kebijakan moneter kelompok 7

33
KEBIJAKAN MONETER Disusun Oleh: Candra Agus Setiawan (04) Irsana Elkana Manik (19) Muchamad Fadjrin Syaiful Annas (30) Kelas 7D Program Diploma IV Akuntansi – Kurikulum Khusus Tahun Pelajaran 2013/2014 SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

Upload: irsan-elkana

Post on 21-Dec-2015

231 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

kebihakan moneter

TRANSCRIPT

Page 1: Kebijakan Moneter Kelompok 7

KEBIJAKAN MONETER

Disusun Oleh:

Candra Agus Setiawan (04)

Irsana Elkana Manik (19)

Muchamad Fadjrin Syaiful Annas (30)

Kelas 7D

Program Diploma IV Akuntansi – Kurikulum Khusus

Tahun Pelajaran 2013/2014

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

2014

Page 2: Kebijakan Moneter Kelompok 7

Bab IPendahuluan

A. Latar Belakang

Sebagaimana diketahui bahwa negara Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi yang berlangsung sejak

beberapa tahun yang lalu. Tingginya tingkat krisis yang dialami negeri kita ini diindikasikan dengan laju inflasi

yang cukup tinggi. Sebagai dampak atas inflasi, terjadi penurunan tabungan, berkurangnya investasi, semakin

banyak modal yang dilarikan ke luar negeri, serta terhambatnya pertumbuhan ekonomi. Kondisi seperti ini tak

bisa dibiarkan untuk terus berlanjut dan memaksa pemerintah untuk menentukan suatu kebijakan dalam

mengatasinya.

Kebijakan moneter dengan menerapkan target inflasi yang diambil oleh pemerintah mencerminkan arah ke

sistem pasar. Artinya, orientasi pemerintah dalam mengelola perekonomian telah bergeser ke arah makin

kecilnya peran pemerintah. Tujuan pembangunan bukan lagi semata-mata pertumbuhan ekonomi yang tinggi,

tetapi lebih kepada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan

internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan

eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga

stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran

internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan

moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan

dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.

Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara

berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral

atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang agar

inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang.

Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut

yaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-

bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan kebijakan moneter?

2. Apakah fungsi dan jenis kebijakan moneter?

3. Apakah indikator dan instrumen kebijakan moneter?

4. Bagaimana strategi dan peran kebijakan moneter?

5. Bagaimana penerapan kebijakan moneter di Indonesia saat ini?

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pembahasan dalam makalah ini hanya terbatas pada kebijakan moneter.

Page 3: Kebijakan Moneter Kelompok 7

Bab IIPembahasan

A. Pengertian Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter dapat diartikan sebagai kebijakan yang dijalankan oleh bank sentral untuk

mengatur jumlah uang dalam perekonomian (Sadono Sukirno, 2008:417). Kebijakan ini

diterapkan sebagai pengawasan agar jumlah dan susunan uang dalam perekonomian dapat

membantu menciptakan tingkat kegiatan ekonomi yang tinggi dan stabil.

Menurut Nopirin, kebijakan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh penguasa moneter

(biasanya bank sentral) untuk mempengaruhi jumlah uang beredar dan kredit yang pada

gilirannya akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat. Bank sentral adalah lembaga

yang berwenang mengambil langkah kebijakan moneter untuk mempengaruhi jumlah uang

beredar.

Menurut Boediono, secara umum kebijakan moneter adalah tindakan pemerintah untuk

mempengaruhi situasi makro melalui pasar uang. Sedangkan secara khusus, kebijakan moneter

adalah tindakan makro pemerintah dengan cara mempengaruhi proses penciptaan uang.

Berdasarkan pengertian di atas, kebijakan moneter dapat diartikan sebagai kebijakan dalam

mengatur jumlah uang yang beredar di masyarakat untuk menjaga kestabilan nilai uang yang

ada. Kebijakan ini dikendalikan oleh pemerintah secara tidak langsung dengan menunjuk bank

sentral sebagai pelaksana tugas pokok dalam menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.

B. Fungsi Kebijakan Moneter

Menurut Sadono Sukirno, kebijakan moneter digunakan untuk mengawasi jumlah dan susunan

uang dalam perekonomian. Kebijakan yang dikendalikan oleh bank sentral ini, mempunyai

fungsi sebagai berikut:

1. Mengendalikan tingkat harga agar tetap stabil dan terjamin,

2. Mengatasi masalah pengangguran, dan

3. Sebagai alat untuk menggalakkan pertumbuhan ekonomi.

Kebijakan moneter merupakan bagian tak terpisahkan dari kebijakan makro ekonomi suatu

negara. Oleh karena itu, kebijakan moneter dan fiskal bersama-sama diarahkan untuk mencapai

sasaran akhir dari kebijakan ekonomi yaitu kesejahteraan masyarakat.

C. Jenis Kebijakan Moneter

Berdasarkan sifatnya, kebijakan moneter dapat dibedakan menjadi dua golongan (Sadono

Sukirno, 2008:310), yaitu:

1. Kebijakan moneter kuantitatif adalah kebijakan bank sentral yang bertujuan untuk

mempengaruhi jumlah penawaran uang dan suku bunga dalam perekonomian. Kebijakan

ini dapat dilakukan ketika perekonomian dalam masa inflasi atau deflasi.

Dalam masa deflasi, jumlah pengeluaran masyarakat lebih kecil daripada jumlah

penawaran barang yang tersedia dalam perekonomian. Oleh karena itu, jumlah penawaran

Page 4: Kebijakan Moneter Kelompok 7

uang perlu ditambah. Langkah ini akan menurunkan suku bunga dan atas penurunan ini

akan menggalakkan perkembangan kegiatan ekonomi sehingga tingkat kesempatan kerja

menjadi lebih tinggi dan pengangguran berkurang.

Dalam masa inflasi, jumlah pengeluaran masyarakat melebihi daripada jumlah penawaran

barangyang tersedia dalam perekonomian. Oleh sebab itu, pengeluaran agregat perlu

dikurangi melalui pengurangan dalam jumlah penawaran uang dan menaikkan suku bunga.

Langkah ini akan menurunkan pengeluaran agregat sehingga terdapat keseimbangan

diantara pengeluaran dalam ekonomi dengan jumlah penawaran barang.

2. Kebijakan moneter kualitatif adalah kebijakan bank sentral yang bertujuan untuk

mengawasi bentuk pinjaman dan investasi yang dilakukan oleh bank perdagangan.

Kebijakan ini dilakukan selain untuk mengawasi perkembangan penawaran uang juga

untuk mempengaruhi jenis pinjaman yang diberikan institusi keuangan. Hal ini

memungkinkan bank sentral menggalakkan pertumbuhan ekonomi ke arah yang

diharapkan.

