kebijakan konservasi hiu dan pari dan aspek regulasinya

Upload: irfanhanifa

Post on 07-Jan-2016

41 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Kebijakan

TRANSCRIPT

  • KEBIJAKAN KONSERVASI HIU DAN PARI DI INDONESIA DAN ASPEK REGULASINYA DIREKTORAT KONSERVASI KAWASAN DAN JENIS IKANDITJEN KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECILKEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANANTerkait larangan ekspor dari jenis hiu martil dan hiu koboyOleh:Didi SadiliDisampaikan pada:Symposium hiu dan pariBogor, 10 11 Juni 2015

  • Dasar HukumDirektorat Konservasi Kawasan dan Jenis IkanUU No. 5/1990 tentang Konservasi SDA Hayati dan Ekosistemnya;UU No. 31 tahun 2004 sebagaimana telah dirubah menjadi UU Nomor 45 tahun 2009 tentang Perikanan;UU No. 32 tahun 2004 sebagaimana telah dirubah menjadi UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;UU No. 27/2007 sebagaimana telah dirubah menjadi UU No. 01 tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau KecilPP No.7/1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa;PP No.60/2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan;Kepres No. 43/978 tentang Pengesahan CITESPerMen KP. No. 26 tahun 2013 tentang Perubahan atas Per Men KP No. 30 tahun 2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia;PerMen KP. No. 12 tahun 2013 tentang Usaha Perikanan Tangkap di Laut LepasKepMen KP No. 18 tahun 2013 tentang Penetapan Status Perlindungan Penuh Ikan Hiu Paus (Rhincodon typus)KepMen KP No. 4 tahun 2014 tentang Penetapan Status Perlindungan Penuh Ikan Pari MantaKepMen KP No. 59 tahun 2014 tentang Larangan Pengeluaran Ikan Hiu Koboi (Charcharhinus longimanus) dan Hiu Martil (Sphyrna spp.) dari Wilayah Negara Republik Indonesia ke Luar Wilayah Negara Republik Indonesia

  • Konservasi untuk Pemanfaatan LestariKonservasiSDIPemanfaatanLestariProgram PerlindunganProgram PelestarianProgram Pemanfaatan Lestari

  • UPAYA POKOK PROGRAM KONSERVASI JENIS IKANUPAYA PERLINDUNGANUPAYAPELESTARIANUPAYA PEMANFAATAN BERKELANJUTANKONSERVASI JE NIS IKAN adalah upaya melindungi, melestarikan, dan memanfaatkan sumber daya ikan, untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungan jenis ikan bagi generasi sekarang maupun yang akan datang PENETAPAN STATUS PERLINDUNGANPERLINDUNGAN HABITATPENTINGPengkayaan populasi in-situPengkayaan populasi ex-situDukungan PenelitianPengawasan dan penyadaran masyarakatPengaturan kuota tangkapPenguatas aspek pendataanPengendalian pemanfaatanRegulasi pemanfaatanKerjasama Regional/InternasionalPengembangan model pemanfaatan

  • NAPOLEONTERUBUKBCF / CAPUNGAN BANGGAIARWANASIDATKUDA LAUT HIU PAUSPARI MANTAPARI GERGAJIHIU KOBOI DAN HIU MARTILMOLA-MOLAFISHES

    PENYULABI-LABIREPTIL

    17.KARANG HIAS18.BAMBU LAUT COELENTERATA

    19.KIMA20.LOLAMOLUSCA

    PAUS / LUMBA2DUGONGMAMALIA

    14.TERIPANGECHINODERMATA

  • 10 NEGARA PENGHASIL HIU TERBESAR DUNIADIREKTORAT KONSERVASI KAWASAN DAN JENIS IKANDITJEN KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL, KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANANINDONESIA88,790 ton/th12.31 %TAIWAN29,310 ton/th4.07 %MALAYSIA22,297 ton/th3.09 %INDIA79,193 ton/th10.98 %ARGENTINA39,952 ton/th5.54 %BRAZIL21,009 ton/th2.91 %MEXICO30,305 ton/th4.20 %USA37,069 ton/th5.14 %SPAIN62,157 ton/th8.62 %FRANC19,498 ton/th2.70 %

  • INFORMASI UMUM

  • https://www.dropbox.com/s/fv9ntusel7h4u2r/Tangkapan%20layar%202015-04-20%2012.36.46.png?dl=0

  • Peran Hiu dan Pari Manta di EkosistemIkan hiu berperan sangat penting dalam ekosistem laut dan terumbu karang. Sebagai top predator, ikan ini bertugas menjaga keseimbangan ekosistem laut;Hiu memangsa ikan untuk memastikan kondisi ekosistem tetap sehat dan ikan tetap berlimpah;secara ekologis, hiu akan memangsa ikan lain yang sakit atau tua dan lemah. Perilaku ini membuat fungsi keberadaan hiu di ekosistem perairan laut dan terumbu karang menjadi vital.

