kebutuhan nutrisi lansia

25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia 1. Pengertian Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang karena usianya menglami perubahan biologis, fisis, kejiwaan dan sosial (Undang-undang No 23 Tahun 1992 tentang kesehatan). pengertian dan pengelolaan lansia menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang lansia sebagai berikut: a. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas b. Lansia usia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa. c. Lansia tak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya tergantung pada bantuan orang lain 2. Batasan Lansia Menurut dokumen Pelembagaan lansia dalam kehidupan bangsa yang diterbitkan oleh Departemen Sosial dalam rangka perencanaan hari lansia nasional tanggal 29 Mei oleh Presiden RI, batas umur lansia adalah 60 tahun atau lebih (Setiabudhi, 1999), dan menurut Pedoman Pembinaan Kesehatan Lansia bagi petugas kesehatan yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan RI tahun 1999, umur dibagi lansia 3 yaitu: a. Usia pra senilis atau virilitas adalah seseorang yang berusia 45-49 tahun 11

Upload: two-k-chi

Post on 06-Feb-2016

39 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

nutrisi

TRANSCRIPT

Page 1: kebutuhan nutrisi lansia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lansia

1. Pengertian

Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang karena usianya menglami

perubahan biologis, fisis, kejiwaan dan sosial (Undang-undang No 23

Tahun 1992 tentang kesehatan). pengertian dan pengelolaan lansia

menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998

tentang lansia sebagai berikut:

a. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas

b. Lansia usia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan

pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.

c. Lansia tak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah

sehingga hidupnya tergantung pada bantuan orang lain

2. Batasan Lansia

Menurut dokumen Pelembagaan lansia dalam kehidupan bangsa

yang diterbitkan oleh Departemen Sosial dalam rangka perencanaan hari

lansia nasional tanggal 29 Mei oleh Presiden RI, batas umur lansia adalah

60 tahun atau lebih (Setiabudhi, 1999), dan menurut Pedoman Pembinaan

Kesehatan Lansia bagi petugas kesehatan yang diterbitkan oleh

Departemen Kesehatan RI tahun 1999, umur dibagi lansia 3 yaitu:

a. Usia pra senilis atau virilitas adalah seseorang yang berusia 45-49

tahun

11

11

Page 2: kebutuhan nutrisi lansia

b. Usia lanjut adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

c. Usia lanjut resiko tinggi adalah seseorang yang berusia 70 tahun atau

lebih atau dengan masalah kesehatan.

3. Proses Menua

Menurut Constantinides (1994) dalam Nugroho (2000) mengatakan

bahwa proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara berlahan-

lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan

terhadap infeksi dan memperbaikinya kerusakan yang diderita. Proses

menua merupakan proses yang terus menerus secara alamiah dimulai

sejak lahir dan setiap indvidu tidak sama cepatnya. Menua bukan status

penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam

menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh.

Karakteristik proses penuaan menurut Crisofalo (1990) dalam

Setiabudhi (1999) ada beberapa karakteristik tentang proses penuaan pada

manusia dan hewan yang menyusui yaitu:

a. Peningkatan kematian sejalan dengan peningkatan usia

b. Terjadinya perubahan kimiawi dalam sel jaringan tubuh yang

mengakibatkan massa tubuh berkurang, peningkatan lemak dan

lipofuscin yang dikenal dengan age pigmen, serta perubahan diserat

kolagen yang dikenal dengan cross-linking.

c. Terjadinya perubahan yang progresif dan merusak

12

Page 3: kebutuhan nutrisi lansia

d. Menurunnya kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan di

lingkungan

e. Meningkatnya kerentaan terhadap berbagai penyakit tertentu

Berdasarkan dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

penuaan adalah proses yang secara berangsur-angsur mengakibatkan

perubahan yang kumulatif dan mengakibatkan perubahan di dalam tubuh

yang berakibat dengan kematian. Menurut teori biologis penuaan terbagi

menjadi dua tipe yaitu teori instrinsik yang menjelaskan perubahan

berkaitan dengan usia timbul akibat penyebab dari dalam sel sendiri dan

teori ekstrintik yang menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi

diakibatkan oleh pengaruh lingkungan.