Berdasarkan jenisnya, kebijakan moneter dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:

1. Kebijakan Moneter Ekspansif (Monetary Expansive Policy) adalah kebijakan bank sentral

yang diterapkan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar.

2. Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary Contractive Policy) adalah kebijakan bank

sentral yang diterapkan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini

dapat disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy)

D. Indikator Kebijakan Moneter

Untuk mencapai target yang dicanangkan, diperlukan suatu indikator kebijakan moneter yang

harus dikontrol oleh bank sentral. Indikator kebijakan moneter ini dapat disebut juga sebagai

target menengah atau intermediate target dalam usaha mencapai target akhir dari kebijakan

moneter. Indikator atau intermediate target tersebut merupakan variabel-variabel ekonomi yang

memengaruhi keseimbangan pasar uang karena sering bergejolak sesuai dengan perubahan yang

terjadi pada permintaan dan penawaran uang di pasar uang.

Dalam usaha pencapaian target yang telah ditetapkan, indikator yang dipilih harus dapat

dikendalikan dengan baik. Dalam hal ini, terdapat dua pilihan indikator yang dapat digunakan,

yaitu:

1. Tingkat suku bunga (interest rate)

Pada saat bank sentral menetapkan tingkat suku bunga sebesar x% per tahun, terjadi

pengharapan terhadap tingkat suku bunga yang ideal itu untuk dapat mendorong

kegiatan investasi. Hal ini, diharapkan akan mendorong pertumbuhan ekonomi pada tingkat

tertentu. Perlu untuk diketahui, proses pencapaian sasaran pertumbuhan ekonomi

membutuhkan waktu yang cukup panjang. Ketika dalam perjalanan waktu untuk mencapai

sasaran pertumbuhan ekonomi, tingkat suku bunga mengalami kenaikan dan telah

melampaui angka yang ditetapkan maka bank sentral akan segera melakukan ekspansi

Page 5: Kebijakan Moneter Kelompok 7

moneter dengan harapan suku bunga turun sampai pada tingkat tersebut. Sebaliknya,

apabila tingkat suku bunga mengalami penurunan, bank sentral akan melakukan kontraksi

moneter.

2. Jumlah uang beredar (monetary aggregate)

Merupakan salah satu indikator yang akan memberikan dampak positif yaitu tingkat harga

yang stabil. Ketika jumlah uang beredar bergejolak, bank sentral akan melakukan tindakan

kontraksi atau ekspansi moneter sehingga jumlah uang beredar akan relatif konstan pada

suatu jumlah yang ditetapkan. Namun demikian, berkaitan dengan indiktor tingkat suku

bunga, kebijakan ini akan mengakibatkan suku bunga bergejolak karena gejolak

permintaan akan uang tidak diimbangi oleh penawaran akan uang.

Dari penjelasan di atas terlihat bahwa dengan kebijakan moneter, tingkat suku bunga akan

dipengaruhi sedemikian rupa sehingga tetap stabil. Di lain pihak, jumlah uang beredar

(monetary aggregate) akan bergejolak naik dan turun demi mempertahankan suku bunga tetap

pada tingkat yang diinginkan. Oleh karena itu, bergejolaknya monetary aggregate ini dapat

mengakibatkan terganggunya kestabilan harga.

E. Instrumen Kebijakan Moneter

Dalam melaksanakan kebijakan moneter diperlukan seperangkat variabel yang dimiliki dan

sepenuhnya dapat digunakan oleh bank sentral untuk mencapai target yang telah ditetapkan.

Seperangkat variabel ini dinamakan instrumen kebijakan moneter yang digunakan untuk

mengontrol indikator moneter.

Untuk dapat mengontrol indikator moneter, baik tingkat suku bunga maupun uang beredar, bank

sentral perlu melakukan intervensi dengan menggunakan instrumen kebijakan moneter yang

dimilikinya. Instrumen kebijakan moneter dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:

1. Instrumen langsung

adalah seperangkat variabel yang dapat secara langsung digunakan oleh otoritas moneter

untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar. Berikut ini merupakan instrument

langsung yang dapat digunakan oleh bank sentral:

a. Penetapan suku bunga

Instrumen yang digunakan bank sentral dengan menetapkan tingkat suku bunga, baik

suku bunga simpanan maupun suku bunga pinjaman. Hal ini dilakukan agar bank

sentral dapat melakukan ekspansi dan kontraksi moneter sesuai kebutuhan.

b. Pagu kredit (credit ceilings)

Instrumen yang digunakan bank sentral dengan menetapkan besaran maksimum kredit

perbankan yang dapat disalurkan oleh bank perdagangan. Hal ini dilakukan untuk

menjaga tingkat likuiditas bank perdagangan di pasar serta mengendalikan jumlah

uang beredar dengan melakukan pembatasan kredit yang diberikan.

c. Rasio likuiditas

Page 6: Kebijakan Moneter Kelompok 7

Instrumen yang digunakan bank sentral dengan mewajibkan bank perdagangan untuk

memelihara cadangan tertentu dalam bentuk surat berharga tertentu atau valuta asing

tertentu dengan proporsi yang ditetapkan. Kewajiban menyimpan surat berharga

sebagai cadangan selain secara otomatis untuk menjaga rasio likuiditas juga untuk

membiayai anggaran pemerintah melalui pembelian surat berharga.

d. Kredit langsung

Instrumen yang digunakan bank sentral dengan memberikan kredit secara langsung

untuk keperluan prioritas tertentu, misalnya terkait dengan program atau proyek

tertentu yang tengah digalakkan oleh pemerintah. Kredit langsung ini merupakan salah

satu bentuk instrumen langsung yang dapat dikendalikan bank sentral meskipun tidak

lagi digunakan karena dianggap tidak efektif dan sangat mahal.

e. Kuota penjualan kembali surat berharga

Instrumen yang digunakan bank sentral dengan menetapkan kuota untuk penjualan

kembali surat berharga yang belum jatuh tempo. Hal ini dilakukan dengan

mentransaksikan surat berharga dengan tingkat bunga di bawah tingkat bunga pasar

uang antar bank. Instrumen ini hampir sama dengan pemberian kredit oleh bank

sentral secara langsung, yang membedakan hanya adanya jaminan dengan surat

berharga pasar uang.

