahirnya

negara hukum banyak dipengaruhi oleh berbagai ideologi, falsafah bangsa,

maupun keadaan suatu negara. Terlihat juga dari faktor sejarah yang

memperngaruhi Indonesia sehingga terciptanya negara hukum.

Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk republik,

disebutkan dalam Pasal 1 Ayat (1) Undang Undang Dasar NRI 1945.

Sehubungan dengan adanya bentuk negara (staats vormen) yang ada di

berbagai dunia pembicaraan mengenai bentuk negara dikenal ada beberapa

jenis, antara lain:1 1) Bentuk negara kesatuan (unitary state, eenheidstaat), 2)

Bentuk negara serikat (federal, bonds-staat), dan 3) Bentuk konfederasi

(confederation, staten-bond).

Penegasan adanya bentuk negara kesatuan ini melekat kepada republik

Indonesia sampai kapanpun sesuai dengan ketentuan Pasal 37 Ayat (5)

Undang Undang Dasar NRI 1945 yang menyebutkan bahwa, “Khusus

mengenai bentuk negara Kesatuan Republik Indonesia, tidak dapat diakukan

perubahan”. Salah satu ahli hukum berpendapat:

“...negara kesatuan adalah negara yang tidak tersusun daaripada beberapa

negara, seperti halnya dalam negara federasi, melainkan negara itu sifatnya

tunggal, artinya hanya ada satu negara, tidak ada negara didalam negara. Jadi

dengan demikian, didalam negara kesatuan itu juga hanya ada satu

pemerintahan,yaitu pemerintahan pusat yang mempunyai kekuasaan atau

wewenang tertinggi dalam segala lapangan pemerintahan. Pemerintahan

pusat inilah yang pada tingkat terakhir dan tertinggi dapat memutuskan

1 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitualisme Indonesia, (Jakarta: Sekertariat Jendral

dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2005), h. 259.

Page 11: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

2

segala sesuatu dalam negara tersebut”, Abu Daud Busoh.2 Dari pernyataan

tersebut dapat dikatakan bahwa negara Indonesia dianggap negara kesatuan

menurut teori dengan praktiknya. Hal ini dapat dilihat dengan adanya

pemerintahan pusat di Indonesia. Pemerintah pusat tidak boleh sewenang-

wenang atau menyalahgunakan kekuasaannya untuk menentukan kebijakan

yang dikeluarkan.

Indonesia juga katanya menganut Trias Politika yang diciptakan oleh

Montesquieu sebagai bentuk pencegahannya. Montesquieu membagi

kekuasaan negara enjadi tiga cabang, yaitu: a) Kekuasaan Legislatif sebagai

pembuat undang undang; b) Kekuasaan Eksekutif yang melaksanakan; dan c)

Kekuasaan Yudikatif atau kekuasaan untuk menghakimi.3 Pembagian cabang

kekuasaan eksekutif juga dibantu dengan adanya kementerian yang dibentuk

oleh kepala pemerintahan yaitu, Presiden. Undang-Undang Nomor 39 Tahun

2008 tentang Kementerian Negara, menyebutkan berbagai Kementerian

dibawah kekuasaan eksekutif untuk membantu Pemerintah. Namun

terkadang dalam menjalankan tugas dan fungsinya lembaga-lembaga tersebut

baik legislatif, eksekutif dan yudikatif akan menemukan kendala yang

menghambat jalannya tugas dan fungsi tersebut. Sehingga pada zaman

modern ini, dan sudah bermunculan lembaga-lembaga baru untuk dijadikan

solusi masalah tersebut.

Lembaga-lembaga yang dimaksud adalah lembaga independen atau

lembaga negara baru di luar UUD 1945 NRI. Di Indonesia sendiri sudah

dibentuk beberapa lembaga independen untuk menjawab kerisauan

masyarakat terhadap kinerja lembaga-lembaga negara yang ada tetapi

dianggap belum mampu untuk menjalankan tugas dan fungsi kekuasaan

sebagaimana seharusnya. Pada Agustus Tahun 2017 dikeluarkanlah

2 Abu Daud Busroh, Ilmu Negara, (Jakarta: Bumi Aksara, 1990), h. 64-65.

3 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Tata Negara Jilid II, (Jakarta: Sekretariat Jendral dan

kepaniteraan Mahkamah konstitusi RI, 2006), h. 13.

Page 12: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

3

Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 57 Tahun 2017 tentang Unit Kerja

Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UK-PIP).

Pembentukan UKP-PIP sesuai isi konsideran pertama, dalam rangka

aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

perlu dilakukan pembinaan ideologi Pancasila terhadap seluruh

penyelenggara negara. Sesuai Pasal 3 Perpres Nomor 57 Tahun 2017 tentang

Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila menyatakan, “UKP-PIP

mempunyai tugas membantu Presiden dalam merumuskan arah kebijakan

umum pembinaan ideologi Pancasila dan melaksanakan koordinasi,

sinkronisasi, dan pengendalian pembinaan ideologi Pancasila secara

menyeluruh dan berkelanjutan”.

Pembentukan UKP-PIP mengacu kepada nilai-nilai dasar ideologi

Pancasila di era reformasi tentu bukan menjadi hal yang mudah untuk

diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Tentu hal ini dapat dipengaruhi

dari beberapa faktor baik itu dari internal pribadi yang memuat kondisi

lingkungan sosial kemasyarakatan, maupun lingkungan eksternal berupa

sistem ketatanegaraan yang berlaku pada saat ini. Sistem ketatanegaraan

berkembang seiring dengan perkembangan negara dari tahun ke tahun yang

juga berdampak pada tingkat kemampuan warga negara untuk berpartisipasi

dalam menjalankan hak dan kewajibannya.

Jimly Asshiddiqie menyebutkan bahwa lembaga-lembaga baru tersebut

bisa disebut state auxiliary organs atau auxiliary institutions sebagai

lembaga negara yang bersifat penunjang. Diantara lembaga-lembaga itu,

kadang-kadang ada juga yang disebut sebagai self regulatori agencies,

independent supervisory bodies, atau lembaga-lembaga yang menjalankan

fungsi campuran (mix function) antara fungsi-fungsi regulatif, administratif

dan fungsi penghukuman yang biasa dipisahkan tetapi justru dilakukan

secara bersamaan oleh lembaga-lembga baru tersebut. Bahkan ada lembaga-

lembaga yang disebut sebagai quasi non-governmental organization.4

4 Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negar Pasca Reformasi,

(jakarta: Sinar Grafika, 2010), h. Vi.

Page 13: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

4

Namun UKP-PIP mengalami perubahan nama untuk memperkuat tugas,

fungsi serta kedudukannya menjadi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila

(BPIP) sesuai Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2018 tentang Badan

Pembinaan Ideologi Pancasila. Dikarenakan banyaknya perdebatan mengenai

pembentukan lembaga baru ini.

Secara teoritis, perkembagan lembaga baru selain lembaga negara yang

telah eksis sebelumnya menjadi fenomena menarik yang penting untuk

dicermati. Dalam konteks transisi demokrasi di Indonesia menjadi

kelaziman, bahkan suatu keharusan, berdasarkan semakin tingginya demand

dari masyarakat sipil (baik nasional maupun global) terhadap struktur

ketatanegaraan yang “diharuskan” memperhatikan konsep-konsep atau ide-

ide mengenai hak asasi manusia dan demokrasi. Hal yang paling signifikan

dalam perkembangan dan pembentukan institusi demokratis tersebut tidak

lain adalah pembentukan komisi-komisi negara yang sering kali disebut

sebagai lembaga-lembaga negara (independen).5

Dalam perjalanannya, lembaga-lembaga independen di Indonesia ini

harus terus melakukan tugas dan fungsi kelembagaannya secara baik dan

berbeda dari tugas dan fungsi lembaga-lembaga negara yang sudah ada

sebelumnya. Apabila lembaga independen tidak mampu mempertahankan

tugas dan fungsi yang dimiliki dan mempertanggungjawabkannya tentu akan

ada tindakan dari pemerintah bahkan sampai pada kebijakan untuk

membubarkan lembaga independen yang pembentukannya diperuntukan

untuk menopang tujuan nasional.

Dari era reformasi hingga sekarang sudah banyak lembaga independen

yang dibentuk dan di bubarkan oleh pemerintah. Tentu ini menjadi catatan

besar dan evaluasi penting bagi pengadaan atau pembentukan kelembagaan

baru. Alasan yang mendasar dari pembubaran tersebutpun beragam dari

tupang tindih tugas dan fungsi antar lembaga, keefektifitasan dan efesiensian

5 Firmansyah Arifin, et all, Lembaga Negara dan Sengketa Kewenangan Antar Lembaga

Negara, (Jakarta: Konsorsium Freformasi Hukum Nasional Bekerjasama dengan Mahkamah

Konstitusi RI, 2005), h. 53.

Page 14: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

5

kelembagaan, hingga pertanggungjawaban lembaga. Oleh karena itu, perlu

adanya pendalaman baru atau pemikiran yang matang untuk pembentukan

suatu lembaga independen yang kedudukannya berhubungan dengan sistem

tata negara di Indonesia.

Berkenaan dengan latar belakang di atas, maka penelti mengangkat judul

dalam penelitian ini adalah “KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN

PEMBINAAN IDEOOGI PANCASILA DALAM SISTEM

PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang Undang

Nomor 39 Tahun 2008 dan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2018)”.

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat diidentifikasi

beberapa permasalahan tentang kelembagaan di Indonesia yang sedang

marak diperbincangkan masyarakat. Peneliti mengidentifikasi masalah

peneitian ini kedalam beberapa poin, yaitu sebagai berikut:

a. Kedudukan kelembagaan BPIP di indonesia yang tidak sesuai

dalam sistem pemerintahan di Indonesia.

b. Mekanisme Pertanggungjawaban Lembaga Non Struktural BPIP

yang masih belum jelas.

c. Kualifikasi perbedaan tugas dan kewenangan BPIP dengan

lembaga negara lainnya.

d. Belum adanya check and balances antar lembaga baik eksekutif,

legislatif, yudikatif dan Lembaga-lembaga pemerintahan yang

lainnya.

e. Urgensi keberadaan BPIP yang masih menjadi pro kontra

dikalangan masyarakat.

2. Pembatasan Masalah

Mengingat banyaknya masalah tentang kelembagaan pemerintah yang

ada di Indonesia, maka dalam penelitian ini akan dibatasi pada

Page 15: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

6

kedudukan dan pertanggungjawaban Badan Pembinaan Ideologi

Pancasila dalam sistem pemerintahan di Indonesia.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan peneliti,

untuk itu pokok rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan ilmiah adalah

1. Bagaimana kedudukan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila

berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2018 dan Undang

Undang Nomor 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara?

2. Bagaimana pertanggungjawaban Badan Pembinaan Ideologi

Pancasila dalam sistem pemerintahan Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui kedudukan Badan Pembinan Ideologi Pancasila dalam

sistem pemerintahan di Indonesia berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang terkait.

2. Untuk mengetahui pertanggungjawaban Badan Pembinaan Ideologi

Pancasila di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoris

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

pandangan baru terhadap lembaga non struktural di Indonesia. Memperkaya

pemikiran ilmu pengethuan baik dibidang hukum umum maupun hukum

kelembagaan negara khususnya.

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini, yaitu:

a. Bagi Akademis

Sebagai referensi lanjutan penelitian yang berkaitan dengan Badan

Pembinaan Ideologi Pancasila dan menambah pengalaman dan

pengetahuan yang dapat diterapkan dalam bentuk nyata sebagai

pertisipasi dalam pembangunan negara dan masyarakat Indonesia

Page 16: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

7

berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar NRI 1945 serta

kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat internasional.

b. Bagi Masyarakat Umum

Diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat

mengenai kelembagaan di Indonesia karena masyarakatlah yang akan

merasakan dampak dengan keberadaan lembaga-lembaga negara di

Indonesia.

c. Bagi Pemerintah

Dapat memberikan masukan kepada pemerintah untuk mengambil

kebijakan-kebijakan yang mendukung atau meniadakan keberadaan

suatau lembaga pemerintahan di Indonesia.

E. Metode Penelitian

1. Tipe Penelitian

Dalam penyusunan skripsi tipe penelitian yang digunakan adalah

penelitian normatif-yuridis. Dapat dikatakan bahwa penelitian hukum

yang diambil dari peraturan perundang-undangan yang berlaku di

masyarakat.

Penelitian hukum normatif sendiri mencakup:6

a. Penelitian terhadap asas-asas hukum

b. Penelitian terhadap sistematika hukum

c. Penelitian terhadap sinkronisasi hukum

d. Penelitian sejarah hukum

e. Penelitian perbandingan hukum

Penelitian menggunakan metode penelitian yuridis yang tidak

membutuhkan populasi dan sempel karena jenis penelitian ini

menekankan pada aspek pemahaman suatu norma hukum yang terdapat

di dalam perundang-undangan serta norma-norma yang hidup dan

berkembang di masyarakat.penelitian kualitatif menggunakan lingkungan

6 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Univrsitas Indonesia, 2008),

h. 51.

Page 17: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

8

yang menjadi penelitiannya sebagai sumber data.7 Peneliti menggunakan

analisa deskriptif tanpa menggunakan angka karena lebih mengutamakan

proses terjadinya suatu peristiwa dalam situasi yang dialami.

2. Bahan Hukum

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer,

sekunder dan tersier.

a. Data Primer

Pada umumnya data primer mengandung data aktual yang didapat

dari penelitian ini adalah Undnag Undnag Nomor 39 Tahun 2008

tentang Kementerian Negara, Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun

2018 tentang Badan Pembinaan Ideologi Pancasila.

b. Data Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang menjelaskan

bahan hukum primer.8 Data sekunder antara lain mencakup dokumen

resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan,

buku harian, dan seterusnya.9 Data sekunder dalam penelitian ini

adalah hasil wawancara yang peneliti lakukan bersama Sekretaris

Utama Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, yaitu DR.Drs. Kajono,

S.H., M.Hum.

c. Data Tersier

Bahan hukum tersier merupakan petunjuk atau penjelasan

bermakna terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti

kamus, esiklopedia, artikel, koran, majalah, situs, internet, jurnal

politik dan pemerintahan serta makalah yang berkaitan.

7 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D, (Badung: Alfabeta, 2005),

h.46.

8 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Univrsitas Indonesia, 2005),

h. 52.

9 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum ... h. 12.

Page 18: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

9

3. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengolahan data dalam penelitian kualitatif ini, data

disusun alam bentuk tabel untuk kemudahan penyusunan dan

penghitungan disalam penelitian.

Teknik analisa data dalam penelitian ini diawali dengan

mengumpulkan berbagai dokumen peraturan perundang-undangan dan

bahan hukum lainya yang berhubungan dengan penelitian ini. Kemudian

peneliti akan mengkaji isi baik dari segi kata, makna, ide, simbol dan

pesan lainnya yag dimaksud dalam peraturan undang-undang tersebut.

Secara detail langkah-langkah yang peneliti lakukan antara lain,

pertama, semua bahan dikumpulkan dan diklasifikasikan menurut objek

bahasannya. Kedua, kemudian dilakukan ekplikasi yag diuraikan dan

dijelaskan objek yang diteliti berdasarkan teori. Ketiga, dilakukan

evaluasi pada bahan, yakni dinilai menggunakan ukuran ketenuan hukum

maupun teori hukum yang berlaku.

4. Metode Penulisan

Dalam penyusunan skripsi ini peneliti menggunakan metode

penulisan sesuai dengan sistematika penelitian skripsi pada “Buku

Pedoman Penelitian Skripsi UIN Jakarta Tahun 2017”.

F. Rancangan Sistematika Penelitian

Skripsi ini disusun dengan sistematika yang terbagi menjadi lima bab.

Masing-masing bab terdiri dari subbab sesuai yang dibahas dan diteliti. Adapun

pernyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, memuat: latar belakang masalah, identifikasi,

batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, metode penelitian, rancangan sistematika penelitian.

BAB II TINJAUAN UMUM IDEOLOGI NEGARA DAN LEMBAGA-

LEMBAGA DI INDONESIA, didahului kerangka konsep

pembahasan dari teori-teori hukum tentang lembaga negara;

Pancasila dan UUD 1945, Lembaga Negara; 1. Lembaga eksekutif

Page 19: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

10

(a. Kementerian, b. Lembaga non struktural, c. Lembaga Non

Kementerian), 2. Lembaga legislatif, 3. Lembaga yudikatif, dan

diakhiri tinjauan (review) kajian terdahulu.

BAB III KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI

PANCASILA berisi tentang; Sejarah Pembentukan Badan

Pembinaan Ideologi Pancasila (a. Badan Pembina Pendidikan

Palaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pencasila, b.

Unit Kerja Pembinaan Ideologi Pancasila, c. Badan Pembinaan

Ideologi Pancasila) dan Tugas dan Wewenang Badan Pembinaan

Ideologi Pancasila.

BAB IV KEDUDUKAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BADAN

PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA; Analisis kedudukan

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila pasca Peraturan Presiden

Nomor 7 Tahun 2018 dalam sistem pemerintahan Indonsia dan

Pertanggungjawaban Badan Pembinaan Ideologi Pancasila.

BAB V PENUTUP; Kesimpulan dan Rekomendasi.

Page 20: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

11

BAB II

TINJAUAN UMUM LEMBAGA-LEMBAGA DI INDONESIA

DAN IDEOLOGI NEGARA

A. Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 NRI

Istilah ideologi berasal dari kata idea, yang artinya gagasan, konsep,

pengertian, dasar, cita-cita; dan logos yang berarti ilmu. Ideologi secara

etimologis, artinya ilmu tentang ide-ide (the science of ideas), atau ajaran

tentang pengertian dasar.1 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ideologi

didefinisikan sebagai kumppulan konsep bersisitem yang dijadikan atas

pendapat yang diberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup. Ideologi

juga diartikan sebagai cara berpikir sesorang atau suatu golongan. Ideologi

dapat diartikan paham, teori dan tujuan yang merupakan satu program sosial

politik.2

Secara umum arti utama dari ideologi terdiri dari tiga pemahaman yaitu,

pertama ideologi sebagai kesadaran palsu, kedua ideologi dalam arti netral

dan ketiga ideologi dalam arti keyakinan yang tidak ilmiyah, menurut Franz

Magnius-Suseno.3

Arti pertama, menjelaskan bahwa ideologi digunakan

sebagai kesadaran palsu agar para masyarakat mengakui dan meyakini

tentang keyakinan yang dimilik oleh seseorang. Kedua, menjelaskan bahwa

ideologi memiliki arti netral. Disebut netral karena baik buruknya tergantung

kepada isi ideologi tersebut. Sedangkan yang ketiga, menjelaskan bahwa

ideologi sebagai keyakinan yang tidak ilmiyah, bisanya digunakan dalam

filsafat dan ilmu-ilmu sosial yang positivistik yakni segala macam pemikiran

yang tidak dapat dibuktikan secara logis, metemtis atau empiris.

1

Kaelan, Negara Kebangsaan Pancasila: Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis dan

Aktualisasinya, (Yogyakarta: Paradigma, 2013), h. 60.

2 Suhardi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan

Indonesia, 2008), h. 517.

3 Sutrisno, Peran Ideologi Pancasila dalam Perkembngan Konsstitusi dan Sistem Hukum di

Indonesia, JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 1, No. 1, Juli 2016 ISSN 2527-

7057, h. 42.

Page 21: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

12

Pancasila merupakan akar budaya bangsa, oleh karena Pancasila ialah

cita-cita luhur bangsa Indonesia yang digali dari akar budaya bangsa (the

nation’s culture).4

Notonagoro menyatakan Pancasila merupakan dasar

filsafat Negara Republik Indonesi, Pancasila bukannya suatu kompensasi

politik, akan tetapi buah hasil perenungan jiwa yang dalam, buah hasil

penyelidikan cipta yang teratur dan saksama diatas basis pengetahuan dan

pengalaman yang luas yang tidak begitu saja diciptai oleh setiap orang.5

Pancasila sebagai ideologi nasional mengatasi faham perseorangan, golongan,

suku bangsa dan agama. Sehingga semboyan “Bhineka Tunggal Ika”

diterapkan bagi segala masyarakat Indonesia dalam kesatuan utuh. Pancasila

sebagai ideologi nasional berupaya meletakkan kepentingan bangsa dan

negara Indonesia ditempatkan dalam kedudukan utama diatas kepentingan

yang lainnya.

