kebijakan desa siaga
DESCRIPTION
janfan lupa d bacaTRANSCRIPT
1. Dasar
Program Desa Siaga: pada KEPMENKES RI No. 564/ MENKES/SK/VIII/ 2006, ttg PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN DESA SIAGA
2. Pertimbangan: a. Percepatan pencapaian visi Indonesia sehat, sehingga disadari perlu
dikembangan Desa Siaga sebagai basis berkembangnya Desa Sehat.b. Mengupayakan keserasian dan keterpaduan gerak antar semua
pemangku kepentingan dalam pengembangan desa siaga perlu dibuat Pedoman yang ditetapkan melalui SK Menkes sebagai acuan.
3. Menetapkan koordinator:a. Bidang penggerakan dan pemberdayaan Masy: Sekretaris Jenderal
Kemenkes cq. Pusat Promosi Kesehatan.b. Bidang Pengembangan Poskesdes: Dirjen Binkesmas cq. Direktorat
Kesehatan Komunitas.c. Bidang Pengembangan Suveilens Berbasis Masyarakat; Dirjen P2PL cq.
Direktorat Surveilens, Epidemiologi, Imunisasi dan Kesehatan matra.d. Bidang Pengembangan Kesiapsiagaan dan Penanggulangan Bencana
dan Kegawatdaruratan: Dirjen Yanmedik cq. Direktorat Yanmedik dasar.e. Bidang Pengembangan Kesling; Dirjen P2PL cq. Direrktorat Penyehatan
Lingkungan.
Seiap koodinator menyusun petunjuk teknis sesuai bidang masing-masing.
4. Pembinaan dan pengawasan Desa Siaga dilakukan oleh Dikes Prov., Kab/ Kota, dan Unit-unit teknis terkait dengan mengikutsertakan Organisasi profesi (PPNI, IBI, HAKLI, PERSAGI, dll) dan masyarakat.
Kepmenkes RI No. 574/MENKES/SK/IV/2000, ttg Visi Pembangunan Kesehatan “Indonesia Sehat 2010”, yaitu pada tahun 2010 bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan yang sehat, ber-PHBS, serta mampu menjangkau yankes yang bermutu secara adil dan merata, sehingga memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Kegiatan pembangunan di Indonesia telah giat dilaksanakan, namum masih jauh dari target yang ingin dicapai pada tahun 2010 seperti tingginya AKI, AKB, tingginya angka kesakitan Malaria, TB-Paru, HIV-AIDS, SARS, Flu Burung, serta belum hilangnya penyakit endemis (diare dan DBD). Keadaan ini diperparah dengan kejadian bencana alam di negeri kita (Gunung meletus, banjir, tsunami, tanah longsor, gempa bumi dan angin puting beliung.
Kesehatan sebagai hak asasi manusia ternyata belum menjadi milik setiap manusia Indonesia, karena berbagai kendala seperti goegrafis, sosial dan budaya, terbatasnya kemampuan (pendapatan rendah) dan pengetahuan, serta rendahnya kesadaran masyarakat ttg pentingnya kesehatan sbg investasi.
Sasaran yang harus dicapai pada RPJMN 2004-2009, Pembangunan Kesehatan merupakan bagian dari Pembangunan SDM dengan sasaran:
1. Meningkatnya UHH 66,2 tahun menjadi 70,6 tahun.2. Menurunnya AKB dari 45 menjadi 26 per 1000 KH.3. Menurunnya AKI dari 307 menjadi 226 / 100.000 KH.4. Menurunnya prevalensi gizi kurang anak balita dari 25,8% menjadi 20%.
Visi: “Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat.”
Misi: “Membuat masyarakat sehat”.
Strategi:
1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat.2. Meningkatnya akses masy. Terhadap yankes yang berkualitas.3. Meningkatnya system surveilens, menitoring dan informasi kesehatan.4. Meningkatnya pembiayaan kesehatan.
