kebijakan computer assisted test (cat) terhadap...
TRANSCRIPT
KEBIJAKAN COMPUTER ASSISTED TEST (CAT)
TERHADAP PENERIMAAN CALON PEGAWAI
NEGERI SIPIL DI BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
REPUBLIK INDONESIA DALAM PERSPEKTIF GOOD
GOVERNANCE
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
Muhammad Reza Hafiz
NIM: 11151120000017
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
i
ABSTRAK
Peran kebijakan Computer Assisted Test (CAT) terhadap kaitannya dengan
penerimaan calon pegawai negeri sipil di Badan Kepegawaian Negara (BKN)
dalam prinsip Good Governance. Memiliki peran penting dalam menjaring calon-
calon aparatur sipil negara (ASN) di BKN. CAT ternyata bukan hanya sekadar
sistem komputer tetapi, melainkan di dalamnya terdapat berbagai macam tahapan-
tahapan tes yang harus dilalui oleh para calon pegawai negeri sipil (CPNS). Peran
kebijakan CAT sebagai terobosan baru dalam menjaring ASN. Semula diharapkan
mampu menurunkan perilaku korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) di dalam
penerimaan CPNS, ternyata belum sepenuhnya berhasil.
Dalam metodologi penelitian, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif,
dengan mendeskripsikan permasalahan dan menganalisisnya untuk kemudian
menemukan jawaban dari pertanyaan penelitian. Data penelitian skripsi ini
dikumpulkan dengan menggunakan observasi, wawancara serta dengan dokumen-
dokumen yang terkait dengan penelitian.
Kerangka teori yang digunakan dalam skripsi ini adalah teori good
governance, peneliti berasumsi bahwa CAT merupakan kebijakan yang mencoba
menghapus dari stigma adanya kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN) dalam
penerimaan CPNS. Oleh karena itu, peneliti juga menggunakan konsep kebijakan
publik dalam menganalisis fenomena kebijakan CAT. Dari tahapan kebijakan
CAT di dalamnya sudah memenuhi prinsip-prinsip dalam teori good governanvce,
adanya transparansi, partisipasi, akuntabilitas dan efisien.
Mulai dari tahapan administrasi, tes kompetensi dasar (TKD), tes
kompetensi bidang (TKB) dalam kebijakan CAT ini sudah sangat efisien
walaupun dilain sisi masih terdapat kendala. Seperti perangkat komputer yang
kurang dan ruang seleksi ujian yang harus diperbanyak. Dengan demikian
kebijakan CAT ini akan lebih sempurna dan tidak ada kendala. Tetapi dalam
praktiknya CAT sudah memenuhi prinsip-prinsip yang terdapat dalam good
governance, adanya transparansi, partisipasi, akuntabilitas dan efisiensi.
Kata Kunci: CAT, ASN, CPNS, BKN, Birokrasi
ii
KATA PENGATAR
Puji Syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya,
sehingga skripsi ini dapat dirampungkan penulisannya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan studi pada Prodi Ilmu Politik, FISIP UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Peneliti yakin hanya dengan rahmat-Nya sehingga berbagai pihak
berkenan memberikan bantuan, bimbingan dan arahan kepada peneliti sejak
proses pengajuan proposal, penelitian di lapangan, hingga rampungnya penelitian
ini.
Meskipun peneliti merasa bahwa skripsi ini telah dituliskan secara
maksimal dan komperhensif, akan tetapi peneliti sadar bahwa di dunia ini tidak
ada yang sempurna begitu juga dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu peneliti
merasa bahwa setiap masukan, apakah itu saran maupun kritik yang dilayangkan
untuk penulisan skripsi ini adalah sangat penting. Sebagai salah satu karya ilmiah,
semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang tentunya positif bagi setiap
pihak yang membacanya ataupun yang terkait dalam penulisan skripsi.
Oleh karena itu, terasa tidak berlebihan jika pada kesempatan ini peneliti
menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1. Bapak Ali Munhanif, Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Ahmad Bakir Ihsan, M.Si., Ibu Dr. Dzuriyatun Toyibah, dan
Bapak Dr. Badrus. Selaku jajaran Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
3. Bapak Dr. Iding Rosyidin, M.Si dan Ibu Dr. Suryani, M.Si. Sebagai Ketua
dan Sekretaris Prodi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Agus Nugraha, M.Si. Sebagai pembimbing skiripsi penulis,
yang dengan sabar dan penuh ikhlas memberikan arahan dan motivasi
kepada penulis termasuk juga kesediaan beliau untuk mau menjadi
pembimbing penulis selama proses menyelesaikan skripsi.
5. Para dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta: Prof. Dr. Idzam Fautanu, Dr. Sya’ban Muhammad, Gefarina
Djohan, M.Si., Dr. Saiful Mujani, Dr. Idris Thaha, M.Si., Burhanuddin
Muhtadi, Ph.D., Dr. Haniah Hanfie, M.Si., dan Ka Ana Sabhana Azmi,
M.Si. Masih banyak lagi, serta juga karyawan akademik bang Jajang, Tata
Usaha FISIP dan juga lainnya yang penulis belum cantumkan di sini.
Terimakasih banyak atas ilmu dan motivasi yang telah diberikan kepada
penulis selama ini.
6. Orang tua peneliti, Bapak dan Mamah yang sudah rela mendidik dan
memberikan pendidikan hingga sampai sekarang. Semua jasa-jasa yang
diberikan kepada peneliti tidak ternilai harganya. Bapak yang tercinta
Syamsudin S.Sos yang tidak luput dari keseriusan dalam mendidik dan
mendukung, sehingga bisa sampai menyelesaikan skripsi ini. Mamah yang
peneliti sayangi, yang selalu berdoa dalam sujudnya untuk kesuksessan
peneliti. Semoga jasa dan perbuatan Bapak dan Mamah menjadi ladang
pahala dikemudian kelak. Aamiin...
7. Para informan di Badan Kepegawaian Negara, Bapak Gatra Suryaditama,
dan Bapak Anjar Dwi Antara S.I.P., M.A.
iv
8. Bidadari Surga peneliti, khususnya Khotrun Nida yang telah menjadi
pendorong dan penyemangat peneliti dalam menyelesaikan studi dan
skripsi. Banyak sekali masa sulit yang dilewati bersama dan banyak
bantuan juga yang peneliti rasakan. Peneliti mendoakan agar skripsinya
juga bisa terselesaikan dengan hasil yang baik.
9. Teman-teman kelas Ilmu Politik A 2015.
10. Teman-teman oposisi Senat Mahasiswa (SEMA-U) 2018 UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
11. Kawan-kawan seperjuangan tim sukses Dewan Eksekutif Mahasiswa
(DEMA-U) 2019 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Khususnya Pres Sultan
Rivandi, teman inspiratif peneliti sehari-hari.
12. Teman-teman Kuliah Kerja Nyata Kinandari 184.
13. Abang Fajar Fachrian yang selalu membimbing hingga sampai sidang
skripsi ini diuji.
14. Kakanda dan Ayunda, Khususnya Indra, Rudi dan Zahra yang selalu
membimbing peneliti selama kuliah.
15. Kawan-kawan perjuangan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat
FISIP Cabang Ciputat.
Peneliti hanya dapat mendoakan kepada Allah SWT. Semoga senantiasa
menerima kebaikan dan ketulusan mereka serta memberikan sebaik-baiknya atas
perbuatan mereka. Terakhir semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah
khazanah keilmuan pembaca.
Jakarta, 17 Juni 2019
Muhammad Reza Hafiz
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK...............................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................v
DAFTAR TABEL................................................................................................vii
DAFTAR DIAGRAM.........................................................................................viii
DAFTAR BAGAN.................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah..................................................................1
B. Pertanyaan Penelitian................................................................9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................9
D. Tinjauan Pustaka......................................................................10
E. Metodologi Penelitian..............................................................16
1. Pendekatan Penelitian........................................................16
2. Sumber dan Jenis Data.......................................................17
3. Teknik Pengumpulan Data.................................................17
4. Teknik Analisis Data..........................................................18
F. Sistematika Penulisan...............................................................19
BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP
A. Teori.........................................................................................20
1. Good Governance..............................................................20
2. Kebijakan Publik................................................................26
B. Konsep.....................................................................................31
1. Penerimaan Pegawai..........................................................31
2. Kerangka Penilaian............................................................35
BAB III PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA DAN
COMPUTER ASSISTED TEST
A. Badan Kepegawaian Negara
1. Sejarah Berdirinya BKN....................................................38
2. Lahirnya BKN....................................................................39
3. Proses Pergantian Nama BKN...........................................42
4. Kantor BKN.......................................................................42
5. Visi dan Misi BKN............................................................44
vi
B. Computer Assisted Test............................................................46
1. Awal Pendirian...................................................................49
2. Desain CAT........................................................................52
BAB IV KEBIJAKAN COMPUTER ASSISTED TEST (CAT)
TERHADAP PENERIMAAN CALON PEGAWAI NEGERI
SIPIL DI BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA DALAM
PERSPEKTIF GOOD GOVERNANCE
A. CAT Sebagai Suatu Kebijakan Publik.....................................62
1. Awal Mula dan Proses Perumusan CAT............................63
2. Peraturan-Peraturan CAT...................................................66
B. CAT Perspektif Good Governance..........................................68
1. Transparansi.......................................................................68
2. Partisipasi...........................................................................71
3. Akuntabilitas......................................................................73
4. Efisiensi..............................................................................77
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Kebijakan
CAT.........................................................................................79
BAB V PENUTUP
Kesimpulan....................................................................................84
Saran..............................................................................................85
DAFTR PUSTAKA..............................................................................................86
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel I.A.1 Pelaksanaan Tes di Tiga Instansi…....................................................7
Tabel II.B.1. Komposisi Penilaian TKD...............................................................35
Tabel II.B.2 Passing Grade Pada Soal-Soal TKD…............................................36
Tabel III.B.2.1 Komposisi Sistem Penilaian Pada Tahapan TKD........................58
viii
DAFTAR DIAGRAM
Diagram I.A.1 Diagram Peserta TKD......................................................................6
ix
DAFTAR BAGAN
Bagan II.B.I.1. Formasi Dari Implementasi Kebijakan CAT................................32
Bagan III.A.4.1. Struktur Kantor BKN..................................................................43
Bagan III.B.1. Struktur Pembinaan Kepegawaian.................................................51
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar IV.B1.1. Alur Pendaftaran Online..........................................................70
Gambar IV.B.2.1. Jumlah Peserta CPNS.............................................................73
Gambar IV.B.4.1. Perbandingan Dengan CAT dan Tes Manual.........................79
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Berbagai macam polemik pada tes calon pegawai negeri sipil (CPNS) yang
dianggap masyarakat luas terkait dengan praktik korupsi, kolusi dan nepotisme
(KKN). Untuk mengupayakan dan menghapus stigma negatif pada penerimaan cpns,
maka pemerintah mengeluarkan kebijakan baru dalam penerimaan cpns, kebijakan
yang digunakan dalam hal ini ialah kebijakan computer assisted test (CAT).
Permasalahan dalam birokrasi Indonesia bukanlah hal baru terjadi, dan tentu
saja tidak boleh dibiarkan begitu saja, harus ada tindak lanjut dan peduli untuk
membenahi birokrasi Indonesia. Birokrasi seharusnya bisa memberi pelayanan bagi
masyarakat luas, akan tetapi sebaliknya justru sumber masalah yang ada dalam
masyarakat. Birokrasi di Indonesia sering terdengar bahwasannya sering melakukan
praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).1
Permasalahan yang sudah merajalela di dalam birokrasi tersebut menjadi
pekerjaan rumah bagi bangsa Indonesia, yang terjadi tidak hanya meliputi di pusat
saja, melainkan sudah menyebar hingga sampai daerah. Setelah adanya desentralisasi
atau otonomi daerah di Indonesia, ternyata tidak menjadi suatu kemajuan bagi
1 Agus Dwiyanto, Reformasi Birokrasi di Publik Indonesia, (Yogyakarta: Pusat Studi
Kebijakan dan Kependudukan UGM, 2002), hal, 228.
2
pemerintah terutama kaitannya dengan kepentingan masyarakat, bahkan nyaris
menjadi bumerang lantaran tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik.
Tanggapan yang kurang baik bagi masyarakat terhadap birokrasi karena
dianggap kurang memberi pelayanan yang baik terhadap masyarakat. Seperti
maraknya praktik yang ada di lapangan, jika tidak ada uang biasanya akan mengalami
kesulitan. Birokrasi Indonesia tidak mampu menyesuaikan diri terhadap
perkembangan masyarakat yang semakin hari ingin semuanya serba cepat.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemajuan dunia internet
menuntut semua kegiatan melalui online.
Reformasi birokrasi harus terus dikampanyekan, masyarakat menanti
perubahan, maysarakat memiliki cita-cita terhadap terciptanya netralitas pada
aparatur sipil Negara, transparan, akuntabel dan bersih dari suap-menyuap aparatur
sipil Negara. Selain itu pada kondisi saat ini dirasakan perlu pergantian
penyelenggara pemerintahan baik pusat maupun daerah. Hal ini untuk menciptakan
reformasi yang baik dan tidak menjadi sia-sia bagi terciptanya reformasi birokrasi.
Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia No 81 Tahun 2010, yang berisi
kurang lebih untuk dipercepat menuju pencapaian tata kelola pemerintahan yang
berartabat, dianggap penting dalam terwujudnya reformasi birokrasi di seluruh
instansi pemerintahan.2 Dari peraturan tersebut dikatakan, bahwasannya dari setiap
instansi pemerintah haruslah melakukan Reformasi Birokrasi. Maka dari itu Badan
2Peraturan Presiden Republik Indonesia No 81 Tahun 2010, diakses melalui
httpwww.kemenkumham.go.idattachmentsarticle175perpres81_2010.pdf, pada 29 Januari
2019, pukul 10:21 WIB.
3
Kepegawaian Negara melalui Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi harus sesegera melakukan proses reformasi birokrasi.
Pemerintah Indonesia memiliki tujuan dan target dalam mewujudkan
reformasi birokrasi di Indonesia, ada bebarapa tahapan yang harus dilakukan. Dengan
jangka waktu tiap lima tahun. Dari tiap lima tahun inilah memiliki tujuan dan target
yang berbeda dan harus ada peningkatan dari perlima tahun tersebut. Tahapan ini
yakni, sebagai berikut:3
1. Sasaran Lima Tahun Pertama (2010-2014)
Tahapan lima tahun yang pertama, pemerintah lebih memfokuskan terhadap
perwujudan birkorasi yang bebas dari KKN. Kualitas pelayanan publik semakin
maju, seperti adanya kinerja akuntabilitas birokrasi.
2. Sasaran Lima Tahun Kedua (2015-2019)
Pada tahapan yang kedua ini, pemerintah memperbaiki dari apa yang sudah
dilakukan pada tahapan pertama. Tahapan kedua ini lebih mengevaluasi atas apa yang
sudah dilakukan pada lima tahun pertama, lalu dilima tahun kedua lebih ditingkatkan
dan diperbaiki.
3. Sasaran Lima Tahun Ketiga (2020-2024)
Pada tahapan yang ketiga pemerintah lebih meningkatkan terhadap kapasitas
birokrasi untuk mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance) sebagai
lanjutan dari tahapan yang kedua.
3Peraturan Presiden Republik Indonesia No 81 Tahun 2010, diakses melalui
httpwww.kemenkumham.go.idattachmentsarticle175perpres81_2010.pdf, pada 29 Januari
2019, pukul 11:45 WIB.
4
Indonesia pada saat ini sedang dalam fase tahapan yang kedua, yakni dalam
tahapan dimana Indonesia sedang memperbaiki yang sudah ada pada tahapan pertama
untuk memperkuat tujuan dari reformasi itu sendiri. Dengan adanya kebijakan baru
dalam penerimaan calon pegawai negeri sipil (CPNS), sekarang ada metode baru
yaitu computer assisted test (CAT) ini khususnya di Badan Kepegawaian Negara
(BKN) pada saat penerimaan CPNS tahun 2018. CAT adalah sebuah sistem baru
yang digunakan dengan teknologi berupa perangkat komputer untuk membantu
proses seleksi pegawai CPNS. Hadirnya kebijakan sistem CAT ini sudah melaui
proses yang panjang mulai dari tahun 2004 dengan melewati beberapa penelitian,
kajian, studi literatur dan studi banding da dalam negeri maupun luar negeri.4
Sistem CAT dibuat oleh BKN. Pada tahun 2016 sistem CAT BKN telah
diresmikan melalui pengesahan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Hadirnya sistem CAT ini untuk memudahkan para peserta tes CPNS dalam
mengerjakan soal-soal yang diberikan. Karena hanya dengan mengklik mouse
kemudian para peserta bisa memilih jawaban pada layar monitor.
Dalam Peraturan Kepala BKN (PERKA) BKN Nomor 8 Tahun 2018 yang
isinya membahas aturan penyelenggaraan pada saat seleksi dengan metode kebijakan
CAT di BKN, pada ketentuan umum bahwasannya untuk melakasanakan seleksi
CPNS, kemudian penerimaan sekolah kedinasan, seleksi pada pengembangan karir,
4Pusat Pengembangan Sistem Rekrutmen ASN, Seleksi Pegawai Berbasis Sistem
Computer Assisted Test, Badan Kepegawaian Negara 2017, hal, 23.
5
dan seleksi-seleksi selain aparatur sipil negara (ASN) haruslah transparan, objektif,
akuntabel dan bebas dari KKN, perlu menggunakan sistem CAT.5
Awal dibuatnya sistem CAT ini untuk digunakan pada saat seleksi CPNS,
khususnya dalam tes kompetensi dasar (TKD) atau saat ini disebut dengan seleksi
kompetensi dasar (SKD). Oleh sebab itu sistem CAT BKN saat itu sempat dikenal
dengan sistem seleksi yang dibantu dengan alat komputer untuk mendapatkan nilai
yang memenuhi kriteria standar minimal kompetensi dasar maupun kompetensi
kepegawaian.6 Saat ini seiring dengan dinamika dan tuntutan kebutuhan strategi
organisasi pemerintahan dalam upaya mendukung reformasi birokrasi dan penciptaan
good governance, terkhusus dalam menciptakan reformasi kepegawaian (civil service
reform), oleh sebab itu sistem CAT ini digunakan pula dalam seleksi pegawai atau
jabatan dalam lingkup yang lebih luas.
Dari hadirnya sistem CAT ini diharapkan tidak hanya meningkatkan instansi
pemerintahan saja, akan tetapi nantinya peran dari CAT ini sendiri akan memberikan
output yang bagus, terhadap peserta CPNS di BKN. Demi terciptanya reformasi
birokrasi yang mempuni, penulis melihat bahwasannya hadirnya sistem CAT di sini
menjadi satu solusi terhadap keberlangsungan cita-cita pemerintah, yang ingin
mempunyai aparatur sipil Negara yang bersih dari suap-menyuap terhadap
keberlangsungan Reformasi Birokrasi.
5Peraturan Kepala BKN (PERKA) BKN nomor 8 tahun 2018, Prosedur
Penyelenggaraan Seleksi dengan Metode computer assisted test Badan Kepegawaian
Negara, pada 10 Januari 2019, pukul 08:13 WIB. 6 Pusat Pengembangan Sistem Rekrutmen ASN, Seleksi Pegawai Berbasis Sistem
Computer Assisted Test, Badan Kepegawaian Negara 2017, hal, 24.
6
Kemudian untuk mengetahui dari pelaksanaan tes peserta TKD di berbagai
instansi. Berikut di bawah ini diagram I.A.1. peserta tes kompetensi dasar (TKD)
dengan sistem CAT tahun 2013.7
Diagram I.A1. Peserta TKD
Sumber: Buku CAT BKN untuk Indonesia, Badan Kepegawaian Negara
Dari gambar di atas bahwasannya pada tahun 2013 peserta tes kompetensi
dasar (TKD) dalam sistem CAT terjadi perbandingan yang sangat signifikan antara
kementerian/lembaga berjumlah 159.026 peserta 60%, pemerintah kabupaten/kota
berjumlah 25.361 peserta 10%, dan pemerintah provinsi berjumlah 78.901 peserta
30%.
