kecepatan pelarutan (ir).docx

31
BAB I PENDAHULUAN I.1. Tujuan Percobaan 1) menentukan kecepatan pelarutan suatu zat 2) menggunakan alat-alat untuk penentuan kecepatan pelarutan suatu zat. 3) menerangkan factor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pelarutan suatu zat I.2. Dasar Teori Suatu produk obat dapat berbeda dari produk pabrik lain dalam halbahan baku, komposisi/formula, serta fabrikasinya. Perbedaan tersebut dapat menyebabkan perbedaan dalam pelepasan bahan obat dari sediaan yang akhirnya akan berpengaruh pada efikasi/kemanjuran produk tersebut. (Abdou, 1989, Blanchard, Swachuck, Brodie, 1979). Pada umumnya produk obat mengalami absorbsi sistemik melalui suatu rangkaian proses yang meliputi : 1. disintegrasi produk yang diikuti dengan pelepasan obat 2. pelarutan obat dalam media “aqueous” 3. absorbsi melalui membran sel menuju sirkulasi sstemik Pada ketiga proses di atas ditentukan oleh tahap yang paling lambat di dalam suatu rangkaian proses kinetic yang sering

Upload: indra-riyanto

Post on 26-Oct-2015

624 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

laporan kelarutan

TRANSCRIPT

Page 1: KECEPATAN PELARUTAN (IR).docx

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Tujuan Percobaan

1) menentukan kecepatan pelarutan suatu zat

2) menggunakan alat-alat untuk penentuan kecepatan pelarutan suatu zat.

3) menerangkan factor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pelarutan suatu zat

I.2. Dasar Teori

Suatu produk obat dapat berbeda dari produk pabrik lain dalam halbahan baku,

komposisi/formula, serta fabrikasinya. Perbedaan tersebut dapat menyebabkan perbedaan dalam

pelepasan bahan obat dari sediaan yang akhirnya akan berpengaruh pada efikasi/kemanjuran

produk tersebut. (Abdou, 1989, Blanchard, Swachuck, Brodie, 1979). Pada umumnya produk

obat mengalami absorbsi sistemik melalui suatu rangkaian proses yang meliputi :

1. disintegrasi produk yang diikuti dengan pelepasan obat

2. pelarutan obat dalam media “aqueous”

3. absorbsi melalui membran sel menuju sirkulasi sstemik

Pada ketiga proses di atas ditentukan oleh tahap yang paling lambat di dalam suatu

rangkaian proses kinetic yang sering disebut tahap penentu kecepatan (Rate Limiting Step).

Untuk obat yang mempunyai kelarutan kecil dalam air, laju pelarutan seringkali merupakan

tahap yang paling lambat di dalam, oleh karena itu mengakibatkan terjadinya efek penentu

kecepatan terhadap bioavailabilitas obat. Sebaliknya untuk obat yang mempunyai kelarutan besar

dalm air, laju pelarutannya cepat sedangkan laju lintas atau tembus obat melewati membran

merupakan tahap penentu kecepatannya.

Disolusi didefinisikan sebagai proses dimana suatu zat padat masuk ke dalam pelarut

menghasilkan suatu larutan. Secara sederhana, disolusi adalah proses dimana zat padat melarut.

Secara prinsip dikendalikan oleh afinitas antara zat padat dengan pelarut. Dalam penentuan

kecepatan disolusi dari berbagai bentuk sediaan padat terlibat berbagai proses disolusi yang

Page 2: KECEPATAN PELARUTAN (IR).docx

melibatkan zat murni. Karakteristik fisik sediaan, proses pembasahan sediaan, kemampuan

penetrasi media disolusi ke dalam sediaan, proses pengembangan, proses disintegrasi, dan

degradasi sediaan, merupakan sebagaian dari faktor yang mempengaruhi karakteristik disolusi

obat dari sediaan.