Sasaran terpenting yang ingin dicapai pada akhir tahun 2008: “Seluruh desa di Indonesia telah menjadi Desa Siaga. Desa Siaga merupakan gambaran masy. yang dasar, mau dan mampu mencegah dan mengatasi berbaia ancaman terhadap kesmas seperti kurang gizi, Penyakit menular, dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, kejadian bencana, kecelakaan dll dengan meman-faatkan potensi setempat secara gotong royong.
Inti kegiatan Desa Siaga: Memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup sehat, melalui pendekatan edukatif yaitu uapaya mendampingi (memfasilitasi) masyarakat dalam proses pembelajaran pemecahan masalah kesehatan yang dihadapinya melalui kegiatan / UKBM (Posyandu, Polindes, Poskesdes, POS, WOD, Siaga, Dana Sehat (Tabulin/ Dasolin), dll.
KONSEP DASAR DESA SIAGA
A. Pengertian
Desa Siaga (Desi) adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri.
B. Tujuan
1
A. Jenis Posyandu
Kontribusi posyandu dalam meningkatkan kesehatan bayi dan anak balita
sangat besar, namun sampai saat ini kualitas pelayanan posyandu masih perlu
ditingkatkan. Keberadaan kader dan sarana yang ada merupakan modal dalam
keberlanjutan posyandu. Oleh karena itu keberadaan posyandu harus terus
ditingkatkan sehingga diklasifikasikan menjadi 4 jenis yaitu posyandu pratama,
madya, purnama, dan mandiri.
1. Posyandu pratama (warna merah)
Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang masih belum mantap,
kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas. Keadaan ini
dinilai ‘gawat’ sehingga intervensinya adalah pelatihan kader ulang. Artinya kader
yang ada perlu ditambah dan dilakukan pelatihan dasar lagi.
2. Posyandu madya (warna kuning)
2
Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali
per tahun dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih. Akan tetapi
cakupan program utamanya (KB, KIA, Gizi, dan Imunisasi) masih rendah yaitu
kurang dari 50%. Ini berarti, kelestarian posyandu sudah baik tetapi masih rendah
cakupannya. Intervensi untuk posyandu madya ada 2 yaitu :
a. Pelatihan Toma dengan modul eskalasi posyandu yang sekarang sudah
dilengkapi dengan metoda simulasi.
b. Penggarapan dengan pendekatan PKMD untuk menentukan masalah dan
mencari penyelesaiannya, termasuk menentukan program tambahan yang
sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.
3. Posyandu purnama (warna hijau)
Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang frekuensinya lebih dari 8
kali per tahun, rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, dan cakupan 5
program utamanya (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi) lebih dari 50%. Sudah ada
program tambahan, bahkan mungkin sudah ada Dana Sehat yang masih
sederhana. Intervensi pada posyandu di tingkat ini adalah :
a. Penggarapan dengan pendekatan PKMD untuk mengarahkan masyarakat
menetukan sendiri pengembangan program di posyandu
b. Pelatihan Dana Sehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh Dana Sehat yang
kuat dengan cakupan anggota minimal 50% KK atau lebih.
4. Posyandu mandiri (warna biru)
Adalah posyandu yang telah melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali pertahun
dengan jumlah kader 5 orang atau lebih dimana cakupan ke-5 kegiatan utamanya
lebih dari 50% dan dapat melaksanakan sumber dana dari dana sehat yang
dikelola oleh masyarakat. Intervensinya dilakukan pembinaan program dana
sehat, memperbanyak program tambahan sesuai dengan masalah dan pendekatan
PKMD.
B. Penyelenggaraan Posyandu
3
1. Waktu Penyelenggaraan
Posyandu buka satu kali dalam sebulan. Apabila diperlukan, hari buka
Posyandu dapat lebih dari satu kali dalam sebulan.
2. Tempat Penyelenggaraan
Sebaiknya berada pada lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat.
Tempat penyelenggaraan tersebut dapat disalah satu rumah warga, halaman
rumah, balai desa/kelurahan, balai RW/RT/dusun, salah satu kios dipasar, atau
tempat khusus yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat.
