keberagaman dan kebersamaan ( studi sosiologi...

29
1 KEBERAGAMAN DAN KEBERSAMAAN ( STUDI SOSIOLOGI MENGENAI HARMONISASI INTERAKSI PENGHUNI INDEKOSAN MERAH PUTIH SALATIGA DALAM KONDISI KEBERAGAMAN BUDAYA) OLEH : HAMISAR ALEX PARNINGOTAN SIAHAAN 352012010 JURNAL Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi Program Studi Sosiologi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA 2017

Upload: phungdien

Post on 16-Mar-2019

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

KEBERAGAMAN DAN KEBERSAMAAN

( STUDI SOSIOLOGI MENGENAI HARMONISASI

INTERAKSI PENGHUNI INDEKOSAN MERAH PUTIH

SALATIGA DALAM KONDISI KEBERAGAMAN

BUDAYA)

OLEH :

HAMISAR ALEX PARNINGOTAN SIAHAAN

352012010

JURNAL

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi

Program Studi Sosiologi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

2017

LEMBAR PENGESA

SIAHAAN

N

Nim : 352012010

Program Studi : SOSIOLOGI

2

KEBERAGAMAN DAN KEBERSAMAAN

( STUDI SOSIOLOGI MENGENAI HARMONISASI INTERAKSI

PENGHUNI INDEKOSAN MERAH PUTIH SALATIGA DALAM

KONDISI KEBERAGAMAN BUDAYA)

Oleh: Hamisar Alex Parningotan Siahaan1

Dr. Pamerdi Giri Wiloso2

Elly Esra Kudubun, S.Sos,M.Si3

[email protected]

Abstrak

Man is a social being so that man needs other people in

his association. In this study that the Red and White indecosan

became a place of residence that brought together various

cultures. As a resident of the Red and White indecoses there is a

cooperation that is built in the indekosan. In order to find a

meaning in association of indigenous Red and White residents,

this research uses qualitative research methods. As the basis of

the assumptions of researchers using the theory of symbolic

interactionism Mead's work. Researchers use qualitative methods

and observations to see the relationship between theories of

symbolic interaction in the association of the residents of the Red

and White inducoses. The results found in this study are:

1. Child indekosan is a form of life in practice in the community

who use the rental room as a residence that lives in the midst of

society. 2. In life as a child indekosan certainly formed a

relationship or even the relationship between the owner of the

indekosan as a host with the children indekosan.3. Those who

live as children of indekosan certainly have a perception of each

child indekosan against other ethnicity who are also located in the

Red and White indecosan.4. But behind that their association

within the fabric formed a harmonization in the form of

cooperation

Keywords: Children Indekosan, Interaction, Perception, and

Harmonization.

1 Mahasiswa angkatan 2012 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi

Program Studi Sosiologi 2 Dosen Fiskom UKSW

3 Dosen Fiskom UKSW

3

1. Latar Belakang

Dalam Pengamatan peneliti Kota Salatiga merupakan

suatu kota yang berada diantara Semarang dan Solo sehingga

Kota tersebut menjadi jalur persinggahan. Di Kota Salatiga

terdapat berbagai macam etnis yang tinggal di Kota Salatiga hal

ini sangat dipengaruhi oleh kampus UKSW yang berada di kota

tersebut. Sebagai sebuah lembaga pendidikan swasta kampus ini

menghadirkan suatu citra pluralis yang terlihat di kota Salatiga

adalah beragam secara etnis sehingga kota ini mendapatkan

julukan sebagai Indonesia mini. Indekosan Merah Putih

merupakan bangunan yang dibangun oleh pemilik indekos untuk

disewakan kepada orang-orang yang tidak memiliki tempat

tinggal yang tetap di Salatiga. Akan tetapi pemilik indekos

tersebut tidak tinggal di daerah Salatiga atau berada dekat dengan

indekosan Merah Putih, tempat tinggal pemilik indekosan Merah

Putih berada di daerah Suruh Kab. Semarang..

Tindakan kolektif penghuni indekos Merah Putih dalam

menyelesaikan masalah. Misalnya, pembayaran listrik, air,

internet, dan sampah dikelola secara bersama-sama oleh seluruh

penghuni indekos Merah Putih melalui suatu pembagian tugas

yang telah dimusyawarahkan bersama-sama. Adapun suatu

kendala setiap kali ketika membayar internet dikarenakan

penghuni yang belum ada kiriman seluruh penghuni secara

serentak patungan untuk menutupi kekurangan tersebut.

4

Kerangka Pikir Penelitian

Keberagaman Etnis di

Salatiga

Interaksi Simbolik

Harmonisasi Interaksi

di Kos Merah Putih

Salatiga

Interaksi Antar Etnis

di Kos Merah Putih

Interaksi Antar Etnis

di Salatiga

Cara membangun

harmonisasi

5

Keragaman yang terjadi di indekos Merah Putih tidak lepas

dari kampus UKSW itu sendiri, dimana orang-orang yang datang

ke Salatiga untuk kuliah termasuk orang-orang yang berada di

luar pulau Jawa maupun dengan masyarakat Salatiga sendiri.