  • STATUS KONSERVASIIUCN :Termasuk dalam daftar merah (red list) IUCN, kategori ENDANGERED (EN) IUCN (International Union foir Conservation of Nature and Natural Resources) merupakan suatu organisasi profesi tingkat dunia yang memantau keadaan populasi suatu spesies kehidupan liar (flora dan fauna) dan banyak memberikan rekomendasi dalam hal penanganan terhadap suatu spesies hidupan liar yang hampir punah.

  • STATUS KONSERVASI HIU CITES :

    COP-16 CITES (Maret 2013)5 spesies hiu masuk dalam daftar Appendik II CITES, 4 diantaranta terdapat di Indonesia :(1) Sphyrna leweni, (2) Sphyrna zygaena, dan (3) Sphyrna mokarran, (4) Carcharhinus longimanus. 2 spesies pari manta masuk dalam daftar Appendik II CITES : Manta birostris dan Manta alfredi

  • HIU APPENDIK II CITES

  • *Merupakan kesepakatan/ perjanjian antar pemerintah (multilateral)Tujuannya adalah menjamin bahwa hidupan liar berupa flora dan fauna yang diperdagangkan secara internasional tidak dieksploitasi secara tidak berkelanjutan yang menyebabkan punahnya atau langkanya sumberdaya tsb di habitat alam

  • *CITES ditandadatangani pada tgl. 3 Maret 1973, dan berlaku secara resmi 1 Juli 1975 Ratifikasi CITES INDONESIA : KEPPRES.43/1978 The Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora= Washington Convention, karena ditandatangani di Washington D.C.

  • *Bagaimana Cara Kerja CITESManagement Authority bertanggung jawab dalam aspek administratif dari pelaksanaan CITES (legislasi, pelaksanaan legislasi, penegakan hukum, izin, laporan tahunan dan duatahunan, komunikasi dengan institusi CITES lain)

  • *Pengertian Appendik CITESJenis-jenis yang diatur CITES dibagi ke dalam tiga Appendiks:Appendix ITermasuk jenis-jenis yang terancam punahAppendix IITermasuk jenis yang saat ini belum terancam punah namun perdagangannya harus dikontrol agar tidak menjadi terancam punahTermasuk jenis-jenis yang mirip dengan jenis-jenis yang telah masuk dalam Appendix IIAppendix IIITermasuk jenis-jenis yang diproteksi oleh suatu negara dan yang menginginkan negara anggota untuk membantu melakukan kontrol terhadap ekspornya

  • *Pengertian Appendik CITESAppendik IPerdagangan Internasional (komersial) umumnya dilarangAppendik IIPerdagangan Internasional diperbolehkan tetapi dengan kontrolAppendik IIIPerdagangan Internasional diperbolehkan tetapi dengan kontrol(umumnya tidak seketat Appendix II)

  • KETENTUAN DAN MEKANISME CITES

    Ketentuan Pemanfaatan Appendik II Cites Setiap Negara Pemilik Sumberdaya Diharuskan Menerapkan Prinsip2 Ndf (Non Detrimental Finding) Yang Mencakup 3 Aspek, Yaitu : Keberlanjutan, Ketelusuran Dan Legalitas.

    Ketentuan Cites Tidak Mengatur Sanksi Secara Langsung Terhadap Pelanggaran Yang Dilakukan, Sanksi Bagi Pihak Yang Melakukan Pelanggaran Umumnya Bersifat Administratif Seperti Pencabutan Ijin.

    Pelanggaran Terhadap Ketentuan Cites Diatur Oleh Regulasi Nasional, Seperti: Penyitaan Barang Bukti Dan Pencabutan Ijin.

    Otoritas Pengelola Cites Di Indonesia Sampai Dengan Saat Ini Berada Di Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan..