Dalam peraturan Kementerian Pembedayaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 24 Tahun 2013 yang ininya menambahklan kebijakan alokasi
formasi dan pengadaan CPNS tahun 2013, dalam pembagian tugas terhadap
7 Buku CAT BKN untuk Indonesia, Badan Kepegawaian Negara, hal, 62.
Diakses melaluihttp://www.bkn.go.id/wp-content/uploads/2014/05/zppd_Buku_CAT-
BKN.pdf, pada 10 Januari 2019, pukul 10:00 WIB.
10%
30% 60%
PESERTA TKD
PemerintahKabupaten/Kota
Pemerintah Provinsi
Kementerian/Lembaga
7
pelaksanaan pengadaan CPNS, bahwasannya tugas Badan Kepegawaian Negara
membuat SOP untuk penggunaan sistem terhadap pengawasan CAT, kemudian
menyiapkan perangkat CAT yang nantinya digunakan pada saat tes kompetensi dasar,
dan memberi laporan hasil pelaksanaan pengadaan CPNS. Laporan tersebut
dilaporkan ke tim pengarah CPNS.8
Untuk mengetahui lebih jelas pada pelaksanaan tes diberbagai instansi.
Berikut tujuh puluh tiga instansi pemerintah yang terbagi pada tiga pelaksaan. Pada
tabel I.A.1. di bawah terdapat tujuh puluh tiga instansi yang melaksanakan tes
CPNS.9
Tabel I.A.1 Pelaksanaan Tes di Tiga Instansi
Sumber: Buku CAT BKN, untuk Indonesia, Badan Kepegawaian Negara.
Tujuh puluh tiga instansi pemerintah terbagi pada tiga pelaksanaan, dengan
memakai CAT yang ditersedia BKN ataupun yang disiapkan sendiri oleh instansi
8 Peraturan Kementerian PAN dan RB Nomor 24 tahun 2013 tentang kebijakan
tambahan alokasi formasi dan pengadaan calon pegawai negeri sipil tahun 2013,
diakses melalui https://jdih.menpan.go.id/data_puu/24%20TH%202013.pdf, pada 10
Januari 2019, pukul 13:24 WIB. 9 Buku CAT BKN untuk Indonesia, Badan Kepegawaian Negara, hal, 59.
Diakses melaluihttp://www.bkn.go.id/wp-content/uploads/2014/05/zppd_Buku_CAT-
BKN.pdf, pada 12 Januari 2019, pukul 13:47 WIB.
NO INSTANSI JUMLAH JUMLAH LOKASI
1 Kementerian/Lembaga 50 170
2 Pemerintah Provinsi 8 15
3 Pemerintah
Kabupaten/Kota
15 15
Jumlah 73 200
8
masing-masing yang semua tersebar di lokasi tes yang sudah digambarkan pada tabel
di atas.
Tujuan dari penerapan sistem CAT agar mempermudah terhadap
pengkoreksian laporan hasil ujian, menciptakan hasil-hasil ujian secara universal dan
kemudian baru ditetapkan standar nilai. Keuntungan sistem seleksi dengan komputer
ialah untuk mempermudah para peserta ketika melakukan pendaftaran melalui online,
karena lebih mudah dan cepat juga terhadap penerapannya. Peserta tes kemudian
dapat mengetahui langsung nilai diperoleh pada saat tes selesai.10
Di dalam komputer
sudah tersedia materi soal kompetensi dasar, seperti tes pengetahuan umum (TPU),
intelegensia umum (TIU) dan karakteristik pribadi (TKP). Dengan demikian proses
penilaian bersifat objektif, akuntabel serta transparan, kemudian para peserta bisa
mengetahui pencapaian nilai yang didapat.
Berdasarkan masalah di atas, maka peneliti mengambil judul penelitian
“Kebijakan Computer Assisted Test (CAT), terhadap Penerimaan Calon Pegawai
Negeri Sipil di Badan Kepegawaian Negara Republik Indonesia dalam Perspektif
Good Governance”. Tema ini menarik untuk dijadikan sebuah penelitian karena
memotret adanya peran dari kebijakan sistem CAT yang peneliti asumsikan sebagai
salah satu upaya untuk menuju reformasi birokrasi.
10
Buku CAT BKN untuk Indonesia, Badan Kepegawaian Negara, hal, 25.
diakses melaluihttp://www.bkn.go.id/wp-content/uploads/2014/05/zppd_Buku_CAT-
BKN.pdf, pada 12 Januari 2019, pukul 14:37 WIB.
9
B. Pertanyaan Masalah
Sesuai dengan penjabaran dari pernyataan masalah pada bagian awal, maka
peneliti menyusun pertanyaan yang berkesinambungan untuk merumuskan pokok-
pokok persoalan dalam menyelesaikan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi kebijakan CAT dalam penerimaan CPNS di BKN ?
2. Bagaimana CAT dapat berkontribusi bagi perkembangan perbaikan sistem
penerimaan yang mendukung good governance ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
C.1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui implemetasi kebijakan CAT terhadap pelaksana
penerimaan CPNS.
b. Untuk mengetahui efektivitas sistem CAT dalam penerimaan CPNS di
BKN.
C.2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat dalam memperkaya kajian dalam
ilmu pengetahuan sosial, khususnya dalam menciptakan pemerintahan yang baik
(Good Governance) yang nantinya melandasi pemerintah dalam memperbaiki
birokrasi. Selain itu, penelitian ini kemudian bermanfaat untuk memperluas kajian
terhadap reformasi birokrasi.
10
b. Manfaat Praktis
1. Agar masyarakat mengetahui dan memiliki wawasan mengenai sistem CAT
terhadap penerimaan CPNS.
2. Agar masyarakat sadar akan peran sistem CAT ketika penerimaan dan bagaimana
sistem CAT ini bekerja dan berjalan.
D. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian, di sini penulis akan melakukan peninjauan
terhadap literatur penelitian sebelum-sebelumnya, supaya memberikan deksripsi atau
memberikan gambaran secara luas serta perbandingan dalam penelitian, yang
diantaranya yakni :
Pertama, penelitian I Ketut Buana dan Made Gede Wirakusuma.11
Penelitian
ini berjudul Pengaruh Penggunaan Sistem Computer Assisted Test pada Efisiensi Biaya dan
Akuntabilitas Publikasian Hasil, studi pada tes seleksi CPNS di Kabupaten Jembrana dan
Karangasem tahun 2014. Penelitian ini menggambarkan bahwasannya banyak terdapat
titik rawan dalam seleksi CPNS. Rekrutmen CPNS yang sudah dikenal dengan
banyaknya hal yang tidak baik, seperti kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN) yang
sangat sulit untuk dihilangkan. Pada dasarnya segala bentuk seleksi-seleksi CPNS
dengan menggunakan lembar jawab kerja (LJK) dinilai masih belum efektif dan
11
I Ketut Buana dan Made Gede Wirakusuma, “Pengaruh Penggunaan Sistem
Computer Assisted Test pada Efisiensi Biaya dan Akuntabilitas Publikasian Hasil, (Studi
pada Tes Seleksi Penerimaan CPNS di Kabupaten Jembrana dan Karangasem Tahun 2014)”,
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana, (2015), hal, 798, Jurnal (online) diakses
melalui https://media.neliti.com/media/publications/44787-ID-pengaruh-penggunaan-sistem-
computer-assisted-test-pada-efisiensi-biaya-dan-akunt.pdf, pada 20 Januari 2019, pukul 5:46
WIB.
11
efisien. Mulai dari biaya yang sangat besar, hingga sampai waktu yang sangat lama
untuk mengerjakan termasuk untuk melihat hasil nilai yang diperoleh. Jarak yang
sangat lama terhadap hasil yang diperoleh selama pelaksanaan dicurigai akan
menimbulkan terjadinya manipulasi atau kecurangan secara fisik. Karena pada saat
selesai tes, hasil jawaban akan diperiksa dan memerlukan waktu yang cukup lama
untuk peserta mengetahui hasil tesnya.
Studi dari I Ketut Buana dan Made Gede Wirakusuma menjelaskan
bahwasannya pada saat tes untuk mengikuti CPNS, masih kental dengan praktik-
praktik yang tidak terpuji. Seperti adanya kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN).
Maka dari itu hadirnya sistem computer assisted test (CAT) ini ingin meredam atau
mencoba untuk menghilangkan dari adanya praktik-praktik yang buruk. Penelitian I
Ketut dan Made Gede Wirakusuma menggunakan motode kuantitatif. Penelitian ini
memiliki kesamaan dengan penulis yang mencoba mengamati dari segi
implementasinya terhadap kebijakan computer assisted test (CAT) ini. Selain itu,
diharapkan dari adanya kebijakan CAT ini menjadi salah satu upaya dalam
membenahi reformasi birokrasi di Indonesia, dan menyaring aparatur Negara yang
jujur dan memiliki kompetensi yang bagus.
Kedua, Penelitian Reza Yasin.12
Penelitian ini membahas mengenai
kebijakan pemerintah terhadap computer assisted test (CAT) di kantor regional XII
Badan Kepegawaian Negara Pekanbaru. Sistem CAT ini telah sukses dalam
12
Reza Yasin, “Implementasi Kebijakan Pemerintah dalam Rekrutmen dengan
Sistem Computer Assisted Test”, Jurnal Ilmu Administrasi Negara, (Volume 13, No. 2,
Januari 2015), hal, 149, Jurnal (online), pada 21 Januari 2019, pukul 20:11 WIB.
12
penerapannya, karena sudah berjalan berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 17 Tahun 2014 mengenai adanya
alokasi tambahan pada formasi pengadaan CPNS 2014, serta berdasarkan pada
peraturan kepala BKN Nomor 29 Tahun 2014 tentang SOP kegiatan TKD dengan
CAT terhadap CPNS 2014. Dengan hadirnya sistem CAT, pada proses tes atau
seleksi CPNS hal ini diharapkan menjadi lebih objektif, kemudian juga efisiensi
waktu, cepat dan transparan.
Reformasi birokrasi merupakan upaya strategis untuk membentuk aparatur
Negara yang lebih berdaya guna dan mengedepankan kepentingan umum terhadap
kemajuan atas pembangunan nasional. Termasuk dari hadirnya kebijakan sistem CAT
yang hal ini salah satu usaha untuk meningkatkan aparatur sipil Negara dalam
menjaring tenaga ahli yang berkompeten. Sistem kebijakan CAT juga akan
menghindarkan dari adanya praktik perjokian dan peserta pun langsung bisa
mengetahui hasil yang sudah diperoleh saat itu juga. Penulis mencoba untuk
menyamakan persepsi terhadap apa yang ingin dipaparkan dalam penelitian tersebut.
Oleh sebab itu, penulis mengambil poin inti, bahwasannya birokrasi pun harus
memiliki tenaga ahli yang berjiwa pekerja keras dan jujur, supaya hal serupa tidak
terjadi lagi dari beberapa tahun ke belakang bagi birokrasi di Indonesia.
Ketiga, Penelitian Suci Lestari.13
Penelitian Suci Lestari menjelaskan bahwa
sebelum adanya kebijakan sistem computer assisted test (CAT), pada saat proses
13
Suci Lestari, “Penerapan Sistem Computer Assisted Test (CAT) dalam Proses
Seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil dari Pelamar Umum di Badan Kepegawaian Negara
13
seleksi CPNS, masih menggunakan berupa lembar jawaban komputer (LJK). Inilah
yang menjadi masalah dan termasuk memiliki kelemahan. Penggunaan LJK ini
sangatlah lama ketika menggunakannya atau membulatkan jawaban. Kemudian dari
LJK ini, penilaian pun terbilang sangat tertutup, oleh sebab itu, akan menimbulkan
penilaian yang tidak objektif dan rawan kecurangan. Hasil dari penilaian pun
terbilang sangat lama, ini dapat menimbulkan kecurigaan dan menimbulkan
kecurangan. Tidak hanya itu, dengan menggunakan LJK juga akan menimbulkan
banyaknya sampah atau tidak ramah lingkungan terhadap lembar jawaban yang
nantinya sudah tidak terpakai.
Dengan demikian, dari banyaknya kelemahan yang dimiliki oleh lembar
jawaban komputer (LJK), maka dari itu Badan Kepegawaian Negara (BKN)
memeperkenalkan suatu kebijakan ataun sistem seleksi dengan menggunakan metode
seleksi CPNS yang baru. Sifat dari metode ini nantinya sangat obyektif, transparan
dan bebas dari kolusi, korupsi, nepotisme. Sistem atau metode ini dikenal sebagai
computer assisted test (CAT). CAT merupakan metode baru dalam membantu seleksi
CPNS dengan menggunakan computer. Kelebihan yang dimiliki yakni, hasil akan
transparan dan pastinya akan terhindar dari praktik-praktik sogok menyogok dan lain
sebagainya.
Tahun 2013”, Skripsi, (Serang: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, 2014), hal, 21, diakses
melalui http://repository.fisip-untirta.ac.id/639/1/PDF%20.pdf, pada 21 Januari 2019, pukul
21:00 WIB.
14
Keempat, Penelitian Febrina Wulandari.14
Penelitian ini membahas
mengenai dari sebagian masyarakat Indonesia tanpa disadari banyak yang
menginginkan profesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Membeludaknya
masyarakat Indonesia yang ingin mengikuti tes pada seleksi CPNS, dilansir oleh
media elektronik, bahwasannya di provinsi Jawa Timur pada tahun 2013
membeludak. Sekiranya 585 kuota disegala bidang, sehingga yang mendaftar
mencapai 58.000 orang. Oleh sebab itu dengan banyaknya peserta yang mendaftar,
mengakibatan dari masyarakat ini menghalalkan segala cara dengan melakukan
berbagai praktik yang tidak baik. Seperti kasus di daerah Kabupaten Blitar,
setidaknya terdapat seratus nama calon pegawai negeri sipil yang sudah menyetorkan
uang ke sejumlah oknum pejabat dan oknum anggota legislatif Kabupaten Blitar
supaya diterima sebagai PNS. Uang yang disetor bervariasi, mulai dari kisaran 100
juta hingga sampai 150 juta. Hal ini disebabkan dengan sistem manual yang
diselenggarakan ketika itu. Metode yang digunakan oleh peneliti adalah kualitatif.
Dengan demikian, penulis mencoba melihat bahwa setelah berbagai macam
kasus yang terjadi, ada salah satu solusi atau sistem kebijakan yang mampu merubah
itu semua dari berbagai macam kecurangan. CAT merupakan terobosan baru terhadap
tes seleksi CPNS. Tidak hanya untuk menguji masyarakat umum, termasuk sebagai
alat untuk menguji tes kemampuan pegawai negeri. Dalam sistem CAT ini terdapat
14
Febrina Wulandari, “Implementasi Metode Computer Assisted Test (CAT) dalam
Rekrutmen Calon Pegawai Negeri Sipil di Kantor Regional II Badan Kepegawaian Negara
Surabaya”, Jurnal Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya, (Surabaya: Universitas Negeri
Surabaya, 2014), hal, 21 Januari 2019, pada pukul 11:19 WIB.
15
TKD yang di dalamnya terdapat tes pengetahuan umum, tes bakat dan tes
kematangan. Sistem ini diharapkan mampu menyaring aparatur sipil Negara nantinya
dalam merubah stigma negatif terhadap pegawai atau pejabat-pejabat di Indonesia.
Cita-cita reformasi birokrasi suatu pencapaian yang sangat ditunggu bagi semua
masyarakat Indonesia, maka dari itu hadirnya kebijakan CAT diharapkan mampu
menjawab itu semua.
Kelima, Penelitian Putri Cipta Sasmi.15
Dalam penelitian Putri Cipta Sasmi,
bahwasannya ia menjelaskan mengenai sistem computer assisted test (CAT) terhadap
rekrutmen CPNS. Metode CAT ini dengan menggunakan perangkat lunak software
dengan dibantu perangkat komputer yang dipakai dalam meraih hasil nilai standar
pada kompetensi dasar bagi para pelamar CPNS. Kemudian untuk mengetahui TKD
tersebut, para pelamar atau peserta CPNS akan melakukan TKD dengan
menggunakan sistem CAT. Sistem CAT memiliki banyak sekali kelebihan, salah
satunya ialah mengurangi akan kecurangan, karena dengan sistem CAT ini peserta
bisa langsnung mengetahui hasil yang ia peroleh pada saat tes. Tidak hanya itu, hal
ini juga sangat mempercepat tes, praktis, efisien waktu dan mengehmat biaya.
Penulis melihat dan menjadikan hal ini sebagai acuan, kemudian bagaimana
proses pada implementasi kebijakan dari sistem CAT ini. Penulis berkesimpulan
bahwasannya tujuan dari adanya penerapan sistem CAT ini untuk mempermudah
15Putri Cipta Sasmi, “Analisis Pelaksanaan Pengadaan Calon Pegawai Negeri
Sipil (CPNS) Menggunakan Sistem Computer Assisted Test (CAT) Tahun 2014 di
Kota Metro”, Skripsi, (Lampung: Universitas Lampung, 2018), hal, 5, diakses melalui
http://digilib.unila.ac.id/31975/8/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASAN.pdf,
pada 22 Januari 2019, pukul 12:27 WIB.
16
proses pemerikasaan hasil laporan ujian, menciptakan standarisasi pada hasil ujian,
dan kemudian menetapkan standar nilai secara nasional. Rekrutmen dengan
menggunakan CAT ini juga mempercepat dalam proses pendaftaran, karena semua
berhubungan langsung dengan internet. Yang palin utama ialah, penilaian yang
didapat secara obyektif, akuntabel dan transparan. Kemudian para peserta dengan
mudah mengakses hasil yang sudah diperoleh.
E. Metodologi Penelitian
E.1. Pendekatan Penelitian
Metode penelitian skripsi ini ialah metode kualitatif. Metode kualitatif
merupakan bagian dari pada metode yang dimaksud secara universal dapat dipahami
dari apapun kejadian yang terdapat di dunia dan dalam pikiran manusia.16
Pada
hakikatnya penelitian kualitatif merupakan pengamatan atas individu-individu dengan
melakukan dialog atau berinteraksi secara langsung, kemudian mengetahui bahasa
dan pandangan mereka yang nantinya berkaitan dengan lingkungan sekitarnya.
Penelitian kualitatif juga memiliki ciri-ciri yaitu pandangan yang subjektif, yang
nantinya akan dipakai sebagai pemahaman dalam memahami suatu permasalahan
yang diteliti.17
Data yang digunakan skripsi ini sumbernya dari buku-buku yang terkait,
seperti dokumen elektronik, jurnal dan sumber pustaka terkait. Tujuannya untuk lebih
16
S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 2003),
hal, 5. 17
Boy S. Sabarguna, Analisis Data Pada Penelitian Kualitatif, (Jakarta: UI-Press,
2008), hal, 5.
17
mudah untuk dimenegerti terhadap segala macam konteks yang terkandung di
dalamnya.18
E.2. Sumber dan Jenis Data
a. Data Primer
Data primer didapat langsung dari sumbernya seperti tanya jawab dan
wawancara dengan pihak-pihak terkait dengan masalah-masalah terhadap penelitian
yang sesuai keinginan penulis dan kemudian dikaitkan dengan kriteria topik
pembahasan penelitian.19
b. Data Sekunder
Data sekunder skripsi ini mengambil sumber pada buku-buku, jurnal dan dari
dokumen elektronik yang berkaitan terhadap pembahasan skripsi.
E.3. Teknik Pengumpulan Data
a. Dokumentasi
Data dikumpulkan dalam studi dokumentasi, tidak secara langsung ditujukan
terhadap subjek penelitian. Berbagai macam artikel atau yang didapat kiranya diteliti,
tidak hanya artikel atau dokumen resmi. Kemudian dokumen nantinya dibedakan
menjadi dua, yaitu primer dan sekunder. Dokumen primer ialah teknik pengambilan
data langsung terhadap pihak yang bersangkutan dengan berupa wawancara langsung
dengan informan utama.Sedangkan dokumen sekunder, merupakan teknik
18
Lisa Harrison, Metodologi Penelitian Politik, (Jakarta: Kencana, 2007), hal, 125. 19
Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, (Yogyakarta: Tiara Wacana,
2006), hal, 12.
18
pengambilan data berupa kumpulan artikel, jurnal yang berkaitan dengan kajian
penelitian.20
b. Wawancara
Wawancara adalah salah satu teknik pada pengumpulan data yang digunakan
dengan bertatap muka dengan narasumber. Wawancara merupakan instrumen yang
baik dalam menghidupkan topik riset yang diteliti, mencari permasalahan-
permasalahan yang berkaitan pada skripsi penulis.21
E.4. Teknik Analisis Data
Skripsi ini menggunkan metode analisis deksriptif nantinya memiliki tujuan
memberi sebuah deskripsi mengenai kelompok orang tertentu terhadap suatu gejala.
