kebijakan pertanahan di indonesia ( dr. widhi handoko, sh., sp.n.)

24
HUKUM PERTANAHAN DAN KEBIJAKAN PERTANAHAN DI INDONESIA Dr. Dr. Widhi Handoko Widhi Handoko , , SH., Sp.N. SH., Sp.N.

Upload: fredy-bagus-kusumaning-yandi

Post on 16-Apr-2017

85 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kebijakan Pertanahan di Indonesia ( Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N.)

HUKUM PERTANAHAN DAN KEBIJAKAN

PERTANAHAN DI INDONESIA

Dr. Dr. Widhi HandokoWidhi Handoko, SH., , SH., Sp.N.Sp.N.

Page 2: Kebijakan Pertanahan di Indonesia ( Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N.)

2

MASYA-RAKAT

DPR dan Presiden:

UU dll

Birokrasi(BPN dan Pjbt

lain)

Role Occupant

TUNTUTAN

TUNTUTAN

Norma sekunder

Norma primer

Kegiatan

Penerapansanksi

KSP

KSP KSPUmpan balik

Umpan balik

Umpan balik

NEGATIVE STELSEL(Berunsur Positif) POSITIVE STELSEL

Realitas:Pdkt Hk Progresif,

Teori2: Hk & Kbjk Publik,

Prismatik, welfare state Int Simbolik,

Analisis KebijakanBekerjanya Hk. dll

Diagnosis: Pancasila,Ps 33 UUD NRI ’45, Tap MPR No. IX/2001.

Rekonstruksi Kebijakan Hk Pertanahan Pd Sistem Birokrasi & Pelayanan Publik BPN

Pancasila:Nilai Keadilan sosial

PSHNI

Pasal 33 UUD 1945

Indonesia Negara HukumTujuan Negara (Alinea IV)

Kebijakan PertanahanStelsel Progresif & Asas Keakurasian, Asas Kodrati HAT

Interaksionalis Simbolik, Responsif,

The Power Elit,Konsep Hukum

Progresif

ALUR PIKIRKEBIJAKAN

PERTANAHANNASIONAL

DALAMPERSPEKTIF

SOCIO LEGAL

Page 3: Kebijakan Pertanahan di Indonesia ( Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N.)

MASYARAKATPolicy Maker(Law Making Institutions)

The Law Sanctioning Institutions

Role Occupant

TUNTUTAN

TUNTUTAN

Norma Sekunder

Norma Primer

Kegiatan

PenerapanSanksi

KSP

KSP KSPUmpan Balik

Umpan Balik

Umpan Balik

DOMAIN-DOMAIN DALAM BEKERJANYA HUKUM

(CHAMBLISS-SEIDMAN)

Page 4: Kebijakan Pertanahan di Indonesia ( Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N.)

4

FAKTA KEBIJKNHK PERTANAHAN

PROBLEMKEBIJAKAN

PERTANAHAN

Fakta Fisik

Kuantitas &Kualitas Tnh

KONFLIK TANAH

Distribusi

Fakta Hukum

Kebijkn Hukum

Pengaturan Tnh

INDUSTRIALISASI

Fakta Sosial

Pengangguran

Kesenjangan

Kemiskinan

Page 5: Kebijakan Pertanahan di Indonesia ( Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N.)

Transisional Kebijakan Pertnhn: StelselPublisitas Negatif berunsur positif pada Sistem Birokrasi

& PP BPN IDEAL

STELSELPUBLISITAS

SISTEMPENDAFTRN

TANAHPRISMATIK

HUKUM PROGRESIF

NILAI KEADILAN SOSIAL

Kebjk PertnhStelsel Publisita Negatif Berunur Positif

SISTEM BIROKRASI& PP BPNKONKRIT

DIFRAKSI /

PEMBIASAN

1. Bias penafsiran & implementasi

berbeda dg aturan hukum yang dibuat

2. Bias krn ditafsirkan lain oleh

masyarakat.

Page 6: Kebijakan Pertanahan di Indonesia ( Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N.)

