keanekaragaman jenis reptil dan biologi … · bukit barisan selatan serta mempelajari aspek...

90
KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI Cyrtodactylus cf fumosus DI TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN LAMPUNG - BENGKULU WEMPY ENDARWIN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Upload: hanhi

Post on 02-Mar-2019

241 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN

BIOLOGI Cyrtodactylus cf fumosus

DI TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN

LAMPUNG - BENGKULU

WEMPY ENDARWIN

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN

EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

Page 2: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

RINGKASAN

WEMPY ENDARWIN. Keanekaragaman Jenis Reptil dan Biologi Cyrtodactylus cf fumosus di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Lampung - Bengkulu, dibawah bimbingan Dr. Ir. MIRZA DIKARI KUSRINI, MSi dan Ir. AGUS PRIYONO, MS.

Pemanfaatan reptil sebagai binatang peliharaan, konsumsi dan obat-obatan

telah berkembang ke berbagai negara. Bahkan dalam dua dekade terakhir

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara pengekspor reptil terbesar di dunia.

Kegiatan pemanfaatan reptil walaupun memberikan keuntungan ekonomi namun

dapat menimbulkan dampak negatif yang cukup besar. Eksploitasi berlebihan dan

tidak terkontrol dapat mengancam kelestarian satwa tersebut. Salah satu jenis

reptil yang umum terdapat di wilayah Sumatera adalah Cyrtodactylus cf fumosus,

merupakan sejenis cicak yang hidup di dalam hutan. Sifat hidupnya yang arboreal

menjadikan mereka sangat tergantung terhadap hutan. Kerusakan hutan telah

menghilangkan sebagian besar habitatnya. Namun demikian belum banyak orang

yang peduli terhadap keberadaan dan kelestarian satwa ini. Taman Nasional Bukit

Barisan Selatan (TNBBS) sebagai salah satu kawasan konservasi di Pulau

Sumatera memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya perlindungan dan

pelestarian satwaliar. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi

mengenai keanekaragaman jenis dan sebaran ekologi reptil yang terdapat di TN

Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual

dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus.

Penelitian ini dilakukan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)

dan di Laboratorium Ekologi Satwaliar bagian Herpetofauna Fahutan IPB. Alat

dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi GPS, densiometer,

headlamp, penangkap ular, kantong spesimen, kaliper, timbangan PESOLA (5-

5000g), alkohol 70%, formalin 4%, alat suntik, tabung spesimen, buku identifikasi

reptil, kamera digital, gunting bedah, pinset, mikroskop dan buku identifikasi

serangga. Metode pengumpulan data reptil menggunakan Visual Encounter

Survey dengan desain plot berupa jalur / transek. Parameter habitat yang diukur

meliputi persen penutupan tajuk dan suhu udara. Pengukuran aspek biologi

(reproduksi, seksual dimorpisme dan pakan) C. cf fumosus dilakukan terhadap 30

sampel yang terdiri dari 14 jantan dan 16 betina. Analisis data meliputi deskripsi

Page 3: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

kondisi habitat, indeks keanekaragaman jenis Shanon-Wiener, indeks kemerataan

jenis, indeks similaritas komunitas Jaccard, deskripsi anatomi organ reproduksi C.

cf fumosus, analisis korelasi antara panjang gonad dengan panjang tubuh C. cf

fumosus, uji t-student untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin terhadap ukuran

tubuh C. cf fumosus serta jumlah jenis dan frekuensi pakan C. cf fumosus.

Lokasi pengamatan merupakan wilayah yang bertopografi datar sampai

berbukit dengan ketinggian berkisar antara 50 – 1200 m dpl, penutupan lahan

berupa hutan dataran rendah, hutan pegunungan, hutan bekas terbakar, sawah dan

perladangan. Suhu rata-rata siang hari berkisar antara 20,40 – 26,74 °C dan

malam hari berkisar antara 18,51 – 24,94 °C. Pada umumnya penutupan tajuk di

lokasi primer lebih rapat dibandingkan di lokasi sekunder. Reptil yang ditemukan

sebanyak 51 jenis terdiri dari 14 suku dan 3 sub ordo, yaitu Ophidia / ular (24

jenis), Sauria / kadal (24 jenis) dan Testudinata / kura-kura (3 jenis). Penyebaran

reptil paling luas adalah jenis Mabuya multifasciata yang tercatat di sembilan

lokasi pengamatan serta M. rudis yang tercatat di tujuh lokasi pengamatan.

Berdasarkan sebaran ekologisnya reptil yang ditemukan selama penelitian dapat di

golongkan menjadi reptil akuatik, semi akuatik, terestrial, fossorial, arboreal dan

semi arboreal. Nilai keanekaragaman jenis reptil pada habitat yang tidak

terganggu umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan habitat yang terganggu.

Indek kesamaan jenis yang diperoleh dalam penelitian ini berkisar antara 0 sampai

0.3. Lokasi yang memiliki tingkat kesamaan terbesar adalah Kubu Perahu primer

dengan Way Sepunti primer sebesar 0,3 serta Linau primer dengan Way Canguk

primer sebesar 0,27. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa panjang testis C. cf

fumosus adalah 3,66±0,65 mm dengan panjang testis kanan sebesar 3,61±0,62 mm

dan testis kiri sebesar 3,71±0,70 mm. Sel telur yang dihasilkan oleh masing-

masing ovarium berjumlah antara 3 sampai 5 butir. Ukuran telur bervariasi antara

0,44 sampai 11,84 mm. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa ukuran tubuh pada

jantan berpengaruh terhadap ukuran testis dengan nilai korelasi sebesar 0,62 pada

testis kanan dan 0,61 pada testis kiri sedangkan pada betina ukuran panjang tubuh

(svl) berpengaruh nyata terhadap panjang telur dengan nilai korelasi sebesar 0,65.

Hasil analisis seksual dimorfisme memperlihatkan bahwa tidak terdapat

perbedaan ukuran tubuh, ukuran kepala dan ukuran panjang tungkai antara jantan

Page 4: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

dan betina. Namun terdapat perbedaan pada jarak antar tungkai dimana jarak antar

tungkai pada betina lebih panjang dibandingkan dengan jantan. Berdasarkan hasil

analisis pakan C. cf fumosus memangsa binatang dari 8 ordo, yaitu Isoptera,

Araneae, Glomerida, Blattaria, Isopoda, Diptera, Annelida dan Sauria. Jenis

binatang yang paling banyak dimangsa adalah Isoptera sebanyak 42,9% dan

Araneae sebanyak 23,8%.

Page 5: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN

BIOLOGI Cyrtodactylus cf fumosus

DI TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN

LAMPUNG - BENGKULU

Oleh :

WEMPY ENDARWIN

Skripsi

Sebagai Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Kehutanan

Pada Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN

EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

Page 6: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Judul Penelitian : Keanekaragaman Jenis Reptil dan Biologi Cyrtodactylus cf fumosus di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Lampung - Bengkulu

Nama Mahasiswa : Wempy Endarwin NRP : E. 34101052 Departemen : Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Mirza Dikari Kusrini, MSi Ir. Agus Priyono, MS NIP. 131 878 493 NIP. 131 578 800

Mengetahui, Dekan Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS NIP. 131 430 799

Tanggal Lulus : 7 Juni 2006

Page 7: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 22 Maret 1983 sebagai anak

kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Endang Mulyana dan Ibu Euis

Sumartini. Penulis memulai pendidikan formalnya pada tahun 1989 di SD Negeri

Cikajang 2, Kabupaten Garut dan lulus pada tahun 1995 di SD Negeri Cikole 1,

Kotamadya Sukabumi. Penulis melanjutkan ke SMP Negeri 1 Ciwidey,

Kabupaten Bandung dan lulus pada tahun 1998. Setelah itu penulis melanjutkan

ke SMU Negeri Margahayu, Kabupaten Bandung dan lulus pada tahun 2001. Pada

tahun 2001, penulis diterima sebagai mahasiswa di Jurusan Konservasi

Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor

melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif di kegiatan organisasi

Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan (HIMAKOVA), periode

tahun 2003 – 2004 sebagai Kepala Departemen Kerohanian dan Kekeluargaan,

anggota Kelompok Pemerhati Herpetofauna (KPH) dan Kelompok Pemerhati Goa

(KPG) HIMAKOVA. Penulis pernah melaksanakan kegiatan praktek pada tahun

2004, meliputi: praktek Pengenalan Umum Kehutanan (PUK) di Baturraden, KPH

Banyumas Timur dan Cilacap, KPH Banyumas Barat, Perum Perhutani Unit I

Jawa Tengah dan Praktek Umum Pengelolaan Hutan di Getas, KPH Ngawi,

Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Pada bulan Februari 2005, penulis

melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Taman Nasional Way Kambas,

Propinsi Lampung.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan,

penulis melakukan penelitian karya ilmiah yang berjudul “Keanekaragaman

Jenis Reptil dan Biologi Cyrtodactylus cf fumosus di Taman Nasional Bukit

Barisan Selatan, Lampung - Bengkulu” dibawah bimbingan Dr. Ir. Mirza

Dikari Kusrini, MSi dan Ir. Agus Priyono, MS.

Page 8: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul

“Keanekaragaman Jenis Reptil dan Biologi Cyrtodactylus cf fumosus di

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Lampung - Bengkulu”.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua tercinta atas doa dan kasih sayang yang tak pernah terputus.

2. Ibu Dr. Ir. Mirza Dikari Kusrini, MSi selaku dosen pembimbing utama dan

Bapak Ir. Agus Priyono, MS selaku dosen pembimbing kedua atas segala

nasihat dan bimbingannya.

3. Ibu Ir. T. M. Oemijati R., MS selaku dosen penguji dari Departemen

Silvikultur dan Bapak Ir. Sucahyo Sadiyo, MS selaku dosen penguji dari

Departemen Hasil Hutan

4. Wildlife Conservation Society (WCS-IP) yang telah mendanai penelitian ini.

5. Drs. Tamen Sitorus, MSc (Kepala Balai TNBBS) yang telah memberikan izin

penelitian di TNBBS.

6. Anton Nurcahyo, S. Hut selaku Project Leader WCS atas bantuan dan

kerjasamanya.

7. Seluruh staf World Conservation Society (WCS ) Lampung atas bantuannya.

8. Bapak George T. Saputra (IRATA) atas bantuan dana yang telah diberikan.

9. Inggar Rahardjo atas kerjasamanya selama penelitian.

10. Prof. Djoko T Iskandar (ITB) atas masukan dan informasinya.

11. Yulia Hardini, S.Hut untuk identifikasi serangganya

12. Teman – teman Fahutan angkatan 38 IPB atas doa dan dukungannya

13. Semua pihak yang telah membantu hingga selesainya penulisan karya ilmiah

ini.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu.

Bogor, Juni 2006

Penulis

Page 9: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... vii

PENDAHULUAN

Latar Belakang .................................................................................................... 1

Tujuan ................................................................................................................. 2

Manfaat ............................................................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA

Reptil ................................................................................................................... 3

Klasifikasi dan sistematika ............................................................................ 3

Morfologi ...................................................................................................... 4

Perkembangbiakan ........................................................................................ 5

Perilaku ......................................................................................................... 5

Habitat ........................................................................................................... 6

Penyebaran ..................................................................................................... 7

Cyrtodactylus cf fumosus .................................................................................... 8

Taksonomi ..................................................................................................... 8

Morfologi dan penyebaran ............................................................................ 8

Perilaku makan .............................................................................................. 9

Morfologi organ reproduksi (gonad) ............................................................. 9

Kematangan roproduksi dan seksual dimorfisme ....................................... 10

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Sejarah dan Status ............................................................................................. 12

Letak dan Luas .................................................................................................. 12

Kondisi Fisik ..................................................................................................... 12

Kondisi Biologi ................................................................................................. 13

METODE PENELITIAN .................................................................................. 15

Lokasi dan Waktu ............................................................................................. 15

Page 10: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Alat dan Bahan .................................................................................................. 15

Jenis Data .......................................................................................................... 16

Pengumpulan Data ............................................................................................ 17

Analisis Data ..................................................................................................... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN

Reptil ................................................................................................................. 23

Kondisi habitat di lokasi penelitian ............................................................. 23

Penemuan dan Penyebaran Reptil ............................................................... 25

Pola Aktivitas dan Sebaran Ekologis .......................................................... 29

Indek Keanekaragaman Jenis ...................................................................... 32

Indek Kesamaan Jenis ................................................................................. 34

Biologi Cyrtodactylus cf fumosus ..................................................................... 35

Karakteristik Anatomi Organ Reproduksi .................................................. 35

Hubungan Antara Ukuran Panjang Tubuh Dengan Ukuran Gonad ............ 36

Seksual Dimorfisme .................................................................................... 38

Komposisi Pakan Cyrtodactylus cf fumosus .............................................. 41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ....................................................................................................... 44

Saran .................................................................................................................. 45

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

DAFTAR TABEL

1. Keanekaragaman satwaliar di TNBBS...................................................... 14

2. Kondisi habitat di lokasi penelitian ......................................................... .23

3. Daftar jenis reptil yang ditemukan di lokasi penelitian ............................ 26

4. Hasil perhitungan indek keanekaragaman jenis reptil di tiap-tiap lokasi

pengamatan .............................................................................................. 33

5. Matriks perhitungan nilai indek kesamaan jenis ...................................... 34

6. Nilai uji t untuk seksual dimorfisme pada ukuran tubuh Cyrtodactylus cf

fumosus ..................................................................................................... 39

7. Komposisi pakan Cyrtodactylus cf fumosus ............................................. 41

Page 12: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

DAFTAR GAMBAR

1. Organ reprodukasi pada lacerta (kadal) .................................................... 10

2. Peta lokasi penelitian ................................................................................ 15

3. Kondisi vegetasi pada jalur pengamatan primer ....................................... 24

4. Kondisi vegetasi pada jalur pengamatan sekunder ................................... 25

5. Indek kelimpahan dan indek kemerataan pada masing-masing

ketinggian .................................................................................................. 28

6. Grafik penambahan jumlah jenis reptil yang ditemukan berdasarkan

jumlah hari pengamatan ............................................................................ 29

7. Psammodynastes sedang mencari mangsa ................................................ 30

8. Gonocephalus chameleontinus meletakan telurnya pada permukaan

tanah ......................................................................................................... 30

9. Sarang ular pada lubang tanah .................................................................. 31

10. Morfologi organ reproduksi Cyrtodactylus cf fumosus ............................ 35

11. Grafik hubungan antara panjang subuh (svl) dengan panjang testis ......... 37

12. Grafik hubungan antara panjang subuh (svl) dengan panjang telur .......... 38

13. Jenis-jenis pakan C. cf fumosus ................................................................ 42

Page 13: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil perjumpaan reptil dilokasi pengamatan ........................................... 49

2. Indek kelimpahan dan indek kemerataan jenis reptil per jalur

pengamatan ............................................................................................... 57

3. Indek kelimpahan dan Indek keanekaagaman berdasarkan ketinggian .... 60

4. Hasil pengukuran suhu di lokasi pengamatan .......................................... 62

5. a. Hasil pengukuran panjang tubuh dan panjang telur pada Cyrtodactylus

betina ..................................................................................................... 64

b. Hasil pengukuran panjang tubuh dan panjang testis pada Cyrtodactylus

jantan ..................................................................................................... 64

6. Hasil analisis koposisi pakan C cf fumosus ............................................... 65

7. Hasil pengukuran penutupan tajuk ............................................................ 66

8. Hasil pengukuran bagian-bagian tubuh Cyrtodactylus cf fumosus ........... 68

9. a. Analisis korelasi antara panjang tubuh /svl dengan panjang testis ....... 69

b. Analisis korelasi antara panjang tubuh/svl dengan panjang telur ......... 69

10. a. Analisis statistik deskriptif antara panjang tubuh/svl dan panjang

testis ...................................................................................................... 69

b. Analisis statistik deskriptif antara panjang tubuh/svl dan panjang

telur ...................................................................................................... 69

11. Nilai uji t untuk panjang tubuh, panjang kepala, lebar kepala, panjang

tungkai dan jarak tungkai antara jantan dan betina .................................. 69

12. Analisis statistik deskrtiptif untuk panjang tubuh, panjang kepala, lebar

Kepala, panjang tungkai dan jarak tungkai .............................................. 71

13. Jenis-jenis Reptil yang ditemukan di lokasi penelitian ............................. 72

Page 14: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

hayati paling tinggi di dunia. Menurut Biodiversity Action Plan for Indonesia

(Bappenas, 1993) Indonesia memiliki sekitar 10% jenis tumbuhan berbunga yang

ada di dunia, 12% mamalia, 16% reptil dan amfibi, 17% burung serta 25% jenis

ikan. Tingginya keanekaragaman hayati tersebut sangat dipengaruhi oleh posisi

Indonesia yang berada di wilayah tropis serta terletak diantara dua wilayah

biogeografi yaitu Indo Malaya dan Australian.

Keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna yang dimiliki merupakan

potensi yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Lebih dari 6.000

jenis tumbuhan dan satwa yang biasa di manfaatkan oleh masyarakat Indonesia

baik yang berasal dari alam maupun hasil budidaya (Bappenas, 1993). Sedangkan

secara ekologis flora dan fauna sebagai komponen dalam ekosistem memiliki

peranan yang penting dalam kelangsungan proses-proses ekologi untuk menjaga

keseimbangan ekosistem. Rusak atau hilangnya salah satu komponen dalam

ekosistem akan menyebabkan gangguan terhadap ekosistem serta berkurangnya

kualitas lingkungan.

Reptil adalah salah satu fauna yang banyak terdapat di wilayah Indonesia.

Indonesia menempati peringkat ketiga sebagai negara yang memiliki kekayaan

jenis reptil paling tinggi di dunia, lebih dari 600 jenis reptil terdapat di Indonesia

(Bappenas, 1993). Satwaliar ini telah telah lama dimanfaatkan, bahkan telah

menjadi komoditas ekonomi yang bernilai tinggi. Pemanfaatan reptil sebagai

binatang peliharaan maupun untuk konsumsi serta obat-obatan telah berkembang

ke berbagai negara, bahkan dalam dua dekade terakhir Indonesia dikenal sebagai

salah satu pengekspor reptil terbesar di dunia (Soehartono dan Mardiastuti, 2003).

Kegiatan pemanfaatan reptil yang telah banyak menghasilkan keuntungan secara

ekonomi juga menimbulkan dampak negatif yang cukup besar. Eksploitasi reptil

yang berlebihan dan tidak terkontrol akan menimbulkan ancaman terhadap

kelestarian satwa tersebut.

Page 15: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Selain kegiatan eksploitasi, kerusakan hutan yang semakin luas juga

merupakan ancaman besar terhadap kelestarian satwaliar. Konversi hutan menjadi

lahan perkebunan, lahan pertanian dan kegiatan penebangan hutan berperan besar

terhadap hilangnya habitat satwaliar. Perubahan kondisi habitat seperti itu akan

berpengaruh terhadap keanekaragaman satwaliar yang terdapat di dalamnya.

Salah satu jenis reptil yang umum ditemukan di Sumatera adalah

Cyrtodactylus cf fumosus. Cyrtodactylus adalah sejenis cicak yang hidup di

wilayah hutan, sifat hidupnya yang arboreal menjadikan mereka sangat tergantung

pada hutan. Kerusakan hutan telah menghilangkan sebagian besar habitat mereka.

Namun demikian belum banyak orang yang peduli terhadap keberadaan satwa ini.

Selama ini orang menganggap cicak adalah binatang yang banyak berkeliaran

disekitar rumah dan bukan sesuatu yang penting untuk dilindungi dan dilestarikan.

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) sebagai salah satu

kawasan konservasi di Pulau Sumatera memiliki peranan yang sangat penting

dalam upaya perlindungan dan pelestarian satwaliar. Kawasan hutan yang terdapat

di TNBBS merupakan wilayah yang penting sebagai habitat dari berbagai jenis

satwaliar termasuk reptil. Salah satu upaya untuk mendukung perlindungan dan

pelestarian satwaliar di kawasan TNBBS adalah dengan melakukan penelitian

mengenai satwaliar yang ada di kawasan tersebut.

Tujuan Penelitian

Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mendapatkan informasi mengenai keanekaragaman jenis dan sebaran ekologi

reptil yang terdapat di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

2. Mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan)

Cyrtodactylus cf fumosus.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi ilmiah untuk

mendukung kemajuan pengetahuan mengenai herpetofauna di Indonesia serta

keanekaragaman reptil khususnya di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

Page 16: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

Reptil

Klasifikasi dan Sistematika

Reptil merupakan satwa bertulang belakang yang bersisik. Taksonomi reptil

menurut Goin, Goin dan Zug (1978) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Sub-filum : Vertebrata

Kelas : Reptilia

Ordo : Testudinata, yaitu kura-kura

Squamata, yaitu kadal, ular, dan amphisbaenia

Rhynchocephalia, yaitu tuatara

Crocodylia, yaitu buaya

Satwa reptil terdiri dari 48 famili, sekitar 905 genus dengan 6,547 spesies

(Halliday dan Adler, 2000). Jumlah ini terus berubah seiring dengan

berkembangan ilmu pengetahuan dan penemuan jenis-jenis baru. Indonesia

memiliki tiga dari keempat ordo, yaitu Ordo Testudinata, Squamata dan

Crocodylia. Tuatara (Ordo Rhynchocephalia) merupakan reptil primitif yang

terdiri dari 1 jenis dan hanya terdapat di Selandia Baru (O’Shea dan Halliday,

2001).

Ordo Testudinata terdiri dari sekitar 260 jenis dari 75 genus dan 13 famili.

Testudinata mencakup jenis yang hidup di laut, perairan darat, maupun darat.

Testudinata mewakili sekitar 4% dari seluruh jenis reptil di dunia (Halliday dan

Adler, 2000).

Ordo Squamata dibagi lebih lanjut menjadi tiga sub-ordo, yaitu: Sauria

(Lacertilia) yang mencakup kadal; Amphisbaenia; dan Serpentes (Ophidia) yang

mencakup ular. Kadal merupakan kelompok terbesar dalam reptil. Kadal terdiri

dari 3.751 jenis dalam 383 genus dan 16 famili, atau 51% dari seluruh jenis reptil

(O’Shea dan Halliday, 2001; Halliday dan Adler, 2000). Amphisbaenia terdiri

dari 4 famili yang kemudian dibagi menjadi 21 genus dan 140 jenis, atau sekitar

2% dari seluruh reptil. Ular, atau Serpentes, terdiri dari 2,389 jenis dalam 471

Page 17: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

genus dan 11 famili, atau sekitar 42% dari seluruh jenis reptil (Halliday dan Adler,

2000).

