kedudukan dan peran lembaga komisi yudisial...

94
KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL DALAM SISTEM KETATANEGARAAN DI INDONESIA SKRIPSI DiajukanKepadaFakultasSyariahdanHukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta UntukMemenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh GelarSarjana Hukum (S.H) Oleh : AHMAD MASYHUD NIM: 1110048000063 KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H / 2016 M

Upload: votu

Post on 07-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL

DALAM SISTEM KETATANEGARAAN DI INDONESIA

SKRIPSI

DiajukanKepadaFakultasSyariahdanHukum Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

UntukMemenuhi Salah Satu

SyaratMemperoleh

GelarSarjana

Hukum

(S.H)

Oleh :

AHMAD MASYHUD

NIM: 1110048000063

KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H / 2016 M

Page 2: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga
Page 3: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga
Page 4: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga
Page 5: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

v

ABSTRAK

AHMAD MASYHUD. NIM 1110048000063. KEDUDUKAN DAN

PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL DALAM SISTEM

KETATANEGARAAN DI INDONESIA. Konsentrasi Hukum Kelembagaan

Negara, Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1437 H/2016. 81 halaman.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui posisi semestinya lembaga komisi

yudisial dalam kaitannya dengan kedudukan serta perannya sebagai lembaga

pengawas eksternal dalam kekuasaan kehakiman dan analis terhadap kedudukan

rekomendasi sanksi dalam putusan komisi yudisial terhadap hakim serta urgensi

peranan sebuah lembaga pengawasan komisi yudisial dalam sistem

ketatanegaraan di Indonesia.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yuridis normatif dan library

research yang mana melakukan pengkajian mendasarkan pada pendekatan pada

aspek-aspek : norma-norma hukum, teori tentang pembagian kekuasaan,

pengawasan dalam perspektif hukum islam serta rekomendasi yang dikeluarkan

oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga komisi yudisial dalam

sistem ketatanegaraan di Indonesia.

Hasil penelitian menunjukan bahwa hubungan Komisi Yudisial dengan

Mahkamah Agung adalah Komisi Yudisial sebagai supporting organ dan

Mahkamah Agung sebagai main organ dalam bidang pengawasan perilaku hakim

atau lebih tepat dipahami sebagai hubungan kemitraan (partnership) tanpa

mengganggu kemandirian masing-masing. Kedudukan Komisi Yudisial sebagai

pengawas eksternal diharapkan bisa menutupi kelemahan-kelemahan pengawasan

internal yang dilakukan oleh Mahkamah Agung yang dinilai kurang efektif seperti

adanya semangat untuk membela sesama hakim yang membawa konsekuensi

pada tidak obyektifnya pengawasan, serta kurangnya transparansi dana

kuntabilitas. Pengawasan internal tidak dapat memberikan kesempatan bagi

masyarakat untuk menyampaikan pengaduan dan masyarakat tidak dapat

mengakses pengawasan tersebut.

Kata Kunci : Komisi Yudisial, Mahkamah Agung, Pengawasan Hakim

dalam Islam

Pembimbing : Prof. Dr. H A. Salman Maggalatung, SH, MH

Daftar Pustaka : 2001 sampai dengan 2016

Page 6: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah

memberikan kekuatan dan kemudahan serta nikmat sehingga dengan izin-Nya

penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Tak lupa shalawat serta

salam penulis curahkan kepada Rasulullah Muhammad Saw.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis memperoleh banyak dukungan dan

saran dari berbagai pihak, sehingga ucapan terima kasih penulis sampaikan

dengan tulus dan sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. H. Asep Saepudin Jahar, MA., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. Asep Syaifuddin Hidayat, S.H., M.H dan Drs. Abu Tamrin, S.H.,

M.Hum., Ketua dan Sekertaris Program Studi Ilmu Hukum

3. Prof. Dr. H A. Salman Maggalatung, S.H., M.H., dosen pembimbing skripsi

yang telah meluangkan waktu disela-sela kesibukan untuk memberi nasihat,

kritik, saran dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ipah Parihah, S.Ag., M.H, dosen penasehat akademik yang telah memberikan

nasehat dan arahan kepada penulis.

5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah ikhlas berbagi

ilmu pengetahuan dan pengalamannya kepada penulis.

6. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Mangudin dan Ibunda Siti Suaibah, yang

telah memberikan segala dukungan, baik materil maupun immateril sehingga

penulis dapat menyelesaikan studi S1.

7. Kakak Aji Andika Mufti, adik Ibnu Katsir, Dian Nur Afiah, Muhammad

Zahron, Toriqul Haq yang telah memberikan dukungan kepada penulis untuk

menyelesaikan studi S1.

8. Seluruh teman-teman program studi Ilmu Hukum angkatan 2010.

9. Keluarga Besar LKBHMI (Lembaga Kajian dan Bantuan Hukum Mahasiwa

Islam), khususnya kepada Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si., Muhammad

Ainul Syamsu SH, MH., M. Isnur, S.Hi., M.Ali Fernandez, S.Hi, MH., Teuku

Page 7: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

vii

Mahdar Ardian, S.Hi,MH., Ridho Akmal Nst, S.Sy, MH., Ihdi Karim Makin

Ara, SH, MH., dan Dewan Penasehat serta senior LKBHMI lainnya.

10. Adik-adik pengurus LKBHMI Pereode 2016-2017, khususnya M. Zaenuri,

Humaidi, Abd Qodir (Ucok), Santoso, Agustiar Hariri Lubis, Wahid

Syarifuddin Subekti, dan para pengurus lainnya.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat dijadikan

rujukan penyusunan skripsi selanjutnya.

Jakarta,6 Oktober 2016

Penulis

Ahmad Masyhud

Page 8: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .............................................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................... iv

ABSTRAK ........................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................ 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 9

D. TinjauanPustaka (Review) Terdahulu ........................................... 10

E. Kerangka Teori .............................................................................. 11

F. Metodologi Penelitian ................................................................... 16

G. Sistematika Penulisan .................................................................... 19

BABII LANDASAN TEORI KOMISI YUDISIAL DI INDONESIA ....... 21

A. Dasar Hukum Lembaga Komisi Yudisial Di Indonesia ................ 21

B. Sejarah, Tugas Pokok dan Fungsi Komisi Yudisial di Indonesia . 25

C. Pengawasan Hakim Dalam Perspektif Hukum Islam .................... 34

BAB III KEDUDUKAN KOMISI YUDISIAL PADA MAHKAMAH

AGUNG DALAM PENGAWASAN HAKIM DI

INDONESIA ..................................................................................... 43

A. Pengawasan Hakim oleh Komisi Yudisial .................................... 43

Page 9: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

ix

B. Contoh Rekomendasi Sanksi Komisi Yudisial Nomor :

0070/L/KY/II/2015 Terhadap Mahkamah Agung ....................... 45

C. Hubungan Komisi Yudisial dengan Mahkamah Agung ............... 49

BAB IV ANALISIS REKOMENDASI SANKSI SERTA

URGENSI KOMISI YUDISIAL DALAM SISTEM

KETATANEGARAAN DI INDONESIA ....................................... 63

A. Rekomendasi Sanksi oleh Komisi Yudisial Nomor :

0070/L/KY/II/2015 ....................................................................... 63

B. UrgensiPosisi Komisi Yudisial dalam Kekuasaan Kehakiman

Di Indonesia ................................................................................... 69

C. KedudukanKomisiYudisialDalamSistemKetatanegaraan Di

Indonesia ........................................................................................ 77

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 79

A. Kesimpulan .................................................................................... 79

B. Saran ............................................................................................. 80

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 82

Page 10: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perjalanan ketatanegaraan Indonesia sejak merdeka 17 Agustus

1945, telah mengalami pasang surut baik dalam gagasan, tatanan maupun

terapannya. Sejarah demokrasi pasca kemerdekaan oleh para ahli sering

dibagi kedalam beberapa waktu, yaitu masa demokrasi liberal (1945-

1959), demokrasi terpimpin (1959-1966) dan demokrasi pancasila (1967-

sampai tumbangnya kekuasaan orde baru), secara historis dinamika itu

dapat dilihat fakta sejarah konstitusionalnya, bahwa di Indonesia pernah

diberlakukan beberapa konstitusi UUD 1945, UUD RIS, UUDS 1950,

UUD 1945 dan sekarang Undang-Undang Dasar 1945 hasil amandemen

tahun 1999-2002.

Dalam berbagai konstitusi itu Indonesia pernah mengalami atau

mencoba menjadi Negara Serikat (RIS) meskipun kemudian kembali

menjadi Republik Kesatuan, Indonesia pernah mengalami sistem

pemerintahan parlementer, demokrasi terpimpin dan pemerintahan

presidensil sampai sekarang. Gambaran dinamis tersebut menunjukkan

bahwa konstitusi selalu menjadi dasar dari perubahan ketatanegaraan

suatu negara.1

Ide pembentukan Komisi Yudisial sebenarnya sudah lama

muncul, untuk membuat rancangan Undang-Undang Tentang Ketentuan

1Ma’shum Ahmad, Politik Hukum Kekuasaan Kehakiman Pasca Amandemen Undang-

Undang Dasar1945, (Yogyakarta: Total Media, 2009), Cetakan ke-1, h. 1

Page 11: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

2

Pokok Kekuasaan Kehakiman tahun 1968 rencananya ingin dibentuk

Komisi Yudisial sekarang yang namanya Majelis Pertimbangan

Penelitian Hakim (MPPH). Tugas-tugas yang direncanakan untuk MPPH

waktu itu adalah memberi pertimbangan pada waktu pengambilan

keputusan terahir tentang saran-saran dan/atau usul-usul pengangkatan,

promosi, kepindahan, pemberhentian dan tindakan atau hukuman jabatan

para hakim yang diajukan Mahkamah Agung (MA) atau juga menteri

Kehakiman. Seiring dengan gerakan reormasi tahun 1998 ide untuk

membentuk Komisi Yudisial muncul. Awalnya waktu reformasi itu

terjadi, MPR mengeluarkan ketetapan MPR RI No.X/MPR/1998 tentang

pokok-pokok reformasi pembangunan dalam rangka penyelamatan dan

Normalisasi Kehidupan Nasional. Salah satu isi Tap MPR tersebut adalah

pemisahan fungsi yudikatif (Kekuasaan Kehakiman) dari eksekutif.2

Salah satu persyaratan mutlak atau conditio sine qua non dalam

sebuah negara yang berdasarkan hukum adalah pengadilan yang mandiri,

netral (tidak berpihak), kompeten dan berwibawa yang mampu

menegakkan wibawa hukum, pengayoman hukum, kepastian hukum dan

keadilan. Hanya pengadilan yang memiliki semua kriteria tersebut yang

dapat menjamin pemenuhan hak asasi manusia.

Pentingnya akuntabilitas dalam kekuasaan kehakiman juga

mendorong lahirnya Komisi Yudisial. Kehadiran Komisi Yudisial dalam

sistem kekuasaan kehakiman karenanya bukanlah sekedar “asesoris”

2Buku saku Komisi Yudisial Untuk Keadilan, (Jakarta: Komisi Yudisial Republik

Indonesia, 2010), h.10.

Page 12: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

3

demokrasi atau sekedar “kegenitan” proses pembaruan penegak hukum.

Komisi Yudisial lahir sebagai konsekuensi politik dari adanya

amandemen konstitusi yang ditunjukan untuk membangun sistem check

and balances dalam sistem dan struktur kekuasaan kehakiman, termasuk

didalammya pada sub-sistem kekuasaan kehakiman.3

Kelahiran Komisi Yudisial juga didorong antara lain karena tidak

efektifnya pengawasan internal (fungsional) yang ada di badan-badan

peradilan. Tidak efektifnya pengawasan internal tersebut disebabkan oleh

beberapa faktor, antara lain : (1) kualitas pengawas tidak memadai, (2)

Proses pemeriksaan disiplin yang tidak transparan, (3) belum adanya

kemudahan bagi masyarakat yang dirugikan untuk menyampaikan

pengaduan, memantau proses serta hasilnya (ketiadaan akses), (4)

semangat membela sesama korps (esprit de corps) yang mengakibatkan

penjatuhan hukuman tidak seimbang dengan perbuatan. Setiap upaya

untuk memperbaiki suatu kondisi yang buruk pasti akan mendapat rekasi

dari pihak yang selama ini mendapatkan keuntungan dari kondisi yang

buruk itu, (5) tidak terdapat kehendak yang kuat dari pimpinan lembaga

penegak hukum untuk menindak lanjuti hasil pengawasan.4

Pada dasarnya amandemen Undang-Undang Dasar 1945

dilakukan untuk memperbaiki mekanisme Check and Balance di antara

3Bambang Wijdjoyanto, Komisi Yudisial : Checks and Balances – Dan Urgensi

Kewenangan Pengawasan, (artikel dalam Bunga rampai Refleksi Satu Tahun Komusi Yudisial,

2006), h. 111.

4Mas Achmad Santosa, artikel : Menjelang Pembukaan Komisi Yudisial, (Jakarta: dalam

harian Kompas tanggal 2 Maret 2005), h. 5.

Page 13: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

4

Lembaga Negara pemegang kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif

yang selama Orde Pemerintahan baik Orde Lama maupun Orde Baru

belum dapat terlaksana dengan baik. Khusus pada lembaga yudikatif

diusahakan ada jaminan ketidakberpihakan kekuasaan kehakiman kecuali

terhadap hukum dan keadilan, maka kemudian dilakukan dengan

penyatuan atap Lembaga Peradilan pada Mahkamah Agung, yang

berpotensi menimbulkan monopoli kekuasaan kehakiman oleh

Mahkamah Agung.

Setiap kekuasaan selalu mengandung potensi disalahgunakan

(Mesbruik Van Recht) atau dilaksanakan sewenang-wenang (Arbitrary

willekeur) atau dilaksanakan dengan melampaui wewenang

(Detournement du Povoir). Hal ini dapat terjadi karena dua hal, pertama :

kekuasaan mengandung hak dan wewenang (Recht en bevoeg heid),

kedua : hak dan wewenang, memberi posisi lebih baik terhadap subjek

yang dituntut atau dalam hal ini pencari keadilan, setiap kekuasaan tanpa

mekanisme pengawasan secara cepat atau lambat kekuasaan tersebut

disalahgunakan, Baligante menyatakan “geen macht zonder toiziht” dan

John Emerichh Edward Dalberg-Acton menyatakan “power tends to

corrupts, and absolute power corrupts absolutely”.5

Komisi yudisial diharapkan menjadi lembaga yang mampu

melakukan control eksternal terhadap perilaku hakim dan lembaga

peradilan. Sedangkan Mahkamah Agung berperan melakukan

5Bagir Manan, Kedudukan Penegak Hukum Dalam Sistem Ketatanegaraan RI, (Jakarta:

IKAHI Majalah Varia Peradilan No. 243, 2006), h. 4.

Page 14: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

5

pengawasan internal atas lembaga peradilan. Dua lembaga ini

mempunyai tujuan yang sama yaitu mengembalikan hakim dan lembaga

peradilan sebagaimana harapan rakyat Indonesia.

Hakim dalam menjalankan tugasnya harus berpedoman pada

Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim sebagaimana Keputusan

Bersama Ketua Mahkamah Agung RI dan Ketua Komisi Yudisial RI No.

047/KMA/SKB/IV/2009 garis miring 02/SKB/P.KY/IV/2009 tentang

Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim antara lain mengharuskan

Hakim memiliki perilaku yang amanah, adil dan memberikan kepastian

hokum. Sedangkan lembaga peradilan bukan hanya menjelma menjadi

menara mercusuar yang mampu menyoroti beragam aspek kehidupan

tanpa pernah berperan membangun kedekatan sosial.6

Pembentukan Komisi Yudisial yang juga merupakan konsekuensi

logis yang muncul dari penyatuan satu atap lembaga peradilan pada

Mahkamah Agung (MA). Ternyata penyatuan satu atap berpotensi

menimbulkan monopoli kekuasaan kehakiman oleh Mahkamah Agung.

Disamping itu kekhawatiran Mahkamah Agung tidak mampu

melaksanakan kewenangan administrative, personel, keuangan dan

organisasi pengadilan yang selama ini dilakukan oleh departemen

kehakiman. Bahkan, pandangan yang cukup pesimis menyatakan bahwa

Mahkamah Agung tidak mungkin dapat menjalankan fungsi yang

6Dodi Widodo Dkk, Menegakan Wibawa Hakim, Kerja Komisi Yudisial Mewujudkan

Perradilan Bersih dan Bermantabat, (Jakarta: Komisi Yudisial , 2010), h. 17

Page 15: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

6

diemban dalam penyatuan satu atap secara baik karena mengurus dirinya

sendiri saja Mahkamah Agung tidak mampu.7

Sehingga pada sidang tahunan MPR Tahun 2001 yang membahas

amandemen ketiga Undang-Undang Dasar 1945, lahirlah pasal 24 B

tentang Komisi Yudisial, lembaga Negara yang bersifat mandiri dan

berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai

wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan,

keluhuran, martabat, serta perilaku hakim.8

Pasal 24 B Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar NRI 1945

yang ditetapkan pada tanggal 9 November 2001 mengamanatkan

terbentuknya lembaga yang disebut Komisi Yudisial. Lembaga ini

mempunyai peranan signifikan dalam rangka mengaktualisasikan

gagasan kekuasaan kehakiman yang merdeka dari campur tangan

kekuasaan lain di luarnya dan tidak memihak (independent and impartial

judiciary).9

Keberadaan Komisi Yudisial sebagai lembaga negara yang

bersifat penunjang (auxiliary organ) terhadap kekuasaan kehakiman,

berdasarkan UUD NRI 1945 Komisi Yudisial mempunyai kedudukan

yang sederajat dengan lembaga negara yang lain seperti presiden, DPR,

7Rifqi S. Assegaf, Komisi Yudisial dan Eksaminasi Publik, (Bandung: Citra Aditya Bakti,

2006), Cetakan ke- 4, h. 71.

