kebijakan office channeling dan perkembangan … · 1992 menjadi nomor 10 tahun 1998 yang...
TRANSCRIPT
KEBIJAKAN OFFICE CHANNELING DAN PERKEMBANGAN
PERBANKAN SYARIAH SERTA PENYALURAN PEMBIAYAAN
USAHA KECIL MENENGAH DI INDONESIA
UDING SASTRAWAN
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kebijakan Office
Channeling dan Perkembangan Perbankan Syariah serta Penyaluran Pembiayaan
Usaha Kecil Menengah di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014
Uding Sastrawan
NIM H251110404
RINGKASAN
UDING SASTRAWAN. Kebijakan Office Channeling dan Perkembangan
Perbankan Syariah serta Penyaluran Pembiayaan Usaha Kecil Menengah di
Indonesia. Dibimbing oleh MUHAMMAD SYAMSUN dan MUKHAMAD NAJIB.
Perbankan syariah mengalami pertumbuhan sangat pesat dan menunjukkan
kinerja yang relatif lebih baik dibandingkan perbankan konvensional. Perkembangan
tersebut didukung dengan penyempurnaan undang-undang perbankan Nomor 7 tahun
1992 menjadi Nomor 10 Tahun 1998 yang mengizinkan dua sistem perbankan di
Indonesia, dan terbitnya Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/7/PBI/2007 tentang
kebijakan memperluas layanan syariah bagi bank konvensional (office channeling).
Namun, pertumbuhan yang pesat perbankan syariah belum memadai bila
dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat akan pelayanan perbankan syariah
(Rohaya 2008). Hal ini merupakan peluang yang sangat prospektif untuk terus
dikembangkan, mengingat penduduk Indonesia mayoritas muslim. Data statistik
perbankan syariah Indonesia menunjukkan share aset, dana pihak ketiga (DPK) dan
pembiayaan di sektor usaha kecil menengah (PYD) perbankan syariah terhadap bank
umum mengalami peningkatan, meskipun nilainya masih relatif kecil. Pada tahun
2012 share aset sebesar 4.85%, DPK sebesar 4.84% dan PYD sebesar 6.71%. Namun
hal tersebut masih dapat terus ditingkatkan mengingat peluang pasar keuangan di
Indonesia masih besar terutama kegiatan di sektor riil. Perbankan syariah dapat
menjadi harapan bagi pengembangan usaha kecil menengah (UKM) dengan konsep
bagi hasil. UKM memiliki peran penting dan strategis, kemampuan UKM perlu
diberdayakan dan dikembangkan dengan mereduksi kendala yang dialaminya
sehingga mampu memberikan kontribusi lebih maksimal (Sutaryo 2004). UKM
menghadapi kendala pertumbuhan yang lebih besar dan kurang memiliki akses
terhadap sumber pembiayaan formal (Beck & Demirguc-Kunt 2006), salah satu
langkah dianggap efektif untuk mengatasi permasalahan UKM adalah dengan
pembiayaan yang menggunakan sumber keuangan masyarakat sendiri serta
menerapkan pendekatan pembangunan yang memiliki potensi untuk keberlanjutan
(sustainable).
Upaya pemerintah meningkatkan peranan perbankan melalui perundang-
undangan dan kebijakan terus dilakukan, untuk memperkuat peranan UKM dalam
peningkatan akses pembiayaan dari perbankan. Keberadaan perbankan syariah
semakin kuat dan dapat menjadi harapan bagi pengembangan usaha UKM serta
menjadi sumber pembiayaan alternatif bagi UKM. Perkembangan perbankan syariah
telah mengalami pertumbuhan sangat pesat. Namun, apakah dengan perkembangan
perbankan syariah memberikan respon positif dalam penyaluran pembiayaan UKM,
dengan semakin meningkatnya portofolio perbankan syariah? Dan variabel-variabel
apakah yang mempengaruhi perbankan syariah semakin berkembang selama ini dan
selanjutnya. Adapun tujuan dari penelitian ini ; 1). Menerangkan pengaruh variabel-
variabel perkembangan perbankan syariah, 2). Menganalisis respon dinamis terhadap
guncangan variabel-variabel perkembangan perbankan syariah, 3). Menerangkan
perkembangan perbankan syariah dengan adanya office channeling dalam penyaluran
pembiayaan di sektor UKM.
Analisis penelitian ini menggunakan metode vektor autoregresi (VAR) dengan
dibantu aplikasi perangkat lunak Eviews versi 8. Analisis VAR mengharuskan data
yang digunakan harus sudah stasioner pada saat belum diolah (level), jika data yang
digunakan tidak stasioner maka analisis VAR tetap dapat digunakan setelah data
ditransformasikan sehingga menjadi stasioner. Pengujian dalam analisis VAR
meliputi uji stasioneritas data, penentuan lag optimal, uji kointegrasi, uji kausalitas
Granger, dan melakukan analisis impuls response function (IRF) serta forecast error
variance decomposition (FEVD). Untuk menerangkan perkembangan perbankan
syariah sebelum dan sesudah office channeling dalam penyaluran pembiayaan di
sektor UKM dilakukan uji beda dengan pengujian statistik-t.
Hasil uji stasioneritas menunjukkan variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian tidak seluruhnya stasioner pada data asli (level), hanya variabel
pertumbuhan aset (GAST) dan biaya operasional terhadap pendapatan operasional
(BOPO) memilik data stasioner, maka dilakukan pembedaan (first difference) dan hasilnya semua variabel stasioner. Untuk menentukan tingkat lag optimal
menggunakan Schwarz Information Criteria (SC) yang terkecil, dari perhitungan nilai
SC diperoleh nilai minimum pada lag 1 dan merupkan lag optimal. Berdasarkan
pengujian kointegrasi terdapat 6 persamaan terkointegrasi, hal ini menunjukkan
masing-masing variabel saling mempengaruhi dan memiliki hubungan stabilitas dan
kesamaan pergerakan dalam jangka panjang. Estimasi vector error correction model
(VECM) diperoleh dalam persamaan jangka panjang dan jangka pendek untuk setiap
variabel. Pada persamaan BOPO, DPK, GAST, non performing financing (NPF),
jumlah pekerja (PKJ) dan PYD sebagai variabel endogen dalam jangka panjang
dipengaruh signifikan oleh variabel PYD. Namun dalam jangka pendek, tidak semua
variabel eksogennya berpengaruh signifikan. Berdasarkan hasil uji kausalitas
Granger terdapat hubungan antar variabel bilateral causality terjadi pada PKJ:DPK,
PYD:DPK, PKJ:NPF, PYD:NPF dan PKJ:PYD, sedangkan unidirectional causality
terjadi pada DPK:BOPO, PKJ:BOPO, PYD:BOPO, DPK:NPF dan PKJ:GAST.
Analisis IRF digunakan untuk menelusuri atau mengetahui pengaruh suatu standar
deviasi diguncang (shock) terhadap perubahan yang terjadi pada nilai variabel
endogen pada saat ini dan masa yang akan datang. Nilai IRF memberikan arah
besarnya pengaruh antar peubah atau variabel yang diteliti dan hasil dekomposisi
varian memberikan informasi tentang kepentingan relatif dari setiap inovasi acak
dalam mempengaruhi variabel dalam VAR. Besarnya nilai pembiayaan syariah yang
diberikan di sektor UKM lebih dominan dipengaruhi oleh perkembangan DPK dan
BOPO.
Simpulan dari penelitian ini sebagai berikut; 1). Variabel perkembangan
perbankan syariah saling mempengaruhi memiliki hubungan stabilitas dan kesamaan
pergerakan dalam jangka panjang, sedangkan dalam jangka pendek tidak semua
variabel signifikan mempengaruhi persamaan variabel endogenya. Hubungan antar
variabel terjadi hubungan unidirectional causality, bilateral causality dan
independence diantara variabel, 2). Guncangan variabel sebesar 1 standar deviasi
terhadap variabel dirinya sendiri memberikan dampak perubahan pada BOPO, DPK,
GAST dan NPF. Sehingga fluktuasi BOPO, DPK, GAST dan NPF dominan direspon
oleh guncangan variabel dirinya sendiri, 3). Adanya office channeling memberikan
perbedaan signifikan dan berpengaruh terhadap pembiayaan syariah yang diberikan di
sektor UKM, semakin berkembang perbankan syariah memberi dampak terhadap
peningkatan penyaluran pembiayaan di sektor UKM.
Kata kunci: Perbankan syariah, Usaha kecil menengah (UKM), Vektor autoregresi
(VAR)
SUMMARY
UDING SASTRAWAN. The Office Channeling Policy, the Development of Islamic
Banking, and SMEs Financing in Indonesia. Supervised by MUHAMMAD
SYAMSUN and MUKHAMAD NAJIB.
The Islamic banking has grown rapidly and showed relatively better
performance than the conventional banking. The development is supported by the
improvement of banking law No. 7 in 1992 into No. 10 in 1998 which allows two
banking systems in Indonesia, and the issuance of Bank Indonesia Regulation
Number 9/7/PBI/2007 about a policy to expand the Islamic services for conventional
banks (office channeling). However, the rapid growth of Islamic banking is not
adequate compared to the community needs of Islamic banking services (Rohaya
2008). This is a highly prospective opportunitysince the majority of Indonesian
population is Muslim. Based on Indonesian Islamic banking statistics, it indicates
that the share of assets, depositor funds (DPK) and financing in small and medium
enterprises (PYD) of Islamic banking to commercial banks has increased, although
the value is still relatively small. In 2012, the share of assets was ammounted to
4.85%, 4.84% for DPK and 6.71% for PYD. But it may be improved since the
financial market opportunities in Indonesia are still great especially in real activity.
Islamic banking may be a hope for the development of small and medium enterprises
(SMEs) with the concept of profit and loss sharing. SMEs have an important and
strategic role, the ability of SMEs need to be empowered and developed to reduce the
constraints they experienced so they can be able to contribute more leverage (Sutaryo
2004). SMEs face greater growth obstacles and have less access to formal sources of
finance (Beck & Demirguc-Kunt 2006). One of the effective measures to overcome
the SMEs problems is by financing using its own community financial resources, and
implementing the development approach which has the potential to sustainability.
The government continues its efforts to increase the role of banking through
legislation and policies, as well as to strengthen the role of SMEs in improving the
financing access from bank. The existence of Islamic banking is getting stronger and
may be hope for SMEs business development as well as becoming an alternative
financing source for SMEs. The development of Islamic banking has experienced
rapid growth. However, this research was done to find out whether the increasing
development of Islamic banking give a positive response in the SMEs financing and
other variables in line with the rising of Islamic banking portfolio; and to find out
what variables that affect the growth of Islamic banking all along. The purpose of this
study: 1). To describe the effect of the Islamic banking development variables, 2). To
analyze the dynamic response to the shocks of Islamic banking development variables,
3). To describe the development of Islamic banking in the presence of the office
channeling in financing the SMEs.
