keanekaragaman jenis spons pada ekosistem lamun di ...repository.umrah.ac.id/234/1/oky fernando...

20
1 Keanekaragaman Jenis Spons Pada Ekosistem Lamun Di Perairan Desa Teluk Bakau Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan Oky Fernando Putra 1) , Arief Pratomo 2) , Ita Karlina 2) 1) Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, 2) Dosen Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH E-mail: 1) [email protected], ABSTRAK Penelitian mengenai keanekaragaman jenis spons telah dilakukan di perairan Desa Teluk Bakau Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui indeks keanekaragaman, tutupan dan frekuensi kemunculan spons yang terdapat pada habitat lamun di perairan Desa Teluk Bakau Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan. Penelitian ini dilakukan dengan metode perwakilan keberadaan vegetasi lamun secara visual sebanyak 5 titik menggunakan line transek 100 meter dan plot ukuran 1x1 meter. Hasil penelitian ditemukan 16 jenis spons yang terdiri dari 1 kelas, 10 ordo, 14 famili. Tutupan jenis tertinggi terdapat pada spons jenis Diacarnus levii sebesar 23%. Frekuensi kemunculan spons tertinggi didapat pada spons jenis D.levii, S.globostellata, dan C.faviformis yang masing-masing sebesar 40%. Secara umum indeks keanekaragaman spons di lokasi penelitian masuk dalam kategori sedang. Kata kunci : Desa Teluk Bakau, Frekuensi Kemunculan , Keanekaragaman, Spons

Upload: phamhanh

Post on 29-Apr-2019

271 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Keanekaragaman Jenis Spons Pada Ekosistem Lamun Di ...repository.umrah.ac.id/234/1/oky fernando putra.pdf · pesisir dan laut, terutama pada ekosistem terumbu karang dan padang lamun

1

Keanekaragaman Jenis Spons Pada Ekosistem Lamun Di Perairan Desa

Teluk Bakau Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan

Oky Fernando Putra1)

, Arief Pratomo2)

, Ita Karlina2)

1)Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH,

2)Dosen Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH

E-mail: 1)

[email protected],

ABSTRAK

Penelitian mengenai keanekaragaman jenis spons telah dilakukan di perairan Desa

Teluk Bakau Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui indeks keanekaragaman, tutupan dan

frekuensi kemunculan spons yang terdapat pada habitat lamun di perairan Desa

Teluk Bakau Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan. Penelitian ini

dilakukan dengan metode perwakilan keberadaan vegetasi lamun secara visual

sebanyak 5 titik menggunakan line transek 100 meter dan plot ukuran 1x1 meter.

Hasil penelitian ditemukan 16 jenis spons yang terdiri dari 1 kelas, 10 ordo, 14

famili. Tutupan jenis tertinggi terdapat pada spons jenis Diacarnus levii sebesar

23%. Frekuensi kemunculan spons tertinggi didapat pada spons jenis D.levii,

S.globostellata, dan C.faviformis yang masing-masing sebesar 40%. Secara umum

indeks keanekaragaman spons di lokasi penelitian masuk dalam kategori sedang.

Kata kunci : Desa Teluk Bakau, Frekuensi Kemunculan , Keanekaragaman,

Spons

Page 2: Keanekaragaman Jenis Spons Pada Ekosistem Lamun Di ...repository.umrah.ac.id/234/1/oky fernando putra.pdf · pesisir dan laut, terutama pada ekosistem terumbu karang dan padang lamun

2

PENDAHULUAN

Spons merupakan organisme laut invertebrata yang berasal dari filum

porifera. Spons termasuk sebagai salah satu hewan primitif hidup menetap dan

bersifat filter feeder, memompa air keluar dari tubuhnya dan menyaring partikel

sebagai bahan makanan (Hickman et al., 2002). Di dunia ada sekitar 10.000

spesies spons, di Indonesia diperkirakan sebanyak 850 - 1500 spesies (Hooper et

al., 2002).

Secara ekologi, spons merupakan salah satu biota penyusun ekosistem

pesisir dan laut, terutama pada ekosistem terumbu karang dan padang lamun baik

di perairan tropik maupun subtropik (Samawi et al., 2009). Keanekaragaman jenis

spons di suatu habitat umumnya ditentukan oleh kondisi perairan yang jernih dan

tidak memiliki arus kuat. Spons juga dapat ditemui pada setiap kondisi kedalaman

yang berbeda dengan tingkat kecerahan yang cukup untuk pertumbuhannya

(Haedar et al., 2016).