Secara sederhana kecepatan pelarutan didefinisikan sebagai jumlah zat yang terlarut dari

bentuk sediaan padat dalam medium tertentu sebagai fungsi waktu. Dapat juga diartikan sebagai

kecepatan larut bahan obat dari sediaanfarmasi atau granul atau partikel-partikel sebagai hasil

pecahnya bentuk sediaan obat tersebut setelah berhubungan dengan cairan medium. Dalam hal

tablettent bias diartikan sebagai mass transfer , yaitu kecepatan pelepasan obat atau kecepatan

larut bahan obat dari sediaan tablet ke dalam medium penerima. Penelitian tentang disolusi telah

dilakukan oleh Noyes Whitney dan dalam penelitiannya diperoleh persamaan yang mirip hokum

difusi dari Fick :

dc / dt = K.S (Cs-C)

Keterangan:

dc/ct : laju pelarutan obat

Cs : kelarutan zat

C : konsentrasi zat dalam larutan dalam waktu t

K : koefisien partisi munyak/air 

S : Luas permukaan zat

Harga konstanta K bergantung kepada harga koefisien difusi dari zat terlarut dan tebal lapisan

difusi.

K = D/h

Keterangan :

D = Koefisien difusi dalam cm2/detik

h = Tebal lapisan difusi dalam cm

Page 3: KECEPATAN PELARUTAN (IR).docx

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan disolusi suatu zat antara lain :

Temperatur

Dengan semakin meningginya suhu maka akan memperbesar kelarutan suatu zat yang

bersifat endotermik serta akan memperbesar harga koefisien zat tersebut.

D = kT

6 ɳ r

Keterangan :

D = Koefisien difusi

K = Konstanta Boltzman

T = Temperatur

r = Jari-jari molekul

η = Viskosita pelarut

Viskositas

Turunnya viskositas suatu pelarut, juga akan memperbesar kelarutan suatu zat. Naiknya

temperatur juga akan menurunkan viskosita sehingga memperbesar kecepatan pelarutan.

pH 

pH sangat mempengaruhi kelarutan zat-zat yang bersifat asam maupun basalemah. Zat

yang bersifat basa lemah akan lebih mudah larut jika berada padasuasana asam sedangkan asam

lemah akan lebih mudah larut jika berada pada suasana basa.

Untuk asam lemah :

dcdt

= K.S.Cs (1+ Kw¿¿

)

Page 4: KECEPATAN PELARUTAN (IR).docx

kalau ( H+ ) kecil, atau pH besar maka akan meningkatkan kelarutan zat, sehingga kecepatan

pelarutan besar.

Basa lemah :

dcdt

= K.S.Cs (1+¿¿)

kalau ( H+ ) besar, atau pH kecil maka akan meningkatkan kelarutan zat, sehingga kecepatan

pelarutan besar.

Ukuran partikel 

Bila partikel zat terlarut kecil maka luas permukaan efektif besar sehingga menaikan

kecepatan pelarutan, hal ini terjadi karena jika ukuran partikel tersebut kecil maka partikel

tersebut hanya memerlukan tempat yang kecil sehingga luas permukaan yang tersisa efektif akan

lebih besar dibandingkan dengan partikel yang memiliki ukuran partikel yang relatif lebih besar.

Polimorfisme

Kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh adanya polimorfis, karena bentuk kristal yang

berbeda akan mempunyai kelarutan yang berbeda pula. Kelarutan bentuk kristal yang meta stabil

lebih besar dibandingkan bentuk stabil, sehingga kecepatan pelarutannya besar.

Sifat permukaan zat

Pada umumnya zat-zat yang digunakan sebagai bahan obat bersifat hidrofob. Dengan

adannya surfaktan di dalam pelarut akan menurunkan tegangan permukaan antara partikel zat

dengan pelarut, sehingga zat mudah terbasahi dan kecepatan pelarutan bertambah.

Pengadukan

Kecepatan pengadukan akan mempengaruhi tebal lapisan difusi ( h ). Bila

pengadukannya cepat maka tebal lapisan difusi berkurang sehingga menaikan kecepatan

pelarutan, sebaliknya apabila pengadukan lambat maka tebal lapisan difusi akan tetap atau akan

memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengurangi ketebalan pada lapisan difusi. 

