kecukupan nutrien makro pada sapi pejantan di … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan...

48
KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG JAWA BARAT SKRIPSI ANA MAWAR IRIANI DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Upload: dinhthuy

Post on 03-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN

DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

JAWA BARAT

SKRIPSI

ANA MAWAR IRIANI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 2: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

i

RINGKASAN

ANA MAWAR IRIANI. D240612983. 2011. Kecukupan Nutrien Makro pada

Sapi Pejantan di Balai Inseminasi Buatan Lembang Jawa Barat. Skripsi.

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut

Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Prof. Dr. Ir. Toto Toharmat, M.Agr.Sc.

Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Suryahadi, DEA.

Ketersediaan bibit merupakan salah satu faktor paling dominan dalam

keberhasilan sebuah usaha peternakan, baik pada usaha peternakan sapi perah

ataupun peternakan sapi potong. Selain itu ketersediaan bibit juga merupakan

masalah nasional. Bibit yang baik dan berkualitas dipengaruhi oleh pakan yang

diberikan. Pakan tersebut harus memiliki kualitas baik dan diberikan dengan

kuantitas yang mencukupi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi

kecukupan nutrien makro pakan yang diberikan kepada sapi pejantan terkait dengan

kondisi fisiologis dan kualitas semen pada sapi pejantan tersebut.

Penelitian menggunakan data sekunder yang diperoleh dari catatan pemberian

pakan dan kondisi sapi pejantan di Balai Inseminasi Buatan Lembang, Jawa Barat.

Sapi pejantan yang dipelihara terdiri dari bangsa Frisian Holstein (FH), Limousin,

Simmental, Angus, Brangus, Brahman, dan Ongole dengan bobot badan dan umur

yang berbeda. Data diperoleh dari 75 ekor sapi pejantan yang diamati pada tahun

2010. Pakan sapi pejantan dievaluasi berdasarkan bobot badan per bangsa sapi.

Pakan yang diberikan berupa hijauan rumput Gajah (Pennisetum purpureum), pucuk

tebu serta rumput kering dan konsentrat dan toge. Ransum diberikan berdasarkan

bobot badan. Umur tidak dipertimbangkan dalam penentuan jumlah pemberian

ransum.

Data menunjukkan bahwa terdapat kelebihan jumlah nutrien makro dalam

ransum yang diberikan. Pejantan dapat menghasilkan sperma yang berkualitas

walaupun umurnya sudah tua. Kelebihan nutrien makro yang diberikan memastikan

bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi

tersebut mampu mempertahankan kualitas sperma yang dibuat menjadi sperma beku.

Permasalahan yang timbul diduga dari kurangnya kecukupan dan ketidakseimbangan

dari nutrien mikro, diantaranya adalah kandungan Ca dan P dalam ransum.

Kata-kata kunci: nutrien, pejantan, inseminasi.

Page 3: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

ii

ABSTRACT

Macro Nutrient Sufficiency in Bulls in the Institute for Artificial Insemination

Lembang, West Java

A.M. Iriani, T. Toharmat, and Suryahadi

The shortage of replacement stock is a limiting factor in development of

dairy and beef industry in Indonesia. Availability and performance of the

replacement stock is influenced by feed availability and feeding management. The

objective of this study was to evaluate the nutrient sufficiency in Bulls reared in the

Institute for Artificial Insemination (BIB), Lembang - West Java. Information on

feeding management, physiological condition and semen production recorded from

75 bulls was evaluated. The breed of bulls were Frisian Holstein (FH), Limousine,

Simmental, Angus, Brangus, Brahman, and Ongole. They varied in their age and

body weight. Feed offered were elephant grass, sugarcane top, hay, tauge and

concentrate. Total feed offered was based on the body weight. Result indicated that

the makro nutrients in the rations offered to the bulls was inacxess. Bulls produce

high quality semen, therefore the bull has obtained the sufficient ammount of

nutrient for reproduktif and milk production. Health problem of bulls was assciated

with the inbalance nutrient intake.

Keywords : nutrient, bull, insemination

Page 4: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN

DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

JAWA BARAT

ANA MAWAR IRIANI

D24061298

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 5: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

Judul : Kecukupan Nutrien Makro pada Sapi Pejantan di Balai Inseminasi

Buatan Lembang Jawa Barat

Nama : Ana Mawar Iriani

NIM : D24061298

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

(Prof. Dr. Ir. Toto Toharmat, M.Agr.Sc) (Dr. Ir. Suryahadi, DEA)

NIP : 19590902 198303 1 003 NIP :19561124 198103 1 002

Mengetahui:

Ketua Departemen,

(Dr. Ir. Idat G. Permana, M.Sc.Agr)

NIP. 19670506 199103 1 001

Tanggal Ujian : 30 Mei 2011 Tanggal Lulus :

Page 6: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

v

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 30 Maret 1988 di Jakarta Selatan. Penulis

adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Suwarto dan Ibu

Yariyatun.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2000 di SD Budi Mulia

Ciledug, pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2003 di

SLTPN 11 Jakarta Selatan dan pendidikan lanjutan menegah atas diselesaikan pada

tahun 2006 di SMAN 90 Jakarta Selatan. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor

(IPB) pada tahun 2006 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan

diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan pada

tahun 2007.

Selama mengikuti pendidikan, Penulis aktif di beberapa organisasi

mahasiswa antara lain Wakil Ketua Ikatan Alumni SMA Sepesanggrahan-Jakarta

Selatan dan Sekitarnya (IAS3) periode 2007-2008, Sekertaris Biro Pengembangan

Sumber Daya Manusia (PSDM) Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak

(HIMASITER) periode 2007-2008, anggota aktif Lembaga Dakwah Fakultas (LDF)

FAMM Al-An‟aam periode 2007-2008 pada Divisi Pengembangan Sumber Daya

Manusia dan Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Nutrisi Ternak (Himasiter)

periode 2008-2009. Penulis pernah mengikuti magang perusahaan di peternakan sapi

perah Tapos Ciawi Bogor pada tahun 2009 serta aktif mengikuti beberapa

kepanitiaan di Fakultas Peternakan IPB dan BEM KM IPB. Penulis juga menjadi

asisten mata kuliah Teknik Formulasi Ransum dan Sistem Informasi Pakan serta

mata kuliah Pengelolaan Kesehatan Ternak Tropis pada tahun 2009 hingga 2010.

Penulis juga berkesempatan menjadi penerima beasiswa Supersemar pada tahun

2009 dan beasiswa BBM (Beasiswa Bantuan Mahasiswa) pada tahun 2010.

Page 7: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil‟alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kecukupan Nutrien Makro pada Sapi

Pejantan di Balai Inseminasi Buatan Lembang Jawa Barat.”. Skripsi ini ditulis

berdasarkan hasil studi lapang pada bulan Juni sampai dengan Juli 2010 berlokasi di

Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang yang beralamat di Jalan Kiwi Ayu Ambon

78 Lembang, Bandung, Jawa Barat. Tujuan dari skripsi ini adalah untuk

mengevaluasi kecukupan nutrien dalam pakan sapi pejantan yang diberikan di Balai

Inseminasi Buatan (BIB) Lembang, Bandung, Jawa Barat. Diharapkan skripsi ini

dapat memberi gambaran tentang kecukupan nutrien untuk sapi pejantan di daerah

tropis.

Skripsi ini membahas kecukupan pakan dalam memenuhi kebutuhan nutrien

sapi pejantan pada setiap bobot badan yang berbeda. Tahapan penulisan skripsi

diawali dengan pembuatan proposal dan dilanjutkan dengan pengambilan data pada

bulan Juni 2010. Setelah pengambilan data selesai, Penulis memasuki tahap yang

terakhir yaitu mengolah data dan menyusun tulisan.

Penulis menyadari masih terdapat beberapa kekurangan dalam penyusunan

skripsi ini. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dan

pembelajaran dimasa yang akan datang. Penulis mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat

berguna dan memberikan informasi tambahan kepada yang membacanya.

Bogor, Mei 2011

Penulis

Page 8: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

vii

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ...................................................................................................... i

ABSTRAK ........................................................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x

PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

Latar Belakang ......................................................................................... 1

Tujuan ...................................................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 3

Sapi Pejantan ............................................................................................ 3

Bahan Pakan ............................................................................................ 3

Kebutuhan Nutrien Sapi Pejantan ............................................................ 4

Kebutuhan Bahan Kering ............................................................. 5

Kebutuhan Energi ........................................................................ 5

Kebutuhan Protein ....................................................................... 6

Kebutuhan Mineral ...................................................................... 6

Kecernaan Nutrien ................................................................................... 8

Gangguan Metabolisme ........................................................................... 9

Kualitas Semen Sapi ................................................................................ 9

MATERI DAN METODE ................................................................................... 11

Waktu dan Tempat ................................................................................... 11

Materi ....................................................................................................... 11

Metode ..................................................................................................... 11

Analisis Data ............................................................................... 12

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 13

Kondisi Umum BIB Lembang ................................................................. 13

Bahan Pakan Sapi Pejantan ...................................................................... 17

Rumput Komponen Pakan ........................................................... 17

Konsentrat Komponen Ransum ................................................... 18

Kecukupan Nutrien untuk Sapi Pejantan ................................................. 19

Sapi Ongole .................................................................................. 20

Sapi Brahman ............................................................................... 22

Page 9: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

viii

Sapi Simmental ............................................................................ 23

Sapi Limousin .............................................................................. 25

Sapi Brangus ................................................................................ 26

Sapi Angus ................................................................................... 28

Sapi Frisien Holstein (FH) ........................................................... 29

Kondisi Fisiologis Sapi Pejantan ............................................................. 30

Ureum dan Kreatinin ................................................................... 30

Mineral Ca dan P ......................................................................... 31

Produksi Semen Sapi Pejantan ................................................................ 32

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 34

Kesimpulan .............................................................................................. 34

Saran ......................................................................................................... 34

UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 36

Page 10: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Populasi Sapi Pejantan Berdasarkan Bangsa pada Tahun 2009 dan

2010 …………………………………………………………………...

13

2. Rataan Bobot Badan Setiap Bangsa Tahun 2009 …………………...... 14

3. Data Umur Sapi Berdasarkan Bangsanya Tahun 2009 ………………. 15

4. Bangsa dan Nama Sapi Pejantan yang Mengalami Gangguan

Metabolisme, Mati, Diafkir atau Dipotong Paksa pada Tahun 2009 …

16

5. Bangsa dan Nama Sapi Pejantan yang Mengalami Gangguan

Metabolisme dan Mati pada Tahun 2010 ……………………………..

16

6. Kandungan Nutrien Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) yang

Diberikan kepada Sapi Pejantan Berbagai Bangsa di BIB Lembang …

18

7. Kandungan Nutrien Dua Jenis Konsentrat yang Dipakai Sebagai

Komponen Ransum Sapi Pejantan di BIB Lembang …………………

19

8. Rataan Bobot Badan Sapi Pejantan Berdasarkan Bangsa di BIB

Lembang pada Tahun 2010 …………………………………………...