The auto-regression vector (VAR) method was used in this study, and was
solved using Eviews version 8 software. VAR analysis required the data to be used
must have been stationary at the time of unprocessed (level). When the data used were not stationary at the level, the VAR analysis could still be used after the data
was transformed to become stationary. Testing in VAR analysis included the data
stationary test, the determination of the optimal lag, co-integration test, Granger
causality test, impulse response function (IRF) analysis, and forecast error variance
decomposition (FEVD). A statistic-t test was done to explain the development of
Islamic banking before and after office channeling in financing the SMEs.
Stationary test results showed that the variables used in this study were not
entirely stationary at level, except for the asset growth variable (GAST) and operating
expenses to operating revenue (BOPO). Therefore, the processing was continued to
the first difference so the variables were all stationary. To determine the optimal lag
level, the smallest Schwarz Information Criteria (SC) was used. Based on the SC
calculation, the minimum value was at lag 1 and it was the optimal lag. Based on co-
integration testing, there were 6 co-integrated equations. It showed that the variables
affected each other and have a stability relationship and movement similarity in long
term. The estimation of vector error correction model (VECM) was obtained in the
long-term and the short-term equation for each variable. In the long-term equation of
BOPO, DPK, GAST, non-performing financing (NPF), the number of workers (PKJ)
and PYD as endogenous variables, they were significantly affected by PYD variable.
But in the short-term, not all exogenous variables have a significant effect. Based on
the results of Granger causality test, there wasa relationship among bilateral causality
variables, occurs in PKJ:DPK, PYD:DPK, PKJ:NPF, PYD:NPF and PKJ:PYD; while
the unidirectional causality occurs in: DPK:BOPO, PKJ:BOPO, PYD:BOPO,
DPK:NPF and PKJ:GAST. IRF analysis was used to discover or determine the effect
of a shock deviation standard on changes in the endogenous variables value in the
present and future. IRF values showed the effect between the variables studied, and
the result of variance decomposition provided information about the relative
importance of each random innovation in affecting the variables in the VAR. The
amount of the Islamic finance given to SMEs was more dominantly influenced by the
development of DPK and BOPO.
The conclusions of this study are as follows: 1). The variable of Islamic
banking development had amutual influence, stability relationship, and movement
similarity in the long term; while in the short term, not all variables significantly
affecting its endogen variable equation. Unidirectional, bilateral and independence
causality relationship may occurs among variables, 2). Shocks variable of 1 standard
deviated to the variable itself, gave impacton BOPO, DPK, GAST and NPF.
Therefore, the fluctuations in BOPO, DPK, GAST and NPF were dominantly
responsed by the shock variable itself, 3). The existence of office channeling gave a
significant difference and influence on Islamic financing given to SMEs. The
growing Islamic banking impacted on the increase of SMEs financing.
Keywords: Islamic banking, Small and medium enterprises (SMEs), Vector
autoregression (VAR)
Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Manajemen
KEBIJAKAN OFFICE CHANNELING DAN PERKEMBANGAN
PERBANKAN SYARIAH SERTA PENYALURAN PEMBIAYAAN
USAHA KECIL MENENGAH DI INDONESIA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
UDING SASTRAWAN
Penguji Luar Komisi pada ujian Tesis : Dr Ir Abdul Basith, MS
Judul Tesis : Kebijakan Office Channeling dan Perkembangan Perbankan
Syariah serta Penyaluran Pembiayaan Usaha Kecil Menengah di
Indonesia
Nama : Uding Sastrawan
NIM : H251110404
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Dr Ir Muhammad Syamsun, MSc
Ketua
Dr Mukhamad Najib, STP, MM
Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Ilmu Manajemen
Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, MSc
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian:
07 Maret 2014
Tanggal Lulus:
Judul Tesis : Kebijakan Office Channeling dan Perkembangan Perbankan Syariah serta Penyaluran Pembiayaan Usaha Kecil Menengah di Indonesia
Nama : Uding Sastrawan NIM : H251110404
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
~-
Dr Ir Muhammad Syamsun, MSc Dr Mukhamad Najib, STP, M:M
Ketua Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi I1mu Manajemen
Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, MSc
Tanggal Ujian: Tanggal Lulus: 2 8 MAR 2014 07 Maret 2014
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa taala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober sampai Desember
2013 ini ialah Kebijakan Office Channeling dan Perkembangan Perbankan
Syariah serta Penyaluran Pembiayaan Usaha Kecil Menengah di Indonesia.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Muhammad Syamsun,
MSc dan Bapak Dr Mukhamad Najib, STP, MM selaku pembimbing, serta Bapak
Dr Ir Abdul Basith, MS yang telah banyak memberi saran. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Prof Dr Ir M Zairin Junior, MSc
dari Program Diploma IPB dan Bapak Ir Sutara Hendrakusumaatmaja, MSc dari
Program Keahlian Manajemen Agribisnis Program Diploma IPB. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada istri dan seluruh keluarga atas doa dan
kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2014
Uding Sastrawan
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 4
Manfaat Penelitian 4
Ruang Lingkup 4
2 TINJAUAN PUSTAKA 4 Sistem Perbankan 4
Perbankan Syariah 6
Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah 8
Pembiayaan 9
Kinerja Perbankan Syariah 9
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) 10
Vektor Autoregresi 11
Penelitian Terdahulu 13
3 METODE 15 Kerangka Pemikiran Penelitian 15
Jenis dan Sumber Data 16
Variabel dan Definisi Operasional 16
Metode Pengolahan dan Analisis Data 17
Metode Vector Autoregression (VAR) 17
Metode Granger Causality (Kausalitas Granger) 21
Statistik Inferensia 22
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 23 Hasil Analisi Data 24
Uji Stasioneritas Data 24
Penentuan Lag Optimal 25
Uji Kointegrasi 26
Pembahasan 26
Pengaruh Variabel Perkembangan Perbankan Syariah 26
Respon terhadap Guncangan Variabel Perkembangan Perbankan
Syariah 32
Perkembangan Perbankan Syariah Sebelum dan Sesudah Office
Channeling 39
Implikasi Manajerial 42
DAFTAR ISI (lanjutan)
5 SIMPULAN DAN SARAN 45 Simpulan 45
Saran 45
DAFTAR PUSTAKA 46
LAMPIRAN 48
DAFTAR TABEL
1 Perkembangan jaringan kantor perbankan syariah tahun 2008 sampai
2012 1
2 Perkembangan aset, dana pihak ketiga, pembiayaan di sektor UKM
perbankan syariah dan share terhadap bank umum tahun 2008 sampai
2012 2
3 Ringkasan penelitian terdahulu 13
4 Hasil uji stasioneritas data 24
5 Hasil uji lag optimal 25
6 Hasil uji kointegrasi 26
7 Hasil estimasi VECM persamaan rasio biaya operasional terhadap
pendapatan operasional (BOPO) dan dana pihak ketiga (DPK) 27
8 Hasil estimasi VECM persamaan pertumbuhan aset (GAST) dan non
performing financing (NPF) 28
9 Hasil estimasi VECM persamaan jumlah pekerja (PKJ) dan pembiayaan
yang diberikan di sektor UKM (PYD) 29
10 Hasil peramalan variabel perkembangan perbankan syariah bulan Januari
sampai Juni 2013 30
11 Realisasi nilai variabel perkembangan perbankan syariah bulan Januari
sampai Juni 2013 30
12 Dekomposisi varian rasio biaya operasional terhadap pendapatan
operasional (BOPO ) 35
13 Dekomposisi varian dana pihak ketiga (DPK ) 36
14 Dekomposisi varian pertumbuhan aset (GAST) 36
15 Dekomposisi varian non performing financing (NPF) 37
16 Dekomposisi varian jumlah pekerja (PKJ) 37
17 Dekomposisi varian penyaluran pembiayaan di sektor UKM (PYD) 38
18 Hasil uji beda variabel perkembangan perbankan syariah 39
19 Hasil uji beda pembiayaan syariah berdasarkan sektor 39 20 Perkembangan pembiayaan sektor UKM dan non UKM pada perbankan
syariah tahun 2006 sampai 2012 40
21 Perkembangan kredit berdasarkan sektor UKM dan non UKM pada bank
umum konvensional tahun 2006 sampai 2012 41
DAFTAR GAMBAR
1 Penggolongan lembaga keuangan (Kasmir 2009) 5
2 Sistem perbankan Indonesia (Simorangkir 2004) 6
3 Kerangka pemikiran penelitian 15
4 Bagan alir dari proses analisis dan ujia statistik 22
5 Hubungan kausalitas variabel perkembangan perbankan syariah 31
DAFTAR GAMBAR (lanjutan)
6 Respon variabel perkembangan perbankan syariah terhadap guncangan
variabel lainnya 32
7 Grafik proporsi pembiayaan pada perbankan syariah di sektor UKM dan
non UKM 40
8 Grafik proporsi kredit bank umum konvensional di sektor UKM dan non
UKM 41
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil uji stasioneritas data 48
2 Hasil uji lag optimal 54
3 Hasil uji kointegrasi 55
4 Hasil olahan estimasi model VECM 55
5 Persamaan estimasi model VECM 58
6 Grafik perbandingan hasil peramalan dengan realisasi variabel
perkembangan perbankan syariah 59
7 Hasil uji kausalitas Granger 62
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perbankan syariah telah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, baik
dari sisi pertumbuhan aset maupun pertumbuhan kelembagaan atau jaringan.
Bank Islam atau lazim disebut dengan bank syariah, keberadaannya relatif baru di
Indonesia. Bank syariah pertama kali memperoleh ijin dengan diundangkannya
Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan memberikan ruang
terhadap keberadaan bank syariah, maka berdirilah Bank Muamalat Indonesia
(Kristiyanto 2008). Selama periode krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997
sampai 1998, Bank Umum Syariah (BUS) masih dapat menunjukkan kinerja yang
relatif lebih baik dibandingkan dengan perbankan konvensional. Hingga akhir
September 1998 tercatat 55 bank bermasalah dan semuanya merupakan bank
konvensional (Perwataatmaja 2002). Pada tahun 1998 pemerintah dan Dewan
Perwakilan Rakyat melakukan penyempurnaan Undang-Undang Nomor 7 tahun
1992 menjadi Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, secara tegas menjelaskan
bahwa terdapat dua sistem dalam perbankan di tanah air (dual banking system),
yaitu sistem perbankan konvensional dan sistem perbankan syariah. Kemudian
Pemerintah melalui Bank Indonesia dalam rangka lebih meningkatkan peranan
bank umum konvensional melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah, menerbitkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 9/7/PBI/2007
tentang kebijakan untuk memperluas layanan office channeling yang tidak hanya
untuk pendanaan tetapi juga mencakup pembiayaan. Dengan adanya perluasan
jaringan pelayanan transaksi perbankan syariah akan mampu menjangkau
masyarakat lebih luas dan optimalisasi keberadaan layanan syariah yang ada di
bank umum konvensional. Namun, pertumbuhan yang pesat perbankan syariah
belum memadai bila dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat akan pelayanan
perbankan syariah (Rohaya 2008).