Penelitian deskritif atau biasa juga disebut dengan penelitian taksonomik adalah
penelitian yang bertujuan untuk menggali dan menjelaskan atas suatu kejadian sosial,
dengan demikian dalam pendeskripsian sejumlah data yang bersinggungan terhadap
masalah unit kegiatan yang diteliti.22
F. Sistematika Penulisan
Penyusunan skripsi ini, penulis sudah menggambarkan lima bab dengan
sistematis. Yakni sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN. Menguraikan pernyataan dan pertanyaan dari
masalah yang menjadi fokus pada penelitian, kemudian tujuan penelitian, kemudian
20
Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, hal, 70. 21
Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial,hal, 104. 22
Syamsir Salam dan Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006), hal, 14.
19
manfaat penelitian, kemudian tinjauan pustaka dan kerangka teoretis terkait reformasi
birokrasi, studi atas implementasi kebijakan CAT dalam penerimaan CPNS di BKN,
dilanjutkan dengan pembahasan metode penelitian yang dipakai serta sistematika
penulisan untuk menggambarkan bab-bab penelitian.
BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. Teori yang mendalam yang
dijadikan acuan dalam menganalisis masalah yang penulis jadikan sebuah objek
penelitian. Teori yang dipakai penulis adalah teori good governance dan teori
kebijakan publik.
BAB III PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA DAN
COMPUTER ASSISTED TEST. Penulis membahas tentang profil dan latar
belakang dari berdirinya BKN.
BAB IV KEBIJAKAN COMPUTER ASSISTED TEST (CAT)
TERHADAP PENERIMAAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DI BADAN
KEPEGAWAIAN NEGARA REPUBLIK Indonesia DALAM PERSPEKTIF
GOOD GOVERNANCE. Isi inti dari skripsi ini mengenai dinamika kebijakan CAT
dalam penerimaan CPNS dengan menggunakan teori good governance dan teori
kebijakan publik.
BAB V PENUTUP. Pemaparan kembali hasil temuan dalam bab IV sebagai
kesimpulan skripsi ini.
20
BAB II
KERANGKA TEORI DAN KONSEP
Kerangka teori menjelaskan mengenai teori yang akan dijadikan acuan dalam
melihat masalah-masalah kebijakan politik yang akan dibahas pada skripsi ini.
A. TEORI
A.1. GOOD GOVERNANCE
Pada dasarnya banyak kajian-kajian ilmiah yang membahas mengenai Good
Governance. Good governance mulai ramai dibicarakan pada kisaran 1980-an
terutama dalam diskursus yang bertajuk mengenai pembangunan. Governance adalah
redefinisi dari adanya desain dari konsep administrasi publik.23
Perlu diketahui
bahwasannya pengertian dari Good Governance itu sendiri banyak sekali para stake
holder yang mencoba mengartikannya. Oleh sebab itu, dari beberapa pengertian
tersebut sangat beragam dan berbeda-beda pula, karena tergantung dari perspektif dan
kepentingan dari masing-masing stake holder. Pada intinya bahwa Good Governance
yang diartikan oleh para stake holder adalah suatu mekanisme atau sebuah proses
dimana pemerintahan menuju ke arah yang lebih baik untuk mengelola pemerintahan
dan lembaga di dalam maupun di luar pemerintahan termasuk masyarakat.24
Menuju pemerintahan yang baik adalah sebuah cita-cita bangsa Indonesia.
Maka untuk mewujudkan itu semua dibutuhkan sebuah perubahan yang mampu
23
Randi R. Wrihatnolo dan Riant Nugroho Dwidjowijoto, Manajemen
Pemberdayaan, (Jakarta: Elekmedia Komputindo, 2007), hal, 125. 24
Abdul Rahman Nur, Algemene Beginselen Van Behoorlijk Bestur: Konsepsi Negara
Welfare State dalam Menata Kota Palopo, (T.Tp: Guepedia, 2018), hal, 23.
21
merubah hal yang buruk dan mampu menghentikan praktik-praktik yang tidak baik.
Oleh karena itu, untuk mencapainya pemerintah harus membuat perubahan mulai dari
kebijakan publik, yang nantinya akan dapat menentukan aturan-aturan dan sistem
untuk dijalani oleh masyarakat dan aparatur sipil negara.
1. Definisi Good Governance
Good governance biasa terdengar dengan sebutan pemerintahan yang baik.
Definisi good governance menurut World Bank adalah adanya suatu sistem yang
efisien pada pelayanan publik, di dalamnya terdapat sistem peradilan yang mampu
dipercaya. Tidak hanya itu di dalamnya juga terdapat tata kelola administrasi yang
kemudian memiliki tanggung jawab kepada masyarakat. Hal inilah yang menjadi
amat penting untuk terciptanya pembangunan yang merata. Ini termasuk pada tujuan
dari sistem kebijakan ekonomi yang baik. Kemudian juga untuk mencegah adanya
tindakan korupsi secara politik dalam aktivitas usaha.25
Dimana adanya suatu sistem
yang efisien pada pelayanan publik, di dalamnya terdapat sistem peradilan yang
mampu dipercaya. Tidak hanya itu di dalamnya juga terdapat tata kelola administrasi
yang kemudian memiliki tanggung jawab kepada masyarakat. Hal inilah yang
menjadi amat penting untyk terciptanya pembangunan yang merata. Ini termasuk
pada tujuan dari sistem kebijakan ekonomi yang baik.26
25
Mardiasmo, Perwujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui Akuntansi
Sektor Publik: Suatu Sarana Good Governance, (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada,
2003), hal, 18. 26
Abdul Rahman Nur, Algemene Beginselen Van Behoorlijk Bestur: Konsepsi Negara
Welfare State dalam Menata Kota Palopo, hal, 24
22
Berdasarkan dari penelitian Lembaga Administrasi Negara Tahun 2000,
mengenai pengertian Good Governance terbagi dalam dua pengertian, antara lain :27
1. Adanya sebuah nilai positif untuk menjunjung tinggi atas keinginan dari
masyarakat, dan nilai yang nantinya dapat membentuk kepribadian rakyat terhadap
suatu capaian dari tujuan meliputi nasional, kemandirian, pembangunan yang
berkelanjutan dan keadilan sosial.
2. Adanya aspek fungsional bersumber pada pemerintah yang efektif lagi
efisien, dalam melaksanaan tugasnya harus mencapai cita-cita dari tujuan tersebut.
Membentuk Good Governance ialah, sebuah cara dalam mengubah dari cara
kerja Negara terhadap kinerja pemerintah yang accountable, dan membentuk para
aktor masyarakat untuk ikut serta dalam menciptakan sistem yang baik bagi
masyarakat. Maka dari itu dari aspek ini, tidak ada solusi dalam pembangunan yang
nantinya dapat mewujudkan hasil cukup baik, hanya saja dengan cara merubah dari
sifat dan cara kerja lembaga Negara dan pemerintah pusat maupun daerah.28
Istilah good governance sudah banyak yang memaknai dan menjadi salah satu
perdebatan dalam dunia akademik dan politik kontemporer. Akan tetapi dilain sisi
good governance diartikan sebagai sebuah kinerja pada lembaga pemerintahan,
perusahaan atau organisasi kemasyarakatan. Hal ini merujuk pada arti asli yang
27
Abdul Rahman Nur, Algemene Beginselen Van Behoorlijk Bestur: Konsepsi Negara
Welfare State dalam Menata Kota Palopo, hal, 27. 28
Abdul Rahman Nur, Algemene Beginselen Van Behoorlijk Bestur: Konsepsi Negara
Welfare State dalam Menata Kota Palopo, hal, 27.
23
dimiliki oleh good governance itu, yakni governing. Governing diartikan sebagai
suatu yang mengarahkan atau mengendalikan untuk mempengaruhi suatu masalah
publik dalam suatu Negara.29
Dari pengertian di atas peneliti melihat bahwasannya Negara dalam hal ini
sedang gencar-gencarnya menjalankan dari teori yang saat ini sedang peneliti pakai,
yaitu good governance. BKN sebagai salah satu yang menjadi target dari teori
tersebut. Negara dalam hal ini melihat permasalahan yang terjadi di BKN ialah
mengenai CPNS. Dari tahun ke tahun dalam penerimaan CPNS selalu saja ada
masalah yang terjadi, mulai dari kolusi, korupsi dan nepotisme. Tidak hanya itu saja,
dalam hal anggaran pun dianggap seleksi CPNS ini sangat memakan biaya yang
sangat mahal. Dilain sisi, seleksi CPNS ini yang sebelumnya memakai sistem lembar
jawaban komputer dianggap sangat tidak ramah lingkungan, karena diakibatkan
banyaknya kertas-kertas yang nantinya terbuang begitu saja. Kemudian lamanya hasil
yang diperoleh bagi para peserta yang mengikuti tes tersebut.
Untuk mewujudkan good governance tersebut kemudian hadirlah sistem yang
mempermudah itu semua. Sistem ini dikenal sebagai Computer Assisted Test (CAT),
dengan hadirnya sistem CAT ini diharapkan menjadi salah satu solusi untuk
mencapai good governance ini.
2. Karakteristik Good Governance
29
Juanda Nawawi, “Membangun Kepercayaan dalam Mewujudkan Good
Governance”, Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, (Volume, 1, N0. 3, Juni 2012), hal, 19.
Jurnal (online), pada 30 Januari 2019, pukul 09:27 WIB.
24
Menurut Mardiasmo terdapat tiga karakteristik yang saling berkaitan satu
dengan yang lainnya dalam mewujudkan terciptanya good governance, yakni
transparansi, partisipasi dan akuntabilitas, dan satu elemen untuk mewujudkan good
governance yakni budaya, ekonomi, efisiensi dan efektivitas. Yakni Sebagai
berikut:30
1. Transparansi
Transparansi adalah saling terbuka baik dari pemerintah dan
masyarakat yang besirnegis dalam memberikan informasi agar masyarakat
pun juga memahami dari kinerja pemerintah. Transparansi juga menuntut
ketepatan waktu dan terbuka dalam memberikan informasi keuangan,
pengelolaan dan laporan pertanggungjawaban. Ada tiga aspek untuk
melihat seberapa jauh transparansi atau keterbukaan, yaitu: adanya suatu
keterbukaan, mudah mendapatkan informasi dan masyarakat juga tahu atas
kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, adanya pengawasan antar lembaga
legislatif dan eksekutif.
Beberapa aspek dalam transparansi ini, seperti:
1. Memberi informasi yang jelas berdasarkan aturan yang berlaku, serta
bertanggungjawab.
2. Mudahnya dalam mengakses informasi.
3. Membuat alur pengaduan.
30
Mardiasmo, Perwujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui Akuntansi
Sektor Publik: Suatu Sarana Good Governance, hal, 18.
25
4. Meningkatkan akan adanya informasi dengan melakukan kerjasama oleh
semua pihak termasuk media massa dan lembaga di luar pemerintah.
2. Partisipasi (Participation)
Adanya proses partisipasi yang melibatkan seluruh elemen masyarakat
untuk ikut terlibat dalam membuat kebijakan. Kemuidan dibuatlah ruang-
ruang aspirasi masyarakat untuk kemudian didiskusika bersama
pemerintah. Kemudian dalam berpartisipasi masyarakat memiliki
kebebesan dalam menyatakan pendapat di depan umum.
Berikut aspek dalam partisipasi, seperti:
a. Membuka ruang terhadap masyarakat untuk menampung aspirasi secara
terbuka.
b. Masyarakat ikut terlibat terhadap proses pengambilan keputusan.
3. Akuntabilitas
Menurut Mardiasmo akuntabilitas merupakan sebuah tanggung jawab
dari berhasil atau tidaknya dari kegiatan yang sudah dijalankan. Kemudian
dibandingkan dari kegiatan sebelum dan sesudahnya.
Aspek dari akuntabilitas, yakni:
a. Adanya keputusan tertulis dengan aturan yang berlaku.
b. Adanya penetapan kebijakan yang jelas dan berlaku.
4. Ekonomi, Efisiensi, dan Efektivitas
Dari pandangan Mardiasmo dalam melihat value for money ialah
sebuah organisasi yang kemudian mengelola tiga bidang, yaitu: ekonomi,
26
efisiensi dan efektivitas. Pada dasarnya ekonomi lebih kepada pada sektor
kualitas dan kuantitas tertentu dalam melihat harga. Ekonomi hanya pada
lingkungan perbandingan terhadap input value yang berdasarkan pada
jumlah satuan moneter. Efesiensi lebih pada suatu pencapaian terhadap
output yang maksimum terhadap input tertentu yang kemudian mencapai
pada output tertentu. Efisiensi hanya membandingkan input dan output saja
yang berkaca kinerja yang sudah ditentukan sebelumnya. Efektivitas
berbicara sebatas pencapaian suatu program yang telah ditetapkan. Dengan
kata lain, efektivitas inu merupakan perbandingan antara out come dengan
output.
Berikut aspek value for money, yakni:
a. Membatasi input dan memperbanyak output.
b. Adanya hubungan antara pemasukan dan pengeluaran.
c. Adanya sebuah pencapaian yang berhasil, artinya kegiatan telah
dilakukan dengan benar.
A.2. KEBIJAKAN PUBLIK
Di dalam suatu Negara atau pemerintahan, tentunya memiliki yang namanya
kebijakan. Kebijakan ini di dalamnya berisi aturan-aturan yang tertulis maupun tidak
tertuis untuk nantinya digunakan dalam suatu tata kelola bagi jalannya pemerintahan.
Kebijakan publik penting kiranya dibuat supaya terciptanya keteraturan masyarakat
dalam jalannya suatu pemerintahan baik di pusat maupun di daerah.
1. Pengertian Kebijakan Publik
27
Pengertian publik berawal dari bahasa Yunani dan juga bahasa Romawi
Kuno. Dari bahasa Yunani publik disebut dengan kata “koinion” yang berarti publik.
Sedangkan kata “res publica” berasal dari bahasa Romawai Kuno yang artinya
publik. Publik merupakan hal terpenting bagi kehidupan berdemokrasi, publik pun
menjadi salah satu kontrol masyarakat terhadap pemerintahan yang berjalan bagi
Negara yang menjalankan sistem demokrasi. Ruang publik adalah salah satu ruang
yang dimiliki oleh masyarakat sipil yang di dalamnya terdapat diskursus-diskursus
untuk memecahkan suatu masalah atau bahkan mengkritik pemerintahan. Ruang
publik juga dapat diatur dan diintervensi oleh pemerintah akan tetapi dengan aturan-
aturan yang ada dan kemudian disepakati bersama untuk kepentingan orang banyak.31
Menurut pandangan Thomas R. Dye pada dasarnya kebijakan publik adalah
sebuah hasil studi yang dilakukan oleh pemerintah. Seperti mengapa pemerintah bisa
mengambil keputusan tersebut, dan kemudian bagaimana penyebab setelah
mengambil keputusan tersebut. Thomas juga mengatakan bahwasanya pemerintah
berhak untuk bagaimana kebijakan itu dilakukan atau tidak dilakukan.32
2. Unsur-Unsur Kebijakan Publik
Kebijakan publik sebagai suatu sistem yang tidak dimiliki oleh kepentingan
individu maupun hanya mementingkan keinginan kelompok saja. Akan tetapi
kebijakan publik merupakan sekumpulan dari berbagai macam unsur-unsur yang
31
Wayne Parsons, Public Policy Pengantar Teori dan praktik Analisis Kebijakan,
(Jakarta: Kencana, 2001), hal, 3. 32
Wayne Parsons, Public Policy Pengantar Teori dan praktik Analisis Kebijakan,
hal, 3.
28
dapat melahirkan suatu kebijakan. Dalam proses pembuatan kebijakan, terdapat
setidaknya dua hal yang penting, yakni dengan melihat dahulu masalah yang ada,
adanya cara untuk mengatasai masalah dari kebijakan tersebut, melihat implementasi
dari kebijakan dan setelah barulah mengevaluasi dari kebijakan yang sudah
dilakukan. Ada beberapa unsur-unsur kebijakan pubik menurut Said Zainal Abidin
yakni:33
a. Tujuan Kebijakan
Perlu kita sadari bahwa pada dasarnya kebijakan publik ketika dibuat
pastilah memiliki sebab dan tujuan yang jelas bagi kepentingan publik.
Tujuan dari pembuatan kebijakan harus jelas dan baik untuk mencapai tujuan
yang diharpkan. Ketika suatu kebijakan dibentuk tidak memiliki tujuan yang
jelas, maka tidak perlu hal tersebut dijadikan suatu kebijakan publik yang
harus dijalankan masyarakat. Pembuatan kebijakan tujuannya untuk kebaikan
bersama. Dalam tujuan kebijakan setidaknya memiliki jangka pendek dan
jangka panjang34
b. Masalah
Masalah adalah suatu unsur yang tidak terlepas dari pembuatan suatu
kebijakan publik. Apabila pemerintah salah dalam menentukan masalah yang
ada dalam masyarakat maka akan terjadi kegagalan dalam membuat suatu
produk kebijakan publik. Oleh sebab itu, perlu kiranya pemerintah
33
Said Zainal Abidin, Kebijakan Publik, (Jakarta: Salemba Humatika, 2012), hal, 25 34
Said Zainal Abidin, Kebijakan Publik, hal, 26
29
mengetahui latar belakang masalah yang terjadi dalam masyarakat untuk
nantinya dapat membuat kebijakan publik dan dapat memecahkan masalah
yang terjadi di masyarakat.35
c. Tuntutan
Dalam budaya demokrasi, banyak ragam masyarakat yang memiliki
model-model dalam berpartisipasi terhadap keberlangsungan pemerintahan.
Dengan semakin majuanya pola pikir masyarakat membuat masyarakat
semakin kritis terhadap pemerintah. Mulai dari dukungan, tuntutan bahkan
hingga sampai pada tingkat kritikan yang dilayangkan oleh pemerintah.
Tuntutan pada dasarnya ada dua tipe, pertama tidak diikutsertakannya
kelompok masyarakat dalam proses pembuatan kebijakan yang berdampak
pada kerugian kepentingan orang banyak. Kedua timbulnya tuntutan baru
seiring berjalannya waktu, karena banyak kebutuhan baru dalam masyarakat
yang dianggap penting untuk dikaji kembali.36
d. Dampak
Dampak adalah suatu kejadian setelah sesuatu sudah berjalan atau
suatu hal yang sudah terjadi. Begitu pun dengan kebijakan publik, ketika
suatu kebijakan yang sudah disepakati diterapkan di masyarakat maka setelah
itu akan ada dampaknya berupa dampak positif maupun dampak negatif.
Ketika dampak yang ditimbulkan ini positif maka akan baik pula respon yang
35
Said Zainal Abidin, Kebijakan Publik, hal, 27 36
Said Zainal Abidin, Kebijakan Publik, hal, 28
30
dirasakan oleh semua kalangan dan akan dipertahankan. Bila dampak ini
buruk atau negatif, maka akan dikaji kembali dan dieveluasi sebagaimana
mestinya.37
e. Sarana atau Alat Kebijakan
Untuk menopang dan mendukung terselenggaranya kebijakan publik,
maka dibutuhkan sarana atau alat kebijakan untuk membantu dan mendukung
dari kebijakan tersebut. Sarana dan alat kebijakan merupakan
pengimplemntasian dari kebijakan publik untuk nantinya tepat sasaran.
Ada beberapa sarana kebijakan pubik yakni: kekuasaan, insentif,
pengembangan kemampuan dan simbolis. Sarana kebijakan kekuasaan
biasanya dilakukan untuk memakai wewenang dengan memakai insentif
kepada para pemangku kepentingan agar ikut terlibat dalam kebijakan
tersebut. Pengembangan kemampuan menjadi hal yang sangat penting, karena
pada dasarnya sumber daya manusia yang nantinya akan merasakan dampak
tersebut.