4. Perubahan yang terjadi pada lansia

Suatu proses yang tidak dapat dihindari yang berlangsung secara

terus menerus dan berkesinambungan yang selanjutnya menyebabkan

perubahan anatomis, fisiologis dan biokemis. Pada jaringan tubuh dan

akhirnya mempengaruhi fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan

(Depkes RI, 1998). Menurut Setiabudhi (1999) perubahan yang terjadi

pada lansia yaitu:

a. Perubahan dari aspek biologis

Perubahan yang terjadi pada sel seseorang menjadi lansia yaitu

adanya perubahan genetika yang mengakibatkan terganggunya

metabolisme protein, gangguan metabolisme Nucleic Acid dan

deoxyribonucleic (DNA), terjadinya ikatan DNA dengan protein stabil

13

Page 4: kebutuhan nutrisi lansia

yang mengakibatkan gangguan genetika, gangguan kegiatan enzim dan

sistem pembuatan enzim, menurunnya proporsi protein di otak, otot,

ginjal darah dan hati, terjadinya pengurangan parenchim serta adanya

penambahan lipofuscin.

1) Perubahan yang terjadi di sel otak dan syaraf berupa jumlah sel

menurun dan fungsi digantikan sel yang tersisa, terganggunya

makanisme perbaikan sel, kontrol inti sel terhadap sitoplasma

menurun, terjadinya perubahan jumlah dan struktur mitokondria,

degenerasi lisosom yang mengakibatkan hoidrolisa sel,

berkuarngnya butir Nissil, penggumpalkan kromatin, dan

penambahan lipofiscin, terjadi vakuolisasi protoplasma

2) Perubahan yang terjadi di otak lansia adalah otak menjadi trofi

yang beratnya berkurang 5 sampai 10% yang ukurannya kecil

terutama di bagian prasagital, frontal dan parietal, jumlah neuron

berkurang dan tidak dapat diganti dengan yang baru, terjadi

pengurangan neurotransmiter, terbentuknya struktur abnormal di

otak dan akumulasi pigmen organik mineral (lipofuscin, amyloid,

plaque, neurofibrillary tangle), adanya perubaan biologis lainnya

yang mempengaruhi otak seperti gangguan indera telinga, mata,

gangguan kardiovaskuler, gangguan kelenjar thyroid, dan

kartikosteroid.

3) Perubahan jaringan yaitu terjadinya penurunan sitoplasma protein,

peningkatan metaplastic protein seperti kolagen dan elastin.

14

Page 5: kebutuhan nutrisi lansia

b. Perubahan Fisiologis

Menurut Arisman (2004) dan Nugroho (2000) perubahan

fisiologis akibat penuaan terkait status nurtisi (gizi), meliputi:

1) Perubahan sistem gastrointestinal menurut Arisman (2004) yaitu:

a) Rongga mulut: Tanggalnya gigi, dan ketidak bersihan mulut

yang menyebabkan gigi, dan gusi kerap terinfeksi, serta sekresi

air ludah berkurang, yang mengakibatkan pengeringan rongga

mulut, dan berkemungkinan menurunkan cita rasa.

b) Esofagus: Gangguan menelan akibat gangguan neuromuscular,

seperti jumlah ganglion yang menyusut sementara lapisan otot

menebal

c) Lambung: Lapisan lambung menipis, sekresi HCL dan pepsin

berkurang akibatnya penyerapan vitamin B12 dan zat besi

menurun.

d) Usus: Berat total usus halus berkurang, peristaltic melemah,

penyerapan kalsium dan zat besi menurun.

c. Perubahan Psikologis

Perubahan psikologis pada lansia sejalan dengan perubahan

secara fisiologis. Masalah psikologis ini pertama kali mengenai sikap

lansia terhadap kemunduran fisiknya (disengagement theory) yang

berarti adanya penarikan diri dari masyarakat dan dari diri pribadinya

satu sama lain. Lansia dianggap terlalu lamban dengan daya reaksi

yang lambat, kesigapan dan kecepatan bertindak dan berfikir menurun

15

Page 6: kebutuhan nutrisi lansia

(Darmojo, 1999). Daya ingat (memory) lansia memang banyak

menurun dari lupa sampai pikiran dan demensia. Pada umumnya

lansia masih ingat pada peristiwa-peristiwa yang telah lama terjadi,

tetapi lupa dengan kejadian yang baru (Darmojo, 1999).

5. Masalah yang Terjadi Pada Lansia

a. Permasalah Umum

Setiabudhi (1999) menegaskan kembali bahwa permasalahan

secara umum lansia sebagai berikut

1) Besarnya jumlah penduduk lansia dan tingginya persentase

kenaikan lansia memerlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan

dan pembinaan kesehatannya.