Perkembangan perbankan syariah dapat dilihat dari jaringan kantor
perbankan syariah, pada tahun 1998 terdapat 1 bank umum syariah dengan 10
kantor cabang, 1 kantor cabang pembantu, dan 19 kantor kas, setelah 15 tahun
berjalan atau tepatnya pada tahun 2012 terdapat 11 bank umum syariah dengan
total 1 734 kantor, 24 unit usaha syariah pada bank umum konvensional yang
tersebar dengan 493 kantor, serta 158 BPRS dengan 2 628 kantor.
Tabel 1 Perkembangan jaringan kantor perbankan syariah tahun 2008 sampai
2012
Tahun
Bank umum
syariah (unit)
Unit usaha
syariah (unit)
BPR syariah
(unit)
Total
(unit)
Pertumbuhan
(%)
B K B K B K B K B K
2008 5 586 27 214 131 202 163 1002 - -
2009 6 711 25 287 138 225 169 1223 3.68 22.06
2010 11 1215 23 262 150 286 184 1763 8.88 44.15
2
Lanjutan Tabel 1
Tahun
Bank umum
syariah (unit)
Unit usaha
syariah (unit)
BPR syariah
(unit)
Total
(unit)
Pertumbuhan
(%)
B K B K B K B K B K
2011 11 1401 24 336 155 364 190 2101 3.26 19.17
2012 11 1745 24 517 158 401 193 2663 1.58 26.75
Sumber : Statistik Perbankan Syariah Indonesia (2012)
B: jumlah bank, K: jumlah kantor
Perkembangan perbankan syariah (Tabel 1) dalam 5 tahun terakhir
mengalami pertumbuhan dari sisi jumlah bank dan kantor dan memberikan
kontribusi pada market share perbankan nasional. Hal ini merupakan fenomena
yang perlu dicermati kalangan bisnis karena merupakan peluang yang sangat
prospektif untuk terus dikembangkan, mengingat penduduk Indonesia mayoritas
muslim merupakan pasar yang cukup potensial bagi perkembangan perbankan
syariah. Berdasarkan data statistik perbankan syariah Indonesia (Tabel 2)
pertumbuhan aset perbankan syariah mengalami peningkatan selama kurun waktu
5 tahun terakhir, pada tahun 2008 memiliki aset senilai 51.25 triliun rupiah,
mengalami peningkatan sebesar 289.7% sehingga pada tahun 2012 menjadi
199.72 triliun rupiah.
Tabel 2 Perkembangan aset, dana pihak ketiga, pembiayaan di sektor UKM
perbankan syariah dan share terhadap bank umum tahun 2008 sampai
2012
Keterangan Tahun (miliar rupiah)
2008 2009 2010 2011 2012
Aset perbankan syariah 51 248 68 214 100 258 148 987 199 717
Pertumbuhan aset (%) - 33.1 46.9 48.6 34.0
DPK perbankan syariah 37 828 53 522 77 640 117 510 150 450
Pertumbuhan DPK (%) - 41.4 45.0 51.3 28.0
Pembiayaan di sektor UKM 27 063 35 799 52 570 71 810 90 680
Pertumbuhan pembiayaan di
sektor UKM (%) - 32.3 46.8 36.6 26.3
Aset bank umum
konvensional 2 067 044 2 372 152 2 625 033 3 150 826 4 115 003
DPK bank umum
konvensional 1 753 292 1 973 042 2 274 489 2 688 364 3 107 385
Kredit UKM bank umum
konvensional 633 945 737 385 926 782 1 151 392 1 350 606
Share aset perbankan
syariah (%) 2.48 2.88 3.82 4.73 4.85
Share DPK perbankan
syariah (%) 2.16 2.71 3.41 4.37 4.84
Share pembiayaan UKM
perbankan syariah (%) 4.27 4.85 5.67 6.24 6.71
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Indonesia, diolah
DPK: dana pihak ketiga, UKM: usaha kecil menengah
3
Selain itu, total dana pihak ketiga (DPK) dan pembiayaan di sektor Usaha Kecil
Menengah (UKM) juga mengalami peningkatan, jika dilihat dari share aset, DPK
dan pembiayaan UKM perbankan syariah terhadap bank umum mengalami
peningkatan, meskipun nilainya masih relatif kecil. Pada tahun 2012 share aset
sebesar 4.85%, share DPK sebesar 4.84% dan pembiayaan UKM sebesar 6.71%.
Namun hal tersebut masih dapat terus ditingkatkan mengingat peluang pasar
keuangan di Indonesia masih besar terutama kegiatan di sektor riil.
Perbankan syariah dapat menjadi harapan baru bagi pengembangan UKM
dengan konsep bagi hasil, perbankan syariah dapat memberikan semangat dan
dorongan terhadap terwujud dan terbangunnya semangat masyarakat dari
kalangan menengah kebawah dalam pengembangan UKM yang benar-benar
mengembangakan potensi ekonomi. UKM memiliki peran penting dan strategis
bagi pertumbuhan ekonomi negara, pada saat krisis ekonomi berlangsung di
Indonesia, UKM merupakan sektor ekonomi yang memiliki ketahanan paling baik,
kemampuan UKM perlu diberdayakan dan dikembangkan secara terus menerus
serta berusaha mereduksi kendala yang dialami UKM sehingga mampu
memberikan kontribusi lebih maksimal terhadap peningkatan kesejahteraan
masyarakat (Sutaryo 2004). UKM menghadapi kendala pertumbuhan yang lebih
besar dan kurang memiliki akses terhadap sumber pembiayaan formal (Beck &
Demirguc-Kunt 2006), salah satu langkah yang dianggap efektif untuk mengatasi
permasalahan UKM adalah dengan pembiayaan yang menggunakan sumber
keuangan masyarakat sendiri serta menerapkan pendekatan pembangunan yang
memiliki potensi untuk keberlanjutan (sustainable).
Perumusan Masalah
Pemerintah dalam meningkatkan peranan perbankan dengan mengeluarkan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, yang secara tegas menjelaskan bahwa
terdapat dua sistem perbankan di tanah air (dual banking system) yaitu sistem
perbankan konvensional dan sistem perbankan syariah serta terbitnya PBI Nomor
9/7/PBI/2007 tentang kebijakan meningkatkan peranan bank umum konvensional
yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Untuk
memperkuat peranan UKM dalam struktur perekonomian nasional perlu
peningkatan akses kredit atau pembiayaan dari perbankan kepada UKM.
Keberadaan perbankan syariah semakin kuat dan dapat menjadi harapan bagi
pengembangan usaha UKM dengan konsep profit and loss sharing dan menjadi
sumber pembiayaan alternatif bagi UKM. Perkembangan perbankan syariah telah
mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, baik dari sisi pertumbuhan aset
maupun pertumbuhan kelembagaan atau jaringan. Namun, perkembangan
perbankan syariah apakah memberikan respon positif dalam penyaluran
pembiayaan UKM, dengan semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya
portofolio perbankan syariah untuk penyaluran pembiayaan di sektor UKM ? Dan
variabel-variabel apakah yang mempengaruhi perbankan syariah semakin
berkembang selama ini dan selanjutnya.
4
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:
1) Menerangkan pengaruh variabel-variabel perkembangan perbankan syariah 2) Menganalisis respon dinamis terhadap guncangan variabel-variabel
perkembangan perbankan syariah
3) Menerangkan perkembangan perbankan syariah dengan adanya office channeling dalam penyaluran pembiayaan di sektor UKM
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan serta informasi yang
berguna bagi berbagai pihak yang berkepentingan, antara lain:
1) Bagi pemerintah, sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan di bidang perbankan syariah khususnya
2) Bagi masyarakat umum, sebagai informasi serta pembanding dalam melakukan penelitian lebih lanjut
3) Bagi penulis, sebagai media penerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari perkuliahan dan menyelaraskan dengan kenyataan dilapangan
Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah:
1) Perbankan syariah yang diteliti adalah bank umum syariah dan unit usaha syariah yang diselenggarakan oleh bank umum.
2) Perkembangan perbankan syariah dilihat berdasarkan kriteria pembiayaan yang diberikan di sektor UKM, pertumbuhan aset, dana pihak ketiga, rasio
pembiayaan macet terhadap total pembiayaan/Non Performing Financing, rasio
biaya operasional terhadap pendapatan operasional dan jumlah pekerja sebagai
sumberdaya insani dari tahun 2006 sampai tahun 2012
2 TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Perbankan
Dana merupakan masalah pokok yang selalu ada dan muncul dalam setiap
usaha, perusahaan keuangan memegang peranan sangat penting dalam memenuhi
5
akan kebutuhan dana. Perusahaan keuangan memiliki usaha utama dalam
menyediakan fasilitas pembiayaan dana bagi perusahaan lainnya atau sering
disebut sebagai lembaga keuangan. Menurut Kasmir (2009) lembaga keuangan
adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, menghimpun dana,
menyalurkan dana atau kedua-duanya. Dalam praktiknya lembaga keuangan
dibedakan ke dalam dua golongan besar yaitu lembaga keuangan bank dan
lembaga keuangan lainnya. Penggolongan kedua lembaga keuangan dapat dilihat
pada Gambar 1.
Gambar 1 Penggolongan lembaga keuangan (Kasmir 2009)
Lembaga keuangan bank atau sering disebut sistem perbankan merupakan
lembaga keuangan yang memberikan jasa keuangan yang paling lengkap. Usaha
keuangan yang dilakukan di samping menyalurkan dana atau memberikan
pinjaman juga melakukan usaha menghimpun dana dari masyarakat luas dalam
bentuk simpanan dan memberikan jasa-jasa keuangan yang mendukung dan
memperlancar kegiatan pinjaman dan penghimpunan dana. Sistem perbankan
Indonesia menurut Simorangkir (2004), meliputi Bank Indonesia, seluruh bank
umum, bank perkeditan rakyat dan bank bagi hasil. Untuk lebih jelas mengetahui
sistem perbankan Indonesia dapat dilihat pada Gambar 2.
