ke muhammad i yah an

7
KEMUHAMMADIYAHAN ة ي د ّ م حُ مA. Pendiri Muhammadiyah Nama kecil Muh. Darwis. Bapaknya Ibrahim, khatib masjid besar Kauman Yogyakarta, Masih Keturunan Maulana Malik Ibrahim. Pendidikannya: sejak kecil belajar al-Quran pada ayahnya dan khatam pada saat umur 8 tahun. Lalu belajar beberapa ilmu lain seperti nahwu, fiqih dsb kepada beberapa ulama. Setelah menikah beliau pergi haji pada tahun 1890 sambil belajar ilmu agama pada beberapa ulama, di antaranya ulama Syafi'iyah Syekh Bakri Syata dan mendapat ijazah nama Haji Ahmad Dakhlan. Pulang ke Yogyakarta tahun 1891. Karirnya: sepulang haji beliau bertugas mengajar para santri baik remaja, dewasa maupun tua dan mendapat gelar kyai haji. Setelah ayahnya wafat, jabatan khatib masjid besar Kauman dilimpahkan kepada beliau. Usaha pembaharuannya: dimulai dengan mengubah arah kiblat. Mula-mula arah masjid besar Kauman, lalu mushala peninggalan ayahnya. Resiko yang harus ditanggung ternyata cukup besar; beliau dimusuhi oleh atasannya, yaitu penghulu kasultanan Yogyakarta KH. Kamaluddiningrat. Setelah peristiwa itu beliau pergi kembali ke tanah suci untuk memperdalam ilmu keagamaan antara lain kepada Syekh Ahmad Khatib dan Nawawi Banten. Sepulang haji yang ke dua itu beliau mendirikan pondok pesantren untuk menampung para santri dari luar Yogyakarta. B. Berdirinya Muhammadiyah Beliau belajar berorganisasi dengan cara masuk Boedi Oetomo tahun 1909 dan Jami'atul Khair tahun 1910. Dari sini beliau sadar bahwa usaha pembaharuan sulit dilakukan manakala dilakukan sendirian. Lalu beliau mengajar di Kweekschool Gubernamen Jetis. Banyak muridnya yang tertarik ajarannya. Beliau tahu pelajaran agama tidak masuk ke sekolah umum. Tahun 1911 beliau mendirikan sekolah yang memadukan pelajaran umum dan agama. Agar sekolah tetap eksis sepeninggal kyai nantinya, maka para murid usul agar didirikan organisasi untuk mendukungnya (yayasan). Maka berdirilah Muhammadiyah tahun 1912. C. Arti Muhammadiyah

Upload: dewandaru-i-a-b

Post on 27-Sep-2015

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

muhammadiyah

TRANSCRIPT

KEMUHAMMADIYAHAN

KEMUHAMMADIYAHAN

Pendiri Muhammadiyah

Nama kecil Muh. Darwis. Bapaknya Ibrahim, khatib masjid besar Kauman Yogyakarta, Masih Keturunan Maulana Malik Ibrahim.

Pendidikannya: sejak kecil belajar al-Quran pada ayahnya dan khatam pada saat umur 8 tahun. Lalu belajar beberapa ilmu lain seperti nahwu, fiqih dsb kepada beberapa ulama.

Setelah menikah beliau pergi haji pada tahun 1890 sambil belajar ilmu agama pada beberapa ulama, di antaranya ulama Syafi'iyah Syekh Bakri Syata dan mendapat ijazah nama Haji Ahmad Dakhlan. Pulang ke Yogyakarta tahun 1891.

Karirnya: sepulang haji beliau bertugas mengajar para santri baik remaja, dewasa maupun tua dan mendapat gelar kyai haji. Setelah ayahnya wafat, jabatan khatib masjid besar Kauman dilimpahkan kepada beliau.