Sarana simbolis ialah suatu pencapaian yang nantinya diberi
pengharagaan tanda jasa sebagai penghormatan bagi semua kalangan yang
sudah ikut serta dalam mensukseskan berjalannya kebijakan publik.38
37
Said Zainal Abidin, Kebijakan Publik, hal, 29 38
Said Zainal Abidin, Kebijakan Publik, hal, 30
31
B. KONSEP
B.1. PENERIMAAN PEGAWAI
Penerimaan pegawai atau rekrutmen biasa terdengar dalam perusahaan-
perusahaan, kantor-kantor baik di pemerintahan maupun swasta ketika membutuhkan
dan membuka lowongan pekerjaan. Menurut Dunnette dalam teori penerimaan
pegawai setidaknya terdiri dari berbagai unsur, yakni: process variable, independent
variable, dan dependent variable. Nantinya dari beberpa unsur akan saling berkaitan
terhadap penerimaan pegawai.39
Process variable adalah teknis dalam psikologi yang sering dipakai dalam
mekanisme pada lingkungan hal ini dianggap sebagai suatu yang menentukan dari
berbagai macam hasil dari beberapa metode. Independent variable merupakan suatu
deskripsi umum mengenai adanya praktik rekrutmen. Dependent variable merupakan
sebuah hasil yang telah melewati dari suatu proses rekrutmen.
Independent variable ialah lebih kepada aturan-aturan yang termasuk dalam
bagian dari teori penerimaan pegawai. Kemudian juga di dalamnya terdapat elemen-
elemen yang masih terbagi lagi. Terdapat tiga variabel, yaitu recruiter, recruitmen
source, dan administrative policies and procedures. Recruiter adalah sebuah karakter
dari para pelamar suatu organisasi. Faktor yang dimiliki oleh recruiter antara lain
lebih kepada sikap dan tingkah laku yang dimiliki pelamar. Rekrutmen source
39
Dunnette, M.D. dan Hough, L.M. eds, Handbook of Industrial and Organizational
Psychology: Vol. 2, (Mumbai: Jaico Publishing House, 1998), hal, 401. Diakses melalui
https://www.kompasiana.com/blankstate/%2054f4106e7455137f2b6c8651/teori-dan-proses-
rekrutmen, pada 6 Maret 2019, pukul 09:58 WIB.
32
biasanya sering dipakai oleh instansi pemerintahan terhadap penyeleksian. Hal ini
akan dipertimbangkan berdasarkan nilai yang didapat pelamar. Kemudian variabel
yang juga ikut mempengaruhi dalam rekrutmen ialah, dependent variable. Dependent
variable merupakan adanya faktor yang mempengaruhi hasil dari rekrutmen. Di
dalamnya terbagi antara prehire dan post hire. Adanya prehire akan mengakibatkan
keterkaitan antara pelamar dengan pekerjaannya.
Kemudian untuk mengetahui formasi dari alur implementasi terhadap
kebijakan CAT ini, di bawah ini terdapat bagan II.B.1 yang menjelaskan alur dari
proses implementasi kebijakan CAT.
Bagan II.B.1. Formasi dari Implementasi Kebijakan CAT
Sumber: Buku BKN untuk Indonesia, Badan Kepegawaian Negara
Reformasi Birokrasi
Implementasi CAT
TKD TKB Administrasi
PNS Profesional
33
Dari formasi di atas merupakan bagan atau formasi yang harus diikuti bagi
setiap pelamar atau yang ingin mengikuti tes CPNS. Mulai dari reformasi birokrasi
yang paling pertama kemudian melahirkan kebijakan yaitu Implementasi Kebijakan
CAT. Lalu kemudian mengikuti alur yang sudah ada. Dimulai dengan Administrasi,
yaitu menyiapkan segala keperluan data-data diri untuk kemudian diajukan sebagai
seleksi berkas. Setelah lulus seleksi berkas kemudian masuk pada tahapan tes
kompetensi dasar (TKD). Setelah lulus dari TKD masuk pada tahapan seleksi
kompetensi bidang (TKB). Setelah lulus pada TKB barulah pelamar CPNS bisa
menjadi PNS berdasarkan kemampuan bidang yang dimiliki.
Dalam buku panduan seleksi pegawai berbasis sistem computer assisted test
Badan Kepegawaian Negara dijelaskan lebih jelas mengenai rekrutmen pegawai. Ada
berbagai tahapan yang harus dijalankan meliputi:40
1. Perencanaan
Panitia seleksi sebelum melaksanakan kegiatan biasanya terlebih dahulu
melakukan sebuah rencana. Panitia atau lembaga terkait melakukan atau membuat
perencanaan dan kemudian menetapkan perencanaan tersebut. Rencana di dalamnya
terdapat jadwal pelaksanaan.
2. Pengumuman Lowongan
Pengumuman lowongan diinformasikan setelah kegiatan sudah dilaksanakan.
Pengumuman lowongan bersifat terbuka. Meliputi pengumuman nama jabatan,
40
Pusat Pengembangan Sistem Rekrutmen ASN, Seleksi Pegawai Berbasis Sistem
Computer Assisted Test, Badan Kepegawaian Negara 2017, hal, 11.
34
jumlah jabatan, jenjang pendidikan, dan Instansi Pemerintah yang membuka
lowongan PNS. Panitia seleksi instansi pengadaan PNS memberi pengumuman
lowongan PNS secara terbuka kepada masyarakat.
3. Pelamaran
Masyarakat Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi ASN,
dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Minimal memiliki usia 18 tahun, maksimal 36 tahun. Namun, pada batas usia ini
dapat dikecualikan bagi jabatan tertentu yang ditetapkan oleh Presiden, yakni
paling tinggi 40 tahun.
b. Tidak pernah terkena kasus dengan pidana penjara berdasarkan putusan
pengadilan.
c. Pelamar tidak memiliki pengalaman diberhentikan tidak terhormat sebagai PNS
atau pegawai swasta sebelumnya.
d. Tidak bestatus calon PNS.
e. Tidak menjadi anggota atau pengurus partai poitik.
f. Mempunyai jenjang pendidikan sesuai dengan persyaratan..
g. Terhindar dari penyakit serta sehat jasmani dan rohani.
h. Nantinya bersedia untuk ditempatkan dimana saja.
i. Persyaratan lain sesuai kebutuhan Jabatan yang ditetapkan oleh pejabat pembina
kepegawaian (PPK).
35
Pelamar harus memenuhi persyaratan di atas, kemudian pelamar berhak
mendapatkan informasi CPNS yang sudah dilamar. Biasanya persyaratan akan seleksi
selama sepuluh hari.
B.2. KERANGKA PENILAIAN
Sistem penilaian dan kriteria kelulusan dalam menggunakan sistem
computer assisted test (CAT).41
1. Sistem Penilaian
Untuk lebih mengetahui tentang aturan main dalam tes kompetensi
dasar (TKD). Berikut komposisi dan penilaian TKD seperti pada tabel di
bawah ini. Tabel II.B.1. Komposisi penilaian terhadap aturan main di dalam
TKD.
Tabel II.B.1. Komposisi Penilaian TKD
Materi Benar Salah Jumlah Soal
Tes Wawasan Kebangsaan 5 0 35
Tes Intelegensi Umum 5 0 30
Tes Karakteristik Pribadi Skala: 1-5 35
Jumlah soal 100
Waktu 90 menit
Sumber: Buku CAT untuk Indonesia, Badan Kepegawain Negara
2. Kriteria Kelulusan
Kriteria kelulusan dalam SKD bagi CPNS ini sudah berlaku yakni
ketentuan nilai minimal, yaitu nilai minimal yang nantinya haru dicapai oleh
41
Pusat Pengembangan Sistem Rekrutmen ASN, Seleksi Pegawai Berbasis Sistem
Computer Assisted Test, Badan Kepegawaian Negara 2017, hal, 23.
36
setiap para peserta tes seleksi CPNS. Nantinya para peserta bisa dinyatakan
lulus ketika sudah memenuhi nilai ambang batas SKD, apabila hal tersebut
memperoleh nilai yang sama dengan atau lebih besar dengan nilai ambang
batas pada tes wawasan kebangsaan (TWK), tes intelegensi umum (TIU), dan
tes karakteristik pribadi (TKP). Maka passing grade yang berlaku yakni
berpedoman pada tabel di bawah ini. Tabel II.B.2. Mengenai passing grade
soal-soal TKD.
Tabel II.B.2. Passing Grade Pada Soal-Soal TKD
No Materi Kriteria Nilai
Maksimal
Nilai Ambang
Batas Lulus
1 Tes Wawasan
Kebangsaan
40% dari nilai
maksimal
175 70
2 Tes Intelegensi
Umum
50% dari nilai
maksimal
150 75
3 Tes Karakeristik
Pribadi
72% dari nilai
maksimal
175 126
Sumber: Buku BKN untuk Indonesia, Badan Kepegawaian Negara
Oleh sebab itu dari ketentuan tersebut, maka dari total nilai terdendah
pada kelulusan tes peserta SKD bagi CPNS ialah berjumlah 271, sedangkan
pada total nilai tertinggi ialah berjumlah 500. Akan tetapi kelulusan dari nilai
ambang batas tidak selalu otomatis dan bisa masuk pada tahap selanjutnya.
Akan tetapi juga harus melihat pada nilai peserta tes yang lainnya dan jumlah
formasi yang tersedia. Terkhusus pada seleksi kompetensi bidang (SKB)
yakni tidak ada ketentuan pada ambang batas kelulusan, tetapi harus
37
ditentukan berdasarkan pada ranking nilai sesuai dengan formasi jabatan yang
tersedia.
38
BAB III
PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN
COMPUTER ASSISTED TEST
A. Badan Kepegawaian Negara (BKN)
A.1. Sejarah Berdirinya BKN RI
Sebelum berdirinya BKN, awal mula lahirnya BKN diawali dengan sebutan
Kantor Urusan Pegawai (KUP). Pada saat itu posisi PNS berada langsung di bawah
pemerintah Indonesia. Sedangkan sebagiannya berada di bawah pemerintah Hindia.
Ketika itu KUP dipimpin oleh seorang Raden Pandi Soeroso. KUP berlokasi di pusat
Ibukota pemerintah, pada saat itu Yogyakarta. KUP sendiri lahir pada tanggal 30 Mei
1948, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun. Kemudian di daerah
Timur Indonesia juga dibangun KUP, di daerah. Oleh sebab itu dengan
perkembangan selanjutnya KUP ini menjadi cikal bakal dari proses berdirinya BKN,
maka dari itu tanggal 30 Mei 1948 ditetapkannya hari lahir BKN.42
Gubernur Jenderal Hindia Belanda kemudian mengeluarkan ditetapkannya
Keputusan Nomor 13 tanggal 9 Juni 1948 yang isinya pembentukkan Dienst Voor
Algemen Personele Zaken (DAPZ) atau juga diartikan sebagai Djawatan Umum
Urusan Pegawai (DUUP), kemudian diketuai ole Mr. J.W. Van Hoogstraken, pada
saat itu berpusat di Jakarta. Kemudian pada 15 Agustus 1950 ketika itu pemerintah
42
Profil Badan Kepegawaian Negara, diakses melalui http://www.bkn.go.id/profil,
pada 2 Februari 2019, pukul 21:02 WIB.
39
melihat bahwasanya perlu kiranya untuk memusatkan urusan kepegawaian di
Jakarta.43
Tugas utama KUP ini ialah berfokus pada urusan mengenai kepegawaian dan
pada gaji pegawai negeri sipil serta juga mengawasi pada peraturan-peraturan supaya
dijalankan tepat pada waktunya. KUP ini pengangkatan dan pemberhentian kepalanya
diangkat oleh seorang Presiden dari usulan dari Perdana Menteri (PM). KUP di
bawah dan memiliki tanggung jawab terhadap PM.
Peraturan Gaji Pegawai kemudian disebut dengan PGP-48, kemudian diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1948. Dalam peraturan tersebut,
terdapat gaji awal dengan tingkatan terendah yakni Rp. 45,- perbulan. Kemudian bagi
gaji pegawai yang memiliki isteri dan anak diberi Rp. 65,-. Dari itu semua azas-azas
mengenai peraturan terhadap pancapaian kerja sudah berlaku pada PGP-48. Pada saat
itu ijazah tidak terlalu berguna, tetapi menjadi tolok ukur kepandaian saja dalam
menetapkan kedudukan pegawai, dan syarat selanjutnya yakni kecakapan seorang
pegawai. Penggajian PGP-48 memiliki sifat horizontal. Nanti akan berkaitan dengan
penggajian, dengan melihat berapalama pegawai bekerja sampai nantinya naik naik
gaji dan naik pangkat.44
A.2. Lahirnya BKN
Pada saat perkembangnnya peran ASN semakin terasa pesat terasa terhadap
jalannya birokrasi di pemerintah. Saat itu sangat penting untuk kemudian ditetapkan
43
Profil Badan Kepegawaian Negara, pada 2 Februari 2019, pukul 21:07 WIB. 44
Profil Badan Kepegawaian Negara, diakses melalui http://www.bkn.go.id/profil,
pada 4 Mei 2019, pukul 20:07 WIB.
40
fungsi dari KUP, yang kemudian diatur di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 1950 beserta ketentuan-ketentuan yang mengatur di dalamnya. Alasannya
karena KUP dianggap yang memiliki tugas sebagai pembina dari para pegawai. Lalu
dirubah menjadi Badan Administrasi Kepegawaian Negara (BAKN). Landasan dari
penetapan peraturan tersebut mengacu pada landasan Undang-Undang Nomor 18
Tahun 1961. Dengan hadirnya peraturan tersebut, akhirnya peran BAKN semakin
berkembang.45
BAKN berdasarkan Peraturan Pemerintah menjadi lembaga non departemen
yang bertanggung jawab langsung di bawah Presiden. Fungsinya untuk
menyempurnakan terhadap bidang pegawai dalam melanggengkan terciptanya
pemerintahan yang baik. Peran dan fungsinya, BAKN memiliki tugas sebagai
berikut:46
1. Membuat rencana untuk membina pegawai atas kebijaksanaan Presiden.
2. Membuat aturan yang berlandaskan pada perundang-undangan bidang
kepegawaian.
3. Melaksanakan tata usaha kepegawaian dan tata usaha pensiun.
4. Melakukan pengawasan pada penyelenggaraan aturan yang berlaku di bidang
kepegawaian dan juga pension.
45
Profil Badan Kepegawaian Negara, diakses melalui http://www.bkn.go.id/profil,
pada 4 Mei 2019, pukul 20:21 WIB. 46
Profil Badan Kepegawaian Negara, diakses melalui http://www.bkn.go.id/profil,
pada 4 Mei 2019, pukul 20:54 WIB.
41
Kemudian pada susunan organisasi BAKN yakni terdiri dari:47
1. Kepala. Seorang kepala BAKN yang dalam hal ini dalam menjalankan
tugasnya bertanggungjawab langsung kepada Presiden.
2. Sekretariat. Sekretariat merupakan salah satu unsur terpenting dalam suatu
organisasi, untuk hal ini bertugas dalam membantu kerja pimpinan dan
mempunyai peranan dalam menjalankan administrasi umum, yang meliputi:
Tata usaha kantor, tata kepegawaian, tata peralatan dan tata keuangan.
Kemudian sekretariat BAKN ini juga memiliki banyak bagian, terdiri lima
bagian, dari bagian itu terdiri dari banyak sub bagian yang memiliki lima bagian.
3. Bagian Biro terdapat bagian pelaksana, yakni: Biro Perencanaan, Biro
kepegawaian umum, Biro Kepangkatan dan Penggajian, Biro Tata Usaha
Kepegawaian, Biro Pensiun dan Tunjangan dan Biro Pengawasan.
Dari tiap biro-biro ini di dalamnya masih terdapat bagian-bagian ebanyak lima
bagian, dan dari setiap bagian itu memiliki banyak sub yang memiliki lima sub
bagian.
4. Staff Ahli.
Berdasarkan dari Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1972, anggaran
belanja BAKN dibebankan kepada Sekretariat Negara. Dengan demikian, dari aturan
tersebut pembinaan, kemudian penataan, pengembangan kepegawaian merupakan
hasil pembinaan pemerintah, dan diharapkan menjadi berdayaguna.
47
Profil Badan Kepegawaian Negara, diakses melalui http://www.bkn.go.id/profil,
pada 4 Mei 2019, pukul 20:54 WIB.
42
A.3. Proses Pergantian Nama BKN
Landasan pergantian nama BKN mengacu pada Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 1972 yang berawal dari KUP. Termasuk dalam beban tugasnya,
yang dahulu bertugas hanya sebatas administratif, dengan pertauran tersebut menjadi
lebih meningkat tugasnya, yaitu dengan membina kepegawaian. Hal ini juga
diperkuat demikian pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974. Diharapkan dengan
penguatan tersebut BKN bisa meningkatkan atas pelayanan terhadap ASN, di pusat
maupun daerah. Akhirnya BKN kemudian membuat kantor-kantor wilayah
diberbagai daerah. Pada tahun 1997 sudah terbentuk sekurang-kurangnya terdapat
enam kantor yang sudah dibangun. Kantor di wilayah disebut dengan sebutan
KANWIL.48
A.4. Kantor BKN
Setidaknya BKN memiliki struktur singkat mengenai kantor yang dimiliki.
Mulai dari kantor pusat, kantor regional dan kantor unit pelaksana teknis (UPT).
Untuk mengetahui lebih jauh mengenai lokasi dan kantor BKN. Berikut di bawah ini
terdapat bagan III.A.4.1. Mengenai struktur singkat kantor BKN.
48
https://docplayer.info/57036767-Bab-ii-profil-instansi-a-sejarah-singkat-badan-
kepegawaian-negara-bkn-sejarah-berdirinya-bkn-diawali-dengan-nama-kantor-urusan.html,
Pada 5 Mei 2019, Pukul 11:42 WIB.
43
Bagan III.A.4.1. Struktur Kantor BKN
Sumber: Badan Kepegawaian Negara
Dari bagan di atas merupakan bagan menganai kantor BKN yang ada saat ini.
Kantor BKN terdiri dari kantor pusat, kantor regional dan kantor UPT. Kantor pusat
BKN berlokasi di jalan Mayjend Sutoyo No. 12 Cililitan, Jakarta Timur. Dengan
wilayah kerja meliputi Kementerian dan Lembaga Non Kementerian.49
Lalu Kantor
Regional terdiri dari 14 kantor yang tersebar di beberapa daerah. Yakni:50
Kantor
Regional I BKN Yogyakarta, Kantor Regional II BKN Surabaya, Kantor Regional III
BKN Bandung, Kantor Regional IV BKN Makassar, Kantor Regional V BKN
Jakarta, Kantor Regional VI BKN Medan, Kantor Regional VII BKN Palembang,
Kantor Regional VIII BKN Banjarmasin, Kantor Regional IX BKN Jayapura, Kantor
Regional X BKN Denpasar, Kantor Regional XI BKN Manado, Kantor Regional XII
BKN Pekanbaru, Kantor Regional XIII BKN Aceh, Kantor Regional XIV BKN
Manokwari. Selanjutnya kantor UPT BKN, UPT ini singkatan dari Unit Pelaksana
49
Kantor Pusat BKN, http://www.bkn.go.id/kantor-bkn/kantor-pusat-badan-
kepegawaian-negara, Pada 5 Mei 2019, Pukul 13:19 WIB. 50
Kantor Regional BKN, http://www.bkn.go.id/kantor-regional, Pada 5 Mei 2019,
Pukul 13:40 WIB.
Kantor UPT BKN Kantor Regional BKN
Kantor Pusat BKN
44
Teknis. Kantor UPT berjumlah 16 kantor yang tersebar di berbagai daerah. Yakni:51
UPT BKN Jambi, UPT BKN Padang, UPT BKN Serang, UPT BKN Semarang, UPT
BKN Kendari, UPT BKN Gorontalo, UPT BKN Mataram, UPT BKN Palu, UPT
BKN Ambon, UPT BKN Bengkulu, UPT BKN Sorong, UPT BKN Pontianak, UPT
BKN Mamuju, UPT BKN Palangkaraya, UPT BKN Batam, UPT BKN Lampung.
A. 5. Visi dan Misi BKN
Badan Kepegawaian Negara (BKN) sebagai lembaga penyelenggara
manajemen ASN selalu berkomitmen dalam memajukan dan mengembangkan sistem
manajemen kepegawaian Negara yang efektif dan efisien yang mampu mendorong
peningkatan profesionalisme ASN dan kualitas pelayanan publik sehingga terciptanya
tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Dalam mewujudkannya, BKN
telah mampu menetapkan visi dan misi yang selaras dengan dinamika dan perubahan
lingkungan strategis baik internal maupun eksternal BKN.52
Untuk mencari solusi terhadap reformasi birokrasi melalui upaya pembaruan
dan perubahan mendasar, sistem penyelenggaraan pemerintahan terkhusus pada aspek
kelembagaan, ketatalaksanaan dan SDM aparatur menjadi pemicu bagi BKN untuk
melaksanakan berbagai macam perubahan yang mengacu pada aspek reformasi
birokrasi.