Sehingga dalam kondisi tersebut masyarakat di Salatiga akan

mengalami perjumpaan dengan orang di Luar Jawa baik itu di

kampus maupun di indekosan. Indekos Merah Putih adalah

indekosan yang berada di Salatiga, Jawa Tengah. Secara umum

bahwa penghuni Indekos Merah Putih dihuni oleh etnis yakni:

etnis Papua, Halmahera, Sulawesi, Jawa, dan Sumatera dimana

penghuni Indekos Merah Putih semuanya adalah Mahasiswa.

Kondisi Interaksi di indekos Merah Putih tersebut begitu

berdinamika dalam hal keseharian mereka hidup di mana mereka

melakukan suatu kerja sama dalam hidup dengan perbedaan

budaya walaupun dalam kondisi keseharian mereka sering di

jumpai bahwa ketegangan dengan sesama penghuni lain dari segi

persepsi mereka terhadap etnis lain, maupun tingkah laku sehari-

hari yang berbeda. Sehingga dalam pandangan interaksi simbolik

bahwa bahwa diri itu adalah sosial sehingga kerja sama maupun

persepsi adalah bentuk sosial dari diri itu sendiri, manusia sadar

akan orang lain dan mengartikan apa yang di maksudkan oleh

orang lain dalam penggunaan simbol sehari-hari. Ketika manusia

mau belajar memahami orang lain maka hal ini akan menjadi

suatu harmonisasi dalam kehidupan manusia tersebut yang hidup

dalam satu tempat tinggal maupun berbeda tempat tinggal.

6

2. Kajian Teori

Menurut teoritisi interaksi simbolik, kehidupan sosial

pada dasarnya adalah “ interaksi manusia dengan menggunakan

simbol-simbol”. Mereka tertarik pada cara manusia menggunakan

simbol-simbol yang merepresentasikan apa yang mereka

maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya, dan juga

pengaruh yang ditimbulkan penafsiran atas simbol-simbol ini

terhadap perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi sosial.

Secara ringkas, interaksionisme simbolik didasarkan premis-

premis berikut. Pertama, individu merespons suatu situasi

simbolik. Mereka merespons lingkungan, termasuk objek fisik

(benda) dan objek sosial (perilaku manusia) berdasarkan makna

yang dikandung komponen-komponen lingkungan tersebut bagi

mereka. Ketika mereka menghadapi suatu situasi, respon mereka

tidak bersifat mekanis, tidak pula ditentukan oleh faktor-faktor

eksternal; alih-alih, respons mereka bergantung pada bagaimana

mereka mendefinisikan situasi yang dihadapi dalam interaksi

sosial. Jadi, individulah yang di pandang aktif untuk menentukan

lingkungan mereka sendiri. Kedua, makna adalah produk

interaksi sosial,karena itu makna tidak melekat pada objek,

melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa. Negosiasi

itu dimungkinkan karena manusia mampu menamai segala

sesuatu, bukan hanya objek fisik, tindakan atau peristiwa (bahkan

7

tanpa kehadiran objek fisik, tindakan atau peristiwa itu), namun

juga gagasan yang abstrak. Akan tetapi, nama atau simbol yang

digunakan untuk menandai objek, tindakan, peristiwa atau

gagasan itu bersifat arbitrer (sembarang). Artinya, apa saja bisa

dijadikan simbol dan karena itu tidak ada hubungan logis antara

nama atau simbol dengan objek yang dirujuknya, meskipun kita

terkadang sulit untuk memisahkan kedua hal itu. Melalui

penggunaan simbol itulah manusia dapat berbagi pengalaman dan

pengetahuan tentang dunia.(Mulyana,2001:71-72).

Kemampuan manusia untuk berpikir dikembangkan sejak

dini dalam sosialisasi masa kanak-kanak dan diperbaiki selama

sosialisasi masa dewasa. Penganut Interaksionis simbolik

mempunyai pandangan yang berbeda mengenai proses sosialisasi

dari pandangan para sosiolog lainnya. Bagi para Interaksi

simbolik, para sosiolog konvensional kemungkinan besar melihat

sosialisasi hanaya sebagai proses melalui mana orang

mempelajari hal-hal yang mereka butuhkan agar dapat bertahan

hidup di masyarakat (atau, misalnya, kebudayaan, pengharapan-

pengharapan peran). Bagi para interaksionis simbolik, sosialisasi

adalah proses yang lebih dinamis yang memungkinkan orang

mengembangkan kemampuan untuk berpikir, untuk berkembang

di dalam cara-cara yang khas manusia.(Ritzer, 2012:627).

