kebijakan keuangan negara - setjen.pu.go.id

114
KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA Bagian Pembinaan dan Informasi Pengelolaan Keuangan, Biro Keuangan

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA

Bagian Pembinaan dan Informasi Pengelolaan Keuangan, Biro Keuangan

Page 2: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

DASAR HUKUM

1.• UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

2. • UU No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara

3.• UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan Tanggung Jawab

Keuangan Negara

4.• PP No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi

Pemerintah

5.• PP No. 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan APBN Telah Diubah

Dengan PP No. 50 Tahun 2018

6.• PMK No. 190/PMK.05/2012 Tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka

Pelaksanaan APBN Telah Diubah Dg PMK No.178/PMK.05/2018

7.• PMK No. 145/PMK.05/2017 Tentang Tata Cara Pembayaran Atas Beban

APBN Sebelum Barang/Jasa Diterima

8.• PMK No. 196/PMK.05/2018 Tentang Tata Cara Pembayaran dan

Penggunaan Kartu Kredit

Page 3: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Keuangan Negara

1. Pengertian Keuangan Negara

Keuangan negara menurut UU 17/2003:

semua hak dan kewajiban negara yang

dapat dinilai dengan uang, serta segala

sesuatu baik berupa uang maupun

berupa barang yang dapat dijadikan milik

negara berhubung dengan pelaksanaan

hak dan kewajiban tersebut.

Page 4: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Keuangan Negara

2. Lingkup Keuangan Negara1. Keuangan publik mencakup masalah-masalah kreasi

memperoleh penerimaan ataupun pendapatan yang dilakukan

pemerintah (pusat dan daerah)

Penerimaan negara (UU 17/2003): uang yang masuk ke

kas negara

Pendapatan negara (UU 17/2003): hak pemerintah pusat

yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.

2. Keuangan publik mencakup aspek pengeluaran negara yang

termasuk didalamnya belanja publik/negara (pusat dan

daerah)

Pengeluaran negara (UU 17/2003): uang yang keluar dari

kas negara

Belanja negara (UU 17/2003): kewajiban pemerintah pusat

yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih

Page 5: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Keuangan Negara

3. Keuangan publik juga mencakup aspek pembiayaan

yang dilakukan oleh pemerintah (pusat maupun

daerah)

Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu

dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan

diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang

bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran

berikutnya.

Terminologi lain dari utang dan/atau piutang negara

Page 6: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

6

LATAR BELAKANG & DUKUNGAN PENGANGGARAN

• Standar Biaya Masukan 2019Satuan biaya berupa harga satuan, Tarif danIndeks yang ditetapkan untuk menghasilkanbiaya komponen keluaran dalampenyusunan rencana kerja dan anggaranKementerian Negara/Lembaga TahunAnggaran 2019.

• Bagan Akun Standar Daftar kodefikasi dan klasifikasi terkaittransaksi keuangan yang disusun secarasistematis sebagai pedoman dalamperencanaan, penganggaran, PelaksanaanAnggaran dan Pelaporan KeuanganPemerintah.

• Laporan Hasil Pemeriksaan Laporan tertulis mengenai hasil pelaksanaanpemeriksaan yang dilaksankan oleh BPK,BPKP dan Inspektorat Jenderal Kementerian.

Standar Biaya Masukan berfungsi sebagai• Batas tertinggi harga satuan, Tarif dan Indek untuk

menghasilkan biaya komponen keluaran.• Estimasi harga satuan, Tarif dan Indeks yang

ditetapkan untuk menghasilkan biaya komponenkeluaran.

Bagan Akun Standar Bertujuan,• Memastikan Rencana Keuangan Anggaran, Realisasi,

dan Pelaporan keuangan dinyatakan dalam istilahyang sama.• Meningkatkan kualitas informasi keuangan• Memudahkan pengawasan keuangan

• Pelaksanaan Rencana PembangunanJangka Menengah (RPJM)

dokumen Rencana Pembangunan JangkaMenengah III utk periode 2015-2019(RPJPN 2005-2025)

• Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-KL)dokumen perencanaan Kementerian/ Lembaga utk periode 5thn

- Rencana Pembangunan Tahunan Nasional atau RencanaKerja Pemerintah (RKP) dokumen Perencanaan Nasionalutk periode 1 thn

- Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja-KL)dokumenperencanaan Kementrian/Lembaga utk periode 1 thn

• Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan, LaporanHasil Pemeriksaan Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan (KTPP), Sistem Pengendalian Internal (SPI),Laporan Hasil Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDTT)dan Laporan Hasil Pemeriksaan Kinerja• Laporan Hasil Audit (LHA)

Page 7: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Siklus Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN)

Forum Penelaahan

Kemen

PUPR

Forum

PenelaahanKemen

PUPR

Page 8: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Rp

Peningkatan Efektifitas dan Efisiensi Belanja Kementerian PUPR

Belanja

Pegawai

Terdapat perbedaan data jumlah pegawai aktif dan pegawai pensiun

antara yang diusulkan oleh Unit Organisasi dengan data yang dilaporkan

melalui aplikasi e-HRM.

Masih mengalokasikan Uang Duka PNS yang seharusnya sudah

menjadi kewenangan TASPEN

8

Masih terdapat pembayaran Tunjangan Kinerja dengan menggunakan

akun 511134 (Belanja Tunjangan Kompensasi Kerja PNS) seharusnya

menggunakan akun 512411 (Belanja Tunjangan Kinerja PNS)

Masih terdapat Tunjangan Umum PNS di akun 511193 (belanja Tunjangan

Umum PNS TNI/Polri) seharusnya menggunakan 511151 (Belanja

Tunjangan Umum PNS)

Masih mengalokasian Belanja Uang Honor Tetap pada akun 512111

untuk pembayaran gaji non-PNS yang seharusnya menggunakan

akun Belanja Barang (52)

Page 9: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

6

Peningkatan Efektifitas dan Efisiensi Belanja Kementerian PUPR

Reviu Belanja

Barang berbasis

realisasi 2017

Penerapan CapPolicy

Belanja Barang Operasional

2019Realisasi

2017

Pagu

2018

Potensi efisiensi

kebutuhan

belanja

operasional

SEWA

Menetapkan batas maksimal belanjaaparatur

1

2

KL Belanja

Barang

Page 10: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Peningkatan Efektifitas dan Efisiensi Belanja Kementerian PUPR

7

3

3 Penghematan Belanja

Barang Non

Operasional

Pembatasan belanja

Perjalanan Dinas

PaketMeeting

Belanja Honor

Tim yang

rasional

• Hanya untuk tambahan penugasan tidak terkait tusi

• Pembatasan honor (jumlah keanggotaan)

Belanja Bahan dan

Non Operasional

Lainnya

• Go Green dengan penguranganATK

• Upaya ramah lingkungan

Belanja Produktif, termasuk

menambah volume output

prioritas•Kegiatan yang terpusat

•Frekuensi

•Jumlah pegawai

•Optimalisasi IT untuk Monev

•Pengurangan konsumsi

•Pemanfaatan waktu yang efektif

Belanja

Barang

KL

Page 11: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Peningkatan Efektifitas dan Efisiensi Belanja Kementerian PUPR

2018

7

4

4

Penguatan dan Perbaikan kualitas belanjamodal

untuk mendorong pertumbuhan ekonomi

Efisiensi Belanja Modal

Diarahkan untuk belanja modal produktif antara lain pariwisata,

infrastruktur (pelabuhan, bandara, jalan, bendungan, irigasi dan

listrik), sarana dan prasarana ekonomi produktif (pasar) serta

daerah perbatasan

Belanja Modal

Page 12: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Pengertian

Perbendaharaan Negara

Perbendaharaan Negara adalahpengelolaan dan pertanggungjawabankeuangan negara, termasuk investasi dankekayaan yang dipisahkan, yangditetapkan dalam APBN dan APBD

Page 13: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id
Page 14: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id
Page 15: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

PENGGUNA ANGGARAN

Menteri/Pimpinan Lembaga selaku PA berwenang: menunjuk kepala Satker yang berstatus Pegawai Negeri Sipil untuk

melaksanakan kegiatan Kementerian Negara/Lembaga sebagai KPA; dan menetapkan Pejabat Perbendaharaan Negara lainnya, yaitu PPK dan

PPSPM

Penunjukan Kepala Satker sebagai KPA bersifat ex-officio.

Kewenangan PA untuk menetapkan PPK dan PPSPM dilimpahkan kepada KPA.

Setiap terjadi pergantian jabatan kepala Satker, setelah serah terima jabatanpejabat kepala Satker yang baru langsung menjabat sebagai KPA.

Page 16: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

PERANGKAPAN JABATAN PEJABAT PERBENDAHARAAN NEGARA

KPAmengangkat 1 orang PPSPM

dan

dapat mengangkat lebih dari 1 orang PPK untuk setiap DIPA.

Dalam hal terdapat keterbatasan jumlah pejabat/pegawai yang memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai pejabat perbendaharaan negara, dimungkinkan dilakukan perangkapan jabatan dengan memperhatikan prinsip saling uji (check and balance).

KPA dapat merangkap sebagai PPK atau PPSPM.

PPK tidak boleh merangkap sebagai PPSPMdan sebaliknya.

Page 17: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

BENDAHARA

1. Bendahara Penerimaan

2. Bendahara Pengeluaran

3. Bendahara Pengeluaran Pembantu

4. Bendahara Satker BLU

Catatan:

Bendahara Satker BLU juga berkewajiban menyampaikan LPJ dikarenakan

rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja BLU

disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rencana

kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja K/L.

Page 18: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

BENDAHARA PENGELUARAN

• Menteri/Ketua Lembaga menetapkan Bendahara Pengeluaran;

• Penetapan Bendahara Pengeluaran dapat didelegasikan kepada Kepalasatker

• Pengangkatan Bendahara Pengeluaran tidak terikat periode tahun anggaran.

• Surat Penetapan BP disampaikan kepada PPSPM dan PPK, serta kepadaKepala KPPN dalam rangka penyampaian Laporan Pertanggungjawaban(LPJ)

• Bendahara Pengeluaran tidak dapat dirangkap oleh KPA, PPK atau PPSPM.