Usaha pembaharuannya: dimulai dengan mengubah arah kiblat. Mula-mula arah masjid besar Kauman, lalu mushala peninggalan ayahnya. Resiko yang harus ditanggung ternyata cukup besar; beliau dimusuhi oleh atasannya, yaitu penghulu kasultanan Yogyakarta KH. Kamaluddiningrat. Setelah peristiwa itu beliau pergi kembali ke tanah suci untuk memperdalam ilmu keagamaan antara lain kepada Syekh Ahmad Khatib dan Nawawi Banten. Sepulang haji yang ke dua itu beliau mendirikan pondok pesantren untuk menampung para santri dari luar Yogyakarta.

Berdirinya Muhammadiyah

Beliau belajar berorganisasi dengan cara masuk Boedi Oetomo tahun 1909 dan Jami'atul Khair tahun 1910. Dari sini beliau sadar bahwa usaha pembaharuan sulit dilakukan manakala dilakukan sendirian.

Lalu beliau mengajar di Kweekschool Gubernamen Jetis. Banyak muridnya yang tertarik ajarannya. Beliau tahu pelajaran agama tidak masuk ke sekolah umum. Tahun 1911 beliau mendirikan sekolah yang memadukan pelajaran umum dan agama.

Agar sekolah tetap eksis sepeninggal kyai nantinya, maka para murid usul agar didirikan organisasi untuk mendukungnya (yayasan). Maka berdirilah Muhammadiyah tahun 1912.

C. Arti Muhammadiyah

Dari segi bahasa artinya pengikut Muhammad.Secara istilah berarti organisasi Islam yang didirikan oleh KH.Ahmad Dakhlan pada tgl. 8 Dzulhijjah 1330 H/ 18 November 1912 M di Yogyakarta.

Maksud KH. A. Dakhlan menamakan organisasinya dengan adalah untuk bertafa'ul (berpengharapan) agar para pengikut organisasi itu nantinya menjadi orang yang setia mengikuti nabi Muhammad dalam semua sepak terjang mereka.

D. Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah

Pertama, faktor subyektif. Faktor subyektif adalah faktor yang berasal dari subyek pendiri Muhammadiyah, yaitu KH. Ahmad Dakhlan, yaitu berupa hasil pemahaman beliau atas al-Quran. Bahwa menurut beliau al-Quran tidak cukup hanya dibaca, namun harus difahami artinya, sesuai surat Al-Nisa ayat 82:

Dan ketika beliau membaca surat Ali Imran ayat 104 beliau memahaminya sebagai ayat yang menyuruh untuk mendirikan sebuah organisasi dakwah:

Kedua, faktor obyektif. Yaitu faktor yang berasal dari kondisi nyata di lapangan. Faktor ini ada dua, internal dan eksternal. Faktor obyektif internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh masyarakat Islam Indonesia misalnya :

Ketidakmurnian pengamalan Islam akibat ditinggalkannya al-Quran dan al-Sunah. Ketidakmurnian ini baik menyangkut akidah maupun ibadah. Dalam bidang akidah misalnya:percaya pada benda-benda keramat, percaya pada hari baik/buruk (petung), percaya pada ramalan-ramalan ghaib, kebiasaan menyembah kubur dsb. Dalam bidang ibadah misalnya masih suka memasang sesaji, selamatan untuk orang mati, harus tawasul dalam berdoa dsb.

Lembaga pendidikan Islam belum mampu mencetak generasi yang mampu mengemban tugas sebagai khalifah Allah di bumi. Hal ini karena lembaga pendidikan yang ada bersifat dikotomis; lembaga pendidikan umum tidak mengajarkan agama, lembaga pendidikan agama tidak mengajarkan ilmu umum.

Faktor obyektif eksternal: adalah faktor yang berasal dari luar tubuh umat Islam Indonesia, berupa :

Meningkatnya misi Kristen

Penetrasi Barat ke Indonesia; berupa serangan kebudayaan seperti pendidikan yang sekuler, budaya Barat yang profan dsb. Ujung-ujungnya menginginkan agar umat Islam tercerabut dari semangat keislaman sehingga lupa dengan jihad, ijtihad dan mujahadah. Penagruh gerakan pembaharuan di dunia Islam lain

E. Lambang Muhammadiyah

1. Bentuk lambang

Matahari dengan sinar 12 yang memancar ke segala arah. Di tengahnya ada tulisan dengan huruf Arab.Pada lingkaran atas bertuliskan syahadat tauhid, dan pada lingkaran bawah ada tulisan syahadat Rasul.