Buaya termasuk dalam ordo Crocodylia. Secara keseluruhan terdapat 22

jenis buaya dalam 8 genus dan 3 famili. Total jenis buaya di dunia sekitar 0,3%

dari seluruh jenis reptil (O’Shea dan Halliday, 2001; Halliday dan Adler, 2000).

Morfologi

Reptil memiliki kulit bersisik tanpa kelenjar, bulu, rambut atau kelenjar susu

seperti pada mamalia (Goin, Goin, dan Zug, 1978). Tidak seperti ikan, sisik reptil

tidak saling terpisah. Warna kulit beragam, dari warna yang menyerupai

lingkungannya sampai warna yang membuat reptil mudah terlihat. Semua reptil

tidak memiliki telinga eksternal (Halliday dan Adler, 2000). Pada sebagian besar

reptil terdapat perbedaan antara jantan dan betina yaitu pada ukuran dan bentuk,

maupun warna tubuh dewasa (Halliday dan Adler, 2000).

Ciri yang membedakan kura-kura dengan satwa lain adalah perisai yang

terdapat pada tubuh kura-kura. Perisai tersebut terdiri dari dua bagian, yaitu

karapas yang menutupi punggung kura-kura dan plastron yang menutupi perut

kura-kura. Perisai ini terdiri dari sisik yang merupakan lapisan epidermis yang

termodifikasi. Ukuran kura-kura berkisar dari 11-185 cm (Halliday dan Adler,

2002).

Kadal memiliki beragam bentuk, ukuran dan warna. Sebagian besar

memiliki empat kaki, walaupun terdapat beberapa jenis yang tidak berkaki.

Ukuran Snout-Vent Length (SVL) kadal berkisar dari 1,5-145 cm, tetapi sebagian

besar berkisar antara 6-20 cm (Halliday dan Adler, 2000).

Ular adalah reptil yang tidak memiliki kaki, kelopak mata, atau telinga

eksternal. Seluruh tubuhnya tertutup oleh sisik (O’Shea dan Halliday, 2001).

Jumlah, bentuk dan penataan sisik ular dapat digunakan untuk mengidenifikasi

jenis ular (Mattison, 1992). Ukuran tubuh ular berkisar dari 10 mm sampai 10 m.

Ular terpanjang berasal dari famili Pythonidae. Sebagian besar ular berukuran

antara 45-200 cm, dan 10-20% dari panjang tersebut adalah panjang ekor

(Mattison, 1992).

Amphisbaenia yang juga disebut worm lizard adalah satwa dengan tubuh

panjang, silinderis dengan ekor yang pendek. Amphisbaenia tidak memiliki kaki,

Page 18: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

kecuali pada marga Bipes yang memiliki sepasang kaki depan. Tubuh

Amphisbaenia ditutupi oleh sisik kecil yang teratur dalam cincin yang disebut

annuli (O’Shea dan Halliday, 2001).

Ordo Crocodylia adalah satwa dengan kulit tebal dan bersisik. Buaya

memiliki ekor yang besar dan rahang yang kuat. Mata dan lubang hidung buaya

terletak di bagian atas kepala sehingga mereka dapat melihat mangsa ketika

berada di air. Buaya memiliki jantung dan otak paling modern dibandingkan

dengan reptil lainnya. Ukuran buaya dapat mencapai 7,5 m (O’Shea dan Halliday,

2001; Hallidaydan Adler, 2000).

Perkembangbiakkan

Fertilisasi pada reptil terjadi secara internal. Sebagian besar reptil adalah

ovipar atau bertelur. Telur reptil bercangkang, berbeda dengan telur amfibi. Reptil

dengan jenis berbeda dapat bersifat ovipar maupun vivipar walaupun termasuk

dalam genus yang sama. Bahkan, sifat berbeda tersebut dapat ditemukan pada

jenis yang sama pada dua populasi berbeda (Goin, Goin, dan Zug, 1978).

Reptil betina meninggalkan telurnya untuk menetas dalam lubang buatan

atau di bawah lapisan tanah atau serasah. Betina dari beberapa jenis tertentu

diketahui untuk menjaga telurnya, seperti pada kadal Eumeces sp. dan ular python

(Goin, Goin dan Zug, 1978).

Pada kura-kura dan buaya, suhu inkubasi menentukan laju perkembangan

telur dan juga jenis kelamin. Semakin tinggi suhu inkubasi maka bayi yang

menetas akan berkelamin betina, dan berkelamin jantan pada suhu yang lebih

rendah. Suhu inkubasi berbeda pada setiap jenis (Halliday dan Adler, 2000).

Perilaku

Reptil adalah satwa ektotermal, yaitu mereka memerlukan sumber panas

eksternal untuk melakukan kegiatan metabolismenya. Karena itu reptil sering

dijumpai berjemur di daerah terbuka, khususnya pada pagi hari. Reptil akan

berjemur sampai mencapai suhu badan yang dibutuhkan dan kemudian

bersembunyi atau melanjutkan kegiatannya (Halliday dan Adler, 2000).

Reptil memiliki berbagai perilaku pertahanan hidup. Ada beberapa jenis ular

yang berpura-pura mati jika merasa terancam. Beberapa jenis ular dan dua jenis

kadal dari genus Heloderma juga memiliki bisa untuk mempertahankan diri.

Page 19: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Beberapa jenis kadal, seperti Mabuya spp., melepaskan ekornya dalam perilaku

yang disebut caudal autotomy (O’Shea dan Halliday, 2001). Walaupun kura-kura

dikenal sebagai hewan yang lambat, penyu dapat berenang dengan kecepatan 32

km/jam (Goin, Goin dan Zug, 1978).

Sebagian besar reptil adalah karnivora, dengan pakan beragam dari serangga

sampai mamalia. Kura-kura air tawar cenderung bersifat omnivora, dan kura-kura

darat merupakan herbivora (O’Shea dan Halliday, 2001). Semua ular adalah

karnivora. Mereka mencari mangsa menggunakan lidahnya yang dapat

mendeteksi partikel-partikel kimia di udara. Beberapa jenis memiliki sensor panas

untuk mendeteksi keberadaan mangsa. Sebagian besar jenis ular membunuh

mangsa dengan melilitnya, dan jenis ular lainnya dengan bisanya. Ular berbisa

memiliki taring untuk mengeluarkan bisa pada mangsanya. Taring tersebut

terletak pada bagian belakang rahang atas atau pada bagian depan rahang (O’Shea

dan Halliday, 2001; Mattison, 1992).

Habitat

Sebagai satwa ektotermal, reptil tersebar pada berbagai macam habitat.

Jenis-jenis reptil dapat hidup di laut, perairan tawar, gurun, bahkan pegunungan.

Penyebaran reptil sangat dipengaruhi oleh cahaya matahari yang mencapai daerah

tersebut (Halliday dan Adler, 2000).

Satwa Testudines dibedakan menurut habitatnya. Penyu hidup di laut dan

hanya naik ke pantai untuk bertelur. Kura-kura dan labi-labi terdiri dari jenis

akuatik dan semi-akuatik yang hidup pada daerah perairan tawar. Baning atau

kura-kura darat hidup sepenuhnya di darat (Halliday dan Adler, 2000).

Kadal hidup pada berbagai habitat. Jenis terestrial hidup di pepohonan

maupun di dalam tanah. Jenis-jenis lain merupakan semi-akuatik (Halliday dan

Adler, 2000). Dengan kulit mereka yang impermeabel dan kemampuan untuk

menyimpan air, kadal juga dapat hidup di daerah gurun (Mattison, 1992).

Sebagian besar ular merupakan jenis terestrial, tetapi terdapat beberapa jenis

yang hidup di tanah. Jenis ular yang paling berbisa merupakan ular air yang hidup

di laut. Selain itu ada juga jenis ular yang hidup di air perairan tawar dan pada

pepohonan (Halliday dan Adler, 2000). Hutan tropis memiliki keanekaragaman

jenis ular yang lebih banyak dibandingkan dengan hutan temperat karena

Page 20: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

penetrasi cahaya matahari dan suhu yang lebih rendah pada hutan temperat.

Daerah pegunungan dengan temperatur yang ekstrim bukan merupakan habitat

yang ideal untuk ular, tetapi seekor ular jenis Agkistrodon himalayanus pernah

ditemukan pada ketinggian 4.900 m dpl (Mattison, 1992).

Penyebaran

Penyebaran reptil di dunia dipengaruhi jumlah cahaya matahari pada daerah

tersebut. Jenis reptil yang terdapat di Indonesia berasal dari Ordo Testudinata,

Squamata (kadal dan ular), dan Crocodylia (Halliday dan Adler, 2000).

Testudinata tersebar di seluruh dunia di daerah tropis dan sub tropis. Kura-

kura terdapat di semua wilayah perairan laut (Halliday dan Adler, 2000). Di

Indonesia terdapat sekitar 39 jenis kura-kura, yang terdiri dari enam jenis penyu,

enam jenis labi-labi, dua jenis baning atau kura-kura darat, dan 25 jenis kura-kura

air tawar (Iskandar, 2000).

Ordo Sauria tersebar di Kanada Selatan sampai Tierra del Fuego, dari

Norwegia Utara sampai Selandia Baru, dan juga kepulauan di Laut Atlantik,

Pasifik dan Indian (Halliday dan Adler, 2000).

Ular tersebar di seluruh dunia kecuali daerah kutub, Islandia, Irlandia, dan

Selandia Baru. Ular tersebar di seluruh Indonesia, termasuk daerah lautan

(Halliday dan Adler, 2000). Ular laut tersebar pada bagian tropis Laut Pasific, laut

India, Indonesia sampai Australia Utara, dan Amerika Selatan (Mattison, 1992).

Buaya tersebar di benua Asia, Australia, Amerika dan Afrika.

Penyebarannya di Asia mencakup Indonesia sampai Cina dan India. Buaya juga

terdapat di bagian Utara Australia. Di Afrika buaya terdapat di bagian Tengah dan

Selatan, dan juga Amerika Selatan, Tengah, dan bagian Tenggara Amerika Serikat

(Halliday danAdler, 2000). Di Indonesia terdapat 6 jenis buaya yang terdiri dari 2

genus yaitu Crocodylus dan Tomistoma (Iskandar, 2000).

Page 21: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Cyrtodactylus cf fumosus

Taksonomi

Menurut De Rooij tahun 1915 terdapat tiga jenis Gymnodactylus (penamaan

lama Cyrtodactylus) di Sumatera yaitu Gymnodactylus marmoratus var

quadrilineatus (yang kemudian dirubah menjadi Cyrtodactylus quadrilineatus), C

lareralis dan C consobrinus. Namun kemudian ditemukan lagi jenis Cyrtodactylus

yang lain di Sumatera. Jenis yang baru ini memiliki warna yang berbeda dan

ukuran yang lebih kecil dari Cyrtodactylus lain yang terdapat di Sumatera.

Menurut Iskandar (pers comm, 2006) saat ini jenis tersebut belum dideskripsi,

namun karena jenis ini mirip dengan Cyrtodactylus fumosus yang terdapat di Jawa

dan Sulawesi maka disebut sebagai Cyrtodactylus cf fumosus.

Secara taksonomi Cyrtodactylus cf fumosus memiliki susunan sebagai

berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Sub-filum : Vertebrata

Kelas : Reptilia

Ordo : Squamata

Sub ordo : Sauria

Suku : Gekkonidae

Marga : Cyrtodactylus

Jenis : Cyrtodactylus cf fumosus (Iskandar pers comm, 2006)

Morfologi dan Penyebaran

Karena belum dideskripsi maka sangat sulit mendapatkan data dan

informasi mengenai keberadaan jenis ini selain bahwa jenis tersebut mirip dengan

Cyrtodactylus fumosus. Marga Cyrtodactylus umunya memiliki jari-jari yang

tidak bersalaput seperti jenis-jenis cicak yang lainnya. Cyrtodactylus fumosus

memiliki warna abu-abu, cokelat abu-abu atau cokelat kemerahan dengan titik-

titik hitam yang membentuk garis tak beraturan pada bagian atas tubuhnya,

terdapat coretan gelap mulai dari mata sampai ke bahu. Ekor dengan garis

berwarna gelap, pada ekor yang baru terdapat garis hitam yang memanjang.

Bagian bawah berwarna putih atau kecokelatan dengan titik-titik berwarna gelap.

Page 22: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Kepala ditutupi oleh sisik yang berbintil dengan bintil yang membesar pada

bagian moncong. Badan bagian atas ditutupi oleh sisik yang berbintil kecil yang

tersebar luas, bulat, rata, dan halus atau sedikit beralur. Ekor bulat, meruncing,

tertutupi oleh sisik-sisik kecil yang rata dan membesar dipermukaan bagian

bawah. Ukuran panjang kepala dan badan 71 mm, dan panjang ekor 77 mm

(Rooij, 1915).

Marga Cyrtodactylus tersebar luas di wilayah tropis mulai dari perbatasan

Mediterania, Asia selatan, Australia, pulau-pulau di Pasifik serta wilayah tropis

Amerika. Penyebaran Cyrtodactylus fumosus terdapat di Indonesia yaitu Sulawesi,

Halmahera dan Jawa (Rooij, 1915). Sedangkan Cyrtodactylus cf fumosus saat ini

diketahui hanya berada di wilayah Sumatera.

Perilaku Makan

Jenis-jenis cicak umumnya merupakan pemakan serangga (insektivora), dan

beberapa jenis artropoda yang cukup kecil untuk dimangsa. Beberapa jenis cicak

yang lebih besar dapat memangsa mamalia kecil, burung dan terutama jenis-jenis

kadal yang lain (Cogger dan Zweifel, 2003). Sebagian besar cicak bersifat

arboreal dan aktif mencari mangsa pada malam hari. Beberapa jenis cicak

memiliki kebiasaan memakan kulit yang mereka lepaskan (Halliday dan Adler,

2000).

Morfologi Organ Reproduksi (Gonad)

Gonad pada vertebrata memiliki dua fungsi, pertama untuk menghasilkan

sel gamet (telur dan sperma) yang kedua adalah sebagai kelenjar yang

memproduksi hormon-hormon yang penting untuk metabolisme dan

perkembangbiakan (Blum, 1985). Organ reproduksi utama pada kadal jantan

terdiri dari sepasang testis, epididymis, vas deferens dan hemipenis. Testis

berfungsi untuk menghasilkan sel kelamin jantan dan hormon seksual, sedangkan

epididymis berfungsi sebagai tempat penyimpanan dan pematangan sperma. Vas

deferens atau spermiduct berfungsi untuk menyalurkan sperma yang telah matang

ke hemipenis katika terjadi kopulasi.

Page 23: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

(a) (b)

Gambar 1. Organ reprodukasi pada lacerta (kadal) (Parker dan Haswell, 1962). (a) jantan dan (b) betina

Posisi testis sebelah kanan berada di belakang organ hati, sedangkan testis

sebelah kiri sedikit dibelakangnya. Masing-masing testis menempel pada dinding

tubuh oleh lipatan mesorchium. Epididymis memanjang dari bagian belakang

testis masuk ke dalam saluran vas deverens yang membuka pada bagian ujung

ureter (Parker dan Haswell, 1962).

Organ reproduksi utama pada betina terdiri dari sepasang ovarium dan

oviduct. Ovarium berfungsi untuk menghasilkan sel telur dan hormon seksual.

Sedangkan oviduct berfungsi saluran telur ketika akan dibuahi. Pada kadal

ovarium berbentuk lonjong dan posisinya lebih belakang dibandingkan testis.

Ovarium menempel pada dinding tubuh oleh lipatan mesovarium. Ketika akan

terjadi pembuahan telur keluar dari ovarium menuju rongga perut kemudian

masuk ke saluran oviduct (Parker dan Haswell, 1962).

Kematangan reproduksi dan Seksual dimorpisme

Blum (1986) menyatakan bahwa hewan vertebrata tidak dapat

berkembangbiak pada saat mereka baru menetas atau baru lahir. Umumnya

mereka harus melewati fase pertumbuhan tertentu sampai organ reproduksi

mereka bisa berfungsi dan karakteristik seksual sekunder mereka telah

berkembang. Seluruh proses mulai dari awal matangnya organ reproduksi sampai

menjadi mampu untuk berkembangbiak disebut pubertas.

Page 24: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Setiap jenis pada hewan vertebrata memiliki masa kematangan reproduksi

yang berbeda-beda. Kematangan seksual biasanya dicapai ketika individu telah

mencapai 10% dari masa hidupnya atau dengan kata lain masa hidup suatu jenis

adalah sepuluh kali dari usia ketika mencapai kematangan reproduksi. Secara

umum kematangan reproduksi dari suatu jenis dipengaruhi oleh rata-rata

pertumbuhan, cuaca, faktor sosial yang dipengaruhi oleh kepadatan populasi dan

ketersediaan pakan (Blum, 1986).

Reptil dapat berkembangbiak sebelum ukuran mereka mencapai maksimal.

Kematangan reproduksi pada beberapa jenis reptil tidak ditentukan oleh faktor

umur tetapi lebih ditentukan oleh ukuran tubuh (Goin, Goin dan Jug, 1978). Pada

jenis-jenis reptil ukuran tubuh lebih penting untuk mencapai masa pubertas

dibandingkan dengan umur (Blum, 1986).

Kematangan reproduksi antara reptil jantan dan betina sering kali berbeda

terutama dalam ukuran, bentuk, pewarnaan dan bentukan lainnya. Sebagian besar

perbedaan tersebut bersifat permanen walaupun perbedaan warna umumnya lebih

menonjol pada individu yang aktif secara seksual atau dalam masa kawin. Seksual

dimorphis terutama berkaitan dengan perilaku reproduksi dan juga modifikasi

struktural untuk membantu organ reproduksi (Goin, Goin dan Jug, 1978). Seksual

dimorphis disebabkan oleh proses deferensiasi seksual yang dipengaruhi oleh

hormon reproduksi, sehingga dampaknya terhadap perkembangan suatu individu

biasanya hanya dapat dilihat pada individu dewasa. (Norris dan Jones, 1987).

Umumnya setiap jenis menunjukan ciri-ciri tambahan yang khusus dimiliki

oleh jantan atau betina sehingga memperlihatkan karakteristik yang berbeda pada

masing-masing jenis kelamin. Beberapa sauria (kadal) memiliki tambahan

dibagian kepala, punggung dan leher. Perbedaan warna dan kelenjar tambahan

juga terdapat pada beberapa jenis reptil (Parker dan Haswell, 1962).

Page 25: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

KONDISI UMUM

Sejarah dan Status

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) pada awalnya

merupakan suatu Suaka Margasatwa. Status ini diberikan karana kawasan tersebut

merupakan habitat untuk berbagai spesies satwaliar yang dilindungi. Dalam

Kongres Taman Nasional Sedunia III di Bali tanggal 14 Oktober 1982, kawasan

tersebut diresmikan sebagai Taman Nasional berdasarkan Pernyataan Menteri

Pertanian No.736/Mentan/X/1982 (BTNBBS, 1999).

Letak dan Luas

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) seluas 356.800 ha

membentang dari ujung Selatan Propinsi Bengkulu sampai ujung Selatan Propinsi

Lampung. Secara administratif TNBBS termasuk dalam Kabupaten Lampung

Barat dan Kabupaten Tanggamus Propinsi Lampung serta Kabupaten Bengkulu

Selatan, Propinsi Bengkulu. Secara geografis terletak pada 4029’ - 5057’ LS dan

103024’ - 104044’ BT (BTNBBS, 1999).

Kondisi Fisik

Menurut Schmidt dan Ferguson kawasan TNBBS memiliki tipe iklim A dan

B, sedangkan menurut Koppen kawasan ini termasuk dalam tipe iklim A. Dimana

musim hujan berlangsung dari November sampai dengan Mei, musim kemarau

berlangsung dari Juni sampai Agustus. Jumlah hari hujan di musim hujan rata-rata

10-16 hari per bulan. Curah hujan rata-rata berkisar antara 3000-3500 mm per

tahun (BTNBBS, 1999).

Topografi kawasan beragam dari datar, landai, bergelombang, berbukit-

bukit, curam dan bergunung-gunung. Ketinggian kawasan TNBBS berkisar dari 0

sampai 1964 m dpl. Puncak tertinggi adalah Gunung Palung di sebelah barat

Danau Ranau. Bagian timur kawasan memiliki kelerengan yang cukup curam

dibandingkan dengan bagian barat kawasan yang lebih landai. Bagian utara

kawasan memiliki kelerengan antara 20-80%, dan bagian selatan merupakan

daerah yang landai (BTNBBS, 1999).

Kawasan TNBBS terdiri dari Batuan Endapan (Miosin Bawah, Neogen,

Paleosik Tua, Aluvium), Batuan Vulkanik (Recent, Kuatener Tua, Andesit Tua,

Page 26: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Basa Intermediet) dan Batuan Plutohik (Batuan Asam). Tipe tanah yang terluas

adalah Batuan Vulkanik yang terdapat di bagian tengah dan utara kawasan.

Kawasan terdiri dari tipe tanah Alluvial, Rensina, Latosol, Podsolik merah kuning

dan dua jenis Andosol yang berbeda dalam bahan induknya. Jenis tanah dengan

penyebaran terluas adalah Podsolik merah kuning dengan sifatnya yang labil dan

rawan erosi (BTNBBS, 1999).

Kawasan TNBBS merupakan bagian hulu dari sungai-sungai yang akan

mengalir ke daerah permukiman dan pertanian di daerah hilir sehingga berperan

sangat penting sebagai daerah tangkapan air dan melindungi sistem tata air.

Sebagian besar dari sungai-sungai yang ada mengalir ke arah Barat dan bermuara

di Samudera Indonesia sementara sebagian lagi bermuara ke Teluk Semangka. Di

bagian ujung Selatan taman nasional terdapat danau yang dipisahkan hanya oleh

pasir pantai selebar puluhan meter yaitu Danau Menjukut (150 ha). Di bagian

tengah terdapat 4 danau berdekatan yaitu Danau Asam (160 ha), Danau Lebar (60

ha), Danau Minyak (10 ha) dan Danau Belibis (3 ha). Sementara bagian tenggara,

selatan dan barat TN dikelilingi oleh lautan yaitu perairan Teluk Semangka,

Tanjung Cina dan Samudera Indonesia (BTNBBS, 1999).