Lembaga Keuangan
Lembaga Keuangan Bank
Bank Sentral
Bank Umum
BPR
Lembaga Keuangan Lainnya
Pasar Modal
Pasar Uang dan Valas
Koperasi Simpan Pinjam
Pegadaian
Leasing
Asuransi
Anjak Piutang
Modal Ventura
Dana Pensiun
Kartu Plastik
6
Gambar 2 Sistem perbankan Indonesia (Simorangkir 2004)
Perbankan Syariah
Perbankan syariah dilandasi dengan kehadiran dua gerakan renaissance
Islam modern; neorevivalis dan modernis, tujuan utama dari pendirian lembaga
keuangan berdasarkan etika ini adalah tiada lain sebagai upaya kaum muslimin
untuk mendasari segenap kehidupan ekonominya berdasarkan Al-Quran dan As-
Sunah (Antonio 2001). Perbedaan pokok antara perbankan syariah dengan
perbankan konvensional adalah adanya larangan riba (bunga) bagi perbankan
syariah. Bagi Islam riba dilarang, sedangkan jual beli (al bai) dihalalkan (Arifin
2009).
Menurut Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 perbankan syariah adalah
segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha syariah,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya. Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan
kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas
Bank umum syariah (BUS) dan bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS). Bank
umum syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan unit usaha syariah, yang selanjutnya
disebut UUS, adalah unit kerja dari kantor pusat bank umum konvensional yang
berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank
yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara
Bank Indonesia
(UU No.23/1999)
Bank Umum
(PP 70/1992)
Bank Pemerintah Pusat
Bank Pemerintah Daerah
Bank Swsta Nasional
Bank Asing
Bank Campuran
Bank Perkreditan Rakyat
(PP 71/1992)
BPR Pra Pakto 27/1988
BPR Pasca Pakto 27/1988
Bank Bagi Hasil
(PP 72/1992)
Bank Umum
BPR
7
konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu
syariah dan/atau unit syariah.
Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan
berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan
dalam penetapan fatwa di bidang syariah. Menurut Setiawan (2006) kerangka
dasar sistem perbankan Islam adalah satu set aturan dan hukum, yang secara
bersama disebut sebagai syariah. syariah merupakan aturan yang diturunkan dari
al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Pengembangan lebih lanjut
menyangkut aturan hukum tersebut disajikan oleh ahli jurisprudensi Islam atau
ulama fikih dalam kerangka menjabarkan aturan al-Quran dan Sunnah. Dalam
menjalankan aktivitasnya, bank syariah menganut prinsip-prinsip sebagai berikut
(Mutasowifin 2003):
a) Prinsip keadilan, prinsip ini tercermin dari penerapan imbalan atas dasar bagi hasil dan pengambilan margin keuntungan yang disepakati bersama antara
Bank dengan Nasabah.
b) Prinsip kesederajatan, bank syariah menempatkan nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana, maupun bank pada kedudukan yang sama dan
sederajat. Hal ini tercermin dalam hak, kewajiban, risiko, dan keuntungan yang
berimbang antara nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana, maupun
Bank
c) Prinsip ketentraman, produk-produk bank syariah telah sesuai dengan prinsip dan kaidah Muamalah Islam, antara lain tidak adanya unsur riba serta
penerapan zakat harta. Dengan demikian, nasabah akan merasakan ketentraman
lahir maupun batin.
Pelaksanaan prinsip-prinsip tersebut merupakan pembeda utama antara bank
syariah dengan bank konvensional.
Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan
Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan telah memberi
kesempatan luas untuk pengembangan jaringan perbankan syariah. Selain itu
Undang-Undang Nomor 23 tahun 1999 tentang bank Indonesia telah menugaskan
kepada BI mempersiapkan perangkat peraturan dan fasilitas-fasilitas penunjang
yang mendukung operasional bank syariah. Kedua undang-undang tersebut
menjadi dasar hukum penerapan dual banking system di Indonesia. Maksud dual
banking system adalah terselenggaranya dua sistem perbankan (konvensional dan
syariah) secara berdampingan yang pelaksanaannya diatur dalam berbagai
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Salah satu peraturan yang
dikeluarkan adalah PBI Nomor 8/3/PBI/2006 yaitu memberi kesempatan kepada
bank konvensional untuk membuka layanan syariah atau sering disebut office
channeling. Office channeling merupakan istilah yang diberikan guna menandai
dimungkinkannya melakukan kegiatan usaha perbankan berdasarkan prinsip
syariah di kantor cabang dan atau kantor cabang pembantu bank umum
konvensional. Sebelumnya berdasarkan prinsip Islamic Windows versi PBI
Nomor 4/1/PBI/2002, yang menjelaskan bahwa two windows system
memperbolehkan bank umum (konvensional) yang tidak memiliki UUS atau
kantor cabang syariah, untuk melakukan transaksi dengan skim syariah dalam satu
kantor (office). Dengan kata lain, dalam satu bank, terdapat dua sistem layanan
sekaligus skim syariah dan konvensional.
8
Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah
Karakteristik yang membedakan bank syariah dengan bank konvensional
antara lain; dalam bank syariah tidak diperkenankan kegiatan yang bersifat
spekulatif karena adanya ketidakpastian, serta tidak diperkenankan adanya 2
transaksi dan 2 harga untuk satu barang. Selain itu terdapat perbedaan yang
cukup mendasar antara bank konvensional dan bank syariah, yaitu aspek legal dan
usaha yang dibiayai. Dalam aspek legal di bank syariah, akad yang dilakukan
memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan
berdasarkan hukum Islam. Sedangkan aspek bisnis dan usaha yang dibiayai
dalam bank syariah tidak dimungkinkan membiayai usaha yang terkandung hal-
hal yang diharamkan (Antonio 2001).
Menyalurkan dana merupakan kegiatan menjual dana yang berhasil
dihimpun dari masyarakat (DPK), kegiatan ini dikenal dengan istilah lending.
Penyaluran dana yang dilakukan perbankan lebih dikenal dengan nama kredit.
Sebelum kredit diberikan, bank terlebih dahulu menilai kelayakan kredit yang
diajukan nasabah (credit screening). Kelayakan ini meliputi berbagai aspek
penilaian. Penerima kredit akan dikenakan bunga kredit yang besarnya tergantung
dari bank yang menyalurkan. Besar kecilnya kredit akan sangat mempengaruhi
keuntungan bank, mengingat keuntungan utama bank adalah dari selisih bunga
kredit dengan bunga simpanan.
Setiawan (2006) menyebutkan beberap tujuan dan fungsi penting yang
diharapkan dari sistem perbankan syariah adalah:
a) Kemakmuran ekonomi yang meluas dengan tingkat kerja yang penuh dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimum (economic well-being with full
employment and optimum rate of economic growth)
b) Keadilan sosial-ekonomi dan distribusi pendapatan dan kekayaan yang merata (socio-economic justice and equitable distribution of income and wealth);
c) Stabilitas nilai uang untuk memungkinkan alat tukar tersebut menjadi suatu unit perhitungan yang terpercaya, standar pembayaran yang adil dan nilai
simpan yang stabil (stability in the value of money)
d) Mobilisasi dan investasi tabungan bagi pembangunan ekonomi dengan caracara tertentu yang menjamin bahwa pihak-pihak yang berkepentingan mendapatkan
bagian pengembalian yang adil (mobilisation of savings)
e) Pelayanan efektif atas semua jasa-jasa yang biasanya diharapkan dari system perbankan (effective other services)
Sistem perbankan Islam ditegakkan atas kemutlakan larangan dari
pembayaran atau penerimaan setiap yang ditentukan (predetermined) atas
pinjaman atau kredit. Dengan demikian konsep bunga (interest) atas hutang secara
tegas dilarang. Sistem perbankan Islam lebih condong pada upaya untuk
mendorong penerapan sharing resiko, mempromosikan kewirausahaan
(entrepreneurship), melemahkan perilaku spekulatif, dan menekankan kesucian
akad. Saluran permodalan yang mungkin bisa digunakan untuk masyarakat Islam
dalam membuka usaha adalah; perusahaan perorangan (sole proprietorship),
perusahaan patungan (partnership) (termasuk mudharabah dan syirkah) dan
perusahaan perseroaan (joint stock company).
9
Pembiayaan
Bank syariah dalam mengalokasi dana memiliki tujuan untuk mencapai
tingkat profitabilitas yang cukup dan tingkat risiko yang rendah serta
mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar posisi likuiditas
tetap aman. Untuk mencapai tujuan tersebut alokasi dana diarahkan sedemikian
rupa agar pada saat diperlukan semua kepentingan nasbah dapat terpenuhi.
Alokasi penggunaan dana bank syariah dibagi dalam dua bagian penting (Arifin
2009):
a) Aktiva yang menghasilkan; Pembiayaan berdasarkan prinsip mudharabah, musyarakah, al-bai, ijarah, ijarah wa iqtina dan surat berharga syariah
b) Aktiva yang tidak menghasilkan; Aktiva dalam bentuk tunai (cash assets), pinjaman (qord) dan penanaman dana dalam aktiva tetap dan inventaris
(premises and equipment)
Menurut Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 pembiayaan adalah
penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:
a) Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah; b) Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk
ijarah muntahiya bittamlik;
c) Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna; d) Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan e) Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank syariah dan atau UUS
dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana
untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan
ujrah, tanpa imbalan atau bagi hasil.
Kegiatan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah berdasarkan peraturan
ketua badan pengawas pasar modal dan lembaga keuangan Nomor PER-
03/BL/2007 tentang kegiatan perusahaan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
sebagai berikut :
a) Sewa guna usaha berdasarkan Ijarah atau Ijarah Muntahiyah Bittamlik b) Anjak piutang berdasarkan akad Wakalah bi Ujrah c) Pembiayaan konsumen berdasarkan Murabahah, Salam atau Istishna d) Usaha kartu kredit yang dilakukan sesuai dengan prinsip syariah e) Kegiatan pembiayaan lainnya yang dilakukan sesuai dengan prinsip syariah
Kinerja Perbankan Syariah
Bank sebagai lembaga keuangan menjual kepercayaan (kredit) dan jasa,
Oleh karena itu bank memperoleh bunga, komisi atau provisi dari penjualan kredit
dan pemberian jasa lainnya. Dengan alasan inilah setiap bank berusaha sebanyak
mungkin menarik nasabah-nasabah baru, memperbesar dana-dananya, dan juga
memperbesar kredit dan jasa (Simorangkir 2004).