Page 5: KECEPATAN PELARUTAN (IR).docx

Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas kecepatan pelarutan suatu zat aktif dari bentuk

sediaannya dipengaruhi pula oleh faktor formulasi dan teknik pembuatan sediaan tersebut

penentuan kecepatan pelarutan suatu zat dapat dilakukan dengan metode :

a) Metode suspense

Pada metode ini bubuk zat padat ditambahkan pada pelarut tanpa pengontrolan yang

eksak terhadap luas permukaan partikelnya. Sample diambil pada waktu-waktu tertentu dan

jumlah zat yang larut ditentukan dengan cara yang sesuai.

b) Metode permukaan konstan

Zat ditempatkan dalam suatu wadah yang diketahui luasnya, sehingga variable perbedaan

luas permukaan efektif dapat dihilangkan. Biasanya zat dibuat tablet terlebih dahulu kemudian

sampel ditentukan seperti pada metode suspensi.

Dalam bidang farmasi, penentuan kecepatan pelarutan suatu zat perlu dilakukan karena

kecepatan pelarutan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi absorpsi obat. Penentuan

kecepatan suatu zat aktif dapat dilakukan pada beberapa tahap pembuatan sediaan obat yaitu :

1. Tahap pre formulasi

Pada tahap ini penentuan kecepatan disolusi dilakukan terhadap bahan baku obat dengan

tujuan untuk memilih sumber bahan baku dan memperoleh informasi tentang bahan baku

tersebut

2. Tahap formulasi

Pada tahap ini penentuan kecepatan disolusi dilakukan untuk memilih formula sediaan yang

terbaik

3. Tahap produksi

Pada tahap ini kecepatan disolusi dilakukan untuk mengendalikan kualitas sediaan obat

yang diproduksi Dalam percobaan penentuan kecepatan pelarutan digunakan alat Disolution

tester alat ini biasanya digunakan untuk penentuan waktu hancur tablet tetapi dapat juga

digunakan untuk penentuan kecepatan pelarutan.

Page 6: KECEPATAN PELARUTAN (IR).docx

Pada Farmakope Indonesia IV dijelaskan bahwa asam salisilat merupakan serbuk hablur halus

putih, biasanya berbentuk jarum halus, rasa agak manis, tajam dan stabil di udara. Bentuk sintetis

warna putih dan tidak berbau. Asam salisilat sukar larut dalam air dan dalam benzena, mudah

larut dalam etanol dan dalam eter, larut dalam air mendidih dan agak sukar larut dalam

kloroform. Penetapan kadar asam salisilat dapat dilakukan dengan titrasi asam basa dengan

menggunakan natrium hidroksida dan indikator fenolftalein. Pada penetapan kadar asam salisilat,

reaksi yang terjadi:

Asam Salisilat + NaOH —> Natrium Salisilat + H2O

Page 7: KECEPATAN PELARUTAN (IR).docx

BAB II

METODEOLOGI KERJA

II.1. Alat dan Bahan

1. Erlenmeyer

2. Bejana 900 ml

3. Motor penggerak

4. Buret

5. Termometer

6. Bunsen

7. Kaki tiga

8. Corong

9. Pipet

10. Stopwatch

11. Asam salisilat 2 gr

12. Air

13. Fenolftalein

14. NaOH 0,05 N dan 0,1 N

II.2. Metode Kerja

Pengaruh temperatur terhadap kecepatan pelarutan zat

1) Diisi bejana dengan 900 ml air

2) Dipasang termostat pada temperatur 37oC

3) Setelah temperatur air dalam bejana sudah mencapai 37oC dimasukan 2 gr asam

salisilat dan dijalankan motor penggerak pada kecepatan 20 RPM

4) Diambil sebanyak 20 ml air dalam bejana setiap selang waktu 1, 5, 10, 20 menit

setelah pengocokan. Ganti dengan 20 ml air setiap selesai pengambilan sampel

5) Ditentukan kadar asam salisilat yang larut dalam masing-masing sampel dengan cara

titrasi asam basa dengan menggunakan NaOH 0,05 N dan indicator fenolftalein

6) Dilakukan percobaan yang sama untuk temperatur 40oC dan 45oC

7) Dibuat tabel dari hasil yang diperoleh

8) Dibuat grafik antara konsentrasi asam salisilat yang diperoleh dengan waktu untuk

masing-masing temperatur ( dalam satu grafik )

