kebqj».~,...ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak...

135
... / .. PERBANDINGAN STRUKTUR HIKAYAT MAI.,EM DAGANG DENGAN HIKAYAT POCUT > MUHAMAT OLEH': Jm,.an Ab6ullah FAKULTAS SASTRA DAN UNIVERSITAS GADJAH DILAKSANAKAN ATAS BIAYA : PROYBK PBNGBMBANGAN ILMU DAN TEKNOLOGl NOMER : 7/PITt DPPM/485/1981 TANGGAL 14 JULI 1981 ' ___ ,_' . . . I·_' .. DIREKTORAT PBMBINAAN PBNBLITIAN DAN PBNGABDIAN PADA DIREKTORAT JBNDERAL PENDIDIKAN TINQGI .. ,. ·. DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN . · *' :<' {;-- · • t 9 ·a 2 • · ..... _. __ · · · ·· ·

Upload: others

Post on 16-Nov-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

... •

/

..

• PERBANDINGAN STRUKTUR HIKAYAT MAI.,EM

DAGANG DENGAN HIKAYAT POCUT > •

MUHAMAT

OLEH':

Jm,.an ~euku Ab6ullah

FAKULTAS SASTRA DAN K&~~.o.a:~f""'

UNIVERSITAS GADJAH

DILAKSANAKAN ATAS BIAYA :

PROYBK PBNGBMBANGAN ILMU DAN TEKNOLOGl NOMER : 7/PITt DPPM/485/1981 TANGGAL 14 JULI 1981

'

.,~_-_-___ ,_' .

. .

I·_' .. • ,j~

~--,

~·_I

DIREKTORAT PBMBINAAN PBNBLITIAN DAN PBNGABDIAN PADA Mf\SYA~/;oi'W·~~ DIREKTORAT JBNDERAL PENDIDIKAN TINQGI .. ,. ·. DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBQJ».~, .

· -~ *' :<' • {;-- · • t 9 ·a 2 -· • · ~ ..... _. __ · · ·_··w:r:wli_~-; · ·· · ~":~'!IIIII·"'.

Page 2: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

··* ,; §$ ·' ,, ;t

, ····,-O;,JO·f:.t"-\·f •·- •·o;·":<•{:~>t··t,'·:··;!'f':\·-:--i \ ;·· ·H···.

. $, .- 4..7 I .

Penelitian terhadap karya hikayat dalam sastra Aceh

belum banyak dilakukan. Peneli tian ini merupakall ·l:angkah.

pertama dalam kerangka penelitian yang lebi.h ael».as dan .- ·;

mendalam, ialah penelitian ge~re hikayat+~a':tam ~si sas-

tra Aceh.

Bertolak dari pendapat Snouck Hurgronje ,ang mengata­

kan bahwa pada umumnya karya hikayat dalam sastra Aceh le ...

bih dahulu tercipta secara lisan, dat~cbaru diturunkan

dalam bentuk tulisan setelah ka~ya itu dikenal atau dige­

mari oleh masyarakat penikmatnya (Snouck, II, 1.906:66),

di sini dijadikan tolak utama penelitian.

H;i,kyat ~lam Dasang Cselanjutnya disingltat HMD) cJWl •

Hikayat Poeut Muhamat (selanjutnya disingkat BPM), berto-

lak dari pendapat di atas, dapat diduga kemungkinan kedua­

nya juga berasal dari tradisi lisan yang kemudian diturun­

kan ke dalam naskah tertulis. Penurunannya ke dalam naskah

mungkin-audah mengalami pembetulan-pembetulan, atau peru-...

bahan-perubahan tertentu, tetapi meskipun demikian mesti­

nya masih tersimpan juga unsur-unsur puisi lisan di daJam

kedua teks ters:ebut. Penelitian ini mencoba meneliti teks

manakah yang paling dominan memperlihatkan cdri-ciri ke­

lisanannya.

Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda

juga akan dapat menunjukkan konvensi yang dibawa ol•h IDa•

sing-masing hikayat yang mungkin menunjuk kepada zaman pen­

ciptaannya, sehingga dengan demikian memperlillatkan perbe­

<iaannya dengan karya yang lebih kemudian.

Selanjutnya patut dijelaskan di sini, bahwa dalam pe­

lakeana.an penelitiaz:,., telah diadakan sedikit perubahan at&el . . .

rencana kerangka pembahasan semul.a. Hal ini terpaksa dili&-

kUkant dengan lllalten&4 un:t'Uk mengurangi jumledt RlaJ'IIall lapor-

--~

1 ~ l

Page 3: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

ii

an mev,gingat biaya yang tersedia. Perubahan tersebut tvru­

tama berhubungan dengan pembahasan struktur cerita 1 dan

penokohan. Struktur cerita digabung pembahasannya dengan

ringkasan cerita, sedangkan pembahasan penokohan digabung- ~

kan dengan pembahasan amanat. Kerangka pembahasan yang la-

innya tidak mengalami perubahan.

Akhirnya dalam kesempatan ini disampaikan rasa terima

kasih yang dalam terutama kepada Direktorat Pembinaan Pe­

nelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, Direktorat Jende­

ral Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

yang telah memberi kepercayaan dan kesempatan $erta mengu­

sahakan biaya bagi penelitian ini. Kemudian ucapan terima

kasih yang sama juga disampaikan kepada Lembaga Penelitian

Universitas Gadjah Mada yang telah membantu terlakse.nanya

rencana penelitian ini. Selanjutnya ucapan terima kasih

yang sama disampaikan kepada Dekan Fakultas Sastra dan Ke­

budayaan Universitas Gadjah Mada yang telah menyediakan

sarana yang memungkinkan penelitian ini dilakukan; Direktur

Museum Pusat Jakarta yang telah membantu kami memperoleh

berbagai bahan yang diperlukan bagi penelitian ini. Begitu

juga rasa terima kasih yang dalam disampaikan kepada

Dra.Siti Sundari Maharto yang telah bersedia mengarahkan

dan membimbing kami, sehingga memungkinkan penelitian ini

terlaksana sebagaimana mestinya, namun demikian segala ke ..

salahan dan kekurangan yang mungkin terdapat di dalam la­

poran ini, semuanya teralamat kepada pelakaana penelitian.

Yogyakarta, 30 September 1982

Pelaksana Penetitian,

Imran T. Abdullah

' "

·~ I j

Page 4: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

PRAJ<!AT.ft.

DA~AR ISI

( <

DJJTAR ISI

INTISARI PENELITIAN

I. PENDAHT.JLUAN

4l

halaman

i

iii

'V

1

1. La.tar Belakang Persoalan dan Manfaat Penelitian 1

2. Tinjauan Pustaka yang Berkaitan dengan Peneliti-

an

II. CARA PENELITIJLN

1. Cara Pengumpulan Data

2. Bahan dan Ala t yang Dipakai

3. Jalannya Penelitian

4. Cara Menga.nalisis

5. Xutipan dan Catatan Kutipan

6. Ejaan dan Tanda Baca

III. TRADISI HIKAYli.T DALAM SASTRA ACEH

1. Penikmatan Hikayat

2. Jenis Puisi Hikayat

IV • STRUKTUR CERITit. HMD DAN HPM

1. !ingkasan Cerita

2. Struktur Cerita

V • AMANA'!' DALAM HMD DAN HPM

1. Amanat dalam HMD 2. Amana t dalam HPM

~

6

6

6

7 8

11

12

14

14

16

25 25 39

51 51

56

. n. ~IAN KATA GANTI ORANG DALAM HMD DAN HPM 60

1. Bel'ltuk Kata Ganti Orang dan Pemakaiann,.a da.lam 60

B~asa Aceh 2. Gejala Pellakaian Kata Ganti Orang yang Terlihat

dalam HMD

iii

'ij

• "'i~',r~\'~~

Page 5: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

iv

VII. ASPEK P.EMBENTUKAN PUIS I DALlt.M HMD \Uf HPM 83 1 • Unsur Formula yang Mengkonvezua~ 83 2. Repetisi dan Paralelisme se~aai Uneur

Formula 109

3. Sinonim dan Gelaran sebagai B.,gian da!'l Unsur Formula

VIII. KESIMPUL.AN

DAFTAR PUSTAKA

., ..

..

,.,f,

121

127

129

Page 6: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

INTISARI PENELITIAN

1. Judul Penelitian

2. Nama Ketua Pe1aksana

3. Jangka waktu penelitian

PERBANDINGAN STRUKTUR HIKAYAT

MALEM DAGANG DENGAN HIKAYAT

POCUT MUHAMAT

Imran Teuku Abdullah

a. Menurut surat perjanjian : 30 September 1981

·tember 1982

30 Sep- ·

b. Realisasi pe1aksanaan

4. Bahan yang dite1iti (obyek

pene1itian)

5· Tahun anggaran

6. Faku1tas

?. Bidang Ilmu

INTISARI ................... _ a. Q._a,.r~~eE£adakan 12eneli tian

: 30 September 1981 - 2 Okto­

ber 1982

Teks Hikayat Malem Dagang

suntingan H.K.J. Cowan (1937?

dan teks Hikayat Pocut Muhamat

suntingan G.W.J.Drewes (1979).

1981/1982

Sastra dan Kebudayaan UGM.

Sastni

Pene1itian dilakukan dengan dasar tolak memperbandingkan

unsur struktur kedua hikayat. Untuk keper1uan itu, maka

terlebih dahulu dikumpulkan data ~edua hikayat sesuai de­

ngan maksud tersebut, menge1ompokkan unsur-unsur atau motif­

motif' yang sama, dan menyendirikan unsur-unsur atau motif­

motif yang khas. Setelah itu barulah diadaka.n analisis ber­

to1ak dari teori yang dipakai.

b. KesimEulan hasil 12enelitian

Memperhatikan struktur cerita, aspek puisi, dan pemakaian

kata ganti orang pada kedua hikayat, memperlihatiJ:>ahwa ciri­

cir-i puisi 1isan atau penciptaan secara lisan lebih dominan

di dalam HMD daripada HPM. Memperhatikan cara p_enyair ~embe­

berk.an cerita danc.corak pemakaian kata ganti orang, mungkin

.v

Page 7: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

vi

sekali HPM diciptakan oleh ptnyair yang dekat dengan ling­

kungan istana, sedangkan HMD ,, mungkin lahir di kalangan rak­

yat yang jauh dari istana, tetapi mungkin_juga karena per•

bedaan masa kedua karya itu tercipta. Kepahlawanan Malem

Dagang ada dalam rangka melaksanakan misi pengislaman. Ke­

pahlawanan Pocut Muhamat ada dalam rangka menegakkan peme­

rintahan yang sah, menegakkan wibawa Raja Muda. Sanjak, je­

nis ikatan puisi yang dipakai di dalam hikayat, adalah me­

rupakan puisi-cerita yang berkembang dari tradisi puisi

masyarakat Aceh sendiri.

Page 8: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belaka.ng Pe:rsoal!n dan Mafltaat Penelitia,n

HMD dan HPM keduanya merupalcan karya epik yang mengisah•

kan kepahlawanan Malem De.gans dan Poeut Muhamat. Snouck Hur­

gronje me-.stikan bahwa HMD ada1ah satu-satunya jenis epik

tertua dalam tradisi sastra Aeeh, d:lperki:rakan be:rasa1 dal-i abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan­

dar Muda (1607-1636), sedangkan HPM diduga dieipta dalam pe:r­

tengahan abad 18 (Snouck, IIt 1906r88). Teks HMD yang dijadikan obyek penelitian ini berasal da•

ri hasil suntingan H.K.J .cowan (1937), selurUhnya teks ini

memuat 2260 larik. Teke HPM yang dipakai adalah basil sunting*

an G.W .• J .Drewes (1979), eeluruhnya memuat 2765 1arik. Kedua

hikayat ini·memperlihatkan ciri-cirinya yang khas 1 baik dari

segi susunan penoeritaannya maupun dari segi sistem penyusun­

an larik-larik puisinya. Bahasa yang dipakai dalam HMD terli­

hat lebih khas dibanding dengan HPM. Dalam HPM tidak tereua

simbol-simbol babasa yang asing·, sedangkan dalam HMD terdapat

bebe:rapa simbol bahasa yang tidak dikenal lagi dalam peJialcai­

an bahasa Aoeh sekarang ini. Untuk sekeda:r oontoh, dikutip

di s:tni tiga buah ia:rik yang menunjukkan hal dima.k.sud.

( 1 ) Manga t reujang nyan j i t6m bloe , keu boh t;Ujoe !ffii!u:!ifbf Supaya oepat terjual, kepada buah randu pun} kUtawaf'ka#

(2) Hana anco nanggroe k3e, han sieupak a~e di raja g.ta Tidak hancu:r negeriku, tidak seoupak abu dipunyai J-ajalh

(3) timang boh .nanggroe s:l.droe kuge'W1ggam, l.hle al'le 3P iW rtlkin peutua . Lima 'buah nes-ri sendiri kugenggam1 tiga be.at'bu ji.Jstu. hi· tam qarat petua.

Semua larik di atas diucapkan oleh Raja Si Ujut ketika

1a bertengkar dengan Raja Raden. Larik (1) berupa anoa.M_,.t.

bahwa ia akan mensalahk&n Aceh, dan mea3Ul zoakptn7fl •••pi budak ·11U18 hina. Buah randll di s:Lni ,.,..SCia menpakau aiabel

1

Page 9: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

2

hinanya rakyat Aceh yang dimaksudkan itu. Larik (2.) mungkin

merupakan simbol untuk menekankall. miskinnya raja Aoeh, se­

bagai raja yang makmur mungkin diukur pada banyak sedikitnya

memasak untuk kebutuhan perajuritnya, tetapi kalau abu (da­

pur) nya "tidak sampai seoupak" banyaknya, berarti yang ber­

sangkutan bukanlah raja.yang besar. Larik (3) lebih asing

lagi simbol yang ditampilkan, sehingga sukar dicari kemung­

kinan asosiasi pikiran pada ungkapan ters,bUt. Ketiga ungkap­

an di a tas tidak dikenal lagi dalam kehidupan bahasa Aoeh se­

karang ini. Corak bahasa dalam HPM lebih dekat dengan pema­

kaian yang hidup sekarang, banyak unsur bahasa Melayu 19-ng

terambil di sini, di samping juga terdapat beberapa bait pan­

tun .. HMD sangat sedikit unsur bahasa Mel.ayu yang terserap di I

dalamnya, begitu juga unsur pantunnya. Hal ini mungkin me-

nunjuk kepada umurnya yang lebih tua, tetapi di samping itu

HMD juga memperlihatkan ciri-cirinya yang lebih dekat dengan

sifat-sifat puisi lisan.

Menilik kepada sifat dan corak puisi dalam kedua hika­

yat ini 1 maka langkah pertama dalam penelitian ini adalah

menjajaki oiri-ciri puisi dalam genre hikayat, selanjutnya

mengungkapkan aspek-aspek penceritaan dan pandangan terhadap

raja. Lewat tiga masalah utama yang hendak diteliti init di•

harapkan dapat diketahui pula perbedaan karya lisan 'dengan

karya tertulis, karya prodUk istana (pujangga istana) dengan

karya yang lahir di tengah-tengah rakya t. Kedua kemungkina.n

terakhir ini, barangkali akan dapat pula diperjelas lewat

aspek pemakaian bahasa, dalam hal ini pemakaian kata ganti

orang. Pemakaian kata ganti orang dalam bahaea Aoeh, dapat

menentukan halus kasar.nya si pembicara.

Penelitian terhadap jenie puisi hikayat dalam sastra

Aceh, sampai sekarang belum pernah dUakukan secara khusus.

Penelitian ke arah itu sangatlah penting dalam rangka men8-"

mukan ~orak umum puiei masing-masing daerah di Indonesia,

agar dapa t memberikan ewnbangan bagi ranoangan penulisan teo-

Page 10: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

ri sastra Indonesia·7ang bertolak dari bumi sendifd.t sesJM,'l

dengan konsep wawasan sastra Nusantara :rang sEidaJ.\1 digal.-.\c-• t,l'}

kan dewasa ini.

2. Tinjauan Pustaka yang berkaitan dengan pen!litian

Kebanyakan pembahas sastra Aoeh t'idak membioarakan rna- .

salah puisi yang menjadi oiri-oiri khusus hikayat dalam tra­

diei sastra Aceh. Mereka tidak pernah mempertanyakan mengapa

hikayat dalam tradisi sastra Aceh kalau ditulis dalam bentuk

prosa memak~d bahasa Melayu, bukan bahasa Aoeh, seperti hal ...

nya deng~ Hikayat Raja-raja Pase, Hikayat Aceh 1 dan lain­

lain. Kebanyakan pen·eli ti lebih tertarik membicarakan isi

hikayat yang diteliti itu, diulaa ·menurut keoenderungan per­

hatian mereka masing•masing.

Cowan misalnya, mencoba menjajaki fakta sejarah yang

terungkap dalam HMD. Oleh keoenderungan tersebut, maka teks

yang disuntingnya tidak diusahakan menterjemahkaJ'lllYa secara

interlinier, melainkan diringk8s isinya dalam tiap sepuluh

larik. Damst& meskipun menterjemahkan larik .... larik Hik:a.:a~

Prans Sabi (1928) secara interlinier ke dalam bahaaa Belanda, tetapi maksudnya adalah hendak menjelaskan isinya. Hal ini

didorong oleh rasa ingin tahu, kisah apa yang dikandung je­

nis hikayat tersebut, sehingga mampu mengge:r:-akkan semangat

kepahlawanan rakyat Aceh melawan invasi Belanda. Seperti

Cowan, ia juga tidak sampai pada pembahasan se~i-segi sastra­

nya. Amshoff yang me~gambil gelar doktor dengan pembahasan

Hika.lat Putroe Gumbak Meuih (1929), mencoba melihat karya

ini dari segi sastra dengan p1enjelaskan pola ceritanya 1 men­

cari persamaan-persamaan dengan cerita-cerita rakrat pa4a babgea lain di Timur Tengah dan India, mencari motif-motif

oeri ta, dan juga mencoba menjelaska.n bentuk puiei yang ter­

dapat di dalamnya. Tetapi bentuk puisi yang dijelaskan itu

berhenti pada eoal rima saja 1 tidak ada penjelasanlebih men­

dalam mengenai cara pembentukan larik, fungsi jumlah suku ka-

Page 11: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

ta dalam larik; dan sebagainya. Drew~s dengan baik sekali

telah menterjemahkan HPM seClara interlinier ke dala.m bahasa

Inggris, sehingga dapat diketahui pengertian yang dikandung

masing-masineitersebut yang kebanyakan kata-katanya sudah

klasik, sudah jarang dipakai. Tetapi Drewes juga tidak mem­

bicarakan masalah bentuk atau gaya puisi yang terdapat di

dalam HPM, ia berhenti pada pertanggungjawaban oara kerja

dan proses penyuntingan teksnya. Hanya sedikit disinggung

sistem persajakan dan ciri-ciri ·puisi lisan. Llarik Snouck Hurgronje menjelaskan bahwa kedua hikayat yang

diperbandingkan ini berasal dari tradisi lisan, lebih lanjut

ia menjelaskan bahwa HMD lebih tua dari HPM. Dalam membica­

rakan ciri-ciri puisi hikayat ia juga berhenti pada penjelas­

an bentuk umum saja, tidak mencoba membandingkan perkembang­

an bentuk puisi hikayat itu menurut umur naskah yang dibioa­

rakannya. Tidak ada penjelasan lanjut tentang oara penyam•

paian hikayat, serta jenis hikayat yang digemari ketika itu.

Hanya James Siegel (1979) sajalah yang mencoba menjelaskan

oara hikayat itu dibawakan di depan penikmat, tetapi penje­

lasan-penjelasan Siegel di sini hanyaberupa potret kesewak­

tuan saja, maksudnya tidak ada usaha untuk menelusuri tradisi

tersebut, ia hanya menerima seperid apa yang dilihatnya keti­

ka itu. Dan kesannya bahwa resitasi hikayat terlalu berhanyut

dengan kata-kata berbunga belaka dengan metafor yang tidak

mendukung pengertian, menunjukkan bahwa ia kurang memahami

hubungan hikayat dengan tradisi lisan yang sudah berlangsung

lama itu. Selanjutnya tentang ciri bentuk puisi hikayat, per­

nah dicoba oleh Cowan (1935) mencari pers~annya dengan pui-~·' ..

si yang diucapkan d.alam upacara ri tus di Campa.; O:et.:lpi kesa-j.

maan yang dicoba coookkan itu hanya terbatas pada jumlah ka-

ki (feet) larik be•erta persajakannya. Usahanya ini hall)'e.

terbatas pada satu jenis puisi mantra saja, tidak meliput1

i j

~

Page 12: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

5

seluruh tradisi puisi yang ada dalam·khasanah sastra Campa.

D{lri uraian di atas dapat;J.ah diketahui bahwa tinjauan­tinjauan tersebut dengan sendirinya belum mengungkap masa­

lah tradisi hikayat dalam sastra Aceh, beserta seluk-belUk puisi yang terdapat di dalam genre ini.

Page 13: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

Cara penaumpulaa data 4apat d.iuraika.n eebagai berikut: .

a. 'l'erlebih dahUlu meapela~ari ob7ek 1ans allan ditelitit ia-. . lab perbandinpn HMJ> dan RPM. Setelah measetahui maaalah · 7alll munpin diaunculkaa untuk 41perbanciSJlgku. 1 llaka di­

buatlah keraqka ren~a.na :penelitimh

1h Mencatat data kedua hika7at seauai denpn kerangka. pem­

bahaaan tans telah disuaun sehingga memungkinkazl dilaku­

kan perbandiftpn utara keduuqa.

c. Membaoa buku ... buku teor!, 1ana 'berhubWJ.gan dengu masalah

tang akan dibahaa, khua'Ua7a menpaai hikqat dan puiai

lisan. Men,atat data 7&218 d1per1Wca.n uatuk me!Q'Okong pem­

ba.hasan kedua hika,.at ttaraebut.

d. Melllpelajar! artikel-artl\cel atau peJibahaaan-pembahasan

;yang ada hubunga2U17a BMD ·t&n BPM untuk mengetahui apa

tang telah cU.bicaraka» da~ apa rang belWDe

2. Bahe ·da.Jl .alat .zec diJ?!kai

Bahan dan alat yang dib•tuhkan dalam penelitian HMD dan BPM adalah ee~gai ber!kutt

a. Bahan-bUan c

1 • 'l'eka BMD daD HPM beaerta ~mbahaean 7ans dUakUkan oleh kedua pen7unting.

2. Tuliean-tuliean lain tang \erhubungan dengan hika7at dan

puial pada WIIUDJ& dalaa tradiai sastra Aceh. J)i sampiag

itu diperhatikaD pula peab1caraan meqenai tata 'bahasa Aceh dan bahan kailUa.

'· B'*Mt.teori 7&ng 'berkeiWUl 48ap.n hikqat dan puiai liec. 4. Kel"taa kettle, kertas buraa dan pita aeain tik utuk pall•

CJata tan data dan penu1'-aan 4ratt lapora11.

6

Page 14: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

$. Buku tulia de notes untuk membuat catatan-catatan.

6. Foto ¢oil, dibuat untuk artikel-a.rtikel ;yang sulit d1-

peroleh dan untuk keperluan menterjemahkabn;ya ke dalam

bah&$& Indonesia,.begitu juga bab·bab tertentu dari bu­

ku-b.uku teori ;yang sulcar diperoleh.

7

7. Kertas HVS dan paper stenai1 (sheet) serta tinta stencil

untuk membuat laporan akhir.

b. Alat-alat

1 • Bak tempat menyimpan kartu sistem

2 • Lemari kec il tempa t menyimpan data

3• Stepler, reverator, alat tulie.

3. Jalannya Penelitian

Jalan!l;ya penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Membaca dan mencatat data kedua teks bikayat yang hendak

diteliti ini dapat dilakukan tanpa mengalami kesukaran

apa-apa 1 setelah kerangka rencana penelitian tersusun.

Kedua teks dapat diperoleh di Yogyakarta, pa.da Fakultas

Sastra dan Kebudayaan WM., sehingga t.idak perlu mencari•

n;ya ke perpusta-,L atau kota yang lain yang membutuhkan

biaya perjalanan. Lkaan

b., Kesukaran dialami dalam usaha mengumpulkan pembahasan­

pembahasan mengenai hika;yat dan puisi dalam tradisi sas­

tra Aceh, pembahasan yang berkaitan dengan kedua hikayat

ini, serta pembahasan mengenai bahasa Aceh. 'Untuk keper­

luan tereebut teJ"paksa diadakan bia;ya perjalanan ke Ja ..

karta 1 terutama ke Mwseum Pusat dan Lembaga Bahasa.

c. Setelah pembabasan-pembahasan tersebut sebagian besar

·berhasil difoto con timbul pula masalah baru, ialah ma­

salah penterjemahan, sebab hampir semua pembahasan ter­

sebut di tulia dalam bahasa Belanda. Karena ma.halnya bia­

;ya untuk keperluan tersebut, sedangkan bia;ya yang terse-

., ;

Page 15: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

8

dia untuk poe terje..U.n tidak mencukup1 1 terpakea dipi­

lih artikel yang penting•penting saja diterjemahkan.

4. Cara Menganalisis

Setelah selesai data dikumpulkan dan dicatat1 lalu dia­dakan pengelompokan .. pengelompokan menurut oiri-ciri yang se­

rupa di antara unsur-unsur yang diteliti. Masalah-masalah

yang sama, motif-motif yang sama 9 teknik pence-rita.an dan tek­

nik pembentukan larik yang sa.ma, di sa.mping .itu juga me.ven­

dirika.n hal-hal yang tidak sama 9 yang khwsus.. Kemudian dio:­

susunla.h laporan sesuai dengan teori yang menjadi dasa.r, di­

susun ke dalaa bab•bab menurut masalahnya. l{emudian diambil

keaimpulan berdasarkan data yang tel.ah terkumpul tersebut.

Khusus mengenai struktur penoeritaan dan struktur puisit

aehubungan dengan penjajakan pada proses penjadia.nnya, di si ..

ni orientasi diletakkan bahwa kedua kar,ra. ini berasal dari

tradisi lisan. Hal ini sesuai pula de.gan pendapat Snouck

Hurgronje bahwa umumnya. karya hikayat dalam tra.disi sastra

· Aceh lebih dulu tercipta secat'a liaan, kemudian be.ru ditu- ·

~ ke dalam bentuk tul;isan ·oleh· penggemar..penggemat"nya

(8nouok, ·II, 1..9()6:66). Untuk meil7oko.ng asumsi bahwa kedua

hika.Jat ini berasal dari tradisi lisant maka di sini dipaka.i

teo:ri fo.rmul.a ;yang· dikemukakan o.leh Albert B.Lord. Su.dah ten­

tu teori tersebut tidak sepenuhnya. dapa.t diterapkan pada. pe­

nelitian ini, sebab obyek penelitiann,.a. ~berbeda, dan cara

peneli tia!l 7&111 dil.ala:lklu1 juga be:rbeda. Lord mencari · pe11be•

daan cara pen,.ampaia!l sebuah epos dalam berbagai kesempatan,

sedangkan penelitian.ini me~bandingkan dua teks hikayat yang

sudah tertulis untuk membukt1kan yang manakah yang paling

domi!lan ciri-ci:ri puisi lisannya•

Penyail"' lisan mempunyai kaidah-kaidah tertentu dalam

proses· penciptaa.n hik.ayat yang disajikam:tya, yang kelihatan•

nya lahir see:ara spontan, mengalir larik demi larik dari

I

.~ I

Page 16: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

9

mulutnya. Kaidah-kaidah ini oleh Milman-Parry disebut seba­

gai "formula .. , ialah sekelompok kata yang berulang•ulang di­

pakai untuk mengungkapkan pikiran-pikiran yang hendak ditu­

angkan penyair dalam eeri tanya. Bagi penyair lisa.n penarnpil­

annya juga berarti penieptaan, sebab pada saat itu juga ia

harus m.enggu'b&h oeri ta lewat penoiptaan larik•larik puisi

yang merupakan alat penyampaiannya (Lord, 1976: 14). Sumber dari kelancaran pembentukan larik-larik puisi­

nya• sepenuhnya tergantung pada luas tidaknya penguasaan for­

mula oleh sang penyair. Ia harus mempelajari berbagai bentuk

formula yang dibutuhkan agar mampu mengungkapkan pikiran-pi­

kiran yang hendak dikomunikasikannya kepada penikmat. Bentuk­bentuk formula yang didengarnya dari penyair lain harus da­

pat diserap untuk memperkaya ekspresinya (Ibd.; 22). Sebab problem u\ama bagi penyair lisan adalah dalam usaha membangun

larik yang satu setelah larik yang lain diueapkan, bahkan se­

belum kata yang terakhir selesai diueapkan ia harus sudah si ...

ap dengan larik berikutnya, tetapi penya:ir dalam menyampaikan

puisinya juga tidak penuh•penUh t.erikat dengan formula. Tek­

nik formula dikembangkan untUk melayaninya sebagai seniman,

tidak untuk memperbudaknya. Hal inilah sesungguhnya yang men­

jadikan masing-masing penyair dapat memperlihatkan kekhusus­

an gqa dalam penyampaian; sebab dalam pemakaian frasa atau

kelompok kata eiap paka:L yang memili]:ci berbagai variasi pola

dan penyusunannya di dalam larikt membutuhkan tenaga keteram-. .

pilan yang besar.·

Kesulitan pemakaian frasa atau kelompok kata eiap pakai

init ditambah pula oleh keterbatasan jumlah suku kata dalam

larik yang memaksa penyair memperhitungkannya untuk kepenting­

an ina.ma, di samping maealah pereajakan• Dalam pereajakan me·

nyangkut pula pola pemakaian kataa sinonim, antonim, epithet,

dan lain-lain. Dikatakan oleh Lord bahwa formula dalam puiei

lisan tidak terbatas hanya pada bagian-bagian keeil oerita sa-

Page 17: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

ja, tete.pi sesungguhnya meliputi• seluruh oerita (puisi)

(Ibid.: 47). .

10

Terlihatlah bahwa sebenarnya formula tidak hanya ber­

henti pa.da hal pemakaian kelompok kata saja, tetapi juga

akibat dari pemakaian kelompok kata tersebut yang bertalian

dengan masalah r.Lma, persamaan bunyi yang mempengaruhi cara

pemenuhan jumlah suku.kata dalam larik. Dari usaha pemenuh­

an larik ini timbullah aspek.;.aepek keui tisan yang .lain se­

perti: paralelisme, repetiei, pleonasms {sinonim), dan pe­

ra.nan unsur epithet (gelaran, julukan), semua ini dikenal

sebagai ciri-ciri puisi lisan (Ibid.: 32-36). Milman-Parry

menambahkan satU: oiri lagi daripa.da puisi lisan, yang dina­

mainya "gaya tambahan" (adding style), ial~ sedikitnya ·un­sur enjambemen (Ibid.: 54).

Teori Pa.rry-Lo:r:-d ini telah mendorong para a.hli untuk

mengujinya. lewat berbagai penelitian terhadap karya•karta

klasik yang ternyata banyak memberikan kesesuaian,. sehi~gga

mengantarkan Magnuplpda kesimpulan bahwa pola formula pui­

si lisan (o·ral toi"mulaie styl.e) merupakan pangkal tolak da­

lam membedakan puisi lisan dengan puisi tertulis (Ruth Fin­

negan, 1977:68). Tetapi di samping hal positif tersebut 1

masih terdapat pula beberapa perbedaan pendapat mengenai

teori ini, terutama karena ternyata prosentase unsur formu­

la bisa terdapat dalam jumlah yang eama antara puisi lisan

dengan puis :I. tertulis. Hal ini dibuktikan dalam penelitian

puisi klasik Inggris dan puisi-puisi lisan pada ~u bangsa

Xhosa dan Zulu di Afrika Selatan. Penyair-penyair. Af'r-Slta Se­

latan ini ternyata dalam men.cipta puie!li tulia pun memperli­

hatkan unsur formula yang sama dengan puisi lisannya. Juga

penyair Yugoslavia, cerita yang mereka sajikan tidak semua­

nya sungguh-sungguh dieipta secara l.isan, banyak pula yang

mendasarkan eeritanya (baik secara langstmg ataUpun tidak)

pada n.askah tertulis (Ibid.: 69-72). Lebih lanjut Ruth Fin­

negan1 dalam uraiannya mengenai ciri-ciri puisi 1isan, juga

.,

Page 18: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

11

menolak repetisi (termasUk ke dalamnya paralelisme), sebab

repetiei merupakan ealah satu ciri utama yang membedakan

puisi dengan prosa. Jadi repetisi bUkan ciri-ciri satu ... sa ...

tunya yang hanya dimiliki oleh puisi lisan, ia juga d:i.kenal

oleh puisi tulia. Tetapi di eamping itu Ruth juga mengakui

bahwa repetisi tidak hanya memudahkan penyair dalam menyusun

larik-larik puisinya dengan oepat dan juga memudahkan para pendengar menangkap apa yang dieampaikan penyair (Ibid.:

129-131). Keraguan yang diungkapkan di atae belum berarti teori

formula Parry-Lord gagal. Prinsip bahwa puisi lisan memiliki

.kaidah-kaidah tertentu yang akan membantu penyair menoipta­

kan larik-larik puisi secara mudah dan cepat, adalah sesuatu

yang sangat wajar. Bahwa unsur-unsur itu kemudian juga ter­serap ke dalam penoiptaan puisi tulis bukanlah sesuatu yang

mustahil, seperti repetisi misaln;ya. Mengingat teori formula

ini banyak sekali seluk-belukn;ya, lebih-lebih karena obyek

;yang dibahas berasal dari rumpun bahasa yang berbeda dengan

bahasa•bahasa Nusantara, maka beberapa hal mengenai sintak­

sis dan perobahan kata kerja tidak mungkin diterapkan di si­

ni. Dan bertolak pada prinsip bahwa unsur formula itu meru­

pakan kaidah yang memudahkan pen;yair menggubah puisinya, ma­

ka pengertian itu ditafsirkan di sini aecara longgar. Pemba•

hasan ;yang akan dilakukan pun tidak secara mendetail meliputi

seluruh aspek yang mungkin ditemui, tetapi dibatasi han;ya pa­

da aspek ;yang dipandang menonjol saja.

5. Kutipan dan Catatan kutipan

Kutipan larik-larik untuk menjelaskan atau melengkapi

uraian yang dimaksud, selalu disertai dengan nomor larik,

maksudnya agar bagi yang berminat bisa memeriksanya lebih

lanjut dalam teks kedua hikayat ;yang diteliti. Kutipan-kutip­

an lartk tersebut, ;yang lebih ideal memang sebenarnya harue

. -;,q

Page 19: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

12

dimasukkan ke dalam lampiran eehingga data maeing-ma.singnra

dapat termuat seoara lebih banyak, tetapi karena kesempitan

waktu dan biaya, hal yang demikian terpaksa tidak dilakukan,..

Catatan kutipan untuk bUku.-buku yang terpakai dalam ·pe ...

nelitian ini, dis•rtakan di dalam teks, mengikuti Ped.oman

Penulisan Lapdran Penelitian yang diterbitkan oleh Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, Jakarta (1978}.

Daftar pus taka, baik untUk buku-buku dalam tinjauan pus­

taka maupun untuk buku sumbe~: kutipan khusus ( referensi) di­

masukkan ke dalam satu daftar pustaka, sebab dalam pembahasan,

buku-buku yang ditunjuk dalam daftar tinjauan pustaka masih

terpakai juga sebagai referensi (rujukan) dalam pembahasan ..

6. EJaan dan tanda baca

Ejaan dalam kutipan larik diusahakan menyesuaikannya de­

nga.n Ejaan Yang Diperbaharui, meskipun harus dicatat pula ada

dua hal yang berbeda:

( 1) kh da.lam bahasa Aceh tetap merupakan dua tanda bunyi, ke­

dudukannya sama dengan: th, ph; lh, dh, dan lain-lain.

Contohnya: tho (•kering), phuy (=ringan), lheueh {=lepas),

dhoe (=dahi) , kha (:::berani).

(2) bunyi i diftong pada suku akhir tetap ditulis dengan y,

maksudnya adalah untuk menghindal"i salah ucap seperti

yang umum terjadi dengan ucapan dalam bahasa Indonesia,

misalnya: petai diueapkan :pete, ramai diucapkan .!!!!,t.

cabai diucapkan .!!!!.• atau menghidupkan bunyi i 1 seperti

yang terdapat dalaa kata: dinamai, dilampa,ui, dan seterus­

nya.

Contohnya: · kapay (=kapal), ko'oy, (=kaul), apuy {=api),

meuhey (:::panggil).

Tanda baca pada prinsipnya sa~ deni'Ul s.istem tanda · baca

yang dikemukakan oleh Snouck Hurg:tenje (1900), lloe~ein Djaja-

·I

Page 20: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

13

diningrat (1934), Drf)wes (19?9), hanya satu tanda yang ber­

beda, karena kesukaran dalam pengetikan, ialah pel"bedaan

antara tanda glotalstop (hamzah) dengan tanda .ain (yang

ditandai dengan satu kama di belakang huruf bersangkutan),

di sini ditandai dengan satu tanda ('), misahya dalam ka•

ta: la'ot, la•&J:L (=lautt lain), dan kata: 'ohnan,, tu•at

(=sampai disitu, pendek)~

Tanda bunyi Bunyi. o, adalah

dimaksud adalah sebagai berikut:

btltlyi o seperti yang terdapat dal~m ·

kata: julo-julo, radio, pidato.