  • IMPORTSISTEM KONTROL PERDAGANGAN YG DITERAPKAN CITESNEGARA TUJUAN EKSPORTEKSPORTSetiap negara anggota diwajibkan memiliki aturan yang efektif a.l : otoritas pengelola diwajibkan dapat mengendalikan keluar masuk biota CITES melalui dokumen perijinan (Kontrol dipintu keluar neg pengeksport dan pintu masuk neg pengimport)Di tkt Nasional Harus bekerja sama dengan : Bea cukai, Nasional Central Bureau / kepolisian dan Karantina

    PENGENDALIAN Di PELABUHAN KELUAR MASUKPENGENDALIAN Di WilAYAH antar pulau/perairan IndonesiaKontrol Sekretariat CITES :- Word Customs Organization, ICPO Interpol, NGO int.

  • ANCAMAN KELESTARIAN SD-HIUPraktek FinningTertangkapnya anakan hiu

  • ANCAMAN KELESTARIAN SD-HIUOver eksploitasi..?By-catch

  • Arah Kebijakan Utama Pengelolaan Hiu

  • Arah Kebijakan Utama Pengelolaan Hiu

  • Jenis Hiu yang Dilindungi Berdasarkan PP No. 7 tahun 1999 atau Turunan dari UU No. 5/1990PARI GERGAJI (Pristis microdon)DILINDUNGI PENUH BERDASARKAN PP 7/99HIDUP DI AIR TAWAR / DANAU SENTANI

  • Pasal Terkait Pelanggaran Pemanfaatan (Penangkapan dan Perdagangan) Hiu Pari

  • UU No. 5/1990 KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYAPasal 21 ayat (2)menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup;menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan mati;mengeluarkan satwa yang dilindungi dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia;memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh, atau bagian-bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia;mengambil, merusak, memusnahkan, memperniagakan, menyimpan atau memiliki telur dan atau sarang satwa yang dillindungi.LINGKUP PERLINDUNGAN:SANKSIPasal 40 ayat (2)

    Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana PENJARA paling lama 5 (lima) tahun dan DENDA paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

  • JENIS HIU YANG DILINDUNGI PENUH BERDASARKANKEPUTUSAN MENTERI-KP No. 18 tahun 2013

  • JENIS PARI YANG DILINDUNGI MENURUT KEPUTUSAN MENTERI-KP NO. Manta birostris /MANTA OSEANIKManta alfrediTERDAPAT 2 SPESIES PARI MANTA : MANTA KARANG (Manta alfredi) dan MANTA OSEANIK (Manta birostris)DILINDUNGI PENUH BERDASARKAN : Kepmen KP No.4/2015.MEMPUNYAI KEMIRIPAN DENGAN MANTA JENIS MOBULAEKSPOR : INSANG

  • PERATURAN MENTERI KP1.HIU MARTIL (Sphyrna spp) dan HIU KOBOI (Carcharhinus longimanus)Permen KP No. 59/PERMEN-KP/2014MASA BERLAKU : 1 (SATU) tahun sd 31 NOVEMBER 2015LARANGAN EKSPORSphyrna lewiniSphyrna mokarranSphyrna zygaenaCarcharhinus longimanus

  • DIREKTORAT KONSERVASI KAWASAN DAN JENIS IKANDITJEN KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECILKEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANANINDONESIA GAGAL MENOLAK MASUKNYA 4 SPESIES HIU DAN 2 SPESIES PARI DALAM APPENDIK II CITES Manta birostrisManta alfredi

  • Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor. 12/2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap di Laut Lepas.

    Pasal 39 yang menyebutkan bahwa setiap kapal penangkap ikan yang melakukan penangkapan ikan di laut yang memperoleh hasil tangkapan sampingan (bycatch) yang secara ekologis terkait (ecologically related species) perikanan tuna berupa hiu, burung laut, penyu laut, mamalia laut termasuk paus, dan hiu wajib melakukan tindakan konservasi.