8Buku saku Komisi Yudisial Untuk Keadilan, (Jakarta: Komisi Yudisial Republik

Indonesia,2012), h.11.

9Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara Dan Pilar-Pilar Demokrasi, (Jakarta: Konstitusi

Pers, 2005), Cetakan ke-2, h. 123.

Page 16: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

7

dan lembaga negara yang lain. Komisi Yudisial bukan merupakan pelaku

kekuasaan kehakiman, tetapi kewenangan yang berhubungan dengan

kekuasaan kehakiman.10

Kewenangan untuk mengawasi para hakim ini masih bersifat

terlalu umum dalam artiannya, sehingga menimbulkan perbedaan

penafsiran yurisdiksi tugas pengawasan perilaku hakim. Mahkamah

Agung menganggap bahwa yang dimaksud pengawasan perilaku tidak

termasuk pengawasan atas putusan hakim (dan eksekusi putusan).

Pengawasan terhadap putusan (teknis yudisial) adalah wewenang

Mahkamah Agung. Sebab, jika hal tersebut dilakukan oleh Komisi

Yudisial dapat mengancam independensi hakim.

Adanya Komisi Yudisial sebagai lembaga pengawas eksternal

yang ada dalam sistem kekuasaan kehakiman di Indonesia tidak menjadi

hal yang mengikat bagi setiap hakim dikarenakan sudah adanya

pengawas internal oleh Mahkamah Agung yang mengikat dalam hal

administratif, kewenangan dan hal lembaga peradilan, sehingga tidak ada

suatu kewajiban bagi setiap hakim untuk memenuhi panggilan yang

dilakukan oleh Komisi Yudisial.

Dari paparan tersebut, membuktikan bahwa ada kesalahpahaman di

antara pihak - pihak tersebut. Maka berdasarkan permasalahan tersebut,

penulis ingin mengangkatnya kedalam suatu penulisan skripsi dengan

10

Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsulidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,

(Jakarta: Konstitusi Press, 2006), Cetakan ke-1, h. 10

Page 17: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

8

judul : “Kedudukan Dan Peran Lembaga Komisi Yudisial Dalam

Sistem Ketatanegaraan Di Indonesia”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam skripsi ini berdasarkan latar belakang

yang telah dipaparkan di atas untuk mempermudah pembahasan dalam

penulisan skripsi ini, penulis membatasinya pada peran antara Komisi

Yudisial dengan Mahkamah Agung serta, kedudukan lembaga Komisi

Yudisial dalam sistem ketatanegaraan di Indonesia.

Pembatasan masalah dalam skripsi ini lebih memfokuskan pada

Komisi Yudisial secara kelembagaan pada saat ini agar dapat diketahui

apakah masih di perlukan atau tidak dalam sistem ketatanegaraan di

Indonesia.

2. Perumusan Masalah

Keberadaan Komisi Yudisial dalam sistem ketatanegaraan di

Indonesia berada dalam posisi yang dilematis karena sebagai lembaga

yang salah satunya mempunyai fungsi sebagai lembaga pengawas

eksternal lembaga peradilan, secara aturan kewenangannya di pandang

masih terlalu lemah karena keputusannya hanya sebagai bahan

pertimbangan untuk Mahkamah Agung.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil suatu rumusan

masalah sebagai berikut :

Page 18: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

9

1. Bagaimana kedudukan dan peran Lembaga Komisi Yudisial dalam

sistem ketatanegaraan di Indonesia ?

2. Bagaimana urgensi lembaga Komisi Yudisial dalam sistem

ketatanegaran di Indonesia ?

3. Bagaimana kedudukan rekomendasi sanksi Komisi Yudisial Nomor

: 0070/L/KY/II/2015 pada Mahkamah Agung ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penulisan

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan diatas.

Maka penelitian ini bertujuan untuk :

a. Untuk mengetahui kedudukan dan peran Lembaga Komisi Yudisial

dalam sistem ketatanegaraan di Indonesia, serta

b. Untuk mengetahui urgensi lembaga Komisi Yudisial dalam sistem

ketatanegaran di Indonesia.

c. Untuk mengetahui kedudukan rekomendasi sanksi Komisi Yudisial

Nomor : 0070/L/KY/II/2015 pada Mahkamah Agung

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian adalah

sebagai berikut:

Page 19: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

10

a. Sebagai acuan untuk menjawab dan mengetahui bagaimana

seharusnya keberadaan Lembaga Komisi Yudisial dalam sistem

Ketatanegaraan di Indonesia.

b. Bagi dunia pendidikan khususnya fakultas hukum dapat dijadikan

sebagai bahan referensi yang berguna untuk menambah wawasan

dan pengetahuan tentang masalah - masalah hukum yang ada

dalam masyarakat.

c. Menjadi referensi bagi perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum

dan Perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

D. Tinjauan Pustaka (Review) Terdahulu

Pengamatan penulis terhadap penelitian sebelumnya. yaitu :

NO Identitas Substansi Pembeda

1

2

Zulkifli, “Komisi

Yudisial Perspektif

Hukum Islam”,

(Yogyakarta, 2004).

Nur Ahsan Saifurrizal,

“Komisi Yudisial dalam

Tulisan tersebut

menjabarkan tentang

pandangan peradilan

islam terhadap Komisi

Yudisial tentang

pengangkatan dan

pengawasan hakim.

Skripsi ini menjelaskan

tentang Komisi Yudisial,

Disini penulis akan

membahas mengenai

kedudukan dan peran

Lembaga Komisi

Yudisial dalam

sistem ketatanegaraan

di Indonesia dengan

mengutamakan pada

posisi dan kedudukan

Page 20: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

11

3

Mengawasi Hakim

Perspektif Peradilan

Islam”

Masripattunnisa,”

Efektifitas Fungsi

Pengawasan Komisi

Yudisial Dalam

Mengawasi Hakim Dan

Pengaruhny Terhadap

Kekuasaan Kehakiman”

(UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2014)

pengawasan hakim

dalam peradilan islam

dan juga menjelaskan

tentang Komisi Yudisial

dalam pengawasan

hakim perspektif hukum

islam.

Skripsi ini menjelaskan

mengenai efektifitas

fungsi pengawasan

Komisi Yudisial secara

umum serta

pengaruhnya terhadap

sistem kekuasaan

Kehakiman di Indonesia.

Komisi Yudisial yang

seharusnya. Dengan

diawali pembahasan

mengeni tinjauan

rekomendasi sanksi

KY Nomor :

0070/L/KY/II/2015

Pada Mahkamah

Agung tentang

pelanggaran Kode

Etik Hakim SR, serta

peran Komisi

Yudisial dalam

kekuasaan kehakiman

dan hubungannya

dengan Mahkamah

Agung.

E. Kerangka Teori

Kehadiran KY pada awal mulanya diharapkan mampu membangun

checks and balances dalam pilar kekuasaan kehakiman sebagai bagian tak

terpisah dari dua pilar lainnya (eksekutif dan legislatif). Pilar kekuasaan

kehakiman bagaimanapun juga merupakan perwujudan dari kedaulatan

Page 21: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

12

rakyat dan supremasi hukum. Pemahaman tersebut erat kaitannya dengan

konsep negara hukum. Konsep negara hukum merupakan perpaduan yang

menghendaki kekuasaan negara ataupun kedaulatan harus dilaksanakan

sesuai hukum begitu pula sebaliknya.

Menurut A.V. Dicey, negara hukum menghendaki pemerintahan itu

kekuasaannya berada di bawah kendali aturan hukum (the rule of law),

terdapat tiga unsur utama di dalamnya, yaitu : 11

a. Supremacy of law, artinya bahwa yang mempunyai kekuasaan

tertinggi di dalam negara adalah hukum/kedaulatan hukum.

b. Equality before the law, artinya persamaan dalam kedudukan hukum

bagi semua warga negara, baik selaku pribadi maupun dalam

kualifikasinya sebagai pejabat negara.

c. Constitusion based on individual rights artinya konstitusi itu bukan

merupakan sumber dari hak-hak asasi manusia dan jika hak-hak asasi

manusia itu diletakkan dalam konstitusi itu hanya sebagai penegasan

bahwa hak asasi itu harus dilindungi.

John Locke adalah sarjana yang pertama kali mengemukakan teori

pemisahan kekuasaan yang membagi kekuasaan pada negara menjadi

kekuasaan legislative (kekuasaan membentuk Undang-Undang),

kekuasaan eksekutif (kekuasaan yang menjalankan Undang-Undang), serta

kekuasaan federatif (kekuasaan yang meliputi perang dan damai, membuat

11

A.V. Dicey, Pengantar Studi Hukum Konstitusi, terjemahan Introduction to the Study of

The Law of the Constitution, penerjemah Nurhadi, M.A (Bandung : Nusamedia, 2014), cetakan ke-

4, h. 251.

Page 22: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

13

perserikatan, dan segala tindakan dengan semua orang serta badan-badan

di luar negeri).12

Trias Politica adalah anggapan bahwa kekuasaan Negara terdiri

atas tiga macam kekuasaan: pertama, kekuasan legislatif atau kekuasaan

membuat Undang-Undang (dalam peristilahan baru sering disebut rule

making function); kedua, kekuasaan Eksekutif atau kekuasaan

melaksanakan Undang-Undang (rule application function); ketiga,

kekuasaan Yudikatif atau kekuasaan mengadili atas pelanggaran Undang-

Undang (rule adjudication function). Trias Politika adalah suatu prinsip

normative bahwa kekuasaan-kekuasaan (function) ini sebaiknya tidak

diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah penyalahgunaan

kekuasaan oleh pihak yang berkuasa. Dengan demikian hak-hak asasi

warga Negara lebih terjamin.13

Maka menurut ajaran ini tidak dibenarkan adanya campur tangan

atau pengaruh-mempengaruhi antara kekuasaan yang satu dengan yang

lainnya. Oleh karena itu ajaran Montesquieu disebut pemisahan

kekuasaan.

Dalam kelembagaan negara, salah satu tujuan utama amandemen

Undang-Undang Dasar 1945 adalah untuk menata keseimbangan (cheeks

and balances) antar lembaga negara. Setiap lembaga baik legislatif,

12

Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, ( Jakarta: Sekretariat Jendral

dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2007), jilid II, h. 13.

13

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasa Ilmu Politik. Edisi Revisi, (Jakarta: Gramedia, 2008)

Cetakan Pertama, h. 281-282.

Page 23: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

14

eksekutif dan yudikatif mengalami perubahan yang signifikan. Khusus

perubahan terhadap lembaga yudikatif dimaksudkan untuk menciptakan

kekuasaan kehakiman yang merdeka yang merupakan salah satu prinsip

penting bagi Indonesia sebagai suatu Negara hukum. Prinsip ini

menghendaki kekuasaan kehakiman yang bebas dari campur tangan pihak

manapun dalam bentuk apapun, sehingga dalam menjalankan tugas dan

kewajibannya ada jaminan ketidakberpihakan kekuasaan kehakiman

kecuali terhadap hukum dan keadilan.

Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 telah menempatkan

Mahkamah Agung tidak lagi sebagai satu-satunya kekuasaan Kehakiman,

tetapi Mahkamah Agung hanya salah satu pelaku kekuasaan kehakiman.

Undang-Undang Dasar 1945 menentukan bahwa Mahkamah Agung dan

badan peradilan yang berada dibawahnya dalam lingkungan peradilan

umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer,

lingkungan peradilan tata usaha negara adalah pelaku kekuasaan

kehakiman yang merdeka, disamping Mahkamah Konstitusi. Mahkamah

Agung dalam melaksanakan kekuasaan kehakiman terlepas dari pengaruh-

pengaruh lainnya.

Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan Negara yang merdeka

untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan

berdasarkan Pancasila, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik

Indonesia (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang

Kekuasaan Kehakiman).

Page 24: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

15

Peradilan yang independen ini identik dengan kekuasaan

kehakiman yang bebas dari campur tangan pihak manapun dan dalam

bentuk apapun telah berusaha diwujudkan dengan pembentukan Komisi

Yudisial berdasarkan ketentuan pasal 24 B Undang-Undang Dasar 1945

dan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Komisi Yudisial yang

menurut pasal 13 Undang-Undang tersebut Komisi Yudisial mempunyai

wewenang :

1. Mengusulkan pengangkatan Hakim Agung dan Hakim ad hoc di

Mahkamah Agung kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk

mendapat persetujuan;

2. Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta

perilaku hakim.

3. Menetapkan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim

bersama-sama dengan Mahkamah Agung; dan

4. Menjaga dan menegakan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku

Hakim.

Sedangkan mekanisme judicial reviw di Indonesia dikenal 2 (dua)

tata cara judicial review, yaitu oleh Mahkamah Konstitusi judicial review

Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar 1945 dan oleh

Mahkamah Agung judicial review peraturan per-Undang-Undangan

dibawah Undang-Undang terhadap Undang-Undang; dimana judicial

review yang dilakukan Mahkamah Agung berdasarkan Pasal 24 C ayat (1)

Page 25: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

16

Undang-Undang Dasar 1945 yang merupakan salah satu pelaku kekuasaan

Kehakiman di Indonesia.

F. Metode Penelitian

Dalam suatu penyusunan Karya Ilmiah maka penggunaan metode

merupakan suatu keharusan mutlak yang diperlukan karena disamping

untuk mempermudah penelitian juga sebagai cara kerja yang efektif dan

rasional guna mencapai penelitian yang optimal. Berikut pemaparannya

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, sehingga data

yang sudah terkumpul akan dianalisa guna memperoleh informasi yang

dapat digunakan untuk mengambil keputusan, serta menggunakan

penelitian pustaka atau library research,14

artinya penelitian yang

didasarkan pada data tertulis yang berasal dari buku, jurnal dan

sumber-sumber data tertulis lainnya yang berguna dan mendukung

penelitian ini. Penelusuran data yang obyeknya berupa penjelasan

terhadap Rekomendasi Sanksi KY Nomor : 0070/L/KY/II/2015 Pada

Mahkamah Agung terhadap pelanggaran Kode Etik Hakim SR serta

peran Komisi Yudisial Undang-Undang Nomor 22 tahun 2004,

Undang-Undang No 18 Tahun 2011 dan Undang-Undang No 48

Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman. baik secara tertulis dan

14

Sutrisno Hadi, Metode Penelitian Research, (Yogyakarta : Yayasan Penerbit Fakultas

Psikologi UGM 2008), Cet. Ke-3, h. 4

Page 26: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

17

dijelaskan dalam kitab dan dan buku-buku secara eksplisit yang

berkaitan dengan Kedudukan dan peran Komisi Yudisial.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dan analitis, yaitu

mendeskripsikan atau memaparkan dan menjelaskan data-data yang

berkaitan erat tentang kedudukan dan peran Komisi Yudisial . Proses

ini dilakukan melalui penguraian dari data-data yang terkumpul, kajian

ini tidak melakukan penghakiman dengan menyalahkan atau

membenarkan salah satu pemikiran atas produk pemikiran lain. Salah

atau benarnya dikembalikan kepada ahlinya.

3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan Yuridis-Normatif,15

yaitu pendekatan untuk

memahami konsep tentang kedudukan dan peran Komisi Yudisial

Menurut Undang-Undang nomor 22 Tahun 2004, Undang-Undang No

18 Tahun 2011,Undang-Undang No 48 Tahun 2009 tentang

kekuasaan kehakiman dan Aturan perUndang-Undangan lainnya yang

dimaksudkan sebagai usaha untuk mendekatkan masalah yang diteliti

berdasarkan aturan, norma, dan kaidah yang sesuai dengan obyek

kajian.

15

Bambang Waluyo, Metode Penelitian Hukum dalam Praktek, (Jakarta : Sinar Grafida,

2009), Ed, -1, Cet. Ke-4 h. 17.

Page 27: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

18

4. Teknik Pengumpulan Data

Penentuan metode pengumpulan data tergantung pada jenis dan

sumber data yang diperlukan. Pada umumnya pengumpulan data dapat

dilakukan dengan beberapa metode, baik yang bersifat alternative

maupun akumulatif yang saling melengkapi.16

Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan yang bersifat

tertulis terutama sumber primer, diantaranya : Rekomendasi Sanksi

KY Nomor : 0070/L/KY/II/2015 Pada Mahkamah Agung terhadap

pelanggaran Kode Etik Hakim SR, Undang-Undang Nomor 18 Tahun

2011 Undang-Undang Nomor 22 tahun 2004 tentang Komisi Yudisial

serta Undang-Undang No 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan

kehakiman dan peraturan perUndang-Undangan lainnya. Sedangkan

sumber data bantu atau tambahan (sekunder) adalah : Buku-buku,

Jurnal dan bahan-bahan yang berkaitan dengan penelitian.

5. Analisis Data

Analisis data merupakan suatu cara yang dipakai untuk

menganalisa, menyusun menggunakan metode komparatif yaitu

menganalisa data yang berbeda dengan jalan membandingkan antara

beberapa peraturan yang berkaitan dengan kedudukan dan peran

lembaga komisi yudisial .

16

Cik Hasan Basri, Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi

Bidang Agama Islam, (Jakarta :Raja Grafindo Persada, 2001), cet. Ke-1, h. 65-66.

Page 28: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

19

6. Teknik Penulisan

Adapun pedoman dalam penulisan skripsi ini, penulis

menggunakan Pedoman Penulisan skripsi, yang telah diterbitkan

Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2012.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penelitian dan pembahasan yang optimal

maka pembahasannya harus dilakukan secara runtut, utuh dan sistematis.

Penyusun membagi pokok pembahasan skripsi ini kedalam lima bab.

Adapun sistematika pembahasan adalah sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan, tinjauannya untuk mengantarkan pada

pembahasan skripsi secara keseluruhan. Bab ini terdiri dari tujuh sub

yang meliputi : latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka (Review)

terdahulu, kerangka teori, metode penelitian, sistematika pembahasan.