Page 8: KECEPATAN PELARUTAN (IR).docx

Pengaruh kecepatan pengadukan terhadap kecepatan pelarutan zat

1) Diisi bejana dengan 900 ml air

2) Dipasang termostat pada temperatur 30oC

3) Setelah temperatur air dalam bejana sudah mencapai 30oC dimasukan 2 gr asam

salisilat dan dijalankan motor penggerak pada kecepatan 40 RPM

4) Diambil sebanyak 20 ml air dalam bejana setiap selang waktu 1, 5, 10, 20 menit

setelah pengocokan. Ganti dengan 20 ml air setiap selesai pengambilan sampel

5) Ditentukan kadar asam salisilat yang larut dalam masing-masing sampel dengan cara

titrasi asam basa dengan menggunakan NaOH 0,05N dan indicator fenolftalein

6) Dilakukan percobaan yang sama untuk kecepatan pengadukan 50 RPM dan 60 RPM.

7) Dibuat tabel dari hasil yang diperoleh.

8) Dibuat grafik antara konsentrasi asam salisilat yang diperoleh dengan waktu untuk

masing-masing kecepatan pengadukan ( dalam satu grafik )

Page 9: KECEPATAN PELARUTAN (IR).docx

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1. Hasil Pengamatan

A. Pengaruh Temperatur

Waktu

(menit)

30oC 40oC 45oC

V1 V2 Vt V1 V2 Vt V1 V2 Vt

1 0,4 1,3 0,85 O,2 0,2 0,2 0,4 0,4 0,4

5 3,5 3,7 3,6 0,3 0,3 0,3 0,7 0,7 0,7

10 3 2,7 2,85 0,9 0,7 0,8 1,1 1,1 1,1

15 2,6 2,5 2,55 1 1 1 1,2 1,3 1,25

20 2 2,5 2,25 1,3 1,3 1,3 1,5 1,5 1,5

Keterangan : V= volume titrasi NaOH (ml)

B. Pengaruh Pengadukan

Waktu

(menit)

20 RPM 30 RPM 40 RPM

V1 V2 Vt V1 V2 Vt V1 V2 Vt

1 0,2 0,3 0,25 0,3 0,3 0,3 0,2 0,3 0,25

5 0,5 0,6 0,55 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5

10 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,8 0,8 0,8

15 0,9 0,9 0,9 1 1 1 1 1 1

20 1 1 1 1,2 1,3 1,25 1,1 1,1 1,1

Keterangan : V= volume titrasi NaOH (ml)