Keberadaan spons saat ini menjadi perhatian besar bagi para peneliti

karena kandungan senyawa bioaktifnya. Ekstrak metabolit spons dipercaya

mempunyai sifat sitotoksin, anti tumor, anti virus, anti inflamasi, anti fungi, anti

leukemia, dan penghambat aktivitas enzim. Spons juga memiliki manfaat yang

lain, yakni sebagai indikator biologi untuk pemantauan pencemaran laut, indikator

dalam interaksi komunitas, dan sebagai hewan bernilai ekonomis untuk hiasan

akuarium laut (Suparno, 2005).

Desa Teluk Bakau Kecamatan Gunung Kijang merupakan salah satu desa

di Kabupaten Bintan. Perairan Desa Teluk Bakau Kecamatan Gunung Kijang

Kabupaten Bintan merupakan wilayah konservasi lamun berdasarkan Keputusan

Page 3: Keanekaragaman Jenis Spons Pada Ekosistem Lamun Di ...repository.umrah.ac.id/234/1/oky fernando putra.pdf · pesisir dan laut, terutama pada ekosistem terumbu karang dan padang lamun

3

Bupati Kabupaten Bintan Nomor 267/VI/2010 tentang Penetapan Wilayah

Konservasi Padang Lamun Kabupaten Bintan. Luas ekosistem lamun di

Kabupaten Bintan ± 2,918.36 Ha dengan kondisi baik sekitar 58,01% (DKP

Kabupaten Bintan, 2011). Melihat potensi keberadaan sumber daya lamun yang

dimiliki, tentunya perairan Desa Teluk Bakau Kecamatan Gunung Kijang

Kabupaten Bintan juga menyimpan potensi keanekaragaman jenis biota spons.

Namun pada saat ini, informasi mengenai jenis spons di Perairan Desa Teluk

Bakau belum diketahui. Oleh karena itu, perlu dilakukannya kajian

keanekaragaman jenis spons di perairan tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks keanekaragaman,

tutupan, dan frekuensi kemunculan spons yang terdapat pada habitat lamun di

Perairan Desa Teluk Bakau Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan.

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai salah satu sumber informasi kepada

masyarakat, mahasiswa, dan khususnya pemerintah mengenai potensi jenis spons

di perairan Desa Teluk Bakau Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan.

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Teluk Bakau, Kecamatan Gunung

Kijang, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Lokasi terletak pada 5

stasiun pengamatan yang ditentukan berdasarkan perwakilan keberadaan vegetasi

lamun secara visual dengan melakukan survey lapangan untuk melihat langsung

lokasi yang cocok untuk ditempatkan titik stasiun dan menandai koordinat

Page 4: Keanekaragaman Jenis Spons Pada Ekosistem Lamun Di ...repository.umrah.ac.id/234/1/oky fernando putra.pdf · pesisir dan laut, terutama pada ekosistem terumbu karang dan padang lamun

4

menggunakan GPS (Global Positioning System). Peta lokasi penelitian

selengkapnya disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian dan titik stasiun

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu spons, alkohol 70%, es

untuk pengawetan sampel spons, dan natrium hypoklorit (NaClO) 5,25%

Alat yang digunakan untuk penelitian ini yaitu roll meter, transek kuadran

1x1 meter, tali rapiah, alat tulis (newtop/sabak, pensil), cutter, GPS (Global

Positioning system), gunting, plastik sampel, botol sampel, botol erlenmeyer,

gelas ukur, kertas label, kamera underwater, handrefraktometer, multitester,

snorkel, dan kalkulator.

Page 5: Keanekaragaman Jenis Spons Pada Ekosistem Lamun Di ...repository.umrah.ac.id/234/1/oky fernando putra.pdf · pesisir dan laut, terutama pada ekosistem terumbu karang dan padang lamun

5

Prosedur Penelitian

1. Pengamatan Spons di Habitat Lamun

Pengamatan jenis spons di vegetasi lamun menggunakan metode transek

garis. Panjang transek garis 100 meter yang diletakkan pada batas surut terendah

dan tegak lurus dengan garis pantai. Spons yang ditemukan didokumentasi dan

diamati morfologinya untuk kepentingan identifikasi.

2. Pengamatan Tutupan Jenis Spons

Untuk mengamati tutupan jenis spons pada masing-masing stasiun

digunakan transek kuadran dengan ukuran 1x1 meter yang diletakkan sepanjang

transek garis dengan interval 10 meter dimulai pada titik 0 meter (Suharsono,

1995). Jenis spons yang ditemukan pada setiap kuadran dicatat dan dihitung

persentase tutupannya.