Bunyi ', adala.h bunyi e seperti yang terd.apat dalam kata: onde-onde,·lotre, sate, cabe.

• Bunyi 3, adalah bunyi e seperti yang terdapat dalam k&ta;

bebas, bea, berea, prates.

Bunyi eu, adala.h bunyi yang diucapkan sama dengan kata: hi•

deung (a:hitam), beureum (amerah) dalam bahasa Sunda.

Bunyi a, adalah bunyi yang terletak antara o dengan e, mung­

kin dapat disamakan dengan bunyi o yang terdapat dalam baha­

sa Jawa Kuno untuk kata: rengo (=mendengar) 1 wcir (=terbang).

Bunyi 3e, adalah btmyi·e yang diucapkan lebih panjang, se­

perti dalam kata: lh3e (:;;tiga), k3e (=aku). Bunyi panjang

dengan tambahan e ini terdapa t juga dalam pasangan yan~ la­

in, misalnya pasangan oe (dalam kata: putroe (::putri),

nanggroe (=negeri), peutoe (::peti), pasangan eue (dalam ka­

ta; keubeue (=kerbau), peue (=aP'-), saweue (=menjenguk, so­

wan (Jawa).

Bunyi ot, sering diucapkan seperti yang tertulis, tetapi da­

lam beberapa dialek sering pula bunyi i tersebut tidak dibu­

nyikan, misal:nya dalam kata: putoih (=putue), trOih (sampai)., t:lkoih (=tikus).

Demikianlah beberapa cara yang ditempuh dalam melaksa­nakan penelitian ini sampai dengan penulisan J.aporan akhir.

Page 21: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

!II. TRAD IS I HIKA YAT DALAM SAQ TRA. ACEH

1 .. Pe-nikmatan Hikayat

Hikayat dalam tradisi sastra Aoeh selalu berbentuk pui­

si, kalau berbentuk prosa disebut ~· ~ biasanya ben­

tuknya lebih pendek, umumnya ~erupa cerita dongeng, atau !a­

bel yang diceritakan buat anak-anak m~njelang tidur, atau

pengisi waktu senggang·di meunasah (= semaoam surau). Keba­

nyakan orang-orang tua, atau orang-orang separoh baya, · sete­

lah bekerja seharian di sawah, di ladang atau di kebun, me­

reka beristirahat di meunasah. Untuk menghilangkan rasa pe•

gal karena lelah bekerja, bi~sanya mereka memanggil anak­

anak untuk beramai-ramai memijatnya dan mengupahi mereka de­

ngan beberapa buah haba • . -

Nampak di sini bahwa oara penyampaian ~ tidak sekhu-

sus hikayat, penyampaian hikayat selalu diselenggarakan se­

oara khasus dengan penikmat yang khusus datang untuk mende­

ngarkan resitasi hikayat. Hal ini mengesankan bahwa bentuk

puisi lebih berperanan sebagai karya sastra tinggi diban­

ding dengan bentuk prosa. Hal yang demik.ian barangkali dapat

dibandingkan pula dengan kehidupan s~stra Jawa, bentuk san· oaran (prosa) tidak termasuk ke dalam kesusastraan (Soesatyo

Darnawi, 1964: 9). Dalam masyarakat Aceh hikayat dinikmati seoara bersama­

sama, disampaikan oleh seorang reciter, dalam perkembangan

terakhir sering juga disampaikan oleh dua orang reciter se­

cara bergantian atau secara bersama.-sama. Reciter ini khusus

dipanggil untuk keperluan tersebut, m~ngkin ia berasal dari

kampung yang lain. !a dipilih mungkin karena kepandaiannya

dalam membawakan hikayat dengan variasi irama yang menarik

dan didukung oleh suaranya yang bagus. Atas kettyataan ini mungkin dapat dipahami bahwa yang penting bagi penikmat di

sini bukanlah menikmati jalan eeritanya 1 .melainkan keteram­

pila:ri reciter mengiramakan larik...;larik hikayat dengan suara­

tt1a yang memikat.

Page 22: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

15

James Siegel merasa heran dengan reciter hikayat ini,

sebab meskipun reciter membuka naskah hikayat di depannya,

tetapi larik-larik puisi yang dibawakannya tidak selalu sa­

ma dengan yang tertulis di dalam naskah. Siegel ~alu menge­

ritik reciter sebab mengabaikan naskah (Siegel, 1979: 204).

Laporan Siegel ini menunjukkan bahwa sifat iisan daripada

pembawaan hikayat sampai sekarang masih hidup di dalam ma­

syarakat Aoeh. Penyair masih merasa punya kebebasan dalam

membawakan hikayat, dan mencipta larik-larik puisinya seca­

ra spontan pada saat performance itu berlangsung. Inilah,_l;lal

yang sebenarnya tidak disadari oleh Siegel tentang tradisi

'penikmatan hikayat di dalam masyarakat Aceh. Naskah di sini

mungkin hanya berfungsi sebagai patokan bagi penyair agar

ia tidak salah arah dalam membawakan episode-episode eeri ta·

tersebut.

Perkembangan terakhir p~mbawaan hikayat seoara lisan,

tanpa disertai naskah, terlihat muncul dalam dua bentuk.

Yang pertama dibawakan secara spontan oleh penyairnya sam­

bil memetik rebab, di daerah Aceh Utara, dalam tahun 60-an

dikenal seorang penyair yang bernama Syeh Kubandi. Ia sering

dipanggil ke rumah-rumah penduduk untuk menghibur anak-anak

yang baru menjalani sunat Rasul, atau untuk keperluan-keper­

luan lainnya. Yang kedua dibawakan dengan diikuti semacam

peragaan. Penyair di sini mengubah-ubah suaranya disesuai­

kan dengan tokohnya (mirip dengan dalang di Jawa), di sam­

ping itu ia sekaligus juga menukar pakaiannya sesuai dengan

tokoh yang sedang berp~ran. Corak ini muncul dalam tahun

70-an, penyairnya berasal dari pantai Barat, Meulaboh. Di

Banda Aceh pertunjukan ini dikenal dengan nama Pe-em-toh.

Disebut demikian karena penyairnya selalu turun ke Banda

Aceh; untuk keperluan pertunjukannya, dengan menumpang mobil

angkutan penumpang.trayek Meulaboh dari perusahaan PMTOH

(singkatan dari; Persatuan Mobil Transpor Ondernemer Hassan).

Page 23: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

16

Gaya resitasi Pe-em-toh ini ternyata juga mempunyai peng-c-

gemarnya, sehingga resitasinya ini dijual dalam bentuk ka•

set. Misalnya resitasi Hikayat Malem Diwa dalam gaya Pe-em­

toh, selesai dalam 14 kasett habis terjual dalam waktu sing•

kat di Banda Aoeh. Ini menunjukkan bahwa penikmatan hikayat

dalam tradisi sastra Aceh sampai kini masih mempunyai eksis­

tensinya di dalam masyarakat Aoeh.

Dari uraian di atas, barangkali dapat juga dipahami

mengapa hikayat dalam tradisi sastra Aceh berbentuk puisi,

sebab dengan puisi pembawaannya dapat diberi irama dengan

berbagai variasinya, sehingga memberi daya pikat tersendiri

bagi penikmatnya.

2. Jenis Puisi Hikayat

Ikatan putsi dalam sas~ra Aceh, seoara garis besar da­

pat dibagi ke dalam tiga janis, ialah: sanjak, pant():! dan

nalam.

Nalam, (Arab: nazm = puisi), men~rut Snouck Hurgronje

bentuk ini sepenuhnya meniru sistem puisi dalam bahasa Arab,

sebagaimana terlihat pada tekanan irama yang meniru struk­

tur kata bahasa Arab (Snouck, II, 1906:76-77). Nalam biasa­

nya terdiri dari tiga pasang kaki (~) yang masing-masing­

nya terjadi dari empat suku .kata. Iramanya berbeda dengan

panton atau san~ak, nalam hanya mempunyai persamaan bunyi

antara suku akhir parch larik.pertama dengan suku akhir pa~

roh larik kedua, atau dengan kata lain suku akhir kaki ke~

tiga bersanjak dengan euku akhir kaki keenam.

Nalam nampaknya digubah untuk maksud pendidikan agama,

sebab hampir eemua gubahan yang berisi pelajaran agama ber­

bentuk nalam. Berikut ini diberi sekedar contoh nalam yang

berisi ajaran rukun Islam. Nalam yang membahas rukun Islam,

rukun !man, dan lain-lainnya, sering diaertai dengan kutipan

Hadis atau ayat-ayat Al-Quran yang kemudian diterjemahkan ke

Page 24: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

17

dalam bahasa Aceh dalam larik berikutnya. (Dalam contoh

berikut,satu garis miring (I) berarti tanda pemisah kaki

larikt dan dua garis miring <II) berarti tanda persamaan

bunyi).

Wa auwalonl waj,bon ph,nl mukallaphill aiya kula/ bi­

k'n mata/ cahadatill - - . , Phon-phon waj'bl ateueh ureueng/ nyang ~seulam/1

nyang ka bal~hl nyang na akayl inang agam/l

Waj'b takheunl dua boh ka-/ limah cahdat/1 makna hal'/

dalam at'/ ingat beuthatll

Wa auwalun wajibun fi'l-mukallafi 9 aiya qula bi kali­matin syahadati Kewajiban pertama bagi orang yang memeluk agama Islam, yang sudah akil balig, yang berakal, laki-laki dan pe­rempuan, (ialah) Wajib mengucapkan dua kalimah syahadat dan jangan lupa menghadirkan (melahirkan) maknanya di dalam hati.

Sampai sekarang di kampung-kampung masih terdengar

irama nalam dihafalkan oleh anak-anak yang belajar agama

dan mengaji Al-Quran di meunasah-meunasah, di bawah bim­

bingan guru me~gaji mereka. Nampaknya nalam sudah terhenti

perkembangannya, persentuhannya dengan masyarakat hanya

terbatas pada gubahan yang berisi ajaran agama saja. Di

luar itu, dalam pergaulan sehari-hari, yang sering terde­

ngar adalah lontaran sepontan sebait, dua bait ikatan .E!!!:. ton.

Panton (Melayu: pantun) masih hidup dalam masyarakat

Aceh, dalam pengertian, ikatan puisi ini masih diciptakan

terus. Ia tidak hanya dipakai oleh kalangan remaja, tetapi

masih sering juga terdengar dalam nyanyian ninabobok sao­

rang ibu, misalnya bait berikut ini:

.U.. hay don jak kudon-don/ I boh sukon/ I sikarang dua/ I Teuageut lon pok-pok jaga lon ayon/1 peue tabri keu

lon/l•oh rayek gata//

Page 25: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

18

Ayoh kuayun mari kuayun, buah sukun sekarang dua Lelap kubobokkan, bangun kuayunkan, apa balasanmu ke­pada ibu kalau engkau sudah besar kelak.

Kepopuleran pantun nampaknya tersebab oleh sifatnya

yang praktis, dapat diciptakan dengan mudah, sebab selesai

dalam satu bai~. Sifat ikatan puisi semacam ini sangat ber­

guna bagi kehidupan sastra lisan, seperti halnya dengan

aneuk dhik (penyanyi yang mencipta larik-larik puisi seca­

ra spontan) dalam mengiringi tarian seudati atau pho. Di

sini keterampilan pengiringnya menciptakan larik-larik nya­

nyian secara sepontan, sangat menentukan keberhasilan tari­

an itu sendiri.

Umumnya persajakan dalam pantun, seperti terlihat da­

lam contoh di atas, telah disesuaikan dengan pola persajak­

an yang dikenal di dalam sanjak, ialah terdapatnya persama­

an bunyi antara suku akhir kaki keempat dengan suku akhir

kaki keenam, meskipun pola persajakan a-b-a-b masih tetap

dipertahankan.

Contoh pantun dalam tarian seudati:

Ta'ek u gle tajak koih kayee//

Tinggay peDreudee// teumpat leuek kutru//

Bek taboih-boih rakanteu dilee//

Nyampang talakee// ranub sigapu//

Naik ke gunung memotong kayu, tinggal perdu tempat ba­lam berkukur Jangan lupakan rekan yang dulu, sekurang-kurangnya se­bagai tempat meminta sirih sekapur.

Terkadang pantun juga ikut terekam di dalam hikayat,

misalnya terlihat beberapa bait di dalam HPM dalam bagian

pembukaan episode baru. Dalam Hikaya t Put roe Gumbak ~e~~

ikatan pantun ini terlihat lebih banyak lagi, dan pemakaian­

nya juga kelihatan lebih khusus, ialah dipakai dalam perte­

muan mengajuk hati antara sang perjaka dengan sang putri,

dan sering pula mengandung banyak unsur bahasa Melayu. Kenya-

Page 26: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

19

taan ini barangkali dapat juga dijadikan sebagai sale~ satu

ciri, bahwa semakin banyak unsur pantun dan unsur bahasa

Melayu muncul di dalam sebuah teks hikayat, menunjukkan bah­

wa teks tersebut lebih muda umurnya, atau mungkin juga pen­

ciptaan hikayat teesebut lebih muda. Apa lagi kalau diingat

bahwa lingkungan keraton Aceh juga akrab dengan bahasa Mela­

yu, dan dengan demikian, dari segi lain barangkali dapat ju­

ga dikaitkan dengan dekat tidaknya karya tersebut dengan

lingkungan keraton.

Sanjak, dianggap oleh Snouck Hurgronje sebagai ikatan

puisi khas Aceh, sebab mempunyai sistem persajakannya yang

khusus. Sanjak, masing-masing lariknya terdiri atas delapan

kaki, masing-masing kaki biasanya terdiri atas dua suku ka­

ta. Secara sintaksis larik-larik ini dapat dibagi juga atas

dua parohan yang sama, tiap parohan berisi empat kakio Suku

kata terakhir kaki keempat paroh pertama bersanjak dengan

suku kata terakhir kaki keenam, sedangkan suku kata terakhir

kaki kedelapan bersajak dengan suku kata terakhir dari larik­

larik berikutnya. Tiap parohan larik ini jumlah suku katanya

tidak selalu sama, minimal harus memiliki 8 suku kata, mak­

simal 10 suku kata. Kurang atau lebih dari itu akan menjadi­

kan iramanya sumbang.

Snouck Hurgronje menggolongkan sanjak ke dalam jenis pu­

isi iambik yang mendapat tekanan suara pada suku kata terakhir

dari masing-masing kaki (Snouck, II, 1906:74).

Berikut ini diberikan tiga contoh larik yang kurang, lebih dan

cukup jumlah suku katanya, semuanya dikutip dari HMD.

(1) Talhom/ kapay/ u/ la'ot// taseutet/ di likot// Cakr~

Donya// (7+10) Turunkan kapal ke laut, ikuti di buritan Cakra Donya

(2) Tuaaku/ lhee boh/ peunyaket/ taprang Banang// nyang ji-/

meunan// peunyak6t/ raya// (13+9) Tunaku, tiga macam bahaya menyerang Banang, yang namanya bahaya besar

Page 27: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

(3) Rakyat/ jid3ng/ sare/ kukoh// jimat/ sip1oh// saboh/

· punca// ( 8+8)

'Oh teuka/ musoh/ jijak prang/ nanggroe// kumat-mat/

keudroe// ku1aw~/ rada// (10+10)

20

Rakyat berdiri sama kukuh, orang sepu1uh tiap satu sim­pu1 Bila datang musuh menyerang negeri, kuhadapi sendiri, kulawan perang

Ter1ihat di sini, contoh (1) dan (2) sangat su1it di­

baca untuk memberikan tekanan irama yang sasuai dengan ke­

terangan Snouck di atas tadi. Hanya contoh (3) sajalah yang

dapat diberikan tekanan yang sesuai dengan kebutuhan irama

~anjak.

Pendapat bahwa sanjak merupakan bentuk ikatan puisi

yang khas dan mempunyai akar yang kuat da1am tradisi sastra

Aceh, barangka1i ada benarnya. Sebab ternyata dalam kehidup­

an masyarakat masih terdapat 1agi beberapa bentuk puisi yang

pola persajakannya mirip dengan sanjak. Bentuk-hentuk ini

mungkin merupakan bentuk-bentuk yang 1ebih awal, yang kemudi­

an mendapat bentuk tetap seperti yang dikena1 dengan ikatan

~n~ak.

Yang pertama, ia1ah bentuk ikatan puisi yang 1ebih sing­

kat yang berisi sindiran. Ia se1esai dalam empat kaki. Suku

akhir kaki kedua bersajak dengan suku akhir kaki ketiga. Ter­

kadang selesai da1am dua 1arik, tetapi 1arik kedua ini sebe­

narnya merupakan penje1asan isi 1arik pertama, mirip dengan

pantun ki1at yang dikena1 dalam sastra Me1ayu k1asik.

Teumpat duek/ meupayeh// teumpat eh// meupaya

Tempat duduk bagai rencah, tempat tidur bagai paya

Maksudnya: Sindiran kepada ibu rumah tangga yang pengo-tor dan membiarkan aega1a sesuatunya beran• takan.

u bek/ beukaih// kuwah// bak 1eumak

Meu1int~e/ bek woe// cucoe// bak na

Page 28: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

21

Kelapa tidak dibelah, (tetapi) maunya kuah bersantan Menantu (diharapkan) tidak pulang (ke tempat isteri­nya), (tetapi mertua) menginginkan cucunya lahir. Maksudnya: Dikatakan pada orang yang terlalu pelit,

tidak mau mengeluarkan biaya sedikit pun, tetapi bernafsu mendapatkan keuntungan yang besar.

Bentuk ikatan ;rang lain ialah pribahasa. Beberapa

termuat dalam HMD dan HPM, dan masih dapat dikenali sampai

sekarang karena masih hidup di dalam masyarakat.

Masa/kutran; kuludah/ reunyeUD// hana/ dua seun// ku-

pandang/ donya// (HMD, larik 9?8),

Keti~a turun kuludaPi tangga. han;ya sekall t~.ku_dil.p..-. hirka.n ke dania i

Maksudnya: Tidak ada yang perlu ditakuti, ajal kapan pun akan tiba.

Han tom/

mata//

gaki/ jisi-/ pak droe// hantom/ jaroe// culok/

(HPM, larik 2484) Tak pernah kaki menyepak diri sendiri, tak pernah je­mari mencolok mata

Maksudnya: Sesuatu yang mustahil terjadi, tetapi sua­tu saat hal yang luar biasa seperti itu bisa juga terjadi (Larik ini diucapkan oleh Jeumaloyalam kepada Pangulee Peunaroe, anak angkatnya sendiri yang tidak memihak kepada­nya dalam perang Gampong Jawa).

Selanjutnya masih ada satu ikatan lain, ialah semacam 11lagu dolanan" yang dikenal di Jawa, dinyanyikan oleh kanak­

kanak ketika bermain bersama teman-temannya. Bentuk ikatan

ini nampaknya merupakan pelajaran pertama bagi me-

reka untuk mengenal sistem persajakan sanjak. Terlihat di si­

ni bahwa mereka tidak berkenalan lebih dulu dengan bentuk

ikatan pantun. Jenis puisi ini biasanya terdiri dari gabung­

an.-gabungan frasa atau kelompok kata yang tidak saling mem­

bentuk pengertian, yang dipentingkan di sini hanyalah persa­

maan bunyi, tetapi mungkin juga di balik ungkapan-ungkapan

itu, dulu tersembunyi suatu simbol yang tidak dikenal lagi

Page 29: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

22

sekarang. Di sajikan di sini sebuah di antara lagu-lagu ter­

sebut:

~UA;g -ptrteb. ulee/ I meukeulabee/ I mirah rna ta/ I JipoLjeu'oh// jipiyoh// Gampong Jawa L-jeu'oh

Gampong Jawa ~i ka tutong// jak bloe bakong// meukeu­

reuja//

Keureuja hana jadeh// panglima preh// ateueh guda//

Guda pika patah// geujak peugah// bak lem raja//

L~m raja pi ka saket// geujak ceupet// dua-dua//

Burung elang berkepala putih, berbulu kelabu, bermata merah Ia terbang jauh, berteduh di Gampong Jawa Gampong Jawa pun terbakar, membeli tembakau untuk per­helatan Perhelatan pun tidak jadi, panglima menanti di punggung kuda Kuda pun patah kaki, dikabarkan kepada Lem R~ Lem Raja pun jatuh sakit, yang memijit dua-dua

Terlihat di sini secara samar-samar nyanyian kanak-ka­

nak ini seperti melukiskan suatu tangkaian sebab akibat, te­

tapi rangkaian sebab akibat itu tidak dapat diketahui lagi·

latar belakangnya. Misalnya apa hubungannya atau menyimbol­

kan apa, burung elang dengan Gampong Jawa. Siapa yang mem­

beli tembakau untuk perhelatan dan mengapa justru tembakau

yang disebutkan. Begitu juga siapa yang dimaksud dengan Lem

Raja, apakah Lem Raja ini nama orang atau sebutan untuk raja.

Kalau itu sebutan untuk raja, sudah jelas maksudnya adalah

raja kanak-kanak, sebab tidak mungkin untuk raja dipanggil

dengan lem (lem, kependekan dari dalem = abang).

Hal lain yang menarik dalam nyanyian tersebut adalah

menonjolnya gaya konkatenasi, perulangan kelompok kata dalam

kedua larik pertama, diulang paga awal larik berikutnya. Po­

la perulangan serupa itu banyak terdapat di dalam HMD. Apa­

kah gejala serupa itu merupakan salah satu ciri dari puisi

lisan? Hal ini tentu membutuhkan pembuktian lebih lanjut,

Page 30: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

23

tetapi yang jelas gaya serupa ituLdalam papantunan Sunda

dan tembang Jawa. Untuk HMD barangkali dapat dikatakan se­

bagai dekatnya sistem perpuisiannya dengan tradisi nyanyi­

an kanak-kanak yang mestinya dihayati juga oleh penyairnya.

Dari beberapa bentuk puisi yang dikemukakan di atas,

memberi kesan bahwa sanjak menduduki lapisan teratas dalam

kehidupan puisi masyarakat Aceh, setelah itu barulah menyu-

sul pantun dan nalam. Lbanyak terdapat

Sanjak merupakan semacam puisi cerita, dapat dibanding­

kan dengan syair dalam kehidupan sastra Melayu. Karena itu

ia tidak hanya dipakai di dalam hikayat, tetapi juga dipakai

di dalam gubahan yang lain yang mengandung cerita/kisah.

Seudati dalam babakan pembukaan memakai pantun, tetapi ke­

tika memasuki babakan kisah, maka ikatan puisi yang dipakai­

nya adalah sanjak. Begitu,juga dalam kisah-kisah kenabian,

tidak dipakai nalam, melainkan sanjak. Dikutip di sini bebe­

rapa larik sanjak yang mengisahkan hijrah Nabi Muhammad da­

ri Mekkah ke Madinah.

'Ohban sar~ troih pa'ok Madinah, sinan neupiyoh di

Alue Wardi

Makanan pi tan minoman pi han, ureueng nanggroe nyan

sidroe han meuri

Na tujoh uroe Nabi troih keunan, ka geudeungaran ka

datang Nabi

Ureueng Madinah teubiet meuree-ree, geujak peuteunt~e

geujak tueng Nabi

Ureueng nyang tuha tanyang habaran, di mana tuan datang

ke mari

Kukalan rupa ilok peungeuh roe, di mana nanggroe peue

sabab lari

Nabi neujaweueb lon Rasulullah, di nanggroe Makah keu­

noe peureugi

Kaum di ulon cit ureueng Makah, nyang meugah-meugah

bangsa Kuraichi

Page 31: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

Ureueng lam Makah dum kukoh-kukoh, bandum pi musoh

kcumeung poh Nabi

24

Setelah sampai ke wilayah Madinah, rombongan beristi­rahat di sungai kering (wadi) Makanan dan minuman sudah habis, penduduk tak satu pun yang dikenal Tujuh hari setelah Nabi di situ, pecahlah kabar akan kedatangan Nabi Penduduk Madinah pun keluar berbondong-bondong, hendak memastikan kabar dan menjemput Nabi Yang tua-tua menanyakan khabar, dari mana tuan datang ke mari Kulihat wajah sangat elok sekali, di manakah negeri dan apa sebab lari Nabi menjawab, saya Rasulullah, dari negeri Mekkah da­tang ke mari Kaum kami rnernang orang Mekkah, yang terrnasyhur be~gsa Qurais Orang Mekkah yang gagah perkasa, sernua bersekongkol hendak rnernbunuh Nabi

Atas kenyataan ini dapat diketahui, bahwa ikatan puisi

dalarn hikayat adalah sanjak, sernacam puisi cerita, yang te­

lah mentradisi di dalam kehidupan sastra Aceh. Ia memang ti­

dak merupakan milik sah hikayat, tetapi merupakan ikatan

puisi yang khusus dipakai apabila gubahan itu rnengandung ce­

rita atau kisah tentang sesuatu hal.

Page 32: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

IV. STRUKTUR CERITA HMD DAN RPM

Sebelum memperbandingkan struktur cerita antara HMD de­

ngan HP~t, · di sini terl~bih dahulu akan diperkenali.kan ceri ta

kedua hikayat tersebut, sehingga dengan demikian akan memudah­

kan pemahaman uraian mengenai perbedaan aistem penyusunan oe­

rita antara keduanya.

1. Ringkasan cerita

a. Hikaxat Malem dag__ang

Setelah basmalah dan kalimat pembuka, cerita melukiskan

kekayaan Sultan Iskandar Muda beaerta kemakmuran kerajaan

Aceh, dengan kapal-kapal dagang berdatangan dari berbagai

negari.

Kemudian diceritakan kedatangan Raja Raden bersama Pu­

tri Pahang (Putroe Phang) ke Aceh. Setelah mengetahui asal negeri mereka (Banang)• dan makaud kedatangan keduanya (hen­

dak masuk Islam), maka Sultan memperlakukan mereka dengan

baik, Sebagai tanda bakti kepada Sultan, Raja Raden menyerah­

kan Putri Pahang menjadi permaisuri Sultan .. Sultan sen!iiri

mernbalas kebaikan itu dengan mengawinkan adiknya dengan Raja

Raden. Diberikan wilayah ternpat ia rnemerintah, diberi istana,

dendayang serta gel'anggang tempat berlatih perang-perangan.

Tidak berapa lama kemudian datanzlah Raja Si Ujut, adik

Raja Raden, dengan tujuh ·buah kapal pengiringnya yang besar­

besar. Si Ujut memegang kekuasaan yang luas, 190 raja dan 50 negeri taklukan ada dalam genggamannya. Putri Pahang yang

arif, mengetahui iktikat jelek Si Ujut, karena itu ia menyu­

ruh rakyat mengelu-elukannya. Mereka menjemputnya ke pantai

dan mengaraknya ke istan~. Sultan rnenyambutnya dengan membe­

rikan pesalinan kemuliaan yang indah-indah, diberi tempat

memerintah di.Ladong dan Krueng Raya (kota pantai), rneskipun

ia masih kafir.

Tiga tahun setelah itu, pada suatu hari Si Ujut menga­

jak Raja Raden kembali ke Banang untuk menyiapkan pasukan me­

nyerang kerajaan Aceh. Raja Raden.rnenolak dan mengingatkan

25

. ··. <:;S

Page 33: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

26

Si Ujut akan Jtebaikan-kebaikan Sultan kepadanya yang selalu

memaafkan seti~p pelanggaran yang dilakukannya. Si Ujut ma­

rah atas peringatan Raja Raden itu, mereka lalu bertengkar.

Akhirnya bersama pengiringnya Si Ujut berlayar ke Malaka, . setelah lebih dahulu merampok harta rakyat, membakar Ladong

dan Krueng Raya, menawan 8 perahu pukat beserta 50 orang

nelayan. nUa orang pawang pukat dibunuhnya dan mayatnya di­

gantung di pantai.

Keujruen (penguasa kuala/pelabuhan) melaporkan peris­

tiwa ini kepada Sultan. Sultan menyuruh Keujruen menghimpun

rakyat, sementara Sultan mendatangi Raja Raden dan menanya­

kan Bikapnya. Raja Raden menjelaskan iktikad baiknya kepada

Sultan dan siap membantu mengejar Si Ujut, menyerang Malaka.

Ia menganjurkan pada Sultan agar mengerahkan rakyat memba­

ngun kapal. Tujuhbelas bulan lamanya rakyat dikerahkan mema­

suki rimba rayat di gunU:ng dan di lembah, untuk mengumpul­

kan bahan bangunan kapal. Banyak rakyat yang meninggal kare­

na kecelakaan atau penyakit. Akhirnya berhasil dibangun se­

ribu buah kapal perang.

Setahun kemudian terdamparlah Batu-.·batang kayu Bebesa!

gunung (rindang) di kuala Aceh. Pohon kayu itu rupanya di­

huni oleh jin Islam, mereka menghanyutkan diri dari Guha,

agar dijadikan kapal oleh Sultan untuk mengalahkan Si Ujut.,

raja kafir. Pohon kayu itu kemudian dibuat menjadi kapal

besar, diberi nama Cakra Donya, dilengkapi dengan tiga buah

lonceng besar di dalamnya.

Setelah semuanya siap, Sultan lalu mengabarkan renoana

keberangkatan pada Putri Pahang, meminta petunjuknya, sebab

ia dikenal sebagai orang yang mampu melihat hal-hal yang

akan.terjadi (ahloy hik~). Setelah itu, pada 27 Zulka•­

idah, berangkatlah Sultan, diantar oleh seluruh rakyat dalam

iringan taluan bunyi-bunyian. Sultan menempuh jalan darat,

sedangkan iring-iringan Cakra Donya berlayar menyusur pan­

tai menuju Pi die, Be jauh sehari semalam perjalanan. D.i Bini

Page 34: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

Panglima Pidie beserta anak buahnya dan lima buah kapal pe­

rang ikut dalam iringan Cakra Donya• Tiga hari tiga malam

dari Sigli, rombongan sampai ke Meureudu. Di sini Sultan

beristirahat selama tujuh hari karena rakyat Meureudu yang

pencahariannya di gunung dan di hutan, belum juga datang

menghadap. Ketika itu pendud1.1knya masih jarang, tetapi di

sini ada seorang ulama besar yang disebut Ja Pakeh, Ja Ma­dinah atau Ja Ulama. Rakyat Meureudu ikutmemperkuat pasu­

kan Iskandar Muda untuk menyerang Malaka dengan Ja Pakeh

sebagai penasehat perang.

Berangkat dari Meureudu, rombongan sampai ke Kacapuri,

maka rakyat beserta panglima wilayah Samalanga pun ikut

_ memperkuat pasukan Sultan dengan lima buah kapal perang.

Rombongan kemudian sampai ke Peudada, meneruskan perjalan­

an ke Krueng Geukueh, dan beristirahat di Blang Juli. Be­

rangkat dari sini rombongan kemudian sampai ke Peusangan,

melewati beberapa negeri, kemudian sampai ke Lhokseumaw\-1

mampir di Mon Geudong, dan beristirahat di Pusong. Selan­

jutnya rombongan berabgkat lagi melewati Meuraksa, terus ke

Kuala. Pase, beristirahat di Jeumahan, kemudian pindah ke

Blang Nibong dan Kuala Keureutoe. Bergerak lagi melalui

c··eureumE:m Gajah, Piadah, Blang Lhok, Ul'ee Nipah, akhirnya

rombongan Sultan dan iring-iringan Cakra Donya berkumpul di

kuala Jambo Ay~.

Sultan bermusyawarah dengan Ja Pakeh tentang calon

panglima perang. Sultan menawarkan Panglima Pidie, tetapi

yang bersangkutan menolak karena merasa tidak oukup syarat,

ialah sedikit sekali ·aanak aaudaranya sebagai pendamping da­

lam pertempuran, atau menggantikannya jika ia gugur. Ia me­

nyarankan agar diangkat saja Malem Dagang yang besar rumpun

keluarganya dan tidak kurang dari 300 orang saudara-sauda­

ranya yang gagah perkasa.

Atas tawaran Sultan, Malem Dagang bermusyawarah dengan

sanak saudaranya. Mereka berteguhan janji mendampinginya da-

Page 35: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

..

28

lam k~adaan ap~pun. Ja Pakeh akan membantunya menilik kutii,

ka baik dalam memulai penyerangan. Rakyat bersorak gembira menyambut pengangkatan Malem

Dagang sebagai panglima perang, maka eskader itu pun berla­

yarlah menuju Malaka. Tiga hari tiga malam pelayaran mereka

sudah memasuki laut iepas, dan ·tiga hari kemudian mereka

berlabab di teluk Asahan. Ja Pakeh menerangkan pada Sultan

bahwa raja Asahan bernama Raja Muda, menguasai 99 negeri

taklukan dengan 99 putri rampasari. Keterangan Ja Pakeh ini

menggetarkan hati Sultan, dan ingat akan pesan Putroe Phang,

jangan-jangan Asahan menjadi lawan yang betul-betul mengha­

langi perjalanan. Meskipun demikian, Sultan ingin juga me­

nguji Raja Muda, lalu disuruhnya.Malem Dagang menembakkan

meriam isyarat, ternyata reaksi di daratan bukan main hebat­

nya. Tidak lama kemudian, bujang tujuh pun datang membawa

berita dari Raja Muda. Mereka bertolak dengan biduk dan me­

;mikkan bendera merah (tanda pertumpahan darah). Meliha:t

gelagat ini, Malem Dagang menaikkan bendera hitam (tanda

permusuhan). Tidak meleset dugaan itu, surat Raja Muda ber­

isi ancaman perang. Dengan amarahnya Malem Dagang merobek

surat itu, dilemparnya ke laut, diusirnya bujang tujuh.

Aceh menantang perang.

Raja Muda mengerahkan rakyatnya dan menembaki kapal­

kapal Aceh selama tujuh hari tujuh malam. Kehebatan tembak-•

an meriam dari darat mengecutkan hati Sultan Iskandar Muda

sehinggamenluruhMalem Dagang agar berunding saja. Tetapi

Malem Dagang adalah orang yang tidak mengenal istilah mun­

dur, ia menolak keras saran Sultan. Dengan bersungut-sungut

Sultan terpaksa mematuhi keputusan Malem Dagang, ialah me­

nyingkir ke laut lepas dengan 100 kapal pengiringnya.

Perang babak pertama sudah mereda, Malem Dagang bermu­syawarah dengan para panglima kaumnya, mengatur siasat dan

berteguh janji, sedangkan Ja Pakeh menilik gejala alam, men­

cari kutika yang tepat untuk memulai penyerangan balasan.

Page 36: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

29

Maka ketika kutika cocok, tembakan balasan dari laut pun

bergempita, Raja Raden di sayap kanan, da~ Panglima Pidie

di sayap kiri, bersama-eama maju dengan Malem Dagang di ·

porosnya. Perang pun berlangsung selama tujuh hari tujuh

malam, banyak di~ding bent;eng Raja Muda yang runtuh dan di­

tinggalkan prajuritnya. Tetapi Malem Dagang terpaksa meng­

hentikan serangan, sebab banyak perajurit yang bergegas

hendak meninggalkan arena pertempuran, karena ngeri melihat

korban yang· berjat,uhan dari pihak mueuh. Malem Dagang ber­

seru, me~umpahi mereka yang mungkir pada janji yang telah

diikrarkan, agar menemui ajalnya ditembus peluru atau di­

sobek oleh mata keris. Mendengar ancaman serapah Malem Da­

gang tersebut, maka mereka pun kembali menempati posisi

masing~masing. Perang babak ketiga berlangsung lebih dah­

syat selama tujuh hari tujuh malam, yang akhirnya pasukan

Aceh berhasil mencapai pantai. Satu persatu benteng Raja

Muda jatuh, dan tujuh hari berperang di darat runtuhlah

benteng terakhir yang paling kuat, benteng Raja Muda. Raja

Muda beserta rakyatnya menyelamatkan diri ke gunung, me­

ninggalkan hartanya dan 100 orang putri di dalam istana.

Sementara pasukan Aceh mengangkut barang rampasan,

Malem Dagang naik ke istana, membawa permaisuri Keumala

Donya ke kapal, somentara 99 putri lainnya riuh bertangis­

an. Sikap Malem Dagang yang lemah lembut, membuat Keumala

Donya merasa aman di kapal Malem Dagang. Iskandar ~uda

yang tergoda oleh kecantikan putri Keumala Donya, meminta

putri tersebut untuknya dan mengajak kembali ke Aceh, tidak

usah melanjutkan pengejaran Si Ujut ke Malaka. Malem Dagang

yang kerae bagai batu karang, sekali lagi membuat Sultan

kesal, ia menolak eemua permintaan Sultan. Ia malah mencela

sikap Sultan yang demikian itu.

Raja Muda yang melihat negerinya tidak dihancurkan oleh

pasukan Aceh dan 99 putri masih tinggal. di istana, lalu me­

ngerahkan rakyat turun ke laut membawa persembahan buah-

...)

Page 37: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

30

buahan dan makanan buat pasukan Aceh, aementara ia dengan

segudang emas tebusan mei:ljumpai Sultan, meminta perma:isuri­

nya. Malen Dagang hanya mau mengembalikan putri Asahan ka­

lau naja Muda mau masuk Islam. Maka Raja Muda pun masuk Is­

lam, dan selama sebulan penuh diajari oleh Ja Pakeh segala

hukum agama bersama 70 orang raja taklukannya yang lain.