Visi BKN telah ditetapkan yang berbunyi:
51
Kantor UPT BKN, http://www.bkn.go.id/kantor-bkn/kantor-upt-bkn, Pada 5 Mei
2019, Pukul 14:10 WIB. 52
Dari Buku CAT BKN untuk Indonesia, hal, 15
45
“Menjadi Pembina dan Penyelenggara Manajemen Kepegawaian yang professional
dan Bermartabat Tahun 2025”
Upaya dalam meningkatkan profesionalisme instansi terhadap
penyelenggaraan manajemen pegawai adalah langkah yang harus diusahakan dalam
menciptakan ASN yang professional, netral, dan sejahtera. Salah satu aspek kritis di
dalamnya ialah melalui profesionalisme terhadap sistem rekrutmen ASN yang bebas
dari praktik KKN, yang nantinya menghasilkan ASN yang professional.
Dalam mengupayakan hal tersebut, kemudian BKN telah membangun dan
terus mengembangkan sistem rekrutmen dan seleksi ASN berbasis Computer Assisted
Test (CAT). Realitas tersebut memerlukan sinergitas antara BKN dengan seluruh
stakeholder, sehingga dapat lebih sensitif dan responsif terhadap perubahan
lingkungan strstegis yang ada. Sebagai
lembaga Pembina manajemen kepegawaian yang
bermartabat, BKN berkomitmen untuk merumuskan dan mengimplementasikan
norma, standar dan produser di bidang kepegawaian secara konsisten serta
menjunjung tinggi etika dan nilai-nilai moral yang membentuk citra positif BKN.53
Kedepan BKN akan menjadi instansi panutan mulai instansi Pusat dan Daerah
terhadap penyelenggaraan manajemen dan pelayanan dalam bidang kepegawaian.
Menjadi panutan yakni bahwasannya BKN nantinya akan melakukan tugas
penyelenggaraan kepegawaian dengan mengutamakan kode etik pegawai negeri sipil
yang menjunjung tinggi nilai-nilai dasar yang meliputi:
1. Jujur.
53
Dari Buku CAT BKN untuk Indonesia, hal, 16
46
2. Tanggung Jawab.
3. Disiplin.
4. Bersemangat.
5. Kerjasama.
6. Pelayanan Prima.
Misi BKN yakni:54
1. Mengembangkan sistem manajemen kepegawaian Negara
2. Mengembangkan sistem pelayanan kepegawaian.
3. Mengembangkan manajemen internal BKN.
B. Computer Assisted Test (CAT)
Computer Assisted Test (CAT) dibentuk pada tahun 2004, dengan melewati
berbagai macam tahapan panjang seperti melakukan studi banding, serangkaian
penelitian, kajian dan studi literatur lainnya baik dalam negeri maupun luar negeri.
CAT dibentuk oleh BKN, dan sekaligus yang memegang hak merek CAT ialah
BKN.55
CAT pada tahun 2016 telah disahkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia. Kemudian CAT dibuat dengan dengan sangat mudah, yang bertujuan
untuk memudahkan peserta tes dalam mengunakannya. CAT digunakan untuk seleksi
tes CPNS, yang di dalamnya terdapat soal-soal kompetensi dasar, atau biasa disebut
dengan tes kompetensi dasar (TKD). CAT merupakan alat bantu komputer untuk
54
Dari Buku CAT BKN untuk Indonesia, hal, 17. 55
Pusat Pengembangan Sistem Rekrutmen ASN, Seleksi Pegawai Berbasis Sistem
Computer Assisted Test, Badan Kepegawaian Negara 2017, hal, 23.
47
mendapatkan nilai stadar minimum, yang sifatnya objektif, transparan, akuntabel dan
efisien.
Dalam mendukung reformasi birokrasi demi terwujudnya good governance,
kemudian CAT juga digunakan dalam seleksi pegawai dan seleksi jabatan di
lingkungan ASN. CAT juga digunakan untuk pengembangan karir, seperti seleksi
pengisian jabatan pimpinan tinggi (JPT), jabatan administrasi (JA) dan jabatan
fungsional (JF). CAT juga dipakai dalam seleksi calon pegawai badan layanan umu
(BLU) dan calon dosen non PNS.56
Dari beberapa pemahaman atas bisa diartikan bahwa CAT merupakan suatu
metode berbasis komputer untuk mendapatkan hasil yang cepat, objektif, transparan,
akuntabel dan efisien. Tujuannya ialah untuk menciptakan proses seleksi yang
transparan, cepat, efisien dan menghapus praktik kolusi, korupsi dan nepotisme
(KKN).
CAT merupakan sistem yang dikembangkan dalam membantu ujian dengan
menggunakan komputer sebagai alat bantu dalam mendapatkan satandar nilai
minimal kompetensi dasar ataupun standar kompetensi kepegawaian. Adapun dari
tujuan CAT ini sendiri ialah, untuk mempercepat pada proses pemerikasaan terhadap
laporan dari hasil ujian, untuk menciptakan standardisasi pada hasil ujian yang
56
Pusat Pengembangan Sistem Rekrutmen ASN, Seleksi Pegawai Berbasis Sistem
Computer Assisted Test, Badan Kepegawaian Negara 2017, hal, 24
48
universal, menetapkan nilai ambang batas, secara objektif, transparansi, akuntabel
dan efisien.57
BKN sebagai instansi yang membina dalam menajemen kepegawaian di
Indonesia sudah mampu dalam membuat terobosan yang baru terhadap proses
penerimaan CPNS. CAT salah satu sistem ujian yang dibantu dengan alat computer
untuk mendapatkan lulusan yang mampu memenuhi standar minimal kompetensi.
Dengan demikian sesuai dari tujuan BKN yakni sebagai yang membina ASN yang
professional.
Karakteristik sistem CAT adalah :58
1. Komputer menyediakan keseluruhan materi soal TKD yang terdiri dari TWK,
TIU dan TKP.
2. Peserta nantinya mendapat soal yang berbeda-beda dengan peserta lainnya.
3. Penilaian dilakukan dengan objektif karena sudah tersistem di dalam CAT.
4. Peserta ujian dapat melihat sisa waktu yang tersedia pada layar monitor setiap
saat selama ujian berlangsung.
5. CAT dibuat semudah mungkin. Agar tidak mempersulit para peserta tes
dalam mengerjakan soal.
6. Peserta tes dapat langsung melihat hasil tes ada layar komputer masing-
masing setelah selesai melaksanakan ujian.
57
Dari Buku CAT BKN untuk Indonesia, hal, 27. 58
Dari Buku Pelaksanaan Tes Kompetensi Dasar dengan Sistem CAT BKN, Seleksi
CPNS Jalur Pelamar Umum Tahun 2014, hal, 5.
49
B.1. Awal Pendirian
Sebelum masuk pada tahapan penelitian tentunya harus tahu landasan hukum
dari sebuah kebijakan. Maka dari itu dalam mendukung terlakananya manajemen
Aparatur Sipil Negara (ASN) dan menciptakan ASN profesional terhadap
pelaksanaan tugas pemerintahan berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 2014
mengenai ASN, maka dianggap penting bila ada sistem penerimaan dengan sistem
digital yang tujuannya menciptakan ASN yang memiliki kualitas dan juga profesional
maka dari itu diperlukannya sistem penerimaan yang berbasis digital atau yang pantas
bertujuan memenuhi kebutuhan pada kualitas Pegawai ASN dalam melaksanakan
pelayanan publik yang profesional.
Berdasarkan wawancara dengan Gatra Suryaditama selaku Analis kepegawaian
pelaksana, Unit Sub Bagian Perencanaan dan Penempatan Pegawai, mengatakan:
“Sebenarnya sistem ini implementasi dari undang-undang 5 tahun 2014
tentang aparatur sipil Negara. Dimana salah satu bunyinyakan rekrutmen ini
bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Nah, salah satu caranya adalah
dengan metode CAT, dimana metode CAT ini dilaksanakan secara transparan,
akuntabel, dan cepat. Sementara CAT sendiri itu kalau di BKN sendiri sudah
mulai dari tahun 2009. Pemakaiannya waktu itu memang masih sebatas untuk
rekrutmen cpns dilingkungan BKN saja.”
Kemudian Gatra Suryaditama menjelaskan lebih lanjut:
“Dulu namanya direktorat kinerja dan rekrutmen ASN, sekarang sudah
dipecah. Dulu awal-awalnya memang penggunaan CAT ini dikhususkan
untuk rekrutmen BKN. Tapi, seiring berjalannya waktu di tahun 2014
penggunaan CAT ini secara nasional sudah dilaksanakan terwajib sebagai
tahapan awal, maksudnya SKD (seleksi kompetensi dasar). Dari angkatan
awal itu sampai sekarang sudah jauh berubah, dari mulai aplikasinya sendiri,
terus dari penggunaannya juga sudah dipermudah, kalau dulu diangakatan
yang awal memang masih kurang, dan belum ada passing grade. Dulu masih
awal-awal programnya itu masih sederhana, berisi kalo gasalah 100 soal tapi
50
belum dikategorikan, masih umum. Dulu soalnya masih campuran, belum ada
komposisinya. Terus untuk aplikasinya sendiri kalo sekarang kan mudah.
Kalo dulu memang begitu kita melihat soal kalo kita gabisa menjawab
mungkin kita lompati akan tetapi tidak bias kembali ke soal sebelumnya. Jadi
memang benar-benar yakin, dan harus dijawab, terus waktunya juga cuma 60
menit dalam seratus soal, jadi agak terbatas juga.”59
Memang pada dasarnya CAT hadir mulai tahun 2004 di BKN. Di bawah
Direktorat Rekrutmen dan Kinerja Pegawai (Ditrekinpeg) yang dalam hal ini di
bawahi Kedeputian Bina Kerja dan Perundang-undangan BKN untuk melaksanakan
pengkajian mengenai pada system rekrutmen CPNS yang berbasis pada kompetensi.
Mulai tahun 2006 banyak persiapan seperti studi-studi untuk melihat sistem yang
dipakai oleh negara lain. Lalu tahun 2008 sudah mulai difasilitasi oleh Biro
Perencanaa yang bekerjasama oleh pakar IT, Ditrekinpeg sudah memuali untuk
membuat sistem CAT dengan diawali dengan adanya perencanaan grand design.60
Sistem CAT sebagai inovasi dari perkembangan teknologi yang bertujuan
untuk lebih objektif dalam hal penilaian. Tujuannya untuk terciptanya standar
penilaian kompetensi pada pegawai. Grand design sistem CAT salah satunya untuk
penelitian yang kemudian mengumpulkan data dari sebuah perencanaan dalam
membuat prototipe saat uji coba berlangsung, setelah itu melakukan evaluasi.
Direktorat Rekrutmen dan Kinerja Pegawai (Ditrekinpeg) yang dalam hal ini
di bawahi Kedeputian Bina Kerja dan Perundang-undangan BKN untuk
melaksanakan pengkajian mengenai pada sistem rekrutmen CPNS yang berbasis pada
59
Wawancara Pribadi dengan Gatra Suryaditama, (Analis kepegawaian pelaksana,
Unit Sub Bagian Perencanaan dan Penempatan Pegawai) pada tanggal 11 Maret 2019, di
kantor Badan Kepegawaian Negara. 60
Dari Buku CAT BKN untuk Indonesia, hal, 31.
51
kompetensi. Di bawah ini merupakan bagan III.B.1. Struktur pembinaan
kepegawaian.
Bagan III.B.1 Struktur Pembinaan Kepegawaian
Sumber: Buku CAT untuk Indonesia, Badan Kepegawaian Negara
Ditrekinpeg selaku yang membina kepegawaian dalam bidang rekrutmen,
bertanggung jawab atas berlangsungnya terciptanya ASN yang profesional. Pusat
pengembangan sistem rekrutmen PNS (PPSR) dan Direktorat kinerja pegawai berada
langsung di bawah pembinaan Ditrekinpeg.
Tujuan reformasi birokrasi salah satunya yakni dengan menjalankan sistem
rekrutmen atau seleksi yang transparan, objektif, bebas dari adanya kolusi, korupsi
dan nepotisme. Maka, BKN pada tahun 2013 merestrukturasi Direktorat Rekrutmen
dan Kinerja Pegawai menjadi PPSR (Direktorat Kinerja Pegawai dan Pusat
Pengembangan Sistem Rekrutmen) memiliki tanggung jawab kepada Kepala BKN.
Diharapkan dari adanya restrukturisasi PPSR, PNS akan fokus bertanggunjawab
sebagai yang melaksanakan pengembangan sistem rekrutmen CPNS. Nantinya sistem
Direktorat
Rekrutmen &
Kinerja Pegawai
Pusat Pengembangan
Sistem Rekrutmen PNS
Direktorat Kinerja
Pegawai
52
rekrutmen yang bersih akan mudah terwujud, sebagai cita-cita menuju sistem
pemerintahan yang baik (good governance).61
Instansi yang melaksanakan TKD dengan sistem CAT terlebih dahulu
mengajukan permintaan ke BKN dengan cara melampirkan perkiraan jumlah
pelamar. Nantiny perkiraan jumlah pelamar yang menjadi bahan penyusunan jadwal
terhadap pelaksanaan TKD yang disusun BKN. Instansi yang akan melaksanakan
TKD secara mandiri harus menyiapkan ruangan tes, komputer klien, server dan
perlengkapan pendukung sesuai yang telah ditentukan oleh BKN.
B.2. Desain CAT Prototipe dan SOP
Di era modern seperti sekarang ini banyak teknologi yang kemudian
digunakan pada berbagai macam tes seleksi kompetensi. Banyak juga instansi yang
memakai tes tertulis, wawancara, dan tes praktik. Diadakannya tes bertujuan untuk
menyaring dan memprediksi para calon-calon yang memiliki potensi dalam bidang-
bidang yang dibutuhkan. Perkembangan IPTEK sangatlah mempengaruhi atas
kebutuhan dasar dari metode tes yang nantinya akan digunakan ketika pelaksanaan
tes. Harapan dari itu semua agar nanti saat berlangsungnya tes tidak ada hambatan
berjalan dengan lancar, efisien, efektif, akuntabel, objektif dan transparan.
BKN dalam hal ini yang memiliki tanggung jawab dalam bidang aparatur sipil
negara (ASN) pun dituntut untuk membuat sistem rekrutmen transparan, objektif,
bebas dari adanya kolusi, korupsi dan nepotisme serta bersifat akuntabel. Sistem
rekrutmen yang sekarang ini telah dibangun sudah berbasis komputer yang tujuannya
61
Dari Buku CAT BKN untuk Indonesia, hal, 32.
53
membentuk kredibilitas terhadap instansi pemerintah terhadap penerimaan pegawai
negeri sipil, termasuk menyeleksi para pegawai yang ahli dalam bidangnya sesuai
dengan formasi jabatan yang dilamar. Maka dari itu untuk mewujudkannya, BKN di
bawah Ditrekinpeg telah menciptakan prototipe aplikasi CAT.
Prototipe sistem CAT sebagai bahan dalam membuat dan merancang sebuah
grand design sistem CAT yang nantinya bisa meningkatan hasil terhadap rekrutmen
pegawai dengan berbagai macam karakter:62
1. Aplikasi yang nantinya dipakai pada komputer dengan menggunakan platform
windows berbasis pada WEB.
2. Aplikasi ini juga memakai sebuah narasi dalam memaparkan pembahasan
yang disajikan pada layar komputer.
3. Aplikasi yang dilengkapi dengan video gerakan mouse yang bertujuan
memudahkan pengguna dalam menggunakannya.
4. Dalam tutorial disertakan teks yang berisi berupa perintah pada layar monitor
komputer agar peserta tes bisa paham dan mudah dalam menggunakannya.
Standar Operating Prosedur sistem CAT memiliki tujuan diantaranya untuk
memberitahu terhadap peran dan fungsi dari posisi masing-masing instansi di BKN
dan instansi yang sudah difasilitasi. Kemudian untuk memperjelas jalannya tugas,
atas wewenang dan tanggung jawab terhadap instansi yang terkait. Bilamana melihat
fungsi dari Standar Operating Prosedur pada dasarnya memiliki fungsi terhadap
dasar hukum ketika terjadi penyimpangan, kemudian juga mengetahui hambatan-
62
Dari Buku CAT BKN untuk Indonesia, hal, 33.
54
hambatan dan memudahkan dalam melacaknya, inilah sebabnya menjadi sebuah
pedoman dalam melaksanakan pelaksanaan sistem CAT.63
Dari beberapa penjelasan di atas bahwasannya hal yang lebih mengkrucut
mengenai implementasi CAT di dalamnya terdapat beberapa tahapan yang harus di
lalui oleh para peserta tes. Diantaranya proses seleksi administrasi, proses tes
kompetensi dasar (TKD) dan tes kompetensi bidang (TKB).
1. Administrasi (Pendaftaran)
Landasan hukum yang kemudian dipakai dalam tahapan administrasi atau
pendaftaran online ialah, dengan adanya Keputusan Kepala BKN Nomor 29 Tahun
2014, mengenai Standar Operasional Prosedur Pelaksanaan Tes Kompetensi Dasar,
dengan menggunakan CAT terhadap seleksi CPNS Tahun 2014. Kemudian nantinya
dari instansi yang kemudian membuka pendaftaran CPNS harus dipastikan sudah
memperoleh akan adanya penetapan terlebih dahulu dari Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KEMENPAN-RB). Yang
kemudian ditindaklanjuti dari pihak instansi-instansi yaitu sebagai berikut:64
1. Nantinya instansi-instansi akan mengeluarkan penetapan formasi yang
dibuka pelamarannya.
2. Penerimaan CPNS mendaftar online dengan melalui laman website:
https://panselnas.menpan.go.id kemudian akan mendapatkan username dan
63
Dari Buku CAT BKN untuk Indonesia, hal, 35. 64
Dari buku Pelaksanaan Tes Kompetensi Dasar dengan Sistem CAT BKN, hal, 10
55
kata sandi, untuk dipakai mendaftar ke www.sscn.bkn.go.id dan bisa juga
daftarnya melalui website instansi masing-masing.
3. Kemudian masuklah pada proses administrasi.
Pada dasarnya pendaftaran CPNS dilakukan melalui online, seperti yang
sudah dijelaskan di atas bahwa ketika peserta tes belum mendaftar lewat sistem
seleksi CPNS nasional (SSCN) dengan alamat website: www.sscn.bkn.go.id bisa juga
di laman website instansi terkait. Instansi terkait harus terdaftar, melalui pendaftaran
lewat online dengan alamat website: https://panselnas.menpan.go.id untuk nantinya
mendapatkan username dan kata sandi yang nantinya dengan masukkan diantaranya
Nomor Identitas Kependudukan (NIK). Bila peserta sudah mendaftar maka nantinya
peserta tidak bisa kembali ketika ingin mendaftar, karena tidak bisa bila mendaftar
dengan NIK yang sama. Pelamar hanya bisa mendaftar dengan sebanyak tiga instansi,
berdasarkan dari jenjang pendidikanya. Dalam proses ini para peserta terlebih dahulu
melakukan atau mempersiapkan data-data dan berkas-berkas yang dibutuhkan untuk
memenuhi syarat. Terlebih dahulu peserta harus melakukan pendaftaran online
melalui portal SSCN. Hal yang harus diperhatikan pada saat proses seleksi
admnistrasi yakni:65
a. Pendaftaran Online
1. File foto (berpakaian formal, terlihat wajah dengan latar belakang
merah). Ukuran 200 KB dengan format JPG atau JPEG.
65
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180926090802-20-333253/berkas-
berkas-yang-dibutuhkan-untuk-pendaftaran-cpns-2018, pada 3 Mei 2019, pukul 15:18 WIB.