2) Jumlah lansia miskin semakin banyak

3) Nilai kekerabatan melemah, tatanan masyarakat makin

individualistik

4) Rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional yang

melayani usia lanjut

5) Terbatasnya sarana dan fasilitas pelayanan bagi lansia

6) Adanya dampak pembangunan yang merugikan seperti urbanisasi

dan polusi pada kehidupan dan penghidupan lansia.

b. Permasalah Khusus

Menurut Setiabudhi (1999) permasalahan khusus pada lansia

terbagi 2 aspek yaitu:

16

Page 7: kebutuhan nutrisi lansia

1) Permasalahan dari Aspek Fisiologis

Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia yang

dipengaruhi oleh faktor kejiwaan sosial, ekonomis dan medik.

perubahan tersebut akan terlihat dalam jaringan dan organ tubuh

seperti kulit menjadi kering dan berkeriput, rambut beruban dan

rontok, penglihatan menurun sebagian atau menyeluruh,

pendengaran berkurang, indra perasa menurun, daya penciuman

berkurang, tinggi badan menyusut karena proses osteoporosis yang

berakibat badan menjadi bungkuk, tulang keropos, massanya dan

kekuatannya berkurang dan mudah patah, elastisitas jaringan paru-

paru berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi pengurangan fungsi

organ di dalam perut, dinding pembuluh darah menebal dan terjadi

tekanan darah tinggi, otot jantung bekerja tidak efisien, adanya

penurunan fungsi organ reproduksi, terutama pada wanita, otak

menyusut dan reaksi menjadi lambat terutama pada pria, serta

seksualitas tidak terlalu menurun.

2) Permasalahan dari Aspek Psikologis

Menurut Hadi Martono (1997) dalam Budi Darmojo (1999)

beberapa masalah psikologis lansia antara lain:

a) Kesepian (loneliness), yang dialami lansia pada saat

meninggalnya pasangan hidup, terutama bila dirinya saat itu

mengalami penurunan status kesehatan seperti menderita

penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan

17

Page 8: kebutuhan nutrisi lansia

sensorik terutama gangguan pendengaran. harus dibedakan

antara kesepian dengan hidup sendiri. Banyak lansia hidup

sendiri tidak mengalami kesepian karena aktivitas sosialnya

tinggi, lansia yang hidup di lingkungan yang beranggota

keluarga yang cukup banyak tetapi mengalami kesepian.

b) Duka cita (beravement), dimana pada periode duka cita ini

merupakan periode yang sangat rawan bagi lansia.

Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan

hewan kesayangan bisa meruntuhkan ketahanan kejiwaan yang

sudah rapuh dari seorang lansia, yang selanjutnya memicu

terjadinya gangguan fisik dan kesehatannya. Adanya perasaan

kosong kemudian diikuti dengan ingin menangis dan

kemudian suatu episode depresi. Depresi akibat duka cita

biasanya bersifat self limiting.

c) Depresi, pada lansia stress lingkungan sering menimbulkan

depresi dan kemampuan beradaptasi sudah menurun.

d) Gangguan cemas, terbagi dalam beberapa golongan yaitu

fobio, gangguan panik, gangguan cemas umum, gangguan

stress setelah trauma dan gangguan obsetif-kompulsif. Pada

lansia gangguan cemas merupakan kelanjutan dari dewasa

muda dan biasanya berhubungan dengan sekunder akibat

penyakit medis, depresi, efek samping obat atau gejala

penghentian mendadak suatu obat.

18

Page 9: kebutuhan nutrisi lansia

e) Psikosis pada lansia, dimana terbagi dalam bentuk psikosis

bisa terdapat pada lansia, baik sebagai kelanjutan keadaan dari

dewasa muda atau yang timbul pada lansia.

f) Parafrenia, merupakan suatu bentuk skizofrenia lanjut yang

sering terdapat pada lansia yang ditandai dengan waham

(curiga) yang sering lansia merasa tetangganya mencuri

barang-barangnya atau tetangga berniat membunuhnya.

Parafrenia biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi atau di

isolasi atau menarik diri dari kegiatran sosial.

g) Sindroma Diagnosa, merupakan suatu keadaan dimana lansia

menunjukkan penampilan perilaku yang sangat menganggu.

Rumah atau kamar yang kotor serta berbau karena sering

lansia ini bermain-main dengan urine dan fesesnya. Lansia

sering memupuk barang-barangnya dengan tidak teratur (Jawa:

“Nyusuh”). Kondisi ini walaupun kamar telah dibersihkan

lansia dimandikan bersih namun dapat berulang kembali.