Dalam bab ini ditekankan pada latar belakang masalah sebagai

pengantar pada pokok persoalan. Tidak kalah penting dalam bab ini

adalah kerangka teori. Melalui kerangka teori pembaca akan

mengetahui analisis apa yang digunakan penyusun dalam membedah

pokok masalah,

BAB II Landasan Teori Komisi Yudisial Di Indonesia, akan

diuraikan gambaran komisi yudisial di indonesia yaitu dengan sub

Page 29: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

20

bahasan antara lain ; Dasar Hukum Lembaga Komisi Yudisial Di

Indonesia, Sejarah Komisi Yudisial di Indonesia, Tugas Pokok dan

Fungsi Komisi Yudisial di Indonesia, serta Pengawasan Hakim dalam

Perspekstif Hukum Islam.

BAB III Kedudukan Komisi Yudisial Pada Mahkamah Agung

Dalam Pengawasan Hakim Di Indonesi, dengan sub pembahasan

antara lain : Pengawasan Hakim oleh Komisi Yudisial, Contoh

rekomendasi sanksi komisi yudisial no 0070/L/KY/II/2015 terhadap

Mahkamah Agung, serta hubungan Komisi Yudisial dengan

Mahkamah Agung.

BAB IV Analisis Rekomendasi Sanksi Serta Urgensi Komisi

Yudisial Dalam Sistem Ketatanegaraan Di Indonesia dengan rincian

pembahasan sebagai berikut : Rekomendasi sanksi oleh Komisi

Yudisial analisis, penyusun menganalisis Rekomendasi Komisi

Yudisial No 0070/L/KY/II/2015, Urgensi posisi Komisi Yudisial

dalam Kekuasaan kehakiman di Indonesia, serta kedudukan Komisi

Yudisial dalam sistem ketatanegaraan di Indonesia.

BAB V Penutup, dalam bab ini di kemukakan kesimpulan dari

bab-bab sebelumnya. Bab ini merupakan bab terahir yang diakhiri

dengan saran-saran untuk penelitian selanjutnya, khususnya mengenai

Kedudukan dan Peran Komisi Yudisial dalam sistem ketatanegaraan di

Indonesia.

Page 30: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

21

BAB II

LANDASAN TEORI KOMISI YUDISIAL DI INDONESIA

A. Dasar Hukum Lembaga Komisi Yudisial Di Indonesia

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

menegaskan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Sejalan dengan

ketentuan tersebut maka salah satu prinsip penting negara hukum adalah

adanya jaminan penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang merdeka, bebas

dari pengaruh kekuasaan lainnya untuk menyelenggarakan peradilan guna

menegakkan hukum dan keadilan. Menurut sistem UUD 1945, kekuasaan

kehakiman sebagai penyelenggara negara merupakan salah satu badan

penyelenggara negara, di samping MPR, DPR, Presiden dan BPK.1 Sebagai

badan penyelenggara negara, susunan kekuasaan kehakiman berbeda dengan

susunan badan penyelenggara negara yang lain.

Kekuasaan kehakiman yang terdiri atas kekuasaan kehakiman

tertinggi dan kekuasaan kehakiman tingkatan lebih rendah. Sedangkan badan

penyelenggara negara yang lain hanya terdiri atas satu susunan. Tidak ada

susunan badan MPR, DPR, Presiden dan BPK, tingkatan yang lebih rendah.

1Lihat Pasal 1 dan Pasal 2 ayat (1), Ketetapan MPR No.XI/MPR/1998, tentang

Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. UU No.28

Tahun 1999, tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi dan

Nepotisme, Pasal 1 menyebutkan “Penyelenggara Negara adalah Pejabat Negara yang

menjalankan fungsi eksekutif, legislatif, atau yudikatif, dan pejabat lain yang fungsi dan tugas

pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan

perUndang-Undangan yang berlaku”. Penyelenggara Negara mempunyai peran penting dalam

mewujudkan cita-cita perjuangan bangsa. Hal ini secara tegas dinyatakan dalam Penjelasan UUD

1945 sebelum Perubahan, yang menyatakan bahwa ”yang sangat penting dalam pemerintahan dan

dalam hal hidupnya negara ialah semangat para Penyelenggara Negara dan Pemimpin

pemerintahan”.

Page 31: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

22

Sebagaimana susunan badan MPR, DPR, Presiden dan BPK, Komisi

Yudisial pada hakekatnya merupakan amanat dari konstitusi sebagaimana

dirumuskan dalam Pasal 24 A ayat (3) dan 24 B UUD 1945. Pasal 24A ayat

(3) menyatakarn : "Calon Hakim Agung diusulkan Komisi Yudisial kepada

Dewan Perwakilan Rakyat untuk mendapatkan persetujuan dan selanjutnya

ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden." Selanjutnya Pasal 24B

menyebutkan :

1) Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan

pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka

menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku

hakim.

2) Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman

di bidang hukum serta memiliki integritas dan kepribadian yang tidak

tercela.

3) Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden

dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

4) Susunan, kedudukan. dan keanggotaan Komisi Yudisial diatur dengan

Undang-Undang."

Pembentukan Komisi Yudisial juga merupakan konsekuensi logis

yang muncul dari penyatuan satu atap lembaga peradilan pada MA. Ternyata

penyatuan satu atap berpotensi menimbulkan monopoli kekuasaan kehakiman

oleh MA. Di samping itu dikhawatirkan MA tiduk mampu melaksanakan

kewenangan administrasi, personel, keuangan dan organisasi pengadilan yang

Page 32: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

23

selama ini dilakukan oleh departemen kehakiman. Bahkan, pandangan yang

cukup pesimis menyatakan bahwa MA tidak mungkin dapat menjalankan

fungsi yang diemban dalam penyatuan satu atap secara baik karena mengurus

dirinya sendiri saja MA tidak mampu.2

Kehadiran Komisi Yudisial di Indonesia didasarkan pemikiran bahwa

hakim agung yang sudah duduk di Mahkamah Agung dan para hakim

merupakan figur-figur yang sangat menentukan dalam perjuangan

menegakkan hukum dan keadilan, apalagi hakim yang sudah duduk pada

tingkat peradilan tertinggi dalam susunan peradilan. Sebagai negara hukum

masalah kehormatan dan keluhuran martabat, serta perilaku seluruh hakim

merupakan hal yang sangat strategis untuk mendukung upaya menegakan

peradilan yang handal dalam negara hukum. Melalui Komisi Yudisial ini,

diharapkan dapat diwujudkan lembaga peradilan yang sesuai dengan harapan

rakyat sekaligus dapat diwujudkan penegakan hukum dan pencapaian

keadilan melalui putusan hakim yang terjaga kehormatan dan keluhuran

martabat serta perilakunya.3

Sebagaimana Mahkamah Agung, Komisi Yudisial merupakan lembaga

Negara yang terbentuk setelah adanya amandemen terhadap Undang-Undang

Dasar 1945. Komisi Yudisial merupakan lembaga Negara yang bersifat

mandiri dan dalam pelaksanaan wewenangnya bebas dari campur tangan

2Rifqi S. Assegaf dikutip Sirajudie dan Zulkarnain. Komisi Yudisial dan

EksaminasjPubljk, (Bandung : citma Adiya Bakti, 2006), h. 71.

3Majelis Permusyawaratan Rakyat. Panduan dalam Memasyarakatkan Undang-Undang

Dasar Negara RI tahun 1945, Latar Belakang, Proses dan Hasil Perubahan UUD

Negara RI tahun 1945, (Jakarta : Sekjen MPR RI, 2003), h. 195.

Page 33: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

24

atau pengaruh kekuasaan lainnya.4

Dalam konteks ketatanegaraan Komisi Yudisial mempunyai peranan

yang sangat penting yaitu:

1. Mewujudkan kekuasaan kehakiman yang merdeka melalui

pencalonan Hakim Agung.

2. Melakukan pengawasan terhadap Hakim yang transparan dan

partisipatif guna menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran

martabat, serta perilaku hakim.

Dalam hubungannya dengan Mahkamah Agung, Komisi Yudisial

mengusulkan pengangkatan Hakim Agung dengan cara:

1. Melakukan pendaftaran calon Hakim Agung;

2. Melakukan seleksi terhadap calon Hakim Agung;

3. Menetapkan calon Hakim Agung;

4. Mengajukan calon Hakim Agung ke Dewan Perwakilan Rakyat.5

Sedangkan dalam melaksanakan kewenangan menjaga dan menegakkan

kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim, Komisi Yudisial

memiliki tugas melakukan pengawasan, terhadap pelaksanaan pengawasan

ini Komisi Yudisial dapat:

1. Menerima laporan masyarakat tentang perilaku hakim.

2. Meminta laporan secara berkala kepada badan peradilan berkaitan

dengan perilaku hakim.

3. Melakukan pemeriksaan terhadap dugaan pelanggaran perilaku

4Pasal 7B Undang-Undang Dasar 1945 Pasca Amandemen.

5Pasal 14 UU Nomor 22 tahun 2004 tentang Komisi Yudisial

Page 34: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

25

hakim.

4. Memanggil dan meminta keterangan dari hakim yang diduga

melanggar kode etik perilaku hakim.

5. Membuat laporan hasil pemeriksaan yang berupa rekomendasi

disampaikan kepada Mahkamah Agung atau Mahkamah Konstitusi,

serta tindasannya disampaikan kepada Presiden dan Dewan

Perwakilan Rakyat.

Apabila dugaan Komisi Yudisial terbukti, artinya perilaku hakim

benar-benar menyimpang dari peraturan perUndang-Undangan, Komisi

Yudisial dapat mengajukan usul penjatuhan sanksi terhadap hakim kepada

pimpinan Mahkamah Agung dan/atau Mahkamah Konstitusi. Usul

penjatuhan sanksi dapat berupa teguran tertulis, pemberhentian sementara

atau pemberhentian yang bersifat mengikat.

B. Sejarah, Tugas Pokok dan Fungsi Komisi Yudisial di Indonesia

1. Sejarah Terbentuknya Komisi Yudisial

Pembentukan lembaga pengawas peradilan sebenarnya sempat

digagas sebelum terbentuknya Komisi Yudisial. Misalnya, ada wacana

pembentukan Majelis Pertimbangan Penelitian Hakim (MPPH) dan

Dewan Kehormatan Hakim (DKH). MPPH yang telah diwacanakan

sejak tahun 1968, berfungsi memberikan pertimbangan dan mengambil

keputusan terakhir mengenai saran-saran dan/atau usul-usul yang

berkenaan dengan pengangkatan, promosi, kepindahan, pemberhentian,

Page 35: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

26

dan tindakan/hukuman jabatan para hakim yang diajukan, baik oleh

Mahkamah Agung maupun oleh Menteri Kehakiman. Sayangnya, ide

tersebut menemui kegagalan sehingga tidak berhasil menjadi materi

muatan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-

Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.

Sementara Dewan Kehormatan Hakim (DKH) yang tertuang

dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 1999 berwenang mengawasi

perilaku hakim, memberikan rekomendasi mengenai perekrutan,

promosi, dan mutasi hakim, serta menyusun kode etik (code of conduct)

bagi para hakim.

Pasal 24 B perubahan ketiga Undang-Undang NRI 1945 yang

ditetapkan pada tanggal 9 November 2001 mengamanatkan

terbentuknya lembaga yang disebut Komisi Yudisial. Lembaga ini

mempunyai peranan signifikan dalam rangka mengaktualisasikan

gagasan kekuasaan kehakiman yang merdeka dari campur tangan

kekuasaan lain di luarnya dan tidak memihak (independent dan

impartial judiciary).6

Komisi Yudisial karenanya dibentuk dengan dua kewenangan

konstitutif, yaitu untuk mengusulkan pengangkatan hakim agung dan

mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan

kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim. Selanjutnya,

dalam rangka mengoperasionalkan keberadaan Komisi Yudisial,

6Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara Dan Pilar-Pilar Demokrasi, (Jakarta : Konstituti

Pers, 2005), Cetakan ke-2, h. 123.

Page 36: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

27

dibentuk Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi

Yudisial yang disahkan di Jakarta pada tanggal 13 Agustus 2004.

Meski pengesahan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 pada

13 Agustus 2004, namun kiprah Komisi Yudisial dimulai sejak

terbentuknya organ organisasi pada 2 Agustus 2005. Ditandai dengan

pengucapan sumpah ketujuh Anggota Komisi Yudisial periode 2005-

2010 di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Periode tersebut dipimpin Dr. M. Busyro Muqoddas, S.H.,

M.Hum, dan Wakil Ketua M. Thahir Saimima, S.H., M.Hum. Anggota

yang lain adalah Prof. Dr. Mustafa Abdullah (Koordinator Bidang

Penilaian Prestasi Hakim dan Seleksi Hakim Agung), Zaenal Arifin,

S.H. (Koordinator Bidang Pelayanan Masyarakat), Soekotjo Soeparto,

S.H., L.LM. (Koordinator Bidang Hubungan Antar Lembaga), Prof. Dr.

Chatamarrasjid Ais, S.H., M.H. (Alm) (Koordinator Bidang

Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), dan Irawady Jonoes,

S.H. (Koordinator Bidang Pengawasan Keluhuran Martabat dan

Perilaku Hakim) yang tidak dapat menuntaskan hingga masa jabatan

berakhir. 7

Dalam perjalanannya, lembaga yang diberi amanat untuk

mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang

lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran

7http://www.komisiyudisial.go.id/statis-14-sejarah-pembentukan.html di akses pada 3

Januari 2016.

Page 37: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

28

martabat, serta perilaku hakim ini tak luput dari peristiwa yang

menyesakan dada.

Sebanyak 31 orang hakim agung mengajukan permohonan uji

materiil (judicial review) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004

tentang Komisi Yudisial. Yang akhirnya, melalui Putusan Mahkamah

Konstitusi Nomor: 005/PUU-IV/2006, beberapa kewenangan dalam

pengawasan hakim dan hakim MK tidak berlaku. Terkait hakim

konstitusi, putusan tersebut menjadi perdebatan panjang lantaran

pemohon tidak pernah mengajukannya.

Anggota Komisi Yudisial Periode 2010-2015 yaitu

Prof.Dr.H.Eman Suparman, S.H.,M.H, H.Dr. Imam Anshori Saleh,

S.H.,M.Hum, Dr. Taufiqurrohman Syahuri,S.H.,M.H, Dr.Suparman

Marzuki,S.H.,M.Si, H.Dr.Abbas Said,S.H.,M.H, Dr. Jaja Ahmad Jayus,

S.H.,M.Hum, dan Dr. Ibrahim,S.H.,M.H.,LL.M. Proses suksesi

keanggotaan ini dilanjutkan dengan Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua

Komisi Yudisial, yang dipilih dari dan oleh Anggota Komisi Yudisial,

pada 30 Desember 2010. Hasilnya, Prof. Dr. H. Eman Suparman, S.H.,

M.H terpilih sebagai Ketua dan H. Imam Anshori Saleh, S.H., M.Hum

terpilih sebagai Wakil Ketua.

Anggota Komisi Yudisial Paruh I Periode 2015-2020 yaitu Dr.

Aidul Fitriciada Azhari, S.H.,M.Hum.(Ketua), Sukma Violetta,

S.H.,LL.M. (Wakil Ketua), Drs.H. Maradaman Harahap,S.H.,M.H.

(Ketua Bidang Rekrutmen Hakim), Dr. Jaja Ahmad Jayus,

Page 38: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

29

S.H.,M.Hum. (Ketua Bidang Pengawasan Hakim dan Investigasi), Dr.

Sumartoyo,S.H.,M.Hum.(Ketua Bidang SDM, Advokasi, Hukum,

Penelitian dan Pengembangan), Dr.Joko Sasmito,S.H.,M.H. (Ketua

Bidang Pencegahan dan Peningkatan Kapasitas Hakim), Dr. Farid

Wajdi,S.H.,M.Hum.(Ketua Bidang Antar Lembaga dan Layanan

Informasi merangkap Juru Bicara).

Usaha untuk merevisi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004

tentang Komisi Yudisial mulai membuahkan hasil dengan lahirnya

Undang – Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas

Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial

yang disahkan pada 9 November 2011. Kelahiran Undang – Undang ini

menandai kebangkitan kembali Komisi Yudisial.

Selain itu, amunisi lain yang menguatkan kewenangan Komisi

Yudisial adalah Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang

Peradilan Umum; Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang

Peradilan Agama, dan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang

Peradilan Tata Usaha Negara.

2. Tugas Pokok dan Fungsi Komisi Yudisial

Undang-Undang No 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial

yang menjabarkan tugas dan wewenang Komisi Yudisial melalui Pasal

Page 39: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

30

13.Namun ketentuan mengenai Komisi Yudisial sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial

sebagian sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan hukum

masyarakat dan kehidupan ketatanegaraan, berdasarkan pertimbangan

tersebut maka perlu membentuk Undang-Undang tentang perubahan

atas Undang-Undang No 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial.

a. Perbedaan tugas Komisi Yudisial menurut Undang-Undang No. 22

Tahun 2004 dengan Undang-Undang No. 18 Tahun 2011 tentang

Komisi Yudisial.

Perbedaan tugas dalam Undang-Undang No. 22 tahun

2004 dalam hal tugas pengawasaan hakim tidak secara jelas dan

tegas menentukan siapa objek yang diawasi, instrumen apa yang

digunakan, serta bagaimana proses pengawasan itu dilaksanakan.

hal itu dipandang menyebabkan semua ketentuan Undang-

Undang Komisi Yudisial tentang pengawasan menjadi kabur

(obscuur) dan menimbulkan ketidakpastian hukum

(rechtsonzekerheid) dalam pelaksanaannya serta dalam Penjabaran

konsep pengawasan itu sendiri dalam Undang-Undang Komisi

Yudisial menimbulkan ketidakpastian.