Ditinjau dari stufenbau des rechts theorie (teori pertingkatan hukum)

menurut Prof. Hans Kelsen, maka Pancasila itu berkedudukan sebagai

Grundnorm (Norma Dasar/Kaidah Dasar). Grundnorm merupakan kaidah

tertinggi, fundamental, dan menjadi inti (kern) dari setiap tatan kaidah hukum

dalam masyarakat yang teratur, termaksud di dalamnya negara, pada dasarnya

tidak berubah-ubah malainkan relatif “abadi”. Grundnorm atau dapat juga

disebut Staatsgrundnorm ini berada diatas Undang Undang Dasar atau

Konstitusi. Sementara itu, Undang Undang Dasar atau Konstitusi itu

merupakan hukum tertinggi dalam tatanan hukum nasional suatu negara. Oleh

karena itu, Grundnorm itu bersifat metayuridis.6

Filsafat pancasila adalah hasil berpikir atau pemikiran yang sedalam-

dalamnya dari bangsa Indonesia yang oleh bangsa Indonesia yang dianggap,

4 Backy Krisnayuda, Pancasila dan Undang-Undang: Relasi dan Transformasi Keduanya

dalam Sistem Ketatanegaraan di Indonesia, (Jakarta: Prenamedia Group, 2016), h. v.

5 Backy Krisnayuda, Pancasila dan Undang-Undang: Relasi dan Transformasi Keduanya

dalam Sistem Ketatanegaraan di Indonesia ... h. 12.

6 Riyanto,

Pancasila Dasar Negara Indonesia, Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-

37 No.3, (Juli-September, 2007), h. 468.

Page 22: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

13

dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma, nilai-nilai)

yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai

bagi bangsa Indonesia.7

Menurut Noorsyam, filsafat Pancasila memberi tempat yang tinggi dan

mulia atas kedudukan dan martabat manusia (sebagai implementasi sila

pertama dan kedua Pancasila). Karenanya setiap manusia seyogyanya

mengutamakan asas normatif religius dalam menjalankan kehidupanya,

sebagai berikut:8

1. Perlunya keseimbangan antara Hak Asasi Manusia (HAM) dengan

Kewajiban Asasi Manusia (KAM). HAM akan tegak bila manusia

menunaikan KAM sebagai amanah dari Tuhan.

2. Menunaikan KAM mencakup (i) pengakuan sumber HAM (life, lierty,

prosperity)adalah Tuhan, (ii) mengakui dan menerima penciptaan alam

semesta dan (iii) bersyukur kepada Tuhan atas anugerah dan amanah

yang diberikan kepada manusia.

Pancasila sebagai pandangan hidup negara Indonesia, sehingga wawasan

kebangsaan Indonesia harus sejalan dengan kandungan dari kelima sila dalam

Pancasila. Landasan UUD 1945 NRI juga memberikan batasan bahwa HAM

harus ditegakkan setegak-tegaknya dan bertentangan dengan segala bentuk

tindak penindasan oleh seorang manusia dengan manusia lain, kelompok

dengan kelompok lain ataupun satu negara dengan negara lain.

Secara konseptual, ada berbagai negara yang bertolak dari dasar-dasar

yang sama. Persamaan ini dapat terjadi atas dasar ideologi, keagamaan, dan

lain-lain. Dalam kenyataan, tidak pernah ada dua negara yang sama meskipun

bertolak dari ideologi yang sama.9 Seperti dikatan pengikut Von Savigny

7 Burhanuddin Salam, Filsafat Pancasilaisme, (Jakarta: Rineka Cipta), 1996, h. 25.

8 Iwan Nugroho, Jurnal Konstitusi: Nilai-Nilai Pancasila sebagai Falsafah Pandangan

Hidup Bangsa Untuk Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pembangunan Lingkingan

Hidup Vol. III, No. 2, (November, 2010), h. 111-112.

9 Bagir Manan dan Susi Dwi Harjanti, Memahami Konstitusi: Makna dan Aktualisasi,

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), h. 56.

Page 23: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

14

(Madzab Sejarah) bahwa hukum tertulis – termaksud UUD – memnag

merupakan perwujudan pemikiran dan kehendak pembuatnya. Tetapi sejak

saat berjalan atau dijalankan, hukum tertulis mempunyai kehidupan tersendiri

bebas dan lepas dari pikiran dan kehendak pembentuknya. Sejalan dengan

prinsip negara berdasarkan atas hukum, maka hukum – termaksud konstitusi

– menjadi sumber yang menentukan tingkah laku, termaksuk konsep dan

tingkah laku bernegara.10

Memperhatikan tulisan-tulisan, pembicaraan-pembicaraan para

pemimpin pergerakan kemerdekaan (pergerakan nasional) termaksud yang

diutarakan pada saat menyusun UUD 1945, paling tidak ada tiga konsep besar

kenegaraan yang mempengaruhi asas dan norma UUD 1945.11

a. Konsep kenegaraan yang berasal dari pemikiran barat,

b. Konsep negara yang berasal dari pemikiran asli rakyat (bangsa Indonesia,

c. Konsep kenegaraan yang bersumber pada pemikiran keagamaan.

Leon Duguit adalah seorang sarjana Perancis yang terkenal luas karya-

karyanya di bidang sosiologi hukum. Dalam bukunya Traite de Droit

Constitutionnel, Duguit memandang negara dari fungsi sosialnya (der leer

van de sociale funtie). Pemikiran yang dikembangkannya dapat dikatakan

sangat dipengaruhi oleh aliran sosiologi yang diprakasai oleh Auguste Comte

sehingga perspektif yang dibangunnya dalam memahami hukum tata negara

sangat sosiologis sifatnya (rechts-sociologisch beschowing). Baginya, hukum

merupakan penjelmaan de facto dari ikatan solidaritas sosial yang nyata.

Seperti yang dikemukakan oleh Hans Kelsen, bagi Leon Duguit dan

pengikutnya, “the true, i.e the ‘objective’ law (drot objectif) is implied by the

social solidarity”. Pengertian: (i) onderling hulpbetoon atau solidarismus

yang merupakan gejala kegotong royongan dalam bekerja untuk kepentingan

10

Bagir Manan dan Susi Dwi Harjanti, Memahami Konstitusi: Makna dan Aktualisasi ... h.

56.

11 Bagir Manan dan Susi Dwi Harjanti, Memahami Konstitusi: Makna dan Aktualisasi, ... h.

57-58.

Page 24: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

15

umum tanpa mengharapkan imbal jasa; dan (ii) wederkerige hulpbetoon atau

mustualismus yang merupakan gejala kegotong royongan dalam bekerja

saling tolong-menolong antar orang per orang dengan harapan di masa yang

akan datang akan mendapatkan balasan yang setimpal. Leon Duguit dikenal

pula dengan pendapatnya bahwa yang sesungguhnya berdaulat itu bukanlah

hukum yang tercantum dalam bunyi teks undang-undang, melainkan yang

terjelma dalam sociale solidariteiteit (solidarite sociale).12

Konstitusi memiliki arti penting dalam kehidupan bernegara. K.C.

Wheare menjelaskan istilah konstitusi, secara garis besarnya dapat dibedakan

kedalam dua pengertian, yakni: Pertama, istilah konstitusi dipergunakan

untuk menunjukan kepada seluruh aturan mengenai sistem ketatanegaraan.

Kedua, istilah konstitusi menunjuk kepada suatu dokumen yang memuat

aturan mengenai ketatanegaraan.13

E.C.S Wade mengatakan bahwa Undang

Undang Dasar adalah naskah yang menunjukan rangka dan tugas pokok dari

badan-badan pemerintahan suatu negara dan menyatakan pokok-pokok cara

kerja badan-badan tersebut.14

Sementara itu konstitusi terkadang dapat disebut juga sebagai State

Fundamental Norms, yaitu popok akidah yang mendasar dari suatu negara.

Suatu ketentuan dapat disebut sebagai State Fundamental Norms apabila

memenuhi syarat sebagai berikut: Pertama, dibuat oleh para pembentuk atau

pendiri negara. Kedua, isinya memuat asas kefilsafatan, asas politik negara,

tujuan yang hendak dicapai negara, dan pernyataan masih akan dibentuk

sebuah konstitusi. Ketiga, posisinya terpisah dari batang tubuh, walaupun

secara utuh dapat menjadi pasangan.15

12

Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2013), h. 97.

13 Montisa Mariana, Check and Balances antar Lembaga Negara didalam Sistem Politik

Indonesia, LOGIKA, Vol. XXI No. 1 Desember, 2017, h. 23.

14 Krisna Harahap, Konstitusi Republik Indonesia Menuju Perubahan ke-5; melengkapi

kajian komprehensif komisi konstitusi & DPD-RI, (Jakarta: DPD RI, 2009), h. 2.

15 Montisa Mariana, Check and Balances antar Lembaga Negara didalam Sistem Politik

Indonesia ... h. 23-24.

Page 25: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

16

Konstitusi Indonesia adalah UUD 1945, hukum yang dianggap paling

tinggi tingktannya dibawah ideologi Pancasila. Seperti yang dikatakan Jimly

Asshiddiqie rumusan dari tujuan konstitusi bangsa Indoneisia sesuai pendiri

negara (the founding fathers and mothers) adalah: (i) keadilan, (ii) ketertiban,

dan (iii) perwujudan nilai-nilai ideal seperti kemerdekaan atau kebebasan dan

kesejahteraan atau kemakmuran bersama. Pelaksanaan kedaulatan tersebut

tersebut disalurkan dan diselenggarakan menurut prosedur konstitusional

yang diatur dalam UUD 1945, sebagai peraturan dasar atau konstitusi yang

merumuskan dan mengatur sistem ketatanegaraan dan tata cara pelaksanaan

pemerintahan Indonesia.

B. Lembaga-lembaga di Indonesia

Kelembagaan sebagai suatu sistem organisasi formal dimunculkan

pertama sekali oleh Max Weber pada tahun 1947, menurutnya kelembagaan

merupakan tipe ideal bagi semua organisasi formal. Max Weber

mendefinisikan kelembagaan sebagai suatu bentuk organisasi yang ditandai

oleh hierarki, spesialisasi peranan dan tingkat kompetensi yang tinggi

ditunjukkan oleh para pejabat yang terlatih untuk mengisi peran-peran

tersebut. Ciri organisasi yang mengikuti sistem kelembagaan ini adalah

pembagian kerja dan spesialisasi, orientasi impersonal, kekuasaan hierarkis,

peraturan-peraturan, karir yang panjang dan efisiensi. Cita-cita utama dari

sistem kelembagaan adalah mencapai efisiensi kerja yang seoptimal mungkin.

Menurut Weber organisasi kelembagaan dapat digunakan sebagai pendekatan

efektif untuk mengontrol pekerjaan manusia sehingga sampai pada

sasarannya, karena organisasi kelembagaan punya struktur yang jelas tentang

kekuasaan dan orang yang punya kekuasaan mempunyai pengaruh sehingga

dapat memberi perintah untuk men-destribusikan tugas kepada orang lain.16

Kelembagaan berasal dari kata bureaucracy, diartikan sebagai suatu

organisasi yang memiliki rantai komando dengan bentuk piramida, dimana

lebih banyak orang berada ditingkat bawah daripada di tingkat atas, biasanya

16

Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Amandemen,

(Jakarta: Sinar Grafika, 2010).

Page 26: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

17

ditemui pada instansi yang sifatnya administratif maupun militer. Kemudian,

selain pengertian tentang kelembagaan ada pula pemahaman tentang negara.

Menurut Soemantri, negara adalah suatu organisasi kekuasaan, oleh

karenanya dalam setiap organisasi yang bernama negara, selalu kita jumpai

adanya organ atau alat kelengkapan yang mempunyai kemampuan untuk

memaksakan kehendak kepada siapapun juga yang bertempat tinggal di

dalam wilayah kekuasaannya.17

Menurut LJ Apeldoorn pengertian negara

menunjuk pada berbagai gejala yang sebagian termaksud pada kenyataan, dan

sebagian lagi menunjukan gejala-gejala hukum. Lebih lanjut dikemukakan

bahwa negara mempunyai berbagai arti, yaitu:18

a. Perkataan negara dipakai dalam arti penguasa, jadi untuk menyatakan

orang atau orang-orang yang memiliki kekuasaan tertinggi atas

persekutuan rakyat yang bertempat tinggal dalam suatu daerah;

b. Perkataan negara juga dapat diartikan sebagai persekutuan rakyat, yakni:

untuk menyatakan suatu bangsa yang hidup dalam suatu daerah, di

bawah kekuasaan tertinggi,menurut kaidah-kaidah hukum yang sama;

c. Negara ialah suatu wilayah tertentu. Dalam hal ini, perkataan negara

dipakai untuk menyatakan suatu daerah, dimana diam suatu bangsa di

bawah kekuasaan yang tertinggi;

d. Negara diartikan sebagai kas negara atau fiskus, yang dimaksud ialah

harta yang dipegang oleh penguasa gunakepentingan umum.

Hans Kelsen dalam bukunya yang berjudul General Theory of Law and

State menyatakan bahwa siapa saja yang menjalankan fungsi yang ditentukan

oleh suatu tata hukum adalah suatu organ (whoever fulfills a function

determined by the legal order is an organ).19

Istilah organ negara atau

17

H Inun Kencana Syarif, Pengantar Ilmu Pemerintahan (edisi revisi), (Bandung: PT

Rafika Aditama, 2004), h. 17.

18 B. Hestu Cipto Handoyo, Hukum Tata Negara Indonesia, (Yogyakarta: Universitas Atma

Jaya Yogyakarta, 2009), h. 9.

19 Hans Kelsen, General Theory of law and State (translate by Andres Wedberg),

(Cambridge: Harvard University Press, 1945), h. 192.

Page 27: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

18

lembaga negara dapat dibedakan dari perkataan organ atau lembaga swasta,

lembaga masyarakat, atau yang biasa disebut Ornop atau Organisasi

Nonpemerintahan yang dalam bahasa Inggris disebut Non-Government

Organization atau Non-Governmental Organization (NGO’s). Lembaga

negara itu dapat berada dalam ranah legislatif, eksekutif, yudikatif, ataupun

yang bersifat campuran.20

Menurut Hanafie, Lembaga adalah suatu badan,

organisasi, kaidah, dan norma-norma baik formal maupun informal sebagai

pedoman untuk mengatur perilaku segenap anggota masyarakat baik dalam

kegiatan sehari-sehari atau dalam mencapai suatu tujuan tertentu.

Konsepsi tentang lembaga negara ini dalam bahasa Belanda biasa disebut

staatsorgaan. Dalam bahasa Indonesia hal itu identik dengan lembaga negara,

badan negara,atau disebut dengan organ negara. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, kata “lembaga” diartikan sebagai: (i) asal mula atau bakal (yang

akan menjadi sesuatu); (ii) bentuk asli (rupa, wujud); (iii) acuan, ikatan; (iv)

badan atau organisasi yang bertujuan melakukan penyelidikan keilmuan atau

melakukansuatu usaha;dan (v) pola perilaku yang mapanyang terdiri atas

interaksi sosialyang berstruktur.21

Lembaga negara yang diatur dan dibentuk oleh Undang Undang Dasar

merupakan organ konstitusi, sedangkan yang dibentuk berdasarka Undang-

Undang meruakan organ Undang-Undang, sementara yang hanya dibentuk

karena keputusan Presiden tentunya lebih rendah lagi tingkatan dan derajat

perlakuan hukum terhadap pejabat yang duduk didalamnya. Demikian pula

jika lembaga yang dimaksud dibentuk dan diberi kekuasaan berdasarkan

Peraturan Daerah, tentu lebih rendah lagi tingkatannya. Kedudukan lembaga

20

Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Amandemen,

(Jakarta: Sinar Grafika, 2010), h. 27.

21 Jimly Asshiddiqie, Menjaga Denyut Nadi Konstitusi: Refleksi Satu Tahun Mahkamah

Konstitusi, (Jakarta: Konstitusi Press, 2004), hlm. 60-61.

Page 28: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

19

yang berbeda-beda inilah yang ikut mempengaruhi keududukan peraturan

yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga tersebut.22

Secara umum, konstitusi dapat dikatakan demokratis mengandung

prinsip dalam kehidupan bernegara yaitu salah satunya adanya pembagian

kekuasaan berdasarkan trias politica dan adanya kontrol serta

keseimbangan lembaga-lembaga pemerintahan.23

Lembaga-lembaga

bentukan pemerintah lebih sering disempurnakan agar mampu berfungsi

sebagai tumpuan untuk menunjang terciptanya pembangunan yang sesuai

dengan kebutuhan negara. Lembaga-lembaga di Indonesia antara lain:

1. Lembaga Eksekutif

Cabang kekuasaan eksekutif adalah cabang kekuasaan yang

memegang kewenangan administrasi pemerintahan negara yang tertinggi.

Dalam hubungan ini, di dunia dikenal adanya tiga sistem pemerintahan

negara, yaitu: (i) sistem pemerintahan presidentil; (ii) sistem

pemerintahan parlementer atau sistem kabinet; dan (iii) sistem

campuran.24

Dalam konstitusi kita pemilihihan eksekutif atau yang sering

kita sebut Presiden dan Wakil Presiden dilakukan secara langsung pada

sistem Pemilihan Umum (Pemilu). Kemudian, untuk membantu ranah

eksekutif hadirlah Kementerian Negara untuk membantu Presiden dan

Wakil Presiden menjalankan amanatnya dan mengatur arah kebijakan

Negara.

Secara horizontal, yang dapat dimasukan kedalam katagori lembaga

pemerintahan ditingkat pusat setidakya adalah kantor lembaga

kepresidenan, kantor departemen pemerintahan, kantor kementerian

tanpa portofolio, dan kantor badan-badan pemerintahan

22

Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi ...

h. 37.

23 Azyumardi Azra dan Komaruddin Hidayat, Pendidikan Kewargaan (Civic Education),

demokrasi,Hak Asasi Manusia dan Masyaraka ... h. 73.

24 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, ... h. 323.

Page 29: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

20

nondepartemen.25

Adapun secara vertikal, organisasi pemerintahan

tersusun mulai dari pusat sampai ke tingkat desa atau kelurahan.

Komisi Konstitusi berpandangan Presiden memang membutuhkan

suatu badan yang dapat memberikan nasehat dan pertimbangan,

khususnya yang menyangkut penyelenggaraan pemerintah yang bersih

dan berwibawa untuk mengatasi berbagai permasalahan negara yang

sedang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini dan yang akan datang.26

Di Indonesia sebagai pelaksana eksekutif tentunya Presiden dan Wakil

Presdien yang sedang menjabat sesuai masa jabatannya. Sehingga

kekuasaan eksekutif dipegang dan dijalankan oleh Presiden dan Wakil

Presiden secara bersama.

Kelembagaan eksekutif membentuk beberapa badan lembaga

dibawahnya untuk membantu kinerja dan mewujudkan tujuan negara.

Lembaga-lembaga tersebut adalah:

a. Kementerian

Presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan, dalam

menjalankan tugasnya di bantu oleh menteri-menteri negara yang

memebidangi urusan tertentu di bidang pemerintahan. Setiap menteri

memimpin kementerian negara untuk menyelenggarakan urusan tertentu

dalam pemerintahan guna mencapai tujuan negara sebagaimana

dimanatkan dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 bahwa sesuai

ketentuan Pasal 17 ayat (4).

Keberadaan Kementerian Negara Republik Indonesia diatur secara

tegas dalam Pasal 17 UUD NRI 1945, yang menyatakan:

1. Peresiden dibantu oleh menteri-menteri negara.

2. Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.

3. Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.

25

Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, (Jakarta: Sinar

Grafka, 2012), h. 167.

26 Krisna Harahap, Konstitusi Republik Indonesia Menuju Perubahan ke-5; melengkapi

kajian komprehensif komisi konstitusi & DPD-RI ... h. 122.

Page 30: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

21

4. Pembentukan, pengubahan dan pembubaran kementerian negara

diatur dalam undang-undang.

Selain diatur dalam UUD kementerian negara juga diatur dalam

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara.

Undang-Undang ini mengatur semua hal tentang Kementerian Negara

seperti kedudukan, tugas pokok, fungsi, susunan organisasi,

pembentukan, pengubahan, penggabungan, memisahkan dan/atau

mengganti, pembubaran/penghapusan kementerian, hubungan fungsional

kementerian dengan lembaga non kementerian dan pemenrintah daerah

serta pengangkatan dan pemberhentian menteri.

Adapun urusan pemerintahan yang menjaid tanggungjawab

kementerian negara terdiri atas: 27

1. Urusan pemerintahan yang nomenklatur kementeriannya secara

tegas disebutkan dalam UUD NRI 1945, meliputi urusan luar negeri,

dalam negeri, dan pertahanan.

2. Urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya disebutkan dalam UUD

NRI 1945, meliputi urusan agama, hukum, keuangan, keamanan, hak

asasi manusia, pendidikan, kebudayaan, kesehatan, sosial,

ketenagakerjaan, industri, perdagangan, pertambangan, energi,

pekerjaan umum, transmigrasi, transportasi, informasi, komunikasi,

pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, kelautan dan

perikanan.

3. Urusan pemerintahan dalam rangka penajaman, koordinasi dan

sinkronisasi program pemerintah, meliputi urusan perencanaan

pembangunan nasional, aparatur negara, kesekretariatan negara,

badan usaha milik negara, pertanahan, kependudukan, lingkungan

hidup, ilmu pengetahuan, teknologi, investasi, koperasi, usaha kecil

dan menengah, pariwisata, pemberdayaan perempuan, pemuda, olah

raga, perumahan dan pembangunan kawasan atau daerah tertinggal.

