kebutuhan kalori pasien dengan penyakit jantung

16
BAB I PENDAHULUAN Kalori adalah satuan yang digunakan untuk mennyatakan energi. Kalori juga dapat digunakan memenuhi kalori minimal diperlukan untuk menunjukkan jumlah energi pada makanan. Kalori dapat diperoleh dari gizi dalam makanan yaitu karbohidrat, protein, dan lemak. Kalori ini yang akan dibakar oleh tubuh untuk menghasilkan tenaga. Untuk memenuhi kebutuhan kalori minimal diperlukan strategi dalam menyusun pemilihan makanan agar kalori tersebut tercapai. Kalori mempresentasikan bobot sehingga makanan akan dipilih berdasarkan bobot dimana kalori total makanan-makanan yang dipilih harus mencukupi kebutuhan kalori minimal pada angka kebutuhan gizi (Lichtenstein, 2006). Hasil survei yang dilakukan departemen kesehatan RI menyatakan prevalensi cardiovascular disease (CVD) di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Bahkan, 3

Upload: genio-rachmadana

Post on 14-Nov-2015

32 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

kalori

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

Kalori adalah satuan yang digunakan untuk mennyatakan energi. Kalori juga dapat digunakan memenuhi kalori minimal diperlukan untuk menunjukkan jumlah energi pada makanan. Kalori dapat diperoleh dari gizi dalam makanan yaitu karbohidrat, protein, dan lemak. Kalori ini yang akan dibakar oleh tubuh untuk menghasilkan tenaga. Untuk memenuhi kebutuhan kalori minimal diperlukan strategi dalam menyusun pemilihan makanan agar kalori tersebut tercapai. Kalori mempresentasikan bobot sehingga makanan akan dipilih berdasarkan bobot dimana kalori total makanan-makanan yang dipilih harus mencukupi kebutuhan kalori minimal pada angka kebutuhan gizi (Lichtenstein, 2006).Hasil survei yang dilakukan departemen kesehatan RI menyatakan prevalensi cardiovascular disease (CVD) di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Bahkan, sekarang dapat dipastikan, kecenderungan penyebab kematian di Indonesia bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit kardiovaskular dan degeneratif. Salah satu upaya pencegahan peningkatan terjadinya CVD dengan mengatur pola makan dan gaya hidup. Gaya hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan merokok, tidak pernah berolahraga dapat meningkatkan risiko CVD (Majid, 2007).