20

9. Komponen Ransum dan Jumlah Pemberian Bahan Pakan kepada

Bangsa Sapi Ongole di BIB Lembang pada Tahun 2010 …………….

22

10. Komponen Ransum dan Jumlah Pemberian Bahan Pakan kepada

Bangsa Sapi Brahman di BIB Lembang pada Tahun 2010 …………...

23

11. Komponen Ransum dan Jumlah Pemberian Bahan Pakan kepada

Bangsa Sapi Simmental di BIB Lembang pada Tahun 2010 …………

25

12. Komponen Ransum dan Jumlah Pemberian Bahan Pakan kepada

Bangsa Sapi Limousin di BIB Lembang pada Tahun 2010 …………..

26

13. Komponen Ransum dan Jumlah Pemberian Bahan Pakan kepada

Bangsa Sapi Brangus di BIB Lembang pada Tahun 2010 ……………

28

14. Komponen Ransum dan Jumlah Pemberian Bahan Pakan kepada

Bangsa Sapi Angus di BIB Lembang pada Tahun 2010 ……………...

29

15. Komponen Ransum dan Jumlah Pemberian Bahan Pakan kepada

Bangsa Sapi Friens Holstein (FH) di BIB Lembang pada Tahun 2010

…………………………………………………………………………

30

16. Rataan Kandungan Kreatinin, Ureum, Ca, dan P untuk Setiap Bangsa

Sapid dan Sapi yang Mati di BIB Lembang Tahun 2010 …………….

32

17. Rata-Rata Produksi Semen Setiap Bangsa Sapi Pejantan di BIB

Lembang Tahun 2010 ……………………………................................

33

Page 11: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Sapi Ongole .......................................................................................... 21

2. Sapi Brahman ....................................................................................... 23

3. Sapi Simmental ..................................................................................... 24

4. Sapi Limousin ....................................................................................... 25

5. Sapi Brangus ......................................................................................... 27

6. Sapi Angus............................................................................................ 28

7. Sapi Frisien Holstein (FH).................................................................... 30

Page 12: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ketersediaan bibit merupakan salah satu faktor paling dominan dalam upaya

mencapai keberhasilan sebuah usaha peternakan, baik pada usaha peternakan sapi

perah ataupun peternakan sapi potong. Ketersediaan bibit hingga saat ini merupakan

masalah nasional. Bibit yang baik dan berkualitas dipengaruhi oleh pakan yang

diberikan. Pakan harus diupayakan tersedia secara berkesinambungan, berkualitas,

dan diberikan dengan kuantitas yang memadai.

Pakan di daerah tropis umumnya berkualitas kurang baik, sehingga untuk

mengatasi masalah tersebut, manajemen pemberian pakan harus mendapat perhatian

khusus. Pakan yang diberikan harus memiliki komposisi nutrien yang cukup dan

seimbang. Pakan dengan komposisi nutrien yang cukup dan seimbang akan

menghasilkan performa ternak yang baik.

Sapi pejantan unggul merupakan penghasil sperma yang dibekukan untuk

didistribusikan dan digunakan dalam program inseminasi sejumlah besar sapi betina.

Sperma dari sapi pejantan yang baik akan menghasilkan keturunan atau bibit yang

baik. Kualitas sperma sangat dipengaruhi oleh kualitas pakan. Pakan berkualitas

buruk dengan kadar nutrien rendah dan tidak seimbang, maka dapat mengganggu

metabolisme nutrien. Terganggunya metabolisme nutrien dalam tubuh ternak akan

mengakibatkan gangguan pada spermatogenesis, kesehatan ternak bahkan dapat

menimbulkan kematian. Gangguan kesehatan yang sering terjadi pada sapi pejantan

dapat terkait dengan kelebihan atau kekurangan nutrien.

Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu evaluasi kecukupan nutrien yang

terkandung dalam pakan sapi pejantan yang diberikan dengan mengacu pada standar

kebutuhan NRC (1988) berdasarkan umur, bobot badan, dan jenis sapi. Hasil

evaluasi diharapkan dapat membantu dalam melakukan perubahan atau memperbaiki

manajemen pemberian pakan dalam sistem pemeliharaan yang telah dilakukan.

Sehingga dapat menentukan kuantitas dan kualitas pakan yang tepat dan mampu

memenuhi kebutuhan ternak sesuai umur, bobot badan, dan kondisi faal sapi

pejantan.

Page 13: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

2

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi jenis, jumlah, dan

kecukupan nutrien yang diberikan kepada sapi pejantan terkait dengan kondisi

fisiologis, kualitas semen, dan bangsa sapi pejantan tersebut.

Page 14: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

3

TINJAUAN PUSTAKA

Sapi Pejantan

Sapi merupakan salah satu hewan ternak yang sering dipergunakan dalam

usaha peternakan. Hal ini disebabkan banyaknya manfaat yang dihasilkan dari ternak

sapi itu sendiri, antara lain daging dan susu. Menurut Blakely dan Bade (1998)

bangsa sapi mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut :

Kingdom : Animal

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Artiodaktil

Sub Ordo : Ruminansia

Familia : Bovidae

Genus : Bos

Performan produksi dan reproduksi sapi ditentukan oleh induknya baik betina

maupun pejantannya. Namun kualitas bibit sapi saat ini dikontrol melalui upaya

memelihara pejantan yang khusus untuk diambil spermanya. Sehingga sapi pejantan

merupakan salah satu ternak yang berperan sangat penting dalam usaha pembibitan.

Bahan Pakan

Bahan pakan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan digunakan oleh

hewan yang mampu menyajikan hara atau nutrien yang penting untuk perawatan

tubuh, pertumbuhan, penggemukan, dan reproduksi. Darmono (1999) menjelaskan

bahwa bahan pakan yang baik adalah bahan pakan yang mengandung karbohidrat,

protein, lemak, vitamin, dan mineral serta tidak mengandung racun yang dapat

membahayakan ternak yang mengkonsumsinya. Bahan pakan ternak terdiri dari

tanaman, hasil ikutan tanaman pangan, dan kadang berasal dari ternak serta hewan

yang hidup di laut (Tillman et al., 1991). Menurut Blakely dan Bade (1998) bahan

pakan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu konsentrat dan bahan pakan

berserat. Konsentrat berupa bijian dan butiran sedangkan bahan berserat yaitu jerami

dan rumput yang merupakan komponen penyusun ransum utama pada ternak

ruminansia.

Page 15: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

4

Pakan hijauan adalah semua bahan pakan yang berasal dari tanaman ataupun

tumbuhan berupa daun-daunan, terkadang termasuk batang, ranting, dan bunga

(Tillman et al., 1991). Hijauan biasanya diberikan dalam bentuk segar, silase atau

hay. Lubis (1992) mengemukakan bahwa pakan sebaiknya diberikan pada ternak

dalam keadaan segar. Pakan yang baik diberikan dengan perbandingan 60:40, apabila

hijauan yang diberikan berkualitas rendah perbandingan itu dapat menjadi 55:45 dan

hijauan yang diberikan berkualitas sedang sampai tinggi perbandingan itu dapat

menjadi 64:36 (Parakkasi, 1999).

Pakan penguat atau konsentrat adalah pakan yang mengandung serat kasar

rendah dan mudah dicerna. Menurut Darmono (1999) konsentrat adalah bahan pakan

yang mengandung serat kasar kurang dari 18%, berasal dari biji- bijian, hasil produk

ikutan pertanian atau pabrik pengolahan pangan, dan umbi- umbian. Jagung, menir,

dedak, katul, bungkil, dan tetes juga termasuk kelompok kosentrat. Fungsi pakan

penguat adalah meningkatkan dan memperkaya nilai gizi bahan pakan lain yang nilai

gizinya rendah.

Kebutuhan Nutrien Sapi Pejantan

Faktor yang menentukan keberhasilan suatu peternakan yaitu pemberian

pakan. Sapi akan memiliki kualitas dan kuantitas output yang baik, bila kuantitas

maupun kualitas pakan yang diberikan cukup baik. Untuk mencegah kerugian,

pemberian pakan harus diperhitungkan secara cermat dan harus dilakukan secara

efisien. Kemampuan ternak ruminansia dalam mengkonsumsi ransum dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu: 1) faktor ternak itu sendiri yang meliputi besar tubuh atau

bobot badan, potensi genetik, status fisiologi, tingkat produksi dan kesehatan ternak;

2) faktor ransum yang diberikan, meliputi bentuk dan sifat, komposisi nutrien,

frekuensi pemberian, keseimbangan nutrien serta kandungan bahan toksik dan anti

nutrisi; dan 3) faktor lain yang meliputi suhu dan kelembaban udara, curah hujan,

lama siang atau malam hari serta keadaan ruangan kandang dan tempat ransum

(Parakkasi, 1999). Sehingga nutrisi yang dibutuhkan oleh sapi khususnya sapi

pejantan harus mempunyai informasi sebagai berikut : 1) kondisi dan berat badan

sapi, 2) jenis dan komposisi makanan misalnya bahan kering, TDN, protein, dan

sumber mineral.

Page 16: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

5

Kebutuhan Bahan Kering

Bahan kering (BK) adalah bahan yang terkandung di dalam pakan setelah

dihilangkan airnya. Jumlah pemberian ransum dapat diperkirakan dari kebutuhan

bahan kering. Jumlah bahan kering yang dapat dikonsumsi sapi sangat beragam,

sesuai dengan kondisi lingkungan, berkisar 2,2%-3,0% dari bobot badan (Sutardi,

1981). Konsumsi bahan kering menurut Lubis (1992) dipengaruhi oleh beberapa hal

diantaranya: 1) faktor pakan yang meliputi daya cerna dan palatabilitas; dan 2) faktor

ternak yang meliputi bangsa, jenis kelamin, umur, dan kondisi kesehatan ternak.

Fungsi bahan kering pakan antara lain sebagai pengisi lambung, perangsang dinding

saluran pencernaan dan merangsang pembentukan enzim. Apabila ternak kekurangan

bahan kering menyebabkan ternak merasa tidak kenyang.

Kebutuhan Energi

Energi adalah sumber kemampuan untuk melakukan kerja dan dibutuhkan

oleh semua proses hidup. Menurut Parakkasi (1999) ternak memanfaatkan energi

untuk pertumbuhan dan produksi setelah kebutuhan hidup pokoknya terpenuhi.

Tinggi rendahnya energi yang diperlukan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara

lain bobot badan dan konsumsi pakan itu sendiri. Kebutuhan energi akan meningkat

seiring dengan pertambahan bobot badan. Defisiensi energi yang parah dapat

mengganggu reproduksi, sedangkan kelebihan energi dalam pakan akan

mengakibatkan penimbunan jaringan adiposa dalam tubuh. Satuan energi dapat

dinyatakan dalam satuan TDN (Total Digestable Nutrient) yaitu jumlah nutrien yang

dapat dicerna (Ensminger et al., 1990).