27

Pasal 5 Undnag Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara.

Page 31: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

22

Dalam menjalankan tugas dan fungsinyakementerian negara

memiliki susunan organisasi untuk menjalankan urusan menteri,

sekretariat jenderal, direktorat jenderal, inspektorat jenderal dan

pelaksana tugas pokok di daerah dan/atau perwakilan luar negeri sesuai

dengan peraturan prundang-undangan. Dalam hal tersebut beban kerja

yang membutuhkan penanganan khusus Presiden dapat mengangkat

wakil menteri pada kementerian tertentu, hal tersebut diatur lebih lanjut

dengan peraturan presiden.

Selanjutnya, Kementerian diatur dalam Undang-Undang Nomor 39

Tahun 2008 tentang Kementerian Negara. Pasal 7 Undang-Undang

Nomor 39 Tahun 2008 menyebutkan Kementerian mempunyai tugas

menyelenggarakan urusan tertentu dalam pemerintahan untuk membantu

Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.

Di Indonesia salah satu contohnya seperti Kementerian Badan Usaha

Milik Negara atau biasa yang disebut Kementerian BUMN yang

membidangi urusan pembinaan BUMN. Kementerian BUMN dipimpin

oleh seorang Mentri, sejak 27 Oktober 2014 bernama Rini Soemarno.

Kementerian BUMN dalam Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010,

memiliki tugas menyelenggarakan urusan dibidang pembinaan badan

usaha milik negara dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam

menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugas,

Kementerian BUMN memiiki fungsi: (a) Perumusan dan penetapan

kebijakan dibidang pembinaan badan usaha milik negara, (b) Koordinasi

dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan dibidang pembinaan badan usaha

milik negara, (c) Pengelolaan barang/kekayaan yang menjadi

tanggungjawab Kementerian BUMN, (d) Pengawasan atas pelaksanaan

tugas di lingkungan Kementerian BUMN.

b. Lembaga Non Struktural

Selain tiga poros kekuasaan tersebut diatas ternyata di Indonesia

masih dikenal berbagai macam organ/lembaga negara dalam

Page 32: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

23

perkembangannya yang domain kekuasaannya cenderung masuk dalam

domain kekuasaan eksekutif yag lazim penyebutannya diawali dengan

kata depan komisi.28

Di berbagai negara dibentuklah berbagai organisasi

atau lembaga yang disebut dengan rupa-rupa istilah seperti dewan,

komisi, badan, otorita, lembaga, agencies, dan sebagaiya selain dari

lembaga kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif.

Lembaga negara yang terkadang juga disebut dengan istilah lembaga

pemerintahan nodeprtemen, atau lembaga negara saja, ada yang dibentuk

bedasarkan atau karena diberi kekuasaan oleh Undang Undang Dasar,

ada pula yang dibentuk dan mendapatkan kekuasaan dari undang-undang,

dan bahkan ada pula yang hanya dibentuk berdasarkan Keputusan

Presiden.29

Menurut R. Rhodes, lembaga-lembaga seperti ini mempunyai tiga

peran utama. Pertama, lembaga-lembaga tersebut mengelola tugas yang

diberikan pemerintah pusat dengan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan

berbagai lembaga lain (coordinate the activities of the various other

agencies). Misalnya, Regional Department of the Environment Offices

melaksanakan program Housing Investment dan mengkoordinasikan

berbagai usaha real-state di wilayahnya. Kedua, melakukan pemantauan

(monitoring) dan memfasilitasi pelaksanaan berbagai kebijakan atau

policies pemerintah pusat. Ketiga, mewakili kepentingan daerah dalam

berhadapan dengan pusat.30

Zoelva kemudian mendefinisikan lembaga non struktural sebagai

institusi yang dibentuk karena urgensi terhadap tugas khusus tertentu

yang tidak dapat diwadahi dalam kelembagaan pemerintah

(konvensional) dengan keunikan tertentu dan meniliki karakterstik tugas

28

Mexsasai Indra, Dinamika Hukum Tata Negara di Indonesia, (Bandung: PT. Refika

Aditama, 2011), h. 153.

29 Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Amandemen

... h. 37.

30 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, ... h. 338.

Page 33: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

24

yang urgen, unik, dan terintegrasi secara efektif.31

Muladi kemudian

mendefinisikan Lembaga Non Struktural (LNS) sebagai suatu lembaga

negara independen (national commission) yang bertujuan untuk

mengakomodasi kepentingan negara melalui pengaturan dan pelayanan

kepada masyarakat untuk mewujudkan tujuan nasional.32

Lembaga non struktural independen memiliki ciri sebagai berikut:33

1. Independen dalam hal ini memiliki makna bahwa pemberhentian

anggota hanya dapat dilakukan berdasarkan sebab-sebab yang diatur

dalam undang-undang pembentukannya, tidak seperti lembaga biasa

yang dapat diberhentikan sewaktu-waktu oleh Presiden.

2. Memiliki kepemimpinan yang kolektif.

3. Kepemimpinan tidak sikuasai mayoritas partai tertentu.

4. Masa jabatan komisi tidak habis bersamaan tetapi bergantian

(staggered terms)

5. LNS tersebut juga diidentifiksi sebagai lembaga yang berfungsi

diluar fungsi legislatif, yudikatif dan eksekutif atau mungkin juga

campur sari daintara ketiganya.

Di Indonsia pembentukan LNS dapat diamanatkan dengan beberapa

dasar hukum atau peraturan perundang undangan, dibentuk berdasarkan

Undang-Undang, berdasarkan Peraturan Pemerintah, berdasarkan

Peraturan Presiden, atau berdasarkan Keputusan Presiden. Salah satu

contohnya adalah Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). KPI adalah sebuah

lembaga independen di Indonesia yang kedudukannya setingkat dengan

lembaga negara lainnya yang berfungsi sebagai regulator penyelenggaran

31

Hamdan Zoelva, Tinjauan Konstitusional Penataan Lembaga Non-Struktural di

Indonesia, (Sekretariat Negara RI, November, 2010), h. 68.

32 Muladi, Penatan Lembaga Non-Struktural (LNS) dalam Kerangka Reformasi Birokrasi

serta Upaya Formulasi Kebijakan Strategis Kelembagaan Negara, (Sekretariat Negara: November

2010), h. 24.

33 Pusat Kajian Kinerja Kelembagaan, Kajian Desain Kelembagaan Pemerintah (Arsitektur

Kelembagaan Tahun 2014-2019), , (Jakarta: Deputi Bidang Kelembagaan & Suber Daya Aparatur

Negara, LAN, 2013) h. 79.

Page 34: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

25

penyiaran di Indonesia. Komisi ini berdiri sejak tahun 2002 berdasarkan

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 tentang

Penyiaran. Dalam Undang Undang tersebut terdapat dua prinsip yaitu

Diversity of Content (prinsip keberagaman isi) dan Diversity og

Ownership (prinsip keberagaman kepemilikan).

Kedua prinsip tersebut menjadi lanasan bagi setiap kebijakan yang

dirimuskan oleh KPI. Pelayanan informasi yang sehat berdasarkan

prinsip keberagaman isi adalah tersedianya informasi yang beragam bagi

publik baik berdasarkan jenis program maupun isi program. Sedangkan

prinsip keberagaman kepemilikan adalah jaminan bahwa kepemilikan

media massa yang ada di Indonesia tidak terpusat dan dimonopoli oleh

segelintir orang atau lembaga saja. Prinsip ini juga menjamin iklim

persaingan yang sehat antara pengelola media massa dalam dunia

penyiaran di Indonesia.

c. Lembaga Pemerintah Non Kementerian

Selain memiliki kementerian Indonesia juga memiliki Lembaga

Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang sebelumnya bernama

lembaga pemerintah non departemen. Lembaga pemerintah non

kementerian merupakan lembaga negara yang dibentuk untuk membantu

Presiden dalam melaksanakan tugas pemerintahan tertentu. LPNK

didirikan dengan tujuan untuk melaksanakan tugas khusus yang

didelegasikan kepadanya oleh Presiden. Oleh karena itu, LPNK berada

dalam lingkup kekuasaan eksekutif. LPNK berada dibawah Presiden dan

bertanggungjawab langsung kepada Presiden. Selain itu, pembentukan

dan pembubaran lembaga tergantung kepada keinginan dan kewenangan

Presiden.34

LPNK diatur lebih jelas dalam BAB IV Undnag-Undang Nomor 39

Tahun 2008 tentang Kementerin Negara yaitu Hubungan Fungsional

Kementerian dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian:

34

https://kumpulanmakalahdotblog.wordpress.com/2017/07/29/makalah-lembaga-

pemerintah-non-kementerian/

Page 35: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

26

Pasal 25 Ayat (1) Hubungan fungsional antara Kementerian dan lembaga

pemerintah nonkementerian dilaksanakan secara sinergis sebagai satu

sistem pemerintahan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 25 Ayat (2) Lembaga pemerintah nonkementerian berkedudukan di

bawah Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri

yang mengoordinasikan.

Pasal 25 Ayat (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai hubungan fungsional

antara Menteri dan lembaga pemerintah nonkementerian sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Presiden.

Contoh LPNK yang saat ini ada dan terjaga eksistensinya misalnya

adalan Badan Narkotika Nasional atau biasa yang disebut BNN. Tugas

lembaga ini adalah melaksanakan tugas pemerintah di bidang narkotika

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kemudian,

fungsi BNN meliputi: a. Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional

di bidang pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkotika, psikotropika dan prekursor serta bahan adiktif lainnya

kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol yang selanjutnya

disingkat dengan P4GN; b. Penyusunan, perumusan dan penetapan

norma, standar, kriteria dan prosedur P4GN; c. Penyusunan perencanaan

program dan anggaran BNN; d. Penyusunana dan perumusan kebijakan

teknis pencegahan, pemberdayaan masyarakat, pemberantasan,

rehabilitasi, hukum dan kerjasama di bidang P4GN.

2. Lembaga Legislatif

Cabang kekuasaan legislatif adalah cabang kekuasaan yang pertama-

tama mencerminkan kedaulatan rakyat. Kegiatan bernegara, pertama-

tama adalah untuk mengatur kehidupan bersama. Oleh sebab itu,

kewenangan untuk menetapkan peraturan itu pertama-tama harus

diberikan kepada lembaga perwakilan rakyat atau parlemen atau lembaga

legislatif.35

35

Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, ... h. 299.

Page 36: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

27

Selain dari menetapkan peraturan, lembaga legislatif juga

mempunyai funsi pengawasan (controling). Lembaga perwakilan

diberikan kewenangan untuk melakukan kontrol terhadap tiga hal, yaitu:

(a) kontrol atas pemerintahan (control of executive); (b) kontrol atas

pengeluaran (control of expenditure); dan (c) kontrol atas pemungutan

pajak (control of taxation). Sebagai lembaga perwakilan fungsi parlemen

yang paling pokok adalah representasi atau fungsi perwakilan itu sendiri.

Lembaga perwakilan tanpa representasi tentulah tidak bermakna sama

sekali karena itulah yang menjadi tugas pokok dari suatu badan legislatif.

Yang pokok dalam tugas parlemen itu adalah mengadakan

perubahan terhadap berbagai peraturan perundang-undangan yang

penting-penting, mewadahi perdebatan mengenai pemilihan-pemilihan

kebijaksanaan, dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan

undang-undang dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN)36

. Inilah yang kemudian kita kenal dengan nama demokrasi

perwakilan, yaitu suatu pemerintahan yang dilaksanakan oleh pewakilan

yang dipilih secara bebas oleh rakyat.37

Pelaksanaan bentuk kedaulatan rakyat di Indonesia diwakilkan oleh

lembaga perwkilan Dewan Perwakilan Rakyat yang ada saat ini lembaga

perwakilan biasa disebut dengan nama parlemen. Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR) adalah implementasi dari maksud lembaga legislatif di

Indonesia suatau negara dinyatakan demokratis harus mempunyai

lembaga ini dalam struktur ketatanegaraannya. DPR adalah salah satu

lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang

merupakan lembaga perwakilan rakyat. DPR terdiri atas anggota partai

politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui pemilihan umum

(Pemilu). DPR juga memilik tiga fungsi yaitu legislasi, anggaran dan

pengawasan yang dijalankan dalam kerangka representasi rakyat.

36

Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi ... h. 33.

37 Reni Dwi Purnomowati, Implementasi Sistem Bikameral dalam Parlemen Indonesia,

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 137.

Page 37: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

28

3. Lembaga Yudikatif

Kekuasaan kehakiman merupkan pilar ketiga dalam sistem

kekuasaan negara modern. Dalam bahasa indonesia, fungsi kekuasaan

yang ketiga ini sering kali disebut cabang kekuasaan “yudikatif”, dari

istilah Belanda judicatief.

Dalam sistem negara modern, cabang kekuasaan kehakiman atau

judiciary merupakan cabang yang diorganisasikan secara tersendiri. Oleh

karena itu, dikatakan oleh John Alder, “The principle of separation of

powers is particulary important for the judiciary”. Bahkan, boleh jadi,

karna Montesque sendiri adalah seorang hakim (Perancis), dalam

bukunya, „L’Esprit des Lois’, ia mengimpikan pentingnya pemisahan

kekuasaan yang ekstrem antara cabang kekuasaan legislatif, eksekutif

dan terutama kekuasaan yudisial.38

Oleh karena itu, seperti yang dikemukakan oleh Djokosoetono, ada

empat tahap dan sekaligus empat macam rechtspraak yang dikenal dalam

sejarah, yaitu: (1) Rechtsprak naar ongeschreven recht (hukum adat),

yaitu pengadilan yang didasarkan atas ketentuan hukum yang tidak

tertulis, seperti pengadilan adat, (2) Rechtspraak naar precedenten, yaitu

pengadilan yang didasarkan prinsip presedent atau putusan-putusan

hakim yang terdahulu, seperti yang dipraktikan di Inggris, (3) Rechtspaak

naar rechtsboeken, yaitu pengadilan yang didasarkan atas kitab-kitab

hukum, seperti dalam praktik dengan pengadilan agama (islam) yang

menggunakan kompedium atau kitab-kitab ulama ahlussunnah wal-

jama’ah atau kitab-kitab ulama syi‟ah, (4) Rechtspraak naar wetboeken,

yaitu pengadilan yang didasarkan atas ketentuan undang-undang ataupun

kitab undang-undang.

Salah satu contoh dari lembaga yudikatif di Indonesia adalah

Mahkamah Konstitusi. Pada mulaya sejarah berdirinya lembaga

Mahkamah Konstitusi diawali dengan diadopsinya ide Mahkamah

38

Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, ... h. 310.

Page 38: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

29

Konstitusi (Constitutional Court) dalam amandemen konstitusi yang

dilakukan oleh Majelis Permusywaratan Rkyat (MPR) pada tahun 2001

sebagaimana dirumuskan dalam ketentuan Pasal 24 ayat (2), Pasal 24c,

dan Pasal 7b Undang Undang Dasar 1945 hasil perubahan ketiga yang

disahkan pada November 2001.39

Mahkamah Konstitusi adalah salah satu pelaku kekuasaan

kehakiman sebagaiman dimaksud dalam UUD 1945. Mahkamah

Konstitusi atau MK berwenang megadili pada tingka pertama dan

terakhir yang putusannya bersifat final untuk: (a) Menguji undang

undang terhadap UUD NRI 1945, (b) Memutuskan sengketa lembaga

negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD NRI, (c) Memutus

pembubaran partai politik, (d) Memutus perselisihan tentang hasil

pemilihan umum.

C. Sistem Check and Balances

Suatu pendapat menyatakan bahwa salah satu tujuan perubahan UUD

NRI Tahun 1945 adalah untuk menyempurnakan aturan dasar

penyelenggaraan negara secara demokratis dan modern, antara lain melalui

pembagian kekuasaan yang lebih tegas, sistem saling mengawasi dan

mengimbangi (check and balances) yang lebih ketat dan transparan dan

pembentukan lembaga-lembaga negara yang baru untuk mengakomodasi

perkembangan kebutuhan zaman dan tantangan zaman.40

Proses perubahan UUD NRI telah mengubah struktur ketatanegaraan

baru, bahkan merubah paradigma atau pandangan pelaksanaan kekuasaan.

Penegasan sistem check and balances dalam pelaksanaan kekuasaan

semakin membuka ruang bagi timbulnya sengketa. Pada sisi lainnya

menguatkan konstitusionalisme, demokrasi dan penghormatan atas hak

39

Profil Mahkamah Konstitusi dalam website resmi Mahkamah Konstitusi:

www.mahkamahkonstitusi.go.id.

40 Pataniari Siahaan, Politik Hukum Pembentukan Undang-undang Pasca Amandemen

UUD 1945, (Jakarta: Konstitusi Press, 2012), h. 264.

Page 39: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

30

asasi manusia, dibentuk kelembagaan negara baru baik melalui UUD NRI

ataupun peraturan perundang-undangan lainnya.

Setiap negara dijalankan oleh organ negara yang diatur dalam

konstitusi. Pengaturan kewenangan organ negara dalam konstitusi

dimaksudkan agar tercipta keseimbangan antara organ negara yang satu

dengan lainnya (check and balances). A. Hamid Attamimi menyebutkan

bahwa konstitusi adalah pemberi pegangan dan pemberi batas, sekaligus

tentang bagaimana kekuasaan negara harus dijalankan.41

Selain itu,

adanya mekanisme check and baances mengakibatkan terjadinya

perimbangan kekuasaan diantara lembaga-lembaga negara, hal tersebut

berarti tidak ada lagi lembaga negara yang memiliki kekuasaan lebih

(superior) dibandingakan lembaga yang lainnya.

Lembaga-lembaga negara juga harus membentuk suatu kesatuan

proses yang satu sama lain saling berhubungan dalam rangka

penyelenggaraan fungsi negara atau istilah yang digunakan Prof. Sri

Soemantri adalah “actual governmental processes”. Jadi, meskipun dalam

prakteknya tipe lembaga-lembaga negara yang diadopsi setiap negara bisa

berbeda, secara konsep lembaga-lembaga tersebut harus bekerja dan

memiliki relasi sedemikian rupa sehingga membentuk suatu kesatuan

untuk merealisasikan secara praktis fungsi negara dan secara ideologis

mewujudkan negara dalam jangka panjang.42

Distribusi kekuasaan merupakan suatu hal yang penting dalam

membangun sistem ketatanegaraan. Distribusi kekuasaan yang baim

diharapkan terwujud keseimbangan kekuasaan antara satu lembaga

dengan lembaga lainnyadan terdapatnya saling kontrol untuk menghindari

terjadinya penyimpangan. Pengalaman sejarah pemerintahan

41

Azyumardi Azra dan Komaruddin Hidayat, Pendidikan Kewargaan (Civic Education),

demokrasi,Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2008), h. 72.

42 Arifin, Firmansyah dkk, Lemabga Negara dan Sengketa Kewenangan Antarlembaga

Negara cet. 1, (Jakarta: Konsorsium Reformasi Hukum Nasional (KRHN), 2005), h. 32.

Page 40: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

31

menunjukkan bahwa ketika kekuasaan terpusat pada satu tangan atau satu

lembaga tertentu, yang muncul adalah penyimpangan dan berujung pada

gerakan rakyat menuntut terjadinya perubahan.43

Prinsip check and balances merupakan prinsip ketatanegaraan yang

menghendaki agar kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif sama-

sama sederajat dan saling mengontrol satu sama lain. kekuasaan negara

dapat diatur, dibatasi, bahkan dikontrol dengan sebaik-baiknya sehingga

penyalagunaan kekuasaan oleh aparat penyelenggara negara ataupun

pribadi-pribadi yang sedang menduduki jabatan dalam lembaga-lembaga

negara dapat dicegah dan ditanggulangi.44

Mekanisme check and balances

dalam suatu demokrasi merupakan hal yang wajar bahkan sangat

diperlukan. Hal itu untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan oleh

seseorang atau pun sebuah institusi, atau juga untuk menghindari

terpusatnya kekuasaan pada seseorang ataupun sebuah institusi, karena

dengan mekanisme seperti ini, antara institusi yang satu dengan yang lain

akan saling mengontrol atau mengawasi bahkan bisa saling mengisi.45

D. Tinjauan (review) Kajian Terdahulu

1. Buku “Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca

Reformasi”46

yang ditulis oleh Jimly Asshiddiqie Tahun 2010.

Menjelaskan mengenai uraian penting mengenai format kelembagaan

negara yang sekurang-kurangnya membahas mengenai perkembangan

organisasi negara dan pemerintahan yang termasuk didalamnya adalah

lembaga-lembaga yudikatif, legislatif dan lembaga negara

independen/non struktural serta yang lainnya.

43

Sunarto, Masalah - Masalah Hukum: Prinsip Check and Balances dalm sistem

ketatanegaraan di Indonesia Jilid 45 No. 2, (April, 2016), h. 157.

44 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika,

2010), h. 61.

45 Afan Gaffar, Politik Indinesia: Transisi Menuju Demokrasi, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2006), h. 89.

46 Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi.