Kondisi Biologi

TNBBS memiliki berbagai tipe ekosistem yang mencakup tipe vegetasi

hutan mangrove, hutan pantai, sampai hutan pegunungan. Hutan pantai meliputi

3.568 ha, hutan hujan dataran rendah (0-500 m dpl) meliputi 160.560 ha, hutan

hujan bukit (500 – 1000 m dpl) 121.312 ha sementara untuk ketinggian di atas

1.000 m dpl terdiri dari hutan hujan pegunungan bawah seluas 60.656 ha dan

hutan hujan pegunungan tinggi 10.704 ha (BTNBBS, 1999).

Di kawasan TNBBS telah teridentifikasi 471 jenis pohon dan 98 jenis

tumbuhan bawah. Jenis yang mendominasi berasal dari famili Dipterocarpaceae,

Euphorbiaceae, Lauraceae, Myrtaceae, Fagaceae, Annonaceae, dan Meliaceae.

Tipe vegetasi utama dalam kawasan adalah hutan hujan tropis dengan jenis seperti

meranti (Shorea sp.), keruing (Dipterocarpus sp.), rotan (Callamus sp.), dan

temu-temuan (Zingiberaceae) (BTNBBS, 1999). Flora khas dari TNBBS adalah

bunga bangkai jangkung (Amorphophalus decussilvae), bunga bangkai raksasa (A.

titanum), dan anggrek raksasa/tebu (Grammatophylum speciosum).

Page 27: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Dalam kawasan TNBBS satwaliar yang telah teridentifikasi sebanyak 716

jenis. Data keanekaragaman satwaliar di TNBBS disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Keanekaragaman satwaliar di TNBBS No. Satwa Jumlah jenis 1. Primata 7 2. Mamalia 115 3. Aves 450 4. Herpet 91 5. Ikan 53

Sumber: BTNBBS

Jenis primata yang terdapat dalam kawasan termasuk ungko (Hylobates

agilis) dan siamang (Hylobates syndactylus). Jenis mamalia besar yang terdapat

dalam TNBBS adalah harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), gajah

(Elephas maximus), beruang madu (Helarctos malayanus), badak Sumatera

(Dicerorhinus sumatrensis), macan tutul (Panthera pardus), dan kerbau liar

(Bubalus bubalis). Jenis mamalia lainnya yang hidup dalam kawasan meliputi

babi (Sus sp.), kijang (Muntiacus muntjak), tapir (Tapirus indicus), kambing hutan

(Nemorhaedus sumatrensis), kancil (Tragulus javanicus), ajag (Cuon alpinus),

landak (Hystrix brachyura), kucing hutan (Felis bengalensis), dan trenggiling

(Manis javanicus) (BTNBBS, 1999).

Jenis aves yang terdapat di TNBBS antara lain adalah rangkong (Buceros

sp), dara laut (Sterna sp), raja udang (Halcyon sp), kuntul (Egretta sp), bangau

tongtong (Leptotiles javanicus), kuau (Argusianus argus), julang (Aceros

undulatus). Jenis reptil yang hidup dalam kawasan antara lain biawak (Varanus

salvator) dan ular sanca (Python reticulatus). Penyu sisik (Eretmochelys

imbricata) dan penyu belimbing (Dermochelys coriaceae) dapat dijumpai

sepanjang pantai Selatan dan Barat (BTNBBS, 1999).

Page 28: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)

dan di Laboratorium Ekologi Satwaliar bagian Herpetofauna Fahutan IPB.

Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 3 bulan (Agustus-September dan

November-Januari 2005) di 5 lokasi Way Canguk, Kubu Perahu, Way Sepunti,

Linau dan Ranau. Identifikasi dan analisis laboratorium dilakukan pada bulan

Februari sampai April 2006.

Sumber: pplh.ipb Gambar 1. Peta lokasi penelitian

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi,

1. Pembuatan transek dan plot pengamatan yaitu peta penutupan lahan TNBBS,

GPS, kompas, meteran dan pita.

2. Pengamatan dan identifikasi satwa yaitu headlamp, penangkap ular, bubu,

kantong spesimen, spidol permanen, jam, kaliper, timbangan PESOLA (5-

Page 29: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

5000g), alkohol 70%, formalin 4%, alat suntik, tabung spesimen, buku

identifikasi reptil dan kamera digital.

3. Analisis Pakan dan Reproduksi yaitu gunting dan pisau bedah, tabung film,

pinset, alkohol 70 %, mikroskop, buku identifikasi seranggga, kaliper dan

kamera digital.

4. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan PC dengan software SPSS

11 for windows.

Jenis Data

Data primer

1. Keanekaragaman jenis reptil

Jenis reptil yang diamati melalui perjumpaan langsung, parameter yang

dicatat mencakup (1) nama jenis, (2) jumlah individu tiap jenis, (3) jenis kelamin,

(4) bobot tubuh, (5) panjang tubuh/svl, (6) panjang ekor, (7) waktu perjumpaan,

(8) aktivitas, (9) posisi vertikal dan horizontal dan (10) substrat saat ditemukan.

2. Habitat

Paremeter yang diamati meliputi (1) % penutupan tajuk, (2) suhu udara, (3)

ketinggian tempat, (4) kondisi fisik sungai.

3. Komposisi pakan Cyrtodactylus cf fumosus

Komposisi pakan yang diamati mencakup (1) jenis pakan pada tingkat ordo,

(2) jumlah masing-masing pakan dan (3) frekuensi pakan.

4. Biologi reproduksi

Aspek biologi yang diamati mencakup (1) morfologi organ reproduksi, (2)

panjang testis, (3)jumlah telur dan (4) panjang telur.

5. Seksual dimorfisme Cyrtodactylus cf fumosus

Pendugaan seksual dimorfisme dilakukan pada paremeter (1) panjang tubuh,

(2) panjang tungkai belakang, (3) panjang kepala, (4) lebar kepala dan (5) Jarak

antar tungkai.

Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang menunjang kegiatan penelitian berupa

kondisi umum lokasi penelitian serta pustaka mengenai jenis-jenis reptil yang

pernah ditemukan dalam penelitian sebelumnya di Sumatera.

Page 30: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Pengumpulan Data

Keanekaragaman Reptil

Pengumpulan data keanekaragaman dilakukan pada 5 lokasi dengan

ketinggian yang berbeda, yaitu Way Canguk (ketinggian 50 mdpl), Kubu Perahu

(400 mdpl), Way Sepunti (700 mdpl), Linau (900 mdpl) dan Ranau (1200 mdpl).

Pada setiap lokasi tersebut dibuat dua titik pengamatan masing-masing pada areal

hutan yang tidak terganggu dan pada areal yang terganggu. Metode pengumpulan

data menggunakan Visual Encounter Survey dengan desain plot berupa

jalur/transek (Heyer et al., 1994), jalur pengamatan yang dibuat pada setiap lokasi

berupa :

a. Jalur pengamatan pada habitat terestrial sepanjang 800 m

b. Jalur pengamatan pada habitat akuatik (sungai) sepanjang 400 m

b. Pemasangan perangkap (trap) untuk kura-kura pada jalur sungai

Tahapan pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Persiapan

Penentuan lokasi pengamatan dan pembuatan jalur (transek) dilakukan

berdasarkan peta penutupan lahan TN BBS. Pembuatan jalur dilakukan dengan

menggunakan kompas dan meteran, pada setiap 50 m jalur pengamatan diberi

tanda dengan menggunakan pita. Sebelum dilakukan pengamatan terlebih dahulu

dilakukan pengambilan koordinat dan ketinggian lokasi dengan menggunakan

GPS serta pengukuran kondisi fisik sungai pada jalur pengamatan sungai.

2. Pengamatan

Pengamatan reptil dilakukan pada siang dan malam hari. Pengamatan siang

hari dimulai ketika cahaya matahari mencapai permukaan tanah, yaitu antara

pukul 07.00 atau 08.00 sampai dengan pukul 11.00 WIB. Setelah itu dilanjutkan

dengan pengamatan malam antara pukul 19.00 sampai 23.00 WIB. Pengamatan

dilakukan disepanjang jalur pengamatan tetapi lebih di fokuskan pada tempat-

tempat yang diperkirakan sebagai sarang atau persembunyian reptil seperti tepi

sungai, bekas kubangan, lubang pohon, dibawah kayu lapuk, dibawah batu,

dibawah serasah, celah-celah akar dan kulit pohon seta pada semak dan pohon

yang masih berdiri. Untuk pengamatan kura-kura air tawar dan labi-labi

menggunakan tongkat kayu dengan cara menyodok-nyodokan ujung tokat tersebut

Page 31: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

pada bagian anak sungai yang rimbun dan pada dasar sungai yang berpasir

(riyanto dan Mumpuni, 2003). Masing-masing pengamatan dilakukan dengan 3

(tiga) kali ulangan. Selain pengamatan di dalam jalur juga dilakukan pencatatan

terhadap jenis-jenis yang ditemukan diluar jalur pengamatan.

Disamping pengamatan disepanjang jalur juga dilakukan pemasangan

perangkap pada jalur sungai. Perangkap yang digunakan berupa bubu (hoop trap)

yang diberi umpan dan diletakan pada permukaan air dengan posisi 1/3 bagiannya

berada diatas permukaan air (Bennett, 1999). Pengecekan perangkap dilakukan

secara reguler untuk mencegah kematian satwa.

Semua reptil yang berhasil ditangkap dimasukkan ke dalam kantong

spesimen untuk kemudian diidentifikasi dan diukur. Data yang dicatat pada

kantong ketika perjumpaan meliputi adalah waktu, aktivitas, lokasi, substrat. Pada

reptil yang tidak berhasil ditangkap namun dapat teridentifikasi jenisnya tetap

dilakukan pencatatan data.

3. Preservasi

Untuk keperluan identifikasi jenis akan dilakukan preservasi terhadap

beberapa spesimen, khususnya jenis yang belum dapat diidentifikasi di lapangan.

Spesimen disuntik dengan formalin 4% kemudian diawetkan dalam alkohol 70%

dan disimpan dalam tabung spesimen serta diberikan label. Koleksi spesies yang

telah dipreservasi diidentifikasi lebih lanjut di Laboratorium Herpetofauna

Balitbang Zoologi Puslitbang Biologi – LIPI Cibinong, Bogor.

Sampel Cyrtodactylus cf fumosus

Sampel Cyrtodactylus cf fumosus diambil dari lokasi Way Canguk sebanyak

30 individu yang terdiri dari 14 jantan dan 16 betina. Seluruh sampel tersebut

kemudian dipreservasi dengan menggunakan larutan alkohol 70% untuk

dilakukan analisis lebih lanjut di laboratorium. Data-data yang diambil sebelum

dilakukan preservasi terhadap sampel yaitu, posisi saat perjumpaan(ketinggian

dari permukaan tanah), substrat, aktifitas, jenis kelamin, panjang tubuh (mm) dan

berat (gram).

Page 32: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Habitat

Pengukuran kondisi habitat dilakukan pada jalur pengamatan, meliputi :

1. Persen penutupan tajuk : diukur pada setiap 200 m jalur pengamatan dengan

menggunakan densiometer.

2. Suhu udara : Pengukuran dengan menggunakan termometer dilakukan pada

setiap awal dan akhir pengamatan siang dan malam hari.

Komposisi pakan dan Reproduksi Cyrtodactylus cf fumosus

Pengambilan data pakan dilakukan melalui pembedahan terhadap sampel

yang telah diawetkan kemudian memindahkan kandungan pakan yang terdapat

pada lambung ke dalam tabung film yang berisi larutan alkohol 70%. Kandungan

pakan tersebut selanjutnya diidentifikasi dengn menggunakan kaca pembesar (lup)

atau mikroskop. Sedangkan untuk reproduksi dilakukan pengukuran dengan

menggunakan kaliper terhadap masing-masing organ reproduksi (testis pada

jantan dan telur pada betina)

Seksual dimorfisme Cyrtodactylus cf fumosus

Pengukuran seksual dimorfisme dilakukan pada 30 sampel C. cf fumosus

dengan menggunakan kaliper. Bagian yang diukur meliputi panjang tubuh (svl)

yaitu mulai dari ujung moncong sampai lubang kloaka, panjang kepala (svl),

mulai dari ujung moncong sampai batas tulang tengkorak. Lebar kepala (lk), yaitu

lebar kepala pada posisi di belakang mata. Tungkai belakang (tb), mulai dari

pangkal tungkai sampai pada sela-sela jari pertama. Jarak antar tungkai (jt), yaitu

jarak antara pangkal tungkai depan sampai pangkal tungkai belakang.

Page 33: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Analisis Data

Habitat

Data habitat dianalisis secara deskriptif berdasarkan kondisi di lapangan,

dan disajikan dalam bentuk tabel.

Kelimpahan jenis reptil

Untuk mengetahui kelimpahan jenis digunakan Indeks Shannon-Wiener.

Nilai ini kemudian akan digunakan untuk membandingkan keanekaragaman jenis

berdasarkan habitat.

Nnln

NnH' ii ×−= ∑

Keterangan :

H’ : Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener ni : Jumlah individu jenis ke-i N : Jumlah individu seluruh jenis

Kemerataan jenis

Untuk mengetahui derajat kemerataan jenis pada lokasi penelitian

digunakan indeks sebagai berikut.

Sln'HE =

Keterangan :

E : Indeks kemerataan jenis H’ : Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener S : Jumlah jenis yang ditemukan

Kesamaan jenis

Indeks kesamaan jenis digunakan untuk mengetahui kesamaan antar lokasi

pengamatan berdasarkan jenis reptil yang ditemukan dengan menggunakan Indeks

Similaritas Komunitas Jaccard.

cSS

cSj ++=

21

Keterangan :

Sj : Indeks Similaritas Jaccard

C : Jumlah jenis yang ada bersamaan di kedua lokasi

S1 : Jumlah jenis yang ada di lokasi A saja, tidak ada di lokasi B

S2 : Jumlah jenis yang ada di lokasi B saja, tidak ada di lokasi A

Page 34: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Komposisi pakan

Analisi komposisi pakan dilakukan dengan menghitung jumlah jenis pakan

yang dimangsa serta frekuensi masing-masing jenis mangsa.

100%qiPi N

=

Keterangan :

Pi : Jenis pakan ke-i (%)

N : Jumlah seluruh pakan

qi : Jumlah jenis pakan ke- i

Anatomi organ reproduksi

Karakteristik anatomi ogran reproduksi dilakukan dengan mengukur

panjang testis pada dan jantan dan jumlah serta panjang telur pada betina.pada C.

cf fumosus dijelaskan secara deskriptif.

Hubungan antara Gonad dengan panjang tubuh

Analisis dilakukan untuk mengetahui hubungan antara panjang gonad,

(testis pada jantan dan sel telur pada betina) dengan panjang tubuh (svl). Untuk

mengetahui hubungan tersebut dilakukan pengujian statistik dengan menggunakan

uji korelasi pada selang kepercayaan 95% dan 99% dengan hipotesis :

H0 : tidak ada korelasi antara panjang tubuh dengan panjang testis (pada jantan)

atau panjang telur (pada betina) (P = 0).

H1 : ada korelasi antara panjang tubuh dengan panjang testis (pada jantan) atau

panjang telur (panjang telur) (P ≠ 0)

Persamaan yang digunakan Larsen dan Marx (1990) :

2 22 2

i i i i

i i i i

n x y x y

r

n x x n y y

⎛ ⎞⎛ ⎞⎜ ⎟⎜ ⎟−⎜ ⎟⎜ ⎟⎜ ⎟⎜ ⎟⎝ ⎠⎝ ⎠=

⎡ ⎤ ⎡ ⎤⎛ ⎞ ⎛ ⎞⎢ ⎥ ⎢ ⎥⎜ ⎟ ⎜ ⎟− −⎢ ⎥ ⎢ ⎥⎜ ⎟ ⎜ ⎟⎜ ⎟ ⎜ ⎟⎢ ⎥ ⎢ ⎥⎝ ⎠ ⎝ ⎠⎢ ⎥ ⎢ ⎥⎣ ⎦ ⎣ ⎦

∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑ ∑

22

1

n rtr

−=

Page 35: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Keterangan :

r : koefisien korelasi contoh n : jumlah unit contoh x : panjang tubuh (svl) y : panjang testis (jantan) atau panjang telur (betina)

Pada taraf kepercayaan sebesar α, tolak H0 jika :

a). t ≤ -tα/2, n-2 atau b). t ≥ tα/2, n-2

Seksual dimorfisme

Analisis seksual dimorfisme dilakukan untuk mengetahui pengaruh jenis

kelamin terhadap ukuran panjang tubuh (svl), panjang kepala (pk), lebar kepala

(lk), panjang tungkai belakang (pt) serta jarak antar tungkai (jt). Analisis ini

dilakukan dengan membandingkan rata-rata setiap variabel pengukuran antara

jantan dan betina menggunakan uji t-student untuk dua sampel yang saling bebas

pada selang kepercayaan 95% dan 99% dengan hipotesis :

H0 : Tidak ada perbedaan antara rata-rata ukuran tubuh (svl, pk, lk, pt atau jt)

jantan dan betina

H1 : Ada perbedaan antara rata-rata ukuran tubuh (svl, pk, lk, pt atau jt) jantan dan

betina

Pada taraf kepercayaan sebesar α, tolak H0 jika :

a). t ≤ -tα/2, n+m-2 atau b). t ≥ tα/2, n+m-2

Persamaan yang digunakan berdasarkan Larsen dan Marx (1990) :

1 1x yt

S pn m

−=

+

2 2

1 12 2

1 12

n m

i in mi i

i ii i

x y

x yn m

Spn m

= =

= =

⎛ ⎞ ⎛ ⎞⎜ ⎟ ⎜ ⎟⎜ ⎟ ⎜ ⎟⎜ ⎟ ⎜ ⎟⎝ ⎠ ⎝ ⎠− + −

=+ −

∑ ∑∑ ∑

Keterangan :

x : rata-rata ukuran tubuh jantan y : rata-rata ukuran tubuh betina

n : jumlah unit contoh jantan m : jumlah unit contoh betina Sp : simpangan baku

Page 36: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Reptil

Kondisi Habitat di Lokasi Penelitian

Secara umum lokasi penelitian merupakan wilayah hutan tropis mulai dari

dataran rendah (50 mdpl) sampai pegunungan pada ketinggian 1200 mdpl. Namun

karena adanya kerusakan hutan akibat aktivitas manusia membuat sebagian hutan

di kawasan ini berubah menjadi areal perladangan dan sawah. Dengan

mempertimbangkan kondisi tersebut maka dalam penelitian ini lokasi pengamatan

dibedakan berdasarkan ketinggian dan tipe penutupan lahan, dimana pada setiap

ketinggian dibuat dua jalur pengamatan yaitu pada hutan yang tidak terganggu

(primer) dan pada hutan yang terganggu atau areal bukan hutan (sekunder).

Tabel 2. Kondisi habitat di lokasi penelitian

No Jalur pengamatan Ketinggian (m dpl)

Penutupan Tajuk (%)

Tipe habitat suhu rata-rata

topografi siang malam

1 Way Canguk Primer 50 96,43 hutan dataran rendah 25,78 24,94 datar

2 Way Canguk Sekunder 50 89,43 hutan terbakar 26,05 24,82 datar

3 Kubu Perahu Primer 700 95,28 hutan dataran rendah 21,65 21,53 sedang

4 Kubu Perahu Sekunder 700 34,60 sawah dan perladangan 26,64 21,95 sedang

5 Way Sepuntih Primer 900 95,96 hutan dataran rendah 22,85 21,32 berbukit

6 Way Sepuntih Sekunder 600 79,80 sawah dan perladangan 24,34 22 sedang

7 Linau Primer 500 64,58 hutan dataran rendah 24,12 20,57 berbukit 8 Linau Sekunder 400 52,53 perladangan 26,74 21,76 sedang 9 Ranau Primer 1400 90,31 hutan pegunungan 20,8 19,22 berbukit 10 Ranau Sekunder 1200 64,36 perladangan 20,4 18,51 berbukit

Tipe habitat pada jalur pengamatan primer umumnya merupakan areal hutan

primer yang memiliki penutupan tajuk yang rapat dengan penutupan tajuk

berkisar antara 65% sampai 96%. Kondisi topografi bervariasi dipengaruhi oleh

ketinggian pada masing-masing lokasi. Di lokasi yang berada di dataran rendah

seperti Way Canguk topografi relatif datar sedangkan di lokasi yang lebih tinggi

seperti Kubu perahu dan Linau kondisi topografi relatif lebih bergelombang.

Ranau yang berada ketinggian diatas 100 mdpl memiliki topografi yang berbukit.

Tipe penutupan lahan pada jalur pengamatan sekunder lebih beragam seperti

hutan bekas terbakar, sawah dan perladangan. Areal hutan terbakar berada di

lokasi way Canguk, areal tersebut sebenarnya hutan primer namun pernah

Page 37: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

mengalami kebakaran sehingga kondisi tajuknya menjadi lebih terbuka. Areal

persawahan berada di lokasi Way Sepunti dan Kubu Perahu, sedangkan jalur

pengamatan sekunder di lokasi Ranau dan Linau didominasi oleh perladangan

kopi. Dengan kondisi lahan tersebut penutupan jatuk di jalur pengamatan

sekunder umumnya lebih rendah yaitu antara 34-89%.

Kondisi penutupan tajuk yang berbeda berpengaruh terhadap kondisi iklim

mikro pada masing-masing lokasi. Suhu rata-rata pada jalur pengamatan sekunder

umumnya lebih tinggi dibandingkan suhu rata-rata pada jalur pengamatan primer.

Pada siang hari suhu rata-rata di jalur pengamatan primer antara 20,08-25,78°C

sedangkan pada malam hari berkisar antara 19,22-24,94°C. Di jalur pengamatan

sekunder suhu pada siang hari berkisar antara 20,4°C sampai 26,64°C dan pada

malam hari antara 18,51-24,82°C. Selain oleh penutupan tajuk suhu lingkungan

juga dipengaruhi oleh ketinggian dan kondisi cuaca selama pengamatan, seperti

yang terjadi pada lokasi pengamatan Ranau. Di lokasi ini suhu di jalur

pengamatan sekunder lebih rendah dari suhu di jalur pengamatan primer, hal ini

disebabkan karena selama pengamatan di jalur sekunder hampir selalu terjadi

hujan sehingga suhunya menjadi lebih rendah.

