kedudukan anak kandung sah dan anak luar kawin menurut hukum adat serta hukum perdata

36
KEDUDUKAN ANAK KANDUNG SAH DAN ANAK LUAR KAWIN MENURUT HUKUM ADAT SERTA HUKUM PERDATA Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Kriteria Penilaian Dalam Mata Kuliah Hukum Adat OLEH : Sandy Muslim 0910611047 Hery Purnomo 0910611052 Jurusan : S1 Ilmu Hukum FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

Upload: sandmus

Post on 03-Jul-2015

6.824 views

Category:

Documents


53 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kedudukan Anak Kandung Sah Dan Anak Luar Kawin Menurut Hukum Adat Serta Hukum Perdata

KEDUDUKAN ANAK KANDUNG SAH DAN ANAK LUAR KAWIN MENURUT HUKUM ADAT SERTA HUKUM PERDATA

Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Kriteria Penilaian Dalam Mata Kuliah

Hukum Adat

OLEH :

Sandy Muslim 0910611047

Hery Purnomo 0910611052

Jurusan : S1 Ilmu Hukum

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

“VETERAN” JAKARTA

2010

Page 2: Kedudukan Anak Kandung Sah Dan Anak Luar Kawin Menurut Hukum Adat Serta Hukum Perdata

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya

sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan. Adapun judul dari

makalah ini adalah ”Kedudukan Anak Kandung Sah dan Anak Luar Kawin

Menurut Hukum Adat Serta Hukum Perdata”. Penulisan makalah ini ditujukan

intuk memenuhi salah satu kriteria penilaian dalam mata kuliah Hukum Adat

semester ganjil di Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jakarta.

Makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik tanpa

adanya dukungan moril dan materiil dari berbagai pihak. Karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua, yang telah memberi dukungan dan membantu

dalam pembuatan makalah ini.

2. Dwi Aryanti Ramadhani, S.H., M.H. , selaku dosen Hukum Adat.

3. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan

makalah ini, yang namanya tidak bisa penulis sebutkan satu-

persatu.

Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

para pembaca. Namun, makalah ini mungkin memiliki kekurangan. Karena

itu, sangat diperlukannya kritik dan saran yang dapat membangun makalah

ini sehingga menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis mengucapkan maaf

yang sebesar-besarnya atas segala kesalahan yang mungkin ada didalam

makalah ini.

Jakarta,Desember 2010

Penulis

Page 3: Kedudukan Anak Kandung Sah Dan Anak Luar Kawin Menurut Hukum Adat Serta Hukum Perdata

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................

i

DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang........................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah.................................................................................. 1

1.3. Tujuan Penulisan..................................................................................... 3

1.4. Metode dan Teknik Penulisan................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Definisi Anak

2.1.1 Definisi Anak Kandung Sah.......................................................... 5

2.1.2. Definisi Anak Luar Kawin.............................................................. 6

2.2. Kedudukan Anak Kandung Dalam Hukum Adat dan Perdata

2.2.1. Kedudukan Anak Kandung Dalam Hukum Adat........................... 8

2.2.2. Kedudukan Anak Kandung Dalam Hukum Perdata....................... 9

2.3. Kedudukan Anak Luar Kawin Menurut Hukum Adat Dan

Perdata

2.3.1. Kedudukan Anak Luar Kawin Menurut Hukum Adat..................... 10

2.3.2. Kedudukan Anak Luar Kawin Menurut Hukum Perdata................ 13

Page 4: Kedudukan Anak Kandung Sah Dan Anak Luar Kawin Menurut Hukum Adat Serta Hukum Perdata

BAB III PENUTUP......................................................................................................... 18

Daftar Pustaka.............................................................................................................. 19

Lampiran....................................................................................................................... 20

Page 5: Kedudukan Anak Kandung Sah Dan Anak Luar Kawin Menurut Hukum Adat Serta Hukum Perdata

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Anak merupakan persoalan yang selalu menjadi perhatian

berbagai elemen masyarakat, bagaimana kedudukan dan hak-haknya

dalam keluarga dan bagaimana seharusnya dia diperlakukan oleh

kedua orang tuanya, bahkan juga dalam kehidupan masyarakat dan

Negara. Melalui kebijakan-kebijakan dalam mengayomi anak. Menurut

ajaran islam, anak merupakan amanah Allah dan tidak bias dianggap

sebagai harta benda yang bisa diperlakukan sekehendak hati orang

tuanya. Sebagai amanah, anak harus diperlakukan dan dijaga sebaik

mungkin oleh orang yang memegangnya yaitu orang tua. Anak adalah

manusia yang memiliki nilai kemanusiaan yang tidak mungkin bisa

dihilangkan dengan alasan apapun.

Hal ini lah yang melatarbelakangi pemilihan judul makalah ini yaitu “KEDUDUKAN ANAK KANDUNG SAH DAN ANAK LUAR KAWIN MENURUT HUKUM ADAT SERTA HUKUM PERDATA”.