Maka dari itu dibentuklah Undang-Undang No. 18 Tahun

2011 perubahaan atas Undang-Undang No. 22 Tahun 2004,

setelah adanya Undang- Undang No. 18 Tahun 2011 problematika

yang menyangkut tentang pengawasaan dapat terselesaikan,

Page 40: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

31

dengan diubahya Pasal 20 yang menyangkut tentang pengawasaan

serta dihapusnya berbagai pasal-pasal yaitu: Pasal 21, 23 Dan

24. Serta Pasal 20 Undang-Undang No. 18 Tahun 2011 dalam hal

tugas pengawasaan hakim lebih rinci dijelaskan mengenai tugas

pengawasan hakim.

b. Persamaan tugas Komisi Yudisial menurut Undang-Undang No. 22

Tahun 2004 dengan Undang-Undang No. 18 Tahun 2011.

Berdasarkan Pasal 13 huruf A Undang-Undang No. 22

Tahun 2004 dengan Undang-Undang No. 18 Tahun 2011

memiliki persamaan dalam hal tugas pengangkatan Hakim

Agung, adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh Komisi

Yudisial untuk melaksanakan tugas-tugasnya berkaitan dengan

pengangkatan Hakim Agung :

a) Melakukan pendaftaraan calon Hakim Agung

Dalam melakukan pendaftaraan calon Hakim Agung

keterlibatan Perguruan Tinggi juga sangat dibutuhkan

dalam melakukan pendaftaran Hakim Agung, selain itu juga

masyarakat sangat dibutuhkan juga dalam memberikan

informasi terhadap calon Hakim Agung seperti yang tertuang

dalam Pasal 17 Ayat (3) Undang-Undang No. 22 Tahun 2004.

Selain itu juga Mahkamah Agung, pemerintah dan masyarakat

juga dapat mengajukan usulan calon hakim, usulan calon

hakim yang diajukan oleh Mahkamah Agung dan badan

Page 41: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

32

peradilan yaitu calon Hakim Karier sedangkan pemerintah dan

masyarakat calon Hakim Non Karier.

b) Melakukan seleksi terhadap calon Hakim Agung

Dalam jangka waktu paling lama 15 (lima belas)

hari sejak berakhirnya masa pengajuan calon Hakim Agung,

Komisi Yudisial melakukan seleksi calon Hakim Agung yaitu:

seleksi administrasi, seleksi uji kelayakan, dan tes kesehatan,

kearifikasi dan wawancara.Untuk mengefektifitaskan proses

seleksi agar mendapatkan calon Hakim Agung yang sesuai

harapan, panitia seleksi harus memenuhi beberapa prinsip

prosedur seleksi yaitu:8

1. Trasparan, artinya kriteria dan proses seleksi harus

terbuka. Keterbukaan mengandung arti bahwa semua

criteria dan proses seleksi dapat diketahui dan diakses

dengan mudah oleh semua calon dan warga

masyarakat. Penetapan kriteria yang bisa diukur dan dinilai

oleh masyarakat juga perlu diperhatikan.

2. Akuntabel. artinya panitia seleksi dalam semia tahapan

seleksi mesti menggunakan metode dan tehnik seleksi

yang bisa dipertangunggjawabkan. Setiap tahapan seleksi

harus saling berhubungan dan memberikan pengaruh yang

8Al Muzammil Yusuf “ seleksi komisi yudisial harus menghasilkan hakimagung

yang reformasi “( Jakarta: Bulletin komisi yudisial, vol 2 februari 2007) h. 20.

Page 42: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

33

signifikan pada tahap selanjutnya.

3. Fair dan bersih. artinya semua kandidat melewati

semua proses yang sama dan mendapatkan perlakuan

yang sama baik dalam memenuhi syarat administrasi

maupun pada tahap memenuhi syarat-syarat lainnya.

Dalam aspek bersih, Komisi Yudisial perlu memiliki

ketegesan terhadap calon-calon yang diketahui memiliki

cacat moral, sekalipun yang bersangkutan secara hukum

belum dapat dibuktikan cacat hukum.9

c) Menetapkan calon Hakim Agung

Setelah melakukan seleksi calon Hakim Agung

Kemudian Komisi Yudisial menetapkan dan mengajukan 3

(tiga) orang nama calon Hakim Agung kepada Dewan

Perwakilan Rakyat untuk setiap 1 (satu) lowongan Hakim

Agung, Penetapan calon Hakim Agung dilakukan dengan

pengambilan keputusan oleh Komisi Yudisial secara

musyawarah untuk mencapai mufakat dengan dihadiri oleh

seluruh Anggota Komisi Yudisial dalam rapat pleno.

d) Mengajukan calon Hakim Agung kepada DPR

Komisi Yudisial mengajukan 3 (tiga) orang nama calon

hakim agung kepada DPR untuk setiap1 (satu) lowongan

9Al Muzammil Yusuf “ seleksi komisi yudisial harus menghasilkan hakimagung

yang reformasi “( Jakarta: Bulletin komisi yudisial, vol 2 februari 2007) h. 21.

Page 43: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

34

Hakim Agung, dengan tembusan disampaikan kepada

Presiden. Selanjutnya, DPR akan menyelenggarakan proses

fit and propert test untuk memilih dan menetapkan Hakim

Agung yang terpilih. Proses ini paling lama 30 (tiga puluh)

hari sejak nama tersebut diserahkan oleh Komisi Yudisial.

Bagi mereka yang terpilih, Presiden akan mengangkat Hakim

Agung paling lama 14 (empat belas) hari sejak nama-nama

calon diajukan ke DPR.

C. Pengawasan Hakim Dalam Perspektif Hukum Islam.

Al-Qur‟an secara tekstual tidak menetapkan Negara dan cara bernegara

secara lengkap dan jelas, tetapi ide dasar tentang hidup bernegara dan

pemerintahan diungkapkan oleh al-Qur‟an, bahkan nama system

pemerintahannya pun disebutkan. Dari ide dasar itulah, fiqh siyasah

dikembangkan menjadi sebuah bidang pengetahuan yang membicarakan

politik dan bernegara (hukum tata Negara).10

Dalam fiqh siyasah, tiga kekuasaan ini disebut al-sultah al- tanfidhiyyah

yang berwenang menjalankan pemerintahan (eksekutif), al- sultah al-

tasyri’iyyah yang berwenang membentuk Undang-Undang (legislatif), dan

al-sultah al-qada’iyyah yang berkuasa mengadili setiap sengketa (yudikatif).

Tiga istilah cabang kekuasaan ini muncul pada masa kontemporer sebagai

dinamika pemikiran politik yang terus berkembang dalam merespon

10

Beni Ahmad Saebani, Fiqih Siyasah ;Pengantar Ilmu Politik Islam,(Bandung; Pustaka

Setia, 2007), Edisi Pertama, h.13

Page 44: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

35

perkembangan ketatanegaraan di Barat.11

Sedangkan menurut Abdul Kadir Audah, kekuasaan dalam negara

Islam itu dibagi ke dalam lima bidang, artinya ada lima kekuasaan dalam

Negara Islam, yaitu:

1). Sultah Tanfizhiyyah (kekuasaan penyelenggara undang- undang),

2). Sultah Tasyri‟iyyah (kekuasaan pembuat Undang-Undang),

3). Sultah Qada‟iyyah (kekuasaan kehakiman).

4). Sultah Maliyyah (kekuasaan keuangan),

5). Sultah Muraqabah wa Taqwim (kekuasaan pengawasan masyarakat).

Al-Sultah al-Qada’iyyah yang berkuasa mengadili setiap sengketa

(peradilan) merupakan suatu lembaga yang telah dikenal sejak dari zaman

purba sampai dengan masa sekarang ini dan dia merupakan sebuah

kebutuhan yang tak dapat ditawar-tawar keberadaannya sebab lembaga

peradilan merupakan salah satu prasyarat tegaknya pemerintahan dalam

rangka menyelesaikan sengketa yang terjadi di antara para warga negara.

Kontrol pengawasan merupakan satu instrumen penting yang harus ada

dalam membangun pemerintahan yang bersih dan baik. Kontrol bukan saja

dilakukan secara internal, oleh pemimpin kepada bawahannya, melainkan

juga eksternal oleh rakyat kepada aparat negaranya. Kesadaran dan

pemahaman akan pentingnya kontrol ini, haruslah dimiliki oleh segenap

pemimpin pemerintahan, para aparat di bawahnya, dan oleh segenap rakyat.

Semua orang harus menyadari bahwa keinginan untuk membangun

11

Ahmad Sukardja, Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara Dalam

Prespektif Fikih Siyasah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), cet ke- 1 h.126.

Page 45: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

36

pemerintahan yang baik hanya dapat dicapai dengan bersama-sama

melakukan fungsi kontrolnya.

Berkaca kepada sejarah hidup Rasulullah saw melakukan pengawasan

yang benar-benar menyatu dalam kehidupan. Jika ada seseorang yang

melakukan kesalahan, maka pada saat itu juga Rasulullah saw menegurnya,

sehingga tidak ada kesalahan yang didiamkan oleh Rasulullah saw saat

itu. Rasulullah saw pernah melihat seseorang yang wudlunya kurang baik, ia

langsung ditegur saat itu juga. Ketika ada seorang sahabat yang

shalatnya kurang baik, Rasulullah saw mengatakan: “Shalatlah anda karena

sesungguhnya anda adalah orang yang belum melaksanakan shalat”.12

Dalam hak mengawasi/mengontrol (Haq al-Muraqabah) terdapat suatu

lembaga menurut Abdul Qadhir Audah yaitu Sultah Muraqabah wa

Taqwim (kekuasaan pengawasan masyarakat) kekuasaan ini lebih

melakukan pengawasan terhadap pemerintahan secara umum. Pimpinan

pemerintahan dalam konsepsi Islam, dipilih berdasarkan kualifikasi dan

spesifikasi tertentu. Syarat-syarat dan kualifikasi pokok bagi suatu jabatan

publik tersebut, selain memiliki syarat moral dan intelektual, adalah

kejujuran (amanah); kecakapan atau mempunyai otorisasi dalam mengelola

pemerintahan dengan pengawasan-pengawasan dari kelompok

pemerintahannya (quwwah); dan keadilan (‘adalah) sebagai manifestasi

12

Didin Hafidhudin dan Henry Tanjung, Manajemen Syari’ah Dalam Praktek, (Jakarta:

Gema Insani, 2003), Cetakan ke-1, h . 159.

Page 46: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

37

kesalehan.13

Penguasa dalam arti sempit ialah pemerintah atau penguasa seperti

khalifah, jika penguasa diartikan dalam arti luas bisa berupa penguasa atau

kepala pada suatu bidang tertentu misalnya hakim sebagai penguasa

dalam bidang peradilan. Dalam suatu peradilan terdapat seorang Qadhi

(hakim) yang mengurusi peradilan, Qadhi mempunyai tugas untuk

melaksanakan keadilan. Oleh karena itu, seorang Qadhi harus menjaga

segala tingkah lakunya dan menjaga kebersihan pribadinya dari perbuatan

yang dapat menjatuhkan martabatnya sebagai Qadhi. Qadhi tidak boleh

terpengaruh dengan keadaan di sekelilingnya atau tekanan dari siapa pun,

ia harus tetap tegar dari segala pengaruh dari pihak mana pun.14

Pemikiran-pemikiran tentang asas-asas umum pemerintahan yang baik

digali selaras dan senafas dengan contoh- contoh yang bersumber utama dari

fiqh siyasah antara lain adalah: (1) asas amanah; (2) asas tanggung jawab (al-

mas‘uliyyah); (3) asas maslahat (al-maslahah); (4) asas pegawasan (al-

muraqabah). Syarat-syarat menjadi seorang Qadhi yaitu : islam, baligh,

berakal, merdeka, laki-laki, adil, mengenal hukum-hukum kitab dan Sunnah,

mengetahui ijma’, mengetahui perbedaan pendapat para ulama, mengetahui

jalan ijtihad, mengetahui literature Bahasa arab, mengetahui tafsir, mendengar,

melihat, bisa menulis, serta cerdas. Al- Tobary mengatakan hakim bisa

13

Rofi‟ Munawwar, Siyasah Syar’iyah: Etika Politik Islam, (Surabaya: Risalah Gusti,

2005), Cetakan ke-2, h. 11

14

Abdul Manan, Etika Hakim Dalam Penyelenggaraan Peradilan, (Jakarta : Kencana

2007), Cetakan ke-1, h. 33.

Page 47: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

38

perempuan dengan alasan, bahwa setiap orang bisa memutuskan sebuah

hukum, maka berhak menjadi hakim, kecuali hal yang dikhususkan oleh ijma’

yaitu masalah imamah al-Kubro.15

Pengawasan oleh masyarakat akan tumbuh apabila masyarakat hidup

dalam sebuah sistem yang menempatkan aktivitas pengawasan (baik kepada

penguasa maupun sesama warga) adalah sebuah aktivitas wajib lagi mulia.

Melakukan pengawasan dan koreksi terhadap penguasa hukumnya adalah

wajib. Ketaatan kepada penguasa tidak berarti harus mendiamkan mereka.

Allah telah mewajibkan kepada kaum muslim untuk melakukan koreksi

kepada penguasa mereka. Perintah kepada mereka agar mengubah para

penguasa tersebut bersifat tegas; apabila mereka merampas hak-hak rakyat,

mengabaikan kewajiban-kewajiban rakyat, melalaikan salah satu urusan

rakyat, menyimpang dari hukum-hukum Islam, atau memerintah dengan

selain hukum yang diturunkan oleh Allah, sebagaimana yang terdapat

dalam al-Qur‟an dan al-Hadits yang mengatakan:

Artinya : “ Hendaknya ada di antara kalian, sekelompok umat yang

mengajak kepada kebaikan serta menyeru pada kemakrufan dan mencegah dari

kemungkaran” (QS. Ali Imran: 104).

Dalam kitab Shahih Muslim, hadits No.49, dari abi Sa‟id al-khudri yang

menyatakan, Rosulullah saw, bersabda:

15

Imam Al-Qodhi Abu Walid Muhammad Bin Ahmad Bin Muhammad Ibnu Rusyd,

Bidayat al-Mujtahid Wa Nihayat al-Muqtashid. h. 377.

Page 48: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

39

ره بيده فان لم يستطع فبلسانو, فإن لم يستطع فبقلبو منكم من رأى منكرا ف لي غي . ) رواه المسلم (وذلك اضعف اإليمان

Artinya : “Siapa saja diantara kalian yang melihat kemunkaran, maka

hendaknya dia mengubahnya dengan tangannya. Apabila tidak mampu, maka

dengan lisannya, apabila tidak mampu, maka dengan hatinya. Itulah selemah-

lemahnya iman” (HR Muslim)16

.

. Hadis ini merupakan bentuk pengungkapan dalam rangka melakukan

koreksi terhadap para penguasa, serta menentang mereka yang zalim itu. Hal

lain yang perlu dipahami ialah bahwa Islam senantiasa menekankan kepada

setiap umatnya untuk menunaikan kewajiban-kewajibannya. Apabila setiap pihak

menunaikan kewajiban-kewajibannya, maka hal itu akan berimplikasi pada

terpenuhinya hak-hak setiap pihak. Apabila kewajiban-kewajiban ditunaikan

maka hak-hak akan terpenuhi dengan sendirinya tanpa perlu dituntut.

Di dalam Islam terutama dalam tatanegara Islam secara khusus tidak

menyebutkan lembaga yang mengatur tentang pengawasan terhadap hakim.

Namun, ada suatu yang identik dan diberikan kewenangan untuk mengawasi

perilaku hakim yang dikenal dengan sebutan Qadhi al-Qudhat . Adapun

pengertian, sejarah dan wewenang akan dijelaskan seperti berikut.

1. Pengertian Qadhi al-Qudhat

Secara bahasa, Qadhi al-Qudhat terdiri dari dua kata, yakni:

.yang artinya : hakimnya para hakim قاضى dan قضاة

Sedangkan menurut istilah, Qadhi al-Qudhat bisa diartikan

sebagai Hakim Mahkamah Agung. Al-Qadha adalah Al-Ikhbar bi al-

16

Al-Hafizh Zaki Al-Din „Abd Al-„Azim Al-Mundziri, Shahih Muslim, (Beirut : 2008),

edisi terbaru cetakan 1, h. 37.

Page 49: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

40

Hukm al-syar’i ‘ala sab’i al-‘ilzam (pemberitahuan tentang suatu

hukum syariat yang bersifat mengikat). Abu abdillah menjelaskan

bahwa yang dimaksud ikhbar itu boleh disalah fahami sebagai ikhbar

lawan dari insya’ yang berkemungkinan benar atau dusta, maksudnya

merupakan perintah Qadhi tentang suatu hukum syariat yang bersifat

mengikat.17

Tak lepas dari kewenangan untuk menjaga kehormatan

(pengawasan) para hakim Qadhi al-Qudhat juga bisa disepadankan

dengan Komisi Yudisial.

2. Wewenang Qadhi al-Qudhat

Qadhi al-Qudhat selain bertugas mengangkat hakim-hakim juga

berwenang memecat hakim dan menerima permintaan hakim yang

ingin mengundurkan diri, juga mengurusi urusan administrasi. Qadhi

al-Qudhat juga memberikan pengawasan kepada para hakim

bawahannya. Tugas dari institusi ini juga meneliti keputusan-

keputusan hakim-hakim di bawahnya bahkan mempunyai hak untuk

membatalkan keputusan hakim-hakim di daerah, sekilas memang

seperti peran Mahkamah Agung. Tetapi dalam hal mengawasi hakim

terdapat lembaga tersendiri di Indonesia yaitu Komisi Yudisial selain

megawasi para hakim Mahkamah Agung, Komisi Yudisial juga

mengawasi para hakim Mahkamah Konstitusi meskipun masih

17

Al-Qadhi Taqiyyuddin An-Nabhani, Nizhâm al-Hukm fî al-Islâm, diperluas dan dirinci

oleh Syaikh Abd Al-Qadhim Zallum, min mansyurat Hizb Al-Tahrir, (mu'tamadah ; 2002) cet vi,

h. 182.