Karbohidrat merupakan nutrien yang cepat mensuplai energi sebagai sumber

energi tubuh. Karbohidrat diklasifikasikan sebagai monosakarida, disakarida dan

polisakarida. Monosakarida utama yang terdapat dalam bentuk bebas dalam pakan

ialah glukosa. Pada hewan ruminansia glukosa darah didapatkan dari perubahan

propionat. Semua volatile fatty acid (VFA) yang diproduksi dalam rumen yaitu

asetat, propionate, dan butirat, dapat menghasilkan energi, tetapi propionat

merupakan satu-satunya sumber utama glukosa (Piliang dan Djojosoebagio, 2006).

Page 17: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

6

Kebutuhan Protein

Selain energi, protein merupakan nutrien yang penting untuk proses

metabolisme tubuh. Protein adalah senyawa organik kompleks yang mempunyai

berat molekul tinggi. Ruminansia mendapatkan protein dari 3 sumber, yaitu protein

mikrobia rumen, protein pakan yang lolos dari perombakan mikrobia rumen, dan

sebagian kecil dari protein endogenus (Tillman et al., 1991). Tubuh memerlukan

protein untuk membentuk, memperbaiki, dan menggantikan sel tubuh yang rusak.

Protein dalam tubuh mengalami perombakan dan asam amino yang terbentuk dapat

diubah menjadi energi jika diperlukan. Protein yang didapat dari pakan berasal dari

tumbuhan yang biasa disebut protein nabati dan dari hewan yang disebut protein

hewani (Piliang dan Djojosoebagio, 2006).

Kondisi tubuh ternak yang normal dapat dipertahankan melalui konsumsi

protein dalam jumlah yang cukup. Defisiensi protein dalam ransum akan

memperlambat pengosongan perut sehingga menurunkan konsumsi (Ensminger et

al., 1990).

Asam amino merupakan komponen protein di dalam tubuh ternak

ruminansia, dapat dibedakan menjadi asam amino yang dapat disintesis dan asam

amino yang tidak dapat disintesis. Protein yang dibutuhkan oleh ternak ruminansia

dapat dinyatakan dalam bentuk protein kasar (PK) atau protein dapat dicerna (Prdd).

Protein kasar adalah jumlah nitrogen (N) yang terdapat di dalam pakan dikalikan

dengan 6,25; sedangkan Prdd adalah protein pakan yang dapat dicerna dan diserap

dalam saluran pencernaan (Parakkasi, 1999). Menurut Anggorodi (1994) kekurangan

protein pada sapi dapat menghambat pertumbuhan, sebab fungsi protein adalah untuk

memperbaiki jaringan, pertumbuhan jaringan baru, metabolisme, sumber energi,

bahan baku pembentukan antibodi, enzim, dan hormon.

Kebutuhan Mineral

Selain makro nutrien, tubuh hewan juga memerlukan mikro nutrien untuk

stabilitas fungsi sel, salah satu mikro nutrien yang diperlukan adalah mineral.

Mineral merupakan unsur kimiawi yang diperlukan oleh jaringan hidup untuk fungsi

biologis normal. Berdasarkan jumlahnya, unsur-unsur tersebut dikelompokkan

menjadi dua golongan yaitu unsur makro dan mikro (Piliang dan Djojosoebagio,

2006).

Page 18: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

7

Anggorodi (1994) mengemukakan bahwa terdapat 15 unsur mineral yang

essensial dalam tubuh, termasuk unsur mineral makro dan mineral mikro. Unsur

mineral makro diperlukan tubuh dalam jumlah relatif besar, mencakup K, Na, Ca, P,

Mg, S, dan Cl. Sedangkan mineral mikro yang diperlukan oleh tubuh relatif lebih

kecil dibandingkan dengan mineral makro, dan mineral mikro mencakup Zn, Cu, Fe,

I, Mn, Se, Mo, Cr, dan Ni.

Status nutrisi mineral ternak sangat ditentukan oleh jumlah dan jenis mineral

yang dikonsumsi. Konsumsi yang berlebihan sering menimbulkan keracunan,

demikian pula sebaliknya, bila konsumsi mineral sangat rendah, akan mengakibatkan

defisiensi. Mineral harus disediakan dalam perbandingan yang tepat dan dalam

jumlah yang cukup, karena apabila terlalu banyak mineral akan membahayakan

tubuh ternak (Anggorodi, 1994). Kebutuhan mineral pada ternak, sering dinyatakan

dalam bentuk % atau mg/kg ransum.

Parakkasi (1985) menyatakan bahwa kebutuhan mineral pada ternak

dipengaruhi beberapa faktor, yaitu umur ternak, jenis dan tingkat produksi, jumlah

dan bentuk ikatan mineral yang dikonsumsi, dan interaksi dengan nutrien lain.

Defisiensi, ketidakserasian atau keracunan mineral dapat menghambat pertumbuhan

dan tingkat produksi ternak yang berakibat buruk pada efisensi penggunaan pakan

(Sutardi, 1982).

Mineral mikro yang mempunyai fungsi penting dalam metabolisme nutrien

dalam tubuh salah satunya adalah Zn. Unsur Zn terlibat terutama dalam metabolisme

asam nukleat dan protein dan juga dalam proses penggantian sel dan sangat penting

dalam menunjang aktifitas enzim. Enzim yang mengandung Zn sangat banyak

jumlahnya, antara lain anhidrase karbonat, urease, dehidrogenase glutamate, dan

polimerase RNA dan DNA. Unsur Zn ditemukan terikat dengan kelenjar penghasil

insulin dan juga digunakan dalam metabolisme vitamin A (Church dan Pond, 1988).

Unsur Zn juga sangat diperlukan dalam menunjang fungsi sistem reproduksi,

diantaranya diperlukan dalam produksi sperma, perkembangan embrio, dan tumbuh

kembang anak. Kekurangan Zn akan mengganggu proses pembentukan sperma dan

perkembangan baik organ seks primer maupun sekunder pada hewan jantan.

Kekurangan Zn tersebut pada pejantan menyebabkan menurunnya fungsi testikular

Page 19: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

8

(testicular hypofunction) yang berdampak pada terganggunya proses

spermatogenesis dan produksi hormon testosteron oleh sel-sel Leydig.

Penyerapan Ca bergantung pada bentuk senyawa Ca tersebut yang berada

dalam bahan pakan. Bila Magnesium (Mg) atau Phosphat (P) terlalu berlebihan,

penyerapan Ca akan tertekan. Kecukupan unsur Ca ditunjukkan dengan kadar Ca

darah yang normal. Kadar normal Ca serum darah pada sapi dewasa adalah 9-12

mg% (Thompson, 1978). Kadar Ca serum dapat berubah karena berbagai faktor

diantaranya adalah tingkat konsumsi Ca dalam pakan. Kadar P dan Mg dalam

ransum yang tinggi apat menekan penyerapan Ca, sehingga kadar Ca dalam darah

dapat menurun (Danzier, 1984; Thompson, 1978).

Kadar P serum darah berkisar 4-6 mg% untuk sapi dewasa dan 6-8 mg%

untuk sapi muda (Conrad, 1984). Kadar P darah sangat sensitif terhadap kekurangan

P dalam bahan pakan. Kadar P di bawah normal dapat menunjukkan gejala defisiensi

pada hewan. Kadar P dalam serum dapat bervariasi, karena adanya perubahan dalam

jumlah konsumsinya (Thompson, 1978).

Kecernaan Nutrien

Kebutuhan ternak akan nutrien terdiri atas kebutuhan untuk hidup pokok,

produksi, dan reproduksinya. Nutrien dalam ransum hendaknya tersedia dalam

jumlah yang cukup dan seimbang sebab keseimbangan nutrien dalam ransum sangat

berpengaruh terhadap daya cerna (Tillman et al., 1991). Semakin tinggi kecernaan

suatu bahan makanan maka menunjukkan bahwa bahan makanan tersebut berkualitas

baik untuk dikonsumsi ternak dan dimanfaatkan untuk proses metabolisme tubuhnya.

Hal ini disebabkan pada umumnya pakan dengan kandungan nutrien yang dapat

dicerna tinggi, maka tinggi pula nilai gizinya (Suarti, 2001).

Menurut Anggorodi (1994), nilai gizi pakan antara lain diukur dari jumlah

nutrien yang dicerna dan dicerminkan juga oleh konsumsi bahan keringnya. Ada

beberapa faktor yang mempengaruhi kecernaan, termasuk suhu, laju perjalanan

pakan pada organ pencernaan, bentuk fisik bahan pakan, komposisi ransum, dan

pengaruh perbandingan dari nutrien lainnya.

Page 20: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

9

Gangguan Metabolis

Hasil metabolisme yang dibuang oleh ginjal yaitu ureum dan kreatinin. Dua

macam hasil metabolisme protein tersebut berfungsi sebagai indikator derajat

kesehatan ginjal. Apabila keduanya meningkat, menunjukkan bahwa fungsi ginjal

tidak baik. Pada manusia jika tekanan darah meningkat, maka filtrasi meningkat,

sehinga jumlah urin meningkat (poliuria). Jika tekanan darah menurun, maka filtrasi

menurun sehingga jumlah urin sedikit (poliuria sampai anuria) (Listiaji, 2010).

Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin dalam darah dapat menjadi acuan

untuk mengetahui adanya gagal ginjal akut (GGA) yaitu suatu sindrom klinis yang

ditandai dengan penurunan mendadak kecepatan penyaringan ginjal, disertai dengan

penumpukan sisa metabolisme ginjal yaitu ureum dan kreatinin. Hal ini dapat terjadi

dalam beberapa jam sampai beberapa hari (Listiaji, 2010).

Ureum adalah hasil akhir metabolisme protein. Berasal dari asam amino yang

telah mengalami deaminasi di dalam hati dan mencapai ginjal, dan diekskresikan

rata-rata 30 gram sehari. Kadar ureum darah yang normal adalah 20-40 mg, tetapi hal

ini tergantung dari jumlah normal protein yang dikonsumsi dan fungsi hati dalam

pembentukan ureum (Listiaji, 2010).

Kreatinin merupakan produk sisa dari perombakan kreatin fosfat yang terjadi

di dalam otot. Kreatinin adalah metabolit dalam darah yang bersifat racun bagi sel,

dan diproduksi jika ginjal sudah tidak berfungsi dengan normal. Koefisien kreatinin

adalah jumlah mg kreatinin yang diekskresikan dalam 24 jam/kg berat badan (BB).

Kadar kreatinin darah yang normal adalah 0,5-1,5 mg. Ekskresi kreatinin akan

meningkat jika terjadi gangguan pada otot (Listiaji, 2010)

Gagal ginjal akut adalah penurunan fungsi ginjal yang mendadak akibat

hilangnya kemampuan ginjal untuk mempertahankan homeostasis tubuh yang

ditandai dengan peningkatan kadar ureum dan kreatinin darah. Gagal ginjal akut

dibedakan menjadi GGA prarenal, GGA renal, dan GGA pasca renal.

Kualitas Semen Sapi

Semen adalah cairan yang dikeluarkan organ reproduksi jantan sewaktu

berejakulasi, berisi spermatozoa dan plasma (Hafez, 1980; Salisbury et al., 1981).