    Pasal 40 juga menjabarkan ketentuan yang menjelaskan ketentuan hasil tangkapan sampingan (bycatch) berupa hiu yang secara ekologis terkait dengan perikanan tuna (ecologically related species) harus memenuhi ketentuan bukan merupakan hiu yang masih juvenil ataupun dalam kondisi hamil, serta harus didaratkan secara utuh, dan

    Pasal 43 lebih menjelaskan mengenai status hasil tangkapan sampingan (bycatch) yang terkait secara ekologis (ecologically related species) pada perikanan tuna, seperti hiu monyet (tresher sharks), yang harus dilepaskan dalam keadaan hidup. Selain itu ditetapkan pula sanksi bagi setiap kapal penangkap ikan yang menangkap, memindahkan, mendaratkan, menyimpan dan atau menjual jenis hiu monyet (tresher sharks) dari Suku Alopiidae, baik utuh maupun bagiannya.

  • Pasal-Pasal Terkait Sangsi Pelanggaran Pemanfaatan (Penangkapan dan Perdagangan) Jenis-Jenis Ikan Yang Dilindungi dan Tidak Boleh Diperdagangkan

  • UU No. 31/2004 tentang Perikanan dan UU No. 45/2009Pasal 7 ayat (1)Dalam rangka mendukung pengeloaan sumberdaya perikanan, menteri menetapkan:p.ukuran atau berat minimum jenis ikan yang boleh ditangkap;s.jenis ikan yang dilarang untuk diperdagangkan, dimasukkan, dan dikeluarkan ke dan dari wilayah Republik Indonesia;t.JENIS IKAN DILINDUNGIPasal 7 ayat (2) Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan pengelolaan perikanan wajib memenuhi ketentuan sebagaimana dimakud pada ayat (1) mengenai : j. ukuran ikan yang boleh ditangkap, m. jenis ikan yang dilarang diperdagangkan , n. jenis ikan yang dilindungi

    LINGKUP :SANKSIPasal 100 UU No.31/2004 Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 7 ayat (2) dipidana dengan pidana DENDA paling banyak Rp. 250.000.000,- (DUA RATUS LIMA PULUH JUTA RUPIAH)Pasal 100 C UU No.45/2009dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) dilakukan oleh NELAYAN KECIL dan/atau pembudidaya ikan kecil dipidana dengan pidana DENDA paling banyak Rp. 100.000.000,- (SERATUS JUTA RUPIAH)

  • Sanksi yang dipergunakan untuk pelanggaran terhadap jenis ikan yang dilindungiPasal 14(4)Setiap orang dilarang merusak plasma nutfah yang berkaitan dengan sumber daya ikan

    SANKSIPasal 87Setiap orang yang dengan SENGAJA di WPP RI yang dengan sengaja merusak plasma nutfah yang berkaitan dengan SDI sebagaimana dimaksud Pasal 14 ayat (4) dipidana dengan PIDANA PENJARA paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (SATU MILYAR RUPIAH)Setiap orang yang karena KELALAIANNYA di WPP RI mengakibatkan rusaknya plasma nutfah yang berkaitan dengan SDI sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 ayat (4) dipidana dengan PIDANA PENJARA paling lama 1 (SATU) tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (LIMA RATUS JUTA RUPIAH)

  • Sanksi yang sering dipergunakan dalam pelanggaran terhadap jenis ikan yang dilindungiPasal 14(4)Setiap orang dilarang merusak plasma nutfah yang berkaitan dengan sumber daya ikan

    SANKSIPasal 87Setiap orang yang dengan SENGAJA di WPP RI yang dengan sengaja merusak plasma nutfah yang berkaitan dengan SDI sebagaimana dimaksud Pasal 14 ayat (4) dipidana dengan PIDANA PENJARA paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (SATU MILYAR RUPIAH)Setiap orang yang karena KELALAIANNYA di WPP RI mengakibatkan rusaknya plasma nutfah yang berkaitan dengan SDI sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 ayat (4) dipidana dengan PIDANA PENJARA paling lama 1 (SATU) tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (LIMA RATUS JUTA RUPIAH)

  • PASAL 100SETIAP ORANG YANG MELANGGAR KETENTUAN YANG DITETAPKAN SEBAGAMANA YANG DIMAKSUDKAN DALAM PASAL 7 AYAT (2) DIPIDANA DENGAN PIDANA DENDA PALING BANYAK RP. 250.000.000,- (DUA RATUS LIMA PULUH JUTA RUPIAH)PASAL 7..SETIAP ORANG YANG MELAKUKAN USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGELOLAAN PERIKANAN WAJIB MEMENUHI KETENTUAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (1) MENGENAI:....JENIS IKAN YANG DILARANG UNTUK DIPERDAGANGKAN, DIMASUKKAN, DAN DIKELUARKAN KE DAN DARI WILAYAH NEGARA RI, DANJENIS IKAN YANG DILINDUNGIUU NO.31/2004PASAL 100 CDALAM HAL TINDAK PIDANA SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 7 AYAT (2) DILAKUKAN OLEH NELAYAN KECIL DAN/ATAU PEMBUDIDAYA IKAN KECIL DIPIDANA DENGAN PIDANA DENDA PALING BANYAK RP. 100.000.000,- (SERATUS JUTA RUPIAH)UU NO.45/2009UU NO.45/2009