• Dalam hal tidak terdapat pergantian Bendahara Pengeluaran, penetapan Bendahara Pengeluaran tahun anggaran yang lalu masih tetap berlaku

• Dalam hal Bendahara Pengeluaran dipindahtugaskan/ pensiun/diberhentikan dari jabatannya/berhalangan sementara, Menteri/Pimpinan Lembaga atau kepala Satker menetapkan pejabat pengganti sebagai Bendahara Pengeluaran.

• Bendahara Pengeluaran yang dipindahtugaskan/ pensiun/diberhentikan dari jabatannya/berhalangan sementara bertanggungjawab untuk menyelesaikan seluruh administrasi keuangan.

Page 19: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id
Page 20: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN NEGARA

(PP No.45 Tahun 2013)

• Penyetoran pendapatan negara melalui bank sentral atau bank umum dan

badan lannya (Psl 43)

• Kewajiban penyetoran ke kas negara tepat waktu dan adanya pengenaan

sanksi administratif berupa denda (Psl 46)

• Penetapan wajib pungut pajak kpd setiap PA/KPA dan/atau bendahara

(Psl 47)

Penyetoran

pendapatan

negara

• Tanggungjawab Menteri/Pimpinan Lembaga yang memiliki sumber PNBP

untuk melakukan pemungutan PNBP (Psl 48)

• Kewenangan Menteri/Pimpinan Lembaga untuk menetapkan pejabat

yang bertugas melakukan pemungutan PNBP (Psl 48)

• Kewenangan dan tanggungjawab KPA untuk memperhitungkan PNBP

yang terutang dari pembayaran yang dilakukannya (Psl 53)

Pengelolaan

PNBP

• Tanggungjawab Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal atas

pelaksanaan pendapatan hibah (Psl 56)

• Keharusan pendapatan hibah dikelola dalam APBN (Psl 56)Hibah

Page 21: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Pelaksanaan Anggaran PendapatanPenyetoran Penerimaan Negara

PRINSIP

SEKUEN 1Sore hari

SEKUEN 2Berkala (atas

persetujuan

Menkeu)

Page 22: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Pelaksanaan Anggaran PendapatanMekanisme Penata Usahaan dan Pelporan PNBP

Page 23: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id
Page 24: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Tahun anggaran meliputi satu tahun mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember;

APBN dalam satu tahun anggaran meliputi :

a. Hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilaikekayaan bersih;

b. Kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagaipengurang nilai kekayaan bersih

c. Penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/ataupengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahunanggaran ybs maupun tahun-tahun anggaran berikutnya

Penerimaan dan pengeluaran negara dilakukan melaluiRekening Kas Umum Negara

Pelaksanaan Pendapatan dan BelanjaNegara/Daerah

Page 25: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

KPA

Kuasa

BUN

Pencairan

Dana

Pelaksanaan

Komitmen

Pembebanan

dan Perintah

Bayar

Perja

njian

Penga-

daan

barang

/jasa

Prestasi

kerja

Perintah

Bayar

Pengujian

tagihanPembeban

PengujianPencairan

Dana

Penagi

hanSPP

• Wetmatigheid• Rechtmatigheid

• Wetmatigheid• Rechtmatigheid

Pencairan

Dana

Doelmatigheid

Alur Pelaksanaan Belanja

Page 26: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Tipe Swakelola(Perpres No.16 Th 2018)

Tipe I

Direncanakan,dilaksanakan & diawasi oleh

K/L/PerangkatDaerah

Penanggung Jawab

Anggaran

Tipe II

Direncanakan & diawasi oleh K/L Perangkat

Daerah Penanggung

Jawab Anggaran &

dilaksanakan oleh K/L/PDPelaksana Swakelola

Tipe III

Direncanakan & diawasi oleh

K/L/PerangkatDaerah

Penanggung Jawab Anggaran & dilaksanakanoleh Organisasi

Kemasyara-katan

Tipe IV

Direncanakan sendiri oleh

K/L/PerangkatDaerah

Penanggung Jawab dan/atau &

dilaksanakan serta diawasi oleh Kelompok

Masyarakat 18

Pasal 18 ayat 6

Page 27: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Persiapan Swakelola(Perpres No.16 Th 2018)

Pasal 18 ayat 6

Kegiatan persiapan Swakelola meliputi:1. Penetapan sasaran oleh PA/KPA2. Penetapan Penyelenggara Swakelola

3. Rencana kegiatan, Jadwal Pelaksanaan, RAB, ditetapkanoleh PPK dengan memperhitungkan tenaga ahli/ peralatan/ bahan tertentu yang dilaksanakan dengan Kontrak tersendiri.

Tipe

Swakelola

Penetapan

Tim Persiapan Tim Pengawas Tim Pelaksana

Tipe I PA/KPA Penanggung Jawab Anggaran

Tipe II

PA/KPAPenanggung Jawab Anggaran

Pimpinan K/L/PD PelaksanaSwakelola

Tipe III

PenanggungJawab

OrganisasiMasyarakat

Tipe IV Penanggung Jawab Kelompok Masyarakat

Page 28: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Jenis KoNtrak(Perpres No.16 Th 2018)

Barang/

Pekerjaan

Konstruksi/

Jasa Lain

1. Lumsum

2. Harga satuan

3. Gabungan Lumsum

dan Harga Satuan

4. Terima Jadi (Turnkey)

5. Kontrak Payung

Jasa

Konsultansi

1. Lumsum

2. Waktu Penugasan

3. Kontrak Payung

Pasal 27

Page 29: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Bentuk Kotrak(Perpres No.16 Th 2018)

Bentuk kontrak Barang Konstruksi Jasa lainnya Konsultansi

Bukti pembelian/

pembayaran≤ 10 juta --- ≤ 10 juta ---

Kuitansi ≤ 50 juta --- ≤ 50 juta ---

Surat Perintah Kerja

(SPK)

> 50 juta

s.d 200 juta≤ 200 juta

> 50 juta s.d

200 juta≤ 100 juta

Surat perjanjian > 200 juta > 200 juta > 200 juta > 100 juta

Surat pesanane-purchasing/pembelian melalui toko

daring

Pasal 28

Page 30: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Kontrak Tahun Jamak

TAHUN ANGGARAN 1

12 bulan

>12 bulan

<12 bulan

>12 bulan

<12 bulan

TAHUN ANGGARAN 2 TAHUN ANGGARAN 3

12 bulan 12 bulan

PERPRES 54/2010

Pelaksanaan pekerjaan untuk masa lebih dari 1 Tahun Anggaran atas beban anggaran

PERPRES 16/2018

• Pekerjaan yang penyelesaiannya lebih dari 12 bulan atau lebih dari 1 Tahun Anggaran

• pekerjaan yang memberikan manfaat lebih apabila dikontrakkan untuk jangka waktu lebih dari 1 Tahun Anggaran dan paling lama 3 Tahun Anggaran.

Page 31: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Uang Muka(Perpres No.16 Th 2018)

Dapat diberikan untuk persiapan pelaksanaan pekerjaan:

Usaha Kecil (B/PK/JL)

Usaha Non Kecil (B/PK/JL)dan JK

KontrakTahun Jamak

Maks30 %

Maks20 %

Maks15 %

Pemberian uang muka dicantumkan pada rancangan kontrak yang terdapat dalam

Dokumen Pemilihan. Pasal 29

Page 32: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Jenis Jaminan PBJ(Perpres No.16 Th 2018)

Jaminan Penawaran

Jaminan Sanggah Banding

Jaminan Pelaksanaan

Jaminan Uang Muka

Jaminan Pemeliharaan

Pasal 30 ayat 1

Pekerjaan Konstruksi

Page 33: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Penyesuaian Harga(Perpres No.16 Th 2018)

Tahun 1 Tahun 2

1813

Dihitung

mulai bulanke-13

diberlakukan

untuk masa

pelaksanaan

> 18 bulan

diberlakukan terhadap Kontrak Tahun Jamak dengan jenis Kontrak Harga Satuan

atau Kontrak berdasarkan Waktu Penugasan

Pasal 37

Page 34: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id
Page 35: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

PELAKSANAAN ANGGARAN

PADA AKHIR TAHUN

ANGGARAN Kewenangan Menkeu menetapkan kebijakan

penerimaan negara terkait batas waktu Penerimaan

Negara untuk mengendalikan saldo kas negara serta

persiapan tutup buku pada akhir tahun anggaran (Psl

157)

Pada akhir tahun anggaran, bank sentral, bank

umum, dan badan lainnya yang ditunjuk oleh Menteri

Keuangan wajib menerima setoran penerimaan

negara selama jam buka pelayanan sesuai yang

diatur dalam perjanjian kerja sama (Psl 158)

Ketentuan batasan waktu akhir tahun dalam penyampaian

SPM (Psl 159)

Penyelesaian Uang Persediaan pada akhir tahun anggaran

(Psl 160)

Pengaturan sisa pagu DIPA yang tidak terealisasi sampai

akhir tahun anggaran (Psl 162)

Pengaturan sisa pekerjaan sampai dengan akhir tahun

anggaran (Psl 163)

Pelaksanaa

n

Penerimaan

Pelaksanaa

n

Pengeluara

n

Page 36: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id
Page 37: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

PELAKSANAAN ANGGARAN

DALAM PENANGGULANGAN

BENCANA Menteri Keuangan selaku BUN dapat melakukan

pengeluaran yang belum tersedia anggarannya untuk

pelaksanaan penanggulangan bencana pada tahap

tanggap darurat bencana (Psl 166)

PA yang membidangi tugas koordinasi

penanggulangan bencana dapat menunjuk pejabat

pada K/L Lainnya atau pejabat Pemda selaku

KPA/PPK/PPSPM/BP/BPP(Ps166)

Dalam hal terdapat sisa pagu DIPA atas Kegiatan

penanggulangan bencana dan yang tidak dapat

diselesaikan sampai berakhirnya tahun anggaran, sisa

pagu DIPA tersebut dapat ditampung dalam satu

rekening penampung (Psl 168)

Pertanggungjawaban pnggulangan bencana saat

tangggap darurat diperlakukan secara khusus sesuai

dengan kondisi kedaruratan dan dilaksanakan dengan

prinsip akuntabilitas dan transparansi (Psl 166)

Anggaran

dan

pelaksanaa

n

Pertangun

g-jawaban

Page 38: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id
Page 39: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Pelaksanaan Anggaran BelanjaPenyelesaian Tagihan