Berpikir dan Interaksi merupakan proses dialektika dalam diri

manusia antara kecerdasan pikiran manusia dan juga pengalaman

bergaul manusia dengan manusia lain atau bahkan objek lain.

8

Sehingga hubungan timbal balik tersebut menjadikannya fleksibel

dan hidup manusia itu sendiri. Kebenaran bisa ada di antara

keduanya, Iblis bisa menjadi benar untuk memperkuat otoritas

Tuhan tanpa itu hidup manusia hanya begitu saja dan begitupun

sebaliknya Tuhan bisa menjadi benar ketika adanya iblis. Hal ini

menjadikannya keduanya akan saling berjalan bersamaan di

dalam proses itu sendiri. Manusia ketika dilahirkan bisa di

prediksi bahwa manusia akan bertumbuh sampai dewasa akan

tetapi dinamika yang terjadi pada dirinya sejak lahir maupun

sampai dia dewasa dan berinteraksi dengan orang lain terlalu sulit

untuk diprediksi.

Bagi Cooley dan Mead, diri muncul karena komunikasi. Tanpa

bahasa diri tidak akan berkembang. Manusia unik karena mereka

memiliki kemampuan memanipulasi simbol-simbol berdasarkan

kesadaran. Mead menekankan penting nya komunikasi,

khususnya melalui mekanisme isyarat vokal (bahasa), meskipun

teorinya bersifat umum. Isyarat vokallah yang potensial menjadi

seperangkat simbol yang membentuk bahasa. (Mulyana, 2001:77-

78). Penghuni indekos Merah Putih berinteraksi antara satu

dengan yang lainnya dikarenakan simbol dan komunikasi itu

sendiri. Hal ini muncul pada saat ada suatu rangkaian hubungan

yang melibatkan orang per orang. Penghuni baru cenderung

berusaha memahami bagaimana orang-orang di dalam indekos

Merah Putih dan begitupun penghuni lama memperlakukan

penghuni baru mereka akan saling melihat bagaimana tiap orang

9

menempatkan diri di dalam kos tersebut. Komunikasi dan simbol

penting dikarenakan tiap orang memiliki cara yang berbeda-beda

dalam mengartikan setiap makna, untuk itu penting nya hubungan

itu untuk saling memberikan masukan dan solusi.

Disini bermanfaatlah menggunakan pembedaan yang

dilakukan Mead di antara perilaku terang-terangan dan perilaku

tersembunyi. Perilaku tersembunyi adalah proses berpikir, yang

melibatkan simbol-simbol dan makna-makna. Perilaku terang-

terangan adalah perilaku aktual yang dilakukan oleh seorang

aktor. Suatu perilaku terang-terangan tidak meliputi perilaku

tersembunyi (perilaku kebiasaan atau respons tanpa pertimbangan

terhadap stimuli eksternal). (Ritzer,2012:631-632).

Tindakan terang-terangan maupun tindakan tersembunyi

dimana kedua tindakan tersebut ketika dalam interaksi manusia

hal ini tidak mungkin bisa di pisahkan. Tindakan dalam interaksi

manusia menjadikannya sebagai sesuatu yang subjektif ketika

mendapatkan suatu pengaruh objektif di luar diri individu

tersebut ketika berinteraksi di dalam masyarakat. Di dalam

masyarakatpun memiliki kompleksitas tersendiri di luar dari

tindakan tersembunyi tersebut. Mereka bisa saja menjadi rasional

pada kondisi tertentu dan bisa juga menjadi irasional pada kondisi

tertentu semuanya sangat tergantung pada pemaknaan yang di

berikan manusia kepada objek di luar dirinya selama berinteraksi.

Keragaman memiliki suatu batasan untuk mencapai suatu

kesepakatan umum mengenai batasan sampai dimana setiap

10

individu harus berperilaku. Masyarakat menjadi suatu bentuk

timbal balik diantara keduanya dimana individu adalah bagian

dari masyarakat dan masyarakat adalah bagian dari individu. Hal

ini rangakaian yang berkelanjutan di dalam kehidupan manusia.

Dalam kesinambungannya bahwa harmonisasi menjadi suatu

harapan bagi manusia yang ada di dunia ini sehingga belajar

untuk mau memahami orang lain dalam satu lingkungan menjadi

suatu yang perlu di jaga.

3. Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan adalah konstruktivisme.

Paradigma ini hampir merupakan antitesis terhadap paham yang

menempatkan pentingnya pengamatan dan objektivitas dalam

menemukan suatu realitas atas ilmu pengetahuan. Secara tegas

paham ini menyatakan bahwa positivisme dan post-positivisme

keliru dalam mengungkap realitas dunia, dan harus di tinggalkan

dan di gantikan oleh paham yang bersifat konstruktif.

(Salim,2006:71-72. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kualitatif. Penelitian kualitatif bermaksud memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian

misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara

holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah.(Moleong.1989:6).