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Berat Badan IdealBerat badan ideal diartikan sebagai indeks massa tubuh (IMT) 18,5-24,9 kg/m2. Overweight merupakan IMT antara 25-29,9 kg/m2 dan obesitas merupakan IMT 30 kg/m2. Obesitas merupakan salah satu faktor resiko terjadinya cardiovascular disease. Peningkatan berat badan yang berlebihan bisa menyebabkan peningkatan LDL, kolesterol, trigliserida, tekanan darah, gula darah, dan penurunan kadar HDL.Banyak faktor yang meningkatkan resiko terjadinya CVD seperti pola makan yang tidak terkontrol, jumlah intake kalori berlebih, dan unsur makanan yang berlebih. Pada orang dengan resiko CVD harus ada pengontrolan tentang jumlah kalori dan unsur makanan yang dimakan, hal ini akan mengontrol kadar kolesterol total, trigliserida, LDL, HDL, dan VLDL (Lichtenstein, 2006).2.2 Konsumsi lemakLemak adalah unsur organik yang terdiri dari Carbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen(O) yang mempunyai sifat dapat larut dalam zat-zat pelarut tertentu. Dalam tubuh lemakberfungsi:a. Sebagai bahan bakar metabolisme selulerb. Merupakan bagian pokok dari membran selc. Sebagai mediator atau second messenger aktifitas biologis antar seld. Sebagai isolasi dalam menjaga keseimbangan temperatur tubuh dan melindungi organ-organ tubuhe. Pelarut vitamin A, D, E, dan K agar dapat diserap oleh tubuh. Dalam widya karya pangan dan gizi 1998 disepakati konsumsi lemak sebaiknya tidaklebih dari 25% total energi, seperti yang tertuang alam pedoman umum gizi seimbang. Dalam diet sehari-hari pengurangan lemak total dapat mempermudah pengurangan lemak jenuh dan membantu penurunan berat badan pada pasien obesitas. Asam lemak merupakan unsur utama dari lemak. Berdasarkan struktur kimianya, asam lemak dapat dibedakan menjadi asam lemak jenuh yang tidak memiliki ikatan rangkap (Saturated Fatty Acid / SFA) dan asam lemak tak jenuh yang memiliki ikatan rangkap (Unsaturated Fatty Acid / UFA). Asam lemak tak jenuh ini masih dibedakan lagi menjadi asam lemak tak jenuh tunggal (Monounsaturated Fatty Acid / MUFA) dan asam lemak tak jenuh ganda (Polyunsaturated Fatty Acid / PUFA) (Cho, 2001).2.2.1 Asam Lemak JenuhAsam lemak jenuh mempunyai potensi yang besar sekali pengaruhnya terhadap kolesterol darah. Setiap penurunan 1% kalori dan asam lemak jenuh pada diet akan menurunkan kolesterol darah hampir 3mg/dl. Asam lemak jenuh dalam diet bekerja sama dengan kolesterol yang berada dalam diet mengurangi aktifitas LDL di liver, sehingga kolesterol total dan LDL dalam darah naik, karena itu konsumsi asam lemak jenuh harus dibatasi. Bahan makanan yang banyak mengandung asam lemak jenuh diantaranya adalah kelapa, minyak kelapa, mentega, butter, susu full cream dan keju (Cho, 2001; Lichtenstein, 2006).2.2.2 Asam Lemak Tak Jenuh (MUFA)Asam lemak tak jenuh tunggal selalu mengandung ikatan rangkap antara 2 atom carbon (C) dengan kehilangan paling sedikit 2 atom hidrogen (H). MUFA dikenal juga dengan nama asam lemak omega-9. Asam lemak tak jenuh tunggal mulai menarik perhatian sewaktu melihat kenyataan bahwa kejadian penyakit jantung di daerah Medoterrian cukup rendah. Hal ini diduga karena banyaknya konsumsi MUFA yang banyak terdapat dalam minyak zaitun. Penelitian Gark dkk pada kelompok yang mendapat diet tinggi MUFA terlihat penurunan trigliserid sebesar 25% dan kolesterol VLDL sebesar 35%, sedangkan kolesterol HDL meningkat sebesar 13%. Bahan makanan yang merupakan sumber MUFA adalah minyak zaitun, kacang tanah, kedelai, daging unggas, kacang kenari, dan alpukat. Selain itu beberapa perusahaan minyak goreng telah memodifikasi kandungan lemak dengan memperkaya lemak tak jenuh tunggal (Cho, 2001; Lichtenstein, 2006).2.2.3 Asam lemak tak jenuh ganda (PUFA)Asam lemak tak jenuh ganda yaitu lemak yang mengandung lebih dari satu ikatan rangkap yang kehilangan paling sedikit 4 atom hidrogen (H). Dalam diet, asam lemak tak jenuh ganda umumnya menurunkan kolesterol