Gambar 3. Kondisi vegetasi pada jalur pengamatan primer (a) jalur pengamatan darat (b) jalur pengamatan sungai

(a) (b)

Page 38: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Gambar 4. Kondisi vegetasi pada jalur pengamatan sekunder (a) jalur pengamatan darat (b) jalur pengamatan sungai

Penemuan dan Penyebaran Reptil

Selama pengamatan di lokasi penelitian ditemukan sebanyak 51 jenis reptil

yang termasuk dalam 14 suku dan 3 sub ordo, yaitu ophidia (bangsa ular)

sebanyak 24 jenis, sauria (kadal) 24 jenis dan testudinata (kura-kura) sebanyak 3

jenis. Dari jumlah tersebut satu jenis diantaranya merupakan catatan baru (new

record) untuk wilayah Sumatera, yaitu Draco taeniopterus yang sebelumnya

hanya diketahui tersebar di wilayah Thailand dan Kamboja (Cox et al., 1998)

serta Kalimantan (Rooij, 1915). Selain itu tiga jenis yang ditemukan merupakan

endemik Sumatera, yaitu Gonocephalus klosi, Draco sumatranus dan

Cyrtodactylus cf fumosus.

Komposisi jenis yang ditemukan pada penelitian ini relatif tinggi

dibandingkan dengan penelitian serupa yang pernah dilakukan sebelumnya oleh

Sudrajat (2001) di Sumatera Selatan sebanyak 30 jenis dan HIMAKOVA (2004)

di daerah Pemerihan, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sebanyak 13 jenis.

Daftar jenis-jenis reptil yang ditemukan di lokasi penelitian disajikan pada Tabel

3.

(a) (b)

Page 39: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Tabel 3 . Daftar jenis reptil yang ditemukan di lokasi penelitian

Spesies Kubu Perahu Linau Way Sepunti Ranau Way canguk

p s p s p s p s p s

Draco melanopogon 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0

Draco volans 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0

Draco fimbriatus 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0

Draco taeniopterus 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

Draco sumatranus 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1

Broncochella cristatella 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0

Gonocephalus chameleontinus 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0

Gonocephalus klosi 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0

Calotes sp 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0

Pseudocalotes tympanistriga 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0

Varanus rudicollis 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1

Varanus salvator 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0

Mabuya multifasciata 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1

Mabuya rudis 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0

Mabuya rugifera 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0

Lipinia vitigera 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0

Dasia olivacea 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0

Taxydromus sexlineatus 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0

Gecko smithi 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0

Gecko monarcus 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0

Cyrtodactylus quadrilineatus 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0

Cyrtodactylus cf fumosus 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1

Ptycozoon kuhli 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0

Typhlops lineatus 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0

Xenopeltis unicolor 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1

Python reticulatus 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0

Trimeresurus puniceus 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0

Trimeresurus sumatranus 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0

Trimeresurus hageni 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0

Bungarus candidus 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0

Rhabdophis crysargus 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0

Xenochrophis trianguligera 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0

Liopeltis baliodera 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0

Calamaria schlegeli 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

Homalopsis buccata 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0

Psammodynastes pulverulentus 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0

Elaphe flaviolineata 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0

Gonyosoma oxycephalum 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0

Ptyas korros 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0

Lycodon subcinctus 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

Ahaetulla prasina 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

Dendrelaphis caudolineatus 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0

Boiga drapiezii 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0

Boiga jaspidea 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0

Boiga nigriceps 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1

Pareas vertebralis 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0

Pareas laevis 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0

Pareas malaccanus 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0

Manouria emys 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0

Dogania subplana 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0

Heosemys spinosa 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0

jumlah 8 9 14 7 5 11 5 9 19 6 Keterangan : p = primer s = sekunder

Page 40: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Jenis-jenis reptil yang ditemukan sebagian besar memiliki penyebaran yang

spesifik. Sebanyak 30 jenis reptil hanya dijumpai pada satu lokasi saja. Hal ini

disebabkan karena jenis-jenis reptil memiliki kepadatan yang rendah sehingga

sulit untuk dijumpai. Penyebaran reptil paling luas adalah jenis Mabuya

multifasciata yang tercatat di sembilan lokasi pengamatan serta M. rudis yang

tercatat di tujuh lokasi pengamatan. Selain memiliki kepadatan yang cukup tinggi,

kedua jenis tersebut memiliki rentang habitat dan juga kemampuan adaptasi yang

cukup tinggi sehingga dapat ditemukan pada berbagai ketinggian dan kondisi

habitat yang berbeda.

Secara keseluruhan jenis reptil yang ditemukan pada habitat tidak terganggu

sebanyak 32 jenis relatif seimbang dengan jumlah reptil yang ditemukan pada

habitat terganggu sebanyak 31 jenis, namun jenis-jenis yang ditemukan pada

kedua tipe habitat tersebut umumnya berbeda. Reptil yang ditemukan pada habitat

terganggu terutama reptil yang aktif pada siang hari karena pada daerah yang

terbuka mereka lebih mudah untuk mendapatkan mangsa. Selain itu reptil

membutuhkan cahaya matahari sebagai sumber energi untuk memulai aktivitasnya

pada pagi hari. Sedangkan reptil yang ditemukan pada habitat yang tidak

terganggu umumnya merupakan reptil arboreal seperti Varanus rudicollis,

Ptycozoon kuhli serta Gecko smithi yang memerlukan kondisi vegetasi yang

cukup baik serta reptil yang memerlukan kelembaban yang cukup tinggi seperti

Manouria emys, Cyrtodactylus quadrilinetus serta Boiga spp.

Selain kondisi habitat, perbedaan ketinggian berpengaruh juga terhadap

keanekaragaman jenis reptil. Primack et. al (1998) mengatakan bahwa komposisi

komunitas dan keanekaragaman jenis lebih tinggi pada dataran rendah daripada

dataran tinggi dan kelimpahan jenis semakin berkurang dengan bertambahnya

ketinggian. Namun berdasarkan nilai keanekaragaman yang diperoleh dalam

penelitian ini diketahui bahwa ketinggian tempat tidak berpengaruh

keanekaragaman jenis reptil. Gambar 5. memperlihatkan bahwa setiap lokasi

memiliki nilai keanekaragaman jenis yang relatif sama. Hal ini disebabkan reptil

yang ditemukan umumnya memiliki penyebaran yang spesifik sehingga jenis-

jenis yang ditemukan di dataran tinggi belum tentu ditemukan di dataran rendah

dan sebaliknya. Kemungkinan lain adalah tingkat ketinggian di lokasi penelitian

Page 41: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

tidak jauh berbeda sehingga tidak terlihat adanya pengaruh ketinggian terhadap

nilai keanekaragaman jenis reptil.

0

0,5

1

1,5

2

2,5

way canguk(50)

linau (450-550)

kubu perahu(550-700)

way sepunti(550-950)

ranau (1200-1400)

ketinggian lokasi (m dpl)

nila

i ind

ek H'E

Gambar 5. Indek kelimpahan dan indek kemerataan pada masing-masing

ketinggian.

Namun nilai keanekaragaman yang diperoleh dalam penelitian ini

kemungkinan memiliki bias yang disebabkan oleh faktor musim dan jumlah hari

pengamatan. Penelitian ini dilakukan pada saat musim hujan (September –

Januari) sehingga jenis-jenis tertentu kemungkinan tidak ditemukan pada saat

pengamatan karena pada musim hujan mereka lebih banyak beristirahat atau

bersembunyi. Selain itu gambar 6. memperlihatkan bahwa jenis reptil yang

ditemukan sampai hari pengamatan terakhir grafiknya masih terus meningkat

sehingga jika pada masing-masing lokasi jumlah hari pengamatan ditambah

kemungkinan besar komposisi jenis yang ditemukan akan berubah dan nilai

keanekaragaman yang diperoleh akan berbeda.

Page 42: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

0

10

20

30

40

50

60

6 12 18 24 30 36 42 48 54 60

Jumlah hari pengamatan

Jum

lah

jeni

s ya

ng d

item

ukan

Gambar 6. Grafik penambahan jumlah jenis reptil yang ditemukan berdasarkan jumlah hari pengamatan

Pola Aktivitas dan Sebaran Ekologis

Semua makhluk hidup selalu berinteraksi dengan lingkungan mereka.

Mattison (1992) menyatakan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi

hubungan makhluk hidup dengan lingkungannya, yaitu faktor fisik (panas, cahaya

matahari dan kelembaban) dan faktor biologi (pemangsaan, suplai makanan dan

kompetisi).

Setiap jenis akan memberikan respon yang berbeda terhadap setiap faktor

yang mempengaruhinya dan hal tersebut akan menimbulkan adanya perbedaan

pola aktivitas pada makhluk hidup termasuk reptil. Berdasarkan pengamatan

dilapangan terlihat bahwa masing-masing jenis reptil memiliki pola aktivitas

tersendiri, sebagian reptil aktif pada siang hari atau bersifat diurnal dan sebagian

lainnya aktif pada malam hari (nokturnal).

Sebaran ekologis berkaitan pola dengan penggunaan ruang oleh suatu jenis

di dalam suatu ekosistem. Suatu ekosistem melingkupi suatu volume dimana

didalamnya terdapat variasi distribusi individu. Individu-individu dalam masing-

masing populasi cenderung untuk menguasai posisi yang khusus dalam ruang

(McNaughton dan Wolf, 1990). Penggunaan ruang erat hubungannya dengan

pemanfaatan sumber-sumber daya oleh jenis tersebut.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa beberapa jenis reptil memiliki pola

penggunaan ruang yang dipengaruhi oleh pola aktivitas. Jenis-jenis arboreal yang

aktif pada malam hari seperti Trimeresurus, Boiga, Psammodynastes dan Pareas

Page 43: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

sering ditemukan pada cabang atau ranting pohon terutama pada malam hari

ketika mereka aktif mencari mangsa (Gambar 7), namun pada siang hari mereka

lebih suka bersembunyi di permukaan tanah atau pada lapisan serasah untuk

menghindari pemangsa. Varanus rudicollis yang aktif pada siang hari memiliki

pola yang berbeda yaitu, pada siang hari mereka lebih sering berada di sekitar

perairan (sungai) untuk mencari mangsa dan pada malam hari mereka beristirahat

di atas pohon.

Gambar 7. Psammodynastes sedang mencari mangsa

Reptil arboreal lainnya yang aktif pada siang hari seperti Ahaetulla,

Dendrelaphis, Dasia olivacea dan jenis-jenis dari suku Agamidae (bunglon) lebih

cenderung memiliki penggunaan ruang yang tetap. Mereka aktif mencari mangsa

di atas ranting pohon atau semak-semak pada siang hari dan pada malam hari

mereka bersembunyi pada batang-batang pohon atau diantara dedaunan. Tetapi

jenis-jenis ini memiliki pola penggunaan ruang yang berubah pada musim

berbiak, dimana mereka turun ke permukaan tanah untuk menyimpan telur dan

sebagian menjaganya (Gambar 8).

Gambar 8. Gonocephalus chameleontinus meletakan telurnya pada permukaan tanah

Page 44: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Reptil yang hidup pada permukaan tanah (terestrial) juga memiliki pola

penggunaan ruang yang cenderung tetap. Beberapa jenis bersarang atau

berlindung di lubang-lubang tanah, celah-celah batu atau diantara banir kayu

seperti Mabuya, Xenopeltis unicolor dan Lycodon subcinctus (Gambar 9). Jenis

Typhlops lineatus dan Calamaria shclegeli bahkan diketahui lebih banyak

melakukan aktivitasnya di dalam tanah atau di bawah permukaan serasah, mereka

menggali tanah untuk mencari mangsa seperti larva serangga dan cacing tanah

(Cox, 1998). Sebagian reptil terestrial aktif pada siang hari dan sebagian lainnya

aktif pada malam hari.

Gambar 9. Sarang ular pada lubang tanah

Beberapa reptil lainnya hidup pada lingkungan akuatik. Dogania subplana

hidup di sungai-sungai dan biasanya bersembunyi di dasar-dasar sungai yang

berpasir. Mereka keluar pada malam hari untuk mencari mangsa seperti ikan dan

kerang, sedangkan pada siang hari mengubur diri di dalam pasir di dasar sungai.

Jenis-jenis lainnya seperti Varanus, Xenochrophis, dan Homalopsis hanya

melakukan sebagian aktivitasnya di dalam air terutama ketika mencari mangsa.

Berdasarkan sebaran ekologisnya, jenis-jenis yang ditemukan selama

pengamatan dapat dikelompokan menjadi 4 kelompok, yaitu :

1. Akuatik, jenis ini tidak pernah meninggalkan badan air yaitu Dogania

subplana.

2. Semi akuatik, sebagian aktivitasnya dilakukan pada badan perairan yaitu

Heosemys spinosa, Varanus salvator, Varanus rudicollis, Homalopsis buccata

dan Xenochrophis trianguligera.

3. Fussorial, lebih sering berada di lubang-lubang tanah, yaitu Typhlops lineatus

dan Calamaria schlegeli.

Page 45: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

4. Terrestrial, hampir seluruh aktivitasnya dilakukan pada permukaan tanah,

yaitu Manouria emys, Lycodon subcinctus, Ptyas korros, Elaphe flaviolineata,

Xenopeltis unicolor, Rhabdophis crysargos, Liopeltis baliodeira, Bungarus

candidus, Mabuya multifasciata, Mabuya rudis dan Mabuya rugifera.

5. Semi arboreal, sebagian aktivitasnya dilakukan di atas pohon atau vegetasi

lainnya, yaitu Boiga drapiezii, Boiga jaspidea, Boiga nigriceps, Trimeresurus

hageni, Trimeresurus puniceus, Trimeresurus sumatranus, Python reticulatus,

Pareas malaccanus, Pareas vertebralis, Pareas laevis, Gonyosoma

oxycephalum dan Taxydromus sexlineatus.

6. Arboreal, hampir seluruh aktivitasnya dilakukan di atas pohon atau vegetasi,

yaitu Cyrtodactylus quadrilineatus, Cyrtodactylus cf fumosus, Gekko smithi,

Gekko monarchus, Ptycozoon kuhli, Gonocephalus cameleontinus,

Gonocephalus klosi, Broncochella cristatela, Pseudocalotes tympanistriga,

Draco volans, Draco fimbriatus, Draco taeniopterus, Draco sumatranus,

Draco melanopogon, Ahaetulla prasina, Dendrelaphis caudolineatus, Dasia

olivacea dan Lipinia vittigera.

Indek Keanekaragaman Jenis

Keanekaragaman jenis dapat dilihat dengan menggunakan berbagai

parameter diantaranya dengan menghitung nilai indek keanekaragaman. Indek

yang dihitung meliputi indek kelimpahan individu jenis (H’) dan indek

kemerataan jenis (E). Penghitungan hanya dilakukan terhadap jenis-jenis yang

ditemukan di dalam jalur pengamatan di tiap–tiap lokasi penelitian.

Nilai indek kelimpahan jenis tertinggi terdapat pada lokasi Linau primer dan

nilai terendah pada lokasi Way Canguk sekunder. Nilai kelimpahan berkisar

antara 1,12 sampai 2,15. Tingginya nilai kelimpahan pada lokasi Linau primer

disebabkan jenis yang ditemukan di lokasi tersebut paling banyak yaitu 13 jenis

dengan jumlah individu tiap jenisnya yang cukup merata, sedangkan di Way

Canguk sekunder jenis yang ditemukan sebanyak 6 jenis dengan jumlah individu

tiap jenis yang tidak merata dibandingkan lokasi pengamatan lainnya. Indek

keanekaragaman jenis reptil di tiap–tiap lokasi pengamatan disajikan pada Tabel

4.

Tabel 4. Hasil perhitungan indek keanekaragaman jenis reptil di tiap – tiap lokasi pengamatan

Page 46: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

No. Lokasi Pengamatan Indek – indek Keanekaragaman Jenis

H’ E

1 Way Canguk primer 1,79 0,75

2 Way Canguk sekunder 1,12 0,63

3 Way Sepuntih primer 1,60 0,89

4 Way Sepuntih sekunder 1,51 0,66

5 Kubu Perahu primer 1,91 0,92

6 Kubu Perahu sekunder 1,13 0,63

7 Linau primer 2,15 0,84

8 Linau sekunder 1,29 0,93

9 Ranau primer 1,16 0,72

10 Ranau sekunder 1,30 0,72

Nilai kelimpahan di TNBBS ini relatif lebih tinggi dibandingkan dengan

nilai kelimpahan jenis reptil di wilayah Sumatera Selatan (Musi Banyuasin, Lahat

dan Musi Rawas) yang nilainya berkisar antara 0,99 sampai 1,79 (Sudrajat, 2001).

Helvoort (1981) dalam Darmawan (2006) menyatakan bahwa terdapat

hubungan antara keanekaragaman dengan keseimbangan jenis dalam satu

komunitas. Apabila nilai keanekaragaman tinggi maka keseimbangan antar jenis

juga tinggi, tetapi tidak berlaku sebaliknya. Berdasarkan kondisi habitat,

umumnya nilai kelimpahan pada habitat yang tidak terganggu lebih tinggi

dibandingkan dengan habitat yang terganggu, kecuali di lokasi Ranau. Hal ini

menunjukan bahwa pada habitat yang tidak terganggu umumnya memiliki

keseimbangan jenis reptil yang lebih tinggi dibandingkan pada habitat yang

terganggu.

Indek kemerataan individu jenis menunjukkan jenis berada pada tingkat

kelimpahan tertentu. Indek kemerataan jenis sama dengan satu (E = 1) berarti

jenis-jenis yang ditemukan berada pada tingkat kelimpahan yang sama. Indek

kemerataan jenis di semua lokasi pengamatan memiliki nilai lebih besar dari 0,5

(E > 0,5) berarti jenis-jenis yang ditemukan cukup merata. Di tiga lokasi yaitu

Way Canguk, Kubu perahu dan Way Sepuntih nilai indek kemerataan lebih tinggi

pada daerah yang belum terganggu dibandingkan dengan daerah yang terganggu,

hal ini disebabkan pada daerah yang terganggu terdapat jenis-jenis tertentu yang

mendominasi dengan jumlah individu yang lebih melimpah dibandingkan dengan

jenis yang lain. Indek kemerataan tertinggi terdapat di Linau sekunder (E = 0,93)

Page 47: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

dan terendah di Way Canguk sekunder (E = 0,63). Jenis yang ditemukan di Linau

sekunder hanya berjumlah 4 jenis akan tetapi jumlah individu tiap jenisnya tidak

terlalu jauh berbeda, sedangkan di Way Canguk sekunder jenis yang ditemukan

berjumlah 5 jenis dengan jumlah individu jenis tertentu jauh lebih besar

dibandingkan jenis lain yang ditemukan di lokasi tersebut.

Indek Kesamaan Jenis Reptil

Tabel 5. Matriks perhitungan nilai indek kesamaan jenis

KP_P KP_S L_P L_S WS_P WS_S R_P R_S WC_P WC_S KP_P 1 0,21 0,22 0,15 0,3 0,19 0,08 0,13 0,17 0,17 KP_S 1 0,21 0,23 0,17 0,11 0 0,06 0,17 0,15 L_P 1 0,17 0,19 0,19 0 0,09 0,27 0,11 L_S 1 0,2 0,12 0 0,07 0,13 0,18

WS_P 1 0,14 0,11 0,08 0,09 0,1 WS_S 1 0 0,18 0,15 0,13 R_P 1 0,08 0 0 R_S 1 0,08 0,07

WC_P 1 0,25 WC_S 1

Nilai indek kesamaan jenis yang diperoleh dalam penelitian ini berkisar

antara 0 sampai 0,3. Komposisi jenis reptil reptil yang ditemukan pada masing-

masing lokasi umumnya berbeda sehingga nilai indek kesamaan jenis yang

diperoleh relatif kecil. Besarnya perbedaan komposisi jenis disebabkan oleh

perbedaan ketinggian tempat dan juga kondisi habitat pada masing-masing lokasi

pengamatan.

Lokasi yang memiliki tingkat kesamaan terbesar adalah Kubu Perahu primer

dengan Way Sepunti primer sebesar 0,3 serta Linau primer dengan Way Canguk

primer sebesar 0,27. Kesamaan jenis yang relatif tinggi dilokasi tersebut

disebabkan oleh faktor kondisi habitat yang relatif seragam dan juga ketinggian

yang tidak jauh berbeda. Lokasi yang memiliki indek kesamaan jenis paling kecil

adalah Ranau primer. Ranau primer memiliki nilai kesamaan terbesar yaitu

dengan Way Sepunti primer sebesar 0,11. Faktor ketinggian tempat menyebabkan

komposisi jenis reptil yang ditemukan di lokasi ini berbeda dengan lokasi yang

lainnya. Ranau berada di ketinggian antara 1.200 sampai 1.400 mdpl sedangkan

lokasi lainnya berada dibawah 100 mdpl.

Berdasarkan hasil perhitungan indek kesamaan jenis (Tabel 5) diketahui

bahwa di lokasi dengan kondisi habitat yang sama walaupun pada ketinggian yang

Page 48: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

berbeda memiliki kesamaan jenis reptil yang lebih tinggi dibandingkan dengan

lokasi yang berada pada ketinggian yang sama dengan kondisi habitat yang

berbeda. Hal tersebut menunjukan bahwa faktor kondisi habitat lebih berpengaruh

terhadap penyebaran reptil dibandingkan dengan ketinggian tempat. Namun untuk

lokasi Way Canguk sekunder memiliki nilai kesamaan jenis yang cukup tinggi

dengan Way Canguk primer yaitu sebesar 0,25. Hal ini disebabkan karena kondisi

habitat di Way Canguk sekunder tidak jauh berbeda dengan Way Canguk primer.