3) Permasalahan dari aspek sosial budaya

Menurut Setiabudhi (1999) permasalahan sosial budaya

lansia secara umum yaitu masih besarnya jumlah lansia yang

berada di bawah garis kemiskinan, makin melemahnya nilai

kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang

diperhatikan, dihargai dan dihormati, berhubung terjadi

perkembangan pola kehidupan keluarga yang secara fisik lebih

19

Page 10: kebutuhan nutrisi lansia

mengarah pada bentuk keluarga kecil, akhirnya kelompok

masyarakat industri yang memiliki ciri kehidupan yang lebih

bertumpu kepada individu dan menjalankan kehidupan

berdasarkan perhitungan untung rugi, lugas dan efisien yang

secara tidak langsung merugikan kesejahteraan lansia, masih

rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional dalam

pelayanan lansia dan masih terbatasnya sarana pelayanan dan

fasilitas khusus bagi lansia dalam berbagai bidang pelayanan

pembinaan kesejahteraan lansia, serta belum membudayanya dan

melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.

B. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia

1. Pengertian nutrisi

Menurut Wartonah (2003) nutrisi merupakan zat-zat gizi dan zat lain

yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit termasuk keseluruhan

proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan

dari lingkungan hidupnya dan mengunakan bahan-bahan tersebut untuk

aktifitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Dampak

dari pemenuhan nutrisi pada lansia akan menjaga kondisi lansia menjadi

sehat, tidak gampang terserang penyakit serta emmelihra status giznya.

2. Macam-macam zat gizi (Nutrisi)

Zat-zat gizi (nutrisi) terdiri dari Karbohidrat, Protein, Lemak, air,

mineral, vitamin dan serat. Sumber makanan mengandung KH terutama

20

Page 11: kebutuhan nutrisi lansia

bersama dari serealia (padi-padian), umbi dan olahannya. Sumber

makanan yang mengandung lemak berasal dari minyak, lemak, binatang,

kelapa dan kacang-kacangan (Almatzier, 2003).

3. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

Menurut Sediaoetama (2000) jumlah nutrisi yang mencukupi

pemenuhan kebutuhan tubuh meliputi :

a. Bahan makanan pokok

Bahan makanan pokok dianggap yang terpenting di dalam suatu

susunan hidangan di Indonesia, karena bila suatu susunan hidangan

tidak mengandung bahan makanan pokok tidak dianggap lengkap dan

sering orang yang mengkonsumsinya mengatakan belum makan,

meskipun perutnya telah kenyang.

b. Bahan makanan lauk pauk

Golongan bahan makanan ini disebut lauk pauk, karena memang

mencakup bahan pangan (ikan, daging, kacang-kacangan). Pada

umumnya kelompok bahan makanan ini merupakan sumber utama

protein di dalam hidangan.

c. Bahan makanan sayur dan bahan makanan buah

Kedua kelompok bahan makanan ini termasuk bahan nabati, bahan

makanan sayur dan buah, umumnya merupakan penghasil vitamin dan

mineral.

21

Page 12: kebutuhan nutrisi lansia

4. Permasalah Nutrisi Pada Lansia

Menurut Budi (1998) masalah nutrisi pada lansia dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain:

a. Nutrisi yang berlebihan

Kebiasaan pola makan yang banyak pada usia muda yang

menyebabkan berat badan berlebihan. kebiasaan itu sukar untuk

dirubah pada masa lansia, padahal lansia dalam pola makan perlu

mengurangi asupan makanan, karena aktivitas fisik yang menurun,

apabila berlanjut akan terjadi kegemukan dan merupakan pencetus

penyakit jantung, Diabetes Mellitus, hipertensi.

b. Kurangnya Nutrisi

Pada lansia apabila kekurangan nutrisi disebabkan adanya

masalah-masalah sosial ekonomi serta gangguan penyakit. Konsumsi

kalori, protein yang kurang dari yang dibutuhkan akan menyebabkan

berat badan berkurang dari normal. Jika berlanjut akan menyebabkan

kerusakan-kerusakan sel yang berakibat rambut rontok, gaya tahan

terhadap penyakit menurun. Pada lansia yang mengalami malnutrisi

(kekurangan gizi) akibat penurunan nafsu makan yang disebabkan

berkurangnya kepekaan indera perasa dan penciuman yang umum

terjadi pada lansia.

c. Kurang Vitamin

Konsumsi makanan pada lansia berupa buah dan sayur sayuran

dalam makanan maka akan menyebabkan nafsu makan berkurang,

penglihatan menurun serta kulit kering lesu dan tidak semangat.