11

Jenis peilitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah

jenis penelitian deskriptif, yang mana jenis penilitian deskriptif

ini bertujuan untuk menggambarkan keadaan yang berlaku saat

ini. yang saat ini berlaku, didalamnya terdapat upaya

mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterprestasikan

kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Dengan kata

lain penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasi-

informasi mengenai keadaan saat ini, dan melihat kaitan-kaitan

antara variabel-variabel yang ada. (Mardalis, 2010: 26).

Satuan Analisis (unit of analisis) ialah aras agregasi dari

data yang dikumpulkan untuk dianalisis dalam rangka menjawab

persoalan penelitian. Sedangkan satuan pengamatan (unit of

observation) ialah sesuatu yang dijadikan sumber untuk

memperoleh data dalam rangka menggambarkan atau

menjelaskan tentang satuan analisis. Sesuatu yang dapat dijadikan

sumber itu dapat orang, tempat atau organisasi (Ihalauw 2004 :

178).

Berdasarkan pada pemahaman di atas, satuan analisis

dalam penelitian ini adalah cara membangun harmonisasi

interaksi dalam keragaman budaya yang berada di indekos Merah

Putih Salatiga. Sedangkan yang menjadi satuan pengamatan

penelitian adalah penghuni indekos Merah Putih di Salatiga.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data

primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh

langsung dari sumber melalui wawancara dengan pihak-pihak

12

terkait dan observasi. Dalam hal ini data dikumpulkan melalui

informan kunci yakni orang-orang yang menghuni indekos Merah

Putih untuk membantu penelitian yang telah disusun. Sedangkan

data sekunder adalah data yang sudah diolah dalam hal ini data

tersebut diperoleh dari situs resmi pemerintah di Kota salatiga

melalui Internet mengenai kondisi geografis kota salatiga

berkaitan dengan masalah dalam penelitian ini.

Pada tahap analisis data peneliti mencari kejelasan makna

jawaban wawancara, kesesuaian antara jawaban yang satu dengan

jawaban yang lain, relevansi jawaban dan keseragaman

kesesuaian data. Editing ini akan di lakukan pada setiap data yang

di peroleh. Setelah proses editing di lakukan, makadi lanjutkan

dengan proses coding mengklasifikasi jawaban responden

menurut macamnya. Setelah data di kumpulkan, maka di

lanjutkan dengan ke langkah selajutnya yaitu analisis data dan

penarikan kesimpulan. Langkah selanjutnya adalah penyajian

data.

4. Hasil Penelitian

4.1. Salatiga sebagai Indonesia Mini

Salatiga adalah nama sebuah kota kecil yang berada

diantara jalan raya utama Semarang–Solo. Kota kecil yang

13

berhawa sejuk yang dulu konon menjadi tempat peristirahatan

bangsa belanda untuk bersantai sejenak. Namun dibalik sebuah

kota yang kecil, ternyata salatiga di juluki Indonesia mini. Ini

disebabkan karena di sana banyak warga pendatang dari daerah

lain yang beragam. Kebanyakan mereka datang ke salatiga untuk

menuntut ilmu di sebuah universitas swasta di Salatiga yaitu

UKSW (Universitas Kristen Satya Wacana). Di Salatiga setiap

tahun selalu di adakan karnaval budaya oleh pemerintah daerah

maupun acara penutupan penerimaan mahasiswa baru di UKSW.

Kegiatan ini dilakukan setiap tahun bermaksud memberi hiburan

dan nilai pengetahuan masyarakat akan beragamnya kebudayaan

yang dimilki bangsa Indonesia dan spesifiknya yang ada di

Salatiga, itu dapat menggambarkan secara sekilas budaya yang

ada di Indonesia.(hipwee,2016).

Salatiga menjadi kota indonesia mini berdasarkan dari

paparan di atas bahwa kampus menjadi salah satu pendukung

keberagaman tersebut dimana kampus mengupayakapan suatu

citra pluralis. Sehingga hal ini menjalar sampai ke tempat hunian

yaitu indekosan dimana dapat kita jumpai kehidupan di indekosan

sangat heterogen, interaksi yang dilakukan secara multikultural.

Dalam kondisi seperti ini individu akan menerima tantangan

dalam suatu lingkungan untuk memberikan suatu toleransi dan

hidup bersama dengan orang-orang yang berada dari luar etnis

mereka masing-masing.