10
Prestasi bank dapat dinilai dari besarnya kinerja keuangan selama periode
tertentu, kinerja keuangan bank bisa diamati dari laporan keuangan yang
dikeluarkan secara periodik. Selama periode krisis ekonomi, bank syariah masih
dapat menunjukkan kinerja yang relatif lebih baik dibandingkan dengan lembaga
perbankan konvensional. Hal ini dapat dilihat dari relatif lebih rendahnya
penyaluran pembiayaan yang bermasalah (non performing loans) pada bank
syariah dan tidak terjadinya negative spread dalam kegiatan operasionalnya. Hal
tersebut dapat dipahami mengingat tingkat pengembalian pada bank syariah tidak
mengacu pada tingkat suku bunga dan dapat menyediakan dana investasi dengan
biaya modal yang relatif lebih rendah kepada masyarakat serta bank syariah relatif
lebih dapat menyalurkan dana kepada sektor produksi dengan Loan to Deposit
Ratio berkisar antara 113% sampai 117%. Dari sisi aset, sistem perbankan
syariah telah mengalami pertumbuhan yang cukup pesat yaitu sebesar 74%
pertahun selama kurun waktu 1998 sampai 2001 dana pihak ketiga telah
meningkat dari 392 miliar rupiah menjadi 1.81 triliun rupiah. Sistem perbankan
syariah telah pula mengalami pertumbuhan dalam hal kelembagaan, jumlah bank
umum syariah telah meningkat dari hanya 1 bank umum syariah dan 78 BPRS
pada tahun 1998 menjadi 2 bank umum syariah, 3 unit usaha syariah (UUS) dan
81 BPRS pada akhir tahun 2001 serta jumlah kantor cabang dari bank umum
syariah dan UUS dari 26 telah meningkat menjadi 51 kantor (BI 2002).
Penilain bank dalam lingkungan pasar yang kompetitif dan tidak stabil
merupakan proses yang komplek. Penilaian kondisi keuangan dan kelayakan
bank biasanya berkisar pada analisi aspek-aspek tertentu, termasuk struktur
kepemilikan, profil dan manajemen risiko, laporan keuangan, struktur portofolio
dan kualitas, kebijakan dan praktik, sumberdaya manusia dan kapasitas informasi.
Sebuah sistem perbankan yang sehat dibangun di atas kapitalisasi bank yang
menguntungkan dan memadai. Profitabilitas adalah indikator pengungkap posisi
kompetitif sebuah bank di pasar perbankan dan kualitas manajemennya.
Profitabilitas memungkinkan bank untuk mempertahankan profil resiko tertentu
dan menyediakan landasan terhadap masalah jangka pendek. Perubahan struktur
dan stabilitas profit bank terkadang dimotivasi oleh aturan kecukupan modal dan
langkah-langkah kebijakan moneter seperti simpanan cadangan wajib. Untuk
menjaga kepercayaan publik terhadap sistem perbankan, bank harus tunduk pada
persyaratan modal minimum. Modal adalah salah satu faktor kunci yang harus
dipertimbangkan dalam menilai keamanan dan kesehatan sebuah bank. Modal
menyerap potensi kerugian dan dengan demikian menyediakan dasar untuk
menjaga kepercayaan nasabah pada bank, modal juga merupakan faktor penentu
utama kapasitas pinjaman sebuah bank (Greuning & Bratanivic 2011).
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Salah satu pelaku usaha yang memiliki eksistensi penting namun kadang
dianggap terlupakan dalam percaturan kebijakan adalah Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM). Padahal jika kita mengenal lebih jauh dan dalam, peran
UMKM bukanlah sekedar pendukung dalam kontribusi ekonomi nasional.
11
UMKM dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis.
Kondisi tersebut dapat dilihat dari berbagai data empiris yang mendukung bahwa
eksistensi UMKM cukup dominan dalam perekonomian Indonesia (Setyobudi 2007).
Usaha mikro, kecil dan menengah merupakan perluasan pengertian usaha
kecil dan menengah (UKM). Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)
merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara ataupun
daerah, tidak terkecuali di Indonesia. Definisi UMKM menurut pasal 1 Undang-
Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang UMKM sebagai berikut:
1) Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur
dalam undang-undang ini.
2) Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah
atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud
dalam undang-undang ini
3) Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha
besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana diatur dalam undang-undang ini
Adapun kriteria UMKM berdasarkan pasal 6 Undang-Undang Nomor 20
tahun 2008 tentang UMKM sebagai berikut:
a) Kriteria usaha mikro adalah memiliki kekayaan bersih paling banyak 50 juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil
penjualan tahunan paling banyak 300 juta rupiah
b) Kriteria usaha kecil adalah memiliki kekayaan bersih lebih dari 50 juta rupiah sampai dengan paling banyak 500 juta rupiah tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak
300 juta rupiah sampai dengan paling banyak 2.5 miliar rupiah
c) Kriteria usaha menengah adalah memiliki kekayaan bersih lebih dari 500 juta
rupiah sampai dengan paling banyak 10 miliar rupiah tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari 2.5
miliar rupiah sampai dengan paling banyak 50 miliar rupiah
Vektor Autoregresi
Model vektor autoregresi (VAR) adalah salah satu analisis model deret
waktu multivarian yang paling mudah, fleksibel dan banyak digunakan. Model
ini adalah pengembangan dari univariat autoregresi (AR). Model VAR telah
terbukti bermanfaat untuk menggambarkan tingkah laku dinamis dalam bidang
ekonomi ataupun deret waktu finansial dan bahkan untuk prakiraan. Model VAR
12
menjawab tantangan kesulitan yang ditemui akibat model struktural yang harus
mengacu pada teori. Dengan kata lain, model VAR tidak banyak tergantung pada
teori, tetapi hanya perlu menentukan variabel yang saling berinteraksi
(menyebabkan) yang perlu dimasukkan dalam sistem, dan banyaknya variabel
jeda yang perlu diikutsertakan dalam model yang diharapkan dapat menangkap
keterkaitan antar variabel dalam sistem.
Misalkan ada sistem bivariat sederhana sebagai berikut
yt = b10 + b12zt + 11yt-1 + 12 zt-1 + yt (1)
zt = b20 + b21yt + 21yt-1 + 22 zt-1 + zt (2)
Asumsi untuk kedua persamaan tersebut adalah:
1. yt dan zt harus stasioner 2. yt dan zt merupakan ingar putih dengan simpangan baku masing-masing
adalah sy dan sz
3. { yt } dan { zt } tidak berkolerasi Persamaan (1) dan (2) merupakan model VAR ordo pertama dengan syarat
bahwa panjang lagnya adalah sama. Model VAR ordo pertama ini sangat berguna
bagi ilustrasi sistem peubah ganda ordo yang lebih tinggi. Struktur sistem
persamaan tersebut merupakan gabungan umpan balik, karen yt dan zt saling
memberikan efek satu sama lain. Persamaan (1) dan (2) merupakan bentuk yang
belum direduksi karena yt mempunyai pengaruh yang sama terhadap zt dan
sebaliknya zt juga berpengaruh terhadap yt. Kedua persamaan tersebut dapat
ditransformasi menjadi bentuk yang lebih berguna. Dengan menggunakan aljabar
matriks, persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut
1 12
21 1
= 1020
+ 11 1221 22
11
+
(3)
Atau
Bxt = 0 + 1xt-1 + zt (4)
Dimana
B = 1 12
21 1 , xt =
, 0 = 1020
1 = 11 1221 22
, t =
Karena B adalah matrik berpangkat penuh maka jika dikalikan dengan B-1
akan didapat model VAR standar berbentuk
xt = A0 + A1xt-1 + A2xt-2 + + Apxt-p + et (5)
Dimana
A0 = B-1
0, A1 = B-1
1, dan et = B-1
t
Untuk kepentingan notasi, unsur ke-i dari vektor A0 dapat didefinisikan
sebagai ai0, unsur baris ke-i kolom ke-j dari matriks A1 dapat didefinisikan
sebagai aij, dan unsur ke-i dari vektor et didefinisikan sebagai eit. Menggunakan
notasi-notasi baru ini, maka persamaan (5) dapat ditulis kembali dalam bentuk
13
yt = a10 + a11yt-1 + a12zt-1 + e1t (6)
zt = a20 + a21yt-1 + a22zt-1 + e2t (7)
Persamaan (1) dan (2) dinamakan VAR struktural atau sistem primitif,
sedangkan persamaan (6) dan (7) dinamakan bentuk VAR standar. Sehingga,
secara umum model VAR ordo p dapat diformulasikan seperti pada persamaan (8)
xt = A0 + A1xt-1 + A2xt-2 + + Ap xt-p + et (8)
Dimana
xt = vektor berukuran n x 1 yang berisi n peubah yang masuk ke dalam model
VAR
A0 = vektor intersep berukuran n x 1
Ai = matrik koefisien berukuran n x n
et = vektor sisaan berkukuran n x 1
Metode yang diperkenalkan oleh Sims hanya memerlukan sedikit peubah
yang akan masuk ke dalam model VAR dan penentuan panjang lag yang sesuai.
Peubah-peubah yang akan dimasukan ke dalam model VAR harus dipilih
berdasarkan hubungan ekonomi yang relevan. Uji panjang lag akan memilih
panjang lag yang sesuai. Sebaliknya, tidak ada ketentuan eksplisit yang dibuat
guna mengurangi jumlah parameter yang akan diduga. Matriks A0 mengandung
sebanyak n intersep dan masing-masing matriks Ai mengadung n2 koefisien, oleh
karenanya terdapat n+pn2 item yang harus diduga. Keadaan ini menjadikan
model VAR akan over parameter, sehingga banyak koefisien yang diduga dapat
dikeluarkan dari model (Enders 1995).
Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu yang dijadikan referensi dalam penelitian ini
berdasarkan topik, variabel dan metode analisis disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Ringkasan penelitian terdahulu
Judul/Peneliti/Tahun Variabel Metode
analisis Hasil penelitian
Does Foreign Bank
Penetration Reduce
Access to Credit in
Developing Countries?
Evidence From Asking
Borrowers/Goerge
R.G. Clarke, Robert
Cull and Maria Soledad
Martinez Peria/2002
Foreign
Banks, Banking
Sektor,
Enterprise
Charactestics,
Macroeconimic
Factors,
Regional
Dummies and
Sector of
Operations
Econometric
Methodology
Partisipasi bank
asing
meningkatkan
kondisi
pembiayaan
(jumlah dan
persyaratan) bagi
semua jenis
perusahaan/usaha
14
Lanjutan Tabel 3
Judul/Peneliti/Tahun Variabel Metode
analisis Hasil penelitian
Financing Micro,
Small and Medium
Enterprises (MSMES)
In India Duringm Post
Liberalization Period:
A Study on Traditional
and Unconventional
Approaches of
Financing/ Rajib
Lahiri/2012
Annual
Growth Rate
of MSME,
percentage of
Net Bank
Credit
Offered to the
MSMEs
Statistical
tool to
analyze the
trend
Kredit yang
ditawarkan kepada
UMKM menunjukkan
tren berfluktuasi,
dengan berlakunya the
MSMED act UMKM
masuk ke dalam
kategori sama.