Maksud lambang

-Matahari dengan sinarnya amat berguna bagi hidup biologis semua makhluk. Maka Muhammadiyah ibarat matahari, berguna sebab lahirnya hidup spiritual sesuai ajaran Islam. Surat al-Anfal ayat 24:

12 Sinar merupakan simbol kaum Hawary yang 12 orang, yang dengan gigih membantu nabi Isa AS. Surat as-Shaf ayat 14:

Warna putih lambang keikhlasan dan kesucian, di mana dengan itu syaitan tak bisa menggoda (QS Shad 73-75, As-Shaffat 138, Al-A'raf 11-18)

Warna hijau lambang kedamaian dan kesejahteraan, sesuai pesan surat al-Anbiya ayat 107

Maksud dan Tujuan Muhammadiyah

"Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya"

Menegakkan : membuat tegak, tidak condong apalagi roboh. Caranya dengan mengamalkan dan memperjuangkan Islam dengan sungguh-sungguh

Menjunjung tinggi: menjunjung di atas segala-galanya. Caranya menghormati dan menempatkan Islam di atas semua agama/ idiologi manapun juga

Agama Islam: Khusus: agama yang dibawa nabi Muhammad SAW. Umum: semua agama Allah semenjak nabi Adam hingga nabi terakhir pada saat agama-agama itu masih berlaku.

Terwujud : menjadi kenyataan akan ada/wujudnya

Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya: masyarakat yang sepenuhnya berpegang kepada kitab Allah dan sunah RasulNya SAW dalam segala segi kehidupan mereka

Amal Usaha Muhammadiyah

Bidang keagamaan

mebuat tuntunan ubudiyah sesuai al-Quran dan Hadits

membuat pedoman puasa dan hari raya Fitri dan Adha dengan jalan hisab

memperlopori zakat mal

mempelopori pengelolaan zakat melalui 'amil

mengusahakan terbentuknya Depag

mempelopori kesadaran berkorban untuk agama (zakat, infak, wakaf dsb)

Bidang pendidikan

memasukkan kurikulum agama ke sekolah umum dan materi umum ke sekolah agama

berdirinya sekolah dari TK hingga PT (Jumlah 10 % dari keseluruhan sekolah yang ada di Indonesia)

Bidang kemasyarakatan

mendirikan RS, RB, BP dsb

mendirikan PA

percetakan, penerbitan dsb

Bidang politik

mengusahakan terhapusnya pajak hewan kurban

mengusahakan agar pengadilan agama dipegang oleh orang Islam

mempelopori berdirinya Masyumi dan Parmusi

memperlopori pemakaian Bahasa Indonesia

ikut merumuskan dasar negara Pancasila dan UUD 45

Perkembangan Muhammadiyah

Perkembangan Vertikal: Perluasan gerakan Muhammadiyah ke seluruh penjuru dengan berdirinya PRM, PCM, PDM dan PWM

Perkembangan Horizontal: perluasan amal usaha Muhammadiyah di berbagai bidang kehidupan dengan dibentuk kesatuan kerja seperti majlis, badan dan lembaga. Kesatuan kerja ini berkedudukan sebagai pembantu pimpinan persyarikatan. Selain kesatuan kerja juga dibentuk ortom.