Campuran sekresi dari epididimis, vas defferens, kelenjar prostat dan kelenjar

Cowper membentuk plasma semen. Plasma semen berisi senyawa organik yang

Page 21: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

10

spesifik yaitu fruktosa, asam sitrat, inositol, sorbitol, glyserilphosphorylcholin,

ergothionin, dan prostaglandin serta berisi senyawa inorganik antara lain K, Ca, dan

bikarbonat (Hafez, 1980).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dari semen sapi yaitu makanan,

konstituen makanan, suhu dan musim, frekuensi ejakulasi, libido, dan faktor-faktor

fisik serta berbagai faktor lainnya (seperti penyakit, pengangkutan, umur, herediter,

dan gerak badan). Kualitas semen sapi dapat dilihat dari warna semen yang

dihasilkan, konsistensi semen, nilai motilitas dari spermatozoa, gerakan massa,

gerakan individual, konsentrasi spermatozoa, dan jarak antar kepala sperma

(DeJarnette et al., 1992).

Suplementasi vitamin A asetat diperlukan untuk meningkatkan konsentrasi

sperma dan konsentrasi sperma hidup, pada sapi yang mendapat rumput gajah yang

disubtitusi dengan jerami padi 50%. Kombinasi suplementasi vitamin A asetat

dengan cytozyme (+) pada pakan jerami padi dapat meningkatkan konsentrasi

sperma hidup normal, meningkatkan keefisienan penggunaan energi tercerna dan

meningkatkan keefisienan penggunaan TDN (Muhammad, 1986).

Page 22: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

11

MATERI DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2010 di Balai

Inseminasi Buatan (BIB) Lembang yang berlokasi di Jalan Kiwi Ayu Ambon 78

Lembang, Bandung, Jawa Barat.

Materi

Ternak yang merupakan objek evaluasi pada penelitian ini adalah sapi

pejantan yang terdapat pada Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang, Bandung.

Sapi pejantan yang dievaluasi kecukupan pakannya terdiri atas beberapa bangsa,

seperti: Frisian Holstein, Limousin, Simmental, Angus, Brangus, Brahman, dan

Ongole. Jumlah sapi yang diamati sebanyak 85 ekor pada tahun 2009 dan 75 ekor

pada tahun 2010 dengan bobot badan dan umur yang berbeda. Sapi pejantan yang

dievaluasi kecukupan pakannya adalah populasi sapi pejantan pada tahun 2010.

Evaluasi pakan sapi pejantan tersebut dibedakan berdasarkan bangsa sapinya.

Metode

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian non eksperimental.

Penelitian ini didesain dengan menggunakan metode studi kasus dengan obyek sapi

pejantan yang berada di BIB Lembang. Tujuan dari studi kasus ini adalah

mendapatkan gambaran secara mendetail tentang status nutrisi sapi pejantan tersebut.

Kegiatan penelitian dibagi dalam dua tahap, yaitu tahap pengambilan data

dan pengolahan data. Data yang dipergunakan di dalam penelitian ini terdiri atas data

sekunder dari tahun 2009 dan 2010. Data sekunder dikumpulkan dari laporan

bulanan yang dimiliki BIB Lembang, termasuk bangsa, bobot badan dan umur sapi,

jenis dan jumlah pakan yang diberikan, komposisi kimia pakan yang diberikan,

jumlah semen yang dihasilkan, dan kondisi kesehatan sapi. Data yang terkumpul

selanjutnya diolah dan disederhanakan dalam bentuk tabulasi lalu dianalisis secara

deskriptif.

Pengelompokkan sapi dilakukan berdasarkan bobot badan dan bangsanya,

bertujuan untuk membedakan jumlah pemberian pakan, dengan pertimbangan bahwa

jumlah kebutuhan nutrien berbeda sesuai dengan bobot badan dan bangsanya. Pakan

Page 23: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

12

yang diberikan berupa hijauan rumput Gajah (Pennisetum purpureum), pucuk tebu,

hay, toge, dan konsentrat.

Analisa Data

Data yang diperoleh selanjutnya ditabulasikan dan diolah menggunakan

program Microsoft Excel. Hasil dari pengolahan data yang berupa kecukupan nutrien

dari setiap bangsa yang telah dihitung per ekor selanjutnya dibandingkan dengan

nilai kecukupan nutrien dari NRC (1988) untuk sapi potong dan NRC (2000) untuk

sapi perah. Nilai kecukupan nutrien dari NRC dihitung berdasarkan data dari rata-

rata bobot badan dari setiap bangsa sapi.

Page 24: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

13

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum BIB Lembang

Balai Inseminasi Buatan Lembang atau yang biasa dikenal dengan sebutan

BIB Lembang terletak di daerah Lembang, Bandung, Jawa Barat. BIB Lembang

memiliki total populasi sapi pejantan sebanyak 85 ekor pada tahun 2009 sedangkan

pada tahun 2010 memiliki 75 ekor sapi pejantan. Total populasi sapi pejantan pada

tahun 2009 dan 2010 dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 1.

Tabel 1. Populasi Sapi Pejantan Berdasarkan Bangsa pada Tahun 2009 dan 2010

Bangsa Sapi Jumlah Sapi pada Tahun

2009 2010

Limousin 29 25

Simmental 31 22

Angus 2 1

Brahman 4 3

Frisian Holstein (FH) 8 3

Ongole 2 2

Brangus 2 2

Pedet (FH, Simmental, Brahman) 7 10

FH uji progeni - 7

Total 85 75

Sapi pejantan yang terdapat di BIB Lembang terdiri atas sapi perah dengan

bangsa FH dan sapi potong yang berasal dari berbagai bangsa sapi yaitu bangsa

Limousin, Simmental, Angus, Brahman, Ongole, dan Brangus. Populasi terbesar

terdiri atas bangsa Limousin dan Simmental. Hal ini disebabkan oleh pada umumnya

para peternak lebih menyukai semen beku yang dihasilkan dari kedua bangsa sapi

tersebut. Sapi pejantan dengan bangsa Limousin dan Simmental memiliki

keunggulan yaitu pertumbuhan cepat dengan pertambahan bobot badan harian

(PBBH) yang tinggi, sehingga para peternak lebih cepat dalam mendapatkan hasilnya

(Parakkasi, 1999).

Rataan bobot badan terkecil dari sapi pejantan di BIB Lembang ditunjukkan

oleh bangsa Angus yaitu 368 kg dan terbesar ditunjukkan oleh bangsa Simmental

Page 25: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

14

yaitu 979,4 kg. Rataan bobot badan untuk semua bangsa sapi pada tahun 2009 dapat

dilihat secara lengkap pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan Bobot Badan Setiap Bangsa Tahun 2009

Bangsa Sapi Rataan Bobot Badan (kg)

Ongole 786,8 ± 11,1

Frisian Holstein 925,3 ± 24,5

Brahman 726,3 ± 32,6

Simmental 979,4 ± 36,4

Limousin 855,2 ± 41,9

Brangus 949,7 ± 53,5

Angus 368,0 ± 71,5

Data umur sapi berdasarkan bangsanya dapat dilihat pada Tabel 3. Jumlah

populasi terbanyak terdapat pada umur tiga tahun dengan jumlah 28 ekor pada tahun

2009. Sapi pejantan umur 3 tahun tersebut didominasi oleh bangsa sapi FH uji

progeni, sapi jantan muda yang sedang mengalami tes zuriat untuk mengetahui baik

atau tidaknya saat dijadikan bibit pengganti untuk pejantan aktif. Sedangkan pada

tahun 2010 sudah dapat dipastikan bahwa populasi terbesar berada pada umur 4

tahun dengan jumlah 30 ekor. Pada tahun 2010, sapi pejantan di BIB Lembang

mengalami penambahan populasi pada sapi umur 3 tahun dan didominasi oleh

bangsa Limousin dan Simmental. Umur 3 tahun pada sapi pejantan merupakan umur

yang baik untuk menghasilkan sperma yang berkualitas (Lunstra dan Coulter, 1997).

Pada umumnya sapi pejantan sudah bisa dikawinkan pada umur 2 tahun.

Populasi sapi pejantan dengan bangsa Simmental dan Limousin yang

bertambah pada tahun 2010 dapat menggambarkan jumlah permintaan konsumen

terhadap semen beku yang dihasilkan oleh pihak BIB Lembang. Terdapat penurunan

yang cukup besar pada populasi sapi pejantan di tahun 2010 yaitu sebesar 11,36%.

Penurunan tersebut disebabkan oleh kematian yang terjadi pada tahun 2009. Angka

kematian yang tercatat cukup tinggi, sehingga walaupun terdapat penambahan sapi

pada tahun 2010 jumlah populasi pada tahun 2010 mengalami penurunan.

Page 26: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

15

Tabel 3. Data Umur Sapi Berdasarkan Bangsanya Tahun 2009 dan 2010

Umur

(tahun)

Jumlah

total

(ekor)

Bangsa Sapi (ekor)

FH Ongole Brahman Simmental Limousin Brangus Angus

Tahun 2009

3 28 12 - 2 6 6 1 1

4 6 - - - 4 2 - -

6 2 - 1 - - - 1 -

7 2 1 1 - - - - -

8 1 1 - - - - - -

9 11 1 - - 8 2 - -

10 15 1 - - 8 6 - -

12 5 1 - 1 1 1 - 1

13 2 1 - 1 - - - -

Tahun 2010

3 20 - - 3 5 12 - -

4 30 14 - 2 6 6 1 1

6 6 - - - - 4 2 -

7 2 - 1 - - - 1 -

9 1 1 - - - - - -

10 4 - 1 - 3 - - -

11 10 1 - - 5 4 - -

13 1 - - - - 1 - -

14 1 - - 1 - - - -

Kematian yang terjadi pada sapi di BIB Lembang disebabkan oleh beberapa

hal yaitu karena diafkir, sakit, dan dipotong paksa. Kematian yang paling besar

diakibatkan oleh pengafkiran yang terjadi pada pertengahan tahun 2009. Sapi

pejantan yang mati karena dipotong paksa atau mati dengan sendirinya awalnya

disebabkan oleh gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan yang terjadi menurut data

diantaranya karena gangguan cidera kaki, bloat serta batu ginjal. Bangsa sapi yang

paling banyak mengalami kematian, afkir atau dipotong paksa pada pertengahan

tahun 2009 yaitu bangsa Simmental. Data kematian yang terjadi pada tahun 2009 di

BIB Lembang dapat dilihat pada Tabel 4.

Page 27: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

16

Tabel 4. Bangsa dan Nama Sapi Pejantan yang Mengalami Gangguan Metabolisme,

Mati, Diafkir atau Dipotong Paksa pada Tahun 2009

Bangsa Sapi Nama Sapi Bulan Kematian/Afkir/

Potong Paksa Keterangan

Ongole - - -

FH Kemang 14 Juli PP

Marine 12 Pebruari M

Brahman Bondan 21 Agustus A

Simmental Putra Sago 12 Agustus PP

Ulanda 21 Agustus A

Ubhaya 30 Oktober PP

Vernan 21 Agustus A

W. Vasco 03 Agustus PP

MV. Trent 31 Juli M

Limousin Ulysess 13 Agustus A

Nike 13 Agustus A

R. Choice 13 Agustus A

Keterangan : PP = Potong Paksa; M= Mati; A= Afkir.