14

Dari paparan ini bahwa UKSW menjadi sebuah lembaga

memberikan suatu nilai dalam masyarakat maupun mahasiswa

yang berada di dalam kampus UKSW sebagai suatu yang di cita-

citakan guna menghubungkan antara nilai-nilai dalam kekristenan

dalam praktek sehari-hari dalam masyarakat. Hubungan timbal

balik ini diusahakan oleh kampus UKSW dalam menjalarkannya

agar sampai keluar kampus yaitu dalam hal ini adalah

masyarakat. Nilai-nilai ini dipakai guna mewujudkan langkah

praksis sebagai eleman untuk menjawab tantangan global dalam

kehidupan manusia. Dengan adanya globalisasi membuat

masyarakat akan saling terhubung satu sama lain dan merasakan

apa yang dirasakan oleh orang lain dalam pergaulannya di

masyarakat.

4.2. Gambaran Indekosan / Pemondok di Kehidupan Anak

Indekosan di Salatiga

Indekosan yang berada di Salatiga di bagi berdasarkan

wilayah yakni indekosan gabungan antara pemilik dan penghuni

dalam satu indekos, indekosan yang terpisah antara pemilik dan

penghuni indekos, Asrama, dan juga variasi harga. Indekosan

berdasarkan wilayah dimana indekosan tersebut dilihat

berdasarkan kepadatan dalam suatu wilayah, Cemara 1

berbatasan dengan SMA N 1 Salatiga dan JL. Diponegoro. Turen

gang 1 berbatasan dengan Jl. Diponegoro dan SMA Theresiana.

15

Cemara 2 meliputi gang buntu berbatasan dengan Jl.

Pemandangan. Cemara 3 meliputi gang 3 berbatasan dengan Jl.

Pemandangan, dan JL. Ki penjawi. Cemara 4 berbatasan dengan

jalan cemara dan jl. Jambewangi. Kemiri Barat meliputi gang

salak dan gang rambutan. Kemiri 1 berbatasan dengan JL. Kemiri

Raya dan Kemiri II. Kemiri 2 meliputi gang Pala, Kemiri 3

berbatasan dengan JL. Kemiri Raya, dan Kemiri Candi. Cungkup

sari berbatasan dengan JL. Patimura, JL. Karang Taruna,

Sumopuro Lor dan Sumopuro Kidul. Sedangkan Margosari 2

berbatasan dengan SMK Farmasi Putra Bangsa. Margosari 3

meliputi JL. Monginsidi. Margosari meliputi JL. Salasar Kartini,

JL. Adi Sucipto, dan JL. Moh.Yamin, maraknya indekosan ini

terlihat di daerah sekitaran belakang kampus maupun depan

kampus bahkan hal ini dapat ditemukan pada situs online UKSW

bekerja sama dengan pihak indekosan.

Banyaknya indekosan yang ada di Salatiga tidak lepas

dari kampus UKSW dimana kampus sebagai lembaga pendidikan

swasta UKSW hadir dengan memberikan suatu pluralitas dalam

kampus itu sendiri sehingga UKSW dijuluki Indonesia Mini,

tidak heran jika memasuki kampus UKSW akan terlihat orang-

orang yang berasal dari ragam etnis akan hadir di UKSW bahkan

di luar kampus ini pun dapat kita jumpai hingga pada indekosan

yang ada di Salatiga. Indekosan yang berada di salatiga beredar

begitu banyak dalam hal ini bangunan yang berada di sekitaran

kampus dapat kita jumpai dimana bangunan tersebut di bangun

16

secara khusus untuk disewakan kepada orang lain yang berniat

untuk tinggal sebagai penghuni indekos. Selain itu juga bahwa

indekos pun dapat menjadi saran untuk mempertemukan orang-

orang yang berbeda budaya untuk hidup secara dekat dalam

aktifitas sehari di luar kampus. Hal ini memiliki konsekuensi

tersendiri. Bahwa hal ini dapat menjadi sarana untuk membangun

jaringan bagi seorang individu di dalam masyarakat dan

membiasakan diri dalam kehidupan masyarakat yang beragam.

Sedangkan yang lainnya hal ini bisa saja membuat individualisme

pada diri individu karena kamar yang disewa adalah milik

masing-masing orang dari uang masing-masing orang, sekalipun

demikian bahwa keduanya memiliki nilai dan konsekuensi yang

berbeda jika di hadapkan dalam suatu konflik. Hal tersebut dapat

di jumpai di dalam masyarakat sehingga dengan proses belajar di

dalam interaksi manusia tersebut khususnya indekosan di

harapkan hal tersebut bisa menjadi perubahan di dalam

masyarakat. Berikut ini adalah wawancara dengan Oskar

mengenai aktifitas mereka di tempat hunian yang disewakan:4

Baca buku, online, ngobrol dengan teman kalo tidak di

Kos saya juga ikut organisasi kampus di LK, GMKI, dan

juga Himpar. saya senang juga menggunkan teknologi

karena saya juga menggunakan teknologi mau bagaimana

lagi tapi kalo kayak orang tua dulu mereka tanpa internet

4 Wawancara 6 juli 2017 21.45 WIB

17

hanya bakar kayu lalu kasih menyala api mereka sudah

senang tapi kalo saat ini sudah jarang bahkan susah di

cari. kalo menurut saya penting karena dengan pendidikan

bisa membentuk manusia juga apalagi kayak di Papua ini

pendidikan masih tertinggal dibandingkan dengan Jawa

makanya waktu saya balik kekampung saya ajar anak-

anak di kampung membaca, menulis, dan lain sebagainya.