Biologi Cyrtodactylus cf fumosus

Karakteristik Anatomi Organ Reproduksi

Secara umum bagian-bagian organ reproduksi pada Cyrtodactylus cf

fumosus hampir sama dengan organ reproduksi reptil lainnya. Individu jantan

memiliki organ reproduksi primer berupa sepasang gonad jantan (testis), saluran

epydidimys, vas deferens serta sepasang organ kopulatoris yang disebut

hamipenis. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa panjang panjang

testis C. cf fumosus adalah 3,66±0,65 mm (n=14) dengan panjang tertis kanan

sebesar 3,61±0,62 mm dan testis kiri sebesar 3,71±0,70 mm. Walaupun terdapat

kecenderungan testis kiri lebih besar dari testis kanan namun tidak terdapat

perbedaan yang nyata antara panjang testis kiri dan testis kanan. Perbedaan

ukuran organ reproduksi terutama pada testis biasanya berhubungan dengan

produksi spermatozoa, dimana semakin besar ukuran testis produksi sperma yang

dihasilkan diharapkan semakin tinggi (Pane, 2005).

Gambar 10. Morfologi organ reproduksi Cyrtodactylus cf fumosus (a) jantan (b) betina

Organ reproduksi pada individu betina terdiri dari sepasang ovarium dan

ovidut. Sel telur yang dihasilkan oleh masing-masing ovarium berjumlah antara 3

(a) (b)

Page 49: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

sampai 5 butir dan jumlah sel telur terbanyak dalam satu individu adalah 8 butir.

Dua individu tercatat tidak memiliki telur didalam ovariumnya. Ukuran telur

bervariasi antara 0,44 sampai 11,84 mm, adanya variasi tersebut menunjukan

tingkat perkembangan embrio yang berbeda pada masing-masing telur.

Walaupun setiap individu dapat menghasilkan sampai delapan butir sel telur

atau lebih, namun dalam satu kali masa perkembangbiakan setiap induk hanya

mampu menghasilkan dua telur yang dibuahi dan akan menetas menjadi individu

baru. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan ruang yang terbatas pada tubuh

induknya.

Variasi ukuran telur pada tubuh betina menunjukan tingkat perkembangan

embrio yang berbeda, hal tersebut mengindikasikan juga bahwa proses

pembuahan sel telur pada setiap individu terjadi pada waktu yang berbeda. Bila

proses perkawinan pada setiap pasangan tidak terjadi pada waktu yang bersamaan

dapat diduga bahwa C. cf fumosus merupakan jenis yang tidak memiliki musim

kawin tertentu tetapi perkembangbiakannya dapat terjadi sepanjang tahun. Musim

kawin pada reptil dipengaruhi oleh kondisi lingkunganya terutama suhu. Karena

sifatnya yang berdarah dingin reptil membutuhkan suhu lingkungan yang cukup

hangat untuk mendukung perkembangan embrio di dalam telurnya. Goin, Goin

dan Jug (1978) menyatakan bahwa reptil yang hidup di wilayah tropis memiliki

potensi untuk berkembangbiak sepanjang tahun karena memiliki iklim yang relatif

stabil atau homogen.

Hubungan Antara Ukuran Panjang Tubuh Dengan Ukuran Gonad

Kematangan reproduksi terjadi ketika organ reproduksi (gonad) suatu

individu telah mampu berfungsi sempurna dan biasanya ditandai dengan

munculnya karakteristik seksual sekunder. Pada vertebrata kematangan organ

reproduksi akan dicapai pada saat individu telah mencapai umur tertentu atau

ukuran tubuh tertentu. Untuk menduga pengaruh ukuran tubuh terhadap

kematangan reproduksi dilakukan analisis korelasi terhadap ukuran tubuh dan

ukuran organ reproduksi (gonad).

Pendugaan pada jantan dilakukan dengan membandingkan antara panjang

tubuh (svl) dengan panjang testis terhadap 14 individu jantan yang memiliki

panjang tubuh antara 40,95 - 50,9 mm. Suatu individu jantan dapat dikatakan

Page 50: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

matang secara reproduksi jika testisnya telah mampu memproduksi sel sperma

dan hormon seksual.

Hasil analisis menunjukkan terdapat korelasi yang positif antara panjang

tubuh dengan panjang testis. Ukuran tubuh pada jantan berpengaruh nyata

terhadap ukuran testis dengan nilai korelasi sebesar 0,62 pada testis kanan dan

0,61 pada testis kiri. Hubungan tersebut tersebut menunjukkan bahwa semakin

besar ukuran tubuh maka semakin semakin besar ukuran testis.

Ukuran testis biasanya akan berpengaruh terhadap produksi sperma yang

dihasilkan, sehingga adanya hubungan seperti itu menunjukkan bahwa individu

yang lebih besar akan menghasilkan produksi sperma yang lebih banyak.

Sebaliknya pada individu yang lebih kecil akan menghasilkan jumlah sperma

yang lebih sedikit dan pada ukuran tubuh tertentu testis belum dapat memproduksi

sel sperma. Dengan kata lain bahwa kematangan reproduksi akan terjadi pada saat

suatu jantan telah mencapai ukuran tertentu.

panjang tubuh/svl (mm)

565452504846444240

panj

ang

test

is (m

m)

5,5

5,0

4,5

4,0

3,5

3,0

2,5

kiri

Rsq = 0.3703

kanan

Rsq = 0.3871

Gambar 11. Grafik hubungan antara panjang subuh (svl) dengan panjang testis

Pada betina pendugaan dilakukan dengan membandingkan antara ukuran

tubuh dengan ukuran telur terpanjang. Analisis dilakukan terhadap 16 individu

betina yang memiliki panjang tubuh 37,5-59,7 mm. Hasil analisis korelasi

diketahui bahwa ukuran panjang tubuh (svl) pada betina berpengaruh nyata

terhadap panjang telur dengan nilai korelasi sebesar 0,65.

Page 51: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

panjang tubuh (mm)

60504030

telu

r ter

panj

ang

(mm

)

12

10

8

6

4

2

0 Rsq = 0.4256

Gambar 12. Grafik hubungan antara panjang subuh (svl) dengan panjang telur

Gambar 12. memperlihatkan bahwa semakin besar ukuran tubuh betina

maka semakin besar ukuran telurnya. Pada telur yang sudah dibuahi ukuran telur

mununjukan tingkat perkembangan embrio, sedangkan pada telur yang belum

dibuahi ukuran telur menunjukkan tingkat kematangan sel telur. Artinya semakin

besar ukuran betina maka tingkat perkembangan embrio semakin tinggi atau pada

sel telur yang belum dibuahi semakin besar ukuran betina tingkat kematangan sel

telur semakin tinggi.

Hasil analisis terhadap jantan dan betina menunjukkan hal yang sama bahwa

pada C. cf fumosus ukuran tubuh mempengaruhi tingkat kematangan reproduksi.

Hal ini sesuai dengan penyataan Blum (1986) menyatakan bahwa pada jenis-jenis

reptil besarnya ukuran tubuh lebih penting bagi suatu individu untuk mencapai

masa pubertas dibandingkan dengan umur.

Seksual dimorfisme

Perbedaan ukuran dan bentuk tubuh antara jantan dan betina (seksual

dimorfisme) pada reptil sering kali terjadi. Pada beberapa jenis kadal umumnya

betina memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dari jantan. Ramirez et al, (2002)

menyebutkan bahwa pada jenis kadal Mabuya mabouya terdapat perbedaan

ukuran tubuh jantan dan betina dimana individu jantan lebih kecil dibandingkan

dengan betina. Untuk menguji adanya seksual dimorfisme pada C. cf fumosus

dilakukan dengan membandingkan ukuran panjang tubuh (svl), panjang kepala,

Page 52: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

lebar kepala, panjang tungkai belakang dan jarak antar tungkai pada 30 individu

(14 jantan dan 16 betina).

Dari hasil perhitungan diketahui individu betina memiliki panjang tubuh

yang lebih besar (51,68 ± 5,66 mm) dibandingkan dengan jantan (50,26 ± 4,45

mm). Namun hasil uji t menunjukan tidak ada perbedaan yang nyata antara

panjang tubuh jantan dan betina. Nilai uji t untuk seksual dimorfisme pada ukuran

tubuh C. cf fumosus disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Nilai uji t untuk seksual dimorfisme pada ukuran tubuh Cyrtodactylus cf fumosus.

Variabel Jenis kelamin Rata-rata ± SD t-hitung

SVL (mm) jantan 50,26 ± 4,45 0,75ts

betina 51,68 ± 5,66

Panjang kepala (mm) jantan 1,41 ± 0,16 0,85ts

betina 1,45 ± 0,14

Lebar kepala (mm) jantan 0,82 ± 0,09 0,8ts

betina 0,85 ± 0,09

Tungkai belakang (mm) jantan 1,66 ± 0,13 0,26ts

betina 1,67 ± 0,18

Jarak tungkai (mm) jantan 2,23 ± 0,17 2,64*

betina 2,43 ± 0,23 Keterangan : ts = tidak nyata ; * = nyata ; ** = sangat nyata

Hasil pengukuran terhadap panjang dan lebar kepala juga memperlihatkan

hasil yang sama bahwa betina memiliki rata-rata ukuran kepala yang lebih besar

dari jantan. Namun berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa panjang dan lebar

kepala antara jantan dan betina tidak berbeda nyata.

Selain panjang dan lebar kepala, parameter lain yang digunakan untuk

membandingkan ukuran tubuh jantan dan betina adalah panjang tungkai belakang

dan jarak antar tungkai. Hasil pengukuran terhadap panjang tungkai diperoleh

rata-rata panjang tungkai betina sebesar 1,67 ± 0,18 mm, lebih besar dari nilai

rata-rata panjang tungkai pada jantan yaitu sebesar 1,66 ± 0,13 mm. Namun hasil

uji t terhadap rata-rata panjang tungkai juga menunjukkan tidak ada perbedaan

yang nyata. Hasil uji t terhadap ukuran jarak antar tungkai diketahui terdapat

perbedaan yang nyata antara rata-rata jarak antar tungkai betina sebesar 2,43 ±

0,23 mm dengan jarak antar tungkai pada jantan sebesar 1,66 ± 0,13 mm.

Hasil perhitungan secara keseluruhan menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan pada ukuran tubuh, ukuran kepala maupun tungkai antara jantan dan

betina. Namun terdapat perbedaan pada jarak antar tungkai dimana jarak antar

Page 53: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

tungkai pada betina lebih panjang dibandingkan dengan jantan. Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Schwarzkopf (2005) pada

kadal air (Eulamprus quoyii) bahwa jantan dan betina memiliki ukuran tubuh yang

sama namun terdapat perbedaan pada ukuran beberapa bagian tubuh diantaranya

adalah jarak antar tungkai.

Seksual dimorfisme pada satwa disebabkan oleh berbagai faktor seperti

adanya seleksi seksual pada jantan untuk kesuksesan dalam mendapatkan betina

atau akibat seleksi alam pada betina untuk menghasilkan fekunditas yang tinggi.

Perbedaan ukuran kepala antara jantan dan betina biasanya terjadi akibat adanya

seleksi seksual. Pada beberapa jenis kadal, individu jantan biasanya memiliki

ukuran kepala yang lebih besar karena kebiasaan mereka berkelahi atau untuk

mendapatkan perhatian betina atau sebab lain yaitu kebiasaan mereka menggigit

kepala sang betina ketika terjadi perkawinan (Anderson, 1994 dalam

Schwarzkopf, 2005). Selain ukuran kepala, pada jenis-jenis kadal tertentu jantan

memiliki tungkai yang lebih panjang dari betina. Menurut Butler dan Lossos

(2002) dalam Schwarzkopf (2005) jantan yang memiliki tungkai yang lebih

panjang lebih mudah dalam memburu betina pada musim kawin atau ketika

menghindari pemangsa.

Pada C. cf fumosus, seksual dimorfisme hanya terletak pada ukuran jarak

antara tungkai depan dan tungkai belakang. Dengan ukuran tubuh yang sama

namun betina memiliki jarak antar tungkai yang lebih panjang dari jantan. Dengan

jarak yang tungkai yang lebih panjang maka betina akan memiliki proporsi ruang

yang lebih besar pada bagian perut. Hal tersebut dimungkinkan karena pada

musim berbiak betina dewasa akan membutuhkan ruang yang lebih besar pada

bagian perut untuk mendukung perkembangan embrio yang terkandung didalam

telur selama berada didalam tubuh induknya.

Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan jumlah atau panjang

ruas pada tulang belakang. Hasil pengamatan terhadap dua sampel (1 jantan dan 1

betina) menunjukkan bahwa jantan dan betina memiliki jumlah tulang belakang

yang sama, yaitu sebanyak 26 ruas sehingga perbedaan jarak tungkai mungkin

disebabkan oleh adanya perbedaan ukuran ruas tulang belakang atau perbedaan

ukuran tulang rawan yang menghubungkan ruas tulang belakang.

Komposisi Pakan Cyrtodactylus cf fumosus

Page 54: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Analisis komposisi pakan dilakukan pada 30 contoh C. cf fumosus yang

diambil dari lokasi Way Canguk primer. Dari sampel tersebut diketahui hanya 22

individu yang di dalam lambungnya mengandung pakan sedangkan 8 individu

lambungnya kosong. Dari 22 contoh tersebut dapat teridentifiksi sebanyak 20

individu mangsa. Umumnya mangsa yang ditemukan merupakan invertebrata

yaitu sebanyak lima kelas (heksapoda, crustacea, diplopoda, arachnida dan

annelida) serta satu vertebrata yaitu kelas reptilia. Satu jenis cacing tidak dapat

teridentifikasi sampai pada tingkat ordo karena ukurannya yang kecil.

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa komposisi pakan terbesar yaitu

isoptera sebesar 42,9 %, kemudian laba-laba (araneae) sebesar 23,8 %, glomerida

(9,5%) serta blataria, diptera, isopoda dan reptilia masing-masing sebanyak 4,8%.

Tabel 7. Komposisi pakan Cyrtodactylus cf fumosus Jenis Mangsa Jumlah Individu Frekuensi (%)

Arthropoda Heksapoda isoptera 9 42,9

diptera 1 4,8 blataria 1 4,8

Crustacea isopoda 1 4,8 Diplopoda glomerida 2 9,5 Arachnida araneae 5 23,8 Annelida

cacing 1 4,8 Chordata Reptilia sauria 1 4,8

Jumlah 21 100

Secara umum C. cf fumosus memangsa binatang-binatang kecil yang cukup

beragram terutama jenis-jenis arthropoda. Laron (isoptera), laba-laba (araneae)

dan glomerida merupakan jenis binatang yang paling banyak dimangsa.

Page 55: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Gambar 13. Jenis-jenis pakan C cf fumosus (1) Isoptera, (2) Glomerida, (3) Araneae, (4) Annelida, (5) Isopoda dan (6) Blataria, (a) Gambar pakan yang ditemukan dalam isi perut dan (b) Gambar morfologi

3a

2a

5a

6a

1a

4a

6b

5b

4b

3b

2b

1b

Page 56: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Sesuai dengan pola aktivitasnya C. cf fumosus umumnya memangsa

serangga-serangga yang banyak ditemukan pada malam hari terutama yang berada

di pohon atau vegetasi. Mereka aktif mencari makan pada ranting-ranting dan

cabang pohon pada malam hari sehingga labih mudah untuk mendapatkan mangsa

yang tinggal atau terbang disekitar pohon seperti laron dan laba-laba. Namun

selain diatas pohon diduga bahwa satwa ini juga turun ke permukaan tanah untuk

mencari mangsa. Hal ini dibuktikan dengan beberapa mangsa mereka yang

merupakan binatang yang hidup pada lapisan tanah seperti cacing (annelida) dan

kaki seribu bola (glomerida).

Berdasarkan besarnya frekuensi dari masing-masing mangsa terlihat adanya

dominasi pemangsaan terhadap salah satu jenis mangsa, yaitu laron (isoptera)

sebesar 42,9%. Hal ini menunjukan bahwa C. cf fumosus memiliki perilaku yang

selektif dalam memilih mangsanya. Selektivitas suatu jenis dalam memilih

mangsanya dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu ketersediaan mangsa dan

persaingan untuk mendapatkan mangsa yang sama.

Laron yang merupakan mangsa utama lebih banyak ditemukan pada musim

hujan sedangkan pada musim kemarau mereka lebih banyak berada didalam

sarang. Menurut Nugroho dkk. (1992) Laron biasanya keluar sarang pada saat

udara cukup panas tetapi lembab yaitu pada saat akhir musim kemarau atau awal

musim hujan. Sehingga terdapat kemungkinan bahwa ketersediaan jenis mangsa

C. cf fumosus dipengaruhi oleh musim, pada musim kemarau ketika laron lebih

sulit ditemukan mereka akan lebih banyak memangsa jenis yang lain seperti laba-

laba atau yang lainnya.

Faktor lain yang berpengaruh terhadap pemilihan janis pakan adalah

persaingan atau kompetisi. Berdasarkan pola aktivitasnya jenis-jenis pemangsa

serangga lainnya yaitu kadal (suku scincidae) dan bunglon (agamidae) mencari

mangsa pada siang hari dan umumnya mereka memangsa serangga-serangga yang

aktif pada siang hari seperti belalang. Kemungkinan persaingan lain akan muncul

dari geckonidae lainnya yaitu tokek (Gekko smithi) yang juga aktif pada malam

hari namun dari ukuran tubuhnya kemungkinan jenis ini akan memangsa

binatang-binatang yang lebih besar sehingga faktor persaingan tidak terlalu

berpangaruh terhadap pemilihan mangsa oleh C. cf fumosus.

Page 57: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Disamping beberapa binatang kecil yang mereka mangsa, pada isi lambung

mereka juga ditemukan bagian ekor dari jenis mereka sendiri. Sejauh ini diketahui

bahwa cicak (suku geckonidae) memiliki kebiasaan untuk memutuskan ekor

mereka sendiri (caudal autotomy) dengan tujuan untuk menghindari pemangsa,

namun belum pernah diketahui bahwa mereka memutuskan ekor untuk

dikonsumsi sendiri. Adanya sistem teritori pada cicak memungkinkan terjadinya

perkelahian antara sesama jantan dewasa untuk mempertahankan wilayahnya.

Sehingga bagian ekor yang dimangsa oleh mereka sendiri lebih dimungkinkan

sebagai ekor yang putus akibat dari perkelahian tersebut. Cogger dan Zweifel

(2003) menyatakan bahwa cicak (Gecko) memiliki sistem teritorial dalam perilaku

sosial mereka, sistem teritori ini berhubungan dengan ruang untuk mendapatkan

mangsa dan betina.

Page 58: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1. Reptil yang ditemukan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)

sebanyak 51 jenis yang berdasarkan sebaran ekologisnya reptil dibagi

menjadi 6 golongan, yaitu akuatik, semi akuatik, fossorial, terrestrial,

arboreal dan semi arboreal. Jenis-jenis yang umum dijumpai antara lain

Mabuya multifasciata, Mabuya rudis dan Cyrtodactylus cf fumosus. Satu

jenis yaitu Draco taeniopterus dari suku agamidae merupakan catatan baru

untuk wilayah Sumatera.

2. Secara umum jumlah jenis reptil yang dijumpai di habitat tidak terganggu

(primer) seimbang dengan jumlah jenis yang terdapat di habitat terganggu

(sekunder), namun komposisi jenis yang dijumpai berbeda. Di habitat tidak

terganggu diantaranya Manouris emys, Cyrtodactylus quadrilineatus dan

Boiga spp, sedangkan di habitat yang terganggu yaitu Ptyas korros dan

Gonyosoma oxycephalum.

3. Hasil pengukuran morfologi Cyrtodactylus cf fumosus menunjukkan adanya

korelasi positif antara antara panjang tubuh dengan panjang testis (pada

jantan) dan ukuran telur (pada betina). Secara visual tidak terlihat adanya

perbedaan ukuran tubuh antara jantan dan betina. Seksual dimorfisme pada

Cyrtodactylus cf fumosus terletak pada jarak antara tungkai depan dan

belakang. Jarak antar tungkai pada betina lebih panjang dari jantan.

4. Cyrtodactylus cf fumosus memangsa jenis binatang dari delapan ordo yang

berbeda. Jenis binatang yang paling banyak dimangsa adalah isoptera

sebanyak 42,9% dan araneae 23,8%.

Page 59: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini :

1. Dengan ditemukannya catatan baru di Sumatera maka perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut mengenai keanekaragaman dan juga penyebaran reptil

di wilayah Sumatera dan TNBBS khususnya.

2. Perlu dilakukan penelitian mengenai bio-ekologi untuk jenis-jenis reptil

yang lain.

3. Perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang satwa reptil terutama

ular agar masyarakat tidak memiliki persepsi yang salah tentang ular.

Selama ini masyarakat menganggap ular sebagai makhluk yang berbahaya

sehingga harus dibunuh.

Page 60: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Balai Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (BTNBBS). 1999. Rencana

Pengelolaan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Buku II. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Kotaagung, Lampung. Tidak diterbitkan.

Bappenas. 1993. Biodiversity Action Plan for Indonesia. Ministry Of

Development Planning/ National Development Planning Agency. Jakarta. Bennett, D. 1999. Expedition Field Techniques Reptiles and Amphibians.

Expedition Advisory Centre, Royal Geographical Society. London. Blum, V. 1986. Vertebrate reproduction A Text Book (Transleted from the

German Edition). Springer - Verlag, Berlin Heidelberg New York Tokyo. Borror, D. J., C. A. Triplehorn dan N. F. Johnson. 1992. Pengenalan Pelajaran

Seranggga : Edisi Keenam. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Cogger, H. G. dan R. G Zweifel. 2003. Encyclopedia of Reptiles and Amphibians.

Frog City Press. San fransisco. Cox, M. J., P. V Dijk, J. Nabhitabhata dan K. Thirakhupt. 1998. A Photographic

Guide to Snakes and Other Reptiles of Peninsular Malaysia, Singapore and Thailand. New Holland Publishers Ltd. London, Sidney. Singapore. Hal 103

Darmawan, M. P. 2006. Keanekaragaman Jenis Burung Pada Beberapa Tipe

Habitat Di Hutan Lindung Gunung Lumut Kalimantan Timur. Skripsi. Departemen Konservasi Sumkberdaya Hutan dan ekowisata Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak diterbitkan.

Goin, C.J., O.B. Goin dan Z.R. Zug. 1978. Introduction to Herpetology. W.H.

Freeman and Company. San Francisco. Halliday, T. dan K. Adler. 2000. The Encyclopedia of Reptiles and Amphibians.

Facts on File Inc. New York. Heyer, W.R., M.A. Donnelly, R.W. McDiarmid, L.C. Hayek dan M.S. Foster.

1994. Measuring and Monitoring Biological Diversity: Standard Methods for Amphibians. Smithsonian Institution Press. Washington.

