kebijakan pju

Upload: budianto-djahum

Post on 29-Oct-2015

229 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

kebijakan lampu penerangan jalan umum

TRANSCRIPT

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

NOMOR 9 TAHUN 2003

TENTANG

PAJAK PENERANGAN JALAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

Menimbang : a. bahwa dengan Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 10 Tahun 1996 telah ditetapkan pengaturan mengenai Pajak Penerangan Jalan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta ;

b. bahwa dengan berlakunya Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah telah diatur kembali ketentuan tentang Pajak Penerangan Jalan ;

c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada huruf a dan b, di dalam upaya menambah sumber-sumber pendapatan daerah, meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, partisipasi dan peran serta masyarakat

dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah serta melaksanakan pemungutan Pajak Penerangan Jalan di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, perlu ditetapkan kembali pengaturan Pajak Penerangan Jalan dengan Peraturan Daerah.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685), sebagaimana telah

diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048) ;

2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839) ;

3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor

3848) ;

4. Undang-undang Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3878) ;

5. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4138) ;

6. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 Tahun 2001 tentang Bentuk Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (Lembaran Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2001 Nomor 66) ;

7. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 4 Tahun 2002 tentang Ketentuan Umum Pajak Daerah (Lembaran Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2002 Nomor 75).

Dengan persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS

IBUKOTA JAKARTA TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

3. Gubernur adalah Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

4. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

5. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal, yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha, yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,organisasi masa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya.

6. Perusahaan Listrik Negara yang selanjutnya disebut PLN adalah PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang.

7. Tenaga listrik PLN adalah aliran listrik yang dipasok oleh PLN.

8. Tenaga Listrik bukan PLN adalah aliran listrik yang dipasok bukan oleh PLN.

9. Pelanggan listrik adalah orang atau Badan yang menjadi pemilik / penyewa / penghuni bangunan rumah dan bangunan lainnya yang menggunakan listrik dari PLN/bukan PLN.

10. Penerangan jalan adalah penggunaan tenaga listrik untuk menerangi jalan umum yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah Daerah.

BAB II

NAMA, OBJEK DAN SUBJEK PAJAK

Pasal 2

(1) Dengan nama Pajak Penerangan Jalan dipungut pajak atas penggunaan tenaga listrik

(2) Penggunaan tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah penggunaan tenaga listrik yang berasal dari PLN maupun bukan PLN

Pasal 3

(1) Objek Pajak Penerangan Jalan adalah penggunaan tenaga listrik di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

(2) Dikecualikan dari objek Pajak Penerangan Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah :

a. penggunaan tenaga listrik oleh Instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

b. penggunaan tenaga listrik pada tempat tempat yang digunakan oleh kedutaan, konsulat, perwakilan asing,dan lembaga-lembaga internasional dengan asas timbal balik;

c. penggunaan tenaga listrik yang berasal dari bukan PLN dengan kapasitas tertentu yang tidak memerlukan izin dari instansi teknis terkait;

d. penggunaan tenaga listrik lainnya yang ditetapkan dengan keputusan Gubernur.

Pasal 4

(1) Subjek Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik.

(2) Wajib Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau Badan yang menjadi pelanggan listrik dan/atau pengguna listrik.

(3) Dalam hal tenaga listrik disediakan oleh PLN maka pemungutan Pajak Penerangan Jalan dilakukan oleh PLN.

(4) Dalam hal tenaga listrik disediakan bukan oleh PLN maka pemungutan Pajak Penerangan Jalan dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah.

BAB III

DASAR PENGENAAN, TARIF

DAN CARA PENGHITUNGAN PAJAK

Pasal 5

(1) Dasar pengenaan Pajak Penerangan Jalan adalah nilai jual tenaga listrik.

(2) Nilai jual tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan :

a. dalam hal tenaga listrik berasal dari PLN dengan pembayaran, nilai jual tenaga listrik adalah jumlah tagihan biaya beban ditambah dengan biaya pemakaian KWH yang ditetapkan dalam rekening listrik;

b. dalam hal tenaga listrik berasal dari bukan PLN dengan tidak dipungut bayaran, nilai jual tenaga listrik dihitung berdasarkan kapasitas tersedia, penggunaan listrik, atau taksiran penggunaan listrik, dan harga satuan listrik yang berlaku di wilayah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Pasal 6

Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan sebagai berikut.

a. Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari PLN, untuk bukan industri sebesar 3 % (tiga persen).

b. Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari PLN, untuk industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam sebesar 8 % (delapan persen).

c. Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari bukan PLN, untuk bukan industri sebesar 3 % (tiga persen).

d. Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari bukan PLN, untuk industri sebesar 8 % (delapan persen).