56
2. Nomor Kartu Keluarga.
3. Nomor KTP.
4. Ijazah terakhir.
5. Email aktif
6. Dokumen lain yang sesuai dengan ketentuan lembaga terkait.
7. Setelah itu, langkah terakhir mencetak kartu pendaftaran pada portal
SSCN.
b. Mengirim Berkas ke Instansi Terkait
Berkas yang harus disiapkan sebagai berikut:
1. Pas foto (4 cm x 6 cm) 4 lembar dengan background merah.
2. Fotokopi KTP.
3. Fotokopi Ijazah Pendidikan terakhir, dan transkrip nilai.
4. Surat lamaran tulis tangan dengan tinta hitam dan bermaterai Rp
6.000. surat bisa diunduh di portal SSCN.
5. Surat keterangan dokter (bagi pelamar difabel). Surat bisa diunduh di
portal SSCN.
Surat keterangan berikutnya harus melengkapi setelah sudah dinyatakan lulus
pada pengumuman kelulusan terakhir sebagai berikut:
1. Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) yang berlaku.
2. Surat Keterangan Sehat dari RS Pemerintah.
3. Surat Keterangan Bebas Narkoba dari RS Pemerintah.
57
2. Tes Kompetensi Dasar (TKD)
Setelah lulus pada tahapan seleksi administrasi, kemudian peserta masuk pada
tahapan berikutnya yaitu tahapan proses tes kompetensi dasar (TKD). TKD bisa juga
disebut dengan seleksi kompetensi dasar (SKD). Seleksi kompetensi dasar
dilaksanakan ketika sudah mengetahui atau menilai pada kecocokkan antara
kompetensi dasar yang dimiliki oleh peserta dengan standar kompetensi dasar PNS.
Standar kompetensi dasar seperti karakter pribadi, intelegensia umum, dan wawasan
kebangsaan.66
SKD diselenggarakan oleh panitia seleksi instansi pengadaan PNS. Pelamar
yang nantinya lulus pada tahap SKD bila memenuhi nilai ambang batas minimal
kelulusan, akan dinyatakan lulus. Tetapi juga ditentukan melalui berdasarkan
peringkat nilai. Jika pada tahap SKD lulus, tahapan selanjutnya akan mengikuti
seleksi kompetensi bidang (SKB).
Dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 29 Tahun 2014 mengenai Nilai Ambang Batas TKD Seleksi CPNS
dari Pelamar Umum Tahun 2014.
Nilai ambang batas kelulusan TKD dengan menggunakan sistem CAT:67
1. Tes Wawasan Kebangsaan (TWK), 40% dari nilai maksimal 175 = 70.
Dengan jumlah soal 35, jawaban yang benar diberi nilai 5, dan yang salah
diberi nilai 0.
66
Pusat Pengembangan Sistem Rekrutmen ASN, Seleksi Pegawai Berbasis Sistem
Computer Assisted Test, Badan Kepegawaian Negara 2017, hal, 16. 67
Dari Buku Pelaksanaan Tes Kompetensi Dasar dengan Sistem CAT BKN, Seleksi
CPNS Jalur Pelamar Umum Tahun 2014, hal, 4.
58
2. Tes Intelegensia Umum (TIU), 50% dari nilai maksimal 150 = 75.
Dengan jumlah soal 30, jawaban yang benar diberi nilai 5, dan yang salah
diberi nilai 0.
3. Tes Karakteristik Pribadi (TKP), 72% dari nilai maksimal 175 = 126.
Dengan Jumlah soal 35, melalui penilaian skala Likert dari 1 sampai 5.
Kemudian di bawah ini merupakan tabel III.B.1 mengenai sistem penilaian
dalam komposisi tabel sebagai berikut:
Tabel III.B.2.1. Komposisi Sistem Penilaian Pada Tahapan TKD
Materi Benar Salah Jumlah Soal
Tes Wawasan Kebangsaan 5 0 35
Tes Intelegensi Umum 5 0 30
Tes Karakteristik Pribadi Skala: 1-5 35
Jumlah soal 100
Waktu 90 menit
Sumber: Buku CAT untuk Indonesia, Badan Kepegawaian Negara.
3. Tes Kompetensi Bidang (TKB)
Tes Kompetensi Bidang (TKB) bisa disebut juga dengan Seleksi Kompetensi
Bidang (SKB). Tahapan SKB dilakukan ketika peserta atau pelamar ini telah lulus
dari tahapan TKD. Kemudian SKB ini dilakukan bertujuan untuk menilai dari
kecocokkan antara kompetensi bidang yang dimiliki oleh pelamar dengan standar
kompetensi bidang yang sesuai dengan kebutuhan jabatan yang dibutuhkan. SKB ini
dilaksakanan oleh panitia seleksi instansi pengadaan PNS. Jumlah peserta yang
nantinya diikuti dalam SKB ditentukan paling banyak tiga kali lipat jumlah
59
kebutuhan masing-masing jabatan yang dibutuhkan berdasarkan peringkat nilai
SKB.68
Hasil dari SKB ini nantinya akan dilaporkan oleh panitia seleksi instansi
pengadaan PNS terhadap panitia seleksi nasional pengadaan PNS. Panitia seleksi
nasional pengadaan PNS nantinya menetapkan setidaknya nilai akhir dari SKD dan
hasil SKB. Kemudian Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) mengumumkan pelamar
yang dinyatakan lulus seleksi pengadaan PNS terbuka, berdasarkan dari hasil akhir
seleksi.
Dalam wawancara peneliti dengan Anjar Dwi Antara S.I.P., M.A. selaku
Kasubid Sertifikasi dan Pelaporan Seleksi pada Pusat Pengembangan Sistem
Rekrutmen (PPSR) ASN. Ia menjelaskan beberapa hal mengenai TKB atau yang
sekarang disebut dengan SKB.69
“Kalau membahas tentang CPNS, tahapannya adalah mulai dari SKD
setelah seluruh peserta di dalam seluruh instansi itu mengikuti SKD, maka
akan memperoleh nanti hasil nilai SKD setiap peserta yang akan
dilaporkan oleh PPSR sebagai unit yang koordinasinya diseleksi manapun
BKN per-instansi. Jadi misalkan ada sepuluh instansi, atau ratusan instansi
nah kita melaporkannya per-instansi khusus SKD. Nah, setelah selesai
SKD kan diambil tiga kali formasi, sesuai kebijakan sih. Cuma kalau kita
melihat pengalaman tahun kemarin dan sebelumnya, untuk CPNS umum
dan untuk sekolah kedinasan misalkan saya ambil contoh seleksi IPDN
2018, hal ini menggunakan formula yang akan diikutkan sebagai peserta
SKB adalah peserta yang masuk dalam peringkat tiga kali formasi dengan
peringkat tertinggi.”
68
Pusat Pengembangan Sistem Rekrutmen ASN, Seleksi Pegawai Berbasis Sistem
Computer Assisted Test, Badan Kepegawaian Negara 2017, hal, 17 69
Wawancara Pribadi dengan Anjar Dwi Antara S.I.P., M.A. (Kasubid Sertifikasi
dan Pelaporan Seleksi pada Pusat Pengembangan Sistem Rekrutmen (PPSR) ASN), pada 23 Mei 2019, di kantor Badan Kepegawaian Negara.
60
Anjar Dwi Antara juga meneruskan penjelasan dari tahapan SKD menuju
SKB:
“orang yang akan atau peserta yang nilai SKD nya lebih tinggi dia tidak
masuk SKB, karena di dalam formasi jabatan itu misalkan dia peringkat
ke lima, tapi ada nilai di bawah dia, tetapi karena dia beruntung formasi
yang dia lamar mungkin pesertanya hanya dua apa tiga dia malah masuk,
karena untuk masuk dari SKD ke SKB itu harus melewati dua hal. Yang
pertama adalah passing grade, peserta SKD yang lolos passing grade
akan diambil tiga kali untuk setiap formasi jabatan. Misalkan formasi
jabatannya satu maka diambil tiga orang untuk mengikuti SKB. Kalau
formasi jabatannya 5 ya 15. Misalkan nilainya mas 300 tetapi formasi
yang dilamar dibutuhkan tiga orang, berarti yang akan masuk SKB
sembilan orang, masnya nilainya 300 tapi peringkat 10, gak masuk kan?
Saya nilai saya Cuma 283 misalkan, lebih rendah kan, nah namun formasi
yang saya lamar itu kebetulan satu tapi karena spesifik yang ngelamar
hanya dua orang, kalau diambil tiga, dua aja kurang kan tapi passing
grade saya masuk, passing grade masnya juga masuk. Tetapi ketika
diperingkat tiga kali formasi, maka peserta-peserta itu yang dinyatakan
berhak mengikuti seleksi kompetensi bidang (SKB) yang ditetapkan oleh
instansi dan diumumkan berikut peserta-peserta. Yang wajib
mengumumkan ke khalayak ramai atau ke publik ialah instansi. Instansi
yang dilamar.”
Dari gambaran di atas pada tahapan mulai dari SKD hingga sampai nilai
dari SKD pun keluar akan dilaporkan kepada PPSR, sebagai unit yang tugasnya
mengkoordinasi disetiap instansi manapun dengan BKN. Jadi seluruh instansi yang
akan mengadakan tes SKD, harus melaporkannya ke BKN. Setelah selesai SKD maka
akan diambil tiga kali formasi berdasarkan kebijakan yang berlaku. Biasanya ketika
peserta dengan nilai SKD tertinggi hal ini sudah tidak perlu untuk mengikuti SKB.
Anjar Dwi Antara kemudian mempertegas mengenai SKB:
“inti dari pada SKB, seleksi TKB itu harus ada pesertanya, nah pesertanya
itu ialah yang lulus passing grade SKD dan yang memenuhi dari
persyaratan berapa kali formasi yang dibutuhkan. Pesertanya sudah dapat,
yang ke dua, jadwal pelaksanaan, instansi akan kembali berkoordinasi
61
kepada BKN terkait jadwal pelaksanaan, yang inti koordinasinya sama
persis dengan koordinasi saat instansi mau melaksanakan SKD tesnya
sama, yang beda kan soalnya. Pesertanya juga sama. Terakhir yaitu materi
tes nya. Materi tes SKB ini bukan lagi menjadi koor BKN atau
MENPAN. Tetapi menjadi koor nya instansi yang akan menggunakan
sebagai user dari CPNS itu.”
Pada dasarnya antara SKD dan SKB itu tidak jauh berbeda, hal yang berbeda
dari keduanya hanya sebatas soal yang disajikan pada saat tes. Kemudian dengan
materi tes dari SKB ini sudah tidak menjadi bagian dari BKN lagi, melainkan sudah
menjadi hak wewenang dari setiap instansi. Substansi dari materi itu bermacam-
macam. Misalkan, ketika instansi A itu akan melaksanakan seleksi untuk calon analis
kepegawaian, maka kemungkinan besar dia akan berkoordinasi dengan BKN, kenapa
BKN? Karena BKN merupakan instansi Pembina dari jabatan analis kepegawaian,
instansi pembina dari jabatan analis kepegawaian. Misalkan yang mau di tes peneliti
kemungkinan dia akan ke LIPI, karena LIPI adalah pembina dari jabatan peneliti dan
seterusnya. Misalkan jabatan pelaksana, administrasi perkantoran, penata laporan
keuangan, administrasi umum, tata usaha dan sebagainya hal ini bisa berkoordinasi
dengan instansi terkait.
62
BAB IV
KEBIJAKAN COMPUTER ASSISTED TEST (CAT) TERHADAP
PENERIMAAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DI BADAN
KEPEGAWAIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM PERSPEKTIF
GOOD GOVERNANCE
Bab ini, penulis menguraikan tentang kebijakan CAT dalam perspektif good
governance yang terdiri dari: 1. CAT sebagai suatu kebijakan publik, 2. CAT
perspektif good governance, 3. Faktor pendukung dan penghambat kebijakan CAT.
Penulis ini uraikan tentang kebijakan CAT perspektif good governance,
diselaraskan dengan teori yang telah diterangkan pada bab dua, yaitu good
governance.
A. CAT Sebagai Suatu Kebijakan Publik
Thomas R. Dye berpendapat pada dasarnya kebijakan publik adalah sebuah
hasil studi yang dilakukan oleh pemerintah. Seperti mengapa pemerintah bisa
mengambil keputusan tersebut, dan kemudian bagaimana penyebab setelah
mengambil keputusan tersebut. Thomas juga mengatakan bahwasanya pemerintah
berhak untuk bagaimana kebijakan itu dilakukan atau tidak dilakukan.70
CAT sebagai
suatu kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah Pusat memiliki landasaan peraturan
yang kemudian diatur dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 2014, tentang Aparatur
Sipil Negara (ASN). CAT merupakan sistem yang dikembangkan dalam membantu
70
Wayne Parsons, Public Policy Pengantar Teori dan praktik Analisis Kebijakan,
hal, 3.
63
ujian dengan menggunakan komputer sebagai alat bantu dalam mendapatkan satandar
nilai minimal kompetensi dasar ataupun standar kompetensi kepegawaian.
Adapun dari tujuan CAT ini sendiri ialah, untuk mempercepat pada proses
pemerikasaan terhadap laporan dari hasil ujian, untuk menciptakan standardisasi pada
hasil ujian yang universal, menetapkan nilai ambang batas, secara objektif,
transparansi, akuntabel dan efisien.71
BKN yang dalam hal ini selaku panitia seleksi nasional membaahi berbagai
macam instansi di bawahnya. Sebagai instansi yang membina dalam menajemen
kepegawaian di Indonesia telah mampu dalam membuat terobosan yang baru
terhadap proses penerimaan CPNS. CAT salah satu sistem ujian yang dibantu dengan
alat computer untuk mendapatkan lulusan yang mampu memenuhi standar minimal
kompetensi. Dengan demikian, CAT sebagai suatu kebijakan diharapkan dapat
membantu tujuan BKN, yakni sebagai yang membina ASN yang profesional.
A.1. Awal Mula Pendirian dan Proses Perumusan CAT
Setelah dijelaskan sebelumnya, bahwa landasan hukum dari kebijakan CAT
ini berkaca dari Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 mengenai ASN, maka dianggap
penting bila ada sistem penerimaan dengan sistem digital yang tujuannya
menciptakan ASN yang memiliki kualitas dan juga profesional maka dari itu
diperlukannya sistem penerimaan yang berbasis digital atau yang pantas bertujuan
memenuhi kebutuhan pada kualitas Pegawai ASN dalam melaksanakan pelayanan
publik yang profesional.
71
Dari Buku CAT BKN untuk Indonesia, hal, 27.
64
Berdasarkan wawancara dengan Gatra Suryaditama selaku Analis kepegawaian
pelaksana, Unit Sub Bagian Perencanaan dan Penempatan Pegawai, mengatakan:
“Sebenarnya sistem ini implementasi dari undang-undang 5 tahun 2014
tentang aparatur sipil Negara. Dimana salah satu bunyinyakan rekrutmen ini
bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Nah, salah satu caranya adalah
dengan metode CAT, dimana metode CAT ini dilaksanakan secara transparan,
akuntabel, dan cepat. Sementara CAT sendiri itu kalau di BKN sendiri sudah
mulai dari tahun 2009. Pemakaiannya waktu itu memang masih sebatas untuk
rekrutmen cpns dilingkungan BKN saja.”
Kemudian Gatra Suryaditama menjelaskan lebih lanjut:
“Dulu namanya direktorat kinerja dan rekrutmen ASN, sekarang sudah
dipecah. Dulu awal-awalnya memang penggunaan CAT ini dikhususkan
untuk rekrutmen BKN. Tapi, seiring berjalannya waktu di tahun 2014
penggunaan CAT ini secara nasional sudah dilaksanakan terwajib sebagai
tahapan awal, maksudnya SKD (seleksi kompetensi dasar). Dari angkatan
awal itu sampai sekarang sudah jauh berubah, dari mulai aplikasinya sendiri,
terus dari penggunaannya juga sudah dipermudah, kalau dulu diangakatan
yang awal memang masih kurang, dan belum ada passing grade. Dulu masih
awal-awal programnya itu masih sederhana, berisi kalo gasalah 100 soal tapi
belum dikategorikan, masih umum. Dulu soalnya masih campuran, belum ada
komposisinya. Terus untuk aplikasinya sendiri kalo sekarang kan mudah.
Kalo dulu memang begitu kita melihat soal kalo kita gabisa menjawab
mungkin kita lompati akan tetapi tidak bias kembali ke soal sebelumnya. Jadi
memang benar-benar yakin, dan harus dijawab, terus waktunya juga cuma 60
menit dalam seratus soal, jadi agak terbatas juga.”72
Memang pada dasarnya CAT hadir mulai tahun 2004 di BKN. Di bawah
Direktorat Rekrutmen dan Kinerja Pegawai (Ditrekinpeg) yang dalam hal ini di
bawahi Kedeputian Bina Kerja dan Perundang-undangan BKN untuk melaksanakan
pengkajian mengenai pada sistem rekrutmen CPNS yang berbasis pada kompetensi.
72
Wawancara Pribadi dengan Gatra Suryaditama, (Analis kepegawaian pelaksana,
Unit Sub Bagian Perencanaan dan Penempatan Pegawai) pada tanggal 11 Maret 2019, di
kantor Badan Kepegawaian Negara.
65
Mulai tahun 2006 banyak persiapan seperti studi-studi untuk melihat sistem yang
dipakai oleh negara lain. Lalu tahun 2008 sudah mulai difasilitasi oleh Biro
Perencanaa yang bekerjasama oleh pakar IT, Ditrekinpeg sudah memuali untuk
membuat sistem CAT dengan diawali dengan adanya perencanaan grand design.73
Sistem CAT sebagai inovasi dari perkembangan teknologi yang bertujuan
untuk lebih objektif dalam hal penilaian. Tujuannya untuk terciptanya standar
penilaian kompetensi pada pegawai. Grand design sistem CAT salah satunya untuk
penelitian yang kemudian mengumpulkan data dari sebuah perencanaan dalam
membuat prototipe saat uji coba berlangsung, setelah itu melakukan evaluasi.
Ditrekinpeg selaku yang membina kepegawaian dalam bidang rekrutmen,
bertanggung jawab atas berlangsungnya terciptanya ASN yang profesional. Pusat
pengembangan sistem rekrutmen PNS (PPSR) dan Direktorat kinerja pegawai berada
langsung di bawah pembinaan Ditrekinpeg.
Tujuan reformasi birokrasi salah satunya yakni dengan menjalankan sistem
rekrutmen atau seleksi yang transparan, objektif, bebas dari adanya kolusi, korupsi
dan nepotisme. Maka, BKN pada tahun 2013 merestrukturasi Direktorat Rekrutmen
dan Kinerja Pegawai menjadi PPSR (Direktorat Kinerja Pegawai dan Pusat
Pengembangan Sistem Rekrutmen) memiliki tanggung jawab kepada Kepala BKN.
Diharapkan dari adanya restrukturisasi PPSR, PNS akan fokus bertanggunjawab
sebagai yang melaksanakan pengembangan sistem rekrutmen CPNS. Nantinya sistem
73
Dari Buku CAT BKN untuk Indonesia, hal, 31.
66
rekrutmen yang bersih akan mudah terwujud, sebagai cita-cita menuju sistem
pemerintahan yang baik (good governance).74
Instansi yang melaksanakan TKD dengan sistem CAT terlebih dahulu
mengajukan permintaan ke BKN dengan cara melampirkan perkiraan jumlah
pelamar. Nantinya perkiraan jumlah pelamar yang menjadi bahan penyusunan jadwal
terhadap pelaksanaan TKD yang disusun BKN. Instansi yang akan melaksanakan
TKD secara mandiri harus menyiapkan ruangan tes, komputer klien, server dan
perlengkapan pendukung sesuai yang telah ditentukan oleh BKN.
A.2. Peraturan-Peraturan CAT
Dalam setiap kebijakan yang dilakukan pasti memiliki landasan hukum yang
kemudian menjadi acuan. Oleh karena itu untuk mengetahui landasan hukum
kebijakan CAT, berikut adalah beberapa aturan yang mengatur kebijakan CAT:
1. Undang-undang No. 5 Tahun 2014, tentang aparatur sipil negara (ASN).
2. Peraturan Pemerintah No. 98 Tahun 2000 tentang pengadaan pegawai negeri
sipil, sebagaimana telah diubah beberapa kali, dengan Peraturan Pemerintah
No. 75 Tahun 2013.
3. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi
Birokrasi No. 17 Tahun 2014 tentang Tambahan Alokasi Formasi dan
Pengadaan Calon Pegawai Negeri Sipil 2014.