Agraria Agraria /PERTANAHAN/PERTANAHAN

““Hukum AgrariaHukum Agraria adalah adalah keseluruhan dari pada ketentuan keseluruhan dari pada ketentuan hukum baik hukum perdata hukum baik hukum perdata maupun Hukum Tata Negara maupun Hukum Tata Negara maupun pula Hukum Tata Usaha maupun pula Hukum Tata Usaha Negara yang mengatur hubungan Negara yang mengatur hubungan antara orang termasuk badan antara orang termasuk badan hukum, dengan bumi, air dan hukum, dengan bumi, air dan angkasa dalam seluruh wilayah angkasa dalam seluruh wilayah Negara dan mengatur pula Negara dan mengatur pula wewenang yang bersumber pada wewenang yang bersumber pada hubungan tersebut”hubungan tersebut”

Page 7: Kebijakan Pertanahan di Indonesia ( Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N.)

PENGERTIAN HUKUM AGRARIA MENURUT UUPA

HUKUM AGRARIA

DALAM ARTI LUASsuatu kelompok berbagai bidang hukum

yang mengatur penguasaan atas sumber-sumber alam yang berupa

lembaga hukum dan hubungan konkrit dengan sumber alam

DALAM ARTI SEMPITHukum Tanah, yaitu keseluruhan hukum

yang mengatur hak-hak penguasaan atas tanah yang berupa lembaga hukum

dan hubungan konkrit dengan tanah

Page 8: Kebijakan Pertanahan di Indonesia ( Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N.)

DUALISME HUKUM PERTANAHAN SEBELUM UUPA

HUKUM PERTANAHAN

Tunduk BW Tunduk Hukum Adat

Gol Bumiputera1. Gol Eropa2. Gol Tionghoa3. Gol Timur Asing

Page 9: Kebijakan Pertanahan di Indonesia ( Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N.)

UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA(UUPA)

Undang-Undang Pokok Agraria diundangkan pada tanggal 24 September 1960 dengan UU No. 5 Tahun 1960 ( LN 1960-104)

Oleh UUPA telah dihapuskan : 1. Ketentuan-ketentuan tentang domein verklaring 2. Buku kedua KUH Perdata Barat kecuali bagian tentang Hipotik. 3. Domein verklaring tidak sesuai dengan ketentuan pasal 33

ayat 3 UUD 1945, dan demikian pula oleh UUPA telah dikembangkan Pernyataan Hak Menguasai dari Negara.

4. Buku II tersebut mengatur tentang hak-hak atas tanah yang tunduk kepada BW

Page 10: Kebijakan Pertanahan di Indonesia ( Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N.)

HUKUM ADAT DLM UUPA Diatur dalam Pasal 5 UUPA Adalah hukum adat yang telah dihilangkan

sifat-sifat kedaerahannya dan berlaku secara nasional dengan ukuran-ukuran sbb :

1. pro kepentingan nasional 2. pro kepentingan negara 3. pro persatuan bangsa 4. pro kepada Pancasila 5. tidak bertentangan dengan ketentuan umum dalam UUPA maupun peraturan lain yang lebih tinggi 6. dimasukkan lembaga hukum agama (islam), khususnya lembaga wakaf

Page 11: Kebijakan Pertanahan di Indonesia ( Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N.)

TEORI DAN TUJUAN YANG MENDASARI TEORI DAN TUJUAN YANG MENDASARI DIUNDANGKANNYA UUPADIUNDANGKANNYA UUPA

1.1. Prinsip kesatuan hukum agraria untuk seluruh Prinsip kesatuan hukum agraria untuk seluruh wilayah tanah air.wilayah tanah air.

2.2. Penghapusan pernyataan domeinPenghapusan pernyataan domein3.3. Fungsi sosial hak atas tanah.Fungsi sosial hak atas tanah.4.4. Pengakuan hukum agraria nasional berdasarkan Pengakuan hukum agraria nasional berdasarkan

hukum adat dan pengakuan dari eksistensi hak hukum adat dan pengakuan dari eksistensi hak rakyat.rakyat.