Pasal 7

Besarnya Pajak Penerangan Jalan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.

BAB IV

MASA PAJAK DAN SAAT TERUTANG PAJAK

Pasal 8

(1) Masa pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan 1 (satu) bulan takwim atau jangka waktu yang ditetapkan dengan keputusan Gubernur.

(2) Bagian dari bulan dihitung 1 (satu) bulan penuh.

Pasal 9

(1) Pajak Penerangan Jalan terutang saat penggunaan tenaga listrik.

(2) Pajak terutang dihitung setiap 1 (satu) bulan takwim dalam masa pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1), Peraturan Daerah ini.

BAB V

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 10

Ketentuan formal untuk pelaksanaan pemungutan Pajak Penerangan Jalan dilaksanakan berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 4 Tahun 2002 tentang Ketentuan Umum Pajak Daerah.

BAB VI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 11

(1) Terhadap Pajak Penerangan Jalan yang terutang sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini, tetap berlaku ketentuan Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 10 Tahun 1996 tentang Pajak Penerangan Jalan.

(3) Selama peraturan pelaksanaan Peraturan Daerah ini belum dikeluarkan maka peraturan pelaksanaan yang ada masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini.

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 12

Hal-hal yang merupakan pelaksanaan Peraturan Daerah ditetapkan dengan keputusan Gubernur

Pasal 13

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka Peraturan DAERAH Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 10 Tahun 1996 tentang Pajak Penerangan Jalan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 14

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Ditetapkan di Jakarta

Pada tanggal 13 Agustus 2003-10-21

GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

SUTIYOSO

Diundangkan di Jakarta

Pada tanggal 13 Agustus 2003

Plh. SEKRETARIS DAERAH

PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTADrs. MAAMUN AMIN

NIP.470043239

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

TAHUN 2003 NOMOR 60

KESEPAKATAN BERSAMA

(Memorandum of Undertanding)

ANTARA

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

DAN

PT. PLN (PERSERO) JAKARTA RAYA DAN TANGERANG

TENTANG

PROGRAM METERISASI DAN NORMALISASI JARINGAN PENERANGAN JALAN UMUM DI PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

Pada hari ini Senin, tanggal tiga belas bulan November tahun dua ribu enam (13-11-2006), yang bertanda tangan dibawah ini :

1. Sutiyoso: - Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, berkantor di jalan Medan Merdeka Selatan Nomor 8-9 Kotamadya Jakarta Pusat;

-Dalam hal ini menjalani jabatannya sebagaimana tersebut diatas berdasarkan Pasal 25 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, oleh karenanya sah bertindakan untuk dan atas nama Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

-Untuk selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA.

2. Ir. Fahmi Mochtar, M.M.:-General Manager PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang, berkantor di Jalan M.I. Ridwan Rais No. 1 Kotamadya Jakarta Pusat, berdasarkan surat kuasa Nomor 0059-1.sku/020/2003 tanggal 5 November 2003 bertindak untuk dan atas nama PT. PLN (Persero)

-Untuk selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA.

Bahwa PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA masing-masing menjalani abatannya tersebut diatas, dengan terlebih dahulu memperlihatkan menerangkan hal-hal sebagai berikut.

a. Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Penghematan Energi

b. Surat Menteri Dalam Negeri tanggal 1 Juli 2005 Nomor 671/397/BAKD tentang Penerangan Jalan Umum

c. Instruksi Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 77 Tahun 2005 tentang Program Implementasi Hemat Energi di Lingkungan Unit Kerja Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas maka PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat untuk mengadakan kesepakatan Bersama tentang Program Meterisasi dan Normalisasi Jaringan Penerangan Jalan Umum di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut.

Pasal 1

Maksud dan Tujuan

1) Maksud dari kesepakatan ini bersama-sama menciptakan mekanisme kerja yang sinergis dan terarah sehingga berdampak pada efisiensi dan transparansi pengelolaan tagihan rekening listrik Penerangan Jalan Umum dengan melakukan program sistem meterisasi dan normalisasi jaringan Penerangan Jalan Umum di Wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

2) Tujuan dari Kesepakatan ini adalah untuk lebih memperoleh akurasi data pembayaran tagihan rekening listrik yang dipakai untuk penerangan Jalan Umum di Wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, yang semula pemakian energi listrik dihitung berdasarkan daya tersambung dan waktu pemakaian (jam nyala) yang tetap, menjasi sistem meterisasi.