PRINSIP

LANGSUNG (LS)

SEKUEN 1

LANGSUNG (LS) Segera

SEKUEN 2UP

Pembayara

n

Page 40: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Perubahan Ketentuan UP

UP dalam bentuk tunai

Disimpan pada rekening bendahara / brankas

UP digunakan untuk operasional dan kegiatan-kegiatan yang tidak bisa dibayarkan dengan LS

UP dalam bentuk tunai dan kartu kredit

UP tunai disimpan dalam rekening bendahara / brankas

UP Kartu kredit berupa limit belanja kartu kredit yang dipegang oleh pemegang KKP

Besaran UP merupakan total UP Tunai dan UP KKP

UP KKP digunakan untuk kegiatan operasional dan kegiatan yang tidak dapat dibayarkan

dengan LS yang sumber dananya RM

Pengaturan Awal Perubahan Pengaturan

Page 41: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Pengaturan Proporsi UP Tunai dan KKP

Pengaturan Awal

Terbagi dalam 4 (empat) kelompok pagu belanja yang dapat dibayarkan

dengan UP

Pagu

< Rp900 jutau

Rp900 juta s.d. Rp2,4 M

PaRp2,4 M s.d. Rp6 M

> Rp6 M

UP

Max. Rp100 juta

Max. Rp50 juta

Max. Rp200 juta

Max. Rp500 juta

Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan dapat memberikan dispensasi terhadap perubahan

UP melampaui besaran UP

Perubahan Pengaturan

Pagu

< Rp2,4 M

PaRp2,4 M s.d. Rp6 M

> Rp6 M

Proporsi UP Tunai dan KKP sebesar 60% dan 40 %

Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan dapat memberikan dispensasiterhadap perubahan UP melampaui besaran UP dan perubahan proporsi UP

UP

Max. Rp100 juta

Max. Rp200 juta

Max. Rp500 juta

Terbagi dalam 3 (tiga) kelompok pagu belanja yang dapat dibayarkan dengan UP

Page 42: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Pengaturan Dispensasi

Pengaturan Awal Perubahan Pengaturan

frekuensi penggantian UP tahun lalu lebih dari rata-rata 1 (satu) kali dalam 1 (satu)

bulan selama 1 (satu) tahun; dan

perhitungan kebutuhan penggunaan UP dalam 1 (satu) bulan melampaui besaran UP

1

2

frekuensi penggantian UP tahun lalu lebih dari rata-rata 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan selama 1 (satu) tahun; dan

perhitungan kebutuhan penggunaan UP dalam 1 (satu) bulan melampaui besaran UP

1

2

Pertimbangan yang sama dengan perubahan UP melampaui besaran UP dan

tidak terdapat atau masih terbatas penyedia barang/jasa yang menerima pembayaran dengan kartu kredit melalui mesin

Electronic Data Capture (EDC) yang dibuktikan dengan surat pernyataan dari KPA.

tidak terdapat penyedia barang/jasa yang dapat menerima pembayaran dengan kartu kredit melalui mesin EDC yang

dibuktikan dengan surat pernyataan dari KPA; dan

memiliki pagu jenis belanja Satker yang dapat dibayarkan melalui UP sampai dengan Rp2.400.000.000,00 (dua miliar empat ratus juta

rupiah).

Pengecualian Penggunaan UP Tunai 100% tanpa dispensasi, mempertimbangkan:

Perubahan proporsi besaran UP tunai, mempertimbangkan:

Perubahan UP melampaui besaran UP, mempertimbangkan:

Kepala Kanwil DJPb dapat memberikan persetujuanDispensasi atas:

Kepala Kanwil DJPb dapat memberikanpersetujuan UP melampaui besaran

mempertimbangkan:

Page 43: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Pengendalian UP

Pengaturan Awal

•Surat Pemberitahuan kepada KPA apabila 2 (dua) bulan sejak SP2D-UP diterbitkan belum dilakukan pengajuan penggantian UP (GUP)

•Pemotongan 25% apabila 1 (satu) bulansetelah surat pemberitahuan ke-1 tidak GUP

•Pemotongan 50% apabila 1 (satu) bulan setelah surat pemberitahuan ke-2 tidak GUP

•Surat Pemberitahuan kepada KPA apabila 1 (satu) bulan sejak SP2D-UP Tunai diterbitkan belum dilakukan pengajuan penggantian UP (GUP) Tunai

•Pemotongan 25% apabila 1 (satu) bulan setelah surat pemberitahuan ke-1 tidak GUP Tunai

•Pemotongan 50% apabila 1 (satu) bulan setelah surat pemberitahuan ke-2 tidak GUP Tunai

Perubahan Pengaturan

Page 44: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Alur Pelaksanaan Belanja

Page 45: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

PENGUJIAN DALAM PELAKSANAAN PENGELUARAN NEGARA

PENGUJIAN

Menteri Teknis

Selaku Pengguna Anggaran

PEMBUATAN

KOMITMEN

Tahapan Administratif

Pengujian :

• Wetmatigheid

• Rechtmatigheid

• Doelmatigheid

SPM

PENGUJIAN

Menteri Keuangan

Selaku BUN

Tahapan Komtabel

Pengujian :

• Substansial :

•Wetmatigheid

•Rechtmatigheid

• Formal

CHEQUE

?

Page 46: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

PENGUJIAN DALAM PELAKSANAAN PENGELUARAN NEGARA

1. Pengujian Secara Wetmatigheid

Pengujian untuk mencari tahu apakah tagihan atas beban

anggaran belanja negara itu sesuai dengan ketentuan

perundangan –undangan yang berlaku atau tidak dan Apakah

dana tersedia dalam DIPA

2. Pengujian Secara Rechmatigheid

Pengujian dilakukan untuk mencari tahu apakah para pihak yang

mengajukan tagihan atas beban anggaran belanja negara secara formal

adalah sah sesuai dengan peraturan yang berlaku dan dilengkapi dengan

bukti-bukti yang sah

3. Pengujian Secara Doelmatigheid

Pengujian ini untuk mencari tahu apakah output dari suatu pekerjaan

sesuai dengan sasaran/keluaran kegiatan dan indikator keluaran Sub

Kegiatan tertuang dalam DIPA atau tidak

Page 47: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Jenis Kegiatan yang Dapat Dibayarkan SebelumBarang/Jasa Diterima

Pemberian Uang Muka Kerja Sewa Menyewa

Jasa Asuransi Dan/AtauPengambil Alih Risiko

Kontrak PenyelenggaraanBeasiswa

Pekerjaan PemeliharaanPemasangan AtauPenambahan Daya Listrik OlehPerusahaan Listrik Negara

Pengadaan Jurnal Asing Yang Dibayarkan Dengan UangPersediaan

Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik Yang Dibayarkan Dengan Uang Persediaan

Page 48: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

EVALUASI KINERJA

PELAKSANAAN ANGGARAN

KEMENTERIAN/LEMBAGA

Page 49: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Landasan Hukum

Memastikan pengelolaan APBN khususnya belanja pemerintah yang dilaksanakan K/L sampaidengan tingkat satker dapat berjalan dengan baik.

Pola penyerapan anggaran tidak proporsional dan cenderung masih menumpuk di akhir tahundengan kualitas belanja dan capaian output yang belum sesuai target.

Sebagai langkah mitigasi dan perumusan kebijakan pelaksanaan anggaran atas masih banyaknyakendala dan permasalahan dalam pelaksanaan anggaran K/L di tingkat satker.

Implementasi UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, PP No. 45 Tahun 2013 Pasal 131, Menteri Keuangan selaku BUN dapat melakukan monitoring dan evaluasi atas

pelaksanaan anggaran belanja Kementerian Negara/Lembaga.

49

Page 50: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Landasan Hukum

Menteri Keuangan selaku BUN dan Menteri/Pimpinan Lembagaselaku PA melakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaananggaran belanja Kementerian Negara/Lembaga untuk menjaminefektivitas pelaksanaan anggaran, efisiensi penggunaan anggaran,dan kepatuhan terhadap regulasi pelaksanaan anggaran.

Hasil monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan anggaran belanjaKementerian Negara/Lembaga yang dilakukan oleh Menteri Keuangan selaku BUN sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat ( 1) huruf a, digunakan oleh Menteri Keuangan selaku BUN untuk: a. evaluasi kinerja pelaksanaan anggaran; b. pengendalian belanjanegara; dan c. peningkatan efisiensi anggaran belanja.

Pasal 4 PMK Nomor 195/2018 tentangMonev Pelaksanaan Anggaran Belanja K/L

Pasal 131 PP Nomor 45/2013 jo. PP Nomor 50/2018 tentangTata Cara Pelaksanaan APBN

Menteri Keuangan selaku BUN menggunakan hasil monitoring danevaluasi atas pelaksanaan anggaran belanja oleh MenteriKeuangan selaku BUN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk:a. evaluasi kinerja pelaksanaan anggaran; b. pengendalian belanjanegara; dan c. peningkatan efisiensi anggaran belanja.

Ayat 1

Ayat 2

Evaluasi kinerja pelaksanaan anggaransebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf a diwujudkan dalambentuk pengukuran kualitas kinerja menggunakanIKPA.

Ayat 1

Ayat 2

50

Page 51: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Definisi IKPA

adalah indikator yang ditetapkan oleh Kementerian Keuangan selakuBUN untuk mengukur kualitas kinerja pelaksanaan anggaran belanjaKementerian Negara/Lembaga dari sisi kesesuaian terhadapperencanaan, efektivitas pelaksanaan anggaran, efisiensi pelaksanaananggaran, dan kepatuhan terhadap regulasi

Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA)

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 195/PMK.05/2018 tentang

Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Belanja K/L

51

Page 52: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

1. Indeks Kinerja Pelaksanaan Anggaran merupakan alat ukur kualitas pelaksanaananggaran Kementerian/Lembaga yang dapat dipublikasikan untuk mendorongperubahan perilaku satker dan K/L.

2. Indeks pelaksanaan anggaran secara kuantitatif mengukur kinerja dan kualitaspelaksanaan anggaran secara menyeluruh dengan memperhatikan aspek akuntabilitaspada saat pelaksanaan anggaran.

3. Aspek kinerja dan kualitas pelaksanaan anggaran dapat terwakili antara lain olehvariabel-variabel sebagai berikut:a. Kesesuaian dengan perencanaan;b. Kepatuhan terhadap regulasi;c. Efektivitas pelaksanaan kegiatan;d. Efisiensi pelaksanaan.

Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran

52

Page 53: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Tujuan Pengukuran Kinerja dengan IKPA

Kelancaran Pelaksanaan Anggaran:(Pembayaran/Realisasi Anggaran, Penyampaian Data Kontrak, Penyelesaian Tagihan, SPM yang Akurat, Kebijakan Dispensasi SPM)

Mendukung Manajemen Kas:(Pengelolaan UP/TUP, Revisi DIPA, Renkas/RPD, Deviasi Halaman III DIPA, ReturSP2D)

Meningkatkan Kualitas Laporan Keuangan (LKKL/LKPP):(Penyampaian LPJ Bendahara dan Penyelesaian Pagu Minus Belanja)

MenjaminKetercapaian

Keluaran/Output (Output Delivery)

1

3

2

53

Page 54: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Dihitung berdasarkan rasio dispensasi SPM

terhadap seluruh SPM yang diterbitkan K/L

Dihitung berdasarkan rasio pengembalian

SPM terhadap seluruh SPM yang diterbitkan

K/L

Dihitung dengan membandingkan

jumlah retur SP2D dengan jumlah SP2D

yang terbit

Dihitung berdasarkan persentase pagu minus terhadap

pagunya

Dihitung berdasarkan jumlah GUP tepat

waktu dibagi seluruh record GUP

Dihitung berdasarkan jumlah revisi

anggaran K/L per Satker (hanya revisi

pagu tetap)

Dihitung berdasarkan rasio penyelesaian tagihan yang tepat

waktu dibagi dengan seluruh SPM LS

Kontraktual Non Belanja Pegawai

Dihitung berdasarkan rata-rata gap antara realisasi dgn rencana

penarikan dana (% gap realisasi thdp

rencana)

Dihitung berdasarkan tingkat realisasi

terhadap target per triwulan (TW 1 = 15%;

TW 2 = 40%; TW 3 = 60%; dan TW 4 = 90%)

5%

Bobot:

4%

Bobot:

15%

Bobot:

20%

Bobot:

5%

Bobot:

5%

Bobot:

04Penyelesaian Tagihan

03Pagu Minus

02Halaman III DIPA

01Revisi DIPA

05Penyerapan Anggaran

06Retur SP2D

Dihitung berdasarkan rasio data kontrak

tepat waktu terhadap seluruh data kontrak yang disampaikan ke

KPPN

Dihitung berdasarkan rasio LPJ tepat waktu terhadap seluruh LPJ yang disampaikan ke

KPPN

Dihitung berdasarkan rasio Renkas yang

tepat waktu terhadap seluruh Renkas yang

disampaikan ke KPPN

5%

Bobot:

15%

Bobot:

4%

Bobot:

6%

Bobot:

6%

Bobot:

10%

Bobot:

Formula Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran

10Dispensasi SPM

09Data Kontrak

08Rekon LPJ Bendahara

07Pengelolaan UP

11Perencanaan Kas

12Pengembalian SPM

Kesesuaian Dengan Perencanaan Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan

Efisiensi Pelaksanaan KegiatanKepatuhan Terhadap Regulasi

54

Page 55: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran Kementerian PUPR

55

No Indikator 2017 2018 2019

1 Revisi DIPA 100.00 100.00 100.00

2 Halaman III DIPA 58.66 87.65 82.80

3 Pagu Minus 99.42 100.00 99.86

4 Penyelesaian Tagihan 91.82 96.58 98.16

5 Penyerapan Anggaran 100.00 98.50 48.43

6 Retur SP2D 99.59 99.63 99.57

7 Pengelolaan UP 85.89 89.00 95.00

8 Rekon LPJ Bendahara 51.11 N/A 95.25

9 Data Kontrak 51.37 82.00 86.00

10 Dispensasi SPM 99.88 100.00 N/A

11 Perencanaan Kas 70.96 90.28 98.25

12 Pengembalian SPM 96.73 97.24 80.00

85.91 94.58 83.74NILAI KINERJA

(Setelah pembobotan)

Tahun 2018 terjadipeningkatan nilai IKPA daritahun sebelumnya.

Terjadi perbaikan nilaikhususnya untuk indikatorHal III DIPA, Data Kontak, Pengelolaan UP, dan Perencanaan Kas

Per Juni 2019 Penyerapananggaran hanya sebesar20,51%

Indikator Hal III DIPA, Data Kontrak dan PengembalianSPM perlu untuk ditingkatkan

Data Tahun 2019 per 18 Juni 2019

Page 56: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Langkah-Langkah Strategis Peningkatan IKPA (1)

No Indikator Keterangan/Penjelasan Langkah Peningkatan

1. Revisi DIPA

1. Jenis revisi anggaran yang diperhitungkan adalah revisi dalam

kewenangan pagu tetap (tidak masuk adalah revisi dalam

kewenangan pagu berubah dan revisi administratif).

2. Frekuensi revisi hanya diperkenankan 1x dalam rentang

triwulanan. Apabila dalam satu triwulan akan ada 2x revisi,

maka revisi yang kedua agar diajukan pada triwulan berikutnya.

1. Untuk mempertahankan capaian ini, maka Satker agar

sangat selektif dalam melakukan pergeseran anggaran

dalam revisi DIPA (pagu tetap).

2. Selain itu, Satker agar dapat mengelola dan menghimpun

kebutuhan revisi anggaran untuk kemudian dapat

dijadwalkan dengan frekuensi revisi yang akan diajukan

baik kepada DJA maupun Kanwil DJPb sebanyak 1 kali

dalam 1 triwulan.

2.Deviasi Halaman

III DIPA

1. Halaman III DIPA memuat Rencana Penarikan Dana (RPD) per

bulan sepanjang tahun anggaran berjalan atas pelaksanaan

anggaran yang dilakukan pada suatu satker.

2. Validitas dan keakuratan RPD pada Halaman III DIPA sangat

penting untuk menjaga likuiditas Kas Negara guna memenuhi

kebutuhan penyediaan dana bagi pencairan anggaran atas

suatu DIPA.

3. Keakuratan Deviasi Halaman III pada IKPA dihitung untuk

rencana yang dieksekusi sampai dengan bulan November

tahun anggaran berjalan.

1. Untuk meningkatkan nilai capaian pada indikator ini,

seluruh satker yang memiliki deviasi tinggi, agar melakukan

penyesuaian rencana kegiatan dan realisasi anggaran

dengan mengajukan revisi administratif penyesuaian

Halaman III DIPA ke Kanwil DJPb pada triwulan

berjalan.

2. Satker agar lebih disiplin dalam melaksanakan kegiatan

dan pencairan dananya, dan menjadikan RPD pada

Halaman III DIPA sebagai plafon pencairan dana bulanan

secara internal pada Satker.

56

Page 57: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Langkah-Langkah Strategis Peningkatan IKPA (2)

No. Indikator Keterangan/Penjelasan Langkah Peningkatan

3. Pengelolaan UP

1. SPM GUP merupakan sarana pertanggungjawaban belanja

atas penggunaan UP pada Bendahara Pengeluaran.

2. Jenis UP yang diperhitungkan dalam IKPA adalah UP Tunai

(tidak termasuk UP yang menggunakan Kartu Kredit

Pemerintah).

3. Pertanggungjawaban UP tepat waktu sangat penting agar

belanja dapat segera dibebankan pada DIPA satker masing-

masing sebagai realisasi anggaran.

Untuk meningkatkan nilai capaian pada indikator ini, maka

seluruh satker agar memperhatikan periode pengajuan SPM

GUP dari SP2D UP/GUP terakhir paling lambat dalam rentang

30 hari kalender ( pengajuan GUP minimal sekali dalam

sebulan ke KPPN) dan tidak menambah frekuensi SPM GUP

yang terlambat.

4. LPJ Bendahara

1. LPJ Bendahara Pengeluaran merupakan sarana

pertanggungjawaban atas uang yang dikelolanya.

2. LPJ dibuat oleh bendahara setiap bulan dan disampaikan

paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya atau hari kerja

sebelumnya jika tanggal 10 adalah hari libur kepada KPPN.

3. Penyampaian LPJ dilakukan dengan menu upload pada

Aplikasi SPRINT, dan terhitung sejak Satker pertama kali

melalukan upload tersebut.

Satker agar senantiasa meningkatkan kedisiplinan, ketertiban,

dan ketepatan waktu dalam penyampaian LPJ sebelum tanggal

10 bulan berikutnya, dan memastikan data LPJ telah

terverifikasi oleh KPPN pada Aplikasi SPRINT.

57

Page 58: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Langkah-Langkah Strategis Peningkatan IKPA (3)

No

.Indikator Keterangan/Penjelasan Langkah Peningkatan

5.Penyampaian

Data Kontrak

1. Kontrak yang dihitung pada IKPA merupakan kontrak dengan

nilai diatas Rp 200 Juta (bukan hasil pengadaan langsung

menurut batasan Perpres No. 16/2018 tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah).

2. ADK kontrak maksimal disampaikan ke KPPN 5 hari kerja sejak

tanggal tanda tangan kontrak sampai dengan tanggal

penyampaian/konversi di KPPN.

Untuk meningkatkan nilai capaian indikator ini, satker agar

senantiasa meningkatkan kedisiplinan, ketertiban, dan ketepatan

waktu dalam penyampaian data kontrak sebelum 5 hari kerja

setelah ditanda tangani dan dipastikan verifikasi kebenaran

data kontraknya (approval) oleh KPPN.

6.Penyelesaian

Tagihan

1. Indikator ini diukur berdasarkan ketepatan waktu penyelesaian

tagihan kontraktual (SPM LS Kontraktual Non-Belanja

Pegawai) yang ADK nya telah disampaikan ke KPPN (dengan

nilai kontrak diatas Rp 200 Juta).

2. Penyelesaian tagihan dihitung dengan ketentuan selambat-

lambatnya selama 17 hari kerja setelah BAST/BAPP, satker

telah diterbitkan SPM tagihan dimaksud ke KPPN.

Untuk meningkatkan nilai capaian indikator ini, Satker agar

senantiasa meningkatkan kedisiplinan, ketertiban, dan ketepatan

waktu dalam penyelesaian tagihan kontraktual (LS Non-

Belanja Pegawai) paling lambat dalam 17 hari kerja setelah

BAST ditanda- tangani sudah diajukan SPM-nya ke KPPN.