  • PASAL 87SETIAP ORANG YANG DENGAN SENGAJA DI WPP RI MERUSAK PLASMA NUTFAH YANG BERKAITAN DENGAN SDI SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 14 AYAT (4), DIPIDANA DENGAN PIDANA PENJARA PALING LAMA 2 (DUA) TAHUN DAN DENDA PALING BANYAK RP. 1.000.000.000,- (SATU MILYAR RUPIAH) SETIAP ORANG YANG KARENA KELALAIANNYA DI WPP RI MENGAKIBATKAN RUSAKNYA PLASMA NUTFAH YANG BERKAITAN DENGAN SDI SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 14 AYAT (4), DIPIDANA DENGAN PIDANA PENJARA PALING LAMA 1 (SATU) TAHUN DAN DENDA PALING BANYAK RP. 5.00.000.000,- (LIMA RATUS JUTA RUPIAH)PASAL 14......SETIAP ORANG DILARANG MERUSAK PLASMA NUTFAH YANG BERKAITAN DENGAN SDI..PENJELASANYANG DIMAKSUD DENGAN PLASMA NUTFAH ADALAH SUBSTANSI YANG TERDAPAT DI DALAM MAKHLUK HIDUP DAN MERUPAKAN SUMBER ATAU SIFAT KETURUNAN YANG DAPAT DIMANFAATKAN DAN DIKEMBANGKAN ATAU DIRAKIT UNTUK MENCIPTAKAN JENIS UNGGUL BARUKETENTUAN INI DIMAKSUDKAN UNTUK MELINDUNGI PLASMA NUTFAH YANG ADA AGAR TIDAK HILANG, PUNAH ATAU RUSAK, DISAMPUNG JUGA UNTUK MELINDUNGI EKOSISTEM YANG ADAUU NO.31/2004UU NO.31/2004

  • PASAL 88SETIAP ORANG YANG DENGAN SENGAJA MEMASUKKAN, MENGELUARKAN, MENGADAKAN, MENGEDARKAN, DAN/ATAU MEMELIHARA IKAN YANG MERUGIKAN MASYARAKAT , PEMBUDIDAYA IKAN, SUMBER DAYA IKAN, DAN/ATAU LINGKUNGAN SUMBERDAYA IKAN KE DALAM DAN/ATAU KE LUAR WPP RI SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 16 AYAT (1), DIPIDANA DENGAN PIDANA PENJARA PALING LAMA 6 (ENAM) TAHUN, DAN DENDA PALING BANYAK RP. 1.500.000.000,- (SATU MILYAR LIMA RATUS JUTA RUPIAHPASAL 16SETIAP ORANG DILARANG MEMASUKKAN, MENGELUARKAN, MENGADAKAN, MENGEDARKAN, DAN/ ATAU MEMELIHARA IKAN YANG MERUGIKAN MASYARAKAT, PEMBUDIDAYA IKAN, SUMBER DAYA IKAN, DAN/ATAU LINGKUNGAN SUMBER DAYA IKAN KE DALAM DAN/ATAU KE LUAR WPP RI KETENTUAN LEBIH LANJUT MENGENAI PEMASUKAN, PENGELUARAN, PENGADAAN, PENGEDARAN, DAN/ATAU PEMELIHARAAN IKAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (1) DIATUR DENGAN PERATURAN PEMERINTAHPENJELASANLARANGAN INI DIMAKSUDKAN UNTUK MELINDUNGI SUMBER DAYA IKAN YANG DILINDUNGI AGAR TIDAK HILANG ATAU PUNAH, TERUTAMA IKAN ASLI INDONESIA (INDIGENOUS SPECIES), JUGA DIMAKSUDKAN UNTUK MELINDUNGI EKOSISTEM ASLI ALAM INDONESIA UU NO.31/2004UU NO.31/2004

  • Twitter : @[email protected]

    **********