Penawaran kredit
sebelum pelaksanaan
the MSMED act
menunjukkan tren
penurunan
The Role of Small
Business Investments
in Limiting the Impact
of the Global
Financial Crises on
Jordan Economy/M
Awwad
Alzyadat/2011
effects on
economic
development,
small
business role,
and future
predictions of
the crises
Descriptive
analysis
methodology,
Menunjukan peran
positif investasi usaha
kecil dalam mengatasi
krisis keuangan di
Yordania
Perkembangan Skala
Usaha Perbankan
Syariah di Indonesia
Pra dan Pasca
Kebijakan Office
Channeling/Hairiennis
a Rohaya/2008
Dana Pihak
Ketiga (DPK)
Bank
Syariah,
Jaringan
Kantor Bank
Syarih,
Kompetitor/S
ubstitusi,
Variabel
Dummy
Statistik
Deskriptif
dan Regresi
Linier
Berganda
Variabel DPK dan
Jaringan kantor
berpengaruh positif
terhadap total aset
perbankan syariah.
Peningkatan total aset,
DPK cukup signifikan
sebelum office
channeling sedangkan
jumlah jaringan kantor
signifikan diluar office
channeling
Analisis Vektor
Autoregresi (VAR)
terhadap Hubungan
Antara Produksi
Biodiesel dan Harga
Minyak Sawit di
Indonesia/Dhani
Satria Wibawa/2012
Produksi
biodiesel,
Harga CPO,
Harga Tanda
Buah Segar
dan Harga
Minyak
Goreng
Metode
Vector
Autoregressi
on (VAR)
Hasil uji kausalitas
Granger menunjukkan
HTBS mempengaruhi
HCPO, dan semua
variabel
mempengaruhi PBIO.
Fluktuasi HCPO
dipengaruhi oleh
HCPO sendiri
(70.18%) Sumber : Clarke et al (2002), Lahiri (2012), Alzydat (2011), Rohaya (2008) dan Wibawa (2012)
15
3 METODE
Kerangka Pemikiran Penelitian
Kerangka pemikiran penelitian (Gambar 3) beranjak dari animo masyarakat
yang meningkat terhadap pembiayaan syariah, Pemerintah melalui Bank
Indonesia menerbitkan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 dan disempurnakan
menjadi Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998, tentang perbankan yang
memberikan ruang terhadap keberadaan bank syariah dengan diberlakukan dua
sistem perbankan di tanah air (dual banking system). Untuk meningkatkan
peranan perbankan syariah dalam perluasan jaringan pelayanan transaksi yang
akan menjangkau masyarakat lebih luas dan optimalisasi keberadaan layanan
syariah yang ada di bank umum konvensional, Bank Indonesia menerbitkan PBI
Nomor 9/7/PBI/2007 yaitu tentang kebijakan untuk memperluas layanan (office
channeling) yang tidak hanya untuk pendanaan tetapi juga mencakup pembiayaan.
Gambar 3 Kerangka pemikiran penelitian
Pembiayaan Syariah
Dual Banking System
Menganalisis perkembangan perbankan syariah
Animo masyarakat terhadap
pembiayaan syariah
Sebelum office channeling
Penyaluran pembiayaan di sektor UKM
Sesudah office channeling
Implikasi dan Pembahasan
Analisis VAR & Uji Beda
16
Pembiayaan yang disediakan melalui lembaga keuangan bank terhadap
sektor riil dapat memperkuat pengembangan usaha UKM dan dengan adanya
kebijakan office channeling diharapkan dapat mempermudah pihak perbankan
dalam penyaluran pembiayaan syariah di sektor UKM. Perkembangan perbankan
syariah dalam penyaluran pembiayaan di sektor UKM akan dilihat dari dua sisi
yaitu sebelum dan sesudah office channeling. Apakah dengan adanya office
channeling akan terjadi peningkatan pembiayaan syariah di sektor UKM,
variabel-variabel apa yang mempengarui perkembangan perbankan syariah
semakin meningkat dan apakah berpengaruh dalam peningkatan penyaluran
pembiayaan di sektor UKM. Analisis terhadap varabel-variabel perkembangan
perbankan syariah diharapkan dapat memberikan gambaran perkembangan
perbankan syariah dalam penyaluran pembiayaan di sektor UKM selanjutnya.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder dalam
bentuk bulanan yang diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia (SPI-BI) dan
Statistik Perbankan Syariah Indonesia (SPS-BI). Data tersebut merupakan data
time series dari tahun 2006 sampai 2012. Selain itu, juga melakukan studi
pustaka dengan melakukan pencarian dan pembelajaran mengenai literatur-
literatur yang berkaitan dengan penelitian tentang perbankan syariah, pembiayaan
dan usaha mikro kecil dan menengah serta metode-metode yang digunakan.
Literatur tersebut dapat berupa buku, laporan tesis, jurnal dan media yang dapat
dibuktikan kebenarannya.
Variabel dan Definisi Operasional
Terdapat enam variabel yang digunakan dalam penelitian, berikut variabel
dan definisi operasinalnya :
1) Pembiayaan yang diberikan perbankan syariah di sektor UKM (PYD) dalam satuan miliar rupiah
2) Pertumbuhan aset perbankan syariah (GAST) dalam satuan miliar rupiah 3) Dana pihak ketiga perbankan syariah (DPK) dalam satuan miliar rupiah 4) Non Performing Financing perbankan syariah, yaitu rasio pembiayaan
bermasalah terhadap total pembiayaan (NPF) dalam satuan persentase
NPF : Pembiayaan bermasalah x 100%
Total pembiayaan
5) Efisiensi perbankan syariah, yaitu rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) dalam satuan persentase
BOPO : Biaya operasional x 100%
Pendapatan operasional
17
6) Jumlah pekerja sebagai sumberdaya insani pada perbankan syariah (PKJ) dalam satuan orang
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data dilakukan secara deskriptif baik secara
kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui
gambaran perkembangan perbankan syariah dalam penyaluran pembiayaan di
sektor UKM sebelum dan sesudah office channeling. Sementara itu, analisis
kuantitatif dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel perkembangan
perbankan syariah dan menganalisis respon dinamis terhadap guncangan variabel-
variabel perkembangan perbankan syariah dengan menggunakan metode Vector
Autoregression (VAR), metode Granger Causality (Kausalitas Granger) dan
melakukan uji beda. Pengolahan data dengan menggunakan perangkat lunak
Microsoft office excel, Minitab 14 dan Eviews 8. Data yang telah diolah
selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel dan diuraikan secara deskriptif.
Metode Vector Autoregression (VAR)
Metode Vector Autoregression (VAR) adalah suatu sistem persamaan yang
memperlihatkan setiap variabel sebagai fungsi linier dari konstanta dan nilai lag
dari variabel itu sendiri serta nilai lag dari variabel lain yang ada dalam sistem.
Vector Autoregression (VAR) berordo p dengan n peubah tak bebas pada waktu
ke-t dapat dimodelkan dan dapat lihat pada persamaan (9) (Enders 1995).
Yt = Ao + A1 Yt-1 + A2 Yt-2 + + Ap Yt-p + ut (9)
Dimana :
Yt = vektor peubah tak bebas (Y1t, Y2t,Ynt) berukuran n x 1
A0 = vektor intersep berukuran n x 1
Ai = matrik parameter berukuran n x n, untuk setiap i = 1,2,, p
ut = vektor sisaan (u1t, u2t,unt)
Metode analisis VAR akan digunakan dalam penelitian apabila data-data
yang digunakan stasioner dan tidak memiliki kointegrasi. Sedangkan apabila
data-data yang digunakan tidak stasioner namun memiliki kointegrasi maka
metode analisis Vector Error Correction Model (VECM) yang digunakan. Sistem
persamaan VAR merupakan sebuah sistem persamaan multivarian dimana sistem
VAR membuat seluruh variabel menjadi endogenous dan menurunkan distributed
lags-nya. Gujarati (2003) menyebutkan keunggulan dari analisis VAR antara lain
adalah:
1. Metode ini sederhana, peneliti tidak perlu membedakan antara variabel endogen dan eksogen
18
2. Estimasinya sederhana karena dapat digunakan metode Ordinary Least Square (OLS) pada tiap-tiap persamaan secara terpisah
3. Hasil prakiraan (forecast) yang diperoleh dengan menggunakan metode ini dalam banyak kasus lebih baik dibandingkan dengan hasil yang diperoleh
dengan menggunakan model persamaan simultan yang lain
Menurut Manurung (2005), jika simultansi antara beberapa variabel benar
maka dapat dikatakan bahwa variabel tidak dapat dibedakan mana variabel
endogen dan variabel eksogen. Pernyataan ini merupakan jiwa dari vector
autoregressive models, masalah variabel endogen dan eksogen dapat diatasi
dengan granger causality test. Model VAR adalah bentuk autoregressif yang
disebabakan oleh munculnya nilai lag dari variabel dependen dan disturbance
term error pada sisi kanan persamaan. Adapun model VAR yang digunakan
dalam penelitian ini dalam bentuk matriks sebagai berikut
=
123456
+
111213141516212223242526313233343536414243444546515253545556616263646566
+
123456
Dimana
PYD = Pembiayaan yang diberikan di sektor UKM perbankan syariah
GAST = Pertumbuhan aset perbankan syariah
DPK = Dana pihak ketiga perbankan syariah
NPF = Rasio pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan
perbankan syariah
BOPO = Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional
perbankan syariah
PKJ = Jumlah pekerja perbankan syariah
Keenam variabel saling mempengaruhi satu sama lain sehingga menjadi
model VAR, persamaan model VAR disajikan sebagai berikut.