22

Page 13: kebutuhan nutrisi lansia

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan nutrisi

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan nutrisi pada

lansia antara lain (Nugroho, 2000).

a. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan (akibat kerusakan gigi

atau ompong)

Pada lansia terjadi gangguan nutrisi terjadi pada gigi geligi dan

semuanya tanggal yang akan mengalami kesulitan dalam mengunyah

makanan, apabila makanan yang disajikan tidak diolah sedemikian

rupa sehingga tidak memerlukan pengunyahan maka akan terjadi

gangguan dalam pencernaan dan penyerapan oleh usus.

b. Berkurangnya cita rasa (rasa dan buah)

Hal ini terjadi pada lansia dengan berkurangnya cita rasa yang

disebabkan oleh gangguan pada indera pengecap yang menurun serta

adanya iritasi yang kronis dari selapur lendir. hilangnya sensitivitas

dari syaraf pengecap di lidah terutama rasa manis dan asin, serta

hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap tentang rasa asin, asam dan

pahit. Pada lansia apabila terjadi gangguan emosional seperti stress,

putus asa dan rasa takut akan menyebabkan mulut kering, yang

dipengaruhi oleh pengaruh simpatik dari sistem syaraf autonom yang

menyebabkan sekresa saliva. Keluhan mulut kering dapat

menghambat nafsu makan pada lansia yang menyebabkan asupan

nutrisi berkurang. Pada lansia sesuai dengan pertambahan umur yang

akan menurunkan produksi saliva dan mengubah komposisi sedikit

(Ernawati, 2000).

23

Page 14: kebutuhan nutrisi lansia

c. Berkurangnya koordinasi otot-otot syaraf

Sistem persyarafan yang terjadi suatu perubahan sistem

persyarafan yang cepat dapat menurunkan hubungan persyarafan

menjadi lambat dalam respon dan waktu bereaksi, serta mengecilnya

syaraf panca indera, adanya gangguan pendengaran, penglihatan serta

sistem respirasi. Pada lansia gangguan ini terjadi karena pengaruh

pertambahan umur dan menurunnya fungsi organ tubuh misalnya pada

gangguan refleks yang dapat menurun. Pada syaraf otot terejadi flaksi

atau lemah, tonus kurang, tendernes dan tidak mampu bekerja. Untuk

otot pada saluran cerna yang terjadi suatu kelemahan karena

pengunaan yang menurun yang berakibat terjadinya konstipasi

(Ernawati, 2000)

d. Keadaan fisik yang kurang baik

Keadaan fisik pada lansia terjadi suatu perubahan-perubahan

fisik diantaranya dari perubahan sel yang lebih sedikit jumlahnya dan

lebih besar ukurannya. Masalah yang menyangkut fisik yaitu lansia

tidak bisa berjalan atau melakukan sesuatu sendiri. Masalah fisik

misalnya apatis dan lesu dengan tanda-tanda fizik yaitu berat badan

menurun, wajah pucat, sedangkan kelemahan fisik terjadi seperti

artritis (cedera serebrovaskuler) yang menyebabkan kesulitan untuk

berbelanja dan memasak (Darmojo, 2000).

24

Page 15: kebutuhan nutrisi lansia

e. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi mempengaruhi lansia dalam melaksanakan

pengobatan. Pada lansia secara umu lansia yang memiliki pendapatan

sendiri cenderung menolak bantuan orang lain. Lansia yang tidak

memiliki penghasilan akan menggantungkan hidupnya pada anak atau

saudara meskipun status ekonomi mereka juga tergolong miskin,

dimana lansia menggantungkan hidupnya terutama pada anak

perempuan terdekat. Rata-rata penghasilan lansia adalah < Rp 300.000

lebih rendah daripada rata-rata pengeluaran >300.000. keadaan

tersebut menunjukkan betapa rentannya kondisi ekonomi lansia

apalagi kalau dilihat dari lansia yang tidak berpenghasilan yang secara

langsung akan mempengaruhi dalam hal pemenuhan kebutuhan nutrisi

lansia dan perawatan lansia (Siroit, 1999).

f. Faktor Sosial lansia

Pada lansia terjadi perubahan-perubahan psikososial yaitu

merasakan atau sadar akan kematian, penyakit kronis dan

ketidakmampuan dalam melakukan aktifitas fisiknya. Kesepian akibat

pengasingan dari lingkungan sosial dari segi ekonomi akibat

pemberhentian jabatan atau pensiun yang dipengaruhi oleh

meningkatnya biaya hidup dengan penghasilan yang rendah sulit, serta

bertambahnya biaya untuk pengobatan. Keadaan lansia ini

membutuhkan dukungan keluarga sepeneuhnya khususnya dalam

pemenuhan kebutuhan nutrisi sehari-hari karena hal ini penting dan

25

Page 16: kebutuhan nutrisi lansia

bertujuan untuk menjaga kondisi dan status gizi lansia sehari-harinya.