Pasal 2

Ruang Lingkup

Ruang Lingkup Kesepakatan Bersama ini, meliputi Perencanaan, Pelaksanaan, Pengawasan dan Pengendalian program sistem meterisasi dan normalisasi Jaringan Penerangan Jalan Umum di Provinsi Daerah khusus Ibukota Jakarta.

Pasal 3

Prinsip-Prinsip Kerja Sama

1) PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat membentuk Tim kerja sama yang anggotanya terdiri dari unsur kedua belah pihak.

2) PIHAK PERTAMA bertanggung jawab terhadap normalisasi jaringan dan penarikan jaringan dari panel PJU ke Alat Pembatas dan Pengukur (APP) dan penyediaan kotak APP.

3) PIHAK KEDUA bertanggung jawab untuk penyediaan dan pemasangan APP.

4) PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA menyetujui pelaksanaan kesepakatan bersama ini dituangkan lebih lanjut dalam suatu Perjanjian Kerjasama (PKS) yang mengatur sebagaimana termaksud dalam Pasal 2 kesepakatan ini yang meliputi : rincian pekerjaan, mekanisme pekerjaan, hak dan kewajiban masing-masing pihak dan hal-hal lain yang dianggap perlu yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kesepakatan bersama ini;

5) PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat untuk pembuatan Perjanjian Kerja Sama (PKS) sebagaimana pada ayat (4), dapat dilakukan setiap tahun dengan memperhatikan ketersediaan dana masing-masing pihak.

6) PIHAK PERTAMA menunjuk Kepala Dinas PJU dan SJU Provinsi DKI Jakarta untuk menandatangani Perjanjian Kerja Sama dimaksud dengan pihak PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang.

Pasal 4

Jangka Waktu

Kesepakatan bersama ini berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal ditandatangani oleh PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA.

Pasal 5

Ketentuan Khusus

Kesepakatan Bersama ini dapat ditinjau kembali apabila diperlukan atas kesepakatan keduabelah pihak.

------------------------------DEMIKIAN KESEPAKATAN BERSAMA INI------------------------------

dibuat dan ditandatangani DI Jakarta dan mulai berlaku sejak penandatanganan pada hari dan tanggal tersebut diatas, dibuat dalam rangkap 2 masing-masing bermaterai cukup, 1 eksemplar untuk PIHAK PERTAMA dan 1 eksemplar untuk PIHAK KEDUA

PIHAK KEDUA

PT. PLN (PERSERO)

DISTRIBUSI JAKARTA RAYA DAN

TANGERANG

GENERAL MANAGER

Ir. FAHMI MOCHTAR, M.MPIHAK PERTAMA

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

IBUKOTA JAKARTA

SUTIYOSO

PERJANJIAN KERJA SAMA

ANTARA

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

DAN

PT. PLN (PERSERO) JAKARTA RAYA DAN TANGERANG

TENTANG

PROGRAM METERISASI DAN NORMALISASI JARINGAN PENERANGAN JALAN UMUM DI PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

Pada hari ini Selasa, tanggal empat belas bulan November tahun dua ribu enam (14-11-2006) yang bertanda tangan dibawah ini :

1. P. Simanjuntak, S.H., M.Si: - Kepala Dinas PJU dan SJU Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, berkantor di Jalan Taman Jatibaru No. 1, Kotamadya Jakarta Pusat;

-Dalam hal ini menjalani jabatannya sebagaimana tersebut diatas, bertindak atas nama Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta berdasarkan Kesepakatan Bersama antara Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang tanggal 13 November 2006 tentang program meterisasi dan normalisasi jaringan penerangan jalan umum di Provinsi Daerah khusus Ibukota Jakarta, sesuai ketentuan Pasal 25 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tetang Pemerintah Daerah, oleh karenanya sah bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

-Untuk selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA.

2. Ir. Fahmi Mochtar, M.M.:-General Manager PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang, berkantor di Jalan M.I. Ridwan Rais No. 1 Kotamadya Jakarta Pusat, berdasarkan surat kuasa Nomor 0059-1.sku/020/2003 tanggal 5 November 2003 bertindak untuk dan atas nama PT. PLN (Persero);

-Untuk selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA.