Setelah itu armada Aceh lalu mengangkat sauh menuju

Malaka. Tujuh hari pelayaran sampailah mereka ke laut Ba­

nang. Rupanya Si Ujut ketika itu sudah ke Johor Lama. Maka

berlayarlah mereka sela·ma tujuh hari ke Johor Lama, tetapi

Si Ujut rupanya sudah ke Johor Bacli merundingkan renoana

· penyerangan ke Aoeh. Maka Sultan Iskandar. Muda pun menda­

ratlah di Johor Lama, membangun benteng di sana, mengatur

meriam untuk menghantam kapal $i Ujut dari darat. Sudah tu­

juh bulan mereka di Johor Lama, belum kelihatan juga musuh

datang. Setelah tujuh belas bulan Sultan di Johor Lama, ma­

ka Halem Dagang melihat iring-iringan kapal musuh banyak

sekali. Ia bersiap-siap hendak menyerang, tetapi Ja Pakeh

melarangnya karena kutika belum cocok. Ja Pakeh mengirim

bujang ke Jbhor (Lama) mengabarkan pada Sultan bahwa kapal

musuh sudah kelihatan. Sultan dan Raja Raden beserta pasu­

kannya meninggalkan Johor menuju ke laut Banang untuk mem­

perkuat pasukan Aceh menghadapi musuh.*) Serangan pun di­

lancarkan terhadap iring-iringan kapal tersebut. Rupanya

yang diserang mereka adalah armada Raja Modeulikah, mertua

Si Ujut. Raja Modeulikah mengira yang menyerang mereka pa­

sukan Banang yaag mengira mereka pasukan musuh, karena itu

mereka tidak membalasnya, takut pada kemarahan Si Ujut nan­

ti. Salah duga tersebut membuat mereka menjadi sasaran em­

puk pasukan Aceh, .hanya beberapa kapal saja yang berhasil,

menyelamatkan diri ke Guha, sedangkan raja Modeulikah gugur

dalam pertempuran.

Kabar duka pun sampai kepada Si Ujut. Putroe Beureuhut,

isterinya, mendesaknya agar menuntut bela kematian ayahnya.

*) . T1dak terdapat keterangan sebelumnya di dalam cerita

kapan Halem Dagang,Ja Pakeh dan Panglima Pidie,besertapasu­kan yang dipimpinnya meneruskan pelayaran ke laut Bana.ng,dan untuk apa Sultan dan Raja Raden membangun benteng di Johor Lama. (pen.)

Page 38: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

';,·o:i'; -•

Si Ujut terpaksa mengerahkan rakyatnya \J,ntuk berperang, mes­kipun ia tahu bahwa kutika pada musuh. Si Ujut mengepu~g ~a­

sukan Aceh dalam empat penjuru. Melihat ini Sultan keout

hatinya. Ja Pakeh menyuruh Sultan masuk ke bilik, dan mena­

sihati Malem Dagang agar memberi semangat kepada perajurit­

nya• Bangkitlah Malem Dagang bersama Raja Raden dan Panglima

Pidie mengatur posisi penyerangan menerjang kepungan Si Ujut.

Perang pun berkecamuk, banyak kapal Si Ujut yang tenggelam,

tetapi tak pernahkelihatan berkurang, sebab yang lain ma­

sih mengalir terua datang ·membantu. Genap setahun bertempur, ·

Panglima Pidie pun gugur oleh peluru Si Ujut. Peristiwa ini

membangkitkan amarah Malam Dagang, maka beraama Raja Raden ' ia pun mengamuk selama tiga bulan lamanya. Banyak kapai Si

Ujut yang tenggelam atau melarikan diri, sehingga akhirnya

tinggal kapal Si Ujut sendiri di tengah lautan, dikepung \

oleh pasukan Aceh. Raja Raden membantu Malem Dagang merapat

ke kapal Si Ujut. Kedua mereka melompat ke kapal Si Ujut,

perkelahian pun terjadi di geladak kapal. Akhirnya Si Ujut

yang kebal itu berhasil diringkus dan dirantai. Malem Da­

gang melapor sukses ini kepada Sultan.

Dalam iringan taluan bunyi-bunyian kemenangan, armada

Aceh mengangkat sauh meninggalkan Banang, menuju Malaka.

Mengetahui kedatangan armada Aceh, maka ayah Si Ujut, raja

Malaka, melarikan diri ke gunung. Tujuh hari di sini, lalu

iring-iringan ini mengangkat sauh menuju Asahan. Tujuh hari

pelayaran, sampailah ke Asahan dan disambut secara besar­

besaran oleh Raja Muda. Selama di Asahan Sultan mencoba mem­

bujuk Si Ujut agar mau masuk Islam, tetapi ia tetap menolak,

karena itu ia pun dibenamkan ke dalam laut, diikat di halu­

an kapal. Sebulan di Asahan, berangkatlah Sultan menuju Aceh.

Tujuh belas bulan pelayaran, sampailah baginda ke Aceh.*)

Si Ujut diangkat dari dalam laut, dibawa ke tempat eksekusi.

*) Berbeda dengan keberangkatan Sultan yang diantar de-

ngan segala upacara kebesaran, taluan bunyi-bunyian,dentuman meriam,rakyat memenuhi tepian kuala,maka kepulangan eskader Aceh yang membawa kemenangan ini. tidak dilukiskan kemeriahan penyambutan rakyat,ataupun gempitanya dentuman.Cerita lang­sung melukiskan penghukuman Si Ujut. (pen.)

. l

i 1 I

··~ I I l l l

.j

1 1 l

Page 39: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

32

Rupanya ia tidak mempan dengan senjata apapun, i~ adalah

raja kafir yang telah mencapai taJa. Akhirnya karena tidak

tahan lagi oleh siksaan rasa sakit, ia lalu membukakan ra­

hasia menuju ke kematiannya, ialah dengan jalan menuangkan

timah mendidih ke mulutnya. Maka matilah Si Ujut, Sultan

puas hatinya, rakyat kembali ke rumahnya masing-masing.

Pada suatu malam Pocut Muhamat bermimpi, seolah ia na­

ik ke suatu tempat yang tinggi, sehingga darisana bebaa me-. .

mandang keseluruh penjuru negeri. Takbir mimpi ini mengi-

syarat~an kebahagiaan. Ia lalu mengabarkan hal ini pada sau­

daranya Pocut Kl,ng. Berdua mereka membahas keadaan negeri

yang sudah tidak menentu gara-gara adanya dua pemerintahan.

Raja Muda (saudara tua Pocut Muhamat) sebagai pemegang ke­

kuasaan yang sa~ terjepit kedudukannya, pajak kuala (pela­

buhan) sudah tidak mengalir lagi kepadanya sebab sudah di­

kuasai oleh Jeumaloyalam yang berkuasa dLGampong Jawa.

Pocut Muhamat adalah yang bungsu di antara empat ber­

saudara, yang sulung adalah Raja Muda, berikutnya Pocut / Kleng dan Pocut Sandang. Mereka merencanakan penyerangan

Gampong Jawa dari empat penjuru, lewa: Gampong Phang, Kuala,

Peunayong, dan Pocut Muhamat sendiri langsung menghantam

Gampong Jawa. Selanjutnya mereka bicarakan maaalah biaya

perang, dan bantuan perajurit dari wilayah Pidie. Setelah

perundingan itu, maka Pocut Kleng diutus mereka untuk me­

nyampaikan makaud tersebut kepada Raja Muda (Sultan Alaed­

din), tetapi ternyata Raja Muda menentang keras maksud me­

reka itu, sebab ayah mereka almarhum mewasiatkan kepadanya

agar tidak menyerang Gampong Jawa dan membina tali persau­

daraan dengan Jeumaloyalam. Dalam perdebatan dengan Pocut

Muhamat, Raja Muda tidak berhasil menggagalkan niat terse­

but, sebab Pocut Muhamat berperang pada prinsip bahwa segala

yang bertentangan dengan hukum akan dilawannya apapun riaiko

yang akan diterima nanti.

.i l

.~ 1

i I

!

Page 40: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

'' Raja Muda tetap tidak puaa dengan hasil perdebatan

itu, ia lalu mengutua Muda Sakti untuk melunakkan hati Po­

cut Muaamat. Pocut lvluhamat rupanya sudah kenal betul de­

ngan watak Huda Sakai yang aulas, ular berkepala dua, ia

selalu bertura-pura baik dengan siapa saja asal menguntung­

kan dirinya. Maka Pocut Muhamat pun mengambil pedang hendak

mema~ang Muda Sakti. Muda Sakti dengan takutnya lari kepada­

raja, di sana ia hendak melancarkan fitnahan baru mengenai

Pocut Muhamat, tetapi Raja Muda rupanya juga tidak lagi

~empercayainya, maka terpaksa ia kembali ke tempatnya di

Mukim XXII tanpa memperoleh keuntungan suatu apapun.

Pocut Muhamat kemudian memanggil perajurit di Mukim

XXVI dan Mukim XXV, menanyakan pendapat mereka tentang ren­

cana penyerangan. i tu, mereka juga menyarankan agar me.minta

bantuan ke Pidie, sebab rakyat di ibukota tak dapat lagi

dipercaya, hatinya. mendua, ·,sebab Jeumaloyalam turunan sayed

yang dipandang keramat. Maka Pocut l.fuhamat pun berlengkap­

lah, memilih pengiringnya dua tiga ratus orang lengkap de­

ngan alat senjata, menyiapkan perbekalan.dan segala macam

hadiah.

Pada kutika yang baik, berangkatlah mereka melalui

Eumpee Trieng - Gigieng - Krueng Raya - Lam Panah - Langah

- Cureh - Laweueng - Buni, aampai ke Mukim III dan beristi­

rahat di Kuala Batee. Rakyat pun datang membawa persembahan,

Pocut Muhamat menyampaikan maksud kedatangannya. Rakyat Hu­

kim III siap aedia membatunya. Sebagai rasa terima kasihnya

kepada mereka, Pocut Muhamat kemudian mengajak rakyat memba­

ngun irigasi pesawahan Calong dan Pand6e dengan membendung

Lueng Pupot, aehingga dengan demikian pesawahan yang selama

ini tidak dapat ditanami, menjadi hijau aubur dengan padi.

Ketika meninggalkan Mukim III, Pocut Muhamat menghadiahkan

berbagai pesalinan kepada rakyat dan panglima.

Perjalanan diteruskan ke Mukim VII, rombongan beristi­

rahat di Padang Tiji. Rakyat pun turun membawa persembahan,

·'''5;~¥!~

":'';~ j l

I

. i

1

'

j j ·j I l l .l

i l 1 l

l 1

I ~ 1 j l .,

Page 41: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

dan di sini rakyat juga mendukungn.y&i Perbaikan yang dilaku­

kan Pocut Muhamat di Mukim VII ialah meluruskan hukum yang

sesuai dengan ajaran aga.ma, setelah· itu lalu pesalinan pun

dibagikan.

Perjalana~ diteruskan ke Mukim v, satu wilayah bebas

pajak. Petuanya Bentara Reubes beserta rakyat menyambut ke­

datangannya, dan bersedia mendampingi Pocut Muhamat menye­

rang Gamp8ng Jawa. Maka pesalinan pun dibagikanlah untuk se­

luruh lapisan rakyat.

Pocut Muhamat meneruskan perjalanan mele.,.mti Reubee,

Gampong Aree, Klibeuet, lalu bersitirahat di Cot Peukan Tuha•

maka turunlah rakyat dari berbagai penjuru negeri menyambut­

nya. Rakyat Mukim XXV dengan petuanya Bimtara Bung'ee, Mukim

XXII dengan petuanya Meuntroe Adan, Bentara Cut dari Glum­

pang Payong, Bentara Puteh dari Keumala, dan daerah-daerah

lainnya, semua berkumpul di sana. Yang tidak kelihatan hadir

adalah rakyat Mukim IX dengan petuanya Pangulee Peunaroe yang

sangat disegani di sel~ruh Pidie. Ia adalah anak angkat Jeu­

maloyalam. Hengetahui posisinya demikian, maka pendekatan

yang dilakukan oleh Pocut Muhamat ialah mengutus Meugat me­

nyampaikan surat kepadanya. Meugat sebagai orang tua yang

berpengalaman, tidak langsung menyerahkan surat itu begitu

bertemu dengan petua tersebut, melainkan diajaknya berbicara

berbagai hal yang lain dan menanyakan pengalamannya di pantai

Barat ketika menumpas pemberontakan Aneuk Rawa, wilayah kekua­

saan Jeumaloyalam. Setelah lama kemudian barulah surat Pocut

' Muhamat disampaikan padanya. Reaksi Pangulee Peunaroe sangat

keras, ia menolak surat tersebut. Meugat berusaha membujuknya,

tetapi tidak berhasil, karena itu ia pun pulang dengan rasa

jengkel.

Sepeninggal Meugat, Panguiee Peunaroe mengerahkan rakyat­

nya, melaporkan peristiwa yang baru terjadi, salah seorang

panglimanya, Tuan Seuri Reub~e, menasehatinya agar tidak ce­

pat-cepat mengambil keputusan. Ia menganjurkan agar meminta

·····:t·r~~ ,.:~

. !

1 l

Page 42: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

35

pertimbangan ulama, maka Siah Rambayan pun dipanggil untuk

membahas isi surat Pocut Huhamat tersebut. Ulama ini dengan

bijaksana sekali membaca kalimat-kalimat yang baik-baik sa­

ja isinya, dan dengan hati-hati dinasihatinya Pangulee Peu­

naroe, sehingga lembutlah hatinya dan mau menerima surat itu~

Maka ia pun mengerahkan rakyatnya mengumpulkan persembahan

untuk dibawa kepada Pocut Huhamat.

Ketika pasukan Pangul'ee Peunaroe sampai ke Cot Peukan

Tuha, pasukan Pocut Muhamat sedang bersiap-siap·hendak me­

nyerang ke Mukim IX. Haka yang terjadi kemudian adalah den­

tuman bedil bergemuruh ke udara dari kedua belah pihak se­

bagai tanda penyambutan. Setelah bersambut salam, Pocut Mu­

hamat lalu bersapaan dengan Pangul'ee Peunaroe, lalu mengu­

raikan maksud ltedatangannya. Pangul'ee Peunaroe menolak a­

jalcan tersebut dengan alasan bahwa ia banyak sekali berutang

budi pada Jeumaloyalam. Karena itu Pocut Muhamat lalu mena­

warkan jalan tengah, ialah tidak memihak, dan memperlakukan

sama kedua pihak. Kemudian Pocut Muhamat memberikan hadiah

yang berlimpah-limpah kepada Pangul~e Peunaroe dan seluruh

rakyatnya, pakaian besrJrta kelengkapannya yang sangat mewah

diberikan kepada Pangul~e Peunaroe.

Sikap Pocut Muhamat yang 6angat bersahabat itu, di tam­

bah dengan ketampanan, keberanian, suaranya yang menawan

dan lemah-·lembut, telah meluluhkan kekerasan hati Pangulee

Peunaroe dan akhirnya memihak kepada Pocut Huhamat untuk

bersama-sama membantu penyerangan ke Gampong Jawa.

Sebelum melanjutkan perjalanan, Pocut Muhamat mening­

galkan 44 orang pengiringnya untuk membantu dan memberi pe­

nyuluhan bagi rakyat Pangu:lee Peunaroe bercocok tanam. Rom­

bongan kemudian menuju Gigieng, di sini Pocut Muhamat juga

memperbaiki saluran air untuk persawahan. Dari sirii ia mene­

ruskan perjalanan ke Meureudu, Samalanga dan berhenti di Keu­

kiran. Seluruh rakyat datang menyambut dan memberi dukungan

terhadap rencana Pocut Muhamat. Melewati Keureutoe, perjalan­

an diteruskan sampai ke Awe Ceutah. Rakyat Peusangan pun tu-

Page 43: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

run membawa berbagai persembahan dan semua mereka mendukung­

nya. Di sini Pocut Muhamat me~inta bantuan petua negeri un­

tuk menyampaikan berita itu ke pantai Timur, ke Pase, Peu­

reulak dan seluruh wilayah kuasa Raja Muda.

Dalam perjalanan kembali ke Aceh, pasukan pengikut Po­

cut Muhamat semakin bertambah banyak, sebab di setiap tern­

pat yang akan dila·luinya, rakyat sudah menanti, dan bersa­

ma-sama mereka menuju ke Aceh.

Pangul'ee Peunaroe yang telah mengikr.arkan janji mendu­

kung Pocut Muhamat tak menghiraukan lagi larangan dari ibun­

danya, bahkan tanda tak baik yang dialaminya ketika berada

di halaman rumahnya. Pertanda jelek itu ialah sebatang po­

hon kelapa tiba-tiba tumbang menimpa bubungan rumahnya. Ia

langsung ke lapangan, menjumpai pasukannya yang telah me­

nanti, dan bersama-sama pasukan lainnya, berangkat menuju

Aceh.

Pasukan yang datang dari berbagai penjuru itu, akhir-.

nya berkumpul di Krueng Raya, mereka semua lelah, haus dan

lapar, karena melakukan perjalanan jauh. Akhirnya tak ter­

kendalikan lagi, bagai air bah, mereka melanda daerah yang

dilewatinya. Haka segala bahan makanan, segala tumbuh-tum­

buhan, ternak, habis diambil mereka untuk dimakan. Rakyat

ribut melapor ke istana, perang belum berlangsung tetapi

negeri sudah hancur. Raja Huda memperingatkan rakyatnya,

bahwa mereka hanya kerugian harta, sedangkan perajurit-pe­

rajurit itu menyabung nyawa ke Aceh.

Jeumaloyalam menerima laporan tentang kedatangan pasu­

kan bantuan yang dikerahkan oleh Pocut Muhamat diseluruh wi­

layah kekuasaan Raja Muda. Malamnya ia bermimpi: negeri di­

landa banjir besar bescrta badai, menumbangkan pohon-pohon

besar, menenggelamkan kampung dan menghanyutkan istananya.

Mimpinya ini memberi tanda bahwa Jeumaloyalam akan berakhir

masa kekuasaannya. Ia pun memanggil keempat putranya yang

perkasa ialah: Wandi Kukot, VJandi Kubok, VJandi Cureh dan

Page 44: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

37

\'Iandi Nulek, di samping i tu ia juga memanggil panglima-pang­

limanya yang tangguh agar berkumpul. Dan memerintahkah Wandi

Mulek untuk memperkuat benteng-bentengnya sejak dari Kuala,

Gampong Phang, Peunayong, Kuta Reuntang, sampai ke Meuraksa.

Sementara itu, Pocut Muhamat mendapat keterangan dari

ahli nujum bahwa kutika untul\: menyerang sudah tiba, maka doa

selamat pun diucapkan. Setelah upacara doa, Pocut Muhamat

menuju ke Dalam, menemui Raj<:- Nuda, mengajaknya ikut dalam

penyerangan nanti. Raja Huda menolak, tetapi ia merestui Po­

cut Huhamat. Ketika Pocut Huhamat sibuk mengatur pasukan un­

tuk persiapan penyerangan, Raja Muda naik ke anjungan kehor­

matan, menyaksikan kegiatan itu dari jauh.

Setelah Pocut Huhamnt siap dengan kelengkapannya, gen­

derang perang pun ditalu, tembakan meriam dari benteng-ben­

teng Jeumaloyalam bergemuruh. Pasukan Pocut Huhamat terdesak,

sehingga terpaksa mundur, korban banyak berjatuhan. Sikap

mundur ini menyebabkan Pangul'ee Peunaroe marah pada Pocut

Huhamat, sebab memalukan namanya. Serangan kedua pun dilan­

carkan, kini mereka berhasil melewati sasaran meriam dan men­

capai kaki benteng. Para perajurit sibuk membersihkan ranjau

agar bisa menyerbu ke dalam benteng. Pangufee Peunaroe ber­

sama Pocut Huhe,mat meloncat ke dalam benteng. Pocut Muhamat

berhadapan langsung dengan \vandi Lila, keduanya sama-sama ke­

bal. Haka kalahlah kuta Peunayong, setelah itu berturut-turut

kalah kuta Gampong Phang, kuta Kuala, kuta Gampong Pande, ke­

mudian kuta Neujit. Setelah seluruh kuta reuntang kalah, ba­

rulah diserang Gampong Jawa lewat darat dan laut.

Helihat kemajuan yang dicapai pasukan Pocut Muhamat da­

lam penyerangan itu, Jeumaloyalam menangis. Ia lalu menanya­

kan apakah Pangulee Peunaroe ikut dalam peperangan itu. Pa-' ngulee Peunaroe menjawan bahwa dialah yang pertama sekali

memasuki benteng Peunayong. Jeumaloyalam menyesali tindakan

Pangulee Peunaroe, sebab bagi Jeumaloyalam, ia lebih dari

anaknya sendiri. Jeumaloyalam lalu mengisahkan lagi bagaima-

Page 45: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

na dulu ia menyelamatkannya dalam perang Glumpang Payong,

merawat luka-lukanya yang parah, membesarkannya, memberinya

berbagai-bagai kekayaan dan kemewahan. Kini ia merasa padi

yang ditanamnya dulu telah tumbuh menjadi rumput ilalang,

Jeumaloyalam lalu mengambil bedil dan mengarahkan sebuah

tembakan ke dahart pohon ~~umpan~. Bayangan tembakannya menge­

nai Pangulee Peunaroe, make. iapun menggelepar jatuh, seluruh

badannya membiru legam, ia kena tulah dari ayah angkatnya.

Pangulee Peunaroe cepat-cepat dinaikkan ke perahu, tetapi

meninggal dalam pelayaran ke Pidie. Riuhlah istana dengan

suara ratap dan tangis, begitu jenazahnya didaratkan dan di­

semayamkan di sana.

Sementara itu Pocut Muhamat yang kehilangan seorang

panglimanya yang tangguh, mengatur kembali pasukannya, me­

ngangkat panglima yang baru, maka perang babak ketiga pun

berlangsung lebih dahsyat, sebab sudah merupakan perang ter­

buka. Meriam dan bedil tidak lagi berfungsi, pedang dan ke­

ris serta cokmalah kini yang berperan. Maka suara perajurit

yang luka, gemerincing pedang dan suara perisai beradu de­

ngan cokmalah kini yang terdengar. Perang babak ketiga ini

berlangsung singkat, tetapi korbannya sangat besar, sebanyak

tujuh mukim pcrempuan telah menjadi janda, dan selama tujuh

hari mayat perajurit yang gugur dikumpulkan belum habis-habis

juga.

Sementara itu, seorang panglima melapor kepada Jeumalo­

yalam bahwa rakyatnya tidak ada lagi yang tinggal, ia memo­

han agar tanda perang dihentikan dibunyikan. Maka ketika Jeu­

maloyalam menyuruh bunyikan tabuh, gong dan genderang tanda

penghentian perang, pasukan Pocut Muhamat sudah mengepung is­

tana dan hendak mendobrak masuk.

Perang pun berakhir, tanpa banyak persoalan Jeumaloyalam

minta izin pada Pocut Muhamat meninggalka.n istananya, sebab

perajurit di dalam benteng istana juga sudah kehabisan makan­

nan dan kehausan oleh blokkade yang dilakukan Pocut Muhamat.

., '

Page 46: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

" • .. : i',C',i~.~:/"':' ~.·':("''/'f~l~f~£1:'''";,,~:;• < >,;·.·.'/'~;;•;.·.· :· ··.;•· ·-·::~<-',

39

Penganta:r bahan makanan tak dat-t lit~$, taafiJukt begitu juga

aliran sungai yang menuju Gam})3ng Jawa telah dibendung me .. . . . - - ....

reka., sedangkan ke dalam s~ur dilemparkan bangkai. Jeumalo-

yalam berangkat tanpa membawa hartflollya yang berlimpah-limpah

itu, yang dibawa hanyalah keris dan punclok, peclang bertampuk - I' ___ ...... ....__..

dengan kepa.la 'suasa. Ia meninggalkan istana pada waktu .....

·rib menuju Lam Baro, dan perajurit pun memasuki istana mem•

perebutkan harta ralllpasan.

Beberapa hari eetelah Jewaaloyalam meninggalkan Gampong

Jawa, terlih$t tandak•muliaai'l.martabatnya sebagai cucuanbia,

ialah te:rjadi gerhana bulan .n matahari, gempa. terjad.i tu­

juh kali dalam sehari beriana-J~ns eelama tujuh hari tujuh ma•

lam.

Perang telah eelesai1 i*l"a perajU:rit pamit kembali ke

tempatnya masing..aaaii1St ra4a pun senang batinya ~ebab ti­dak &da·lagi huru""hara. St~\dl lc•muciian Pocut Muhammad me•

. langeagkan perkawinann,.a d~nca~· ·seorang gadis dari Lam Bhuk,

ialah lq~~ud.ian yang inemuna'llt cUkai pelabunan dan diparoh dua

de~ Raja Muda.

2. S~rl.l}tii& oe:rita

Pembukaan kedua hikay·a't ini sangat sederhana, dimulai de­

ngan l!tfel.!t• kemudian dilu~utka~ denpn larik-larik, pembu­

kaaa:o•:rit-.. le!awat .ou ••·• ... -. aikap penJ•i.r yang meren .. c • •

· dunn diri ke»ada pembaca Jill'li 'iaa• ~erupat clal.am · kal'Ja ...

ka~a h:tkayat jenis roman, seperti Hikarat Putroe Gum~

Meuih (1929) atau Ki.kazat Be!ilt (1.980}, tidak dikenal dalam

jenis apik, meskipun karra itu· ditulis kemudian, misaln,-a· ·.!!:: kaz:at · Prg §!bi ( 1928) • M\Ulgld:n pembultaan del'lp.n el:.sordt.lua

se-.am itu dimakauclkan babwa lau7k· teraebut fiktU' sifatnya,

seclanpu jenta..:..jents ·~ik ••~i ka.~a yaas bertc>lak dar:L

per1at1va nyata. b..... bJi • -...rl.-n peaeli tian 7&n1J

lebih ja~ terh~ublJ--~ .... !1111•'*' 7ang ada dale kha ...

aanah eaetra. Ace.

Page 47: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

;-.,j',':

40

HMD di buka dengan latik•larik sebagai ber±kut:

Bismillahirrahmanirrahiem

Aja'b subeuhanallah, tanga kukisah raja-raje, Layeue keurajeuen Meukuta Alam, raja ji.meunan ~seukan­da Muda

Poteu ad3 amat sangat, peutiang rakyat ban.sigala

donya

Bismillahirrahmanir.rahiem

Ajaib subhanallah, dengar kusahkan raja-raja Masa memerintah Meukuta Alam, raja ber~ama Iskandar Muda Baginda adil amat sangat, mensejahterakan rakyat sean­tero dunia

HPM dibuka dengan larik-larik sebagai berikut:

Bismillahirrahmanirrahiem

Aja6b subeuhanallah, taleunga lonLsaboh calitra

Leunga lon kisah kurangan baro~ teuduek bak pinto meu-

seujid ra;ra · Lkisah

·Mula-mula phOn dum ulcl~ balang, . neultheundak prang Gam- ·

pong Jawa

Bismillahirrahmani:rrahi•• Ajaib subhanallah, dengar saya kisahkan sebuah cerita Dengar saya kisahkan karangan baru• duduk di pintu mesjid raya · Pertama sekali bermufakat, Pocut Mmamat anak raja S\ld4! berhimpun semua h~ubalang, hendak meraerangi Gampong Jawa

Kedua J)embulauin ini dari sesi st~tur ceri ta memper­lihatkan perbedaan•perbedaan bila dihubW1gkan denp.n judul­

nya. HMD sesuai dengan judulJ11a mestin;ra dibuka dengan mem•

perke.nalkan tokohnya Male.m Dagans, t.eta~i justru di sini

Jang disebut lebih fi$ulu adalah Is~andar Muda. Pembukaan

HPM ti~ •emperlihatkan pertentansan tersebut, di sini to­

koh y~ lebih dahulu disebut adalah Poeut Muhaaat, se.sua.i

densan judulnya. Dari sesi pemakaian kata ge.nti juga terli-

i

~ 1 j

I I

1 j ' i l i

Page 48: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

hat perbedaan, penyair HMD beraku kepada pendengar, eedang­

kan penyair HPM bersaya, ini berarti penyair HPM lebih eo ..

pan bahaeanya.

Penutup HMD berbunyi eebagai berikut:

Woe keu rakyat dum u nangg~oe, mae&ng-mas&ng woe u rumoh tangga

Tamat hikayat Meukuta Alam, raja jimeunan iseukan.da

Muda

Pulanglah rak7at ke kampung masing-masing, kembali ke rumahtanggfU11a Tamat hikayat Meukuta Alam, raja bernama Iskandar Muda.

Larik-larik ini kemudian diakhiri dengan larik-larik yang berisi kolophon, yang menyatakan hari, tanggal, bulan

dan tahun seleeainya hikayat itu disalin. Di sini pun terli ...

hat HMD ditutup dengan menyebutkan tokoh Iskandar Muda.

Penutup HPM berbunyi sebagai berikut:

Teuduelt' ohnoe kakeu leungkap, 'tamat hika7at Raja Muda

Beurayek amp6n nyang keusalahan,keureuna iontuan hana

biasa

Beurayek am,On nibak nyang salah, harap di bawah nyang

maha mulia If lncha Allah kakeu tamat. Pocut Muhamat p~ calitra

Sampai di sini sudahlah lengkap, tamat hika7at Ra~a Mu­da' Mohon maaf di mana ada kesalahu, karena kami tidak bi­asa Mohon maaf di mana ada kesalah~, harap di bawah yang maha mulia

· Insya Allah aludahlah tama.t, Pocut Muhamat yang empunya cerita. ·

Dalam penutup HPM terlihat meskipun d.isebut Raja Muda,

tetapi paling akhir masih d.itegaskan lagi bahwa peran utama­nya adalah Pocut Muhamat. Di samping itu terdapat perbedaan

' . J'&llS lain uqan HMD, ialah d.i sini tidak dieebutkan hari, ·

tanggal, bulan dan tahun penyalinan, tetapi memaafaatkan pe-

Page 49: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

nutup ini untuk memohonkan maaf dari pe;!Uaca sekiranya ter.;.

dapat kesalahan-kesalahan.

Garis besar·kerangka cerita pada kedua, hikayat ini

memperlihatkan kesamaan, ialah dimulai.dengan konflik, di­

lanjutkan d.engan usaba mencar;L bantuan tenaga, kemudian ber>­

langsung pepe ranaan dan dia.khiri denga:n kemenangan di pihak

raja. Yang berbeda eli sini ialah cara mengisi gari.s besar

keraagka teraebut.

HP~ lang&u:ng membuka cerita dengan konflik itu sendiri,

ialah mimpi Poaut Muhamat yang dilanjutltan denaan musyawa­

rah beraalia aaudara-eaudaranya untuk aemera.ngi Gampong ·Jawa ..

Dalam musyawar~b itu baltulah dik&tahui mengapa penguasa Gam­

pong ~awa dipandang sebagai ,IJlusuh atau merongrong wibawa pe­

merintahan Raja Muda. Sejak kf.lpan dan bagai~a mulanya sam ..

pai Jeumaloyalam menjadi penguasa Ga.mpong Jawa clan dipandang

sebagai pemerintah tanclingan bagi Raja Muda, tidak dijelas­

kan di •lam hikayat. HMD dibuka dengan melukiskan kemakmuru

kerajaan Aaeh · di tangan Sultan Iskandar Muda yang terkenal j

adilnya dan mensej.ahterakan kehidupa.n rakyat. Konflik baru

timbul setelah kedatangan Raja Si Ujut yang kafir, membakar . Ladong dan Kru.eag RaJa • merampok rakya t di pa.aar, menan~kap

dan m&ltbunuh :ie'berapa orang nela,.an seaara kejam. Konflik

yang dihadapi oleh Iskandar Muda di sini · berupa tantangan .

dari luar, seda:ngkan konflik yang dihadapi.oleh Pocut Muha­

l'ilat adalah masalah keutuhan wila.yah kekuasaan raja yang sah.

Karena menghadapi tantangan dari luar ~ maka Iskandar Mu­

da mempersiapkan armadanya, mengerahkan rakyat menebang kayu

ke gw:umc untuk membangun kapal. Perlawata.rmya sepanjang pan.:.

tai utara le:mpai ke Jamb't) A"t' adalah u;ntuk mendapatkan tam­bahan kapal perang dan perajuri t, sedangkan perlawatan Pocut

Mullamat ke Pidie dan daerah-daerah lain ha.~iyalah untuk menda­

pa.tkan perajurit'rang terpercaya, sebab rakyat cti wilayah ibu­

kota (Aaeh) tak dapat lagi dipegang ucapannp, kebanyakan me .. . . - ,.

"ka hatinya ce-nderung ke Gampong Jawa.

Page 50: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

Plot HMD mer~pakan plot lurus, ~ristiwa-peristiwa•

berlangsung a tau d.ikisahkan menurut ui-utan waktu, meskipun

ada bagian-bagian peristiwa

yang tidak jelas hubungannya, a tau tidak dijelaskan rang­

kaian peristiwanya. Misalnya episode menalgkap ikan di

K.ueng Timu setelah meninggalkan Samalanga, tidak jelas

kedudukannya dalam rangkaian plot cerita, sebab tidak mem­

punyai sangkut paut apa-apa dengan keperluan perjalanan

tereebut (larik 634-666). Dalam bagian yang lail?. ialah

terpisa.hnya I.skanC.r Muda -dan Raja Raden-yans mendarat di •

Johor Lama serta membuat benteng di sana- dengan induk

pasultaJulra yang dipimpin oleh Malem Dagang, ikut beserta­

nya Panglima Pidie dan Ja Pakeh. 'l'idak terdapat penttelasan

dalam cerita, bahwa ketika Iskandar Muda dan Raja Raden

mendarat di Johor Lama· (larik lt-94-1520), Malem Dagang de­

ngan Ja Pakeh dan Panglima Pidie meneruskan pelayaran sam­

pai ke laut Banang. Jarak antara laut Banang dengan Johor

Lalla dilukiskan selama tujuh hari pelayaran, dan rupall1&

terpisahnya induk paa'llkan dengan Sultan sudah berlangsung

eelama. tujuh belas bulan. PeDJebutan jarak waktu tujuh~­

las bulan tereebut tidak memberi kesan adan7& keterpisa.han

itu, eebab larik penunjuk: maeih be.rpangkal pada Sultan:

1520 'l'ujoh blaih buleuen poteu di Jho, leumah keu mueoh

bale pqgl:tma 1521 Lewaab. k8u musoh bak Malem Dagang, pu1glima prang

that peukaea

'l'ujuh belas bulan baginda di Johor, kelihatan musuh pada panslima Kelihatan ll!lUsuh pada Malem Dagan&, pangliDta peraas yang perkasa ·

Barulah keterpisahan itu meeyata ketika Ja Pakeh me-·1

DJ'i"uh bujang berlayar mensabarkan pada Sultan bahwa kapal

musuh telah kelihatan ban)'ak aekali.

1561 Bujang tabungka keud6h u 'l'imu, u nan~e Jho ta­

eeutl't raja ....

'

) ~1 I

·, j 1

l

Page 51: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

, 1:562 Jak taseutlt. Jtel;Jkuta Alaa, raja jimeunan Eeeukanda

Muda

••• 1567 Takheun musoh teuka eli la 'ot, tihang seupot sang

bak nala

1568 Kapay j idang dum meurat1j08 , bang!n pulo di la' ot raJa

1574 Bujang jib\Ulgka u nanggroe Timu, 1anja u Jho seu­

tat raja

1575 Tujoh uroe peulqaran, peujam daratan saphan•sapha

1561 Bujangl berangkatlah ke Timur, ke negeri Johor men-jemput raja .

1562 Jemputlah Meukuta Alam, raja bernama Iskandar Muda • ••• 1.567 Ka takan musuh. tampak di laut, tiansnta raenyemak ba-

gai batang ~ · 1.568 Kapal berje~d.alam formasi, bagai pul.au di laut

r&J'a ••• 1'1~ ~ujang·b&J'Psht )$et·lleca~ri Tiau, laapang ke Johor

menjemput· .· ra$a 1575 Tu;fuh hari p&lajaran, len7ap. daratan di pandangan

mata

Dalam bagian penutup terl.ihat juga ketidak seimbangan

dengan bagian pembuka keberangkatan Sultan beserta pasukan•

117a me~qusuri pantai utara otUk menghtmpun kekuatan. Ke·be­

ra.naJtatan terubut dilepas Cleac.- eegala kebesaran upacara

dan rak7at pu turun berc.:leeaka.a di kuala, tetapi ketika pa•

s.ukan ters&but k&mba.li de~~ memba,wa kemeaaagaa tidak di""

lukiskan lagi ••butan rak7at ataupun taluan b•i•bunyian

7ans disertai dentu~~an meriam ata1l ~ geata.Cakra DO• dibunyikan di kapal" · Kett.-d.ak s·et~ luldaan seJ."Upa it\l

ter1ibat~~-- dalul perla..,at•. S\ll.tiUl ke 'bN~ telltpl;t eli.

npan~ .b.i utara untuk JUcna1ili.11lpun kekataa •. ltetilca

ttinc ..... d·i f'tl8,. ,._..U<hh Saa.J.Mga <ian huapa, .Uud

ke~.-... ,. l't'v. -.a dieebut)taJl, ;y&li tu melliltta bant~ · ..