PYDt = a1 + b1jPYDt-j + c1jGASTt-j + d1jDPKt-j + e1jNPFt-j +
f1jBOPOt-j + g1jPKJt-j + 1 GASTt = a2 + b2jGASTt-j + c2jPYDt-j + d2jDPKt-j + e2jNPFt-j +
f2jBOPOt-j + g2jPKJt-j + 2 DPKt = a3 + b3jDPKt-j + c3jPYDt-j + d3jGASTt-j + e3jNPFt-j +
f3jBOPOt-j + g3jPKJt-j + 3 NPFt = a4 + b4jNPFt-j + c4jPYDt-j + d4jGASTt-j + e4jDPKt-j +
f4jBOPOt-j + g4jPKJt-j + 4 BOPOt = a5 + b5jBOPOt-j + c5jPYDt-j + d5jGASTt-j + e5jDPKt-j +
f5jNPFt-j + g5jPKJt-j + 5 PKJt = a6 + b6jPKJt-j + c6jPYDt-j + d6jGASTt-j + e6jDPKt-j +
f6jNPFt-j + g6jBOPOt-j + 6
19
Adkins (2013) mengatakan bahwa model vektor autoregresi merupakan
kerangka umum untuk menggambarkan hubungan dinamis antara variabel-
variabel stasioner. Jadi langkah pertama dalam analisis adalah menentukan
apakah data yang dimiliki stasioner atau tidak. Jika tidak, menggunakan turunan
pertama dari data tersebut dan dianalisis kembali. Biasanya jika level (log-level)
dari data deret waktu tersebut tidak stasioner maka turunannya akan stasioner.
Model VAR tidak tergantung pada teori, namun mensyaratkan adanya beberapa
pengujian antara lain; Uji Stasioneritas, Uji Kointegrasi serta Penentuan Lag
Optimal.
1. Pengujian stasioner Pengujian stasioner pada data time series penting dilakukan untuk menguji
apakah data yang dipakai benar-benar bersifat stationary atau non-stationary.
Data deret waktu dikatakan bersifat stasioner jika data tersebut menunjukkan
pola yang konstan dari waktu ke waktu. Masalah kestasioneran data menjadi
sangat penting karena data yang tidak stasioner akan menghasilkan spurious
regression (regresi palsu), yaitu regresi yang menggambarkan hubungan dua
variabel atau lebih yang nampaknya signifikan secara statistik namun pada
kenyataannya tidak demikian. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
mengukur keberadaan stasioneritas data, salah satunya adalah dengan
menggunakan The Augmented Dickey Fuller (ADF) test. Jika nilai ADF
statistiknya lebih kecil dari MacKinnon Critical Value maka dapat disimpulkan
bahwa data tersebut stasioner. Namun jika nilai ADF statistiknya lebih besar
dari MacKinnon Critical Value maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut
tidak stasioner. Apabila uji ADF telah dilakukan pada data time series dan
diketahui bahwa hasilnya adalah tidak stasioner maka dapat dilakukan
difference non stationary processes (Enders 1995). Menurut Gujarati (2003),
ADF dapat diuji dengan persamaan (10).
Yt = 1 + 2t + Yt-1 + i = + t (10)
Dimana t = pure white noise error term, Yt-1 = (Yt-1 - Yt-2) dan seterusnya
Selain itu, perlu dilakukan uji nilai t-statistik dari estimasi , untuk mengetahui
apakah data time series bersifat stasioner atau tidak. Uji statistik memiliki
rumus sebagai berikut.
thit = /S
dengan pengujian hipotesis yaitu H0 : = 0 (terdapat akar-akar unit atau tidak
stasioner) dengan hipotesis alternatifnya H1 : < 0 (tidak terdapat akar-akar
unit atau stasioner). Apabila nilai t-statistik lebih kecil dari nilai statistik ADF,
maka hasil yang didapat adalah tolak H0. Maka data yang digunakan bersifat
stasioner atau tidak terdapat unit root dan sebaliknya. Banyak teori
kemungkinan dari deret waktu mengasumsikan bahwa data deret waktu
mempunyai rataan dan varian yang konstan dari waktu ke waktu. Komponen
yang tidak stasioner dari data deret waktu biasanya dapat dihilangkan guna
menjadikan data tersebut stasioner, misalnya dengan melakukan pembedaan
20
(differencing) guna menghilangkan variasi karena tren atau musiman (SAS
Institute Inc. 1996)
2. Penentuan Lag Optimal Salah satu hal yang sangat penting dalam menggunakan VAR atau VECM
adalah menentukan lag (lampau) yang optimal. Panjang lag menunjukkan
derajat bebas, jika panjang lag dilambangkan p, maka setiap n persamaan berisi
n.p koefisien ditambah dengan intersep. Dalam memilih panjang lag peubah-
peubah yang masuk dalam model VAR, menginginkan panjang lag yang cukup
sehingga dapat menangkap dinamika sistem yang aka dimodelkan. Disisi lain,
lag yang lebih panjang akan mengakibatkan lebih banyak jumlah parameter
yang harus diduga dan derajat bebas lebih sedikit. Penentuan lag yang optimal
dapat dibantu dengan menggunakan kriteria Akaike Information Criterion
(AIC), Schwarz Information Criteria (SC) dan Hannan Quinnon Criterion
(HQ), Untuk menetapkan tingkat lag yang paling optimal, model VAR atau
VECM harus diestimasi dengan tingkat lag yang berbeda-beda. Kemudian
apabila menggunakan kriteria SC maka nilai SC yang paling kecil dipakai
sebagai patokan pada tingkat lag paling optimal, karena nilai SC minimum
menggambarkan residual (error) yang paling kecil. Menurut Gujarati (2003),
lag yang akan dipilih adalah model dengan nilai yang paling kecil, karena jika
terlalu banyak panjang lag maka akan mengurangi degree of freedom atau
derajat bebas, sehingga lag yang lebih kecil disarankan untuk dapat
memperkecil spesifikasi error. Perhitungan dari AIC dan SC dapat lihat pada
persamaan (11) dan (12) (Enders 1995).
AIC = T ln ()
+ 2 (11)
SC = T ln ()
+ ln() (12)
Dimana
T = Jumlah observasi yang digunakan
k = panjang lag
SSR = the residual sum of squares
n = jumlah parameter yang diestimasi
Jumlah lag dapat ditentukan dengan menggunakan R2 terkoreksi atau
menggunakan AIC mengukur kebaikan model yang memperbaiki kehilangan
derajat bebas ketika lag tambahan dimasukan ke dalam model. Statistik dapat
digunakan untuk membantu jumlah lag yang masuk ke dalam model VAR. Dalam
banyak aplikasi model VAR, AIC digunakan sebagai cara yang objektif untuk
menentukan jumlah lag yang disertakan dalam model (Pindyck dan Rubinfeld
1981).
3. Pengujian Kointegrasi Uji kointegrasi dilakukan untuk menentukan kointegrasi antar variabel yang
tidak stasioner, dimana kombinasi linear dari dua atau lebih variabel yang tidak
stasioner akan menghasilkan varibel yang stasioner. Kointegrasi dapat
diinterpretasikan sebagai hubungan jangka panjang antar variabel yang telah
memenuhi persyaratan selama proses integrasi yaitu dimana semua variabel
telah stasioner pada derajat yang sama yaitu derajat 1. Uji kointegrasi
menggunakan uji kointegrasi Johansen dengan hipotesis sebagai berikut : H0 =
tidak terkointegrasi, dan hipotesis alternatifnya H1 = kointegrasi. Jika trace
21
statistic > critical value, maka tolak H0 atau terima H1 yang artinya terjadi
kointegrasi. Analisis Vector Error Correction Model (VECM) dapat
dilanjutkan setelah jumlah persamaan yang terkointegrasi diketahui.
Metode Granger Causality (Kausalitas Granger)
Kausalitas Granger ditujukan untuk mengukur kekuatan hubungan antar
variabel dan menunjukkan arah hubungan sebab akibat, dimana X menyebabkan
Y, Y menyebabkan X, atau X menyebabkan Y dan Y menyebabkan X. Uji
kausalitas Granger dipercaya jauh lebih bermakna dari uji korelasi biasa (Ascarya
2009). Dengan melakukan uji kausalitas Granger dapat diketahui beberapa hal,
sebagai berikut:
1. Apakah X mendahului Y, apakah Y mendahului X, atau hubungan X dan Y timbal balik.
2. Suatu variabel X dikatakan menyebabkan variabel lain Y, apabila Y saat ini diprediksi lebih baik dengan menggunakan nilai-nilai masa lalu X.
3. Asumsi dalam uji ini adalah bahwa X dan Y dianggap sepasang data runtut waktu yang memiliki kovarian linier yang stasioner.
Secara matematis, persamaan kausalitas Granger ini dapat dituliskan seperti
pada persamaan (13) dan (14).
Yt = aiYt-i + bjXt-j + vt ; X Y jika bj > 0 (13)
Xt = ciYt-i + djXt-j + ut ; Y X jika dj > 0 (14)
Dari hasil regresi persamaan (13) dan (14) di atas, maka akan dihasilkan
empat kemungkinan nilai koefisien regresi, masing-masing nilai koefisien adalah:
1. Jika secara statistik 0=1 dan = 0 =1 maka terdapat kausalitas
satu arah (unidirectional causality) dari X ke Y
2. Jika secara statistik = 0=1 dan 0 =1 maka terdapat kausalitas
satu arah (unidirectional causality) dari Y ke X
3. Jika secara statistik = 0=1 dan = 0 =1 maka antara Y ke X tidak
saling mempengaruhi (independence atau tidak signifikan) antara satu dengan
yang lainnya.
4. Jika secara statistic 0=1 dan 0=1 maka antara Y ke X terdapat
hubungan kausalitas (feedback atau bilateral causality) antara satu dengan
yang lainnya
Data akan diolah dan dianalisis sesuai dengan metode analisis yang
digunakan, berikut bagan alir dari proses analisis dan uji statistik disajikan pada
Gambar 4.
22
Statistik Inferensia
Statistik inferensia digunakan untuk menguji hipotesis tentang apakah
terdapat perbedaan perkembangan perbankan syariah setelah office channeling.
Secara umum hipotesis usulan penelitian adalah
H0 : tidak ada perbedaan yang nyata antara perkembangan perbankan syariah
sebelum dan setelah office channeling (H0: 1 = 2)
H1 : terdapat perbedaan yang nyata antara perkembangan perbankan syariah
sebelum dan setelah office channeling (H1: 1 2)
Data
Uji Stasioneritas
Penentuan
Panjang Lag
Uji Kointegrasi
Terkointegrasi ?