Pada tahun 2010, kondisi kesehatan ternak sudah mengalami perubahan yang

cukup baik walaupun masih ada beberapa ekor sapi yang sakit. Namun, pihak BIB

Lembang telah membuat perubahan dalam menejemen pemberian pakan yang

merupakan salah satu faktor untuk memperbaiki kesehatan ternak. Data kesehatan

ternak pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 5. Perbaikan kondisi kesehatan

menunjukkan bahwa pakan merupakan faktor utama yang menimbulkan gangguan

kesehatan pada sapi pejantan di BIB Lembang.

Tabel 5. Bangsa dan Nama Sapi Pejantan yang Mengalami Gangguan Metabolisme

dan Mati pada Tahun 2010

Bangsa Sapi Nama Sapi Keterangan

Ongole - -

FH Felicia Sakit

Brahman - -

Simmental - -

Limousin Leader Sakit

Madoc Sakit

C. Victor Sakit

Brangus Bhadra Pasca Operasi

Page 28: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

17

Bahan Pakan Sapi Pejantan

Rumput Komponen Pakan

Bahan pakan komponen ransum yang dipakai oleh BIB Lembang salah

satunya adalah rumput Gajah (Pennisetum purpureum). Rumput yang diberikan

kepada sapi pejantan berasal dari kebun rumput yang ditanam di kebun rumput BIB

Lembang. Kondisi rumput tumbuh dengan baik karena diterapkan sistem manajemen

pemeliharan rumput dengan potong gilir. Rumput di tanam di lahan yang tersebar di

beberapa tempat yang memiliki kondisi tanah yang berbeda-beda, sehingga kualitas

dari rumput yang dihasilkan juga berbeda. Namun rumput tersebut memiliki kualitas

yang cukup baik, dilihat dari kandungan nutrien yang terkandung di dalamnya.

Komposisi hijauan pakan yang digunakan sebagai komponen ransum sapi

pejantan di BIB Lembang ditunjukkan pada Tabel 6. Rumput gajah yang digunakan

memiliki kadar air (KA) saat pemberian yang berkisar antara 46,31%-62,34%.

Rumput di BIB lembang biasanya diberikan terpisah dengan konsentrat, hal ini

berarti bahwa kadar air rumput tersebut cukup baik. Namun jika diberikan tercampur

dengan konsentrat dapat dinyatakan kurang baik karena hanya dapat menghasilkan

ransum dengan kadar air 30%-40%.

Kadar protein kasar (PK) rumput yang digunakan berkisar antara 11,97%-

15,91%. Rumput gajah yang dipotong sekitar umur 40 hari memiliki PK sebesar

9,1% (Hartadi et al., 1990). Nilai PK rumput dari kebun rumput BIB Lembang dapat

dikatagorikan berkadar PK tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa PK yang harus

disediakan dari konsentrat bisa lebih rendah. Kandungan PK yang baik dari rumput

yang digunakan sebagai komponen ransum sapi pejantan disebabkan oleh

manajemen pemeliharaan yang baik. Menurut Akoso (1996), dalam musim tanam

yang baik, rumput memiliki nutrisi yang seimbang, karena mempunyai kandungan

nutrien yang lengkap dan proporsional.

Kadar PK minimum untuk ruminansia adalah 14% (Hartadi et al., 1990).

Pemberian PK yang berlebihan dapat mengakibatkan gangguan dalam proses

metabolisme protein. Gangguan yang dapat ditimbulkan terkait dengan kelebihan

konsumsi protein diantaranya adalah pembentukan kristal batu ginjal di dalam

kandung kemih sapi tersebut (Listiaji, 2010).

Page 29: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

18

Tabel 6. Kandungan Nutrien Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) yang

Diberikan kepada Sapi Pejantan Berbagai Bangsa di BIB Lembang

Nutrien Rumput Gajah*

(Pennisetum purpureum)

Rumput Gajah yang Digunakan di BIB**

Cikareumbi

(sungai)

Cikareumbi

(55hari)

Buka

Nagara

BIB

Lembang

Kadar Air (%) 82,00 62,34 46,31 52,68 48,35

BK (%) 18 37,66 53,69 47,32 51,65

Abu (%) 15,40 14,90 12,00 15,60 15,70

PK (%) 9,10 14,88 12,54 11,97 15,91

LK (%) 2,30 2,75 2,75 2,51 2,88

SK (%) 33,10 32,51 35,40 36,28 32,87

Ca (%) 0,51 0,60 0,71 0,75 1,03

P (%) 0,51 0,27 0,42 0,52 0,32

TDN(%) 51 52,76 52,42 50,8 51,75

BETN(%) 40 34,93 37,33 33,67 32,68

Keterangan: *(Hartadi et al., 1990); ** Hasil analisa kimia di Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak

(BPMPT); ***BK : Bahan Kering; PK : Protein Kasar; LK : Lemak Kasar; SK : Serat

Kasar; TDN : Total Digestible Nutrient; BETN : Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen.

Konsentrat Komponen Ransum

Akso (1996) menyatakan bahwa pemberian satu jenis pakan akan cenderung

memberikan ransum yang imbangan nutrisinya tidak serasi sehingga tidak dapat

diperoleh manfaat yang optimal untuk proses metabolisme di dalam tubuh. Oleh

sebab itu, pemberian campuran rumput dan konsentrat ransum memiliki kandungan

nutrien yang seimbang. Konsentrat yang diberikan kepada pejantan di BIB lembang

diproduksi oleh PT Charoen Pokphan. Konsentrat dibuat dalam bentuk pelet dengan

kadar nutrien disesuaikan dengan kebutuhan pejantan. Kandungan nutrien hasil

kajian di dua laboratorium berbeda dari dua konsentrat yang digunakan di BIB

Lembang dapat dilihat pada Tabel 7.

Konsentrat yang digunakan sebagai komponen ransum sapi pejantan di BIB

Lembang menunjukkan kandungan nutrien yang sangat baik. Kandungan PK

dikategorikan tinggi untuk konsentrat pakan ruminansia yang umum digunakan

peternak. Kadar lemak kasar berada pada kadar kisaran optimum. Kadar serat kasar

sangat rendah dan sangat baik jika dikombinasikan dengan rumput yang

mengandung serat kasar tinggi. Kadar serat kasar yang sangat rendah memungkinkan

kandungan TDN konsentrat yang tinggi. Namun kandungan serat yang rendah dapat

Page 30: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

19

mendorong pada kemungkinan terjadinya acidosis, jika manajemen pemberian pakan

kurang diperhatikan khususnya jika pemberian konsentrat yang berlebih atau

pemberian konsentrat yang jauh lebih dulu dari pemberian rumput. Pemberian dalam

bentuk ransum jadi dapat mengurangi resiko terjadinya gangguan metabolis.

Tabel 7. Kandungan Nutrien Dua Jenis Konsentrat yang Dipakai Sebagai Komponen

Ransum Sapi Pejantan di BIB Lembang

Nutrien Hasil Analisis BPMPT* Hasil Analisis UNPAD**

Konsentrat 2009 Konsentrat 2010 Konsentrat 2009 Konsentrat 2010

Air (%) 10,10 10,16

9,47 10,02

BK (%) 89,90 89,84

90,53 89,98

Abu (%) 6,90 8,20

5,51 11,01

PK (%) 17,94 18,33

17,11 18,25

LK (%) 6,42 6,83

4,09 7,62

SK (%) 7,80 8,82

11,34 8,08

Ca (%) 0,99 1,64

0,79 3,01

P (%) 0,68 0,68

0,54 0,66

TDN(%) 91,03 90,18

90,13 88,50

Keterangan: *Hasil analisa Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak (BPMPT); **Hasil analisa

Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak, Fakultas Peternakan,

Universitas Padjajaran; *** BK : Bahan Kering; PK : Protein Kasar; LK : Lemak Kasar; SK : Serat

Kasar; TDN : Total Digestible Nutrient; BETN : Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen.

Kecukupan Nutrien untuk Sapi Pejantan

Nutrien dari pakan yang diberikan kepada sapi pejantan akan digunakan

untuk hidup pokok, aktivitas harian, pertumbuhan, dan menghasilkan sperma. Sapi

pejantan yang terdapat di BIB Lembang dikhususkan untuk diambil semennya.

Produk utama tersebut ditargetkan memiliki kualitas yang bagus sehingga tingkat

fertilitasnya tinggi dan mempunyai hereditas yang tinggi pula sehingga anak sapi

mampu mewarisi kualitas genetik yang baik.

Tingkat aktivitas sapi pejantan termasuk dalam tingkat ringan. Sapi pejantan

dikeluarkan dua jam secara rutin di padang penggembalaan dengan tujuan utama

untuk melatih otot (exercise) dan kerangka agar tetap kuat. Selain itu exercise yang

dilakukan juga bertujuan agar sapi tidak mengalami kegemukan. Selain waktu

tersebut, sepanjang hari sapi berada di dalam kandang individu.

Ransum yang diberikan memiliki ratio hijauan yang lebih banyak dari

konsentratnya. Pemberian ransum sapi pejantan di BIB Lembang memiliki ratio

pemberian rumput dan konsentrat sebesar 90:10. Hal ini dapat menjamin kecukupan

Page 31: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

20

serat terpenuhi dan bobot badannya tidak mengalami penambahan yang terlalu

tinggi. Hijauan pada ransum sapi pejantan yang diberikan adalah rumput Gajah (P.

purpureum), pucuk tebu, dan hay. Rumput Gajah yang diberikan sebanyak 61-77 kg

rumput segar per ekor per hari. Pemberian rumput untuk setiap ekor berdasarkan

bobot badan dan bangsanya, begitu pula dalam pemberian pucuk tebu. Pucuk tebu

diberikan dengan tujuan untuk menambahkan serat pakan. Hay diberikan dalam

jumlah yang sama untuk setiap ekornya.

Sapi pejantan di BIB Lembang diberi makan sesuai dengan bangsa dan

kisaran bobot badan tiap bangsanya. Semakin besar bobot badannya maka semakin

tinggi tingkat konsumsinya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Roy (1990) dan

Parakkasi (1999) bahwa peningkatan konsumsi dipengaruhi oleh ukuran bobot badan

dan umur ternak, semakin bertambah bobot badan dan umur ternak maka

konsumsinya akan semakin meningkat. Rataan bobot badan pada tahun 2010 untuk

setiap bangsa secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 8. Selain umur dan bobot

badan tingkat konsumsi juga dipengaruhi oleh ternak itu sendiri (jenis kelamin, tipe,

dan genetik), makanan yang diberikan, dan lingkungan tempat hewan tersebut

dipelihara.