Bahwa PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA masing-masing menjalani abatannya tersebut diatas, dengan terlebih dahulu memperlihatkan menerangkan hal-hal sebagai berikut.

a. Bahwa PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA telah membuat dan menandatangani Kesepakatan Bersama (Memorandum of Understanding) pada tanggal 13 November 2006.

b. Bahwa sesuai Pasal 3 ayat (4) Kesepakatan Bersama tersebut diatas, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat untuk melaksanakan Kesepakatan Bersama lebih lanjut dituangkan dalam suatu Perjanjian Kerja Sama (PKS) yang meliputi : rincian pekerjaan, mekanisme pekerjaan, hak dan kewajiban masing-masing pihak dan hal-hal lain yang dianggap perlu yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Kesepakatan Bersama

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat untuk membuat perjanjian Kerja Sama program meterisasi dan normalisasi jaringan penerangan jalan umum di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut.

Pasal 1

Definisi

Dalam Perjanjian Kerja Sama ini yang dimaksud dengan :

a. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

b. Perseroan Terbatas Perusahaan Listrik Negara (Persero) yang selanjutnya disingkat PT. PLN (Persero) adalah PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang;

c. Dinas Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jarinagan Utilitas Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta selanjutnya disingkat Dinas PJU dan SJU Provinsi DKI Jakarta;

d. Program sistem meterisasi dan normalisasi jaringan penerangan jalan umum adalah kegiatan yang dilaksanakan secara bersama-sama untuk menciptakan mekasnisme kerja yang sinergis dan terarah sehingga berdampak pada efesiensi dan transparansi pengelolaan tagihan rekening listrik penerangan jalan umum;

e. Meterisasi adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh PT PLN (Persero) untuk penyediaan dan pemasangan jaringan saluran pelayanan sambungan tegangan rendah sampai dengan Alat Pembatas dan Pengukur yang selanjutnya disingkat APP untuk melayani saluran penerangan jalan umum;

f. Normalisasi jaringan PJU adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menormalkan jaringan APP ke beban PJU;

g. Penerangan jalan umum yang selanjutnya disingkat PJU adalah penerangan yang diperuntukan bagi penerangan jalan dan sarana umum;

h. Penerangan jalan adalah sarana penerangan yang menggunakan tenaga listrik yang dibangun/dipasang dikawasan dikawasan daerah milik jalan (damija) pada jalan protokol, jalan arteri, jalan kolektor, jalan lingkungan, jalan setapak dan pada jalan pedestrian, pejalan kaki/trotoar serta pada jembatan, jembatan layang, jembatan penyeberangan orang, simpang susun, terowongan yang berfungsi memberikan penerangan dan keamanan;

i. Penerangan sarana umum adalah sarana penerangan yang menggunakan tenaga listrik dengan menekan unsur kelengkapan pencahayaan yang dibangun/dipasang pada sekitar bangunan umum/ornamen kota meliputi gedung bersejarah, monumen, patung, tugu, prasasti, taman pemakaman umum, tsmsn/pohon, kolam umum/air mancur, dan pencahayaan pada sekitar fasilitas/tempat umum yang dipasang/dibangun pada boulevard, plaza, terminal bus, shelter bus, boks telepon, tempat ibadah, tempat pendidikan tempat rekreasi, lapangan olahraga, traffic light serta pencahayaan lampu hias yang keseluruhannya berfungsi memberikan kenyamanan dan keindahan;

j. Faktor daya atau Cos phi adalah perbandingan antara pemakaian daya dalam Watt dengan pemakaian dalam Volt-Ampere;

k. Tagihan rekening listrik penerangan jalan umum adalah perhitungan biaya atas pemakaian energi listrik lampu penerangan jalan umum dan lampu penerangan sarana umum;

l. Invoice tagihan rekening listrik adalah informasi yang meliputi data pelanggan (nama, alamat, nomor gardu, identitas pelanggan, daya tersambung, tarif dan faktor meter) dan data pemakaian energi (stand awal dan stand akhir), serta nilai tagihan rekening listrik.

Pasal 2

Obyek Kerja Sama

Obyek dari Perjanjian Kerja Sama ini adalah pelaksanaan dan pengendalian program sistem meterisasi dan normalisasi jaringan PJU.