Page 52: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

pasukan dan kapal untuk menyerang J ohor karena Si Ujut te­

lah membuat aib di Aceh, tetapi dalam persinggahaJ1!17a di

tempat-tempat yang lain tidak disebutkan lagi maksud keda­tangannya itu, padahal Sultan juga lama beristirahat di

· Lhok Seumawe• Tempat-tempat yang lain hanya disebutkan saja

secara sepintas sebagai teDJpat-tempat yang dilewati oleh

rombongan Sultan sampai ke Jambo ~ye, tempat berkumpul pa­

sukan yang b~l"jalan. melalui darat dan yang menyusur pantai mengikuti kapal Cakra Donya.

Dalam perlawatan tersebut, hampir semua tempat dilukis­kan secara.ringkas saja, hanya episode Meureudu saja yang di­

lukiskan agak panjang, ialah pertemuan Sultan dengan Ja. Pa~

keh dalam keadaan yang tegang. Umwtlnya episode-episode yang

dilukiskan dalam HMO agak ringkas, hal yang demikian terlihat juga dalam lukisan perang. Keringkasan pelukisan itu menjadi­

kan gerak dan perkembangan ceritanya lebih cepat dan langsung pada masalahn,-a.

Plot HPM jugamerupakan plot lurua,· tetapi di beberapa

bagian ~erlihat cerita berlangsuns !lalam dua tingkatan'waktu,

ialah pelukisan masa kini dan mai!la 1ampau, j•cl~ di sini plot

mengandung unsur tinjau¥balik (Helt•tracliiy). Peristiwa­

peristiwa yang berlangsung ata.u dikisaihkan di dalam HPM ter­

susun rapi, semuanya ada dalam rangkaian sebab akibat. Unsur

tinjau~balik di dalam plot terutama terlihat pacta dua episode,

ialah episode Meugat bertemu dengan Pangal.le Peunaroe dan epi­

sode Pangul3e bertemu clengan Jeumaloyalam. Meugat diutus oleh ,

Pocut Muhamat untuk mengantarkan suratnya kepada Pangulie Peu ..

naroe. Meugat tahu betul bagaimana.kerasnya watak Panguiae

Peunaroe, ana~ angkat JeW..loyalam itu, karena: itu · ia tidak langsung menyerahkan surat tersebut, melainian diajaknya ber• beka .. beka pada· hal-hal yang lain. Di sinilah tinjau .. balik itu

terjadi, ialah ketika Pangulle menceritakan pada Meugat bagai­

mana ia dengan pasttkannya dikirim oleh Jeumaloyalam untuk me-

..J

Page 53: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

.< ~, y.f" "riL~-~,--;!F.:~.\ /' r--~~~-t~~~~\~~~l~Jt'~rf~~:~~!'~i-:~~~-~ •:;:~:·.:~}~:-.·~ ' . ' 'f - ' ' - ·:•t :.-.

. .. ) ,.,

46

madamkan pemberontakan A'neUk, Rawa di pantai B.arat ~ Tinjau­

balik ini mengandung kepentingfl%1 di dalam cerit~a, ialah

hendak melukiE;J~ bagaimana hebatnya kekuatan yang dimililti

oleh Pangulae Peunar,oe dan juga bagaimana eratnya hubungan . . .

Pangti.l~e Peun&I'oe dengan Jeumaloyalam, yang kini justru hen-dak diserang oleh•Poout Muhamat. Dalam pertemuan Pangul3e

Peunaroe dengan Jeumalo:yalamj tliungkapkan lagi masa lalUlJ.Y&

oleh Jeumaloyalamyang ~ebe1unU1ya seoara sepintas telah di-. . .

singgung juga o'leh·ibu ,tirinya ketika Pangul3e pamit hendak

menyertai Poout·Muhamat mel;lyerang Gampong Jawa. Pengungkapa.n

mas~ lalu Pangul~e Peunaroe di sini dimaksudkan unt'Uk lebih

memperjelas ja13a'· Jeumaloyalam kepadanya yang telah memand.ang­nya sebagai anaknya yang tertua. Penjelasan ini ~ewajarkan

peristiwa yang meny!ISUl setelah itu, ialah kematian Pangul~e

Peunaroe karena durhaka kepada ayah angkatnya, Jeumalo,.-alam

dipandang sebagai orang suci, keturunan Said, cucu anbia •

. Peristiwa-peristiwa .yang dilukiskan di dalam HPM, diu-·'

raikana seoara detail, diungkapkan dalam arus pikiran yang

cUkup tenang, serta menges~ luasnya pengetahlian sang pe ..

nyair dalam berbagai hal, baik dari segi tataoara kerajaan,

paka.ian perang dan alat senjata, · maupun n.a•. c:Uln k~adaan ber­

bagai tempat yang dilaiui Pocut M~mat ketika melawat ke

Pidie dan daerah lain untuk menghimpunpasukan. Tempat-tempat

yang disinggahi Pocut Muhamat selalu. dilukiskan situasi dan

masalah yang dihadapi rakyatnya. Ia memang tidak mengunjungi

seluruh wilayah kekuasaan Raj.a Muda, tetap;i. ia mengurus orang

lain untuk mengantaltkan suratnya diQl bingkisan untuk daerah.:

daerah itu. 'rerlihat d.i sini lukisan perlawatan Pocut Muhamst

digambarkan dalam komposisi yang berimbang, tidak terkesan

ada faktor ketergesa-gesaan dari sang penyair. Begitu juga lu•

kisan pertemuan digambarkan secaradetail, sejak dari pakaian

perang Pocut Mubamat t berbagai jimat dan pena~gkal lain.nya yang dipakai, alat senjata yang diPEUce.in¥a, dan yang dipakai

Page 54: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

47

oleh pasukan Pidie dan pasukan·Aceh, panji-panji masing paw

sukan, semua dilUkiskan dengan penuh ketelitian. Karena·de­

tailnya pelukisan tersebut, memberi kesan gerak cerita lebih

lamban dibanding dengan HMD.

Teknik pembinaan daya tarik cerita atau teknik _!!ls~ns.!

dalam HMD, terutama dengan cara membayangkan apa yang bakal

terjadi, yang kedua dengan care. menyebutkan lebih dulu apa

yang telah t~rjadi, pros~s kejadian baru diulang setelah itu.

Kedatangan Si Ujut ke Aceh yang kemudian membuat>huru-hara,

sebenarnya ~da awal-awal sudah dibayangkan oleh penyair.

Pembayangan itu pertama . sekali disebutkan oleh Raja Raden

ketika ia memperkenalkan diri kepada Sultan. Dikatakannya bahwa saudaranya bernama Raja Si Ujut, yang namanya terkenal

karena wataknya yang jahat. Lalu ketika ia datang ke Aceh,

pembayangan akan gelagat tidak baik itu pertama sekali digam­

barkan kapal pengiringnya yang besar sebanyak tujuh kapal,

kemudian kegelisahan Putroe Phang mengetahui kedatangannya,

sehingga dengan segala kebe$aran diaturlah upacara penyambut­

annya, di samping itu dijelaskan pula bahwa ia orang kafir •

. Teknik penyebutan lebih dahulu peristiwa yang akan terjadi,

misalnya terlihat dalam episode kematian Panglima Pidie da•

lam perang babak kedua melawan Si Ujut.

1906 Umu sithon Ma1em pangkay prang, hana 1apang kaph'

cilaka

1907 Jipongkay prang that meusak&t, mate peungap6t tuan

panglima

19o8 Masa nyan mate Panglima Pidie, ureueng nyang ghie

nibak raja

1909 Pang1ima Pidie ureueng nasihat, troih peundapat -nyang samporetpta

1910 Nyang goh mat6 sit ka jithEle, umanat gurtle han ji ..

lupa

1911 La1u metltuto Panglima Pidie, ureueng nyang ghie ni­

bak raja

'

Page 55: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

1906 Selama setahun Malem berperang, be1um berkurang kafir ce1aka

1907 Ia berternpur sungguh sulit, mati pengapit tuan panglima

1908 Ketika itu mati Panglirna Pidie, orang yang intim .depgan raja ·

i909 Panglima Pidie orang yang waskita,·memahami per­tanda dengan sempurna

48

1910 Ia mengetahui kematiannya, pengajaran guru tak di-lup~kan .

1911 Lalli berkata Pai'lglima Pidie, orang yang intim de­ngan raja

Terlihat pernyataan tiga larik pertama mengagetkan pem­

baca, sebab secara tiba-tiba disebutkan kematian Pang1ima

Pidie, tetapi tiga 1arik berikutnya menjelaskan proses keja­

diannya, sampai kepada kejadian yang sesungguhnya (larik

1989). Sistem pernyataan semacam itu dengan sendirinya juga

menimbu1kan semacam ketegangan pada penikmat, dan mendorong

keingintahuan . proses kejadiannya.

Dalam HPM teknik suspense terlihat teru~ma terujud da­

lam dua teknik juga, yang pertama lewat mimpi, dan yang kedua

1ewat penjelasan masa la1u tokoh. Pembukaan HPM dimulai dengan ·~

mimpi Pocut Muhama t, seo1ah-o1ah ia naik ke sua tu tempa t yang.

tinggi, dari sana ia dapat meninjau ke seluruh pe1osok negeri•

Mimpinya itu.merupakan pembayangan awal (foreshadc>Wing) akan

kemenangan yang diperolehnya dalam peperangan nanti. Sebalik­

nya mimpi Jeumaloyalam, datangnya air bah dan,badai yang me•

nenggelamkan kampung dan menghanyutkan mahligai, merupakan

pembayangan awa1 akan kekalahannya nanti. Tekniti membina ke­

tegangan yang lain ialah menangguhkan.peristiwa; yang ake.n ter­

jadi dengan menyisipkan peristiwa-peristiwa yang lain yang

berupa unsur tinjau-ba1ik, misalnya menunda Meugat menyrunpa.i­

kan surat secara langsung kepada Pangul~e Peunaroe dengan cara

membawanya bercerita lebih dahu1u pada hal-hal yang lain, be•

gitu juga halnya dengan Jeumaloya1am tidak langsung menyelesai­

kan masalahnya dengan PanguUfe Peunaroe, melainkan bercerita

du,J,u mengenai kisah:.·•masa lalu mereka. Semua .ini menimbulkan

Page 56: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

49

ketegangan pada penikmat, sebab peristiwa yang dinantikan

tertunda penyampaiannya.

Teknik pembentukan eerita di dalam HMO terkesan mem­

punyai pola yang khas sekali, seolah seluruh bagian oe~ita

sudah mempunyai model sendiri-sendiri• yang dengan mudah

dapat dirangkaikan, tanpa mengalami kesukaran. Hal ini ter­

lihat dari perulangan-perulangan bagian-bagian peneeritaan

yang dilakukan dengan eara mengulang larik-lariknyahampir

tanpa perubahan. Misalnya terlihat ketika bujang membawa

berita, atau memberikan laporan, di sini larik-larik yang

telah diueapkan sebelumnya diulang ueapkan lagi o1eh bujang

pada orang yabg dituju itu, begitu juga uaeehat Ja Pa:keh

pada·Malem Dagang, selalu diulang dalam larik-larik yang

hampir se1uruhnya sama. Untuk sekedar eontoh dikutip di sini

perulangan yang lain, ialah reaksi Malem Dagang apabila Sul­

tan melarangnya berperang, kemudian diikuti dengan penyesal­

an Sultan karena telanjur mengangkat Malem Bagang sebagai

panglima perang. Reaksi dan penyesalan itu, larik-lariknya

diulang hampir selalu sama, baik dalam episode Asahan maupun

dalam episode perang Ban~g.

Ketika menghadapi genearnya tembakan meriam Asahan, Sul­

tan ketakutan, lalu mengajak Malem Dagang berunding saja, dan

pasUkan kembali ke Aeeh tidak usah diteruskan ke Johor, di

Aeeh nanti ditunggu kedatangan Si Ujut. Rea:ksi Malam Dagang

adalah sebagai berikut:

1029 Malem Dagang nga meunan areutoe, buju jaroe ateueh

jeumala

1030 TUMku, masa taboh panglima prang, takheun tajak

prang nanggroe Meulaka

1031 Adak uroe nyoe han neubri prang, pakan ul.lebalang

meuag ·taka ba

1032 Han g~t meudang tuanku di nanggroe, peue buetmeu keu­

noe po meukuta

1033 Masa tabob dielat payong, tapeuer6 gampong tatingsa7

tangga

Page 57: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

50

1029 Malem Dagang dengan ucapan demikian, kedua tangan ke jemala

1030 Tuanku, ketika panglima prang dinobatkan, katanya hendak menyerang negeri Malaka

1031 Kalau kini baginda larang berperang, mengapa hulu ... balang tuanku bawa

1032 Kalau kami diajak meninggalkan negeri, buat apa kami kemari, tuanku

1033 Ketika kami dinobatkan, tuanku pisahkan kami dari kampung dan ke1uarga

Larik-larik yang menyatakan penyesalan Sultan adalah

sebagai berikut:

1040 Adak kuth~e meunoe tlingang, Malem Dagang han kuboh

pang lima

1041 Jaka1ae kuboh Panglima Pidie, mangat meusie mita

bicara

1042 Nyoe ka kuboh Malem Daga~g, keureuna biek tungang

rukon mubaka

1040 Kalau kutahu begitu pembangkang, Malem Dagang tak kujaditan pang1ima

1041 Andai kuangkat Pang1ima Pidie, ja1an kompromi gam­pang bicara

1042 Kini telah kuangkat Malem Dagang, sebab dari ketu­runan pemberanidan_terhormat

Perulangan-perulangan ini 1ebih lanjut dijelaskan da­

lam pembahasan mengenai struktur puisi di bagian belakang.

Pola perulangan serupa itu tidak terdapat di dalam HPM•

perulangan-peru)angan yang ada di sini hanya terbatas pada

hal-hal yang berhubungan dengan unsur-unsur konvensi saja,

seperti perulangan lukisan taluan bunyi-b~yian, persembah­

an yang.diberikan oleh eakyat, atau pembahagian hadiah yang

diberikan oleh Pocut Muhamat. Kenyataan ini menunjukkan de­

katnya HMD dengan tradisi sastra lisan, sebab di sini juga

terujut semacam formula yang memudahkan penyair menyusun

ceritanya.

Page 58: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

I 4{... Q..%$ *- A e

V. AHANAT DALAivl HND DAN HPM

Sebenarnya dalam l?embahasan struktur cerita, secara

tidak langsung telah terbayang arah amanatnya, terutama

pada episode-episode· yang lebih panjang lebar diurai.kan

oleh penyair. Penekanan-penekanan yang dikesankan di da­

lam episode itu, hampir selalu berkaitan dengan tokohnya.

Tokoh ceritalah sebenarnya yang menjadikan adanya penekan­

an dalam episode-episode tertentu, sehingga dapat mendu­

kung amanat yang hendak disampaikan. Lewat tokoh amanat

itu· menjelma terutama lewatLyang dibawakan oleh tokoh uta-­

manya. Maka setelah memperhatikan strukturkedua h.ikayat

ini, satu persatu kini akan dibicarakan amanatnya setelah

terlebih dahulu dibicarakan tokoh yang mendukung amanat.

fyesan 1. Amanat dalam HMD

Dalam HMD tokoh yang pertama sekali disebut-sebut ada­

lah Sultan Iskandar Huda, yang disebut juga dengan gelaran

Heukuta Alam. Iskandar Muda adalah raja yang adil dan me­

makmurkan negeri sehingga rakyatnya hidup sejahtera. Keti­

ka Si Ujut membuat huru-hara di Aceh, Sultan sangat marah,

tetapi ke'lemahannya mulai disebutkan oleh penyair di sini.

Kelemahan itu diungkapkan pada waktu ia bertemu dengan Raja

Haden, Sultan mengatakan bahwa ia tidakL;jalan ke mana harus

mengejar Si Ujut yang sudah lari ke negerinya itu. Raja Ra­

denlah kemudian yang menasihatinya agar mengerahkan rakyat

membangun armada, dan Raja Haden akan bersedia menjadi pang­

lima perangnyao Perla~;1atan mengerahkan rakyat membantu P~e­

rang ke Johor, dilakukan oleh Sultan sendiri, tetapi sete­

lah pengangkatan Malem Dagang di Jambo Aye(Semakin lemah.

Sejakepisode Heureudu, diarigkatnya Ja Pakeh sebagai pena­

sehat perang, Sultan selalu bertanya tentang berbagai tern­

pat yang dilalui pada Ja Pakeh. Dalam pengangkatan Malem

Dagang, Sultan juga bermusyawarah dengan Ja Pak&h. Dalam.

/Peeannya L tahu

"

Page 59: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

52

pelayaran, kelemahanSultan semakin ditonjolkan. Dalam pe­

layaran menuju Asahan, Sultan bertanya pada Ja Pakeh, apa­

kah arah pelayaran tidak keliru, karena sekelilingnya yang

dilihat air semata. Ketika perang babak pertama berlangsung

dengan Asahan, Sultan ketakutan, lalu menyuruh Malem Dagang

menghentikan perang. Dan ketika perang Asahan selesai, Ma­

lem Dagang membawa putri Asahan yang cantik itu ke kapal,

Sultan malah tergoda dan memintanya pada Malem Dagang untuk

ternan Putroe Phang di istana, dan Sultan lalu mengajak Malam

Dagang pulang saja ke Aceh, tidak usah lagi mengejar Si Ujut

ke Johor, ditunggu saja kedatangannya ke Aceh. Dalam perang

di Laut Banang, ketika Sultan baru datang dari Johor, disam­

but oleh Malem Dagang dengan memperolok-oloknya, dan ketika

perang dengan Si Ujut berlangsung Sultan memperlihatkan lagi

ketakutannya, sehingga ia disuruh tinggal saja di dalam bi­

lik (p~k~~). Dalam pelayaran dan peperangan, kekuasaan nam­

paknya berpindah ke tangan Nalem Dagang dan Ja Pakeh. Ja Pa­

keh yang menentukan kutika yang baik untuk memulai peperang­

an. Halem Dagang meminta izin untuk berperang bukan pada Sul­

tan, melainkan pada Ja Madinahq Ketika putri Asahan, Keumala

Donya, ditawan oleh l'i!alem Dagang, ia tidak dibawa ke kapal

Sultan,.melainkan disimpan di kapal Malem Dagang sendiri,

sehingga ketika Raja Asahan datang hendak menebusnya, Sultan

juga menyerahkan urusannya kepada Malem Dagang sendiri.

Malem Dagang sejak diangkat di Jambo Aye menonjol pera­

nannya, ia yang mengatur siaaat perang dan melaksanakannya

bersama dengan Raja Raden dan Panglima Pidie. Ajakan-ajakan

Sultan untuk berunding dengan Asahan ditolaknya, malah Sul­

tan disuruh menyingkir ke laut bebas. Dalam pelayaran dan

peperangan ini Malem Dagang memegang peranan, dengan menda­

pat sokongan nasehat dan penentuan kutika baik dari Ja Pakeh.·

Dalam uraian di atas terlihat ada dua tokoh yang besar

peranannya, ialah Sultan Iskandar Muda dan Malem Dagang. Ju­

dul suatu cerita biasanya mencerminkan amanatnya. Judul HMD

. ~;,-

. --.'1 i

1

l .--~

Page 60: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

53

menonjolkan Halem Dagang,.panglima perangnya, sedangkan da­

lam pembukaan dan penutupan hikayat menonjolkan Sultan Is­kandar Hudao Terlihat di sini antara judul dan pembukaan/

penutupan hikayat terdapat pertentangan, tetapi pertentang­

an ini mungkin akan dapat diatasi dengan cara mencari unsur

cerita yang berulang kali muncul, sehingga dapat dikenal se­

bagai _le!_t~~"t . .i_f, yang terkandung dalam setiap unsur cerita

(Akhadiati Ikram, 1978:13). Dari awal cerita sebenarnya sudah dipertentangkan an­

tara Raja Haden yang baik hati, datang ke Aceh dengan tuju­

an semata-mata hendak masuk Islam dan sekaligus ingin mem­

perhambakan diri kepada Sultan. Hal ini dibuktikan dengan

menyerahkan Putroe Phang kepada Sulta.n. Kebaikannya itu di­

balas oleh Sultan dengan mengawinkannya dengan adiknya sen­

diri, diberi istaha lengkap dengan dendayang, beserta wila­

yah tempat ia memerintah. Oposisinya ialah Raja Si Ujut,

yang sejak datangnya sudah menunjukkan gelagat tidak baik,

angkatan pel1giringnya yang besar, agamanya masih agama ka­

fir, namun Sultan menyambutnya dengan baik, diberi pesalin­

an yang megah dan diberi tempat ia memerintah di Ladong dan

Krueng Raya. Meski Sultan memperlakukan sama., tetapi pada

hakekatnya tidak sama, sebab tempat memerintah Raja Raden

dekat dengan lingkungan istana, sedangkan tempat memerintah

Si Ujut jauh dari istana, ialah di wilayah pantai.

Sifat oposisi ini dalam perkembangan kemudian semakin

nyata, ketika Si Ujud mem-buat huru-hara di wtlayahnya, ia

meninggalkan Aceh kembali ke Johor. Di sini Raja Raden mem­

buat pernyataan bahwa ia tidak memandangnya lagi sebagai sau­

daranya. Hal ini juga berhubungan dengan ucapanSi Ujut dalam

pertengkaran sebelumnya dengan Raja Raden._yang menyatakan bah­

wa sikap Raja Haden yang telah memeluk agama Islam itu dalam

pandangan Si Ujut. sepeser pun tak ada harganya lagi. Lebih

lanjut dalam persiapan armada untuk menyerang Si Ujut di Jo­

hor, datang pula satu batang kayu besar (~ind~~) ke pantai

Aceh yang kemudian dijadikan kapal Cakra Donya untuk menggem-

Page 61: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

54

pur Si Ujuto Pohon besar itu sengaja menghanyutkan diri da­

ri Guha, agar dijadikan kapal oleh Sultan untuk mengalahkan

Si Ujut. Pohon kayu itu ternyata dihuni oleh jin Islam.

Unsur-unsur yang beroposisi antara Islam dan kafir ini.

dalam episode Neureudu memperlihatkan eksistensinya yang

nyata, yang sekaligus mengarahkan sasaran amanat HMD, dengan

demikian menjelaskan pula mengapa seolah-olah terdapat per­

tentangan antara judul dengan pembuka/penutup hikayat. Di

Heureudu ada seorang ulama besar yang bernama Ja Pakeh, di­

sebut juga Ja Madinah atau Ja Ulama,

(~, singkatan dari Kuj.::, = kakek, semacam panggilan kehor­matan kepada seseorang yang tergolong terkemuka dalam masya­rakat dan sudah lanjut usia. Dalam hal ini Ja Pakeh terpan­dang sebagai seorang ulama besar, pen.).

Ia menerima pengaduan rakyat, mereka takut menghadap Sultan

sebab sudah tujuh hari Sultan berada di Simpang baru sekarang

rakyat 11eureudu yang baru turun dari gunung itu pergi mengha­

dap. Maka berkata Ja Pakeh pada mereka:

528 Adak meunan cuco badan, kutron sajan jak udehta ' ' ' ' 529 Bek katakot bek kamalee, bukon na kee si dakwa raja

530 Leubeh di droe nya:n neukrajeuen, di kee keusuka'an

lueng a{l'ama

531 Leubeh di droe nyan neupham adat, hukom Allah that

k'ee kuraja

528 Kalau begitu, cucu, sayang, aku ikut turun, ayoh ber­sama

529 Jangan takut, jangan malu, ada aku si dakwa raja 530 Kelebihan dia dalam memerintah, aku kesukaan jurusan

agama 531 Kelebihan dia dalam memahami adat (undang-undang ke­

rajaan), hukum Allah akulah rajanya.

Sikap Ja Pakeh ini menunjukkan bahwa sasaran yang mer...

dasari HMD adalah misi pengislaman, karena itu dalam perkem­

bangan cerita selanjutnya Ja Pakeh sebagai ulama besar, pena­

sehat perang, sekaligus juga menjadi tempat bertanya Sultan

tentang segala ac•uatunya. Sultan senantiasa tunduk pada apa

Page 62: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

yang diucapkan oleh Ja Pakeh, begitu juga Malem Dagang, se­

hubungan dengan unsur..-unsur cerita yang berkemba.ng ini,L · ·­

letakkan posisinya di pihak Ja Pakeh (ulama). Hal ini disim-·

bolkan oleh namanya (~~ = alim, orang yang menguasai il­

mu agama, dag~~ = perantau, meninggalkan kampung untuk me­

nuntut ilmu agama, pen.), yang menunjukkan bahwa ia juga

seorang/kuat agamanya dan banyak pengalaman. Lia di-

Dalam situasi ini, kedua tokoh tersebut baranskali da­

pat dipandang sebagai dua sisi mata uang, keduanya menyim­

bolkan kekuatan ulama, Ja Pakeh sebagai penilik kutika, pe­

nasehat,dan Malem Dagang sebagai pelaksananya, sebagai ujung

tombak para ulama. /Yang Sasaran pengislaman, ternyata tidak hanya ditujukan un­

tuk memberantas kafir (Si Ujut), tetapi juga raja kafir yang

lain, di sini ditunjukkan dengan perang Asahan. Pola oposisi

di sini terlihat lagi, raja Asahan yang kafir dikatakan se­

bagai raja yang sangat kejam kalau ia menaklukkan sesuatu ne­

geri, tetapi ketika pasukan Aceh menaklukkan Asahan, tidak

terjadi kekejaman yang demikian. Negeri tidak dihancurkan,

putri-putri dalam istana yang banyaknya seratus ora.ng tidak

ditawan, yang diambil hanya permaisuri raja saja, ialah Keu­

mala Donya. Raja Asahan sekembalinya dari pelariannya, mali­

hat negerinya dalam keadaan baik, dan putri-putri tidak di­

rampas, membuat dia terheran-heran dan menaruh hormat pada

pasukan Aceh, karena itu ia lalu mengerahkan rakyat untuk

menghadiahkan mereka berbagai buah-buahan dan makanan, sedang­

kan Raja Asahan membawa emas tujuh karung untuk menebus per­

maisurinya. Tebusan itu tidak diterima oleh Malem Dagang, sya­

rat yang diajukan ialah bahwa ia harus masuk Islam, maka Raja

Asahan bersama raja-raja takluknya masuk Islam dan diberi

pengajaran agama oleh Ja Pakeh. Selanjutnya negeri Asahan men­

jadi negeri yang bersahabat dengan kerajaan Aceh, bukan seba­

gai kerajaan taklukan. Si Ujut yang tidak mau masuk Islam ke­

mudian dibunuh di Aceh.

Page 63: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

56

Dari tinjauan ini terlihat bahwa Iskandar Muda menda­

pat kejayaannya berkat bahtuan pihak ulama, dan karena ia

selalu berkonsultasi dengan ulama. Maka amanat yang tampil

di sini ialah: seorang raja akan mendapatkan kesempurnaan

kebesarannya kalau ia menjunjung tinggi kedudukan ulama.

Orang yang akan menyelamatkan kedudukan seorang raja adalah

ulama, sebab golongan ulama sangat dekat dengan rakyat. De-.

ngan kata lain, raja yang tidak menghiraukan golongan ulama,

akan menjauhkannya dari simpati rakyatnya.

HPH tidak memperlihatkan pertentangan antara judul de­

ngan tokoh utama di dalam cerita. Di sini Pocut Muhamat tam­

pil dan berperan sejak dari awal sampai pada akhir cerita.

Ialah penggerak cerita yang dimulai lewat mimpinya. Ia ber­

musyawarah dengan saudaranya Pocut.Kleng dan Pocut Sandang

untuk menegakkan wibawa pemerintahan saudara tua mereka Raja

Huda (Alaeddin). Oposisi pertama dalam usahanya itu justru

datang dari Raja Muda. Kekerasan Raja Muda hendak mencegah

rencana tersebut dengan mendatanginya secara langsung, jus ..

tru semakin menonjolkan kekukuhan pendirian Pocut Huhamat,

di sini dinyatakan dengan kalahnya Raja Huda berdebat dengan

adiknya. Sikap Pocut Muhamat yang simpati, sopan santun, tu­

tur katanya yang lemah-lembut, pemurah, penuh perhatian ter­

hadap masalah yang dihadapi rakyat setempat, ditambah dengan

ketampanan wajahnya, suaranya yang bagus, membuat ia omendapat

dukungan penuh dari rakyat dalam perlawatannya untuk menghim­

pun kekuatan itu. Oposisi tangguh yang dihadapinya di Pidie,

adalah Pangulee Peunaroe, anak angkat musuhnya, Jeumaloyalam.

Pengulee Peunaroe yang ditakuti di seluruh Pidie karena per­

kasanya, juga akhirnya dapat diyakinkan oleh Pocut Muhamat

terutama karena dibantu oleh sikapnya itu.

Page 64: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

9%- o _ L,x_ .. $_ ;pa *

S?

Jeuma10,.a1am, peJ'li'Ulaa Ga.,Ona Java, ia dipancla.ng ae­

bagai orang auci, keturunan Raaulullah. Ia diaegani oleh

rakyatnya dan juga rakyat yang langnq ada eli bawab kekua ...

aaan Raja Mucla eli Aceh. Baja Muda sendiri pun menahormati­

nya, lebih-lebih kare.na peaan clari alDtarhum ayah mereka,

agar mereka mau beraaudara dengannya. Pengpmbaran aaal

keturunan JeumalO,.alam ini mempunyai kepentingauya nanti

dalam peristiwa kematian Pangul'ee Peunaroe. Pangul\e Peu­

naroe meninsgal bukan karena ditembak oleh ayah angkatnya

i tu, raelainkan karena terkeDA bayangan saaaran bedil Jeuma­

loyalam yang diarahkan ke dahan pohon gluaJ!!I• Ini menje­

laskan bahwa Jeumaloyalaa mempunyai tenap-dalam yang luar ·

biasa ampubnya. Tetapi bayangan bahwa Pangulee Peunaroe

akan menerima akibat dari kedurhakaannya telab terungkap

ketika ia pamit pada ibu tirinya, satu-aatu111a «?rang yang

sangat mengasihinya. Ibu tirinya dengan mata yang sebak

berusaba mencegah Pangulee Peunaroe ikut aenyerang Gamping

Java, dan mengingatkannya pada jaaa-jaaa baik Jeumaloyalam

yang telah menyelamatkan nyawanya dalam petang Glumpang Pa-- ' yong. Panaulee Peunaroe rupanya meraaa jengkel pada ibu ti-

rin;ra itu, karena memandangn;ra ~~aaih aebagai anak kecil ju­

ga yang aelalu harus dinasihati.· Malta eetelah menyembah

lutut ibunya, sambil turun dari rumah ia berkata, "Han ae

~te,~ -~~l!e..q})~t i!!~~~h._(e.~t._a.~l_~~_J'l..l!':,§_!~U~~ (Tidak pantas dipatuhi ( omongan) orang perempuan, rusak na-ma baik kita), dilanjutkan dengan ceroaan yang lebih ka.sar

lagi yang diarahkan kepada ibu t~rinya itu. Men4ltngar ucap­

annya i tu semua dendayang dalam iataDa aenangis semuaDI'a,

maka ketika ia sampai ke halaman istana, alaat jelek itu

pun diungkapkan.

1908 'Ob trOib u leuen neudong si • at, di ainan aapat

lewaah tancla

1909 Neupeuleumah ul' Tuhan, tanda kayaan Allah Ta•ala

Page 65: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

1910 Angen pi tan ujeuen pi tan, ba.k u di laman reuba.h

meutiapa 1911 Reubah bak u ka meu1inteueng, patah tu1eueng rueng

rumoh B~ntara

1908 Sesampai di halaman ia berhenti sejenak, di situ ter1ihat tanda pertama

1909 Diper1ihatkan o1eh Tuhan, bukti kayanya Allah Ta•ala 1010 Angin tidak l)ujan pun tidak, pohon kelapa di hala•n

tumbang sendiri 1911 Tumbangnya menimpa rumah, patah ba1ok bubunga.n rumah

B'iltara

Alamat jelek ini 1alu menjadi kenyataan ketika ia ber­hadapan dengan JeumalO,.alam. Hal· ini juga sekaligus menun­jukkan bahwa dengan memihaknya Pangul"ee Peunaroe kepada ~o­out Muhamat, berarti secara serta-merta telah mengarahkan­

nya pada malapetaka, ialah durhaka kepada ibu tirinya dan

durhaka kepada ayah angkatnya. James Siegel .dalam uraiannya

mengenai a1asan kematian Pangul.e Peunaroe membuat kekeli-' ruan yang sangat beaar. Ia haaya melihat hubungan PaDplee

Peunaroe dengan JeumalO,.alam dalam kaitan perawatan dan ha­diah-hadiah yang diberikan, yang aemuanya itu menurut pema­hamannya dapat dihitung untuk dibayar kembali. Dengan kata

lain perkaita.n 1'durhaka11 karena sebutan ''ayah angkat" dan

"anal(; angka.t11 , tidak ada relevansinya saa sekali. Siegel

melihat alasan kematian Pangulee Peunaroe, karena sebutan 11anak angkat 11 yang diberikan oleh.JeumalO,.alam, sebagai se­

butan yang mengandung unsur magis, sebab Jeuma1oyalam orang suci, cucu anbia. Hal ini dikaitkannya dengan Ja Pakeh da~ lam HMD yang .. lam tafsiran Siegel ulama besar ini juga me­

ngeramatko.n nama-nama tempa:t yang diberikannya sepanjang

perlawatannya dengan Iskandar Muda di pantai utara Aceb (Si­

egel, 1979:161-165). Keterangan Siegel tentang Ja Pakeh ini pun merupakan kekeliruan yang besar. Dalam perlawatan itu

Ja Pakeb tidak pernab memberikan nama terhadap aeauatu tem­pat, ia hanya sekedar menjelaskan tempat-teapa.t tersebut ae-

Page 66: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

/ .•

.59

hubungan pertanyaan Iskan~r Muda · aaja. Dalam hal ini Si•­

gel melepaskan aatu unsur penting yang ditonjolkan di sini

ialah kedurhakaan Pansulee Peunaroe, lea rena orans 7all$ au­

dab dipandangnya sebagai ibu dan sebagai ayah sendiri mem~

punyai konaekuensi dalam ajaran agama (Islam) dan dalam

konvenai kemasyarakatan. Banta Amat dalam ~aba Sr~-1!1..-~l!~a.,g atau Malin Kundang dalam legende Si Malin K~da!S di Minang­kabau, berubah menjadi batu, karena durhaka kepada ibunya.

Dalam hubungannya dengan amanat RPM, episode Pangul1te Peunaroe sebenarnya mempunyai sambutan yang beaar juga di dalam maayarakat penikmat hikayat, bila dik.aitkan de.ngan ke­percayaan agama dan konvensi masyarakatnya. Tetapi bila di._

kaitkan dengan peran Pocut Muhamat, sehubungan dengan ikti­

kat hendak mengeabalikan wibawa pemerintahan Raja Muda, se­

bagai satu-satunya pemerintahan yang sah, maka episo~e Pa­

ngulee Peunaroe merupakan amanat penunjang yang mengukuhkan

kedudukan tokoh Pocut Muhamat.

Dengan demikian amanat utama yang tersirat dalam selu­

ruh bagian cerita HPM ialah Pocut Muhamat dengan segala si­kapnya yang istimewa, merupakan contoh tokoh idaman yang

mampu mempersatukan seluruh wilayah kerajaan. Sikapnya yang aimpatik, mania tutur katanya, pemurah, penuh perhatian ke­

pada masalah yang dihadapi mkyat, tidak memakaakan kehendak­

nya (Pangulee Peunaroe inemihak padanya bukan karena dipakaa,,

melainkan karena'aikap Pocut Muhamat), dan tidak.emosional

dalam bertindak atau mengambil sesuatu keputusan, serta ti­

dak berdendam. Hal yang terakhir ini terungkap ketika ia ber­

hadapan dengan Jeumaloyalam. Ia tetap hormat dan sopan kepacla Jeumaloyalam, k~tika yang terakhir ini meminta_ jalan keluar

hendak meninggalkan istanaaya, menuju lee tempat pengasingan­

nya dengan meninggalkan seluruh kekayaan di dalam istana.

Jelas di sini, bahwa Pocut 1-tuhamat teguh dengan p4ndirian se­

mula, ialah mengembalikan seluruh wilayah kekuasaan Raja Muda

pada pemerintahan yang ·aah, karena itu ia tidak menaruh dftll•

dam apa--apa terhadap Jeumaloyalam. Bor-.tnya pula Jeumal.O,.­

lam sebagai orang auci, tidak sedikit pun berkurans.