Selain itu, satker agar teliti, lengkap, dan akurat dalam pengisian

uraian pada SPM terutama untuk tanggal dan nomor

BAST/BAPP.

58

Page 59: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Langkah-Langkah Strategis Peningkatan IKPA (4)

No. Indikator Keterangan/Penjelasan Langkah Peningkatan

7.Penyerapan

Anggaran

1. Indikator ini dihitung dari pemenuhan realisasi anggaran

secara proporsi penyerapan anggaran pada setiap triwulan:

Triwulan I (15%), Triwulan II (40%), Triwulan III (60%), dan

Triwulan IV (90%).

2. Pagu anggaran pembagi diperhitungkan sebagai pagu efektif,

dimana pagu anggaran DIPA dikurangi dengan pagu yang

masih diblokir.

1. Untuk mempertahankan capaian ini, maka Satker agar

senantiasa memperhatikan progres penyerapan anggaran

secara proporsional dari pagu DIPA efektif.

2. Memperbaiki perencanaan dan eksekusi kegiatan secara

relevan dan terjadwal, tidak menumpuk pencairan

anggaran pada akhir tahun.

8. Retur SP2D

1. Indikator ini dihitung dari rasio SP2D yang diretur dengan

jumlah SP2D total yang telah terbit.

2. Semakin sedikit SP2D yang diretur, maka indikator ini semakin

bagus.

1. Untuk meningkatkan nilai capaian indikator ini, satker agar

senantiasa meningkatkan ketelitian dalam memproses

dokumen pembayaran dalam SPM terutama kebenaran

dan keakuratan nama dan nomor rekening bank Pihak

Ketiga/ penerima pembayaran.

2. Diperlukan proses konfirmasi atas status aktif rekening

penerima. Apabila terjadi retur SP2D, satker agar

berkoordinasi dengan KPPN untuk penyelesaiannya tidak

lebih dari 7 hari kerja.

59

Page 60: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Langkah-Langkah Strategis Peningkatan IKPA (5)

No

.Indikator Keterangan/Penjelasan Langkah Peningkatan

9.Perencanaan

Kas

1. Indikator ini dihitung dari rasio ketepatan waktu penyampaian

renkas/RPD Harian yang disampaikan ke KPPN untuk jenis

transaksi besar (Diatas Rp 1 Miliar).

2. Renkas tepat waktu akan mendukung terwujudnya likuiditas

Kas Negara yang terencana dan terkendali.

Untuk meningkatkan nilai capaian indikator ini, Satker agar

senantiasa meningkatkan kedisiplinan, ketertiban, dan

ketepatan waktu dalam penyampaian Renkas (RPD Harian)

untuk transaksi pencairan dana dalam kategori besar (> Rp 1

Miliar) yang memerlukan penyampaian renkas dengan tidak lebih

dari 5 hari kerja sejak tanggal APS pada Aplikasi SAS sampai

dengan pengajuan SPM ke KPPN.

10.Pengembalian/

Kesalahan SPM

1. Indikator ini dihitung dari besaran/jumlah SPM yang terdapat

kesalahan secara substantif dan dikembalikan oleh KPPN.

2. Pengembalian SPM secara substantif biasanya disebabkan

oleh kesalahan pengisian data supplier, sehingga SPM harus

diperbaiki oleh Satker.

3. Pengembalian SPM berpotensi menyebabkan tagihan tidak

dapat dibayarkan secara tepat waktu.

Untuk meningkatkan nilai capaian indikator ini, satker agar

senantiasa meningkatkan ketelitian dalam memproses

dokumen pembayaran dalam SPM terutama kebenaran dan

keakuratan data supplier yang telah dicocokkan dengan data

yang ada pada OM SPAN maupun data identitas supplier yang

terkonfirmasi dengan pihak bank agar SPM yang diajukan tidak

tertolak oleh KPPN.

60

Page 61: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Langkah-Langkah Strategis Peningkatan IKPA (6)

No. Indikator Keterangan/Penjelasan Langkah Peningkatan

11. Pagu Minus

1. Pagu Minus dihitung akhir tahun (triwulan IV) untuk sesuai jenis

belanja sampai dengan level 6 digit/akun.

2. Pagu minus dapat terjadi akibat kekurangan anggaran maupun

karena pergeseran akun (revisi POK) yang belum dilakukan

penyamaan data/revisi ke Kanwil DJPb.

Satker-satker yang memiliki pagu minus agar dapat segera

menyelesaikan pagu minus dengan mempersiapkan revisi

anggaran untuk menutup pagu minus tersebut.

12. Dispensasi SPM

1. Dispensasi SPM dihitung berdasarkan jumlah SPM yang

terlambat disampaiakan melewati batas-batas akhir SPM pada

akhir tahun anggaran.

2. Dikenakan penalti nilai sesuai dengan rentang SPM yang

mendapat dispensasi.

Satker agar senantiasa memantau progres penyelesaian kegiatan

sesuai rencana, menetapkan mitigasi risiko penyelesaian pekerjaan

dan pembayaran, dan menghitung prognosis belanja agar dapat

dieksekusi tepat waktu untuk menghindari penumpukkan pencairan

anggaran pada akhir tahun.

61

Page 62: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

REVIEW PELAKSANAAN

ANGGARAN

KEMENTERIAN PUPR

TAHUN ANGGARAN 2018

Page 63: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

KINERJA PELAKSANAAN ANGGARAN TAHUN 2018Pada tahun 2018 Pemerintah tidak mengajukan perubahan UU APBN.

Langkah tersebut merupakan yang pertama kali dilakukan dalam 15 tahun terakhir.

Realisasi Pendapatan Negara sebesar Rp1.943,53

T atau 102,6% dari target sebesar Rp1.894,72 T

Realisasi Belanja Negara sebesar Rp2.202,2 T atau

99,2% dari pagu sebesar Rp2.220,65 T

Keseimbangan primer semakin mendekati nol,

yaitu negatif Rp1,8 T

Realisasi Belanja KL* sebesar Rp836,89 T atau

98,8% dari pagu sebesar Rp847,43 T

Pertama kali melampaui target

sejak 2011

Tingkat penyerapan tertinggi

dalam 5 tahun terakhir

Turun signifikan dari tahun 2017

yang nilainya Rp124,4 T

Tingkat penyerapan tertinggi

selama 5 tahun terakhir

* Kinerja realisasi belanja K/L optimal (98,8%) didorong K/L dapat lebih fokus melaksanakan program dankegiatannya karena tidak ada APBN-P 2018.

Page 64: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id
Page 65: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id
Page 66: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id
Page 67: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id
Page 68: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id
Page 69: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id
Page 70: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id
Page 71: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id
Page 72: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id
Page 73: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id
Page 74: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

OVERVIEW PELAKSANAAN

ANGGARAN

KEMENTERIAN PUPR

TAHUN ANGGARAN 2019

Page 75: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Ditjen Bina Konstruksi:Pagu : Rp558,1 MRealisasi : Rp171,5 M (30,73%)

Balai Penelitian dan Pengembangan:Pagu : Rp540,9 MRealisasi : Rp148,9 M (27,54%)

Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah:Pagu : Rp228 MRealisasi : Rp48,9 M (21,45%)

Ditjen Pembiayaan Perumahan:Pagu : Rp261,9 MRealisasi : Rp49 M (18,71%)

Badan Pengembangan SDM:Pagu : Rp398.9 MRealisasi : Rp151,5 M (37,98%)

Ditjen Sumber Daya Air:Pagu : Rp40,1 TRealisasi : Rp10 T (24,90%)

Ditjen Penyediaan Perumahan:Pagu : Rp7,8 TRealisasi : Rp1,2 T (16,19%)

Sekretariat Jenderal:Pagu : Rp533 MRealisasi : Rp183,9 M (34,46%)

Ditjen Bina Marga:Pagu : Rp43,9 TRealisasi : Rp9 T (22,33%)

Inspektorat Jenderal:Pagu : Rp99 MRealisasi : Rp34,7 M (34.86%)

Ditjen Cipta Karya:Pagu : Rp22,5 TRealisasi : Rp2,1 T (9,50%)

TOTAL PAGU

Rp117,11 TTOTAL REALISASI

Rp24,01 T

20,51%

REALISASI ANGGARAN KEMENTERIAN PUPR

PER ESELON I TA.2019

UPDATE DATA TERAKHIR (WAKTU SERVER) : 18-06-2019 09:26:00 WIB.

Page 76: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

KODEUNIT

ORGANISASI

Kesesuaian Terhadap RencanaEfektivitas Pelaksanaan

KegiatanKepatuhan Terhadap Regulasi

EfisiensiPelaksanaan

Kegiatan

Nilai

Revisi DIPA (%)

Hal III DIPA (%)

PaguMinus (%)

Penyelesaian

Tagihan (%)

Realisasi(%)

Retur

SP2D (%)UP/TUP (%)

Rekon LPJ (%)

Data Kontrak

(%)

DispensasiSPM (%)

KesalahanSPM (%)

Renkas (%)