Tanpa adanya dukungan keluarga akan menyebabkan keadaan lansia

tidak baik dan menimbulkan permasalahan misalnya akan

menimbulkan berbagai penyakitnya. Karena kurangnya pemenuhan

asupan nutrisi.

g. Faktor Penyerapan Makanan lansia

Masalah nutrisi pada lansia dipengaruhi oleh fungsi obsorpsi

yang melemah (adanya daya penyerapan yang terganggu. Apabila hal

ini terjadi pada lansia maka akan mempengaruhi status gizinya yang

berakibat timbulnya penyakit yang diakibatkan oleh asupan makanan

yang terganggu.

6. Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia

Konsumsi kebutuhan makanan pada lansia bervariasi sesuai dengan

keadaan tubuh, dimana kebutuhan Karbohidrat (KH), lemak (L) dan

protein (P) merupakan zat gizi yang menghasilkan energi tergantung pada

Basal Metabolisme Rate (BMR) dan kegiatannya. BMR dipengaruhi oleh

usia, jenis kelamin, suhu, lingkungan penyakit dan komposisi tubuh.

Setiap kelebihan energi yang tidak diperlukan untuk metabolisme akan

diubah menjadi lemak dan disimpan dalam jaringan adipose. Kecukupan

energi per orang perhari laki-laki umur 60 tahun keatas adalah 2200

kalori/hari, untuk wanita umur 60 tahun keatas adalah 1500 kalori / hari

(Almatsier, 2003).

26

Page 17: kebutuhan nutrisi lansia

Konsumsi sumber protein pada lansia diperlukan untuk

pembentukan dan perbaikan semua jaringan-jaringan di dalam tubuh

termasuk darah, enzim, hormon, kulit, rambut dan kuku. Angka energi

yang ditunjukkannya akan demikian tergantung dari macam dan jumlah

bahan makanan nabati dan hewani yang dikonsumsi manusia setiap

harinya. Ada dua jenis protein yaitu protein nabati dan protein hewani.

Protein hewani mengandung lemak jenuh, sedangkan protein nabati

mengandung lemak tak jenuh. Kecukupan protein untuk laki- laki umur 60

tahun keatas adalah 55 gram/ hari, sedang untuk wanita dengan umur yang

sama adalah 40 gram/ hari (Almatsier, 2003).

7. Usaha Perbaikan Gizi Lansia

Pencegahan dalam mengurangi dan menghindari kemungkinan

gangguan kesehatan dan serangan penyakit yang cenderung menyerang

pada lansia, maka dianjurkan berpola makan yang tidak berlebihan yaitu

a. Makanan yang konsumsi bervariasi baik dalam macam bahan

makanan maupun cara memasaknya,

b. Cukup mengandung protein dan membatasi konsumsi lemak dan

makanan yang banyak mengandung lemak yang tidak kelihatan (kue,

ikan, daging berlemak dan keju)

c. Membatasi konsumsi gula, makanan dan minuman yang mengandung

banyak gula

d. Membatasi konsumsi garam dapur atau ikatan Na antara lain bumbu

penyedap atau vetsin

27

Page 18: kebutuhan nutrisi lansia

e. Cukup mengandung serat, zat pembangun dan zat pengatur dengan

makan beras setengah giling, tumbuk atau beras merah, kacang-

kacangan, sayur-sayuran dan sedapat mungkin secara teratur makan

sayuran mentah (lalap, asinan, karedok), makan buah setiap hari,

minum yang cukup, sedapat mungkin susu rendah lemak, minum sari

buah segar yang mengandung vitamin C tinggi (jeruk, tomat, pepaya)

(Almatsier, 2003). Adapun kecukupan gizi untuk laki-laki umur 60

tahun keatas adalah 55 gram/ hari, sedangkan untuk wanita dengan

umur yang sama adalah 40 gram/ hari (Almatsier, 2003).

Tabel.1. Rata-Rata AKG Yang Dianjurkan

Umur (Th) BB (kg) TB (kg) Energi

(Kkal)

Protein

(grm)Pria > 60 Th

Wanita > 60 Th

62

55

165

156

2050

1600

60

50 (Sumber: Dep Kes RI, 2004)

C. Status Gizi Lansia

Menjadi tua merupakan proses alami maka perlu memperhatikan asupan

nutrisi yang lansia konsumsi setiap hari. Pada lansia seringkali terjadi masalah

dalam hal makan yaitu nafsu makan menurun, padahal pada lansia tetap

membutuhkan asupan nutrisi yang lengkap seperti Karbohidrat, Protein,

Lemak, Vitamin dan mineral (Wulan, 2007).