Pasal 3

Ruang Lingkup Kerja Sama

Ruang lingkup Perjanjian Kerja Sama meliputi :

a. Menetapkan lokasi meterisasi dan normalisasi jaringan PJU dan sarana umum;

b. Pengadaan dan pemasangan APP, kotak APP, jaringan dan kelengkapannya;

c. Penyediaan tenaga listrik untuk PJU dan sarana umum;

d. Penyeimbang beban PJU dan sarana umum;

e. Sistem penagihan pembayaran listrik;

f. Perbaikan faktor daya menjadi minimum 0,85;

g. Menekankan losses jaringan PJU dan sarana umum;

Pasal 4

Pembiayaan

1) Biaya meterisasi menjadi beban dan tanggung jawab PIHAK KEDUA

2) Biaya normalisasi jaringan PJU dan kotak APP menjadi beban dan tanggung jawab PIHAK PERTAMA.

Pasal 5

Hak dan Kewajiban PIHAK PERTAMA

1) Hak PIHAK PERTAMA, yaitu :

a. Memerima invoice berikut soft copy tagihan rekening listrik PJU berdasarkan pemakaian energi yang terukur melalui APP;

b. Menentukan lokasi pemasangan APP bersama-sama dengan PIHAK KEDUA, penempatan APP di gardu distribusi PLN dengan menggunakan kotak APP dan tanggung jawab pengamanan APP anda pada PIHAK KEDUA;

c. Menerima informasi hasil pengukuran faktor daya yang lebih kecil dari 0,85 pada jurusan tegangan rendah yang memasok jaringan PJU DKI Jakarta setiap bulan dari PIHAK KEDUA.

2) Kewajiban PIHAK PERTAMA, yaiyu:

a. Menyediakan dan memasang kotak APP; b. Melaksanakan normalisasi jaringan PJU yang meliputi;

1. memperbaiki jaringan PJU menjadi sistem fasa tiga;

2. menyeimbangkan beban lampu PJU;

3. memperbaiki faktor daya yang lebih kecil dari 0,85 pada bulan berikutnya setelah mendapat informasi dari PIHAK KEDUA;

4. menekankan losses Jaringan PJU antara lain :

a) penerbitan penyantolan/penyadapan dari Jaringan PJU;

b) mengganti dan memperbaiki tap conector dengan joint sleeve (sistem compression) pada kabel opstiq.

5. normalisasi jaringan dilaksanakan dilaksanakan mengikuti standarisasi teknis PJU yang berlaku.

c. Melaksanakan pembayaran tagihan rekening listrik berdasarkan pemakaian energi yang terukur melalui APP, sedangkan untuk pembayaran kelebihan pemakaian kV Arh apabila jumlah pemakaian kV Arh yang tercatat dalam 1 bulan lebih tinggi dari batas yang ditentukan akan diberlakukan setelah ada regulasi dari PT PLN (Persero) Kantor Pusat tentang harga kelebihan pemakaian kV Arh untuk golongan tarif P-3

d. Melakukan pembayaran tagihan rekening listrik sesuai dengan hasil perhitungan bersama oleh kedua belah pihak dan dituangkan dalam Berita Acara dalam hal terjadi kerusakan pada alat pengukuran sehingga energi yang terpakai oleh Dinas PJU dan SJU tidak terukur seluruhnya.

e.Melakukan pelaksanaan dan pengendalian program sistem meterisasi dan normalisasi jaringan PJU termasuk penertiban pemakaian listrik (P2TL) bersama dengan PIHAK KEDUA.

f.Mengajukan surat permintaan penambahan daya dan menyelesaikan seluruh biaya administrasinya untuk identitas pelanggan yang sudah dipasang APP.

Pasal 6

Hak Dan Kewajiban PIHAK KEDUA

1) Hak PIHAK KEDUA, yaitu :

a. Mementukan lokasi pemasangan APP bersama-sama dengan PIHAK PERTAMA;

b. Menerima pembayaran tagihan rekening listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf c.

2) Kewajiban PIHAK KEDUA, yaitu :

a. Menyediakan dan memasang APP yang telah ditera oleh Departemen Perdagangan yang akan digunakan untuk mengukur besaran pemakaian kWH dan kV Arh pada lokasi yang telah ditentukan oleh PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA;

b. Menyediakan dan menyalurkan tenaga listrik untuk PJU sesuai kebutuhan PIHAK PERTAMA;

c. Melakukan pengamanan APP;d. Memberikan invoice tagihan rekening listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a;e. Memberikan informasi hasil pengukuran faktor daya sebagaimana dimaksud Pasal 5 ayat (1) huruf c;

f. Melakukan pelaksanaan dan pengendalian program sistem meterisasi dan normalisasi jaringan PJU termasuk penertiban pemakaina tenaga listrik (P2TL) bersama dengan PIHAK PERTAMA;

g. Meneria dan memproses surat permintaan penambahan dya serta memasang alat pembatas daya APP sesuai standar pembatas yang berlaku;

h. Melaporkan kepada PIHAK PERTAMA untuk diadakan perhitungan bersama oleh kedua belah pihak dan dituangkan dalam berita acara dalam hal terjasi kerusakan pada alat pengukuran sehingga energi yang terpakai oleh Dinas PJU dan SJU Provinsi DKI Jakarta tidak terukur.