3. Preparasi Pengambilan Sampel Spons

Spons yang ditemukan di habitat lamun difoto atau didokumentasi dan

diambil sebagian dengan cara memotong spons dengan menggunakan pisau

cutter. Sampel spons yang diambil dimasukkan ke dalam plastik sampel yang

berisi air laut dan diberi label nama masing-masing stasiun untuk kepentingan

identifikasi jenis spons dan pengamatan morfologi spons. Morfologi spons

diamati langsung pada habitat aslinya dan di laboratorium. Sampel spons yang

diambil, langsung diawetkan dengan menggunakan alkohol 70%. Setelah diberi

alkohol, sampel disimpan dalam kotak yang berisi es untuk mencegah kerusakkan

sampel spons sebelum dianalisis di laboratorium. Spons diidentifikasi dengan

melakukan pengamatan morfologi dan spikula spons.

4. Identifikasi Spons

Page 6: Keanekaragaman Jenis Spons Pada Ekosistem Lamun Di ...repository.umrah.ac.id/234/1/oky fernando putra.pdf · pesisir dan laut, terutama pada ekosistem terumbu karang dan padang lamun

6

Identifikasi spons dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis.

Identifikasi spons secara makroskopis yaitu dengan mengamati bentuk luar spons,

oskula, konsistensi (padat, lunak, keras), permukaan, bentuk pertumbuhan dan

warna, sedangkan identifikasi spons secara mikroskopis yaitu dengan mengamati

spikula dari spons. Spikula dari spons dapat dilihat dengan cara memotong spons

secara melintang dan membujur dilarutkan dengan natrium hypoklorit (NaOCl)

dalam tabung reaksi, setelah materi spons tersebut larut, bilas materi tersebut

dengan menggunakan aquadest. Ambil endapan dari larutan tersebut dan ditaruh

di atas preparat untuk pengujian di bawah mikroskop dengan perbesaran 4 x 10

(Hooper, 2000). Spikula tersebut diidentifikasi berdasarkan ukuran dan axis

(cabang).

Identifikasi lanjut jenis atau spesies spons mengacu pada buku sponges of

the new caledonian lagoon, porifera – demospongiae: demosponges underwater

field guide to ross island & mcmurdo sound antarctica, sponge Identification

guide NAFO Area, splendid sponges a guide to the sponges of new zealand, dan

sponges of the british isles (“sponge v”)

5. Pengukuran Kualitas Perairan

Pengambilan data kualitas perairan sebagai data pendukung penelitian.

Sampel air diambil di permukaan perairan pada setiap stasiun dengan

menggunakan botol sampel. Parameter fisika dan kimiawi yang diamati yaitu

suhu, salinitas, kecerahan, pH, DO. Pengukuran kualitas air dilakukan secara

insitu, yaitu pengukuran suhu, kecerahan, dan DO.

Pengolahan dan Analisis Data

Page 7: Keanekaragaman Jenis Spons Pada Ekosistem Lamun Di ...repository.umrah.ac.id/234/1/oky fernando putra.pdf · pesisir dan laut, terutama pada ekosistem terumbu karang dan padang lamun

7

1. Indeks Keanekaragaman (H’)

Tingkat keanekaragaman spons yang ada dalam stasiun pengamatan dapat

ditentukan dengan menggunakan rumus indeks keanekaragaman Shannon-Wiener

(Wibisono, 2005) yaitu :

H'= -∑ Pi ln Pi

Dimana :

H' = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener

Pi = Proporsi jenis ke – i (ni/N)

ni = Jumlah persentase jenis ke-i

N = Jumlah total persentase seluruh jenis

Kisaran Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dikategorikan atas nilai-

nilai sebagai berikut:

H’ > 3 = tinggi

1 < H’ < 3,0 = sedang

H’ < 1 = rendah

2. Tutupan

Tutupan spons di hitung dengan melihat persentase penutupan spons pada

jenis tertentu dalam transek kuadran 1x1 meter dengan total persentase petakan

dalam transek 100% (Suharsono, 1995).

3. Frekuensi Kemunculan (F)

Frekuensi kemunculan spons berdasarkan jumlah kemunculan setiap jenis

spons pada setiap stasiun pengamatan digunakan rumus sebagai berikut (Odum,

1993) yaitu :

F= (∑M) / (∑St) × 100%

Page 8: Keanekaragaman Jenis Spons Pada Ekosistem Lamun Di ...repository.umrah.ac.id/234/1/oky fernando putra.pdf · pesisir dan laut, terutama pada ekosistem terumbu karang dan padang lamun

8

Dimana :

F = Frekuensi Kemunculan Setiap Jenis Spons

∑M = Jumlah Kemunculan jenis ke-I pada Setiap Stasiun

∑St = Jumlah Stasiun

HASIL DAN PEMBAHASAN

Parameter Perairan

Dari hasil penelitian pengukuran parameter perairan yang dilakukan pada

masing-masing stasiun penelitian di Perairan Desa Teluk Bakau Kecamatan

Gunung Kijang Kabupaten Bintan didapatkan hasil seperti pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Hasil pengukuran parameter perairan pada setiap stasiun penelitian di