3. Penyelenggaraan kegiatan
Kegiatan Rutin diselenggarakan dan digerakkan oleh kader posyandu dengan
bimbingan teknis dari Puskesmas dan sektor terkait. Kegiatan yang dilaksanakan
meliputi 5 Langkah, yaitu :
Langkah Kegiatan Pelaksana
Pertama Pendaftaran Kader
Kedua Penimbangan Kader
Ketiga Pengisian KMS Kader
Keempat Penyuluhan Kader
Kelima Pelayanan
kesehatan
Kader bersama Petugas Kesehatan
4. Tugas dan Tanggung jawab Para Pelaksana
a. Kader
Sebelum hari buka Posyandu,antara lain :
Menyebarluaskan hari buka Posyandu
Mempersiapkan tempat dan sarana Posyandu
Melakukan pembagian tugas antar kader
Berkoordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya
Mempersiapkan bahan PMT Penyuluhan
Pada hari buka Posyandu,antara lain :
4
Melaksanakan pendaftaran pengunjung Posyandu
Melaksanakan penimbangan sasaran yang datang ke Posyandu
Mencatat hasil penmbangan di buku KIA atau KMS dan mengisi buku
Register Posyandu
Mengukur LILA pada Bumil dan WUS
Melaksanakan kegiatan penyuluhan dan konseling kesehatan dan gizi
sesuai dengan hasil penimbangan serta memberikan PMT
Membantu petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan dan KB
sesuai kewenangannya
Bersama petugas kesehatan melengkapai pencatatan dan membahas
hasil kegiatan serta tindak lanjut
Diluar hari buka Posyandu,antara lain :
Mengadakan pemutakhiran data sasaran Posyandu
Membuat diagram batang (Balok) SKDN
Melakukan tindak lanjut terhadap: Sasaran yang tidak datang dan
sasaran yang memerlukan penyuluhan lanjutan
Memberitahukan sasaran agar berkunjung ke Posyandu saat hari buka
Melakukan kunjungan tatap muka ke Tokoh Masyarakat,dan
menghadiri pertemuan rutin kelompok masyarakat atau organisasi
keagamaan
b. Petugas Puskesmas
Membimbing kader dalam penyelenggaraan Posyandu
Melaksanakan Pelayanan Kesehatan dan KB di Langkah (Meja) kelima
Melakukan Penyuluhan dan konseling kesehatan, KB, dan gizi kepada
pengunjung Posyandu dan Masyarakat luas
Menganalisa hasil kegiatan Posyandu,menyusun rencana kerja dan
melakukan upaya perbaikan sesuai dengan kebutuhan Posyandu
Melakukan Deteksi Dini tanda bahaya umum terhadap Bumil, Bayi, dan
Balita serta melakukan rujukan ke Puskesmas bila dibutuhkan
BAB III
5
KESIMPULAN
Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan, dimana
pelaksanaanya dilakukan di tiap kelurahan/RW. Kegiatannya berupa KIA, KB,
Imunisasi dan Penanggulangan Diare, dan gizi (penimbangan balita). Untuk
sasarannya adalah ibu hamil, ibu menyusui, wanita usia subur (WUS), bayi dan
balita. Posyandu diselenggarakan dari, oleh, dan untuk masyarakat yang dibantu
oleh petugas kesehatan setempat. Tujuan Posyandu untuk menurunkan AKB/AKI,
membudayakan NKKBS dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam
mengembangkan kegiatan KB-Kes kegitan pembangunan lainnya untuk mencapai
keluarga sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA
6
Pedoman umum Pengelolaan Posyandu, Kementrian Kesehatan RI. 2011
Buku Panduan Kader Posyandu Menuju Keluarga Sadar Gizi, kementrian
kesehatan Republik Indonesia. 2011
Effendy, N. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakata:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Depkes RI. 1999. Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia sehat 2010.
7