'

. ····-~ > '<,_1

-I

Page 67: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

VI. PEHAKAIAN KATA GANTI ORANG DALAM HMD DAN HPM

Pembahasan mengaAai pemakaiu kata ganti orang 1ni d:i ..

maksudkan untuk mengeiahui adakah penyimpangu-penyimpangan

dalam pemakaiannya antara kedua hika,-at ini. Kalau ada, ma­nakah yang paling banyak kadar penyimpang&nJ11a" dan penyilm­pangan-penyimpangan tersebut barangkali dapat pula menentu­kan yang mana yang.paling banyak memperlihatkan ciri•ciri tradisi lisan.

l• Bentuk kata santi orapg dan pemakaiannta dalam bahasa Aoeh

Kata ganti orang yang terdapat dalam bahasa Aceh ada.lah sebagai berikut :

(1) Kata ganti orang pertamas

Bentuk tunggal • kae, lon, ulon, ulontuan,- ulonteu,

pat&k• saki, paoay, laman sroepada. · Ben tuk jamak . kamoe geutanyoe

(2) Kata ganti orang kedua :

Bentuk tunggal/ja~k a kah, gata• droeneu

(3) Kata ganti orang ketiga :

Bentuk tunggal/jamak : jiht gobnyan

Beberapa kata ganti orang ini mengalami perubahan ben•

tuk bila berfungsi sebagai awalan atau akhiran kata ganti. ·

Perubahan-perubahan tersebut adalah sebagai berikut:

Awalan kata ganti (1) Kata ganti orang pertama: kae menjadi ku•

lon, ulon, ulontuan, ulonteu menjadi lon• kamoe menjadi meu­

geutanyoe menjadi ta-

(2) Kata ganti orang kedua : kah menjadi ka-

gata menjadi ta­droeneu menjadi neu-

60

Page 68: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

(3) Kata ganti orang ketiga : jih menjadi ji­

gobnyan menjadi geu-

Akhiran kata ganti

(1) Kata ganti orang pertama: kle menjadi -ku(h)

kamoe menjadi -meu(h) geutanyoe menjadi -teu(h)

(2) Kata ganti orang kedua : kah menjadi -keu(h)

gata menjadi -teu(h) droeneu menjadi -neu(h)

(~) Kata ganti ora.ng ketiga : jih menjadi -ji(h)

gobnyan menjadi -geu(h)

Kebanyakan peneliti bahasa Aeeh, hanya mencatat saja

apa yang terlihat dalam pemakaian kata ganti ini, tanpa ber­

usaha memahami fungsi masing-masing dalam pemskaiannya. Ka­

rena hanya mencatat itulah, maka Hoesein Djajadiningrat me­

masUkkan droeneu ke dalam kelompok kata ganti orang ketiga

tunggal (1934: ix). Sebenarnya. droeneu untuk pengertian orang

ketiga tunggal, dipakai dalam peristiwa yang sangat khusus,

ditujukan untuk menghormati orang yang disebutkan. Rakyat

biasa tidak akan menyebut gobnyan (bentuk kata ganti orang

ketiga yang umum dipakai) terhadap raja, atau orang yang sa•

ngat dihormati, dimuliakan, misalnya: hulubalang, ulama, bah­

kan untuk Tuhan. untuk sekedar contoh, dikutip di sini dua

larik dari HMD dan RPM. . .

Padum law't neukeurajeuen, sapeue pi tan na mumara (su­dah sekian lama baginda memerintah, tak satu pun mara menimpa} (HMD: larik 22, h.15)

Na nyum .!!!.!' eu gunong nyang manyang, leumah .!!!,!!P8.Ddang sagay donya (serasa beliau melihat gunung yang tinggi,

dari sini beliau bisa memandang seantero dunia)

(HPM: larik 9, h•39}

Page 69: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

Barangkali hanya Snouck Hurgronje sajalah yang menooba

menjelaskan pemakaian 9 atau tingkat pemakaian masing-masing

kata ganti tersebut (1900:180-186). Keterangan Snouck terse­but 1ebih·lebih terasa penting, karena pada eaat karangan

itu ditulis, maeyarakat Aceh belum lagi jauh dengan suasana

kerajaan. Sebagian besar keterangan Snouck dalam karange.Jm1a

itu sebagian besar ternyata maeih sesuai dengan pemakaian

yang berlaku sek.arang di dalam kehidupan bahasa Aceh, tentu

saja tidak termasuk kata•kata ganti yang bersangk.ut paut d~'

ngan tata kehormatan kerajaan antara raja atau kalangan iata:­na dengan rakyat atau budak.

Snouck menjelaekan bahwa kata ganti orang pertamas k3et -sering terdengar dipakai dalam pergaulan orang-orEUlg reJI.dah•

an, budak, orang-orang yang tidak santun, atau or~res udik yang tidak berpendidikanjj Tentang orang udik t.g diang• ga.p bahaeanya kasar, disebut eebuah ungkapan oleh Snowalc, "Narit ureueng tunong meukah·k~e", omongan orang pede.l.«lflll'lll.:: ·

berengkau-beraku. (1900:182). Konotasi Snouck tentang J!lla­kaian ili, di sini jelas menunjuk pada suasana masa 1 tu, t.O:•• pi sekarang pun tetap dipandang kasar orang yang menyebut di• rinya dengan .ili• !h,, barangkali dapat diterjemah dengan aku

dalam bahasa Indonesia, atau suwa dalam dialek Jakarta.

Lon, kependekan dari ulon, dipandang lebih sopan 1 biasa­nya kedudukan teman bicara tidak lebih rendah dari yang ber­

bicara. Dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan dengan

!!J!!e Keterangan Snouck tentang pemakaian ulontuan dan UlOnteu,

terdapat sedikit pertentangan dengan kenyataan sekarang.

Snouck menjelaskan bahwa ulontuan dipakai oleh pembicara yang

kedudukannya lebih rendah de.ri teman bicaranya 1 sedangkan da•

lam pemakaian ulonteu (terbentuk dari ulon+teu, teu kependek--------an dari sata) kedudukan pembicara 1ebih rendah lagi dari

ulentuan. (l900zl8o).

Page 70: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

Kedua kata ganti tersebut sebenarnya pemakaiannya t.idak

lag·i menunjuk pada rendahnya kedudukan pembicara, melainku

lebih menunjuk pada tingkat sopan santun• atau budi bahasa pengucapnya. Mungkin dapat dibandingkan dengan tingkat pema­

kaian bahasa dalam masyarakat Jawa yang mengenal tingkatan

ngoko, kromo dan kromo inssil, meskipun dalam bahasa Aceh

hanya terbatas pada kata ganti orang saja. Jadi sehubungan

dengan itu dapatlah dianggap: k~e (ngcko), lon, ulon (kromo),

sedangkan ulontuan, ulonteu (kromo inggil), hal ini terlihat jelas.dalam kedua hikayat yang dibicarakan ini.

194

Contch dalam HMD \ -.. "' Pakon tapeugoe ulonteu sidroe, toh sal&h proe siri sabda

(mengapa adinda bangunkan hamba, apa gerangan keperluan­

nya) (Dieupakan oleh Raja Raden kepada permaisurinya)

884 Ul.onteu eu. dalam surat, hana sapat nyang na cidra (Bamba

periksa dalam kitab, tak satu pun yang keliru) (Ucapan

Ja Pakeh pada Sultan Iskandar Muda)

1270 Han ek tuanku ulonteu mubisan, han ek lon pulang payong

suasa (Tak sanggup hamba berbesan dengan tuanku, (sebab)

ta~saya memberikan (buah tangan) payung suasa) (Diucap­

kan oleh Malem Dagang kepada Sultan Iskandar Muda)

Contoh dalam RPM Lmampu

260 Meungtan gata ad3k di sinoe, ulonteu nyoe harohara (Ka­lau tak ada adlk di sini, hamba ini kaoau balau) (Diuoap­

kan oleh Raja Muda kepada Pocut Muhamat)

654 Ul.onteu out badan seudang, han tom lam prang diJ.:Ie nyang

ka (Hamba masih sangat muda, belum sekali pun ke arena perang) (Diucapkan oleh Pocut Muhamat pada rakyat Pidie)

l400 Han jeuet Pccut ulonteu ubah, ka leupaih sumpah han jeuet meutuka ( Tak mungkin Pocut hamba ubah, sumpah telah. diu­

oapkan) (Piuoapkan oleh Pangulee Peunaroe kepada Poeut

Muhamat)

Page 71: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

64

Patlk, ;pacay, (Melay\1: patik, pacal), ~. keti&a kata

ini sering ditambah keterugan "nyang hina" (yang hina), bia­

eanya diucapkan oleh budak atau hamba sahaya kepada tuannya.

Tetapi selalu juga terlihat dipakai oleh rakyat biasa bilaL •

terhadap raja. Hal ini kelihatan dalam HMD. Lberbicara

Ampon tuanku meurible amp0n 1 seumah ulon pacay nyang hi­

na (Ampon tuanku beribu ampun, sembah hamba budak yang hina)

(Diucapkan oleh Putroe Phang kepada Sultan Iskandar Muda)

Kamoe, di samping mempunyai pengertian orang pertama ja ...

mak, dipakai juga sebagai ungkapan kebesaran untuk orang per­tania tunggal, ialah raja. Geutanyoe (kita), orang pertama ja­

mak, dalam pemakaian sering juga diucapkan tanyoe.

Kata ganti orang kedua !!h• kedudukannya setingkat de­

ngan kl,e. Gats. dan droeneu, dipakai dalam tingkat orang-orang --bersopan san tun. Dalam pemakaian sekarang ,, sa ta hanya dipakai ·

oleh suami kepada ieterinya, atau orang tua kepada anaknta

yang telah dewasa, atau orang dewasa lainnya. Tetapi di da~,

hikayat, gate. dipakai juga untuk menyebut Tuhan. Di dalrun HMD,

terlihat gata tidak hanya diucapkan oleh Sultan Iskandar Muda

kepacja'ieterinya Putroe Phang, tetapi juga eebaliknya. Hal

ya)(g terakhir ini menunjukka:n bahwa mungkin eekali dulu sata

Aflerupakan panggilan/ sebutan untuk "kekasih", mungkin same. de ..

ngan "dikau" dalam bahasa Melayu. Penyebutan sata untuk. Tuhan,

dalam hal ini mungkin dapat dihubungkan dengan 11kekasih". atau

"yang dirindukan" oleh kaum sufi.

Kah, gata, droeneu, dalam penjelasan Snouck untuk pel'lger-.

tian jamak, tidak pernah ditambah dengan kata tunjuk nyoe ( ini) t

tetapi dewasa ini untuk pengertian jamak sering diueapkan .ae­ngan kahxgoe, ga t!N;a.t t droeneunyoe.

Kata ganti orang ketiga jih, kedudukannya setingkat de­

ngan pemakai .2!'! atau ~ Teta);li sebagai awalan kata ganti,

J! mempunyai kedudukan yang berbeda dengan yang lain. ·i! ber­f'ungsi ~uga sebagai awalan pembentuk pasif, sama dengan awalan.

di- dalam bahasa Indonesia. -

Page 72: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

Geulayang putoih -an "* .U,baplt 11 angln (Layangan pu­tus i tu sudah ,!!! ~rban·~ ( olell) angin)

Gobnyan diucapkan pada o'*g J&ng kedudukanwa setingkat

dengaJl d:roeneu, tetapi bila ber-ntuk awalan kata santi (,geu .. ) d.apat juga berfungsi sebagai awalan pembentuk pasi:t mesld:Pua maaih menunjuk pada tingkat kedudukan pelakunya.

Baroe lon geudhot 1' yah (Kemarin saya !_imarahi ( oleh)

4f&h)

Di sini geu- (awalan kata ganti untuk ayah) tidak mung­

kin diganti dengan ji ... , sebab yang leb.ih muda tidak sopan atau ti4«k beradat kalau mengatakan ~i- (jih) pada orang yang lebih t~ dari si pembicara.

Sehubungan dengan kata gantiorang ketiga jamak, sebanar­

nya maeih terdapat satu lagi yang jarang tersua di dalam kaJ7.a,

tulia, tetapi hidup dalam ba:hasa lisan, ialah.!!.!! yang pelfl&•

kaiannra selalu diikuti oleh kata tunjuk nzan (itu) atau nroe

(ini) : awaknzan, awaknyoe (mereka itu, mereka ini), tergu ... tung d$kat tidaknya orang yang diperkatakan.

Demikianlah sedikit uraian mengenai pemakaian kata ganti

orang dalam bahasa Aceh, dan karena dapat juga dibentuk menja­

di awalan atau akhiran kata ganti, menjadikan tingkat hormat

pemakaiannya dapat diketahui.

2. Gejala pe~kaian kata ganti yang terlihat d.a};am Jqm· du HPM -Gejala pemakaian kata ganti dalam kedua hikayat ini, akan

kami lakukan pembahasannya bertolak dari dua sudut tinjau. Hal

ini sesuai dengan cara pembeberan cerita yang dilakukan oleh

penyairnya, ialah dengan sudut tinjau ( poMr; t of. vJ..e,.w) orang

pertama dan sudut tinjau orang ketiga., peayair meluld.ekan lans•

sung masalah tokoh cerita (author omnitcienj) (~ne Wellek, 1970:222). Penyair dalam mengomentari tokoh-tokolmya dapat di­tilik bagaimana tokoh teraebut bersikap terhadap t~oh Jang

Page 73: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

I 0

66

.. lain yang kedudukannya berbeda, dan dapa. t juga di'tilik dart

segi eikap penyairnya eendi:ri terhadap tokoh tersebut.

Kedua aspek t a tau sudut tinjau ini alWl dapa t mengutigkap­kan seberapa jauh penyair dapat memp&rtaha:lkan identitae to­koh yang ditampilkannya, dan kedudukah mas:i.ng•masing tokoh

tersebut dalam relaeinya. Tetapi karena s:Lngkatnya waktu dan banyaknya tokoh yang terdapat di dalam kedua hikayat, 'maka da• lam pembahasan ini hanya diambil beberapa tokoh utama saja.

Dalam HMD hanya akan ditinjau tokoh Sultan Iskandar Muda, ·

Malem Dagang, Ja Pakeh dan Putroe Phang. Dalam HPM aka.n dit.in•

jau tokoh Pocut Muhamat, Raja Muda, Pangul.ee Peunaroe dan

Jeumaloyalam.

a. Sikap penyair terhadap tokoh cerita d~ t~rhadap pende­

ngar Dalam HMD Penyair beraku kepada pendengarnya, seperti terlihat da­

lam larik pembuka hikayat ini.

Ajay&b eubeuhanallah, tang'o l.s!!kisah raja-raja (Ajaib

subhanallah, dengan kukisahkan raja-raja) -Dalam eebuah larik yang menunjukkan pergantian episode

eerita, terlihat lagi, penyair beraku kepad.a pendengarn7a (la­

rik 1744).

Teutab ·t ohnan nyang haba nyan, nyoe kurangan la'6n srika

(Cukup sebegini tentang ha'l itu, akan kureka kisah 7ang - .

lain)

Tetapi dalam larik-larik penutup, penyair telah lebih ber­

sopan santun, ia sudah memakai lori dan ulon. --2257 Lapan uroe buleuen lon peutamat, uroe meUhat Rabu

nama 2258 Nama buleuen Jumadoy Away, watl'e l'oha lon peuleungka

226o Encha Allah ka keu tamat, ulon harap keu Allah Ta'ala -2257 Delapan hari bulan saya selesaikan,hari paeti Rabu

bernama 2258 Nama bulan Jumadil Awal,waktu l()hOr saya rampungkan 2260 Insya Allah sudahlah tamat,harap saya pada Allah fa'ala

Page 74: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

I I

67

Meskipun·penyair beraku untuk dirinya, tetapi kepada l)e•

nonton/pendengar :i.a. tidak berengkau (kah) melainkan beranda -{gata), eeperti teriihat pada larik pembuka "~sbu {anda de-

ngar). Juga dalam larik berikut ini, malah ia memangsU pen•

dengar dengan sebutan ttteun.gku" dan "amponn (teng1£u, panggi­

lan sopan buat rakyat biasa, sedangkan·ampon, panggUan buat

orang-orang bangsawan). Larik ini melukiskan angkernya pohon

kayu besar (rindang) yang hanyut dari Gua itu. (larik 302).

- ' Teungku ampon hayut takalon t. meung eumpung tirom han ban

publa (Teungku, ampon, eeram kita memandangnya, sarang

tiram tak terkira)

Sikap penyair terhadap Iskandar Muda dillam banyak hal

cukup sopan, sebab kebanyakan ia memakai droeneu (neu•) ee--·bagai orang ketiga, jadi terkeean eangat menghormati. Tetapi

ia tidak selalu koneekuen dengan sebutan itu, misalnya ter•

lihat ketika Sultan memberikan hadiah buat Raja Si Ujut, pe­

nyair menyebutnya dengan gobnl!D (geu-). Apakah ini ada hu•

bungannya dengan rasa estetis, mengingat larik•lariknya di­

susun dalam bentuk perulangan.penjajaran. Jawabannya aubgkin

tidak demikian, eebab di bagian lain terlihat juga percampur­

an antara ~- dengan geu- , misalnya ketika penyair mengo­

mentari Ja Pakeh .• ,

41 'Oh lheueh Eseulam Raja Raden, neupeukaw3n ngon

cMedara

64 Geubri ija that meusanjak, neudong pirak teun~ suasa - . . . - ~ 539 Ja Pakeh yohnyan .a!,_UIIeuhon ampon, jaroe ,!!!!Seu• on

ateueh jeumala

1362 Hab6h geubri buet nyang sihat, geujok peundapat nyang -samporeuna

41 Setelall memeluk agama Islam,Raja Raden, dikawinkan dengan saudaranya

64 Diberi kain yang eangat indah, bersulam perak tenunaA suasa

, ! I

Page 75: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

68

539 Ja Pakeh ketika itu memohon ampon, tangan terjunjting

di jemala

1,62 Telah beliau ajarkan perbuatan 1ang berkebajikan, di•

berikan pendapat yang sempurna

Larik 41 dan 64, komentar penyair terhadap Iskandar Mu-..

da ketika menerima Raja Raden dan memberikan pesalinan kemu-

liaan kepada Raja Si Ujut, sedangkanlarik 539 dan 136~ ada­

lah komentar penyair terhadap Ja Pakeh ketika menghadtip Sul­

tan di Meureudu dan ketika mengajarkan agama Islam kepada

Raja Asahan.

Satu hal lagi yang agak mengejutkan juga tentang Iskan- .

dar Muda, ialah perulangan larik yang menyebut Sultan dengan

Layeue keurajeuen Meukuta Alam, raja ~eunan Eseukanda

Muda

(Semasa memerintah Meukuta Alam, raja bernama Iskandar

Muda)

Kata jimeunan sebenarnya dapat diganti dengan yang J.ebih

halus/baik ialah geupeunan (dinamai, disebut), tetapi seluruh

pola perulangan larik ini tidak sekali pun berganti dengan

geupeunan. Jadi dapat dipastikan bahwa itu bukanlah kekeliru ..

an penyair, melainkan sudah merupakan gayanya. Dan dalam ke ..

seluruhan HMD pemakaian ji(h) memang kelihatan dominan. Di

sini tidak hanya dipakai untuk menyebut rakyat biasa oleh

sang penyair, seperti: Keujruen, Bujang; Kunangan, rakyat,

prajurit. Sementara itu untuk menyebut tukang, sering bercam­

pur antara jih dengan gobnyan.

340 Dua ploh uroe jipeug~t 1~ tukang, has6 ngbn tihang

cukop gumtia

341 Geuboh tihang meuseusanjak, ladom J>irak ladon~suasa

34o Dua puluh hari tukang kerjakan, selesailah tiang beserta ruangannya

341 Tiang dipasang sangait indah, ada yaJ?,g perak, ada. yang suasa ·

Page 76: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

I ;

69

Selanjutnya penyair menyebut .J.!h untuk Malem Dagang,

Panglima Pidie• dan Raja Raden. Tetapi ini pun tidak selalu

dipertahankan penyebutan t;i:rigkat hormatnya. Raja Raden da­

lam peperangan disebut dengan jih, tetapi ketika menghadap

Sultan di istananya, penyair ineriyebutnya c;lroeneu (larik 207,

·211), sebagai kata ganti orang ketiga hormat •. Malem Dagang

umumnya disebut dengan jih oleh penyair, tetapi terdapat

juga dua kali penyebutan dengan droeneu, satu kali .fiobnyan

(l.arik 1450, 1556 dan 865). Sedangkan Ja Pakeh disebut de­

ngan droeneu dan 5obnyan.

Sikap penyair terhadap tokohnya itu mengesankan bahwa

lapis bahasa yang sangat dikuasainya adalah lapis bahasa

rakyat, atau lapis bahasa yang kasar. Karena itu kalau ia

mengomentari tokoh kelas atas, raja,.ulama, dan lain-lainnya,

terlihat penyair sering tergelincir ke pemakaian kata ganti

yang kasar. Ini menunjukkan bahwa penyair lebih intim dengan

lapis bahasa rakyat/kasar dari pada lapis bahasa kelas atas.

Dalam HPM

Di sini penyair mempunyai sikap yang lebih cermat. Ia

dapat dikatakan berhasil menunjukkan kelas tokohny~pemakai­

an kata ganti. Mereka yang dikomentarinya dengan menyebut

jih dan droeneu atau 5obnyan, terdapat pemisahan yang pasti.

Penyair selalu menyebut jih kepada rakyat/prajurit, huluba­

lang, panglima, keuchik/wakil. Sedangkan droeneu, kata ganti

orang ketiga hormat, dipakai untuk Raja Muda, Pocut Muhamat, "' ~ / ... Pocut Kleng, Pocut Sandang, Jeumaloyalam, Bentara Bunge,

' Tuan Seuri, Teungku Pakeh Rambayan, Ibu Tiri Pangulee Peuna-

roe. Kebanyakan kelompok yang terakhir ini hampir tidak per­

nab dipanggil dengan gobnyan (geu-) sebagai kata ganti orang

ketiga yang sesungguhnya. Llewat

Di samping kelas tokoh yang memperlihatkan keresmian

panggilan ini, terdapat juga beberapa tokoh lain yang pang­

gilannya bercampur an tara jib dengan droeneu (~-) a tau L · antara 5obnyan (fieu-). Tokoh-tokoh itu ialah; Muda Sakti,

L<antara droeneu dengan gobn;ra.A (geu-)

Page 77: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

·"'' ·,,.

,., ........ .

70 \ Meugat, Wakil dari pihak Pangulee Peunaroe dan panglima. Di

samping itu terdapat juga beberapa kali panggilan dengan jih ' . . . terhadap Pocut Muhamat dan Pangulee Peuna~oe, dan satu kali

droeneu diucapkan kepada rakyat. \

Yang patut ditinjau di sini adalah tokoh-tokoh yang mem-

perliha tkan variasi panggilan itu, latar belakang apa yang '

menjadikan kekacauan tersebut.

Panggilan jih terhadap Pocut Muhamat terjadi ketika pe­

nyair mengisahkan masa kecil Pocut Muhamat. Nampaknya penyair

hendak membedakan antara Pocut Muhamat kini, dalam keadaan

matang, dan Pocut Muhamat dulu ketika ia baru menginjak usia

dua puluhan, tetapi sudah sangat pandai berbicara, wajahnya

tanpan, dan suaranya sangat lemah lembut. Episode itu dimu­

lai begiti

407 Ng'O len peugah Poout Muhamat, aneuk out that goh

lom raya

4o8 Sabab utoih lhok seunuban, talc j!prang Gampong '.../

Jawa

409 G~t that jitueng at~ rakan, lhok seunuban Banta

Muda

407 Dengar saya kisahkan Pocut Muhamat, (ketika) masih kanak-kanak belum cukup dewasa

408 Sebab dalam dan jauh pengamatannya, berhasil di· taklukkannya Gampong Jawa

409 Pandai menarik hati teman-temannya, mendalam pe• ngamatan Banta Muda '

' Penyebutan jih terhadap Pangulee Peunaroe terjadi dalam

dua peristiva. Pertama ketika ia dalam keadaan marah dan di-.. bujuk oleh Teungku Pakeh Rambayan agar tidak bermusuhan de-

ngan Pocut Muhamat. Kedua, ketika ia disindir oleh Poout Mu­

hamat.

1278 Lom ,llmarit Pangul~e Peunaroe, ka ~ukheun proe

bak peutua

1374 Teuma ~seu'ot Pangul~e Peunaroe, jihkheun meunoe

pantaih sigra

, I

I l

Page 78: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

-~-'

71

1278 Berkata lagi Pangulee Peunaroe, mengadu pada pe­tua

1374 Kemudian sahut Pangulee Peunaroe, berkata. begini dengan segera

Pencampuran j!- dan~- dalam kedua larik di atas,

mungkin disengaja oleh penyair, untuk mengungkapkan hebatnya

amarah Pangulee Peunaroe sehingga tak dapat lagi mengontrol

ucapannya, yang halus dan yang kasar keluar begitu saja dari

mulutnya. Tetapi mungkin juga penyair sendiri yang lepas kon­

trol, karena lukisan ketegangan yang dibeberkannya, sebab

pencampuran penyebutan serupa itu terdapat juga pada bebera­

pa tokoh yang lain. Percampuran penyebutan tersebut mungkin

juga karena tokoh-tokoh ini (Muda Sakti, Meugat dan Wakil)

ada di tengah-tengah, bisa masuk ke dalam kelompok pertama,

tetapi bisa juga masuk ke dalam kelompok kedua.

Secara keseluruhan terlihat bahwa pemakaian kata ganti

sehubungan dengan sikap penyair terhadap tokohnya di sini 1

terasa lebih tertib dibanding dengan HMD. HMD kelihatannya

lebih merakyat, atau lebih tunong dari pada HPM. Dalam HMD

penyair lebih berpangkal pada jih, sedangkan dalam HPM pe­

nyair lebih berat berpangkal pada droepeu.

Lebih lanjut hal ini dapat terlihat pada sikap penyair

terhadap pendengarnya. Ia tidak beraku, ia selalu menyebut

dirinya dengan ~,ulan. Kepada pendengar pun ia bersikap

hormat, menyebut ~' teungku_F.ayo~, atau dengan sedikit

humor, menyebut: teumuda (abang/kakak ipar). Secara umum,

terhadap pendengar penyair berpangkal pada gata.

Dalam larik pembuka penyair berkata begini:

Ajayeb subeuhanallah, ~deungo lon peugah saboh cali tra

(Ajaib subhanallah, (anda) dengar saya kisahkan sebuah

cerita)

Dalam salah satu larik pergantian episode penyair ber­

kata begini:

Page 79: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

72

2005 Ammaba'du h' teungku pa.rong 9 ~leungo lon la1 Sn

calitra

2006 Taleung'O ulon dumna tuan, jeunoe haba prang u - - -Gampong Jawa

2005 Ammaba'du he teungku yang mulia, (ancia) dengar saya bercerita peristiwa yang lain

2006 Dengarkan saya tuan semua, ki~i cerita perang ke Gam pong J awa

Dalam larik penutup penyair malah lebih hormat lagi 9 ia

memakai ulontuan untuk dirinya:

2783 Beurayek ampori nyang keusalahan, kareuna lontuan

hana biasa

Basarlah maaf atas kesalahan, karena hamba tiada. biasa

Untuk menutup sebuah episode, terkadang penyair _menye­

garkan suasana dengan sebait pantun, dan menyebut pendengar

dengan teumuda.

403 Putik rambot bungong pad&, sang han'~k 1' lon

meujaga

4o4 Bah lon pioh meung dua jeuem, dudoe lon kheun h'

teu~uda

403 Putik rambutan, bunga padi, serasa tak sanggup lagi saya bergadang

404 Biarlah saya beristirahat barang dua jam, nanti dilanjutkan hai teumuda.

Dari uraian ini terlihat bahwa penyair lebih halus dan

penuh basa basi terhadap pendengarnya, agak berbeda dengan

sikap penyair HMD baik untuk dirinya maupun untuk pendengar­

nya.

b. Sikap tokoh sehubungan dengan kedudukannya

Dalam HMD

Seauai dengan misinya, ialah misi pengislaman, maka to­

koh-tokohnya berwarna dua, ialah tokoh putih dan tikoh hitam.

Tokoh hitam, sesuai dengan watak yang digambarkan, dilengkapi

Page 80: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

73

dengan sikap dan ucapannya yang keras dan kasar_, seperti

terlihat pada. sikap dan ucapan Si Ujut-, begitti,Raja Muda

sebelum memeluk agama Islam. Tetapi dalam hal pemakaian ka­

ta ganti orang, kedua kelompok ini sedikit sekali memperli­

hatkan perbedaan, sebab keduanya lebih banyak memakai kata

ganti tingkat yang ltasar. Ljuga

Pada semua tokoh hal yang demikian itu terlihat. Iskan­

dar Muda menyebut gata pada semua tokoh lain, hanya pada

Raja Pahang ia memakai penyebutan droeneu, mungkinL,bersta­

tus sebagai mertuanya, sedangkan untuk dirinya ia menyebut

lon bukan kamoe, sebagaimana layaknya seorang raja, bahkan

kepada tokoh-tokoh yang lain ia selalu beraku. Kepada Si

Ujut sebagai musuh bebuyutan, memang layak berkasar-kasar

dengan menyebut !!h• sebagaimana Raja Raden juga menyebut

~ ketika bertengkar dengan Si Ujut. L,karena

Ucapan-ucapan Iskandar Muda sering pu~a memperlihatkan

pertentangan pemakaian kata ganti di dalam parch larik mi­

salnya ucapannya pada Raja Raden ketika menanyakan sikapnya

terhadap perbuatan Si Ujut.

Nyang troih kamoe adoe keunoe, !!deungb keu nyoe

~calitra (lr.216)

Kedatangan kami hai adinda kemari, (anda) denga.rlah kuceriterakan-

Seharusnya, karena dalam parch pertama pembicara merna-•

kai kamoe, maka perubahannya menjadi awalan kata ganti se-

harusnya menjadi meu- dalam parch kedua, bukan ku-, pada - -hal pada lawan bicaranya masih tetap dipanggil dengan sopan

(!!~). Ketidak-cocokan pemasangan kata ganti itu terlihat

juga daiam ucapannya ketika menyuruh Si Ujut masuk Islam.

!,!t'm hay raja buet nasihat, ~peucahdat gata c~edara

(lr.2215)

Maulah kau hai raja mengikuti nasehat, ~jarkari syaha­dat (anda) saudara

Page 81: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

74

Pemasangan ~- dan !.!!- cocok, sama-sama kasar, tetapi

gata seharusnya diganti dengan .!!h• Kesan kasar tersebut le­

bih terasa lagi ketika Sultan berbicara dengan Ja Pakeh,

atau Putroe Phang.

Sultan jengkel pada penduduk Meureudu dan Ja Pakeh, ka­

rena sudah seminggu berada di simpang, belum ada rakyat me­

nyambutnya.

575 Pakri laku gata Meureudu, kamoe beulaku han

j:!peuraja

578 Adak han m~e ~eurajeuen, j:!'euntat lam uteuen

taboih lam rimba

575

578

-Bagaimana laku anda orang-orang Meureudu 1 kami sudah. tidak dipandang raja -Kalau tak layak aku memerintah, (anda) antarlah ke hutan, (anda)~angkan ke rimba.

Pernyataan rasa jengkel Sultan dalam larik pertama ha­

nya tertangkap dalam arti kalimat, kata ganti pemasangannya

sesuai. Dalam larik kedua kemarahan itu telah lebih menonjol

sebab pembicara sudah beraku, meskipun pada lawan bicara ma­

sih disebut gata. Hal ini mungkin karena yang dihadapi Sul­

tan adalah orang yang disegani, ulama yang terkemuka. Tetapi

kalau kalimat tersebut dibandingkan dengan ucapannya kepada

Putroe Phang ketika Sultan pamit hendak berangkat, mengesan­

kan bahwa berakunya Sultan di sini tidak dalam keadaan marah.

383 Nyang !.!ameuhey tuan Putroe, meukheundak lakae

droe~ bak gata

438 Adak meunan .tuan putroe, tangb!.!a jeunoe !.!acalitra

383 Yang !]panggil tuan putro, hendak minta diri ~ pada adinda

438 Meski begitu tuan putri, adinda dengarlah kini !.!aceritakan.

Dalam larik pertama terlihat lagi ketidak-cocokan pema­

kaian kata ganti ku- dan-meu (kamoe), sedangkan untuk per­

maisuri tetap dengan sebutan sopan (gata)~ Terlihat di sini

pemakaian kata ganti k'ee (kasar) dan kamoe oleh Sultan, tidak

Page 82: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

75

menunjukkan adanya perbedaan sikap dari pembicara. Dengan

kata lain, antara marah dan pamitan tak ada perbedaan pema­

kaiannya, keduanya dicampurkan saja.

Ketidak cocokan itu terlihat juga dalam ucapan Putroe

Phang, sehubungan dengan keberangkatan Sultan hendak menye­

rang Si Ujut ke Johor.

432 Adak tuanku, ~beurangkat, ~eubah pat putroe

hina

433 Meunggoh meupat tuanku ~eubah, keureuna Allah

han ~bri bungka

436 Musch jibungka r~t meula'ot, geutueng di likot

putro; geuba

432 Kalau tuanku berangkat, tuanku titipkan kemana putri hina

433 Kalau belum jelas penitipannya, karena Allah kularang tuanku berangkat

436 Musuh datang lewat laut, melarikan putri dari belakang. (Sultan berangkat lewat jalan darat, pen.)

Larik 432 terlihat pemakaian ~- (droeneu) sangat te­

pat, permaisuri berbicara kepada Sultan. Tetapi larik 433 dan 436 terdapat lagi percampuran antara halus dan kasar.

Larik 433 bercampur antara droeneu dengan ku- (k~e), dan le---bih-lebih tidak cocok lagi penyebutan geu- (gobnyan) untuk

musuh (larik 436), pada hal dalam parch awal sudah disebut

dengan ji- (jih).

Iskandar Muda dalam hubungannya dengan tokoh-tokoh lain.,

kata ganti yang paling banyak dipakainya adalah gata untuk

lawan bicaranya, dan~- untuk dirinya. Kamoe dan~ jar.ang

sekali dipakai.

Malem Dagang juga memakai gata untuk semua lawan bica­

ranya, kecuali untuk raja Pahang ia memakai droeneu, sedang­

kan untuk dirinya hampir selalu disebutnya dengan ~-· Ber­

bicara dengan Iskandar Muda ia sering mencampurkan antara

gata dengan droeuneu, sedangkan untuk dirinya bercampur anta­

ra ku-, lon dan ulonteu. Dalam kutipan berikut terlihat lagi --

Page 83: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

-,,,--,,

percampuran antara halus dan kasar pemakaian kata ganti,

dan di sini justru Malem Dagang berbicara dengan Sultan,

sehubungan dengan putri Asahan di kapa1 Ma1em Dagang,

1262 Hana ~keumeung tueng keu judo ulon, tuanku

ampon keu aneUk Jeumpa

1270 Hana tuanku ulonteu mubisan, han ~k len pulang --payong suasa

1262 Bukan hendak~jadikan pasangan ~~ tuanku, buat anak Jeumpa

1270 Hamba takkan berbesan dengan tuanku, tak sang­gup saya hadiahkan payung suasa

Terlihat di sini, ketiga tingkatan kata ganti: kee

(~-), (~)lon, dan ulonteu, dicampur saja pemakaiannya.

Ja Pakeh sebagai seorang ulama besar, kalau berbicara

dengan Sultan seperti ada perbedaan antara sikap formil de~

ngan sikap tidak formil. Dalam sikap formil ia memakai

dro~ atau gata untuk Sultan, untuk dirinya: lon atau

k~moe• Dalam keadaan tidak formil, seperti dalam pengangkat­

an panglima Malam Dagang di Jambo Ay~, ia beraku kepada Sul­

tan.

Nampaknya Ja Pakeh, bila dalam keadaan tenang, ia cukup

sopan dalam menjelaskan pertanyaan-pertanyaan Sultan :

720 Adak neutanyong tuanku bak kamoe, nyang meuranoe

Gampong Raja

740 Meunoe tuanku nyang na lon th~e, ureueng dilee

peuca~itra

720 Kalau tuanku bertanya pada kami, yang diseberang itu Gampong Raja ----

740 Begini tuanku yang saya ketahui, orang tua-tua bercerita

Tetapi dalam perbedaan pengangkatan Malem Dagang, kare­

na penuh semangat, Ja Pakeh kembali kepada sikap keseharian-

nya:

Page 84: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

.,¥

77

Bak taboh tuanku Ma~em Dagang, cocoku sel.ld.ang goh lom -raya (Lr.807)

(Jangan tuanku angkat MaJ.ein Dagang, cucuku masih terla--lu mud.a)

Sikap keseharian Ja Pakeh itu terlihat bila ia berbica­

ra kepada rakyat Meureudu, lingkungan tempat tinggal Ja Pa­

keh, sebagai tempat yang jauh dari ibukota kerajaan. Di sini

ia berengkau-beraku, bahasa orang udik yang kasar.

529 Bak katakot bak kamal3e, bukon na k&e sidakwa - - -raja

533 Peue ~takot peue ~ma~3e, meung silayeue!!! ~

peuet boh raja

529 Jangan kau takut jangan kau enggan, kan ada aku si pendakwa raja

S33 Apa yang kutakuti apa yang kueegani, semasa de­ngan ku saja ada empat orang raja

Terlihat di sini, pemakaian kata ganti yang kasar se­

perti dua larik di atae, tidak terdapat percampuran pemakai­

an kata ganti.