Perairan Desa Teluk Bakau, Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten

Bintan

Parameter

perairan

Stasiun

I

Stasiun

II

Stasiun

III

Stasiun

IV

Stasiun

V

Rata-

rata

Baku

Mutu

Suhu (0C) 30,6 29,8 30,4 29,8 30,1 30,14 28-30

Salinitas (0/00) 35,2 34,6 36 36 35 35,36 33-34

pH 7,85 7,32 8,43 8,2 8,2 8 7-8,5

DO (mg

/L) 9,4 8,3 9,6 8,6 8,1 8,8 >5

Kecerahan

(m)

100% 100% 100% 100% 100% 100% -

Keterangan : Nilai baku mutu berdasarkan Kepmen. LH No.51 Tahun 2004

Dari hasil pengamatan parameter perairan di Desa Teluk Bakau

Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan yang disajikan pada Tabel 1, masih

Page 9: Keanekaragaman Jenis Spons Pada Ekosistem Lamun Di ...repository.umrah.ac.id/234/1/oky fernando putra.pdf · pesisir dan laut, terutama pada ekosistem terumbu karang dan padang lamun

9

dalam kisaran yang layak untuk kehidupan akuatik khususnya spons. Kedalaman

perairan pada kelima lokasi penelitian di habitat lamun kurang dari 1 meter

dengan kecerahan 100%, hal tersebut terlihat dari substrat dasar perairan yang

terlihat dengan jelas. Sedangkan suhu perairan pada kelima lokasi penelitian rata-

rata sebesar 30,14 0C,. Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang

penting bagi kehidupan dan penyebaran organisme. Suhu mempengaruhi baik

aktivitas metabolisme maupun perkembangbiakan dari organisme perairan (De

Rosa et al., 2003). Untuk salinitas yang terukur pada lima stasiun rata-rata 35,36

0/00. Kandungan oksigen terlarut pada kelima stasiun rata-rata 8,8 mg/L. Menurut

Effendi (2003), kandungan oksigen terlarut lebih dari 5 mg/L dapat dikatakan baik

untuk organisme laut. Konsentrasi DO merupakan parameter penting untuk

mengetahui kualitas lingkungan perairan, karena di samping merupakan faktor

pembatas dengan lingkungan juga dapat dijadikan petunjuk tentang adanya

pencemaran bahan organik (Nybakken, 1992). Untuk kisaran pH pada kelima

stasiun rata-rata sebesar 8. Kisaran pH sekian masih dalam kisaran normal

menurut Kepmen LH No.51 Tahun 2004.

2. Keanekaragaman Jenis Spons

Hasil identifikasi keanekaragaman jenis spons di Perairan Desa Teluk

Bakau Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan disajikan pada Tabel 2

berikut.

Page 10: Keanekaragaman Jenis Spons Pada Ekosistem Lamun Di ...repository.umrah.ac.id/234/1/oky fernando putra.pdf · pesisir dan laut, terutama pada ekosistem terumbu karang dan padang lamun

10

Tabel 2. Hasil pengamatan jenis spons yang dijumpai pada Perairan Desa Teluk

Bakau Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan

No. Kelas Ordo Famili Nama spesies

1.

Demospongiae

Hadromerida Latrunculiidae Diacarnus levii

2. Haplosclerida Chalinidae Haliclona sanguinea

3. Poecilosclerida Raspailiidae Raspailia arbuscula

4. Clionaida Spirastrellidae Spirastrella hartmani

5. Astrophorida Ancorinidae

Srellella (Rhabdasrrella)

globostellata

6. Dictyoceratida Thorectidae Hyrtios erecta

7. Haplosclerida Petrosiidae Neopetrosia carbonaria

8. Leucosolenida Leucosoleniidae Leucosolenia complicata

9. Axinellida Raspailiidae Echinodictyum asperum

10. Agelasida Agelasidae Agelas ceylonica

11. Dictyoceratida Irciniidae

Psammocinia

perforodorsa

12. Poecilosclerida Iotrochotidae Iotrochota birotulata

13. Haplosclerida Chalinidae Haliclona tyria

14. Poecilosclerida Microcionidae

Clathria (Clathria)

faviformis

15. Haplosclerida Chalinidae Haliclona olivacea

16. Suberitida Halichondriidae Halichondria panicea

Spons yang ditemukan di Perairan Desa Teluk Bakau Kecamatan Gunung

Kijang Kabupaten Bintan ada 16 jenis yang terdiri dari 1 kelas, 10 ordo, 14 famili.