(Jakarta: Sinar Grafika. 2010).

Page 41: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

32

2. Jurnal dengan judul “Lembaga, Badan dan Komisi Negara Independen

(State Auxiliary Agencies) di Indonesia: Tinjauan Hukum Tata

Negara”47

oleh Hendra Nurtjahyo. Dalam jurnalnya, ia menjelaskan

tentang organ-organ kelembagaan di Indonesia dan pembagian fungsi

serta peran kelembagaannya. Serta keberadaan dan eksistensi dari

lembaga-lembaga tersebut. Penjelasan tentang lembaga negara yang ada

di Indonesia dan perkembangannya dalam proses pembentukan dan

pembubarannya.

3. Skripsi yang berjudul “Kedudukan Lembaga Negara Bantu Dalam

Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia (Analisis Sengketa Lembaga

KPK dengan Kepolisian Republik Indonesia)” oleh Supandri mahasiswa

Ilmu Hukum. Skripsi ini mengenai kedudukan lembaga negara bantu

dalam sistem ketatanegaraan republik Indonesia.

Hal ini terkait dengan sengketa kewenangan lembaga negara bantu

khususnya KPK dengan Kepolisian Republik Indonesia. Kehadiran

lembaga negara bantu menjamur pascaperubahan UUD Negara RI 1945.

Berbagai lembaga negara bantu tersebut tidak dibentuk dengan dasar

hukum yang seragam. Beberapa diantaranya berdiri atas amanat

konstitusi, namun ada pula yang memperoleh legitimasi berdasarkan

undang-undang.

4. Skripsi yang berjudul, “Peran Komisi Perlindungan Anak (KPAI) dalam

Mengatasi Kekerasan Seksual terhadap Anak” yang disusun oleh Hilman

Reza mahasiswa Ilmu Hukum Skripsi Tahun 2014, dalam penelitian ini

perbedaan mendasar terdapat pada objek lembaga yang peneliti kaji.

Dalam penelitian ini KPAI secara normatif, mempunyai kewenangan

untuk berperan sebagai pelidung anak dalam mengatasi kasus kekerasan

seksual terhadap anak. Hal tersebut bisa dilihat dari pasal 76 UU No. 23

tahun 2002 Tentang Perlidungan Anak, bahwa KPAI berfungsi dan

47

Nurtjahyo, Hendra. Lembaga, Badan dan Komisi Negara Independen (State Auxiliary

Agencies) di Indonesia: Tinjauan Hukum Tata Negara, Tahun ke-35, No.3 Juli September 2005.

Page 42: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

33

bertugas untuk: menerima pengaduan masyarakat, melakukan

penelaahan, pemantauan, evaluasi dan pengawasan terhadap pelanggaran

perlindungan anak.

Namun, dalam beberapa hal penanganan kasus kekerasan yang terjadi

pada anak sering kali KPAI hanya bersikap pasif dan yang paling sangat

terlihat KPAI sering tertinggal langkahnya oleh lembaga swadaya

masyarakat lainnya dalam menangani kasus-kasus kekerasan seksual

terhadap anak.

Page 43: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

33

BAB III

KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA

A. Sejarah Lembaga Pembinaan Ideologi Pancasila

1. Badan Pembina Pendidikan Palaksanaan Pedoman Penghayatan

dan Pengamalan Pencasila (BP-7)

Kegiatan pendidikan di tanah air pada awal-awal kemerdekaan

diarahkan kepada pemantapan nilai-nilai nasionalisme, identitas bangsa

dan pembangunan pondasi ideologis kehidupan berbangsa dan bernegara.

Upaya menggelorakan semangat nasionalisme saat itu sangat tinggi,

sehingga oleh Azyumardi Azra dipandang sebagai fase kedua tumbuhnya

nasionalisme pada bangsa Indonesia.1 Pembangunan karakter bangsa

telah menjadi agenda paling penting sejak awal kemerdekaan Indonesia.

Pembangunan karakter bangsa dicanangkan sebagai tujuan utama

pendidikan saat itu. Terlihat dari Undang Undang Nomor 4 Tahun 1950

tentang Dasar Dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah (UUPP)

Pasal 3 menegaskan, tujuan pendiidkan dan pengajaran adalah

membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang

demokratis serta bertanggungjawab tentang kesejahteraan masyarakat

dan tanah air.

Pembangunan karakter bangsa secara eksplisit dimuat dalam

produk politik tertinggi lembaga negara, MPR, beruba Garis Besar

Haluan Negara atau GBHN. Pendidikan karakter bangsa pada masa orde

baru ini diwujudkan dengan TAP MPR No. II/MPR/1978 tentang

Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (Ekraprasetia

Pancakarsa) disingkat P4. Untuk melaksanakan dan menindak lanjuti

TAP MPR No. II/MPR/1978 diterbitkan Instruksi Presiden Nomor 10

Tahun 1978 tentang Penataran Pegawai republik Indonesia mengenai

hasil sidang umum Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia

1 Bunyamin Maftuh, Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila dan Nasionalisme melalui

Pendidikan Kewarganegaraan, Educationist Vol. 2 No. 2 Juli 2008, h. 135.

Page 44: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

34

Tahun 1978. Langkah selanjutnya adalah penataran penyelenggaraan P4

bagi masyarakat pada umumnya, serta pegawai negeri di instansi masing-

masing. Untuk keperluan ini dibentuk suatu Lembaga Pemerintah Non

Departemen yang disebut Badan Pembinaan Pendiidkan Pelaksanaan

Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila disingkat BP-7 dengan

surat Keputusan Presiden No. 10 tahun 1979.2 Proses indroktrinasi terjadi

dalam penerapan penataran P4 yang di lakukan di sekolah-sekolah sejak

dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi yang berisi tentang butir-butir

pancasila. Penataran P4 menjadi unsur yang sangat penting dan

menentukan bagi masa depan siswa pada masa Orde Baru.

Indoktrinasi melahirkan keberhasilan semu dalam waktu yang

singkat, sekaligus dipastikan menumpuk antipati, kegersangan,

kebohongan, ketidakpedulian, kebencian, dan terutama perlawanan

terhaapnya.3 Pendekatan di indoktrinasi seperti itulah yang sempat

melumpuhkan pancasila hampir sepanjang usianya. Tetapi dari sejarah

itu pula kita menemukan sebuah hikmah bahwa ambisi politik penguasa

di masa lalu telah menjadi blessing in disguise: ambisi kekuasaan di masa

lalu, ternyata bukan saja tidak berhasil mengubah hakikat pancasila,

tetapi juga melahirkan kekuatan penghancuran diri.

Kemudian, munculnya era Reformasi ditandai dengan lahirnya

TAP MPR Nomor XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Ketetapan

Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor

II/MPR/1978 tentag Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila

(Ekaprasetia Pancakarsa) dan Penetapan Pancasila Sebagai Dasar

Negara. Selanjutnya, ditetapkan Keputusan Presiden Republik Indonesia

Nomor 27 Tahun 1999 tentang Pencabutan Keputusan Presiden Nomor

2 Yudi Hartono, Model Pembelajaran Nilai-Nilai Karakter Bangsa di Indonesia dari

Masa ke Masa, Jurnal Agastya Vol. 7 No. 1 Janiari, 2017, h. 41.

3 Winarno Surakhmad, Pendiidkan Pancasila (Pendekatan yang mengIndonesiakan),

Pelangi Ilmu Vol. 2, No. 1 Tahun 2008, h. 2.

Page 45: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

35

10 Tahun 1979 tentang Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan

Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila.

Pasca pencabutan TAP tentan P4 dn BP-7 menjelaskan belum

jelasnya strategi pelembagaan pancasila dan nilai-nilai luhur kebangsaan

lainnya. Hal ini diakibatkan karna tidak terdapat aturan pengganti yang

menjelaskan mengenai pola pendiidkan karakter bangsa yang akan

dilakukan. Meskipun era reformasi tetap mengakui komitmen terhadap

pancasila sebagai dasar negara, tetapi tidak ada pedoman. Dengan

demikian, segenap komponen bangsa dapat memaknai pancasila sesuai

dengan instuisi dan seleranya masing-masing.4

Belajar dari era sebelumnya, pengenalan dan pendidikan tentang

penghayatan pancasila tidak lagi dijadikan satu mata pelajaran atau

kurikulum khusus. Melainkan pendidikan karakter terjadi lebih alamiah

ketika dilaksanakan secara informal dan natural. Sehinnga terjadi

perubahan sistem pembelajaran tentang penanaman nilai-nilai pancasila

yang semula lebih rigid menjadi lebih fleksible. Namun, metode ini juga

memiliki kelemahan, misalnya pendekatan ini memerlukan waktu yang

lama. Selain itu, jika tidak dibimbing dengan baik dapat memilih nilai

yang tidak sesuai dengan standar nilai masyarakat. Setelah pembubaran

BP7 upaya pemerintah untuk tetap mempertahankan ideologi pancasila

kepada seluruh masyarakat adalah dengan mengeluarkan Instruksi

Presiden Nomor 6 Tahun 2005 tentang Dukungan Kelancaran

Pelaksanaan Sosialisasi Undang-Undang Dasar NRI 1945 yang dilakukan

oleh MPR.

2. Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP)

Ancaman yang muncul dari pengaruh negatif globalisasi terhadap

ideologi suatu bangsa atau bangsa merupakan suatu ancaman yang besar

dan tidak dianggap kecil. Dengan begitu mudahnya pengaruh negatif dari

4 Bayu Dwi Anggono, Konstitusionalitas dan Model Pendidikan Karakter Bangsa Pasca

Putusan Mahkamah Konstitusi, Jurnal Konstitusi, Volume 11, Nomor 3, (September 2014), h. 507.

Page 46: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

36

luar yang masuk ke Indonesia, perlahan-lahan akan berdampak secara

tidak disadari terhadap karakter masyarakat yang tidak sesuai dengan

karakter bangsa daan ini lah yang saat itu terjadi di Indonesia. Oleh

kerenanya, setelah berakhirnya masa Orde Baru dan pasca B-7

dibubarkan, dibentuklah lembaga baru yang sejenis dengan BP-7, yaitu

Unit Kerja Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP).

UKP-PIP merupakan lembaga non struktural yang berada di bawah

dan bertanggungjawab kepada Presiden. Dasar hukum pembentukan

lembaga ini adalah Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 57 Tahun 2017

tentang Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila. UKP-PIP

adalah lembaga yang dibentuk pemerintah untuk pembinaan ideologi

pancasila pasca BP-7 dibubarkan. UKP-PIP dilantik oleh Presiden Joko

Widodo pada Rabu, 7 Juni 2017, dalam UKP-PIP terdiri dari paling

banyak 11 (sebelas) Dewan Pengarah yang terdiri atas unsur tokoh-tokoh

kenegaraan, tokoh-tokoh agama dan masyarakat, tokoh-tokoh

purnawirawan TNI, POLRI, PNS, dan akademisi yaitu, dengan susunan

sebagai berikut:

1. Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Dewan Pembina UKP-PIP

2. Try Sutrisno sebagai Anggota Dewan Pengarah UKP-PIP

3. K.H. Ma’ruf Amin sebagai Anggota Dewan Pengarah UKP-PIP

4. Mahfud MD sebagai Anggota Dewan Pengarah UKP-PIP

5. Prof Dr Syafii Maarif sebagai Anggota Dewan Pengarah UKP-PIP

6. KH Said Aqil Siroj sebagai Anggota Dewan Pengarah UKP-PIP

7. Prof Dr Andreas Anangguru Yewangoe sebagai Anggota Dewan

Pengarah UKP-PIP

8. Wisnu Bawa Tenay sebagai Anggota Dewan Pengarah UKP-PIP

9. Sudhamek sebagai Anggota Dewan Pengarah UKP-PIP

10. Yudi Latif sebagai Ketua UKP-PIP

Ketua dewan pengarah dipilih oleh anggota dewan pengarah

melalui mekanisme internal dewan pengarah. Dalam melaksanakan

tugasnya, dibantu paling banyak 3 (tiga) staf khusus yang bertanggung

Page 47: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

37

jawab kepada ketua dewan pengarah. Dalam hal tertentu ketua dewan

pengarah dapat membentuk satuan tugas khusus untuk membantu

mengefektifkan pelaksanaan tugas. Ketua dewan pengarah juga dapat

membentuk dewan pakar untuk memberikan dukungan teknis dan

administratif kepada dewan pengarah, dibentuk sekretariat dewan

pengarah yang dipimpin oleh sekertaris yang bertanggungjawab kepada

ketua dewan pengarah dan secara administratif bertanggungjawab kepda

sekertaris umum.5

Dalam Pasal 3 Perpres Nomor 54 Tahun 2017 fungsi UKP-PIP

adalah membantu Presiden dalam merumuskan arah kebijakan umum

pembinaan ideologi Pancasila dan malakukan koordinasi, sinkronisasi,

dan pengendalian pembinaan ideologi Pancasila secara menyeluruh dan

berkelanjutan. Kemudian untuk melaksanakan tugas sesuai Pasal 3

Perpres Nomor 54 Tahun 2017, UKP-PIP memiliki fungsi: (a)

perumusan arah kebijakan umum pembinaan ideologi Pencasila; (b)

penyusunan garis-garis besar haluan ideologi Pancasila dan road map

pembinaan ideologi Pancasila; (c) koordinasi, sinkronisasi dan

pengendalian pelaksanaan pembinaan ideologi Pancasila; (d) pelaksaan

advokasi pembinaan ideologi Pancasila; (e) pemantauan, evaluasi, dan

pengusulan langkah dan strategi untuk memperlancar pelaksanaan

pembinaan ideologi Pancasila; dan (f) pelaksanaan kerja sama dan

hubungan antar lembaga dalam pelaksanaan pembinaan ideologi

Pancasila.

Terlepas dari pro dan kontra pembentukan UKP-PIP ini, sebagai

warga negara, patut kita kawal bagaimana proses dan kinerja dari UKP-

PIP ini yang memiliki tujuan untuk mempertahankan keutuhan bangsa

melalui proses penegasan akan nilai pancasila. Sadar atau tidak sadar

bangsa ini lupa akan sejarahnya, bahwa bangsa ini di bangun atas

keberagaman etnik, budaya, tradisi, dan agama. Pancasila yang

5 http://jurnalsumatra.com/ukp-pip-jadi-badan-pembinaan-ideologi-pancasila/

Page 48: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

38

merupakan manifestasi dari keragaman tersebut perlu kita telaah lagi.

Bukan sekedar tataran kognitif belaka, malainkan seharusnya sudah

meresap sehingga kita live in dalam nilai yang dirumuskan oleh leluhur

bangsa kita.6

Setelah pembentukannya dengan Perpres Nomor 57 Tahun 2017

tentan Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila keberadaan

lembaga ini hanya sekitar 9 (Sembilan) bulan sebelum digantikan dengen

Perpres dan bentuk lembaga yang baru. Sehingga dari awal

pembentukannya sebagai Unit Kerja yang bertempat di Kesretariatan

Negara belum banyak hal atau kegiatan yang dilakukan oleh Unit Kerja

Pembinaan Idologi Pancasia. Beberapa kegiatan diantaranya hanya

berupa penyuluhan-penyuluhan, beberapa penanganan kasus dan

melakukan koordinasi antar kelembagaan pemerintah yang lain guna

menopang tugas dan tujuan UK-PIP.

3. Badan Pembinaan Ideologi Pancasila

Dikarenakan pembentukan UKP-PIP yang banyak menemui pro

dan kontra dari segala elemen masyarakat, maka lembaga ini diperkuat

keberadaannya dengan pencabutan Peraturan Presiden sebelumnya

digantikan dengan Peraturan Presiden yang baru. Perubahan ini tidak

serta merubah keseluruhan konsep dari yang sudah dicanangkan

sebelumnya oleh pemerintah. Konsep yang ada sebelumnya, tetap

berjalan dan sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangan badan tanpa

ada perubahan.

Kemudian, Unit Kerja Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP)

yang dipimpin oleh Yudi Latif, berubah nama menjadi Badan Pembinaan

Ideologi Pancasila yang disingkat menjadi BPIP sesuai dengan Perpres

Nomor 7 Tahun 2018. Perpres tersebut ditanda tangani oleh Presiden

pada tanggal 28 Febuari 2018. Pelaksana BPIP terdiri atas kepala, wakil

6 Muhammad Arief Virgy, Upaya Pengembalian Flsafah Hidup Bagsa oleh UKP-PIP,

(Majalah Media Mahasiswa Indonesia, Juni 2017), h. 6.

Page 49: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

39

kepala, sekertaris utama, deputi hubungan antarlembaga, sosialisasi,

komunikasi dan jaringan, deputi bidang hukum, advokasi dan

pengawasan regulasi, deputi bidang pengkajian dan materi, deputi bidang

pendidikan dan pelatihan, dan deputi bidang pengendalian dan evaluasi.

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila pada prinsipnya menjadi

lembaga non struktural di Indonesia. Namun, dalam implementasi

penerapannya BPIP berbeda dengan lembaga non struktural yang ada.

BPIP memiliki tatanan struktural yang berbeda dari lembaga non

struktural pada umumnya dan jalur koordinasi kelembagaan baik internal

atau eksternal yang juga berbeda dengan lembaga non struktural pada

umumnya. Sehingga, BPIP dapat dikatakan bukan merupakan

kelembagaan non struktural dalam sistem pemerintahan di Indonesia.7

Seperti yang dikatakan oleh Sekertaris Utama BPIP, Drs. Karjono,

S.H., M. Hum, bahwa Badan Pembinaan Ideologi Pancasila adalah

kelembagaan pemerintah yang dibentuk dengan dan dasar hukum

Peraturan Presiden dan merupakan bangunan baru dari yang sudah

pernah ada. Sangat berbeda dan lebih kuat kedudukannya serta tugasnya

daripada UK-PIP yang sebelumnya ada dan dibentuk oleh Presiden juga.8

Pembentukan BPIP bahkan menurut Karjono bukan hanya merefitalisasi

melainkan membuat yang baru dari yang pernah ada sebagai lembaga

pembinaan nilai-nilai ideologi Pancasila.

B. Tugas dan Fungsi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila dalam Perpres

Nomor 7 Tahun 2018

1. Tugas Badan Pembinaan Ideologi Pancasila

Kelembagaan di Indonesia dibentuk dan dibuat untuk membantu

pemerintah dalam menjalankan urusan kenegaraan. Tugas pembantuan

untuk pemerintah tak hanya dalam bidang ekonomi, sosial politik dan

pendidikan tapi bisa juga dalam hal lainnya yang dapat menopang sasaran

7 Drs. Karjono, SH. M.Hum, Sekertaris Utama Badan Pembinaan Ideologi Pancasila

dalam wawancara langsung pada tanggal 28 September 2018.

8 Drs. Karjono, SH. M.Hum, Sekertaris Utama Badan Pembinaan Ideologi Pancasila.

Page 50: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

40

tujuan dari suatu pemerintahan. kemudian, BPIP memilik tugas khusus

yang di berikan Presiden untuk membantu pemerintah yaitu untuk

pembinaan ideologi Pancasila pada masyarakat.

Sesuai Pasal 3 Perpres Nomor 7 Tahun 2018 tentang Badan

Pembinaan Ideologi Pancasila, BPIP mempunyai tugas untuk membantu

Presiden dalam merumuskan arah kebijakan pembinaan ideologi

Pancasila, melaksanakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian

pembinaan ideologi Pancasila secara menyeluruh dan berkelanjutan, dan

melaksanakan penyusunan standarisasi pendidikan dan pelatihan,

menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, serta memberikan

rekomendasi berdasarkan hasil kajian terhadap kebijakan atau regulasi

yang bertentangan dengan Pancasila kepada lembaga tinggi negara,

kementrian/lembaga, pemerintahan daerah, organisasi sosial politik dan

komponen masyarakat lainnya.9

Pertama, merumuskan arah kebijakan pembinaan ideologi

pancasila maksudnya adalah BPIP membantu pemerintah untuk

menentukan arah kebijakan pembinaan ideologi pancasila sesuai alur

pembinaan yang terstruktur dan jelas. Kedua, melakukan koordinasi,

sinkronisasi dan pengendalian pembinaan ideologi Pancasila secara

menyeluruh dan berkala. Koordinasi kepada setiap lembaga bersangkutan

dalam pelaksanaan tugas pembinaan ideologi. Sinkronisasi dalam hal

penyamaan atau penyelarasan tujuan pembinaan pancasila. Koordinasi

dan sinkronisasi ini dilakukan secara menyeluruh agar penanaman

ideologi pancasila dapat dilaksanakan secara merata. Kemudian, berkala

agar setiap pengembangan atau perubahan konsep dan data penunjang

pelaksanaan kegiatan dapat berkembang sesuai keadaan dan kondisi

lapangan.

Ketiga, penyusunan kurikulum pendidikan dan pelatihan,

merupakan standar kompetensi pembelajaran, pengayaan dan kegiatan

9 Pasal 3 Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2018 tentang Badan Pembinaan Ideologi

Pancasila.