Tabel 8. Rataan Bobot Badan Sapi Pejantan Berdasarkan Bangsa di BIB Lembang

pada Tahun 2010

Bangsa Sapi Jumlah sapi Rataan Bobot Badan (kg)

Ongole 2 754±59

Brahman 6 756±106

Simmental 23 998±102

Limousin 25 918±80

Brangus 2 832±77

Angus 1 966±0

FH 16 841±70

Sapi Ongole

Sapi ini memiliki ciri-ciri warna kulit putih kelabu, berpunuk kecil, tinggi dan

ramping, bercincin hitam di sekitar mata, moncong, rambut ekor dan kuku berwarna

hitam, gelambir dari bawah mandibula sampai dada, pada kaki sering tampak

lingkaran warna gelap, pita yang mengelilingi bagian di atas kuku, kepala terangkat,

Page 32: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

21

dahi cembung, tanduk pendek dan daya adaptasinya baik. Jenis ini telah disilangkan

dengan sapi Madura, keturunannya disebut Peranakan Ongole (PO) cirinya sama

dengan sapi Ongole tetapi kemampuan produksinya lebih rendah (Sanuri, 2010).

Gambar 1. Sapi Ongole Sumber : BIB Lembang, 2009

Keunggulan dari sapi pejantan bangsa Ongole adalah tahan terhadap panas,

karena permukaan kulit luas dengan adanya gelambir yang besar, berkaki kuat dan

lurus, daya tahan untuk kerja sangat baik, mampu adaptasi terhadap kualitas pakan

yang jelek (Sanuri, 2010).

Sapi pejantan bangsa Ongole berjumlah dua ekor dengan umur 7 dan 10

tahun. Pemberian hijauan sebanyak 55 kg untuk sapi yang berumur 7 tahun dengan

bobot badan 712,3 kg dan 61 kg untuk sapi yang berumur 10 tahun dengan bobot

badan 795,5 kg. Rataan jumlah pemberian ransum pada sapi pejantan bangsa Ongole

dapat dilihat pada Tabel 9.

Ransum yang diberikan memiliki kandungan nutrien yang berlebih, baik dari

segi energi maupun protein. Hal ini dapat menjamin kebutuhan nutrien dalam jumlah

yang cukup untuk hidup pokok, pertumbuhan, dan produksi spermanya. Kelebihan

energi dapat menyebabkan penumpukan perlemakan, namun kelebihan protein

diperkirakan akan menyebabkan perombakan asam amino menjadi urea yang

dieskresikan melalui ginjal. Kelebihan protein dapat menyebabkan gangguan pada

ginjal (Listiaji, 2010).

Page 33: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

22

Tabel 9. Komponen Ransum dan Jumlah Pemberian Bahan Pakan kepada Bangsa

Sapi Ongole di BIB Lembang pada Tahun 2010

No Nama

Bahan

Jumlah dalam Segar

(kg)

Jumlah dalam BK

(g)

Nutrien dalam Ransum

Protein Kasar

(g)

Energi dapat

dicerna

(Mkal)

1 Rumput 58 10440 1440 23,84

2 Pucuk tebu 1 900 50 0,00

3 Hay 1,5 1090 80 2,37

4 Konsentrat 6,5 5780 1030 20,78

5 Toge 0,6 60 20 0,21

Total pemberian 18270 2620 47,20

Kebutuhan Nutrien 11190,80 1183,62 23,04

Sapi Brahman

Bangsa sapi Brahman merupakan Bos Indicus yang berasal dari India. Bangsa

sapi brahman yang dikembangkan di Amerika Serikat disebut dengan American

brahman. Warna tubuh sapi bervariasi, mulai dari abu-abu sangat muda sampai

hampir hitam. Warna tubuh pada sapi jantan dewasa umumnya lebih gelap daripada

sapi betina, terutama pada area leher, bahu dan paha bawah. Sapi ini merupakan

breed besar, berpunuk, bergelambir dan telinga menggantung. Sifat-sifat yang

menonjol dari bangsa sapi ini yaitu mudah beradaptasi dengan lingkungan baru,

tahan parasit, cocok terhadap daerah yang beriklim panas dan bercurah hujan tinggi.

Sapi ini tidak terlalu selektif terhadap pakan yang diberikan, jenis pakan (rumput dan

pakan tambahan) apapun akan dimakannya, termasuk pakan yang jelek sekalipun

(Sanuri, 2010).

Gambar 2. Sapi Brahman Sumber : BIB Lembang, 2009

Page 34: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

23

Pemberian ransum pada sapi pejantan bangsa Brahman didasarkan pada

bobot badannya tanpa memperhitungkan umur. Ransum sapi pejantan dari bangsa

Brahman dengan kisaran bobot badan 691-963 kg memiliki susunan ransum yang

dapat dilihat pada Tabel 10.

Ransum yang diberikan tidak berbeda jauh dengan ransum yang diberikan

pada sapi pejantan dari bangsa Ongole, hanya pada pemberian rumput saja yang jauh

berbeda jumlah pemberiannya. Jumlah rumput gajah yang diberikan sebanyak 61 kg

per hari per ekor kepada sapi yang berumur 3 dan 4 tahun dengan bobot badan 691-

775 kg. Hijauan yang diberikan kepada seekor sapi pejantan dari bangsa Brahman

yang berumur 14 tahun dengan bobot badan 962,8 kg berjumlah 72 kg.

Tabel 10. Komponen Ransum dan Jumlah Pemberian Bahan Pakan kepada Bangsa

Sapi Brahman di BIB Lembang pada Tahun 2010

No Nama

Bahan

Jumlah dalam Segar

(kg)

Jumlah dalam BK

(g)

Nutrien dalam Ransum

Protein Kasar

(g)

Energi dapat

dicerna

(Mkal)

1 Rumput 63,2 11380 1570 21,65

2 Pucuk tebu 1,17 1050 50 0,00

3 Hay 1,5 1090 80 2,37

4 Konsentrat 6,5 5860 1050 21,08

5 Toge 0,6 60 20 0,21

Total pemberian 19440 2770 45,31

Kebutuhan Nutrien 11137,60 1175,64 22,96

Sapi Simmental

Jenis sapi ini terkenal di Switzerland dan Perancis, merupakan salah satu

breed yang tertua di dunia. Sapi Simmental (juga termasuk Bos Taurus), berasal dari

daerah Simme di negara Switzerland (Swiss), namun sekarang berkembang lebih

cepat di benua Amerika, serta di Australia dan Selandia Baru (New Zealand). Sapi

ini merupakan tipe sapi perah dan pedaging. Tubuh sapi Simmental berwarna kuning

sampai merah, sedangkan bagian muka, dada, dan rambut ekor berwarna putih. Sapi

Simmental tidak memiliki tanduk. Kemampuan menyusui anaknya sangat baik

dengan berat lahir pedet yang relatif tinggi. Mempunyai sifat jinak, tenang dan

mudah dikendalikan (Sanuri, 2010).

Page 35: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

24

Keunggulan dari sapi dengan bangsa Simmental adalah pertumbuhan cepat

dengan pertambahan berat badan harian 0,9-1,2 kg; berat badan jantan (2 tahun) 800-

900 kg; berat jantan dewasa 1.000-1.200 kg, berat badan sapi betina 700-800 kg,

karkas tinggi dengan sedikit lemak; dual porpose (daging dan susu), ada di daerah

Indonesia, berkembang baik hampir di seluruh daerah di Indonesia (Sanuri, 2010).

Gambar 3. Sapi Simmental Sumber : BIB Lembang, 2009

Pemberian pakan untuk sapi pejantan dari bangsa Simmental secara lengkap

dapat dilihat pada Tabel 11. Jumlah pemberian ransum sapi pejantan bangsa

Simmental berbeda dari kedua ransum bangsa sapi Ongole dan Brahman. Ransum

pada sapi pejantan Simmental ini memiliki porsi hijauan yang lebih besar dari pada

kedua bangsa sapi tersebut. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan hidup pokok sapi

pejantan bangsa Simmental lebih besar dibandingkan dengan bangsa-bangsa yang

lain.

Ransum yang diberikan pada sapi pejantan bangsa Simmental disusun

berdasarkan bobot badan. Sapi Simmental memiliki kisaran bobot badan 757-1176

kg. Sapi pejantan tersebut memiliki susunan ransum dengan pemberian hijauan

sebanyak 61-77 kg. Pemberian rumput gajah semakin tinggi apabila bobot badan

semakin besar. Pemberian ransum tersebut tidak memperhatikan umur sapi tersebut.

Page 36: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

25

Tabel 11. Komponen Ransum dan Jumlah Pemberian Bahan Pakan kepada Bangsa

Sapi Simmental di BIB Lembang pada Tahun 2010

No Nama

Bahan

Jumlah dalam Segar

(kg)

Jumlah dalam BK

(g)

Nutrien dalam Ransum

Protein Kasar

(g)

Energi dapat

dicerna

(Mkal)

1 Rumput 71,00 12780 1760 29,18

2 Pucuk tebu 1,74 1,57 80 0,00

3 Hay 1,5 1090 80 2,37

4 Konsentrat 7,78 7110 1270 25,55

5 Toge 0,5 50 20 0,17

Total pemberian 21031,57 3210 57,27

Kebutuhan Nutrien 11484 1148,4 23,57

Sapi Limousin

Sapi Limousin termasuk Bos Taurus berasal dari Perancis, merupakan sapi

potong yang berkualitas baik. Secara genetik Sapi Limousin adalah sapi potong yang

berasal dari wilayah beriklim dingin, merupakan sapi tipe besar, mempunyai volume

rumen yang besar, voluntary intake (kemampuan menambah konsumsi di luar

kebutuhan yang sebenarnya) yang tinggi dan metabolic rate yang cepat, sehingga

menuntut tata laksana pemeliharaan lebih teratur. Saat lahir, ukuran pedet relatif

kecil sehingga proses kelahiran relatif lancar. Tubuh berwarna merah keemasan

dengan bagian perut berwarna seperti jerami. Ukuran tubuhnya sedang, tidak

bertanduk. Tingkat efisiensi pakan terbilang bagus. Persentase daging dalam karkas

cukup tinggi (Sanuri, 2010).

Gambar 4. Sapi Limousin Sumber : BIB Lembang, 2009

Page 37: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

26

Sapi dengan bangsa Limousin ini memiliki keunggulan antaralain

pertumbuhan cepat dengan pertambahan berat badan harian (PBBH) 1,0-1,4 kg;

umur 2 tahun 800-900 kg; dewasa 1.000-1.100 kg, kualitas daging baik; dikenal dan

disukai peternak.

Sapi pejantan bangsa Limousin diberi ransum dengan hijauan yang cukup

besar walau tidak sebesar pemberian pada sapi pejantan bangsa Simmental. Bobot

badan rata-rata sapi ini sebesar 918±80 kg. Jumlah pemberian ransum sapi pejantan

bangsa Limousin dapat dilihat pada Tabel 12.

Hijauan ransum yang diberikan kepada sapi pejantan bangsa Limousin

dengan kisaran bobot badan 798-1054 kg berkisar 61-72 kg. Dalam kelompok sapi

pejantan bangsa Limousin ini terdapat lima ekor pejantan yang sudah cukup tua,

empat diantaranya berumur 11 tahun dan satu ekor lainnya berumur 13 tahun.