033.01 SETJEN 5 2.85 3.99 14.7 16.24 5.99 8.6 5 14.1 0 5.4 5 90.48

033.02 ITJEN 5 2.57 3.98 15 16.49 6 8.3 5 14.25 0 5.7 0 90.42

033.04 DITJEN BM 5 3.54 4 14.75 10.76 5.98 9.4 4.88 12.9 0 4.8 4.92 84.29

033.05 DITJEN CK 5 2.33 4 14.35 4.63 5.96 9.4 4.56 11.1 0 4.8 4.75 73.83

033.06 DITJEN SDA 5 3.55 4 14.86 11.67 5.97 9.7 4.78 13.35 0 5.1 4.95 86.37

033.07 DITJEN PnP 5 1.4 3.95 14.41 6.62 5.95 9.3 4.63 10.8 0 4.8 5 74.86

033.08 DITJEN PbP 5 3.56 3.97 14.86 9.63 5.99 8.3 5 15 0 4.8 5 84.49

033.11 BALITBANG 5 3.78 4 14.55 12.42 5.98 8.8 5 14.55 0 4.8 5 87.37

033.13 DITJEN BINA KONS 5 2.52 3.99 14.56 14.66 5.97 9.4 4.93 12.45 0 5.4 5 87.38

033.14 BPIW 5 3.39 3.98 14.7 9.18 5.99 8.8 5 14.1 0 5.7 0 83.34

033.15 BPSDM 5 2.93 3.99 14.91 17.45 5.98 9.6 4.94 14.4 0 4.8 0 92.31

KEMENTERIAN PUPR 5 2.85 3.99 14.7 16.24 5.99 8.6 5 14.1 0 5.4 5 90.48

REKAPITULASI INDIKATOR KINERJA PELAKSANAAN ANGGARAN K/LTAHUN ANGGARAN 2019

status data : 2019-06-18 10:25:00 WIB

Page 77: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

REKAPITULASI INDIKATOR KINERJA PELAKSANAAN ANGGARAN K/LBERDASARKAN 10 NILAI TERTINGGI

TAHUN ANGGARAN 2019

UNIT ORGANISASI: SELURUH UNIT ORGANISASIstatus data : 2019-06-18 10:32:00 WIB

No Uraian Satker UP/TUPData

KontrakKesalahan

SPMRetur SP2D Hal III DIPA

Revisi DIPA

Penyelesaian Tagihan

Rekon LPJ Renkas RealisasiPagu

MinusDispensasi

SPMNilaiAkhir

1OPERASI DAN PEMELIHARAAN

SUMBER DAYA AIR MALUKU UTARA10 15 6 6 4.78 5 15 5 0 20 4 0 99.76

2BALAI WILAYAH SUNGAI MALUKU

UTARA10 15 6 5.96 4.18 5 15 5 0 19.11 4 0 98.07

3SNVT PELAKSANAAN JARINGAN SUMBER AIR BENGAWAN SOLO

10 13.35 6 6 4.22 5 15 5 5 20 4 0 97.47

4BALAI PELAKSANAAN JALAN

NASIONAL IX MATARAM10 15 5.4 6 2.52 5 15 5 5 20 4 0 96.79

5DINAS PEKERJAAN UMUM DAN

PENATAAN RUANG PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

10 0 6 6 2.78 5 0 5 0 20 4 0 96.35

6SNVT PELAKSANAAN JARINGAN SUMBER AIR MALUKU PROVINSI

MALUKU UTARA10 15 6 6 1.46 5 15 5 5 20 4 0 96.31

7SNVT PEMBANGUNAN

BENDUNGAN BBWS BRANTAS10 0 5.7 6 2.16 5 15 5 5 20 4 0 96.12

8BALAI PELAKSANAAN JALAN

NASIONAL III PADANG10 15 5.4 6 2.63 5 15 5 5 19.01 4 0 95.87

9PELAKSANAAN JALAN NASIONAL

WILAYAH III PROVINSI NTB10 13.8 5.1 6 2.7 5 15 5 5 20 4 0 95.41

10PENATAAN BANGUNAN DAN

LINGKUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

10 15 4.8 6 3.2 5 15 5 0 18.46 4 0 95.01

Page 78: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

PELAPORAN KEUANGAN

KEMENTERIAN/LEMBAGA

BIRO KEUANGAN

Page 79: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

1. PMK No.222/PMK.05/2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri KeuanganNomor 177/PMK.05/2015 tentang Pedoman Penyusunan dan Penyampaian LaporanKeuangan Kementerian Negara/Lembaga

2. PMK No.224/PMK.05/2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri KeuanganNomor 219/PMK.05/2013 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat

3. PMK No.225/PMK.05/2016 tentang Penerapan Standar Akuntansi PemerintahanBerbasis Akrual Pada Pemerintah Pusat

4. Keputusan Dirjen Perbendaharaan No. Kep-211/PB/2018 tentang Kodefikasi SegmenAkun Pada Bagan Akun Standar

5. PMK No.48/PMK.05/2018 tentang Pelaksanaan Likuidasi Entitas Akuntansi danEntitas Pelaporan pada Kementerian Negara/Lembaga

6. Surat Dirjen Perbendaharaan No. S-536/PB/2019 tentang Pelaksanaan RekonsiliasiEksternal tingkat UAKPA dan KPPN bulan April dan Mei 2019

DASAR PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

Page 80: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

KPPN

MENTERI KEUANGAN SEBAGAI BENDAHARA UMUM NEGARA

BUN

Satker

(26,801)

MENTERI/PIMPINAN LEMBAGA SEBAGAI PENGGUNA

ANGGARAN/BARANG

Satker BLU

(184)

Sistem Akuntansi Instansi (SAI)

Wilayah/

Provinsi

KONSOLIDASI

Utang

Investasi

Pemerintah

Penerusan

Pinjaman

Transfer ke

Daerah

Belanja

Subsidi

Transaksi

Khusus

Badan

Lainnya

Eselon 1 K/L1. LRA

2. Neraca

3. LPE

4. LO

5. CaLK

LKKL

Kanwil DJPB Dit. APK-DJPB

1. LRA

2. Neraca

3. LAK

4. LPSAL

5. LO

6. LPE

7. CaLK

LK BUN

LKPP:

1. LRA

2. Neraca

3. LAK

4. LPSAL

5. LO

6. LPE

7. CaLK

Presiden

BPK

DPR

Belanja

Lain-lainHibah

Alur Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

Page 81: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

SAI

Unit Akuntansi dan PelaporanKeuangan

Unit Akuntansi dan PelaporanBarang

Pembentukan Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan/Barang dibuat

secara berjenjang dengan unsur vertikal dan dapat disesuaikan dengan

karakteristik entitas

KerangkaUmum SAPP

Page 82: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

STRUKTUR ORGANISASI UNIT AKUNTANSI DAN PELAPORAN

KEUANGAN PADA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

UAPAUAPPA-E1UAPPA-W

UAKPA

A. Struktur Organisasi Unit

Akuntansi beserta Tugas dan fungsinya

B. Unit Akuntansi

C.Penanggung Jawab Unit Akuntansi

Page 83: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

SAI

SAK-SAIBA

a) SA UAKPA

b) SA UAPPA-W

c) SA UAPPA-E1

d)SA UAPA

SIMAK-BMN

a. SA UAKPB

b. SA UAPPB-W

c. SA UAPPB-E1

d. SA UAPB

SISTEM AKUNTANSI INSTANSI

Page 84: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

KEPALA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) KESEKRETARIAN/PEJABAT YANG

DITUNJUK

KASUBBAG.TU/PEJABAT YANG MENANGANI KEUANGAN/VERIFIKASI DAN

AKUNTANSI/PEJABAT YANG DITUNJUK

PETUGAS AKUNTANSI/VERIFIKASI

PETUGAS PEREKAMAN KOMPUTER

Struktur Organisasi Entitas Akuntansi/Pelaporan (UAKPA)

Penanggung Jawab

PETUGAS AKUNTANSI

Page 85: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

KEPALA KANTOR WILAYAH

KABAG. KEUANGAN/ KABAG. VERIFIKASI DAN AKUNTANSI/PEJABAT YANG MEMBIDANGI KEUANGAN / VERIFIKASI DAN

AKUNTANSI/PEJABAT YANG DITUNJUK

KEPALA SUBBAGIAN/SEKSI YANG MEMBIDANGIKEUANGAN / VERIFIKASI DAN AKUNTANSI

/PEJABAT YANG DITUNJUK

PETUGAS AKUNTANSI/VERIFIKASI

PETUGAS PEREKAMAN KOMPUTER

Petugas Akuntansi

Struktur Organisasi Entitas Akuntansi/Pelaporan (UAPPA-W)

Penanggungjawab

Page 86: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

KEPALA DAERAH (GUBERNUR/ BUPATI/WALIKOTA)

PEJABAT ESELON I YANG MEMBIDANGI KEUANGAN /PEJABAT YANG DITUNJUK KESEKRETARIATAN / PEJABAT

YANG DITUNJUK

PEJABAT ESELON II YANG MEMBIDANGI KEUANGAN /PEJABAT YANG DITUNJUK

KABAG. KEUANGAN/ KABAG. VERIFIKASI DAN AKUNTANSI/PEJABAT YANG MEMBIDANGI KEUANGAN / VERIFIKASI DAN AKUNTANSI/PEJABAT YANG

DITUNJUK

KEPALA SUBBAGIAN/SEKSI YANG MEMBIDANGI KEUANGAN / VERIFIKASI DAN

AKUNTANSI /PEJABAT YANG DITUNJUK

PETUGAS AKUNTANSI/VERIFIKASI PETUGAS PEREKAMAN KOMPUTER

Struktur Organisasi Entitas Akuntansi/Pelaporan(Koor. UAPPA-W)

Penanggungjawab

Page 87: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

PEJABAT ESELON I (DIRJEN I KA . BAD AN) IPEJABAT YANG DITUNJUK

SEKRETARIS ESELON I (SEKDIT JEN I SEKBAN) I PEJABAT YANG DITUNJUK

KABAG. KEUANGAN/ KABAG. VERIFIKASI DAN AKUNTANSI/PEJABAT YANG MEMBIDANGI KEUANGAN / VERIFIKASI DAN

AKUNTANSI/PEJABAT YANG DITUNJUK

KEPALA SUBBAGIAN/SEKSI YANG MEMBIDANGIKEUANGAN / VERIFIKASI DAN AKUNTANSI /PEJABAT

YANG DITUNJUK

PETUGAS AKUNTANSI/VERIFIKASI

PETUGAS PEREKAMAN KOMPUTER

Petugas Akuntansi

Struktur Organisasi Entitas Akuntansi/Pelaporan (UAPPA-E1)

Penanggungjawab

Page 88: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

MENTERI / PIMPINAN LEMBAGA

PEJABAT ESELON I YANG MEMBIDANGIKESEKRETARIATAN/ PEJABAT

KEPALA BIRO YA NG MEMBIDANGI KEUANGAN /PEJABAT YA NG DITUNJUK

KABAG. KEUANGAN/ KABAG. VERIFIKASI DAN AKUNTANSI/PEJABAT YANG MEMBIDANGI KEUANGAN / VERIFIKASI DAN AKUNTANSI/PEJABAT YANG DITUNJUK