Pasal 7

Pelaksanaan

1) Pilot Project program meterisasi dan normalisasi jaringan penerangan jalan umum pada tahun 2006 dilaksanakan oleh kedua belah pihak pada 100 lokasi eksisting PJU.

2) Pelaksanaan program meterisasi dan normalisasi jaringan penerangan jalan umum pada lokasi eksisting lainnya akan dilaksankan oleh kedua belah pihak secara bertahap disesuaikan dengan jangka waktu yang disepakati oleh kedua belah pihak secara dengan menyesuaiakan anggaran masing-masing pihak.

3) PIHAK KEDUA akan melaksankan pemasangan APP pada sambungan baru PJU yang diajukan oleh PIHAK PERTAMA mulai tahun 2007.

Pasal 8

Jangka Waktu Kerja Sama

Perjanjian Kerja Sama ini berlaku untuk jangka waktu selama 5 (lima) tahun sejak ditandatangani Perjanjian dan pelaksanaannya secara bertahap dalam setiap tahun anggaran dengan menyesuaikan anggaran masing-masing pihak.

Pasal 9

Penyeleasian Perselisihan

1) Apabila dikemusian hari dalam pelaksanaan perjanjian kerja sama ini timbul perselisihan, maka akan diselesaikan secara musyawarah.

2) Apabila penyelesaian secara musyawarah sebagaimana pada ayat (1) tidak tercapai kesepakatan maka kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikan melalui jalur hukum di Pengadilan Jakarta Pusat.

Pasal 10

Keadaan Zkahar (Force Majure)

1) Apabila terjadi hal-hal diluar kemampuan kedua belah pihak (keadaan kahar) yang mengakibatkan isi perjanjian kerja sama ini tidak dapat dilaksanakan sebagian atau seluruhnya maka semua kerugian yang timbul akan diselesaikan secara musyawarah oleh kedua belah pihak demi tercapainya penyelesaian yang sebaik-baiknya.

2) Yang dimaksud dengan keadaan kahar (Force Majeure), adalah :

a. Bencana alam seperti banjir, kebakaran, gempa, angin topan, perang, huru-hara, dan lain-lain kejadian yang ditetapkan sebagai bencana alam oleh Pemerintah. b. Kebijaksanaan Pemerintah dalam bidang keuangan/moneter. Pasal 11

Evaluasi

Kedua belah pihak sepakat untuk melakukan evaluasi secara periodik minimal sekali dalam 1 (satu) tahun terhadap perjanjian kerja sama ini.

Pasal 12

Perjanjian Tambahan

Hal-hal yang belum diatur dalam perjanjian kerja sama ini, akan diatur dan ditetapkan lebih lanjut dalam Perjanjian Tambahan (Addendum) yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian ini.

------------------------------DEMIKIAN KESEPAKATAN BERSAMA INI------------------------------

dibuat dan ditandatangani Di Jakarta dan mulai berlaku sejak penandatanganan pada hari dan tanggal tersebut diatas, dibuat dalam rangkap 2 masing-masing bermaterai cukup, 1 eksemplar untuk PIHAK PERTAMA dan 1 eksemplar untuk PIHAK KEDUA

PIHAK KEDUA

PT. PLN (PERSERO)

DISTRIBUSI JAKARTA RAYA DAN

TANGERANG

GENERAL MANAGER

Ir. FAHMI MOCHTAR, M.M

General ManagerPIHAK PERTAMA

a.n. GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

IBUKOTA JAKARTA

KEPALA DINAS PENERANGAN JALAN UMUM

DAN SARANA JARINGAN UTILITAS,

P. SIMANJUNTAK, S.H, M.Si.

NIP. 470032566

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERINOMOR : 10 TAHUN 2002 TANGGAL 30 APRIL 2002TENTANGPEMUNGUTAN PAJAK PENERANGAN JALAN

MENTERI DALAM NEGERI,

Menimbang :

Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 59 ayat (3) dan ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah, dipandang perlu menetapkan Keputusan Menteri Dalam Negeri tentang Pemungutan Pajak Penerangan Jalan.