III.1. Perhitungan

Page 10: KECEPATAN PELARUTAN (IR).docx

Pengenceran NaOH 0,1 N dalam 100 ml air

N = m

MRx

1000v m =

0,1 x 40 x1001000 = 0,4 gram

Jadi NaOH yang dilarutkan adalah 0,4 gram dalam 100 ml air

A. Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pelarutan Zat

Diketahui : MR Asam Salisillat = 138

Konsentrasi NaOH = 0,1 N

VAsam Salisillat = 20 ml

RUMUS : V1 x N1 = V2 x N2

V1 = Volume NaOH

N1 = Konsentrasi NaOH

V1 = Volume Asam Salisillat

N1 = Konsentrasi Asam Salisillat

Pada temperatur 300 C dan kecepatan 20 RPM

Menit 1

KonsentrasiAsam Salisillat

V1 x N1 = V2 x N2

0,85 x 0,1 = 20 x N2

N2 = 0,00425 N

Massa Asam Salisillat terlarut

m = N x MR xV

1000

m = 0,00425 x138 x900

1000 = 0,52 gram

Menit 5

KonsentrasiAsam Salisillat

V1 x N1 = V2 x N2

3,6 x 0,1 = 20 x N2

N2 = 0,018 N

Massa Asam Salisillat terlarut

m = N x MR xV

1000

m = 0,018 x138 x900

1000 = 2,2356 gram

Menit 10

Page 11: KECEPATAN PELARUTAN (IR).docx

KonsentrasiAsam Salisillat

V1 x N1 = V2 x N2

2,85 x 0,1 = 20 x N2

N2 = 0,01425 N

Massa Asam Salisillat terlarut

m = N x MR xV

1000

m = 0,01425 x138 x900

1000 = 1,77 gram

Menit 15

KonsentrasiAsam Salisillat

V1 x N1 = V2 x N2

2,55 x 0,1 = 20 x N2

N2 = 0,01275 N

Massa Asam Salisillat terlarut

m = N x MR xV

1000

m = 0,01275 x138 x900

1000 = 1,58 gram

Menit 20

KonsentrasiAsam Salisillat

V1 x N1 = V2 x N2

2,25 x 0,1 = 20 x N2

N2 = 0,01125 N

Massa Asam Salisillat terlarut

m = N x MR xV

1000

m = 0,01125 x138 x 900

1000 = 1,4 gram

Pada temperatur 400 C dan kecepatan 20 RPM

Menit 1

KonsentrasiAsam Salisillat

V1 x N1 = V2 x N2

0,2 x 0,1 = 20 x N2

N2 = 0,001 N

Massa Asam Salisillat terlarut

m = N x MR xV

1000

m = 0,001 x 138 x900

1000 = 0,1242 gram

Page 12: KECEPATAN PELARUTAN (IR).docx

Menit 5

KonsentrasiAsam Salisillat

V1 x N1 = V2 x N2

0,3 x 0,1 = 20 x N2

N2 = 0,0015 N

Massa Asam Salisillat terlarut

m = N x MR xV

1000

m = 0,015 x138 x900

1000 = 0,1863 gram

Menit 10

KonsentrasiAsam Salisillat

V1 x N1 = V2 x N2

0,8 x 0,1 = 20 x N2

N2 = 0,004 N

Massa Asam Salisillat terlarut

m = N x MR xV

1000

m = 0,004 x138 x 900

1000 = 0,496 gram

Menit 15

KonsentrasiAsam Salisillat

V1 x N1 = V2 x N2

1 x 0,1 = 20 x N2

N2 = 0,005 N

Massa Asam Salisillat terlarut

m = N x MR xV

1000

m = 0,005 x138 x900

1000 = 0,621 gram

Menit 20

KonsentrasiAsam Salisillat

V1 x N1 = V2 x N2

1,3 x 0,1 = 20 x N2

N2 = 0,0065 N

Massa Asam Salisillat terlarut

m = N x MR xV

1000

m = 0,01125 x138 x 900

1000 = 0,8 gram

Page 13: KECEPATAN PELARUTAN (IR).docx

Pada temperatur 450 C dan kecepatan 20 RPM

Menit 1

KonsentrasiAsam Salisillat

V1 x N1 = V2 x N2

0,4 x 0,1 = 20 x N2

N2 = 0,002 N

Massa Asam Salisillat terlarut

m = N x MR xV

1000

m = 0,002 x 138 x900

1000 = 0,2484 gram

Menit 5

KonsentrasiAsam Salisillat

V1 x N1 = V2 x N2

0,7 x 0,1 = 20 x N2

N2 = 0,0035 N

Massa Asam Salisillat terlarut

m = N x MR xV

1000

m = 0,0035 x138 x900

1000 = 0,434 gram

Menit 10

KonsentrasiAsam Salisillat

V1 x N1 = V2 x N2

1,1 x 0,1 = 20 x N2

N2 = 0,0055 N