Page 50: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

41

banyak kontroversi dalam wewenang mekanisme pengawasannya.

Tugas dan wewenang para Qadhi al-Qudhat dapat dirincikan

sebagai berikut:

1. Mengangkat Qadhi dan pejabat-pejabat peradilan bagi yang

dipandang mampu, baik yang menjabat di pemerintahan jauh

ataupun dekat.

2. Berwenang untuk memecat Qadhi di bawahnya.

3. Menyelesaikan Qadhi yang mengundurkan dirinya dari jabatan

yang dia emban jika memang dipandang membawa maslahat.

4. Mengawasi hal ihwal para Qadhi.

5. Meneliti putusan-putusan Qadhi dan meninjau kembali putusan-

putusan tersebut.

6. Mengawasi tingkah laku Qadhi di tengah-tengah masyarakat.

7. Mengawasi pada segi administratif dan pengawasan terhadap fatwa.

8. Berwenang untuk membatalkan suatu putusan hakim.

Selain mempunyai tugas dan wewenang Qadhi al-Qudhat juga

mempunyai hak, yaitu: 18

1. Qadhi al-Qudhat mempunyai hak mengundurkan diri dari jabatannya

jika dipandang maslahat.

2. Qadhi al-Qudhat mempunyai hak untuk ditetapkan atau diangkat

oleh khalifah.

Qadhi al-Qudhat selain bertugas mengangkat hakim-hakim juga

berwenang memecat hakim dan mengundurkan diri, dan mengurusi

urusan administrasi. Qadhi al-Qudhat juga memberikan pengawasan

kepada para hakim bawahannya. Sebagai lembaga yang diberikan

kewenangan oleh khalifah dalam mengawasi hakim, sekilas juga

peran ini mirip dengan Komisi Yudisisal, tentunya Qadhi al-Qudhat

18

Teungku Muhammad Hasbi Asshiddiqie, Peradilan dan Hukum Acara Islam (Semarang

: Pustaka Rizki Putra, 2001), Cetakan ke-2, h. 52.

Page 51: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

42

harus mengawasi hal ihwal para Qadhi dan mengawasi tingkah laku

Qadhi di tengah-tengah masyarakat. Hal itu bisa dilihat dari ketentuan-

ketentuan dari Etika Profesi Hakim („Adabul Qadhi) sebagai ukuran

dalam mengawasi. „Adabul Qadhi adalah tingkah laku yang baik dan

terpuji yang yang harus dilaksanakan seorang qadhi dalam

berinteraksi sesama manusia dalam menjalankan tugasnya.

Berdasarkan hal ini dapat dikatakan bahwa „adabul Qadhi perbuatan

yang patut dilaksanakan oleh seorang Qadhi baik di dalam mahkamah

maupun di luar mahkamah.

Di luar mahkamah seorang Qadhi tidak seharusnya ia bergaul

bebas dengan masyarakat di sekelilingnya atau berjalan-berjalan

dengan mereka melainkan hanya sekedar perlunya saja. Seorang Qadhi

juga tidak dibenarkan bersenda gurau secara berlebihan, hal ini akan

menjatuhkan martabat dan wibawanya sebagai Qadhi. Seorang Qadhi

juga tidak dibenarkan berjalan-jalan di pasar sendirian, jika hendak

membeli sesuatu yang diperlukannya sebaiknya ia pergi bersama

dengan pembantu-pembantunya. Juga seorang Qadhi tidak seharusnya

membeli barang-barang dari kenalannya, karena dikhawatirkan

hatinya akan cenderung terikat dengan kenalannya itu.19

19

Abdul Manan, Etika Hakim Dalam Penyelenggaraan Peradilan, (Jakarta : Kencana

2007), Cetakan ke-1, h . 33-34.

Page 52: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

43

BAB III

KEDUDUKAN KOMISI YUDISIAL PADA MAHKAMAH AGUNG

DALAM PENGAWASAN HAKIM DI INDONESIA

A. Pengawasan Hakim Oleh Komisi Yudisial

Komisi Yudisial sebagai organ konstitusional (constitutionally based

power) yang diharapkan dapat membereskan persoalan pengawasan hakim

selain berwenang mengusulkan pengangkaran hakim agung harus menerima

kenyataan pahir bahwa wewenang pengawasan tidak dapat

diimplementasikan sesuai amanat konstitusi setelah Mahkamah Konstitusi

menyatakan inkonstitusionalitas payung hukum wewenang pengawasan

Komisi Yudisial yang tertuang dalam pasal 20 sampai pasal 25 Undang-

undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Komisi Yudisial.

Dalam putusannya, Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa segala

ketentuan Undang-Undang Komisi Yudisial yang menyangkut pengawasan

harus dinyatakan bertentangan dengan UUDNRI 1945 dan tidak mempunyai

kekuatan hukum mengikat karena terbukti menimbulkan ketidakpastian

hukum (rechtsonzekerheid).1 Sebagaimana diketahui, ketentuan-ketentuan

yang diputus bertentangan dengan UUDNRI Tahun 1945 oleh MK itu

merupakan pasal-pasal inti UU Komisi Yudisial sehingga mengakibatkan :

1. Hakim konstitusi tidak termasuk hakim yang perilaku etiknya harus di

awasi Komisi Yudisial.

2. Komisi Yudisial tidak lagi mempunyai wewenang pengawasan.

1 Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 005/PUU-IV/2006.

Page 53: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

44

Dengan demikian, berdasarkan putusan tersebut, saat ini tidak lagi

ketentuan peraturan perundang-undangan dibawah konstitusi yang

mengharuskan adanya pengawasan eksternal hakim.

Dalam pasal 24B UUDNRI 1945 lebih menempatkan Komisi Yudisial

sebagai (watcdog) yang hanya didesain untuk mencari kesalahan hakim

daripada sebagai mitra kerja sejajar (sparing patner) yang selain mencari

kesalahan juga bisa memberikan penghargaan terhadap prestasi, bahkan

memperjuangkan kesejahteraannya. Selain mengusulkan pengangkatan hakim

agung, pasal 24B UUDNRI 1945 hanya memberikan kewenangan kepada

Komisi Yudisial untuk menjaga dan menegakan kehormatan, keluhuran

martabat, serta perilaku hakim. Kewenangan itu diterjemahkan menjadi

bentuk pengawasan yang di desain secara tidak maksimal oleh Undang-

undang Komisi Yudisial, sehingga akhirnya dinyatakan bertentangan dengan

UUDNRI 1945 oleh Mahkamah Konstitusi.

Kedudukan Komisi Yudisial ditentukan oleh UUDNRI 1945 sebagai

lembaga tersendiri karena dianggap sangat penting dalam upaya menjaga dan

menegakan kehormatan, keluhuran dan perilaku hakim. Jika hakim dihormati

karena integritas dan kualitasnya rule of law dapat sungguh-sungguh

ditegakan sebagaimana mestinya. Tegaknya rule of law itu justru merupakan

prasyarat bagi tumbuh dan berkembangnya sistem demokrasi yang hendak

dibangun sistem konstitusional UUDNRI 1945. Demokrasi tidak mungkin

Page 54: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

45

tumbuh dan berkembang, jika rule of law tidak tegak dengan kehormatan,

kewibawaan dan kepercayaannya.2

Kedudukan Komisi Yudisial ini dapat dikatakan sangant penting.

Secara struktural kedudukannya diposisikan sederajat dengan Mahkamah

Agung dan Mahkamah Konstitusi. Namun demikian, secara fungsional,

perannya bersifat penunjang (auxiliary) terhadap lembaga kekuasaan

kehakiman. Komisi Yudisial bukanlah lembaga penegak norma hukum (code

of law), melainkan lembaga penegak norma etik (code of ethics). Lagipula

komisi ini hanya berurusan dengan soal kehormatan, keluhuran martabat dan

perilaku hakim, bukan dengan lembaga peradilan atau lembaga kekuasaan

kehakiman secara institusional.

B. Contoh Rekomendasi Sanksi Komisi Yudisial Nomor :

0070/L/KY/II/2015 Terhadap Mahkamah Agung

Dalam memeriksa, mengadili dan memutus perkara Praperadilan

Nomor : 04/Pid/Prap/2015/PN.Jkt.Sel dalam putusannya memutuskan:3

Dalam Eksepsi

I. Menolak Eksepsi Termohon (Komisi Pemberantasan Korupsi) untuk

seluruhnya

Dalam Pokok Perkara

1. Mengabulkan Permohonan Pemohon Praperadilan untuk sebagian;

2Jimly Assiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Revormasi,

cet.ke-2 (Jakarta : Sinar Grafika, 2012), h, 158.

3Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Praperadilan Nomor :

04/Pid/Prap/2015/PN.Jkt.Sel.

Page 55: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

46

2. Menyatakan Surat Perintah Penyidikan Nomor : Sprin.Dik-

03/01/01/2015 tanggal 12 Januari 2015 yang menetapkan Pemohon

(Drs. Budi Gunawan,SH.,Msi.,) sebagai Tersangka oleh Temohon

terkait peristiwa pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 huruf a

atau b, pasal 5 ayat (2), pasal 11 atau 12 B Undang-Undang Nomor 31

Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 199 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP adalah tidak sah dan

tidak berdasarkan atas hukum, dan oleh karenanya penetapan aquo

tidak mempunyai kekuatan mengikat ;

3. Menyatakan penyidikan yang dilaksanakan oleh Termohon terkait

peristiwa pidana sebagaimana dimaksud dalam Penetapan Tersangka

terhadap diri Pemohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a

atau b, Pasal 5 ayat (2), Pasal 11 atau 12 B Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun

1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat

1 ke-1 KUHP adalah tidak sah dan tidak berdasarkan atas hukum, dan

oleh karenanya Penyidikan aquo tidak mempunyai kekuatan

mengikat;

4. Menyatakan penetapan Tersangka atas diri Pemohon yang dilakukan

oleh Termohon adalah tidak sah ;

Page 56: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

47

5. Menyatakan tidak sah segala keputusan atau penetapan yang

dikeluarkan lebih lanjut oleh Termohon yang berkaitan dengan

Penetapan Tersangka terhadap diri Pemohon oleh Termohon ;

6. Membebankan biaya perkara kepada Negara sebesar nihil ;

7. Menolak Permohonan Pemohon Praperadilan selain dan selebihnya.

Demikian putusan ini dijatuhkan pada hari SENIN, tanggal 16

FEBRUARI 2015, oleh : H. SARPIN RIZALDI, SH.,MH., Hakim

Praperadilan pada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, putusan tersebut

diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh

Hakim tersebut dengan dibantu oleh ; AYU TRIANA LISTIATI, SH., MH.,

Panitera Pengganti pada Pengadilan Negeri tersebut, dengan dihadiri oleh

Kuasa Pemohon serta Kuasa Termohon.

Atas dasar putusan tersebut Komisi Yudisial menganggap bahwa telah

ada pelanggaran Kode Etik yang telah dilakukan oleh H. Sarpin Rizaldi,

S.H.,M.H. sebagai Hakim dalam Perkara tersebut. Bahwa dalam putusan

Nomor : 0070/L/KY/II/2015, telah memeriksa dugaan pelanggaran Kode Etik

dan Pedoman Perilaku Hakim dan mengambil putusan terhadap Terlapor atas

Nama H. Sarpin Rizaldi, S.H.,M.H. dengan jabatan sebagai hakim Pengadilan

Negeri Jakarta Selatan. Yang selanjutnya disebut terlapor yang bertindak

dalam memeriksa, mengadili dan memutus perkara Praperadilan Nomor :

04/Pid/Prap/2015/PN.Jkt.Sel tanggal 16 Februari 2015.

Dalam amar putusan Komisi Yudisial memutuskan : 4

4Komisi Yudisial Republik Indonesia. Petikan Putusan Nomor :0070/L/KY/II/2015.

Page 57: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

48

1. Menyatakan pokok laporan pelapor yang pertama termasuk dalam

ranah teknis yudisial sehingga meneruskan pokok laporan ini kepada

Mahkamah Agung RI supaya dapat di tindak lanjuti seseuai dengan

kewenangannya.

2. Menyatakan Terlapor sdr. H. Sarpin Rizaldi, S.H.,M.H., terbukti

melanggar Angka 2 butir 1 poin (1), Angka 2 butir 2 poin (1) huruf a,

Angka 3 butir 2 poin (2) dan Angka 3 butir 2 poin (5), Angka 4 butir

2, Angka 8, Angka 9 poin 2, dan Angka 10 Surat Keputusan Bersama

Ketua Mahkamah Agung RI dan Ketua Komisi Yudisial RI Nomor

047/KMA/SKB/IV/2009 dan 02/SKB/P.KY/IV/2009 tentang Kode

Etik dan Pedoman Perilaku Hakim jo. Pasal 6 ayat (2) huruf a, Pasal 6

ayat (3) huruf a, Pasal 7 ayat (1), Pasal 7 ayat (3) huruf f, Pasal 7 ayat

(3) huruf g, Pasal 8 ayat 2 huruf b, Pasal 12 ayat (1) dan ayat (2),

Pasal 13 ayat (4), dan Pasal 14 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan

Bersama Mahkamah Agung Republik Indonesia dan Komisi Yudisial

Republik Indonesia Nomor 02/PB/MA/IX/2012 dan

02/PB/P.KY/09/2012 tentang Panduan Penegakan Kode etik dan

Pedoman Perilaku Hakim.

3. Menjatuhkan sanksi sedang berupa Hakim Non Palu selama 6 (enam)

Bulan.

4. Menyatakan Bukti Pendukung Laporan Masyarakat yang telah

terdaftar dalam register Nomor 0070/L/KY/II/2015 di simpan sebagai

arsip Komisi Yudisial RI.

Page 58: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

49

Demikian diputuskan dalam siding Pleno Komisi Yudisial RI,

bertempat di Jakarta pada hari Selasa, tanggal 30 Juni 2015 dihadiri oleh 7

(tujuh) orang Anggota Komisi Yudisial RI, yaitu Dr. Suparman Marzuki,

S.H.,M.Si., sebagai Ketua merangkap Anggota, dan Dr.H.Abbas Said,

S.H., M.Hum., Dr.H. Eman Suparman S.H.,M.H., Dr. H.Imam Anshori

Saleh.,S.H.,M.Hum., Dr.Taufiqurrohman Syahuri,S.H.,M.H., Dr.Jaja

Ahmad Jayus,S.H.,M.Hum., dan Dr.H.Ibrahim,S.H.,M.H.,L.LM., masing-

masing sebagai Anggota, dengan dibantu oleh Nur Agus

Susanto,S.H.,M.M., sebagai Sekertaris Pengganti.

C. Hubungan Komisi Yudisial dengan Mahkamah Agung Dalam Hal

Pengawasan Hakim di Indonesia

Maksud dibentuknya Komisi Yudisial dalam struktur kekuasaan

kehakiman Indonesia adalah agar warga masyarakat di luar struktur resmi

lembaga parlemen dapat dilibatkan dalam proses pengangkatan, penilaian

kerja, dan kemungkinan pemberhentian hakim. Semua ini dimaksudkan untuk

menjaga dan menegakan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku

hakim dalam rangka mewujudkan kebenaran dan keadilan berdasarkan ke-

Tuhanan Yang Maha Esa. Dengan kehormatan dan keluhuran martabatnya itu

kekuasaan yang merdeka dan bersifat imparsial (independent dan impartial

judiciary) diharapkan dapat diwujudkan sekaligus diimbangi oleh prinsip

akuntabilitas kekuasaan kehakiman, baik dari segi hukum maupun segi etika.

Page 59: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

50

Untuk itu, diperlukan institusi pengawasan yang independen terhadap para

hakim itu sendiri.5

Dalam Konteks supremasi hukum, pengawasan merupakan salah

satu unsur esensial dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih,

sehingga siapapun pejabat negara tidak boleh menolak untuk diawasi.

Melihat pengawasan tiada lain untuk melakukan pengendalian yang

bertujuan mencegah absolutisme kekuasaan, kesewenang-wenangan dan

penyalahgunaan wewenang.6

Ada tiga hal yang menjadi obyek pengawasan terhadap kinerja hakim

yaitu :7

a. Pengawasan bidang teknis peradilan atau teknis yustisial

Yang dimaksud dengan teknis peradilan adalah segala sesuatu

yang menjadi tugas pokok hakim, yaitu menerima, memeriksa,

mengadili dan menyelesaikan perkara yang diajukan kepadanya.

Dalam kaitan ini termasuk pula bagaimana terlaksananya putusan

tersebut. Jadi tujuan pengawasan dalam konteks ini adalah adanya

peningkatan kualitas putusan hakim.

b. Pengawasan bidang administrasi peradilan

Sedang yang dimaksud dengan administrasi peradilan adalah

5A. Ahsin Thohari, Komisi Yudisial & Refeormasi Peradilan ( Jakarta: ELSAM, 2004),

Cetakan ke-1, h. 13-14.

6Yohanes Usfunan, Komisi Yudisial, Bunga Rampai Refleksi Satu Tahun Komisi

Yudisial, ) Jakarta: Komisi Yudisial RI, 2006), h. 207.

7MARI, Pedoman Perilaku Hakim (code of landnet), (Jakarta: MARI, 2004), h. 80- 81.

Page 60: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

51

segala sesuatu yang menjadi tugas pokok kepaniteraan lembaga

pengadilan. Administrasi peradilan disini harus dipisahkan dengan

administrasi umum yang tidak ada sangkutpautnya dengan suatu

perkara di lembaga pengadilan tersebut. Administrasi peradilan erat

kaitannya terhadap teknis peradilan. Suatu putusan pengadilan tidak

akan sempurna apabila masalah administrasi peradilan diabaikan.

c. Pengawasan terhadap perbuatan pejabat peradilan

Pengawasan model ketiga ini adalah pengawasan terhadap

tingkah laku perbuatan (pekerjaan) pejabat pengadilan dan para

hakim panitera, yang mengurangi kewajaran jalannya peradilan

dilakukan berdasarkan temuan-temuan, penyimpangan-

penyimpangan yang dilakukan oleh hakim dan pejabat kepaniteraan,

baik yang dikemukakan atas dasar laporan hasil pengawasan

internal maupun atas laporan masyarakat media massa, dan lain-lain

pengawasan internal.