.

1.2. Rumusan Masalah

Anak kandung sah adalah anak yang dilahirkan dalam

perkawinan yang sah, mempunyai ibu yang melahirkannya (ibu

biologis) dan ayah yang menikahi ibu yang melahirkannya (ayah

biologis) serta memiliki kedudukan yang terpenting di dalam keluarga

somah (gezin) masyarakat adat. Disamping oleh orang tuanya, anak

Page 6: Kedudukan Anak Kandung Sah Dan Anak Luar Kawin Menurut Hukum Adat Serta Hukum Perdata

itu dilihat sebagai generasi penerus, juga dipandang sebagai wadah

atau tempat tumpuan dimana semua harapan orang tuanya kelak

kemudian hari. Wajib ditumpahkan juga dipandang sebagai pelindung

orang tuanya disaat orang tua itu sudah tidak mampu lagi secara fisik

untuk mencari nafkah sendiri.

Namun tidak semua anak lahir dari perkawinan yang sah,

Kehadiran seorang anak di luar perkawinan akan menjadikan suatu

permasalahan yang cukup memprihatinkan baik bagi seorang wanita

yang melahirkan maupun bagi lingkungan masyarakat setempat. Di

mana dengan adanya anak lahir di luar perkawinan itu akan

menimbulkan banyak pertentangan-pertentangan diantara keluarga

maupun di dalam masyarakat mengenai kedudukan hak dan

kewajiban anak tersebut.

Seperti yang kita ketahui bersama anak luar kawin secara

prinsip hukum adat dicela, tetapi merupakan kajian yang menarik bila

ternyata cela hukum adat terhadap anak luar kawin justru dapat

dikesampingkan, di mana pada kenyataannya penyimpangan yang

dimaksud terjadi juga dengan berlandas kepercayaan akan petaka

adat yang bersumber dari kentalnya kepercayaan masyarakat

terhadap mitos yang ada. Jika didalam kehidupan masyarakat ternyata

ada seorang wanita yang melahirkan anak dan tidak mempunyai

seorang suami, merupakan masalah yang penting pada kehidupan

individu keluarganya maupun dalam masyarakat, karena anak luar

kawin itu akan hidup ke dalam kehidupan masyarakat seperti halnya

anak sah. Seorang anak luar kawin, menurut hukum adat di Jawa

Tengah, dianggap (fiksi) tidak mempunyai bapak dan oleh karenanya

juga tidak memiliki hubungan kekeluargaan dari pihak bapak. Anak

tersebut hanya mempunyai hubungan dengan ibunya, dan keluarga

Page 7: Kedudukan Anak Kandung Sah Dan Anak Luar Kawin Menurut Hukum Adat Serta Hukum Perdata

ibunya, tidak ada perbedaan antara anak yang sah dan anak di luar

perkawinan dalam hal pemeliharaan

dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai anak tidak sah atau

diluar kawin, kedudukan hukum yaitu yang berkaitan dengan hak-hak

keperdataan mereka tentu saja sangat tidak menguntungkan, dimana

berdasarkan pasal 43 ayat 1 undang-undang no.1 tahun 1974 tentang

perkawinan menyebutkan “bahwa anak yang dilahirkan di luar

perkawinan hanya mempunyai hubungan keperdataan dengan ibunya

dan keluarga ibunya”.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis dapat mengemukakan

beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana kedudukan anak kandung sah serta anak luar kawin

menurut hukum adat dan hukum perdata?

2. Apa saja hak-hak keperdataan yang hilang dari anak luar nikah?

3. Bagaimana cara memperoleh hubungan hukum terhadap ayah

bagi anak luar nikah?

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui kedudukan anak kandung sah serta anak luar kawin

menurut hukum adat dan hukum perdata.

2. Mengetahui hak-hak keperdataan yang hilang pada anak luar

kawin.

3. Mengetahui cara memperoleh hubungan hukum terhadap ayah

bagi anak luar kawin.

1.4. Metode Dan Teknik Penulisan

Page 8: Kedudukan Anak Kandung Sah Dan Anak Luar Kawin Menurut Hukum Adat Serta Hukum Perdata

Metode dan teknik penulisan yang digunakan dalam penulisan

karya ilmiah ini adalah studi pustaka. Studi pustaka digunakan untuk

mendapatkan data dan informasi yang bersifat teoritis untuk

disesuaikan dengan fakta yang terjadi sebagai penyebab

permasalahan yang terjadi dalam karya ilmiah ini. Sumber-sumber

yang dijadikan rujukan dalam karya ilmiah ini diperoleh dari berbagai

sumber bacaan, baik itu buku referensi maupu situs-situs internet.