KEPALA SUBBAGIAN/SEKSI YANG MEMBIDANGI KEUANGAN / VERIFIKASI DAN

AKUNTANSI /PEJABAT YANG DITUNJUK

PETUGAS AKUNTANSI/VERIFIKASI PETUGAS PEREKAMAN KOMPUTER

Petugas Akuntansi

Struktur Organisasi Entitas Akuntansi/Pelaporan (UAPA)

Page 89: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Sistem Akuntansi Instansi

Jurnal

Buku Besar

Buku Pembantu

Laporan

Formulir Dokumen

Sumber

Prosedur dalam siklus akuntansi yang dilaksanakan pada lingkup K/L yang dalam pelaksanaannya memproses

transaksi keuangan, barang, dantransaksi lainnya untuk menghasilkan

laporan keuangan yang dapatbermanfaat bagi pengguna laporan

keuangan

LRA

LO

LPE

Neraca

CaLK

Page 90: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

LAPORAN KEUANGAN

RELEVAN

ANDAL

DAPAT DIBANDINGK

AN

DAPAT DIPAHAMI

KARATERISTIK LAPORAN KEUANGAN YANG

BERKUALITAS

Laporan keuangan dapatmempengaruhi

pengambilan keputusanpengguna laporan keuangan

Informasi yang disajikan bebasdari pengertian yang

menyesatkan, kesalahanmaterial dan disajikan dengan

jujur

Harus bisa membadingkanlaporan keuangan perusahaan

antarperiode untukmengidentifikasi keccenderungan

(trend) posisi dan kinerjakeuangan

Informasi yang berkualitas yang dapat

dengan mudah dipahamioleh pembacanya

Page 91: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Proses Bisnis Unit Akuntansi

UAKPA2

Verifikasi hasil perekaman dengan dokumen sumber

Verifikasi dan validasi elemen –elemen dokumen sumber

1

Perekaman

Posting

Rekonsiliasi

Pengiriman data dan laporan keuangan

Page 92: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Proses Bisnis Unit Akuntansi

UAPPAW

UAPPAES1

UAPA 2

Rekonsiliasi

Penerimaan data dan laporan keuangan

1

Verifikasi data dan laporan keuangan

Analisa hardcopy dan softcopy

Penggabungan data dan Laporan Keuangan

Pengiriman data dan laporan keuangan

Page 93: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

DOKUMEN SUMBER

UNTUK PROSES BISNIS AKUNTANSI DI TINGKAT UAKPA

11 a. Estimasi Pendapatan : DIPA

b. Realisasi Pendapatan: SSBP, SSP, SSPCP, SSPB

Dokumen sumber untuk transaksi penerimaan:

3

Memo Penyesuaian yang digunakan dalam rangka

pembuatan jurnal penyesuaian untuk transaksi akrual

dan jurnal aset.

2 SPP, SPM dan SP2D, SP3B-BLU

Dokumen untuk transaksi pengeluaran

4Berita Acara Serah Terima Barang (BAST), Surat Keputusan

(SK) Penghapusan, SK Penghentian dan/atau Penggunaan

Kembali atas Aset Tetap/Aset Tak Berwujud yang dalam kondisi

rusak

Dokumen lainnya dalam rangka penyusunan Laporan

Keuangan Kementerian Negara/Lembaga seperti:

CONTOH DOKUMEN:

Page 94: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Rekonsiliasi Data

KELUARAN

Meyakinkan

keandalan

data dalam

penyusunan

Laporan

Keuangan

Berita Acara

RekonsiliasiTUJUAN

Rekonsiliasi adalah proses pencocokan data transaksi

keuangan yang diproses dengan beberapa

sistem/subsistem yang berbeda berdasarkan

Dokumen Sumber yang sama

Page 95: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Jadwal Pelaksanaan Rekonsiliasi

Bulan Mei

Jadwal Rekonsiliasi Rekon Mei 2019

Open Upload 1 s.d 21 Juni 2019

Proses Rekonsiliasi 13 s.d 25 Juni 2019

Closed Period 22 s.d 25 Juni 2019

a. Apabila data telah sesuai dengan kebijakan

penerbitan BAR sebagaimana diatur PMK

No.104/PMK.05/2017, KPPN melakukan

approval dan kedua belah pihak (UAKPA dan

KPPN) melakukan proses tanda tangan secara

elektronik

b. Hasil Rekonsiliasi dituangkan dalam BAR

sebagaimana diatur PMK

No.104/PMK.05/2017

c. Untuk rekonsiliasi bulan mei 2019 apabila

sampai dengan tanggal 24 Juni 2019 status

rekonsiliasi pada Aplikasi e-Rekon-LK belum

memperoleh status “menunggu TTD KPA”,

satker dikenakan sanksi sebagaimana diatur

dalam PMK No.104/PMK.05/2017

d. Jadwal upload ulang untuk penyelesaian sanksi

rekonsilias bulan Mei 2019 maupun perbaikan

laporan keuangan adalah tanggal 26 s.d 30 Juni

2019

Page 96: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

JADWAL PENYUSUNAN DAN PENGIRIMAN LAPORAN

KEUANGAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

Page 97: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

OUTLINE KEBIJAKAN BARU DAN PERUBAHAN KEBIJAKAN TAHUN 2018

1 3 4 652

Perubahan Nilai Minimum

Kapitalisasi

Restrukturisasi

Bagan Akun Standar

Integrasi Data BMN ke E-Rekon LK

Penyelesaian HibahLangsung BelumDisahkan TAYL

(Barang/Jasa)

Eliminasi Transaksi Resiprokal BLU

Rekonsiliasi Pengesahan Hibah Langsung Barang/Jasa

7

Pengungkapan

LK PHLN

Page 98: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

PERUBAHAN NILAI MINIMUM KAPITALISASI

Dasar Hukum : PMK-181/PMK.06/2016 tentang Penatausahaan BMN

Keterangan Sebelumnya Menjadi

Peralatan dan Mesin ≥ Rp300 ribu ≥ Rp1 juta

ATR berupa Peralatan dan Mesin Tidak diatur ≥ Rp1 juta

Gedung dan Bangunan ≥ Rp10 juta ≥ Rp25 juta

ATR berupa Gedung dan Bangunan Tidak diatur ≥ Rp25 juta

Dengan perubahan tersebut, jika terdapat pengadaan ataupengembangan atas aset:a. Peralatan dan Mesin dengan nilai:

• ≥ Rp1 juta: dianggarkan dan direalisasikan dengan akun BelanjaModal Peralatan dan Mesin (532xxx)

• < Rp1 juta: dianggarkan dan direalisasikan dengan akun BelanjaBarang (52xxxx)

b. Gedung dan Bangunan dengan nilai:• ≥ Rp25 juta: dianggarkan dan direalisasikan dengan akun Belanja

Modal Gedung dan Bangunan (533xxx)• < Rp25 juta: dianggarkan dan direalisasikan dengan akun Belanja

Barang (52xxxx)

1. Masih terjadi keterlanjuran ketidaktepatanpenggunaan akun sehingga idealnya perludilakukan revisi anggaran dan ralat dokumenrealisasi.

2. Namun demikian, jika revisi anggaran danralat dokumen realisasi tidak dapatdilaksanakan, maka perlu dilakukan jurnalmanual:

Beban Aset Ekstrakomptabel (D)Aset Tetap Belum Diregister (K)

98

Page 99: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

KAPITALISASI BELANJA BARANG ATAU MODAL

Pemilihan antaraBelanja Barang dan

Belanja Modal dalam pengadaan

awal

MemenuhiKriteria

Pengakuan AsetTetap/AsetLainnya?

Memenuhi Nilai Minimal

Kapitalisasi: P/M≥1.000.000 G/B≥25.000.000

Belanja Barang sesuaiperuntukannya

Belanja Modal sesuaiperuntukannya

Y

Y

T

T

Page 100: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

HAL PENTING LAINNYA DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2018

1. Revaluasi BMN

2. Selisih Transfer Keluar dan Transfer Masuk

3. Selisih Reklasifikasi Keluar dan Reklasifikasi Masuk

4. Monitoring rekonsiliasi SP2D BMN Akun 53

5. Nilai Buku Minus

6. Penyelesaian TL LHP BPK

Page 101: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

101

HASIL REVALUASI BMN 10 K/L TERBESAR

BERDASARKAN NILAI REVALUASI BERDASARKAN JUMLAH NUP

RpT

riliu

n

No Kementerian/Lembaga NILAI BUKU KENAIKAN/

PENURUNAN

1 Kementerian Pertahanan 315,08 1.239,43

2 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 628,94 1.126,57

3 Kementerian Sekretariat Negara 91,31 475,40

4 Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 72,78 290,30

5 Kementerian Perhubungan 110,02 289,86

6 Kepolisian Negara Republik Indonesia 50,69 175,91

7 Kementerian Keuangan 29,63 76,17

8 Kementerian Pertanian 14,36 71,47

9 Kementerian Agama 31,81 53,56

10 Kementerian Kesehatan 24,31 51,99

11 K/L Lainnya 169,26 339,64

TOTAL 1.538,19 4.190,31

No Kementerian/ Lembaga Capaian Jumlah NUP %

1 Kemenpupera 364.110 38,51%

2 Kemenhan 161.335 17,06%

3 Polri 74.057 7,83%

4 Kemenag 63.093 6,67%

5 Kemenhub 61.102 6,46%

6 Kementan 39.348 4,16%

7 Kemenristek Dikti 21.901 2,32%

8 Kemenkeu 20.425 2,16%

9 Kemenkum HAM 19.071 2,02%

10 KLHK 13.114 1,39%

11 K/L Lainnya 107.904 11,41%

TOTAL 945.460 100%

643,83 1.111,65

Page 102: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Selesai Revaluasi

364.110 NUPTerdiri dari:

Tanah : 43.128 NUP (11,8%)

Gedung dan Bangunan : 17.415 NUP (4,78%)

Jalan, Jembatan, Bangunan Air : 303.567 NUP (83,42%)

REVALUASI BMN TAHUN 2017-2018PADA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Nilai Wajar 1.755,58 Triliun

Nilai Buku 643,83 Triliun

Peningkatan 1.111,65 Triliun (171,97 %)

BMN Ditemukan (BMN tercatat pada laporan dan ditemukan pada saat revaluasi) 281.827 NUP (77,4%)

BMN Berlebih (BMN belum tercatat pada laporan dan ditemukan pada saat

revaluasi, atau ada kesalahan kodefikasi)