Dulu waktu di asrama kartini saya sering tanam rica,

tomat lalu ada teman minta saya kasih begitu saja kalo

mereka mau ambil saya persilahkan saja.

4.3. Profil Indekos Merah Putih

Pemilik indekosan Merah Putih yang pertama mendirikan

bangunan tersebut untuk dijadikan sebuah indekosan, namun

setalah itu indekosan tersebut dijual kepada pihak lain. Indekos

Merah Putih dihuni oleh beragam etnis ada yang berasal dari etnis

Papua, Halmahera, Makassar, Jawa, Lampung, dan Batak. Untuk

lebih jelas berikut ini adalah wawancara peneliti dengan warga

sekitaran kos yang bernama Mas Adit:

Kos ini ada sejak saya masih kecil itu dulunya orang

Kupang semua,Yang nempati laki-laki, setelah itu ganti

18

lagi kos putri kupang juga Semuanya, ganti lagi laki-laki

kupang juga, dan terakhir campur Setelah dijual, yang

saya lihat dulunya dari depan jalan sini banyakan Kupang,

kata bapakku kos nya dijual pada waktu itu lagi butuh

uang, Pemiliknya datang ke rumahku ngomong sama

keluargaku mau dijual Minta bantu carikan yang mau beli

nanti dibayar persenan kalo laku.5

Sedangkan untuk motif terhadap nama yang dibuat oleh

pemilik indekos yang baru dimana peneliti baru mendapatkan

informasi dari pemilik indekosan melalui chat di akun whatsApp,

berikut ini adalah jawaban dari pemilik indekosan tersebut:

Sebenarnya memberi nama Merah Putih ya awalnya asal

aja sih intinya Kost itu untuk semua kalangan yang

berwarga negara Indonesia di bawah bendera Merah

Putih.

4.4. Bentuk-bentuk Harmonisasi Dalam Keanekaragaman

Pada bagian ini akan di bahas mengenai suatu bentuk

harmoniasi dalam interaksi penghuni Indekosan Merah Putih

dalam interaksi mereka sehari-hari. Ritzer menawarkan

5 5 Wawancara dengan Mas Adit 7 Mei 2017 di Cemara 2

19

glokalisasi yang menekankan integrasi antara global dan lokal.

Percampuran yang menekankan gabungan dari global dan lokal,

sebagai penentangan terhadap penyeragaman dengan grobalisasi.

(Ritzer,2006: 97&104).

Menyadari kehadiran orang lain di luar diri mereka

masing-masing. Manusia tidak hidup sendiri sehingga manusia

harus bekerja sama. Manusia harus mempertimbangkan mengenai

orang lain karena ketika manusia berada dalam masyarakat maka

disitu adalah ruang dimana manusia akan bertemu dengan

manusia lain.