Massa Asam Salisillat terlarut

m = N x MR xV

1000

m = 0,0055 x138 x900

1000 = 0,683 gram

Menit 15

KonsentrasiAsam Salisillat

V1 x N1 = V2 x N2

1,25 x 0,1 = 20 x N2

N2 = 0,006 N

Massa Asam Salisillat terlarut

Page 14: KECEPATAN PELARUTAN (IR).docx

m = N x MR xV

1000 m =

0,006 x138 x 9001000

= 0,77gram

Menit 20

KonsentrasiAsam Salisillat

V1 x N1 = V2 x N2

1,5 x 0,1 = 20 x N2

N2 = 0,0075 N

Massa Asam Salisillat terlarut

m = N x MR xV

1000

m = 0,0075 x138 x900

1000 = 0,93 gram

B. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kecepatan Pelarutan Zat

Diketahui : MR Asam Salisillat = 138

Konsentrasi NaOH = 0,1 N

VAsam Salisillat = 20 ml

RUMUS : V1 x N1 = V2 x N2

V1 = Volume NaOH

N1 = Konsentrasi NaOH

V1 = Volume Asam Salisillat

N1 = Konsentrasi Asam Salisillat

Pada temperatur 300 C dan kecepatan 20 RPM

Menit 1

KonsentrasiAsam Salisillat

V1 x N1 = V2 x N2

0,25 x 0,1 = 20 x N2

N2 = 0,00125 N

Massa Asam Salisillat terlarut

m = N x MR xV

1000

Page 15: KECEPATAN PELARUTAN (IR).docx

m = 0,00125 x138 x900

1000 = 0,15 gram

Menit 5

KonsentrasiAsam Salisillat

V1 x N1 = V2 x N2

55 x 0,1 = 20 x N2

N2 = 0,00275 N

Massa Asam Salisillat terlarut

m = N x MR xV

1000

m = 0,00275 x138 x900

1000 = 0,34 gram

Menit 10

KonsentrasiAsam Salisillat

V1 x N1 = V2 x N2

0,7 x 0,1 = 20 x N2

N2 = 0,0035 N

Massa Asam Salisillat terlarut

m = N x MR xV

1000

m = 0,0035 x138 x900

1000 = 0,43 gram

Menit 15

KonsentrasiAsam Salisillat

V1 x N1 = V2 x N2

0,9 x 0,1 = 20 x N2

N2 = 0,0045 N

Massa Asam Salisillat terlarut

m = N x MR xV

1000

m = 0,0045 x138 x900

1000 = 0,55 gram

Menit 20

KonsentrasiAsam Salisillat

V1 x N1 = V2 x N2

1 x 0,1 = 20 x N2

N2 = 0,005 N

Massa Asam Salisillat terlarut

m = N x MR xV

1000

m = 0,005 x138 x900

1000 = 0,621 gram

Page 16: KECEPATAN PELARUTAN (IR).docx

Pada temperatur 300 C dan kecepatan 30 RPM

Menit 1

KonsentrasiAsam Salisillat

V1 x N1 = V2 x N2

0,3 x 0,1 = 20 x N2

N2 = 0,0015 N

Massa Asam Salisillat terlarut

m = N x MR xV

1000

m = 0,0015 x138 x900

1000 = 0,18 gram

Menit 5

KonsentrasiAsam Salisillat

V1 x N1 = V2 x N2

0,5 x 0,1 = 20 x N2

N2 = 0,0025 N

Massa Asam Salisillat terlarut

m = N x MR xV

1000

m = 0,0025 x138 x900

1000 = 0,31 gram

Menit 10

KonsentrasiAsam Salisillat

V1 x N1 = V2 x N2

0,7 x 0,1 = 20 x N2

N2 = 0,0035 N

Massa Asam Salisillat terlarut

m = N x MR xV

1000

m = 0,0035 x138 x900

1000 = 0,43 gram

Menit 15

KonsentrasiAsam Salisillat

V1 x N1 = V2 x N2

1 x 0,1 = 20 x N2

N2 = 0,005 N

Massa Asam Salisillat terlarut

Page 17: KECEPATAN PELARUTAN (IR).docx

m = N x MR xV

1000 m =

0,005 x138 x9001000

= 0,621 gram

Menit 20

KonsentrasiAsam Salisillat

V1 x N1 = V2 x N2

1,25 x 0,1 = 20 x N2

N2 = 0,006 N

Massa Asam Salisillat terlarut

m = N x MR xV

1000

m = 0,006 x138 x 900

1000 = 0,77 gram

Pada temperatur 300 C dan kecepatan 40 RPM

Menit 1

KonsentrasiAsam Salisillat

V1 x N1 = V2 x N2

0,25 x 0,1 = 20 x N2

N2 = 0,00125 N

Massa Asam Salisillat terlarut

m = N x MR xV

1000

m = 0,00125 x138 x900

1000 = 0,15 gram