Dalam dialog keempat tokoh yang dibicarakan di atas,

nampak bahwa HMD lebih banyak bergerak dari tingkatan kata

ganti yang kasar. Percampuran pemakaian kata ganti antara

halus dan kaear pada tokoh-tokoh yang seharusnya berbicara

hormat dan sopan, menunjukkan bahwa penyair tidak cukup in­

tim dengan lapis bahasa kalangan atas tersebut. Penyair ~e­

bih intim dan lebih hidup dengan bahasa rakyat yang kasar,

sehingga setiap usahanya untul: menyesuaikan cakapan tokoh .

dengan kedudukannya, penyair selalu terge~incir lagi ke da­

lam pemakaian kata ganti yang intim dengannya. Hal yang de•

mikian sanga~ wajae terjadi, karena hikayat diciptakan se­

cara lisan. Dalam perekaman ke dalam naskah yang dilakukan

kemudian, nampaknya ciri-ciri lisan tersebut diterima begi­

tu saja oleh penya~innya.

' ·,

Page 85: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

... :* 4 '

78

Dalam RPM

Seoara keseluruhan HPM bahasan~ bersih dan rapi. K~e . -

dan .!!.!! memang' terdapat juga di dalamnya 1 tetapi situasi

peU1akaiannya sangat berbeda. Misalnya dalam oakapan Pocut

Muhamat terdapat beberapa kali kae atau ku•, tetapi tidak - -mengesankan adanya kekacauan. Ketika berbicara dengan sau­

daranya Pocut Klang, tentang rencana penyerangan ke Gampong

Jawa, siapa yang akan jadi pang1ima~ penyediaan dana, men­

cari tambahan perajurit, .cara mengatasi sikap Raja Muda 1

dan sebagainya, mengeaankan pembicaraan itu sangat intim.

61 Lh3e geutanyoe cok meuna13e, bah taboh kl!e keu pang1ima

75 Sip1oh bak gata, dua p1oh bak k3e, sip1oh talakle bak poteu raja

61 Bertiga kita menebus ma1u (Pocut Muhamat, Pocut K1eng, Pocut Sandang, pen.), biar1ah aku jadi pang1ima

75 Sepu1uh pada anda, dua pu1uh padaku, sepuluh kita minta pada baginda rajao

Di sini pemakaian k3e 1ebih terasa bagi keper1uan pe--

; _,_ -. ~

nyesuaian bunyi, daripada. untuk menyatakan kekasaran. Se1an­

jutnya k3e dalam cakapan Poout Muhamat dengan Muda Sakti le--bihbersifat menyindir watak yang bersangkutan seperti "ular

kepal.a dua.", atau dimisa1kan ol.eh Poout Muhamat sebagai

"gergaji", naik atau turun tetap makan.

355 Pak6n gata buet han teunt~e, tapupohkae ngbn

Raja Muda

367 ~atueng akay bak gogajoe, bit that raghoe gata

tuha

355 Mengapa anda .l.aku tak menentu, anda adu akti de­ngan Raja Muda

367 Anda warisi tabiat gergaji, sungguh pandir anda (sebagai orang) ;rang dituakan.

Ada kesopanan yang tetap dipertahankan ol.eh Poout Muha·

mat, ia1ah tetap menyebut gata kepada Muda Sakti, meskipun

Page 86: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

79

ia ~ukup jengkel dengan kelakuannyao Karena itu penyebutan

kae oleh Pocut Muhamat untuk dirinya; mengesankan sindiran­

nya pada Muda Sakti, jadi 'bukan suatu kejanggalan atau ke­

tidak-cocokan pemakaian kata ganti.

Ada lagi pemakaian ls!!- oleh Pocut Muhamat ketika ber-~ .

bicara dengan Pocut Kleng. Pemakaiannya di sini mirip de-

ngan pemakaian jih oleh penyair ketika mengomentari Pocut

Muhamat .dalam pasal terdahulu.

79 'Oh ka hasl meuih peuet ploh katoe, sjak kheun•

dro jeueb-jeueb raja

97 Bah kumud'k u tunong krueng, bah kujak tueng dum - -· panglima

98 Beuhab6h l£a krah aneuk tunong krueng, bah lon jak tueng Panglima Peureuba

· 79 Kalau sudah terkumpul emas 40 kati, akan kukeluh-kan nasib pada semua raja .

97 Biar kumudik ke pedalaman, menjemput semua pa.nglima 98 Kukerahkan sem11a putra pedalaman, biar saya jemput

panglima Peureuba.

Perbedaan pemakaian kata ganti di sini dimaksudkan pe-I

nyair untuk memisahkan antara penguoapan yang diangan

Pocut Muhamat dengan pembioaraannya sendiri dengan Pocut

Klang. Larik 98 (kata ganti lon) menandakan omongan Pocut

Muhamat telah mengarah lagi pada Pocut Klang.

Ada lagi pemakaian ku- yang kelihatannya ditujukan untuk -kepentingan artikulasi, memudah pengucapan 1 hal ini terlihat

dalam cakapan Pocut Muhamat dengan para panglima~

452 Ulon kujak sinoe di Ao3h, haba lon sarah ubak gata

462 Ud'h jeunoe peungbn kamoe, bah uroe nyoe lon kubung­

ka

452 Saya berangkat dari Aoeh, segala masalah saya beber• kan pada anda di sini

~62 Ayoh berangkat menemani kami, l:>iarlah harl. inl. 3uga saya berjalan '

Page 87: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

8o

Ulon kujak ••• dan ••• lon kubunska, seharusnya menurut

kecocokannya, berbunyi: Ulon lon~ak ••• dan ••• ·len lon;b.!£lil>!•

Perulangan l2a dua kali serupa itu mungkin dirasakan oleh pe­

nyair kurang enak didengar atau diucapkan.

Di samping hal-hal yang menunjukkan hubungannya dengan

unsur estetik serupa itu, memang terdapat juga pemakaian kata

ganti secara kasar, karena hendak mengungkapkan kemarahant

misa1nya ucapan Raja Muda kepada Pocut Kle'ng berikut.

177 Kapajoh peue lot, kamarit peue i;eubiet, han

ka'isib keu kamoe tuha

178 Jakleh ,2dong lhaekeu sapat, stham si Muhamat

lusa raya

181 Jakleh !!d~ng gata ban lhae, bahl6 d~ sidroekeu raja

177 Kau makan apa yang terte1an, kau ngomong apa yang keluar, tak hirau lagi pada kami yang tua

178 Kukuhlah kalian bertiga menghadapiku, kucegah si Muhamat lufla raya

181 Bersekongkollah ka1ian bertiga, biar aku bersendi­ri memerintah

Terlihat di sini .bahwa kekasaran itu memang sengaja di·

buat untuk ekspresi kemarahan RajaMuda yang meluap. Di sini

terlihat perbedaannya yang sangat menyolok dengan HMD. HPM

karena tokoh-tokohnya berbicara dengan menggunakan kata ganti

yang bersopan santun, ketika diganti dengan yang kasar, maka

suasana kemarahan itu segera tampak. Da1a.m HMD lewat kata.

ganti, suasa.na marah tidak segera kelihatan kala.u tidak di­

tambah dengan unsur kata yang menyatakan kemarahan tadi. Hal

serupa itu terlihat juga pada sikap Pangul'ee Peunaroe ketika

menerima surat dari Pocut Muhamat yang diantarkan o1eh Meugat.

Corak pemakaian kata ganti yang agak berbeda, ter1ihat

pada Jeumaloyalam, kelihatannya lebih kasar. Mungkin penyair

hendak menggambarkan, bahwa meskipun Jeumaloyalam berasal da­

ri turunan mulia, tetapi ia telah merajakan diri secara tidak

sah yang menyebabkan terpecahnya kesatuan rakyat dalam peme­

rintahan yang sah di bawah pimpinan Raja Muda.

Page 88: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

I~-

Penjelasan penyerangan Pocut Muhamat ke Gampong Jawa,

diceritak1;1n bahwa Jeumaloyalam sebelumnya eudah.menerima

firasat tidak baik lewat mimpit sehingga hari itu. ia merna­rahi dendayangnya.

2026 Peuestupeue di kah dandayang, nanggroe nyoe

prang meugUmpita

2030 ~lumpoe hanyot ngon meuligoe, hab3h jitampoe

ngbn atana

2026 Tahu apa engkau dendayang, perang akan berkeca­muk di negeri ini

2030 Da1am mimpi aku hanyut bereama mahligai, terban semua bersama istana.

Kekasaran (ku-, kah) itu terlihat lagi ketika Jeumalo---yalarr~)ada keempat orang putranya, di sini sebenarnya tidalt

da1am keadaan marah. Lberkata

20?8 Nyang jeuet wangg' gam keunoe, keureuna !_amoe

ka geuprang kuta

2123 Aneuk~ peuet ureueng 1akoe, ban peuet sagoe

1!z.Panglima

2078 Sebab kupanggi1 engkau ke mari, karena kami di­serang kota

2123 Anakku empat 1a.ki-1aki, di keempat sisi perba­tasan ka1ian1ah pang1imanya.

Dal.am petikan pertama Jeuma1oya1am berengkau kepada

dendayangnya, dan beraku kepada dirinya, kekasaran tersebut

dapat di1ihat dari dua sisi. Yang pertama karena Jeumaloya-

1am lagi marah, yang kedua mungkin hendak ditunjukkan oleh

penyair bahwa sikap sehari-hari Jeuma1oyalam memang berbaha­

sa kasar, seperti ter1ihat ketika berb:icara kepada anaknya

ia tetap beraku. Tetapi di sini penyair menunjukkan perbeda­

an kedudukan juga antara dendayang dengan Jeumaloya1am, di

sini ia tidak dipanggil dengan !!h• me1ainkan dengan sata •.

\

Page 89: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

Demikianlah beberapaeegi pemakaian kata ganti yang

terlihat dalam HPM. Umumnya penyair oukup m~nguasai pema­

kaian kata gant:i dalam tingkat kesopa.nan yang d.ape.t d.ika.­

takan tergolong tinggi. Dengan demikian terlihat pula de­ngan jelae posisi kedua penyair dalam kedua hikayat yang

dibioarakan ini. Penyair HPM kelihatannya lebih mengenal

pergaulan kalangan 1stana 1 eehingga tidak menyueahkarmya

memvariasikan pemakaian kata ganti eesuai dengan poeisi

tokohnya masing•masing.

82

Page 90: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

VII. ASPEK PEMBENTUKAN PUIS I DALAM HMD DAN HPM

Dalam bab ini hendak ditinjau bagaimana penyair memben•· tuk puisi dalam membangun ceritanya. Seberapa jauh unsur for­

mula seperti yang dikemukakan oleh Abbert·B.tord terungkap

dalam kedua hikayat ini,dan bagaimana peranannya bagi kelan ..

caran penyajian oerita oleh sang penyairnya.

Ada dua hal pokok yang kiranya penting dikemukakan di

sini, ialah adanya dua ma•am model formula yang kelihataruqa

dikuasai ol'eh sang penyair. Yang pertama penguasaan formula

yang audah mempola, eehingga sudah merupakan semaoam konvensi

dalam genre hikayat, jadi dapat dikatakan di sini konvensi semaoam itu merupakan formula yang sudah menjadi milik beraa­ma, baik penyairnya maupun penikma tnya. Yang kedua ialah for­mula yang dikuasai oleh sang penyair seeara trampil yang bia-

. . sanya bersifat individual, di eini lebih oenderung pada pe•

nguasaan teknik tertentu yang membantu penyair membangun pui­

sinya dengan lancar• Di sinilah peranan formula itu terlihat.

1 • Unsur formula 19 menskonvensi

Konvensi sastra yang terlihat tlalam kedua hikayat pada

prinsipnya sama, tetapi di sana-sini memperlihatkan kekhusus­

an coraknya masing ... masing. HPM lebih oende_rung mengikuti kon­

vensi yang umum dikenal, sedangkan HMO lebih khas sifatnya• sehingga terkesan bagai mempunyai eistem konvensinya yang

tersendiri •

. Kesamaan .. kesamaan yang terliha t terutama dalam melultis­

kan ~berangkatan raja yang biasan1a diiringi dengan taluan

bunyi-bunyian, persembalian yang disampaikan oleh rakyat ba.­

nyak terhadap raja yang kemudian diteruskan dengan pemberian

pesalinan oleh raja. Kesamaan yang lain ialah mengenai pakai­an perang, senjata yang dipakai, suasana perang dan larik­

larik penanda pe.rgantian episode.

,,

Page 91: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

84

a. Taluan bunyi-bunyian

Taluan bunyi ... bunyian yang pertama dalam HPM terlihat ®­

lam episode keberangkatan Raja Muda dengan hulubal!.ang dan pe­

rajuritnya untuk menghalangi maksud Poout Muhamat (adiknya)

menyerang Gampong Jawa.

229 Jitat beude keutam-keutam, beurangkat siseuen poteu raja

230 Jipalu gong deungan geundrang, jipeh canang ngan nugara

231 Teuma meusu ngan meureuyam, tanda Sulotan beurangkat u

lua

232 Lh3e boh alam Jleuba .. sajan, di leuen peukan teujlang

mubanja

233 Ngbn bunyoeyan meuri'We ban, meueu canang prang di Panca Peunawa

234 Aneuk Arab meu'ln tangklh, ngan mubareh aneuk Jawa

229 Senapan ditembakkan berdentum-dentum, tanda keberangkat-an baginda raja

230 Dipalu gong dengan genderang, beserta canang dan nu~~ 231 Mariam pun ditembakkan, tanda Sultan berangkat keluar 232 Tiga buah panji-panji dibawa serta, di depan. pasar ter•

pacak berbanjar · · 2~3 Dengan bunyian beribu macam, berbunyi canang perang di

Panca Penawar 234 Pemuda Arab memperagakan ketangkasan, baris-berbaris

pemuda·Jawa

Kutipan di atas memperl1hatkan berbagai atraksi yang

mengiringi keberangkatan raja, taluan bunyi ... bunyian, suara

tembakan kebesaran, peragaan ketangkasan, di samping itu di ..

lukiskan pula berbagai alat senjata yang dipakai oleh para

perajurit yang mengiringi keberangkatan raja sebanyak tiga

pasukan, di sini ditandai dengan penyebutan tiga panji-panji.

Deskripsi keberangkatan tidak selalu sama gambarannya, terka­

dang dilukiskan seoara singkat,·misalnya lukisan keberanglta.tan "' I . ,. Pocut Muhamat ke Pidie dan daer~·daera:h lain untuk mangham-

pun kekuatan, sampai. pada kedatangan pasukan gabungan P<>cUt

Muhamat ke Aceh, diluk.iskan secara singkat saja. Mungkin di

sini dima:ksud.kan untuk membedakan kedudukan kedua orang ter-

. .,

.: I

Page 92: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

sebut, karena i t1.1 lukisan tu:Mm.nya pasukan Pangulee Peunaroe

(penguasa daerah Pidie) menghadap Pocut Muhamat dilukiskan

secara mendetail pula. Diluki.skan oleh penya.ir. ·ba.hwa pasukan

ini turun dengan berbagai taluan bunyi-bunyian, alat senjata

dan pakaian perang 1berbaga.i jenis panji-panji, dan bahkan ku­

da belang kenaikan Pangulee Peunaroe, ikut dilukiskan. Pelu~

kisan ini juga hendak menunjukkan kekuatan Pangul\e Peunaroe

yang besar, sehingga mewajarkan alasan Pocut Muhamat meminta

bantuan pasukan daripadanya.

Lukisan alat senjata dan paka.ian perang Pocut Muhamat be­

serta pasuka.nnya. ketika bersiaP-sia.p hendak maju perang, di­

lukiska.n dengan mendetail sekali oleh penyair. Perajurit di­

lengkapi dengan ketopong besi, peda.ng; lambing, bedil dan

alat pelempar batu. Pa.kaiannya. juga berbaga.i-bagai 1 ada yang

memakai jaket mera.h, baju kasar yang tebal, ada juga yang me­

makai jubah, de star di kepala aneka warna • , keris di pinggang

dan berbagai jenis perisai di tangan ·masing-masing. Pocut

Muhama.t dilukiskan demikia.n:

2250 Phon-phon neusok ba;iee dir,h, sok silap&h bajle teumaga

2251 Neucok tangkulok neuboh bak ulee, ubat meuteunta:.e jusan

dua

2252 Phon-phon neunguy Bahron nabeuet, han lut geupheuet

lam-lam mata ...

2253 Teuma neunguy awe songsang, ka neugeutang teuntang dada

••• 2256 Kakeu neujak Pocut Muhamat, peuris~ neumat meuih suasa

2257 Wie ngon uneun that meusigak, peuris~ pirak ngon teumaga

2250 Yang pertama dipakai pakaian zirah, di atasnya pakaian tembaga

2251 Diambilnya destar dipakaikan di kepala, beserta jimat jusan dua · .

2252 Yang pertama dipaka.inya (jimat) Bahrun Nubuat, menja ... dikan ia kebal, sekalipun ditikam di biji mata

2253 Selanjutnya dipakai rotan sunsang, diikat meJ.intang dada ' •••

Page 93: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

86

2256 Berjalanlah Poout Muhamat, perisai di tangan emas sua­sa

2257 Kiri kanannya sangat serasi, perisai perak dengan tem­baga

Dalam persiapan hendak majuperang, di sfni ada due. kali

taluan bunyi-bunyian berlangsungt yang pertama untuk menghim­

pun perajurit di arena perang, yang.kedua' ialah sebagai tanda

menyerbu. Nampaknya taluan bunyi ... bunyian sebagai tanda memUlai

perang., dan mengakhiri perang merupakan konvensi yang biasa di­

temui di dalam hikayat-hikayat yang lain juga. Dalam HPM tanda

perhentian perang atau tanda menyerah•kalah dilakukan oleh

J,eumallSyalam, ketika pasukan Pocut Muhamat sudah mengepung

benteng istana.

2671 Neuyue p~h tambo gong ngan geundrang, ala~t prang

nyan geupubla

2672 Ban jileunga · sua·ra tambo, rakyat bak pinto teubiet u

lua

~7, Adat kon saba b. geupclh tambo, ka jihanco pinto raya1 2674 Raja neukalan keubit geupagab, Duli Halarat yohnyan

meusabda

2671 Disuruh talu beduk, gong dan genderang, tanda perang diakhiri

2672 Begitu terdengar suara beduk, rakyat di pintu menying­kir keluar

2673 Andai bukan karena beduk ditabuh, sudah diruntuh ger• bang raya

26'74 Raja melihatnya sungguh-sungguh dikepung, ketika itu Duli Baginda bersabda

Taluan bunyi~bunyian yang terakhir di dalam HPM ialah ke­

tika rakyat Pidie menyambut kedatangan jenazah Pangulee Peuna­

roe. Penyambutan diiringi dengan lukisan kesediaan, tanpa tem­

bakan meriam.

Perulangan lukisan taluan bunyi-bunyian di atas, baik da­

lam hubungannya dengan keberangkatan raja, atau p6n tanda me.

nyerbu ~an menghen.tikan peperangan, lebih terkesan sebagai

konvensi yang umum dikenal di dalam hikayat. Perulangan larik

Page 94: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

87

di dalam perulangan lukisan tersebut sedikit sekali terdapat,

yang banyak tersua, ialah perulangan parohan larik. Perulang­

an paroh larik ini, sebenarnya lebih terkesan sebagai peru.

langan kelompok

lam hal lukisan

kata~erbagai-bagai variasinya, misalnya da­

taluan bunyi-bunyian berikut ini: Ld · engan

1299

Z2o6

Geupalu gong geupeh geundrang, keupiasan raja-raja

Masa nyan geupah gong ngan geundrans, rakyat meuku-

mang meuribee laksa

2207 Ka geup3h gong ngan oanang prang, rakyat that girang

pang-panglima

2273 Geupeh tambo gong ngan geundrang, peubeudoih prQDg

mula-mula

1299 Dipalu gong ditalu genderang, hiburan bagi raja-raja 2206 Ketika itu ditalu gong dengan genderang~ rakyat ber-.

himpun beribu laksa 2207 Ditalulah gong dan canang perang, prajurit dan pang ...

lima bersuka-ria 2273 Ditalu beduk gong dan genderang, membuka serangan

mula-mula

Dalam HMD perulangan episode dapat dikatakan sedikit se­

kali memperlihatkan perbedaan larik. Episode yang diulang lu­

ki~n itu seperti dipindah tempat saja, sebab hampir seluruh

lariknya diulang dengan perubahan yang sangat sedikit._ Taluan

bunyi-bunyian dalam HMD meskipun sesungguhnya juga berlatar

belakang konvensi, tetapi tidak sepatuh seperti yang terlihat

dalam HPM• Juga pelukisannya tidak selalu mengandung unsur

yang sama, tergantung pada situasi masing-masing.

Taluan bunyi-bunyian yang pertama dalam HMD adalah arak­

aralcan keberangkatan Sultan ke kuala untuk menyaksikan "rin­dang" yang terdampar ke pantai •. Arak-arakan ini diikuti oleh

hulubalang, b.ujang pengiring dengan dua payung pengapit, dan

tujuh belas orang dendayang jelita. Bunyi-bunyia.n yang dita ...

lu berupa gendenng emas, genderang perak dan nafiri. Sultan

berada . dalam keta yang dipasang di punggung gajah. Arak­

arakan ini diramaikan pula oleh dentuman tembakan meriam.

·•

Page 95: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

88

Unsur konvensi sangat jelas da.lam arak-arakan ini, ialah gam­

baran keberangkatan raja dengan segala·kebesarannya.

Lukisan keberangkatan Sultan daxoi ibukota kerajaan untuk

~enghimpun kekuatan bagi penyerangan ke Malaka,. terlihat sua­

sananya lebih berbeda. Alat bunyi-bunyian lebih banyak dise­

butkan, ·tetapi tidak disebutkan lagi hal-hal yang luar biasa,

seperti genderang emas dan genderang perak •. Payung pengapit

masih ada, tetapi di sini Sultan menunggang kuda dan yang me­

ngelu-elukannya adalah rakyat banyak yang mengantar keberang­

katan ters~but. Lukisan keberangkatan Sultan tersebut digam­

barkan sebagai berikut:

456 Neubeurangkat han meusak,t, payong ·peungapSi?_g_euba dua

457 Geuseupat gong ngan keudangdek, poteu neu'ek ateueh

guda

458 Geupoh canang nyan ngan geundfang, bukan bubarang meu ...

; seusuka

459 Gong jiseupat deungan geudumbak, rakyat meubulak. poteu

bungka

456 Baginda berangkat tiada sulit, payung pengapit ada dua 457 ltitalu gong dertgan keudangdek, baginda.naik ke punggung·

kuda 458 Dipukul canang dengan genderang, bukan buatan beriang-

r~ --~

459 Gong dipalu.dengan geudumbak, rakyat berdesak baginda mara

Selanjutnya ada beberapa taluan bunyian-bunyian lagi yang

terdapat dalam HMD yang berbeda situasinya, di sini sebagai

tanda keberangkatan dalam pelayaran. Tetapi tidak semua tanda

memulai pelayaran itu diikuti dengan taluan bunyi-bunyian,

terkadang dilukiskan dengan hal-hal yang berkaitan dengan un­

sur pelayaran itu sendiri. Misalnya keberangkatan di Jambo AY~t

setelah pengangkatan Malem Dagang sebagai panglima: perang, tan­

pa taluan bunyi-bunyian dan tanpa tembakan meriam. Yang ada ha­nyalah suara kelasi melepaskan·rindunya dalam dendang dan pera~

jurit muda yang memanjatkan doa, tanda keberangkatan di sini

Page 96: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

hampir se1alu diiringi dengal.l. lukisan: menarik sauh, menggu•

1ungkan tali, mengembangkan layar atau lukisan lajunya lari

kapal, ditiup angin turutan.

867 Poteu pi neu''k u lam gurabrt that meucake} meuseusuka

868 Layeue ul~e ka jitar~k, ka geupeu1 ak ngan . 1ayeue raya

869 Ka jitar'k ngan ta1oe k1at, gurab pi 1eugat u: la'ot

ray a

870 Ka jibohlayeue teungah, ang~n pi jroh santeut paksa

871 Yoh masa nyan poteu meulayeue, ang~n pi kheue keunan8

paksa

872 Jitran ang~n seupuy-seupuy, meugeugasuy jiplueng b6htra

867 Baginda pun naik ke kapal, dalam kawal hati gembira 868 Layar ha1uan dikembangkan, bersama dengan layar utama. 869 Tali layar dikencangkan, kapa.l pun me1a.nca.r a.rung sa-

mudra 870 Lalu dipasa~g layar tengah, angin hembus baik kutika 871 Maka berlayar1ah ba8inda, angin pun kencang cocok kutika 872 Bertiup angin sepoi-sepoi, bagai dihalau 1aju ba.htera

Lukisan keberangkatan ini lukisannya hampir selalu sama,

larik-larik yang diulang dapat dikatakan hampir selalu sama, '

baik struk~ur ma.upun isinya, jadi di sini perubahan i tu mung-

kin berupa sinonim katat pergantian kata ganti orang atau pe­

nambahan satu atau dua larik yang berupa paralelisme. Dala~

lu:kisan keberangkatan Sultan dari Kuala Johor menuju Laut

Banang dan keberangkatan dari Malaka menuju Asahan misalnya

terdapat tambahan larik yang berupa parale1isme sebagai beri­

kut:

1615 Jitran angen budueng-budueng, kapay jiplueng meuleu­

lumba

1616 Angan jitran seupuy-seupuy, meugeugasuy jiplueng

b~htra

161.5 Bertiup angin buritan, kapal melaju bagai berlomba 1616 Bertiup angin sepoi-sepoi, bagai dihalau lari bahtera

Pelayaran dari Malaka ke Asahan, atau dari Asahan ke Aceh,

terdapat perulangan yang hampir sama:

Page 97: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

90

2233Ang~n jipCt seupuy ... seupuy, meugeuga.su,y jiplueng b&ht~a

2234 Jipot ang~n timu barat, b~htra pi leugat u mieng kuala

2233 Bertiup angin sepoi-sepoi, bagai dill.alaulaju bahtera 2234 Bertiup angin barat daya., cepat 'bahtera masuk kuala

Perubahan-perubahan ungkapan larik di sini yang 'berbeda

hanya katanya saja, tetapi isi pikirannya sama.

Setelah Si Ujut 'berhasil ditangkap, lukisan ke'berangkafan

Sultan dari laut Banang, titik berat le!2ih diarahkan pada kegem ..

biraan para perajurit dan hulubalang. Tembakan meriam se'bagai . tanda keberangkatan diganti dengan bunyi lonceng kapal Cakra

Donya yang tiga 'buah itu, di samping sorak gembira dan taluan

bunyi-bunyian yang menggempita. Keberangkatan di Malaka (Wila•

yah kerajaan aJtah Si Ujut) ditandai dengan tembakan meriam,

taluan bunyi-bunyian, gam'baran cuaca baik, tetapi loceng Cakra

Donya tidak dibunyikan. Arak-arakan pelaya.ran terakhir, ialah

bertolak da.ri Asahan ke Aceh, lengkap seluruh unsurnya:

2227 Tacok sa'oh talingkang taloe, ud~h tawoe u Pulo Ruja

2228 Poteu teubiet laju u la'ot, beud' neuyue tot kiam gabra

2229 Jipalu gong nyan ngon geundrang; jip3h ngon oanang ha•

reudom mama

2230 Bukon 'bubarang keusuka'an, arak-arakan 'beurangkat raja

2231 Siseuen geunta leungo jihayak, lh~e uroe jak tango sua-

ra

2232 'Oh sar' troih u teungoh la1 ot, tihang seupot sang bak

nala

2233 Ang~n pi jipot seupuy-seupuy, meugeugasuy jiplueng b&h ...

tra

2234 Jipot angen timu bara.t, b&htra pi leugat u mieng kuala

2227 Ang\itlah sauh gelungkan tali, kita kemba.li ke Pulau Ruja 2228 Beginda berlepa.s ke la.utan, meria.m berdentam riuh suara 2229 Ditalu gong dengan genderang, canang dan terompet s.emua-

nya. 2230 Bykan buatan riang gem'bira, arak-arakan berangkat raja 2231 Sekali genta goyang berdentang, tiga hari perjalanan

terdengar suara

Page 98: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

j '; .

91·

2232 Setelah menjauh ke tengah laut 1 tia.ngnya menyemak ba­gai batang nala

2233.Angin puh bertl'up sepoi-sepoi, bagai dihalau laju bahtera

2234 Bertiup angin barat daya, eepat bahtera men.capai kuala

Perulangan-perulangan episode keberangkatan ini, dengan

perulangan-perulangan larik yang hampir selalu sama, atau di­

tambah dalam gaya paralelisme, memberi :petunjuk akan sistem

~onvensi yang terbina dalam HMD ini agak berbeda dengan HPM.

Dalam perulangan episode yang lain hal yang dimaksud akan se­

makin menyata.

Dalam hal perulangan kelompok kata mengenai alat bunyi­

bunyian, terkesan adanya unsur-unsur :persamaan dengan HPM.

Unsur-unsur kesamaan ini tidak dapat begitu saja dikatakan

bahwa HPM terpengaruh oleh HMD, tetapi yang pasti kesamaan

itu terjadi karena keduanya memungut dari sumber tradisi yang

sama. Penyair tentu mengenal berbagai episode yang disediakan

oleh tradisi Jf2.tock episo'd~J>), ia tinggal menyesuaikannya de­

ngan keutuhan cerita, dan membangun la.rik-larik puisinya de­

ngan gayanya sendiri. (Ruth Finnegan, 1977:64-65).

Bila dibandingkan dengan HPM, maka kesamaan peristiwa

yang terlihat .. meskipun cara pengungkapannya berbeda -, teru­

tama dalam lukisan keberangkatan raja, keberangkatan untuk

menghimpun kekuatan, dan keberangkatan ke medan perang. Kon­

vensi taluan bunyi-bunyian ini nampaknya tidak dipatuhi benar

oleh penyair yangmertggubahHMD. Secara menyolok hal ini ter­

lihat terutama dalam dua peristiwa panting. Yang pertama, da­

lam bagian akhir cerita. Kepulangan pasukan Iskandar Muda yang

membawa kemenaJlgan, diakhiri seoara begitu saja. Hanya dise­

butkan penghukuman terhadap Si Ujut dan semua rakyat bergabung

kembali dengan keluarganya masing-masing. Penyelesaian oerita

yang demikian sederhana ini, tidak seimbang dengan lukisan ra­

mainya rakyat dan taluan bunyi-bunyian serta dentuman tembakan

mengiringi keberangkatan Sul.tan bersama pasukannya untuk menye­

rang Malaka, tetapi ketika pasukan itu pulang membawa kemenangan

Page 99: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

J $

92

malah tidak dilukiskan lagi kemeriahan sambutan rakyat ataa

kepulangan mereka itu. Yang kedua, tentang genderang perang.

Dalam HPM genderang perang dibunyikan pada waktu penyerangan

yang pertama sekali dilakukan• Dalam HMD genderang perang

baru ditalu dalam babakan penyerangan yang ketiga. Mungkin

yang hendak ditekankan penyair 4i sini bukan konvensi itu

sendiri, melainkan kedaheyatan perang dalam babak ketiga itu

sebagai klimaksnya. Dala!ll perang di laut Banang melawan raja

Modeulikah yang berlanjut dengan perang melawan Si Ujut, ti­

dak ada taluan genderang perang. Ini menunjukkan bahwa penya­

ir HMD memanfaatkan konvenei .tidak sepatuh penyair HPM.

Dalam HPM setiap keberangkatan raja selalu dilukiskan

ikutnya pasukan pengiring dengan segala alat senjat~d:i.bawa­

nya, seperti keberangkatan paeukan Raja Muda, keberangkatan

Pocut Muhamat dengan pengiringnya. Dan kalau mereka d.alam ke­

siagaan menghadapi perang, maka lukisan ini di tam bah denga.n

melukiskan pakaian perang yang dipakai oleh perajurit dan

panglima beserta alat senjatanya secara mendetail. Misalnya \ .

lukisan pasukan Pangulee Peunaroe ketika menghadap Pocut Mu-

hamat, a tau lukisan pasukan. gabungan Pocut Muhamat ketika

bersiap..siap menyerang Gampong Jawa. Episode yang terakhir

ini lukisannya sanga t mendetail, sampai ke jenis paka.ian t

senjata, serta panji-panji yang dibawa oleh masing-masing pasukan. Ljang

HMD mempunyai pola tersendiri dalam melukiskan persi­

apan perang Malem Dagang. Di sini yang digambarkan berpakai­

an perang hanya Malem Dagang saja. Raja Raden, Panglima Pidie

serta perajurit yang mengiringnya tidak dilukiskan pakaian

perang serta alat senjata yang mereka pakai. Malem Dagang ha­

nya disebutkan memegang tunam di tangan, lukiean pera»agaan

jurus silat sebagai tanda ia siap perang. Hal yang tidak di­

lukiskan dalam HPM ialah posisi para panglima dalam peperang­

an, sedangkan Malem Dagang kalau maju berperang eelalu dii­

kuti dengan penyebutan posisi Raja Raden dan Panglima Pidie.

Page 100: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

93

Hal lain yang juga kelihatan se.ngat khusus dalam HMD ialah

peranan Ja Pakeh atau disebut juga Ja Madinah sebagai pena­

sehat perang. Nasehat Ja Pakeh ini selalu disebutkan oleh

penyair setiap kali perang akandimulai, bahkan ketika meng­

angkat Malem Dagang di Jambo Aye Ja Pakeh ~•ga memberi na­

sehat. Nasehat·Ja Pakeh ini pada·prinsipnya juga mengulang·

larik-larik yang sama, baik dalam pola yang panjang maupun

dalam pola yang pendek. Begitu juga lukisan Male~ Dagang

bersiap perang, berulang dengan larik-larik yang.dapat di·

katakan seluruhnya sama.

Nasehat Ja Pak.eh; Male·m Dagang bersiap-siap untuk maju

perang, lukisan jurus silat dan posisi Raja Raden dan Pang­

lima Pidie dalam perang Asahan babak kedua;

1066 Cuco telmgku Mal'm Dagang, tapeubeudoih prang keu­

n~ng kutika

1067 Tabeudoih cuco ulElebalang, tabri gurangsang keu rak­

ya.t dumna

1068 BElk katakot bElk kamal3e, na sajan kEle lak3e do'a

1069 'Ohnan jibeudoih Mal6m bangsawan, jio~k peukayan

meunguy panglima

1070 DilEle jisokbajee sukaleuet, bak siseuen jeuet meu­

hambo cahya

1071 Di ateueh nyan bajee dir6h, teuma silap'h baj3e teu­

maga

1072 Mal'm jidang di ulee kurong, jareueng-jareueng lang­

kah tiga

1073 Langkah limang jUhom tujoh, Mal6m jipeuroh langkah

tiga

1074 Langkah tujoh jiboh sikureueng, lag3e jareueng meu­

'en panglima

1075 Roh ngan tunam jimat di jaroe, Mal6m samlakoe jadlh

jimeujra

1076 Sajan jit~t beud6 di jaroe, seuen saboh sagae reu­

leiih kuta

-G\A ,

Page 101: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

1077 Beudoih di uneun Raja Rad6n, ureueng g3t bat3n teu­

goh seutia

1078.Jitot beud~ that meusanjak, kuta piPak seun ... seun

sideupa

1079 Beudoih di wie PanglimaPidie, u.reu.eng nyang ghie

nibak raja

1080 Lhae jih santeu.t ngan Ma.l~m Dagang, ban geu.tuang sa ...

boh jangka

1066 Cucuku Malem Dagang, pimpinlah perang, cocok kutika 1067 Bahgkitlah cucu.ku hulu.balang, bangkitkan semangat

prajUri t semu.a · · 1068 Jangan takut jangan segan, beserta aku memohonkan

do a 1069 Maka bangkitlah Malem bangsawan, mengenakan pakaian

kebesaran panglima 1070 Duluan dipakai baju sekelat, yang kemilau bercahaya 1071 Di atasnya baju ziraht selapis lagi baju tembaga 10?2 Malem tegak di haluan kapal, jarang-jarang langkah

tiga 1073 Langkah lima diganti tujuh 1 digabung dengan langkah

tiga 1074 Langkah tujuh diganti sembilan, ragam jarang jurus

panglima 1075 Tunam pu.n ada di tan gall, Mal em rupawan siap menembak 1076 Maka meriam ditembakkan, satu-persatu benteng pun

runtuh · 1077 Bangkit di kanan Raja Raden, yang baik batin teguh.

·setia 1078 Tembakannya mahir berira.ma, dinding kota rusak binasa 1079 Bangkit di kiri Panglima Pidie, yang dekatbrapat de•

ngan raja 1o80 Tiga serangkai dengan Malem Dagang, bagai dituang,

imbang setara

Setiap Malem Dagang bersiap-siap untuk maju berperang,

ada lima hal yang kelihatannya selalu berulang, dan diucap­

kan dalam larik yang sama, sehingga merupakan tanda t~rsen­

diri untu.k menunjuk:kan bahwa perang akan ber1angsung, ialah:

(1) Malem Dagang bermusyawarah dengan segenap hulubalang,

~ (saudara dari garis turunan ayah) dan karong (saudara

dari garis turunan ibu) yang terdiri dari dua belas induk ke•

luarga (suk~e) itu untu.k men.anyakan kesediaan mereka berpe-

Page 102: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

95

rang, (2) Nasehat Ja Pakeh, biasanya terdiri atas unsur ... un­

sur: mendorong semangat/keberanian Malem Dagang• keyakinan

akan memperoleh kemenangan, menilik kutikat menganjurkan Ma·

lem Dagang memberahikan perajurit untUk maju ke arena perangt

(3) Malem Dagang mengenakan pakaian perang: baju sekelat, ba­

ju zirah dan baju tembaga. (Dalam RPM, Poout Muhamat mengena•

kan pakaian zirah dan baju tembaga saja). (4) Lukisan jurus

ailat dan senjata yang dipakai oleh Malem Dagang, tunam.