4.4.1. Lagu Sebagai Bentuk Interaksi Simbolik

Penghuni Indekosan Merah Putih menciptakan sebuah

lagu sebagai suatu bentuk interaksi mereka di dalam indekosan

Merah Putih. Interaksi yang terjadi di antara penghuni indekosan

tersebut bentuknya kerjasama yang positif. Selain lagu bisa

menjadi suatu ungkapan perasaan bahwa lagu ini

menggambarkan suatu kondisi interaksi penghuni indekosan

didalamnya. Didalam suatu interaksi dengan manusia yang lain

baik di indekosan maupun masyarakat bahwa individu tidak

hanya bergaul dengan sesuatu yang menguntungkan saja akan

tetapi individu juga memiliki rasa peduli dan mengingat kebaikan

dari orang lain sebagai mitra interaksinya. Kehidupan dalam

indekosan Merah Putih menghadirkan suatu ciri khas harmoni

yang terbentuk melalui suatu aksi kerja sama terhadap penghuni

20

yang lain sekaligus penghuni indekosan tersebut memberikan

suatu sinyal bahwa mereka menghargai yang namanya

pengalaman didalam interaksi tersebut karena hal tersebut

tergambarkan melalui interaksi didalam indekosan tersebut

melalui orang-perorangan yang digambarkan melalui lirik sebuah

lagu. Hal ini dapat dilihat dari gotong-royong, hubungan

ketetanggaan antar kamar dan saling menghormati kebiasaan

penghuni lain. Interaksi yang bersifat negatif pertentangan atau

konflik hanya sebatas hampir dan tidak sampai mengakibatkan

aksi-aksi anarkis didalam indekosan tersebut. Mereka sudah

melakukan pembauran dengan penghuni lain didalam indekosan

tersebut dimana tiap individu tersebut dapat memasuki kamar

penghuni lain ketika mereka bergaul satu sama lain. Mereka

sama-sama pendatang yang mana mereka tidak tinggal bersama

orang tua mereka di kota Salatiga baik itu penghuni indekosan

yang berasal dari luar Jawa maupun luar Salatiga. Mereka

mempunyai rasa persaudaraan dan saling menghargai, rasa

kebersamaan sehingga terjadi integrasi sosial di dalam Indekosan

Merah Putih. Perdamaian antar etnis yang beragam yang tinggal

dalam satu tempat tinggal guna menambah teman dan juga

wawasan baru. Hidup sebagai anak indekos kondisi ekonomi tiap

orang beragam sehingga aksi-aksi gotong royong selalu

dilakukan didalam indekosan Merah Putih. Lagu ini pernah di

nyanyikan bersama oleh penghuni indekosan Merah Putih dan di

upload akun media sosial dan juga lagu ini sering dinyanyikan

21

oleh penghuni indekosan Merah Putih di indekosan. Lirik lagu

tersebut berbunyi demikian Dari sabang sampai Merauke

merantau di Pulau Jawa beda Pulau suku dan budaya tapi tinggal

sama-sama ada yang dari Papua, ada yang dari Tobelo, ada yang

dari NTT, ada yang dari Toraja, ada juga yang dari Sumatera

bersatu di Merah Putih Reff: disinilah kami berkumpul di kos-

kosan merah putih kadang makan sama-sama lebih sering lapar

sama-sama. Berikut ini adalah wawancara dengan Sony,

Andre,Teo, dan Yesaya sebagai pencipta lagu dan juga tanggapan

dari penghuni lain mengenai lagu tersebut. Mengapa kalian

menciptakan lagu tentang kos Merah Putih? Dan Bagaimana

tanggapan kalian mengenai lagu yang diciptakan di kos Merah

Putih? 6 Karena kita semua anak rantau om sekaligus supaya kita

saling baku ingat terus. Supaya kita bisa hidup bersama kan kita

di kos ini nasibnya sama sering kehabisan uang dan juga supaya

kita kalo sudah tidak di kos sini lagi tidak lupa masih saling

ingat.7Lagunya bagus dengan adanya lagu ini maka menampilkan

kebersamaan karena yang ada di Indekos Ini dari Sabang sampai

Merauke karena disini tidak hanya orang Papua saja atau Jawa

saja tapi banyak. Karena di kos ini banyak etnis ada Jawa, Papua,

Batak, Sulawesi, Halmahera jadi kita disini tinggal sama-sama

supaya kita bisa baku ingat terus kalo sudah lulus.

6 19 Juli 2017 20.30 WIB di Kos Merah Putih

7 26 Mei 2017 4.43 WIB di Kos Merah Putih

22

4.4.2. Pembayaran Listrik, Internet, Sampah sebagai Pranata

Harmonisasi

Interaksi penghuni indekos Merah Putih ketika mereka

memikirkan orang lain dengan suatu kondisi perbedaan etnis

sehingga suatu tuntutan kerja sama diantara mereka membuat

mereka keluar dan mengartikan kondisi lingkungan maupun

orang lain. Individu tidak diam ketika mereka berinteraksi dengan

orang lain mereka akan saling mengartikan apa yang dirasakan

maupun apa yang dilakukan oleh orang lain. Kerja sama dalam

hal ekonomi membuat mereka mempelejari cara membawa diri

dalam pergaulan sebagai anak indekos. Berikut ini adalah

wawancara dengan beberapa penghuni Indekosan, Abraham dan

Nael:8

Pembagian tugas anak-anak kos ada yang bayar sampah,

listrik, internert lalu ketuk pintu-pintu kamar untuk

ingatkan teman-teman yang lain. Bantu ditutupi dulu kita

juga pasti perlu internet, listrik,air, dan sampah, di bantu

nanti pelan-pelan baru dia ganti karena sy juga perlu

internet Karena kalo mau bikin tugas, air untuk mandi ,

dan sampah Karena nanti juga pasti dia akan ganti, saya

terkadang bantu teman-teman yang kesulitan bayar kalo

pas ada uang lebih di saya. Kita disini iuran. kalo saya

8 14 Maret 2017 11.46 WIB di Kos Merah Putih

12 Maret 2017 16.25 WIB di Kos Merah Putih

23

sendiri dia tidak punya uang Karena apa dulu kalo emang

benar benar gak punya uang saya bantu pinjami dulu, saya

sering melakukan itu kepada teman kos disini Karena

uang nya dia cuman buat makan, waktu itu juga listrik

mati, saya gak tega dia bayar litrik tapi dia gak makan.