74
Dari Buku CAT BKN untuk Indonesia, hal, 32.
67
a. Peraturan Menteri PAN dan RB untuk pedoman Pejabat Pembina
Kepegawaian (PPK) dan pejabat lain terkait terhadap pelaksanaan
pengadaan CPNS Tahun 2014.
b. Pengadaan CPNS dilaksanakan untuk mendapatkan ASN yang
profesional, jujur, netral, serta memiliki tanggung jawab yang besar.
c. Tes CPNS terdiri:
1) Tes kompetensi dasar (TKD).
2) Tes kompetensi bidang (TKB).
d. Sistem pelaksanaan TKD:
1) Computer assisted test (CAT) disiapkan oleh BKN.
2) Sistem CAT untuk uji kompetensi guru (UKG), disiapkan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
4. Peraturan Menteri PAN dan RB No. 29 Tahun 2014, tentang nilai ambang
batas TKD seleksi CPNS dari pelamar umum.
Nilai ambang batas kelulusan (passing grade) TKD menggunakan sistem
CAT:
1) Tes wawasan kebangsaan (TWK), 40 % dari nilai maksimal 175 = 70.
Jumlah soal 35, jawaban benar mendapatkan nilai 5, sedangkan ketika
salah mendapatkan nilai 0.
2) Tes intelegensia umum (ITU), 50 % dari nilai maksimal 150 = 75.
Jumlah soal 30, jawaban benar mendapatkan nilai 5, ketika menjawab
salah mendapatkan nilai 0.
68
3) Tes karakeristik pribadi (TKP), 72 % dari nilai maksimal 175 = 126.
Jumlah soal 35, penilaian dengan menggunakan Skala Likert mulai 1
sampai dengan 5.
5. Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 19 Tahun 2014 tentang
Tim Kerja BKN untuk seleksi CPNS dengan menggunakan sistem CAT.
6. Keputusan Kepala BKN No. 29 Tahun 2014 tentang SOP seleksi CPNS
dengan menggunakan CAT.
B. CAT Perspektif Good Governance
Di era modern seperti sekarang ini banyak teknologi yang kemudian
digunakan pada berbagai macam tes seleksi kompetensi. Banyak juga instansi yang
memakai tes tertulis, wawancara, dan tes praktik. Diadakannya tes bertujuan untuk
menyaring dan memprediksi para calon-calon yang memiliki potensi dalam bidang-
bidang yang dibutuhkan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangatlah mempengaruhi atas
kebutuhan dasar dari metode tes yang nantinya akan digunakan ketika pelaksanaan
tes. Harapan dari itu semua agar nanti saat berlangsungnya tes tidak ada hambatan
berjalan dengan lancar, efisien, efektif, akuntabel, objektif dan transparan.Maka dari
itu penulis menguraikan implementasi CAT dalam perspektif good governance, yang
terdiri dari: 1. Transparansi, 2. Partisipasi, 3. Akuntabilitas, 4. Efisiensi.
69
B.1. Transparansi
Transparansi merupakan salah satu prinsip yang terdapat dalam kaidah-kaidah
good governance. Transparansi wajib ada dalam setiap kebijakan yang dimiliki oleh
pemerintah dalam menopang birokrasi yang mapan. Seperti yang dijelaskan dalam
prinsip good governance, menurut mardiasmo bahwasannya transparansi adalah
saling terbuka baik dari pemerintah dan masyarakat yang besirnegis dalam
memberikan informasi agar masyarakat pun juga memahami dari kinerja pemerintah.
Transparansi juga menuntut ketepatan waktu dan terbuka dalam memberikan
informasi keuangan, pengelolaan dan laporan pertanggungjawaban.75
Kemudian penulis melihat bahwasannya kebijakan CAT dalam penerimaan
CPNS ini, menelitik dari segi transparansinya sudah mulai terlihat dari awal proses
pengumuman pembukaan pendaftaran, teknis pendaftaran dan lain sebagaianya.
Masyarakat juga bisa mengakses berita dan info melalui website resmi yang dimiliki
oleh BKN, dengan laman www.bkn.go.id dimana masyarakat dapat melihat
pengumuman dan tata cara proses pendaftaran CPNS di laman tersebut.
Untuk mengetahui dari transparansinya alur pendaftaran, berikut di bawah ini
merupakan gambar IV.B.1.1 Alur Pendaftaran Online.
75
Mardiasmo, Perwujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui Akuntansi
Sektor Publik: Suatu Sarana Good Governance, hal, 18.
70
Gambar IV.B.1.1 Alur Pendaftaran Online
Sumber: jadiASN.com
Pada dasarnya pendaftaran CPNS dilakukan melalui online, seperti yang
sudah dijelaskan di atas bahwa ketika peserta tes belum mendaftar lewat sistem
seleksi CPNS nasional (SSCN) dengan alamat website: www.sscn.bkn.go.id bisa juga
di laman website instansi terkait. Instansi terkait harus terdaftar, melalui pendaftaran
lewat online dengan alamat website: https://panselnas.menpan.go.id untuk nantinya
mendapatkan username dan kata sandi yang nantinya dengan masukkan diantaranya
Nomor Identitas Kependudukan (NIK). Bila peserta sudah mendaftar maka nantinya
peserta tidak bisa kembali ketika ingin mendaftar, karena tidak bisa bila mendaftar
dengan NIK yang sama. Pelamar hanya bisa mendaftar dengan sebanyak tiga instansi,
berdasarkan dari jenjang pendidikanya. Dalam proses ini para peserta terlebih dahulu
melakukan atau mempersiapkan data-data dan berkas-berkas yang dibutuhkan untuk
memenuhi syarat. Terlebih dahulu peserta harus melakukan pendaftaran online
melalui portal SSCN.
71
Hal yang harus diperhatikan pada saat proses seleksi admnistrasi ialah.76
Dengan menyiapkan file foto (berpakaian formal, terlihat wajah dengan latar
belakang merah). Ukuran 200 KB dengan format JPG atau JPEG, Nomor Kartu
Keluarga, Nomor KTP, Ijazah terakhir, Email aktif, Dokumen lain yang sesuai
dengan ketentuan lembaga terkait. Setelah itu, langkah terakhir mencetak kartu
pendaftaran pada portal SSCN.
Surat keterangan berikutnya harus melengkapi setelah sudah dinyatakan lulus
pada pengumuman kelulusan terakhir sebagai berikut:
a. Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) yang berlaku.
b. Surat Keterangan Sehat dari RS Pemerintah.
c. Surat Keterangan Bebas Narkoba dari RS Pemerintah.
B.2. Partisipasi
Partisipasi salah satu bentuk keikutsertaan masyarakat dalam ikut terlibat aktif
dari setiap kebijakan yang dibuat oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Adanya proses partisipasi yang melibatkan seluruh elemen masyarakat untuk ikut
terlibat dalam membuat kebijakan. Kemuidan dibuatlah ruang-ruang aspirasi
masyarakat untuk kemudian didiskusikan bersama pemerintah. Kemudian dalam
berpartisipasi masyarakat memiliki kebebasan dalam menyatakan pendapat di depan
umum.77
76
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180926090802-20-333253/berkas-
berkas-yang-dibutuhkan-untuk-pendaftaran-cpns-2018, pada 3 Mei 2019, pukul 15:18 WIB. 77
Mardiasmo, Perwujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui Akuntansi
Sektor Publik: Suatu Sarana Good Governance, hal, 18.
72
Adanya partisipasi dilihat dari mulai proses pendaftaran, proses tes
kompetensi dasar (TKD) dan tes kompetensi bidang (TKB). TKD bisa juga disebut
dengan seleksi kompetensi dasar (SKD), sedangkan tes kompetensi bidang biasa
disebut dengan seleksi kompetensi bidang (SKB). Seleksi kompetensi dasar
dilaksanakan ketika sudah mengetahui atau menilai pada kecocokkan antara
kompetensi dasar yang dimiliki oleh peserta dengan standar kompetensi dasar PNS.
Standar kompetensi dasar seperti karakter pribadi, intelegensia umum, dan wawasan
kebangsaan.78
SKD diselenggarakan oleh panitia seleksi instansi pengadaan PNS.
Pelamar yang nantinya lulus pada tahap SKD bila memenuhi nilai ambang batas
minimal kelulusan, akan dinyatakan lulus. Tetapi juga ditentukan melalui berdasarkan
peringkat nilai. Jika pada tahap SKD lulus, tahapan selanjutnya akan mengikuti
seleksi kompetensi bidang (SKB).
Banyaknya jumlah partisipasi masyarakat dalam penerimaan CPNS dengan
sistem CAT ini, bisa dilihat dalam gambar IV.B.2.1 Jumlah peserta CPNS dari tahun
ke tahun. Dari tahun ke tahun masyarakat selalu berpartisipasi dalam
penyelenggaraan penerimaan CPNS. Kuota yang dibuka pun juga ditambah oleh
BKN selaku panitia seleksi nasional CPNS.
78
Pusat Pengembangan Sistem Rekrutmen ASN, Seleksi Pegawai Berbasis Sistem
Computer Assisted Test, Badan Kepegawaian Negara 2017, hal, 16.
73
Gambar IV.B.2.1 Jumlah Peserta CPNS
Sumber: jadiASN.com
Dalam gambar di atas merupakan proses penerimaan CPNS dalam kurun tiga
tahun terakhir. Di mana mulai dari tahun 2017 hingga sampai 2019, setidaknya
panitia seleksi CPNS membuka penerimaan dengan menambah kuota dari setiap
tahunnya. Terlihat dari tahun 2017 sebesar 17.928 yang diterima, pada tahun 2018
sebanyak 238.015 dan pada tahun 2019 membuka penerimaan sebanyak 154.173. Hal
ini semakin didukung oleh masyarakat luas, untuk berkompetisi menjadi ASN.
B.3. Akuntabilitas
Akuntabilitas merupakan suatu tanggung jawab yang harus dimiliki oleh setiap
instani pemerintah, baik pusat maupun daerah. Menurut Mardiasmo akuntabilitas
merupakan sebuah tanggung jawab dari berhasil atau tidaknya dari kegiatan yang
sudah dijalankan. Kemudian dibandingkan dari kegiatan sebelum dan sesudahnya.79
79
Mardiasmo, Perwujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui Akuntansi
Sektor Publik: Suatu Sarana Good Governance, hal, 19.
74
BKN sebagai panitia seleksi nasional memiliki kewenangan dalam memberikan
pertanggungjawaban kepada para peserta tes. Akuntabilitas BKN penulis melihat
mulai dari proses tahapan TKD dan TKB di mana pada saat ujian seleksi
berlangsung, masyarakat dapat memantau dan melihat pada monitor besar yang sudah
di sediakan oleh BKN di luar ruangan. Jadi masyarakat bisa terus mengetahui hasil
yang di dapat oleh para peserta tes yang mengikuti ujian baik TKD maupun TKB.
Hasil dari SKB ini nantinya akan dilaporkan oleh panitia seleksi instansi
pengadaan PNS terhadap panitia seleksi nasional pengadaan PNS. Panitia seleksi
nasional pengadaan PNS nantinya menetapkan setidaknya nilai akhir dari SKD dan
hasil SKB. Kemudian Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) mengumumkan pelamar
yang dinyatakan lulus seleksi pengadaan PNS terbuka, berdasarkan dari hasil akhir
seleksi.
Dalam wawancara peneliti dengan Anjar Dwi Antara S.I.P., M.A. selaku
Kasubid Sertifikasi dan Pelaporan Seleksi pada Pusat Pengembangan Sistem
Rekrutmen (PPSR) ASN. Ia menjelaskan beberapa hal mengenai TKB atau yang
sekarang disebut dengan SKB.80
“Kalau membahas tentang CPNS, tahapannya adalah mulai dari SKD
setelah seluruh peserta di dalam seluruh instansi itu mengikuti SKD, maka
akan memperoleh nanti hasil nilai SKD setiap peserta yang akan
dilaporkan oleh PPSR sebagai unit yang koordinasinya diseleksi manapun
BKN per-instansi. Jadi misalkan ada sepuluh instansi, atau ratusan instansi
nah kita melaporkannya per-instansi khusus SKD. Nah, setelah selesai
SKD kan diambil tiga kali formasi, sesuai kebijakan sih. Cuma kalau kita
80
Wawancara Pribadi dengan Anjar Dwi Antara S.I.P., M.A. (Kasubid Sertifikasi
dan Pelaporan Seleksi pada Pusat Pengembangan Sistem Rekrutmen (PPSR) ASN), pada 23 Mei 2019, di kantor Badan Kepegawaian Negara.
75
melihat pengalaman tahun kemarin dan sebelumnya, untuk CPNS umum
dan untuk sekolah kedinasan misalkan saya ambil contoh seleksi IPDN
2018, hal ini menggunakan formula yang akan diikutkan sebagai peserta
SKB adalah peserta yang masuk dalam peringkat tiga kali formasi dengan
peringkat tertinggi.”
Dari pemaparan di atas, bahwasannya Anjar Dwi Antara sebagai kepala PPSR
menjelaskan setidaknya adanya akuntabilitas dengan adanya pelaporan yang
dilakukan oleh instansi-instansi yang menyelenggarakan penerimaan CPNS, yang
kemudian diserahkan kepada panitia seleksi nasional dalam hal ini BKN.
Anjar Dwi Antara juga meneruskan penjelasan dari tahapan SKD menuju
SKB:
“orang yang akan atau peserta yang nilai SKD nya lebih tinggi dia tidak
masuk SKB, karena di dalam formasi jabatan itu misalkan dia peringkat
ke lima, tapi ada nilai di bawah dia, tetapi karena dia beruntung formasi
yang dia lamar mungkin pesertanya hanya dua apa tiga dia malah masuk,
karena untuk masuk dari SKD ke SKB itu harus melewati dua hal. Yang
pertama adalah passing grade, peserta SKD yang lolos passing grade
akan diambil tiga kali untuk setiap formasi jabatan. Misalkan formasi
jabatannya satu maka diambil tiga orang untuk mengikuti SKB. Kalau
formasi jabatannya 5 ya 15. Misalkan nilainya mas 300 tetapi formasi
yang dilamar dibutuhkan tiga orang, berarti yang akan masuk SKB
sembilan orang, masnya nilainya 300 tapi peringkat 10, gak masuk kan?
Saya nilai saya Cuma 283 misalkan, lebih rendah kan, nah namun formasi
yang saya lamar itu kebetulan satu tapi karena spesifik yang ngelamar
hanya dua orang, kalau diambil tiga, dua aja kurang kan tapi passing
grade saya masuk, passing grade masnya juga masuk. Tetapi ketika
diperingkat tiga kali formasi, maka peserta-peserta itu yang dinyatakan
berhak mengikuti seleksi kompetensi bidang (SKB) yang ditetapkan oleh
instansi dan diumumkan berikut peserta-peserta. Yang wajib
mengumumkan ke khalayak ramai atau ke publik ialah instansi. Instansi
yang dilamar.”
Dari gambaran di atas pada tahapan mulai dari SKD hingga sampai nilai dari
SKD pun keluar akan dilaporkan kepada PPSR, sebagai unit yang tugasnya
76
mengkoordinasi disetiap instansi manapun dengan BKN. Jadi seluruh instansi yang
akan mengadakan tes SKD, harus melaporkannya ke BKN. Setelah selesai SKD maka
akan diambil tiga kali formasi berdasarkan kebijakan yang berlaku. Biasanya ketika
peserta dengan nilai SKD tertinggi hal ini sudah tidak perlu untuk mengikuti SKB.
Anjar Dwi Antara kemudian mempertegas mengenai SKB:
“Data peserta yang sudah diumumkan oleh instansi ke publik, termasuk
masyarakat tadi, akan diserahkan ke BKN, data pesertanya berikut juga
adalah soal yang akan digunakan, kan soalnya macam-macam nih. Untuk
tes jabatan A, jabatan B, jabatan C, diserahkan juga ke BKN. Kalau sudah,
maka tim IT BKN akan mensingkronkan antara data peserta SKD dari
instansi, dengan database soalnya sehingga menjadi DMP yang akan
digunakan untuk seleksi. Penyiapannya kapan? Penyiapannya diatur
sebelum tes yang sudah dijadwalkan. Setelah itu langsung lompat ke
jadwal pelaksanaan tes. Langsung tes seperti halnya waktu pelaksanaan
SKD. Simpelnya seperti itu.”
Pada dasarnya antara SKD dan SKB itu tidak jauh berbeda, hal yang berbeda
dari keduanya hanya sebatas soal yang disajikan pada saat tes. Kemudian dengan
materi tes dari SKB ini sudah tidak menjadi bagian dari BKN lagi, melainkan sudah
menjadi hak wewenang dari setiap instansi. Substansi dari materi itu bermacam-
macam. Misalkan, ketika instansi A itu akan melaksanakan seleksi untuk calon analis
kepegawaian, maka kemungkinan besar dia akan berkoordinasi dengan BKN, kenapa
BKN? Karena BKN merupakan instansi Pembina dari jabatan analis kepegawaian,
instansi pembina dari jabatan analis kepegawaian. Misalkan yang mau di tes peneliti
kemungkinan dia akan ke LIPI, karena LIPI adalah pembina dari jabatan peneliti dan
seterusnya. Misalkan jabatan pelaksana, administrasi perkantoran, penata laporan
77
keuangan, administrasi umum, tata usaha dan sebagainya hal ini bisa berkoordinasi
dengan instansi terkait.
Jadi SKB ini sudah menjadi urusan bagi setiap instansi masing-masing, BKN
sudah tidak ikut campur dalam hal ini. Setelah data peserta yang lulus ke SKB sudah
diumumkan oleh instansi masing-masing ke masyarakat luas, kemudian baru
diserahkan kembali kepada BKN. Mulai dari data pesertanya hingga sampai soal
yang akan digunakan untuk tes. Soal yang digunakan bermacam-macam, seperti
misalkan tes jabatan A, jabatan B, jabatan C. Ketika semua sudah di serahkan ke
BKN, maka tim IT BKN akan mensingkronkan antara data peserta SKD dari instansi
dengan database. Setelah semua selesai, langsung lompat ke jadwal pelakasanaan
seperti halnya pada waktu tes SKD.
B.4. Efisiensi
Tujuan CAT salah satunya untuk terciptanya efisensi dalam tahapan
penerimaan CPNS. Efisiensi merupakan salah satu prinsip dalam kaidah good
governance. Efisiensi selalu berpacu terhadap output dan input.81
Efisiensi berbicara
mengenai perbandingan sebelum atau sesudah, hal inilah yang menjadi tujuan dalam
kebijakan CAT ini, dalam penerimaan CPNS.
Perbandingan yang kemudian bisa diambil ketika pada tahun 2013, di mana
ada dua metode ketika itu pada saat proses penerimaan CPNS. Dengan metode CAT
dan menggunakan lembar jawab kerja (LJK). Pada saat itu penggunaan dua metode
81
Mardiasmo, Perwujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui Akuntansi
Sektor Publik: Suatu Sarana Good Governance, hal, 19.
78
memiliki perbedaan dalam hal efesiensi waktu yang dibutuhkan untuk selur rangkaian
pada saat seleksi CPNS. Dengan instansi yang menggunakan metode CAT ini tidak
terjadi adanya keluhan, sedangkan dengan metode manual atau LJK terdapat keluhan
dari para peserta. Penggunaan CAT hanya sedikit menggunakan waktu.
“Tidak memakan banyak biaya dari pada sistem yang lama, maksudnya
sistem yang lama ini sistem manual. Sistem manual kan dulu masih ikut
tes dating, dulu pernah satu Gelora Bung Karno itu disewa cuma buat tes
cpns saja, dengan satu kementerian saja. Nah maka dari itu ini
menghemat biaya, hanya memerlukan ruangan saja, tidak perlu besar-
besar, terus juga membutuhkan waktu relatif cepat juga dalam pengolahan
data ini, jadi kita tidak memakan waktu berbulan-bulan atau sampai
tahunan. Jadi sekitar rentan maksimal satu bulan itu sudah muncul
hasilnya, hasil seleksinya. Untuk hasilnya sendiri begitu selesai sudah
langsung dikasih.”82
Berikut di bawah ini merupakan gambar IV.B.4.1 Perbandingan Dengan CAT
dan Tes Manual. Di mana ada perbedaan yang sangat signifikan. Antara CAT dan
sistem manual atau LJK.