(Dalam RPM, Pocut MUhamat memakai alat senjata berupa ren­

cong, pedang, pisau, perisai, ditambah dengan jimat-jimat

kebalnya berupa rotan sungsang, jusan dua, dan ~ nu~'!!!). (5) Dalam setiap peperangan selalu dilukiskan posisi Raja Ra­den dan Panglima Pidie eebagai pan«lima di sayap kanan dan

sayap kiri. Terlihat di sini ada beberapa unsur yang tidak

terdapat dalam RPM, tetapi sebaliknya, unsur-unsur yang ter­

dapat di dalam RPM digambarkan sampai mendetailt sedangkan .

dalam HMD semuanya dilukiskan garis besarnya saja.

Hal yang demikian terlihat juga dalam melukiskan jalan­

nya peperangan. Antara kedua hikayat ini terdapat juga per­

bedaan-perbedaannya yang tersendiri.. Dalam RPM terdapat satu

kali peperangan, prosesnya dilukiskan seoara runtut sekali,

dimulai dengan taluan bunyi .. bunyian untuk menghimpun pasukan

ke lapangan, setelah itu barulah ditalu genderang perang tan~

da menyerbu. Perang di sini bertolak pada ide merebut kota

(benteng) dengan jalan mengatasi berbagai rintangan yang di­

pasang musuh. Dalam HMD perang berlangsung kebanyakan di laut,

sasarannya yang utama adalah menenggelamkan kapal musuh. Ha­

nya seka1i dilukiskan perang di darat, ialah perang Asahan ba­

bak ketiga, ketika pasUkan Aeeh merebut benteng istana Raja

Asahan, dan menawan putri Keumala Donya ..

Unsur yang sama terlihat dalam kedua hik.ayat ini ialah

sama-sama melukiskan perang berlangsung dalam tiga babakan.

Dalam HMD terdapat dua kali peperangan, yang pertama pe:rang

Page 103: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

96

dengan Asahan dan yang kedua perang dengan Si Ujut di laut

Banang~

Dalam peperangan dengan Asahan 1 babak pertama ialah

tembakan gencar meriam meriam pantai Asahan, sampai Sultan

ketakutan dan mengajak Halem Dagang menempuh jalan perun-­

dingan. Babak kedua, perang dilanjutkan setelah Sultan mun­

dur ke laut lepas, tetapi terhenti lagi karena banyak hulu­

balang dan perajurit yang hendak meninggalkan arena perang

sebab ngeri melihat banyaknya korban berjatuhan. Babak ke­

tiga, perang berlangsung lebih dahsyat. Setelah Malem Da­

gang menyumpahi mereka yang akan meninggalkan arena perang,

agar dimakan oleh janji setianya sendiri yang telah diucap­

kan di Jambo Aye, ketika pengangkatannya menjadi panglima

perang. Babak ini berakhir sampai dengan penaklukan ben­

tang terakhir raja Asahan. Lukisan perang ini meliputi 160

larik, dari larik 1015 sampai dengan larik 1175.

Perang me1awan Si Ujut juga ber1angsung dalam tiga ba­

bak, Babal~ pertama menghadapi kepungan dari Si Ujut sampai

Pang1ima Pidie mendapat firasat bahwa ia akan mati. Babak

kedua, Panglima Pidie dengan jubah dan destar putih Ja Pa­

keht bersama Malem Dagang kembali membuka penyerangan. Ber­

akhir dengan gugurnyu Panglima Pidie. Babak ketiga, amukan

Mal em Dagang bersama Raja Rad.en dan perajuri t, berakhir de­

ngan ditawannya Si Ujut. Lukisan perang ini meliputi 191

larik, dari larik 1876 sampai dengan 1arik 2067.

Dalam peperangan Pocut Muhamat dengan Gampong Jawa,

babakan ini agak berbeda sifatnya. Dalam babak pertama di­

lukiskan perang jarak jauh, tembakan meriam bergemuruh. Pa­

sukan Pocut Huhamat berhasil dihalau oleh pasukan Jeumalo­

yalam yang dipimpin oleh empat orang putranya yang tangguh­

tangguh. Babak kedua; pasukan Pocut 1'-'luhamat berhasi1 men­

dekati kubu pertahanan musuh, sehingga meriam dan bedil su­

dah berkurang fungsinya, bahkan Pangulee Peunaroe dan Pocut

Huhamat berhasil memasuki kota (benteng). Babak ini berakhir

Page 104: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

9'7

dengan gugurnya Pangul'ee Peunaroe. Babak ke1iga, berlangsung

perang terbuka yang berakhir dengan menyerahnya Jeuma1oyalam,

ditandai dengan dibunyikannya tabuh, gong, dan genderang.

Lukisan perang ini meliputi 398 larik, dari larik 2275 sam­

pai dengan larik 2673.

Sesuai dengan sifat perang dalam masing-masing babak

tersebut, maka da1am babak pertama yang dominan dilukiskan

ialah suara meriam, sedangkan da1am babak kedua kesibukan

perajurit menyingkirkan ranjau untuk menyerbu benteng yang

dijaga dari atas dengan siraman damar mendidih. Dalam babak

ketiga, karena sifatnya merupakan perang terbuka, maka yang

terdengar hanya suara pedang, suara cokmar yang mengonai

perisai atau tubuh 1awan.

Dalam HMD pelukisan perang tidak sedetai1 dalam HPM.

Peperangan hanya dilukiskan secara garis besar saja. Da1am

pera.ng dengan Asahan kemajuan perang di1ukiskan runtuhnya

dinding-dinding benteng pihak 1awan oleh tembakan meriam,

sedangkan dalam perang melawan Si Ujut kemajuan perang itu

di1ukiskan dengan banyaknya tengge1am kapal-kapa1 perang Si

Ujut. Lukisan kehebatan titik berat di1etakkan pada kegen­

caran tembakan meriam dan ungkapan untuk Malem Dagang yang

terlibat dalam perang besar. Larik-1arik penanda kehebatan

perang ini se1alu diulang dengan 1arik-1arik yang hampir tan~

pa perubahan dalam kedua peran6tersebut. Di sini dikutip 1a-~

rik-larik yang me1ukiskan kehebatan perang Asahan;

1015 Jipeumeuriam nyan u 1a'ot, boh beude srbt han teu­

kira

1016 Boh beude u 1a 1 ot sare cham-churn, han tatudurn ban

ujeuen keunong sa

1017 Boh beude di rnanyang sare soseue, meuse geu1anteue

rneunan suara

1018 Boh beude u la 1 ot that klarn-kabot, sang k1eueng meu­

lot watee sinja

Page 105: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

98

1019 Di la'ot hu meujeureulah, boh beud~ mirah le~mah

cuaca

1015 Sasaran meriam arah ke 1aut, pe1uru berjatuhan tak terkira

1016 Ch~~:chum suara pe1uru jatuh, bagai 1ebatnya hujan ray a

1017 Di angkasa pe1uru bersi1ang siur, bagai guntur ge­muruh suara

1018 Pe1uru di 1aut sangaf ka1ang-kabut, suara bersiut bagai pertarungan e1ang waktu senja.

1019 Laut berubah warna kesumba, bara pe1uru memantulkan cahayf_.

Sedangkan tanda ter1ibatnya Malem Dagang da1am perang

yang hebat di1ukiskan dengan 1arik: Bu~~n sa.YangMalem Da­

~I!fi' meukumban_tL_Era_ng di la I ot ra_ya ( Aduh kasihan Mal em

Dagang, terlibat perang di laut raya).

Lukisan perang dalam HPM lebih mendetail, tidak ada

perulangan larik, yang ada hanyalah peru1angan kelompok ka­

ta, atau parch larik, yang memberi kesan pada kesibukan pe­

rajurit menyerbu benteng.

2383 Bit pi dumnan geupeu1heueh beunde, ji 1 e~a~f-~

iL.~ 2384 Tan jitakot keu boh meuriam, 1i'~k t~La_m u da1am

kuta --2385 Han jihiro nyan keu reubah, j_it 6k_j__ig_ag_ah u galf_i

kuta

2383 Heskipun begitu hebat tembakan dilepaskan, tetapi mereka terus saja naik

2384 T~gentar menghadapi peluru meriam, mereka berlomba naik ke dalam kota

2385 Tak perduli pada yang gugur, mereka mendesak naik ke kaki kota.

Demikian1ah mengenai taluan bunyi-bunyian dan lukisan

persiapan perang beserta ja1annya peperangan yang di1ukis­

kan da1am kedua hikayat ini. Keduanya memperlihatkan corak­

nya sendiri-sendiri.

Page 106: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

99

b. Samb.Jrt_~-~~lfl.~n J~.~;_ah ~ ra~

Iskandar Muda dalam perla:watannya menghimpun kekuatan,

· tidak pernah membagikan hadiail (pesalinan) kepada rakyat~

Pada tiap tempat yang disinggahinya penyair melukiskan rak­

yat datang berbondong-bondong membawa persembahan tanda ke­

muliaan kepada Sultan. Persembahan itu·berupa kelapa muda

dan tebu, terkadang ditambah dengan buah-buahan lainnya.

Larik-larik ini setiap kali diulang penyebutannya hampir

tanpa pe rubahan: Rakza t j i t_;:on meu~!.'!ti.~~~.•--;t:h.~~~-'t.!.l!~);.e !6,bn u riluda (rnkyat turun berihu-ribu, membawa .tebu dan ke­lapa muda).

Tanda kemuliaan p~nyambutan serupa itu rupanya merupa­

kan konvensi dalam HMD, sebab ketika Si Ujut datang ke Aoeh,

ia juga dimuliakan dengan membawa tebu, kelapa muda dan bu­

ah-buahan. Tetapi karena ia raja dari negeri lain• maka ke­

muliaan yang diberikan naik ke tataoarn kerajaan. Terlihat

di sini persembahan itu ditambah dengan berbagai hidangan

yang cita rasa. Selanjutnya ia dinaikkan ke atas ~ <!!.!!--: ~) dan diarak ke istana. Di sini in disambut oleh Sultan

dan diberikan pesalinan selengkapau po.kaian kebesaran yang

indah-indah.

65 Geubri siluweue nyang meujunggi, bajee di asoe lh'ee

blaih dokma

66 Geubri ija that meusanjak,.neudbng pirak teunun suasa .. 67 Geubri bungkoih tapak cato, deungbn boh ru meuih

bungong gisa 68 Geubri kupiah meuih sinaroe, peuleuma:h budhoe peu ...

neug'et rata

65 Diberi celana bersulam ~euang emas, beserta baju ber­kancing tiga belas

66 Diberi kain yang sangat indah, bersulam perak tenunan sua sa

67 Diberi kain tempat sirih beragam hias petak catur, ke­empat sudutnya diberi hiasan emas berupa buah eru dan kuncup bunga .

68 Diberi kupiah. emas murni, tanda kemuliaan, hasil kera~ jinan budaya tinggi. ·

Page 107: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

100

Tebu, kelapa muda dan buah-buahan sebagai tanda -kernu­

liaan, juga dikenal dalam HPM, seperti yang dipersembahkan

oleh rnkyat Mukim Lh'ee kepada Pocut Muhamat. Persembahan

tersebut tidak selalu sama d:i,lukiskan di sini. Rakyat Mu­

kim Tujoh misalnya, memberi persembahan segala macam benda

yang mungkin mereka berikan, di samping kelapa muda, tabu

dan buah-buahan. Begitulah persembahan berdatangan dari

rakyat, si peladang mempersembahkan bawang dan jahe, ·yang

lainnya mempersembahkan pisang, beras sekantong, telur itik atau telur ayam, ada pula yang hanya mampu mempersembahkan

kelapa dan pisang saja. Tetapi yang agak berpangkat memper­

sembahkan kambing benggala, sedangkan hulubalang mempersem­

bahkan kerbau besar. Rakyat Pangul$e peunaroe, di samping

mempersembahkan kelapa muda 1 ada juga yang membawa berds,

sedangkan para petua membawa kerbau dan sapi. Larik yang

menyatakan persemba}lan kelapa muda dan tebu serta buah­

buahan, mirip dengan yang terdapat dalam HMD, hanya di sini

ditambah satu larik yang juga selalu diulang, ialah menyem­

bah Sultan.

505 Padum-padum peuseumahan, han sapeue tan keunan geuba

506 Ladom u muda ladom teub'ee, ladom boh kay~e han teuki­

ra

507 Geucom bak teu•ot seumah bak gaki, Poeut boh at$ nyoe

ho ka teuka

505 Tak terhitung persembaha.n, segala maeam kesitu dibawa 506 Kelapa muda beserta tebu, da~ buah-buahan tak terkira 507 Cium di lutut sembah di kaki, Pocut buah hati ke sini

tiba

Pi samping itu masih terdapat lagi perulangan larik la­

innya., ialah ucapan Pocut Muhamat kepada rakyatnya setiap

selesai membagikan pesalinan kepada semua mereka. Ueapan itu

berupa permohonan bantuan tenaga untuk melancarkan perang ke

Gampong Jawa.

Page 108: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

101

?13 Kamoe tuan teuka di Al'eh, jeu 1 ¢h that jad'eh nton 1ang­kah ba

?14 Adak na gaaeh ngbn ta aayang, tajak bantu prang u Gam­

pong Jawa

?13 Kami tuan datang dari Aceh, jauh sungguh mengayunk.an 1a.ngk~h. (.ke mari)

714 Ando.iko.n o.ndo.'L1cnaruh kasih dan aayang, bantulah pe­nyerangan ke Gampong Jawa.

Iskandar Muda ketika melawat ke Sigli, Samalanga dan

Meureudu juga menyampaikan permohonan dalam po1a kalimat yang

mirip dengan ucapan Pocut Muhamat. Tetapi ucapan Iskandar Mu­

da di sini disertai dengan alasan mengapa ia hendak menye~tang

Johor, seperti ucapannya pada panglima Samalanga:

629 Sabda talhom kapay u la'ot, taseutet di likot Cakra Donya

6 , ' ~ -30 Beukeuna gasehteu ngon aayang, tapeungon kuprang u Jho

Lama

631 Meung na Allah bri umuku lanjut, keaeut'et Si Ujut meu­

nal~e jiba

629 Turunkanlah kapal ke laut, ikut iringan Cakra Donya 630 Andai anda menaruh kasih dan sayang, temani aku me­

nyerang Johor Lama 631 Selama hayat masih di badan, kukejar Si Ujut yang te­

lah mengaibkan nama

Larik-larik ini.hampir selalu diu1ang, terkadang dengan

tambahan beberapa variaai, menurut tempat yang disinggahi.

Ketika bertemu dengan Ja Pakeh di Meureudu dan bertemu dengan

mertuanya (Raja Pahang) di laut Banang, Sultan menjelaskan

alasan penyerangannya itu dengan menambah satu larilk penjelaa-' - . \ . an: _[eureuna Si_V_j_~_'t di -~~~E~<!J.:l....§.~~J..l- j_,adeh _J!eureu-

bot_raza (Karena Si Ujut di negeri' Aceh, melakukan perampokan

dan membuat huru-hara).

Perumuaan alasan serupa itu nampaknya merupakan suatu po­

la yang khusus dalam HMD, yang tidak tersua dalam HPM. Perumus­

an yang demikian itu dalam HMD masih terdapat lagi pada bebera-

Page 109: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

102

pa hal yang lain, sehingga mengesankan bagai membentuk kon­

vensi sendiri,

Perulangan pemberian hadiah yang dilakukan oleh Pocut

Muhamat, tidak semuanya dilukiskan secara mendetail. Hadiah

untuk rakyat Mukim Lh'ee, berupa peaalinan pakaian, kain dan

destar serta baju perang (baj6e aoh dan ?a~~~-keusumba). Hadiah buat rakyat Mukim Tujoh hanya disebutkan saja: !!!.s::,

bri salen dumna rak.x.at, b.l:!;~. n_yan__g_ babat keuchik panglillla

(Dibari pesalinan buat aemua rakyat, keuchik dan panglima

menurut tingkatnya masing-masing). Hadiah buat rakyat Mukim

Lim'bng perinciannya lebih detail, di samping destar, diberi­

kan juga kain tenunan benang emaa yang ha1us, baju 1engan

pendek beserta kancing yang terbuat davi emas C~), Se­

dangkan hadiah bua t Pangul~e Peunaroe ·1e·bih beragam 1a·gi,

di samping destar dan baju berkanoing emas, diberikan juga

pesalinan kebesaran se1engkapnya, diberikan kain tempat si­

rih yang tiap sudutnya diberi hiasan buah eru emas beserta

cerana yang indah-indah ukirannya, dan lain-lainnya.. Demi­

kian dilukiakan oleh penyair:

1447 Pocut Muhamat neubri peukayan, aileungkapan dum

anika

1448 Mula phon-phon neubri tangkulok, lheueh nyan neujok ·

bajee meudokma

1449 Neujok bungkoih tapak ca. to, \ boh ru meuih ban ngon

peuet punca

1450 Neujok keurandam nyang krak gantang, pan de ji tuang.

bungong gisa

1451 Neujok ija nyang indah that, seuleupok kasab peu-\

neuget Lam Nga ,/

1.52 Neujok sikin lapan sagoe, neupeujaroe keu Bentara

1453 Neujok reungget peuet boh guni, le that neubri keu

Ben tara

1447 Pocut Muhamat menghadiahkan pakaian, dengan ke1eng­kapannya yang beraneka

Page 110: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

103

1448 Nu1a seka1i diberikan destar, kemudian baju berkan­cing dokQ'la

1449 Diberikan·kain tempat sirih beragam pet~k catur, dengan hiasan buah eru emas.di keempat sudutnya

1450 Diberikan tempat kapur ragam krak'gantang, dengan hiasan su1ur bunga • •.

1451 Dibari kain.yang indah--indah, :dengan hiasan bunga tunjung dari benang emas, tenU:han Lam Nga

1452 Diberi pisau dengan gagang bersegi de1apan, di­genggamkanke tangan Bentara

1453 Diberikan uang empat goni, banyak sekali hadiah buat Bentara.

Terlihat di sini hadiah yang diberikan Pocut Muhamat

kepada Pangul~e Peunaroe adalah pemberian da1am tingkat ke­

besaran, tetapi masih 1ebih sederhana pesalinan yang dib'e­

rikan oleh Iskandar Muda kepada Raja Si Ujut.

Dalam hal pemberian hadiah ini n.da tiga hal yang sela-

1u berulang disebutkan: {1) hadiah diberikn.n menurut ting­

katan kedudukan masing-masing penerima, (2) terdapat peru­

langan larik yang mirip dengan HMD, (3) selalu diiringi la­

rik yang menyatakan kerendahan hati Pocut Muhamat: Nyoe keu

nyaE~ na_E§.._teun~~_j_;_-_oh, me)lng bek jaroe soh 1on jak _gata

(Cuma ini yang ada hai teungku yang baik, sekedar tidak de­

ngan tangan hampa saya mengunjungi anda).

Sampai di sini telah dibicarakan beberapa unsur kon­

vensi yang terlihat menonjol dalam kedua hikayat. H~ID dalam

semua episode yang berkaitan dengan konvensi ini menunjuk­

kan perbedaannya dengan HPM. HMD selalu.melukiskan episode­

episode tersebut secara garis besar saja, sedangkan HPM cen­

derung hendak melukiskan semua episode tersebut secara men­

detail. Di samping itu terlihat juga HMD tidak selalu patuh

mengikuti konvensi, sedangkan HPM terasa selalu dalam garis

konvensi, sehingga terkesan episode-episode yang berulang

itu seperti dipungut dari tradisi yang tersedia (stock epi­

sode).

Perbedaan ini lebih lanjut terlihat juga dalam pemakai­

an larik pe:tanda .. pergantian episode a tau sub-episode. Larik-··------ ---<-·----