Status Gizi adalah keadaan tubuh seseorang yang dipengaruhi oleh

konsumsi makanan dan absorpsi yang diukur dari berat dan tinggi badan

dengan perhitungan IMT (Indeks Massa Tubuh). Penilaian klinis status gizi

28

Page 19: kebutuhan nutrisi lansia

yaitu penilaian yang mempelajari dan mengevaluasi tanda fisik yang

ditimbulkan sebagai akibat gangguan kesehatan dan penyakit kurang gizi.

Gejala dan tanda-tanda fisik yang tampak dapat menjadi bantuan untuk

mengetahui kekurangan gizi. Adanya hambatan pertumbuhan dan

perkembangan yang ditentukan dengan membandingkan individu atau

kelompok dengan nilai-nilai normal (Depkes, 1999).

Orang-orang yang berbeda di bawah ukuran berat normal mempunyai

resiko penyakit infeksi, sementara yang berada di atas ukuran berat normal

mempunyai resiko tinggi terhadap penyakit degeneratif. Laporan FAON atau

WHO/UNU tahun 1995 menyatakan bahwa batasan berat badan normal orang

dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI). Di Indonesia

istilah Body Mass Index diterjemahkan menjadi Index Massa Tubuh (IMT).

IMT adalah alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa

khususnya yagn berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan,

maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat

mencapai usia harapan hidup lebih panjang (Almatsier, 2003).

Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/ WHO

untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan

pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang.

Akhirnya diambil kesimpulan Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia

yaitu kategori ambang batas IMT untuk Indonesia yang dihitung dengan

rumus Berat Badan (BB) dibagi Tinggi Badan (TB) dikali Tinggi Badan (TB),

dimana batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/ WHO

29

Page 20: kebutuhan nutrisi lansia

untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan

pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang. Untuk

Indonesia adalah sebagai berikut:

Tabel. 2. Kategori Ambang Batas IMT

Untuk Wanita Untuk Laki-lakiNormal (17 – 23) Normal (18 – 25 )Kegemukan ( 23 -27) Kegemukan ( 25-27 )Obesitas (> 27) Obesitas ( > 27)

Sumber : Depkes RI 2000

D. Dukungan Keluarga

1. Pengertian

Menurut sarason (1983) dalam Zainuddin (2002), dukungan

keluarga adalah keberadaan,kesediaan,kepedulian dari orang-orang yang

dapat diandalkan,menghargai dan menyayangi kita. Pandangan yang sama

juga dikemukakan oleh Cobb (2002) dalam Zainuddin (2002),

mendefinisikan dukungan keluarga sebagai suatu tempat yang ada

kenyamanan, perhatian, penghargaan atau menolong orang dengan sikap

menerima kondisinya.

Dukungan keluarga merupakan suatu strategi intervensi preventif

yang paling baik dalam membantu anggota keluarga mengakses dukungan

sosial yang belum digali untuk suatu strategi bantuan yang bertujuan

untuk meningkatkan dukungan keluarga yang adekuat. Dukungan

keluarga mengacu pada dukungan yang dipandang oleh anggota keluarga

sebagai sesuatu yang dapat diakses untuk keluarga misalnya dukungan

bisa atau tidak digunakan, tapi anggota keluarga memandang bahwa orang

30

Page 21: kebutuhan nutrisi lansia

yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan

bantuan jika diperlukan (Friedman, 1998).

Dukungan keluarga sebagai suatu proses hubungan antar keluarga

dengan lingkungan sosialnya, ketiga dimensi interaksi dukungan keluarga

tersebut bersifat reproksitas (timbal balik atau sifat dan frekuensi

hubungan timbal balik), umpan balik (kualitas dan kualitas komunikasi)

dan keterlibatan emosional (kedalaman intimasi dan kepercayaan) dalam

hubungan sosial. Baik keluarga inti maupun keluarga besar berfungsi

sebagai sistem pendukung bagi anggota-anggotanya, keluarga merupakan

pelaku aktif dalam memodifikasi dan mengadaptasi komunitas hubungan

personal untuk mencapai keadaan berubah. Berbagai bentuk kehidupan

keluarga sekarang menunjukkan berbagai kemampuan untuk menyediakan

dukungan yang diperlukan selama masa dimana permintaannya besar.

Penyakit kronis biasanya menuntut pengorbanan ekonomi, sosial,

psikologis yang lebih besar dari keluarga (Friedman, 1998).