2. Instrumen tidak langsung

adalah seperangkat variabel yang tidak secara langsung mempengaruhi jumlah uang yang

beredar. Meskipun demikian, melalui instrumen ini pada akhirnya jumlah uang yang

beredar dapat dikendalikan. Berikut ini merupakan instrument tidak langsung yang

digunakan oleh bank sentral:

a. Cadangan wajib minimun (reserve requirement)

Instrumen yang digunakan bank sentral dengan mewajibkan bank perdagangan untuk

memelihara sejumlah alat likuid (reserve) sebesar persentase tertentu dari kewajiban

lancarnya. Semakin kecil persentase tersebut semakin besar kemampuan bank

memanfaatkan reserve-nya untuk memberikan pinjaman dalam jumlah yang lebih

besar, atau sebaliknya.Cadangan ini bisa diwujudkan dalam bentuk kas atau dalam

bentuk rekening giro di bank sentral.

b. Fasilitas diskonto (discount rate policy)

Instrumen yang digunakan bank sentral dengan memengaruhi jumlah uang beredar

melalui pengaturan suku bunga pemberian kredit bank sentral kepada bank

perdagangan.

Apabila bank sentral menetapkan tingkat diskonto lebih tinggi, bank perdagangan

akan mengurangi permintaan kredit dari bank sentral sehingga mengurangi

kemampuan bank perdagangan dalam memberikan pinjaman. Hal ini mengakibatkan

jumlah uang beredar menurun.

Page 7: Kebijakan Moneter Kelompok 7

Apabila bank sentral menetapkan tingkat diskonto lebih rendah, bank perdagangan

akan meningkatkan permintaan kredit ke bank sentral untuk disalurkan lebih lanjut

berupa pemberian pinjaman. Hal ini mengakibatkan jumlah uang beredar meningkat.

c. Operasi pasar terbuka

Instrumen yang digunakan bank sentral dengan melakukan jual beli surat-surat

berharga jangka pendek dalam rangka mengatur jumIah uang beredar atau suku bunga

jangka pendek. Instrumen ini sering digunakan oleh bank sentral dalam melaksanakan

kebijakan moneter karena instrumen ini lebih berorientasi pasar, keterlibatan peserta

tidak mengikat, arah kebijakannya mudah ditangkap pekan pasar, dan tidak

membebankan pajak pada bank.

Apabila bank sentral bermaksud mengurangi jumlah uang beredar, bank sentral akan

menjual surat-surat berharga kepada bank perdagangan agar reserve bank

perdagangan berkurang sehingga kemampuan bank perdagangan dalam memberikan

pinjaman menurun. Tindakan ini disebut kontraksi moneter.

Apabila bank sentral bermaksud menambah jumlah uang beredar, bank sentral akan

membeli surat-surat berharga untuk meningkatkan kemampuan bank perdagangan

dalam memberikan pinjaman sehingga jumlah uang beredar meningkat.

Pembelian atau penjualan surat-surat berharga tersebut dapat pula dilakukan oleh bank

sentral dari/kepada masyarakat agar langsung dapat menambah/mengurangi jumlah

uang beredar. Sama halnya dengan reserve requirement, kontraksi moneter sebagai

akibat operasi pasar terbuka akan meningkatkan suku bunga, dan sebaliknya ekspansi

moneter akan menurunkan suku bunga.

d. Fasilitas simpanan bank sentral

Instrumen yang digunakan bank sentral dengan menyediakan fasilitas kepada bank

perdagangan untuk memperbolehkan menampung kelebihan likuiditas bank

perdagangan. Simpanan bank perdagangan pada bank sentral ini umumnya untuk

jangka waktu yang sangat pendek, misaInya satu hari, untuk menampung kelebihan

likuiditas pada hari itu. Atas simpanan itu, bank perdagangan menerima bunga yang

biasanya di bawah tingkat bunga pasar. Bank Indonesia telah menggunakan fasilitas

ini sejak krisis tahun 1997/98, yang dinamakan Fasilitas Simpanan Bank Indonesia

(FASBI).

e. Intervensi valuta asing

Instrumen yang digunakan bank sentral dengan melakukan jual beli valuta asing

dengan mata uang sendiri. Cara ini ditempuh untuk memengaruhi jumlah uang

beredar. Dalam praktiknya, intervensi valuta asing ini banyak dilakukan untuk upaya

stabilisasi atau smoothing pergerakan nilai tukar mata uang sendiri. Dalam sistem nilai

tukar mengambang (floating exchange rate system), intervensi jual valuta asing

Page 8: Kebijakan Moneter Kelompok 7

dimaksudkan untuk memperkuat mata uang sendiri, sementara intervensi beli valuta

asing dimaksudkan untuk mengurangi kecenderungan menguatnya mata uang sendiri.

f. Fasilitas overdraft

Instrumen yang digunakan bank sentral dengan memberikan pinjaman jangka pendek

kepada bank perdagangan yang mengalami kesulitan likuiditas jangka sangat pendek

dalam bentuk fasilitas overdraft. Kesulitan likuiditas jangka pendek terjadi karena

pada saat kliring bank akan terjadi "menang" atau "kalah". Menang berarti

kewajibannya lebih kecil daripada tagihannya kepada bank perdagangan, sedangkan

kalah berarti kewajibannya lebih besar daripada tagihannya. Dalam kondisi kalah,

bank harus menyediakan likuiditas untuk menutupi kewajibannya itu. Dalam kondisi

inilah bank dapat meminjam melalui fasilitas overdraft. Pinjaman ini memiliki tingkat

bunga di atas bunga pasar.

g. Simpanan sektor pemerintah

Instrumen yang digunakan bank sentral dengan melakukan pemindahan simpanan

sektor pemerintah dari bank perdagangan ke bank sentral atau sebaliknya. Hal ini

secara tidak langsung akan berdampak kepada jumlah yang uang beredar.

Ketika jumlah uang beredar terlalu banyak, akan dilakukan realokasi simpanan

pemerintah dari bank umum ke bank sentral. Sebaliknya, ketika terjadi kondisi uang

beredar yang sangat kurang, simpanan pemerintah dari bank sentral dapat direalokasi

ke bank perdagangan.

h. Lelang kredit

Instrumen yang digunakan bank sentral dengan mengubah sistem pemberian kredit

langsung ke alokasi pasar. Hal ini dilakukan ketika kondisi pasar keuangan belum

berkembang dan suku bunga patokan antar bank belum terbentuk.

i. Moral suasion

Instrumen yang digunakan bank sentral dengan melakukan imbauan atas kebijakan

moneter kepada perbankan untuk melakukan langkah tertentu yang dibutuhkan.

Namun, efektivitas imbauan ini sangat tergantung pada kredibilitas bank sentral.

F. Strategi kebijakan moneter

Secara siklikal, perekonomian mengalami periode di mana kegiatan ekonomi menurun sampai

titik balik terendah untuk kemudian diikuti oleh periode di mana kegiatan ekonomi meningkat

sampai titik balik tertinggi. Titik balik terendah disebut sebagai masa resesi dan titik balik

tertinggi disebut masa boom. Siklus masa resesi dan masa boom terjadi bergantian dan

berlangsung dari waktu ke waktu sehingga dikenal dengan istilah bussiness cycle.