Page 111: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

104

larik ini dalam HMD polanya sangat sederhana, dan sering

antara episode dengan sub-episode larik yang menandai pemi­

sahannya tidak mengkhusus. Ketika terjadi peristiwa pembe­

rontakan Si Ujut, episode itu ditandai dengan larik:

~~~~~ ?zan teu~~~keudirollah, neupeutrbn sosahkeu 20

meukuta (Kemudian datanglah takdir Allah, menurunkan susah

kepada baginda). Sedangkan pergantian episode perjalanan

Sultan menyusuri pantai Utara melalui jalan darat dan laut,

ditandai dengan larik: Geuc~k sa'oh ka~~y-~a•ot, di d~ rat b~~~~gka~~~~~ (Diangkat sauh kapal di laut, di darat berangkat baginda raja). Larik serupa ini berulang

terus setiap Sultan berpisah dari tempat yang satu ke tam­

pat yang lain. Tetapi setelah berlepas ke laut, memulai pe­

layaran.jauh, tanda pergantian episode berubah. Di sini ke­

berangkatan itu selalu didahului oleh ucapan Malem Dagang,

memanggil anak buahnya dan memerintahkan berlayar.

13?9 Ho ka gata wali ngbn karong, ta•eu jaroe lon ateueh jeumala

1380 Tacok sa 1 oh talingkang taloe, asoe jaroe bungka udehta

13?9 Wahai sekalian ~ dan karong, lihat tanganku di jemala

1380 Angkat sauh gulungkan tali, buah tangan beranakat­lah kita

Larik penanda sub-episode yang sering terlihat di da­

lam HMD ada dua yang secara bergantian diulang, ialah:

Lawet_law~Z1...<!11doe ni~t:J.~...!!lan, te._l:\_dueK_h_8:_~a_y_a..%!.J...a' e~l_.~~~i­!£!. (Syahdan kemudian setelah itu, terhenti dulu kisah itu,

beralih ke masalah yang lain), atau: Teutab 'ohnaD:,_nzan.s

~ba. nz.E!!l .. L}~_oe kuran_g_an la' en -~-qri~ ( Cukup sekian kisan ini, kini kugubah rekaan yang lain).

Dalam RPM, larik-larik penanda pergantian episode de­

ngan sub..:.episode sifatnya lebih mengkhusus. Larik-larik pe­

nanda tersebut selalu menyebutkan masalah apa yang dihenti-

Page 112: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

105

kan pengisahannya dan masalah apa yang akan dikisahkan be­

rikutnya. Larik penanda pergantian sub-episode biasanya ha­

nya terdiri dari satu larik, sedangkan larik.yang menandai

pergantian episode terdiri atas beberapa l.arik 1 dan bias~­nya berpola pantun.

Larik penanda pergantian s~b-episode di sini mirip de­

ngan HMD, hanya dengan sedikit variasi: Teuduek haba Pocut

~at, meuwoe __ ~~w~yat bak poteu raja. (Terhenti tentang

Poeut Muhamat, riwayat kembali kepada baginda raja). Dal.am

variasi yang lain terdapat juga : Law6t lawan teuma dudoe,

tangb je"lnoe lon cal~. {Lama-kelamaan kemudiannya, de­

ngarlah kini saya eeritakan).

Larik penanda pergantian episode dalam HPM terdiri atas

dua macam. Yang pertama bersifat konvenaional, maksudnya la­

rik itu dimulai dengan kata: "Ammaba•du ••• ", atau "Aleuki­

.!!!! ••• ", sedangkan yang lainnya ditambah dengan pola ikatan

pan tun.

Contoh larik penanda pergantian episode jenis pertama:

2005 Ammaba'du he teungku payongt taleungo lon la•6n ca­

litra

2006 Taleung~ ulon dumna tuan, jeunoe haba prang u Gam­

pong Jawa

(Ammaba'du wahai teungku tercinta, dengar saya kisah­kan lain cerita Dengarkan saya semua tuan, kini kisah perang ke Gam­pOng Jawa)

1720 Al.eukisah Pangul.'8e Peunaroe, leugat neuwoe tuan

B~ntara

1721 Neuwoe u rumoh neu'ek u leupu, neujak bak ibu tuan

Ben tara

(Alkisah Pangulee Peunaroe, langsung pulang tuan Bentara Pulang ke rumah ilaik ke serambi, tuan Bentara menemui ibunya)

Contoh larik penanda pergantian episode jenis kedua:

Page 113: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

106

473 Jaunoe l.on kisah la'e'n riwayat , Pocut Muhamat jad'hh

neubungka

474 Rampak•rampak seureuba Yaman, di barOh nyan seureuba rasa

4?5 Jeunce Pocut lon kurangan, leugat jalan deung~n tan­tra

476 Ammaba'du teuma dudoe, lon kisah jeunoe Pocut· bungka

473 Kini saya kieahkan lain riwayat, Pocut Muhamat jadi berangkat

474 Rampak-rampak pohon delima Yaman; di bawahnya tumbuh pohon nona

475 Kini Pocut eaya kisahkan, l.angsung berjalan dengan bala tentara

476 Ammaba 1 du kemudiannya, kini saya kisahkan Pocut be­rangkat

Kutipan di atas adalah larik pembuka mengenai keberang­

katan Pocut Muhamat melawat ke Pidie dan daerah-daerah lain­

nya untuk menghimpun kekuatan menyerang Gampong Jawa.

Demikianlah mengenai larik yang menandai pergantian epi­

sode atau sub-episode yang terlihat dalam kedua hikayat ini.

Lebih lan"Qut dalam HMD masih terlihat beberapa unsur konven­

si lagi yang tidak terdapat dalam HPM. Unsur-unsur konvensi

tersebut ialah:

(1) Cara penyebutan kepada Sultan terdapat pola larik yang

telah ditetapkan dalam beberapa variasi, yang selalu

berulang, .dan tetap diucapkan secara penuh: Al'l!J?on tuanku

~i alam, seu~h laman_duli _l!.;:oepada (Ampun tuanku Syah

Alam, sembah hamba ke bawah duli baginda), atau : Ampon

tuanku meuribee ampon seumah ulon2acay nyang hina (Ampun

tuanku beribu ampun 1 sembah hamba pacal yang hina),· atau:

R~elat teugayo cahi alamL nyang ~e geunggam alam donya

(Daulat berjaya Syah Alam, yang layak menggenggam seante­

ro dunia)

(2) Cara penyebutan masing-masing tokoh cerita, selalu diikuti

dengan penunjukan sifat-sifatnya yang khusus, yang mirip

jul.ukan.

Page 114: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

107

raja jimet!n.~n~~ukanda ~ (raja

yang dinamai Iskandar Muda)

Untuk_Raia Raden : ;ureueng get baten~, teugoh _s~utia

Untuk Merkuta Alam ·-·-~-

(orang yang baik batin teguh setia)

Untuk Malem Dagang : Eanglim~~ang suna biasa atau·

panglima prang that peuka~~ (panglima

perang yang sangat perkasa)

Untuk Pang~~ Pidie: !!£~_uJ_n_£ nyang gh:!:,e nibak raja

(orang yang dekat rapat dengan raja)

Untuk Ja Pake~ g_uree nya:qg_ leub"eh, ulama raya (guru

utama, ulama besar) atau kalau di­

panggil Ja Madinah, maka lanjutan ge­

larnya: ulon Alla~_teug_oh seutia

(hamba Allah yang teguh setia)

Untuk Raja Si Ujut : !!£h$ kuyut tan agama (kafir penge­

cut tak beragama)

Untuk Jaromudi nyang na turi barang peue ~~ (yang

memahami berbagai bahasa, jaromudi = juru bahasa, pen.)

(3) Tambakan meriam sebagai isyarat memasuki kuala sesuatu

negeri. Larik yang menyatakan tembakan meriam ini beru­

lang setiap kali pasukan Aceh berlabuh di berbagai kuala

dalam pelayarannya ke Johor.

(4) Konvensi jaromudi (juru bahasa) dan cara ia bertanya pa ...

da yang datang, selalu larik-lariknya diulang secara

hampir seluruhnya sama, misalnya juru bahasa dari Pahang

bertanya pada Malem Dagang ketika mereka berlabuh di kua­

la Banang :

1422 Lalu meututo jaromudi, nyang na turi barang peue.

basa

1423 Na taleu.ngb po samlakoe, pane nanggroe po ge~ basa

1424 Ku 1 eu tajak that mupadan, ngbn angkatan bala tantra

1422 Lalu berkata jurumudi, yang memahami berbagai bahasa

Page 115: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

108

1423 Apakah anda mendengar kami, dari negeri mana tuan mara

1424 Kulihat tuan sangat lengkap, dengan angkatan dan bala tentara.

(5) Cara menghimpun rakyat dengan memukul mong-mong (memukul

gong dan canang besar) yang dibawa oleh bujang berkeli­

ling negeri. Dalam HND cara menghimpun rakyat baik di

Aceh, di Asahan atau di negeri Si Ujut, selalu dilukis­

kan dengan memukul mong-mong berkeliling negeri oleh bu­

jang. Dalam HPN terjadi hanya sekali pemanggilan oleh

Pangul'ee Peunaroe ketika ia menolak surat Pocut Muhamat.

Panggilan itu dilakukan dengan tembakan meriam sebanyak

tujuh kali tujuh tembakan.

(6) Cara menyampaikan sesuatu berita atau laporan, larik­

lariknya diulang hampir seluruhnya sama dengan apa yang

telah diucapkan sebelumnya. Misalnya laporan Keujruen

Kuala pada peristiwa perampokan oleh Si Ujut. Laporan

tersebut diulang lagi oleh Sultan ketika menyampaikan­

nya kepada Raja Raden. Begitu juga perintah yang diberi­

kan Raja Asaha~bujang tujuh menanyakan pasukan Aceh

yang datang, sesampai pada Malem Dagang ucapan Raja

Asahan diulang lagi oleh bujang, selanjutnya kata-kata

yang diucapkan oleh Malem Dagang kepada bujang diulang

ucapkan kepada Raja Asahan sebagai laporannya. Perulang­

an-perulangan serupa itu terdapat banyak sekali di dalam

HMD yang hampir berbagai peristiwa, hal yang demikian

hampir tidak terdapat di dalam HPH. Perulangan serupa

itu hanya terjadi.sekali saja dalam HPM, tetapi dalam

konteks yang lain, ialah perulangan pengisahan masa lam­

pau Pangul~e Peunaroe, yang pertama dikisahkan sendiri

oleh Pangul~e Peunaroe pada Pocut Muhamat, yang kedua

dikisahkan oleh ibu tirinya ketika Pangul~e Peunaroe hen­

dak pamit mengikuti Pocut Muhamat ke Aceh dan yang ketiga

diucapkan sendiri oleh Jeumaloyalam pada Pangul~e Peuna-

Page 116: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

109

roe. Tetapi peru1angan-peru1angan pengisahan masa 1ampau

ini tidak dengan peru1angan 1arik-1arik itu seutuhnya

seperti yang terlihat dal.am HMD.

Dari uraian di atas ter1ihat bahwa HtiD di samping meng­

ikuti konvensi yang ada, seperti ha1nya HPM, tetapi 1ebih ja­

uh ia masih menoiptakan sendiri po1a konvensinya, sehingga

memper1ihatkan oiri-oirinya yang sangat khas. Apakah sistem

peru1angan serupa itu merupakan bawaan zamannya~ mengingat

karya ini lebih tua dari HPM, atau karena karya ini l.ahir di

tengah-tengah rakyat, dan dioiptakan seoara 1isan. Sebab po-

1a-po1a peru1angan serupa itu sangat memudahkan penyair me­

nyusun oeritanya seoara 1anoar.

2. Re.E.et_isi -~an _!'ara1e1isme sebagai unsur formula

Parale1isme sebenarnya adalah bagian dari repetisi, te­

tapi dalam bentuk ia berbeda. Repetisi meliputi perulangan

1arik, perulangan frasa/paroh 1arik, perulangan kata dan

peru1angan persajakan (persamaan bunyi). Repetisi dan para-

1e1isme dianggap sebagai salah satu oiri sastra lisan. Ba­

nyak para ah1i yang setuju dengan pendapat tersebut (Ruth

Finnegan, 1977: 127-128) sebab repetisi dan para1e1isme me­

mudahkan penyair menyusun 1arik-1arik puisinya, di samping

juga memudahkan pendengar memahami yang dikatakan penyair.

Dalam pembahasan nanti perulangan larik tidak dibicara­

kan lagi, sebab sudah ter1ihat seoara tidak 1angsung da1am

pembahasan konvensi sastra kedua hikayat. Begitu juga menge­

nai peru1angan bunyi, karena kesempitan waktu tidak dibicara­

kan di sini. Dengan demikian pokok pembahasan dalam pasa1

ini meliputi perulangan frasa/paroh 1arik, peru1angan kata

dan para1elisme.

a. ~an~an paroh 1arik/frasa

Peru1angan paroh larik/frasa, digabungkan demikian ka­

rena peru1angan parohan 1arik sering seka1i tidak diulang

Page 117: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

110

secara utuh, melainkan divariasi dengan sinonim, pergantian

nama tempat atau epithet (gelaran) atau jenis kata yang la­

in, sehingga perulangan parohan larik terkesan bagai peru­

langan frasa. Dalam HMD variasi perulangan parohan larik

serupa itu banyak sekali terdapat. Dalam HPM perulangan pa­

rohan larik kebanyakan terdapat dalam pelukisan suasana pe­

rang, suasana sedih, upacara penyambutan dengan taluan bu­

nyi-bunyian dan dalam propaganda perang Pocut Muhamat ter­

hadap Gampong Jawa.

Dalam HMD perulangan parohan larik secara utuh biasa­

nya terdapat pada paroh pertama, tetapi jenis serupa itu ti­

dak banyak, yang banyak terdapat adalah perulangan paroh la­

rik dengan variasi. Perulangan paroh larik dengan variasi

ini dapat melahirkan gaya perulangan penjajaran ataupun pa~

ralelisme, meskipun tidak semuanya demikian.

Contoh perulangan paroh larik dengan variasi sinonim:

2073 Nyoe leupeue Si Ujut ka lam rant~, d~elat sambot le

jeunoe sigra

2074 Nyoe leupeue Si Ujut ka lam taloe, udeh tawoe u Pulo

Ruja.

(Inilah Si Ujut sudah dirantai, baginda terimalah kini segera. Inilah Si Ujut sudah di dalam tali, ayohlah kita kern­bali ke Pulau Ruja)

Variasi sinonim lainnya kalau bercorak paralelisme mem­

perlihatkan kecenderungan hendak menekankan atau menjelaskan

yang diungkapkan di dalamnya, misalnya terlihat dalam ucapan

Sultan ketika ia memarahi Ja Pakeh karena rakyat Meureudu ba­

ru datang menyambut setelah tujuh hari Sultan berada di sana.

578 Adak han mee kukevrajeuen, ta•euntat lam uteuen taboih

lam rimba

579 Adak han m~e Kugeunggam nansgroe, taboh geunantoe, Ja, / le gata

(Kalau tak layat aku memerintah, antarlah ke hutan, bu­anglah ke dalam rimba Kalau tak layak kugenggar.l nescri·, Ja (Pakeh) angkatlah penggantinya).

Page 118: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

111

Kedua larik ini sebenarnya isinya suma suja, ialuh me­

nekankan pada rasa tidak senang Sultan karena seolah-olah

ia diremehkan, sebab baru pada hari yang ketuj~h Ja Pakeh

dengan rakyat Meureudu datang menyambut kedatangannya. Jadi

kalau mereka tidak mengunggap lagi ia sebagai Sultan buang­

kan sajalah ke hutan, atau gantikan sajalah dengan yang la­

in.

Jenis variasi perulangan lainnya berupa pergantian na­

ma tempat atau nama benda. Hal yang demikian biasanya larik­

lariknya disusun dalam gaya perulangan penjajaran.

597 Nyampang-n~ampahg hawaji .EJ.sang_, u Sarah Hancan_! han

soe mita

598 Nyampang-nyampang hawaji boh birah, u ~rah Ga1~~ han

soe jak mita

599 Nyampang-nyampang hawaji ~agong, u Gle Punton~ han

soe jak mitu

(Sewaktu-waktu mereka kepingin pisang, ke Sarah Man­cang tidak ada yang mencarinya Sewaktu-waktu mereka kepingin umbi talas, ke Saran Gajah tidak ada yang mencarinya Sewaktu-waktu mereka kepingin jagung, ke Gl~ Puntong tidak ada yang mencarinya).

Ketiga corak variasi perulangan ini sangat banyak ter­

dapat di dalam HMD. Terkadang pergantian nama tempat diubah

ke dalam bentuk sinonim pula, seperti terlihat dalam ucapan

Raja Asahan ketika menantang perang dengan pasukan Aceh.

6 \ / . , 93 Bek kabri jijak u nanggroe la'en, sinoe p1 kutem

prang kurila

937 B~k kabri jijak u nanggroe ~!~, u nanggroe Jho u

Meulaka

938 Bek kabri jijak u nanggroe Banang, di Aseuhan pi

troih masa

(Jangan biarkan mereka ke negeri lain, di sini pun kutantang perang, aku rela Jangan biarkan mereka ke negeri Timur, ke negeri Jo­hor, ke Malak.a Jangan biarkan mereka ke negeri Banang, di Asahan pun masanya tiba).

Page 119: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

112

Sinonim yang terlihat di sini terjadi karena negeri

yang dimaksud itu tidak langeung disebutkan, lebih dulu di­

sebut dengan "negeri lain11, kemudian lebih diperjelas arah­

nya, ialah "negeri Timur", baru pada akhir eekali disebut

dengan terang, 11negeri Banang 11 • Di samping itu terdapat

juga sejenis sinonim penunjuk tempat. Pergantian sinonim di

sini lebih bersifat paralel, larik kedua lebih menekankan

maksud larik sebelumnya.

550 'Oh ka kuwoe cuco u gampong, adak geupuntong han ku­

seumah raja

551 1 0h ka kuwoe cuco y ?anggroe, adak geugogajoe han ku­

seumah raja

(Kalau aku sudah balik ke kampung, dipuntung pun tak­kan kusembah raja Kalau aku sudah balik ke negeri, digergaji pun takkan kusernbah raja). ·

Terlihat di sini pergantian "kampung" dengan 11negeri"

hanya untuk penyesuaian bunyi saja, ditujukan untuk menekan­

kan maksud yang dituju. Larik-larik ini diucapkan oleh Ja Pa­

keh yang marah kepada.Sultan karena mendiamkan saja kedatang­

an mereka dari pagi sampai siang di panas terik. Karena itu

Ja Pakeh merentak, mengajak rakyat Meureudu pulang semua, dia

yang akan menanggung risikonya. Jadi paralelisme dalam kedua

larik tersebut menekankan pada kemungkinan hukuman sebagai

ancaman bagi Ja Pakeh yang membangkang, tetapi ia tidak gen­

tar.

Di samping variasi siuonim dan pergantian nama tempat

atau nama benda, terdapat juga perulang~n paroh larik dengan

variasi gelaran, Jenis ini yang paling banyak terdapat di da­

lam HMD setelah variasi perulangan dengan sinonim. Malahan

dalam bentuk perulangan katat variasi dengan gelaran ini ter­

dapat lebih banyak daripada variasi perulangan dengan sinonim.

Contoh perulangan dengan variasi gelaran:

1723 Ho jipeurab Halem Daaang, le that lapang kaphe' cilaka

1724 Ho jipeurab Malem samlakoe, kaphe jimoe hablh meuriba

Page 120: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

113

(Kemana saja Malem Da.gang mendekat, banyak sekali (kapal) kafir tenggelam Kemana saja mendekat Malam rupawan, kafir menderita kekalahan).

Di tempa.t lain Malem Dagang digelari juga dengan "anak

pedalaman", misalnya dalam larik berikut:

1854 Meung na udeb Malem Dagang, kee panglima prang ngon

raja Cuha

1855 Meung .na udeb aneuk tunonJt._kruen~, bah kutheun rueng

di nab sroepada

(Kalau masih hidup Malem Dagang, aku panglima perang melawan raja Guha Kalau masih hidup anak p_edalaman, punggungkulah pe­risai bagin(la).

Di samping itu, di dalam HMD banyak juga terdapat pe­

rulangan paroh larik secara bersilang, mirip dengan bentuk (l

konkatensi yang banyak terdapat dalam tembang Jawa dan pan-

tun Sunda. Hanya bedanya perulangan paroh larik yang bersi--lang ini sering tidak murni, diselingi satu kata lain, atau

divariasi dengan sinonim, tetapi isinya tetap paralel. Corak

perula.ngan serupa itu tidak banyak terdapat di dalam RPM.

Perulangan paroh larik yang bersilang ini tidak hanya sele­

sai dalam dua larik, terkadang sampai beberapa larik terus

berlangsung sistem perulangan tersebut dengan diselingi oleh

jenis perulangan lainnya. Untuk sekedar contoh di sini diku­

tip lukisan Malem Dagang ketika mendekat ke istana Raja Asa­

han, sementara para perajurit sibuk dengan barang-barang ram­

paean.

1193 Jeunoe jitamong Malem samlakoe, u leuen meuligoe

,i_:t_Q..ih pan..!:'!-JJila

1194 Ban sa.jan troih u leuen meu1isoe, jideungo putroe

~im~gha

1195 Jideungb putroe moe meuro-ro, jimuba'e dumji rata

1193 Kini masuk Ma1em rupawan, ke hal.aman mahligai sampai pang1ima

Page 121: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

114

1194 Begitu sampai ke halaman mahligai, didengarnya pu­tri menangis duka

~~95 Didengarnya putri menangis ramai, riuh meratap se­muanya

Di sini terlihat ada tambahan kata, atau variasi aino­nim. Mungkin pola perUlangan serupa ini merupakan bentuk

lain dari enjambement yang tidak mungkin diujudkan dalam

puisi lisan secara murni, sebab ia menuntut adanya kesatu­

an sintaksis yang eelesai dalam setiap larik.

Dalam HPM variasi perulangan gelaran tidak

banyak terdapat, meskipun juga mengenal sistem gelaran di

dalam menyebutkan nama-nama tokohnya. Perulangan dengan va­

riasi sinonim tidak seberbagai seperti dalam HMD, Perulangan

variasi sinonim HPM, terutama menonjol dalam pelukisan sua­

sana berkabung ketika Pangulee Peunaroe gugur, atau ketika

Pangutee Peunaroe pamit pada ibunya.

1864 Adalt mate aneuk, gata di jur'ee, na lon mueng ul'ee , po Bentara

1865 Adak mate aneuk, gata di leupu, lh~e uroe kumeupho

kuleumpaih dada

(Andai engkau, nak, mati di tilam, ada ibu yang me­mangku kepalamu Bentara Andai engkau, nak, mati di beranda, tiga hari lrula­kukan pho, kucurahkan duka) (~o = semacam upacara duka meratapi simati, tradisi yang hidup di bebera­pa kalangan masyarakat Aceh sebelum masuknya Islam, pen.).

Perulangan paroh kedua larik, banyak terdapat dalam

HPM, tetapi kurang kaya variasi, malah terkesan hanya untuk

memenuhi kaki larik saja. Terlihat misalnya dalam bagian per­

temuan Meugat dengan Pangulee Peunaroe.

1024 Nyang jeuet ulon keunoe troih langkah, ~~ meutuah

ubak gata

1025 Seumah saleuem Pocut Muhamat, rinduneu that aneuk keu

gata

Page 122: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

115

1026 Jaroe sip1oh di atueh u1~e, sa1euem meurib~e aneuk

keu Pi~~

1027 Manyoh meuchen Pocut Muhamat, ointaan that neumeung

ngieng mata

1028 Nyoe a1amat gejok bak kamoe, neuyue mee keunoe aneuk

l;!_ak gata

1024 Yang menyebabkan saya me1angkah ke mari, kepada eng­kau, anakku

1025 Sembah salam Pocut Muhamat, rindu sekali ia kepada engkau, anakku

1026 Jari sepuluh di kepala, salam beribu kepada engkau, anakku

1027 Kangen sangat Pocut Muhamat, rindu untuk bertemu mu­ka

1028 Inilah surat diberikan pada kami, disuruh bawa kema­ri kepada engkau, anakku.

Perulangan-perulangan ini terkesan kurang bervariasi,

tetapi mungkin juga dimaksudkan untuk melukiskan kekakuan

Heugat menghadapi Pangu1~e Peunaroe yang hebat, sehingga ia

sclalu berusaha memakai kata-kata seintim mungkin agar pera­

saannya tidak tersinggung. Karena hati-hatinya itu menyebab­

kan Meugat tidak 1e1uasa berbicara, akhirnya ia hanya mampu

mengulang-u1ang kata yang itu-itu juga. Perulangan tidak

bervariasi serupa itu terlihat juga ketika pasukan Pocut Mu­

hamat menyerang benteng Jeuma1oyalam, tetapi perulangan-pe­

rulangan paroh larik ini justru semakin mengintensifkan lu­

kisan kesibukan perajurit da1am usaha menerobos benteng Jeu­

mal.Oyalam.

Gaya perulangan paroh larik bersilang da1am RPM sangat

sedikit jumlahnya, tetapi juga dikena1 oleh penyair ini.

Biasanya hanya terdiri atas dua larik saja, seperti yang ter-

1ihat dalam ucapan Pocut Muhamat, berikut ini:

650 Kamoe tuan teuka di Aceh, nzang trpiA.~~~ah_lon

b,ak gata

651 &a3_tr~ih 1~-l.!.tt~ah _lo~_j_a_k k~_u_!l:~~' peugah hay droe

ubak gata

Page 123: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

(Kami tuan dutang dari Aceh, yang telah dibawakan l2ngkah kepada anda

116

Yang telnh dibawakan langkah kemari, hendak mengadu­kan nasib kami kepc.da anda)

Demikianlah perulangan paroh 1.:-.rik/frasa yc:mg terli­

hat dalam kedua hikayat dengan varici.Si-variasinya. Peru­

langan-perulangan ini ternyata meliputi juga bentuk-bentuk

penjajaran, paralelisme dan juga menyungkut masalah sinonim

dan gel2.ran.

Perulangan kata dalam HHD terdapat banyak sekali, baik

yang berulang dalam satu larik maupun dalam beberapa larik

secara bervariasi. Umumnya perulangan kata ini bersifat me­

nekankan hal yang disampaikan, di samping ada juga yang ber­

sifat menjajarkan atau menciptakan sifat paralel.

Contoh perulangan kata dalam larik:

\ ' .. 265 Jijak keu rakyat dum meuree-ree, -~~~ siribee ~~~

silaksa

266 ~~b-~~eb gunong _j_~b-j_e~ paloh, J_euf!._b ... .;j_e_ue~

grugoh j_eueb_~~eueb data

(Berjalanlah rakyat berbodnong-bondong, perseribu perselaksa Ke semua gunung ke semua lembah, ke semua ceruk ke semua de taran) •

Kedua larik ini melukiskan banyaknya rakyat Aceh yang

dikerahkan oleh Sultan ke rimba raya untuk menebang kayu

membe.ngun kapal untuk menyerang Si Ujut.

Contoh perulangan y~mg bervariasi terlihat juga dalam

lan~tan pengerahan tenaga rakyat tadi, yang melukiskan ben­

caria dan penyakit yang menimpa mereka di dalam rimba raya.

281 Ladom teuka peunyaket deumam, ~~ pitam hana reuda

282 Ladom., bahya meurumpok di gle, _!e_~ha~ mate nyang peutua

8 / / uk' 2 3 Le __ tJ'la~_mate aneuk rakyat, E!.~~e __ :l;,.e __ ~l:_l~ han te :tra

Page 124: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

. ·~\)\~AN D-4N ,-~~~s GADv -t-~

/ Q. "~ 4-s-<9?

~~ !,.'f:. , $ {! eu~u MIL\~ l> ~ ':'~O.).o> ~ J:.?.j

? . T,t : 117 .1} ~ '

\. PfHPUS\\\...._~~ .

(Ada yang mendapat p~nyakit demam, ada yrmg pitam tiada reda Ada yang mendapat kece1aka<:m di gunung, b2cnyak se­kali petua yang meninggal Banyak S<.Jkali rakyat meninggal, b'?.nyak sckali tak terkire).

PeruLcngan katu di sini bervari<l.si dengan perulangan

frasa, pole gabungan seperti ini banyak terdapat di dalam

mm. VarL,si sinonim yang membentuk paralelisme, ter1ihat

dalam contoh berikut:

1116 He.te' di wie mote di uneun, bek takheun-kheun meung

tabasa

1117 R~~~aA di nab ~~u~ah di 1ikot, b~k taseubot bek

tasapa

(N~ti di kiri mati di kanan, diamkan, memberi isya­rat pun jongan Rebah di depan rebah di belakang, diamkan, disapa pun jangan).

Kedue larik ini e.dalah ucapan Malem Dc.gang kepada para

perajuri t dalam peperc..ngan Asnhan babak kedua, agar mereka

.raemusatkan perhati.:tn mencapai daratal'l, sete1ah saml:>ai ke sa­

na b.,ru yc:~ng gugur diurus.

Dalam HPH peruLmgan kata juga banyak sekali terdapat,

cora.k pemcJwiannyo juga hampir sama, meskipun da1am variasi

masih terlihat lebih kaya H~ID.

Contoh peru1cngan kata dalam larik HPH:

1078 Pat na ta • eu di ~n.a~r~ Pidie, n~~g-~~~ ~-~r£:: na kuta Lnyang

1088 Siri ujon~gampong, siri jurong nyang na kuta Lsisi

(Di mana ada engkau 1ihat di negeri Pidie, di tempat mana yang ada bentengnya Ujung mana kampung mana jurusan mana yang ada ben~ tengnya)

Variasi sinonim ter1ihat da1am bentuk sebagai berikut:

944 ~ E!e.uht_m_pon -~~ rakyat, I~- .!!12..l!SCU?_at ~ panglima

(Sudah berhimpun semua rakyat, sudah berkumpu1 semua panglima).

Page 125: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

118

Perul,;ngan kata dengan variasi sinonim lainnya, terli­

hat dalam larik berikut, yang perul~ngannya itu membentuk

gaya perulangan penjajaran.

1447 Pocut Muh2.mat neubri peukaynn, sileungkapan dum

anilw

1448 Hula-mula phon ~e:ubri tangkulok,lheueh nyan !leujok

be=: j'ee meudokma

1449 N,eujo~ bungkoih tapak cato, ngon boh ru meuih ban

peuet punca

1447 Pocut Muhamat menghadiahkan pakaian, dan kelengkap­annya yang beraneka

llJ-48 l1ula-mula dihadiahkan destar, kemudian diberikan baju berdokma

1449 Diberikan-fain pembungkus sirih ragam petak catur, beserta hiasan buah eru emas pada keempat sudutnya.

Variasi sinonim di sini ialah perubahan kata bri men­

jadi jok, perulan~an-perulangan kata dalam larik-larik di

atas berfungsi untuk menjajarkan pemberian yang disampaikan

oleh Pocut Muhamat kepada Pangul~e Peun2roe.

Demikianlah bentuk .. bentuk perulangan kata dengan sega­

la variasinya yang banyak terdapat di dal2m kedua hikayat

ini.

Ketika membicarakan bentuk·-bentuk perulangan di atas,

sebenarnya sudah tersinggung juga gaya paralelisme yang

terungkap dalam berbagai variasi perulangan yang telah di­

singgung di atas. Mengenai bentuk perulangan itu tidak di­

bicarakan lagi di sini. Lebih lanjut yang akan dibicarakan

adalah bentuk-bentuk perulangan pikiran yang terungkap di

dalam larik-larik kedua hikayat, terutama HMD. Gaya parale­

lisme terkesan sebagai ruang yang memberi kesempatan ber­

pikir begi penyair untuk menyusun jalan kejadian lanjut. Da­

lam HHD terlihat misalnya dalam episode kedatangan rind,ang

(pohon kayu besar yang dihempaskan ombak ke pantai) dan epi­

sode mengenai rakyat Meureudu. Untuk melukiskan kehebatan

Page 126: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

119

_ri,ndanra. penyai~ memakai berbagai-bagai perbandingan dan pen­

jelasan sampai tujuh l&rik. Nisalnya dikatakan rindang se­

besar bukit, menyilaukan yang memandang, sekujur r~~~ang

penuh dengan sGrang tiram, menyeramkan sebab ditumbuhi lumut

sampai sedepa panja.ngny<"-, !..~~~an..s, seperti memancarkan peso­

na. (Larik 300-306). Untuk lebih jelasnya di sini dilcutip

episode pelukisan penduduk Meureudu y&ng sangat melarat hi­

dupnya.

488 U reueng Meureudu tc:t n. _c!.i._ _.Z:,~l~~.3E?.!:., -~~ j}._b2_i.h. _d_r_o_e _da­

lam rimba

489 Ureueng Meureudu keuluke1l_sah, j__iiak __ c_~~~ah_ je~

~~e~~im1Ja \

490 Hasa nyan goh lorn rame nanggroe, hana sidroe lorn peu-

tua

491 Ureueng Meureudu that _E.a.~~_!; __ ~t.o_~, ~!!K_~lang_ tutong

~~<!.e!_j_i_~ 492 !:!..~~a.!l.Ji._lan! ...... ~.!:?..e_t_-::yek, tu t§n!iJ·-~~?-~ a"~ ha_l!._ teu­

J2eun.a..~.e. . 488 Pertdudttk 1'-le·ureudu tidak di tempat, semua. sibuk di da­

lam rimba 489 Penduduk Heureudu berkeluh-kesah, membuka ladang di

tiap rimba 490 KetikE4 i tu negeri belum lagi ramai, bel urn ada petua­

nya 491 Penduduk Heureudu hidup menderita, bagai cacing kepa­

nasan, pedih terasa 492 Semisal cacing dalam panas terik, panas sengatnya tak

terkira

Terlih<1 t di sini, hanya larik 490 saja yang tidak meng­

gambarkan kesusahan hidup penduduk Meureudu, dan penggambaran

penderitaan itu pada prinsipnya diolah dari dasar pikiran yang

sama dan tidak diperluaso Unsur-unsur paralelisme dalam larik­

le.rik HMD banyak sekali, baik yc;tng berupa perulangan kata mau­

pun perulangan frasa, perulangan gelaran ataupun perulangan

yang bervariasi lainnyao Contoh lain paralelisme yang mengung­

kapkan kesamaan pikiran serupa itu, misalnya ucapan Si Ujut

Page 127: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

120

kepada Haja Haden yang memberikan Putroe Phang yang cantik

buat Sultan, sedangkan ia diberikan adik Sultan yang tidak

sebanding ce.ntiknya menurut Si Ujut.

152 Geutueng di gobnyan Putroe Phang, keu gata geupu1ang

nyang ri meuruwa

153 Geutueng di gobnyan nyang sambinoe, teuma geugantoe

nyang sang waba

(Raja mengambil Putroe Phang, engkau diberi yang mi­rip bia\.,rak Dia mempersunting y,-:ng je1ita, untuk ki ta yang seper­ti ~)(~ = wabah, penyakit menu1ar, pen.)

Dalam HPM, larik-larik para1elisme seperti yang ter1i­

hat da1am HMD juga terdapat, misa1nya ucapan Pangulee Peu­

naroe ketika ia turun dari rumah untuk bergabung dengan pa­

sukan Pocut Muhamat, yang dengan penuh penyesalan terpaksa

dilepas oleh ibu tirinya.

1898 llit.E. E!.~e __ tc:_p~t~_h __ u_r_~':l~~g_ bi._~~' teuboih geutanyoe

ny~-:cng meunama

1899 ~~<:1_-.• ~~.J:.~'E.-um~.-~:...sa~, babah ~angk1ak m~~t'o~ ~-net~

1900 Jip~t. _ap._g_'e_E.. __ j_i_b_eud<?._~_£~umbang, b~~boh bla_~ tha1:_

cenca1a ..... -----...---------

1901 Si~i..Jl_:ean:t:..~.n.£ ... ~~[).c<}-c_~~~, _!!Y_0._1~ .• ~J.!..<:':.t. 2._~.E.ci_~i,.~~e-~~­

,taJ2a ' ' ~ 1902 Han jipike keu meuna1ee, .!?2.bah_~a.~~f!E!,B ___ i.E._~~ ci1aka

1898 Jangan dengarkan omongan wanita, rusal{ kita yang pu­nya nama

1899 Umpama genangan air da1am sawah se1esai digaru, hanya mulut mania saja yang ada

1900 (Bi1a) angin bertiup alun pun bangkit, se1uruh pesa­wahan berkilau cahya

1901 Pisau panjang pada mulut, hanya pandai mengupat cerca 1902 Tidak ada rasa ma1u, mulutnya bagai mu1ut anjing, pe­

rempuan ce1aka.

Ter1ihat di ·sini, bahwa 1arik-1arik sete1ah 1arik per­

tama merupakan penje1asan mengapa tidak bo1eh seorang pah1a-

Page 128: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

121

wan mendengarkan omongan, bujukan wanita. Pola-pola para­

lelisme dalam HPH dapat dik;:.,takan variasinya sama dengan

HMD, ada yang selesai dalDm dua larik ada juga ya:1g disusun

berupe penjelasan keterangan yan3 telah disebutkan terdahu­

lu, seperti contoh di atas. Maka sampai di sini sudah se­

lesai pembahasan secara g3ris besar bentuk-bentuk perulang­

an yang terdapat dale,m keduo. hikayat.

3. SinC?.~=!--~-~J:?. .. ..£.ela.£aE_,_s._~b-~a.i~.-b.aQC:,!l..__dc'.I'_~-~~ formula

Lord menyebut persamaan k2; ta dalam larik, ( sinonim),

dengan istilah pleonnsme. Sedangkan untuk gelaran nama se­

seorang atau tempat, disebut dengan istilah epithet. Isti­

l~h yang dipdsangkan pada pas~l ini tentu saja pengertian­

nya tidak berbeda jauh dengan yang dikemuk2..kan Lord.

Sejauh yang terlihat pemakaiannya dalam miD dan HPM,

maka sinonim dan gelaran dalam larik, mempunyai dua fungsi.

Yang pertama untuk keperluan persajakan, persamaan bunyi,

dan yang kedua untuk kepentingan larilt,ialah untuk mencu­

kupkan jumlah ke.ki larik. Dalam kedua hikayE,t ini, fungsi

pertama lebih banyak terlihat atau lebih menonjol dibanding

dengan fungsi yang kedua, meskipun pemakaiannya agak banyak

juga, terutama. dalam Hl4D.

Contoh variasi sinonim yang terlihco. t dalam HMD:

243 Ladom utoh bak ~~'uke, bungong pi hal~ bak jipeuna

244 Ladom utoh bak ~e~lok, jineh pucok dum lam rika

(Ada yang pintar dalam mengukir, pola bunga-bungaan pun dihadirkannya Ada yang pintar dalam membuat lekukan, beraneka su­lur dirance.ngkannya).

Kedua kata tersebut di atas pada prinsipnya tidak ada

perbedaan arti~ tetapi dipakai untuk kepentingan persajakan,

Page 129: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

122

agar sesuni dengan bunyi ynng terdapat dalam kald .keenam

yang diperlukan untuk mengembangkan lukisan kegiatan meng­

ukir tersebut. Dalam HPM terdapat juga pemakaian sinonim

serupa itu misalnya dalam larik berikut~

81 Nycmg ek .te_~e~~ dum angka tan, nyang ~k la~~ musoh teuk~1

(Yang sanggup mencegah semua pasul;::an, ye,ng sanggup ~elc~:!_.a~ musuh da-tang)-

Variasi pemakaian gel2ran untuk tokoh-tokoh tertentu

juga erat seka.li hubungannya dengan persamaan bunyi. Dalam

kedua hilwyat ini terdapat beratus-ratus larik. Dalam miD, Iskandar Muda disebut dengan beberapa gelaran, seperti:

Meukuta Alam, Poteu Meureuh~m, D~elat tunJtu Cahi Alam,

Amp~n tuanku junj~ngan duli, D~elat teugayo Cahi Alam,

D~elat meukatoe, Amp~n jeunulnng, Ampon meukatoe. Untuk Ma­

lem Dagang tcrdapat juga beberapa panggilan, seperti: Ma­

lem samlakoe, Malem bangsawan, aneuk tunong krueng, pangu~

lee.

Dalam HPM terdapat juga panggilan yang bervariasi de­

milcian i tu, misalnya panggilan untuk Po cut Muhama t: Cut /

leunteng, Banta Muda~ Cut kand~, Pocut intan, Cut bungong, . - ,. ~

Cut so.mlc:koe, Pocut meuhubon, puteh lumat, Pocut boh ate,

Pocut Banta, Banta seudang. Untuk Raja Muda, disebut: Ka­

liphah Raja Muda, Poteu raja, Sulotan, Tuanku droe, D~elat

Chah, Cahi Alam, Po junj~ngan.

Di dalam puisi semua panggilan tersebut dimanfaatkan

untuk kepentingan persamaan bunyi, jadi sekaligus mempunyai

fungsi estetis, misalnya dalam larik bcrikut ini.

199 Na teu keunoe t~a_2:~mpon, jak saweue lon pacay nyc111g hina

528 Adak meunan cuco badan, kutrbn sajan jak udehta

1075 Hoh ng'on tunam jimat di ~;:~_::, Malell!_23~~~~~o~ jadeh jimeujra

Page 130: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

123

199 Sudah berhndir tuanku ampun, menje:i1guk kami hamba yang hina

528 Heski demikian hai cucunda, aku ikut serta ayoh berja1an

1075 Dengan tunam tergenggam di tangan, Ma1em rupawan siap menembak.

Ter1ihat di sini panggilan.: tuaD.ku ampon, cuco bc.o-.dan,

Jvialem sc:,mlakoe, disesua ike:1n persajakannya da1am paroh 1arik

beril:utnya, atau selalu dipadukan dengan kepentingan persa­

jakan, Da1am HPH misalnya ter1ihe,t da1am contoh 1arilc beri­

kut:

231 Teuma meusu ngon ~~ya_II!, tanda S~1ot~ beurangka t

u 1ua

301 Yohnyan neujaweueb ~;_nt~-~~t!d.P:.~, b'e~wayang he

Heukuta

358 Hana tuanku jalan ~~~~e~E~t, ngon ~1~2:~ 1on ngo

meudakwa

231 Kemudian berbunyi dentum meriarn, tanda Sultan berang­kat ke 1uar

301 He.ka menjawab Banta sedang, jangan bergurau hai Meu­kuta

358 Bukan tu2nku soal jual beli, dengan Halarat saya de­ngc:tr bercekcoko

Da1am kutipan di .:"tas terdapat dua sebutan untuk Raja

Huda, yang disesua.ikan dengan persajakan, i:-'1lah Su~~:t_a}! dan

!!._a_~a-~~_!:, sedangkan untuk Pocut ~1uhamat discbut dengan ~~

seud~-~' sebab akan sesuai dengan kata ~~~ay~~~·

Usahe untuk memenuhi kaki 1arik sebenarnya tidak hanya

di1akukan penyair dengan pemakaian sinonim dan ge1aran, te­

tapi terkadang dipakai juga kata penunjuk, biasanya dipakai

kate &an (itu). Penambahan kata tunjuk serupa itu terutama

terdapat di dalam HHD, meskipun tidak banyak. Penambahan de­

mikian itu membuat bahasa dalam HHD sangat dekat dengan co­

rak bahasa 1isan, sebab dalam bahasa 1isan kata tunjuk nyan

Page 131: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

124

sering sekali terpakai secara begitu saja.

59 1 Oh sa jan troih P::/.~ geupeurab, m2. geud'eelat dum geu­

r~ta

2187 Ji t'Ot beud~ !Ef..a.f!:. di la I Ott Si I uroe SeUpot hana reuda

(Setelah dekat ke te1~1pat dituju, malw sc;muc:..nya memu­lialwnnya Heriam pun berdentum di laut, sepanjang nari tiada reda).

Kata tunjuk ny:an tidak perlu diterjemahkan, dan dalam

konstruksi tersebut dapat dihilangkan s~ja tanpa mengganggu

arti larilc. Ka ta tunjuk .r::LBE. di sini sema ta-ma ta di tambah­

kan untuk mencukupkan kaki larik.

Dalam HPH terdapat juga semacam cara pemenuhan kaki la­

rik ialah dengan kata ganti ata~ frasa yang telah diucapkan

sebelumnye di dalam lArik yang lain, atau mengulang frasa

y2ng berupa sinonim. Cara ini seperti telah disinggung da­

lam pasal terdahulu, mengesankan kejanggalan.

Usahs pemenuh&n kJki larik dengan sinonim umumnya be­

rup~ penggandongan kata atau frasa dalam parohan l~rik. Di

samping itu terdapat juga corak yang mirip dengan paralelis­

me d2.lam lurik, ialah paroh larik pertama sebena.rnya isinyE,

tak jauh berbeda dengan p;roh larik kedua.

Contoh sinonim dalam p9roh larik:

31 Teuma seu'ot ureueng dua droe, ~~~l:~~t~~euxeuhaba

447 IJ.'uanku b~l~ _I]._eu tham b~lt. E~r~:..~g....l.. geukheun Pu troe Phang

tan seutia

891 Nasa nyan kapay ka lteu~aroh, £GUlh~ll!...s_a' oh di mieng

kuala

31

447

891

Kemudian menjawab kedua orang itu, mengisahkan men­ceritakan Jangan tuanku cegah jangan tuanku larang, (nanti) dika­takan orang Putroe Phang tidak setia Ketika i tu k£cpal dilabuhkan, sauh dijatuhkan di kuala.

Dalam contoh di atas terlihat sinonim bisa bergabung da­

lam satu paroh larik, atau diulang dalam paroh larik berikut-

Page 132: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

125

nya (larik 891). Sinonim paroh larik serupa itu beberapa

terliha t juga dalam HPl!, misa.lnya dalam larilc berikut:

1353 Ka ~id~um~~k sar6 kiam, jisurak ban taga raya

2438 Lalu ~~~~~r~it Pangulee Peunaroe, ~e~tu~2. jeunoe

tuan Bentara

1353 Suara hardikan riuh rendah, sorakan bagai bunyi tagar besar

2438 I.alu bicara Pangul~e Peunaroe, kini berkata tuan Ben tara

Gelaran yang bersifat memenuhi kaki larilc, biasanya

disebutkan secara ganda dalam satu larik, sehingga salah

satunya kalau ditiadakan, iSi pikiran di dalamnya tidak

terganggu.

107 Bit ban j ikheun le Pu tr~~J>.l.!....~~&, Pu tro_e __ ~~~ sam­

binoe rupa

(Sungguh seperti yang dikatakan oleh Putroe Phang, Putroe Banang yang· jelita).

Kedua sebutan di atas, kalau dihilangkan salah satunya

tidak mengurangi pengertian larik tersebut. Hal yang demi­

kian itu banyak sekali terdapat baik dalam HMD maupun dalam

HPM, misalnya dalam larik berikut:

' £_~j_a___~_elia

(Ketika itu keluarlah Baginda Sultan, Jeumal~yalam raja aulia).

Dala.m larik di atas terlihat sebutan untuk Jeumaloyalam

malah lebih dari dua sebutan, namun semuanya itu mengesankan

keperluan pada pemenuhon kaki larik.

Sampai di sini sudah selesai pembahasan mengenai aspek­

aspek formula dari segi-seginya yang menonjol baik dalam HMD

maupun dalam HPM. Ternyata di antara keduanya di samping ter­

dapat unsur-unsur persamaan, terdapat juga unsur-unsur yang

berbeda.

Page 133: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

126

Hal yang mengesankan ialah bahwa HMD kelihatannya mem­

punyai kedudukan yang khas dalam pola penyusunan larik-la­

rik puisinya. Ia seperti telah mempunyai kerangka polanya

sendiri, sehingga perulangan-perulangan episode, perulang­

an-perulangan kata, frasa ataupun paroh larik seperti disu­

sun sedemikian rupa, sehingga memungkinkan tersedianya 11 ruang jeda 11 bagi penyair untuk berpikir, merancang jalan

cerita selanjutnya. Yang dimaksudkan ialah: (1) sistem.per­

ulangan episode yang banyak sekali terdapat di dalam HMD,

(2) perulangan penjajaran yang kelibatannya secara teratur

selalu kembali untuk selanjutnya disusul dengan perulangan

epiosde. Kedua hal ini tentu merupakan pola yang sudah cu­

kup dikenal dan dikuasai oleh penyair.

Dalam HPM perulangan episode sedikit sekali, kecuali

yang bersifat konvensi. Sedangkan perulangan penjajaran,

tidak terlihat dilakukan secara berenoana, ia banya terjadi

secara wajar saja. Haksudnya perulangan jenis tersebut da­

lam Ha1 mu.ncul banya· bila penyair menggambarkan hal yang

banyak dan beruntun, misalnya upacara taluan bunyi-bunyian.

Di samping itu terlihat juga bahwa HPM tidak mengesankan

adanya kerangka pola dalam sistem puisinya, perulangan-peru­

langan yang ada lebih terlihat sebagai usaba yang dapat di­

katakan melulu bersifat estetis, tidak terselip adanya tak­

tis ··di dalam pemakaiannya, seperti yang terkesan pada HMD.

Page 134: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

..

..

128

ini menges~kan b~'liW'fMRtJI[ mengua~ai dengan baik pema­

kaian kata ganti dari lingkungan pe~kai bahasa yang ber­

sopan-santun. Perbedaan ini memberi dugaan pula bahwa ke­

mungkinan RMD lahir di kalangan rakyat, sedangkan RPM la­

hir dari lingkungan yang masih dekat dengan istana.

5• Sedikitnya unsur bahasa Melayu terpakai dalam HMD, tidak

terdapatnya ikatan pantun, ditambah dengan simbol-simbol

bahasa yang dipakainya tidak dikenal lagi dalam pemakaian

bahasa Aceh dewasa ini, menunjukkan bahwa umur HMD lebih

tua dari HPM. Ketuaannya itu mungkin ·juga telah membawa

serta konvensi-konvensi sastra zamannya yang tidak dikenal

lagi dalam masa penciptaan RPM.

6. Amanat yang dikandung oleh kedua hikayat ini juga menunjuk­

kan perbedaan. HMD membawa misi pengislaman, hal ini ter­

ungkap lewat pembinaan yang terus-menerus pola beroposisi

antara Islam dan kafir, yang Islam akap memperoleh kejayaan

dan yang kafir akan memperoleh kehancuran. Oleh sasaran ama­

nat yang demikian, menjadikan tokoh raja dilemahkan, dan di­

tonjolkan tokoh ulama, dengan Malem Dagang sebagai lambang

perwujudan kekuatannya. Amanat yang terumus di sini ialah

bahwa seorang raja tidak akan memperoleh kesempurnaan dan

kejayaannya kalau ia tidak mendapat dukungan dari ulama.

Dengan kata lain, ulama menentukan bagi kejayaan seorang

raja.

HPM mengungkapkan bahwa kepahlawanan seseorang tidak

cukup hanya dengan bermodalkan keberanian, tetapi ia juga

harus teguh pada pendiriannya, mania tutur katanya, pemurah

dan suka menolong. Inilah sikap Pocut Muhamat yang diperten­

tangkan dengan Raja Muda dan Pangulee Peunaroe yang keduanya

akhirnya ·tunduk kepadanya. Amanat yang ditonjolkan di sini

adalah berpangkal pada pribadi tokoh Pocut Muhamat sebagai

tokoh idaman yang dapat menyelamatkan wibawa Raja Muda seba­

gai penguasa yang sah menurut hukum •

Page 135: KEBQJ».~,...Ciri-ciri lisan yang mungkin diungkapk&l'l ini, munglda ... abad ke-17 t:ldak lama setelah masa pemerintahan Sultan Iskan ... (pujangga istana) dengan karya yang lahir

_...,~,,~~*·"•·<~~.:~,~-···s, ·, !itfl..-~1'.' .. ~··- ~; . . ~ ... ~ . . }·

DAF'IAR PUS'rAKA • • t .. ~<--- l:.l.

"'So. -~l!_a.zd Sri;~· suD.t'!S_"r!-~ ~ J.;~; fa~ :s:i~~~w. Penerbit U

1 er-

~' "

/~ . Jldonesia. Jakarta i

·~

aria Catherina H:i.lje. 1929. Gowlkruintje. Een.,~(~.

A.t..iehsc.l!!. Ronsan m.!,'t Vertol:,~ing en ~~1-ic.htims. A. Vf-: ~ ~ Leiden. t

Cowan, H.Jt.J •. 1933. •11He.t Atjehsch Metrum •Sancljak' in Vj.....,

band met een Tjamsch Gedicht." !_tg,, 90.

Cowan, H.K.l. 1937· De Biltajat _ _!!al•JI! Dqa¥9 ,Atj!fsch H .··~ !!a,~, !!!_s.!.__!!! _':['_q,~-!.~tin_g_~ K:ITL V. · Nederland-! •

Damste, H.T. 1928. "De Hikajat Prang Sabi1 11 • :B,K._I. 84

Drewes, G. w. J. 1979. !12:.!aza t Pot ju.t Muhama t. An fkehehnet ...

ERi~. The Hague~artinus Nijhoff. .

Drewes, G. II. J L 'l'wQ Achel!_lJ_eSJ;.J'Qoms. R:l.loo :pt \.nto ."'!4 ll~ ~n_g_ku di Meukek. The :Ague - Martinus Nijho:tt. L li&t

Finnegan,.· Ruth• 1917. Oral Poetr,y. Cambridge University ......

:t.ondon.

· Hoeaein D jajadiningra t, R.A. 1934. A,t jehsch-Ne4erlandsch

denboek. Landrukkerij. Batavia.

Hurgronje. Snouck, 1900. 11Atjehsche Taal Studien". TBC. -

~

' Hurgronje, Snouc~. l9Q6. . . '

The Achehnese. Vo1.II._ E.J.:BJ'i, Lei den.

• :t.ord, Albert B. 19?6. The Siqer ~~. T~••·" A-;l'lenev.m.

Siegel, Jamee. ·1979. S)UiL<low and Soul'Jd. Ttw' 'Historical

o~ a Syat$!-n ~o.21e •. The lJniversity'lOf Chicago Pre . • .. +

Wellek, Rene & Aus·tin Warrtn. 19?0. Pellg\lin Books. New York •

••