Himakova. 2004. Eksplorasi Keanekaragaman Hayati di Taman Nasional Bukit

Barisan Selatan Sebagai Bioindikator Kesehatan Hutan. Laporan Kegiatan. Himpunan Mahasiswa Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak diterbitkan.

Iskandar, D. T. 2000. Kura-kura dan Buaya Indonesia dan Papua Nugini.

PALMedia Citra. Bandung.

Page 61: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Krebs, C. J. 1978. Ecological Methodology. Harper and Row Publisher. New

York. Kurniati, Hellen. 2003. Amphibians and Reptiles of Gunung Halimun National

Park West Java, Indonesia. Research Center for Biology – LIPI. Bogor. Hal Larsen, R. J. dan M. L. Marx. 1990. Statistics. Printice-Hall, Inc. New Jersey. Hal McNaughton, S. J. dan L. L. Wolf. Ekologi Umum. Edisi Kedua. Terjemahan. S.

Pringgoseputro dan Srigandono. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Mattison, C. 1992. Snakes of The World. Facts on File Inc. New York. Hal 11 -

110 Norris D. O. dan R. E. Jones, 1978. Hormones and reproduction in Fishes,

Amphibians and Reptiles. Plenum Press. New York and London. Nugroho, E., I. Whendarto dan I. M. Madyana. 1992. Serangga Makanan Walet.

Eka Offset. Semarang. O’Shea, M. dan T. Halliday. 2001. Reptiles and Amphibians. Dorling Kindersley.

London. Pane, R. 2005. Karakteristik Anatomi Organ Reproduksi Serta Konsentrasi dan

Morfometri Spermatozoa Asal Cauda Epididymis Pada Kuda Jantan Lokal. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Bogor. Hal 16 - 18

Parker, J dan W. A. Haswell. 1962. Text Book of Zoology Volume II :

Vertebrates. English Language Book Society and Macmillan. London. Primack, Richard B., Jatna Supriatna, M. Indrawan dan P. Kramadibrata. 1998.

Biologi Konservasi. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Purwowidodo, 2002. Panduan Praktikum Ilmu Tanah Mengenal Tanah. Edisi 1.

Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Ramirez. M. P, V. H. Serrano dan J. C. Galeano. 2002. Annual Reproductive

Activity of Mabuya mabouya (Squamata, Scincidae). Journal of Herpetology 36 (4) : 667-677.

Riyanto dan Mumpuni. 2003. Metode Survei dan Pemantauan Populasi Satwa.

Seri Ketiga Kura-kura. Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI. Bogor.

Rooij, N. D. 1915. The Reptiles of The Indo – Australian Archipelago, Lacertilia.

Chelonia, Emydosauria. Volume I. E J Brill Ltd. Leiden.

Page 62: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

__________. 1917. The Reptiles of The Indo – Australian Archipelago, Ophidia.

Volume II. E J Brill Ltd. Leiden. Schwarzkopf, Lin. 2005. Herpetologica. 61 (2) : 116-123. Sudrajat, 2001. Keanekaragaman dan Ekologi Jenis-jenis Herpetofauna (Amfibi

dan Reptil) Di Sumatera Selatan. Skripsi. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak diterbitkan.

Soehartono, T. dan A. Mardiastuti. 2002. Pelaksanaan Konvensi CITES di

Indonesia. Japan Internasional Cooperation Agency (JICA). Jakarta. Tweedy, M. W. F. 1983. The Snakes of Malaya. Singapore National Printers Ltd.

Singapore.

Page 63: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Lampiran 1. Hasil perjumpaan reptil di lokasi pengamatan Kubu Perahu primer

Tgl. Waktu Jenis

Posisi (m) Substrat Aktivitas

x y z 01-Sep-05 9:31 Draco melanopogon -1 90 4 batang pohon berjemur 01-Sep-05 9:40 Draco melanopogon 1 100 5 batang pohon berjemur 01-Sep-05 12:49 Mabuya rudis -3 0 1 serasah berjemur 01-Sep-05 12:05 Broncochella cristatela -4 0 1 ranting lompat 01-Sep-05 22:00 Varanus salvator 0 100 0 air diam 02-Sep-05 9:40 Mabuya rudis 0 70 0 serasah berjemur 02-Sep-05 9:40 Mabuya rudis 0 70 0 serasah berjemur 02-Sep-05 11:48 Draco sumatranus 3 760 4,5 batang pohon berjemur 02-Sep-05 12:05 Draco sumatranus 3 760 0,5 batang pohon berjemur 03-Sep-05 14:00 Mabuya multifasciata 0 900 0 batu berjemur 04-Sep-05 13:30 Draco melanopogon 0,5 0 3 batang pohon berjemur 04-Sep-05 20:05 Trimeresurus sumatrana -2 150 0 akar diam 06-Sep-05 12:46 Draco melanopogon 0,7 600 4 batang pohon berjemur

Kubu Perahu sekunder

Tgl. Waktu Jenis

Posisi (m) Substrat Aktivitas

x y z

14-Sep-05 10:20 Mabuya multifasciata -0,1 320 0 tanah berjemur 14-Sep-05 10:20 Mabuya multifasciata -0,1 320 0 tanah berjemur 14-Sep-05 10:20 Mabuya multifasciata -0,2 330 0 tanah berjemur 14-Sep-05 11:50 Mabuya multifasciata 0,2 170 0,5 batu berjemur 15-Sep-05 8:40 Mabuya multifasciata -1 1 0,2 batu berjemur 15-Sep-05 9:17 Mabuya multifasciata -0,5 85 0 pasir berjemur 15-Sep-05 9:30 Xenochrophis trianguligera 0 125 0 air berenang 15-Sep-05 10:06 Mabuya multifasciata 0 202 0 rumput berjemur 15-Sep-05 Mabuya multifasciata 0 207 0 rumput makan 15-Sep-05 10:12 Mabuya multifasciata 0 210 0 pasir berjemur 15-Sep-05 Gonocephalus cameleonthinus diluar tansect 15-Sep-05 19:53 Xenochrophis trianguligera 0 140 0 rumput bergerak 15-Sep-05 19:54 Xenochrophis trianguligera 0 140 0 air bergerak 16-Sep-05 11:33 Mabuya multifasciata 0,3 620 0,4 rumput berjemur 16-Sep-05 Boiga drapiezii diluar transect 16-Sep-05 Gonocephalus cameleonthinus diluar transect 16-Sep-05 10:45 Takydromus sexlineatus 1 450 0,4 rumput diam 16-Sep-05 11:00 Mabuya rudis 0,5 496 0,25 semak makan 17-Sep-05 10:05 Mabuya multifasciata 2 100 0 tanah berjemur 17-Sep-05 10:08 Mabuya multifasciata 2 110 0 tanah berjemur 17-Sep-05 10:30 Gonyosoma oxycephalum 0 -2 1 semak berjemur 17-Sep-05 20:41 Cyrtodactylus cf fumosus 3 280 1,2 batang diam 18-Sep-05 10:19 Mabuya rudis -0,3 510 0,3 batang makan 19-Sep-05 9:45 Mabuya multifasciata 1 425 0 tanah berjemur 19-Sep-05 9:45 Mabuya multifasciata 1 426 0 tanah berjemur 19-Sep-05 9:46 Mabuya multifasciata 3 430 0 tanah berjemur 19-Sep-05 10:45 Mabuya multifasciata 0 680 0 serasah diam

19-Sep-05 15:00 Elaphe flavolineata diluar transect

Page 64: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Lampiran 1. (lanjutan) Linau primer

Tgl. Waktu Jenis

Posisi (m) Substrat Aktivitas

x y z 3-Oct-05 7:19 Rhabdophis chrysargus diluar transect tanah makan 3-Oct-05 11:45 Mabuya rudis -1 700 0 kayu berjemur 3-Oct-05 11:50 Mabuya rudis -0,1 720 0 tanah berjemur 3-Oct-05 11:51 Mabuya rudis -0,3 722 0 tanah berjemur 3-Oct-05 20:17 Trimeresurus sumatrana 0 150 0 serasah diam 3-Oct-05 20:41 Cyrtodactylus cf fumosus 0 190 0,2 ranting bergerak 3-Oct-05 21:27 Dendrelaphis caudolineatus -3 470 3 dahan diam 4-Oct-05 8:24 Draco melanopogon 4 50 10 batang berjemur 4-Oct-05 10:01 Mabuya multifasciata -5 225 0 serasah berjemur 4-Oct-05 11:50 Draco fimbriatus 0 1050 0 tanah bertelur 4-Oct-05 11:59 Mabuya multifasciata -8 650 0,4 batang berjemur 4-Oct-05 20:02 Cyrtodactylus cf fumosus 1 75 0 serasah bergerak 4-Oct-05 20:35 Cyrtodactylus cf fumosus -3 110 3 batang diam 4-Oct-05 21:29 Broncochella cristatela 5 500 2 cabang tidur 5-Oct-05 8:31 Pareas laevis -5 25 0 serasah diam 5-Oct-05 8:52 Draco melanopogon 3 55 2,3 batang diam 5-Oct-05 8:52 Draco melanopogon 3 55 2,3 batang diam 5-Oct-05 9:56 Mabuya multifasciata 0 355 0 tanah berjemur 5-Oct-05 9:56 Mabuya multifasciata 2 355 0 tanah berjemur 5-Oct-05 11:00 Mabuya multifasciata -5 650 0,5 kayu berjemur 5-Oct-05 20:15 Pareas laevis 0 25 0 serasah bergerak 5-Oct-05 21:14 Trimeresurus puniceus -3 210 2 ranting diam 5-Oct-05 22:25 Mabuya multifasciata 1 550 0 serasah diam 6-Oct-05 8:50 Mabuya multifasciata -2 95 0 tanah berjemur 6-Oct-05 9:00 Mabuya multifasciata -1 100 0 tanah berjemur 6-Oct-05 10:44 Mabuya multifasciata 0 107 0 pasir berjemur 6-Oct-05 21:08 Xenochrophis trianguligera -1 180 0 tanah diam 7-Oct-05 21:14 Boiga jaspidea -1 400 1 daun bergerak 8-Oct-05 8:40 Mabuya multifasciata -3 100 0 serasah berjemur 8-Oct-05 9:08 Mabuya multifasciata 3 180 0,5 kayu berjemur 8-Oct-05 19:26 Gonocephalus chameleontinus diluar transect batang tidur

Page 65: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Lampiran 1. (lanjutan) Linau sekunder

Tgl. Waktu Jenis Posisi (m) Substrat Aktivitas

x y z 27Sep-05 10:31 Mabuya multifasciata 0,3 260 0,3 kayu berjemur 27Sep-05 14:00 Mabuya multifasciata 0 140 1 kayu berjemur 27Sep-05 20:18 Typhlops lineatus Diluar transect tanah bergerak 28Sep-05 10:18 Mabuya multifasciata 0,2 310 0,5 kayu berjemur 28Sep-05 10:35 Mabuya multifasciata -0,1 360 0,7 kayu berjemur 28Sep-05 19:35 Trimeresurus hageni Diluar transect batang diam 30Sep-05 9:30 Draco volans -2 240 3 batang diam 30Sep-05 9:30 Draco volans -2 240 3,5 batang diam 1-Oct-05 9:05 Mabuya rudis -2 525 0 serasah makan 1-Oct-05 10:45 M multifasciata 5 650 0,3 kayu berjemur 2-Oct-05 7:30 Draco volans -1 240 5 batang diam 2-Oct-05 7:30 Draco volans -1 240 5,5 batang diam 2-Oct-05 7:30 Draco volans -1 240 5 batang diam 2-Oct-05 20:12 Mabuya rudis -0,1 260 0 batu diam 2-Oct-05 20:17 Cyrtodactylus cf fumosus 0 265 1 kayu diam 2-Oct-05 20:55 Cyrtodactylus cf fumosus -1 500 0 serasah lompat

Dasia olivacea Diluar transect pohon diam

Way sepunti primer

Tgl. Waktu Jenis Posisi (m)

Substrat Aktivitas x y z

13-Nov-05 11:22 Mabuya rudis 0,0 320 0,0 batu makan 13-Nov-05 22:05 Cyrtodactylus quadrilineatus 0,0 250 2,5 batang pohon diam 13-Nov-05 21:30 Cyrtodactylus quadrilineatus 0,0 180 1,0 batang pohon diam 14-Nov-05 21:59 Cyrtodactylus quadrilineatus -1,0 520 1,7 batang pohon diam 14-Nov-05 Ptychozoon lionotum diluar transect diam 15-Nov-05 9:35 Mabuya multifasciata -5,0 170 0,0 batang pohon berjemur 15-Nov-05 11:15 Liopeltis baliodeira diluar transect tanah diam 15-Nov-05 21:20 Cyrtodactylus quadrilineatus 1,0 235 1,5 batang pohon diam 16-Nov-05 9:18 Mabuya multifasciata -5,0 70 0,5 ranting berjemur 16-Nov-05 9:18 Mabuya multifasciata -5,0 72 0,2 batang pohon berjemur 16-Nov-05 9:18 Mabuya multifasciata -4,5 74 0,2 batang pohon berjemur 16-Nov-05 9:20 Mabuya rudis -6,0 70 0,0 serasah berjemur 16-Nov-05 9:52 Mabuya rudis -3,0 80 0,2 batang pohon berjemur 16-Nov-05 10:06 Draco melanopogon 2,0 130 4,0 batang pohon diam 16-Nov-05 20:06 Mabuya rudis 0,0 70 0,0 serasah lompat 16-Nov-05 20:50 Cyrtodactylus cf. fumosus -0,2 240 1,3 batang pohon diam 17-Nov-05 21:50 Cyrtodactylus quadrilineatus 1,0 320 2,0 batang pohon diam 17-Nov-05 19:56 Cyrtodactylus cf. fumosus 1,0 25 1,5 batang pohon diam 18-Nov-05 21:18 Boiga jaspidea -3,0 280 1,0 ranting diam 18-Nov-05 21:05 Cyrtodactylus quadrilineatus 1,2 253 1,7 batang pohon diam

Page 66: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Lampiran 1. (lanjutan) Way Sepunti sekunder

Tgl. Waktu Jenis Posisi (m)

Substrat Aktivitas x y z

20-Nov-05 11:20 Mabuya rudis -1,0 125 0,0 pasir berjemur 21-Nov-05 22:50 Xenopeltis unicolor diluar transect tanah diam 21-Nov-05 Gecko monarchus diluar transect 22-Nov-05 21:15 Dogania subplana 0,0 50 0,0 air sembunyi 23-Nov-05 8:50 Mabuya multifasciata 0,0 260 0,0 rumput berjemur 23-Nov-05 8:55 Mabuya multifasciata 0,0 265 0,0 batu berjemur 23-Nov-05 10:22 Mabuya multifasciata -3,0 500 0,0 serasah berjemur 23-Nov-05 12:40 Mabuya rudis 0,0 600 0,0 serasah berjemur 24-Nov-05 20:23 Xenochrophis trianguligera 0,0 500 0,0 rumput diam 24-Nov-05 20:30 Gecko monachus -2,0 170 1,5 bangunan diam 25-Nov-05 9:09 Liopeltis baliodeira diluar transect 25-Nov-05 20:00 Homalopsis bucatta -5,0 200 0,0 lumpur diam 25-Nov-05 Bungarus candidus diluar transect tanah diam 26-Nov-05 10:21 Broncocella cristatela 0,0 600 0,0 batang pohon lompat 26-Nov-05 10:30 Mabuya multifasciata 0,1 600 0,0 serasah berjemur 26-Nov-05 11:08 Ptyas korros -1,0 630 0,0 rumput diam 26-Nov-05 10:12 Mabuya rudis 2,0 400 0,0 serasah berjemur 26-Nov-05 10:20 Mabuya rudis -1,5 450 0,0 tanah berjemur 26-Nov-05 10:24 Mabuya rudis 0,5 460 0,3 kayu berjemur 26-Nov-05 10:45 Mabuya rudis 0,4 610 0,0 tanah berjemur 26-Nov-05 10:45 Mabuya rudis -5,0 610 0,0 tanah berjemur 26-Nov-05 11:13 Mabuya rudis 2,0 625 0,0 tanah berjemur 26-Nov-05 11:25 Mabuya rudis 1,5 650 0,0 tanah berjemur 26-Nov-05 12:03 Mabuya rudis 5,0 690 0,0 tanah berjemur 26-Nov-05 19:25 Mabuya multifasciata 2,0 100 0,0 tanah diam 27-Nov-05 8:40 Xenochrophis trianguligera -4,0 150 0,0 lumpur makan 27-Nov-05 8:40 Mabuya multifasciata -2,0 140 0,0 rumput berjemur 27-Nov-05 8:40 Mabuya multifasciata 0,0 145 0,0 tanah berjemur 27-Nov-05 8:40 Mabuya multifasciata -2,5 140 0,0 rumput berjemur 27-Nov-05 8:45 Mabuya multifasciata 0,0 150 0,0 tanah berjemur 27-Nov-05 9:05 Mabuya rudis 0,0 220 0,0 rumput lari 27-Nov-05 9:10 Mabuya multifasciata 0,5 250 0,0 semak diam 27-Nov-05 10:10 Mabuya multifasciata 0,0 500 0,0 tanah berjemur 27-Nov-05 10:25 Mabuya multifasciata 0,0 530 0,0 tanah berjemur 27-Nov-05 10:25 Mabuya multifasciata 0,5 530 0,0 tanah berjemur 27-Nov-05 Ptyas korros 1,5 630 0,0 rumput diam 27-Nov-05 Ptyas korros 1,0 630 0,0 rumput diam

Page 67: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Lampiran 1. (lanjutan) Ranau primer

Tgl. Waktu Jenis

Posisi (m) Substrat Aktivitas

x y z 5 Dec 05 21:20 Cyrtodactylus quadrilineatus 0 280 1 batang pohon merayap 5 Dec 05 21:03 Cyrtodactylus quadrilineatus 0,5 130 0 batang pohon diam 6 Dec 05 - Cyrtodactylus quadrilineatus 0 160 0,5 kayu diam 6 Dec 05 - Pseudocalotes tympanistriga di luar transect ranting - 6 Dec 05 20:20 Cyrtodactylus quadrilineatus 0 50 1 daun diam 6 Dec 05 Cyrtodactylus quadrilineatus 1 175 2 batang merayap 6 Dec 05 Cyrtodactylus quadrilineatus 2 50 0,5 batang diam 6 Dec 05 22:30 Cyrtodactylus quadrilineatus 0 340 2,5 kayu diam 7 Dec 05 21:45 Cyrtodactylus quadrilineatus 0 265 2 batang diam 7 Dec 05 21:25 Cyrtodactylus quadrilineatus 0 215 1,8 batang diam 7 Dec 05 21:57 Cyrtodactylus quadrilineatus 0 280 6 batang merayap 7 Dec 05 Cyrtodactylus quadrilineatus 0 100 0,5 kayu merayap 8 Dec 05 10:40 Calotes sp 0 400 1 batang tepus diam 9 Dec 05 22:25 Pareas vertebralis 0 570 1,5 ranting diam 9 Dec 05 21:30 Gonocephalus klosi -2 450 1,8 ranting tidur 20 Dec 05 20:30 Pareas vertebralis 0 100 1 ranting diam 20 Dec 05 22:20 Pseudocalotes tympanistriga 5 340 8 ranting tidur 20 Dec 05 22:13 Pseudocalotes tympanistriga -5 280 7 ranting tidur 20 Dec 05 22:00 Pseudocalotes tympanistriga 3 250 8 ranting tidur

Ranau sekunder

Tgl. Waktu Jenis

Posisi (m) Substrat Aktivitas

x y z 13 Dec 05 12:00 Mabuya multifasciata 3 200 0 rumput lari 16 Dec 05 - Ahaetulla prasina 0 800 1,8 batang pohon diam 16 Dec 05 Ptyas koros 4 800 0 rumput diam 16 Dec 05 Mabuya multifasciata -2 380 0 kayu diam 18 Dec 05 21:04 Pseudocalotes tympanistriga 0,5 550 1,6 daun tidur 18 Dec 05 21:08 Pseudocalotes tympanistriga 0 580 2,5 ranting tidur 19 Dec 05 8:25 Draco taeniopterus -2 5 6 batang pohon diam 19 Dec 05 Mabuya multifasciata 0 260 1,2 lubang diam 19 Dec 05 Heosemys spinosa -2 10 0 tanah berjalan 19 Dec 05 Mabuya multifasciata -5 170 0 kayu diam 19 Dec 05 Mabuya multifasciata -5 170 0 kayu diam 20 Dec 05 10:45 Mabuya multifasciata 0 230 0,2 batu makan 20 Dec 05 - Alaetulla prasina di luar transect rumput diam 20 Dec 05 10:25 Mabuya multifasciata 5 400 0 lubang diam 20 Dec 05 9:30 Mabuya multifasciata -2 200 0 kayu diam 20 Dec 05 9:30 Mabuya multifasciata -2 200 0 kayu diam 12 Dec 05 12:00 Calamaria schlegeli di luar transect tanah - 12:00 Calamaria schlegeli di luar transect tanah - 7 Dec 05 Lycodon subcintus di luar transect tanah diam 6 Dec 05 - Brocochella cristatela di luar transect batang pohon - 8 Dec 05 12:00 Mabuya multifasciata di luar transect rumput diam

Page 68: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Lampiran 1. (lanjutan) Way Canguk primer

Tgl. Waktu Jenis Posisi (m)