Semua spons yang dijumpai pada semua stasiun termasuk kedalam kelas

Page 11: Keanekaragaman Jenis Spons Pada Ekosistem Lamun Di ...repository.umrah.ac.id/234/1/oky fernando putra.pdf · pesisir dan laut, terutama pada ekosistem terumbu karang dan padang lamun

11

Demospongiae. Spesies spons yang ditemukan yaitu D. levii, H. sanguinea, R.

arbuscula, S. hartmani, S. globostellata, H. erecta, N. carbonaria, L. complicata, E.

asperum, A. ceylonica, P. perforodorsa, I. birotulata, H. tyria, C. faviformis H.

olivacea, dan H. panicea.

Berdasarkan pengamatan makroskopis rata-rata jenis spons yang ditemui

pada habitat lamun di Perairan Desa Teluk Bakau memiliki bentuk asimetri, dan

dua jenis spons yang memiliki bentuk simetriradial yaitu jenis S. globostellata,

dan I. birotulata. Untuk tipe oscula yang dimiliki masing-masing jenis spons dapat

dijumpai jenis ascon, sicon, atau leucon. Untuk konsistensi permukaan yang

dimiliki rata-rata jenis spons yang dijumpai memiliki konsistensi padat dan lunak

dengan permukaan halus dan kasar, tetapi ada satu jenis spons H. olivace yang

memiliki konsistensi keras dengan permukaan yang kasar. Sedangkan untuk

bentuk pertumbuhan spons rata-rata jenis spons memiliki bentuk pertumbuhan

tegak/memanjang dan pendek, hanya saja dua jenis spons memiliki bentuk

pertumbuhan menempel yaitu dari jenis S. hartmani, dan H. panicea. Untuk warna

spons yang dijumpai didominasi oleh jenis spons yang berwarna gelap dan

beberapa berwarna cerah. Menurut Amir (1992), bentuk pertumbuhan spons pada

perairan yang lebih dalam cenderung memiliki bentuk tubuh yang lebih simetris

dan lebih besar sebagai akibat dari lingkungan yang lebih stabil dibandingkan

dengan jenis yang sama yang hidup pada perairan yang lebih dangkal. Pendapat

ini juga didukung oleh Suharyanto (2008) dimana faktor kedalaman sangat

mempengaruhi bentuk spons.

Untuk pengamatan mikroskopis bentuk dan axis spikula spons didapati

lima bentuk spikula yang dijumpai, yaitu tipe spikula oxea, style, tylostyle,

Page 12: Keanekaragaman Jenis Spons Pada Ekosistem Lamun Di ...repository.umrah.ac.id/234/1/oky fernando putra.pdf · pesisir dan laut, terutama pada ekosistem terumbu karang dan padang lamun

12

microxea, dan sigma. Tetapi satu jenis spons yaitu H. erecta didapati memiliki tiga

tipe spikula yang berbeda yaitu oxea, tylostyle, dan sigma. Menurut Astro (2013)

spikula spons mempunyai bentuk yang bermacam-macam karena berguna untuk

menyusun tubuh spons. Harrison (2000) menambahkan secara umum setiap

individu spons memiliki lebih dari satu macam bentuk spikula.

3. Analisis Data

a) Tutupan jenis spons

Hasil pengukuran tutupan jenis spons di Perairan Desa Teluk Bakau

Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan disajikan pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Hasil pengukuran tutupan jenis spons di Perairan Desa Teluk Bakau

Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan

No. Nama Spesies Total Tutupan (%)

1. D. levii 23

2. H. sanguinea 0.75

3. R. arbuscular 2

4. S. hartmani 1.5

5. S. globostellata 20

6. H. erecta 0.25

7. N. carbonaria 5

8. L. complicate 5

9. E. asperum 4

10. A. ceylonica 2

11. P. perforodorsa 2

Page 13: Keanekaragaman Jenis Spons Pada Ekosistem Lamun Di ...repository.umrah.ac.id/234/1/oky fernando putra.pdf · pesisir dan laut, terutama pada ekosistem terumbu karang dan padang lamun

13

12. I. birotulata 4

13. H. tyria 6

14. C. faviformis 8.5

15. H. olivacea 0.5

16. H. panacea 1.5

Berikut grafik tutupan jenis spons di Perairan Desa Teluk Bakau

Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan (Gambar 2).

Gambar 2. Grafik tutupan jenis spons di Perairan Desa Teluk Bakau

Berdasarkan hasil pengamatan tutupan spons pada lokasi penelitian (Tabel

3), spons jenis D. levii memiliki tingkat persentase tutupan tertinggi yakni 23%.