darah sebagai berikut: setiap 1% kenaikan kalori dari asam lemak tak jenuh ganda dalam diet, menghasilkan pengurangan kolesterol sebesar mg/dl. PUFA dapat diklasifikasikan dalam 2 golongan asam lemak omega-3 dan omega-6 (Cho, 2001; Lichtenstein, 2006).2.2.3.1 Asam Lemak Omega-3Asam lemak omega-3 mulai mendapat perhatian setelah fakta menunjukkan bahwa banyak orang Eskimo yang mengkonsumsi energi lemak tinggi, tetapi tidak menderita penyakit jantung koroner (PJK). Mereka banyak mengkonsumsi ikan laut yang kaya akan omega-3 rantai panjang yakni EPA dan DHA dari asam linolat. Fungsi omega-3 terhadap kolesterol serta pencegahan PJK dan stroke yaitu: Menurunkan kolesterol dan trigliserida dalam darah Meningkatkan HDL dan menurunkan LDL Mencegah terbentuknya aterosklerosis, memperlambat pembentukan lemak pada dinding arteri dengan membiarkan darah mengalir lebih bebas Memperbaiki faktor pembekuan darah, mencegah pembentukan keping darah. Makanan yang merupakan sumber omega-3 adalah ikan laut yang hidup di perairan dingin seperti salmon, tuna, sarden, dan makarel. Kedelai juga merukan bahan nabati yang memiliki kandungan omega-3 (Balk, 2006).2.2.3.2 Asam lemak omega-6Setiap kenaikan 1% omega-6 akan menurunkan kolesterol total 1,4 mg/dl. Jika asupan omega-6 terlalu tinggi dapat menyebabkan pelepasan IL1 dan IL6 TNF, yaitu mediator penting yang bertanggung jawab pada perlemakan hati, gangguan difusi paru, dan gangguan sistem imun. Sumber omega-6 terdapat pada minyak nabati, kacang kedelai, jagung, padi-padian, kacang-kacangan dan benih gandum (Harris, 2006).2.3 Konsumsi kolesterolKolesterol yang merupakan unsur paling penting dari lemak berasal hanya dari hewan. Nabati sama sekali tidak mengandung kolesterol. Disamping langsung dari makanan, kolesterol juga dibentuk dalam hati dari asam lemak jenuh yang berasal dari pemecahan trigliserida. Kolesterol banyak terdapat pada daging merah (sapi, kambing, domba, babi), berbagai jenis lemak, liver, otak, ginjal, jantung, kuning telur, dan udang. Bahan-bahan tersebut hendaknya dibatasi penggunaannya dan konsumsi kolesterol hanya dibawah 300 mg/hari. Studi epidemiologi menunjukkan bahwa asupan kolesterol meningkatkan rata-rata kadar kolesterol serum pada suatu populasi. Oleh karena itu diet tinggi kolesterol berperan dalam kenaikan kadar kolesterol LDL pada banyak pasien resiko tinggi sehingga meningkatkan resiko penyakit jantung koroner (Hu, 2002; Lichtenstein, 2006).2.4 Konsumsi SeratDiet tinggi serat dapat menurunkan kadar kolesterol darah sebesar 5-10%. Mekanisme diet serat dalam menurunkan kadar kolesterol darah masih belum pasti. Mekanismenya mungkin melalui: Ikatan serat (dalam air) dengan asam empedu menyebabkan reabsorbsi asam empedu terhambat sehingga meningkatkan fecal losses Diet serat menurunkan absorbsi lemak Pembentukan asam propionik dan asam organik berantai pendek dari fermentasi serat oleh bakteri kolon akan mempengaruhi sintesa kolesterol oleh hati (Chandalia, 2000).2.5 Konsumsi antioksidanAntioksidan adalah elemen gizi yang mampu melawan radikal bebas atau racun yang masuk ke dalam tubuh. Ada 3 jenis zat antioksidan: Antioksidan primer berfungsi mencegah pembentukan senyawa radikal baru seperti selenium (Se) dan enzim SOD yang bekerjanya membutuhkan zat lain sepert imangan, seng, dan tembaga. Antioksidan sekunder yang berfungsi menangkap senyawa radikal bebas dan mencegah reaksi berantai seperti vitamin E, vitamin C, beta karoten, asam urat, bilirubin dan albumin. Antioksidan tersier yang berperan memperbaiki kerusakan sel-sel dan jaringan yang disebabkan oleh radikal bebas contoh enzim metionin sulfoksidan (Lichtenstein, 2006).2.6 Penghitungan Kebutuhan SehariMenurut American Heart Association (AHA) kebutuhan kalori untuk orang dengan CVD atau menurukan resiko CVD adalah 2000 kal/hari (Lichtenstein, 2006). Dimana di bagi menjadi: Cara menghitung kebutuhan kalori orang dalam sehari ada bermacam-macam, yaitu:

1. Menetukan IMT dan BBIRumus IMT: Rumus BBI: ) - 10%2. Menghitung BMRLaki-laki: 1 kkal x BB x 24 jamPerempuan: 0,95 kkal x BB x 24 jam3. Menentukan faktor aktifitas dan faktor stress NoAktifitasFaktorNoJenis traumaFaktor

1Istirahat di tempat tidur1,21Tidak ada stress, pasien dalam keadaan gizi baik1,3

2Tidak terikat di tempat tidur1,32Stress ringan: radang saluran cerna, kanker, bedah elektif1,4

3Stress sedang: sepsis, bedah tulang, luka bakar1,5

4Stress berat: trauma multiple1,6

5Stress sangat berat: luka kepala, sindroma penyakit pernapasan akut, luka bakar dan sepsis1,7

6Luka bakar sangat berat2,1

Setelah menetukan BMR, faktor aktifitas, dan faktor stress maka masukkan ke dalam rumus kebutuhan energi: (BMR x faktor aktifitas x faktor stress) + 10% total kebutuhan energi.

BAB IIIKESIMPULAN

Pada orang dengan CVD atau resiko CVD menjaga kalori merupakan salah satu terapi untuk mengurangi progresitiftas dari penyakit. Tujuan utama dari menghitung kebutuhan kalori pada pasien dengan CVD adalah 1. Menjaga berat badan ideal2. Menjaga kadar kolesterol, TG, LDL dan HDL dalam batas normal3. Menjaga tekanan darah tetap stabil4. Menjaga gula darah normalDiharapkan dengan melakukan perubahan pada intake kalori dan unsur makanan yang di makan dapat memperbaiki kualitas hidup.Pada pasien a.n Tn A.M dengan BB: 60, TB: 168, faktor aktifitas 1,2, faktor stress 1,7 kebutuhan kalori totalnya adalah 3231,3 kalori. Dengan pembagian:

Total karbohidrat yang harus di konsumsi oleh Tn A.M adalah 1938,78 kal, protein sejumlah 484,69 kal, lemak jenuh sejumlah 161,55 kal, lemak PUFA sejumlah 323,1 kal, lemak MUFA sejumlah 323,1 kal.DAFTAR PUSTAKA

Balk E.M, Lichtenstein A.H, Chung M et al. 2006. Effect of Omega-3 Fatty Acids on Serum Markers of Cardiovascular Diesease Risk: A Systemic Review. Atherosclerosis. pp 189:19-30.Chandalia M, Garg A, Lutjohann D et al. 2000. Beneficial Effect of High Dietary Fiber Intake in Patients with Type 2 Diabetes Mellitus. The New England Journal of Medicine. pp 1392-1398.Cho E, Hung S, Willet W.C et al. 2001. Prospective Study of Dietary Fat and the Risk of Age-Related Macular Degeneration. American Journal Clinical Nutrition. pp 73:209-18Harris W.S, Mozaffarian D, Rimm E et al. 2009. Omega-6 Fatty Acids and Risk for Cardiovascular Disease. American Heart Association. pp: 199:902-907.Hu F.B, Willet W.C. 2002. Optimal Diet for Prevention of Coronary Heart Disease. American Medical Association. pp 20:2569-288.Lichtenstein A.H, Appel L.J, Brands M et al. 2006. Diet and Lifestyle Recommendations Revison 2006. American Heart Association. pp 82-95.Majid A. 2007. Penyakit Jantung Koroner: Patofisiologi, Pencegahan dan Pengobatan Terkini. Medan. hh 1-53.12