Pejantan yang sudah cukup tua tersebut masih dapat berproduksi dengan baik dan

untuk mempertahankan hasil produksinya maka pemberian pakannya pun dipisahkan

dari penjantan muda di kelompok bangsa sapi tersebut.

Tabel 12. Komponen Ransum dan Jumlah Pemberian Bahan Pakan kepada Bangsa

Sapi Limousin di BIB Lembang pada Tahun 2010

No Nama

Bahan

Jumlah dalam Segar

(kg)

Jumlah dalam BK

(g)

Nutrien dalam Ransum

Protein Kasar

(g)

Energi dapat

dicerna

(Mkal)

1 Rumput 66,36 11940 1650 27,28

2 Pucuk tebu 1,48 1330 70 0,00

3 Hay 1,5 1090 80 2,37

4 Konsentrat 7,12 6400 1150 23,02

5 Toge 0 0 0 0,00

Total pemberian 20760 2950 52,67

Kebutuhan Nutrien 10844 1084,4 22,29

Hijauan yang diberikan kepada pejantan tua didasarkan pada bobot badan

yang berkisar antara 971-1057 kg berkisar antara 67-77 kg. Pemberian pakan yang

lebih banyak disebabkan oleh adanya penurunan bobot badan pada sapi tua tersebut,

sehingga untuk menanggulanginya diberikan pakan lebih banyak. Terdapat dua sapi

yang kondisi fisiologisnya tidak stabil. Salah satu sapi yang bermasalah berumur 13

Page 38: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

27

tahun dan hijauan yang dberikan hanya 49 kg. Kedua sapi mengalami perubahan

bobot badan yang tidak stabil dan penyakit yang dideritanya tidak diketahui.

Pemberian konsentrat kepada kedua sapi pejantan yang sedang sakit tersebut

dibatasi. Sapi pejantan bangsa Limousin tidak diberi toge.

Sapi Brangus

Sapi Brangus ini adalah persilangan betina Brahman dan pejantan Aberden

Angus. Sapi Brangus ini juga merupakan salah satu dari jenis BX (Brahman cross).

Warna kulit hitam seluruhnya, berpunuk ukuran kecil, dan biasanya tidak bertanduk.

Keunggulan dari sapi ini adalah toleransi terhadap lingkungan tropis, pakan

sederhana, tahan terhadap parasit luar dan dalam tubuh, mampu adaptasi terhadap

kualitas pakan yang jelek, pertambahan berat badan berkisar 0,7-0,9 kg, persentase

daging 2%-4% lebih dari pada karkas bangsa sapi lain (Sanuri, 2010).

Gambar 5. Sapi Brangus Sumber : BIB Lembang, 2009

Pemberian ransum kepada sapi pejantan bangsa Brangus didasarkan kepada

bobot badannya. Sapi pejantan tersebut berjumlah dua ekor dengan umur 4 dan 7

tahun. Pemberian hijauan sebanyak 61-67 kg. Sapi pejantan yang berumur 7 tahun

mengalami gangguan kesehatan sehingga pemberian konsentrat dalam ransum sapi

tersebut dibatasi. Rataan jumlah pemberian ransum kepada sapi pejantan bangsa

Brangus dapat dilihat pada Tabel 13.

Page 39: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

28

Tabel 13. Komponen Ransum dan Jumlah Pemberian Bahan Pakan kepada Bangsa

Sapi Brangus di BIB Lembang pada Tahun 2010

No Nama

Bahan

Jumlah dalam Segar

(kg)

Jumlah dalam BK

(g)

Nutrien dalam Ransum

Protein Kasar

(g)

Energi dapat

dicerna

(Mkal)

1 Rumput 64 11520 1590 26,31

2 Pucuk tebu 1,5 1350 70 0,00

3 Hay 1,5 1090 80 2,37

4 Konsentrat 5,5 5000 890 17,97

5 Toge 0,3 30 10 0,11

Total pemberian 18990 2640 46,76

Kebutuhan Nutrien 10158,40 1015,84 20,92

Sapi Angus

Menurut Sanuri (2010), sapi Angus berasal dari Aberdeenshire dan

Angushire, Scotlandia. Bangsa sapi ini banyak digunakan pada crossbreeding dan

grading up untuk menghasilkan sapi potong yang baik. Jika sesama bangsa sapi

angus dikawinkan dengan seperempat dari keturunannya, warna tubuhnya akan

berubah menjadi merah dan tidak bertanduk (red angus).

Gambar 6. Sapi Angus Sumber : BIB Lembang, 2009

Seluruh tubuh sapi angus berwarna hitam dengan bulu halus. Bangsa sapi ini

tidak bertanduk. Sifat ini dominan sehingga sapi angus banyak dimanfaatkan untuk

menghasilkan keturunan yang bertanduk. Bentuk tubuh panjang dan kompak. Sifat

keibuannya tinggi dan tidak ada kesulitan saat beranak. Masa pubertas dicapai dalam

Page 40: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

29

umur relatif dini. Mempunyai kemampuan dalam menurunkan marbling (perlemakan

dalam daging) ke anak-anaknya (Sanuri, 2010).

Sapi pejantan dari bangsa Angus yang berada di BIB Lembang hanya ada

satu ekor. Ransum sapi pejantan bangsa Angus tersebut dapat dilihat pada Tabel 14.

Sapi pejantan tersebut berumur 4 tahun dengan bobot badan 966 kg. Sapi tersebut

diberi hijauan sebanyak 67 kg. Jumlah pemberian ransum tersebut diperkirakan telah

memenuhi kebutuhan nutrien sapi tersebut.

Tabel 14. Komponen Ransum dan Jumlah Pemberian Bahan Pakan kepada Bangsa

Sapi Angus di BIB Lembang pada Tahun 2010

No Nama

Bahan

Jumlah dalam Segar

(kg)

Jumlah dalam BK

(g)

Nutrien dalam Ransum

Protein Kasar

(g)

Energi dapat

dicerna

(Mkal)

1 Rumput 67,00 12060 1660 27,54

2 Pucuk tebu 2,00 1800 90 0,00

3 Hay 1,50 1090 80 2,37

4 Konsentrat 8,00 7110 1270 25,56

5 Toge 0,60 60 20 0,21

Total pemberian 22120 3120 55,68

Kebutuhan Nutrien 11228 1122,8 23,056

Sapi Frisien Holstein (FH)

Sapi ini berasal dari provinsi Belanda Utara dan provinsi Friesland Barat.

Sapi Frisien (Fries) ini merupakan sapi penghasil susu paling utama di dunia. Sapi ini

mempunyai produktivitas yang sangat baik. Warna kulitnya hitam putih dengan batas

jelas, ujung ekornya putih. Ciri-ciri lain dari sapi FH ini adalah berat betina 682 kg

dan jantan 1.000 kg, berat lahir 43 kg, dan persentase lemak susu 3,65% (Sanuri,

2010).

Pemberian ransum kepada sapi pejantan bangsa FH dilakukan berdasarkan

bobot badannya tanpa mempertimbangkan umur. Jumlah pemberian ransum kepada

sapi pejantan dari bangsa FH dengan rata-rata bobot badan 841,1 kg dapat dilihat

pada Tabel 15. Ransum sapi pejantan bangsa FH dengan kisaran bobot badan 741-

1067 kg sebanyak 61-77 kg.

Page 41: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

30

Gambar 7. Sapi Frisien Holstein (FH) Sumber : BIB Lembang, 2009

Dalam kelompok sapi pejantan bangsa FH ini terdapat dua ekor pejantan

yang sudah cukup tua yaitu pejantan dengan umur 9 dan 11 tahun. Pejantan yang

sudah cukup tua tersebut masih dapat memproduksi semen dengan baik sehingga

diberikan pakan berdasarkan bobot badan di kelompok sapi FH tersebut. Jumlah

pemberian ini dapat dinyatakan telah memenuhi kebutuhan nutrien berdasarkan NRC

(1988) untuk sapi potong dan NRC (2000) untuk sapi perah.

Tabel 15. Komponen Ransum dan Jumlah Pemberian Bahan Pakan kepada Bangsa

Sapi Frisien Holstein (FH) di BIB Lembang Tahun 2010

No Nama

Bahan

Jumlah dalam Segar

(kg)

Jumlah dalam BK

(g)

Nutrien dalam Ransum

Protein Kasar

(g)

Energi dapat

dicerna

(Mkal)

1 Rumput 68,44 12320 1700 28,13

2 Pucuk tebu 1,50 1350 70 0,00

3 Hay 1,50 1090 80 2,37

4 Konsentrat 7,19 6660 1190 23,95

5 Toge 0,77 70 30 0,27

Total pemberian 21490 3070 54,72

Kebutuhan Nutrien 12710 1271 24,15

Kondisi Fisiologis Sapi Pejantan

Ureum dan Kreatinin

Kandungan kreatinin, ureum, Ca dan P untuk setiap bangsa sapi dan sapi

yang mati di BIB Lembang tahun 2010 ditunjukkan dalam Tabel 16. Kandungan

Page 42: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

31

ureum dan kreatinin berada pada batasan normal. Namun, ada beberapa ekor sapi

yang memiliki kandungan nilai ureum dan kreatinin yang tinggi dalam darahnya.

Sapi-sapi tersebut pada pertengahan tahun 2009 mati dan didiagnosa pada awalnya

terserang penyakit yang diakibatkan karena terdapat batu kristal di dalam kandung

kemihnya.

Kandungan ureum dan kreatinin yang tinggi merupakan salah satu indikator

proses metabolisme protein yang tidak sempurna. Kreatinin yang dikenal sebagai

hasil sampingan dari metabolisme protein merupakan salah satu racun yang harus

dikeluarkan oleh tubuh bersama urine. Kedua zat tersebut jika terlalu tinggi dapat

membahayakan kesehatan dari ternak tersebut. Hal ini disebabkan, kedua zat tersebut

merupakan zat racun hasil sampingan dari metabolisme protein (Listiaji, 2010).

Jika keduanya memiliki kadar yang tinggi di atas kadar normal dalam darah,

maka dapat disimpulkan bahwa terjadi gangguan fungsi ginjal pada ternak tersebut

bahkan dapat mengakibatkan kematian. Kondisi ini menunjukan bahwa kadar protein

ransum yang diberikan cukup tinggi. Sapi-sapi yang mengalami gangguan tersebut

diperkirakan peka terhadap kadar protein yang tinggi. Hal ini kemungkinan bahwa

sapi tersebut mempunyai gangguan metabolisme khususnya protein atau gangguan

pada eskresi dalam ginjal.

Mineral Ca dan P

Kadar kalsium (Ca) di dalam darah sapi pejantan tersebut, sebagian besar

berada di bawah rata-rata batas normal. Namun ada beberapa pula yang berada di

atas rata-rata batas normal. Kadar Ca normal pada sapi adalah 10,41-11,75 mg/dl.