Sedangkan kewenangannya untuk menjaga dan menegakan

kehormatan, keluhuran martabat serta perilakuhakim, Komisi Yudisial

mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap perilaku hakim dalam

rangka menegakan kehormatan dan keluhuran martabat serta perilaku

hakum. Tugas melaksanakan pengawasan Komisi Yudisial selanjutnya

dijabarkan dalam pasal 22 UU No 18 Tahun 2011 Perubahan atas UU No

22 Tahun 2004, yaitu :

Page 61: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

52

(1) Dalam melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

20 ayat (1) huruf a, Komisi Yudisial menerima laporan masyarakat

dan/atau informasi tentang dugaan pelanggaran Kode Etik dan/atau

Pedoman Perilaku Hakim.

(2) Untuk melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), Komisi Yudisial dapat meminta keterangan atau data

kepada Badan Peradilan dan/atau Hakim.

(3) Pimpinan Badan Peradilan dan/atau Hakim wajib memberikan

keterangan atau data yang diminta oleh Komisi Yudisial

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam jangka waktu 14

(empat belas) hari terhitung sejak tanggal permintaan Komisi

Yudisial diterima.

(4) Apabila Badan Peradilan dan/atau Hakim belum memberikan

keterangan atau data dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud

pada ayat (2), Komisi Yudisial meminta keterangan dan/atau data

tersebut melalui pimpinan Mahkamah Agung.

(5) Pimpinan Mahkamah Agung meminta kepada Badan Peradilan

dan/atau Hakim untuk memberikan keterangan atau data

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dalam jangka waktu 14

(empat belas) hari terhitung sejak tanggal permintaan Komisi

Yudisial.

(6) Apabila permintaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat

(4) tidak dipenuhi tanpa alasan yang sah, pimpinan Badan

Page 62: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

53

Peradilan atau Hakim yang bersangkutan dikenai sanksi sesuai

dengan peraturan perUndang-Undangan.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan tugas

sebagaimana dimaksud padaayat (1) diatur dengan Peraturan

Komisi Yudisial.

Hubungan antara KY sebagai supporting organ dan MA sebagai

main organ dalam bidang pengawasan perilaku hakim seharusnya lebih

tepat dipahami sebagai hubungan kemitraan (partnership) tanpa

mengganggu kemandirian masing-masing, Kemudian dalam Pasal 20

dalam Undang-Undang yang sama,dinyatakan bahwa dalam melaksanakan

wewenang tersebut Komisi Yudisial mempunyai tugas melakukan

pengawasan terhadap perilaku hakim dalam rangka menegakkan

kehormatan dan keluhuran martabat serta menjaga perilaku hakim.

Dalam hal hubungan Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung, yaitu

meliputi :

1. Hubungan kewibawaan yang formal

Hubungan kewibawaan formal adalah hubungan kelembagaan

antara MA dan KY dalam menjalankan amanat Pasal 24A Ayat (3)

UUD 1945 (Hasil Perubahan Ketiga) yaitu Pengusulan pengangkatan

hakim agung di Mahkamah Agung oleh Komisi Yudisial.

2. Hubungan Kemitraan (Partnership)

Page 63: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

54

Hubungan kemitraan (partnership).adalah hubungan kerjasama

antara MA dan KY dalam rangka menjaga dan menegakkan

kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.

Berdasarkan ketentuan ketentuan tersebut dapat disimpulkan bahwa

kedua lembaga tersebut memiliki fungsi yang sama namun pada ruang

lingkup yang berbeda, bahwa MA memiliki wewenang dalam sistem

pengawasan secara internal sedangkan KY memilki wewenang dalam

sistem pegawasan secara eksternal.

a. Sistem pengawasan secara internal yang menjadi kewenangan Mahkamah

Agung :

Selanjutnya, Pasal 32 Undang-Undang Nomor 14 Tahun

1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana diubah dengan Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung menguraikan bentuk-

bentuk pengawasan yang menjadi kewenangan Mahkamah Agung

berikut ini :

1. Mengawasi penyelenggaraan peradilan di semua lingkungan peradilan

dalam menjalankan kekuasaan kehakiman.

2. Mengawasi tingkah laku dan perbuatan para hakim di semua linkungan

peradilan dalam menjalankan tugasnya.

3. Meminta keterangan tentang hal-hal yang bersangkutan dengan tekhnis

peradilan dari semua lingkungan peradilan.

Page 64: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

55

4. Memberi petunjuk, teguran atau peringatan yang dipandang perlu

kepada pengadilan di semua lingkingan peradilan.

Selain sebagai lembaga peradilan tertinggi di negara ini,

Mahkamah Agung juga memiliki fungsi pengawasan dalam lingkup

kekuasaan kehakiman. Pasal 11 ayat (4) Undang-Undang Nomor 4

Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman menyebutkan bahwa

Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi atas perbuatan

pengadilan dalam lingkungan peradilan yang berada di bawahnya.

Pengawasan dan kewenangan sebagaimana dimaksud di atas

tidak boleh mengurangi kebebasan hakim dalam memeriksa dan

memutus perkara. Dari ketentuan di atas terlihat bahwa yang harus

diawasi oleh Mahkamah Agung adalah jalannya peradilan (rechtsgang)

dengan tujuan agar pengadilan-pengadilan menyelenggarakan proses

peradilan dengan seksama dan sewajarnya.8

b. Sistem pengawasan secara eksternal yang menjadi tanggung jawab Komisi

Yudisial.

Dalam pengawasan eksternal Komisi Yudisial sebagai berikut :

1. Menerima laporan masyarakat tentang perilaku hakim;

2. Meminta laporan secara berkala kepada badan peradilan berkaitan dengan

perilaku hakim;

3. Melakukan pemeriksaan terhadap dugaan pelanggaran perilaku hakim

4. Memanggil dan meminta keterangan dari hakim yang diduga melanggar

8Suyuthi, Wildan. “Etika Profesi, Kode Etik, dan Hakim dalam Pandangan Agama”

dalam Pedoman Perilaku Hakim (Code of Conduct), Kode Etik Hakim dan Makalah

Berkaitan. ( Jakarta: Mahkamah Agung RI, 2006), Cetakan Pertama, h. 79

Page 65: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

56

kode etik perilaku hakim;

Bahwa dalam rumusan ketentuan pasal 24 B ayat (1) UUD 1945 hasil

perubahan ketiga dapat menimbulkan kontroversi tersendiri di kemudian hari.

Di situ dirumuskan dengan sangant jelas : “Komisi Yudisial bersifat mandiri

dan berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai

wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakan kehormatan keluhuran

martabat, serta perilaku hakim”. Artinya, tugas pertama komisi ini adalah

mengusulkan pengangkatan hakim agung dan tugas keduanya adalah menjaga

dan menegakan kehormatan, keluhuran martabat serta perilaku hakim.

Karena tugas pertama dikaitkan dengan Hakim Agung dan tugas kedua

dengan Hakim saja, maka dalam hal ini artinya yaitu Komisi Yudisial bertugas

(preventif) dan menegakan (korektif dan represif) kehormatan, keluhuran

martabat dan perilaku semua hakim di Indonesia. Dengan demikian, hakim

harus dijaga dan ditegakan kehormatannya, keluhuran martabat dan

perilakunya mencakup hakim agung, hakim pengadilan umum, pengadilan

agama, pengadilan tata usaha negara, dan pengadilan militer termasuk hakim

konstitusi.

Beberapa kewenangan Komisi Yudisial terkait dengan pengawasan

perilaku hakim dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011.

1. Pengawasan Etika dan Perilaku Hakim

a. Melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap perilaku

hakim.

b. Menerima laporan dari masyarakat berkaitan dengan pelanggaran

Page 66: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

57

kode etik dan/atau pedoman pelaporan hakim.

c. Melakukan verifikasi, klarifikasi, dan investigasi terhadap laporan

dugaan pelanggaran kode etik dan/atau pedoman perilaku hakim.

d. Memutus benar tidaknya laporan dugaan pelanggaran kode etik

dan/atau pedoman perilaku hakim.

e. Mengambil langkah hukum dan/atau langkah lain terhadap orang

perseorangan, kelompok orang dan/atau badan hukum yang

merendahkan kehormatan dan keluhuran martabat hakim.

2. Penyadapan

Untuk mendukung dan memperkuat pelaksanaan tugas yang

bersifat represif dapat meminta bantuan aparat penegak hokum

untuk melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan dalam

merekam pembicaraan dalam hal adanya dugaan pelanggaran kode

etik dan/atau pedoman perilaku hakim. Penyadapan ini merupakan

kewenangan baru bagi Komisi Yudisial dalam menjalankan fungsi

pengawasannya. Komisi Yudisial tidak memiliki kewenangan

menyadap telepon hakim secara langsung. Komisi Yudisial hanya

dapat meminta bantuan aparat penegak hukum dari lembaga KPK,

Kepolisian dan kejaksaan yang memiliki kewenangan tarsebut

karena mengingat Komisi Yudisial bukanlah lembaga penegak

hukum dalam kapasitas pro-justicia.9

9Rishan, Idul. Komisi Yudisial “ Suatu Upaya Mewujudkan Wibawa Peradilan”. (Jakarta

: Genta Press, 2013), Edisi Pertama, h. 109-110.

Page 67: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

58

3. Rekomendasi Sanksi

Pelaksanaan sanksi sering terjadi kontroversi, sekarang

ditegaskan dalam Undang-Undang. Jika putusan Komisi Yudisial

di diamkan dalam waktu 60 hari, hal itu otomatis berlaku dan wajib

dilaksanakan Mahkamah Agung. Dahulu memang harus ditentukan

oleh Mahkamah Agung, sekarang tidak lagi. Jadi ketika Komisi

Yudisial menjatuhkan rekomendasi sanksi bagi hakim, Mahkamah

Agung harus mengikuti. Jika rekomendasi tersebut tidak

dilaksanakan dalam waktu 60 hari, maka rekomendasi tersebut

otomatis berlaku.10

4. Sanksi Terperinci

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Komisi

Yudisial mengatur sanksi lebih variatif yaitu:

a) Sanksi ringan, berupa teguran lisan, teguran tertulis dan

pernyataan tidak puas secara tertulis.

b) Sanksi sedang, yaitu penundaan kenaikan gaji berkala paling

lama satu tahun, penurunan kenaikan gaji berkala paling lama

satu tahun, penundaan kenaikan pangkat paling lama satu tahun

dan hakim non palu paling lama enam bulan., dan,

c) Sanksi berat, yaitu pembebasan dari jabatan structural, hakim

non palu lebih dari enam bulan sampai dengan dua tahun,

pemberhentian sementara, pemberhentian tetap dengan hak

10

Rishan, Idul. Komisi Yudisial “ Suatu Upaya Mewujudkan Wibawa Peradilan”. (Jakarta

: Genta Press, 2013), Edisi Pertama, h. 111

Page 68: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

59

pensiun, dan pemberhentian tetap dengan tidak hormat. Untuk

sanksi ini sudah diatur melalui proses Majlis Kehormatan

Hakim.

5. Bidang Seleksi Hakim

Komisi Yudisial kini bukan lagi hanya menyeleksi hakim

agung, tetapi juga hakim ad hoc di Mahkamah Agung, karena itulah

Komisi Yudisial bertanggung jawab untuk menghasilkan hakim ad

hoc yang berkualitas (Pasal 13 huruf (a) Undang-Undang Nomor 18

Tahun 2011 tentang Komisi Yudisial).

6. Peningkatan Kapasitas Hakim dan Kesejahteraan Hakim

Dalam pasal 20 ayat (2) Undang-Undang Nomor 18 Tahun

2011 tentang Komisi Yudisial lebih memperhatikan aspek-aspek

kebutuhan dan kepentingan hakim sehingga dalam melaksanakan

tugasnya, hakim dapat menjaga wibawa dan kehormatannya demi

menghindari tindakan atau sikap yang dapat melanggar etika,

perilaku hakim, sampai dengan penyalahgunaan wewenang.

7. Penghubung di Daerah

Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011

Komisi Yudisial dapat mengangkat penghubung di daerah sesuai

dengan kebutuhan, dimana dalam penjelasannya, lembaga

penghubung ini bertugas untuk membantu melaksanakan tugas

Komisi Yudisial.

Meskipun lembaga ini tidak menjalankan kekuasaan kehakiman,

Page 69: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

60

tetapi keberadaannya diatur dalam UUD 1945 Bab IX tentang Kekuasaan

Kehakiman. Karena itu, keberadaannya tidak dapat dipisahkan dari

kekuasaan kehakiman. Dari ketentuan mengenai Komisi Yudisial ini dapat

dipahami bahwa jabatan hakim dalam konsepsi UUD 1945 dewasa ini

adalah jabatan kehormatan yang harus dihormati, dijaga dan ditegakan

kehormatannya oleh suatu lembaga yang juga bersifat mandiri, yaitu

Komisi Yudisial.11

Berdasarkan ketentuan Pasal 24B ayat(4) UUD 1945,

dikeluarkanlah Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Komisi

Yudisial yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 18

Tahun 2011 Tentang Komisi Yudisial. Menurut ketentuan Pasal 1 angka 1

ditegaskan bahwa Komisi Yudisial adalah lembaga Negara sebagaimana

dimaksud UUD 1945. Lebih lanjut Pasal 2 ditegaskan, bahwa Komisi

Yudisial merupakan kembaga yang bersifat mandiri dan dalam pelaksanan

kewenangannya bebas dari campur tangan atau pengaruh kekuasaan

lainnya.

Pengawasan terhadap perilaku hakim adalah bagian kepentingan

publik yang tidak bisa diabaikan. Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung

diberi kewenangan untuk mengawasi perilaku hakim sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 yang kemudian direvisi

dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Komisi Yudisial

dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan terhadap

11

Jimli Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia (Jakarta: Konstitusi

Press, 2011), , cet. Ke 2 h. 199.

Page 70: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

61

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung.12

Di dalam Pasal 39 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009

Tentang Kekuasaan Kehakiman dipaparkan ketentuan pengawasan

Mahkamah Agung sebagai berikut :

1. Pengawasan tertinggi terhadap penyelesaian peradilan pada semua

badan peradilan yang berada dibawah Mahkamah Agung dalam

menyelenggarakan kekuasaan kehakiman dilakukan oleh Mahkamah

Agung.

2. Selain pengawasan sebagaimana dimaksud ayat 1, Mahkamah Agung

melakukan pengawasan tertinggi terhadap pelaksanaan tugas

administrasi dan keuangan.

3. Pengawasan internal atas tingkah laku hakim dilakukan oleh

Mahkamah Agung

4. Pengawasan dan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

ayat (2), dan ayat (3) tidak boleh mengurangi kebebasan Hakim dalam

memeriksan dan memutus perkara.

Adanya mekanisnme pemeriksaan bersama antara Komisi Yudisial

dan Mahkamah Agung yang dijabarkan dalam Pasal 22 E ayat (2) Undang-

Undang Nomor 18 Tahun 2011 Tentang Komisi Yudisial khususnya dalam

hal pengawasan terhadap perilaku hakim. Demi menunjang fungsi pasal

tersebut perlu diupayakan membangun sinergi pengawasan hakim baik

melalui control item yang dilakukan Mahkamah Agung maupun Kontrol

12

Amir Syamsudin, Integritas Penegak Hukum (Hakim, Jaksa, Polisi, dan Pengacara),

(Jakarta: Kompas, 2008), Cetakan ke-1, h. 31.

Page 71: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

62

eksternal yang dilakukan Komisi Yudisial dengan beberapa pemikiran

sebagai berikut :

a) Saling Menghormati

Komisi yudisial harus menunjukab penghargaan terhadap Mahkamah

Agung dan badan peradilan dibawahnya. Sebaliknya, Mahkamah Agung

harus memandang Komisi Yudisial adalah mitra untuk mencapai reformasi

peradilan.

b) Saling Percaya

Dalam mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011

Tentang Komisi Yudisial, harus dibangun rasa saling percara antara

Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial dalam melaksanakan fungsi

pengawasan. Untuk itu kedepannya Komisi Yudisial dapat melakukan

pendekatan secara kultural dengan Mahkamah Agung yakni keselarasan

dalam menghayati pandangan sikap dan falsafah yang secara menyeluruh

mendasari pentingnya transparansi dan akuntabilitas di pengadilan.

Sehingga kedepan Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung dapat

membangun bersama sinergi pengawasan hakim dalam penerapan

Undang-Undang Komisi Yudisial.13

13

Rishan Idul. Komisi Yudisial, Suatu Upaya Mewujudkan Wibawa Peradilan, (Jakarta:

Genta Press, 2013), Edisi Pertama, h. 147.

Page 72: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

63

BAB IV

ANALISIS REKOMENDASI SANKSI SERTA URGENSI KOMISI

YUDISIAL DALAM SISTEM KETATANEGARAAN DI INDONESIA

A. Rekomendasi Sanksi Nomor : 0070/L/KY/II/2015.

Rekomendasi sanksi yang di keluarkan oleh Komisi Yudisial

terhadap H. Sarpin Rizaldi, S.H., M.H selaku Hakim Pengadilan Negeri

Jakarta Selatan bahwa Hakim Sarpin melanggar ketentuan yang prinsipil

sewaktu memeriksa dan mengadili perkara Komjen Budi Gunawan yaitu,

tidak teliti dalam mengutip keterangan ahli yang dijadikan pertimbangan

dalam memutus. “Sehingga yang disampaikan ahli bertentangan dengan

yang dimuat hakim dalam putusannya. Tidak teliti menuliskan identitas

ahli, dengan menyebut Prof Sidharta sebagai ahli hukum pidana, padahal

yang bersangkutan ahli filsafat hukum.