Mengingat :

1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048);

2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Tahun 1989 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3395);

1. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1990 tentang Perusahaan Umum (PERUM) Listrik Negara (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 21);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4138);

4. Keputusan Presiden Nomor 102 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Departemen;

5. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 170 Tahun 1997 tentang Pedoman Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah;

6. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 1999 tentang Sistem dan Prosedur Administrasi Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Penerimaan Pendapatan Lain-lain.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PEMUNGUTAN PAJAK PENERANGAN JALAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :

a. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat Daerah Otonom lainnya sebagai badan eksekutif daerah.

b. Kepala Daerah adalah Gubernur bagi Propinsi DKI Jakarta atau Bupati bagi Daerah Kabupaten atau Walikota bagi Daerah Kota.

c. Pajak Penerangan Jalan adalah Pajak atas penggunaan tenaga listrik, dengan ketentuan bahwa di wilayah Daerah tersebut tersedia penerangan jalan, yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah Daerah.

d. Perseroan Terbatas Perusahaan Listrik Negara (Persero), yang dapat disingkat PLN, adalah PLN Unit Bisnis Distribusi, PLN Wilayah, PLN Cabang dan PLN Unit Pelayanan termasuk anak Perusahaan PLN yang menjual tenaga listrik kepada masyarakat.

e. Pemimpin PLN adalah pemimpin PLN Unit Bisnis Distribusi, PLN Wilayah, PLN Cabang dan PLN Unit Pelayanan.

f. Pelanggan adalah setiap Orang Pribadi atau Badan Usaha yang menggunakan tenaga listrik dari PLN.

g. Surat Pemberitahuan Pajak daerah, yang dapat disingkat SPTPD, adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan Daerah.

h. Surat Keterangan Pajak daerah yang dapat disingkat SKPD, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak.

i. Daftar rekapitulasi adalah kumpulan rekening listrik yang dikelompokkan berdasarkan kode golongan pelanggan.

j. Laporan hasil realisasi adalah laporan yang berisi jumlah yang tercantum dalam rekening listrik yang diterbitkan, Pajak Penerangan Jalan yang tertagih dan yang tidak lunas.

Pasal 2

Pemungutan Pajak Penerangan Jalan yang diatur dalam keputusan ini hanya pemungutan Pajak penerangan Jalan atas penggunaan tenaga listrik yang disediakan oleh PLN.

BAB II

PEMUNGUTAN DAN PELAPORAN

Pasal 3

(1) Wajib Pajak Penerangan Jalan adalah pelanggan.

(2) Pelanggan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib membayar pajak Penerangan Jalan yang terutang setiap bulan bersamaan dengan pelaksanaan pembayaran rekening listrik PLN.

Pasal 4

(1) PLN wajib menyetor hasil penerimaan Pajak Penerangan Jalan ke Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.

(2) Penyetoran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan paling lambat tanggal 20 pada bulan berikutnya.

Pasal 5

(1) Pemimpin PLN wajib membuat Daftar rekapitulasi rekening listrik dengan dilampiri rekening listrik pelanggan dan disampaikan kepada Kepala Daerah.

(2) Daftar rekapitulasi rekening listrik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berfungsi sebagai SPTPD.

Pasal 6

(1) Kepala Daerah dapat mengurangkan dan menghapuskan tagihan Pajak Penerangan Jalan yang terhutang sebagian atau seluruhnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Tata cara pengurangan dan penghapusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Keputusan Kepala Daerah.

BAB III

PEMBINAAN

Pasal 7

Dalam rangka pembinaan, dibentuk Tim Pembina Pemungutan Pajak Penerangan Jalan Pusat dengan Keputusan Menteri Dalam negeri yang anggotanya terdiri atas unsur Departemen Dalam negeri, Departemen Keuangan, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral dan PLN.

BAB IV

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 8

Kepala Daerah wajib melunasi pembayaran rekening listrik yang menjadi beban Pemerintah Daerah yang bersangkutan setiap bulan tepat pada waktunya.

Pasal 9

Ketentuan lebih lanjut tentang pemungutan dan penyetoran Pajak Penerangan Jalan dan pembayaran rekening listrik oleh pemerintah daerah diatur dalam suatu naskah kerjasama antara Kepala Daerah dengan pimpinan PLN.