Disampaikan pada acara Itikaf UMP. Sabtu, 23 Ramadhan 1433H/ 11 Agustus 2012

Achmad Husain

TIGA IDENTITAS MUHAMMADIYAH

A. Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam

Kelahiran Muhammadiyah tidak lain karena diilhami dan dimotivasi oleh ajaran-ajaran al-Quran. Apa yang dilakukan oleh Muhammadiyah tidak ada motiv lain kecuali semata-mata untuk merealisasikan ajaran Islam dalam kehidupan riil dan kongkrit. Segala yang dilakukan oleh Muhammadiyah, baik dalam bidang pendidikan dan pengajaran, sosial, ekonomi dsb tak dapat dilepaskan dari ajaran-ajaran Islam. Tegasnya gerakan Muhammdiyah hendak berusaha untuk menampilkan wajah Islam yang riil dan konkrit dan dapat dihayati dan dirasakan oleh umat sebagai rahmatan lil'alamin.Muhammadiyah sebagai Gerakan Dakwah Islam

Hal itu juga dapat dilihat dari faktor utama berdirinya Muhammadiyah, faktor subyektif, di mana berdasar surat Ali Imran ayat 104 Muhammadiyah meletakkan khithah dasar perjuangannya berupa dakwah Islam, amar ma'ruf nahi munkar, melalui berbagai amal usaha yang dimiliki. Jadi berdirinya berbagai amal usaha di dalam persyarikatan Muhammadiyah memiliki tujuan tunggal, yaitu sebagai sarana dakwah Islam.

Muhammadiyah sebagai Gerakan Tajdid

Tajdid memiliki beberapa arti di antaranya pertama adalah pemurnian. Dan yang kedua adalah peningkatan, pengembangan, modernisasi. Untuk arti yang pertama, yaitu pemurnian (purifikasi) menurut KH Ahmad Siddiq tertuju pada tiga sasaran:

I'adah/ pemulihan; (secara bahasa i'adah berarti kembali, maksudnya kembali kepada al-Quran dan al-Sunah al-shahihah, ujudnya berupa pembersihan ajaran Islam dari berbagai tambahan yang berasal dari luar, pen)

Ibaanah/ memisahkan; yaitu memisah-misahkan secara cermat mana sunah, mana bid'ahIhya/ menghidupkan; yaitu menghidup-hidupkan ajaran Islam, dalam arti melaksanakan ajaran Islam sehingga ajaran tersebut hidup, tidak mati.

Perlu diberi komentar di sini, bahwa pengertian tajdid menurut KH Ahmad Siddiq di atas baru menyentuh pengertian tajdid dalam kelompok pertama (pemurnian). Dalam hal ini, pemurnian terutama ditujukan kepada ajaran aqidah dan ibadah. Muhammadiyah dikenal sebagai pemberantas TBC (takhayul, bid'ah dan khurafat). Untuk melaksanakan tajdid dalam bidang ini Muhammadiyah telah melakukan ketiga langkah tajdid versi KH Ahmad Siddiq yaitu i'adah dan ibanah dan ihya.

Sedangkan tajdid dalam pengertian kedua, yaitu peningkatan, pengembangan dan modernisasi terutama ditujukan pada bidang mu'amalah duniawiyah, tidak ditujukan pada bidang ibadah dan aqidah. Karena bidang ibadah dan aqidah sifatnya sudah final, sempurna, tidak boleh ditambah lagi. Namun dalam bidang mu'amalah duniawiyah Islam memberi kelonggaran. Nabi Muhammad SAW bersabda:

()

"Kalian lebih tahu urusan dunia kalian"

Dalam hal ini Muhammadiyah dikenal sebagai pelopor hal-hal baru seperti misalnya mempelopori pelaksanaan shalat 'id di lapangan, pengelolaan zakat oleh 'amil dan pembagian zakat untuk fakir miskin, perubahan arah kiblat hingga tepat ke arah Masjidil Haram, pemeliharaan anak yatim di lembaga panti asuhan, pendirian rumah sakit, poliklinik Islam dan semacamnya, memadukan kurikulum umum dan agama baik pada lembaga pendidikan umum maupun lembaga pendidikan agama, khutbah dengan bahasa lokal (bukan bahasa Arab), penerapan budaya dan peradaban modern dalam kehidupan kaum muslimin dsb.

Disampaikan pada acara Darul Arqom Dasar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

Komisariat Ilmu Kesehatan UMP, Sabtu 13 Rajab 1431H/ 26 Juni 2010

Achmad Husain, S.Ag