Menit 5

KonsentrasiAsam Salisillat

V1 x N1 = V2 x N2

0,5 x 0,1 = 20 x N2

N2 = 0,0025 N

Massa Asam Salisillat terlarut

m = N x MR xV

1000

m = 0,0025 x138 x900

1000 = 0,31 gram

Menit 10

Page 18: KECEPATAN PELARUTAN (IR).docx

KonsentrasiAsam Salisillat

V1 x N1 = V2 x N2

0,8 x 0,1 = 20 x N2

N2 = 0,0004 N

Massa Asam Salisillat terlarut

m = N x MR xV

1000

m = 0,004 x138 x 900

1000 = 0,5 gram

Menit 15

KonsentrasiAsam Salisillat

V1 x N1 = V2 x N2

1 x 0,1 = 20 x N2

N2 = 0,005 N

Massa Asam Salisillat terlarut

m = N x MR xV

1000

m = 0,005 x138 x900

1000 = 0,621 gram

Menit 20

KonsentrasiAsam Salisillat

V1 x N1 = V2 x N2

1,1 x 0,1 = 20 x N2

N2 = 0,0055 N

Massa Asam Salisillat terlarut

m = N x MR xV

1000

m = 0,0055 x138 x900

1000 = 0,68 gram

III.3. Grafik

Grafik Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pelarutan

Grafik pada suhu 30oC

Page 19: KECEPATAN PELARUTAN (IR).docx

0 5 10 15 20 250

0.0020.0040.0060.008

0.010.0120.0140.0160.018

0.02

f(x) = 0.000155545927209705 x + 0.010513431542461R² = 0.0546389313779691

t (menit)N

Grafik pada suhu 40oC

0 5 10 15 20 250

0.0010.0020.0030.0040.0050.0060.007

f(x) = 0.000302859618717504 x + 0.000510831889081456R² = 0.975570845546247

t (menit)

N

Grafik pada suhu 45oC

0 5 10 15 20 250

0.0010.0020.0030.0040.0050.0060.0070.008

f(x) = 0.000279896013864818 x + 0.00204506065857886R² = 0.966913502442099

t (menit)

N

Grafik Pengaruh Pengadukan Terhadap Kecepatan Pelarutan

Page 20: KECEPATAN PELARUTAN (IR).docx

Grafik pada RPM 20

0 5 10 15 20 250

0.001

0.002

0.003

0.004

0.005

0.006

f(x) = 0.00019107452339688 x + 0.00145103986135182R² = 0.954831329382711

t (menit)

N

Grafik pada RPM 30

0 5 10 15 20 250

0.0010.0020.0030.0040.0050.0060.007

f(x) = 0.000239601386481802 x + 0.00125606585788562R² = 0.996237343792757

t (menit)

N

Grafik pada RPM 40

0 5 10 15 20 250

0.001

0.002

0.003

0.004

0.005

0.006f(x) = 0.00022790294627383 x + 0.00132538994800693R² = 0.962867066185017

t (menit)

N

Page 21: KECEPATAN PELARUTAN (IR).docx

III.2. Pembahasan

Dari percobaan tentang kecepatan pelarutan hal yang sangat berpengaruh terhadap

Kecepatan pelarutan yaitu temperatur/suhu, pengadukan, pH pelarut, ukuran partikel,

polimorfis dan sifat permukaan zat. Percobaan ini dilaksanakan menggunakan prosedur

titraassi sebagai indikator dari banyaknya volume untuk menghitung konsentrasi asam

salisilat tersebut. Larutan pentitrasi yang digunakan adalah NaOH 0,1 N, untuk

mendapatkan NaOH 0,1 N dilakukan pengenceran terlebih dahulu dengan memasukan

0,4 gram NaOH ke dalam 100 ml air. Ketika titrasi dilakukan titik ekuivalen akan terlihat

atau diketahui dengan adanya perubahan warna pada larutan Asam Salisillat yang diambil

dari bejana desolusi dari bening ,enjadi merah muda, tentunya dengan meneteskan

indikator pp terlebih dahulu pada larutan yang akan di titrasi. Asam salisilat yang

dimasukan kedalam tabung disolusi adalah 2 gram, kita akan mengetahui kelarutan yang

terjadi pada asam salisilat dengan pengaruh faktor temperatur dan pengadukan.