Selanjutnya spons jenis S. globostellata 20%, C. faviformis 8,5%, H. tyria 6%, N.

carbonaria dan L. complicata masing-masing 5%, E. asperum dan I. birotulata

masing-masing 4%, R. arbuscula, A. ceylonica, dan P. perforodorsa masing-

masing 2%, S. hartmani dan H. panicea masing-masing 1,5%, H. sanguinea

23%

0.75% 2% 1.50%

20%

0.25%

5% 5% 4% 2% 2%

4% 6%

8.50%

0.50% 1.50%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

Page 14: Keanekaragaman Jenis Spons Pada Ekosistem Lamun Di ...repository.umrah.ac.id/234/1/oky fernando putra.pdf · pesisir dan laut, terutama pada ekosistem terumbu karang dan padang lamun

14

0,75%, H. olivacea 0,5%, sedangkan spons jenis H. erecta memiliki tingkat

tutupan terendah yakni sebesar 0,25%.

Spons yang mempunyai tutupan tertinggi dijumpai pada daerah vegetasi lamun

yang memiliki kerapatan jarang dan masih digenangi oleh air laut ketika surut,

diduga spesies spons tersebut lebih menyukai daerah yang lansung mendapatkan

paparan cahaya matahari. Tetapi beberapa jenis spons juga dijumpai hidup pada

vegetasi lamun yang memiliki kerapatan tinggi. Hal ini didukung oleh pendapat

Haedar et al., (2016) mengatakan kepadatan spons dipengaruhi oleh makanan

(kelimpahan plankton), sinar matahari, dan kecepatan arus. Suharyanto (2008)

juga mengatakan tinggi rendahnya tingkat tutupan spesies spons dipengaruhi oleh

habitat dan kedalaman yang mendukung bagi kehidupan spons tersebut.

b) Indeks keanekaragaman

Hasil perhitungan indeks keanekaragaman spons di Perairan Desa Teluk

Bakau Kecamatan Gunung Kijang disajikan pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4. Indeks keanekaragaman spons di Perairan Desa Teluk Bakau Kecamatan

Gunung Kijang Kabupaten Bintan

No. Nama spesies

Tutup

an

(%)

Pi (ni/N) ln Pi Pi.ln Pi

1. D. levii 23 0.26744186 -1.31885308 -0.352716521

2. H. sanguinea 0.75 0.00872093 -4.742029369 -0.041354907

3. R. arbuscula 2 0.023255814 -3.761200116 -0.08746977

4. S. hartmani 1.5 0.01744186 -4.048882188 -0.070620038

Page 15: Keanekaragaman Jenis Spons Pada Ekosistem Lamun Di ...repository.umrah.ac.id/234/1/oky fernando putra.pdf · pesisir dan laut, terutama pada ekosistem terumbu karang dan padang lamun

15

5. S. globostellata 20 0.23255814 -1.458615023 -0.339212796

6. H. erecta 0.25 0.002906977 -5.840641657 -0.016978609

7. N. carbonaria 5 0.058139535 -2.844909384 -0.165401708

8. L. complicata 5 0.058139535 -2.844909384 -0.165401708

9. E. asperum 4 0.046511628 -3.068052935 -0.142700137

10. A. ceylonica 2 0.023255814 -3.761200116 -0.08746977

11. P. perforodorsa 2 0.023255814 -3.761200116 -0.08746977

12. I. birotulata 4 0.046511628 -3.068052935 -0.142700137

13. H. tyria 6 0.069767442 -2.662587827 -0.185761941

14. C. faviformis 8.5 0.098837209 -2.314281133 -0.228737089

15. H. olivacea 0.5 0.005813953 -5.147494477 -0.029927293

16. H. panicea 1.5 0.01744186 -4.048882188 -0.070620038

∑ 86 1

-2.214542234

Keanekaragaman (H’) 2.214542234

Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa nilai indeks keanekaragaman jenis

spons di Perairan Desa Teluk Bakau Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten

Bintan sebesar 2,21. Berdasarkan kisaran indeks keanekaragaman Shannon-

Wiener, keanekaragaman spons di Perairan ini dikategorikan sedang artinya

penyebaran jumlah individu tiap jenis termasuk dalam kestabilan komunitas

sedang. Menurut Subagio dan Aunurohim (2013) nilai tersebut dikarenakan

variasi antara jumlah spesies dan nilai tutupan spons di setiap stasiun pengamatan.

Barnes (1999) menyebutkan bahwa spons sangat menyukai perairan yang cukup

jernih. Lebih lanjut Romimohtarto dan Juwana (2001) menyebutkan bahwa spons

hidup di perairan yang bersirkulasi baik, karenanya spons ditemukan pada

perairan yang jernih bukan yang keruh.