Page 51: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

41

setiap penanaman ideologi pancasila. Baik berupa formal maupun

informal dalam sistem pembelajaran kegiatan pembinaan ideologi.

Namun ada juga yang berpendapat, Perlu adanya penguatan Pancasila

melalui hukum tidak tertulis. Salah satu caranya dengan internalisasi

dalam pendidikan masyarakat. Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional

(Lemhannas), Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo berpendapat bahwa nilai-

nilai Pancasila seharusnya juga dibina lewat instrumen hukum tidak

tertulis yang dihidupkan dimasyarakat. Dalam Simposium Nasional

“Institusionalisasi Pancasila dalam Pembentukan dan Evaluasi Peraturan

Perundang-undangan”.10

Keempat, memberikan rekomendasi berdasarkan hasil kajian

terhadap kebijakan atau regulasi yang bertentangan dengan Pancasila

kepada lembaga tinggi negara, kementrian/lembaga, pemerintah daerah,

organisasi sosial politik, dan komponen masyarakat lainnya. Dalam hal

ini salah stu deputi atau bidang BPIP adalah kajian terhadap kebijakan

dan rekomendasi kepada lembaga tinggi negara yang berkaitan dengan

pembinaan ideologi pancasila. Kajian yang dilakukan dapat berupa

rekomendasi dan saran yang dapat dilakukan secara terbuka ataupun

tertutup untuk publik.

Mengaktualisasikan nilai Pancasila ke dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan benegara adalah suatu keniscayaan, agar

Pancasila tetap selalu relevan dalam fungsinya memberikan pedoman bagi

pengambilan kebijaksanaan dan pemecahan masalah dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara. Agar loyalitas warga masyarakat dan

warganegara terhadap Pancasila tetap tinggi. Di lain pihak, apatisme dan

resistensi terhadap Pancasila bisa diminimalisir. Substansi dari adanya

dinamika dalam aktualisasi nilai Pancasila dalam kehidupan praksis

adalah selalu terjadinya perubahan dan pembaharuan dalam

mentransformasikan nilai.

10

http://www.bpip.go.id/informasi/gubernur-lemnasham-lemah-karena-terlalu-bergantug-

pada-hukum-tertulis/

Page 52: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

42

Pancasila harus di implementasikan ke dalam norma dan praktik

kehidupan berbangsa dan bernegara dengan menjaga konsistensi,

relevansi, kontekstualisasi dan eksisitensinya. Sedangkan perubahan dan

pembaharuan yang berkesinambungan terjadi apabila ada dinamika

internal (self-renewal) dan penyerapan terhadap nilai-nilai asing yang

relevan untuk pengembangan dan penggayaan ideologi Pancasila. Muara

dari semua upaya perubahan dan pembaharuan dalam mengaktualisasikan

nilai Pancasila adalah terjaganya akseptabilitas dan kredibilitas Pancasila

oleh warganegara dan warga masyarakat Indonesia.

2. Fungsi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila

Secara konseptual, tujuan diadakannya lembaga-lembaga negara

atau alat-alat kelengkapan negara adalah selain menjalankan fungsi

negara, juga untuk menjalankan fungsi pemerintahan secara aktual.

Dengan kata lain, lembaga-lembaga itu harus membentuk suatu kesatan

proses yang satu sama lain saling berhubungan dalam rangka

penyelenggaraan fungsi negara atau istilah yang digunakan Prof. sri

Soemantri adalah actual govenmental process. Jadi, meskipun dalam

praktiknya tipe lembaga-lembaga negara yang diadopsi setiap negara bisa

berbeda-beda, secara konsep lembaga-lembaga tersebut harus bekerja dan

memiliki relasi sedemikian rupa sehingga membentuk suatu kesatuan

untuk merealisasikan secara praktis fungsi negara dan secara ideologis

mewujudkan tujuan negara jangka panjang.

Penanaman ideologi Pancasila secara langsung maupun tidak

langsung harus terjalin dalam masyarakat tanpa adanya suatu aturan

tertentu yang mengaturnya. Namun, dalam menjalankan tugasnya BPIP

memiliki fungsi sesuai Pasal 4 Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2018

tentang Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, yaitu:

a. Perumusan arah kebijakan pembinaan ideologi Pancasila;

b. Penyusunan garis-garis besar haluan ideologi Pancasila dan peta

jalan pembinaan ideologi Pancasila;

Page 53: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

43

c. Penyusunan dan pelaksanaan rencana kerja dan program

pembinaan ideologi Pancasila;

d. Koordinasi, sinkornisasi, dan pengendalian pelaksanaan pembinaan

ideologi Pancasila;

e. Pengaturan pembinaan ideologi Pancasila;

f. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pengusulan langkah dan

strategi untuk memperlancar pelaksanaan pembinaan ideologi

Pancasila;

g. Pelaksaan sosialisasi dan kerjasama serta hubungan dengan

lembaga tinggi negara, kementrian/lembaga, pemerintahan daerah,

organisai sosial politik, dan komponen masyarakat lainnya dalam

pelaksanaan pembiaan ideologi Pancasila;

h. Pengkajian materi dan metodologi pembelajaran Pancasila;

i. Advokasi penerapan pembinaan ideologi Pancasila dalam

pembentukan dan pelaksanaan regulasi;

j. Penyusunan standrisasi pendidikan dan pelatihan Pancasila serta

menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan; dan

k. Perumusan dan penyampaian rekomendasi kebijakan atau regulasi

yang bertentangan dengan Pancasila.

Dalam menjalankan fungsi pemerintahan, kelembagaan yang

terstruktur dalam suatu wadah organisasi, melakukan proses (kegiatan)

dan perilaku (nilai), kelembagaan pemerintah harus memiliki

kemampuan profesional, kualifikasi administrasi atau manajerial, dan

hierarki yang jelas untuk melaksanakan kekuasaan dan tanggungjawab

sebagai abdi masyarakat.

Pentingnya sebuah fungsi dalam kelembagaan pemerintahan adalah

sebagai penghubung antara masyarakat dengan pemerintah. Fungsi

sebuah kelembagaan dapat juga menjadi skema kinerja atau arah

membuat kegiatan-kegiatan lembaga negara menjalankan tugas

kelembagaannya. Selanjutnya, penerapan teknis yang dilakukan BPIP

Page 54: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

44

dalam melaksanakan tugasnya dapat dilihat dari fungsi lembaga negara

ini.

Pelaksanaan fungsi sebagai pelayanan terhadap masyarakat tidak

dapat dipisahkan dari kemampuan profesional, serta manajemen dan

organisasi (capacity and capability institutional) yang berorientasi pada

pelaksanaan pembangunan secara terpadu, lancar dan integral dengan

pendekatan administratif, karena itu, kelembagaan sebagai public service

harus mampu menyeimbangkan antara kekuasaan dan tanggung jawab

(power and responsibility), sehingga fungsi-fungsi yang dijalankan

memperoleh kedudukannya.

Page 55: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

45

BAB IV

KEDUDUKAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BADAN

PEMBINAAN IDEOLOGI PACASILA

A. Badan Pembinaan Ideologi Pancasila pasca Peraturan Presiden Nomor 7

Tahun 2018 dalam Sistem Pemerintahan Indonsia

Penetapan hari kelahiran Pancasila awal mulanya dilatar belakangi dari

peristiwa sejarah pembentukan konsep Pancasila. Dimulai dari sidang

BPUPKI pada tangga 29 – 1 juni 1945, beberapa founding fathers kita

merumuskan tentang konsep dan gagasan ideologi bangsa dengan sebutan

Pancasila1. Lalu, Surat Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016 tentang

Hari Pancasila merupakan ketetapan tertulis tentang penetapan Hari Lahir

Pancasila. Sehingga, setelah keluarnya Surat Keputusan (SK) Nomor 24

Tahun 2006 tentang penetapan tanggal 26 Juni menjadi Hari Lahirnya

Pancasila maka pada hari tersebut dinyatakan sebagai hari perayaan Pancasila

secara nasional. Pancasila menjadi topik yang penting untuk diperingati dan

dirayakan setiap tahunnya sesuai dengan SK Presiden Nomor 24 Tahun 2016.

Selain perayaan Pancasila sebagai ideologi bangsa, fenomena yang

terjadi akhir-akhir ini menjadi bukti perlu adanya pembangunan nilai-nilai

Pancasila bagi masyarakat. Banyaknya kasus mengenai pencemaran

(pelecehan) nilai-nilai dan marwah Pancasila yang terjadi beberapa tahun

belakangan ini membuat alasan untuk pembentukan kelembagaan baru

menurut pemerintah (yaitu Badan Pembinaan Ideologi Pancasila). Peneliti

akan menjabarkan beberapa kasus terkait Pancasila. Pencemaran yang

dilakukan oleh salah public figure (Zaskia Gotik) tahun 2016 baik tanpa

sengaja atau dengan disengaja telah mencoret nilai Pancasila. Selain itu,

komentar dan kritik Presiden Jokowi pada salah satu pidatonya tentang “anti-

Pancasila” kepada Ormas (organisasi Masyarakat) atau organisasi lainnya.

Serta masih banyak lagi kasus-kasus atau masalah terkait pencemaran atau

1 http://setkab.go.id/pancasila-sebuah-kesepakatan-sebagai-bangsa/

Page 56: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

46

penghinaan ideologi Pancasila yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia

ataupun bukan.

Pertama, Zaskia, kata Kepala Unit Cyber Crime Ditreskrimsus Polda

Metro Jaya Komisaris Nico Setiawan, dituding menyebut lambang sila kelima

Pancasila bergambar pagi dan kapas dengan istilah „bebek nungging‟. Zaskia

diduga melanggar Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera,

Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan. Pedangdut itu juga

terancam dijerat pasal Kitab Undang-Undang Hukum Pidana terkait

Penghinaan. Latar belakang pendidikan Zaskia yang hanya sekolah dasar,

menurut Firdaus (sebagai Ketua Umum Komunitas Pengawas Korupsi), tidak

bisa dijadikan alasan untuk menghina lambang negara. Baginya, sebagai

warga negara Indonesia, Zaskia wajib menghargai segala perjuangan para

pahlawan.2

Namun setelahnya, Zaskia justru diangkat menjadi Duta Pancasila yang

diusulkan oleh salah satu anggota DPR dari perwakilan Fraksi PKB (Partai

Kebangkitan Bangsa) yaitu Abdul Kadir Karding, setelah menghadiri acara

talkshow Pancasila di gedung DPR. Menurut Karding Zaskia dapat lebih

memahami Pancasila dan dengan profesinya sekarang mampu membantu

mensosialisasikan nilai-nilai Pancasila kepada masyarakat luas. Dan menurut

PKB, penyelesaian kasus itu diselesaikan dengan persuasif dan ditutup

dengan dimaafkannya Zaskia.3

Kedua, Wakil Presiden Republik Indonesia ke-enam RI Tri Sutrisno

mengatakan, disahkannya Perpu Nomor 22 Tahun 2017 tentang Ormas

menjadi UU, menegaskan bahwa tak boleh ada ormas yang bertentangan

dengan Pancasila. “organisasi anti-Pancasila kok hidup di Indonesia, kalau

kamu anti-Pancasila jangan hidup disini”, ujar Try saat ditemui usai diskusi,

di kantor para syndicate. Try mengatakan ideologi selain Pancasila yang

2

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160317123858-12-118032/zaskia-gotik-

dilaporkan-ke-polisi-dituding-hina-pancasila

3https://www.idntimes.com/news/indonesia/agustin/setelah-hina-lambang-negara-zaskia-

gotik-jadi-duta-pancasila-apa-alasannya/full

Page 57: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

47

tumbuh di Indonesia akan membahayakan sendi-sendi negara. Ideologi

tersebut secara perlahan menggerogoti Pancasila yang merupakan warisan

founding fathers.4

Namun, kebhinekaan kita, selalu diuji. Ada pandangan dan tindakan

yang selalu mengancamnya. Ia menyebutkan, ada sikap tidak toleran yang

mengusung ideologi lain selain Pancasila. Semua itu diperparah oleh

penyalahgunaan media sosial, oleh berita bohong, oleh ujaran kebencian yang

tidak sesuai dengan budaya bangsa. Presiden Jokowi mengingatkan, kita

harus belajar dari pengalaman buruk negara lain yang dihantui oleh

radikalisme dan konflik sosial, yang dihantui oleh terorismedan perang

saudara. Namun dengan Pancasila dan UUD NRI 1945, dalam bidang NKRI

dan Bhineka Tunggal Ika, tegas Presiden, kita bisa terhindar dari masalah-

masalah tersebut.5

Selanjutnya, jajaran Polres Malang menangani kasus pelecehan

Pancasila yang dilakukan oleh VAM (singkatan nama pelaku), gadis yang

berusia 14 tahun. Melalui akun Facebook yang bernama Khenyott Dhellown,

gadis asal Desa Tegalsari, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, itu

memelesetkan butir Pancasila. Mendapat laporan tentang hal itu, jajaran

Polres Malang memanggil VAM untuk dilakukan pemeriksaan. Polres lalu

mengambil langkah pembinaan atas kasus itu. Meskipun VAM bebas dari

jeratan hukum tapi pihak kepolisian meminta kepada pelaku pelecehan

Pancasila itu untuk membuat surat terbuka dan mintaan maaf atas

perbuatannya.6 Kasus yang terjadi awal tahun 2018 itu, membuat Kepala

Deputi Advokasi UK-PIP saat itu datang ke Polres Malang untuk

mengapresiasi atas penanganan kasus tersebut seperti yang telah dipaparkan

pada pembahasan sebelumnya.

4

http://nasional.kompas.com/read/2017/10/26/20234201/try-sutrisno-kalau-anti-pancasila-

jangan-di-indonesia

5http://setkab.go.id/presiden-jokowi-pemerintah-pasti-tegas-terhadap-organisasi-dan-

gerakan-anti-pancasila/

6https://regional.kompas.com/read/2018/01/26/18004191/gadis-yang-lecehkan-pancasila-

dibina-polres-malang-ukp-pip-beri-apresiasi

Page 58: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

48

Tak hanya dilakukan oleh masyarakat Indonesia, bahkan penghinaan

terhadap Pancasila juga dilakukan oleh WNA (warga negara asing), yaitu

salah satu Anggota Australian Defence Force (ADF), yang menyebabkan

Marise Paine, yang saat itu sedang menjabat sebagai Menteri Pertahanan

Australia tahun 2017 bertanggungjawab atas kejadian tersebut. Dikarenakan

dampak dari masalah ini tak hanya akan mengganggu hubungan pribadi tapi

juga hubungan antar negara secara diplomatis termasuk hubungan kerjasama

antar kedua negara.

Marise Paine selain mengirimkan surat permohonan permintaan maaf

secara resmi juga melakukan komunikasi secara tidak resmi dan langsung

melalui telephone kepada Ryamizard Ryacudu selaku Menteri Pertahanan

Indonesia. Meskipun surat permohonan maaf itu diterima dan dihormati

namun, panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo telah mennagguhkan

sementara kerjasama militer dengan Australian Defence Force (ADF) sejak

pertengahan Desember 2016. Kapuspen TNI, Mayjen TNI Wuryanto,

menuturkan kerjasama ditangguhkan karena ada beberapa masalah teknis

yang perlu dibahas terkait hal tersebut. Namun, beliau tidak merinci

pembahasan teknis yang dimaksud. Menurutnya dengan adanya penangguhan

ini latihan militer bersama dan pertukaran perwira antara Indonesia dan

Australia saat itu dihentikan.7

Beberapa sudah peneliti sebutkan tentang kasus-kasus dan masalah

yang ada beberapa tahun terakhir terkait Pancasila. Dari penanganan dan

macamnya masalah tersebut dapat ditanggulangi cukup baik dan selesai

dengan berbagai kelembagaan di Indonesia mulai dari kepolisian,

kementerian dan UK-PIP yang sebelumnya dibentuk untuk penanganan nilai

ideologi Pancasila. Hal ini memunculkan urgensi dari keberadaan

kelembagaan pemerintah untuk mengatur dan diamanatkan tugas dan

kewenangannya terkait penanaman niali-nilai ideologi Pancasila kepada

masyarakat.

7

https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/17/01/05/ojaq89354-ryamizard-

australia-minta-maaf-atas-kasus-pelecehan-pancasila

Page 59: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

49

Keinginan dan tututan (demand) yang terjadi di tengah masyarakat

perlu mendapat perhatian yang cukup dan mendapat penyelesaian

sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, pembentukan kebijaksanaan (policy

formation) harus terus mendapat perhatian. Kehadiran BPIP implementasi

dari kelembagaan bentukan pemerintah untuk menanamkan nilai-nilai

ideologi Pancasila dalam kehidupan sehari-hari merupakan satu langkah

pembuktian adanya interest dari pemerintah tentang nilai Pancasila saat ini.

Munculnya BPIP dirasa cukup penting untuk menjalankan tugasnya sehingga

tidak terjadi lunturnya nilai historis bangsa yang saat ini mulai nampak.

Sehingga, pembentukan BPIP dibutuhkan keberadaannya seperti yang sudah

dilakukan Presiden.

Sedikit berlainan dengan C. F. Strong, Ismail Suny mengelompokkan

kekuasaan Presiden menjadi enam bidang yaitu, kekuasaan administratif,

kekuasaan legislatif, kekuasaan yudikatif, kekuasaan militer, kekuasaan

diplomatik, dan kekuasaan darurat.8 Dari keenam bidang kekuasaan tersebut,

yang mungkin isinya dapat berpengaruh dengan sisitem tata negara adalah

kekuasaan legislatif (pembuat peraturan). Presiden dapat memebentuk

peraturan baik itu Peraturan Presiden, Keputusan Presiden atau yang lainnya

selama tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan diatasnya,

yaitu Peraturan Pemerintah, Undang-Undang, Ketetapan MPR dan UUD

1945 sesuai jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan Pasal 7 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011.

Jimly asshiddiqie menafsirkan, di dalam rumusan Pasal 4 Ayat (1)

UUD 1945 ada kekuasaan pemerintahan negara yang menurut Undang-

Undang Dasar dan ada pula kekuasaan pemerintahan negara yang tidak

menurut Undang-Undang Dasar. Frasa „menurut Undang-Undang Dasar‟ itu

masih dapat dibedakan antara secara eksplisit ditentukan dalam Undang-

Undang Dasar dan tidak secara eksplisit ditentukan dalam Undang-Undang

Dasar.9 Namun meskipun demikian, Maria Farida Indrati S. Menjelaskan

8 Ismail Suny, Pergeseran Kekuasaan Eksekutif, (Jakarta: Askara Batu, 1977), h. 44.

9 Jimly asshiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi,

(Jakarta: Bhuana Populer Ilmu, 2007) h. 333.

Page 60: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

50

bahwa makna Pasal 4 ayat (1) UUD 1945 masih sama seperti sebelum

perubahan, yakni Presiden tetap memiliki jabatan sebagai Kepala

Pemerintahan Negara Republik Indonesia.10

Kemudian, sebagai negara yang menganut sistem presidensial

pendekatan yang menyatakan bahwa hak prerogatif merupakan constitutional

power Presiden untuk mengisi ruang yang tidak diatur secara detail dalam

konstitusi, nampaknya cocok untuk diterapkan di Indonesia karena pendapat

ini didukung dari pengalaman sejarah (historical practices) maupun teori

konstitusi. Meski demikian, pendapat John Locke yang menyampaikan bahwa

constitutional power ini perlu dibatasi penggunaannya pada keadaan yang

bersifat luar biasa sampai dengan lembaga legislatif dapat mengatur kondisi

tersebut patut untuk menjadi perhatian. Hal ini penting dikarenakan

penggunaan hak prerogatif yang tidak terbatas, secara nyata akan

bertentangan dengan prinsip kepastian yang menjadi fondasi penting dalam

negara hukum. Indonesia dapat dikatakan masih belum memiliki bangunan

konseptual yang jelas mengenai hak prerogatif Presiden sebagai bagaian dari

kekuasaan eksekutif Presiden. Hal ini juga nampaknya luput dari bahasan

para perumus perubahan UUD 1945.

Mengenai hak prerogatif Presiden terdapat perbedaan pandangan. Saldi

Isra mengutip pendapat Bagir Manan menyatakan bahwa hak prerogatif

merupakan hak Presiden yang diberikan langsung oleh konstitusi. Sebagai

contoh yang paling eksplisit adalah hak untuk mengangkat menteri sebagai

pembantu Presiden sebagaimana diatur dengan tegas dalam Pasal 17 UUD

1945. Namun, berbeda pada saat Presiden akan mengubah lembaga atau

institusi kementerian negara, hal ini harus dilaksanakan dengan persetujuan

DPR. Sehingga yang demikian bukanlah merupakan bagian hak prerogatif

Presiden.11

10

Marifa Farida Indrati S, Ilmu Perundang-undangan: Jenis, fungsi dan Materi Muatan,

(Yogyakarta: Kanisius, 2007) h. 130.

11 Hendra Wahanu Prabandani, Batas Konstitusional Kekuasaan Eksekutif Presiden

(Constitutional Limits of The Presidential Executive Power), jurnal legislasi indonesia vol. 12 no.