Page 9: Kedudukan Anak Kandung Sah Dan Anak Luar Kawin Menurut Hukum Adat Serta Hukum Perdata

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Anak

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia di artikan

sebagai keturunan, anak juga mengandung pengertian sebagai

manusia yang masih kecil. Selain itu, anak pada hakekatnya

seorang yang berada pada satu masa perkembangan tertentu

dan mempunyai potensi untuk menjadi dewasa.

2.1.1. Definisi Anak Kandung Sah

Dalam pasal 250 KUH Perdata yang berbunyi anak

sah adalah “anak yang dilahirkan atau dibesarkan selama

perkawinan, memperoleh si suami sebagai ayahnya.”

Dalam pasal 42 undang-undang no.1 tahun 1974

tentang perkawinan yang berbunyi “Anak yang sah adalah

anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan

yang sah”.

Dalam kompilasi hukum islam pasal 99: Anak yang

sah adalah :

a. Anak yang dilahirkan dalam atau akibat perkawinan

yang sah.

b. Hasil pembuahan suami isteri yang sah di luar rahim

dan dilahirkan oleh isteri tersebut.

Page 10: Kedudukan Anak Kandung Sah Dan Anak Luar Kawin Menurut Hukum Adat Serta Hukum Perdata

Menurut hukum adat, anak kandung sah adalah anak

yang dilahirkan dalam perkawinan sah, mempunyai ibu

yaitu wanita yang melahirkannya dan mempunyai bapak

yaitu suami dari wanita yang melahirkannya.

2.1.2. Definisi Anak Luar Kawin

1. Menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan menyatakan :

Undang-undang ini tidak secara tegas memberikan

pengertian tentang istilah “anak luar kawin” tetapi hanya

menjelaskan pengertian anak sah dan kedudukan anak luar

nikah, hal ini sebagaimana bunyi pasal 42-43 yang pada

pokoknya menyatakan :

“Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau

sebagai akibat pernikahan yang sah. Anak yang dilahirkan

di luar pernikahan hanya mempunyai hubungan perdata

dengan ibunya dan keluarga ibunya”.

Dilihat dari bunyi pasal tersebut di atas kiranya

dapat ditarik pengertian bahwa anak luar kawin adalah

anak yang dilahirkan diluar pernikahan dan hanya memiliki

hubungan keperdataan dengan ibunya saja.

2. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Anak luar kawin merupakan anak yang dilahirkan

dari hubungan antara seorang laki-laki dan seorang

perempuan diluar pernikahan yang sah. Predikat sebagai

Page 11: Kedudukan Anak Kandung Sah Dan Anak Luar Kawin Menurut Hukum Adat Serta Hukum Perdata

anak luar kawin tentunya akan melekat pada anak yang

dilahirkan diluar pernikahan tersebut.

Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata

pengertian anak luar kawin dibagi menjadi dua macam yaitu

sebagai berikut:

A. Anak luar kawin dalam arti luas adalah anak luar

pernikahan karena perzinahan dan sumbang. Anak Zina

adalah Anak-anak yang dilahirkan dari hubungan luar

nikah, antara laki-laki dan perempuan dimana salah

satunya atau kedua-duanya terikat pernikahan dengan

orang lain sementara Anak Sumbang adalah Anak yang

dilahirkan dari hubungan antara laki-laki dan seorang

perempuan yang antara keduanya berdasarkan ketentuan

undang-undang ada larangan untuk saling menikahi.

Sebagaimana kita ketahui, Pasal 8 Undang-Undang

No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan melarang

Perkawinan antara dua orang yang:

a. berhubungan darah dalam garis keturunan lurus ke

bawah ataupun ke atas;

b. berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping

yaitu antara saudara, antara seorang dengan saudara

orang tua dan antara seorang dengan saudara neneknya;

c. berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri menantu

dan ibu/bapak tiri;

d. berhubungan susuan, yaitu orang tua susuan, anak

susuan, saudara susuan dan bibi/paman susuan;

Page 12: Kedudukan Anak Kandung Sah Dan Anak Luar Kawin Menurut Hukum Adat Serta Hukum Perdata

e. berhubungan saudara dengan isteri atau sebagai bibi

atau kemenakan dari isteri, dalam hal seorang suami

beristeri lebih dari seorang;

f. mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau

peraturan lain yang berlaku, dilarang nikah.

B. Anak luar kawin dalam arti sempit adalah anak yang

dilahirkan diluar pernikahan yang sah.

Anak zina dan anak sumbang tidak bisa memiliki

hubungan dengan ayah dan ibunya. Bila anak itu terpaksa

disahkan pun tidak ada akibat hukumnya (Pasal 288

KUHPerdata). Kedudukan anak itu menyedihkan. Namun

pada prakteknya dijumpai hal-hal yang meringankan,

karena biasanya hakikat zina dan sumbang itu hanya

diketahui oleh pelaku zina itu sendiri.