Page 16: Keanekaragaman Jenis Spons Pada Ekosistem Lamun Di ...repository.umrah.ac.id/234/1/oky fernando putra.pdf · pesisir dan laut, terutama pada ekosistem terumbu karang dan padang lamun

16

c) Frekuensi kemunculan (F)

Hasil perhitungan indeks frekuensi kemunculan spons pada masing-

masing stasiun disajikan pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Indeks frekuensi kemunculan spons di Perairan Desa Teluk Bakau

Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan

No. Nama Spesies

Kemunculan

Fre

ku

ensi

Kem

un

cula

n (

%)

stasi

un

I

stasi

un

II

stasi

un

III

stasi

un

IV

stasi

un

V

1. D. levii √ √ - - - 40

2. H. sanguinea √ - - - - 20

3. R. arbuscula √ - - - - 20

4. S. hartmani √ - - - - 20

5. S. globostellata √ - √ - - 40

6. H. erecta √ - - - - 20

7. N. carbonaria √ - - - - 20

8. L. complicata - √ - - - 20

9. E. asperum - √ - - - 20

10. A. ceylonica - - √ - - 20

11. P. perforodorsa - - √ - - 20

12. I. birotulata - - √ - - 20

13. H. tyria - - √ - - 20

14. C. faviformis - - - √ √ 40

15. H. olivacea - - - - √ 20

Page 17: Keanekaragaman Jenis Spons Pada Ekosistem Lamun Di ...repository.umrah.ac.id/234/1/oky fernando putra.pdf · pesisir dan laut, terutama pada ekosistem terumbu karang dan padang lamun

17

16. H. panicea - - - - √ 20

frekuensi kemunculan spons di Perairan Desa Teluk Bakau Kecamatan

Gunung Kijang Kabupaten Bintan ada tiga jenis spons yang memiliki persentase

frekuensi kemunculan yang tinggi yaitu spons jenis D. levii, S. globostellata, dan

C. faviformis. Masing-masing jenis spons tersebut memiliki persentase frekuensi

kemunculan sebesar 40%, artinya jenis spons tersebut hanya muncul pada dua

stasiun saja dari lima stasiun pengamatan. Spons jenis D. levii ditemukan pada

stasiun I dan II, S. globostellata ditemukan pada stasiun I dan III, dan C.

faviformis ditemukan pada stasiun IV dan V. Hal ini diduga karena adanya

kesamaan karakteristik tempat hidup sehingga jenis spons yang sama ditemukan

juga pada lokasi yang berbeda. Sedangkan untuk jenis spons lainnya hanya

memiliki persentase frekuensi kemunculan sebesar 20%, yang artinya jenis spons

tersebut hanya muncul pada satu satasiun pengamatan saja dan tidak ditemukan

pada stasiun yang lain.

Adanya beberapa spesies spons yang sama pada stasiun penelitian ini

diduga karena adanya kesamaan karakteristik habitat dan parameter perairan

pendukung hidup spesies spons. Pendapat ini didukung oleh Amir dan Budiyanto

(1996) bahwa pertumbuhan spons muda menjadi individu yang dewasa

dipengaruhi oleh temperatur, salinitas, kekeruhan, arus, kemiringan, dasar,

sedimentasi serta kompetisi ruang. Selain itu suhu, arus, kekeruhan dan salinitas

merupakan faktor pembatas terhadap pertumbuhan spons yang berpengaruh

terhadap keseimbangan jumlah komposisi dan kepadatan spons (Storr, 1976).

Page 18: Keanekaragaman Jenis Spons Pada Ekosistem Lamun Di ...repository.umrah.ac.id/234/1/oky fernando putra.pdf · pesisir dan laut, terutama pada ekosistem terumbu karang dan padang lamun

18

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan komposisi jenis spons di

Perairan Desa Teluk Bakau Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan

terdapat 16 jenis yang terdiri dari 1 kelas, 10 ordo, 14 famili. Untuk tutupan jenis

spons tertinggi terdapat pada spons jenis D. levii. dan indeks keanekaragaman

dalam kategori sedang, serta frekuensi kemunculan tertinggi terdapat pada tiga

jenis spons yaitu D. levii, S. globostellata, dan C. faviformis. Parameter perairan

yang diukur di lokasi penelitian masih dalam kategori yang baik bagi kehidupan

biota spons.

Saran

Setiap karakteristik habitat spons diduga memiliki komunitas spons laut

yang berbeda dan juga spesies yang menjadi karakter di setiap habitat. Sehingga

dibutuhkan observasi lebih lanjut terhadap tiap karakteristik habitat di Perairan

Desa Teluk Bakau Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan.