Perekonomian yang sedang dilanda resesi terutama ditandai oleh tingkat pengangguran yang

tinggi yang disebabkan oleh lesunya kegiatan ekonomi, sebaliknya pada masa boom akan

ditandai oleh inflasi yang disebabkan oleh kenaikan ongkos-ongkos produksi sebagai akibat

kegiatan ekonomi yang meningkat. Dilihat dari kacamata moneter, kegiatan ekonomi yang lesu

Page 9: Kebijakan Moneter Kelompok 7

akan mengakibatkan demand for money untuk keperluan transaksi menurun dan sebaliknya pada

masa boom, demand for money untuk keperluan transaksi meningkat.

Dalam menghadapi gejolak perekonomian seperti tersebut di atas, terdapat dua pendapat yang

berbeda di kalangan ahli-ahli moneter mengenai strategi kebijakan moneter yang dapat

ditempuh oleh bank sentral, yaitu:

1. Countercyclical monetary policy.

Pihak pertama berpendapat bahwa bank sentral perlu secara aktif melakukan tindakan

moneter untuk memperlunak konjungtur sedemikian rupa, sehingga gelombang siklus

menjadi tidak terlalu tajam (gambar: dari C ke C1)

Menurut kelompok pendukung countercyclical monetary policy, pada saat perekonomian

akan mengalami resesi, bank sentral harus menempuh kebijakan moneter yang bersifat

ekspansif, yaitu meningkatkan supply of money sehingga ekspansi moneter tersebut

diharapkan dapat meningkatkan hasrat masyarakat berkonsumsi dan berproduksi.

Selanjutnya kenaikan konsumsi dan produksi/investasi tersebut akan meningkatkan

kegiatan perekonomian yang pada akhirnya dapat menghindarkan perekonomian dari

cengkeraman resesi. Sebaliknya, dalam menghadapi masa boom, bank sentral harus

melakukan kontraksi moneter yaitu dengan harapan dapat memperlambat kegiatan

perekonomian sehingga perekonomian akan terhindar dari tekanan inflasi.

2. Accomodative monetary policy.

Pihak kedua berpendapat seyogianya bank sentral melakukan kebijakan moneter secara

pasif. Usaha-usaha untuk melunakkan fluktuasi perekonomian hendaknya dihindari dan

kebijakan moneter diarahkan agar siklus bisnis berjalan secara wajar.

Kelompok yang menganut accomodative monetary policy berpendapat bahwa expectation

effect dari kebijakan moneter adalah lebih dominan daripada substitution effect, interest

rate effect, dan wealth effect. Dengan kata lain, tindakan ekspansi moneter dalam

menghadapi resesi tidak akan mendorong konsumsi dan produksi/investasi, melainkan

hanya meningkatkan harga karena masyarakat terlebih dahulu telah mengantisipasi

tindakan moneter yang akan dilakukan oleh bank sentral.

Selain itu, pengaruh tindakan moneter terhadap perekonomian tidak dapat terjadi, dengan

segera, tetapi membutuhkan tenggat waktu (time lag). Dengan demikian, ekspansi moneter

untuk menghadapi resesi ekonomi dampaknya tidak terjadi pada saat berlangsungnya

Page 10: Kebijakan Moneter Kelompok 7

resesi, tetapi pada saat perekonomian menghadapi boom yang justru pada saat itu

diperlukan tindakan kontraksi moneter.

Sebaliknya, dampak kontraksi moneter untuk menghadapi boom tidak terjadi pada saat

berlangsungnya boom, tetapi pada saat ekonomi sedang menghadapi resesi yang justru

diperlukan tindakan ekspansi moneter. Kebijakan moneter yang bersifat aktif tersebut

justru akan mengakibatkan fluktuasi bussiness cycle menjadi lebih tajam (gambar: dari A

ke A1).

X`

Dengan kedua alasan tersebut, kelompok pendukung accomodative monetary policy

berpendapat bahwa sebaiknya kebijakan moneter diarahkan untuk mengatur uang beredar

yang jumlahnya konsisten dengan pertumbuhan ekonomi dan membiarkan bussiness cycle

berjalan secara wajar atau alamiah. Dengan kata lain, baik pada saat perekonomian berada

dalam resesi maupun boom, pertambahan uang beredar hendaknya dipertahankan pada

tingkat tertentu yang dapat menunjang sasaran jangka panjang, yaitu pertumbuhan

ekonomi. Setiap tindakan moneter untuk melunakkan fluktuasi tidak akan berhasil, bahkan

akan memperburuk situasi.

Pendapat kelompok pendukung accomodative monetary policy ahir-akhir ini mendapatkan

perhatian yang cukup besar, baik di negara-negara industri maupun negara-negara yang

sedang berkembang.Dalam memformulasikan kebijakan ini, terdapat dua hal yang menjadi

perhatian. Pertama menentukan monetary aggregate mana yang akan dipilih. Apakah

memilih base money/reserve money, narrow money, atau broad money.Yang kedua,

menentukan besarnya monetary aggregate dengan mempertimbangkan berbagai variable

seperti tingkat pendapatan, tingkat harga, dan tingkat bunga dimasa mendatang.

G. Peran Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi

suatu negara dan merupakan faktor yang dapat dikontrol oleh otoritas moneter sehingga dengan

demikian dapat dipakai untuk mencapai sasaran pembangunan ekonomi.

Ketika kondisi perekonomian suatu negara tidak berkembang sesuai dengan yang diharapkan

atau direncanakan, maka serangkaian kebijakan ekonomi dapat diambil oleh pemerintah untuk

mengarahkan kembali jalannya aktivitas.

Page 11: Kebijakan Moneter Kelompok 7

Implementasi kebijakan moneter tidak dapat dilakukan secara terpisah dari kebijakan ekonomi

makro lainnya, seperti kebijakan fiskal, kebijakan sektoral, dan kebijakan lainnya. Semuanya

mengarah pada pencapaian tujuan akhir yaitu kesejahteraan sosial masyarakat. Secara

keseluruhan, kebijakan fiskal bersama-sama dengan kebijakan moneter mempengaruhi sisi

permintaan (demand side) dalam perekonomian, sementara di sisi lain kebijakan sektoral seperti

perdagangan, perindustrian, pertambangan, pertanian, dan lain-lain, mempengaruhi sisi

penawaran (supply side) dari perekonomian.

Kebijakan moneter dijalankan sebagai suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi

makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang

beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi

serta terjadinya peningkatan output keseimbangan.