2.2. Kedudukan Anak Kandung Dalam Hukum Adat dan Perdata

2.2.1. Kedudukan Anak Kandung Menurut Hukum Adat

Sebagaimana telah di jelaskan sebelumnya pada

perumusan masalah, bahwa anak kandung sah memiliki

kedudukan yang terpenting di dalam setiap somah (gezin)

masyarakat adat. Di samping oleh orang tuanya anak itu

dilihat sebagai generasi penerus serta dipandang sebagai

tempat tumpuan bagi orang tuanya.

Orang karenanya maka sejak anak itu masih di

dalam kandungan hingga dia dilahirkan , bahkan kemudian

dalam pertumbuhan selanjutnya dalam masyarakat adat

terdapat banyak upacara-upacara adat yang sifatnya

Page 13: Kedudukan Anak Kandung Sah Dan Anak Luar Kawin Menurut Hukum Adat Serta Hukum Perdata

religio magis yang menyelenggarakannya berurutan

mengikuti perkembangan fisik anak tersebut yang semua

itu bertujuan untuk melindungi anak beserta ibu yang

mengandung serta melahirkannya dari segala bahaya dan

gangguan-gangguan, serta kelak setalah anak dilahirkan

agar dapat menjelma menjadi anak yang dapat memenuhi

harapan orang tua yang melahirkannya dan mengurusnya.

Contoh : dalam masyarakat adat priangan (Jawa Barat)

a. Ketika anak masih dalam kandungan

pada bulan ke-tiga, ke-lima, ke-tujuh, dan ke-sembilan

dilakukan, dan pada bulan ke-tujuh kehamilan

upacaranya dinamakan tingkeb.

b. Pada saat anak lahir

diadakan upacara penanaman bali (plasenta) atau

kalau tidak ditanam dilakukan upacara penghanyutan

kearah laut.

c. Dan seterusnya

2.2.2. Kedudukan Anak Kandung Menurut Hukum Perdata

Kedudukan anak kandung dalam KUH Perdata

merupakan kedudukan tertinggi, dimana si anak berhak

atas pemenuhan kebutuhan dari kedua orang tuanya baik

pendidikan, pewarisan, pemeliharaan, perwalian nikah, dan

perwakilan di dalam ataupun di luar pengadilan serta

segala hak anak dari kedua orangtuanya dengan sendirinya

melekat kepadanya. Hal ini sangat berbeda dengan

kedudukan anak luar kawin yang meletakkan kedudukan

Page 14: Kedudukan Anak Kandung Sah Dan Anak Luar Kawin Menurut Hukum Adat Serta Hukum Perdata

anak luar nikah hanya memiliki hubungan keperdataan

dengan ibunya dan keluarga ibunya.

2.3. Kedudukan Anak Luar Kawin Menurut Hukum Adat dan Perdata

2.3.1. Kedudukan Anak Luar Kawin Menurut Hukum Adat

Kedudukan hukum dari seorang anak yang

dilahirkan di luar ikatan perkawinan menurut hukum adat

adalah sama seperti seorang anak sah dalam hubungan

terhadap ibunya. Jadi anak itu pada dasarnya mempunyai

hubungan hukum sebagai anak dengan dengan orang

tuanya hanya terhadap wanita yang melahirkannya,

sedangkan dengan lelaki yang menyebabkan ia lahir tidak

terdapat hubungan hukum.

Kita dapat memproyeksikan kedudukan anak luar

kawin dengan melihat kepada masyarakat adat di beberapa

daerah seperti di Mentawai, Timor, Minahasa, dan Ambon

wanita yang melahirkannya itu adalah ibu dari anak yang

bersangkutan sehingga biasa saja seperti kejadian normal

dimana seorang wanita melahirkan anak dalam perkawinan

sah.

Akan tetapi di beberapa daerah lainnya ada

pendapat yang wajib mencela dengan keras terhadap si ibu

yang tidak kawin melahirkan serta terhadap anaknya yang

dilahirkannya tersebut.

Page 15: Kedudukan Anak Kandung Sah Dan Anak Luar Kawin Menurut Hukum Adat Serta Hukum Perdata

Namun dengan perkembangan kebudayaan maka

terciptalah aturan-aturan untuk mencegah si ibu dan si anak

tersebut tertimpa nasib yang malang dengan terbentuknya

lembaga hokum tertentu dalam pergaulan suasana hukum

adat yang disebut lembaga hukum kawin penutup malu

(Schaamte Bedekking) yang dapat di bedakan :

1. Kawin Paksa (Gedwongen Huwelijk)

Ialah perkawinan dimana seorang wanita yang tidak

dalam keadaan kawin tetapi mengandung dengan lelaki

yang menyebabkan wanita itu mengandung (Kapang

Tubas-Lampung). Tindakan demikian misalnya di

Sumatera Selatan selalu di ambil dalam rapat marga,

demikian pula di Bali bahkan apabila pria tersebut tidak

mau mengawini wanita yang telah mengandung dan

melahirkan anak karenanya maka ia dapat dijatuhi

hukuman.