DAFTAR PUSTAKA

Amir, I., 1992. Sponge fauna of coral reef ecosystem in the Seribu Islands and

Ujung Kulon. In: the third ASEAN science and tecknology week

conference proceeding. Vol. 6. Marine science living coastal resources. 19

p. Jakarta. 20-21 June 1992.LON-LIPI. Jakarta.

Amir, I., Budiyanto, A., 1996. Mengenal spons laut (Demospongiae) secara

umum. Oseana. 21: 15–31.

Page 19: Keanekaragaman Jenis Spons Pada Ekosistem Lamun Di ...repository.umrah.ac.id/234/1/oky fernando putra.pdf · pesisir dan laut, terutama pada ekosistem terumbu karang dan padang lamun

19

Astro, M.,Yusnaini, dan Halili., 2013. Pertumbuhan Spons (Stylotella aurantium)

yang Ditransplantasi pada Berbagai Kedalaman. Jurnal Mina Laut

Indonesia. 01 (01): 133-144.

Barnes, D.K.A., 1999. High diversity of tropical intertidal-zone sponges in

temperature, salinity and current extremes. Afr. J.

De Rosa, S., De Caro, S., Iodice, C., Tommonaro, G., Stefanov, K., Popov, S.,

2003. Development in Primary Cell Culture of Demosponges. Journal

Biotechnology. 100: 119–125.

DKP Kabupaten Bintan. 2011. Profil Kelautan Dan Perikanan Kabupaten Bintan.

Dinas Kelautan dan Perikanan. Kabupaten Bintan.

Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelola Sumberdaya dan

Lingkungan Perairan. Yogyakarta (ID): Kanisius. 258 Hal.

Haedar, Sadarun, B., Palupi, Ratna, D., 2016. Potensi keanekaragaman jenis dan

sebaran spons di Perairan pulau saponda laut kabupaten konawe. Sapa

Laut. 1 (1): 1-9.

Harrison, F.W., dan De Vos, L., 2000. Porifera (Microscopic Anatomy of

Invertebrates). Journal Oseanologi Singapore. 2 (3): 28-89.

Hickman, Roberts, L.S., Larson, A., 2002. Sponges : Phylum Porifera. Animal

Diversity. Third Edition 2002. The McGraw−Hill Companies.

Hooper, J.N.A., 2000. Spongeguide: Guide to Sponge Collection and

Identification. Australia: Museum. 129 PP.

Hooper, J.N.A., Van Soest, R.W.M., Debrenne, F., 2002. Sponguide (Guide to

sponge collection and identification) Queensland Museum, South

Brisbane, Australia.

Page 20: Keanekaragaman Jenis Spons Pada Ekosistem Lamun Di ...repository.umrah.ac.id/234/1/oky fernando putra.pdf · pesisir dan laut, terutama pada ekosistem terumbu karang dan padang lamun

20

Nybakken, J.W., 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta (ID):

PT. Gramedia. 195

Odum, E.P., 1993. Fundamental of Ecology. Third Edition. W.B. Sounder

Company. Toronto.

Romimohtarto, K., Juwana, S., 2001. Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan Tentang

Biota Laut. Djambatan. Jakarta. 540 hal.

Samawi, M.F., Rani, C., dan Ramli. 2009. Keterkaitan antara Kondisi Oseanografi

dengan Komposisi Jenis dan Kepadatan Sponge Laut di Kepulauan

Spermonde. Fakultas ilmu kelautan dan perikanan,Universitas

Hasanuddin. Makassar.

Subagio, I.B., dan Aunurohim, 2013. Struktur Komunitas Spons Laut (Porifera) di

Pantai Pasir Putih Situbondo. Jurnal sains dan seni pomits. 2 (2): 2337-

3520.

Suharsono. 1995. Metode penelitian terumbu karang. Kursus Pelatihan

Metodologi Penelitian Penentuan Kondisi Terumbu Karang. Jakarta: Pusat

Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI.

Suharyanto. 2008. Distribusi dan persentase tutupan sponge (porifera) pada

kondisi terumbu karang dan kedalaman yang berbeda di perairan pulau

barranglompo, sulawesi selatan. Biodiversitas. 9 (3): 209-212

Suparno. 2005. Kajian bioaktif spons laut (forifera: demospongiae) suatu peluang

alternatif pemanfaatan ekosistem karang indonesia dalam bidang farmasi.

Makalah Pribadi Falsafah Sains (PPs 7002) : Sekolah Pasca Sarjana

Institut Pertanian Bogor

Wibisono, M.S., 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Gramedia. Jakarta.