H. Saluran Transmisi Kebijakan Moneter

Pada dasarnya transmisi kebijakan moneter merupakan interaksi antara otoritas moneter dengan

perbankan dan lembaga keuangan lainnya serta pelaku ekonomi di sektor riil. Pertama, interaksi

antara bank sentral dengan perbankan dan lembaga keuangan lainnya dalam berbagai transaksi

keuangan yang terjadi di pasar keuangan. Kedua, interaksi yang berkaitan dengan fungsi

intermediasi, yaitu interaksi antara perbankan dan lembaga keuangan lainnya dengan para

pelaku ekonomi dalam berbagai aktivitas di sektor ekonomi riil. Selanjutnya mengenai saluran

atau channels mekanisme transmisi kebijakan moneter akan dijelaskan berikut ini.

1. Saluran Langsung

Transmisi kebijakan moneter melalui saluran langsung atau saluran uang (money channel)

mengacu pada teori klasik mengenai peranan uang dalam perekonomian. Pada dasarnya

teori ini menggambarkan kerangka yang jelas mengenai analisis hubungan langsung antara

uang beredar dan harga. Mekanisme transmisi moneter melalui saluran uang merupakan

konsekuensi langsung dari proses perputaran uang dalam perekonomian, yang terdiri dari

dua tahapan. Tahap pertama, bank sentral melakukan operasi moneter untuk pengendalian

uang beredar di masyarakat. Tahap kedua, bank-bank mengelola likuiditasnya dalam

bentuk cadangan yang dapat dipergunakan sewaktu-waktu sebagai muara kegiatan utama

bank di bidang perkreditan dan pengerahan dana.

2. Saluran Suku Bunga

Saluran suku bunga lebih menekankan pentingnya aspek harga di pasar keuangan terhadap

berbagai aktivitas ekonomi di sector riil. Dalam kaitan ini, kebijakan moneter yang

ditempuh bank sentral akan berpengaruh terhadap perkembangan berbagai suku bunga di

sector keuangan dan selanjutnya akan berpengaruh pad atingkat inflasi dan output riil.

Bagaimana mekanismenya? Tahap pertama, operasi moneter bank sentral akan

mempengaruhi suku bunga jangka pendek (SBI, suku bunga antar bank). Selanjutnya

perubahan ini akan mempengaruhi suku bunga deposito yang ditawarkan bank pada

masyarakat penabung dan suku bunga kredit yang dibebankan bank kepada para

Page 12: Kebijakan Moneter Kelompok 7

debiturnya. Pada tahap berikutnya, transmisi suku bunga dari sector keuangan ke sector riil

akan tergantung pada pengaruhnya terhadap permintaan konsumsi dan investasi.

3. Saluran Kredit

Selain factor suku bunga, perilaku penawaran kredit perbankan dipengaruhi oleh persepsi

bank terhadap prospek usaha debitur dan kondisi internal perbankan sendiri. Selain itu,

tidak semua permintaan kredit debitur dapat dipenuhi oleh bank, khususnya oleh kondisi

dan prospek keuangan debitur yang dinilai tidak layak, antara lain karena tingginya rasio

utang terhadap modal, risiko kredit macet, dan sebagainya. Adanya informasi yang tidak

simetris (asymmetric information) antara bank dan debitur dapat menyebabkan pasar kredit

tidak selalu berada dalam keseimbangan. Pendekatan mekanisme transmisi kebijakan

moneter melalui saluran kredit didasarkan pada asumsi bahwa tidak semua simpanan

masyarakat dalam bentuk uang disalurkan oleh perbankan ke masyarakat dalam bentuk

kredit. Dengan kata lain, fungsi intermediasi perbankan tidak selalu berjalan sempurna,

dalam arti bahwa kenaikan simpanan masyarakat tidak selalu diikuti dengan kenaikan

secara proporsional kredit yang disalurkan ke masyarakat.

4. Saluran Nilai Tukar

Pendekatan mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui saluran nilai tukar,

menekankan pentingnya aspek perubahan harga aset financial terhadap berbagai aktivitas

ekonomi. Dalam kaitan ini, pentingnya saluran nilai tukar dalam transmisi kebijakan

moneter terletak pada pengaruh aset financial dalam valuta asing yang berasal dari

hubungan kegiatan ekonomi suatu negara dengan negara lain. Selanjutnya, perubahan nilai

tukar dan aliran dana dari dan ke luar negeri akan mempengaruhi kegiatan ekonomi riil di

negara yang bersangkutan. Semakin terbuka perekonomian suatu Negara yang disertai

dengan system nilai tukar mengambang dan system devisa bebas, semakin besar pula

pengaruh nilai tukar dan aliran dana luar negeri terhadap perekonomian dalam negeri.

Mengenai interaksi antara bank sentral dengan perbankan dan para pelaku ekonomi dalam

proses pertukaran uang dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada tahap awal, operasi moneter

oleh bank sentral akan mempengeruhi, baik secara langsung maupun tidak langsung

terhadap perkembangan nilai tukar.Pengaruh langsung terjadi sehubungan dengan operasi

melaui intervensi, jual beli valas dalam rangka stabilisasi nilai tukar. Sementara, pengaruh

tidak langsung terjadi karena operasi moneter yang dilakukan bank sentral mempengaruhi

perkembangan suku bunga di pasar uang dalam negeri dan suku bunga luar negeri, yang

selanjutnya akan mempengaruhi besarnya aliran dana dari dan ke luar negeri.

Tahap berikutnya, perubahan nilai tukar berpengaruh, baik langsung maupun tidak

langsung terhadap perkembangan harga barang dan jasa di dalam negeri.Pengaruh

langsung terjadi karena perubahan nilai tukar mempengaruhi pola pembentukan harga oleh

perusahaan dan ekspektasi inflasi oleh masyarakat, khususnya terhadapa barang impor.

Sementara, pengaruh tidak langsung terjadi karena perubahan nilai tukar mempengaruhi

Page 13: Kebijakan Moneter Kelompok 7

nilai ekspor dan impor, yang pada gilirannya berdampak pada output dan perkembangan

harga barang dan jasa.

5. Saluran Harga Aset

Perubahan harga aset, baik aset financial seperti obligasi dan saham maupun aset fisik

seperti property dan emas banyak dipengaruhi secara langsung oleh kebijakan moneter.

Transmisi ini terjadi karena penanaman dana oleh para investor dalam portofolio

investasinya yang pada umumnya tidak saja berupa simpanan di bank dan instrument lain

di pasar uang, tetapi juga dalam bentuk obligasi dan saham, serta aset fisik. Perubahan suku

bunga dan nilai tukar akan berpengaruh pada volume transaksi obligasi, saham, dan aset

fisik. Selanjutnya perubahan harga aset pada gilirannya akan berdampak pada berbagai

aktivitas di sector riil.

Selain itu, pengaruh harga aset terhadap sector riil juga terjadi pada permintaan investasi

oleh dunia usaha. Hal ini berkaitan dengan perubahan harga aset tersebut yang memberikan

dampak terhadap biaya modal yang harus dikeluarkan dalam berproduksi dan berinvestasi,

yang pada gilirannya akan mempengaruhi permintaan agregat, output, dan inflasi.