2. Kawin Sempurna (Nood Huwelijk)(Lap Huwelijk)

Adalah perkawinan dimana seorang wanita yang tidak

kawin tetapi mengandung dengan laki-laki siapa saja

yang mau menjadi suami dengan maksud agar

kelahiran bayi jatuh dalam perkawinan.

Dan apabila tidak ada yang mau maka wanita itu

dikawinkan dengan kepala suku atau kepala desa.

a) Pada orang Jawa kawin darurat (Lap Huwlijk) ini

dinamakan nikah tambelan.

b) Pada orang Bugis disebut Pattiongkoq Siriq, dan

c) Di Jawa Barat disebut Kawin Tambe(a)lan atau

kawin liwat atau kawin bapak angkat

Page 16: Kedudukan Anak Kandung Sah Dan Anak Luar Kawin Menurut Hukum Adat Serta Hukum Perdata

Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung

tanggal 3 September 1958 No. 216 K/Sip/1958

menyatakan bahwa “didalam hukum adat pada

dasarnya setiap anak yang lahir didalam ikatan

perkawinan adalah sah meskipun kelahirannya

disebabkan oleh laki-laki lain. Secara yuridis ibu dari

anak tersebut adalah wanita yang melahirkannya dan

ayah anak tersebut adalah suami dari wanita itu”.

Dalam hak kewarisan anak luar nikah, menurut

hukum adat yang hukum keluarganya bersistem

parental, kiranya tidak memberi kesulitan. Oleh karena

anak tersebut dapat mewaris secara penuh dari ibunya

maupun menggantikan kedudukan ibunya dalam

mewaris dari neneknya.

Di daerah Jawa anak yang lahir di luar

perkawinan yang sah adalah anak kowar, anak ini

hanya dapat mewaris dari ibunya atau keluarga ibunya.

Walaupun demikian apabila kemudian ibunya setelah

anak itu lahir kawin dengan lelaki yang membenih anak

tersebut dan anak itu tinggal bersama ayah kandungnya

itu, si anak tetap tidak dapat mewaris dari bapaknya.

Begitu pula anak yang lahir dari ayah ibunya yang

kemudian cerai kemudian rujuk kembali secara diam-

diam tanpa dilakukan di hadapan pejabat negara atau

agama, ia tetap anak kowar dan tidak bersah sebagai

Page 17: Kedudukan Anak Kandung Sah Dan Anak Luar Kawin Menurut Hukum Adat Serta Hukum Perdata

ahli waris. Anak Luar Kawin yang tidak layak menjadi

ahli waris apabila :

a. Jika oleh hakim ia dihukum karena membunuh

pewaris, jadi wajib ada putusan hakim yang

menghukumnya.

b. Jika ia secara paksa mencegah kemauan pewaris

untuk membuat wasiat.

c. Jika ia melenyapkan atau memalsu surat wasiat dari

pewaris.

d. Melanggar ketentuan adat yang berlaku bagi pewaris.

2.3.2. Kedudukan Anak Luar Kawin Menurut Hukum Perdata

Pasal 43 ayat (1) UU No 1 Tahun 1974 tentang

perkawinan telah mengatur bahwa anak yang dilahirkan

diluar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata

dengan ibunya da keluarga ibunya. Ketentuan ini

dipertegas pula dengan Pasal 100 Kompilasi Hukum Islam

di Indonesia bahwa anak yang lahir di luar perkawinan

hanya mempunyai hubungan nasab dengan ibunya dan

keluarga ibunya. Sebagai konsekuensinya akta kelahiran

anak tersebut hanya mencantumkan anak dari ibu

kandungnya. Juga tentang hak waris, ia hanya bisa menjadi

ahli waris dari ibu dan keluarga ibu. Sekalipun akta

kelahirnya terkesan kurang lengkap, namun sesungguhnya

memiliki kekuatan hukum yang sama dengan akta kelahiran

dari anak yang dilahirkan dalam perkawinan yang sah.

Dalam praktiknya akta tersebut bisa dipergunakan untuk

berbagai kepentingan, misal untuk melanjutkan studi,

melamar pekerjaan, dan sebagainya. Bila suatu ketika ayah

Page 18: Kedudukan Anak Kandung Sah Dan Anak Luar Kawin Menurut Hukum Adat Serta Hukum Perdata

biologis mengakui bahwa itu anaknya, lalu menikahi ibu

anak tersebut, maka akan memiliki status keperdataan

yang lengkap, sehingga akta anak tersebut bisa

ditingkatkan menjadi anak ayah dan ibu.

Sejalan dengan ini Pasal 272 KUHP Perdata

memberikan rumusan, bilamana seorang anak dibenihkan

di luar perkawinan, menjadi anak sah apabila sebelum

perkawinan orang tuanya telah mengakui anak luar nikah

itu sebagai anaknya. Pengakuan ini membawa serta akibat

yuridis, di antaranya tentang tentang kewajiban dalam

pemberian nafkah, perwalian, hak memakai nama, menjadi

ahli waris dari ayah dan ibu serta keluarga ayah dan ibu

dan sebagainya.