BAB V

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 10

Pada saat Keputusan Menteri Dalam Negeri ini mulai berlaku :

1. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 11 Tahun 1992 tentang pedoman Pemungutan Pajak Penerangan Jalan;

2. Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pertambangan dan Energi No. 71A Tahun 1993 No. 2862.K/841/M.PE/1993 tentang Pelaksanaan Pemungutan Pajak Penerangan Jalan dan Pembayaran Rekening Listrik Pemerintah Daerah,

dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 11

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 30 April 2002

MENTERI DALAM NEGERI,

ttd.

HARI SABARNO

LAYANAN PENERANGAN JALAN UMUM DAN PENATAAN JARINGAN UTILITAS

Peran serta masyarakat dalam pelaksanaan pemeliharaan dan pengamanan sarana Penerangan Jalan Umum serta pembangunan Jaringan Utilitas antara Lain :1. Turut menjaga dan memelihara Lampu Penerangan Jalan Umum dan Sarana Umum lainnya yang berada pada wilayahnya masing-masing

2. Turut berpartisipasi dalam memberikan laporan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada Dinas Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas Provinsi DKI Jakarta, tentang lampu padam, rusak serta penempatan jaringan utilitas akibat pembangunan

3. Turut memberikan data-data lokasi untuk pembangunan penerangan jalan umum Provinsi DKI Jakarta yang belum terpasang

4. Turut memberikan masukan dan usulan kepada Dinas Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas Provinsi DKI Jakarta dari masyarakat umum, Dewan Kelurahan dan LSM dan lain-lain

5. Menyerahkan lampu-lampu penerangan jalan umum yang telah dibangun secara baik dan sesuai dengan ketentuan kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk dipelihara dan dirawat secara berkala.

Untuk meminimalkan lampu padam serta penataan jaringan utilitas, maka Dinas Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas Provinsi DKI Jakarta melakukan peningkatan pemeliharaan penerangan jalan umum dan penataan sarana jaringan utiitas di wilayah Provinsi DKI Jakarta dengan kegiatan sebagai berikut :

1. Pemeliharaan instalasi dan jaringan

2. Pemeliharaan/pemasangan lampu hias dalam rangka turut memeriahkan hari-hari besar nasional

3. Penataan jaringan utilitas serta bangunan pelengkap dibawah tanah, diatas tanah dan didalam laut

PERAN SERTA MASYARAKAT

A. PEMBANGUNAN PJU

Peran serta masyarakat dalam kegiatan Pembangunan PJU telah diatur dengan keputusan Gubernur Kepala Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 2 Tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Pembangunan Penerangan Jalan Umum dan Tempat umum lainnya yang dilaksanakan atas Peran serta Masyarakat atau Pihak Ketiga, yang mekanismenya sebagai berikut :

1. Tahap Perencanaan

2. Tahap Serah Terima I/II

B. PEMELIHARAAN SARANA PJU

Timpangnya rasio antara luas wilayah dengan jumlah petugas survey/monitoring lampu padam yang tidak sembang, maka untuk percepatan perbaikan lampu padam dibangun posko-posko pelayanan PJU pada setiap Wilayah Kotamadya yang berfungsi menerima laporan/pengaduan masyarakat tentang lampu padam sesuai wilayah masing-masing :

Wilayah Jakarta Pusat:2314444

Wilayah Jakarta Utara:4308871

Wilayah Jakarta Barat:70714611

Wilayah Jakarta Selatan:7261984

Wilayah Jakarta Timur:8519252

Posko Dinas:3822000

:3822200

Selain lampu padam, masyarakat juga diharapkan partisipasinya menyampaikan informasi kepada posko pelayanan PJU apabila mengetahui adanya pekerjaan galian utilitas pada Daerah Milik Jalan (DAMIJA) yang tidak memiliki izin, atau memiliki izin namum pelaksanaan pekerjaannya tidak sesuai izin.

Dalam hal ini fungsi posko lebih bersifat menampung untuk diteruskan ke Suku Dinas PU setempat selaku pengawas pekerjaan galian untuk menindak lanjuti

C. PENGAMANAN SARANA PJU

Sebagaimanan dimaklumi bahwa beberapa komponen sarana PJU memiliki nilai ekonomis tinggi, dan karenanya rawan terjadi tindakan vandalisme dan pencurian. Jika hal itu terjadi, jelas akan menyebabkan lampu padam. Oleh karena itu, demi kepentinga bersama diharapkan partisipasi masyarakat turut mengawasi keberlangsungan fungsi PJU dari kemungkinan tindakan vandalisme dan pencurian.

Partisipasi dimaksud adalah menegur secara persuasif atau melpor kepada pihak berwajib setempat bila melihat sedang terjadi tindakan vandalisme dan pencurian sarana PJU.