Pada percobaan pengaruh temperatur terhadap kecepata pelarutan zat, menurut

teori semakin tinggi temperatur makan kecepatan pelarutanpun akan semakin besar,

begitu juga sebaliknya. Dan semakin lama waktu pengadukan pada suhu dan kecepatan

pengadukan yang konstan, makan kecepatan kelarutan akan semakin besar pula.

Percobaan pertama, yaitu larutan pada temperatur 300 dengan kecepatan 20 RPM data-data

titraasi yang dilakukan menemui kegagalan titrasi karena beberapa faktor, diantaranya terdaapat

butiran-butiran asam salisillat yang menempel dan ikut pada larutan yang akan di titrasi sehingga

memengaruhi volume NaOH yang seharusnya semakin lama waktu akan semakin meningkat,

namun pada data terlihat tidak sesuai dengan teori yang seharusnya.

Pada suhu 400 dan 450 dengan kecepatan 20 RPM, terlihat data yang sesuai dengan teori yang

seharusnya, ini karena praktikan sudah tau dan dapat meminimalisir apa-apa saja yang akan

mengganggu proses titrasi, sehingga volume NaOH yang di dapat sesuai dengan teori yang telah

ada.

Sedangkan pada percobaan pengaruh kecepatan pengadukan terhadap kecepatan

pelarutan dapat di ambil acuan yaitu apabila kecepatan pengadukan tersebut cepat dan

konstan/tetap maka akan cepat pula proses pelarutannya begitu juga sebaiknya, Keduanya

memerlukan ketelitian dalam bekerja sehingga di dapatkan hasil yang baik.

Page 22: KECEPATAN PELARUTAN (IR).docx

Percobaan yang dilakukan pada kecepatan 20 RPM, 30 RPM, dan 40 RPM tidak terlalu

mengalami hambatan dan gangguan, sehingga data yang diperoleh pun sesuai yang diharapkan.

Perhitungan yang dilakukan untuk percobaan ini yaitu mencari konsentrasi dari asam

salisillat, ini daapat dilakukan ketika titrasi sudah dilakukan atau volume NaOH sudah di

dapatkan. Oleh karena itu, jika volume NaOH atau titrasi yang dilakukan tidak sesuai dengan

teorinya makan ini akan memengaruhi perhitungan pada konsentrasi asam salisillat. Perhitungan

tersebut menggunakan rumus :

V1 x N1 = V2 x N2

Diketahui : V1 = Volume NaOH

N1 = Konsentrasi NaOH

V1 = Volume Asam Salisillat

N1 = Konsentrasi Asam Salisillat

Ketika konsentrasi asam salilillat sudah diketahui, maka kita dapat menghitung massa asam

salisillat yang terlarut di dalamnya. Yaitu dengan menggunakan rumus :

m = N x MR xV

1000

Pembuatan grafik akan memudahkan untuk melihat data naik turunnya konsentrasi pada asam

salisillat, karena semakin besar konsentrasi asam salisilat, maka massa asam salisilat dalam

larutan tersebut akan semakin banyak/besar.

BAB IV

KESIMPULAN

Kecepatan pelarutan adalah ukuran yang menyatakan banyaknya suatu zat terlarut

dalam pelarut tertentu tiap satuan waktu.Kecepatan pelarutan dipengaruhi oleh

temperature, viskositas, pH pelarut, pengadukan, ukuran partikel, polimorfis dan sifat

permukaan zat. Semakin tinggi tempetatur, semakin cepat proses kelarutan, begitupun

Page 23: KECEPATAN PELARUTAN (IR).docx

sebaliknya. Semakin cepat proses pengadukan, semakin cepat proses kelarutan,

begotupun sebaliknya. Hasil perhitungan dipengaruhi ketelitian titrasi .

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Martin, A.N., J. Swarbrick, A. Cammarata. 2006. Physical Pharmacy, 5th ed. Philadelphia : Lea

& Febiger.

Muztabadihardja.,dkk.2013.Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Laboratorium Farmasi

Universitas Pakuan – Bogor.