Vector Error
Correction Model
(VECM)
VAR Difference
Uji dan Analisis
Kausalitas Granger
Analisis IRF (Implulse
Response Function)
Analisis VD (Variance
Decomposition
Kesimpulan
Augmented
Dickey Fuller Test
Johansens
Cointegration
Tidak
Ya
Gambar 4 Bagan alir dari proses analisis dan uji statistik
23
Statistik inferensia yang digunakan adalah statistik-z dengan formula secara
berturut-turut adalah (Weiss & Haset 1982)
dimana
Statisitik-z digunakan untuk sampel besar, sedangkan untuk pengujian untuk
sampel kecil digunakan statistik-t dengan formula (Newbold et al. 2007).
dimana
Sd adalah standar deviasi sampel, n adalah jumlah pengamatan sementara, d
adalah perbedaan perkembangan perbankan syariah dan adalah rata-rata perbedaan perkembangan perbankan syariah sebelum dan setelah adanya office
channeling. Kriteria penerimaan hipotesis ditentukan adalah: Jika Zstat > Z(,df) =
Tolak H0, sebaliknya jika Zstat < Z(,df) = maka kita akan menerima H0. Hal yang
sama untuk kriteria statistik t dimana jika tstat > ttabel = Tolak H0, sebaliknya jika
tstat < ttabel maka kita akan menerima H0.
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis penelitian perkembangan perbankan syariah di Indonesia dengan
metode analisis vektor autoregresi (VAR) dan menggunakan aplikasi perangkat
lunak Eviews versi 8. Analisis VAR mengharuskan data yang digunakan stasioner
pada level, jika data yang digunakan tidak stasioner pada level maka analisis VAR
tetap dapat digunakan setelah data ditransformasikan sehingga menjadi stasioner.
Pengujian dalam analisis VAR meliputi uji stasioneritas data, penentuan lag
optimal, uji kointegrasi, uji kausalitas Granger, dan melakukan analisis impuls
response function (IRF) serta forecast error variance decomposition (FEVD).
Untuk mengetahui perkembangan perbankan syariah sebelum dan sesudah office
channeling dalam penyaluran pembiayaan di sektor UKM dilakukan uji beda
dengan pengujian statistik-t.
24
Hasil Analisis Data
Uji Stasioneritas Data
Permasalahan yang sering dihadapai pada data time series adalah
ketidakstasioneran data, analisis dengan ordinary least squares (OLS) untuk data
yang tidak stasioner akan menghasilkan regresi palsu (spurious regression). Plot
data deret waktu yang berfluktuasi dengan ragam yang konstan disekitar rataan
yang konstan menunjukkan bahwa deret waktu tersebut stasioner. Sedangkan plot
data deret waktu yang tidak berfluktuasi disekitar rataan yang konstan atau tidak
berfluktuasi dengan ragam yang konstan mengindikasikan bahwa data deret waktu
tersebut tidak stasioner. Apabila data deret waktu sudah stasioner metode analisis
yang digunakan adalah VAR, sedangkan apabila semua data deret waktu atau
salah satu tidak stasioner pada data asli (level) maka dilakukan pembedaan dan
model yang dipilih adalah VECM. Artinya data stasioner harus pada pembedaan
yang sama, karena seluruh variabel harus berada pada derajat yang sama.
Uji stasioneritas data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan
metode Augmented Dickey Fuller Test (uji ADF). Uji stasioner secara informal
dapat dilihat dari plot data, jika dalam grafik terlihat ada kecenderungan
peningkatan nilai seiring bertambahnya waktu maka kemungkinan data belum
stasioner. Plot data sebelum pembedaan (level) dan sesudah pembedaan (1st
Difference) dari varibel perkembangan perbankan syariah dapat dilihat pada
Lampiran 1, masing-masing plot data menunjukkan tanda adanya peningkatan
nilai sehingga dapat diambil kesimpulan sementara bahwa variabel-variabel
penelitian memiliki data belum stasioner. Untuk memastikan kestasioneran data
maka dilakukan uji formal menggunakan Augmented Dickey Fuller Test (uji
ADF) dengan menggunakan taraf nyata 5%. Jika nilai t-ADF lebih kecil dari nilai
kritis MacKinnon, maka dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan adalah
stasioner (tidak mengandung akar unit). Pengujian akar-akar unit ini dilakukan
pada level sampai dengan first difference.
Tabel 4 Hasil uji stasioneritas data
Variabel Nilai ADF Nilai kritis MacKinnon 5%
Level 1st Difference Level 1
st Difference
GAST -10.00012* -14.74301* -2.896779 -2.897678
NPF -1.484142 -12.72416* -2.897223 -2.897223
PYD -0.601827 -8.623089* -2.896779 -2.897223
DPK 0.778581 -11.29456* -2.896779 -2.897223
BOPO -3.214249* -12.67344* -2.896779 -2.897223
PKJ -0.593668 -9.477689* -2.896779 -2.897223 Sumber : Lampiran 1
*) menunjukkan data stasioner pada taraf 5%
Hasil uji stasioneritas data (Tabel 4) menunjukkan bahwa variabel-variabel
yang digunakan dalam penelitian tidak seluruhnya stasioner pada level.
25
Ketidakstasioneran data dapat dilihat dari nilai t-ADF yang lebih besar dari nilai
kritis MacKinnon pada taraf nyata 5%. Variabel pertumbuhan aset (GAST) dan
rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) memilik data
stasioner pada level, sedangkan variabel lainnya tidak stasioner. Oleh karena itu,
pengujian akar-akar unit perlu dilanjutkan pada first difference. Setelah dilakukan
first difference, maka semua data variabel penelitian stasioner pada taraf nyata 5%.
Artinya semua data yang digunakan pada penelitian ini terintegrasi pada ordo 1
atau dapat disingkat menjadi I(1). Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa
apabila semua data deret waktu atau salah satu tidak stasioner pada level nol (0)
maka dilakukan pembedaan dan model yang dipilih adalah vector error correction
model (VECM).
Penentuan Lag Optimal
Penentuan panjang lag sangat penting dalam pendekatan VAR karena lag
dari varabel endogen dalam sistem persamaan akan digunakan sebagai variabel
eksogen. Pengujian ini dilakukan untuk menentukan jumlah lag optimal yang
dapat digunakan dalam variabel yang akan dianalisis. Penentuan lag dapat
digunakan dengan beberapa pendekatan yaitu; Likelihood Ratio (LR), Final
Prediction Error (FPE), Akaike Information Criterion (AIC), Schwarz Criterion
(SC) dan Hannan Quinnon Criterion (HQ). Model yang baik adalah model yang
memberikan tingkat error yang paling kecil.
Tabel 5 Hasil uji lag optimal
Lag LogL LR FPE AIC SC HQ
1 53.69480 NA 2.55e-08* -0.459605* 0.636200* -0.021293* 2 87.18946 56.54943 2.76e-08 -0.394532 1.797079 0.482093
3 119.0468 48.82035 3.19e-08 -0.286930 3.000485 1.028007
4 135.6605 22.87083 5.69e-08 0.216610 4.599830 1.969859
5 171.6866 43.97988 6.49e-08 0.215932 5.694958 2.407495
6 201.1535 31.38029 9.50e-08 0.385624 6.960455 3.015499
7 259.7591 53.27786* 7.31e-08 -0.201535 7.469101 2.866652 Sumber : Lampiran 2
*) indicates lag order selected by the criterion
Hasil pengujian lag optimal (Tabel 5) menunjukkan ke-4 kriteria yaitu FPE,
AIC, SC dan HQ menentukan panjang lag yang sama yaitu pada lag 1, sedangkan
kriteria lain yaitu LR menentukan panjang lag 7. Dalam penelitian ini, untuk
menentukan tingkat lag optimal digunakan nilai Schwarz Information Criteria
(SC) yang terkecil. Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan perhitungan nilai SC
untuk setiap lag-nya, dari perhitungan nilai SC diperoleh nilai minimum pada lag
1, sehingga diperoleh lag optimal adalah lag 1. Selanjutnya uji kointegrasi,
estimasi VECM dan variance decomposition akan dilakukan pada lag optimal.
26
Uji Kointegrasi
Konsep kointegrasi merupakan fenomena kombinasi linear dari dua atau
lebih variabel yang tidak stasioner akan menjadi stasioner. Uji kointegrasi
dilakukan karena data yang digunakan berfluktuasi dengan asumsi data tidak
stasioner dan untuk menentukan apakah data mengalami kointegrasi atau tidak.
Pengujian kointegrasi dilakukan dalam rangka memperoleh hubungan jangka
panjang antar variabel yang telah memenuhi persyaratan selama proses integrasi
yaitu dimana semua variabel telah stasioner pada derajat yang sama yaitu derajat
satu atau I(1). Untuk mengetahui keterkaitan jangka panjang antar variabel
dalam penelitian ini dilakukan uji Kointegrasi Johansen. Kriteria pengujian
kointegrasi didasarkan pada trace-statistics, jika nilai trace-statistics lebih kecil
dibandingkan nilai critical value maka variabel-variabel tersebut tidak
terkointegrasi. Sebaliknya jika nilai trace-statistics lebih besar dibandingkan nilai
critical value maka variabel-variabel tersebut terkointegrasi. Hasil pengujian
kointegrasi (Tabel 6) menunjukkan bahwa terdapat 6 persamaan terkointegrasi
pada taraf nyata 5%, dilihat nilai trace-statistics lebih besar dibandingkan nilai
critical value. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing variabel saling
mempengaruhi dan memiliki hubungan stabilitas atau keseimbangan dan
kesamaan pergerakan dalam jangka panjang.
Tabel 6 Hasil uji kointegrasi
Hypothesized Trace 0.05
no. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical value Prob.**
None * 0.539163 190.3909 95.75366 0.0000
At most 1 * 0.451505 126.8646 69.81889 0.0000
At most 2 * 0.342433 77.61724 47.85613 0.0000
At most 3 * 0.235827 43.24207 29.79707 0.0008
At most 4 * 0.182167 21.18730 15.49471 0.0062
At most 5 * 0.055674 4.697302 3.841466 0.0302
Trace test indicates 6 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level
Sumber : Lampiran 3
Pembahasan
Pengaruh Variabel Perkembangan Perbankan Syariah
Pengaruh variabel-variabel perkembangan perbankan syariah dapat
dijelaskan dengan melihat hasil estimasi VECM. Persamaan rasio biaya
operasional terhadap pendapatan operasional sebagai variabel endogen dan
dipengaruhi oleh rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional itu
sendiri, dana pihak ketiga, pertumbuhan aset, NPF, jumlah pekerja dan penyaluran
pembiayaan di sektor UKM pada 1 periode sebelumnya disajikan pada Tabel 7.
Pada periode jangka panjang menunjukkan variabel penyaluran pembiayaan di
27
sektor UKM berpengaruh negatif dan signifikan pada taraf nyata 5%. Apabila
terjadi peningkatan penyaluran pembiayaan di sektor UKM sebesar 1% pada 1
periode sebelumnya maka akan menurunkan rasio biaya operasional terhadap
pendapatan operasional sebesar 0.862424%. Sedangkan persamaan rasio biaya
operasional terhadap pendapatan opera