Hakim Sarpin, lanjutnya, juga bersikap menantang bahkan

cenderung arogan lantaran tidak memenuhi panggilan pemeriksaan KY.

Padahal pemanggilan itu penting karena memberikan kesempatan terhadap

Sarpin untuk menyampaikan klarifikasinya. “Dia malah menantang ’kalau

berani KY datang ke PN Jakarta Selatan’.

Komisi Yudisial tidak mencampuri teknis yudisial terkait objek

praperadilan penetapan tersangka karena hal itu diserahkan sepenuhnya

kepada MA. Hakim Sarpin Rizaldi berani menerobos ketentuan

perundang-undangan dengan menerima penetapan tersangka sebagai objek

Page 73: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

64

praperadilan. Sikap tersebut menuai kontroversi mengingat penetapan

tersangka bukan objek praperadilan sebagaimana yang diatur dalam

KUHAP. Saat perkara Komjen Budi Gunawan bergulir, Mahkamah

Konstitusi (MK) belum memperluas objek praperadilan. Hakim Sarpin

mengabulkan sebagian permohonan Komjen Budi Gunawan dengan

menyatakan yang bersangkutan bukan subjek hukum KPK karena

ditersangkakan dengan kapasitasnya sebagai Karobinkar.

Dengan pertimbangan yang tersebut diatas, pihak Komisi Yudisial

telah menjatuhkan rekomendasi sanksi skorsing nonpalu selama 6 bulan

kepada hakim Pengadilan Negeri (PN) Jaksel Sarpin Rizaldi terkait dugaan

pelanggaran kode etik sewaktu mengadili perkara praperadilan yang

dimohonkan Komjen Budi Gunawan. Dalam putusannya Komisi Yudisial

menjelaskan bahwa Sdr. Sarpin Rizaldi terbukti melanggar ketentuan

sebagai berikut:

Pasal 6 ayat (2) huruf a “Hakim harus berperilaku jujur (fair) dan

menghindari perbuatan yang menimbulkan kesan tercela”.

Pasal 6 ayat (3) huruf a “ hakim tidak boleh meminta/menerima dan harus

mencegah suami atau istri hakim, orang tua, anak, atau anggota keluarga

hakim lainnya, untuk meminta atau menerima janji, hadiah, hibah,

warisan, pemberian, penghargaan, dan pinjaman atau fasilitas dari:

1. Advokat;

2. Penuntut;

3. Orang yang sedang diadili;

Page 74: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

65

4. Pihak lain yang kemungkinan kuat akan diadili;

5. Pihak yang memiliki kepentingan baik langsung maupun tidak

langsung terhadap suatu perkara yang sedang diadili atau

kemungkinan kuat akan diadili oleh hakim yang bersangkutan

yang secara wajar (reasonable) patut dianggap bertujuan atau

mengandung maksud untuk mempengaruhi hakim dalam

menjalankan tugas peradilannya.

Pengecualian dari butir ini adalah pemberian atau hadiah yang

ditinjau dari segala keadaan (circumstances) tidak akan diartikan atau

dimaksudkan untuk mempengaruhi hakim dalam pelaksanaan tugas-tugas

peradilan, yaitu pemberian yang berasal dari saudara atau teman dalam

kesempatan tertentu seperti perkawinan, ulang tahun, hari besar

keagamaan, upacara adat, perpisahan atau peringatan lainnya sesuai adat

istiadat yang berlaku, yang nilainya tidak melebihi Rp. 500.000,- (lima

ratus ribu rupiah). Pemberian tersebut termasuk dalam pengertian hadiah

sebagaimana dimaksud dengan gratifikasi yang diatur dalam Undang-

Undang Tindak Pidana Korupsi.

Pasal 7 ayat (1) “ Berperilaku arif dan bijaksana bermakna mampu

bertidak sesuai dengan norma-norma yang hidup dalam masyarakat baik

norma hukum, norma-norma keagamaan, kebiasaan-kebiasaan maupun

kesusilaan dengan memperhatikan situasi dan kondisi pada saat itu, serta

mampu memperhitungkan akibat dari tindakannya. Perilaku yang arif dan

bijaksana mendorong terbentuknya pribadi yang berwawasan luas,

mempunyai tenggang rasa yang tinggi, bersikap hati-hati, sabar dan

santun.

Page 75: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

66

Pasal 7 ayat (3) huruf f “ Hakim tidak boleh memberi keterangan atau

pendapat mengenai substansi suatu perkara diluar proses persidangan

pengadilan, baik terhadap perkara yang diperiksa atau diputusnya maupun

perkara lain”.

Pasal 7 ayat (3) huruf g “Hakim tidak boleh memberi keterangan,

pendapat,komentar, kritik, atau pembenaran secara terbuka atas suatu

perkara atau putusan pengadilan baik yang belum maupun yang sudah

mempunyai kekuatan hukum tetap dalam kondisi apapun”.

Pasal 8 ayat 2 huruf b “ Hakim wajib bebas dari hubungan yang tidak

patutu dengan lembaga eksekutif maupun legislatif serta kelompok lain

yang berpotensi mengancam kemandirian (independensi) Hakim dan

Badan Peradilan”.

Pasal 12 ayat (1) “Berperilaku disiplin bermakna ketaatan pada norma-

norma atau kaidah-kaidah yang diyakini sebagai panggilan luhur untuk

mengemban amanah serta kepercayaan masyarakat pencari keadilan”.

Pasal 12 ayat (2) “Disiplin tinggi akan mendorong terbentuknya pribadi

yang tertib didalam melaksanakan tugas, ikhlas dalam pengabdian dan

berusaha untuk menjadi teladan dalam lingkungannya, serta tidak

menyalahgunakan amanah yang dipercayakan padanya”.

Pasal 13 ayat (4) “Dalam penerapan berperilaku rendah hati, hakim tidak

boleh bersikap, bertingkah laku atau melakukan tindakan mencari

popularitas, pujian, penghargaan dan sanjungan dari siapapun juga”.

Page 76: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

67

Pasal 14 ayat (1) “Profesional bermakna suatu sikap moral yang dilandasi

oleh tekad untuk melaksanakan pekerjaan yang dipilihnya dengan

kesungguhan, yang didukung oleh keahlian atas dasar pengetahuan,

keterampilan dan wawasan luas”.

Dan Pasal 14 ayat (2) “Sikap professional akan mendorong terbentuknya

pribadi yang senantiasa menjaga dan mempertahankan mutu pekerjaan,

serta berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan kinerja, sehingga

tercapai setinggi-tingginya mutu hasil pekerjaan, efektif dan efisien”.

Peraturan Bersama Mahkamah Agung Republik Indonesia dan

Komisi Yudisial Republik Indonesia Nomor 02/PB/MA/IX/2012 dan

02/PB/P.KY/09/2012 tentang Panduan Penegakan Kode etik dan

Pedoman Perilaku Hakim. Menurut penulis Komosi Yuisial juga tidak

tidak hanya menjaga integritas para hakim, tapi juga diperlukan upaya

untuk mengubah sistem kepemimpinan. Dan atau lebih penting lagi,

komisi yusidisial dapat berkolaborasi dengan anggota legislatif dalam

mengubah dan memperbaiki peraturan 02/PB/P.KY/09/2012 tentang

Panduan Penegakan Kode etik dan Pedoman Perilaku Hakim.

Akhirnya, Mahkamah Agung (MA) memutuskan menolak

rekomendasi sanksi yang diusulkan Komisi Yudisial (KY) terkait dugaan

pelanggaran kode etik dan pedoman perilaku hakim (KEPPH) hakim

Sarpin Rizaldi ketika memutus praperadilanKomjen (Pol) Budi Gunawan.

MA menganggap rekomendasi sanksi KY terhadap Hakim Sarpin dinilai

melanggar sejumlah prinsip KEPPH tidak beralasan. “Jawaban kami

Page 77: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

68

sudah kami kirim ke KY, surat jawaban kami hasil keputusan pimpinan

MA yang solid,” ujar Ketua Mahkamah Agung, HM Hatta Ali.

Dia tegaskan rekomendasi KY yang mengusulkan hakim Sarpin

dinonpalukan selama enam bulan tidak beralasan. Materi objek

pemeriksaan KY yang dituduhkan terhadap Sarpin sudah memasuki

wilayah teknis yudisial. “Intinya, apa yang dituduhkan Sarpin

menyangkut teknis yudisial yang bukan pelanggaran,” kata dia.

Menurutnya, teknis yudisial bukanlah objek pemeriksaan yang menjadi

kewenangan KY untuk menelusuri dugaan pelanggaran KEPPH. “Kita

sudah tahu teknis yudisial adalah masalah independensi yang tidak boleh

diintervensi siapapun. Saya saja ketua (MA) tidak boleh mencampuri

independensi hakim di bawahnya.

Mahkamah Agung, kata Hatta, tidak menemukan bentuk

pelanggaran baik bersifat teknis atau nonteknis. “Semuanya sudah kami

jawab pada 13 Agustus 2015, bisa tanya KY. Kita tidak menemukan

pelanggaran sama sekali,” tegasnya. Terpisah, Komisioner KY Imam

Anshori Saleh mengakui surat jawaban MA baru saja diterima KY.

“Katanya sudah masuk dan rekomendasinya ditolak. Kita tidak bisa

komentari dulu karena saya akan baca dulu,” kata Imam.1

Apabila surat jawaban MA benar-benar menolak surat

rekomendasi KY sebelumnya proses kasus dugaan pelanggaran hakim

Sarpin selesai. “Tidak ada lagi karena yang melaksanakan MA. Kalau MA

1http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt55d569e272c6c/ma-tolak-rekomendasi-

sanksi-hakim-sarpin diakses pada 2 februari 2016

Page 78: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

69

tidak melaksanakan ya selesai,” katanya. Meski dalam UU No. 18 Tahun

2011 tentang Komisi Yudisial ada ketentuan kalau terjadi perbedaan

antara Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial maka dilakukan

pemeriksaan bersama. Namun, ketentuan itu hingga kini tidak bisa

dilaksanakan. “Meski ada mekanisme pemeriksaan bersama, tetapi ini

tidak bisa dilaksanakan”.

B. Urgensi Posisi Komisi Yudisial dalam Sistem Ketatanegaraan Di

Indonesia

Posisi Komisi Yudisial dalam terminologi territorial division of

power masuk dalam ranah capital divission of power, yang dengan

demikian posisi Komisi Yudisial dengan lembaga negara lainnya (seperti

Presiden, MPR, DPR,DPD, BPK, MA, dan MK) dalam posisi horisontal/

sederajat dan hanya dipisahkan secara fungsi.

Pada dasarnya pembentukan lembaga-lembaga Negara baru dalam

konteks transisi demokrasi di Indonesia menjadi kelaziman berdasarkan

semakin tingginya tuntutan dari masyarakat sipil terhadap struktur

ketatanegaraan yang diharuskan memperhatikan konsep-konsep mengenai

hak asasi dan demokrasi. Salah satu contoh adalah pembentukan komisi-

komisi yang disebut juga dengan lembaga-lembaga Negara (independen).

Perkembangan pembentukan lembaga yang bersifat komisi itu sangat

pesat sepanjang reformasi, dengan mengingat lembaga-lembaga Negara

yang ada tercemar oleh korupsi, kolusi dan nepotisme.

Page 79: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

70

Pembentukan lembaga-lembaga Negara baru yang independen dan

lepas dari structural kenegaraan yang telah ada merupakan jawaban dan

cara yang paling mungkin untuk dilakukan. Belum terungkapnya kasus

korupsi serta maraknya kasus mafia peradilan semakin mengindikasikan

belum kuatnya komitmen pemerintah untuk menegakkan konsep Negara

hukum sebagaimana yang telah dicita-citakan.2

Pembentukan Komisi Yudisial di sebuah Negara dengan segenap

kewenangan yang diberikan kepadanya tentu sangat ditentukan oleh

berbagai macam faktor yang mempengaruhi. Oleh karena itu, tidak ada

kesamaan Komisi Yudisial di suatu Negara dengan Komisi Yudisial

dinegara lain. Terkait hal itu, beberapa persoalan yang berkaitan dengan

kedudukan Komisi Yudisial dalam struktur ketatanegaraan, fungsi Komisi

Yudisial sebagai lembaga pengawasan, dan mekanisme pengawasan

Komisi Yudisial harus mendapatkan penjelasan yang memadai. Pada titik

ini penulis ingin mengemukakan beberapa hal terkait dengan penguatan

Komisi Yudisial di masa yang akan datang.

Pertama, dalam perspektif hukum tata Negara, secara

kelembagaan, Komisi Yudisial dapat dikatakan sebagai komisi yang

memiliki keunikan jika dibandingkan komisi yang lain. Berbeda dengan

komisi-komisi yang lain, kewengan Komisi Yudisial diberikan langsung

oleh Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945, yaitu pasal 24B, serta

Komisi Yudisial secara tegas tanpa keraguan merupakan bagian dari

2A. Ahsin Thohari , “Kedudukan Komisi-komisi Negara dalam Struktur Ketatanegaraan

Indonesia”, (Jakarta: Jentera, 2006), Edisi 12 Tahun III, h. 33.

Page 80: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

71

kekuasaan kehakiman meskipun bukan dalam pengertian sebagai palaku

kekuasaan kehakiman, karena pengaturannya ada dalam Bab IX

kekuasaan kehakiman yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar NRI

Tahun 1945.

Kedua, Pengaturan Komisi Yudisial dalam Undang-Undang Dasar

NRI Tahun 1945 itu tidak lepas dari adanya upaya untuk memperkuat

kekuasaan kehakiman dalam struktur ketatanegaraan Indonesia, sebagai

konsekuensi logis dari dianutnya paham Negara hukum yang salah

satunya diwujudkan dengan cara menjamin perekrutan hakim agung yang

kredibel dan menjaga kontinuitas para hakim yang bertugas dilapangan

untuk tetap memiliki integritas dan kepribadian tidak tercela, jujur,adil,

serta menjunjung tinggi nilai-nilai profesionalisme. Dalam kerangka

inilah pasal 24B perubahan ketiga yang ditetapkan pada tanggal 9

November 2001 hadir dan mengamanatkan terbentuknya lembaga yang

disebut Komisi Yudisial.

Dalam rangka menciptakan lembaga peradilan yang berwibawa

dan sekaligus untuk memberikan landasan hukum yang kuat maka Komisi

Yudisial secara langsung duatur dalam Undang-Undang NRI Tahun 1945

Pasal 24B sebagai lembaga Negara yang bersifat mandiri. Yaitu dengan

memberikan kewenangan kepada Komisi Yudisial untuk mewujudkan

checks and balances didalam lembaga peradilan. Komisi Yudisial

memiliki peranan yang penting dalam rangka mewujudkan kekuasaan

kehakiman yang merdeja melalui pencalonan hakim agung serta

Page 81: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

72

pengawasan terhadap hakim yang transparan dan partisipatif guna

menegakan kehormatan dan keluhuran martabat, serta perilaku hakim.

Kewenangan Komisi Yudisial untuk melaksanakan fungsi

pengawasan sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya merupakan

upaya untuk mengatasi berbagai bentuk penyalahgunaan wewenang

lembaga peradilan yang dimulai dengan mengawasi perilaku hakim, agar

para hakim menjunjung tinggi kehormatan, keluhuran martabat, serta

perilaku hakim. Oleh karena itu, apabila fungsi pengawasan oleh Komisi

Yudisial itu berjalan efektif tentu dapat mendorong terbangunnya

komitmen dan integritas para hakim untuk senantiasa menjalankan

wewenang dan tugasnya sebagai pelaksana utama kekuasaan kehakiman

sesuai dengan Kode Etik, code of conduct hakim dalam peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Disinilah sesungguhnya letak peran

penting dari Komisi Yudisial dalam upaya mendukung penegakan hukum

di Indonesia.

Pengaturan Komisi Yudisial dalam konstitusi dianggap tepat,

mengingat ide dasar dari pembentukan Komisi Yudisial adalah bahwa

pengadilan telah menjadi lembaga yang diyakini sangat korup (judicial

corruption) dan penuh dengan praktik-praktik yang sangat mencederai

nilai-nilai keadilan, seperti memperdagangkan perkara yang terjadi secara

sistematis, sehingga muncul istilah “mafia peradilan”. Praktik-praktik

tersebut semakin menggejala ketika pengawasan internal tidak mampu

mengendalikannya dengan semaksimal mungkin. Oleh karaena itu,

Page 82: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

73

Komisi Yudisial kemudian dibentuk untuk mengembangkan system

pengawasan eksternal.

Kedudukan Komisi Yudisial sebagai lembaga Negara mempunyai

peranan penting yang secara tidak langsung pasti akan berpengaruh

terhadap upaya pembanguanan sisitem peradilan yang bauk yang dapat

dipercaya dan terbebas dari praktek KKN serta masalah-masalah mafia

peradilan. Maka keberhasilan Komisi Yudisial dalam menjalankan

tugasnya juga penting dalam memberantas mafia peradilan. Oleh karena

itu dibutuhkan pimpinan dan abggota Komisi Yudisial yang benar-benar

terkualifikasi dan memiliki integritas untuk menjalankan tugas Komisi

Yudisial ini dengan baik. Maka dalam seleksi pimpinan Komisi Yudisial

sebaiknya panitia seleksi dan DPR benar-benar serius dalam melakukan

pemilihan calon pimpinan Komisi Yudisial, calon pimpinan Komisi

yudisial harus benar-benar orang yang terseleksu karena kualitas dan

integritasnya bukan karena ada kepentingan-kepentingan lain.3

Pada prinsipnya ada dua wewenang yang diberikan Undang-

Undang Dasar NRI Tahun 1945 kepada Komisi Yudisial bukan

wewenang ketatanegaraan karena tidak dalam kedudukan yang bertindak

untuk dan atas nama Negara. Selain tidak konstitutif, wewenang-

wewenang tersebut merupakan wewenang penunjang alat perlengkapan

Negara yang lain (Mahkamah Agung, Dewan Perwakilan Rakyat, dan

Presiden). Karena bukan wewenang yang bersifat ketatanegaraan maka

3A. Ahsin Thohari , “Kedudukan Komisi-komisi Negara dalam Struktur Ketatanegaraan

Indonesia”, (Jakarta: Jentera, 2006), Edisi 12 Tahun III h. 13-14.