3, Oktober 2015. h. 270.

Page 61: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

51

Presiden dalam hal ini sebagai pemangku kekuasaan eksekutif,

membentuk Badan Pembinaan Ideologi Pancasila dengan dasar

pembentukannya adalah Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2018. Hal itu sah

dan legal adanya dengan kekuasaan legislatif yang dimilik seorang Presiden.

Sehingga pembentukan dari BPIP adalah kewenangan dan keputusan dari

Presiden untuk mendirikan dan memebentuk kelembagaan tersebut sesuai

arah kebijakan serta tujuan pemerintah. Tetapi, perlu peneliti paparkan bahwa

kewenangan untuk menjalankan penanaman pada ideologi Pancasila

merupakan tugas dan fungsi MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) sesuai

dengan isi 4 (empat) pilar demokrasi dalam berbangsa dan bernegara di

Indonesia.

Menurut sosialisasi MPR RI tentang empat pilar Kehidupan Bangsa dan

Bernegara, Pancasila merupakan dasar negara yang mempersatukan bangsa

sekalipun bintang penuntun yang dinamis, yang mengarahkan bangsa dalam

mencapai tujuannya. Dalam posisi seperti itu, Pancasila merupakan sumber

jati diri, kepribadian, moralitas dan haluan keselamatan bangsa. Menurut

sosialisasi MPR RI tentang empat pilar Kehidupan Bangsa dan Bernegara,

empat pilar dipandang sebagai suatu yang harus dipahami oleh para

penyelenggara negara bersama seluruh masyarakat dan menjadi panduan

dalam kehidupan berpoitik, menjalankan pemerintahan, menegakkan hukum,

mengatur perekonomian negara, interaksi sosial kemasyarakatan dan berbagai

dimensi kehisupan bernegara dan berbangsa lainnya. Dengan pengalaman

prinsip empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara, diyakini bangsa

Indonesia akan mampu mewujudkan diri sebagai bangsa yang adil, makmur,

sejahtera dan bermanfaat.12

Lantas lembaga manakah yang berwenang

memangku fungsi pengamalan ideologi pancasila di Indonesia?

Kemudian, sebagai konsekuensi amandemen UUD 1945, terdapat

beberapa perubahan signifikan terhadap kewenangan lembaga-lembaga

negara dalam struktur ketatanegaraan Republik Indonesia. Perubahan ini tidak

12

Nina Angelia, Pemahaman Penanaman Empat Pilar Kebangsaan terhadap Siswa SMA

Negeri 4 Medan, JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA, 5 (1) (2017), h. 18.

Page 62: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

52

hanya membutuhkan penyesuaian terhadap kewenangan setiap lembaga

negara yang ditentukan dalam UUD 1945, akan tetapi juga kewenangan

lembaga negara lain yang kewenangannya diberikan oleh peraturan lain

seperti Peraturan Pemerintah dan Keputusan Presiden atau Peraturan

Presiden. Harus disesuaikan karena hal ini merupakan suatu keharusan

sebagai konsekuensi hukum hierarki peraturan perundang-undangan.

Amandemen konstitusi telah mengubah skema dan format kelembagaan

negara, mulai dari lembaga yang memiliki tingkatan paling tinggi sampai

kepada lembaga yang memiliki tingkatan paling rendah. Di tingkat paling

tinggi, perubahan terjadi pada struktur lembaga tinggi negara, seperti

perubahan keduudkan MPR yang menjadi sejajar dengan lembgaa negara

lain, seperti Presiden, Dewam Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,

Badan Pemeriksa Keuangan, Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi.

Sedangkan, di tingkat paling rendah, perubahan struktur lembaga pemerintah

terjadi mulai dari struktur lembaga pemerintah pusat sampai struktur

pemerintah desa.13

Perubahan UUD 1945 yang terjadi „sekali dalam empat tahapan dalam

kurun waktu empat tahun‟ pada masa transisi demokrasi telah memaksa

Pemerintah untuk melakukan eksperimentasi kelembagaan (institutional

experimentetion). Akibatnya, banyak lembaga negara yang dihapus dan

dibentuk dalam rangka memformulasikan struktur kelembagaan negara yang

sesuai dengan tuntutan konstitusi yang telah direformasi.14

Reformulasi

struktur kelembagaan negara itu juga berimbas pada struktur organisasi

Sekretariat negara dan lembaga-lembaga non-kementerian atau lembaga non

struktural.

Sistem penyelenggaraan kekuasaan negara menggambarkan secara utuh

mekanisme kerja lembaga-lembaga negara yang diberi kekuasaan untuk

13

Jimly asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi ...

h. 350.

14 Jimly asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi ...

h. x.

Page 63: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

53

mencapai tujuan negara. Penyelenggaraan pemerintahan suatu negara akan

berjalan dengan baik apabila didukung oleh lembaga-lembaga negara yang

saling berhubungan satu sama lain sehingga merupakan satu kesatuan dalam

mewujudkan nilai-nilai kebangsaan dan perjuangan negara sesuai dengan

kedudukan, peran, kewenangan dan tanggungjawabnya masing-masing.

Dengan perubahan zaman menjadi semakin maju tentu berdampak bagi

format pemerintahan juga. Perubahan yang diharapkan dalam hal ini

perombakan terhadap format-format kelembagaan birokrasi pemerintahan

yang tujuannya untuk menerapkan prinsip efisiensi agar pelayanan umum

(public service) dapat benar-benar efektif.

Kemudian, harus ada penjelasan terkait lembaga mana yang berhak

menjalankan tugas tersebut atau dapatkah kedua lembaga tersebut membatasi

kekuasaan diantaranya. Dalam hal permasalahan yang lebih relevan misalnya

adalah sejauh mana Presiden dapat menjalankan kekuasaan ekekutifnya dan

seberapa kuat lembaga lain diperbolehkan untuk membatasi penggunaan

kekuasan tersebut. Hal ini tidak menjadi persoalan misalnya pada saat

Presiden mengangkat menteri yang secara tegas telah diatur dalam UUD 1945

sebagai kewenangan Presiden, atau pada saat mengangkat duta dan konsul

yang harus dilakukan dengan persetujuan DPR.

Lowell Barrington menyatakan, badan legislatif dan badan eksekutif

adalah komponen kunci dari struktur politik suatu negara, dan salah satu

karakter penting dari sistem politik adalah pembagian kekuasaan antara badan

legislatif dan badan eksekutif.15

Doktrin separation of powers atau pembagian

kekuasaan antar cabang pemerintahan merupakan bahasan yang penting bila

dikaitkan dengan batas-batas kekuasaan eksekutif Presiden. Ide besar dibalik

separation of powers adalah perlunya pembagian kekuasaan diantara cabang

pemerintahan untuk menghindari terjadinya satu kekuasaan yang absolut

dalam suatu negara.

15

Lowell Barrington, Comparative Politics, Structures and Choices, (Wadsworth: 2013), h.

194.

Page 64: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

54

Timbulnya permasalahan mengenai batas kekuasaan eksekutif Presiden

tersebut secara konsepsi ketatanegaraan tidak dapat dipandang sebagai hal

yang sederhana. Pembatasan kekuasaan Presiden dapat dimaknai sebagai

saling intervensi cabang kekuasaan negara. Hal ini dianggap menyalahi

prinsip separation of powers karena MPR yang merupakan lembaga legislatif

tidak dapat menggunakan kekuasaannya untuk membatasi kewenangan

eksekutif presiden. Doktrin separation of powers atau pemisahan kekuasaan

memang tidak dapat ditemukan secara tekstual dalam konstitusi, namun telah

disepakati secara luas bahwa kedudukannya sangat mendasar dalam negara

demokrasi. Separation of powers merupakan fondasi yang membentuk

struktur konstitusi itu sendiri. Sehingga pelanggaran terhadap doktrin tersebut

dianggap dapat merusak sendi fundamental negara demokrasi.

Terkait dengan hal tersebut, terdapat dua pandangan mengenai derajat

deviasi dalam implementasi doktrin separation of powers yaitu pendekatan

formalist dan pendekatan functionalist. Functionalism menekankan pada

standar, sedangkan formalism mengutamakan aturan. Funsionalisme

mengutamakan pada pencapaian tujuan dari konstitusi, sedangkan formalisme

fokus pada teks konstitusi dan maksud para pendiri bangsa saat menyusun

konstitusi (original understanding). Penganut paham formalis memandang

bahwa doktrin separation of powers membagi dengan tegas fungsi eksekutif,

legislatif dan yudikatif. Dalam hal ini tidak memungkinkan adanya saling

mempengaruhi antar cabang kekuasaan pemerintahan. Sedangkan

fungsionalis beranggapan bahwa setiap cabang kekuasaan memiliki fungsi-

fungsi pokok yang tidak dapat dikurangi, namun diluar hal tersebut

kemungkinan adanya pengaruh dari cabang kekuasaan lain tidak dianggap

bertentangan dengan separation of powers. Pengaruh antar cabang kekuasaan

harus diukur mengguankan standar yang merupakan karakteristik doktrin

separation of powers yaitu:

(i) mempertahankan sistem check and balances;

(ii) mencegah konsentrasi kekuasaan pada satu cabang pemerintahan;

(iii) melindungi hak-hak individu warga negara; dan

Page 65: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

55

(iv) memungkinkan pelaksanaan check and balances serta kerjasama antara

cabang kekuasaan untuk mencapai pemerintahan yang efektif.

Kedua pendekatan tersebut sama-sama memiliki kelebihan dan

kekurangan. Formalis seringkali mengkritik fungsionalis sebagai pihak yang

tidak konsisten dengan struktur teks maupun dengan maksud dari para

perumus konstitusi. Selain hal tersebut, formalis menganggap pendekatan

fungtionalis bersifat terlalu ad hoc dan tidak konsisten dengan prinsip negara

hukum. Sebaliknya, para penganut paham fungsionalis beranggapan bahwa

pendekatan formalis bersifat anti-historis, kaku dan sudah cocoklagi

diterapkan di era negara modern.

Konsep separation of powers dapat dilakukan beriringan dengan

konsep check and balances berasal dari teori klasik tentang mixed atau

balanced government yang dipraktekan di Inggris. Mixed government tidak

mendasarkan pada pembagian kekuasaan namun lebih menekankan pada

partisipai dari kelompok/kelas sosial yang ada dalam masyarakat saat itu.

Pada praktek ketatanegaraan modern, saat ini pengalaman menunjukan bahwa

berbagai negara melaksanakan percampuran antara doktrin separation of

powers dan check and balances dalam satu paket penerapan termasuk

Indonesia.

UUD 1945 nampaknya juga mengakui pencampuran antara doktrin

separation of powers dan check and balances. Sebagaimana diketahui, UUD

1945 secara jelas membedakan antara kekuasaan pemerintahan (eksekutif)

kekuasaan membentuk undang-undang (legislatif), serta kekuasaan

kehakiman (yudikatif) serta mengalokasikan kekuasaan tersebut masing-

masing dalam suatu lembaga khusus. Selain itu dikenal juga doktrin check

and balansces diantara cabang kekuasaan misalnya melalui mekanisme

pembahasan bersama undang-undang, persetujuan DPR dalam pemilihan duta

dan konsul, mekanisme judicial review oleh mahkamah agung dan mahkamah

konstitusi. Pro dan kontra pembentukan BPIP dengan tugas dan fungsi yang

seharusnya sudah diemban oleh MPR dapat terjawab dengan pembagian

kekuasaan antara keduanya dan penerapan sistem check and balances.

Dalam konsep pemisahan kekuasan diantara dua lembaga tersebut tidak

dapat di persalahkan pembentukan BPIP di bawah kekuasaan eksekutif.

Page 66: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

56

Dikarenakan pasca perubahan UUD NRI 1945 penghapusan lembaga

tertinggi negara menyebabkan derajat lembaga-lembaga tersebut menjadi

sejajar secara horizontal tidak vertikal. Sistem ketatanegaraan Indonesia

sesudah Amandemen UUD 1945, dapat dijelaskan sebagai beribut: Undang-

Undang Dasar 1945 NRI merupakan hukum tertinggi dimana kedaulatan

berada di tangan rakyat dan dijalankan sepenuhnya menurut UUD. UUD

1945 NRI, memberikan pembagian kekuasaan (separation of power) kepada

6 (enam) lembaga dengan kedudukan yang sama dan sejajar, yaitu: Presiden,

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),

Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK),

Mahkamah agung dan Mahkamah Konstitusi.

Dalam setiap pembicaraan mengenai organisasi negara, ada dua unsur

pokok yang saling berkaitan, yaitu organ dan functie. Organ adalah bentuk

atau wadahnya, sedangkan functie adalah isinya; organ adalah status

bentuknya, sedangkan functie adalah gerakan wadah itu sesuai maksud

pembentukannya. Dalam naskah UUD 1945 NRI, dan ada pula yang

disebutkan eksplisit hanya fungsinya. Ada pula lembaga atau organ yang

disebut bahwa baik namanya maupun fungsi atau kewenangannya akan diatur

dengan peraturan yang lebih rendah. Dilihat dari segi fungsinya lembaga-

lembaga negara ada yang bersifat utama/primer (primary constitutional

organs) dan bersifat penunjang/sekunder (auxiliary state organs).

Tak hanya separation of powers dan check and balances, pada sebuah

organisasi pemerintahan kesuksesan atau kegagalan dalam pelaksanaan tugas

dan penyelenggaraan kelembagaan pemerintahan, dipengaruhi oleh

kepemimpinan. Melalui kepemimpinan dan didukung oleh kapasitas

organisasi pemerintahan yang memadai, maka penyelenggaraan tata

pemerintahan yang baik (good governance) akan terwujud, sebaliknya

kelemahan kepemimpinan merupakan salah satu sebab keruntuhan kinerja

kelembagaan di Indonesia. Kepemimpinan yang ada di Indonesia

membutuhkan kepemimpinan yang baik sehingga dapat menciptakan

pelayanan yang maksimal kepada masyarakat. Sasaran yang ingin dicapai

Page 67: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

57

dalam pembangunan di Indonesia salah satunya adalah pengaturan sistem

pemerintahan yang baik (good governance). Pengaturan ini dapat dilakukan

dengan penataan kelembagaan yang ada di Indonesia.

Kunci utama memahami good governance adalah pemahaman atas

prinsip-prinsip yang ada di dalamnya. Bertolak dari semua prinsip ini akan

didapatkan tolak ukur kinerja suatu pemerintahan. Baik dan buruknya

pemerintahan bisa dinilai apabila pemerintahan telah bersinggungan dengan

semua unsur-unsur good governance, maka aturan hukum senantiasa

dipandang sebagai pemberi arah bagi setiap proses pembaharuan, karena

perspektif reformasi harus berjalan secara gradual, konseptual dan

konstitusional.

Aplikasi dari prinsip-prinsip good governance dalam peraturan

perundang-undangan Indonesia dituangkan dalam 7 (tujuh) asas-asas umum

penyelenggaraan negara (UU Pasal 3 Nomor 28 tahun 1999 tentang

Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi Kolusi dan

Nepotisme) yang meliputi:16

1. Asas kepastian hukum adalah dalam negara hukum yang mengutamakan

landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan dan keadilan setiap

kebijkan Penyelenggara Negara.

2. Asas tertib penyelenggara negara adalah asas yang menjadi landasan

keteraturan, keserasian dan keseimbangan dalam pengendalian

penyelenggara negara.

3. Asas kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan

umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif dan selektif.

4. Asas keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak

masyarkat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak

diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap

memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia

negara.

16

https://www.academia.edu/28382748

Page 68: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

58

5. Asas porposionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan

antara hak dan kewajiban Penyelenggara Negara.

6. Asas profesionalitas adalah asas yang mengutamakan keahlian yang

berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

7. Asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan

dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat

dipertanggugjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang

kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

BPIP dalam sistem ketatanegaraan, sebelum pembahasan melanjut, kita

harus memahami istilah dari sistem ketatanegaraan terlebih dahulu. Istilah

atau terminologi sistem ketatanegaraan terdiri dari kata sistem dan

ketatanegaraan. Sistem adalah keseluruhan yang terintegrasi dan sifat-

sifatnya tidak dapat direduksi menjadi sifat-sifat yang lebuh kecil. Pendekatan

sistem tidak memutuskan pada balok-balok bangunan dasar atau zat-zat dasar

melainkan lebih menekankan pada prinsip-prinsip organisasi dasar.17

Apabila

pengertian sistem dikaitkan dengan sistem ketatanegaraan maka sistem

ketatanegaraan diartikan sebagai susunan ketatanegaraan, yaitu segala sesuatu

yang berkenaan dengan organisasi negara, baik yang menyangkut tentang

susunan dan kedudukan lembaga-lembaga negara maupun yang berkaitan

dengan tugas dan wewenang masing-masing maupun hubungan satu sama

lain.18

Selanjutnya, apabila sistem ketatanegaraan dikaitkan dengan sistem

ketatanegaraan Indonesia maka dapat diartikan sebagai susunan

ketatanegaraan Indonesia, yaitu segala sesuatu yang berkenaan dengan

susunan organisasi Negara Republik Indonesia, baik yang menyangkut

susunan dan kedudukan lembaga-lembaga negara, tugas dan wewenang

maupun hubungannya satu sama lain menurut peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

17

Fritjof Capra, Titik Balik Peradaban: Sains, Masyarakat dan Kebangkitan Kebudayaan,

(Yogyakarta: Bentang, 2000), h. 371.

18 I Gde Panjta Astawa, Dewan Perwakilan Daerah dalam Sistem Perwakilan menurut

UUD 1945, Seminar Penguatan Lembaga Demokrasi DPD-RI Provinsi Jawa Barat oleh Univ.

Pasundan, 19 November 2005, Bandung, h. 1.

Page 69: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

59

Terhadap hal tersebut, Sri Soemantri membagi dua sistem

ketatanegaraan di Indonesia. Pertama, sistem ketatanegaraan dalam arti

sempit, yakni hanya berkenaan dengan lembaga-lembaga negara yang

terdapat dalam UUD. Kedua, sistem ketatanegaraan dalam arti luas, yakni

meliputi lembaga-lembaga negara yang terdapat dalam dan diluar UUD.

Menurut Sri Soemantri, lembaga neagara yang bersumber pada UUD 1945

hasil perubahan adalah BPK, DPR, DPD, MPR, Presiden (termasuk Wakil

Presiden), MA, MK, KY. Jika dilihat tugas dan wewenangnya, kedelapan

lembaga itu dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni lembaga negara yang

mandiri yang disebut lembaga negara utama (Main State’s Organ) dan

lembaga negara yang mempunyai fungsi melayani yang disebut (Auxiliary

State’s Organ). BPK, DPR, DPD, MPR, Presiden (termasuk Wakil Presiden),

MA, MK merupakan Main State‟s Organ sedangkan KY adalah Auxiliary

State’s Organ.19

Namun, BPIP pasca Perspres Nomor 54 Tahun 2017 yang telah diubah

menjadi Perpres Nomor 7 Tahun 2018 telah menempatkan kedudukannya

pada sistem tata negara sesuai peraturan pembentuknya. Meskipun tidak ada

permasalahan dalam pembentukan BPIP berdasarkan landasan hukumnya

sesuai pembahasan diatas. Karena, pada faktanya BPIP justru memiliki

struktur dan birokrasi yang tidak sama dengan Lembaga Non Struktural.

Seperti yang di katakan oleh Drs. Karjono sebagai Sekertaris Utama BPIP20

,

“di bawah Presiden ada kementerian, Lembaga Pemerintah non kementerian

dan lembaga non struktural. BPIP ini berdiri sendiri sebagai lembaga

langsung di bawah Presiden. BPIP berbeda dalam sistem pemerintahan

Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang

Kementerian Negara. Badan Pembinaan Ideologi Pancasila ini berbeda. Tidak

lazim karena ada kepala sebagai ketua dan ada wakil kepala. BPIP bukan

19

Ahmad Basrah, Kajian Teoritis terhadap Auxiliary State’s Organ dalam Struktur

Ketatanegaraan Indonesia, MMH, Jilid 43 No. 1 Januari 2014. h. 3-4.

20 Drs. Karjono, SH. M.Hum, Sekertaris Utama Badan Pembinaan Ideologi Pancasila dalam

wawancara langsung pada tanggal 28 September 2018.

Page 70: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

60

lembaga non struktural tetapi bukan pula lembaga pemerintah non

kementerian.”

Melihat dari dasar hukum pembentukannya Badan Pembinaan Ideologi

Pancasila dalam hal ini bertindak sebagai lembaga pembantu di bawah

eksekutif. Sesuai dengan Perpres Nomor 7 Tahun 2018 tentan Badan

Pembinaan Ideologi Pancasila, maka badan ini berada di bawah kekuasaan

eksekutif walaupun fungsinya sama dengan empat pilar MPR yang

menjadikan BPIP tentu bukan lembaga negara yang terpisah dari ketiga

kekuasaan besar yang eksis keberadaannya. Bahkan mungkin adanya lembaga

terpisah dan bukan termasuk kewenangannya dalam tiga poros kekuasaan

besar ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak murni menggunakan sistem 3

(tiga) kamar lagi seperti teori trias politica.