5.5. Persamaan derajat sesama WNI dan antara pria dan Persamaan derajat sesama WNI dan antara pria dan wanitawanita

6.6. Pelaksanaan reformasi hubungan antara manusia Pelaksanaan reformasi hubungan antara manusia (Indonesia) tanah atau dengan bumi, air dan ruang (Indonesia) tanah atau dengan bumi, air dan ruang angkasa.angkasa.

7.7. Rencana umum penggunaan, persediaan, Rencana umum penggunaan, persediaan, pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa.pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa.

8.8. Prinsip nasionalitasPrinsip nasionalitas

Page 12: Kebijakan Pertanahan di Indonesia ( Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N.)

TUJUAN POKOK UUPAA. Meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan

hukum agraria nasional, sebagai alat untuk membawakan kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan bagi negara dan rakyat, dalam rangka masyarakat adil dan makmur.

B. Meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan dalam hukum pertanahan.

C. Meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi rakyat seluruhnya.

Page 13: Kebijakan Pertanahan di Indonesia ( Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N.)

KETENTUAN KHUSUS DALAM UUPA

Pengakuan Hak Milik PeroranganPengakuan Hak Milik Perorangan Tanah sebagai karunia Tuhan YME (Pasal 1 Tanah sebagai karunia Tuhan YME (Pasal 1

ay 2 UUPA)ay 2 UUPA) Perwakafan (Pasal 5 UUPA)Perwakafan (Pasal 5 UUPA) Tanah untuk keperluan peribadatan dan Tanah untuk keperluan peribadatan dan

keperluan suci lain (Pasal 14, Pasal 1b keperluan suci lain (Pasal 14, Pasal 1b UUPA)UUPA)

Hak Milik Badan-Badan keagamaan dan Hak Milik Badan-Badan keagamaan dan sosial diakui dan dilindungi (Pasal 49 sosial diakui dan dilindungi (Pasal 49 UUPA)UUPA)

Page 14: Kebijakan Pertanahan di Indonesia ( Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N.)

DOMEIN VERKLARINGDOMEIN VERKLARING Penghapusan Domein Verklaring adalah Penghapusan Domein Verklaring adalah

karena tidak sesuai lagi dengan filosofi dan karena tidak sesuai lagi dengan filosofi dan pandangan hidup dari negara RI. Belanda pandangan hidup dari negara RI. Belanda memandang karena seluruh raja-raja di memandang karena seluruh raja-raja di Indonesia telah tunduk kepada kerajaan Indonesia telah tunduk kepada kerajaan Belanda maka seluruh tanah yang terdapat Belanda maka seluruh tanah yang terdapat di muka bumi Indonesia adalah milik di muka bumi Indonesia adalah milik Kerajaan Belanda, sedangkan kemerdekaan Kerajaan Belanda, sedangkan kemerdekaan kita diproklamirkan tanpa perlu mengambil kita diproklamirkan tanpa perlu mengambil alih politik hukum kerajaan Belanda tersebut. alih politik hukum kerajaan Belanda tersebut.

Page 15: Kebijakan Pertanahan di Indonesia ( Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N.)

HAK HAK MENGUASAI MENGUASAI

NEGARANEGARA

Page 16: Kebijakan Pertanahan di Indonesia ( Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N.)

Pengertian karunia dari Tuhan YME Pengertian karunia dari Tuhan YME atas bumi, air, ruang angkasa dan atas bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang terkandung di kekayaan alam yang terkandung di dalamnya semakin jelas bahwa dalamnya semakin jelas bahwa Tuhanlah yang memiliki di seluruh Tuhanlah yang memiliki di seluruh alam semesta ini dan karena kita alam semesta ini dan karena kita telah menjadi suatu negara maka telah menjadi suatu negara maka UUD 1945 memandang bumi, air, UUD 1945 memandang bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam ruang angkasa dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya yang terkandung didalamnya merupakan pemberian Tuhan kepada merupakan pemberian Tuhan kepada bangsa Indonesia dan tertuang bangsa Indonesia dan tertuang dalam UUPAdalam UUPA

Page 17: Kebijakan Pertanahan di Indonesia ( Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N.)