Substrat Aktivitas x y z

24-Dec-05 21:12 Cyrtodactylus cf fumosus -3,0 300 1,0 daun lompat 24-Dec-05 22:05 Cyrtodactylus cf fumosus 0,2 290 1,5 ranting diam 25-Dec-05 Dogania subplana diluar transect air berenang 26-Dec-05 Rhabdophis chrysargus diluar transect serasah berjalan 28-Dec-05 21:40 Psammodynastes pulverulentus 1,0 380 1,0 daun diam 28-Dec-05 19:40 Cyrtodactylus cf fumosus 1,3 46 1,6 batang pohon diam 28-Dec-05 21:45 Cyrtodactylus cf fumosus -0,2 385 1,0 batang pohon diam 28-Dec-05 19:52 Cyrtodactylus cf fumosus 1,0 80 1,2 ranting diam 28-Dec-05 21:56 Cyrtodactylus cf fumosus 1,4 420 0,6 ranting diam 28-Dec-05 22:19 Cyrtodactylus cf fumosus 0,4 555 0,3 daun diam 28-Dec-05 20:15 Cyrtodactylus cf fumosus -0,5 150 1,8 batang pohon diam 28-Dec-05 21:38 Cyrtodactylus cf fumosus -0,4 375 0,4 daun diam 28-Dec-05 19:38 Cyrtodactylus cf fumosus 2,0 45 1,2 akar diam 28-Dec-05 19:35 Gonocephalus chameleontinus 5,0 50 0,7 batang pohon tidur 28-Dec-05 20:20 Gonocephalus chameleontinus -0,1 140 2,0 ranting diam 28-Dec-05 21:32 Gonocephalus chameleontinus 5,0 355 1,5 batang pohon diam 28-Dec-05 19:59 Cyrtodactylus cf fumosus 5,0 110 1,0 batang pohon diam 28-Dec-05 19:30 Cyrtodactylus cf fumosus 0,0 10 1,4 batang pohon diam 29-Dec-05 15:00 Heosemya spinosa diluar transect diam 29-Dec-05 10:26 Mabuya multifasciata -5,0 150 1,0 kayu berjemur 29-Dec-05 10:40 Mabuya multifasciata -3,0 200 0,0 serasah berjemur 29-Dec-05 10:58 Mabuya multifasciata 5,0 230 0,0 serasah berjemur 29-Dec-05 11:28 Mabuya rudis 0,0 350 1,0 kayu berjemur 29-Dec-05 11:40 Mabuya multifasciata 4,5 349 0,0 tanah berjemur 29-Dec-05 9:30 Cyrtodactylus cf fumosus 5,0 35 0,0 tanah diam 29-Dec-05 10:15 Cyrtodactylus cf fumosus 5,0 250 0,0 serasah diam 29-Dec-05 9:53 Draco sumatranus 5,0 85 5,0 batang pohon diam 29-Dec-05 10:00 Draco sumatranus 6,0 130 6,0 batang pohon diam 29-Dec-05 10:00 Draco sumatranus 6,0 130 6,0 batang pohon diam 29-Dec-05 10:20 Draco sumatranus -1,0 210 4,0 batang pohon diam 29-Dec-05 10:30 Mabuya multifasciata -1,5 225 0,0 tanah diam 29-Dec-05 10:30 Draco sumatranus 2,0 230 6,0 batang pohon diam 29-Dec-05 10:45 Mabuya multifasciata -5,0 250 0,0 tanah berjemur 29-Dec-05 11:05 Draco sumatranus 0,0 390 1,0 batang pohon diam 29-Dec-05 11:43 Draco sumatranus -5,0 650 1,5 batang pohon diam 29-Dec-05 11:53 Draco sumatranus -2,0 710 5,0 batang pohon diam 29-Dec-05 9:10 Mabuya rugifera diluar transect tanah lari 29-Dec-05 11:45 Psammodynastes pulverulentus 5,0 690 0,0 tanah diam 29-Dec-05 15:00 Heosemya spinosa diluar transect diam 29-Dec-05 20:20 Gonocephalus chameleontinus -2,0 220 2,0 tepus tidur 29-Dec-05 20:58 Gonocephalus chameleontinus 0,2 320 1,0 daun diam 29-Dec-05 22:30 Psammodynastes pulverulentus -4,0 720 1,5 ranting diam 29-Dec-05 22:17 Draco sumatranus 3,0 700 4,0 batang pohon tidur 29-Dec-05 20:26 Draco sumatranus -2,0 198 2,0 daun tidur 29-Dec-05 21:00 Draco melanopogon -2,0 322 2,0 daun tidur 29-Dec-05 19:40 Cyrtodactylus cf fumosus -0,5 53 1,2 batang pohon diam 29-Dec-05 19:39 Cyrtodactylus cf fumosus 0,8 52 1,4 ranting diam

Page 69: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Lampiran 1. (lanjutan) Way Canguk primer (lanjutan)

Tgl. Waktu Jenis Posisi (m)

Substrat Aktivitas x y z

29-Dec-05 20:49 Cyrtodactylus cf fumosus -0,4 260 0,2 daun diam 29-Dec-05 21:58 Cyrtodactylus cf fumosus -1,0 390 0,4 daun diam 29-Dec-05 21:26 Cyrtodactylus cf fumosus -1,0 440 0,7 daun diam 29-Dec-05 22:42 Cyrtodactylus cf fumosus 1,0 780 0,3 kayu diam 29-Dec-05 21:55 Gonocephalus chameleontinus -0,2 585 2,2 daun diam 29-Dec-05 19:46 Cyrtodactylus cf fumosus 0,2 170 4,0 daun diam 30-Dec-05 9:21 Draco sumatranus -1,5 175 5,0 batang pohon diam 30-Dec-05 10:19 Mabuya rugifera -2,0 380 0,4 akar berjemur 30-Dec-05 10:35 Draco sumatranus -2,0 440 4,0 batang pohon diam 30-Dec-05 11:12 Draco sumatranus 1,0 655 6,0 batang pohon diam 30-Dec-05 11:18 Draco sumatranus 1,0 700 3,0 batang pohon diam 30-Dec-05 11:35 Mabuya rudis -1,5 560 0,0 serasah berjemur 30-Dec-05 10:55 Draco sumatranus 0,0 480 6,0 batang pohon diam 30-Dec-05 9:44 Mabuya rugifera -1,0 225 0,5 banir berjemur 30-Dec-05 10:52 Draco sumatranus 0,0 480 5,0 batang pohon diam 30-Dec-05 8:27 Xenochropis trianguligera 0,0 187 0,0 air berenang 30-Dec-05 10:10 Mabuya multifasciata -3,0 150 0,0 batu berjemur 30-Dec-05 10:12 Mabuya multifasciata -1,0 150 0,0 akar berjemur 30-Dec-05 11:05 Mabuya multifasciata -3,0 325 0,7 kayu berjemur 30-Dec-05 11:07 Mabuya rudis 4,0 325 0,0 tanah berjemur 30-Dec-05 11:13 Mabuya multifasciata -5,0 390 0,0 tanah berjemur 30-Dec-05 11:25 Xenochropis trianguligera 0,0 350 0,0 air berenang

1-Jan-06 9:15 Draco sumatranus -3,0 160 5,0 batang pohon diam 1-Jan-06 9:30 Mabuya multifasciata -5,0 230 0,0 serasah berjemur 1-Jan-06 11:11 Mabuya rugifera 2,0 700 0,3 serasah berjemur 1-Jan-06 Gekko smithi diluar transect 1-Jan-06 19:52 Boiga nigriceps -3,0 85 0,3 ranting diam 1-Jan-06 20:03 Gonocephalus chameleontinus 5,0 90 2,0 ranting tidur 1-Jan-06 20:35 Trimeresurus puniceus -1,0 190 1,0 batang pohon diam 1-Jan-06 21:43 Psammodynastes pulverulentus 1,0 490 1,0 tepus diam 1-Jan-06 21:00 Gonocephalus chameleontinus 5,0 260 1,5 ranting diam 1-Jan-06 Pareas malaccanus diluar transect diam 1-Jan-06 21:16 Cyrtodactylus cf fumosus 2,0 250 0,5 daun diam 1-Jan-06 21:03 Cyrtodactylus cf fumosus 2,0 360 0,5 ranting diam 1-Jan-06 19:38 Cyrtodactylus cf fumosus 0,2 10 0,1 daun diam 1-Jan-06 19:55 Cyrtodactylus cf fumosus 2,0 85 2,2 daun diam 1-Jan-06 20:05 Cyrtodactylus cf fumosus -3,0 150 1,8 ranting diam 1-Jan-06 21:35 Cyrtodactylus cf fumosus -1,0 465 1,5 batang pohon diam 1-Jan-06 21:35 Cyrtodactylus cf fumosus 1,0 465 1,0 ranting diam 1-Jan-06 20:43 Cyrtodactylus cf fumosus 1,0 195 1,0 daun diam 1-Jan-06 20:08 Cyrtodactylus cf fumosus 5,0 95 3,0 ranting diam 1-Jan-06 20:07 Cyrtodactylus cf fumosus 2,0 90 2,5 daun diam 1-Jan-06 19:55 Cyrtodactylus cf fumosus 0,3 80 1,0 daun diam 1-Jan-06 21:34 Cyrtodactylus cf fumosus 2,0 430 1,0 daun diam 1-Jan-06 20:08 Cyrtodactylus cf fumosus 0,3 100 0,2 daun diam 1-Jan-06 20:10 Cyrtodactylus cf fumosus -2,0 160 1,2 ranting diam 1-Jan-06 22:30 Cyrtodactylus cf fumosus 2,5 780 1,0 ranting diam 1-Jan-06 22:30 Cyrtodactylus cf fumosus 3,0 780 1,2 daun diam 3-Jan-06 10:02 Mabuya multifasciata 0,0 20 1,5 daun tidur

Page 70: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Lampiran 1. (lanjutan) Way Canguk sekunder

Tgl. Waktu Jenis Posisi (m)

Substrat Aktivitas x y z

25-Dec-05 13:30 Mabuya multifasciata -5,0 760 0,0 lubang tanah lari 25-Dec-05 12:30 Draco sumatranus 4,0 875 3,5 batang pohon diam 25-Dec-05 22:09 Mabuya multifasciata 0,0 240 1,5 tepus diam 25-Dec-05 20:01 Cyrtodactylus cf. fumosus -0,5 25 1,3 batang pohon diam 25-Dec-05 21:53 Cyrtodactylus cf. fumosus 0,5 790 0,1 daun diam 26-Dec-05 10:00 Draco sumatranus -3,0 790 2,5 batang pohon diam 26-Dec-05 10:36 Draco sumatranus 0,0 1000 4,0 batang pohon diam 26-Dec-05 11:15 Draco sumatranus 0,5 1080 3,0 batang pohon diam 26-Dec-05 11:27 Draco sumatranus 0,9 1190 4,0 batang pohon diam 26-Dec-05 11:40 Draco sumatranus 1,0 1230 5,0 batang pohon diam 26-Dec-05 11:40 Draco sumatranus 1,0 1230 6,0 batang pohon diam 26-Dec-05 9:36 Mabuya multifasciata 1,5 620 0,0 serasah lari 26-Dec-05 11:40 Draco sumatranus 2,0 150 5,0 batang pohon diam 26-Dec-05 11:15 Draco sumatranus -3,0 200 5,0 batang pohon diam 26-Dec-05 10:40 Draco sumatranus 2,0 150 4,0 batang pohon diam 26-Dec-05 11:05 Draco sumatranus -1,0 235 6,0 batang pohon diam 26-Dec-05 21:20 Cyrtodactylus cf. fumosus -0,3 1220 1,5 ranting diam 26-Dec-05 21:15 Cyrtodactylus cf. fumosus -0,2 890 0,6 ranting diam 26-Dec-05 21:50 Cyrtodactylus cf. fumosus -0,1 1385 1,5 daun diam 26-Dec-05 21:20 Xenopeltis unicolor -0,1 310 0,0 tanah diam 26-Dec-05 21:10 Boiga nigriceps 0,0 300 0,2 batang pohon diam 27-Dec-05 9:57 Mabuya multifasciata 5,0 145 0,0 tanah berjemur 27-Dec-05 11:23 Draco sumatranus 1,0 390 7,0 batang pohon diam 27-Dec-05 11:23 Draco sumatranus 1,0 390 6,0 batang pohon diam 27-Dec-05 10:15 Varanus rudicollis 1,0 960 0,0 tanah berjemur 27-Dec-05 9:13 Draco sumatranus -3,0 630 4,0 batang pohon diam 27-Dec-05 9:13 Draco sumatranus -3,0 630 5,0 batang pohon diam 27-Dec-05 9:30 Draco sumatranus 1,5 775 7,0 batang pohon diam 27-Dec-05 9:30 Draco sumatranus 1,5 775 7,0 batang pohon diam 27-Dec-05 9:30 Draco sumatranus 4,5 780 8,0 batang pohon diam 27-Dec-05 9:33 Draco sumatranus -1,0 783 8,0 batang pohon diam 27-Dec-05 9:34 Draco sumatranus -3,0 790 3,0 batang pohon diam 27-Dec-05 9:34 Draco sumatranus -3,0 790 3,0 batang pohon diam 27-Dec-05 9:45 Draco sumatranus -3,5 850 7,0 batang pohon diam 27-Dec-05 9:45 Draco sumatranus -3,5 850 7,0 batang pohon diam 27-Dec-05 10:05 Draco sumatranus 0,5 900 10,0 batang pohon diam 27-Dec-05 21:03 Cyrtodactylus cf fumosus 0,4 1225 1,3 ranting diam 27-Dec-05 21:15 Cyrtodactylus cf fumosus 0,0 1255 2,3 batang pohon diam 27-Dec-05 21:27 Cyrtodactylus cf fumosus 0,4 1365 1,0 batang pohon bergerak

Ket : x) posisi kearah kanan (+) atau kiri (-) dari transek y) posisi dari titik 0 transek z) posisi vertikal dari permukaan tanah

Page 71: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Lampiran 2. Indek kelimpahan dan indek kemerataan jenis reptil per jalur

pengamatan Kubu Perahu primer

No. Spesies Jumlah Pi H' E 1 Draco melanopogon 4 0.29 0.36 0.17 2 Draco sumatranus 2 0.14 0.28 0.13 3 Bronchocella cristatela 1 0.07 0.19 0.09 4 Varanus salvator 1 0.07 0.19 0.09 5 Trimeresurus sumatrana 1 0.07 0.19 0.09 6 Mabuya rudis 3 0.21 0.33 0.16 7 Mabuya multifasciata 1 0.07 0.19 0.09 8 Cyrtodactylus quadrilineatus 1 0.07 0.19 0.09

Jumlah 14 1.91 0.92

Kubu Perahu sekunder No. Spesies Jumlah Pi H' E 1 Mabuya multifasciata 16 0.67 0.27 0.15 2 Mabuya rudis 2 0.08 0.21 0.12 3 Xenochropis trianguligera 3 0.13 0.26 0.15 4 Taxydromus sexlineatus 1 0.04 0.13 0.07 5 Gonyosoma oxycephalum 1 0.04 0.13 0.07 6 Cyrtodactylus cf fumosus 1 0.04 0.13 0.07

Jumlah 24 1.13 0.63

Linau primer No. Spesies Jumlah Pi H' E 1 Rhabdophis chrysargos 1 0.03 0.11 0.04 2 Mabuya multifasciata 11 0.37 0.37 0.14 3 Mabuya rudis 3 0.10 0.23 0.09 4 Trimeresurus sumatrana 1 0.03 0.11 0.04 5 Trimeresurus puniceus 1 0.03 0.11 0.04 6 Cyrtodactylus fumosus 3 0.10 0.23 0.09 7 Dendrelaphis caudolineatus 1 0.03 0.11 0.04 8 Draco melanopogon 3 0.10 0.23 0.09 9 Draco fimbriatus 1 0.03 0.11 0.04

10 Broncochella cristatela 1 0.03 0.11 0.04 11 Pareas laevis 2 0.07 0.18 0.07 12 Xenochrophis trianguligera 1 0.03 0.11 0.04 13 Boiga jaspidea 1 0.03 0.11 0.04

Jumlah 30 2.15 0.84

Linau sekunder No. Spesies Jumlah Pi H' E 1 Mabuya multifasciata 5 0.36 0.37 0.27 2 Mabuya rudis 2 0.14 0.28 0.20 3 Draco volans 5 0.36 0.37 0.27 4 Cyrtodactylus cf fumosus 2 0.14 0.28 0.20

Jumlah 14 1.29 0.93

Page 72: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Lampiran 2. (lanjutan)

Way Sepunti primer No. Spesies Jumlah Pi H' E 1 Mabuya rudis 4 0.22 0.33 0.19 2 Mabuya multifasciata 4 0.22 0.33 0.19 3 Cyrtodactylus quadrilineatus 6 0.33 0.37 0.20 4 Cyrtodactylus cf fumosus 2 0.11 0.24 0.14 5 Draco melanopogon 1 0.06 0.16 0.09 6 Boiga jaspidea 1 0.06 0.16 0.09

Jumlah 18 1.60 0.89

Way Sepunti sekunder No. Spesies Jumlah Pi H' E 1 Mabuya rudis 11 0.31 0.36 0.16 2 Mabuya multifasciata 13 0.37 0.37 0.16 3 Trimeresurus puniceus 1 0.03 0.10 0.04 4 Dogania subplana 1 0.03 0.10 0.04 5 Cyrtodactylus quadrilineatus 1 0.03 0.10 0.04 6 Xenochropis trianguligera 2 0.06 0.16 0.07 7 Gecko monarcus 1 0.03 0.10 0.04 8 Homalopsis bucatta 1 0.03 0.10 0.04 9 Broncocella cristatela 1 0.03 0.10 0.04

10 Ptyas korros 3 0.09 0.21 0.09 Jumlah 35 1.72 0.74

Ranau primer No. Spesies Jumlah Pi H' E

1 Cyrtodactylus quadrilineatus 11 0.61 0.30 0.19 2 Calotes sp 1 0.06 0.16 0.10 3 Pareas vertebralis 2 0.11 0.24 0.15 4 Gonocephalus klosi 1 0.06 0.16 0.10 5 Pseudocalotes tympanistriga 3 0.17 0.30 0.19

Jumlah 18 1.16 0.72

Ranau sekunder No. Spesies Jumlah Pi H' E

1 Mabuya multifasciata 9 0.60 0.31 0.17 2 Ahaetulla prasina 1 0.07 0.18 0.10 3 Ptyas koros 1 0.07 0.18 0.10 4 Calotes sp 2 0.13 0.27 0.15 5 Draco taeniopterus 1 0.07 0.18 0.10 6 Heosemys spinosa 1 0.07 0.18 0.10

Jumlah 15 1.30 0.72 Lampiran 2. (lanjutan)

Page 73: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Way Canguk perimer

No. Spesies Jumlah Pi H' E 1 Cyrtodactylus cf fumosus 37 0.41 0.37 0.15 2 Mabuya multifasciata 12 0.13 0.27 0.11 3 Mabuya rudis 3 0.03 0.11 0.05 4 Mabuya rugifera 4 0.04 0.14 0.06 5 Psammodynastes pulverulentus 4 0.04 0.14 0.06 6 Gonocephalus chameleontinus 8 0.09 0.22 0.09 7 Draco sumatranus 17 0.19 0.31 0.13 8 Draco melanopogon 1 0.01 0.05 0.02 9 Xenochropis trianguligera 2 0.02 0.08 0.04

10 Boiga nigriceps 1 0.01 0.05 0.02 11 Trimeresurus puniceus 1 0.01 0.05 0.02

Jumlah 90 1.79 0.75 Way Canguk sekunder

No. Spesies Jumlah Pi H' E 1 Mabuya multifasciata 4 0.10 0.23 0.13 2 Draco sumatranus 25 0.63 0.29 0.16 3 Cyrtodactylus cf fumosus 8 0.20 0.32 0.18 4 Xenopeltis unicolor 1 0.03 0.09 0.05 5 Boiga nigriceps 1 0.03 0.09 0.05 6 Varanus rudicollis 1 0.03 0.09 0.05

Jumlah 40 1.12 0.63

Page 74: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Lampiran 3. Indek kelimpahan dan Indek keanekaagaman berdasarkan ketinggian

Way Canguk (50 mdpl)

No. Spesies Jumlah Pi H' E 1 Cyrtodactylus cf fumosus 45 0.35 0.37 0.14 2 Mabuya multifasciata 16 0.12 0.26 0.10 3 Mabuya rudis 3 0.02 0.09 0.03 4 Mabuya rugifera 4 0.03 0.11 0.04 5 Psammodynastes pulverulentus 4 0.03 0.11 0.04 6 Gonocephalus chameleontinus 8 0.06 0.17 0.07 7 Draco sumatranus 42 0.32 0.37 0.14 8 Draco melanopogon 1 0.01 0.04 0.01 9 Xenochropis trianguligera 2 0.02 0.06 0.03

10 Boiga nigriceps 2 0.02 0.06 0.03 11 Trimeresurus puniceus 1 0.01 0.04 0.01 12 Varanus rudicollis 1 0.01 0.04 0.01 13 Xenopeltis unicolor 1 0.01 0.04 0.01

130 1.74 0.68 Linau (450-550 mdpl)

No. Spesies Jumlah Pi H' E 1 Rhabdophis chrysargus 1 0.02 0.09 0.03 2 Mabuya multifasciata 16 0.36 0.37 0.14 3 Mabuya rudis 5 0.11 0.25 0.10 4 Trimeresurus sumatrana 1 0.02 0.09 0.03 5 Trimeresurus puniceus 1 0.02 0.09 0.03 6 Cyrtodactylus fumosus 5 0.11 0.25 0.10 7 Dendrelaphis caudolineatus 1 0.02 0.09 0.03 8 Draco melanopogon 3 0.07 0.18 0.07 9 Draco fimbriatus 1 0.02 0.09 0.03

10 Broncochella cristatela 1 0.02 0.09 0.03 11 Pareas laevis 2 0.05 0.14 0.05 12 Xenochrophis trianguligera 1 0.02 0.09 0.03 13 Boiga jaspidea 1 0.02 0.09 0.03 14 Draco volans 5 0.11 0.25 0.10

44 2.12 0.83 Kubu Perahu (550-700 mdpl)

No. Spesies Jumlah Pi H' E 1 Draco melanopogon 4 0.11 0.24 0.09 2 Draco sumatranus 2 0.05 0.15 0.06 3 Bronchocella cristatela 1 0.03 0.10 0.04 4 Varanus salvator 1 0.03 0.10 0.04 5 Trimeresurus sumatrana 1 0.03 0.10 0.04 6 Mabuya rudis 5 0.13 0.27 0.10 7 Mabuya multifasciata 17 0.45 0.36 0.14 8 Cyrtodactylus quadrilineatus 1 0.03 0.10 0.04 9 Xenochropis trianguligera 3 0.08 0.20 0.08

10 Taxydromus sexlineatus 1 0.03 0.10 0.04 11 Gonyosoma oxycephalum 1 0.03 0.10 0.04 12 Cyrtodactylus cf fumosus 1 0.03 0.10 0.04

38 1.89 0.74 Lampiran 3 (lanjutan)

Page 75: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Way Sepunti (550-950 mdpl)