5.446 NUP (1,49%)

BMN Tidak Ditemukan (BMN tercatat dan tidak ditemukan pada saat revaluasi,

atau ada kesalahan kodefikasi, penggabungan aset, kesalahan pencatatan)

76.837 NUP (21,11%)

102

NUP: Nomor Urut Pendaftaran

Page 103: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

PEMERIKSAAN BPK RI DAN YANG HAL PERLU MENDAPATKAN PERHATIAN

103

BPK telah melakukan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu atas revaluasi BMN dan telah

menyampaikan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)

Permasalahan Utama:

Mekanisme pengendalian internal dan kontrol kualitas dalam penatausahaan BMN di KL tidak memadai,

sehingga secara umum data/informasi penilaian kembali BMN dinilai tidak akurat

Respon Kebijakan:

Hasil Penilaian Kembali BMN Tahun 2017-2018 tidak disajikan dalam LKKL dan LKPP Tahun 2018, dan

akan disajikan pada LKKL dan LKPP Tahun 2019 setelah dilakukan perbaikan dan dapat diterima oleh BPK

Perlu ditingkatkan asset awareness dan tone from the top di setiap KL

Perhatian tidak hanya pada saat pembelian atau pengadaan aset, namun juga pada saat pemeliharaan

dan penatausahaan aset

Pengelolaan BMN harus dilakukan lebih disiplin, kredibel, dan optimal

Page 104: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

PENYAJIAN HASIL PENILAIAN KEMBALI BMN DALAM LAPORAN KEUANGAN

Hasil Penilaian Kembali BMN Tahun 2017-2018 tidak disajikan dalam LaporanKeuangan Tahun 2018 dilakukan jurnal SAIBA pada Satker KonsolidasiKementerian

Hasil Penilaian Kembali BMN Tahun 2017-2018 akan disajikan dalam LaporanKeuangan Tahun 2019 setelah dilakukan perbaikan dan telah diterima oleh BPK

Penghitungan Take Out Hasil Penilaian Kembali BMN dilakukan olehKementerian Keuangan

104

Page 105: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Likuidasi Satker

UNIT ORGANISASI TETAPPERUBAHAN

NOMENKLATURSATKER BARU LIKUIDASI JML SATKER

SEKRETARIAT JENDERAL 8 1 1 2 10

INSPEKTORAT JENDERAL 1 1

BINA MARGA 185 13 6 1 204

CIPTA KARYA 319 2 83 292 404

SUMBER DAYA AIR 205 0 2 0 207

PENYEDIAAN PERUMAHAN 42 0 0 0 42

PEMBIAYAAN PERUMAHAN 1 1 0 34 2

BALITBANG 17 0 0 0 17

BINA KONSTRUKSI 14 1 34 0 49

BPIW 5 0 0 0 5

BPSDM 16 1 1 1 18

JUMLAH 813 19 127 330 959

Page 106: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

D

E

F

I

N

I

S

I

Entitas Akuntansi (EA) adalah:• unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang

dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun LK untuk digabungkan pada entitas pelaporan. • Contoh: Satker Kejari, Satker Polres, Satker Dinas Pertanian, dll

Entitas Pelaporan (EP) adalah • unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih EA yang

menurut ketentuan peraturan per-UU-an wajibmenyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa LK.• Contoh: Kementerian Perdagangan, BP Sabang, Bendahara Umum

Negara, dll

Likuidasi adalah:• tindakan penyelesaian seluruh

aset dan kewajiban• sebagai akibat

pengakhiran/pembubaranentitas akuntansi dan/atauentitas pelaporan pada KL.

Page 107: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

KRITERIA LIKUIDASI

a. tidak lagi beroperasi sebagai EA atau EP;

b. perubahan Identitas EA atau EP*) yang antara lain disebabkan karena:

1. penggabungan EA atau EP; atau

2. pemecahan EA atau EP;

c. tidak mendapat alokasi anggaran pada tahun anggaran berikutnya; atau

d. perubahan status menjadi BLU atau BUMN dan sebaliknya, serta perubahan UBL Satker menjadi UBL Bagian Satker atau UBL Bukan Satker.

*) Tidak

termasuk karena

pemutakhiran sistem

yang menjaditanda suatu EA dan dapat menjadi pembeda antara EA yang satu dgn yang lainnya berupa serangkaian kode BA, kode eselon I, dan kode Satker.

Identitas EP adalah kode BA yang menjadi pembeda antara EP yang satu dgn yang lainnya.

Page 108: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

YANG PERLU DIPERHATIKAN TERKAIT LIKUIDASI SATKER

1. Penetapan Satker Likuidasi SK Menteri PUPR

2. Penetapan Penanggungjawab SK Menteri PUPR

3. Penetapan Tim Likuidasi SK dari Unit Organisasi.

4. Inventarisasi aset dan kewajiban yang akan diserahterimakan dari Satker likuidasike Satker Penerima

5. Serah terima aset dan kewajiban Berita Acara Serah Terima

6. Penyusunan Laporan Keuangan dan Laporan Kinerja Likuidasi.

Page 109: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

WDP

2012 - 20142012 WTP DPP

2013 WTP

2014 WTP DPP

2016 WTP

2017 WTP

2009 - 2011WDP

2015WDP

PERKEMBANGAN OPINI BPK RI

201

8

Page 110: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

LHP BPK RI LK PUPR TA 2004 - 2017

TEMUAN BERULANG

Page 111: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

TEMUAN BERULANGLHP BPK RI LK PUPR TA 2004 - 2017

SISTEM PENGENDALIAN

INTERNAL

1. Pengelompokan Jenis Belanja Barang dan

Belanja Modal pada saat Penganggaran Tidak

Sesuai dengan Kegiatan yang dilakukan.

2. Aset Tetap belum dilakukan proses Inventarisasi

dan Penilaian Kembali.

3. Penyaluran Hibah Aset Tetap Kementerian PU

Berlarut-larut.

4. Pengelolaan Belanja yang dibiayai Hibah Luar

Negeri Belum Tertib.

5. Sistem Aplikasi Penyusutan dan Penerapannya

Belum Sesuai dengan Ketentuan Standar

Akuntansi Yang Berlaku

6. Penatausahaan atas PNBP Belum Memadai

7. Penatausahaan Persediaan pada Beberapa

Satuan Kerja Belum Tertib

8. Pencatatan dan Pengelolaan Aset Tetap Belum

Dilakukan secara tertib

9. Pencatatan dan Penyajian Aset Tak Berwujud

(ATB) dan Aset Lain-lain Tidak Akurat

LHP BPK RI LK PUPR TA 2004 - 2017

1. Proses Hibah Berlarut-larut

2. Penatausahaan dan Pengelolaan

Persediaan Belum Tertib

3. Pencatatan dan Pengelolaan Aset Tetap

Belum Memadai

4. Penatausahaan Aset Tak Berwujud (ATB)

Belum Memadai

KHP BPK RI LK PUPR TA 2018

Page 112: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

TEMUAN BERULANGLHP BPK RI LK PUPR TA 2004 - 2017

KEPATUHAN TERHADAP

PERATURAN PERUNDANG - UNDANGAN

1. Belanja Jasa Dilaksanakan Tidak Sesuai

Ketentuan Sehingga Terdapat Kelebihan

Pembayaran

2. Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas pada

Satuan Kerja di Lingkungan Kementerian PU

Tidak Sesuai Ketentuan Mengakibatkan

Kelebihan Bayar

3. Terdapat Aset Tetap yang Berupa Tanah Belum

Diproses Sertifikatnya dan Kendaraan Bermotor

Tidak Didukung Bukti Kepemilikan yang Sah

4. Kelebihan Pembayaran Belanja Modal atas

Pekerjaan yang Dilaksanakan Kurang dari

Kontrak, Tidak Sesuai Spesifikasi dan

Penambahan Volume pada Pekerjaan dengan

Harga Satuan Timpang

5. Pelaksanaan Pekerjaan Tidak Dapat

Diselesaikan Sesuai Jangka Waktu yang

Diperjanjikan dengan Denda Keterlambatan

6. Aset Digunakan oleh Pegawai di Luar Satuan

Kerja, Pensiunan, Pemerintah Daerah serta

Pihak Lain Tanpa Didukung Dengan Dokumen

Sesuai Ketentuan

LHP BPK RI LK PUPR TA 2004 - 20171. BMN Dikuasai/Dipergunakan Pihak Lain

2. Aset Tetap Berupa Tanah dan Kendaraan

Bermotor Belum Didukung Bukti Kepemilikan

3. Keterlambatan Penyelesaian Pekerjaan Belum

Dikenakan Denda

4. Kelebihan Pembayaran atas Realisasi Belanja

Barang dan Belanja Modal, serta Belum Didukung

Bukti Pertanggungjawaban yang Lengkap dan

Sah

5. Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas pada

Beberapa Satuan Kerja Dilaksanakan Tidak

Sesuai Ketentuan Sehingga Terdapat Kelebihan

Pembayaran

6. Kesalahan Penganggaran Belanja Modal dan

Kesalahan Klasifikasi Anggaran Belanja Modal

(sebelumnya di SPI)

KHP BPK RI LK PUPR TA 2018

Page 113: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

113

Melakukan analisis secara berkala untuk menilai tindak lanjut yang telah dilakukan telah sejalan denganmaksud rekomendasi BPK dan menyampaikan progres tindak lanjut kepada BPK melalui SIPTL (SistemInformasi Pemantauan Tindak Lanjut) maupun melalui surat resmi.

Mengkomunikasikan tindak lanjut atas rekomendasi dengan BPK dalam rangka:• Memastikan tindak lanjut yang telah dilakukan telah sejalan dengan maksud rekomendasi BPK.• Mendapatkan alternatif dan masukan lebih lanjut dari BPK terkait penyelesaian tindak lanjut rekomendasi,

dalam hal tindak lanjut yang telah dilakukan belum sesuai dengan maksud rekomendasi BPK.

Melakukan pembahasan secara intensif atas setiap rekomendasi yang kompleks atau sulitditindaklanjuti agar dapat diselesaikan sebelum akhir tahun anggaran.

Mendokumentasikan dengan baik seluruh hasil pembahasan tindak lanjut dengan BPK.

Page 114: KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA - setjen.pu.go.id

Terima kasih

Atas Perhatiannya

Semoga Bermanfaat

Untuk Kita Semua