Gambar IV.B.4.1. Perbandingan Dengan CAT dan Tes Manual
Sumber: jadiASN.com
82
Wawancara Pribadi dengan Gatra Suryaditama, (Analis kepegawaian pelaksana,
Unit Sub Bagian Perencanaan dan Penempatan Pegawai) pada 11 Maret 2019, di kantor
Badan Kepegawaian Negara.
79
Dari gambar di atas menunjukkan adanya perbedaan yang sangat jauh.
Dengan menggunakan LJK waktu dan biaya pastilah sangat banyak yang dikeluarkan.
Seperti gambar di atas terlihat Stadion Gelora Bung Karno di sewa untuk seleksi
CPNS. Waktu pun sangat terbuang cukup lama dengan hasil yang kemudian diterima,
hingga sampai berbulan-bulan bahkan sampai setahun yang akan datang. Dengan
menggunakan Metode CAT, hanya membutuhkan ruangan disertai dengan perangkat
komputer peserta bisa langsung mengikuti tes, dan hasilnya langsung hari itu juga
diterima.
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Kebijakan CAT
Pada dasarnya dalam setiap kebijakan pasti memiliki factor pendukung dan
penghambat yang dialami di dalam masyarakat. Hal tersebut tergantung bagaimana
masyarakat menyikapainya. Banyaknya tanggapan dari setiap kebijakan tergantung
dari perspektif setiap individu masyarakat, karena masyarakat pun memiliki
kepentingan yang tidak sama. Tetapi biasanya dari setiap kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah walaupun ada dampak negatif akan tetapi lebih banyak dampak
positifnya, dalam kata lain memperkecil dampak negatif suatu kebijakan yang
dibuat.83
Analis Kepegawaian Pelaksana, Unit Sub Bagian Perencanaan dan
Penempatan Pegawai mengungkapkan terhadap permasalahan yang berkaitan dengan
sistem CAT dalam penerimaan CPNS.
83
Said Zainal Abidin, Kebijakan Publik, (Jakarta: Salemba Humatika, 2012), hal, 9
80
“Pro kontra itu pasti ada. Untuk yang pro nya, memang ini untuk
mengakomodir, untuk mengantisipasi peserta mengurangi tindakan korupsi,
kolusi dan nepotisme, kan dalam rekrutmen cpns, jamak diumum itu bila
memang ada sodara, kenalan, atau orang dalam itu susah masuk cpns, ya
makannya kita menghapus stigma kaya begitu, dengan sistem CAT ini
insyaAllah ini bisa kelihatan langsung, masyarakat bisa menilai, dan bisa
memantau juga secara real time. Jadi ketika peserta mengerjakan soal disitu
bisa kelihatan terpampang dilayar monitor di bawah, jadi masyarakat maupun
pemerhati, LSM bisa melihat langsung gimana transparannya sistem ini.
Terus untuk yang pro nya juga, ini juga sudah didukung oleh semua
kementerian lembaga, jadi semua SKD ini wajib memakai CAT. Memang
untuk yang pro nya sendiri sistem CAT ini juga tergolong hemat ya. Dalam
artian tidak memakan banyak biaya dari pada sistem yang lama, maksudnya
sistem yang lama ini sistem manual. Sistem manual kan dulu masih ikut tes
dating, dulu pernah satu Gelora Bung Karno itu disewa cuma buat tes cpns
saja, dengan satu kementerian saja. Nah maka dari itu ini menghemat biaya,
hanya memerlukan ruangan saja, tidak perlu besar-besar, terus juga
membutuhkan waktu relatif cepat juga dalam pengolahan data ini, jadi kita
tidak memakan waktu berbulan-bulan atau sampai tahunan. Jadi sekitar rentan
maksimal satu bulan itu sudah muncul hasilnya, hasil seleksinya. Untuk
hasilnya sendiri begitu selesai sudah langsung dikasih. Tapi kan, tanggal
tesnya kan berbeda-beda tiap instansi, jadi mungkin diolah dulu di BKN,
setelah itu dikembalikan ke instansi untuk diumumkan. Jadi untuk
meminimalisir segala kecurangan, ataupun sebagai segala tindakan yang dapat
merugikan orang lain.”84
Dalam kasus ini memang masih banyak masyarakat luas yang belum
mengetahui dari manfaat sistem penggunaan CAT ini, terutama dalam penerimaan
CPNS. Kebijakan yang terlalu dini memang masih menimbulkan keresahan dan
memiliki polemik di masyarakat. Ketidakyakinan terhadap sistem CAT ini membuat
banyak kontra yang kemudian hadir di tengah-tengah masyarakat maupun
penmerintahan.
84
Wawancara Pribadi dengan Gatra Suryaditama, (Analis kepegawaian pelaksana,
Unit Sub Bagian Perencanaan dan Penempatan Pegawai) pada 11 Maret 2019, di kantor
Badan Kepegawaian Negara.
81
Gatra Suryaditama menjelaskan mengenai adanya pro kontra mengenai sistem
CAT:
“Memang diawal-awal itu, banyak yang menentang. Kenapa ? karena, mereka
masih berfikir komputer itu ribet, terus memakan banyak biaya, terus
memakan waktu juga. Tapi itu semua terbantahkan dengan sistem CAT ini
setelah kita road show ke beberapa universitas sama mungkin di acara-acara
pameran, kita juga sering keliling untuk mensosialisasikan ke masyarakat.
Awal-awal memang ada pertentangan terutama dari beberapa kementerian
lembaga, karena mereka masih belum mempercayai karena sistem CAT ini
kan takutnya ada permainan kan di BKN, tapi kita juga sudah membuktikan
ini tidak ada permainan, terus publik juga bisa melihat langsung bagaimana
transparansinya sistem CAT ini. Terus untuk yang kontranya dulu, dulu DPR
pernah menolak juga, karena mungkin masih terbawa anggapan-anggapan
jaman dulu kalau memakai komputer itu mahal, makan banyak waktu,
prosesnya dan lain sebagainya. Tapi malah kebalikannya, kalau makai CAT
ini malah lebih efisien, efektif dari pada pakai sistem yang lama. Terus juga
mungkin kalau, kalau mungkin aja ya, instansi ataupun kementerian lemabaga
atau instansi daerah ada mungkin beberapa oknum. Saya katakan oknum ya,
bukan orang. Oknum itu masih bisa bermain. Bagaimana caranya mereka
gamau pakai sistem CAT, karena dia mungkin ada permainan mungkin bisa
mainin SKD sebagainya, terutama di daerah ya, dulu awal-awal ada
pertentangan. Karena mungkin kalau memakai sistem CAT ini akan
mengurangi jatahnya dia. Nah ini dia katakana saja oknum.”85
Hadirnya dari kebijakan sistem CAT ini ialah untuk mempercepat dan
mempermudah dalam melakukan suatu pengelolaan yang cepat dan efisien.
Terkhusus dalam penerimaan CPNS ini. CAT juga diharapkan mampu menghapus
akan adanya kolusi, korupsi dan nepotisme yang kerap sering terdengar di masyarakat
luas. Oleh sebab itu dengan banyaknya pro kontra yang terjadi, akan tetapi lebih
banyak manfaat yang dihasilkan dari hadirnya sistem CAT ini.
85
Wawancara Pribadi dengan Gatra Suryaditama, (Analis kepegawaian pelaksana,
Unit Sub Bagian Perencanaan dan Penempatan pPegawai) pada 11 Maret 2019, di kantor
Badan Kepegawaian Negara.
82
Analisa yang kemudian bisa penulis ambil dari penelitian ini ialah, good
governance dari setiap tahapan awal sampai akhir sudah memiliki prinsip-prinsip
terhadap good governance. Dari mulai tahapan proses admnistrasi, tahapan TKD
sampai tahapan TKB sudah adanya transparansi yang sangat jelas. Adanya
keleluasaan bagi masyarakat untuk mengakses informasi hingga sampai mengetahui
hasil yang didapat langsung pada saat itu juga. Partisipasi masyarakat dalam
mengikuti CPNS ini pun juga sudah terpenuhi, seperti adanya kritik dan saran setelah
selesai mengikuti ujian, untuk kemudian memberi masukan pada sistem CAT ini.
Akuntabilitas pada kebijakan CAT ini juga dirasa cukup bagus dalam
memberikan tanggung jawab terhadap masyarakat luas. Baik dan buruknya dari
kebijakan ini pun BKN selaku panitia CPNS nasional mengharapkan masukan dari
masyarakat. BKN juga mengumumkan hasil TKD dan TKB melalui Pejabat Pembina
Kepegawaian secara luas.
Efisiensi waktu terhadap kebijakan CAT dalam penerimaan CPNS ini juga
sudah sangat bagus. Dengan semakin cepat kinerja yang dihasilkan, biaya yang
dikeluarkan juga tidak terlalu besar. Dibandingkan dengan sistem yang sebelumnya
dengan cara manual, menggunakan kertas lembar jawab kerja (LJK) hal ini memakan
waktu yang sangat lama dan biaya yang sangat besar. Dengan adanya CAT, lebih
cepat dalam mengerjakannya dan hasilnya pun langsung diketahui hari itu juga pada
saat tes. Sedangkan dengan menggunakan LJK, pengumuman hasil sangat lama untuk
diketahui. Karena harus dikoreksi terlebih dahulu hingga sampai berbulan-bulan.
83
Oleh sebab itu, dari tahapan kebijakan CAT ini dianggap sudah mampu
memenuhi prinsip-prinsip yang dimiliki pada teori good governance. Berhasil atau
tidaknya kebijakan CAT ini, dilihat dari sudah terpenuhinya transparansi, partisipasi,
akuntabilitas dan efisiensi yang terdapat pada implementasi kebijakan CAT.
84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian berdasarkan observasi mengenai implementasi kebijakan
sistem computer assisted test (CAT) dalam penerimaan calon pegawai negeri sipil
(CPNS) di Badan Kepegawaian Negara, maka dapat menjawab dari pertanyaan
penelitian:
1. Dalam menjalankan kebijakan sistem computer assisted test (CAT) di
BKN untuk penerimaan CPNS, setidaknya sudah memenuhi kaidah-
kaidah dari prinsip dalam good governance. Di mana pada kebijakan CAT
sudah terdapat transparansi, partisipasi, akuntabilitas dan efisiensi. Empat
prinsip inilah yang kemudian menjadi faktor pendukung berlangsungnya
good governance dalam kebijakan computer assisted test (CAT) saat
penerimaan CPNS di BKN.
2. Permasalahan dan hambatan yang dihadapi pada computer assisted test
(CAT) ialah, masih minimnya jumlah komputer yang disediakan yang
mengakibatkan peserta harus menunggu giliran antrean tes berdasarkan
nomor urut tes. Masalah berikutnya bila jaringan listrik sedang padam
yang berdampak pada waktu yang tersita dan bisa menyebabkan
mundurnya jadwal tes.
85
B. Saran
Dari hasil penelitian dan kesimpulan yang penulis jelaskan, terdapat saran
yang penulis ingin sampaikan sebagai berikut:
1. BKN sebagai panitia nasional sekaligus yang mengetuai dari penyeleggaraan
CPNS, untuk cepat tanggap dalam mengevaluasi dari kinerja mulai dari
aparatur sipil negara yang terlibat sampai sistem yang dipakai dalam
penerimaan CPNS, dalam hal ini CAT. Sehingga benar-benar sempurna dan
bersih dari adanya tindakan KKN.
2. BKN sebagai penyelenggara penerimaan CPNS, perlunya penambahan
perangkat komputer dan menambah ruangan tes untuk digunakan dalam
seleksi CPNS, guna lebih cepat lagi dalam proses penerimaan CPNS.
3. Setelah dilakukan penelitian ini, perlunya penelitian lanjutan yang bertujuan
dalam dunia akademik supaya lebih komprehensif tentang kebijakan CAT.
86
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abidin, Said Zainal. Kebijakan Publik, Jakarta: Salemba Humatika, 2012.
Dwiyanto, Agus. Reformasi Birokrasi di Publik Indonesia, Yogyakarta: Pusat Studi
Kebijakan dan Kependudukan UGM, 2002.
Horrison, Lisa. Metodologi Penelitian Politik, Jakarta: Kencana, 2007.
Mardiasmo, Perwujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui Akuntansi Sektor
Publik: Suatu Sarana Good Governance, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada,
2003.
Nasution, S. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito, 2003.
Nur, Abdul Rahman. Algemene Beginselen Van Behoorlijk Bestur: Konsepsi Negara Welfare
State dalam Menata Kota Palopo, T.Tp: Guepedia, 2018.
Pahlevi, Rizal. Analiis Efektifitas Proses Rekrutmen dan Seleksi dalam Memenuhi Kebutuhan
Sumber Daya Manusia, Jakarta : Pt. Teknologi Riset Global Investama, 2013.
Parsons, Wayne. Public Policy Pengantar Teori dan praktik Analisis Kebijakan, Jakarta:
Kencana, 2001.
R. Wrihatnolo, Randi dan Riant Nugroho Dwidjowijoto, Manajemen Pemberdayaan. Jakarta:
Elekmedia Komputindo, 2007.
Rahman Nur, Abdul. Algemene Beginselen Van Behoorlijk Bestur: Konsepsi Negara Welfare
State dalam Menata Kota Palopo. T.Tp: Guepedia, 2018.
Randi R, Wrihatnolo, dan Riant Nugroho Dwidjowijoto. Manajemen Pemberdayaan, Jakarta:
Elekmedia Komputindo, 2007.
S. Sabarguna, Boy. Analisis Data Pada Penelitian Kualitatif, Jakarta: UI-Press, 2008.
Salam, Syamsir, dan Jaenal Aripin. Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: UIN Jakarta Press,
2006
87
Salim, Agus. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006.
Setiawan, Guntur Setiawan. Implementasi dalam Birokrasi Pembnagunan, Jakarta: Balai
Pustaka, 2004.
Usman, Nurdin. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, Jakarta: Grasindo, 2002.
Jurnal
I Ketut Buana dan Made Gede Wirakusuma, “Pengaruh Penggunaan Sistem Computer
Assisted Test pada Efisiensi Biaya dan Akuntabilitas Publikasian Hasil, (Studi pada
Tes Seleksi Penerimaan CPNS di Kabupaten Jembrana dan Karangasem Tahun
2014)”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana, (2015), hal, 798, Jurnal
(online) diakses melalui https://media.neliti.com/media/publications/44787-ID-
pengaruh-penggunaan-sistem-computer-assisted-test-pada-efisiensi-biaya-dan-
akunt.pdf, pada 20 Januari 2019, pukul 5:46 WIB.
Reza Yasin, “Implementasi Kebijakan Pemerintah dalam Rekrutmen dengan Sistem
Computer Assisted Test”, Jurnal Ilmu Administrasi Negara, (Volume 13, No. 2,
Januari 2015), hal, 149, Jurnal (online), diakses melalui
file:///C:/Users/Acer/Downloads/3515-6955-1-SM%20(1).pdf, pada 21 Januari 2019,
pukul 20:11 WIB.
Febrina Wulandari, “Implementasi Metode Computer Assisted Test (CAT) dalam Rekrutmen
Calon Pegawai Negeri Sipil di Kantor Regional II Badan Kepegawaian Negara
Surabaya”, Jurnal Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya, (Surabaya: Universitas
Negeri Surabaya, 2014), hal, 2, diakses melalui
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/publika/article/viewFile/8923/8920,
pada 22 Januari 2019, pukul 11:19 WIB.
Juanda Nawawi, “Membangun Kepercayaan dalam Mewujudkan Good Governance”, Jurnal
Ilmiah Ilmu Pemerintahan, (Volume, 1, N0. 3, Juni 2012), hal, 19, Jurnal (online),
diakses melalui
88
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/2255/Jurnal-
02.pdf?sequence=3, pada 30 Januari 2019, pukul 09:27 WIB.
Syafi’i, “Model Kepemimpinan Dalam Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Di Kabupaten
Jember”, Jurnal Administrasi Publik, Volume 10, No. 2, Desember 2012.
Topo Ashari, Edy, “Pengelolaan SDM Aparatur, Prasyarat Tata Kelola Birokrasi yang Baik”
Jurnal Borneo, Tahun 2010.
Wardana dan Geovani Meiwanda, “Reformasi Birokrasi Menuju Indonesia Baru, Bersih dan
Bermartabat”, Jurnal Pemerintahan, Politik dan Birokrasi, Volume 3, No. 1, April
2017.
KARYA ILMIYAH
Suci Lestari, “Penerapan Sistem Computer Assisted Test (CAT) dalam Proses Seleksi Calon
Pegawai Negeri Sipil dari Pelamar Umum di Badan Kepegawaian Negara Tahun
2013”, Skripsi, (Serang: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, 2014), hal, 21, diakses
melalui http://repository.fisip-untirta.ac.id/639/1/PDF%20.pdf, pada 21 Januari 2019,
pukul 21:00 WIB.
Putri Cipta Sasmi, “Analisis Pelaksanaan Pengadaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS)
Menggunakan Sistem Computer Assisted Test (CAT) Tahun 2014 di Kota Metro”,
Skripsi, (Lampung: Universitas Lampung, 2018), hal, 5, diakses melalui
http://digilib.unila.ac.id/31975/8/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASA
N.pdf, pada 22 Januari 2019, pukul 12:27 WIB.
Dunnette, M.D. dan Hough, L.M. eds, Handbook of Industrial and Organizational
Psychology: Vol. 2, (Mumbai: Jaico Publishing House, 1998), hal, 401. Diakses
melalui
https://www.kompasiana.com/blankstate/%2054f4106e7455137f2b6c8651/teori-dan-
proses-rekrutmen, pada 6 Maret 2019, pukul 09:58 WIB
89
DOKUMEN ELEKTRONIK
Kedeputian Bidang Pengawasan dan pengendalian BKN, dalam UU No 5 Tahun 2014
tentang ASN di Pasal 49 atas Kewenangan BKN, DAN Pasal 315 PERKA BKN No
19 Tahun 2014. https://slideplayer.info/slide/11951331/, Pada 31 Oktober 2018,
pukul 10:00.
Data tersebut diakses dari Lampiran Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 16
Tahun 2016, tentang Road Map Reformasi Birokrasi, Badan Kepegawaian Negara
2015-2019, Pegawai BKN berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Jenis
Kelamin.http://www.bkn.go.id/wp-content/uploads/2016/08/SALINAN-Lampiran-
Road-Map-RB-BKN-2015-2019-25-juli-2016.pdf, Pada 31 Oktober 2018, Pukul
09:36 WIB.
Peraturan Kepala BKN (PERKA) BKN nomor 8 tahun 2018, Prosedur Penyelenggaraan
Seleksi dengan Metode computer assisted test Badan Kepegawaian Negara, diakses
melalui http://www.bkn.go.id/wp-content/uploads/2018/05/PERATURAN-BKN-
NOMOR-8-TAHUN-2018-PROSEDUR-PENYELENGGARAAN-SELEKSI-
DENGAN-METODE-CAT-BKN.pdf , pada 10 Januari 2019, pukul 08:13 WIB
Peraturan Kementerian PAN dan RB Nomor 24 tahun 2013 tentang kebijakan tambahan
alokasi formasi dan pengadaan calon pegawai negeri sipil tahun 2013, diakses
melalui https://jdih.menpan.go.id/data_puu/24%20TH%202013.pdf, pada 10 Januari
2019, pukul 13:24 WIB.
Peraturan Presiden Republik Indonesia No 81 Tahun 2010, diakses melalui
httpwww.kemenkumham.go.idattachmentsarticle175perpres81_2010.pdf, pada 29
Januari 2019, pukul 10:21 WIB
Dari Buku CAT BKN untuk Indonesia, Badan Kepegawaian Negara, hal, 62. diakses melalui
http://www.bkn.go.id/wp-content/uploads/2014/05/zppd_Buku_CAT-BKN.pdf, pada
10 Januari 2019, pukul 10:00 WIB.
90
WAWANCARA
Gatra Suryaditama, (Analis kepegawaian pelaksana, Unit Sub Bagian Perencanaan dan
Penempatan Pegawai) pada 11 Maret 2019, di kantor Badan Kepegawaian Negara.
Anjar Dwi Antara S.I.P., M.A. (Kasubid Sertifikasi dan Pelaporan Seleksi pada Pusat
Pengembangan Sistem Rekrutmen (PPSR) ASN), pada 23 Mei 2019, di kantor
Badan Kepegawaian Negara