2. Batasan Dukungan

Dukungan keluarga dipandang oleh anggota keluarga sebagai

sesuatu yang dapat diakeses atau diasakan untuk keluarga artinya

dukungan keluarga bisa tidak digunakan tetapi anggota keluarga

memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap

memberikan pertolomgan dan bantuan jika diperlukan (Friedman, 1998).

a. Jenis Dukungan

1). Dukungan Emosional

31

Page 22: kebutuhan nutrisi lansia

Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk

istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap

emosi. Dukungan emosionsl mencakup ungkapan empati,

kepedulian dan perhatian orang yang bersangkutan misalnya

umpan balik, penegasan (Smet Bart, 1999).

2). Dukungan Penghargaan

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,

membimbing dan emnengahi pemecahan masalah dan sebagai

sumber dan validator identitas anggota (Cohen, 1999). Dukungan

penghargaan terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan) positif

untuk orang tersebut, dorongan maju, persetujuan demgan gagasan

atauperasaan individu dn perbandingan positif orang itu dengan

orang-orang lain seperti msalnya orang-orang yang kurang mampu

atau lebih buruk keadaannya (menambah penghargaan diri).

3). Dukungan Instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan

kongkrit (Friedman, 1998). Dukungan instrumental mencakup

bantuan langsung seperti dalam bentuk uang, peralatan, waktu,

modifikasi lingkungan maupun menolong dengan pekerjaan waktu

mengalami stres.

4). Dukungan Informatif

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator

(penyebar) informasi tentang dunia (Friedman, 1998). Dukungan

32

Page 23: kebutuhan nutrisi lansia

informative mencakup memberi nasehat, petunjuk-petunjuk,

saran-saran atau umpan balik.

E. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

Pada Lansia

Secara spesifik dengan keberadaan dukungan keluarga yang adekuat

terbukti berhubungan dengan status kesehatan yaitu terjadinya perubahan

perilaku lansia, sehingga menurunnya mortalitas dan lebih mudah sembuh dari

sakit. Jadi dengan adanya dukungan dari keluarga maka status kesehatan

lansia akan lebih baik yang berasal dari pemenuhan kebutuhan nutrisi semakin

baik dan terkontrol. lebih meningkat. Dari berbagai strategi untuk

meningkatkan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada lansia merupakan salah satu

perawatan pada lansia dan hal ini membutuhkan adanya keterlibatan keluarga,

lingkungan sosial. Perawatan lansia sangat penting karena dapat

meningkatkan status kesehatan lansia (Friedman, 1998).

Salah satu faktor sosial yang perlu diperhatikan pada pemenuhan

kebutuhan nutrisi pada lansia adalah adanya dukungan keluarga, karena

sebagian besar lansia dalam masa kehidupannya keadaannya kurang berdaya,

membutuhkan perawatan, baik secara fisik, mental, sosial, dan finansial. Oleh

sebab itu para lansia menghadapi berbagai keterbatasan, maka lansia

membutuhkan bantuan dalam mencapai rasa tenteram, nyaman, serta

perlakuan layak dari lingkungan, dan yang lebih penting adalah mendapatkan

perhatian dengan cara mengupayakan agar para lansia tidak tergantung dengan

orang lain, dan mampu mengurus diri sendiri (mandiri) serta menjaga

kesehatan diri (Friedman, 1998).

33

Page 24: kebutuhan nutrisi lansia

Lansia dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi sangat membutuhkan

bantuan setiap anggota keluarga, hal ini disebabkan karena keadaan lansia

yang sudah terbatas kemampuannya dalam melakukan segala sesuatunya

sendiri, agar dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi mereka dapat tercapai sesuai

dengan keadaan kondisi mereka.

F. Kerangka Teori

Skema.1.1. Kerangka Teori

Sumber: Waspadji, 2003, Nugroho, 1995, Setiabudhi, 1999 dengan modifikasi

34

Status GiziPemenuhan Kebutuhan Nutrisi

1. Faktor Fisiologisa. Kejiwaan Sosial b. Ekonomis dan Medik

2. Faktor Psikologisa. Kesepianb. Duka citac. Depresid. Gangguan cemase. Psikosis f. Parafrenia g. Sindroma diagnosa

3. Faktor Sosial Budaya a. Dukungan Keluargab. Dukungan Temana. Dukungan Tenaga

Kesehatan

Page 25: kebutuhan nutrisi lansia

G. Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

Skema 1.2 Kerangka Konsep

H. Hipotesis

Ho: Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemenuhan kebutuhan

nutrisi pada lansia di Desa Tambahsari Kecamatan Limbangan

Kabupaten Kendal.

35

Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Lansia

Dukungan Keluarga