Eksistensi dari lembaga-lembaga pelaksana fungsi negara dan

penunjang tugas pemerintahan (state auxiliaries) ini tampaknya menimbulkan

kesemrawutan dalam tatanan pemerintahan maupun kerancuan dalam struktur

ketatanegaraan. Manakah yang disebut sebagai lembaga negara? yang

manakah yang disebut sebagai lembaga negara utama dan yang manakah

yang disebut lembaga negara penunjang (pembantu tugas negara)?

Pertanyaan yang lebih khusus muncul adalah apakah BPIP ini sama

dengan atau setara dengan Kementerian Negara? Melihat dari nama dan

statusnya sebagai lembaga non struktural. Namun, secara struktur BPIP

menggunakan struktur Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK).

Kemudian, kelembagaan negara yang setara kedudukannya dengan komisi-

komisi yang ada di Indonesia, seperti komisi Kejaksaan, Kepolisian

sebagaimana komisi statusnya dalam sistem pemerintahan. Selanjutnya, yang

menjadi bahan acuan adalah ada lembaga negara diluar itu semua yang

kedudukannya sebagai lembaga negara yang terpisah dengan kekuasaan

eksekutif, legislatif dan yudikatif. Berdiri sendiri yaitu seperti Otoritas Jasa

Keuangan dan Bank Indonesia yang memiliki fungsi khusus namun tetap

memiliki hubungan fungsional dengan lembaga lainnya.

Dapat disimpulkan bahwa, pada lembaga atau organisasi tentara,

organisasi kepolisian, organisasi kejaksaan, dan organisasi Bank Sentral

Page 71: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

61

adalah lembaga-Iembaga yang pertama kali harus didorong untuk menjadi

independen, lepas dari kendali dominasi (intervensi) kepala pemerintahan

(Presiden). Sedangkan, pada kelembagaan lain adalah mewujudkan lembaga-

Iembaga penunjang (state auxiliaries atau derivative organ) yang independen,

tidak terkooptasi oleh kekuasaan eksekutif maupun legislatif. Upaya

memberikan independensi kepada lembaga, badan, dan komisi negara ini

adalah sebagai langkah demokratisasi terhadap lembaga-Iembaga yang

menjalankan tugas pemerintahan dalam konteks negara. Maka, BPIP harus

menempatkan kelembagaan negaranya termasuk lembaga penunjang yang

bersifat independen.

Semakin kompleks kegiatan kenegaraan modern, maka semakin banyak

lembaga atau alat perlengkapan yang dibutuhkan untuk menjalankan tugas

atau fungsi negara. Alat perlengkapan atau lembaga yang di-create melalui

konstitusi seringkali tidak lagi mampu menampung tugas-tugas spesifik yang

umumnya membutuhkan independensi dan profesionalitas dalam

pelaksanaannya. Sehingga, bentukan alat perlengkapan atau organ (Iembaga)

baru merupakan conditio sine qua non bagi pertumbuhan negara pada era

milenium ini.

Secara umum alat perlengkapan negara yang berupa state auxiliaries

atau independent bodies ini muncul karena:

1. Adanya tugas-tugas kenegaraan yang semakin kompleks yang

memerlukan independensi yang cukup untuk operasionalisasinya.

2. Adanya upaya empowerment terhadap tugas lembaga negara yang sudah

ada melalui cara membentuk lembaga baru yang lebih spesifik.

Badan Pambinaan Ideologi Pancasila muncul karena dua alasan diatas.

Tugas kenegaraan yang kompleks dari lunturnya nilai Pancasila pada

masyarakat mulai menjadi perhatian pemerintah. Lembaga baru yang lebih

spresifik yang dimaksud adalah bahwa penanaman nilai-nilai Pancasila yang

sudah di jalankan oleh MPR sebelumnya perlu diperkuat atau di khususkan

kelembagaannya namun dengan peran dibawah eksekutif pembentukan

kelembagaannya yang nantinya memiliki kementerin teknis dibawah

Kementerian Hukum dan HAM dan bersinkronisasi dalam melaksanakan

tugas dengan fungsi empat pilar MPR.

Page 72: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

62

Atas kemunculan lembaga-lembaga negara baru itu, Jimly Asshiddiqie

mengklasifikasikan ke dalam dua kriteria, yakni (1) kriteria hierarki bentuk

sumber normatif yang menentukan kewenangannya, dan (2) kriteria

fungsinya yang bersifat utama atau penujang21

Sedangkan dari segi

hierarkinya lembaga negara itu dibedakan kedalam 3 (tiga) lapis, yaitu:22

a. Organ lapis pertama yang disebut dengan lembaga tinggi negara, yakni:

Presiden dan Wakil Presiden, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR),

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD),

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Mahkamah Agung (MA) dan

Mahkamah Konstitusi (MK). Seluruh lembaga tersebut mendapatkan

kewenangan dari Undang-Undang Dasar.

b. Organ lapis kedua disebut dengan lembaga negara, yakni Menteri

Negara, TNI, Kepolisian Negara, KY, KPU dan BI. Lembaga-lembaga

tersebut ada yang mendapatkan kewenangan dari UUD dan ada pula

yang mendapatkan kewenangan dari Undang-Undang.

c. Organ lapis ketiga adalah organ negara yang sumber kewenangannya

berasal dari regulator atau pembentuk peraturan di bawah Undang-

Undang, misalnya Komisi Hukum Nasional dan Komisi Ombudsman.

Menurut Pasal 25 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang

Kementerian Negara, menyebutkan dengan jelas hubungan fungsional antara

kementerian dengan Lembaga Pemerintah Non Kementerian. Sehingga,

kedudukan dan pertanggungjawaban lembaga non kementerian pula ada

dibawah Presiden secara langsung. Ditambah lagi dengan struktur BPIP yang

sama dengan Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang diterapkan saat

ini, yang paling jelas adalah adanya Dewan Pengarah atau dalam Perpres

disebut dengan Dewan Pembina yang ada pada kelembagaan pemerintahan

21

Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi ...

106.

22 Jimly asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi ...

106-112.

Page 73: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

63

BPIP. Menimbulkan kesimpulan bahwa BPIP berada di lapis ketiga dalam

sistem ketatanegaraan Indonesia.

Persoalan yang muncul bahwa BPIP setara dengan Kementerian Negara

dapat dijawab secara singkat. Lembaga-lembaga dibawah Presiden dengan

dasar pembentukan yang dibawah Undang-Undang secara hierarki, membuat

status kelembagaan pembantu pemerintahan termaksud BPIP lingkup

kedudukannya dibawah eksekutif secara langsung termasuk

pertanggungjawabannya dan tidak setara dengan Kementerian Negara yang

dibuat atas dasar Undnag-Undang. Tak ada kesetaraan hubungan antara BPIP

dengan Kementerian Negara, badan ini berdiri independent. Persoalan

mengenai batas kekuasaan eksekutif Presiden dalam hal pembentukan

lembaga pembantu pemerintah akhirnya berkaitan dengan implementasi dari

dua doktrin ketatanegaraan. Perdebatan ketatanengaraan kontemporer

misalnya mengarah pada sejauh mana masing-masing cabang kekuasaan

tersebut dapat melakukan check terhadap cabang cabang kekuasaan lainnya

dalam rangka menciptakan balancing kekuasaan.

Dalam Perpres Nomor 7 Tahun 2018 Tentang BPIP Pasal 2 Ayat (1)

Dengan Peraturan Presiden ini dibentuk BPIP yang merupakan revitalisasi

dari Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila. Revitalisasi

kelembaagan ini mengandung arti bahwa kedudukan BPIP dalam sistem

pemerintahan tidak ada perubahannya dengan UK-PIP yang sebelumnya ada.

Namun, dalam kewenangan dan bentuk kelembaagannya sesuai penjabaran

peneliti diatas lebih diperkuat untuk dapat menjalankan tugas dalam

memberikan penanaman terhadap nilai-nilai ideologi pancasila.

B. Pertanggungjawaban Badan Pembinaan Ideologi Pancasila

Kelembagaan memainkan peran aktif di dalam proses politik

dikebanyakan negara dan kelembagaan menggunakan banyak aktifitas-

aktifitas, diantaranya usaha-usaha paling penting barupa implementasi

Undang-Undang, persiapan proposal legislatif, peraturan ekonomi, lisensi

dalam perekonomian dan masalah-masalah profesional dan membagi

pelayanan kesejahteraan. Indonesia yang masih dalam proses membangun

Page 74: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

64

fondasi negara hukum dan demokrasi masih terus mencari formulasi terbaik

pada saat menghadapi segala macam permasalahan ketatanegaraan

kontemporer.

Dalam negara hukum setiap perbuatan haruslah dipertanggung

jawabkan, termasuk didalamnya adalah Pertanggungjawaban Presiden.

Mekanisme pertanggungjawaban Presiden di Indonesia adalah sebagai bentuk

dari mekanisme pengawasan dan perimbangan kekuasaan dalam sistem

ketatanegaraan Indonesia.23

Setiap kelembagaan dibawah eksekutif/

pemerintah akan memiliki pertanggungjawab yang berbeda. Baik itu

kementerian, non-kementerian ataupun lembaga non struktural serta lembaga-

lembaga independen lainnya. Badan Pembinaan Ideologi Pancasila sesuai

dengan kedudukan kelembagaannya dalam sitem tata negara di Indonesia dan

dasar hukum pembentuknya, berada dibawah Presiden dan bertanggungjawab

langsung kepada Presiden secara administratif.

Akan tetapi, sebagai kelembagaan dengan fungsi dan perannya yang

bersentuhan langsung dengan pola prilaku masyarakat maka

pertanggungjawaban BPIP tidak berhenti kepada Presiden yang memiliki

kekuasaan untuk membentuk dan membubarkan lembaga ini. Namun, BPIP

terhubung secara langsung dengan pola pertanggungjawaban Presdien karena

kedudukan kelembagaan negaranya. Sama halnya dengan lembaga

independen yang dikerahkah sebagai lembaga pembantu lainnya. Pasal 2

Ayat Perpres Nomor 7 Tahun 2018, yaitu (2) BPIP sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden bahwa

pertanggungjawaban lembaga BPIP ditujukan kepada Presiden yang

selanjutnya diteruskan kepada masyarakat sebagai kesatuan laporan

pertanggungjawaban pemerintah secara keseluruhan.

Keberadaan BPIP yang belum menginjak satu tahun membuat lembaga

ini masih dalam proses penataan kelambaan secara internal. Pelaksanaan

tugas dan fungsinya tentu belum sampai tahap sempurna. Apalagi ditambah

dengan struktural BPIP yang walaupun sebagai lembaga baru memiliki

pergolakan dengan adanya beberapa posisi yang saat ini kosong. Namun, tak

23

Andy Wiyanto, jurnal wacana hukum dan konstitusi, “Pertanggungjawaban Presiden dan

Mahkamah Konstitusi”, H. 213

Page 75: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

65

menjadikan semngat adanya lembaga BPIP menjadi pudar. Tak banyak yang

akan diulas mengenai pertanggungjawaban BPIP secara detail namun tetap

pada proses pertanggungjawabannya yang bersentuhan langsung dengan

kebijakan Presiden.

Presiden adalah lembaga negara yang memiliki kekuasaan sebagai

kepala pemerintahan . Oleh karena itu, tindakan Presiden adalah perbuatan

Presiden untuk mengatasi suatu keadaan dalam menyelenggarakan fungsinya

sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Kekuasaan Presiden

merupakan kekuasaan eksekutif, legislative, dan yudikatif, yang dapat

menimbulkan tindakan hukum ataupun tindakan yang bersifat politis dalam

hal mengeluarkan kebijakan dalam pelaksanaan Undang-Undang. Tindakan

politis Presiden atau untuk kebijakannya, pertanggungjawabannya memang

tidak diatur secara eksplisit.24

Terhadap bentuk-bentuk tindakan hukum Presiden yang bersifat

pengaturan, pada level mana Presdien harus mempertanggungjawabkan

tidakannya, dan bagaimana pertanggungjawabannya dilakukan, seperti

banyak yang dikatakan oleh pakar bahwa Presdien bertanggungjawab

langsung kepada rakyat. Namun seperti yag kita ketahui bersama, bahwa

pertanggungjawaban kepada rakyat ini belum dilembagakan oleh suatu

aturan. Namun hal tersebut terjawab dengan keberadaan MA dan MK,

lembaga dimana rakyat dapat secara langsung menggugat dan meminta

pertanggungjawaban hukum atas produk hukum Presiden dalam menjalankan

pemerintahan yang dianggap melanggar hukum dan rasa keadilan masyarakat.

Sistem pertanggungjawaban Presiden merupakan salah satu sub sistem

dari sistem ketatanegaraan yang ditujukan untuk mengontrol dan

mengendalikan kekuasaan dan wewenang yang diberikan kepada Presiden

agar tetap konsiisten menegakkan nilai-nilai konstitusional sesuai dnegan

fungsi-fungsi kekuasaan yang diberikan kepadanya. Lord Acton menegaskan

24

Meri Yarni dan HJ. Netty, Jurnal Pertanggungjawaban, “Pertanggungjawaban Presiden

dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia (Suatu Tinjauan Hukum Perundang-undangan)”, Presiden,

Sistem Ketatanegaraan, h. 72-73.

Page 76: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

66

bahwa, “power tends to corrupt and absolute power tends to corrupt

absolutely”. Oleh karena itu, berbicara tentang pertanggungjawaban terhadap

kekuasaan, secara khusus pertanggungjawaban Presiden merupakan mata

rantai yang tidak terpisahkan dari sistem pengawasan kekuasaan dalam

paham demikrasi dan konstitusi.25

Menurut pendapat peneliti sesungguhnya tanggungjawab dan

petanggungjawaban Presiden secara subtansi tidak sebatas pada lingkup

kekuasaan yang terdapat dalam pasal-pasal UUD dan peraturan perundangan

lainnya, melainkan bertanggungjawab atas filosofi peruntukan kekuasaan

pemerintah dimana Presiden termaksuk di dalamnya. Dasar falsafah yaitu

Pancasila yang dalam pembukaan UUD 1945 dengan tujuan utama

“...melindungi segenap bangsa Indonesia dst. Hal tersebut mnegandung

makna, Presiden bertanggungjawab untuk membebaskan setiap warga negara,

tanpa membedakan suku, bangsa, ras, dana gama, serta membebaskan setiap

daerah dari jerat kemiskinan yang diderita akibat penjajahan,

menyelenggarakan pendidikan guna meningkatkan kualitas hidup bangsa

ungtuk mengangkat martabat agar sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Namun apabila kita berbicara secara umum, pertanggungjawaban itu

tidak hanya dibebankan di pundak Presiden semata, karena penyelenggaraan

pemerintahan bukanlah suatu hal yang mutlak di tangan Presiden sebeb

semua tindakan Presiden merupakan pelaksanaan dari kesepakatan antar DPR

dan Presiden, seperti undang-undang yang pelaksanaannya senantiasa dalam

pengawasan DPR. pengawasan tersebut dapat melingkupi mulai perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi.

Sementara untuk tindakan politis Presiden atau untuk kebijakannya,

pertanggungjawaban memang tidak diatur secara eksplisit. Namun, fungsi

pengawasan yang dimiliki oleh DPR dengan beberapa hak, yaitu hak angket,

hak interpelasi dan hak menyatakan pendapat dapat mengawasi pelaksanaan

Undang-Undang dan menilai kebijakan Presiden. Sehingga sewaktu-waktu

25

Firdaus, Pertanggungjawaban Presiden dalam Negara Hukum Demokrasi, (Yrama

Widya: Bandung 2007), h. 141.

Page 77: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

67

DPR dapat memanggil Presiden untuk memberikan laporannya, yang dapat

diartikan sebagai pertanggungjawaban.

C. Pandangan Islam tentang Pancasila

Islam dan Pancasila sebagai sebuah ideologi di indonesia menarik untuk

dikaji, untuk itu dalam bagian ini akan diulas serta dianalisis antara Pancasila

dalam kaitannya dengan Islam. Ideologi Islam selalu mengacu kepada hukum

tertingginya yaitu Al-qur‟an yang digunakan pula sebagai grundnorm dalam

konsep hukum Islam. Mengkaitkan keduanya dengan melihat titik taut selain

itu juga dikaji apakah terdapat benturan filosofis diantara keduanya.

Perbincangan tentang Pancasila sesungguhnya sudah sangat panjang, sejak

awal gagasan sampai sekarang ini. Pro dan kontra mengiringi dinamika

perjalanan sejarah Indonesia. Namun satu hal yang penting dicatat,

sebagaimana ditegaskan oleh Nurcholish Madjid, Pancasila telah

menunjukkan keefektifannya sebagai penopang bagi bangsa ini. Walaupun

demikian bukan berarti Pancasila sudah sepenuhnya operasional dan mengisi

semangat zaman. Justru aspek penting yang seharusnya dikembangkan adalah

bagaimana Pancasila menjadi berfungsi penuh sebagai sumber untuk memacu

masa depan. Untuk mewujudkannya adalah dengan menjadikan Pancasila

sebagai ideologi Pancasila.26

Pemikiran Nurcholish Majid tentang Pancasila

sebagai ideologi terbuka merupakan hal menarik di tengah upaya pmbakuan

tefsir tunggal Pancasila. Pembakuan ini berupaya agar Pancasila hanya

memiliki makna tunggal. Tidak terbuka ruang interpretasi yang berbeda.

Pemikiran tentang Pancasila sebagai ideologi terbuka juga merupakan

counter dari upaya untuk menjadikan Pancasila sebagai ideologi tertutup.

Karena itulah, Nurcholish Majid telah melakukan apa yang disebut Fachry

Ali sebagai “desakralisasi ideologi”.

26

Nurcholish Majid, Islam, Kemoderanan dan Keindonesiaan, (Bandung: Mizan, 2008), h.

15-17.

Page 78: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

68

Desakralisasi ideologi adalah upaya untuk menjadikan Pancasila bukan

sebagai ideologi yang sakral. Kerangka ini bermakna bahwa Pancasila

sebagai ideologi seharusnya ditempatkan dalam posisi kritis. Secara arif

Nurcholish Madjid menyatakan bahwa sikap kritis yang muncul dari sikap

terbuka kepada sesama manusia dalam kedalaman jiwa yang saling

menghargai merupakan indikasi adanya petunjuk dari Tuhan. Sikap semacam

ini dinilai Nurcholish Madjid sebagai sikap yang sejalan dengan rasa

ketuhanan atau takwa.27

Cara pandang semacam ini justru membebaskan

Islam dari keterbatasan-keterbatasan sebuah ideologi yang sangat

memperhatikan konteks dan waktu. Pancasila sebagai ideologi terbuka

membuka peluang adanya tafsir yang kontekstual. Tafsir kontekstual

menjadikan Pancasila memiliki peluang besar untuk selalu aktual dan selaras

dengan dinamika kehidupan yang kompleks.

Penulis akan membahas tentang keselarasan antara sila dalam Pancasila

dengan dasar hukum utama dalam Islam, yaitu Al-qur‟an. Baik berupa

implementasi dalam kehidupan maupun cakupan makna yang sesuai dengan

ketentuan antara beragama dengan bernegara. Kesepamahaman ini

merupakan hal yang perlu diapresiasi sebagaimana mestinya karena hakikat

bernegara kita sebagai umat muslim tidak bertentangan dengan ideologi

negara. Sehingga, terciptanya paham yang sejalan dengan bingkai

keseragaman suku ras dan budaya yang berkembang. Keselarasan sila

pertama Pancasila dengan syariat Islam terlihat dalam Al-Qur‟an yang

mengajarkan kepada umatnya untuk selalu mengesakan Tuhan, seperti dalam

Surat Al-Baqarah, ayat 163 yang memiliki arti:

“Dan Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan

melainkan Dia Yang Maha Murah, lagi Maha Penyayang”

Konsep ini menunjukkan bahwa dasar kehidupan bernegara rakyat

Indonesia adalah ketuhanan. Di dalam Islam, konsep ini biasa disebut hablum

27

Nurcholish Madjid, Islam, Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis tentang

Masalah Keimanan, Kemanusiaan, dan Kemodernan (Jakarta: Paramadina, 2005), h. 117.

Page 79: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

69

minAllah yang merupakan esensi dari tauhid berupa hubungan manusia

dengan Allah SWT. Secara lebih privat karena kaitannya antara sang pencipta

dengan ciptaan-Nya.