No. Spesies Jumlah Pi H' E 1 Mabuya rudis 15 0.28 0.36 0.14 2 Mabuya multifasciata 17 0.32 0.36 0.14 3 Cyrtodactylus quadrilineatus 7 0.13 0.27 0.10 4 Cyrtodactylus cf fumosus 2 0.04 0.12 0.05 5 Draco melanopogon 1 0.02 0.07 0.03 6 Boiga jaspidea 1 0.02 0.07 0.03 7 Dogania subplana 1 0.02 0.07 0.03 8 Cyrtodactylus quadrilineatus 1 0.02 0.07 0.03 9 Xenochropis trianguligera 2 0.04 0.12 0.05

10 Gecko monarcus 1 0.02 0.07 0.03 11 Homalopsis bucatta 1 0.02 0.07 0.03 12 Broncocella cristatela 1 0.02 0.07 0.03 13 Ptyas korros 3 0.06 0.16 0.06 53 1.92 0.75

Ranau (1200-1400 mdpl)

No. Spesies Jumlah Pi H' E 1 Cyrtodactylus quadrilineatus 11 0.33 0.37 0.14 2 Calotes sp 1 0.03 0.11 0.04 3 Pareas vertebralis 2 0.06 0.17 0.07 4 Gonocephalus klosi 1 0.03 0.11 0.04 5 Pseudocalotes tympanistriga 3 0.09 0.22 0.08 6 Mabuya multifasciata 9 0.27 0.35 0.14 7 Ahaetulla prasina 1 0.03 0.11 0.04 8 Ptyas koros 1 0.03 0.11 0.04 9 Calotes sp 2 0.06 0.17 0.07

10 Draco taeniopterus 1 0.03 0.11 0.04 11 Heosemys spinosa 1 0.03 0.11 0.04

33 1.91 0.75

Page 76: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Lampiran 4. Hasil pengukuran suhu di lokasi pengamatan

No. Hari ke- Siang Malam Awal Akhir Awal Akhir

A Kubu Perahu Primer 1 19,3 23,9 22,9 20,0 2 19,5 23,5 23,0 20,7 3 20,0 23,7 22,7 20,5 4 19,7 23,5 23,0 20,0 5 19,3 24,0 22,7 19,9 6 19,5 23,9 22,5 20,5

Rentang 19,3 - 20,0 23,5 - 24,0 22,5 - 23,0 19,9 – 20,7 rata-rata 19,55 23,75 22,80 20,27

B Kubu Perahu Sekunder 1 21,5 31,5 22,9 21,0 2 22,0 30,8 22,5 21,5 3 22,0 32,0 22,9 21,3 4 21,8 31,8 23,0 21,9 5 21,5 31,0 22,3 21,2 6 22,0 31,8 22,0 21,0

Rentang 21,5 - 22,0 30,8 - 32,0 22,0 - 23,0 21,0 - 21,9 rata-rata 21,8 31,5 22,6 21,32

C Linau Primer 1 22,5 25,8 22,0 19,0 2 21,3 25,5 22,5 19,2 3 22,9 26,0 22,3 18,5 4 22,7 26,0 22,9 18,7 5 22,9 25,0 22,5 18,9 6 22,6 26,3 21,9 18,4

Rentang 21,3 - 22,9 25,0 - 26,3 21,9 - 22,9 18,4 - 19,2 rata-rata 22,48 25,77 22,35 18,78

D Linau Sekunder 1 23,5 28,0 22,9 20,5 2 25,0 28,5 23,0 20,5 3 25,3 30,5 23,5 21,2 4 25,5 30,8 23,2 20,9 5 25,3 27,0 22,5 20,3 6 23,7 27,8 22,5 20,2

Rentang 23,5 - 25,5 27 - 30,8 22,5 - 23,5 20,0 - 21,2 rata-rata 24,72 28,77 22,93 20,60

E Way Sepunti Primer 1 22,5 23,9 21,0 21,2 2 22,0 21,9 22,0 21,9 3 23,1 23,0 22,0 21,8 4 21,7 23,6 21,0 21,0 5 22,5 24,0 22,0 21,5 6 23,5 22,5 20,5 20,0

Rentang 21,7 - 23,5 21,9 - 24,0 20,5 - 22,0 20,0 - 21,9 rata-rata 22,55 23,15 21,42 21,23

Page 77: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Lampiran 4. (Lanjutan)

No. Hari ke- Siang Malam Awal Akhir Awal Akhir

F Way Sepunti Sekunder 1 23,0 24,9 22,3 22,2 2 23,0 24,0 21,1 20,7 3 23,1 25,2 22,5 21,5 4 22,5 25,0 22,5 21,7 5 23,0 26,0 22,5 22,0 6 25,6 26,5 23,3 21,7

Rentang 22,5 – 25,6 24,0 – 26,5 21,1 – 23,3 20,7 – 22,2 rata-rata 23,37 25,27 22,37 21,63

G Ranau Primer 1 21,5 22,5 20 18,8 2 21,1 21,4 20 20 3 20,5 21,5 20 18 4 20,2 19,5 21 18,5 5 21,5 21,9 18,5 18,5 6 18,5 19,5 18,9 18,5

Rentang 18,5 – 21,5 19,5 – 22,5 18,5 – 21,0 18,0 – 20,0 rata-rata 20,55 21,05 19,73 18,72

H Ranau Sekunder 1 19,8 20,5 17,9 17 2 19 20,5 19,5 18,5 3 18,5 19 18,7 18,5 4 20,5 22 18,5 18 5 22 21,5 19 19 6 19,5 22 19 18,5

Rentang 18,5 – 20,5 19,0 – 22,0 17,9 – 19,5 17,0 – 19,0 rata-rata 19,88 20,92 18,77 18,25

I Way Canguk Primer 1 26,0 27,6 25,0 25,0 2 26,0 27,6 27,8 24,0 3 25,5 25,8 27,8 24,0 4 25,5 25,8 24,5 24,2 5 25,1 25,2 24,5 24,2 6 25,3 24,0 24,4 23,9

Rentang 25,1 – 26,0 24,0 – 27,6 24,4 – 27,8 23,9 – 25,0 rata-rata 25,57 26,00 25,67 24,22

J Way Canguk Primer 1 25,0 25,3 25,0 23,9 2 25,3 27,5 25,0 23,9 3 25,3 27,5 24,5 24,5 4 26,0 27,7 24,5 24,5 5 26,0 27,7 26,0 25,0 6 25,3 24,0 26,0 25,0

Rentang 25,0 – 26,0 24,0 – 27,7 24,5 – 26,0 23,9 – 25,0 rata-rata 25,48 26,62 25,17 24,47

Page 78: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Lampiran 5a. Hasil pengukuran panjang tubuh dan panjang telur pada C. cf

fumosus betina

No Berat (g) SVL (mm)

Ekor (mm)

Total (mm)

∑ telur telur terpanjang

1 2.10 45.80 50.80 96.60 6 1.84 2 2.70 51.30 49.30 100.60 6 4.38 3 3.80 53.95 45.80 99.75 6 11.38 4 2.00 44.30 50.70 95.00 4 1.48 5 3.70 56.15 54.20 110.35 4 11.70 6 3.00 52.30 21.75 74.05 8 4.30 7 2.90 51.50 39.35 90.85 6 10.02 8 3.80 51.00 55.80 106.80 6 4.38 9 2.75 56.25 43.55 99.80 4 4.38

10 4.30 56.35 41.05 97.40 0 11 3.50 57.90 37.50 95.40 2 10.50 12 1.10 36.15 41.70 77.85 2 2.34 13 3.60 51.80 53.80 105.60 2 11.84 14 4.80 57.90 37.35 95.25 4 9.96 15 3.50 53.60 59.70 113.30 5 10.52 16 2.90 50.70 53.80 104.50 2 10.26

Lampiran 5b. Hasil pengukuran panjang tubuh dan panjang testis pada C. cf fumosus jantan

No SVL (mm)

Ekor (mm) Total (mm) Panjang testis (mm)

kanan kiri 1 51.10 46.45 97.55 3.34 5.20 2 40.95 46.50 87.45 3.66 2.90 3 50.90 52.10 103.00 3.58 3.26 4 53.05 45.00 98.05 3.76 3.54 5 46.10 53.40 99.50 3.44 3.42 6 49.35 54.60 103.95 3.02 3.08 7 51.50 43.90 95.40 3.96 3.44 8 54.35 53.10 107.45 4.70 4.16 9 44.35 47.35 91.70 2.80 3.74

10 55.90 44.90 100.80 4.88 4.82 11 53.70 16.00 69.70 3.74 3.68 12 53.50 55.00 108.50 3.64 4.06 13 45.15 26.65 71.80 2.64 2.66 14 53.80 43.10 96.90 3.40 4.00

Page 79: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Lampiran 6. Hasil analisis koposisi pakan C cf fumosus

No Sex Berat (mm)

SVL (mm)

Ekor (mm) Jenis Pakan

1 f 2.10 45.80 50.80 Isoptera 2 m 2.80 51.10 46.45 Kosong 3 f 2.70 51.30 49.30 Araneae 4 m 1.40 40.95 46.50 tidak teridentifikasi 5 m 2.70 50.90 52.10 Isoptera 6 m 2.80 53.05 45.00 Kosong 7 f 3.80 53.95 45.80 Araneae, Annelida 8 f 2.00 44.30 50.70 Araneae 9 f 3.70 56.15 54.20 Isoptera10 f 3.00 52.30 21.75 Reptilia 11 m 2.30 46.10 53.40 tidak teridentifikasi 12 f 2.90 51.50 39.35 Araneae 13 f 3.80 51.00 55.80 Kosong 14 f 2.75 56.25 43.55 Isopoda 15 m 2.49 49.35 54.60 Blattaria 16 m 2.88 51.50 43.90 Isoptera 17 f 4.30 56.35 41.05 Kosong 18 m 3.30 54.35 53.10 Kosong 19 f 3.50 57.90 37.50 Isoptera 20 m 1.82 44.35 47.35 Kosong 21 m 3.09 55.90 44.90 Isoptera22 m 2.10 53.70 16.00 Kosong 23 m 2.70 53.50 55.00 Kosong24 m 1.50 45.15 26.65 Diptera 25 f 1.10 36.15 41.70 Araneae 26 m 3.20 53.80 43.10 Isoptera 27 f 3.60 51.80 53.80 Isoptera 28 f 4.80 57.90 37.35 Isoptera 29 f 3.50 53.60 59.70 Glomerida 30 f 2.90 50.70 53.80 Glomerida

Page 80: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Lampiran 7. Hasil pengukuran penutupan tajuk di beberapa lokasi pengamatan

Lokasi Panjang Jalur (m)

Penutupan Tajuk (%) Utara Selatan Barat Timur

Kubu Perahu primer

0 89 96 91 95 200 92 93 92 88 400 91 89 95 93 600 91 92 92 94 800 86 89 90 92

sungai 200 92 95 92 93 sungai 400 92 90 90 87

jumlah 633 644 642 642 rata-rata 90,43 92 91,71 91,71

Kubu Perahu sekunder

0 12 7 10 10 200 8 8 9 5 400 96 96 96 66 600 6 19 23 38 800 30 26 28 10

sungai 200 0 0 0 0 sungai 400 85 80 72 90

jumlah 237 236 238 219 rata-rata 33,86 33,71 34,00 31,29

Linau primer

0 78 78 78 78 200 59 59 59 59 400 81 81 81 81 600 75 75 75 75 800 90 90 90 90

sungai 200 30 30 30 30 sungai 400 21 21 21 21

jumlah 434 434 434 434 rata-rata 62 62 62 62

Linau sekunder

0 64 64 64 64 200 26 26 26 26 400 0 0 0 0 600 78 78 78 78 800 85 85 85 85

sungai 200 20 20 20 20 sungai 400 80 80 80 80

jumlah 353 353 353 353 rata-rata 50,43 50,43 50,43 50,43

Way Sepunti primer

0 90 88 94 90 200 85 95 94 91 400 89 93 95 94 600 94 95 96 96 800 91 93 96 95

sungai 200 89 92 87 89 sungai 400

jumlah 538 556 562 555 rata-rata 89,67 92,67 93,67 92,50

Lampiran 7. (lanjutan).

Page 81: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Lokasi Panjang Jalur (m)

Penutupan Tajuk (%) Utara Selatan Barat Timur

Way Sepunti sekunder

0 68 93 41 48 200 59 67 38 60 400 89 78 85 91 600 93 89 94 80 800 85 94 86 93

sungai 200 51 85 74 81

sungai 400 82 81 76 84

jumlah 527 587 494 537 rata-rata 75,29 83,86 70,57 76,71

Ranau primer

0 94 94 95 91 200 87 93 94 94 400 85 92 91 92 600 54 89 82 59 800 90 77 90 91

sungai 200 sungai 400

jumlah 410 445 452 427 rata-rata 82 89 90,4 85,4

ranau sekunder

0 66 88 67 26 200 78 42 52 80 400 0 37 60 4 600 40 45 63 89 800 83 77 62 72

sungai 200 75 52 60 92 sungai 400 70 90 85 75

jumlah 412 431 449 438 rata-rata 58,86 61,57 64,14 62,57

Way Canguk primer

0 92 93 88 90 200 94 95 94 92 400 93 96 96 95 600 88 93 90 94 800 93 91 90 94

sungai 200 89 95 91 93 sungai 400 96 90 93 94

jumlah 645 653 642 652 rata-rata 92,14 93,29 91,71 93,14

Way Canguk sekunder

0 90 86 89 92 200 76 91 95 85 400 86 91 88 92 600 91 89 90 93 800 91 75 92 75

sungai 200 87 89 62 71 sungai 400 91 86 83 78

jumlah 612 607 599 586 rata-rata 87,43 86,71 85,57 83,71

Page 82: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

Lampiran 8. Hasil pengukuran bagian-bagian tubuh Cyrtodactylus cf fumosus

No Sex Berat (g) SVL (mm) L kepala (mm) P kepala (mm) T kiri (mm) T kanan (mm) T Rata2 (mm) JT kiri (mm) JT kanan (mm) JT Rata2 (mm) 1 f 2,10 45,80 0,72 1,30 1,57 1,50 1,53 2,27 2,20 2,24 2 m 2,80 51,10 0,89 1,45 1,63 1,77 1,70 2,30 2,28 2,29 3 f 2,70 51,30 0,86 1,45 1,72 1,69 1,70 2,53 2,63 2,58 4 m 1,40 40,95 0,66 1,21 1,84 1,87 1,86 1,84 1,90 1,87 5 m 2,70 50,90 0,86 1,45 1,72 1,70 1,71 2,33 1,90 2,12 6 m 2,80 53,05 0,87 1,54 1,82 1,71 1,77 2,22 2,33 2,28 7 f 3,80 53,95 0,89 1,49 1,75 1,72 1,73 2,50 2,27 2,39 8 f 2,00 44,30 0,74 1,24 1,50 1,40 1,45 2,20 2,47 2,34 9 f 3,70 56,15 0,85 1,51 1,67 1,66 1,67 2,65 2,26 2,46 10 f 3,00 52,30 0,86 1,42 1,87 1,85 1,86 2,50 2,60 2,55 11 m 2,30 46,10 0,77 1,29 1,53 1,50 1,52 2,10 2,50 2,30 12 f 2,90 51,50 0,91 1,53 1,65 1,66 1,65 2,69 2,20 2,44 13 f 3,80 51,00 0,86 1,54 1,85 1,90 1,88 2,60 2,66 2,63 14 f 2,75 56,25 0,89 1,51 1,66 1,60 1,63 2,35 2,56 2,46 15 m 2,49 49,35 0,88 1,38 1,63 1,65 1,64 2,42 2,35 2,39 16 m 2,88 51,50 0,84 1,49 1,65 1,50 1,58 2,20 2,30 2,25 17 f 4,30 56,35 1,00 1,61 1,69 1,69 1,69 2,40 2,27 2,34 18 m 3,30 54,35 0,89 1,55 1,65 1,68 1,67 2,34 2,40 2,37 19 f 3,50 57,90 0,91 1,59 1,80 1,80 1,80 2,46 2,31 2,39 20 m 1,82 44,35 0,70 1,24 1,34 1,38 1,36 1,96 1,92 1,94 21 m 3,09 55,90 0,91 1,50 1,67 1,67 1,67 2,38 2,40 2,39 22 m 2,10 53,70 0,89 1,46 1,74 1,70 1,72 2,30 2,38 2,34 23 m 2,70 53,50 0,85 1,44 1,75 1,83 1,79 2,26 2,20 2,23 24 m 1,50 45,15 0,67 1,27 1,50 1,46 1,48 2,10 2,02 2,06 25 f 1,10 36,15 0,64 1,11 1,15 1,16 1,15 1,70 1,70 1,70 26 m 3,20 53,80 0,86 1,52 1,70 1,75 1,73 2,43 2,40 2,42 27 f 3,60 51,80 0,89 1,50 1,80 1,74 1,77 2,60 2,54 2,57 28 f 4,80 57,90 0,95 1,59 1,80 1,78 1,79 2,61 2,65 2,63 29 f 3,50 53,60 0,85 1,45 1,70 1,76 1,73 2,60 2,65 2,63

30 f 2,90 50,70 0,79 1,40 1,71 1,66 1,69 2,53 2,53 2,53 Keterangan : SVL : Snout vent length; L kepala : lebar kepala; P kepala : panjang kepala; T : panjang tungkai; JT : jarak tungkai

69

Page 83: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

70

Lampiran 9a. Analisis korelasi antara panjang tubuh /svl dengan panjang testis

Correlations

SVL KANAN KIRI SVL Pearson

Correlation 1 ,622(*) ,609(*)

Sig. (2-tailed) . ,017 ,021 N 14 14 14

KANAN Pearson Correlation ,622(*) 1 ,476

Sig. (2-tailed) ,017 . ,085 N 14 14 14

KIRI Pearson Correlation ,609(*) ,476 1

Sig. (2-tailed) ,021 ,085 . N 14 14 14

* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Lampiran 9b. Analisis korelasi antara panjang tubuh/svl dengan panjang telur

Correlations

SVL telur

terpanjang SVL Pearson Correlation 1 ,652(**)

Sig. (2-tailed) . ,008 N 16 15

telur terpanjang Pearson Correlation ,652(**) 1 Sig. (2-tailed) ,008 . N 15 15

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Lampiran 10a. Analisis statistik deskriptif antara panjang tubuh/svl dan panjang testis

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N SVL 50,264 4,4694 14 KANAN 3,6114 ,62377 14 KIRI 3,711 ,7020 14

Lampiran 10b. Analisis statistik deskriptif antara panjang tubuh/svl dan panjang

telur Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N SVL 51,684 5,6634 16 telur terpanjang 7,2853 3,99396 15

Page 84: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

71

Lampiran 11. Nilai uji t untuk panjang tubuh, panjang kepala, lebar kepala, panjang tungkai dan jarak tungkai antara jantan dan betina Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean

Difference Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper panjang tubuh/SVL

Equal variances assumed ,041 ,841 -,754 28 ,457 -1,420 1,8824 -5,2760 2,4358

Equal variances not assumed -,767 27,738 ,450 -1,420 1,8524 -5,2162 2,3760

L kepala Equal variances assumed ,106 ,748 -,803 28 ,429 -,02608 ,032474 -,092600 ,040439

Equal variances not assumed -,805 27,691 ,428 -,02608 ,032400 -,092483 ,040322

P kepala Equal variances assumed ,017 ,897 -,848 28 ,404 -,03937 ,046449 -,134522 ,055772

Equal variances not assumed -,857 27,983 ,399 -,03937 ,045934 -,133470 ,054720

panjang tungkai rata2

Equal variances assumed ,172 ,682 -,262 28 ,795 -,01515 ,057744 -,133430 ,103135

Equal variances not assumed -,267 27,463 ,791 -,01515 ,056663 -,131319 ,101024

jarak tungkai rata2

Equal variances assumed ,081 ,778 -2,638 28 ,013 -,19659 ,074531 -,349259 -,043920

Equal variances not assumed -2,688 27,453 ,012 -,19659 ,073130 -,346523

-,046656

71

Page 85: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

72

Lampiran 12. Analisis statistik deskriptif untuk panjang tubuh, panjang kepala, lebar kepala, panjang tungkai dan jarak tungkai.

Group Statistics

SEX N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

SVL m 14 50,264 4,4694 1,1945 f 16 51,684 5,6634 1,4158

L kepala m 14 ,82386 ,087169 ,023297 f 16 ,84994 ,090070 ,022517

P kepala m 14 1,41300 ,115553 ,030883 f 16 1,45238 ,136012 ,034003

RATA2 m 14 1,65557 ,133175 ,035592 f 16 1,67072 ,176359 ,044090

Rata2 m 14 2,23104 ,171726 ,045896 f 16 2,42763 ,227737 ,056934

Page 86: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

73

Lampiran 13. Jenis-jenis Reptil yang ditemukan di lokasi penelitian

r

Xenopeltis unicolor Typhlops lineatus

Trimeresurus sumatranus Trimeresurus puniceus

Bungarus candidusRhabdophis crysargos

Trimeresurus hageni Python reticulatus

Page 87: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

74

Lampiran 13. (lanjutan)

Gonyosoma oxycephalum

Psammodynastes pulverulentus

Liopeltis baliodeira

Homalopsis buccata

Xenochrophis trianguligera

Lucodon subcinctus Ahaetulla prasina

Ptyas korros

Page 88: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

75

Lampiran 13. (lanjutan)

Gonocephalus klosi

Boiga nigriceps Pareas vertebralis

Boiga jaspideaBoiga drapiezii

Gekko smithi

Pseudocalotes tympanistriga Pareas laevis

Page 89: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

76

Lampiran 13. (lanjutan)

Bronchocela cristatella

Mabuya rudis

Cyrtodactylus cf fumosus

Mabuya multifasciata

Ptycozoon kuhli

Cyrtodactylus quadrilineatus

Gonocephalus cameleonthinus

Gekko monarchus

Page 90: KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN BIOLOGI … · Bukit Barisan Selatan serta mempelajari aspek biologi (reproduksi, seksual dimorfisme dan pakan) Cyrtodactylus cf fumosus. Penelitian

77

Lampiran 13. (lanjutan)

Varanus rudicollis Manouria emys

Draco sumatranus Draco sumatranus

Draco fimbriatus

Dogania subplana Heosemys spinosa

Draco melanopogon Draco taeniopterus