Berikut merupakan hak-hak keperdataan yang hilang

bagi seorang anak luar kawin :

1. Alimentasi atau tunjangan nafkah yang ditujukan bagi

keluarga sedarah di dalam garis lurus ke bawah atau ke

atas. Undang-undang perkawinan mengatur hal ini

dalam pasal 45 dan pasal 46 sebagai berikut :

Pasal 45

(1) Kedua orang tua wajib memelihara dan menddidik

anak-anak mereka sebaik-baiknya

(2) Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat (1)

pasal ini berlaku sampai anak itu kawin atau dapat

berdiri sendiri kewajiban mana berlaku terus

meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus.

Pasal 46

(1) Anak wajib menghormati orang tua dan mentaati

kehendak mereka yang baik.

Page 19: Kedudukan Anak Kandung Sah Dan Anak Luar Kawin Menurut Hukum Adat Serta Hukum Perdata

(2) Jika anak telah dewasa, ia wajib memelihara

menurut kemampuannya, orang tua dan keluarga

dalam garis lurus ke atas bila mereka itu

memerlukan bantuannya.

Seperti yang dijelaskan di atas bahwa anak luar

kawin hanya memiliki hubungan keperdataan dengan

ibu dan keluarga ibu, sehingga secara hukum ayah

biologis anak tidak memiliki kewajiban untuk membiayai

kehidupan dan pendidikannya. Begitu pula sebaliknya si

anak tidak memiliki kewajiban untuk memelihara

ayahnya.

2. Hak untuk mendapatkan warisan

Andaikan si ayah biologis dari anak luar kawin

tersebut meninggal dunia, si anak tidak akan

mendapatkan warisan, sebab dia bukan merupakan ahli

waris. Ahli waris yang sah menurut hokum adalah anak

yang sah dari pewaris (orang yang telah meninggalkan

harta warisan). Hal ini dapat dilihat pada pasal 852 KUH

Perdata yang isinya “Anak-anak atau Keturunan-

keturunan, sekalipun dilahirkan dari berbagai

perkawinan, mewarisi harta peninggalan para orangtua

mereka, kakek dan nenek mereka, atau keluarga-

keluarga sedarah mereka selanjutnya dalam garis ke

atas, tanpa membedakan jenis kelamin atau kelahiran

yang lebih dulu…..”

2.4. Pengakuan Anak Luar Kawin

Menurut peraturan perundang-undangan , anak luar kawin

tidak memiliki hubungan hukum dengan ayahnya dan keluarga

ayahnya sama sekali. Jika si ayah ingin mendapatkan hubungan

Page 20: Kedudukan Anak Kandung Sah Dan Anak Luar Kawin Menurut Hukum Adat Serta Hukum Perdata

hukum dengan si anak, hokum sudah menyediakan jalan

keluarnya, yaitu dengan melakukan pengakuan anak.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pengakuan anak yaitu

pengakuan tersebut haruslah disertai dengan persetujuan ibu

selama ia masih hidup, yang mana diatur dalam pasal 284 KUH

Perdata yang menyebutkan “tiada pengakuan anak luar kawin

dapat diterima selama ibunya hidup, meskipun ibu itu termasuk

golongan Indonesia atau yang disamakan dengan golongan itu,

bila si ibu tidak menyetujui pengakuan itu…..”.

Pengakuan menurut pasal 281 KUH Perdata harus

dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :

1. Melalui akta kelahiran si anak pada waktu pelaksanaan

perkawinan.

2. Akta otentik yang dilakukan di hadapan catatan sipil.

3. Akta lainnya, misalkan akta notaris yang khusus dibuat

untuk keperluan itu dan ditulis dalam surat wasiat yang

kemudian akan dicantumkan di dalam akta lahir si anak.

Bagian warisan anak luar kawin yang diakui setelah seorang

anak diakui, maka secara hukum dia berhak atas warisan si ayah.

Jika suatu hari si ayah meninggal, maka si anak yang diakui

warisan anak yang diakui tersebut diatur dengan cara tersendiri

dan berbeda dengan anak sah. mengenai pembagiannya diatur

seperti di bawah ini :

1. Jika yang meninggal meninggalkan keturunan yang sah atau

seorang suami atau istri, maka anak-anak luar kawin mewarisi 1/3

bagian dari bagian yang seharusnya mereka terima jika mereka

sebagai anak-anak yang sah. Seperti dalam bunyi pasal 863

KUHPerdata yang menyebutkan : “Jika yang meninggal itu

meninggalkan keturunan yang sah menurut undang-undang atau

Page 21: Kedudukan Anak Kandung Sah Dan Anak Luar Kawin Menurut Hukum Adat Serta Hukum Perdata

seorang suami atau istri, maka anak-anak luar kawin mewaris

sepertiga dari bagian yang sedianya mereka terima seandainya

mereka anak-anak yang sah menurut undang-undang……”.