Sila kedua dari Pancasila ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia

menghargai dan menghormati hak-hak yang melekat dalam diri pribadi

manusia tanpa terkecuali. Jika hubungan manusia dengan Tuhannya

ditunjukkan pada sila pertama, maka hubungan sesama manusia ditunjukkan

pada sila kedua. Konsep hablum minan-naas (hubungan sesama manusia)

dalam bentuk saling menghargai sesama manusia sebagai makhluk ciptaan

Tuhan yang beradab. Tidak ada perbedaan dalam hak dan kewajiban sebagai

sesama manusia ciptaan Tuhan, artinya tidak boleh ada diskriminasi antar

umat manusia. Berperilaku adil dalam segala hal merupakan prinsip

kemanusian yang terdapat dalam sila kedua Pancasila, prinsip ini terlihat

dalam ayat Al-Qur‟an surat Al-Maa‟idah, ayat 8 yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang

selalu menegakkan (kebenaran). Karena Allah, menjadi saksi dengan adil

dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong

kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat

kepada takwa dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha

mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Kemudian, pada sila ketiga ajaran-ajaran secara ini secara benar dipegang

oleh kaun muslimin bukan hanya sekedar ajaran yang diamalkan, akan tetapi

sudah merupakan behavior yang berwujud dalam sikap, tingkah laku, dan

perbuatan. Hal ini terlihat dalam aktivitas sehari-hari berupa pengalaman

shalat berjamaah shalat jum‟ah dan terutama pada saat kaum musimin

bersama berwukuf diarofah. Disinilah tampak sekali jaaran Islam tentang

persatuan. Persatuan saling berbagi tanggung jawab demi mencapai tujuan

mulia ini sungguh sejalan dengan firman Allah sebagai berikut:

Page 80: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

70

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, (dalam

konteks keindonesiaan cita-cita menegakkan keadilan sosial) secara

bersama-sama dan janganlah kamu bercerai-berai” (Q.S. Ali Imran : 103).

Perinsip musyawarah atau syura dalam Islam tidak berbentuk demokrasi

absolut melainkan demokrasi ketuhanan (teodemokrasi) seperti termuat dalam

Al-Qur‟an dan hadist serta praktik yang telah dilaksnakan oleh nabi

Muhammad serta sahabat-sahabatnya. Demokrasi ketuhanan dalam ajaran

Islam hanya berkisar mengenai urusan umat. Jadi, penerapannya hanya

urusan-urusan kesejaahteraan hidup bermasyarakat, bernegara dan lain-lain

yang bersangkutan dengan umat. Dalam menyelesaikan segala urusan umat

hendaklah bermusyawarah mufakat yang dijiwai oleh prinsip-prinsip yang

termuat dalam Al-Qur‟an dan sunnh. Dalam sila keempat Pancasila tentang

permusyawaratan dan/ perwakilan tentang pengembilan kebijaksanaan suatu

keputusan kelompok tertentu atau kebijakan negara dalam skala lebih besar.

Dalam setiap sila Pancasila ternyata mengandung nilai-nilai keislaman,

sebagaimana sila kelima yang mengisyaratkan adanya keadailan dalam proses

penyelenggaraan negara. Keadilan yang dapat dirasakan oleh seluruh rakyat

Indonesia tanpa terkecuali oleh adanya perbedaan agama, ras, dan

sebagainya. Ajaran Islam memuat berbagai konsep mengenai keadilan, baik

adil terhadap diri sendiri maupun orang lain. Sebagai agama yang rahmatan

lil ‘alamiin, misi besar Islam adalah implementasi keadilan dalam segala

sendi kehidupan. Oleh sebab itu, Islam memerintahkan umat muslim untuk

selalu berbuat adil dalam segala hal dan menghindari pertikaian serta

permusuhan agar tatanan sosial masyarakat dapat tercipta dengan baik. Sila

kelima yang menekankan pada keadilan sosial sejatinya merupakan cerminan

dari konsep Islam mengenai keadilan. Mengenai keadilan dalam ajaran Islam

dapat dilihat pada Al-Qur‟an:28

28

M. Saifullah Rohman, Kandungan Nilai-Nilai Syariat Islam dalam Pancasila, Millah

Vol. XIII. No. 1. Agustus, 2013, h. 213.

Page 81: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

71

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat

kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari

perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran

kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (Q.S. An-Nahl : 90).

Islam dan Pancasila bukanlah dua ideologi yang saling berbenturan. Islam

adalah sebuah ajaran yang utuh, yang mengedepankan nilai-nilai Ketuhanan

sekaligus kemanusiaan dan kemasyarakatan. Khazanah Islam telah diletakkan

sebagai fondasi dalam ideologi Pancasila. Islam bukanlah Pancasila, akan

tetapi nilai-nilai Islam telah masuk ke dalam Pancasila yang hingga kini

digunakan sebagai ideologi bangsa Indonesia. Perdebatan antara golongan

Islam dan golongan Nasionalis harus menyadari bahwasanya Islam dan

Pancasila mampu menciptakan proses dialogis, sehingga tak perlu lagi

dibenturkan dalam dua ideologi yang saling bertolak belakang sekaligus

berhadap-hadapan. Kemampuan para Bapak Bangsa dalam meletakkan

fondasi ideologi bangsa yaitu Pancasila mulai dengan fondasi tauhid sebagai

sosok guru utama Pancasila yang mewarnai sila-sila dalam Pancasila

mengakhiri benturan tersebut.29

Sehingga, kesejalanan antara ideologi bangsa

dengan ideologi umat beragama Islam dapat mecapai pemenuhan kebutuhan

kepuasan tanpa adanya pertentangan. Hal tersebut membuat harmonisasi

keselarasaan sila dalam Pancasila dengan keyakinan prinsip bernegara dalam

kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

29

Fokky Fuad, Islam Dan Ideologi Pancasila Sebuah Dialektika, Lex Jurnalica Volume 9

Nomor 3, Desember 2012, h. 170.

Page 82: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

72

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kedudukan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila

Kedudukan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila berada dalam

ranah kekuasaan eksekutif atau eksekutive power karena dasar hukum

pembentukannya. BPIP merupakan kelembagaan penunjang atau state

auxiliary organs atau auxiliary institutions dalam sistem tata negara di

Indonesia. Sebagaimana fungsi dan perannya lembaga ini sama dengan

lembaga negara yang sebelumnya telah ada seperti Ombudsman, dalam

ranah yudikatif. BPIP berdiri dan dibentuk sebagai lembaga pemberi

pengaruh karena kekuasaan yang dimiliki BPIP hanya sebatas usulan

rekomendasi baik kepada Presiden maupun lembaga negara lainnya.

Sehingga, pengaruh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila lewat

pendekatannya yang persuasif terhadap kejadian pada masyarakat dan

rekomendasi yang dikeluarkan menjadikannya lembaga negara yang

mempunyai pengaruh terhadap perbaikan dan terwujudnya pemerintahan

yang baik.

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila dalam menjalankan tugas

kelembagaan juga berhubungan dengan lembaga tinggi negara lainnya

seperti Dewan Perwakilan Rakyat, Kepolisian, dan termasuk Kementerian

serta lembaga negara yang lain. Namun, pusat instruksi dan perijinan

lembaga ini tetap pada Kepala Pemerintahan yaitu, Presiden melalui

Dewan Pengarah BPIP.

2. Petanggungjawaban Badan Pembinaan Ideologi Pancasila

Pertanggungjawaban Badan Pembinaan Ideologi Pancasila

termaksud kedalam pertanggungjawaban Presiden secara khusus dan

langsung kepada masyarakat secara umum serta pengawasan dari DPR

dan lembaga tinggi lainnya dalam menjalankan kelembagaannya. Sesuai

Page 83: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

73

dengan pola pengawasan baik itu dalam kinerja, keuangan dan lain halnya

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dikarenakan revitalisasi kelembagaan ini masih terhitung baru dan

masih dalam proses pembentukan struktural internal. Oleh karenanya,

belum banya yang dapat peneliti paparkan. Namun, rekomendasi-

rekomendasi yang dikeluarkan oleh BPIP merupakan salah satu bentuk

pertanggungjawaban lembaga pemberi pengaruh ini. Hanya saja

masyarakat masih harus memperhatikan dan mengikuti perkembagan

keberadaan BPIP dan fungsi apasaja yang dapat dilakukannya sebagai

bentuk pertanggungjawaban keberadaan kelembagaan.

B. Rekomendasi

1. Kepada Pemerintah

Setelah penyusunan penelitian terhadap kelembagaan di Indonesia

terkhusus berkenaan dengan kekuasaan bidang eksekutif dalam

membentuk lembaga Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP),

peneliti ingin menyampaikan bahwa pembentukan suatu lembaga harus

diperhitungkan kembali antara dasar hukum pembentukannya hingga

sejauh mana lembaga itu akan berwenang. BPIP seharusnya memliki

dasar hukum yang lebih kuat dalam menjalankan tugas dan

kewenangannya pada sistem kenegaraan sehingga tidak ada benturan

tugas atau fungsi yang sama antar lembaga di Indonesia. Dikarenakan

urgensi keberadaan lembaga ini juga yang cukup penting maka

pemerintah harus lebih memperhatikan dan menguatkan kelembagaan

BPIP dalam sistem tata negara.

2. Kepada Badan Pembinaan Ideologi Pancasila

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila sesungguhnya dibutuhkan

dalam sistem ketatanegaraannya melihat tugas dan tujuan dari keberadaan

lembaga penunjang yang bersifat independen tersebut. Sehingga,

diharapkan proses penataan internal lembaga dan mekanisme pelaksanaan

tugas dan kewenangan dapat berjalan seperti yang diinginkan serta

Page 84: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

74

dampak keberadaan lembaga ini dapat dirasaan oleh masyarakat secara

nyata luas sesuai skala nasional kelembagaan BPIP.

3. Kepada Masyarakat

Semoga dengan adanya lembaga BPIP yang bertujuan positif

dalam menanamkan nilai-nilai ideologi Pancasila, masyarakat dapat

membuka pola pikir yang positif pula dan ikut serta dalam proses

perkembangan kebijakan pemerintah sehingga terwujudnya tujuan negara

dan tertanamnya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Page 85: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

75

DAFTRA PUSTAKA

Buku:

Amiruddin dan Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum Cetakan

Pertama. Jakarta: PT Raja Grafindo. 2004.

Arifin, Firmansyah, et all. Lembaga Negara dan Sengkea Kewenangan Antar

Lembaga Negara. Jakarta: Konsorsium Freformasi Hukum Nasional

Bekerjasama dengan Mahkamah Konstitusi RI. 2005.

Arifin, Firmansyah dkk.. Lemabga Negara dan Sengketa Kewenangan

Antarlembaga Negara cet. 1. Jakarta: Konsorsium Reformasi Hukum

Nasional (KRHN). 2005.

Asshiddiqie, Jimly. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara,. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada. 2013.

Asshiddiqie, Jimly. Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi. Jakarta:

Sinar Grafka. 2012.

Asshiddiqie, Jimly. Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia. Jakarta: Sinar

Grafika. 2010.

Asshiddiqie, Jimly. Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca

Reformasi. Jakarta: Sinar Grafika. 2010.

Asshidiqie, Jimly. Konstitusi dan Konstitualisme Indonesia. Jakarta: Sekretariat

Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI. 2005.

Asshiddiqie, Jimly. Menjaga Denyut Nadi Konstitusi: Refleksi Satu Tahun

Mahkamah Konstitusi. Jakarta: Konstitusi Press. 2004.

Azra, Azyumardi dan Komaruddin Hidayat. Pendidikan Kewargaan (Civic

Education), demokrasi,Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group. 2008.

Barrington, Lowell. Comparative Politics, Structures and Choices. Wadsworth.

2013.

Busroh, Abu Daud. Ilmu Negara. Jakarta: Bumi Aksara. 1990.

Capra, Fritjof. Titik Balik Peradaban: Sains, Masyarakat dan Kebangkitan

Kebudayaan. Yogyakarta: Bentang. 2000.

Dwi, Reni Purnomowati. Implementasi Sistem Bikameral dalam Parlemen

Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2005.

Page 86: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

76

Farida, Marifa Indrati S. Ilmu Perundang-undangan: Jenis, fungsi dan Materi

Muatan. Yogyakarta: Kanisius. 2007.

Firdaus. Pertanggungjawaban Presiden dalam Negara Hukum Demokrasi.

Bandung: Yrama Widya. 2007.

Gaffar, Afan. Politik Indinesia: Transisi Menuju Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar. 2006.

Harahap, Krisna. Konstitusi Republik Indonesia Menuju Perubahan ke-5;

melengkapi kajian komprehensif komisi konstitusi & DPD-RI. Jakarta: DPD

RI. 2009.

Hasibuan, Otto. Hak Cipta di Indonesia Cetakan Pertama. Bandung: P.T. Alumni.

2008.

Hestu, B. Cipto Handoyo. Hukum Tata Negara Indonesia. Yogyakarta:

Universitas Atma Jaya Yogyakarta. 2009.

Indra, Mexsasai. Dinamika Hukum Tata Negara di Indonesia. Bandung: PT.

Refika Aditama. 2011.

Inun, H. Kencana Syarif. Pengantar Ilmu Pemerintahan (edisi revisi). Bandung:

PT Rafika Aditama. 2004.

Kansil, Cst. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka. 2002.

Kaelan. Negara Kebangsaan Pancasila: Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis dan

Aktualisasinya. Yogyakarta: Paradigma 2013.

Kelsen, Hans. General Theory of law and State (translate by Andres Wedberg).

Cambridge: Harvard University Press. 1945.

Krisnayuda, Backy. Pancasila dan Undang-Undang: Relasi dan Transformasi

Keduanya dalam Sistem Ketatanegaraan di Indonesia. Jakarta: Prenamedia

Group. 2016.

Laica, Mohammad Marzuki. Berjalan-Jalan di Ranah Hukum. Jakarta: Sekretariat

Jenderal & Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI. 2006.

Majid, Nurcholish. Islam, Kemoderanan dan Keindonesiaan. Bandung: Mizan.

2008.

Madjid, Nurcholish. Islam, Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis tentang

Masalah Keimanan, Kemanusiaan, dan Kemodernan. Jakarta: Paramadina.

2005.

Page 87: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

77

Manan, Bagir dan Susi Dwi Harjanti. Memahami Konstitusi: Makna dan

Aktualisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2014.

Salam, Burhanuddin. Filsafat Pancasilaisme. Jaarta: Rineka Cipta. 1996.

Siahaan, Pataniari. Politik Hukum Pembentukan Undang-undang Pasca

Amandemen UUD 1945. Jakarta: Konstitusi Press. 2012.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia.

2005.

Suhardi. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan

Indonesia. Jakarta. 2008.

Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Badung: Alfabeta.

2005.

Suny, Ismail. Pergeseran Kekuasaan Eksekutif. Jakarta: Askara Batu. 1977.

Syahuri, Taufiqurrohman. Tafsir Konstitusi Berbagai Aspek Hukum. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group. 2011.

Yuhana, Abdy. Sistem Ketatanegaraan Indonesia Pasca Perubahan UUD 1945.

Bandung: Fokus Media. 2007.

Jurnal:

Angelia, Nina. Pemahaman Penanaman Empat Pilar Kebangsaan terhadap Siswa

SMA Negeri 4 Medan, JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik

UMA. 5 (1). 2017.

Basrah, Ahmad. Kajian Teoritis terhadap Auxiliary State’s Organ dalam Struktur

Ketatanegaraan Indonesia. MMH, Jilid 43 No. 1. Januari. 2014.

Dwi, Bayu Anggono. Konstitusionalitas dan Model Pendidikan Karakter Bangsa

Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi. Jurnal Konstitusi Volume 11, Nomor

3. September 2014.

Fuad, Fokky. Islam Dan Ideologi Pancasila Sebuah Dialektika. Lex Jurnalica

Volume 9 Nomor 3. Desember. 2012.

Hartono, Yudi. Model Pembelajaran Nilai-Nilai Karakter Bangsa di Indonesia

dari Masa ke Masa. Jurnal Agastya Vol. 7 No. 1 Janiari, 2017.

Maftuh, Bunyamin. Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila dan Nasionalisme melalui

Pendidikan Kewarganegaraa. Educationist Vol. 2 No. 2 Juli 2008.

Page 88: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

78

Mariana, Montisa. Check and Balances antar Lembaga Negara didalam Sistem

Politik Indonesia, LOGIKA, Vol. XXI No. 1. Desember, 2017.

Muladi. Penatan Lembaga Non-Struktural (LNS) dalam Kerangka Reformasi

Birokrasi serta Upaya Formulasi Kebijakan Strategis Kelembagaan Negara.

Sekretariat Negara: November, 2010.

Nugroho, Iwan. Jurnal Konstitusi: Nilai-Nilai Pancasila sebagai Falsafah

Pandangan Hidup Bangsa Untuk Peningkatan Kualitas Sumber Daya

Manusia dan Pembangunan Lingkingan Hidup Vol. III, No. 2. November,

2010.

Nurtjahyo, Hendra. Lembaga, Badan dan Komisi Negara Independen (State

Auxiliary Agencies) di Indonesia: Tinjauan Hukum Tata Negara. Tahun ke-

35, No.3 Juli-September 2005.

Pusat Kajian Kinerja Kelembagaan. Kajian Desain Kelembagaan Pemerintah

(Arsitektur Kelembagaan Tahun 2014-2019). Jakarta: Deputi Bidang

Kelembagaan & Suber Daya Aparatur Negara, LAN. 2013.

Riyanto. Pancasila Dasar Negara Indonesia, Jurnal Hukum dan Pembangunan

Tahun ke-37 No.3. Juli-September, 2007.

Saifullah, M. Rohman. Kandungan Nilai-Nilai Syariat Islam dalam Pancasila.

Millah Vol. XIII. No. 1. Agustus, 2013.

Sunarto. Prinsip Check and Balances dalm sistem ketatanegaraan di Indonesia,

Masalah - Masalah Hukum. Jilid 45 No. 2. Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Negeri Semarang. April, 2016.

Surakhmad, Winarno. Pendiidkan Pancasila (Pendekatan yang

mengIndonesiakan). Pelangi Ilmu Vol. 2, No. 1, Tahun 2008.

Sutrisno. Peran Ideologi Pancasila dalam Perkembngan Konsstitusi dan Sistem

Hukum di Indonesia, JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan. Vol. 1,

No. 1, Juli 2016.

Wahanu, Hendra Prabandani. Batas Konstitusional Kekuasaan Eksekutif Presiden

(Constitutional Limits of The Presidential Executive Power), Jurnal legislasi

indonesia. vol. 12 no. 3. Oktober, 2015.

Wiyanto, Andy. Pertanggungjawaban Presiden dan Mahkamah Konstitusi. Jurnal

wacana hukum dan konstitusi.

Yarni, Meri dan HJ. Netty. Pertanggungjawaban Presiden dalam Sistem

Ketatanegaraan Indonesia. Suatu Tinjauan Hukum Perundang-undangan.

Pertanggungjawaban, Presiden, Sistem Ketatanegaraan.

Page 89: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

79

Zoelva, Hamdan. Tinjauan Konstitusional Penataan Lembaga Non-Struktural di

Indonesia. Sekretariat Negara RI: November, 2010.

Peraturan perundang-undangan:

Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2018 tentang Badan Pembinaan Ideologi

Pancasila.

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2017 tentang Unit Kerja Pembinaan Ideologi

Pancasila.

Undang-Undang Dasar NRI 1945.

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara.

Lain-lainnya:

Arief, Muhammad Virgy. Upaya Pengembalian Flsafah Hidup Bagsa oleh UKP-

PIP. Majalah Media Mahasiswa Indonesia, Juni 2017. h. 6.

http://jurnalsumatra.com/ukp-pip-jadi-badan-pembinaan-ideologi-pancasila/

http://www.bpip.go.id/informasi/gubernur-lemnasham-lemah-karena-terlalu-

bergantug-pada-hukum-tertulis/

http://setkab.go.id/pancasila-sebuah-kesepakatan-sebagai-bangsa/

https://www.idntimes.com/news/indonesia/agustin/setelah-hina-lambang-negara-

zaskia-gotik-jadi-duta-pancasila-apa-alasannya/full

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160317123858-12-118032/zaskia-gotik-

dilaporkan-ke-polisi-dituding-hina-pancasila

http://nasional.kompas.com/read/2017/10/26/20234201/try-sutrisno-kalau-anti-

pancasila-jangan-di-indonesia

http://setkab.go.id/presiden-jokowi-pemerintah-pasti-tegas-terhadap-organisasi-

dan-gerakan-anti-pancasila/

https://regional.kompas.com/read/2018/01/26/18004191/gadis-yang-lecehkan-

pancasila-dibina-polres-malang-ukp-pip-beri-apresiasi

https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/17/01/05/ojaq89354-

ryamizard-australia-minta-maaf-atas-kasus-pelecehan-pancasila

https://www.academia.edu/28382748

Page 90: KEDUDUKAN KELEMBAGAAN BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...PANCASILA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Analisis Yuridis Undang-Undang

80

https://www.academia.edu/5394546/Makalah_pancasila_revisi

Gde, I Panjta Astawa. Dewan Perwakilan Daerah dalam Sistem Perwakilan

menurut UUD 1945. Seminar Penguatan Lembaga Demokrasi DPD-RI

Provinsi Jawa Barat oleh Univ. Pasundan. 19 November, 2005.

Website resmi Mahkamah Konstitusi: www.mahkamahkonstitusi.go.id.