6. Saluran Ekspektasi

Dengan semakin meningkatnya ketidakpastian dalam perekonomian, saluran ekspektasi

semakin penting dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter ke sector riil. Para pelaku

ekonomi, dalam mengambil langkah bisnisnya ke depan, akan mendasarkan pada prospek

ekonomi ke depan. Ekspektasi para pelaku ekonomi dimaksud pada umumnya dipengaruhi

oleh berbagai informasi mengenai perkembangan indicator ekonomi dan keuangn serta

antisipasinya terhadap langkah-langkah kebijakan ekonomi dan moneter yang ditempuh

pemerintah dan bank sentral.

Dalam konteks kebijakan moneter, yang paling diperhatikan adalah ekspektasi inflasi oleh

masyarakat. Teori ekspektasi berpendapat bahwa apabila masyarakat cukup rasional,

mereka akan mengambil tindakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya inflasi.

Tindakan tersebut berupa pengurangan jumlah uang yang mereka pegang dengan

membelanjakannya ke dalam bentuk barang riil sehingga risiko kerugian memegang uang

karena inflasi dapat dihindari.

Ekspektasi masyarakat terhadap kenaikan harga pada gilirannya akan mendorong kenaikan

suku bunga. Apabila suku bunga meningkat lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan

harga, secara riil rate of return atas aset financial menurun dan penurunan tersebut akan

mendorong orang mengalihkan kekayaannya dari bentuk aset financial ke bentuk aset riil.

Jadi, apabila masyarakat, khususnya perusahaan-perusahaan besar, dapat memanfaatkan

statistic atau data moneter dengan baik untuk memperkirakan tingkat inflasi yang akan

terjadi, perusahaan-perusahaan akan menaikkan harga barang-barang yang diproduksi dan

masyarakat akan meminta upah yang lebih tinggi mendahului kemungkinan inflasi yang

mereka perkirakan terjadi. Mereka tidak perlu harus menunggu melakukan tindakan

Page 14: Kebijakan Moneter Kelompok 7

penyesuaian harga dan upah sampai setelah terjadi inflasi. Apabila tindakan tersebut

dilakukan oleh seluruh atau sebagian besar anggota masyarakat, akan membawa dua

implikasi moneter. Pertama, kebijakan moneter tidak efektif karena kebijakan moneter

tidak dapat mengubah sector riil, yaitu konsumsi, produksi, investasi, dan kesempatan

kerja, tetapi yang terjadi hanyalah perubahan tingkat harga. Kedua, ekspektasi masyarakat

terhadap inflasi akan mengakibatkan inflasi, yang semula hanya dugaan, justru menjadi

kenyataan.

Bagaimana ekspektasi inflasi terbentuk? Ekspektasi inflasi dipengaruhi selain oleh

perkembangan inflasi yang telah terjadi (inertia) juga oleh kebijakan moneter yang

ditempuh oleh bank sentral yang tercermin pada perkembangan suku bunga dan nilai tukar.

Semakin kredibel kebijakan moneter, yang antara lain ditunjukkan pada kemampuan bank

sentral dalam mengendalikan suku bunga dan nilai tukar, semakin kuat pula dampaknya

terhadap pembentukan ekspektasi inflasi oleh masyarakat. Dalam kondisi demikian,

ekspektasi inflasi masyarakat akan cenderung mendekati sasaran inflasi yang ditetapkan

bank sentral dalam kebijakan moneternya. Dengan perkataan lain, semakin kredibel

kebijakan moneter, semakin rendah deviasi ekspektasi masyarakat dari sasaran inflasi yang

ditetapkan bank sentral. Oleh karena itu, semakin kecil pula distorsi yang dimbulkannya

terhadap perkembangan output dan pencapaian sasaran inflasi.

Proses Operasi Moneter yang Dilakukan Bank Indonesia

1. Kerangka Operasi Moneter

Dalam rangka mencapai sasaran akhir kebijakan moneter, Bank Indonesia menerapkan

kerangka kebijakan moneter melalui pengendalian suku bunga (target suku bunga). Stance

kebijakan moneter dicerminkan oleh penetapan suku bunga kebijakan (BI Rate). Dalam

tataran operasional, BI Rate tercermin dari suku bunga pasar uang jangka pendek yang

merupakan sasaran operasional kebijakan moneter. Sejak 9 Juni 2008, BI menggunakan

suku bunga Pasar Uang Antara Bank (PUAB) overnight (o/n) sebagai sasaran operasional

kebijakan moneter.

Agar pergerakan suku bunga PUAB o/n tidak terlalu melebar dari anchor-nya (BI Rate),

Bank Indonesia selalu berusaha untuk menjaga dan memenuhi kebutuhan likuiditas

perbankan secara seimbang sehingga terbentuk suku bunga yang wajar dan stabil melalui

pelaksanaan operasi moneter (OM).

Operasi Moneter adalah pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia dalam rangka

pengendalian moneter melalui Operasi Pasar Terbuka dan Standing Facilities. Operasi

Pasar Terbuka yang selanjutnya disebut OPT merupakan kegiatan transaksi di pasar uang

yang dilakukan atas inisiatif Bank Indonesia dalam rangka mengurangi (smoothing)

volatilitas suku bunga PUAB o/n.  Sementara instrumen Standing Facilities merupakan

penyediaan dana rupiah (lending facility) dari Bank Indonesia kepada Bank dan

Page 15: Kebijakan Moneter Kelompok 7

penempatan dana rupiah  (deposit facility) oleh Bank di Bank Indonesia dalam rangka

membentuk koridor suku bunga di PUAB o/n. OPT dilakukan atas inisiatif Bank Indonesia,

sementara Standing Facilities dilakukan atas inisiatif bank.

2. Proses Operasi Moneter

a. Instrumen Operasi MoneterOperasi Moneter dilakukan dengan Operasi Pasar Terbuka (OPT) dan Standing Facilities (SF)1) Operasi Moneter: Operasi Pasar Terbuka

Kegiatan Operasi Pasar Terbuka (OPT) meliputi:i. Absorpsi Likuiditas:

Penerbitan SBI Term Deposit Reverse Repo Penerbitan SBIS

ii. Injeksi Likuiditas: Transaksi Repo

Berikut ini adalah tabel jenis instrumen OPT dan dampaknya terhadap likuiditas serta karakteristiknya :

Keterangan: VRT (Variable Rate Tender) FRT (Fixed Rate Tender) FX (foreign exchange) SBI (Sertifikat Bank Indonesia) SBIS (Sertifikat Bank Indonesia Syariah) SUN (Surat Utang Negara)

2) Operasi Moneter: Standing FacilitiesStanding facilities meliputi: i. Penyediaan dana rupiah (lending facility) - Dilakukan dengan mekanisme

repurchase agreement (repo) surat berhargaii. Penempatan dana rupiah oleh bank di Bank Indonesia (deposit facility) -