2. Jika yang meninggal tidak meninggalkan keturunan maupun

suami atau istri, tetapi meninggalkan keluarga sedarah, dalam

garis ke atas (ibu, bapak, nenek, dst) atau saudara laki-laki dan

perempuan atau keturunannya, maka anak-anak yang diakui

tersebut mewaris 1/2 dari warisan. Namun jika hanya terdapat

saudara dalam derajat yang lebih jauh, maka anak-anak yang

diakui tersebut mendapat 3/4. Dimana hal ini diatur dalam pasal

863 KUHPerdata yang isinya : “....; Jika si meninggal tak

meninggalkan keturunan maupun suami atau istri, akan tetapi

meninggalkan keluarga sedarah, dalam garis ke atas, ataupun

saudara laki dan perempuan atau keturunan mereka, maka

mereka mewaris setengah dari warisan; dan jika hanya ada sanak

saudara dalam derajat yang lebih jauh, tida perempat”.

3. Jika yang meninggal tidak meninggalkan ahli waris yang sah,

maka mereka memperoleh seluruh warisan. Diatur dalam pasal

865 KUHPerdata yang berbunyi :” Jika si meninggal tak

meninggalkan ahli waris yang sah, maka sekalian anak luar kawin

mendapat seluruh warisan”).

Page 22: Kedudukan Anak Kandung Sah Dan Anak Luar Kawin Menurut Hukum Adat Serta Hukum Perdata

BAB III

PENUTUP

Dari hasil pembahasan di atas maka dapat penulis simpulkan hal-hal

sebagai berikut :

1. Bahwa kedudukan anak kandung dari sudut pandang hukum adat

dan hukum perdata adalah sama, dimana anak kandung memiliki

hak kewarisan dari kedua orang tuanya. Hal ini berlawanan dengan

anak luar kawin dimana hanya dapat mewaris dari ibu dan keluarga

ibunya. Pasal 43 ayat 1 Undang-undang No.1 tahun 1974 tentang

Perkawinan.

2. Dalam hukum perdata dimungkinkan anak luar kawin untuk

mendapatkan hubungan hukum dengan ayahnya dengan cara

pengakuan anak luar kawin sebagaimana di jelaskan pada BAB II.

3. Dalam hukum adat, untuk mengantisipasi terjadinya anak luar

kawin maka dibentuklah lembaga hokum kawin penutup malu

(Schaamte Bedekking) yang dapat di bedakan :

Kawin Paksa (Gedwongen Huwelijk)

Kawin Sempurna (Nood Huwelijk)(Lap Huwelijk)

Page 23: Kedudukan Anak Kandung Sah Dan Anak Luar Kawin Menurut Hukum Adat Serta Hukum Perdata

Daftar Pustaka

Tolib setiady, Bey, S.H. M.Pd., (2008), “Intisari Hukum Adat Indonesia (dalam

kajian kepustakaan)”, Penerbit Alfabeta, Bandung.

Undang-undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Kitab Undang-undang Hukum Perdata

Subekti, Prof. S.H., (2001), “Pokok-Pokok Hukum Perdata”, PT Intermasa,

Jakarta.

Page 24: Kedudukan Anak Kandung Sah Dan Anak Luar Kawin Menurut Hukum Adat Serta Hukum Perdata

LAMPIRAN

Sarah Amalia

SAAT MELAHIRKAN, INGIN DITEMANI SUAMI

Di saat sang istri tengah hamil 7 bulan, Ariel "Peter Pan" malah dikabarkan

(masih) menjalin hubungan dengan model cantik, Luna Maya. Gosipnya, Ariel

bahkan berani membawa Luna menginap di Bandung, sementara dengan sang

istri, ia tak kunjung tinggal seatap. Sang istri pun hanya pasrah. Satu

harapannya, Ariel menemani saat proses persalinan.

Ariel Peter Pan seolah tak habis membuat berita. Setelah heboh kehamilan Sarah

Amalia, kekasih yang akhirnya dinikahi Ariel secara resmi, 30 Januari lalu, kini

vokalis Peter Pan tersebut kembali dilanda gosip tak sedap. Ia disebut-sebut

masih saja terus menjalin hubungan kasih dengan seorang model, Luna Maya.

Bahkan, kabarnya Ariel berani membawa Luna menginap di rumah keluarganya

di Bandung, pertengahan minggu lalu.

Luna dikabarkan sempat menginap selama 2 hari di kediaman keluarga Ariel.

Keduanya bahkan sempat berjalan-jalan ke sebuah pusat perbelanjaan di kota

kembang. Sepulang dari Bandung, Ariel hanya sebentar singgah di Jakarta. Kamis

(7/4) ia bertolak ke Malaysia, dan tak dapat dihubungi hingga berita ini

diturunkan. Lalu bagaimanakah Sarah Amalia, istri sah Ariel, menanggapi kabar

ini?