5. Kesimpulan

Penelitian ini yang pada akhirnya di tutup dengan sebuah

kesimpulan guna memberikan sebuah hasil penelitian. Pada

bagian ini akan di jelaskan secara singkat mengenai cara

penghuni indekosan Merah Putih membangun suatu harmonisasi

di dalam Indekosan tersebut.Penghuni Indekosan tersebut

membangun suatu bentuk harmonisasi dalam interaksi mereka

sehari-hari dengan cara toleransi dari kerja sama melalui orang

lain sebagai respon dari diri masing-masing individu yang berada

di Indekosan tersebut. Bahwa simbol lagu tersebut menjadi

simbol bahwa dalam suatu keragaman yang terjadi di dalam

indekosan Merah Putih mereka memiliki suatu perasaan bersama

mengenai kehadiran orang lain sebagai bentuk kerja sama

didalam indekosan Merah Putih.

24

Daftar Pustaka

Apandi, Andi. 2009. Pola Interaksi Sosial dan Dinamika Identitas

diri Pemondok. Skripsi. Fiskom UKSW,

Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Endang, Kusmaryani, Rosita. 2006, Jurnal: Psikologi Pendidikan

dan Bimbingan Universitas Negeri Yogyakarta,

Yogyakarta.

Henselim, James.M. 2006. Sosiologi dengan Pendekatan

Membumi, Jakarta: Penerbit Erlangga.

Ihalauw J.O.I. John. 2004. Bangaunan Teori. Salatiga: Ed 3

Melenium,

Kaplan, David, Manners, Robert.A. 1999. Teori Budaya,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Koentjaraningrat. 2007. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia,

Jakarta: Djambatan.

Lutfi Yondri. 2009, Jurnal: Nilai Luhur Dari Masyarakat

Megalitik: Dalam Tatanan Kepemimpinan,

Masyarakat, dan Solidaritas, Balai Pelestarian Sejarah

Dan Nilai Tradisional, Yogyakarta.

Mardalis.2010. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal,

Jakarta: Bumi Aksara.

Moleong J. Lexi. 1989. Metodologi Penilitian Kualitatif,

Bandung: PT Remaja Rusdakarya.

Mulyana, Deddy. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif,

Bandung: Remaja Rosdakarya.

25

Parekh, Bhikhu. 2008. Rethinking Multiculturalism:

Keberagaman Budaya dan Teori Politik,Yogyakarta:

Penerbit Kanisiius.

Raho, Bernard,SVD. 2007. Teori Sosiologi Modern,

Jakarta:Prestasi Pustakaraya.

Ritzer, George. 2006. The Globalization of Nothing:

Mengkonsumsi Kehampaan di Era Globalisasi,

Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi: Dari Sosiologi Klasik

Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ritzer, George. 2013. Eksplorasi dalam Teori Sosial: Dari

Metateori sampai Rasionalisasi,Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Salim, Agus. 2006. Teori & Paradigma Penelitian Sosial,

Yogyakarta: Penerbit Tiara Wacana.

Soekanto, Soerdjono & Sulistyowati, Budi. 2013. Sosiologi

Sebagai Suatu Pengantar, Jakarta:PT.RajaGrafindo

Persada.

Sugandhi, Yulia. 2002. Rekonstruksi Sosiologi Humanis Menuju

Praksis,Yogyakarta:Pustakapelajar.

Suyanto, Bagong, Amal, Khusna.M, Surbakti, Ramlan, Siahaan,

Hotman.M. 2010.

Anatomi dan Perkembangan Teori Sosial, Yogyakarta: Aditya

Media Publishing.

26

Titaley, John, A. 2012. Orientasi Mahasiswa Baru: Kebersamaan

Yang Kreatif Omb UKSW 2012

Ujan, Ata, Andre. Molan, Benyamin. Nugroho. Djoko, Warsito.&

Putranto, Hendar.2011.Multikulturalisme: Belajar Hidup

Bersama dalam Perbedaan, Jakarta:PT.Indeks.

Wrong, Dennis.H, Coser, Lewis.A. 2003. Max Weber: Sebuah

Khazanah, Yogyakarta: Ikon Teralitera.

Internet :

Konsep.Harmonisasi.(PribumiTionghoa).http://www.saripsutrisn

o.tk/2015/02/normal-0-false-false false-en-us-x-none.html Artikel

diakses pada 2 maret 2017

pukul 08:21 wib.

http://www.hipwee.com/narasi/salatiga-kota-indonesia-mini/

diakses pada 30

April 2017pukul 13.34 wib

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/05/07/kota-

tercantik-di-jawatengah-

adalah-salatiga di akses pada 14 mei 2017 13.13 wib.

http://blog.unnes.ac.id/darmawanbudipurnomo/sistem-

kekerabatan-dimasyarakat jawa/diakses pada 15 Mei

2017 15.36 wib.

https://www.makassarterkini.com/berita/372/sekilas-perbedaan-

suku-bugis-dan-suku-makassar diakses pada 15 Mei

2017 16.23 wib.