Kadar Ca serum yang rendah dapat terjadi akibat kandungan Ca dalam ransum

sangat minimal atau dalam kondisi kadar P dan Mg dalam ransum yang tinggi

sehingga dapat menekan penyerapan Ca dan mengakibatkan kadar Ca dalam darah

menurun (Danzier, 1984; Thompson, 1978).

Lain halnya dengan kadar Phosphor (P) di dalam darah, Phosphor yang

terkandung justru sebagian besar berada di atas rata-rata batasan normal dan ada

beberapa yang berada di bawah rata-rata batas normal. Kadar Phosphor dalam darah

yang normal berada dalam kisaran 5,6-6,8 mg/dl. Kandungan Ca yang lebih rendah

dari P diduga terjadi karena adanya kelebihan P yang terkandung dalam bahan pakan

sehingga menghambat penyerapan Ca usus halus (Danzier 1984; Thompson 1978).

Page 43: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

32

Tabel 16. Rataan Kandungan Kreatinin, Ureum, Ca dan P untuk Setiap Bangsa Sapi

dan Sapi yang Mati di BIB Lembang Tahun 2009

Bangsa/

nama sapi

Bulan

Kematian

Total Protein

(mg/dl)

Kreatinin

(mg/dl)

Ureum

(mg/dl) Ca (mg/dl) P (mg/dl)

Bangsa Sapi:

Limousin

6,0 2,2 46,4 9,8 7,4

Simmental

5,3 2,1 47,2 8,8 7,9

FH

5,5 1,5 38,9 9,8 7,3

Angus

5,1 1,5 30,5 9,0 7,4

Brahman

5,1 1,7 41,5 11,6 8,3

Ongole

5,4 2,1 40,5 11,3 7,3

Brangus

5,0 2,0 48,0 7,95 7,5

Nilai Rata-rata:

5,3 1,9 41,9 9,8 7,6

Nama Sapi Mati:

- MV. Trent Juli 4,6 1,7 69,0 12,0 7,7

- Kemang Juli 4,9 1,0 29,0 7,3 5,5

- Nike Agustus 5,0 1,7 39,0 6,8 5,8

- Choice Agustus 5,8 2,7 58,0 9,1 5,8

- Ulysess Agustus 4,8 2,0 41,0 12,3 8,1

- Putra Sago Agustus 4,6 2,2 54,0 8,3 6,2

- Ulanda Agustus 4,9 1,9 43,0 6,4 6,6

- Vernan Agustus 4,9 2,1 71,0 7,3 8,9

- Vasco Agustus 5,0 1,8 48,0 11,6 8,0

- Bondan Agustus 5,1 1,8 45,0 7,3 6,0

- Ubhaya Oktober 4,8 2,0 61,0 16,9 5,4

Nilai Rata-rata:

5,0 1,7 44,4 8,6 6,3

Poduksi Semen Sapi Pejantan

Sapi pejantan yang berada di BIB Lembang dipelihara dengan tujuan untuk

menghasilkan semen beku unggul yang menghasilkan calon bibit yang unggul.

Produksi semen beku dari setiap bangsa sapi di BIB Lembang termasuk cukup tinggi.

Data produksi semen yang dihasilkan oleh BIB Lembang dapat dilihat pada Tabel

17.

Page 44: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

33

Tabel 17. Rata-rata Produksi Semen Setiap Ekor Sapi Pejantan di Balai Inseminasi

Buatan (BIB) Lembang tahun 2010

Bangsa Produksi Semen (ml/tahun/ekor)

FH 2485,6 ± 1205,32

Ongole 3672,5 ± 1188,65

Brahman 1986,5 ± 805,316

Simmental 2721,96 ± 1489,13

Limousin 3063,3 ± 1321,93

Brangus 797 ± 0

Angus 4014 ± 0

Rearing 0

FH uji progeny 0

Produksi semen yang tinggi merupakan salah satu indikator bahwa pakan

yang diberikan sudah baik dan memiliki kandungan nutrient yang seimbang.

Produksi semen yang paling tinggi dihasilkan oleh sapi pejantan dari bangsa Ongole.

Page 45: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

34

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kecukupan nutrien makro dalam pakan sapi pejantan di Balai Inseminasi

Buatan (BIB) Lembang sudah terpenuhi dengan baik bahkan lebih dari cukup.

Permasalahan yang timbul diduga terkait dengan kecukupan dan ketidakseimbangan

nutrien mikro, diantaranya adalah kandungan Ca dan P dalam ransum.

Saran

Kajian lanjutan yang menganalisa lebih detail kandungan nutrien mikro yang

terdapat di dalam pakan dan hubungannya dengan darah sapi pejantan. Hal ini

diperlukan untuk menjelaskan gangguan metabolis yang terkait dengan pemberian

pakan. Oleh karena itu kecukupan dan keseimbangan nutrien mikro di dalam pakan

dapat disesuaikan dengan kebutuhan sapi pejantan yang ada di BIB Lembang .

Page 46: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

35

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan

rahmat dan karunia-Nya hingga saat ini penulis dapat menyelesaikan skripsi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Toto Toharmat,

M.Agr.Sc. sebagai dosen pembimbing utama dan Dr. Ir. Suryahadi, DEA. sebagai

dosen pembimbing anggota sekaligus dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan bimbingan moral maupun materiil, pengarahan, dan saran kepada

penulis selama penelitian dan penulisan skripsi. Kepada Dr. Ir. Despal Tanjung,

MSc. sebagai dosen penguji seminar, Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Agr.Sc., dan Dr.

Irma Isnafiah Arief, S.Pt. M.Si. sebagai dosen penguji tugas akhir atas kritik dan

saran dalam perbaikan skripsi ini.

Penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tulus dan rasa hormat yang

setinggi-tingginya kepada Ayahanda Suwarto dan Ibunda Yariyatun, S.Pd. yang

senantiasa tulus memanjatkan do‟a dan kesabaran, serta kepada adik tersayang Arifin

Musthafa atas segala perhatian, dukungan dan semangat yang diberikan.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Drh. Maidaswar, M.Si.,

pimpinan BIB Lembang dan seluruh staff yang telah membantu selama penelitian

berlangsung. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ummul „Izzah

Sholihah, Ainissya Fitri, Mustika Setyaningrum, dan Ninda Nurfatillah yang selalu

memberi semangat tiada henti kepada penulis untuk menyelesaikan skripsinya. Serta

kepada teman-teman seperjuangan (Suqe, Aldo, Ayix, Adi, Legis, Paijo, Rendy, dan

Yudis) dan Warga Nabila Anggrek (Tante Tilla, Mba Eni, Mba Ida, Mba Niku, Mba

Dila, Mba Weni, Idha, Maha, Didi, Kiki, Cintya dan Windy) terimakasih untuk

semangat dan kebersamaannya serta seluruh rekan HIMASITER periode 2008-2009

dan INTP 43 yang selalu menemani perjalanan panjang dalam menjalani masa-masa

kampus baik dalam duka maupun suka di Fakultas Peternakan IPB.

Terakhir penulis mengucapkan terima kasih kepada civitas akademika

Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi

yang membacanya.

Bogor, Mei 2011

Penulis

Page 47: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

36

DAFTAR PUSTAKA

Akso, B. T. 1996. Kesehatan Sapi. Kanisius, Yogyakarta.

Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia. Jakarta.

Balai Inseminasi Buatan Lembang. 2009. Katalog Pejantan.

http://www.banksperma.com/. [23 Juni 2011].

Blakely, J. & D.H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Terjemahan. B. Srigandono.

Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Church, D. C. & Pond W. G. 1988. Basic Animal Nutrition of Feeding. 3th

Ed. John

Wiley and Son. New York.

Conrad, R. 1984. Valeur Nutritive Des Aliments. ENSA – Monpellier – France.

Danzier, L. 1984. Les Minereaux et Les Vitamins dans l‟alimentation des Animaux

Donestiques. ENSA – Montpellier - France.

Darmono. 1999. Tatalaksana Usaha Sapi Kereman. Kanisius, Yogyakarta.

DeJarnette, J. M., R. G. Saacke, J. Bame, & C. J. Vogler . 1992. Accessory sperm:

their importance to fertility and embryo quality, and attempts to alter their

numbers in artificially inseminated cattle. J. Anim. Sci. 70: 484-491.

Ensminger, M. E. & J. E. Oldfield & W. W. Heinemann. 1990. Feeds and Nutrition.

2nd

Ed. The Ensminger Publishing Company. Illinois.

Hafez, E. S. E. 1980. Reproduction in Farm Animal. 4th

Ed. Lea and Febiger,

Philadelphia.

Listiaji, B. 2010. Gagal ginjal. http://listiaji.wordpress.com/2010/04/28/gagal-ginjal/.

[28 April 2011].

Lubis, D. A. 1992. Ilmu Makanan Ternak. PT Pembangunan, Jakarta.

Lunstra, D. D., & G. H. Coulter. 1997. Relationship between scrotal infrared

temperature patterns and natural-mating fertility in beef bulls. J. Anim. Sci.

75: 767-774.

Muhammad, Z. 1986. Efek suplementasi vitamin A, asetat dan cytozyme (+)

terhadap mutu semen dan penggunaan makanan pada sapi madura. Tesis.

Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

NRC. 1988. Nutrient Requirements of Beef Cattle. 6th

Revised Edition. National

Academy Press, Washington.

NRC. 2000. Nutrient Requirements of Dairy Cattle. 7th

Revised Edition. National

Academy Press, Washington.

Parakkasi, A. 1985. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Fakultas

Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. UI-Press. Jakarta.

Piliang, W. G. & S. Djojosoebagio. 2006. Fisiologi Nutrisi Volume I. IPB Press.

Bogor.

Page 48: KECUKUPAN NUTRIEN MAKRO PADA SAPI PEJANTAN DI … · bahwa kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan produksi dapat terpenuhi. Kondisi ... Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada

37

Roy, J. H. B. 1990. The Calf. Illesse. Books Ltd, London.

Salisbury, G. W., N. L. Van Demark & J. K. Lodge. 1981. Physiologi of

Reproduction and Artificial Insemination of Cattle. W. H. Freeman and

Coy. San Fransisco.

Sanuri, S. 2010. Jenis-jenis Sapi. http://ohsapi.blogspot.com/2010/05/jenis-jenis-

sapi/. [26 Juni 2011].

Suarti, M. 2001. Pengaruh amoniasi, penambahan tepung bulu ayam, tepung daun

singkong, lisin-Zn-PUFA dalam ransum terhadap kecernaan zat-zat

makanan kambing Peranakan Ettawa. Skripsi. Fakultas Pertanian,

Universitas Lampung.

Sutardi, T. 1982. Sapi Perah dan Pemberian Makanannya. Departemen Ilmu

Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Thompson, D. J. 1978. Calcium, phosphorus and fluorine in animal nutrition. Dalam

: Latin American Symposium on Mineral Nutrition Research with Grazing

Ruminant. Federal University of Minas Gerais – Federal University of

Vicosa. University of Florida, Florida - USA.

Tillman, A. D.,S, Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, H. Hartadi & S.

Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University

Press, Yogyakarta.