BERUSAHA TEGAR

Semula, ketika NOVA menanyakan kabar burung tersebut kepada Sarah alias Lia,

Kamis

(7/4) siang, wanita cantik ini mengaku terkejut. "Ah, masa sih?" ujarnya dari

seberang telepon. Kaget dan kecewa, jelas terdengar dari nada bicara wanita

yang tengah mengandung 7 bulan ini.

Page 25: Kedudukan Anak Kandung Sah Dan Anak Luar Kawin Menurut Hukum Adat Serta Hukum Perdata

Meski begitu, Lia memilih bersikap bijak. "Aku enggak mau termakan gosip. Nanti

malah runyam," ujar Lia tenang. Sebagai istri, Lia ingin mempercayai sang suami

sepenuhnya. "Kalau itu benar aku enggak akan bikin apa-apa. Biar Tuhan saja

yang membalas. Aku toh, bisa apa?" ujarnya pasrah.

Justru wanita kelahiran 16 Desember 1979 ini, sengaja bersikap cuek. "Aku

enggak mau banyak pikiran. Aku mau konsentrasi ke bayiku aja," sambung Lia

lewat pesan singkat yang dikirimnya Jumat (8/4).

Dengan nada bercanda Lia melanjutkan, "Kalau aku stres, nanti bayiku keluarnya

enggak bisa senyum, lagi. Hehe." Begitulah. Lia berusaha tetap tegar. Setegar

fisiknya yang masih beraktivitas seperti biasa dan mengendarai mobil sendiri ke

manapun ia pergi.

Ngidam Pasta dan Keju

Ketegaran Lia ini mau tak mau mengundang decak kagum. Bayangkan saja, sejak

resmi menikah 30 Januari lalu, hingga kini Lia belum juga tinggal satu atap

dengan sang suami. Hal ini tentu saja mengundang tanya. Namun, Lia tak protes.

"Enggak apa-apa. Ariel, kan, sibuk. Enggak selalu ada di Jakarta. Jadi, saat ini biar

saja tinggal sendiri-sendiri."

Demi sang suami pula, Lia selalu menghindari wawancara dengan wartawan. Di

beberapa kesempatan, ia menyiratkan sikapnya ini karena tak ingin salah

berucap. Pun ketika beberapa wartawan mendatangi kantornya di Kemang,

Jakarta Selatan, Jumat (8/4) sore. Setelah berkali-kali menolak wawancara,

akhirnya Lia bersedia ditemui, meski hanya mau bercerita tentang kondisi

kehamilannya.

Ditemani beberapa anggota keluarganya, mengalirlah cerita dari mulut Lia.

"Kehamilanku udah masuk 7 bulan. Alhamdulillah, dari awal sampai sekarang,

semuanya baik-baik saja," ujar Lia yang mengaku sering mual-mual pada 4 bulan

pertama kehamilan.

Uniknya, tak seperti perempuan hamil lain, Lia ternyata pintar mengontrol emosi.

Page 26: Kedudukan Anak Kandung Sah Dan Anak Luar Kawin Menurut Hukum Adat Serta Hukum Perdata

"Kalau ngidam, sih, aku ada. Jadi suka makan aneka pasta dan keju. Kadang-

kadang malah aku suka bikin sendiri," cerita Lia ceria yang sejak hamil tak tahan

dengan bau susu. "Sempat aku enggak bisa minum susu, saking eneknya.

Sekarang, sih, alhamdulillah, sudah bisa."

Karena kerap mual dan muntah, berat badan Lia di awal kehamilan malah susut 4

kg. "Tapi sekarang sudah seperti ibu-ibu hamil lainnya," ucap Lia yang mengaku

belum tahu kapan akan menggelar acara Nujuh Bulanan. "Mungkin nanti, saat

aku ada waktu."

Lia pribadi mengaku tak memusingkan berbagai detail upacara adat. "Aku, sih,

senang aja. Tapi yang paling penting, sih, pengajiannya," ujar Lia yang hingga

saat ini belum membeli baju dan perlengkapan bayi. "Setelah tujuh bulanan, baru

belanja."

Yang ada di benak Lia hanya menjaga kesehatannya dan sang jabang bayi

dikandungannya. "Aku rutin periksa ke dokter, minimal sebulan sekali," ujar Lia

yang ternyata tak pernah ditemani Ariel saat ke dokter. "Tapi banyak, kok, orang-

orang yang menyayangi aku, menemani aku," ujarnya tersenyum.

Jika tante atau keluarganya tak bisa, cerita Lia, dirinya punya beberapa sahabat

yang selalu siap menemani. Tak sedihkah Lia, sedang hamil besar tapi tak pernah

ditemani suami? "Orang hamil, kan, enggak boleh sedih," ujar Lia.