Dilakukan dengan menempatkan dana rupiah oleh bank secara berjangka di Bank Indonesia

Berikut adalah tabel jenis instrumen standing facilities dan dampaknya terhadap likuiditas serta karakteristiknya:

Page 16: Kebijakan Moneter Kelompok 7

Keterangan: FASBIS (Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah)3) Operasi Moneter: Syariah 

Operasi Moneter Syariah adalah pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia dalam rangka pengendalian moneter melalui kegiatan operasi pasar terbuka dan penyediaan standing facilities berdasarkan prinsip syariah. Tujuan dari Operasi Moneter Syariah adalah:i. Mencapai target operasional pengendalian operasi moneter syariah d.r.

mendukung pencapaian akhir kebijakan moneter BI;ii. Target operasional berupa kecukupan likuiditas perbankan syariah atau

variabel lain yang ditetapkan BI. Kegiatan Operasi Moneter Syariah (OMS) dilakukan dalam bentuk antara lain:i. OPT Syariah; dan

ii. Standing Facilities Syariah.Sesuai dengan Pasal 26 UU Perbankan Syariah No.21 Tahun 2008 dan PBI tentang OMS Pasal 4 No.10/36/PBI/2008 : kegiatan-kegiatan tersebut harus memenuhi prinsip syariah yang dinyatakan dalam bentuk pemberian fatwa dan/atau opini syariah oleh otoritas fatwa (MUI - DSN) yang berwenang.

b. Proyeksi LikuiditasUntuk menentukan berapa jumlah likuiditas yang harus diserap (absorpsi) maupun disediakan (injeksi) dalam rangka menjaga keseimbangan supply dan demand, Bank Indonesia melakukan estimasi kebutuhan likuiditas perbankan sehingga dapat ditetapkan target operasi moneter setiap harinya. Estimasi likuiditas perbankan dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor otonom (autonomous factor) seperti operasi keuangan Pemerintah dan mutasi uang kartal.  Efektivitas operasi moneter berbasis suku bunga tidak terlepas dari adanya informasi yang handal dan sama kepada seluruh pelaku pasar, sehingga tercipta persepsi yang sama untuk mencapai tujuannya, yaitu terbentuknya suku bunga yang wajar. Oleh karena itu, sejak Oktober 2008 Bank Indonesia mulai mengumumkan kondisi likuiditas perbankan kepada pelaku pasar dan masyarakat sebanyak dua kali setiap harinya melalui website Bank Indonesia, BI-SSSS dan sarana lainnya. Dengan adanya informasi mengenai kondisi likuiditas, diharapkan dapat membantu treasury bank dalam mengelola kebutuhan likuiditasnya dan meningkatkan efektifitas pelaksanaan Operasi Moneter.Pengumuman proyeksi likuiditas meliputi 2 (dua) materi utama yaitu:1) Proyeksi Total Likuiditas Tersedia

Page 17: Kebijakan Moneter Kelompok 7

Proyeksi Total Likuiditas adalah perkiraan ketersediaan likuiditas rupiah di pasar dan merupakan hasil proyeksi dari net perubahan faktor otonomus yang berperan dalam menambah/mengurangi ketersediaan likuiditas rupiah. Ketersediaan likuiditas rupiah antara lain dipengaruhi oleh net aliran masuk/keluar uang kartal dari/ke sistem perbankan dan mutasi rekening pemerintah di Bank Indonesia, net instrumen Operasi Moneter jatuh waktu, dan net perubahan saldo giro perbankan di Bank Indonesia.

2) Proyeksi Excess ReserveProyeksi Excess Reserve adalah perkiraan selisih antara saldo giro perbankan di Bank Indonesia dengan kewajiban pemeliharaan Giro Wajib Minimum (GWM).

3. Penyempurnaan Operasi Moneter

Untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan operasi moneter dan mendorong

perkembangan pasar uang domestik, Bank Indonesia melakukan penyempurnaan operasi

moneter yang mulai dilakukan sejak Maret 2010.Penyempurnaan operasi moneter tersebut

dilakukan melalui upaya penyerapan ekses likuiditas rupiah dengan lebih mengutamakan

penggunaan instrumen Operasi Pasar Terbuka (OPT) tenor yang lebih panjang. 

a. Perpanjangan Profil Jatuh Waktu Sertifikat Bank IndonesiaDalam rangka menyempurnakan operasi moneter, Bank Indonesia memperpanjang profil jatuh waktu Sertifikat Bank Indonesia (SBI).Perubahan tersebut dilakukan melalui perubahan pelaksanaan lelang SBI dari mingguan menjadi bulanan, dan melakukan penyerapan ekses likuiditas rupiah dengan lebih mengutamakan kepada SBI.dengan tenor yang lebih panjang.

b. Paket Kebijakan Penguatan Manajemen Moneter dan Pengembangan Pasar KeuanganPaket kebijakan yang diambil secara umum berupa kebijakan untuk memperkuat operasi moneter dan menyempurnakan aspek prudential perbankan, terdiri dari penambahan instrumen dan penyempurnaan beberapa ketentuan baik di pasar uang rupiah maupun valas, yang terdiri dari:1) Pelebaran koridor suku bunga PUAB O/N; diimplementasikan mulai 17 Juni

2010. 2) Penerapan minimum one month holding period Sertifikat Bank Indonesia (SBI);

diimplementasikan mulai 7 Juli 2010. 3) Penambahan instrumen moneter non-securities dalam bentuk term deposit;

berlaku mulai 7 Juli 2010. 4) Penyempurnaan ketentuan mengenai Posisi Devisa Neto (PDN); berlaku mulai 1

Juli 2010. 5) Penerbitan SBI berjangka waktu 9 dan 12 bulan; yang diimplementasikan pada

minggu ke-II Agustus 2010 (SBI 9 Bulan) 6) Penerapan mekanisme triparty repurchase (repo) Surat Berharga Negara (SBN); Sebagai tindak lanjut dari beberapa penyempurnaan Operasi Moneter dimaksud, Bank Indonesia juga telah menyempurnakan Peraturan Bank Indonesia (PBI) dan ketentuan pelaksanaanya (Surat Edaran Bank Indonesia), yaitu PBI No. 12/11/PBI/2010 tanggal 2 Juli 2010 tentang Operasi Moneter dan Surat Edaran Bank Indonesia (SE BI) No. 12/16/DPM tanggal 6 Juli 2010 perihal Kriteria dan Persyaratan Surat Berharga, Peserta dan Lembaga Perantara dalam Operasi Moneter, SE BI No. 12/17/DPM tanggal 6 Juli 2010 perihal Koridor Suku Bunga (Standing Facilities) dan SE BI No. 12/18/DPM tanggal 7 Juli 2010 perihal Operasi Pasar Terbuka.