Page 83: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

74

Komisi Yudisial sebagai lembaga Negara tidak termasuk alat

perlengkapan Negara.

Hal ini sekaligus membedakan kedudukan Mahkamah Agung dan

Mahkamah Konstituti disatu pihak dengan Komisi Yudisial dipihak lain.

Atas dasar wewenang yang diberikan Undang-Undang Dasar NRI 1945,

Komisi Yudisial secara fungsional adalah “auxiliary agency” atau

“auxiliary agent” Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi dalam

menegakan disiplin dan etika hakim. Dengan demikian, hubungan antara

Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi disatu pihak dengan Komisi

Yudisial di lain pihak bukanlah termasuk hubungan ketatanegaraan

sehingga tidak bersifat staatrechtelijk, melainkan sebagai hubungan

atributif yang bersifat menunjang dan bersifat aministrasi belaka.

Komisi Yudisial sebagai institusi yang berwenang mengawasi

tingkah laku hakim, pejabat dan peradilan memiliki fungsi yang sangat

penting dalam memberantas mafia peradilan. Ketegasan dan konsistensi

institusi ini sangat jelas untuk menciptakan pemerintahan yang bersih dan

tumbuh dalam lembaga peradilan. Sikap ini sangat didambakan rakyat

Indonesia mengingat penegakan keadilan semuanya bertumpu pada

tangan hakim.4

Konsekuensi logis sebuah Negara hukum yang telah dipilih

Indonesia berakar pada keyakinan bahwa kekuasaan Negara harus

dijalankan atas dasar hukum yang baik dan adil. Salah satu lembaga yang

4Yohanes Usfunan, “Komisi Yudisial, Bunga Rampai Refleksi Satu Tahun Komisi Yuisial,

(Jakarta: Komisi Yudisial RI, 2005), h. 194

Page 84: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

75

memiliki peranan yang sangat urgent dan mutlak diperlukan dalam

struktur Negara modern dan mewadahi salah satu komponen dalam

Negara hukum adalah kekuasaan kehakiman yang bebas, mandiri dan

bertanggung jawab. Kekuasaan kehakiman berfungsi sebagai lembaga

pengontrol terhadap berlakunya hukum ini sehingga mutlak diperlukan

suatu lembaga kekuasaan kehakiman yang tidak hanya sekedar ada,

memiliki fasilitas yang muncul tetapi lebih dari itu juga harus

bersyaratkan sebuah predikat yang bersih dan berwibawa dalam rangka

mewujudkan penegakan hukum dan keadilan.

Cita-cita mewujudkan kekuasaan kehakiman yang merdeka tidak

mungkin tercapai hanya dengan membiarkan perdilan berjalan sendiri

tanpa dukungan lembaga lain. Lembaga yang secara formal diberi tugas

dan peran mewujudkan kekuasaan yang merdeka melalui pengusulan

hakim agung dan wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan

kehormatan, keluhuran martabat serta terhadap perilaku hakim demi

tegaknya hukum dan keadilan sesuai dengan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah Komisi Yudisial.5

Dengan demikian, keberadaan Komisi Yudisial sangat penting,

selain karena merupakan amanat dari konstitusi, juga di dasarkan

penegasan bahwa Indonesia adalah Negara berdasarkan atas hukum.

Sebagai sebuah Negara yang berdasarkan hukum dituntut adanya

kekuasaan kehakiman yang merdeka dan mandiri bebas dari pengaruh

5Lihat konsideran huruf b Undang-undang Nomor 18 Tahun 2011 Tentang Komisi

Yudisial

Page 85: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

76

pihak manapun, dan ini sebenarnya merupakan cita-cita yang bersifat

universal sebagaimana diputuskan dalam Kongres Perserikatan Bangsa-

Bangsa ke-7 tentang The Prevention of Crime an the Treatment of

Offenders. Dalam sebuah salah satu kesimpulan penelitian terhadap

Komisi Yudisial di beberapa Negara Uni Eropa, Wim Voerman, ahli

hukum belanda, mengemukakan bahwa insentif yang penting untuk

mendirikan Komisi Yudisial di hampir semua Negara yang diteliti adalah

untuk memajukan independensi peradialan.6

Disinilah sesungguhnya letak peranan penting dari Komisi

Yudisial dalam upaya penegakan hukum di indonesua. Pengawasan oleh

Komisi Yudisial ini pada prinsipnya bertujuan agar hakim agung dan

hakim dalam menjalankan tugas dan wewenangnya sungguh-sungguh

didasarkan dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku, kebenaran, dan rasa keadilan masyarakat serta menjunjung tinggi

kode etik profesi hakim. Apabila hakim agung dan hakim menjalankan

tugas dan wewenangnya dengan baik dan benar, berarti hakim yang

bersangkutan telah menjunjung tinggi kehormatan, keluhuran martabat

serta perilaku hakim. Keadaan yang demikian itu tentu tidak hanya

mendukung terciptanya kepastian hukum dan keadilan, tetapi juga

mewujudkan lembaga peradilan yang bersih dan berwibawa, sehingga

supremasi hukum dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan.

6Wim Voermans, Komisi Yudisial Di Beberapa Negara Uni Eropa, terjemahan dari judul

aslinya “Councils For The judiciary In EU Countries” (Jakarta:LeIP, The Asia Foundation dan

USAID, 2002) h. 137.

Page 86: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

77

C. Kedudukan Komisi Yudisial Dalam Sisitem Ketatanegaraan Di

Indonesia.

Kewenangan Komisi Yudisial sesuai Undang-Undang Nomor 18

Tahun 2011 dalam hal pengawasan hakim lebih menitik beratkan peran

Komisi Yudisial dalam pengawasan yang bersifat represif dibanding peran

yang bersifat preventif dalam rangka menjaga dan menegakan keluhuran

martabat, serta perilaku hakim. Seharusnya peran pengawasan yang

dimiliki oleh Komisi Yudisial berimbang antara pengawasan represif dan

preventif.

Kedudukan Komisi Yudisial dalam hal ini tidak memiliki peran

yang signifikan dalam hal pengawasan hakim, dikarenakan posisi Komisi

Yudisial hanya sebagai pengawas eksternal dalam kekuasaan kehakiman

serta tidak mempunyai aturan yang mengikat bagi para hakim untuk

mematuhinya.

Dalam melaksanakan fungsi pengawasan terhadap perilaku hakim,

sesuai dengan wewenang dan tugas dalam pasal 13 huruf (b) Komisi

Yudisial mempunyai wewenang dalam menegakan kehormatan dan

keluhuran martabat serta menjaga perilaku hakim. Usul penjatuhan sanksu

merupakan implementasi fungsi pengawasan yang bersifat represif, artiya

Komisi Yudisial mempunyai hak dalam menentukan dan menilai hakim

yang melakukan terhadap etika dan perilaku hakim yang dianggap dapat

menciderai kehormatan, keluhuran dan martabat hakim.

Page 87: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

78

Implikasi dari pengaturan pasal ini membawa konsekuensi

terhadap pimpinan badan peradilan Mahkamah Agung untuk melakukan

fungsi peradilan sebagai wujid tindak lanjut implementasi pengawasan

eksternal. Sebagaimana untuk menunjang mekanisme pengawasan Komisi

Yudisial dalam melaksanakn kontrol eksternal.

Adapun sanksi terhadap hakim yang melakukan pelanggaran

terhadap kode etik atau pedoman perilaku hakim adalah; sanksi ringan,

sanksi sedang, sanksi berat. Sehingga ini menunjukan efsien peran dari

Komisi Yudisial sebagai lembaga pengawas Kode Etik Hakim di

Indonesia. Karena Komisi Yudisial sebagai pengontrol dan penyeimbang

(checks and balances) kekuasaan kehakiman, diharapkan mampu

menjamin terciptanya perekrutan hakim agung yang kredibel dan menjaga

hakim-hakim yang bertugas di lapangan agar tetap berpegang teguh pada

nilai-nilai profesionalisme yang melekat padanya.

Akan tetapi keberadaan Komisi Yudisial hanya sebagai lembaga

yang berwenang sebatas memberikan rekomendasi terhadap Mahkamah

Agung atas apa yang telah menjadi keputusan dari Komisi Yudisial seperti

halnya dalam kasus Hakim H. Sarpin Rizaldi, S.H., M.H dalam putusan

nomor 007/L/KY/II/2015 yang ditolak oleh Mahkamah Agung.

Komisi Yudisial tidak mempunyai kewenangan tersendiri untuk

melakukan eksekusi terhadap putusannya sendiri dikarenakan tidak ada

kewajiban ataupun aturan untuk para hakim agar mematuhi putusan

Komisi Yudisial.

Page 88: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

79

BAB V

PENUTUP

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dipaparkan penulis di atas, maka

dapat disimpulkan sebagai berikut :

A. Kesimpulan

1. Kedudukan Komisi Yudisial sesuai Undang-Undang Nomor 18 Tahun

2011 dalam hal pengawasan hakim lebih menitik beratkan peran

Komisi Yudisial dalam pengawasan yang bersifat represif dibanding

peran yang bersifat preventif dalam rangka menjaga dan menegakan

keluhuran martabat, serta perilaku hakim. Kedudukan Komisi Yudisial

dalam hal ini tidak memiliki peran yang signifikan dalam hal

pengawasan hakim, dikarenakan posisi Komisi Yudisial hanya sebagai

pengawas eksternal dalam kekuasaan kehakiman serta tidak mempunyai

aturan yang mengikat bagi para hakim untuk mematuhinya. Serta, Peran

Komisi Yudisial sebagai pengawas eksternal diharapkan bisa menutupi

kelemahan-kelemahan pengawasan internal yang dilakukan oleh

Mahkamah Agung yang dinilai kurang efektif seperti adanya semangat

untuk membela sesama hakim yang membawa konsekuensi pada tidak

obyektifnya pengawasan, serta kurangnya transparansi dan

akuntabilitas. Pengawasan internal tidak dapat memberikan kesempatan

bagi masyarakat untuk menyampaikan pengaduan dan masyarakat tidak

dapat mengakses pengawasan tersebut.

Page 89: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

80

2. Urgensi dari Komisi Yudisial dalam upaya penegakan hukum di

indonesua. Pengawasan oleh Komisi Yudisial ini pada prinsipnya

bertujuan agar hakim agung dan hakim dalam menjalankan tugas dan

wewenangnya sungguh-sungguh didasarkan dan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku, kebenaran, dan rasa

keadilan masyarakat serta menjunjung tinggi kode etik profesi hakim.

Apabila hakim agung dan hakim menjalankan tugas dan

wewenangnya dengan baik dan benar, berarti hakim yang

bersangkutan telah menjunjung tinggi kehormatan, keluhuran

martabat serta perilaku hakim. Keadaan yang demikian itu tentu tidak

hanya mendukung terciptanya kepastian hukum dan keadilan, tetapi

juga mewujudkan lembaga peradilan yang bersih dan berwibawa,

sehingga supremasi hukum dapat berjalan sebagaimana yang

diharapkan.

3. Dalam putusan nomor :007/L/KY/II/2015 yang ditolak oleh Mahkamah

Agung. Komisi Yudisial tidak mempunyai kewenangan tersendiri

untuk melakukan eksekusi terhadap putusannya sendiri dikarenakan

tidak ada kewajiban ataupun aturan untuk para hakim agar mematuhi

putusan Komisi Yudisial.

B. Saran

1. Bagi Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung seharusnya diperlukan

adanya aturan yang mengatur tentang adanya sanksi bagi lembaga

Page 90: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

81

yang bersangkutan dalam hal ini adalah Mahkamah Agung dan

Komisi Yudisial jika salah satu pihak melanggar ketentuan peraturan

bersama yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.

2. Untuk Mahkamah Agung diharapkan agar kedudukan Komisi

Yudisial sebagai pengawas eksternal dalam kekuasaan kehakiman

memiliki kekuatan hukum mengikat bagi setiap hakim agar dapat

tunduk dan patuh secara struktural terhadap Komisi Yudisial dalam

hal untuk sama-sama menjaga dan menjunjung tinggi kehormatan,

keluhuran martabat serta perilaku hakim.

3. Untuk Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI) untuk merevisi Undang-

Undang Tentang Komisi Yudisial agar diperkuat kewenangannya

sebagai pengawas eksternal dalam kekuasaan kehakiman.

Page 91: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

82

DAFTAR PUSTAKA

BUKU-BUKU

Al-Qur’an Al-Karim

Al-Mundziri, Al-Hafizh, Zaki, Al-Dinm, „Abd, Al-„Azim, Shahih Muslim, Beirut :,

2008 .

Assegaf, Rifqi S. Komisi Yudisial dan Eksaminasi Publik, Bandung, Citra Aditya

Bakti, 2006.

Asshiddiqie, Jimly. Hukum Tata Negara Dan Pilar-Pilar Demokrasi, Jakarta,

Konstitusi Pers. 2005

-------------. Perkembangan dan Konsulidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,

Jakarta, Konstitusi Press, 2006.

-------------. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi, Jakarta,

PT. Bhuana Ilmu Populer, 2007.

--------------. Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, cet. Ke 2, Jakarta,

Konstitusi Press, 2011.

Asshiddiqie, Teungku Muhammad Hasbi, Peradilan dan Hukum Acara Islam

Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2001.

Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasa Ilmu Politik. Edisi Revisi, Cetakan Pertama. Jakarta:

Gramedia, 2008.

Buku Pedoman Perilaku Hakim yang disusun oleh Mahkamah Agung Republik

Indonesia, 2006.

Buku saku, Komisi Yudisial Untuk Keadilan, Jakarta, Komisi Yudisial Republik

Indonesia, 2010.

Page 92: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

83

Hasan, Basri Cik. Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi

Bidang Agama Islam, cet. Ke-1, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2001.

Hafidhudin, Didin dan Henry Tanjung. Manajemen Syari’ah Dalam Praktek, Jakarta:

Gema Insani, 2003.

Thohari, A. Ahsin. Komisi Yudisial & Refeormasi Peradilan, Jakarta: ELSAM,

2004.

-------------. “Kedudukan Komisi-komisi Negara dalam Struktur Ketatanegaraan

Indonesia”, Jakarta, Jentera, 2006.

Idul, Rishan. Komisi Yudisial “ Suatu Upaya Mewujudkan Wibawa Peradilan”.

Jakarta, Genta Press, 2013.

Kusnardi Moh. dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum tentang Negara Indonesia,

Jakarta : Pusat Studi HTN Fakultas Hukum UI.

Mahkamah Agung RI, Pedoman Perilaku Hakim (code of landnet), MARI, Jakarta,

2004.

Ma‟shum, Ahmad. Politik Hukum Kekuasaan Kehakiman Pasca Amandemen

Undang-Undang Dasar1945, Yogyakarta,Total Media, 2009.

Manan, Abdul. Etika Hakim Dalam Penyelenggaraan Peradilan, Jakarta : Kencana,

2007.

Manan, Bagir. Kedudukan penegak hukum dalam sistem ketatanegaraan RI”,Majalah

Varia Peradilan Nomor 243, Februari, 2006.

Sukardja, Ahmad. Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara Dalam

Prespektif Fikih Siyasah, Jakarta: Sinar Grafika, 2012.

Syamsudin, Amir. Integritas Penegak Hukum (Hakim, Jaksa, Polisi, dan Pengacara),

Jakarta, Kompas, 2008.

Usfunan, Yohanes. Komisi Yudisial, Bunga Rampai Refleksi Satu Tahun Komisi

Yuisial, Jakarta, Komisi Yudisial RI, 2005.

-------------------. Komisi Yudisial, Bunga Rampai Refleksi Satu Tahun Komisi

Page 93: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

84

Yudisial, Jakarta, Komisi Yudisial RI, 2006.

Voermans, Wim. Komisi Yudisial Di Beberapa Negara Uni Eropa, terjemahan dari

judul aslinya “Councils For The judiciary In EU Countries”, Jakarta:LeIP,

The Asia Foundation dan USAID, 2002.

Wildan, Suyuthi. Etika Profesi, Kode Etik, dan Hakim dalam Pandangan Agama

dalam Pedoman Perilaku Hakim (Code of Conduct), Kode Etik Hakim

dan Makalah Berkaitan. Jakarta, Mahkamah Agung RI, 2006.

Yusuf, Al, Muzammil. seleksi komisi yudisial harus menghasilkan hakimagung

yang reformasi , Jakarta: Bulletin komisi yudisial, 2007.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Ketetapan MPR No.XI/MPR/1998, tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan

Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang No.28 Tahun 1999, tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih

dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

Undang-undang No. 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial.

Undang-undang No. 18 Tahun 2011 tentang Komisi Yudisial.

Putusan Mahkamah Konstitusi No. 005/PUUIV/2006.

Undang-undang No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman.

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Praperadilan Nomor :

04/Pid/Prap/2015/PN.Jkt.Sel.

Komisi Yudisial Republik Indonesia. Petikan Putusan Nomor : 0070/L/KY/II/2015

tentang Rekomendasi Sanksi Komisi Yudisial.

Page 94: KEDUDUKAN DAN PERAN LEMBAGA KOMISI YUDISIAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42512... · 2018-11-19 · oleh komisi yudisial serta kedudukan dan peran lembaga

85

INTERNET

http://www.komisiyudisial.go.id/statis-14-sejarah-pembentukan.html.

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt55d569e272c6c/ma-tolak-rekomendasi-

sanksi-hakim-sarpin.