-Seseorang hanya mempunyai -Seseorang hanya mempunyai hak secara vertikal ke atas hak secara vertikal ke atas dan ke bawah yang berkaitan dan ke bawah yang berkaitan dengan bangunan yang ada di dengan bangunan yang ada di atas bumi tersebut atas bumi tersebut sungguhpun adanya sungguhpun adanya keharusan izin dari pihak keharusan izin dari pihak yang berwenang. yang berwenang.

Page 18: Kebijakan Pertanahan di Indonesia ( Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N.)

PASAL 2 AYAT 2 UUPAPASAL 2 AYAT 2 UUPAa.a. Mengatur dan menyelenggarakan Mengatur dan menyelenggarakan

peruntukan, penggunaan, persediaan dan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa.angkasa.

b.b. Menentukan dan mengatur hubungan-Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan bahwa antara orang-orang hubungan bahwa antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa.dengan bumi, air dan ruang angkasa.

c.c. Menentukan dan mengatur hubungan-Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang hubungan hukum antara orang-orang dengan perbuatan-perbuatan hukum dengan perbuatan-perbuatan hukum mengenai bumi, air dan ruang angkasa.mengenai bumi, air dan ruang angkasa.

Page 19: Kebijakan Pertanahan di Indonesia ( Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N.)

Istilah Hak Menguasai dari Negara

PASAL 33 AYAT 3 UUD 1945 “Bumi, air dan kekayaan alam yang

terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara …”

Page 20: Kebijakan Pertanahan di Indonesia ( Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N.)

Pengertian Hak Menguasai dari Negara (HMN) dalam artian praktis

1. Konstatasi hak seseorang/badan, dilaksanakan dengan konversi hak tanah ex BW dan ex Hukum Adat.

2. Memberikan hak baru, seperti HM, HGU, HGB, HP, HPL

3. Mengesahkan suatu perjanjian pendirian Hak Baru (Pasal 19 PP No. 10 Tahun 1961) yaitu HGB diatas HM dan HP diatas HM.

Page 21: Kebijakan Pertanahan di Indonesia ( Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N.)

--Hak Menguasai dari Hak Menguasai dari Negara itu adalah Negara itu adalah wewenang dari wewenang dari pemerintah pusat dan pemerintah pusat dan diatur dalam Pasal 2 diatur dalam Pasal 2 ayat 4 UUPAayat 4 UUPA

Page 22: Kebijakan Pertanahan di Indonesia ( Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N.)

Dalam pelaksanaan HMN tersebut maka Pemerintah sebagai suatu

organisasi kekuasaan dapat memberikan hak-hak yang bersifat keperdataan,

seperti HM, HGU, HGB, HP dan hak-hak yang bersifat publikrechtelijk,

seperti HPL, Hak Pakai.

Page 23: Kebijakan Pertanahan di Indonesia ( Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N.)

Hak Membuka Tanah Negara Hak Membuka Tanah Negara yang dilimpahkan kepada instansi lain adalah yang dilimpahkan kepada instansi lain adalah

HPL yaitu sebagian dari kewenangan itu HPL yaitu sebagian dari kewenangan itu dilimpahkan kepada daerah otonom lembaga dilimpahkan kepada daerah otonom lembaga pemerintahan, otorita departemen badan pemerintahan, otorita departemen badan usaha milik negara/daerah (PMDN 1/1977) usaha milik negara/daerah (PMDN 1/1977) demikian pula apa yang diatur dalam PMDN demikian pula apa yang diatur dalam PMDN 6/1972 yaitu tentang wewenang pemberian 6/1972 yaitu tentang wewenang pemberian hak atas tanah, perijinan dan menerima hak atas tanah, perijinan dan menerima pelepasan haknya.pelepasan haknya.

Page 24: Kebijakan Pertanahan di Indonesia ( Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N.)

SEKIAN &

TERIMA KASIH