Page 18: Kebijakan Moneter Kelompok 7

4. Bagaimana Bekerjanya Kebijakan Moneter?

Tujuan akhir kebijakan moneter adalah menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah

yang salah satunya tercermin dari tingkat inflasi yang rendah dan stabil.  Untuk mencapai

tujuan itu Bank Indonesia menetapkan suku bunga kebijakan BI Rate sebagai instrumen

kebijakan utama untuk mempengaruhi aktivitas kegiatan perekonomian dengan tujuan

akhir pencapaian inflasi.  Namun jalur atau transmisi dari keputusan BI rate sampai dengan

pencapaian sasaran inflasi tersebut sangat kompleks dan memerlukan waktu (time lag).

Mekanisme bekerjanya perubahan BI Rate sampai mempengaruhi inflasi tersebut sering

disebut sebagai mekanisme transmisi kebijakan moneter.  Mekanisme ini menggambarkan

tindakan Bank Indonesia melalui perubahan-perubahan instrumen moneter dan target

operasionalnya mempengaruhi berbagai variable ekonomi dan keuangan sebelum akhirnya

berpengaruh ke tujuan akhir inflasi. Mekanisme tersebut terjadi melalui interaksi antara

Bank Sentral, perbankan dan sektor keuangan, serta sektor riil.Perubahan BI Rate

mempengaruhi inflasi melalui berbagai jalur, diantaranya jalur suku bunga, jalur kredit,

jalur nilai tukar, jalur harga aset, dan jalur ekspektasi.

Pada jalur suku bunga, perubahan BI Rate mempengaruhi suku bunga deposito dan suku

bunga kredit perbankan.  Apabila perekonomian sedang mengalami kelesuan, Bank

Indonesia dapat menggunakan kebijakan moneter yang ekspansif melalui penurunan suku

bunga untuk mendorong aktifitas ekonomi.  Penurunan suku bunga BI Rate menurunkan

suku bunga kredit sehingga permintaan akan kredit dari perusahaan dan rumah tangga akan

meningkat.  Penurunan suku bunga kredit juga akan menurunkan biaya modal perusahaan

untuk melakukan investasi.  Ini semua akan meningkatkan aktifitas konsumsi dan investasi

sehingga aktifitas perekonomian semakin bergairah.  Sebaliknya, apabila tekanan inflasi

mengalami kenaikan, Bank Indonesia merespon dengan menaikkan suku bunga BI Rate

untuk mengerem aktifitas perekonomian yang terlalu cepat sehingga mengurangi tekanan

inflasi.   

Page 19: Kebijakan Moneter Kelompok 7

Perubahan suku bunga BI Rate juga dapat mempengaruhi nilai tukar.  Mekanisme ini

sering disebut jalur nilai tukar.  Kenaikan BI Rate, sebagai contoh, akan mendorong

kenaikan selisih antara suku bunga di Indonesia dengan suku bunga luar negeri.  Dengan

melebarnya selisih suku bunga tersebut mendorong investor asing untuk menanamkan

modal ke dalam instrument-instrumen keuangan di Indonesia seperti SBI karena mereka

akan mendapatkan tingkat  pengembalian yang lebih tinggi.  Aliran modal masuk asing ini

pada gilirannya akan mendorong apresiasi nilai tukar Rupiah. Apresiasi Rupiah

mengakibatkan harga barang impor lebih murah dan barang ekspor kita di luar negeri

menjadi lebih mahal atau kurang kompetitif sehingga akan mendorong impor dan

mengurangi ekspor.  Turunnya net ekspor ini akan berdampak pada menurunnya

pertumbuhan ekonomi dan kegiatan perekonomian.

Perubahan suku bunga BI Rate mempengaruhi perekonomian makro melalui perubahan

harga aset.  Kenaikan suku bunga akan menurunkan harga aset seperti saham dan obligasi

sehingga mengurangi kekayaan individu dan perusahaan yang pada gilirannya mengurangi

kemampuan mereka untuk melakukan kegiatan ekonomi seperti konsumsi dan investasi. 

Dampak perubahan suku bunga kepada kegiatan ekonomi juga mempengaruhi ekspektasi

publik akan inflasi (jalur ekspektasi).  Penurunan suku bunga yang diperkirakan akan

mendorong aktifitas ekonomi dan pada akhirnya inflasi mendorong pekerja untuk

mengantisipasi kenaikan inflasi dengan meminta upah yang lebih tinggi.  Upah ini pada

akhirnya akan dibebankan oleh produsen kepada konsumen melalui kenaikan harga.

Mekanisme transmisi kebijakan moneter ini bekerja memerlukan waktu (time lag).  Time

lag masing-masing jalur bisa berbeda dengan yang lain.  Jalur nilai tukar biasanya bekerja

lebih cepat karena dampak perubahan suku bunga kepada nilai tukar bekerja sangat cepat. 

Kondisi sektor keuangan dan perbankan juga sangat berpengaruh pada kecepatan tarnsmisi

kebijakan moneter.   Apabila perbankan melihat risiko perekonomian cukup tinggi, respon

perbankan terhadap penurunan suku bunga BI rate biasanya sangat lambat.  Juga, apabila

perbankan sedang melakukan konsolidasi untuk memperbaiki permodalan, penurunan suku

bunga kredit dan meningkatnya permintaan kredit belum tentu direspon dengan menaikkan

penyaluran kredit.Di sisi permintaan, penurunan suku bunga kredit perbankan juga belum

tentu direspon oleh meningkatnya permintaan kredit dari masyarakat apabila prospek

perekonomian sedang lesu.  Kesimpulannya, kondisi sektor keuangan, perbankan, dan

kondisi  sektor riil sangat berperan dalam menentukan efektif atau tidaknya proses

transmisi kebijakan moneter.

Page 20: Kebijakan Moneter Kelompok 7

Bab IIIPenutup

A. Kesimpulan

Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai

keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan

pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta

tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur

dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang

seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan

moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter

pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.

Page 21: Kebijakan Moneter Kelompok 7

Daftar Pustaka

Sukirno, Sadono. 2008. Mikro Ekonomi, Teori Pengantar. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Edisi ketiga.

Cetakan ke -23

Sukirno, Sadono. 2008. Makro Ekonomi, Teori Pengantar. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Edisi

pertama. Cetakan ke -18

Pohan, Aulia. 2008, Kerangka Kebijakan Moneter dan Implementasinya di Indonesia, PT

Rajagrafindo Pustaka, Jakarta

Mishkin, Frederic S. 1996. Journal The Channels of Monetary Transmission: Lessons for Monetary

Policy

Goeltom, Miranda S. The Transmission Mechanisms of Monetary policy in Indonesia